SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 28
OLEH: 
1)ALYA EGA FATIHA 
2)ANNISA TENDRIARANI SARAGIH 
3)DINDA YULIA SUPARTA 
4)MAULA NURLATIFAH 
5)SYAWITRI MULTI 
KELAS X MIA2
Bentuk dan Kedaulatan Negara Indonesia 
Bentuk Negara Bentuk Kedaulatan 
Negara Kesatuan 
Negara Serikat Kedaulatan 
KeDalam 
Kedaulatan keluar 
Kompleks Sistem Kekuasaan 
Negara 
Bentuk Pemerintahan Klasik 
1.Aristoteles 
2. Plato 
3.Polybios 
4. Leon Dugult 
Bentuk Pemerintahan 
Republik 
1.Republik 
absolut 
2. Republik 
konsitusional 
3.Republuk 
Parementer 
Sisem Pemerintahan 
1. Sistem Pemerintahan 
Presidensial 
2. Sistem Pemerintahan 
Parementer 
3. Sistem Pemerintahan 
Referendum 
Pemilu Sebagai Pelaksanaan 
Kedaulatan Rakyat
BENTUK DAN KEDAULATAN NEGARA 
INDONESIA 
 BENTUK NEGARA 
1. Negara Kesatuan 
Negara kesatuan adalah negara berdaulat yang diselenggarakan 
sebagai satu kesatuan tunggal, di mana pemerintah pusatadalah yang 
tertinggi dan satuan-satuan subnasionalnya hanya menjalankan 
kekuasaan-kekuasaan yang dipilih olehpemerintah pusat untuk 
didelegasikan. Bentuk pemerintahan kesatuan diterapkan oleh banyak 
negara di dunia. 
2. Negara Serikat 
Negara serikat (federal) adalah suatu Negara yang merupakan 
gabungan dari beberapa Negara, yang menjadi Negara-negara 
bagian dari Negara serikat itu. 
 BENTUK KEDAULATAN 
Berdasarkan sifatnya, kedaulatan terbagi menjadi 2 yaitu: 
A.Kedaulatan kedalam artinya pemerintah (negara) mempunyai 
kekuasaan untuk mengatur kehidupan negara melalui lembaga negara 
atau alat perlengkapan negara yang diperlukan untuk itu. Kedaulatan 
kedalam nampak pada tujuan negara seperti yang ada dalam 
pembukaan UUD 1945, sebagai berikut: 
1. Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah 
Indonesia. 
2. Memajukan kesejahteraan umum. 
3. Mencerdaskan kehidupan bangsa 
4. Ikut serta melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan. 
kemerdekaan perdamaian abadi dan kedilan sosial 
Dari penjelasan tentang kedaulatan kedalam dapat disimpulkan bahwa, 
Negara Indonesia memiliki kekuasaan untuk mengatur kehidupan rakyat 
Indonesia, menyejahterakan rakyat Indonesia, dengan segenap
kemampuannya tanpa campur tangan negara lain. Misalnya 
menentukan pendidikan yang cocok untuk bangsa Indonesia, ekonomi, 
politik yang cocok untuk bangsa Indonesia, dan lainya. 
B.Kedaulatan keluar mengandung pengertian kekuasaan untuk 
mengadakan hubungan atau kerjasama dengan negara lain. Hubungan 
dan kerjasama ini tentu saja untuk kepentingan nasional. Ini berarti 
pula bahwa negara Indonesia mempunyai kedudukan yang sederajat 
dengan negara lain. Kedaulatan keluar ini nampak pada Pembukaan 
UUD 1945 dan pasal-pasal UUD 1945, yaitu: 
1. Ikut melaksanakan ketertiban dunia, berdasarkan kemerdekaan, 
perdamaian abadi dan keadilan sosial 
2. Pasal 11 ayat (1), berbunyi : Presiden dengan persetujuan DPR 
menyatakan perang, membuat perdamaian, dan perjanjian dengan 
negara lain. 
3. Pasal 13 ayat (1), berbunyi : Presiden mengangkat duta dan 
konsul
KOMPLEKSITAS SISTEM KEKUASAAN 
NEGARA 
 Bentuk Pemerintahan Klasik 
24 DESEMBER 2009 
Mengenai bentuk pemerintahan klasik, pada umumnya masih 
menggabungkan bentuk negara dan bentuk pemerintahan. 
Bahkan Mac Iver dan Leon Duguit menyatakan bahwa bentuk 
negara sama dengan bentuk pemerintahan. 
Dalam teori klasik, bentuk pemerintahan dapat dibedakan 
berdasarkan jumlah orang yang memerintah dan sifat 
pemerintahannya. Tokoh yang menganut teori klasik adalah 
Aristoteles, Plato, Polybios. 
A. Aristoteles 
berikut bentuk pemerintahan menurut Aristoteles. 
1. Monarki, suatu bentuk pemerintahan yang dipegang oleh 
satu orang demi kepentingan umum. 
2. Tirani, suatu bentuk pemerintahan yang dipegang oleh 
seseorang demi kepentingan pribadi. 
3. Aristokrasi, suatu bentuk pemerintahan yang dipegang oleh 
sekelompok cendikiawan demi kepentingan umum. 
4. Oligarki, suatu bentuk pemerintahan yang dipegang oleh 
sekelompok cendikiawan untuk kepentingan kelompoknya. 
5. Politea, suatu bentuk pemerintahan yang dipegang oleh 
seluruh rakyat demi kepentingan umum. 
6. Anarki, suatu bentuk pemerintahan yang dipegang oleh 
banyak orang yang tidak berhasil menjalankan kekuasaannya 
untuk kepentingan umum.
7. Demokrasi, suatu bentuk pemerintahan yang dipegang oleh 
rakyat yang dijalankan untuk kepentingan seluruh rakyat 
(dari dan untuk rakyat) 
B. Plato 
Plato mengungkapkan lima bentuk pemerintahan yaitu sebagai 
berikut : 
1. Aristokrasi, suatu bentuk pemerintahan yang dipegang oleh 
kaum cendikiawan yang dilaksanakan sesuai dengan pikiran 
keadilan. 
2. Oligarki, suatu bentuk pemerintahan yang dipegang oleh 
golongan hartawan. 
3. Temokrasi, suatu bentuk pemerintahan yang dipegang oleh 
orang-orang yang ingin mencapai kemahsyuran dan 
kehormatan. 
4. Demokrasi, suatu bentuk pemerintahan yang dipegang oleh 
rakyat jelata. 
5. Tirani, suatu bentuk pemerintahan yang dipegang oleh 
seorang tiran (sewenang-wenang) sehingga jauh dari cita-cita 
keadilan. 
C. Polybios 
Polybios terkenal dengan teorinya yang disebut Cyclus Theory, 
yang sebenarnya merupakan pengembangan lebih lanjut dari 
ajaran Aristoteles dengan sedikit perubahan, yaitu mengganti 
bentuk pemerintahan Politea dengan demokrasi. 
Monarki → Tirani → Aristokrasi → Oligarki → Demokrasi → 
Okhlokrasi → Monarki 
Berdasarkan bentuk pemerintahan yang diungkapkan oleh 
Polybios, dapat dijelaskan sebaga berikut. 
Monraki merupakan bentuk pemerintahan yang baik karena 
mengutamakan kepentingan umum. namun, hal tiu hanya pada 
awalnya saja, karena lama kelamaan raja tidak lagi 
memperhatikan rakyat, tetapi justru cenderung bersikap
sewenang-wenang dalam memerintah. Akhirnya 
pemerintahan monarki pun berubah menjadi tirani. 
Pemerintahan tirani yang dijalankan untuk kepentingan 
pribadi ini, memunculkan inisiatif dari para bangsawan untuk 
melawannya. Hingga terjadilah pengambil alihan kekuasaan. 
Lalu pemerintahan dipegang oleh beberapa orang yang 
dijalankan untuk kepentingan umum.Pemerintahan tirani pun 
berubah menjadi aristokrasi. 
Dalam pemerintahan aristokrasi, pada mulanya memang baik 
karena dijalankan untuk kepentingan umum. Namun, lama-kelamaan 
tidak lagi mengutamakan keadilan karena dijalankan 
untuk kepentingan pribadi. Akhirnya bentuk 
pemerintahan aristokrasi bergeser menjadi oligarki. 
Pada masa pemerintahan oligarki ini,pada perkembangannya 
tidak dirasakan adanya keadilan, maka munculah 
pemberontakan dari rakyat untuk mengambil alih kekuasaan. 
Kemudian pemerintahan pun dijalankan oleh rakyat untuk 
kepentinganrakyat. Oligarki berubah menjadi demokrasi. 
Pada pemerintahan demokrasi ini, ternyata banyak terjadi 
penyimpangan-penyimpangan, antara lain maraknya korupsi, 
serta tidak ada penegakan hukum. Instabilitas politik ini 
merubah demokrasi menjadi okhlokrasi. 
Pada masa pemerintahan okhlokrasi yang penuh dengan 
kekacauan ini, kemudian muncul seseorang yang kuat dan berani 
merebut pemerintahan. Pada akhirnya bentuk pemerintahan 
okhlokrasi kembali dipegang satu orang dan menjadi monarki. 
Namun teori Polybios ini dapat dikatakan sifatnya deterministik, 
artinya perubahan bentuk pemerintahan ini mengikuti siklus 
yang berurutan dari pemerintahan baik, kemudian digantikan 
pemerintahan buruk, lalu digantikan lagi dengan pemerintahan 
baik danseterusnya. Polybios pun beranggapan adanya hubungan 
kausal antar siklus tersebut karena lahirnya bentuk pemerintahan 
merupakan akibat bentuk pemerintahan yang sebelumnya.
D. Leon Duguit 
Pendapat Jellinek tidak disetujui oleh Leon Duguit karena kriteria 
pembeda cara pembentukan kemauan negara tidak sesuai dengan 
kenyataan. Menurut Duguit, bentuk pemerintahan ditentukan 
berdasarkan: 
 Jumlah orang yang memegang kekuasaan untuk 
menyelenggarakan kepentingan bersama dalam negara; 
 Cara penunjukan kepala negara. 
Pemerintahan disebut monarkhi apabila diselenggarakan oleh satu 
orang raja/ kaisar; disebut oligarkhi apabila diselenggarakan oleh 
beberapa (sedikit) orang; dan demokrasi (berasal dari kata demos 
yang berarti rakyat dan kratein) apabila diselenggarakan oleh banyak 
orang. 
Dalam bukunya yang berjudul “Traite de Droit Constitutionale”, 
Duguit membedakan bentuk pemerintahan menjadi monarkhi dan 
republik dengan cara atau sistem penunjukan kepala negara sebagai 
kriteria pembeda. 
Monarkhi adalah bentuk pemerintahan yang kepala negaranya 
diangkat berdasarkan waris atau keturunan (herediter) dan menjabat 
seumur hidup. Dalam pemerintahan monarkhi tidak terjadi pemilihan 
kepala negara oleh rakyat atau parlemen. Maka, monarkhi melahirkan 
wangsa atau dinasti, keluarga pewaris tahta kerajaan. 
Republik adalah bentuk pemerintahan yang kepala negaranya dipilih 
oleh rakyat (secara langsung maupun melalui perwakilan). Masa 
jabatan kepala negaranya dibatasi (misalnya: empat tahun seperti di 
Amerika Serikat; atau lima tahun seperti di Indonesia). 
Otto Koellreutter sependapat dengan Leon Duguit, tetapi kriteria 
pembeda yang menurutnya lebih tepat adalah kesamaan dan 
ketidaksamaan. Monarkhi merupakan bentuk pemerintahan yang
didasarkan atas ukuran ketidaksamaan, karena tidak setiap orang 
dapat menjadi kepala negara (raja). Sedangkan republik merupakan 
bentuk pemerintahan yang didasarkan atas ukuran kesamaan karena 
kepala negaranya dipilih dan diangkat berdasarkan kemauan dewan 
atau orang banyak, dan setiap orang dianggap memiliki hak yang 
sama untuk menjadi kepala negara. Selain bentuk pemerintahan 
monarkhi dan republik, Koellreutter menambahkan bentuk 
pemerintahan otoriter (Autoritarien Fuhrerstaat), yaitu pemerintahan 
oleh satu orang yang bersifat mutlak. 
Duguit membagi bentuk pemerintahan monarkhi menjadi: 
1. Monarkhi absolut, yaitu monarkhi yang seluruh kekuasaan 
negaranya berada di tangan raja sehingga raja berkuasa secara 
mutlak, tak terbatas. Raja memegang kekuasaan secara luar 
biasa sehingga mudah bertindak sewenang-wenang. Perintahnya 
adalah hukum yang harus dilaksanakan tanpa reserve. Dalam 
negara monarkhi absolut berlaku semboyan Princep legibus 
solutus est, salus publica suprema lex yang maksudnya adalah: 
yang berhak membentuk undang-undang adalah raja, 
kesejahteraan umum adalah hukum yang tertinggi. 
2. Monarkhi konstitusional, yaitu monarkhi terbatas (kekuasaan 
rajanya dibatasi oleh konstitusi) 
3. Monarkhi parlementer, yaitu monarkhi yang kekuasaan 
pemerintahannya ada di tangan para menteri (baik sendiri 
maupun bersama-sama) yang bertanggung jawab kepada 
parlemen. Raja berkedudukan sebagai kepala negara, lambang 
keutuhan dan kesatuan negara. Karena itu raja tidak dapat 
diminta bertanggung jawab (The king can do no wrong). 
Menurut Duguit, bentuk pemerintahan republik pun dapat dibagi tiga 
seperti berikut: 
1. Republik absolut (kadang-kadang disebut otoriter), yaitu suatu 
negara yang seluruh kekuasaannya berada di tangan presiden. 
2. Republik konstitusional, yaitu suatu republik yang kekuasaaan 
presidennya dibatasi konstitusi.
3. Republik parlementer, yaitu suatu republik yang kekuasaan 
menjalankan pemerintahannya ada di tangan para menteri dan 
harus bertanggung jawab kepada parlemen. Menteri-menteri 
merupakan pelaksana pemerintahan dan mereka sendirilah yang 
mesti bertanggung jawab. 
 Bentuk pemerintahan republik 
Bentuk pemerintahan Republik adalah bentuk 
pemerintahan yang dikepalai oleh seorang presiden yang 
diangkat dan diberhentikan oleh rakyat dengan masa 
jabatan tertentu. Bentuk pemerintahan Republik dapat 
dibedakan yaitu: 
a. Republik Absolut 
Republik Absolut adalah bentuk pemerintahan yang dikepalai 
seorang presiden dimana kekuasaan dan wewenangnya tanpa 
dibatasi sebuah konstitusi atau ada konstitusi namun diabaikan 
dan legislatif pun mungkin ada, tapi tidak berfungsi. 
b. Republik Konstitusional 
Republik Konstitusional adalah bentuk pemerintahan yang 
dikepalai seorang presiden,dimana kekuasaan dan 
wewenangnya dibatasi oleh konstitusi, di sini lembaga legislatif 
berfungsi. 
c. Republik Parlementer 
Republik Parlementer adalah bentuk pemerintahan, dimana 
kepala negaranya seorang presiden dan kepala 
pemerintahannya seorang perdana menteri yang diangkat dan 
diberhentikan oleh parlemen serta bertanggung jawab pada 
parlemen. 
 SISTEM PEMERINTAHAN 
1. Sistem Pemerintahan Parlementer 
adalah sistem pemerintahan dimna parlemen atau badan legislatif 
memiliki peran penting dalam pemerintahan.
Ciri-ciri atau karakteristik pemerintahan parlementer sebagai berikut : 
a. Raja, ratu atau presiden sebagai kepala negara tidak memiliki 
kekuasan pemerintahan. 
b. Kepala pemerintahan adalah perdana menteri 
c. Parlemen adalah satu-satunya lembaga yang anggotanya dipilih 
langsung rakyat melalui pemilihan Umum. 
d. Eksekutif adalah kabinet bertanggung jawab kepada legislatif atau 
parlemen. 
e. Bila parlemen mengeluarkan mosi tak percaya kepada menteri 
tertentu atau seluruh menteri maka kabinet harus menyerahkan 
mandatnya kepada kepala negara. 
f. Dalam sistem dua partai yang ditunjuk membentuk kabinet segali gus 
sebagai perdana menteri adalah ketua partai politik pemenang pemilu. 
g. Dalam sistem banyak partai formatur kabinet membentuk kabinet 
secara koalisi dan mendapat kepercayaan parlemen. 
h. Bila terjadi perselisihan antara kabinet dengan parlemen maka 
kepala negara menganggap kabinet yang benar maka parlemen 
dibubarkan oleh kepala negara. 
Catatan: 
Bila parlemen dibubarkan maka tanggung jawab pelaksanaan 
pemilu terletak pada kabinet dalam tempo 30 hari. Bila partai politik 
yang menguasai parlemen menang dalam pemilu maka kabinet akan 
terus memerintah. Tetapi apabila yang menang dalam pemilu tersebut 
adala partai oposisi maka kabinet mengembalikan madatnya kepada 
kepala negara dan partai pemenang pemilu akan membentuk kabinet 
baru. 
Kelebihan sistem pemerintahan Parlementer : 
· Pembuatan kebijakan cepat karena mudah terjadi penyesuaian 
pendapat anatar legislatif dengan eksekutif. 
· Garis tanggung jawab dalam pembuatan dan pelaksanaan kebijakan 
publik jelas. 
· Adanya pengawasan yang kuat dari parlemen terhadap kabinet 
sehingga kabinet berhati-hati dalam menjalankan pemerintahan. 
Kekurangan sistem pemerintahan parlementer : 
· Kedudukan eksekutif/kabinet tergantung dukungan mayoritas 
parlemen, sehingga sewaktu waktu kabinet dapat dijatuhkan oleh 
parlemen. 
· Kabinet sewaktu-waktu dapat bubar tergantung dukungan mayoritas 
parlemen. 
· Kabinet yang berasal dari partai pemenang pemilu dapat menguasai 
parlemen.
· Parlemen tempat pengkaderan bagi jabatan eksekutif. Anggota 
parlemen merangkap menteri atau kabinet. 
Prinsip-prinsip sistem pemerintahan Parlementer ada 2 yaitu : 
1. Rangkap jabatan karena anggota parlemen adalah para menteri. 
2. Dominasi resmi parlemen sebab merupakan lembaga legislatif 
tertinggi, memiliki kekuasaan membuat UU, merivisi, mencabut suatu 
UU. Parlemen dapat menentukan suatu UU itu konstitusional atau tidak. 
2. Sistem pemerintahan Presidensial 
adalah keseluruhan hubungan kerja antar lembaga negara melalui 
pemisahan kekuasan negara, disini presiden adalah kunci dalam 
pengelolaan kekuasaan menjalankan pemerintahan negara. 
Ciri-ciri atau karakteristik sistem pemerintahan Presidensial 
sebagai berikut : 
a. Presiden sebagai kepala negara sekaligus kepala 
pemerintahan. 
b. Kabinet atau dewan menteri dibentuk oleh presiden. 
c. Presiden tidak bertanggung jawab kepada parleme 
d. Presiden tidak dapat membubarkan parlemen 
e. Menteri tidak boleh merangkap anggota parlemen 
f. Menteri bertanggung jawab kepada presiden 
g. Masa jabatan mebteri tergantung pada keprcayaan presiden. 
h. Peran eksekutif dan legislatif dibuat seimbang dengan sistem 
check and balances. 
Kelebihan sistem Presidensial : 
 Kedudukan eksekutif stabil sebab tidak tergantung pada 
legislatif atau parlemen. 
 Masa jabatan eksekutif jelas, misalnya 4 tahun, 5 tahun atau 6 
tahun. 
 Penyususnan program kabinet mudah karena disesuaikan 
dengan masa jabatan. 
 Legislatif buakn tempat kaderisasi eksekutif sebab anggota 
parlemen tidak boleh dirangkap pejabat eksekutif. 
Kekurangan Sistem Presidensial : 
 Kekuasaan eksekutif diluar pengawasan langsung legislatif 
sehingga dapat menciptakan kekuasaan mutlak. 
 Sistem pertanggungjawaban kurang jelas. 
 Pembuatan kebijakan publik hasil tawar-menawar antara 
eksekutif dengan legislatif, tidak tegas dan waktu lama. 
Prinsip-perinsip sistem pemerintahan presidensial adalah :
1. Pemisahan jabatan karena larangan rangkap jabatan antara 
anggota parlemen dengan menteri atau kabinet. 
2. Kontrol dan keseimbangan (check and balances) yaitu masing-masing 
cabang kekuasaan diberi kekuasaan untuk mengontrol 
cabang kekuasaan lain. 
3. Sistem pemerintahan di negara komunis 
Lembaga legislatif di Uni Soviet dijalankan oleh lembaga 
yang bernama Soviet Tertinggi URRS (STU) yang terdiri dari 2 
majelis yaitu majelis Uni dan majelis bangsa-bangsa. Majelis uni 
mencerminkan kepentingan bersama seluruh penduduk URSS ( 
mirip DPR) sedangkan majelis bangsa-bangsa mencerminkan 
bangsa-bangsa dan suku bangsa yang terdapat di wilayah URSS ( 
semacam Senat). Siviet tertinggi (STU) memilih presidium soviet 
tertinggi (semacam badan pekerja MPR) yang merupakan lembaga 
yang amat berkuasa di Uni Soviet. 
Kekuasaan Eksekutif dijalankan oleh dewan menteri yang 
bertanggung jawab dan tunduk kepada Siviet Teretinggi URSS. 
Kekuasan nyata pemerintahan di Uni Soviet berada di tangan 
pemimpin partai komunis. 
4. Sistem Pemerintahan Referendum 
Di negara Swiss pembuatan UU berada dibawah 
pengawasan rakyat yang memiliki hak pilih. Pengawasan itu 
dilakukan dalam bentuk referendum. Referendum itu ada 3 jenis : 
 Referendum Obligatoir adalah referendum yang harus lebih dulu 
mendapat persetujuan langsung dari rakyat sebelum suatu UUD 
tertentu diberlakukan. 
 Referendun Fakultatif adalah referendunm yang dilaksanakan 
apabila dalam waktu tertentu setelah UU dilaksanakan, sejumlah 
orang tertentu menginginka dilaksanakannya referendum. Apabila 
hasil referendum menghendaki dilaksanakannya UU maka akan 
terus berlaku, tapi sebaliknya. 
 Referendum Konsultatif adalah referendum yang menyangkut 
soal-soal teknis. Biasanya rakyat kurang paham tentangmateri UU 
yang diminta persetujuannya. 
SISTEM PEMERINTAHAN DI AMERIKA SERIKAT 
 Amerika serikat adalah negara republik berbentuk Federasi 
(federal) terdiri dari 50 negara bagian.
 Adanya pemisahan kekuasaan yang tegas antara legislatif, 
eksekutif dan yudikatif yang didasarkan pada sistem check and 
balances. 
 Kekuasaan eksekutif adalah prewsiden sebgai kepala negara 
sekaligus kepala pemerintahan. 
 Kekuasan legislatif ditangan parlemen yang beernama Kongres. 
Kongres terdiri dari dua kamar yaitu senat dan badan perwakilan 
(The House of Representatives). Anggota senat dipilih melalui 
pemilu yang merupakan wakil dari negara-negara bagian, setiap 
negara bagian 2 orang wakil. Jadi anggota senat itu 100 senator, 
masa jabatan 6 tahun. Sedangkan badan perwakilan merupakan 
wakil dari rakyat amerika serikat yang dipilih langsung untuk 
jabatan 2 tahun. 
 Kekuasaan yudikatif dipegang oleh Mahkamah Agung. 
 Menganut sitem 2 partai yaitu Demokrat dan republik. 
 Pemilihan umum menganut sistem distrik 
SISTEM PEMERINTAHAN DI INGGRIS 
 Inggris adalah negara kesatuan (United Kingdom) terdiri dari 
england, scotand, wales, irlandia utara, berbentuk kerajaan 
(monarki). 
 Kekuasan pemerintahan ditangan kabinet (Perdana Menteri) 
 Raja adalah simbol kedaulatan dan persatuan negara. 
 Parlemen terdiri dari 2 kamar yaitu House of commons (majelis 
Rendah) dan house of lords (majelis Tinggi). Majelis rendah adalah 
badan perwakilan rakyat dimana anggotanya dipilih oleh rakyat dari 
calon partai politik. Majelis Tinggi adalah perwakilan yang bberisi 
para bangsawan berdasarkan warisan. 
 Adanya oposisi dari partai yang kalah dalam pemilu. 
 Menganut sistem 2 partai yaitu konservatif dan partai buruh. 
 Badan peradilan ditunjuk oleh kabinet maka tidak ada hakim yang 
dipilih. 
SISTEM PEMERINTAHAN REPUBLIK RAKYAT CINA 
 Bentuk negara adalah kesatuan dengan 23 provinsi. 
