1. Pentingnya Menuntut Ilmu
Ilmu merupakan sesuatu yang sangat penting dalam kehidupan ini, setiap waktu
manusia membutuhkan ilmu untuk menjalani hidupnya, sebagaimana perkataan
Imam Ahmad Bin Hambal “Manusia sangat berhajat pada ilmu lebih daripada
hajat mereka pada makanan dan minuman, karena manusia berhajat pada
makanan dan minuman sehari sekali atau dua kali akan tetapi manusia berhajat
pada ilmu sebanyak bilangan nafasnya”. Keutamaan ilmu sangatlah banyak, bahkan
Ibnu Qayyim al-Jauziyah dalam kitabnya Buah Ilmu menguraikan sampai 129 sisi
keutamaan ilmu, diantara keutamaan ilmu yaitu :
1. Setiap Muslim Wajib Menuntut Ilmu
Telah bersabda Rasulullah SAW “Menuntut ilmu itu wajib atas setiap muslim ”
(HR. Ibnu Majah, Baihaqi, dll) Hadits Shahih ini menjelaskan dengan tegas
kewajiban menuntut ilmu bagi setiap muslim yang telah baligh. Ilmu yang
dimaksud disini ialah ilmu din (ilmu agama), ilmu-ilmu agama yang wajib dituntut
oleh setiap muslim yaitu ilmu aqidah, ibadah, pengetahuan tentang halal dan
haram, akhlak dan hal-hal yang berkaitan dengan apa saja yang dia kerjakan di
dunia ini. Ilmu inilah yang diminta oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
dalam do’anya.: “Ya Allah, aku memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, dan
aku berlindung kepada-Mu dari ilmu yang tidak bermanfaat” . (Diriwayatkan oleh
Ibnu Majah No. 3843).
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan: “Risalah Nabi meliputi dua hal yaitu
ilmu yang bermanfaat dan amal shalih, sebagaimana terdapat dalam firman Allah:
“Dialah Allah yang telah mengutus rasul-Nya (dengan membawa) al Huda
(petunjuk) dan dienul haq (agama yang benar) untuk dimenangkan-Nya atas
segala agama, walaupun orang-orang musyrik tidak menyukainya” (at Taubah:33).
Al Huda pada ayat di atas ialah ilmu yang bermanfaat sedangkan Dienul Haq ialah
amal shalih yang terdiri dari ikhlas karena Allah dan ittiba’ kepada Rasulullah.
Dengan ilmu inilah bakal tegak dienullah baik secara keyakinan, perkataan
maupun perbuatan.
2. Menuntut Ilmu Merupakan Ibadah
Menuntut ilmu adalah ibadah, bahkan merupakan Ibadah yang paling agung dan
paling utama, sehingga Allah menjadikannya sebagai bagian dari jihad fisabilillah,
sebagaimana firmanNya dalam surat At Taubah 122. Rosulullah bersabda
“Barang siapa keluar dalam rangka thalabul ilmu (mencari ilmu), maka dia berada
dalam sabilillah hingga kembali.” (HR. Tirmizi). Imam Ahmad berkata : “Ilmu itu
sesuatu yang tiada bandingnya bagi orang yang niatnya benar”. Bagaimanakah
benarnya niat itu wahai Abu Abdillah?” tanya orang-orang kepada beliau. Maka
2. beliau menjawab “yaitu berniat untuk menghilangkan kebodohan dari dirinya dan
orang lain”.
3. Ilmu Merupakan Syarat Sahnya Amal
Allah memerintahkan manusia agar mencari ilmu atau berilmu sebelum berkata
dan beramal. Firman Allah: “Maka ketahuilah bahwa sesung-guhnya tidak ada
Illah selain Allah, dan mohonlah ampunan bagi dosamu serta bagi (dosa) orang-
orang mukmin, laki-laki dan perempuan. Dan Allah mengetahui tempat kamu
berusaha dan tempat tinggalmu” (QS.Muhammad:19). Sehubungan dengan ini
Allah memerintahkan Nabi-Nya dengan dua hal yaitu berilmu lalu beramal, atau
berilmu sebelum beramal. Hal ini dapat kita lihat dari susunan ayat diatas, yaitu :
“Maka ketahuilah bahwa sesung-guhnya tidak ada ilah melainkan Allah…” Ayat ini
menunjukkan perintah untuk berilmu. Selanjutnya perintah ini diikuti perintah
beramal, yaitu : “…Dan mohonlah ampunan bagi dosamu…” . Dari ayat tersebut
dapat diketahui bahwa urutan ilmu mendahului urutan amal. Ilmu merupakan
syarat keabsahan perkataan dan perbuatan.
