SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 29
A. Pengertian dan Proses Komunikasi
Sebelum kita membahas tentang psikologi komunikator disini kita akan mengupas sedikit
tentang pengertian, proses, dan bentuk komunikasi itu sendiri agar kita mengerti dan paham tentang
apa yang akan kita pelajari dalam bab ini.
Komunikasi memang merupakan mekanisme yang menyebabkan adanya hubungan
antarmanusia didalam masyarakat, dengan menggunakan lambang-lambang yang mengandung
makna, dan dapat dilakukan dengan menembus ruang dan menyimpannya dalam dimensi waktu.
Melvin L. De Fleur mendefinisikan komunikasi sebagai saling berbagi informasi, gagasan,
atau sikap. Don Fabun, dalam bukunya yang berjudul “The transfer of Meaning”, yang mengatakan
bahwa komunikasi adalah suatu peristiwa yang dialami secara internal, yang murni personal, yang
dibagi dengan orang lain.
Proses komunikasi terdiri dari proses komunikasi primer yaitu langsung dilakukan secara
tatap muka, langsung antara seseorang kepada orang lain guna menyampaikan pikiran maupun
perasaannya, dan proses secara sekunder yaitu proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada
orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang
pada media pertama.1
Itulah sedikit pengertian dan proses komunikasi yang sering kita lakukan selama ini, hanya
saja kita belum paham tentang tipe komunikasi apa yang sedang kita gunakan.
A. Psikologi Komunikator
Mempelajari sebuah karakter orang lain memerlukan sebuah proses yang tidak singkat, sehingga apa
yang dikatakan seseorang kepada orang lain itu bisa mempengaruhi atau bisa dipercaya oleh orang lain
tesebut tentunya sikap atau karakter kita menentukan apakah kita mampu menjadi komunikator yang baik
atau tidak.
Aristoteles menyebut karakter komunikator ini sebagai ethous. Ethous terdiri terdiri atas pikiran baik,
akhlaq yang baik, dan maksud yang baik (good sense, good moral, good character, good will).
Pendapat Aristoteles ini diuji secara ilmiah 2300 tahun kemudian oleh Carl Hovland dan Wlater
Weiss (1951). Mereka melakukan eksperimen pertama tentang psikologi komunikator. Hovland dan Weiss
menyebut ethous ini credibility yang terdiri atas dua unsur: Expertise (keahlian) dan trustworthiness (dapat
1
Drs. Sutaryo, M.Si, Sosiologi Komunikasi : Arti Bumi Intaran, 2005, hal. 41-51
1 | P a g e
dipercaya). Kedua komponen ini telah disebut dengan istilah-istilah lain oleh ahli komunikasi yang berbeda.
Untuk expertness, McCroskey (1968) menyebutnya authoritativeness. Untuk trustworthiness, peneliti lain
menggunakan istilah safety, character, atau evaluative factor. Semua pendapat itu kita sebut saja
kredibilitas. Namun, kita tidak hanya melihat pada kredibilitas sebagai faktor yang mempengaruhi
efektivitas sumber. Kita juga akan melihat dua unsur lainnya: atraksi komunikator (source attractiveness)
dan kekuasaan (source power).2
Sebagai contoh saja seorang dokter lebih dipercaya oleh sebagian masyarakat untuk membantu
mereka mengobati sakit yang mereka derita, karena jelas seorang dokter telah memiliki keahlian khusus dan
memahami tindakan-tindakan medis dan obat yang harus ia berikan kepada pasiennya, dan seorang dokter
dinilai memiliki derajat sosial yang tinggi di masyarakat dibandingkan seorang tabib yang menempuh cara
pengobatan secara tradisional tidak terlalu diminati masyarakat karena asumsi mereka, mereka tidak
mempercayai tabib itu untuk bisa mengobati penyakit mereka, mereka beranggapan seorang tabib terkadang
tidak memiliki keahlian khusus, sebagian masyarakat datang untuk berobat ke seorang tabib jika memang
mereka sudah benar-benar membutuhkan pengobatan secara alternatif saja.
1. Dimensi-dimensi ethos
Di atas telah kita uraikan bahwa ethos atau faktor-faktor yang mempengaruhi efektifitas komunikator
terdiri atas kredibilitas, atraksi, dan kekuasaan. Ketiga dimensi ini berhubungan dengan jenis pengaruh
sosial yang ditimbulkannya. Menurut Herbert C. Kelman (1975) pengaruh komunikasi kita kepada orang
lain berupa tiga hal: internalisasi (internalization), identifikasi (identification), dan ketundukan
(compliance).
Internalisasi terjadi bila orang menerima pengaruh karena perilaku yang dianjurkan itu sesuai dengan
sistem nilai yang dimilikinya. Dimensi ethos yang paling relevan di sini kredibilitas - keahlian
komunikator atau kepercayaan kita pada komunikator.
Identifikasi terjadi bila individu mengambil perilaku yang bersal dari orang atau kelompok lain
karena perilaku itu berkaitan dengan hubungan yang mendefinisikan diri secara memuaskan
(satisfyingself defining relationship) dengan orang atau kelompok itu. Hubungan yang mendefinisikan
diri artinya memperjelas konsep diri. Dalam identifikasi, individu mendefinisikan peranannya sesuai
dengan peranan Kelman. Dimensi ethos yang paling elevan dengan identifikasi ialah atraksi
(attractiveness) - daya tarik komunikator.
Ketundukan (compliance) terjadi bila individu menerima pengaruh diri orang atau kelompok lain
karena ia berharap memeroleh reaksi yang menyenangkan diri orang atau kelompok tersebut. Ia ingin
2
Ibid. hal. 252-253
2 | P a g e
memeroleh ganjaran atau menghindari hukuman dari pihak yang mempengaruhinya. Kredibilias, atraksi
dan kekuasaan akan kita perinci pada bagian berikutnya.3
Ketiga hal tersebut sungguhlah sangat berpengaruh dalam diri seoramg komunikator pada zaman
sekarang ini, karena jika seseorang telah memenuhi ketiga syarat tersebut sudah pasti orang lain yang
diajak berbicara akan mempercayainya tanpa harus banyak mengeluarkan pendapat, seperti halnya
seorang presiden yang nyata memiliki tiga komponen diatas pastilah orang-orang dibawahnya akan
sangat berhati-hati jika akan angkat bicara dihadapan beliau, bahkan mereka akan menyetujui apa yang
diperintahkan oleh pemimpin negara nomor satu tersebut, orang-orang yang memiliki ketiga komponen
diatas sudah pasti memiliki suatu kharisma tersendiri dimata masyarakat atau lawan bicaranya.
2. Kredibilitas
Disini kita akan membahas tentang sebuah kredibilitas yang sering diungkapan banyak orang, kita
akan bahas apa itu kredibilitas dalam konteks psikologi komunikasi.
Kredibilitas adalah seperangkat persepsi komunikan tentang sifat-sifat komunikator. Dalam definisi
ini terkandung dua hal : (1) kredibilitas adalah persepsi komunikan; jadi tidak inheren dalam diri
komunikator; (2) kredibilitas berkenaan dengan sifat-sifaat komunikator, yang selanjutnya akan kita
sebut sebagai komponen-komponen kredibilitas.
Karena kredibilitas itu masalah persepsi, kredibilitas berubah bergantung pada pelaku persepsi
(komunikan), topik yang dibahas dan situasi. Sekali lagi kredibilitas tidak ada pada diri komunikator,
tetapi terletak pada persepsi komunikan. Oleh karena itu, ia dapat berubah atau diubah, dapat terjadi atau
dijadikan.
Hal – hal yang mempengaruhi persepsi komunikan tentang komunikator sebelum ia berlakukan
komunikasinya disebut prior ethos (Andersen, 1978:82). Sumber komunikasi memperoleh prior ethos
karena berbagai hal.
