Laporan ini mendeskripsikan percobaan pembiasan cahaya pada kaca planparalel. Percobaan ini bertujuan menentukan indeks bias kaca, hubungan antara sinar datang dan sinar pantul, serta pergeseran sinar yang diukur secara langsung dibandingkan dengan perhitungan. Hasilnya menunjukkan pergeseran sinar yang diukur sangat mendekati perhitungan, sedangkan indeks bias kaca diperoleh antara 1,46-√3.
1. Laporan Praktikum
Pembiasan pada Kaca Planparalel
Disusun Oleh :
Ridho Pasopati (XI aksel 1 / 21)
SMA NEGERI 1 SURAKARTA
TAHUN PELAJARAN 2013/2014
2. Laporan Resmi
Pembiasan pada Kaca Planparalel
A. Tujuan Percobaan
1. Menyelidiki sifat pembiasan pada kaca plan paralel.
2. Membandingkan besarnya pergeseran sinar pada kaca plan paralel dari hasil pengukuran
langsung dengan hasil perhitungan.
3. Menentukan indeks bias kaca.
4. Menentukan hubungan antara sinar datang, sinar pantul, dan ketebalan kaca.
B. Alat dan Bahan
1. Kaca plan paralel
2. Busur derajat
3. Kertas
4. Styrofoam/kertas kardus
5. Jarum pentul
C. Konsep Fisis
Hal yang mempengaruhi pembiasan pada kaca planparalel adalah sudut datang, tebal
kaca, dan indeks bias kaca. Semakin besar sudut datangnya, maka semakin kecil sudut
refleksinya, tetapi jika besar sudut datangnya kecil, maka sudut refleksinya juga semakin kecil.
Semakin tebal kaca, maka semakin besar nilai pergeseran sinar yang melewati kaca. Semakin
besar indeks bias kaca, maka semakin besar pula nilai pergeserannya.
D. Landasan Teori
Suatu sifat gelombang yang menarik adalah bahwa gelombang dapat dibelokkan oleh
rintangan tergantung indeks bias. Hal ini sering disebut dengan pembiasan gelombang. Salah
satu gelombang tersebut adalah cahaya. Cahaya adalah energi berbentuk gelombang
elekromagnetik yang kasat mata dengan panjang gelombang sekitar 380–750 nm. Pada bidang
fisika, cahaya adalah radiasi elektromagnetik, baik dengan panjang gelombang kasat mata
maupun yang tidak. Selain itu, cahaya adalah paket partikel yang disebut foton. Kedua definisi
tersebut merupakan sifat yang ditunjukkan cahaya secara bersamaan sehingga disebut dualisme
gelombang partikel. Paket cahaya yang disebut spektrum kemudian dipersepsikan secara visual
3. oleh indera penglihatan sebagai warna. Bidang studi cahaya dikenal dengan sebutan optika,
merupakan area riset yang penting pada fisika modern.
Studi mengenai cahaya dimulai dengan munculnya era optika klasik yang mempelajari
besaran optik seperti: intensitas, frekuensi atau panjang gelombang, polarisasi dan fase cahaya.
Sifat-sifat cahaya dan interaksinya terhadap sekitar dilakukan dengan pendekatan paraksial
geometris seperti refleksi dan refraksi, dan pendekatan sifat optik fisisnya yaitu: interferensi,
difraksi, dispersi, polarisasi. Masing-masing studi optika klasik ini disebut dengan optika
geometris (en:geometrical optics) dan optika fisis (en:physical optics).
Salah satu sifat yang dimiliki sebuah cahaya adalah pembiasan cahaya saat cahaya masuk
melalui dua medium yang berbeda. Pembiasan cahaya berarti pembelokan arah rambat cahaya
saat melewati bidang batas dua medium bening yang berbeda indeks biasnya. Pembiasan
cahaya menganut hukum Snellius tentang pembiasan cahaya. Setiap cahaya yang datang dan
melewati medium yang berbeda, maka sinar tersebut dibiaskan tergantung kerapatannya. Sudut
sinar bias dapat mendekati garis normal maupun menjauhinya tergantung kerapatannya.
Hukum ini dapat ditulis dengan matematis bahwa nisbah sinus sudut datang dan sudut bias
adalah konstan, yang tergantung pada medium. Perumusan lain yang ekivalen adalah nisbah
sudut datang dan sudut bias sama dengan nisbah kecepatan cahaya pada kedua medium, yang
sama dengan kebalikan nisbah indeks bias. Dengan demikian sinar yang melalui dua medium
yang berbeda dapat dibelokkan tergantung dengan nilai indeks bias yang dimiliki.