 Bentuk pemerintahan adalah republik dengan sistem demokrasi 
komunis. 
 Kepala negara adalah presiden, dan kepala pemerintahan adalah 
perdana menteri. 
 Menggunakan sistem unikameral yaitun kongres rakyat nasional. 
 Lembaga negara tertinggi adalah kongres rakyat nasional sebagai 
badan legislatif.
 Kekuasaan yudikatif dijalankan secara bertingkat dan kaku oleh 
pengadilan rakyat dibawah pimpinan mahkamah agung Cina. 
SISTEM PEMERINTAHAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA 
Tidak satu katapun di UUD 1945 yang menyebutkan bahwa 
sistem pemerintahan negara kita adalah sistem presidensial. 
Negara kita menganut presidensial dapat kita pahami dari 
ketentuan yang terdapat dalam UUD 45 sebagai berikut: 
 Pasal 4 ayat1 Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan 
pemerintahan menurut Undang-Undang dasar. 
 Pasal 17 ayat 1 Presiden dibantu oleh menteri negara. 
 Pasal 17 ayat 2 Menteri-menteri itu diangkat dan diberhentikan oleh 
presiden. 
 Pasal 17 ayat 3 Setiap menteri membidangi urusan tertentu dalam 
pemerintahan. 
 Pasal 17 ayat 4 Pembentukan, pengubahan dan pembubaran 
kementerian negara diatur undang-undang. 
POKOK-POKOK SISTEM PEMERINTAHAN REPUBLIK 
INDONESIA 
 Bentuk negara adalah kesatuan dengan prinsip otonomi yang luas 
dengan 35 provinsi termasuk daerah istimewa. 
 Bentuk pemerintahan adalah republik dengan sistem presidensial. 
 Pemegang kekuasaan eksekutif adalah presiden sebagai kepala 
negara sekaligus kepala pemerintahan. 
 Kabinet atau menteri diangkat dan diberhentikan serta 
bertanggungjawab kepada presiden. 
 Parlemen pemegang kekuasaan Eksekutif yang terdiri dari 2 kamar 
yaitu DPR dan DPD yang merupakan sekaligus anggota MPR. 
Anggota DPR dipilih rakyat melalui pemilu dengan sitem 
proporsional terbuka, DPD dipilih rakyat secara langsung melalui 
pemilu yang berasal dari masing-masing provinsi sejumlah 4 orang 
setiap provinsi dengan sistem pemilihan distrik perwakilan banyak. 
 Kekuasaan Yudikatif dijalankan oleh mahkamah agung dan badan 
peradilan di bawahnya. 
A. Pembentukan Sekretariat Perwakilan Komisi Pemilihan 
Umum Kota Yogyakarta.
1. Dasar Hukum pembentukan Sekretariat Perwakilan Sekretaris 
Umum Komisi Pemilihan Umum Kota Yogyakarta adalah Surat 
Menteri Dalam Negeri Nomor : 061/815/SJ tanggal 25 April 
2002 tentang pembentukan Sekretariat Pelaksana Pemilu di 
Propinsi dan Kabupaten/ Kota. 
2. Kegiatan yang dilaksanakan. Dalam menindak lanjuti surat 
Mendagri Pemerintah Kota Yogyakarta melakukan persiapan 
dan koordinasi dengan instansi terkait guna menyusun 
alternatif alternatif pembentukan Sekretariat Perwakilan 
Sekretaris Umum Komisi Pemilihan Umum Kota Yogyakarta 
sebagai saran/masukan kepada Walikota Yogyakarta 
sehingga akan diperoleh keputusan terbaik. 
Sebagai realisasi dari saran Staf adalah dengan terbitnya 
Keputusan Walikota Yogyakarta Nomor : 20/Pem.D/BP/D.4 
tanggal 1 April 2003 tentang pelantikan pejabat Struktural 
pada Sekretariat Perwakilan Sekretaris Umum Komisi 
Pemilihan Umum Kota Yogyakarta sebagai berikut : 
a. Sdr. Untung Srihadi P. NIP 490031981, sebagai Sekretaris 
Perwakilan Sekretaris Umum Komisi Pemilihan Umum Kota 
Yogyakarta. 
b. Sugiyanto, SH. NIP 490029025, sebagai Kepala Sub 
Bagian Teknis dan Hukum Sekretariat Perwakilan 
Sekretaris Umum Komisi Pemilihan Umum Kota 
Yogyakarta. 
c. Indradi Yohananto, SH. NIP 010269301, sebagai Kepala 
Sub Bagian Penerangan Masyarakat dan Umum Sekretariat 
Komisi Pemilihan Umum Kota Yogyakarta. 
3. Permasalahan yang dihadapi 
a. Kondisi personil sampai laporan ini dibuat sebanyak 16 
(enam belas) orang dengan rincian 13 (tiga belas) orang 
sudah definitif (SK Walikota) dan 3 (tiga) orang masih surat 
tugas. 
b. Sampai saat ini belum terdapat ketentuan yang mengatur 
tentang Status Kepegawaian, jumlah pasti personil 
Sekretariat, pola pembinaan pegawai, maupun perbaikan 
tingkat kesejahteraan. 
4. Langkah Sekretariat. 
a. Membuat Telaahan Staf tentang personil Sekretariat 
kepada Sekretaris Jenderal Komisi Pemilihan Umum sesuai
Surat Sekretaris KPU Kota Yogyakarta Nomor : 270/481 
tanggal 21 September 2004 tentang Saran Personil. 
b. Surat tersebut mendapat tanggapan positif dari Sekretaris 
Jenderal Komisi Pemilihan Umum sesuai Surat Nomor : 
1768/15/X/2004 tanggal 12 Oktober 2004 tentang Saran 
Personil. 
B. Rekrutmen dan Penetapan Anggota KPU Kota Yogyakarta 
serta Kegiatan Awal KPU Kota Yogyakarta 
1. Dasar hukum pembentukan Komisi Pemilihan Umum Kota 
Yogyakarta adalah Keputusan Komisi Pemilihan Umum 
Nomor 68 Tahun 2003 tentang Tata Cara Seleksi dan 
Penetapan Keanggotaan Komisi Pemilihan Umum Propinsi, 
Kabupaten/Kota. 
2. Kegiatan yang dilaksanakan. 
a. Pembentukan Tim Seleksi tingkat Kota. 
b. Pelaksanaaan Seleksi. 
3. Pembentukan Tim Seleksi tingkat Kota. Tim Seleksi tingkat 
Kota Yogyakarta terbentuk sesuai Surat Keputusan Walikota 
Yogyakarta Nomor 113/KD/TAHUN 2003 tanggal 12 April 
2003 tentang Tim Seleksi Calon Anggota Komisi Pemilihan 
Umum Kota Yogyakarta dengan susunan personil sebagai 
berikut : 
a. Drs. H. Bitus Iswanto, MM. dari unsur akademisi 
b. Drs. HA. Adaby Darban, SU. dari unsur akademisi 
c. Drs. Untung Budiono dari unsur Tokoh Masyarakat 
d. Dra. Susilastuti Msi dari unsur Pers 
e. Ir. Hadi Prabowo dari unsur Pemerintah Kota 
f. Untung Srihadi P. Sekretaris Perwakilan Sekretariat Umum 
Komisi Pemilihan Umum 
Sesuai kesepakatan forum mempercayakan kepada Drs. H. 
Bitus Iswanto, MM untuk menjabat sebagai Ketua Tim Seleksi. 
Dalam melaksanakan tugas Tim Seleksi difasilitasi oleh 
Sekretariat Perwakilan Sekretaris Umum Kota Yogyakarta 
dengan tahapan kegiatan sebagai berikut : 
a. Audensi dengan Walikota dan Wakil Walikota Yogyakarta 
b. Audensi dengan Pimpinan DPRD Kota Yogyakarta 
c. Menyiapkan bahan administrasi pencalonan Anggota KPU 
d. Menyelenggarakan tahapan seleksi tingkat Kota Yogyakarta 
4. Pelaksanaan Seleksi.
a. Tahap penerimaan pendaftaran Guna menyebarluaskan 
informasi kepada masyarakat luas tentang pelaksanaan seleksi 
Calon anggota Komisi Pemilihan Umum Daerah Tim seleksi 
memanfaatkan media cetak, memasang pengumuman di Kantor 
Kelurahan/Kecamatan se kota Yogyakarta, dari upaya tersebut 
telah terambil formulir pendaftaran sebanyak 325 formulir 
dengan rincian : 
1) Dari jenis kelamin : 
- Laki laki = 230 orang 
- Perempuan = 95 orang 
2) Dilihat dari jenjang pendidikan : 
- Strata 3 = 1 orang 
- Strata 2 = 14 orang 
- Strata 1 = 212 orang 
- Diploma 3 = 30 orang 
- SLTA = 44 orang 
- Mahasiswa = 19 orang 
- Lain lain = 5 orang 
5. Tahapan seleksi administrasi. 
Dari 325 berkas yang terambil hanya 126 orang yang 
mengembalikan formulir, dari jumlah tersebut setelah diadakan 
pengecekan tentang kelengkapan berkas, berkas yang 
memenuhi persyaratan administrasi hanya 86 (delapan puluh 
enam) berkas. 
6. Tahapan seleksi lanjutan. 
Metoda yang digunakan melalui pelemparan pertanyaan secara 
tertulis dan wawancara/diskusi. Sesuai proses dan prosedur 
yang ditempuh akhirnya diperoleh 10 (sepuluh) calon yang 
memenuhi kriteria sebagai berikut : 
a. Aan Kurniasih, SH. 
b. Bernadus Monda Pandapotan Saragi, SH. 
c. Drs. Eko Asihanto. 
d. Eko Budi Siswono, SH. 
e. Hendy Setiawan, S.IP. 
f. Ismail Ts. Siregar. 
g. Drs. Miftachul Alfin, MSHRM. 
h. Nasrullah, SH. 
i. Rahmat Muhajir Nugroho, SH.
j. R. Moch. Nufrianto Aris Munandar, SE. 
Selanjutnya Tim Seleksi menyerahkan hasil seleksi kepada 
Walikota Yogyakarta sesuai Surat Tim Seleksi Nomor : 
X/270/001/KPU/03 tanggal 5 Mei 2003, sebagai bahan laporan 
oleh Walikota Yogyakarta kepada Gubernur DIY c/q Sekretaris 
Perwakilan Komisi Pemilihan Umum. 
7. Tahapan seleksi tingkat KPU Propinsi Seleksi oleh Tim KPU 
Propinsi DIY dilaksanakan selama 1 (satu) hari dengan 
sususan Tim sebagai berikut : 
a. Suparman Marzuki, SH., Msi. Ketua KPU Propinsi DIY 
b. Drs. H. Mohammad Najib, Msi. Anggota 
c. Dra. Nur Azizah, Msi. Anggota 
d. Any Rochyati, SE., Msi. Anggota 
e. Samsul Bayan, SH., MH. Anggota 
8. Tahapan pengumuman dan pelantikan. 
Pada tanggal 12 Juni 2004 Sekretaris Perwakilan Sekretaris 
Umum Komisi Pemilihan Umum Kota Yogyakarta menerima 
Berita Acara Penetapan hasil seleksi Tim Propinsi 5 (lima) 
orang calon dari Kota Yogyakarta sebagai berikut : 
i. Aan Kurniasih, SH. 
ii. Hendy Setiawan, S.IP. 
iii. Drs. Miftachul Alfin, MSHRM. 
iv. Nasrullah, SH. 
v. Rahmat Muhajir Nugroho, SH. 
Pada tanggal 13 Juni 2003 bertempat di Kantor KPU Propinsi 
dilaksanakan pelantikan anggota KPU Kabupaten/Kota se DIY 
oleh Ketua KPU Propinsi DIY Suparman Marzuki, SH., Msi. 
9. Kegiatan awal Komisi Pemilihan Umum Kota Yogyakarta. 
a. Melakukan rapat untuk menentukan Ketua dan Divisi 
dengan hasil : 
1) Drs. Miftachul Alfin, MSHRM. sebagai Ketua dan 
merangkap Divisi Pendaftaran, Pencalonan dan Peserta 
Pemilu. 
2) Nasrullah, SH. sebagai Divisi Hukum dan Hubungan 
Antar Lembaga. 
3) Hendy Setiawan, S.IP. sebagai Divisi Pemungutan Suara 
dan Penetapan Hasil Pemilu.
4) Rahmat Muhajir Nugroho, SH. sebagai Divisi Pendidikan, 
Informasi dan Kajian Pengembangan. 
5) Aan Kurniasih, SH. sebagai Divisi Logistik, Personil dan 
Keuangan Pemilu. 
b. Audensi dengan jajaran Muspida Kota Yogyakarta dan 
Pimpinan DPRD Kota Yogyakarta. 
c. Mengikuti Rapat Kerja Persiapan Penyelenggaraan Pemilu 
2004 bagi Anggota KPU Kabupaten/Kota Jateng dan DIY 
pada tanggal 23 s/d 24 Juni 2004 di Hotel Ambarrukmo 
Yogyakarta. 
1) Dialog dengan Partai Politik Peserta dialog adalah 
Partai Politik hasil Pemilu tahun 1999 karena Partai 
Politik Peserta Pemilu 2004 belum ditentukan, namun 
demikian tingkat kehadiran pengurus diatas 50 %. 
Kegiatan dialog ini bertujuan : 
a) Perkenalan anggota Komisi Pemilihan Umum Kota 
Yogyakarta sebagai penyelenggara Pemilu di Daerah 
serta mensosialisasikan tugas, tanggung jawab, 
kewajiban dan batasan kewenangan Komisi Pemilihan 
Umum Kota Yogyakarta. 
b) Menjalin komunikasi dan hubungan timbal balik yang 
baik antara Komisi Pemilihan Umum dengan para 
pengurus Parpol yang ada di Kota Yogyakarta. 
c) Mempererat hubungan antar pengurus Partai Politik 
sehingga terjalin semangat kebersamaan dan 
memperlancar komunikasi dalam menyongsong 
penyelenggaraan Pemilu 2004. 
d) Agar para pengurus Partai Politik mengetahui secara 
garis besar tentang Tahapan, Jadwal waktu dan 
mekanisme pelaksanaan Pemilu 2004 sehingga setiap 
Parpol memiliki waktu yang cukup dalam persiapan 
mengikuti Pemilu 2004. 
C. Pembentukan PPK dan PPS 
Pelaksanaan Pemilu tahun 2004 membutuhkan aparat 
penyelenggara di tingkat Kecamatan, Kelurahan/Desa dan 
Tempat Pemungutan Suara. Sesuai dengan Undang-undang 
Nomor 12 Tahun 2003 tentang Pemilu Anggota DPR, DPD dan 
DPRD, penyelenggara pemilu di tingkat Kecamatan adalah 
Panitia Pemilihan Kecamatan yang disingkat dengan PPK.
Penyelenggara Pemilu di tingkat Kelurahan atau Desa adalah 
Panita Pemungutan Suara, disingkat PPS. Sedangkan 
penyelenggara pemilu tingkat terbawah yaitu TPS adalah 
Kelompok Penyelenggara 
Pemungutan Suara atau disingkat KPPS. PPK dan PPS dibentuk 
oleh KPU Kabupaten/Kota sedangkan KPPS dibentuk oleh PPS. 
1. Rekrutmen PPK 
Dalam melaksanakan rekrutmen atau pembentukan 
penyelenggara Pemilu di tingkat bawahnya, KPU Kota 
Yogyakarta selalu mendasarkan segala perencanaannya 
berdasarkan berbagai peraturan perundang-undangan yang 
berlaku. 3 peraturan yang dijadikan dasar perencanaan adalah 
: 
Undang-undang Nomor 12 Tahun 2003 
Keputusan Komisi Pemilihan Umum Nomor 100 Tahun 
2003. 
Radiogram KPU nomor 32/RDG/VII/2003. 
Atas 3 dasar tersebut, KPU Kota Yogyakarta dalam langkah 
pertamanya membentuk Kelompok Kerja yang khusus 
menangani pembentukan PPK dan PPS se-Kota Yogyakarta 
yang dituangkan dalam Surat Keputusan Komisi Pemilihan 
Umum Kota Yogyakarta Nomor : 004/SK.KPU-YK/2003 
tertanggal 17 Juli 2003. Dalam rapat koordinasi pertamanya 
kelompok kerja merumuskan 2 hal penting yaitu : 
Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kota Yogyakarta 
Nomor 01 tahun 2003 tentang “Tata Cara Perekrutan dan 
Penetapan Keanggotaan Panitia Pemilihan Kecamatan se- 
Kota Yogyakarta”, tertanggal 18 Juli 2003, dan 
Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kota Yogyakarta 
Nomor 02 tahun 2003 tentang “Tata Cara Perekrutan dan 
Penetapan Keanggotaan Panitia Pemungutan Suara se – 
Kota Yogyakarta”, tertanggal 7 Agustus 2003. 
Dalam 2 Keputusan tersebut dirinci secara jelas mengenai 
pengertian umum, jumlah keanggotaan, syarat-syarat 
keanggotaan, tata cara pengajuan calon, mekanisme 
perekrutan, persetujuan dan penetapan, kelengkapan 
administrasi serta anggaran pembentukan PPK dan PPS. Satu 
lagi patokan dasar dalam perencanaan adalah batas terakhir
dalam Keputusan Komisi Pemilihan Umum nomor 100 tahun 
2003 tidak dilanggar. Batas akhir pembentukan PPK adalah 
21 Agustus 2003 sedangkan batas akhir pembentukan PPS 
adalah 2 September 2003. 
Calon anggota PPK diajukan oleh Camat untuk mendapatkan 
persetujuan KPU Kota Yogyakarta. Untuk memperoleh 
persepsi yang sama maka KPU Kota Yogyakarta mengundang 
Camat se – Kota Yogyakarta pada tanggal 19 Juli 2003. 
Dalam koordinasi dengan para camat tersebut KPU Kota 
menjelaskan secara rinci maksud dan tujuan akan 
diadakannya pembentukan PPK yang prosesnya adalah 
melibatkan camat sebagi pihak yang berwenang dalam 
mengajukan calon-calon 
PPK maksimal sebanyak 2 kali jumlah anggota PPK yaitu 10 
orang. Hasil kesepakatan KPU Kota Yogyakarta dengan para 
Camat rapat dalam koordinasi tersebut adalah : 
a. Proses pembentukan PPK adalah bersifat terbuka untuk 
seluruh masyarakat yang memenuhi persyaratan. 
b. KPU Kota Yogyakarta berwenang mensosialisasikan proses 
rekrutmen anggota PPK kepada seluruh masyarakat melalui 
pengumuman di media cetak dan penggandaan formulir 
pendaftaran. 
c. Camat berwenang dalam penerimaan pendaftaran dan 
pengajuan calon anggota PPK yang disusun berdasarkan 
ranking. 
d. Camat berwenang untuk membentuk atau tidak membentuk 
Tim Seleksi Tingkat Kecamatan. 
e. Camat berwenang untuk mengadakan seleksi dengan 
metode yang dikehendaki apabila jumlah pendaftar lebih 
dari 10 orang. 
f. KPU Kota Yogyakarta berwenang untuk menetapkan calon 
anggota PPK terpilih yang diusulkan oleh Camat tanpa 
intervensi pihak manapun. 
g. Tahapan perekrutan PPK se – Kota Yogyakarta tetap 
mengacu pada jadual yang ditetapkan dalam Keputusan 
KPU Kota Yogyakarta nomor 2 tahun 2003. 
Dalam proses pendaftaran beberapa Kecamatan menerima 
pendaftar berjumlah lebih dari 10 orang sehingga harus 
mengadakan seleksi. Akan tetapi juga ada Kecamatan yang
menerima pendaftar tepat atau kurang dari 10 orang sehingga 
merasa tidak perlu mengadakan seleksi. Akan tetapi terlepas 
dari itu semua, jadual pengajuan calon anggota PPK oleh 
Camat kepada KPU Kota Yogyakarta tepat sesuai jadual yaitu 
tanggal 9 Agustus 2003. 
Berdasarkan daftar yang diajukan oleh Camat itulah, KPU 
Kota Yogyakarta mulai menseleksi calon-calon anggota PPK 
dengan kriteria yang telah disepakati oleh KPU Kota 
Yogyakarta yaitu : 
a. Rekomendasi dari camat, ranking 1-5, mendapat nilai 40, 
ranking 6 – 10 tidak mendapat nilai. 
b. Pengalaman dalam Pemilu, nilai berkisar 0 – 10. 
c. Tingkat pendidikan, nilai berkisar 0 – 10. 
d. Pengalaman berorganisasi, nilai berkisar 0 – 10. 
e. Tingkat ketokohan, nilai berkisar 0 – 10. 
Selain kriteria tersebut ada pertimbangan lainnya yang tidak 
bisa diukur dengan nilai yaitu : 
a. Ada tidaknya catatan kepolisian dari calon 
bersangkutan. 
B. Ada tidaknya masukan dari masyarakat terhadap calon 
bersangkutan. 
C. Terlibat tidaknya calon bersangkutan dalam aktifitas 
kepartaian. 
D. Pertimbangan kuota keterwakilan perempuan sebanyak 30%. 
E. Pertimbangan pemerataan asal wilayah (kelurahan) para 
calon bersangkutan dalam 1 wilayah Kecamatan. 
4. Dengan berbagai pertimbangan tersebut diatas maka 
konsekuensinya adalah bahwa tidak semua dan tidak selalu 
calon yang masuk ranking 1 - 5 yang diajukan oleh camat 
akan disetujui dan ditetapkan menjadi anggota PPK terpilih. 
Dan satu hal yang sebenarnya sangat prinsip dan cukup 
menyulitkan KPU Kota Yogyakarta dalam menetapkan 
anggota PPK terpilih adalah dilarangnya KPU 
Kota/Kabupaten mengadakan fit and proper test terhadap 
calon seperti yang tertuang dalam Radiogram KPU nomor 
32/RDG/VII/2003/. Setelah melalui beberapa kali Rapat Pleno 
dan sesuai dengan jadual yang ditetapkan, pada tanggal 15 
Agustus 2003 KPU Kota Yogyakarta berhasil memutuskan 70 
anggota PPK terpilih dari 14 Kecamatan. Pada tanggal 18 
Agustus 2003 daftar nama 70 anggota PPK terpilih
diumumkan di media cetak. Selain itu kepada calon 
bersangkutan diberikan surat pemberitahuan dan surat 
undangan untuk menghadiri pelantikan anggota PPK pada 
tanggal 21 Agustus 2003. 
5. Dalam proses menanti pelantikan ini, ada seorang calon 
anggota PPK yang tidak terpilih dari Kecamatan Gondomanan 
melakukan protes terhadap KPU Kota Yogyakarta 
mempertanyakan mengapa dirinya gagal dipilih sebagai PPK 
padahal merasa dirinya cukup mampu dan berkompeten 
sebagai anggota PPK. Protes secara per telepon maupun 
secara tatap muka diterima dengan baik oleh KPU Kota 
Yogyakarta. Setelah diberikan penjelasan secara panjang 
lebar mengapa yang bersangkutan tidak diterima dan alasan-alasannya, 
maka keputusan KPU Kota Yogyakarta dapat 
diterima yang bersangkutan dan tidak mengganggu proses 
selanjutnya. 
6. Tepat tanggal 21 Agustus 2003 yang juga merupakan tanggal 
waktu pembentukan PPK (Surat Keputusan terlampir), KPU 
Kota Yogyakarta secara resmi melantik dan mengangkat 70 
orang anggota PPK se – Kota Yogyakarta di Ruang Rapat 
Utama Atas Komplek Balaikota Yogyakarta pukul 09.00 WIB. 
Dalam pelantikan ini dihadiri oleh Muspida Kota Yogyakarta, 
Panwaslu Kota Yogyakarta, Muspika se- Kota Yogyakarta dan 
tamu undangan lainnya. 
7. Segera setelah pelantikan dalam rangka mempersiapkan PPK 
menjalankan tugas yang sudah menghadang maka KPU Kota 
Yogyakarta segera mengadakan briefing terhadap PPK. 
Materi briefing terhadap PPK ada 4 hal pokok yaitu : 
PPK segera melakukan pemilihan Ketua PPK. 
PPK segera mengusulkan pengangkatan 1 orang Sekretaris 
PPK dan 3 orang Staf Sekretariat PPK kepada Camat. 
Segera menetapkan anggota PPS terpilih. 
Segera mempersiapkan bahan-bahan untuk rapat kerja. 
Keempat tugas pokok itulah yang harus segera dilaksanakan 
oleh PPK terutama poin ketiga yaitu penetapan anggota PPS 
terpilih yang pada saat briefing tersebut dilakukan yaitu pada 
tanggal 21 Agustus 2003, telah memasuki tahapan perekrutan 
anggota PPS di tingkat Kelurahan. 
2. Rapat Kerja Panitia Pemilihan Kecamatan
a. Dasar hukum penyelenggaraan Rapat Kerja Panitia Pemilihan 
Kecamatan berpedoman pada Keputusan Komisin Pemilihan 
Umum Nomor 100 Tahun 2003 tentang Tahapan, Program Kerja 
dan Jadwal Waktu Penyelenggaraan Pemilihan Umum Anggota 
Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan 
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tahun 2004. 
b. Tujuan penyelenggaraan Rapat Kerja Panitia Pemilihan 
Kecamatan untuk memberikan pembekalan materi tentang 
tatacara, mekanisme penyelenggaraan Pemilu Tahun 2004 dan 
menyamakan pola pikir maupun pola tindak kepada para 
Anggota Panitia Pemilihan Kecamatan se Kota Yogyakarta 
dalam persiapan melaksanakan tugas penyelengaraan Pemilu 
Tahun 2004. 
c. Pelaksanaan Raker PPK selama 3 (tiga) hari mulai tanggal 8 
s/d 10 September 2003 bertempat di Wisma Sejahtera III 
Kaliurang dengan pelaksanaan sebagai berikut : 
Rapat Kerja Panitia Pemilihan Kecamatan dibuka secara 
resmi oleh Walikota Yogyakarta pada hari Senin tanggal 8 
September 2003 pukul 19.00 WIB bertempat di Wisma Sejahtera 
III Kaliurang, diwakili oleh Kepala Bagian Tata Pemerintahan 
Setda Kota Yogyakarta H. Muhamad Arifin, SH. Selesai acara 
pembukaan Raker dilanjutkan penyampaian materi dengan judul 
“Peran dan Dukungan Pemerintah Kota Yogyakarta dalam 
penyelenggaraan Pemilu 2004”. 
Materi “Sistem Pemilu 2004” disampaikan oleh Ketua Komisi 
Pemilihan Umum Propinsi DIY diwakili Drs. H. Muhamad Najib, 
Msi. 
Materi “Daerah Pemilhan” disampaikan oleh Ketua Komisi 
Pemilihan Umum Kota Yogyakarta Drs. Miftachul Alfin, MSHRM. 
 