Dua komponen kredibilitas yang paling penting ialah keahlian dan kepercayaan. Keahlian adalah
kesan yang dibentuk komunikate tentang kemampuan komunikator dalam hubungannya dengan topic
yang dibicarakan. Komunikator yang diniai rendah pada keahlian dianggap tidak berpengalaman, tidak
tahu atau bodoh. Kepercayaan adalah kesan komunikate tentang komunikator yang berkaitan dengan
wataknya.
Koehler, Annatol, dan Applbaum (1978: 144-147) menambahkan empat komponen lagi: (1)
dinamisme; (2) sosiabilitas; (3) koorientasi;dan (4) karisma. Komunikator memiliki dinamisme, bila ia
3
Ibid. hal. 253-254
3 | P a g e
dipandang sebagai bergairah, bersemangat, aktif, tegas, dan berani. Dinamisme umumnya berkenaan
dengan cara berkomunikasi. Sosiabilitas adalah kesan komunikate tentang komunikator sebagai orang
yang periang dan senang bergaul. Koorientsi merupakan kesan komunikate tentang komunikator sebagai
orang yang mewakili kelompok yang kita senangi,yang mewakili nilai-nilai kita.4
Jadi kredibilitas dapat diartikan bahwa kemampuan komunikator dalam menyampaikan sesuatu hal
yang berbobot dan sesuai dengan fakta sehingga mampu diserap dengan baik dengan komunikan dan apa
yang dibicarakan itu bisa dipertanggungjawabkan dan benar bisa membuat orang lain percaya
dengannya, karena apa membangun sebuah trust atau kita bisa dipercaya oleh orang lain itu tidak
semudah membalikkan telapak tangan dan kita harus benar-benar bisa menjaga semua itu, agar orang
lain tetap merasa nyaman dengan kita.
3. Atraksi (attractiveness)
Atraksi fisik menyebabkan komunikator menarik, dan karena menarik ia memiliki daya persuasive.
Namun, kita juga tertarik kepada seseorang karena adanya beberapa kesamaan antara dia dengan kita.
Kata Evertt M. Rogers, setelah meninjau banyak penelitian komunikasi. Ia membedakan antara kondisi
homophily dan heterophily. Pada kondisi yang pertama, komunikator dan komunikan merasakan ada
kesamaan dalam status sosial ekonomi, pendidikan, sikap dan kepercayaan. Pada kondisi kedua, terdapat
perbedaan status sosial, ekonomi, pendidikan, sikap, dan kepercayaan antara komunikator dan
komunikan. Komunikasi akan lebih efektif pada kondisi homophily daripada kondisi heterophily.5
Herbert W. Simons (1976), menerangkan mengapa komunikator yang dipersepsi memiliki kesamaan
dengan komunikan cenderung berkomunikasi lebih efektif. Pertama, kesamaan mempermudah proses
penyandibalikan (decoding), yakni proses menerjemahkan lambang-lambang yang diterima menjadi
gagasan-gagasan. Kedua, kesamaan membantu membangun premis yang sama. Premis yang sama
mempermudah proses deduktif. Ini berarti bila kesamaan disposisional relevan dengan topik persuasi,
orang akan terpengaruh oleh komunikator. Ketiga, kesamaan menyebabkan komunikan tertarik pada
komunikator. Keempat, kesamaan menumbuhkan rasa hormat dan percaya pada komunikator.6
Disini reaksi fisik memiliki peran penting karena apa, semua itu menjadikan kita bisa lebih dekat
mengenal satu sama lain sehingga mereka yang memiliki kedekatan secara emosional akan cepat akrab
dan nyambung ketika berdialog dan mereka merasa nyaman, hal itu yang menghasilkan sebuah
4
Ibid. hal. 254-257
5
Homophily adalah suatu keadaan yang menggambarkan derajat pasangan perorangan yang berinteraksi dan memili kesamaan
dalam sikap, seperti dalam status sosial, sedangkan Heterophily adalah suatu keadaan yang menggambarkan derajat pasangan
orang-orang yang berinteraksi dalam proses komunikasi yang berbeda dalam sifat-sifat tertentu.
6
Ibid. hal. 258-260
4 | P a g e
dinamisme antara komunikator dan komunikan sehingga tumbuhlah rasa saling percaya dan terbuka
diantara mereka dengan tetap menghormati dan menghargai satu sama lain.
Selain itu juga faktor yang mempengaruhi kepercayaan terhadap orang lain yakni kekuasaan, orang-
orang yang memiliki kekuasaan yang tinggi pasti akan lebih dihormati dan disanjung oleh masyarakat
karena mereka mampu tidak hanya memiliki wibawa tapi juga kharisma.
French dan Raven menyebutkan jenis-jenis kekuasaan. Klasifikasi ini kemudian dimodifikasi Raven
(1974) dan menghasilkan lima jenis kekuasaan.
a. Kekuasaan koersif (coercive power)
b. Kekuasaan Keahlian (expert power)
c. Kekuasaan Informasional (informational power)
d. Kekuasaan Rujukan (referent power)
e. Kekuasaan Legal (legitimate power)
Penelitian psikologi tentang penggunaan kekuasaan menunjukkan bahwa orang memilih jenis
kekuasaan yang dimilikinya tidak secara rasional. Orang menggunakan kekuasaan koersif sering hanya
karena ingin memenuhi kepuasan diri atau menunjang harga diri. Dengan begitu, kekuasaan sepatutnya
digunakan setelah kredibilitas dan atraksi komunikator. Lagipula, komunikasi mungkin masih belum
efektif, bila komunikator tidak memperhatikan pesan yang disampaikannya.7
Apapun yang akan kita sampaikan dengan komunikan kita sebagai komunikator tidak hanya harus
bisa menguasai lawan bicara kita tapi apa yang akan kita sampaikan harus benar-benar jelas dan bisa
dimengerti sehingga resiko terjadinya miss communication itu kecil dan pesan yang disampaikan tepat
pada sasaran yang ditujukan.
Maka dari itu seorang komunikator yang baik yang mampu menguasai disetiap kondisi apapun harus
memiliki unsur-unsur yang dijelaskan diatas, karena jika tidak banyak orang yang tidak akan
mempercayai kelebihan yang kita punya, setidaknya kemampuan untuk mempengaruhi lawan bicara itu
cukup penting dimiliki oleh seorang komunikator sehingga pesan dapat tersampaikan dengan baik.
Dalam komunikasi ada tiga unsur penting yang selalu hadir disetiap komunikasi, yaitu sumber
informasi (receiver), saluran (media), dan penerima informasi (audience). Sumber informasi adalah
seseorang atau institusi yang memiliki bahan informasi (pemberitaan) untuk disebarkan kepada
7
Ibid. hal. 261-263
5 | P a g e
masyarakat luas. Saluran adalah media yang digunakan untuk kegiatan pemberitaan oleh sumber berita,
berupa media interpersonal yang digunakan secara tatap muka maupun media massa yang digunakan
untuk khalayak umum. Sedangkan audience adalah per orang atau kelompok dan masyarakat yang
menjadi sasaran informasi atau yang menerima informasi.