Salah satu medium yang dapat membuat cahaya terbiaskan dan dapat diamati
pembiasannya adalah kaca planparalel. Kaca planparalel adalah sebuah kaca yang terdiri dari
beberapa bidang datar di sekitarnya. Bentuk kaca planparalel adalah sebuah balok sehingga
dapat memungkinkan pengamatan yang berbeda-beda tergantung ketebalannya. Jika sinar
datang menuju kaca planparalel, sinar yang dipantulkan dibelokkan menuju garis normal. Di
sisi lain, berkas cahaya yang muncul dalam kaca dibiaskan ke udara, sudut bias lebih besar dari
sudut datang dan sinar yang dipantulkan dibelokkan menjauhi garis normal. Hasil dari
pembiasan tersebut adalah sebuah pergeseran sinar cahaya yang seharusnya tetap lurus
menembus menjadi terbelokkan tetapi tetap sejajar dengan sinar aslinya. Pergeseran sinar
tersebut dapat diamati dengan jelas tergantung medium yang dilewatinya. Besarnya pergeseran
sinar (t) pada kaca planparalel dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan:
4. i1
r1
i2
r2
N1
N2 t
d
t = Pergeseran sinar yang melewati kaca planparalel
i = Sudut sinar datang
r = Sudut sinar bias
d = Tebal kaca
E. Cara Kerja
1. Meletakkan styrofoam atau kertas kardus di atas meja.
2. Mengambil kertas dan menempelkan pada styrofoam.
3. Mengambil kaca planparalel dan mengukur ketebalan.
4. Meletakkan kaca plan paralel di atas kertas.
5. Menggambar bagian tepi kaca.
6. Membuat garis normal (N1) pada bagian pinggir kaca.
7. Membuat sudut datang (i1).
8. Menancapkan dua jarum pentul pada ujung sinar datang.
9. Mengamati dua jarum pentul yang ditancapkan pada sinar datang
10. Menancapkan dua jarum pentul lagi dari sisi lain kaca planparalel agar terlihat berimpit
dengan jarum pentul yang tertancap pada sinar datang.
11. Mengambil kaca planparalel dan menarik garis hubung dua jarum pentul.
12. Menarik garis hubung antara sinar datang dan sinar pantul.
13. Membuat garis normal (N2) dan mengukur sudut bias (r2).
5. Dengan :
t : pergeseran sinar
i : sudut datang
r : sudut refleksi/sudut bias
d : tebal kaca
14. Menggambar garis hubung antara sinar datang dan sinar bias.
15. Mengukur besar sudut i1 dan r2.
16. Memanjangkan sinar datang.
17. Menarik garis yang tegak lurus menghubungkan perpanjangan sinar datang dengan sinar
bias.
18. Mengukur panjang garis penghung sinar datang dengan perpanjangan sinar bias.
19. Ulangi langkah di atas untuk mendapatkan hasil percobaan yang berbeda.
F. Hasil Pengamatan
d = 5,8 cm
No. i1 r1 r2 t (dari pengamatan) t (dari rumus)
1 60o
30o
60o
3,3 cm 3,3486 cm
2 30o
20o
30o
1 cm 1,0717 cm
G. Analisis data
Rumus umum :
Pelaporan hasil percobaan :
Rumus nilai
Dengan menggunakan percobaan pertama,nilai
Dengan menggunakan percobaan kedua, nilai
Dengan demikian,
Hasil percobaan pertama, nilai
Hasil percobaan kedua, nilai
Untuk mencari nilai indeks bias kaca :
Percobaan pertama :
6. Percobaan kedua :
H. Jawab Pertanyaan
1. Bandingkanlah hasil t hitung dengan t hasil pengukuran ? Jelaskan !
Pada percobaan pertama, diperoleh bahwa nilai t dengan hitungan= 3,3486 cm = 3,35
cm, sedangkan nilai t hasil pengukuran = 3,30 ± 0,05 cm, ini membuktikan bahwa hasil
perhitungan dengan hasil pengukuran tidak berbeda jauh atau mendekati kesamaan
bahkan sesuai dengan pengukuran yang dilakukan.
Pada percobaan kedua, diperoleh bahwa nilai t dengan hitungan = 1,0717 cm = 1,07
cm, sedangkan nilai t hasil pengukuran = 1,00 ± 0,05 cm, ini membuktikan bahwa hasil
perhitungan dengan hasil pengukuran tidak berbeda jauh atau mendekati kesamaan.
2. Bandingkanlah hasil antara sinar datang dengan sinar pantul ?
Sudut sinar datang selalu lebih besar daripada sudut sinar bias karena indeks bias kaca
planparalel yang lebih besar daripada indeks bias udara. Hal ini disebabkan karena
sudut yang datang berbanding terbalik dengan indeks bias. Sedangkan hasil dari
pembiasan tersebut di sisi lain kaca dibiaskan dengan sudut sinar datang yang sama
dengan sudut sinar bias pada sisi pertama dan sudut sinar bias yang sama dengan sudut
sinar datang pada sisi yang pertama.
3. Berapa besar indeks bias kaca ?
Berdasarkan hasil perhitungan di atas, pada percobaan pertama nilai indeks bias kaca
=√3 dan pada percobaan kedua nilai indeks bias kaca = 1,46. Jika dibandingkan, hasil
dari percobaan pertama dan kedua mendekati kesamaan dan bahkan tidak jauh berbeda.
I. Kesimpulan
1. Hasil Laporan
7. 2. Perbandingan ukuran
Berdasarkan hasil perhitungan nilai t dengan hasil pengukuran, terlihat jelas bahwa
nilai t pada keduanya tidak jauh berbeda atau hasilnya mendekati kesamaan. Sedangkan
nilai indeks bias kaca tidak jauh berbeda atau mendekati kesamaan. Dalam pengukuran
ini terdapat beberapa kesalahan kecil, yaitu :
Mata pengamat tidak sesuai dengan cara mengukur dengan tepat.
Kurangnya pengalaman yang dilakukan oleh pengamat sehingga menghambat
percobaan.
Ketidaktelitian dalam perhitungan.
Ketidaktepatan dalam pengukuran.