Materi “Pencalonan Anggota DPR, DPD dan DPRD 
Daerah” disampaikan oleh Nasrullah, SH. Divisi Hukum 
dan Hubungan antar Lembaga. 
Materi “Verifikasi Partai Politik dan Dewan Perwakilan 
Daerah“ disampaikan oleh Rahmat Muhajir Nugroho, SH. 
Divisi Pendidikan, Informasi Pemilu dan Kajian 
Pengembangan.
Materi “Pola Organisasi dan Tata Kerja KPU “ 
disampaikan oleh Aan Kurniasih,SH Divisi Logistik, 
Personil dan Keuangan. 
Materi “Pengelolaan Keuangan Pemilu 2004” 
disampaikan oleh Untung Srihadi P. Sekretaris KPU Kota 
Yogyakarta. 
Materi “Pemungutan dan Penghitungan Suara” 
disampaikan oleh Hendy Setiawan, S.IP. Divisi 
Pemungutan Suara dan Penetapan Hasil Pemilu. 
Materi “Mekanisme Pengawasan Pemilu 2004” 
disampaikan oleh Teguh Basuki, SH. Ketua Panwaslu 
Kota Yogyakarta. 
Materi “Keamanan dan Ketertiban Pemilu 
2004”disampaikan oleh Kombes Pol.Drs.H.Sabar 
RaharjoMBA Kapoltabes Yogyakarta. 
Sidang Kelompok dibagi dalam 3 (tiga) Komisi : 
i. Komisi A bidang Organisasi dan Tata Kerja. 
ii. Komisi B bidang Operasional. 
iii. Komisi C bidang Anggaran. 
Dalam Pelaksanaan Diskusi tiap – tiap kelompok 
dipandu oleh Anggota Komisi Pemilihan Umum Kota 
Yogyakarta, dilanjutkan Presentasi dari tiap-tiap Komisi. 
Rapat Kerja Pemilihan Kecamatan berakhir pada 
tanggal 10 September 2003 pukul 16.00 WIB, Rapat 
Kerja ditutup oleh Walikota Yogyakarta diwakili oleh 
Wakil Walikota Yogyakarta Syukri Fadholi, SH. 
Secara Umum Rapat Kerja Panitia Pemilihan Kecamatan 
dapat berjalan lancar perhatian para peserta cukup besar 
hal ini dibuktikan diajukannya pertanyaan-pertanyaan yang 
berbobot. 
3. Pembentukan PPS 
a. Dasar hukum pembentukan Panitia Pemungutan Suara 
(PPS) adalah Radigram Komisi Pemilihan Umum Nomor 
38/RDG/VIII/2003 tanggal 19 Agustus 2003 tentang 
pembentukan Panitia Pemungutan Suara. 
b. Kegiatan yang dilaksanakan.
1) Melaksanakan rapat intern KPU kota untuk menyusun 
rencana kegiatan proses rekruitmen Calon anggota 
Panitia Pemungutan Suara. 
2) Melaksanakan Rapat Koordinasi dengan Lurah se Kota 
Yogyakarta untuk menyampaikan penjelasan tentang 
mekanisme dan peran Kelurahan dalam proses 
pembentukan Panitia Pemungutan Suara 
3) Tata kala pelaksanaan seleksi Panitia Pemungutan 
Suara, sebagai berikut : 
a) Tanggal 11 s/d 16 Agustus 2003 Penyebaran 
Pengumuman kepada masyarakat. 
b) Tanggal 11 s/d 16 Agustus 2003 Pengambilan dan 
Pengembalian Formulir Pendaftaran. 
c) Tanggal 18 s/d 23 Agustus 2003 Proses Seleksi di 
tingkat Kelurahan. 
d) Tanggal 25 s/d 29 Agustus 2003 Persetujuan dan 
Penetapan Calon anggota PPS oleh Panitia Pemilihan 
Kecamatan. 
e) Tanggal 30 Agustus 2003 Pengumuman Calon Terpilih 
oleh PPK 
f) Tanggal 1 September 2003 Persiapan Pelantikan. 
g) Pelantikan dilaksanakan pada tanggal 2 September 
2003 oleh para Ketua Panitia Pemilihan Kecamatan, 
waktu dan tempat diatur sesuai situasi dan kondisi 
ditiap Kecamatan. 
4. Rapat Kerja PPS 
a. Penyelenggaraan Raker Panitia Pemungutan Suara 
bertujuan memberikan bekal kepada seluruh anggota 
Panitia Pemungutan Suara agar mereka memahami tentang 
tugas yang harus dilakukan dalam penyelenggaraan Pemilu 
nantinya. 
b. Penyelenggara dan penanggungjawab Raker adalah Panitia 
Pemilihan Kecamatan setempat. 
c. Peran Komisi Pemilihan Umum Kota Yogyakarta adalah 
sebagai fasilitator dan pengarah, pembicara adalah para 
anggota Panitia Pemilihan Kecamatan terkandung maksud 
agar diantara mereka terjalin komunikasi yang baik serta 
memberdayakan PPK sebagai penyelenggara Pemilu di 
tingkat Kecamatan.
d. Penyampaian materi oleh anggota KPU atas permintaan 
dari PPK . 
e. Secara umum Raker Panitia Pemungutan Suara dapat 
terselenggara dengan baik.