Selain tiga unsur ini, yang terpenting dalam komunikasi adalah aktivitas memaknakan informasi
yang disampaikan oleh sumber informasi dan pemaknaan yang dibuat oleh audience terhadap informasi
yang diterimanya itu. Pemaknaan kepada informasi bersifat subjektif dan kontekstual. Subjektif, artinya
masing-masing pihak (sumber informasi dan audience) memiliki kapasitas untuk memaknakan informasi
yang disebarkan atau yang diterimanya berdasarkan pada apa yang ia rasakan, ia yakin, dan ia mengerti
serta berdasarkan pada tingkat pengetahuan kedua pihak. Sedangkan sifat kontekstual adalah bahwa
pemaknaan itu berkaitan erat dengan kondisi waktu dan tempat dimana informasi itu ada dan dimana
kedua belah pihak itu berada. Dengan demikian, konteks sosial budaya ikut mewarnai kedua belah pihak
dalam memaknakan informasi yang disebarkan dan diterima itu. Oleh karena itu, maka sebuah proses
komunikasi memiliki dimensi yang sangat luas dalam pemaknaannya, karena dilakukan oleh subjek-
objek yang beragam dan konteks social yang majemuk pula.8
Contohnya saja seorang dai yang akan mengisi sebuah pengajian jika telah menyiapkan pesan yang
bagus dilengkapi dengan media yang memadai dan penampilan yang berwibawa tapi jika pendengar
tidak ada maka pesan yang akan disampaikan akan sia-sia saja, maka akan terjadilah kegagalan
komunikasi semua yang akan dilakukan oleh komunikator itu haruslah seimbang ada pesan, media, dan
orang yang akan mendengarkan, dan disampaikan dengan penuh percaya diri sehingga mampu
menghipnotis orang-orang yang mendengarnya sehingga orang-orang tersebut mempercayai apa yang
disampaikan oleh dai tersebut.
Persyaratan yang harus ada dalam komunikasi tatap muka adalah antara komunikator dengan
komunikannya harus langsung bertemu dan prosesnya dipengaruhi oleh emosi, perasaan diantara kedua
belah pihak. Persyaratan “harus langsung bertemu” dalam komunikasi itu karena masing-masing pihak
dapat memperoleh umpan balik dari proses komunikasi yang sedang terjadi. Pengaruh komunikator bisa
sangat besar terhadap komunikannya atau bisa sebaliknya. Hal ini terkait pula dengan kredibilitas dari
komunikator dimata komunikannya dan sebaliknya. Makin tinggi tingkat kepercayaannya, maka makin
tinggi pengaruh komunikator dan /atau sebaliknya.9
Pada intinya psikologi komunikator adalah bangaimana seorang komunikator mampu menyampaikan
pesan dengan baik sehingga akan terjadi umpan balik dari komunikan dimana komunikator menjadi
8
Prof. Dr. H.M. Burhan Bungin, S.Sos. M.Si,. Sosiologi Komunikasi. hal. 57-58
9
Ibid, hal. 69-70
6 | P a g e
sosok yang dipercaya oleh lawan bicaranya karena kharisma yang dimilikinya, dan semua itu bisa kita
terapkan dengan terus mengasah kemampuan komunikasi interpersonal kita.
B. Psikologi Pesan
1. Pengertian Pesan
Menurut Abdullah Hanafi, pesan merupakan “produk fisik yang nyata, yang dihasilkan oleh
sumber encoder”10
. Dimana pesan itu terdiri dari tiga unsur, yaitu: kode, isi dan wujud pesan.
Pesan merupakan salah satu dari unsur-unsur komunikasi, dimana pesan adalah suatu
informasi yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan, melalui suatu perantara, entah
itu langsung maupun tidak langsung. Sedangkan psikologi pesan yaitu penyampaian suatu pesan
secara spontan yang dapat mempengaruhi seorang komunikan. Sebagai contoh penyampaian
pesan dengan bahasa yang dilakukan oleh seorang sersan kepada puluhan tentara yang hanya
dengan mengatakan “maju-jalan”, puluhan tentara menghentakkan kakinya, dan maju dengan
langkah tegap. Inilah hebatnya bahasa, yang sekaligus menjadi perbedaan antara manusia dan
binatang.
Dalam suatu waktu, bahasa sebagai pesan dalam bentuk kata-kata dan kalimat yang disebut
sebagai pesan linguistik, sedangkan cara berkata yang memberikan maksud tersendiri, disebut
sebagai pesan paralinguistik. Akan tetapi, kadangkala manusia menyampaikan suatu pesan,
selain dengan bahasa, seperti isyarat, atau yang disebut sebagai pesan ekstralinguistik.
C. Pesan Linguistik
Untuk mendefinisikan bahasa, ada dua cara yaitu secara fungsional dan secara formal. Fungsional yaitu dari
fungsi bahasa itu sendiri, sehingga bahasa diartikan sebagai “alat yang dimiliki bersama untuk
mengungkapkan gagasan” (socially shared means for expressing ideas)11
. Sedangkan formal menyatakan
bahwa bahasa itu sesuai dengan peraturan dalam susunan kata, dan bagaimana merangkaikan sehingga
menjadikan suatu bahasa yang memiliki arti. Ada tiga unsur tata bahasa, yaitu fonologi (bidang dalam
linguistik yg menyelidiki bunyi-bunyi bahasa menurut fungsinya), sintaksis (pengaturan dan hubungan kata
dengan kata atau dengan satuan lain yg lebih besar) dan semantik (ilmu tentang makna kata dan kalimat;
pengetahuan mengenai seluk-beluk dan pergeseran arti kata). Menurut George A. Miller (1974: 8), untuk
mampu menggunakan bahasa tertentu harus menguasai ketiga unsur tersebut, ditambah dengan dua unsur
lagi. Pada tahap pertama, seseorang harus memiliki informasi fonologis tentang bunyi bahasa. Pada tahap
kedua, harus memiliki pengetahan sintaksis tentang cara pembentukan kalimat. Pada tahap ketiga, harus
10
Dr. S. M. Siahaan. “Komunikasi Pemahaman dan Penerapan”. Hal: 62
11
Rakhmat Jalaluddin, Psikologi Komunikasi. Hal: 265
7 | P a g e
mengetahui secara leksikal arti kata atau gabungan kata-kata. Pada tahap keempat, tinggal kita dan dunia
yang kita bicarakan, dan tahap yang terakhir kita harus memiliki sistem kepercayaan untuk menilai apa yang
kita dengar12
. Para Psikolinguis13
lebih memperhatikan pada dua tahap terakhir, dimana mereka lebih
memahami peranan konsep dan kepercayaan dalam menggunakan dan memahami pesan. Seberapa banyak
anda seseorang memahami kata-kata dalam bahasa inggris, namun apabila anda sedang berada di sebuah
universitas di Amerika, dan dosen anda menyampaikan sebuah humor, maka anda akan tertawa hambar,
sedangkan teman-teman anda akan tertawa terbahak-bahak. Baru setelah anda tinggal lebih lama di
Amerika, dan mengingat humor dosen anda, maka anda akan tertawa terbahak-bahak.
Dalam hal inilah kita dapat memahami pentingnya menyamakan kerangka konseptual dan system
kepercayaan, sebelum menyampaikan suatu pendapat.
1. Bagaimana Seseorang Bisa Berbahasa?
Pertanyaan tersebut telah berabad-abad lamanya telah menggangu pikiran manusia. Karena, pada
zaman kaisar Romawi pada abad ke 13 mengadakan eksperimen unik, dimana sang raja
penasaran apakah yang akan menjadi bahasa seorang anak, apabila tidak diajarkan bahasa
kepadanya. Lalu sang raja mengumpulkan beberapa bayi untuk dirawat sebagaimana bayi
biasanya, hanya saja tak boleh seorang pun yang boleh berbicara, menyanyikan lagu untuknya,
ataupun bersenandung kepadanya. Dan pada akhirnya, semua bayi yang menjadi objek penelitian
itu meninggal, sehingga penelitian ini diberhentikan, karena tidak membuahkan hasil yang
diinginkan. Dengan hal ini, sudah jelaslah bahwa bahasa itu perlu diajarkan, tidak serta merta
anak itu bisa berbahasa tanpa adanya sebuah pengajaran.
Menurut teori belajar, anak-anak mengetahui bahasa dengan tiga proses, yaitu:
a. Asosiasi (melazimkan suatu bunyi dengan objek tertentu)
b. Imitasi (menirukan pengucapan kata yang didengarnya)
c. Pengetahuan
Seorang psikolog dari Harvard, B.F. Skinner menerapkan ketiga prinsip tersebut, ketia ia
sedang menjelaskan tiga macam respon yang terjadi pada anak-anak kecil, yaitu: mand, tact, dan
echoic.
