Sistem dan Mekanisme Pengelolaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Pelaksanaan Proyek Konstruksi
1. SISTEM DAN MEKANISME PENGELOLAAN
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA
PELAKSANAAN PROYEK KONSTRUKSI
DI SUSUN OLEH KELOMPOK 9 :
1. ADRIAN CHRISTO INDRAMAN
2. AGUS DARMAWAN JAMAL
3. RESKI APRILIA
2. Karakteristik Kegiatan Proyek
Konstruksi
1. Memiliki masa kerja terbatas
2. Melibatkan jumlah tenaga kerja yang besar
3. Melibatkan banyak tenaga kerja kasar (labour)
yang berpendidikan relatif rendah
4. Memiliki intensitas kerja yang tinggi
K3 DAN ASPEK HUKUM
4. Memiliki intensitas kerja yang tinggi
5. Bersifat multidisiplin dan multi crafts
Menggunakan peralatan kerja beragam, jenis,
teknologi, kapasitas dan kondisinya
6. Memerlukan mobilisasi yang tinggi (peralatan,
material dan tenaga kerja)
3. Klasifikasi Proyek Konstruksi
1. Proyek Konstruksi Bangunan Gedumg (Building Construction)
Proyek konstruksi bangunan gedung mencakup bangunan gedung
perkantoran, sekolah, pertokoan, rumah sakit, rumah tinggal dan
sebagainya. Dari segi biaya dan teknologi terdiri dari yg berskala
rendah, menengah, dan tinggi.
K3 DAN ASPEK HUKUM
rendah, menengah, dan tinggi.
2. Proyek Bangunan Perumahan (Residential Construction/Real
Estate)
Proyek pembangunan ini dari rumah yang sangat sederhana sampai
rumah mewah, dan rumah susun. Di Indonesia pengawasan di
bawah Sub Dinas Cipta Karya.
4. Klasifikasi Proyek Konstruksi
3. Proyek Konstruksi Teknik Sipil/Proyek
Umumnya proyek yang masuk jenis ini adalah proyek-proyek
yang bersifat infrastruktur seperti proyek bendungan, proyek
jalan raya, jembatan, terowongan, jalan kereta api, pelabuhan,
dan lain-lain.
K3 DAN ASPEK HUKUM
dan lain-lain.
4. Proyek Konstruksi Industri (Insustrial Construction)
Proyek konstruksi yang termasuk dalam jenis ini biasanya
proyek industri yang membutuhkan spesifikasi dari persyaratan
khusus seperti untuk kilang minyak, industri berat, industri
dasar, pertambangan, nuklir dan sebagainya.
5. Jenis Bahaya Konstruksi
1. Terbentur
Kecelakaan ini terjadi pada saat seseorang yang tidak diduga
ditabrak atau ditampar sesuatu yang bergerak.
2. Membentur
Kecelakaan yang selalu timbul akibat pekerja yang bergerak terkena
atau bersentuhan dengan beberapa objek.
K3 DAN ASPEK HUKUM
atau bersentuhan dengan beberapa objek.
3. Terperangkap (caught in, caught on, caught between)
Contoh dari caught in adalah kecelakaan yang akan terjadi bila kaki
pekerja tersangkut diantara papan-papan yang patah di lantai.
Contoh dari caught on adalah kecelakaan yang timbul bila baju dari
pekerja terkena pagar kawat. Sedangkan contoh dari caught
between adalah kecelakaan yang terjadi bila lengan atau kaki dari
pekerja tersangkut bagian mesin yang bergerak.
6. Jenis Bahaya Konstruksi
4. Jatuh dari ketinggian
Kecelakaan ini banyak terjadi, yaitu jatuh dari tingkat yang lebih tinggi ke
tingkat yang lebih rendah.
5. Jatuh dari ketinggian yang sama
Beberapa kecelakaan yang timbul pada tipe ini seringkali berupa tergelincir,
tersandung, jatuh dari lantai yang sama tingkatnya.
6. Pekerjaan yang terlalu berat
Kecelakaan ini timbul akibat pekerjaan yang terlalu berat yang dilakukan
K3 DAN ASPEK HUKUM
Kecelakaan ini timbul akibat pekerjaan yang terlalu berat yang dilakukan
pekerja seperti mengangkat, menaikkan, menarik benda atau material yang
dilakukan diluar batas kemampuan.
7. Terkena aliran listrik
Luka yang ditimbulkan dari kecelakaan ini terjadi akibat sentuhan anggota
badan dengan alat atau perlengkapan yang mengandung listrik.
8. Terbakar
Kondisi ini terjadi akibat sebuah bagian dari tubuh mengalami kontak
dengan percikan bunga api, atau dengan zat kimia yang panas.
7. Sebab Kecelakaan Konstruksi
1. Faktor Manusia
Sangat dominan dilingkungan konstruksi.
Pekerja Heterogen, Tingkat skill dan edukasi berbeda.
Pengetahuan tentang keselamatan rendah.
Perlu penanganan khusus
K3 DAN ASPEK HUKUM
Pencegahan :
Pemilihan Tenaga Kerja
Pelatihan sebelum mulai kerja
Pembinaan dan pengawasan selama kegiatan berlangsung
8. Sebab Kecelakaan Konstruksi
2. Faktor Lingkungan
Gangguan-gangguan dalam bekerja, misalnya suara bising
yang berlebihan dapat mengakibatkan terganggunya
konsentrasi pekerja.
