Dokumen tersebut membahas tentang etos kerja dan tanggung jawab setiap muslim untuk bekerja secara produktif demi memenuhi kebutuhan hidup secara halal. Allah memerintahkan umatnya untuk bekerja dan akan menilai amal perbuatan setiap individu, baik di dunia maupun di akhirat.
1. ETOS KERJA
Anggota Kelompok :
Bagus Widi Aji (04)
Chaesya Travelia (05)
Laili Nazilatun Ni’mah (12)
Meta Mediana (13)
Noka Yoga Hutama (23)
Nur Hanifah (25)
Omar Saddam Bhamakerti (26)
Resma Puspitasari (27)
Salsahela Mutiara Clariza (28)
2. Bekerja adalah kodrat
hidup, baik kehidupan
spiritual, intelektual, fisik
biologis, maupun
kehidupan individual dan
sosial dalam berbagai
bidang.
3. Dalam al-Qur’ān maupun hadis,
banyak ditemukan literatur yang
memerintahkan seorang muslim
untuk bekerja dalam rangka
memenuhi dan melengkapi
kebutuhan duniawi. Salah satu
perintah Allah kepada umat-Nya
untuk bekerja terdapat dalam Q.S.
at-Taubah/9:105
4. Q.S At-Taubah ayat 105
Artinya: “Dan katakanlah, “Bekerjalah kamu, maka Allah akan melihat
pekerjaanmu, begitu juga rasul-Nya dan orang-orang mukmin, dan
kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang maha mengetahui yang
gaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah
kamu kerjakan.” (Q.S. at-Taubah/9: 105)
5. Makna surat
bahwa Allah Swt. memerintahkan kepada kita
untuk semangat dalam melakukan amal saleh
sebanyak-banyaknya. Allah Swt. akan melihat dan
menilai amal-amal tersebut. Pada akhirnya,
seluruh manusia akan dikembalikan kepada Allah
Swt. dengan membawa amal perbuatannya
masing-masing. Mereka yang berbuat baik akan
diberi pahala atas perbuatannya itu. Mereka yang
berbuat jahat akan diberi siksaan atas perbuatan
yang telah mereka lakukan selama hidup di dunia.
6. Hadist
Artinya: “Dari Miqdam ra. dari Nabi saw. beliau
bersabda: “Tidak seorang pun yang makan lebih baik
daripada makan hasil usahanya sendiri. Sungguh
Nabi Daud as. makan hasil usahanya.” (HR. Bukhari)
7. Sebutan lain dari ganjaran
adalah imbalan atau upah atau
compensation. Imbalan dalam
konsep Islam menekankan pada
dua aspek, yaitu dunia dan akhirat.
Namun, penekanan kepada akhirat
itu lebih penting daripada penekanan
kepada dunia (dalam hal ini materi).
8. PERTANYAAN
Banyak peminta-minta di jalan, ada yang dengan
membawa bayi digendongannya, ada yang pura-pura
tangannya diikat, kakinya diikat sehingga dikira ia cacat,
dan berbagai modus lain untuk mengelabui orang lain
agar merasa iba lalu memberi selembar-dua lembar
rupiah sebagai tanda simpati. Perilaku ini sudah
meresahkan pengguna jalan, sampai-sampai salah
seorang kepala daerah membuat kebijakan “dilarang
keras memberi sumbangan kepada peminta-minta di
jalan”.
Bagaimana tanggapanmu?
9. JAWAB
• Sudut pandang pengemis
Sebaiknya kita menjadi orang yang jujur dalam
bekerja, mencari uang dengan cara halal, serta
berusaha menggunakan tenaga serta pikiran. Tidak
hanya meminta-minta dan bermalas-malasan.
• Sudut pandang pemberi
Setuju, karena dapat memberi sindiran terhadap
pengemis agar mereka mau berusaha mencari
pekerjaan yang halal. Sebaiknya menjadi masyarakat
harus dapat memilih dan memilah mana pengemis
yang benar-benar butuh sumbangan. Lebih baik lagi
jika memberi sumbangan kepada suatu lembaga
sosial yang menampung orang-orang kurang
mampu seperti panti asuhan.