12
Rakhmat Jalaluddin, Psikologi Komunikasi. Hal: 266
13
Psikolinguistik adalah psikolog yang mempelajari bagaimana maksud komunikator diubah menjadi pesan dalam lambang yang
diterima secara kultural dan bagaimana signal-signal ini diubah menjadi penafsiran komunikate (Osgood dan Sebeok, 967: 20),
(Rakhmat Jalaluddin, Psikologi Komunikasi. Hal: 266)
8 | P a g e
Respon mand terjadi ketika seorang anak mulai mengeluarkan suatu bunyi, dan ia
mendapatkan sesuatu dari ibunya karena suara itu. Misalnya seorang anak mengatakan “u-u”,
lalu ibunya mendengarnya sebagai sebuah permintaan, dan ia mengambilkan air untuk san bayi.
Maka kemudian sang bayi akan mengeluarkan suara “u-u” saat ia merasakan haus di kemudian
hari.
Respon tact terjadi ketika anak mengeluarkan suara saat ia menyentuh suatu benda, sehingga
sang ibu mengira bahwa anaknya menginginkan benda itu. Misalnya seorang anak memegang
gelas yang berisi air, lalu ia bersuara “u-u” dan sang ibu mendengarnya, maka sang ibu akan
mengira bahwa anaknya menginginkan air minum. Sehingga sang anak pun akan bertindak
seperti itu, ketika ia ingin minum.
Respon echoic terjadi ketika anak menirukan perkataan orang tuanya dalam hubungannya
dengan stimulus14
tertentu. Misalnya ketika ibu memberikan air minum, dan mengatakan
“minum” kemudian sang anak menirukan dengan hanya mengeluarkan suara “u-u” maka ibu
akan sangat gembira dan akan menirukan suara yang anak itu suarakan.
Menurut Noam Chomsky seorang ahli bahasa dari Massachuset Institute of Technology, teori
bahasa hanya sebagai play-acting at science, suatu teori yang tidak dapat menjelaskan bagaimana
seorang anak dapat mengatakan kalimat-kalimat yang bahkan belum pernah didengarnya.
Menurut Chomsky, seorang anak dapat berbicara karena faktor pengetahuan bawaan (preexistent
knowledge) yang telah diprogram secara genetik pada otak manusia. Chomsky menyebutnya
dengan L.A.D (Linguistics Acquisition Device). LAD ini tidak mengandung arti ataupun gagasan,
akan tetapi hanya satu sistem yang dapat memungkinkan manusia untuk menggabungkan
komponen-komponen bahasa. Meskipun bentuk luar suatu bahasa itu berbeda-beda, namun
struktur pokok bahasa itu sama. Chomsky menyebutnya sebagai linguistik universal. Karena
kemampuan ini, seorang anak akan segera mengetahui bentuk bahasa yang dikatakan orang
tuanya, dengan bentuk bahasa yang sudah ada dalam memorinya.
Karena hubungan-hubungan tersebut, sehingga anak akan mengucapkan kalimat sesuai
dengan aturannya sendiri.
“Teori nativisme menggambarkan anak memperoleh pengetahuan tentang bahasa tertentu,
ketika bahasa yang didengar membangkitkan respons bawaan dari kemampuan berbahasa.”
(Hunt, 1982). Adanya teori dasar fisiologis dibuktikan dengan kemampuan berbahasa seseorang
itu dipengaruhi oleh daerah yang ditinggali. Ada kemungkinan apabila daerah yang dia tempati
14
Perangsang organisme bagian tubuh atau reseptor lain untuk menjadi aktif (Kamus Besar Bahasa Indonesia)
9 | P a g e
mengalami kerusakan, maka akan berpengaruh pada bahasa yang dimilikinya. Sebagaimana
cintoh yang ditemukan di daerah Broca dan Wernicke. Karena kerusakan pada daerah ini,
sehingga menyebabkan orang berbicara terpatah-patah, dan dengan susunan kata yang tidak
teratur.
Teori dari Jean Piaget memperkuat teori Chomsky, yang mana Jean Piaget mengemukakan
teori perkembangan mental dengan menunjukkan adanya struktur universal menimbulkan pola
berpikir yang sama pada tahap-tahap tertentu perkembangan mental anak. Kedua teori ini
meyatakan bahwa kemampuan berbahasa anak itu tidak dari proses belajar, akan tetapi
merupakan suatu kemampuan bawaan, karena manusia bukanlah kertas kosong yang hanya
menerima, akan tetapi manusia telah memiliki kemampuan bawaan.
2. Bahasa dan Proses Berpikir
Proses berpikir seseorang dapat mempengaruhi bahasa yang mereka gunakan. Sehingga
perbedaan dalam penggunaan bahasa merupakan hasil dari perbedaan pandangan hidup
seseorang tentang hidup.
3. Kata-kata dan Makna
Suatu kata dapat dipahami dengan makna yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Hal
itu karena pengalaman seseorang dapat mempengaruhi persepsi terhadap sesuatu.
4. Teori General Semantics
Verbal dan nonverbal merupakan cara kita berkomunikasi ataupun menyampaikan pesan.
Penggagas teori ini ialah Albert Korzybiski salah seorang ahli bahasa. Korzybiski melambangkan
asumsi dasar teori general semantics : “bahasa seringkali tidak lengkap mewakili kenyataan;
kata-kata hanya menangkap sebagian saja aspek kenyataan”.
5. Hakikat Bahasa
Lebih dari 10.000 bahasa dan dialek yang berbeda, saat ini digunakan oleh manusia dan memiliki
keunikan tersendiri dalam beberapa hal15
. Hal itu menjadi hal yang luar biasa yang dilakukan
manusia.
a. Faktor Fisiologis
15
Rubent. D. Ruben dan Lea P. Stewart.”Komunikasi dan Perilaku Manusia”. Hal: 140
10 | P a g e
Membahas tentang sebagian cara kerja proses komunikasi, yang berpusat di dalam pita suara
pangkal tenggorokan manusia yang yang terletak di ujung atas trakeadan diperkuat oleh tulang rawan
yang mendukung pita suara.
b. Faktor Kognitif16
Otak dan sistem saraf menjadi pengendali mekanisme yang memungkinkan kita untuk
memahami dan merasakan apa yang berhubungan dengan lingkungan.
6. Penguasaan Bahasa
Ada dua perspektif utama mengenai pengembangan bahasa, yaitu pendekatan psikolinguistik dan
pendekatan sosiolinguistik17
:
1. Pendekatan Psikolinguistik
Kata-kata bawaan atau protowords (pratanda kata-kata) dan kata-kata itu sendiri (didasarkan atas
pemahaman pribadi anak-anak tentang dunia). Bahasa adalah sarana untuk menyampaikan
makna yang telah mereka pelajari.
2. Pendekatan Sosiolinguistik
Perkembangan bahasa terjadi ketika anak mengalami kebutuhan untuk berkomunikasi. Bahasa
dipelajari melalui interaksi sosial dan merupakan sarana untuk mengakomodasi tuntutan kehidupan
sosial.
Beberapa ahli bahasa telah bersepakat bahwa kemampuan bahasa anak merupakan suatu bawaan,
sedangkan proses belajar hanyalah dasar dari pengembangan bahasa karena faktor lingkungannya.