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Bab vi demokrasi ps hasil
Bab vi demokrasi ps hasilBab vi demokrasi ps hasil
Bab vi demokrasi ps hasilEdi Ison
 
Bab vi hakikat,instrumentasi dan praksis demokrasi indonesia berlandaskan pac...
Bab vi hakikat,instrumentasi dan praksis demokrasi indonesia berlandaskan pac...Bab vi hakikat,instrumentasi dan praksis demokrasi indonesia berlandaskan pac...
Bab vi hakikat,instrumentasi dan praksis demokrasi indonesia berlandaskan pac...Syaiful Ahdan
 
Teori terbentuknya negara
Teori terbentuknya negaraTeori terbentuknya negara
Teori terbentuknya negaraArin Sfaaez
 
BAGAIMANA HAKIKAT, INSTRUMENTASI, DAN PRAKSIS DEMOKRASI INDONESIA BERLANDASKA...
BAGAIMANA HAKIKAT, INSTRUMENTASI, DAN PRAKSIS DEMOKRASI INDONESIA BERLANDASKA...BAGAIMANA HAKIKAT, INSTRUMENTASI, DAN PRAKSIS DEMOKRASI INDONESIA BERLANDASKA...
BAGAIMANA HAKIKAT, INSTRUMENTASI, DAN PRAKSIS DEMOKRASI INDONESIA BERLANDASKA...Eny Ardhika Putri
 
Hakikat demokrasi
Hakikat demokrasiHakikat demokrasi
Hakikat demokrasiabd_
 
363782428 teori-terbentuk-negara
363782428 teori-terbentuk-negara363782428 teori-terbentuk-negara
363782428 teori-terbentuk-negaraYori Feriyandi
 
Kelompok 3 SMAN 1 rengasdengklok ppkn x mia 2
Kelompok 3 SMAN 1 rengasdengklok ppkn x mia 2Kelompok 3 SMAN 1 rengasdengklok ppkn x mia 2
Kelompok 3 SMAN 1 rengasdengklok ppkn x mia 2nurazizahdanu
 
Asal Mula Terbentuknya Negara (Pendidikan Kewarganegaraan)
Asal Mula Terbentuknya Negara (Pendidikan Kewarganegaraan)Asal Mula Terbentuknya Negara (Pendidikan Kewarganegaraan)
Asal Mula Terbentuknya Negara (Pendidikan Kewarganegaraan)salsabila harumi
 
Perkembangan Demokrasi diIndonesia
Perkembangan Demokrasi diIndonesiaPerkembangan Demokrasi diIndonesia
Perkembangan Demokrasi diIndonesiaWahyuElfina
 
Hub dasar negara dan konstitusi
Hub dasar negara dan konstitusiHub dasar negara dan konstitusi
Hub dasar negara dan konstitusihayui
 
Bentuk Pemerintahan - PKn kelas 10
Bentuk Pemerintahan - PKn kelas 10Bentuk Pemerintahan - PKn kelas 10
Bentuk Pemerintahan - PKn kelas 10Lovegood Loony
 
Bab 3 terbentuknya negara
Bab 3 terbentuknya negaraBab 3 terbentuknya negara
Bab 3 terbentuknya negaramuliajayaabadi
 

Was ist angesagt? (20)

Bab vi demokrasi ps hasil
Bab vi demokrasi ps hasilBab vi demokrasi ps hasil
Bab vi demokrasi ps hasil
 
Maharani syafi'i
Maharani syafi'iMaharani syafi'i
Maharani syafi'i
 
Win
WinWin
Win
 
Bab vi hakikat,instrumentasi dan praksis demokrasi indonesia berlandaskan pac...
Bab vi hakikat,instrumentasi dan praksis demokrasi indonesia berlandaskan pac...Bab vi hakikat,instrumentasi dan praksis demokrasi indonesia berlandaskan pac...
Bab vi hakikat,instrumentasi dan praksis demokrasi indonesia berlandaskan pac...
 