Debu dan material beracun, mengganggu kesehatan kerja,
K3 DAN ASPEK HUKUM
Debu dan material beracun, mengganggu kesehatan kerja,
sehingga menurunkan efektivitas kerja.
Cuaca (panas, hujan)
Pencegahan:
Dianjurkannya menggunakan penutup telinga dan masker
pada pekerja.
9. Sebab Kecelakaan Konstruksi
3. Faktor Teknis
Berkaitan dengan kegiatan kerja Proyek seperti penggunaan
peralatan dan alat berat, penggalian, pembangunan,
pengangkutan dan sebagainya.
Disebabkan kondisi teknis dan metoda kerja yang tidak
memenuhi standar keselamatan (substandards condition).
K3 DAN ASPEK HUKUM
memenuhi standar keselamatan (substandards condition).
Pencegahan:
Perencanaan Kerja yang baik
Pemeliharaan dan perawatan peralatan
Pengawasan dan pengujian peralatan kerja
Penggunaan metoda dan teknik konstruksi yang aman
Penerapan Sistim Manajemen Mutu
10. Strategi Penerapan K3 di
Proyek Konstruksi
1. Kebijakan K3
2. Administratif dan Prosedur
3. Identifikasi Bahaya
4. Project Safety Review
5. Pembinaan dan Pelatihan
K3 DAN ASPEK HUKUM
5. Pembinaan dan Pelatihan
6. Safety Committee (Panitia Pembina K3)
7. Promosi K3
8. Safe Working Practices
9. Sistem Ijin Kerja
10. Safety Inspection
11. Strategi Penerapan K3 di
Proyek Konstruksi
11. Equipment Inspection
12. Keselamatan Kontraktor (Contractor Safety)
13. Keselamatan Transportasi
14. Pengelolaan Lingkungan
15. Pengelolaan Limbah dan B3
K3 DAN ASPEK HUKUM
15. Pengelolaan Limbah dan B3
16. Keadaan Darurat
17. Accident Investigation and Reporting System
18. Audit K3
12. Jaminan Sosial Tenaga Kerja
Penanganan masalah kecelakaan kerja juga didukung oleh adanya UU
No. 3/1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja. Berdasarkan UU ini,
jaminan sosial tenaga kerja (jamsostek) adalah perlindungan bagi
tenaga kerja dalam bentuk santunan uang sebagai pengganti sebagian
penghasilan yang hilang atau berkurang dan pelayanan sebagai akibat
dari suatu peristiwa atau keadaan yang dialami oleh tenaga kerja
K3 DAN ASPEK HUKUM
dari suatu peristiwa atau keadaan yang dialami oleh tenaga kerja
berupa kecelakaan kerja, sakit, hamil, bersalin, tua dan meninggal
dunia. Jamsostek kemudian diatur lebih lanjut melalui PP No. 14/1993
mengenai penyelenggaraan jamsostek di Indonesia. Kemudian, PP ini
diperjelas lagi dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. PER-
05/MEN/1993, yang menunjuk PT. ASTEK (sekarang menjadi PT.
Jamsostek), sebagai sebuah badan (satu-satunya) penyelenggara
jamsostek secara nasional.
13. Alat Pelindung Diri
1. Kaca mata pengamanan
2. Pelindung Wajah
3. Masker
2. Safety Shoes
K3 DAN ASPEK HUKUM
2. Pelindung Wajah 2. Safety Shoes
14. Alat Pelindung Diri
Perlengkapan wajib yang digunakan saat bekerja sesuai bahaya dan resiko
kerja untuk menjaga keselamatan pekerja itu sendiridan orang di
sekelilingnya.
Adapun bentuk peralatan dari alat pelindung:
1.Safety helmet 2. Safety belt 3. Penutup telinga
K3 DAN ASPEK HUKUM
1.Safety helmet 2. Safety belt 3. Penutup telinga
15. PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pengolahan data yang dilakukan,
maka dapat ditarik kesimpulan :
1. Masih kurangnya pengetahuan tentang keselamatan dan
kesehatan kerja dari para pekerja mengenai keselamatan dan
kesehatan kerja.
K3 DAN ASPEK HUKUM
kesehatan kerja.
2. Dengan adanya sistem manajemen keselamatan dan kesehatan
kerja para pekerja dapat sedikit terhindar dari kecelakaan dan penyakit
kerja.
Sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang ada dapat
dikatakan belum terealisasikan dengan baik.
3. Menghindarkan setiap kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja
dengan melakukan tindakan pencegahan dan perbaikan, pengawasan
dan inspeksi, untuk memenuhi keselamatan dan kesehatan kerja
16. SARAN
1. Program K3 harus lebih ditingkatkan lagi supaya para
pekerja lebih merasa aman dan nyaman.
K3 DAN ASPEK HUKUM
2. Perusahaan harus lebih lagi mensosialisasi- kan program K3
untuk meningkatkan dukungan pekerja terhadap program K3
yang nantinya juga meningkatkan komitmen pekerja terhadap
perusahaan.