Sedangkan para ahli lainnya berpendapat bahwa manusia memperoleh kemampuan berbahasa dari
proses perkembangan suatu individu. Akan tetapi, keduanya setuju bahwa kompetensi linguistic
adalah penting untuk interaksi antara individu dan lingkungannya. Beberapa penelitian menunjukkan
bahwa tanpa kapasitas dan kesempatan untuk berbicara dengan orang lain, tidak ada kemampuan
bahasa yang berkembang.18
16
Berdasarkan pada pengetahuan faktual yang empiris (Kamus Besar Bahasa Indonesia)
17
Rubent. D. Ruben dan Lea P. Stewart.”Komunikasi dan Perilaku Manusia”. Hal: 143
18
Rubent. D. Ruben dan Lea P. Stewart.”Komunikasi dan Perilaku Manusia”. Hal: 143
11 | P a g e
Pola ucapan pada orang yang merawat dan mendidik anak akan berpengaruh pada usia-usia
dalam tahapan awal penguasaan bahasa anak. Seorang ibu akan mengulang pertanyaannya kepada
sang anak, sedangkan seorang ayah lebih menekankan jawaban sang anak.
Sejalan dengan pertumbuhan usia, kemampuan fonetik19
, sintaksis20
, semantik21
dan
pragmatik22
akan meningkat.
7. Cara Penyampaian Pesan secara Tepat23
:
a) Menggunakan bahasa yang jelas, dan tidak berbelit-belit
b) Berdasarkan fakta dan data yang ada
c) Pesan disampaikan dengan ringkas, namun dapat dipahami
d) Pesan menyangkut keseluruhan
e) Pesan itu menarik dan meyakinkan
f) Disampaikan dengan sopan
g) Pesan itu tidak bertentangan dengan makna kalimat yang lain
D. Pesan Non Verbal
1. Kesamaan Antara Komunikasi Verbal dan Nonverbal
Dalam menyampaikan sebuah pesan dalam berkomunikasi baik secara verbal maupun non
verbal, keduanya memiliki kesamaan yang akan kita bahas dalam bahasan dibawah ini.
a. Aturan – Perintah
Aturan-aturan daam pesan nonverbal dapat diidentifikasi seperti halnya dalam pesan verbal.
Beberapa pola aturan tersebut berkaian dengan produksi pesan nonverbal dan dengan cara-cara di
mana emosi ditampilkan. Juga dengan beberapa aturan lainnya yang diperlukan untuk
membangun kelengkapan arti penting pesan.
Aturan-aturan yang terkait dengan pembuatan banyak prilaku nonverbal seperti pada berjabat
tangan mirip dengan fonetik. Aturan yang menetapkan urutan yang tepat mengenai hubungan pesan
19
Bunyi system suatu suara (KBBI)
20
Pengaturan dan hubungan kata dengan satuan lain yang lebih besar (KBBI)
21
Bagian struktur bahasa yang berhubungan dengan makna ungkapan atau struktur makna suatu wicara (KBBI)
22
Berkenaan dengan syarat-syarat yang mengakibatkan serasi tidaknya pemakaian bahasa di komunikasi (KBBI)
23
Dr. S. M. Siahaan. “Komunikasi Pemahaman dan Penerapan”. Hal:
12 | P a g e
nonverbal satu sama lain dengan pertemuan pertama dengan seseorang, contohnya adalah sebuah
tipe tata kalimat.
Seperti juga pesan verbal, beberapa pola pesan nonverbal bersifat umum untuk prilaku
perseorangan. Misalnya, ekspresi mimic muka, penelitian menujukan bahwa di sana ada relasi yang
dapat diduga antara emosi kegembiraan, kesedihan, marah, jijik, terkejut atau takut, dan gerakan
khusus dari otot wajah, terlepas dari latar belakang pribadi dan budaya seseorang. 2
Gerak isyarat,
seperti anggukan kepala,yang kita kaikan dengan “ya” dan “tidak," seperti juga menangis atau
tertawa besifat universal meski makna tepatnya mukin tidak demikian. Tetapi ada lebih banyak pola
besar yang unik untuk individu tertentu, kelompok, daerah, pekerjaan, atau budaya.24
b. Kesengajaan
Bahasa paling sering digunakan secara sadar oleh orang untuk tujuan pengiriman pesan. Kenyataan
ini terdapat dalam komunikasi lisan, apalagi tulisan. Juga sering terjadi dalam komunikasi nonverbal.
Kita sadar dapat menggunakan ekspresi wajah tertentu, gerak tubuh, dan pilihan pakaian pada
pertemuan pertama, wawancara kerja, atau pertemuan kelompok, dengan tujuan untuk menciptakan
efek yang diinginkan. Baik pesan vebal dan nonverbal, dapat dihasilkan dan ditransmisikan secara
tidak sengaja. Isyarat tanpa sengaja, seperti menurunkan alis anda dan menahan bibir anda dalam
kemarahan ketika mencoba untuk tampil baik dan memahami kekasaran seorang teman, memiliki
banyak arti iinformasi seperti halnya pilihan kata yang buruk atau kalimat yang membingungkan
c. Fungsi Umum Pesan
Prilaku verbal atau nonverbal dapat saling dipasangkan satu sama lain untuk beberapa jenis
hubungan:
a) Keduanya bisa bersifat saling menambahkan (redundant) dan menegaskan (duplicate),
seperti ketika seseorang berkata,”Saya mau duduk,” dan kemudian berjalan ke kursi dan
duduk.
b) Keduanya juga dapat saling menggantikan (substitute), seperti jabatan tangan
meenggantikan sapaan, “Halo, menyenangkan bertemu dengan anda”.
c) Verbal dan nonverbal dapat saling melengkapi (complementary), seperti ketika dan
seorang tersenyum dan berkata, “Masuklah, saya senang bertemu dengan anda”.
24
BRENT D. RUBEN, Komunikasi dan Perilaku Manusia : PT. RAJAGRAFINDO PERSADA, 2013, hal. 171
13 | P a g e
d) Kode verbal atau nonverbal juga dapat digunakan untuk menambahkan penekanan
(emphasis) pada yang lain, seperti membuat kepalan tangan untuk menggarisbawahi
maksud yang dibuat secara lisan.
e) Kode verbal dan nonverbal dapat menjadi sumber kontradiksi (contradiction), seperti
terjadi saat kita mengira betapa orang lain tertarik untuk mendengarkan percakapan kita,
padahal si “pendengar” menatap lawan jenis di seberang ruangan.
f) Kedua jenis kode tersebut dapat digunakanuntuk mengatur (regulation) mengendalikan
proses komunikasi, menentukan siapa yang akan berbicara, untuk berapa lama, dan
bahkan ketika perubahan dalam topic akan terjadi.
2. Pebedaan antara Komunikasi Verbal dan Nonverbal
a. Kesadaran dan Perhatian
Selama beberapa decade terakhir komunikasi nonperbal telah muncul sebagai suatu bidang
studi ilmiah yang ekstensif, juga sebagai topic artikel popular dan buku. Tapi komunikasi vebal tetap
menerima lebih banyak perhatian.
Kemampuan mengomunikasikan informasi melalui pesan verbal dinilai sangat penting
sehingga dianggap sebagai salah satu “keterampilan dasar” sehingga upaya yang sungguh-sungguh
dilakukan untuk memastikan bahwa kita telah diajari aturan pengucapan, penyusunan kalimat,
penguasaan kata dan maknanya, dan penggunaan bahasa pragmatika, bahkann dijadikan sebagai
bagian dari pendidikan formal kita.
Sebagai perbandingan, keterampilan nonverbal mendapat sedikit perhatian di kebanyakan
sekolah. Musik, seni, dan pendidikan jasmani secara umum dimasukan sebagai bagian dari
kurikulum. Namun, tidak ada pelatihan yang memadai untuk komposisi, sastra dan berbicara di
depan umum, yang disediakan sekolah untuk kompetensinon-verbal yang sangat penting bagi
komunikasi manusia.
b. Aturan Terbuka dan Tertutup
Salah satu penjelasan mengapa secara relatif penekanan yang lebih besar diletakan kepada
komunikasi verbal adalah bahwa di semua budaya terdapat aturan yang tebuka (overtrules) dan
struktur bahasa serta penggunaan bahasa. Sebagai hasilnya, informasi aturan komunikasi verbal
tersebut tersedia dalam berbagai sumber.