Teori terbentuknya negara
Teori terbentuknya negaraTeori terbentuknya negara
Teori terbentuknya negara
 
BAGAIMANA HAKIKAT, INSTRUMENTASI, DAN PRAKSIS DEMOKRASI INDONESIA BERLANDASKA...
BAGAIMANA HAKIKAT, INSTRUMENTASI, DAN PRAKSIS DEMOKRASI INDONESIA BERLANDASKA...BAGAIMANA HAKIKAT, INSTRUMENTASI, DAN PRAKSIS DEMOKRASI INDONESIA BERLANDASKA...
BAGAIMANA HAKIKAT, INSTRUMENTASI, DAN PRAKSIS DEMOKRASI INDONESIA BERLANDASKA...
 
Hakikat demokrasi
Hakikat demokrasiHakikat demokrasi
Hakikat demokrasi
 
Demokrasi (paisal)
Demokrasi (paisal)Demokrasi (paisal)
Demokrasi (paisal)
 
363782428 teori-terbentuk-negara
363782428 teori-terbentuk-negara363782428 teori-terbentuk-negara
363782428 teori-terbentuk-negara
 
Demokrasi-AinunSyarifatulFitri SMAN1 Dumi
Demokrasi-AinunSyarifatulFitri SMAN1 DumiDemokrasi-AinunSyarifatulFitri SMAN1 Dumi
Demokrasi-AinunSyarifatulFitri SMAN1 Dumi
 
Kelompok 3 SMAN 1 rengasdengklok ppkn x mia 2
Kelompok 3 SMAN 1 rengasdengklok ppkn x mia 2Kelompok 3 SMAN 1 rengasdengklok ppkn x mia 2
Kelompok 3 SMAN 1 rengasdengklok ppkn x mia 2
 
Asal Mula Terbentuknya Negara (Pendidikan Kewarganegaraan)
Asal Mula Terbentuknya Negara (Pendidikan Kewarganegaraan)Asal Mula Terbentuknya Negara (Pendidikan Kewarganegaraan)
Asal Mula Terbentuknya Negara (Pendidikan Kewarganegaraan)
 
Bangsa dan Negara
Bangsa dan NegaraBangsa dan Negara
Bangsa dan Negara
 
Perkembangan Demokrasi diIndonesia
Perkembangan Demokrasi diIndonesiaPerkembangan Demokrasi diIndonesia
Perkembangan Demokrasi diIndonesia
 
Hub dasar negara dan konstitusi
Hub dasar negara dan konstitusiHub dasar negara dan konstitusi
Hub dasar negara dan konstitusi
 
Konstitusi
KonstitusiKonstitusi
Konstitusi
 
In mc. word
In mc. wordIn mc. word
In mc. word
 
Bentuk negara dan pemerintahan
Bentuk negara dan pemerintahanBentuk negara dan pemerintahan
Bentuk negara dan pemerintahan
 
Bentuk Pemerintahan - PKn kelas 10
Bentuk Pemerintahan - PKn kelas 10Bentuk Pemerintahan - PKn kelas 10
Bentuk Pemerintahan - PKn kelas 10
 
Bab 3 terbentuknya negara
Bab 3 terbentuknya negaraBab 3 terbentuknya negara
Bab 3 terbentuknya negara
 

Ähnlich wie Ppkn tendri

Makalah Bentuk Republk, berdasarkan Pancasila, dan kedaulatan negara
Makalah Bentuk Republk, berdasarkan Pancasila, dan kedaulatan negaraMakalah Bentuk Republk, berdasarkan Pancasila, dan kedaulatan negara
Makalah Bentuk Republk, berdasarkan Pancasila, dan kedaulatan negaraMuhammad Agung
 
Demokrasi di indonesia pasca reformasi adalah demokrasi
Demokrasi di indonesia pasca reformasi adalah demokrasiDemokrasi di indonesia pasca reformasi adalah demokrasi
Demokrasi di indonesia pasca reformasi adalah demokrasiAriz Frends
 
Sistem pemerintahan presidensial dan parlementer
Sistem pemerintahan presidensial dan parlementerSistem pemerintahan presidensial dan parlementer
Sistem pemerintahan presidensial dan parlementeramrinarosada7x
 
Bentuk, sistem pemerintahan dan kedaulatan negara
Bentuk, sistem pemerintahan dan kedaulatan negaraBentuk, sistem pemerintahan dan kedaulatan negara
Bentuk, sistem pemerintahan dan kedaulatan negaraAnnisa Nafiya
 
PPT Demokrasi Gilang era reformasi di indonesia.pptx
PPT Demokrasi Gilang era reformasi di indonesia.pptxPPT Demokrasi Gilang era reformasi di indonesia.pptx
PPT Demokrasi Gilang era reformasi di indonesia.pptx12140310971
 
Teori Politik Moderen
Teori Politik ModerenTeori Politik Moderen
Teori Politik ModerenMuhamad Yogi
 
Bentuk bentuk negara
Bentuk bentuk negaraBentuk bentuk negara
Bentuk bentuk negaraFazrin Heros
 

Ähnlich wie Ppkn tendri (20)

Makalah Bentuk Republk, berdasarkan Pancasila, dan kedaulatan negara
Makalah Bentuk Republk, berdasarkan Pancasila, dan kedaulatan negaraMakalah Bentuk Republk, berdasarkan Pancasila, dan kedaulatan negara
Makalah Bentuk Republk, berdasarkan Pancasila, dan kedaulatan negara
 
Demokrasi di indonesia pasca reformasi adalah demokrasi
Demokrasi di indonesia pasca reformasi adalah demokrasiDemokrasi di indonesia pasca reformasi adalah demokrasi
Demokrasi di indonesia pasca reformasi adalah demokrasi
 
Sistem pemerintahan presidensial dan parlementer
Sistem pemerintahan presidensial dan parlementerSistem pemerintahan presidensial dan parlementer
Sistem pemerintahan presidensial dan parlementer
 
Bentuk, sistem pemerintahan dan kedaulatan negara
Bentuk, sistem pemerintahan dan kedaulatan negaraBentuk, sistem pemerintahan dan kedaulatan negara
Bentuk, sistem pemerintahan dan kedaulatan negara
 
Bentuk negara dan pemerintahan
Bentuk negara dan pemerintahanBentuk negara dan pemerintahan
Bentuk negara dan pemerintahan
 
PPT Demokrasi Gilang era reformasi di indonesia.pptx
PPT Demokrasi Gilang era reformasi di indonesia.pptxPPT Demokrasi Gilang era reformasi di indonesia.pptx
PPT Demokrasi Gilang era reformasi di indonesia.pptx
 
Demokrasi indonesia amerika
Demokrasi indonesia amerikaDemokrasi indonesia amerika
Demokrasi indonesia amerika
 
Artikel jadi
Artikel jadiArtikel jadi
Artikel jadi
 
Artikel jadi
Artikel jadiArtikel jadi
Artikel jadi
 
Teori Politik Moderen
Teori Politik ModerenTeori Politik Moderen
Teori Politik Moderen
 
Demokrasi indonesia
Demokrasi indonesiaDemokrasi indonesia
Demokrasi indonesia
 
Bentuk bentuk negara
Bentuk bentuk negaraBentuk bentuk negara
Bentuk bentuk negara
 
Sistem Pemerintahan di Dunia
Sistem Pemerintahan di Dunia Sistem Pemerintahan di Dunia
Sistem Pemerintahan di Dunia
 
pkn.pptx
pkn.pptxpkn.pptx
pkn.pptx
 
Demokrasi
DemokrasiDemokrasi
Demokrasi
 
Makalah hukum tata negara
Makalah hukum tata negaraMakalah hukum tata negara
Makalah hukum tata negara
 
Makalah hukum tata negara (2)
Makalah hukum tata negara (2)Makalah hukum tata negara (2)
Makalah hukum tata negara (2)
 
Makalah hukum tata negara
Makalah hukum tata negaraMakalah hukum tata negara
Makalah hukum tata negara
 