Dalam ayat yang lain Allah berfirman : “Dan janganlah engkau mengucapkan
sesuatu yang engkau tidak memiliki ilmu tentangnya. (Karena) sesungguhnya
pendengaran dan penglihatan dan hati (akal pikiran) semuanya itu akan ditanya ”
(Al Israa’ : 36). Dalam tafsirnya Imam Syaukani mengatakan “ Sesungguhnya
ayat-ayat ini menunjukkan atas tidak bolehnya beramal dengan tanpa ilmu ”. Dari
sini dapat kita ambil kesimpulan bahwa Islam mewajibkan ilmu terlebih dahulu
sebelum berkata dan berbuat. Inilah pendidikan yang sangat tinggi dalam Islam
yang mendasari segala sesuatunya dengan ilmu.
Allah Subhanahu Wata’ala juga memerintahkan agar kita bertanya kepada ahli
ilmu jika kita tidak mengetahui, sebaimana firmanNya “Tanyalah ahli ilmu jika
memang kamu tidak tahu” (An Nahl 43 dan Al Anbiyaa’ 7). Al Imam Ibnul Qoyyim
di kitabnya miftahu daaris sa’aadah menafsirkan ahludz dzikri dengan ahli ilmu.
Dan dari ayat yang mulia ini Allah SWT mewajibkan dua golongan manusia yaitu
Ahli ilmu yang wajib bagi mereka menyebarkan ilmu dan tidak
menyembunyikannya serta orang-orang jahil (bodoh) yang wajib bagi mereka
bertanya kepada ahli ilmu bukan kepada orang-orang yang jahil (bodoh) juga.
Sebagaimana sabda Rasulullah “Sesungguhnya Allah tidak mencabut ilmu dengan
serta merta dari hamba-Nya, akan tetapi Dia mencabut ilmu dengan dicabutnya
nyawa para ulama, hingga manakala Dia tidak menyisakan satu orang alimpun
(dalam riwayat lain: Hingga manakala tidak tertinggal satu orang alim pun),
manusia akan menjadikan pemimpin-pemimpin dari orang-orang yang bodoh, maka
tatkala mereka akan ditanya (tentang masalah agama), lalu mereka akan ber-
fatwa tanpa ilmu, akhirnya mereka sesat dan menyesatkan .” (HR Bukhari dalam al
Ilmu 1/234 dan Muslim dalam al-Ilmu 16/223).
3. 4. Ilmu merupakan ciri kebaikan seseorang
Dalam sebuah hadits dari Muawiyah Radhiyallahu ‘anhu , Rosulullah bersabda :
“Barang siapa yang Allah kehendaki padanya kebaikan, maka Allah akan pahamkan
dia adalam (masalah) din (agama).” (Hadits ini diriwayatkan oleh Al-Bukhari no.71
dan Muslim no. 1037). Hadits ini menunjukkan tentang tanda-tanda Allah hendak
memberikan kebaikan pada seorang hamba yaitu dengan memberikan pemahaman
dalam masalah agama. Hal itu karena dengan paham tentang masalah agama, maka
dirinya akan menyembah Allah dengan ilmu dan juga akan menyeru orang lain
dengan ilmu juga.
Dalam hadits lain Rasulullah bersabda : ”Yang terbaik di antara kalian adalah
orang yang belajar Al-Quran dan mengajarkannya ” (HR. Al-Bukhari no. 5027).
Imam Ali berkata “nilai seseorang sesuai dengan apa yang dikuasainya”. Imam
Syafii mengatakan “Apabila engkau menghendaki dunia hendaklah dengan ilmu,
apabila engkau menghendaki akhirat hendaklah dengan ilmu dan apabila engkau
menghendaki keduanya hendaklah dengan ilmu”
5. Ilmu yang bermanfaat memiliki pahala yang sangat besar
Rasulullah bersabda : “Apabila seorang manusia meninggal maka terputuslah
pahala segala amalannya kecuali dari tiga perkara ; yaitu sadaqah jariyah, ilmu
yang bermanfaat, atau anak shalih yang mendoakannya [HR. Muslim no. 1631].
Dalam hadits lain Rasulullah bersabda : “Barangsiapa yang menyeru kepada
petunjuk, maka ia akan mendapatkan pahala sebanyak pahala orang yang
mengikutinya tanpa mengurangi sedikitpun dari pahala mereka. Barangsiapa yang
menyeru kepada kesesatan, maka ia akan menanggung dosa sebanyak dosa orang
yang mengikutinya itu tanpa mengurangi sedikitpun dari dosa mereka” (HR.