14 | P a g e
Kita belajar aturan tertutup (covert rules) dalam komunikasi nonverbal, dilakukan secara
tidak langsung melalui observasi, dan tidak kentara kadang-kadang tidak begitu tampak melalui
pola-pola hukuman dan ganjaran. Dengan cara demikian, kita bias “tahu aturan” untuk ucapan dan
mengekspresikan kasih saying kepada orang lain secara nonverbal kapan harus berjabat tangan,
untuk beberapa lama, seberapa keras meremas tangan orang lain, dan kapan pelukan dan ciuman
dilakukan dengan tepat tapi aturan ini bersifat tertutup dan bukan sebagai kesepakatan universal.
c. Pengendalian
Sementara kita mencurahkan perhatian untuk mengelola komunikasi nonverbal dalam
beberapa situasi, kita sering lebih berhasil dalam mengendalikan pesan verbal kita. Sebagai contoh,
ketika tujuannya adalah untuk menyampaikan kompetensi kita atau untuk memahamisituasi,
kebanyakan dari kita lebih mampu mengedalikan kesan yang kita buat secara verbal daripada
nonverbal. Melalui perencanaan dan latihan, kita mungkin akan mempunyai kemampuan prediksi
guna melengkapi pengiriman pesan secara verbal.
d. Status Umum versus Status Pribadi
Penggunaan bahasa telah lama dianggap sebagai topic yang sesuai untuk diskusi public dan
pengawasan. Guru, orang tua, atau teman-teman biasanya cukup mau bertanya kepada kita ketika
mereka tidak mengerti komentar atau perkataan kita, atau ketika mereka tidak setuju. Bgaimanapun ,
persoalan yang berhubunga dengan penampilan kita, gerak-gerak, tingkah laku, dan posisi tubuh
umumnya dianggap urusan perseorangan, pribadi, dan bahkan topic yang tabu, karenanya topik
tersebut menjadi jauh lebih kecil kemungkinanya untuk didiskusikan terbuka, dianalisis, atau
dikritik. Banyak perhatian yang diberikan ke berbagai bagian tubuh atau pakaian para bintang film.
Segala sesuatunya “dibuat lebih” dari wjah hingga pinggul sampai rumah.
e. Spesialisasi Belahan Otak
Perbedaan utama lainya, dan telah menjadi topik ilmiah adalah wilayah otak di mana kegiatan
nonverbal berpusat. Seperti yang kita catat, belahan otak kiri diperkirakan memainkan peran utama
dalam proses bahasa. Kegiatan lain yang memerlukan pemrosesan informasi secara berurutan seperti
matematika, tampaknya juga sangat bergantung pada otak kiri. Belahan kanan adalah bagi
signifikansi khusus dalam mengenali gambar wajah dan tubuh, seni, music dan usaha-usaha lainya di
mana terlibat integrasi, kreativitas, atau imajinasi.
Studi menunjukan bahwa beberapa individu dengan kerusakan pada belahan kanan mengalami
kesulitan dengan hubungan lokasi dan spasial, kesulitan mengenali wajah yang telah dikenalnya, atau
15 | P a g e
mengingat adegan atau benda. Penelitian lain, dengan pendapat yang meyakinkan dalam mendukung
spesialisasi belahan kanan, telah menunjukan bahwa bahkan ketika terjadi kerusakan pada pusat-
pusat bahasa di belahan kiri sehingga menyebabkan pasien kesulitan berbicara,kemampuanya untuk
bernyayi sering tidak mengalami gangguan.
Empat saluran isyarat nonverbal
a) Paralanguage
b) Wajah
c) Tubuh
d) Isyarat eksternal-ruang dan waktu
3. Paralanguage
Kita semua telah mendengar kalimat, “ini bukan soal yang anda katakan, tetapi bagaimana
anda mengatakanya. Pranglanguage mengacu kepada setiap semua pesan yang menyertai dan lebih
melengkapi bahasa. Secara teknis setiap pesan nonverbal tambahan dapat dilihat sebagai sebuah
contoh dari paralanguage.
a. Bentuk Vokal
Salah satu focus pembahasan kita tentang paralanguage adalah tentang hal-hal yang terkait
dengan suara (vocalic) seperti pesan pendengaran, pesan selain dari kata-kata, yang diciptakan dalam
proses pembicaraan. Sebagai bahasa ucapan, isyarat pralinguistik semisal besar kecilnya volume
suara, kecepatan bicara, nada, kata seru, variasi tinggi suara, dan penggunaan jeda, dapat memiliki
pengaruh besar kepada apa dan bagaimana, orang bereaksi terhadap individu dan verbaisasinya.
Perbedaan tinggi suara bisa menghasilkan kesan yang berbeda ketika mengucapkan “bias
saya bantu?” bisa positif bias juga negatif. Jika kata-kata tersebut di sampaikan dengan tinggi suara
yang menaik pada akhir kalimat, pengertianya adalah salah satu kesopanan dan minat yang tulus.
Sementara jika kata-kata yang sama diucapkan dalam nada monoton, cenderung akan dianggap
sebagai kekasaran dan tidak tertatarik.
b. Bentuk Tertulis
Dalam bahasa tulis, isyarat paralinguistic berfungsi sebagai dasar kesimpulan umum tentang
seseorang mengenai bagaimana pendidikanya, kehati-hatianya, sikap hormatnya, atau keseriusanya,
16 | P a g e
serta memberikan kita petunjuk tentang suasana atau emosinya pada saat menulis. Penggunaan isyaat
pralinguistik tampak jelas dalam mengembangkan konvensi komunikasi yang cocok melalui e-mail.
4. Wajah
Umumnya, kita bereaksi terhadap tampilan wajah seseorang secara holistic. Selain arti
pentingnya dalam menyumbang penampilan seseorang secara keseluruhan, ekspresi wajah juga bias
menjadi sumber pesan dirinya sendiri, menyediakan informasi terbaik tentang kondisi emosi seorang
individu kegembiraan, ketakutan terkejut, kesedihan, marah, jijik, merendahkan, dan ketertarikan.
Para peneliti juga percaya bahwa peran dari wajah dalam kaitanya dalam emosi atau perasaan adalah
berlaku umum pada seluruh manusia. Dalam menguraikan tentang apa yang disebut sebagai “teori
neurocultural tentang ekspresi wajah,” Paul Ekman menjelaskan “Hal universal mengenai emosi
melalui ekspresi pada raut wajah adalah gerakan otot wajah tetentu ketika emosi yang diberikan
muncul.
a. Pandangan Mata
Mungkin fitur bagian wajah yang paling berpengaruh dalam komunikasi mata, sebagaimana
dicatat oleh Ellsworth
a. (Kontak wajah) = Melihat wajah seseorang
b. (Kontak mata atau pandangan mata) = Melihat mata seseorang
c. (Saling pandang) = Saling memandang wajah oleh dua individu
d. (Tatapan satu sisi) = Satu orang melihat wajah orang lain, tapi tidak mendapatkan balasan
e. (Menghindari pandangan) = Seseorang secara aktif mengindari tatapan mata orang lain
f. (Pandangan yang gagal) = Seseorang gagal untuk memandang orang lain, tetapi tidak niat
melakukanya
Para peneliti telah menunjukan bahwa fungsi utama dari terjadinya kontak mata atau tidak trjadinya,
adalah untuk mengatur interaksi. Kontak mata menyediakan sejenis sinyal kesiapan untuk
berinteraksi, sedangkan ketiadaan kontak mata bias mengurangi kemungkinan interaksi, sengaja
maupun tidak. Pandangan mata adalah bidang komunikasi nonverbal yang di dalamnya terdapat
banyak perbedaan budaya.