Kwn bab 4
Kwn bab 4Kwn bab 4
Kwn bab 4
 
Paper Demokrasi
Paper DemokrasiPaper Demokrasi
Paper Demokrasi
 

Ppkn tendri

  • 1. OLEH: 1)ALYA EGA FATIHA 2)ANNISA TENDRIARANI SARAGIH 3)DINDA YULIA SUPARTA 4)MAULA NURLATIFAH 5)SYAWITRI MULTI KELAS X MIA2
  • 2. Bentuk dan Kedaulatan Negara Indonesia Bentuk Negara Bentuk Kedaulatan Negara Kesatuan Negara Serikat Kedaulatan KeDalam Kedaulatan keluar Kompleks Sistem Kekuasaan Negara Bentuk Pemerintahan Klasik 1.Aristoteles 2. Plato 3.Polybios 4. Leon Dugult Bentuk Pemerintahan Republik 1.Republik absolut 2. Republik konsitusional 3.Republuk Parementer Sisem Pemerintahan 1. Sistem Pemerintahan Presidensial 2. Sistem Pemerintahan Parementer 3. Sistem Pemerintahan Referendum Pemilu Sebagai Pelaksanaan Kedaulatan Rakyat
  • 3. BENTUK DAN KEDAULATAN NEGARA INDONESIA  BENTUK NEGARA 1. Negara Kesatuan Negara kesatuan adalah negara berdaulat yang diselenggarakan sebagai satu kesatuan tunggal, di mana pemerintah pusatadalah yang tertinggi dan satuan-satuan subnasionalnya hanya menjalankan kekuasaan-kekuasaan yang dipilih olehpemerintah pusat untuk didelegasikan. Bentuk pemerintahan kesatuan diterapkan oleh banyak negara di dunia. 2. Negara Serikat Negara serikat (federal) adalah suatu Negara yang merupakan gabungan dari beberapa Negara, yang menjadi Negara-negara bagian dari Negara serikat itu.  BENTUK KEDAULATAN Berdasarkan sifatnya, kedaulatan terbagi menjadi 2 yaitu: A.Kedaulatan kedalam artinya pemerintah (negara) mempunyai kekuasaan untuk mengatur kehidupan negara melalui lembaga negara atau alat perlengkapan negara yang diperlukan untuk itu. Kedaulatan kedalam nampak pada tujuan negara seperti yang ada dalam pembukaan UUD 1945, sebagai berikut: 1. Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia. 2. Memajukan kesejahteraan umum. 3. Mencerdaskan kehidupan bangsa 4. Ikut serta melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan. kemerdekaan perdamaian abadi dan kedilan sosial Dari penjelasan tentang kedaulatan kedalam dapat disimpulkan bahwa, Negara Indonesia memiliki kekuasaan untuk mengatur kehidupan rakyat Indonesia, menyejahterakan rakyat Indonesia, dengan segenap
  • 4. kemampuannya tanpa campur tangan negara lain. Misalnya menentukan pendidikan yang cocok untuk bangsa Indonesia, ekonomi, politik yang cocok untuk bangsa Indonesia, dan lainya. B.Kedaulatan keluar mengandung pengertian kekuasaan untuk mengadakan hubungan atau kerjasama dengan negara lain. Hubungan dan kerjasama ini tentu saja untuk kepentingan nasional. Ini berarti pula bahwa negara Indonesia mempunyai kedudukan yang sederajat dengan negara lain. Kedaulatan keluar ini nampak pada Pembukaan UUD 1945 dan pasal-pasal UUD 1945, yaitu: 1. Ikut melaksanakan ketertiban dunia, berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial 2. Pasal 11 ayat (1), berbunyi : Presiden dengan persetujuan DPR menyatakan perang, membuat perdamaian, dan perjanjian dengan negara lain. 3. Pasal 13 ayat (1), berbunyi : Presiden mengangkat duta dan konsul
  • 5. KOMPLEKSITAS SISTEM KEKUASAAN NEGARA  Bentuk Pemerintahan Klasik 24 DESEMBER 2009 Mengenai bentuk pemerintahan klasik, pada umumnya masih menggabungkan bentuk negara dan bentuk pemerintahan. Bahkan Mac Iver dan Leon Duguit menyatakan bahwa bentuk negara sama dengan bentuk pemerintahan. Dalam teori klasik, bentuk pemerintahan dapat dibedakan berdasarkan jumlah orang yang memerintah dan sifat pemerintahannya. Tokoh yang menganut teori klasik adalah Aristoteles, Plato, Polybios. A. Aristoteles berikut bentuk pemerintahan menurut Aristoteles. 1. Monarki, suatu bentuk pemerintahan yang dipegang oleh satu orang demi kepentingan umum. 2. Tirani, suatu bentuk pemerintahan yang dipegang oleh seseorang demi kepentingan pribadi. 3. Aristokrasi, suatu bentuk pemerintahan yang dipegang oleh sekelompok cendikiawan demi kepentingan umum. 4. Oligarki, suatu bentuk pemerintahan yang dipegang oleh sekelompok cendikiawan untuk kepentingan kelompoknya. 5. Politea, suatu bentuk pemerintahan yang dipegang oleh seluruh rakyat demi kepentingan umum. 6. Anarki, suatu bentuk pemerintahan yang dipegang oleh banyak orang yang tidak berhasil menjalankan kekuasaannya untuk kepentingan umum.
  • 6. 7. Demokrasi, suatu bentuk pemerintahan yang dipegang oleh rakyat yang dijalankan untuk kepentingan seluruh rakyat (dari dan untuk rakyat) B. Plato Plato mengungkapkan lima bentuk pemerintahan yaitu sebagai berikut : 1. Aristokrasi, suatu bentuk pemerintahan yang dipegang oleh kaum cendikiawan yang dilaksanakan sesuai dengan pikiran keadilan. 2. Oligarki, suatu bentuk pemerintahan yang dipegang oleh golongan hartawan. 3. Temokrasi, suatu bentuk pemerintahan yang dipegang oleh orang-orang yang ingin mencapai kemahsyuran dan kehormatan. 4. Demokrasi, suatu bentuk pemerintahan yang dipegang oleh rakyat jelata. 5. Tirani, suatu bentuk pemerintahan yang dipegang oleh seorang tiran (sewenang-wenang) sehingga jauh dari cita-cita keadilan. C. Polybios Polybios terkenal dengan teorinya yang disebut Cyclus Theory, yang sebenarnya merupakan pengembangan lebih lanjut dari ajaran Aristoteles dengan sedikit perubahan, yaitu mengganti bentuk pemerintahan Politea dengan demokrasi. Monarki → Tirani → Aristokrasi → Oligarki → Demokrasi → Okhlokrasi → Monarki Berdasarkan bentuk pemerintahan yang diungkapkan oleh Polybios, dapat dijelaskan sebaga berikut. Monraki merupakan bentuk pemerintahan yang baik karena mengutamakan kepentingan umum. namun, hal tiu hanya pada awalnya saja, karena lama kelamaan raja tidak lagi memperhatikan rakyat, tetapi justru cenderung bersikap
  • 7. sewenang-wenang dalam memerintah. Akhirnya pemerintahan monarki pun berubah menjadi tirani. Pemerintahan tirani yang dijalankan untuk kepentingan pribadi ini, memunculkan inisiatif dari para bangsawan untuk melawannya. Hingga terjadilah pengambil alihan kekuasaan. Lalu pemerintahan dipegang oleh beberapa orang yang dijalankan untuk kepentingan umum.Pemerintahan tirani pun berubah menjadi aristokrasi. Dalam pemerintahan aristokrasi, pada mulanya memang baik karena dijalankan untuk kepentingan umum. Namun, lama-kelamaan tidak lagi mengutamakan keadilan karena dijalankan untuk kepentingan pribadi. Akhirnya bentuk pemerintahan aristokrasi bergeser menjadi oligarki. Pada masa pemerintahan oligarki ini,pada perkembangannya tidak dirasakan adanya keadilan, maka munculah pemberontakan dari rakyat untuk mengambil alih kekuasaan. Kemudian pemerintahan pun dijalankan oleh rakyat untuk kepentinganrakyat. Oligarki berubah menjadi demokrasi. Pada pemerintahan demokrasi ini, ternyata banyak terjadi penyimpangan-penyimpangan, antara lain maraknya korupsi, serta tidak ada penegakan hukum. Instabilitas politik ini merubah demokrasi menjadi okhlokrasi. Pada masa pemerintahan okhlokrasi yang penuh dengan kekacauan ini, kemudian muncul seseorang yang kuat dan berani merebut pemerintahan. Pada akhirnya bentuk pemerintahan okhlokrasi kembali dipegang satu orang dan menjadi monarki. Namun teori Polybios ini dapat dikatakan sifatnya deterministik, artinya perubahan bentuk pemerintahan ini mengikuti siklus yang berurutan dari pemerintahan baik, kemudian digantikan pemerintahan buruk, lalu digantikan lagi dengan pemerintahan baik danseterusnya. Polybios pun beranggapan adanya hubungan kausal antar siklus tersebut karena lahirnya bentuk pemerintahan merupakan akibat bentuk pemerintahan yang sebelumnya.
  • 8. D. Leon Duguit Pendapat Jellinek tidak disetujui oleh Leon Duguit karena kriteria pembeda cara pembentukan kemauan negara tidak sesuai dengan kenyataan. Menurut Duguit, bentuk pemerintahan ditentukan berdasarkan:  Jumlah orang yang memegang kekuasaan untuk menyelenggarakan kepentingan bersama dalam negara;  Cara penunjukan kepala negara. Pemerintahan disebut monarkhi apabila diselenggarakan oleh satu orang raja/ kaisar; disebut oligarkhi apabila diselenggarakan oleh beberapa (sedikit) orang; dan demokrasi (berasal dari kata demos yang berarti rakyat dan kratein) apabila diselenggarakan oleh banyak orang. Dalam bukunya yang berjudul “Traite de Droit Constitutionale”, Duguit membedakan bentuk pemerintahan menjadi monarkhi dan republik dengan cara atau sistem penunjukan kepala negara sebagai kriteria pembeda. Monarkhi adalah bentuk pemerintahan yang kepala negaranya diangkat berdasarkan waris atau keturunan (herediter) dan menjabat seumur hidup. Dalam pemerintahan monarkhi tidak terjadi pemilihan kepala negara oleh rakyat atau parlemen. Maka, monarkhi melahirkan wangsa atau dinasti, keluarga pewaris tahta kerajaan. Republik adalah bentuk pemerintahan yang kepala negaranya dipilih oleh rakyat (secara langsung maupun melalui perwakilan). Masa jabatan kepala negaranya dibatasi (misalnya: empat tahun seperti di Amerika Serikat; atau lima tahun seperti di Indonesia). Otto Koellreutter sependapat dengan Leon Duguit, tetapi kriteria pembeda yang menurutnya lebih tepat adalah kesamaan dan ketidaksamaan. Monarkhi merupakan bentuk pemerintahan yang
  • 9. didasarkan atas ukuran ketidaksamaan, karena tidak setiap orang dapat menjadi kepala negara (raja). Sedangkan republik merupakan bentuk pemerintahan yang didasarkan atas ukuran kesamaan karena kepala negaranya dipilih dan diangkat berdasarkan kemauan dewan atau orang banyak, dan setiap orang dianggap memiliki hak yang sama untuk menjadi kepala negara. Selain bentuk pemerintahan monarkhi dan republik, Koellreutter menambahkan bentuk pemerintahan otoriter (Autoritarien Fuhrerstaat), yaitu pemerintahan oleh satu orang yang bersifat mutlak. Duguit membagi bentuk pemerintahan monarkhi menjadi: 1. Monarkhi absolut, yaitu monarkhi yang seluruh kekuasaan negaranya berada di tangan raja sehingga raja berkuasa secara mutlak, tak terbatas. Raja memegang kekuasaan secara luar biasa sehingga mudah bertindak sewenang-wenang. Perintahnya adalah hukum yang harus dilaksanakan tanpa reserve. Dalam negara monarkhi absolut berlaku semboyan Princep legibus solutus est, salus publica suprema lex yang maksudnya adalah: yang berhak membentuk undang-undang adalah raja, kesejahteraan umum adalah hukum yang tertinggi. 2. Monarkhi konstitusional, yaitu monarkhi terbatas (kekuasaan rajanya dibatasi oleh konstitusi) 3. Monarkhi parlementer, yaitu monarkhi yang kekuasaan pemerintahannya ada di tangan para menteri (baik sendiri maupun bersama-sama) yang bertanggung jawab kepada parlemen. Raja berkedudukan sebagai kepala negara, lambang keutuhan dan kesatuan negara. Karena itu raja tidak dapat diminta bertanggung jawab (The king can do no wrong). Menurut Duguit, bentuk pemerintahan republik pun dapat dibagi tiga seperti berikut: 1. Republik absolut (kadang-kadang disebut otoriter), yaitu suatu negara yang seluruh kekuasaannya berada di tangan presiden. 2. Republik konstitusional, yaitu suatu republik yang kekuasaaan presidennya dibatasi konstitusi.
  • 10. 3. Republik parlementer, yaitu suatu republik yang kekuasaan menjalankan pemerintahannya ada di tangan para menteri dan harus bertanggung jawab kepada parlemen. Menteri-menteri merupakan pelaksana pemerintahan dan mereka sendirilah yang mesti bertanggung jawab.  Bentuk pemerintahan republik Bentuk pemerintahan Republik adalah bentuk pemerintahan yang dikepalai oleh seorang presiden yang diangkat dan diberhentikan oleh rakyat dengan masa jabatan tertentu. Bentuk pemerintahan Republik dapat dibedakan yaitu: a. Republik Absolut Republik Absolut adalah bentuk pemerintahan yang dikepalai seorang presiden dimana kekuasaan dan wewenangnya tanpa dibatasi sebuah konstitusi atau ada konstitusi namun diabaikan dan legislatif pun mungkin ada, tapi tidak berfungsi. b. Republik Konstitusional Republik Konstitusional adalah bentuk pemerintahan yang dikepalai seorang presiden,dimana kekuasaan dan wewenangnya dibatasi oleh konstitusi, di sini lembaga legislatif berfungsi. c. Republik Parlementer Republik Parlementer adalah bentuk pemerintahan, dimana kepala negaranya seorang presiden dan kepala pemerintahannya seorang perdana menteri yang diangkat dan diberhentikan oleh parlemen serta bertanggung jawab pada parlemen.  SISTEM PEMERINTAHAN 1. Sistem Pemerintahan Parlementer adalah sistem pemerintahan dimna parlemen atau badan legislatif memiliki peran penting dalam pemerintahan.
  • 11. Ciri-ciri atau karakteristik pemerintahan parlementer sebagai berikut : a. Raja, ratu atau presiden sebagai kepala negara tidak memiliki kekuasan pemerintahan. b. Kepala pemerintahan adalah perdana menteri c. Parlemen adalah satu-satunya lembaga yang anggotanya dipilih langsung rakyat melalui pemilihan Umum. d. Eksekutif adalah kabinet bertanggung jawab kepada legislatif atau parlemen. e. Bila parlemen mengeluarkan mosi tak percaya kepada menteri tertentu atau seluruh menteri maka kabinet harus menyerahkan mandatnya kepada kepala negara. f. Dalam sistem dua partai yang ditunjuk membentuk kabinet segali gus sebagai perdana menteri adalah ketua partai politik pemenang pemilu. g. Dalam sistem banyak partai formatur kabinet membentuk kabinet secara koalisi dan mendapat kepercayaan parlemen. h. Bila terjadi perselisihan antara kabinet dengan parlemen maka kepala negara menganggap kabinet yang benar maka parlemen dibubarkan oleh kepala negara. Catatan: Bila parlemen dibubarkan maka tanggung jawab pelaksanaan pemilu terletak pada kabinet dalam tempo 30 hari. Bila partai politik yang menguasai parlemen menang dalam pemilu maka kabinet akan terus memerintah. Tetapi apabila yang menang dalam pemilu tersebut adala partai oposisi maka kabinet mengembalikan madatnya kepada kepala negara dan partai pemenang pemilu akan membentuk kabinet baru. Kelebihan sistem pemerintahan Parlementer : · Pembuatan kebijakan cepat karena mudah terjadi penyesuaian pendapat anatar legislatif dengan eksekutif. · Garis tanggung jawab dalam pembuatan dan pelaksanaan kebijakan publik jelas. · Adanya pengawasan yang kuat dari parlemen terhadap kabinet sehingga kabinet berhati-hati dalam menjalankan pemerintahan. Kekurangan sistem pemerintahan parlementer : · Kedudukan eksekutif/kabinet tergantung dukungan mayoritas parlemen, sehingga sewaktu waktu kabinet dapat dijatuhkan oleh parlemen. · Kabinet sewaktu-waktu dapat bubar tergantung dukungan mayoritas parlemen. · Kabinet yang berasal dari partai pemenang pemilu dapat menguasai parlemen.
