Investigasi awal menunjukkan kesalahan manusia sebagai penyebab kecelakaan Sukhoi Superjet 100 yang menabrak Gunung Salak pada Mei 2012, menewaskan seluruh 45 penumpang. Pilot meminta izin untuk turun ke ketinggian rendah meskipun minimum aman adalah lebih tinggi.
Beginners Guide to TikTok for Search - Rachel Pearson - We are Tilt __ Bright...
Status sukhoi
1. Status: Awal
Tanggal: 09 MAY 2012
Waktu: 14:33
Type: Sukhoi Superjet 100-95
Operator: Sukhoi
Pendaftaran: 97.004
C / n / msn: 95004
Pertama penerbangan: 2009-07-25 (2 tahun 10 bulan)
Mesin: 2 PowerJet SaM146
Crew: Kematian: 6 / Penghuni: 6
Penumpang: Kematian: 39 / Penghuni: 39
Total: Kematian: 45 / Penghuni: 45
Airplane kerusakan: Hancur
Pesawat nasib: off tertulis (rusak bisa diperbaiki)
Lokasi: 75 km (46,9 ml) S dari Jakarta (Indonesia)
Tahap: En route (ENR)
Alam: Demonstrasi
Keberangkatan Bandar Udara: Jakarta-Halim Perdana Kusuma Airport (HLP) (HLP / wihh), Indonesia
Tujuan airport: Jakarta-Halim Perdana Kusuma Airport (HLP) (HLP / wihh), Indonesia
Sebuah Sukhoi Superjet 100 pesawat penumpang itu hancur ketika menghantam sisi gunung selama
demonstrasi penerbangan di Indonesia. Semua 45 di dalamnya tewas. Sebuah rencana penerbangan
telah mengajukan penerbangan IFR dari Halim Airport ke daerah Pelabuhan Ratu kemudian kembali
ke Bandara Halim.
Penerbangan tersebut berangkat Jakarta-Halim Perdana Kusuma Airport (HLP / wihh) jam 14:21. Itu
terbang berputar-putar di selatan dan Gunung Salak (elevasi 7254 meter). Setelah mengitari gunung,
pesawat mulai turun dari dari 10.000 kaki ke 6.000 kaki. Kontak terakhir dengan pesawat itu pukul
14:30. Puing-puing itu ditemukan keesokan harinya di lereng gunung dekat-vertikal di sisi timur
Gunung Salak pada ketinggian 6.100 kaki.
The Superjet sedang melakukan penerbangan demonstrasi kepada calon pelanggan di beberapa
negara. Demonstrasi diterbangkan di Myanmar, Pakistan dan Kazakhstan sebelum tiba di Indonesia
2. pada tanggal 9 Mei. Dua penerbangan demonstrasi yang direncanakan. Penerbangan pertama itu
lancar. Penumpang pada penerbangan kedua adalah wartawan dan perwakilan dari beberapa
maskapai penerbangan Indonesia. Ada enam awak kapal, dua wakil Sukhoi dan 37 wartawan dan
calon klien.
Indonesia Investigasi Menunjukkan Kesalahan Manusia Kontribusi untuk Kecelakaan Jet Rusia
JAKARTA - laporan awal di Indonesia pada kecelakaan jet Rusia yang menewaskan 45 orang pada
bulan Mei menunjukkan kesalahan manusia menyebabkan kecelakaan, yang menewaskan semua
penumpang penerbangan demonstrasi.
Sebuah laporan awal dari Komite Nasional Keselamatan Transportasi mengatakan Superjet Sukhoi
100 menabrak sisi gunung berapi aktif setelah pilot Rusia yang meminta izin untuk turun ke 6.000
kaki dan diberi persetujuan oleh kontrol lalu lintas udara, meskipun ketinggian aman minimum
untuk wilayah udara Superjet terbang melalui adalah 6.900 kaki.
Sementara laporan yang dirilis awal bulan ini hanya garis besar singkat dari apa panitia sudah tahu
sejauh ini dan laporan akhir tidak akan keluar selama berbulan-bulan, ia tidak memiliki indikasi
masalah mekanik dengan pesawat penumpang Sukhoi baru, yang Rusia berharap akan memulai
kembali industri kedirgantaraan sipil negara itu.
Laporan tersebut merekomendasikan bahwa Indonesia Direktorat Jenderal penerbangan sipil
memastikan bahwa demonstrasi menghormati penerbangan bahkan diterbitkan ketinggian
minimum penerbangan yang aman. Hal ini juga dianjurkan Sukhoi "mengatur pelatihan tambahan
untuk awak pesawat yang akan melakukan penerbangan demonstrasi, terutama di daerah
pegunungan."