17 | P a g e
b. Pelebaran Pupil Mata
Pelebaran ukuran pupil sebagai sumber informasi yang sangat berguna sebetulnya masih
menjadi pertanyaan. Khususnya dalam budaya kita dimana kita berdiri berjauhan dalam banyak
percakapan kita, sulit untuk memerhatikan ukuran pupil orang lain yang menjadi lawan bicara kita,
bahkan kita berupaya untuk mengetahuinya.
5. Tubuh
Penampilan mungkin adalah sumber informasi tunggal yang paling penting dalam
membentuk kesan permulaan.
a. Rambut
Rambut dan jenggot panjang, warna, dan gaya adalah juga sumber pesan nonverbal yang
penting. Factor-faktor ini berkontribusi terhadap daya tarik keseluruhan dan juga dapat berfungsi
sebagai dasar kesimpulan atas kepribadian seseorang, usia, pekerjaan, sikap, keyakinan, dan nilai-
nilai.
b. Fisik
Fisik mencakaup tipe, ukuran, dan bentuk tubuh. Penelitian telah menujukkan, sebagai
contoh, bahwa kesimpulan yang dapat ditarik tentang kepribadian berdasarkan somatype yaitu
bentuk dan ukuran tubuh. Orang yang tampil berotot, dan tampang atletis (mesomorphs) akan
mendapat stereotip sebagai aktif, argumentatif, tegas, kompetitif, percaya diri, dominan, optimis,
atau ceroboh orang dan yang tinggi dan kurus dalam penampilan (ectomorphs) dapat dianggap
penyendiri, cemas, hati-hati, keren, introsfektif, teliti, sensitive atau pemalu.
c. Pakaian dan Perhiasan
Pakaian memenuhi sejumlah fungsi bagi kita sebagai manusia, termasuk dekorasi,
perlindungan fisik dan psikologis, daya tarik seksual, pernyataan diri, penyangkalan diri,
peyembunyiaan, identifikasi kelompok, dan menampilkan status atau peran. Kosmetik, perhiasan
batu permata, kacamata, tato, kepangan rambut, bulu mata palsu, dan tindikan pada tubuh, juga
banyak digunakan untuk tujuan-tujuan tersebut..
Sering kali pakaian berfungsi sebagai lencana penanda pekerjaan, seperti umumnya dengan
polisi, pesawat, dokter, pendeta, personil militer, dan anggota tim atletik tertentu.
d. Artefak
18 | P a g e
Kita dielilingi dengan berbagai artefak, seperti mainan, teknologi, furniture, benda-benda
hiasan, dan sebagainya. Mobil dan rumah kita adalah juga artefak benda yang menyediakan pesan-
pesan tambahan hingga orang lain dapat menarik kesimpulan tentang sumber keuangan kita, selera
estetika, kepribadian, status atau pekerjaan
6. Gerak Isyarat
Gerakan badan, kepala, lengan, tugkai, atau kaki secara teknis dinamai kinesics juga
memainkan peran penting dalam komunikasi manusia.
a. Tindakan yang Diwariskan, Ditemukan, Ditiru, dan Dilatih
Desmond Morris, seorang antropolog menunjukkan bahwa gerakan diperoleh melalui
warisan, penemuan, peniruan, dan latihan. Contoh-contoh tindakan bawaan termasuk respons bayi
mengisap putting susu dan penggunaan gerak kontak tubuh merupakan bagian dari pengasuhan.
Kita memperoleh banyak gerakan yang kita ketahui secara tidak sadar dari orang-orang
disekitar kita saat kita tumbuh dewasa. Tipe jabatan tertentu, misalnya, diperoleh melalui peniruan.
Meniru bentuk dan cara salam, serta meniru berbagai tata cara budaya dan subbudaya lainya.
b. Asal Usul Gerak
Sangat menarik untuk bersekulasi tentang asal usul gesture atau gerak tubuh manusia.
Beberapa gerakan yang ditampilkan oleh orang dewasa tampaknya dibawa dari kegiatan kita semasa
anak-anak.
c. Jenis Gerak
Penegas dan pemandu. Salah satu jenis gerak isyarat tubuh adalah yang disebut sinyal
tongkat (baton signal), digunakan untuk menggarisbawahi atau menekankan masalah tertentu yang
dibuat secara lisan.
Sinyal Ya – Tidak. Sinyal Ya-Tidak adalah kategori lain dari gerakan. Cara utama dari
membuat sinyal Ya-Tidak adalah dengan menggerakan kepala.
Salam dan Memberi Hormtat. Bentuk salam yang saling dikenal adalah jabat tangan,
pelukan, ciuman yang mengisyaratkan rasa senang dari kita atas kedatangan seseorang atau atas
keberangkatan penting dari seseorang.
Tanda ikatan. Pengikat atau tanda ikatan adalah salah satu kategori gesture di mana individu
menunjukan bahwa mereka berada dalam suatu hubungan.
19 | P a g e
Gerak isolasi. Gerak isyarat tubuh yang umum adalah posisi tubuh semisal menyilangkan
lengan atau kaki, untuk menyembunyikan atau memblokir bagian tubuh dari pandangan.
Gerak isyarat lainya. Gerakan juga memainkan peran utama dalam perkawanan, perkawinan,
dan urusan seksual.
7. Ruang – Jarak
Penggunaan ruang, jarak, memainkan peran penting dalam komunikasi manusia. Untuk
beberapa tingkat, intensitas pesan taktil terjadi karena kita mempunyai harapan yang terumuskan
dengan baik sebanyak ruang pribadi yang akan kita miliki di sekitar kita. Hal yang menemukan
bahwa jarak antara peserta interaksi adalah bervariasi, dapat diperkirakan bergantung pada kondisi
dan isi percakapan.
a. Lingkungan Fisik
Bangunan-bangunan sekitar kita, furniture, dekorasi, pencahayaan, dan sekema warna adalah
hasil dari pengambilan keputusan manusia. Sebagai tambahan bagi penyediaan rumah dan
pemukiman, dan memfasilitasi berbagai kegiatan, unsure-unsur buatan manusia dari lingkungan fisik
kita juga memberikan sejumlah fungsi informasi. Fungsi informasi tersebut beberapa di antaranya
adalah dibuat dengan sengaja, namun banyak yang secara tidak sengaja.
8. Waktu – Kronemiks
Pemilihan waktu dan penggunaan waktu kronemiks, sebagaimana ia dirancang secara teknis
adalah factor penting lain yang juga sering diabaikan dalam komunikasi. Padahal, reaksi terhadap
kata-kata dan perbuatan munkin jauh lebih ditentukan oleh waktu berbicara atau bertindak
dibandingkan bergantung kepada isi tindakan itu sendiri.
a. Pemilihan Waktu
Pemiliahan waktu, berperan di dalam interaksi pada dua tingkatan analisis: (1) mikro dan (2)
makro. Karekteristik penggunaan waktu pada percakapan mikro akan meliputi, kecepatan kita
berbicara, jumlah dan anjang jeda atau interupsi, perbandingan waktu bicara dan diam, dan pola
pergantian bicara dalam percakapan. Peran pemulihan waktu pada tingkat makro adalah pengambilan
keputusan yang bersifat lebih umum, sebagaimana keputusan apakah kita akan melibatkan diri ke
dalam sebuah pecakapan pada suatu titik waktu tertentu.
b. Penetapan Waktu
20 | P a g e
Ungkapan-ungkapan semisal, “waktu adalah uang” jangan pernah tunda sampai esok apa
yang dapat anda lakukan hari ini”, dan “lebih cepat lebih baik”, mencerminkan pandangan umum
orang Amerika Utara bahwa waktu adalah komoditas yang berharga. Semakin cepat kita bias
mendapatkan sesuatu semakin sedikit waktu kita menjadi “sampah”. Filosofi “waktu adalah uang”
muncul dalam banyak sekali kegiatan kita.25
Demikianlah kesamaan yang ada dalam komunikasi verbal dan non verbal yang ada dalam
pembahasan ini, sehingga pesan yang disampaikan bisa berjalan dengan baik dan dapat diterima oleh
komunikan.