  • 12. · Parlemen tempat pengkaderan bagi jabatan eksekutif. Anggota parlemen merangkap menteri atau kabinet. Prinsip-prinsip sistem pemerintahan Parlementer ada 2 yaitu : 1. Rangkap jabatan karena anggota parlemen adalah para menteri. 2. Dominasi resmi parlemen sebab merupakan lembaga legislatif tertinggi, memiliki kekuasaan membuat UU, merivisi, mencabut suatu UU. Parlemen dapat menentukan suatu UU itu konstitusional atau tidak. 2. Sistem pemerintahan Presidensial adalah keseluruhan hubungan kerja antar lembaga negara melalui pemisahan kekuasan negara, disini presiden adalah kunci dalam pengelolaan kekuasaan menjalankan pemerintahan negara. Ciri-ciri atau karakteristik sistem pemerintahan Presidensial sebagai berikut : a. Presiden sebagai kepala negara sekaligus kepala pemerintahan. b. Kabinet atau dewan menteri dibentuk oleh presiden. c. Presiden tidak bertanggung jawab kepada parleme d. Presiden tidak dapat membubarkan parlemen e. Menteri tidak boleh merangkap anggota parlemen f. Menteri bertanggung jawab kepada presiden g. Masa jabatan mebteri tergantung pada keprcayaan presiden. h. Peran eksekutif dan legislatif dibuat seimbang dengan sistem check and balances. Kelebihan sistem Presidensial :  Kedudukan eksekutif stabil sebab tidak tergantung pada legislatif atau parlemen.  Masa jabatan eksekutif jelas, misalnya 4 tahun, 5 tahun atau 6 tahun.  Penyususnan program kabinet mudah karena disesuaikan dengan masa jabatan.  Legislatif buakn tempat kaderisasi eksekutif sebab anggota parlemen tidak boleh dirangkap pejabat eksekutif. Kekurangan Sistem Presidensial :  Kekuasaan eksekutif diluar pengawasan langsung legislatif sehingga dapat menciptakan kekuasaan mutlak.  Sistem pertanggungjawaban kurang jelas.  Pembuatan kebijakan publik hasil tawar-menawar antara eksekutif dengan legislatif, tidak tegas dan waktu lama. Prinsip-perinsip sistem pemerintahan presidensial adalah :
  • 13. 1. Pemisahan jabatan karena larangan rangkap jabatan antara anggota parlemen dengan menteri atau kabinet. 2. Kontrol dan keseimbangan (check and balances) yaitu masing-masing cabang kekuasaan diberi kekuasaan untuk mengontrol cabang kekuasaan lain. 3. Sistem pemerintahan di negara komunis Lembaga legislatif di Uni Soviet dijalankan oleh lembaga yang bernama Soviet Tertinggi URRS (STU) yang terdiri dari 2 majelis yaitu majelis Uni dan majelis bangsa-bangsa. Majelis uni mencerminkan kepentingan bersama seluruh penduduk URSS ( mirip DPR) sedangkan majelis bangsa-bangsa mencerminkan bangsa-bangsa dan suku bangsa yang terdapat di wilayah URSS ( semacam Senat). Siviet tertinggi (STU) memilih presidium soviet tertinggi (semacam badan pekerja MPR) yang merupakan lembaga yang amat berkuasa di Uni Soviet. Kekuasaan Eksekutif dijalankan oleh dewan menteri yang bertanggung jawab dan tunduk kepada Siviet Teretinggi URSS. Kekuasan nyata pemerintahan di Uni Soviet berada di tangan pemimpin partai komunis. 4. Sistem Pemerintahan Referendum Di negara Swiss pembuatan UU berada dibawah pengawasan rakyat yang memiliki hak pilih. Pengawasan itu dilakukan dalam bentuk referendum. Referendum itu ada 3 jenis :  Referendum Obligatoir adalah referendum yang harus lebih dulu mendapat persetujuan langsung dari rakyat sebelum suatu UUD tertentu diberlakukan.  Referendun Fakultatif adalah referendunm yang dilaksanakan apabila dalam waktu tertentu setelah UU dilaksanakan, sejumlah orang tertentu menginginka dilaksanakannya referendum. Apabila hasil referendum menghendaki dilaksanakannya UU maka akan terus berlaku, tapi sebaliknya.  Referendum Konsultatif adalah referendum yang menyangkut soal-soal teknis. Biasanya rakyat kurang paham tentangmateri UU yang diminta persetujuannya. SISTEM PEMERINTAHAN DI AMERIKA SERIKAT  Amerika serikat adalah negara republik berbentuk Federasi (federal) terdiri dari 50 negara bagian.
  • 14.  Adanya pemisahan kekuasaan yang tegas antara legislatif, eksekutif dan yudikatif yang didasarkan pada sistem check and balances.  Kekuasaan eksekutif adalah prewsiden sebgai kepala negara sekaligus kepala pemerintahan.  Kekuasan legislatif ditangan parlemen yang beernama Kongres. Kongres terdiri dari dua kamar yaitu senat dan badan perwakilan (The House of Representatives). Anggota senat dipilih melalui pemilu yang merupakan wakil dari negara-negara bagian, setiap negara bagian 2 orang wakil. Jadi anggota senat itu 100 senator, masa jabatan 6 tahun. Sedangkan badan perwakilan merupakan wakil dari rakyat amerika serikat yang dipilih langsung untuk jabatan 2 tahun.  Kekuasaan yudikatif dipegang oleh Mahkamah Agung.  Menganut sitem 2 partai yaitu Demokrat dan republik.  Pemilihan umum menganut sistem distrik SISTEM PEMERINTAHAN DI INGGRIS  Inggris adalah negara kesatuan (United Kingdom) terdiri dari england, scotand, wales, irlandia utara, berbentuk kerajaan (monarki).  Kekuasan pemerintahan ditangan kabinet (Perdana Menteri)  Raja adalah simbol kedaulatan dan persatuan negara.  Parlemen terdiri dari 2 kamar yaitu House of commons (majelis Rendah) dan house of lords (majelis Tinggi). Majelis rendah adalah badan perwakilan rakyat dimana anggotanya dipilih oleh rakyat dari calon partai politik. Majelis Tinggi adalah perwakilan yang bberisi para bangsawan berdasarkan warisan.  Adanya oposisi dari partai yang kalah dalam pemilu.  Menganut sistem 2 partai yaitu konservatif dan partai buruh.  Badan peradilan ditunjuk oleh kabinet maka tidak ada hakim yang dipilih. SISTEM PEMERINTAHAN REPUBLIK RAKYAT CINA  Bentuk negara adalah kesatuan dengan 23 provinsi.  Bentuk pemerintahan adalah republik dengan sistem demokrasi komunis.  Kepala negara adalah presiden, dan kepala pemerintahan adalah perdana menteri.  Menggunakan sistem unikameral yaitun kongres rakyat nasional.  Lembaga negara tertinggi adalah kongres rakyat nasional sebagai badan legislatif.
  • 15.  Kekuasaan yudikatif dijalankan secara bertingkat dan kaku oleh pengadilan rakyat dibawah pimpinan mahkamah agung Cina. SISTEM PEMERINTAHAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Tidak satu katapun di UUD 1945 yang menyebutkan bahwa sistem pemerintahan negara kita adalah sistem presidensial. Negara kita menganut presidensial dapat kita pahami dari ketentuan yang terdapat dalam UUD 45 sebagai berikut:  Pasal 4 ayat1 Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan pemerintahan menurut Undang-Undang dasar.  Pasal 17 ayat 1 Presiden dibantu oleh menteri negara.  Pasal 17 ayat 2 Menteri-menteri itu diangkat dan diberhentikan oleh presiden.  Pasal 17 ayat 3 Setiap menteri membidangi urusan tertentu dalam pemerintahan.  Pasal 17 ayat 4 Pembentukan, pengubahan dan pembubaran kementerian negara diatur undang-undang. POKOK-POKOK SISTEM PEMERINTAHAN REPUBLIK INDONESIA  Bentuk negara adalah kesatuan dengan prinsip otonomi yang luas dengan 35 provinsi termasuk daerah istimewa.  Bentuk pemerintahan adalah republik dengan sistem presidensial.  Pemegang kekuasaan eksekutif adalah presiden sebagai kepala negara sekaligus kepala pemerintahan.  Kabinet atau menteri diangkat dan diberhentikan serta bertanggungjawab kepada presiden.  Parlemen pemegang kekuasaan Eksekutif yang terdiri dari 2 kamar yaitu DPR dan DPD yang merupakan sekaligus anggota MPR. Anggota DPR dipilih rakyat melalui pemilu dengan sitem proporsional terbuka, DPD dipilih rakyat secara langsung melalui pemilu yang berasal dari masing-masing provinsi sejumlah 4 orang setiap provinsi dengan sistem pemilihan distrik perwakilan banyak.  Kekuasaan Yudikatif dijalankan oleh mahkamah agung dan badan peradilan di bawahnya. A. Pembentukan Sekretariat Perwakilan Komisi Pemilihan Umum Kota Yogyakarta.
  • 16. 1. Dasar Hukum pembentukan Sekretariat Perwakilan Sekretaris Umum Komisi Pemilihan Umum Kota Yogyakarta adalah Surat Menteri Dalam Negeri Nomor : 061/815/SJ tanggal 25 April 2002 tentang pembentukan Sekretariat Pelaksana Pemilu di Propinsi dan Kabupaten/ Kota. 2. Kegiatan yang dilaksanakan. Dalam menindak lanjuti surat Mendagri Pemerintah Kota Yogyakarta melakukan persiapan dan koordinasi dengan instansi terkait guna menyusun alternatif alternatif pembentukan Sekretariat Perwakilan Sekretaris Umum Komisi Pemilihan Umum Kota Yogyakarta sebagai saran/masukan kepada Walikota Yogyakarta sehingga akan diperoleh keputusan terbaik. Sebagai realisasi dari saran Staf adalah dengan terbitnya Keputusan Walikota Yogyakarta Nomor : 20/Pem.D/BP/D.4 tanggal 1 April 2003 tentang pelantikan pejabat Struktural pada Sekretariat Perwakilan Sekretaris Umum Komisi Pemilihan Umum Kota Yogyakarta sebagai berikut : a. Sdr. Untung Srihadi P. NIP 490031981, sebagai Sekretaris Perwakilan Sekretaris Umum Komisi Pemilihan Umum Kota Yogyakarta. b. Sugiyanto, SH. NIP 490029025, sebagai Kepala Sub Bagian Teknis dan Hukum Sekretariat Perwakilan Sekretaris Umum Komisi Pemilihan Umum Kota Yogyakarta. c. Indradi Yohananto, SH. NIP 010269301, sebagai Kepala Sub Bagian Penerangan Masyarakat dan Umum Sekretariat Komisi Pemilihan Umum Kota Yogyakarta. 3. Permasalahan yang dihadapi a. Kondisi personil sampai laporan ini dibuat sebanyak 16 (enam belas) orang dengan rincian 13 (tiga belas) orang sudah definitif (SK Walikota) dan 3 (tiga) orang masih surat tugas. b. Sampai saat ini belum terdapat ketentuan yang mengatur tentang Status Kepegawaian, jumlah pasti personil Sekretariat, pola pembinaan pegawai, maupun perbaikan tingkat kesejahteraan. 4. Langkah Sekretariat. a. Membuat Telaahan Staf tentang personil Sekretariat kepada Sekretaris Jenderal Komisi Pemilihan Umum sesuai
  • 17. Surat Sekretaris KPU Kota Yogyakarta Nomor : 270/481 tanggal 21 September 2004 tentang Saran Personil. b. Surat tersebut mendapat tanggapan positif dari Sekretaris Jenderal Komisi Pemilihan Umum sesuai Surat Nomor : 1768/15/X/2004 tanggal 12 Oktober 2004 tentang Saran Personil. B. Rekrutmen dan Penetapan Anggota KPU Kota Yogyakarta serta Kegiatan Awal KPU Kota Yogyakarta 1. Dasar hukum pembentukan Komisi Pemilihan Umum Kota Yogyakarta adalah Keputusan Komisi Pemilihan Umum Nomor 68 Tahun 2003 tentang Tata Cara Seleksi dan Penetapan Keanggotaan Komisi Pemilihan Umum Propinsi, Kabupaten/Kota. 2. Kegiatan yang dilaksanakan. a. Pembentukan Tim Seleksi tingkat Kota. b. Pelaksanaaan Seleksi. 3. Pembentukan Tim Seleksi tingkat Kota. Tim Seleksi tingkat Kota Yogyakarta terbentuk sesuai Surat Keputusan Walikota Yogyakarta Nomor 113/KD/TAHUN 2003 tanggal 12 April 2003 tentang Tim Seleksi Calon Anggota Komisi Pemilihan Umum Kota Yogyakarta dengan susunan personil sebagai berikut : a. Drs. H. Bitus Iswanto, MM. dari unsur akademisi b. Drs. HA. Adaby Darban, SU. dari unsur akademisi c. Drs. Untung Budiono dari unsur Tokoh Masyarakat d. Dra. Susilastuti Msi dari unsur Pers e. Ir. Hadi Prabowo dari unsur Pemerintah Kota f. Untung Srihadi P. Sekretaris Perwakilan Sekretariat Umum Komisi Pemilihan Umum Sesuai kesepakatan forum mempercayakan kepada Drs. H. Bitus Iswanto, MM untuk menjabat sebagai Ketua Tim Seleksi. Dalam melaksanakan tugas Tim Seleksi difasilitasi oleh Sekretariat Perwakilan Sekretaris Umum Kota Yogyakarta dengan tahapan kegiatan sebagai berikut : a. Audensi dengan Walikota dan Wakil Walikota Yogyakarta b. Audensi dengan Pimpinan DPRD Kota Yogyakarta c. Menyiapkan bahan administrasi pencalonan Anggota KPU d. Menyelenggarakan tahapan seleksi tingkat Kota Yogyakarta 4. Pelaksanaan Seleksi.
  • 18. a. Tahap penerimaan pendaftaran Guna menyebarluaskan informasi kepada masyarakat luas tentang pelaksanaan seleksi Calon anggota Komisi Pemilihan Umum Daerah Tim seleksi memanfaatkan media cetak, memasang pengumuman di Kantor Kelurahan/Kecamatan se kota Yogyakarta, dari upaya tersebut telah terambil formulir pendaftaran sebanyak 325 formulir dengan rincian : 1) Dari jenis kelamin : - Laki laki = 230 orang - Perempuan = 95 orang 2) Dilihat dari jenjang pendidikan : - Strata 3 = 1 orang - Strata 2 = 14 orang - Strata 1 = 212 orang - Diploma 3 = 30 orang - SLTA = 44 orang - Mahasiswa = 19 orang - Lain lain = 5 orang 5. Tahapan seleksi administrasi. Dari 325 berkas yang terambil hanya 126 orang yang mengembalikan formulir, dari jumlah tersebut setelah diadakan pengecekan tentang kelengkapan berkas, berkas yang memenuhi persyaratan administrasi hanya 86 (delapan puluh enam) berkas. 6. Tahapan seleksi lanjutan. Metoda yang digunakan melalui pelemparan pertanyaan secara tertulis dan wawancara/diskusi. Sesuai proses dan prosedur yang ditempuh akhirnya diperoleh 10 (sepuluh) calon yang memenuhi kriteria sebagai berikut : a. Aan Kurniasih, SH. b. Bernadus Monda Pandapotan Saragi, SH. c. Drs. Eko Asihanto. d. Eko Budi Siswono, SH. e. Hendy Setiawan, S.IP. f. Ismail Ts. Siregar. g. Drs. Miftachul Alfin, MSHRM. h. Nasrullah, SH. i. Rahmat Muhajir Nugroho, SH.
  • 19. j. R. Moch. Nufrianto Aris Munandar, SE. Selanjutnya Tim Seleksi menyerahkan hasil seleksi kepada Walikota Yogyakarta sesuai Surat Tim Seleksi Nomor : X/270/001/KPU/03 tanggal 5 Mei 2003, sebagai bahan laporan oleh Walikota Yogyakarta kepada Gubernur DIY c/q Sekretaris Perwakilan Komisi Pemilihan Umum. 7. Tahapan seleksi tingkat KPU Propinsi Seleksi oleh Tim KPU Propinsi DIY dilaksanakan selama 1 (satu) hari dengan sususan Tim sebagai berikut : a. Suparman Marzuki, SH., Msi. Ketua KPU Propinsi DIY b. Drs. H. Mohammad Najib, Msi. Anggota c. Dra. Nur Azizah, Msi. Anggota d. Any Rochyati, SE., Msi. Anggota e. Samsul Bayan, SH., MH. Anggota 8. Tahapan pengumuman dan pelantikan. Pada tanggal 12 Juni 2004 Sekretaris Perwakilan Sekretaris Umum Komisi Pemilihan Umum Kota Yogyakarta menerima Berita Acara Penetapan hasil seleksi Tim Propinsi 5 (lima) orang calon dari Kota Yogyakarta sebagai berikut : i. Aan Kurniasih, SH. ii. Hendy Setiawan, S.IP. iii. Drs. Miftachul Alfin, MSHRM. iv. Nasrullah, SH. v. Rahmat Muhajir Nugroho, SH. Pada tanggal 13 Juni 2003 bertempat di Kantor KPU Propinsi dilaksanakan pelantikan anggota KPU Kabupaten/Kota se DIY oleh Ketua KPU Propinsi DIY Suparman Marzuki, SH., Msi. 9. Kegiatan awal Komisi Pemilihan Umum Kota Yogyakarta. a. Melakukan rapat untuk menentukan Ketua dan Divisi dengan hasil : 1) Drs. Miftachul Alfin, MSHRM. sebagai Ketua dan merangkap Divisi Pendaftaran, Pencalonan dan Peserta Pemilu. 2) Nasrullah, SH. sebagai Divisi Hukum dan Hubungan Antar Lembaga. 3) Hendy Setiawan, S.IP. sebagai Divisi Pemungutan Suara dan Penetapan Hasil Pemilu.