Temuan awal adalah berita yang relatif baik bagi Sukhoi, karena tidak ada indikasi sejauh bahwa ada
masalah dengan jet, kata para analis.
"Mereka (Sukhoi) akan sangat senang jika (laporan akhir) menunjukkan tidak ada masalah mekanik
dengan pesawat, tapi kita tidak tahu pasti belum," kata Siva Govindasamy, managing editor Asia
untuk penerbangan global, penerbangan yang industri publikasi. "Mereka tidak secara khusus
memutuskan keluar belum jadi kita tidak akan yakin sampai laporan akhir keluar."
Beberapa pelanggan Sukhoi sudah yakin bahwa pesawat perusahaan aman. Indonesia maskapai Sky
Aviation mengatakan akan mengambil pengiriman dan mulai menggunakan Superjets Rusia Sukhoi
tahun ini, meskipun penyelidikan belum diselesaikan.
Banyak perusahaan dalam murah industri penerbangan di Indonesia yang tertarik pada pesawat
penumpang Sukhoi, yang dapat membawa sekitar 100 orang dan murah untuk menjalankan dan
mempertahankan, analis mengatakan. Sebagian besar dari mereka yang tewas dalam penerbangan
tersebut adalah perwakilan maskapai penerbangan di Indonesia.
3. Namun, laporan menyisakan beberapa pertanyaan penting yang belum terjawab, kata para analis,
termasuk mengapa permintaan percontohan untuk turun, mengapa ia diberi persetujuan dan
mengapa tidak on-board sistem peringatan biarkan dia tahu mereka menuju ke gunung. The Komite
Nasional Keselamatan Transportasi mengatakan, pihaknya masih menyelidiki dan perlu
berkoordinasi dengan peneliti Rusia sebelum akan memiliki semua jawaban.
"Ini masih laporan awal dan terlalu dini untuk menarik kesimpulan dari penyelidikan," kata Tatang
Kurniadi, Ketua Komite Nasional Keselamatan Transportasi. "Kita mungkin masih perlu dua sampai
tiga bulan sebelum kita dapat mengeluarkan laporan akhir."
Ini Kronologi Jatuhnya Sukhoi Nahas
Liputan6.com, Jakarta : Setelah lebih 8 bulan melakukan investigasi, Komite Nasional Keselamatan
Transportasi (KNKT) akhirnya mengumumkan penyebab jatuhnya pesawat Sukhoi Superjet 100 di Gunung
Salak, Bogor, Jawa Barat, pada Mei lalu.
Dalam keterangan pers, di Kantor KNKT di Jakarta, Selasa (18/12/2010, Ketua KNKT Tatang Kurniadi
menjelaskan detik demi detik kronologis jatuhnya pesawat nahas buatan Rusia tersebut. Berikut kronologi
yang dipaparkan KNKT:
Pada pukul 14.20 WIB, pesawat tinggal landas dari landasan 06 bandara Halim Perdana Kusuma.
Kemudian berbelok ke kanan hingga radial 200 HLM VOR dan naik ke ketinggian 10.000 kaki. Pada pukul
14.24 WIB, pilot melakukan komunikasi dengan Jakarta Approach dan memberikan informasi bahwa
pesawat telah berada pada radial 200 HLM VOR dan telah mencapai ketinggian 10.000 kaki.
Kemudian, pada pukul 14.26 WIB, pilot minta ijin turun ke ketinggian 6.000 kaki serta untuk membuat
orbit (lintasan lingkaran) ke kanan. Ijin tersebut diberikan oleh petugas Jakarta Approach. Tujuannya agar
pesawat tidak terlalu tinggi untuk proses pendaratan di Halim menggunakan landasan 06.
Pada pukul 14.32 WIB lewat 26 detik, berdasar waktu yang di Flight Data Recorder/FDR (black box)
pesawat menabrak tebing Gunung Salak pada radial 198 dan 28 Nm HLM VOR, atau pada koordinat 06-
4245"S 106-4405"E dengan ketinggian sekitar 6000 kaki di atas permukaan laut.
38 Detik sebelum benturan, Terrain Awareness Warning System (TAWS) memberikan peringatan
berupa suara; "Terain Ahead, Pull Up" dan diikuti enam kali "Avoid Terrain." Pilot In Command (PIC)
mematikan (inhibi) TAWS tersebut karena berasumsi bahwa peringatan-peringatan tersbut diakibatkan
oleh database yang bermasalah.
7 Detik menjelang tabrakan terdengar peringatan berupa "Landing Gear Not Down" yang berasal dari
sistem peringatan pesawat. Peringatan "Landing Gear Not Down" aktif apabila pesawat pada ketinggian
kurang dari 800 kaki diatas permukaan tanah dan roda pendarat belum diturunkan.