Muslim no. 2674)
6. Ilmu akan mengangkat derajat manusia
Allah Subhanahu Wata’ala berfirman : “Allah mengangkat (derajat) orang-orang
yang beriman di antara kamu, sedangkan orang-orang yang diberi ilmu (Allah
angkat) beberepa derajat ”(Al Mujaadilah 11). Dalam ayat lain Allah berfirman :
“Katakanlah!apakah sama orang yang mengetahui dengan orang yang tidak
mengetahui” (Az Zumar: 9).
7. Ilmu akan memudahkan seseorang masuk surga
Rosulullah bersabda :”Barang siap menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka
Allah mudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR Muslim). Imam Al Bukhari
dalam Kitab Shahihnya no. 6412 meriwayatkan bahwa Rosulallah bersabda :
“Barangsiapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah memasukkan
orang tersebut pada salah satu jalan menuju surga. Sesungguhnya malaikat
mengatupkan sayapanya karena ridha kepada seluruh penuntut ilmu. Penghuni
4. langit dan bumi, sampai ikan sekalipun yang ada di dalam air memohonkan ampun
untuk seorang alim. Keutamaan seorang alim dibandingkan seorang ahli ibadah
seperti keutamaan cahaya bulan purnama dibandingkan cahaya bintang-bintang.
Para ulama adalah pewaris para nabi, namun mereka tidak mewariskan dinar
maupun dirham. Mereka hanyalah mewariskan ilmu. Barangsiapa yang mengambil
ilmu tersebut sungguh ia telah mendapatkan bagian yang banyak dari warisan
tersebut”
8. Ilmu akan menghidupkan hati
Ibnu Qoyim mengatakan bahwa sesungguhnya hati itu terancam mendapatkan dua
penyakit yaitu syubhat dan syahwat, jika hati itu menjangkitinya maka hati mati
karenanya. Semua penyakit ini penyebabnya adalah kebodohan dan obatnya
adalah ilmu. Di dalam Al Muwaththo karya Imam Malik disebutkan bahwa Lukman
berkata kepada anaknya:”Wahai anakku duduklah kamu bersama para ulama dan
dekatilah mereka dengan kedua lututmu (bergaul dengan mereka). Maka
sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta ‘ala menghidupkan hati-hati yang mati
dengan cahaya hikmah sebagaimana menghidupkan (menyuburkan) bumi dengan
hujan yang deras (Kitab Al llmu Fadluhu wa Syarfuhu hal 228)
Oleh karena itu kebutuhan hati manusia terhadap cahaya ilmu merupakan
kebutuhan yang mendesak. Sebagaimana kebutuhan bumi terhadap turunnya
hujan tatkala terjadi kekeringan dan paceklik. Maka ilmu merupakan mutiara
yang sangat berharga bagi setiap muslim. Karena dengan ilmu jiwa jiwa manusia
akan hidup dan sebaliknya jiwa-jiwa mereka akan mati apabila tidak dibekali
dengan ilmu.
Sebagian orang-orang yang arif berkata “Bukankah orang yang sakit akan mati
tatkala tercegah dari makanan , minuman dan obat¬-obatan? maka dijawab
“Tentu saja, ” Mereka mengatakan “Demikian pula halnya dengan hati jika
terhalang dari ilmu dan hikmah maka akan mati.”
Maka tepat jika dikatakan bahwa ilmu merupakan makanan dan minuman hati,
serta penyembuh jiwa. karena kehidupan hati bersandar kepada ilmu. Maka
apabila ilmu telah sirna dari hati seseorang berarti hakekatnya dia telah mati.
Akan tetapi dia tidak merasakan kematian tersebut. Orang yang hatinya telah
mati ibarat seorang pemabuk yang hilang akalnya (disebabkan maksiat yang dia
lakukan ) (Kitab Al Ilmu Fadluhu wa Syarfuhu hal 144¬-145).
Sumber :
1. Menanti Buah Hati dan Hadiah Buat Yang Dinanti, Ust. Abdul Hakim bin
Amir Abdat
5. 2. Rifqon Ahlassunnah Bi Ahlissunnah Menyikapi Fenomena Tahdzir dan Hajr,
Syaikh Abdul Muhsin Bin Hamd Al-Abbad Al Badr
3. Syarah Adab dan Manfaat menuntut Ilmu, Syaikh Muhammad bin Shalih Al
Utsaimin