  • 20. 4) Rahmat Muhajir Nugroho, SH. sebagai Divisi Pendidikan, Informasi dan Kajian Pengembangan. 5) Aan Kurniasih, SH. sebagai Divisi Logistik, Personil dan Keuangan Pemilu. b. Audensi dengan jajaran Muspida Kota Yogyakarta dan Pimpinan DPRD Kota Yogyakarta. c. Mengikuti Rapat Kerja Persiapan Penyelenggaraan Pemilu 2004 bagi Anggota KPU Kabupaten/Kota Jateng dan DIY pada tanggal 23 s/d 24 Juni 2004 di Hotel Ambarrukmo Yogyakarta. 1) Dialog dengan Partai Politik Peserta dialog adalah Partai Politik hasil Pemilu tahun 1999 karena Partai Politik Peserta Pemilu 2004 belum ditentukan, namun demikian tingkat kehadiran pengurus diatas 50 %. Kegiatan dialog ini bertujuan : a) Perkenalan anggota Komisi Pemilihan Umum Kota Yogyakarta sebagai penyelenggara Pemilu di Daerah serta mensosialisasikan tugas, tanggung jawab, kewajiban dan batasan kewenangan Komisi Pemilihan Umum Kota Yogyakarta. b) Menjalin komunikasi dan hubungan timbal balik yang baik antara Komisi Pemilihan Umum dengan para pengurus Parpol yang ada di Kota Yogyakarta. c) Mempererat hubungan antar pengurus Partai Politik sehingga terjalin semangat kebersamaan dan memperlancar komunikasi dalam menyongsong penyelenggaraan Pemilu 2004. d) Agar para pengurus Partai Politik mengetahui secara garis besar tentang Tahapan, Jadwal waktu dan mekanisme pelaksanaan Pemilu 2004 sehingga setiap Parpol memiliki waktu yang cukup dalam persiapan mengikuti Pemilu 2004. C. Pembentukan PPK dan PPS Pelaksanaan Pemilu tahun 2004 membutuhkan aparat penyelenggara di tingkat Kecamatan, Kelurahan/Desa dan Tempat Pemungutan Suara. Sesuai dengan Undang-undang Nomor 12 Tahun 2003 tentang Pemilu Anggota DPR, DPD dan DPRD, penyelenggara pemilu di tingkat Kecamatan adalah Panitia Pemilihan Kecamatan yang disingkat dengan PPK.
  • 21. Penyelenggara Pemilu di tingkat Kelurahan atau Desa adalah Panita Pemungutan Suara, disingkat PPS. Sedangkan penyelenggara pemilu tingkat terbawah yaitu TPS adalah Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara atau disingkat KPPS. PPK dan PPS dibentuk oleh KPU Kabupaten/Kota sedangkan KPPS dibentuk oleh PPS. 1. Rekrutmen PPK Dalam melaksanakan rekrutmen atau pembentukan penyelenggara Pemilu di tingkat bawahnya, KPU Kota Yogyakarta selalu mendasarkan segala perencanaannya berdasarkan berbagai peraturan perundang-undangan yang berlaku. 3 peraturan yang dijadikan dasar perencanaan adalah : Undang-undang Nomor 12 Tahun 2003 Keputusan Komisi Pemilihan Umum Nomor 100 Tahun 2003. Radiogram KPU nomor 32/RDG/VII/2003. Atas 3 dasar tersebut, KPU Kota Yogyakarta dalam langkah pertamanya membentuk Kelompok Kerja yang khusus menangani pembentukan PPK dan PPS se-Kota Yogyakarta yang dituangkan dalam Surat Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kota Yogyakarta Nomor : 004/SK.KPU-YK/2003 tertanggal 17 Juli 2003. Dalam rapat koordinasi pertamanya kelompok kerja merumuskan 2 hal penting yaitu : Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kota Yogyakarta Nomor 01 tahun 2003 tentang “Tata Cara Perekrutan dan Penetapan Keanggotaan Panitia Pemilihan Kecamatan se- Kota Yogyakarta”, tertanggal 18 Juli 2003, dan Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kota Yogyakarta Nomor 02 tahun 2003 tentang “Tata Cara Perekrutan dan Penetapan Keanggotaan Panitia Pemungutan Suara se – Kota Yogyakarta”, tertanggal 7 Agustus 2003. Dalam 2 Keputusan tersebut dirinci secara jelas mengenai pengertian umum, jumlah keanggotaan, syarat-syarat keanggotaan, tata cara pengajuan calon, mekanisme perekrutan, persetujuan dan penetapan, kelengkapan administrasi serta anggaran pembentukan PPK dan PPS. Satu lagi patokan dasar dalam perencanaan adalah batas terakhir
  • 22. dalam Keputusan Komisi Pemilihan Umum nomor 100 tahun 2003 tidak dilanggar. Batas akhir pembentukan PPK adalah 21 Agustus 2003 sedangkan batas akhir pembentukan PPS adalah 2 September 2003. Calon anggota PPK diajukan oleh Camat untuk mendapatkan persetujuan KPU Kota Yogyakarta. Untuk memperoleh persepsi yang sama maka KPU Kota Yogyakarta mengundang Camat se – Kota Yogyakarta pada tanggal 19 Juli 2003. Dalam koordinasi dengan para camat tersebut KPU Kota menjelaskan secara rinci maksud dan tujuan akan diadakannya pembentukan PPK yang prosesnya adalah melibatkan camat sebagi pihak yang berwenang dalam mengajukan calon-calon PPK maksimal sebanyak 2 kali jumlah anggota PPK yaitu 10 orang. Hasil kesepakatan KPU Kota Yogyakarta dengan para Camat rapat dalam koordinasi tersebut adalah : a. Proses pembentukan PPK adalah bersifat terbuka untuk seluruh masyarakat yang memenuhi persyaratan. b. KPU Kota Yogyakarta berwenang mensosialisasikan proses rekrutmen anggota PPK kepada seluruh masyarakat melalui pengumuman di media cetak dan penggandaan formulir pendaftaran. c. Camat berwenang dalam penerimaan pendaftaran dan pengajuan calon anggota PPK yang disusun berdasarkan ranking. d. Camat berwenang untuk membentuk atau tidak membentuk Tim Seleksi Tingkat Kecamatan. e. Camat berwenang untuk mengadakan seleksi dengan metode yang dikehendaki apabila jumlah pendaftar lebih dari 10 orang. f. KPU Kota Yogyakarta berwenang untuk menetapkan calon anggota PPK terpilih yang diusulkan oleh Camat tanpa intervensi pihak manapun. g. Tahapan perekrutan PPK se – Kota Yogyakarta tetap mengacu pada jadual yang ditetapkan dalam Keputusan KPU Kota Yogyakarta nomor 2 tahun 2003. Dalam proses pendaftaran beberapa Kecamatan menerima pendaftar berjumlah lebih dari 10 orang sehingga harus mengadakan seleksi. Akan tetapi juga ada Kecamatan yang
  • 23. menerima pendaftar tepat atau kurang dari 10 orang sehingga merasa tidak perlu mengadakan seleksi. Akan tetapi terlepas dari itu semua, jadual pengajuan calon anggota PPK oleh Camat kepada KPU Kota Yogyakarta tepat sesuai jadual yaitu tanggal 9 Agustus 2003. Berdasarkan daftar yang diajukan oleh Camat itulah, KPU Kota Yogyakarta mulai menseleksi calon-calon anggota PPK dengan kriteria yang telah disepakati oleh KPU Kota Yogyakarta yaitu : a. Rekomendasi dari camat, ranking 1-5, mendapat nilai 40, ranking 6 – 10 tidak mendapat nilai. b. Pengalaman dalam Pemilu, nilai berkisar 0 – 10. c. Tingkat pendidikan, nilai berkisar 0 – 10. d. Pengalaman berorganisasi, nilai berkisar 0 – 10. e. Tingkat ketokohan, nilai berkisar 0 – 10. Selain kriteria tersebut ada pertimbangan lainnya yang tidak bisa diukur dengan nilai yaitu : a. Ada tidaknya catatan kepolisian dari calon bersangkutan. B. Ada tidaknya masukan dari masyarakat terhadap calon bersangkutan. C. Terlibat tidaknya calon bersangkutan dalam aktifitas kepartaian. D. Pertimbangan kuota keterwakilan perempuan sebanyak 30%. E. Pertimbangan pemerataan asal wilayah (kelurahan) para calon bersangkutan dalam 1 wilayah Kecamatan. 4. Dengan berbagai pertimbangan tersebut diatas maka konsekuensinya adalah bahwa tidak semua dan tidak selalu calon yang masuk ranking 1 - 5 yang diajukan oleh camat akan disetujui dan ditetapkan menjadi anggota PPK terpilih. Dan satu hal yang sebenarnya sangat prinsip dan cukup menyulitkan KPU Kota Yogyakarta dalam menetapkan anggota PPK terpilih adalah dilarangnya KPU Kota/Kabupaten mengadakan fit and proper test terhadap calon seperti yang tertuang dalam Radiogram KPU nomor 32/RDG/VII/2003/. Setelah melalui beberapa kali Rapat Pleno dan sesuai dengan jadual yang ditetapkan, pada tanggal 15 Agustus 2003 KPU Kota Yogyakarta berhasil memutuskan 70 anggota PPK terpilih dari 14 Kecamatan. Pada tanggal 18 Agustus 2003 daftar nama 70 anggota PPK terpilih
  • 24. diumumkan di media cetak. Selain itu kepada calon bersangkutan diberikan surat pemberitahuan dan surat undangan untuk menghadiri pelantikan anggota PPK pada tanggal 21 Agustus 2003. 5. Dalam proses menanti pelantikan ini, ada seorang calon anggota PPK yang tidak terpilih dari Kecamatan Gondomanan melakukan protes terhadap KPU Kota Yogyakarta mempertanyakan mengapa dirinya gagal dipilih sebagai PPK padahal merasa dirinya cukup mampu dan berkompeten sebagai anggota PPK. Protes secara per telepon maupun secara tatap muka diterima dengan baik oleh KPU Kota Yogyakarta. Setelah diberikan penjelasan secara panjang lebar mengapa yang bersangkutan tidak diterima dan alasan-alasannya, maka keputusan KPU Kota Yogyakarta dapat diterima yang bersangkutan dan tidak mengganggu proses selanjutnya. 6. Tepat tanggal 21 Agustus 2003 yang juga merupakan tanggal waktu pembentukan PPK (Surat Keputusan terlampir), KPU Kota Yogyakarta secara resmi melantik dan mengangkat 70 orang anggota PPK se – Kota Yogyakarta di Ruang Rapat Utama Atas Komplek Balaikota Yogyakarta pukul 09.00 WIB. Dalam pelantikan ini dihadiri oleh Muspida Kota Yogyakarta, Panwaslu Kota Yogyakarta, Muspika se- Kota Yogyakarta dan tamu undangan lainnya. 7. Segera setelah pelantikan dalam rangka mempersiapkan PPK menjalankan tugas yang sudah menghadang maka KPU Kota Yogyakarta segera mengadakan briefing terhadap PPK. Materi briefing terhadap PPK ada 4 hal pokok yaitu : PPK segera melakukan pemilihan Ketua PPK. PPK segera mengusulkan pengangkatan 1 orang Sekretaris PPK dan 3 orang Staf Sekretariat PPK kepada Camat. Segera menetapkan anggota PPS terpilih. Segera mempersiapkan bahan-bahan untuk rapat kerja. Keempat tugas pokok itulah yang harus segera dilaksanakan oleh PPK terutama poin ketiga yaitu penetapan anggota PPS terpilih yang pada saat briefing tersebut dilakukan yaitu pada tanggal 21 Agustus 2003, telah memasuki tahapan perekrutan anggota PPS di tingkat Kelurahan. 2. Rapat Kerja Panitia Pemilihan Kecamatan
  • 25. a. Dasar hukum penyelenggaraan Rapat Kerja Panitia Pemilihan Kecamatan berpedoman pada Keputusan Komisin Pemilihan Umum Nomor 100 Tahun 2003 tentang Tahapan, Program Kerja dan Jadwal Waktu Penyelenggaraan Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tahun 2004. b. Tujuan penyelenggaraan Rapat Kerja Panitia Pemilihan Kecamatan untuk memberikan pembekalan materi tentang tatacara, mekanisme penyelenggaraan Pemilu Tahun 2004 dan menyamakan pola pikir maupun pola tindak kepada para Anggota Panitia Pemilihan Kecamatan se Kota Yogyakarta dalam persiapan melaksanakan tugas penyelengaraan Pemilu Tahun 2004. c. Pelaksanaan Raker PPK selama 3 (tiga) hari mulai tanggal 8 s/d 10 September 2003 bertempat di Wisma Sejahtera III Kaliurang dengan pelaksanaan sebagai berikut : Rapat Kerja Panitia Pemilihan Kecamatan dibuka secara resmi oleh Walikota Yogyakarta pada hari Senin tanggal 8 September 2003 pukul 19.00 WIB bertempat di Wisma Sejahtera III Kaliurang, diwakili oleh Kepala Bagian Tata Pemerintahan Setda Kota Yogyakarta H. Muhamad Arifin, SH. Selesai acara pembukaan Raker dilanjutkan penyampaian materi dengan judul “Peran dan Dukungan Pemerintah Kota Yogyakarta dalam penyelenggaraan Pemilu 2004”. Materi “Sistem Pemilu 2004” disampaikan oleh Ketua Komisi Pemilihan Umum Propinsi DIY diwakili Drs. H. Muhamad Najib, Msi. Materi “Daerah Pemilhan” disampaikan oleh Ketua Komisi Pemilihan Umum Kota Yogyakarta Drs. Miftachul Alfin, MSHRM.  Materi “Pencalonan Anggota DPR, DPD dan DPRD Daerah” disampaikan oleh Nasrullah, SH. Divisi Hukum dan Hubungan antar Lembaga. Materi “Verifikasi Partai Politik dan Dewan Perwakilan Daerah“ disampaikan oleh Rahmat Muhajir Nugroho, SH. Divisi Pendidikan, Informasi Pemilu dan Kajian Pengembangan.
  • 26. Materi “Pola Organisasi dan Tata Kerja KPU “ disampaikan oleh Aan Kurniasih,SH Divisi Logistik, Personil dan Keuangan. Materi “Pengelolaan Keuangan Pemilu 2004” disampaikan oleh Untung Srihadi P. Sekretaris KPU Kota Yogyakarta. Materi “Pemungutan dan Penghitungan Suara” disampaikan oleh Hendy Setiawan, S.IP. Divisi Pemungutan Suara dan Penetapan Hasil Pemilu. Materi “Mekanisme Pengawasan Pemilu 2004” disampaikan oleh Teguh Basuki, SH. Ketua Panwaslu Kota Yogyakarta. Materi “Keamanan dan Ketertiban Pemilu 2004”disampaikan oleh Kombes Pol.Drs.H.Sabar RaharjoMBA Kapoltabes Yogyakarta. Sidang Kelompok dibagi dalam 3 (tiga) Komisi : i. Komisi A bidang Organisasi dan Tata Kerja. ii. Komisi B bidang Operasional. iii. Komisi C bidang Anggaran. Dalam Pelaksanaan Diskusi tiap – tiap kelompok dipandu oleh Anggota Komisi Pemilihan Umum Kota Yogyakarta, dilanjutkan Presentasi dari tiap-tiap Komisi. Rapat Kerja Pemilihan Kecamatan berakhir pada tanggal 10 September 2003 pukul 16.00 WIB, Rapat Kerja ditutup oleh Walikota Yogyakarta diwakili oleh Wakil Walikota Yogyakarta Syukri Fadholi, SH. Secara Umum Rapat Kerja Panitia Pemilihan Kecamatan dapat berjalan lancar perhatian para peserta cukup besar hal ini dibuktikan diajukannya pertanyaan-pertanyaan yang berbobot. 3. Pembentukan PPS a. Dasar hukum pembentukan Panitia Pemungutan Suara (PPS) adalah Radigram Komisi Pemilihan Umum Nomor 38/RDG/VIII/2003 tanggal 19 Agustus 2003 tentang pembentukan Panitia Pemungutan Suara. b. Kegiatan yang dilaksanakan.
  • 27. 1) Melaksanakan rapat intern KPU kota untuk menyusun rencana kegiatan proses rekruitmen Calon anggota Panitia Pemungutan Suara. 2) Melaksanakan Rapat Koordinasi dengan Lurah se Kota Yogyakarta untuk menyampaikan penjelasan tentang mekanisme dan peran Kelurahan dalam proses pembentukan Panitia Pemungutan Suara 3) Tata kala pelaksanaan seleksi Panitia Pemungutan Suara, sebagai berikut : a) Tanggal 11 s/d 16 Agustus 2003 Penyebaran Pengumuman kepada masyarakat. b) Tanggal 11 s/d 16 Agustus 2003 Pengambilan dan Pengembalian Formulir Pendaftaran. c) Tanggal 18 s/d 23 Agustus 2003 Proses Seleksi di tingkat Kelurahan. d) Tanggal 25 s/d 29 Agustus 2003 Persetujuan dan Penetapan Calon anggota PPS oleh Panitia Pemilihan Kecamatan. e) Tanggal 30 Agustus 2003 Pengumuman Calon Terpilih oleh PPK f) Tanggal 1 September 2003 Persiapan Pelantikan. g) Pelantikan dilaksanakan pada tanggal 2 September 2003 oleh para Ketua Panitia Pemilihan Kecamatan, waktu dan tempat diatur sesuai situasi dan kondisi ditiap Kecamatan. 4. Rapat Kerja PPS a. Penyelenggaraan Raker Panitia Pemungutan Suara bertujuan memberikan bekal kepada seluruh anggota Panitia Pemungutan Suara agar mereka memahami tentang tugas yang harus dilakukan dalam penyelenggaraan Pemilu nantinya. b. Penyelenggara dan penanggungjawab Raker adalah Panitia Pemilihan Kecamatan setempat. c. Peran Komisi Pemilihan Umum Kota Yogyakarta adalah sebagai fasilitator dan pengarah, pembicara adalah para anggota Panitia Pemilihan Kecamatan terkandung maksud agar diantara mereka terjalin komunikasi yang baik serta memberdayakan PPK sebagai penyelenggara Pemilu di tingkat Kecamatan.
  • 28. d. Penyampaian materi oleh anggota KPU atas permintaan dari PPK . e. Secara umum Raker Panitia Pemungutan Suara dapat terselenggara dengan baik.