Lantas, pada pukul 14.50 WIB, petugas Jakarta Approach menyadari bahwa target pesawat Sukhoi
RRJ95B sudah hilang dari layar radar. Tidak ada bunyi peringatan sebelum lenyapnya titik target dari layar
radar.
Pada 10 Mei 2012, keesokan harinya, Basarnas berhasil menemukan lokasi pesawat. Semua awak pesawat
dan penumpang meninggal dalam kecelakaan ini, serta pesawat dalam kondisi hancur.
4. Dan pada 15 Mei 2012, Cockpit Voice Recorder (CVR) telah ditemukan dalam keadaan hangus akan tetapi
memory module dalam keadaan baik dan berisikan dua jam rekaman dengan kualitas yang baik. Pada 31
Mei 2012, Flight Data Recorder (CVR) ditemukan dalam keadaan baik dan berisikan 150 jam rekaman
dari 471 parameter.
Kedua flight recorder (black box) ini dibaca di laboratorium milik KNKT oleh ahli dari KNKT dan
disaksikan oleh ahli dari Rusia. Seluruh parameter berhasil didownload dan dari hasil download tersebut
tidak ditemukan adanya indikasi kerusakan pada sistem pesawat selama penerbangan.
Hasil simulasi yang dilakukan setelah kejadian diketahui bahwa, TAWS berfungsi dengan baik dan
memberikan peringatan dengan benar. Simulasi juga menunjukan bahwa benturan dapat dihindari jika
dilakukan tindakan menghindar (recovery action) sampai dengan 24 detik setelah peringatan TAWS yang
pertama.
Pelayanan Jakarta Radar belum mempunyai batas minimum untuk melakukan vector pada suatu daerah
tertentu, dan minimum safe altitude warning (MSAW) yang ada pada sistem tidak memberikan peringatan
pada petugas Jakarta Approach sampai dengan pesawat menabrak.(Ali)
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua KNKT (Komisi Nasional Keselamatan Transportasi), Tatang
Kurniadi mengatakan bahwa penyebab kecelakaan pesawat Sukhoi RRJ-95B Registrasi 97004 di Gunung
Salak Bogor pada 9 Mei 2012 bukan karena kerusakan sistem pesawat.
"Tidak ditemukan indikasi kerusakan sistem di pesawat Sukhoi RRJ-95B Registrasi 97004," kata Tatang
Kurniadi dalam Konferensi Pers di Kantornya, Selasa (18/12/2012).
Hal tersebut disimpulkan setelah membaca Cockpit Voice Recorder (CVR) dan Flight Data Recorder (FDR)
oleh tim KNKT beserta ahli dari Russia.
CVR yang ditemukan pada 15 mei 2012, menunjukkan memory module dalam keadaan baik dan berisi 2
jam dengan kualitas baik. Sedangkan FDR ditemukan pada 31 mei 2012 yang berisi rekaman 150 jam
dengan kualitas baik pula.
Jakarta (ANTARA) - Komisi Nasional Kecelakaan Transportasi (KNKT) tidak menemukan indikasi
kerusakan pada sistem pesawat Sukhoi Superjet 100 yang jatuh di Gunung Salak, Jawa Barat, setelah
mengunduh seluruh data dari kotak hitam (black box), kata Ketua Komisi Nasional Kecelakaan
Transportasi (KNKT) Tatang Kurniadi.
"Seluruh parameter berhasil di-`download` dan dari hasilnya, tidak ada indikasi kerusakan sistem pesawat
selama penerbangan," kata Tatang Kurniadi, dalam konferensi pers mengenai hasil investigasi akhir
kecelakaan pesawat Sukhoi SJ 100, di Jakarta, Selasa.
Menurut Tatang, pengunduhan serta pembacaan data melibatkan pihak dari Rusia di laboratorium milik
KNKT.
"Itu disaksikan ahli dari Rusia selaku produsen pesawat Sukhoi," katanya.
5. Ia mengatakan hasil simulasi yang dilakukan setelah kejadian diketahui bahwa, Terrain Awareness
Warning System (TAWS) berfungsi dengan baik dan memberikan peringatan dengan benar.
"Simulasi juga menunjukkan bahwa benturan dapat dihindari jika dilakukan tindakan menghindar sampai
dengan 24 detik setelah peringatan TAWS yang pertama," ujar dia.
Ia juga menjelaskan saat penerbangan promosi (demonstration flight) yang dilakukan Sukhoi Superjet100
pada 9 Mei 2012, terdapat tiga orang yang duduk di dalam kokpit.
"Ketiga orang tersebut adalah pilot in command (PIC) yang bertugas sebagai pilot yang mengemudikan
pesawat, satu orang adalah pilot monitoring dan seorang wakil calon pembeli pada tempat duduk
observer," katanya.
Calon pembeli tersebut, kata dia, bukanlah seorang pilot yang diijinkan berada di kokpit. Namun,itu hal
yang wajar terutama saat penerbangan promosi.
"Calon pembeli itu ingin tahu lebih lanjut tentang fitur pesawat yang ada," ujarnya.
Pada kesempatan yang sama, Ketua Tim Investigasi in Charge KNKT Mardjono Siswosuwarno mengatakan
ada pembicaraan antara pilot dan pihak calon pembeli pesawat yang dianggap sebagai gangguan dalam
komunikasi.
"Ada obrolan pilot dengan pihak pembeli selama 38 detik yang merupakan distraksi atau pengalihan dari
fokus perhatian," katanya.
Percakapan tersebut, lanjutnya, ditemukan di dalam Cockpit Voice Recorder (CVR) yang berdurasi dua jam
rekaman dengan kualitas yang baik.
Hal itu menyebabkan pilot menerbangkan pesawat tidak segera mengubah arah ketika pesawat keluar dari
orbit tanpa disengaja.
Hasil Penyelidikan KNKT: Sukhoi Ternyata Terbang
Tanpa Peta Bogor
INILAH.COM, Jakarta - Ketua Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), Tatang
Kurniadi mengungkapkan, pesawat Sukhoi RRJ-95B buatan Rusia yang menabrak Gunung
Salak pada 9 Mei 2012 ternyata terbang tanpa dilengkapi dengan peta area Bogor. Padahal,
pesawat yang mengangkut 45 penumpang ini melakukan penerbangan di area Bogor.
"Peta yang tersedia pada pesawat tidak memuat informasi mengenai area Bogor sebagai area latih pesawat
militer maupun kontur dari pegunungan di sekitarnya," ujar Tatang dalam acara rilis hasil investigasi
kecelakaan pesawat Sukhoi di Jakarta, Selasa (18/12/12).
Selain itu, lanjut Tatang, dari hasil investigasi diketahui, pilot sebenarnya sudah melihat awan gelap pada
saat pesawat mendekati area Gunung Salak, namun sayangnya ia tidak menyadari bahwa pesawat yang
dikemudikannya akan menabrak tebing gunung.
6. Tatang mengatakan, pasca kejadian ini, KNKT telah mengeluarkan rekomendasi untuk perbaikan sistem
transportasi kepada Dirjen Perhubungan Udara, Bandara Soekarno-Hatta, serta Departemen Industri
Penerbangan Rusia dan Sukhoi Civil Aircraft Company.
Pilot Sukhoi Sepelekan Peringatan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Salah satu faktor yang menjadi penyebab kecelakaan pesawat udara
Sukhoi RRJ-95B Registrasi 97004 di Gunung Salak Bogor pada 9 Mei 2012 adalah pilot yang
menyepelekan peringatan Terrain Awareness Warning System (TAWS).
"Terjadi pengalihan perhatian terhadap awak pesawat dari percakapan yang berkepanjangan dan tidak
terkait dengan penerbangan, yang telah menyebabkan pilot yang menerbangkan pesawat tidak dengan
segera merubah arah pesawat ketika orbit dan pesawat keluar dari orbit tanpa sengaja," demikian salah
satu kesimpulan hasil investigasi Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) yang dipimpin oleh
Prof Mardjono.
Ketua KNKT Tatang Kurniadi mengatakan dua faktor penyebab kecelakaan yang menewaskan 45 orang
awak dan penumpang pesawat buatan Rusia tersebut adalah awak pesawat tidak menyadari kondisi
pegunungan di sekitar jalur penerbangan yang dilalui dikarenakan beberapa faktor dan berakibat awak
pesawat mengabaikan peringatan dari TAWS.
Jakarta Radar belum mampunyai batas ketinggiaan minimum pada pesawat yang diberikan vector, yaitu
perintah berupa arah yang diberikan oleh pengatur lalu lintas udara kepada pilot pada layanan radar.
Selain itu Jakarta Radar belum dilengkapi MSAW yang berfungsi untuk daerah Gunung Salak, karena
daerah itu memang bukan lintasan penerbangan komersial.
Dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa (18/12/2012) tantang menyebutkan, benturan seharusnya dapat
dihindari jika dilakukan tindakan menghindar (recovery action) sampai dengan 24 detik setelah peringatan
TAWS yang pertama.