E. Pentingnya Pesan Non Verbal
Nikita Krushchev pernah berpidato dihadapan kongres Amerika. Setelah usai, orang bertepuk
tangan. Dan Krushchev pun bertepuk tangan juga seperti pendengarnya. Penonton televisi yang
menyaksikan itu memandang Krushchev sombong dan takabur. Orang Rusia justru bertepuk tangan
untuk menghargai penghargaan pendengarnya.
Jadi, pesan nonverbal merupakan penunjukkan pesan sebagai sumber informasi untuk
membentuk persepsi kita tentang orang lain.26
Dale G. Lethers menyebutkan enam alasan mengapa
pesan nonverbal sangat penting.
a. Pertama, faktor-faktor nonverbal sangat menentukan makna dalam komunikasi interpersonal. Ketika
kita mengobrol atau berkomunikasi tatapmuka, kita banyak menyampaikan gagasan dan pikiran kita
lewat pesan-pesan nonverbal. Pada gilirannya orang lainpun lebih banyak “membaca” pikiran kita
lewat petunjuk-petunjuk nonverbal. Menurut Bridwhistell, “barangkali tidak lebih dari 30% sampai
35% makna sosial percakapan atau interaksi dilakukan dengan kata-kata. ” Sisanya dilakukan dengan
pesan nonverbal.
b. Kedua, perasaan dan emosi lebih cermat disampaikan lewat pesan nonverbal ketimbang pesan
verbal. Misalnya, anda menulis surat kepada pacar anda dan mengungkapkan gelora kerinduan anda.
Anda akan tertegun, anda tidak menemukan kata-kata yang tepat untuk menyatakan sesuatu yang
begitu mudah diungkapkan melalui pesan nonverbal. Menurut Mahrabian (1967), hanya 7%
perasaan kasih sayang dapat dikomunikasikan dengan kata-kata. Selebihnya, 38% dikomunikasikan
lewat suara, dan 55% dikomunikasikan melalui ungkapan wajah (senyum, kontak mata, dan
sebagainya)
25
Ibid, hal. 171-198
26
Rakhmat , Jalaluddin (2001). Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya, hal: 286
21 | P a g e
c. Ketiga, pesan nonverbal menyampaikan makna dan maksud yang relative bebas dari penipuan,
distorsi, dan kerancuan. Pesan nonverbal jarang dapat diatur oleh komunikator secara sadar. Dalam
situasi komunikasi yang disebut “double binding”, yaitu ketika pesan nonverbal bertentangan dengan
pesan verbal, maka orang akan bersandar pada pesan nonverbal.
d. Keempat, pesan nonverbal mempunyai fungsi metakomunikatif27
yang sangat diperlukan untuk
mencapai komunikasi yang berkualitas tinggi.
e. Kelima, pesan nonverbal merupakan cara komunikasi yang lebih efisian dibandingakn dengan pesan
verbal. Diperlukan lebih banyak waktu untuk menyampaikan pikiran kita secara verbal dari pada
secara nonverbal.
f. Keenam, Pesan nonverbal merupakan sarana sugesti yang paling tepat. Sugesti disini dimaksudkan
menyarankan sesuatu kepada orang lain secara implicit (secara tersirat).28
1. Fungsi Pesan Nonverbal
Ada lima fungsi pesan nonverbal:
a. Repetisi, yaitu mengulang kembali gagasan yang sudah disajikan secara verbal. Misalnya, setelah
saya menjelaskan penolakan saya, saya menggelengkan kepala berkali-kali.
b. Substitusi, yaitu menggunakan lambang-lambang verbal. Misalnya, tanpa sepatah katapun anda
berkata. Anda dapat menunjukkan persetujuam anda dengan mengangguk-angguk.
c. Kontradiksi, yaitu menolak pesan atau memberikan makna yang lain terhadap pesan verbal.
Misalnya, anda memuji prestasi teman anda dengan mencibirkan bibir anda, “hei, kau memang
hebat”.
d. Komplemen, yaitu melengkapi dan memperkaya makna pesan nonverbal. Misalnya, air muka anda
menunjukkan tingkat penderitaan yang tidak terungkap dengan kata-kata.
e. Aksenuasi, yaitu menegaskan pesan verbal atau menggarisbawahinya. Misalnya, anda
mengungkapkan betapa jengkelnya anda dengan memukul mimbar.29
2. Klasifikasi Pesan Nonverbal
Duncan menyebutkan enam jenis pesan nonverbal:
27
Fungsi komunikatif artinya memberkan informasi tambahan yang memperjelas maksud dan makna pesan.
28
Rakhmat , Jalaluddin (2001). Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya, hal 287-289
29
Rakhmat , Jalaluddin (2001). Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya, hal 286-287
22 | P a g e
a. Kinesik atau gerak tubuh
b. Paralinguistic atau suara
c. Proksemik atau penggunaan ruangan personal dan sosial
d. Olfaksi atau penciuman
e. Sensitivitas kulit
f. Faktor artifaktual seperti pakaian dan kosmetik
Scheflen menyebutkan klasifikasi pesan dengan istilah lain: kinesik, sentuhan (tactile), bau-bauan
(odorific), teritorial, proksemik, dan artifaktural.30
Pertama, Pesan kinesik, yaitu pesan yang menggunakan gerak tubuh. Pesan kinesik terdiri dari tiga
komponen utama:
a) Pesan fasial menggunakan air muka untuk menyampaikan makna tertentu.
b) Pesan gestural menunjukkan pesan sebagian anggota badan seperti mata dan telapak tangan
untuk menkomunikasikan berbagai makna.
c) Pesan postural berkenaan dengan keseluruhan anggota badan.
Kedua, pesan proksemik disampaikan pada pengaturan jarak dan ruang. Umumnya dengan mengatur
jarak kita mengungkapkan keakraban kita dengan orang lain.
Ketiga, pesan artifaktual diungkapkan melelalui penampilan. Seperti tubuh, pakaian, dan kosmetik.
Keempat, pesan paralinguistik adalah pesan nonverbal yang berhubungan dengan cara
mengungkapkan pesan verbal.
30
Rakhmat, Jalaluddin (2001). Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya, hal 289
23 | P a g e
Kelima, pesan sentuhan dan bau-bauan (tactile danolfactory messages). Alat penerima sentuhan
adalah kulit, yang mampu menerima dan membedakan berbagai emosi yang disampaikan orang melalui
sentuhan. Alam I. Smith, peneliti dari Cutaneous Communikation Laboratory (Laboratorium Komunikasi
Kulit) di Princeton, telah meneliti kulit untuk menyampaikan dan menerima pesan. Smith melaporakan
berbagai perasaan yang dapat disampaikan oleh sentuhan, tetapi yang paling biasa dikomunikasikan
sentuhan ada lima: tanpa perhatian, kasih sayang, takut, marah, dan bercanda.
Bau-bauan telah digunakan manusia untuk berkomunikassi secara sadar dan tidak sadar. Dr. Harry
Wiener dari New York Medical College mengatakan, manusia menyampaikan dan menerima pesan kimiawi
eksternal. Kebanyakan komunikasi melalui bau-bauan berlangsung secara tidak sadar.31
F. Organisasi, Struktur, Dan Imbauan Pesan
1. Organisasi Pesan
Aristoteles menerangkan dalam buku klasik tentang komunikasi De Arte Rhetorika, bahwa
organisasi pesan berhubungan dengan peranan taxis32
dalam memperkuat efek pesan persuasif. Dalam hal
ini, Aristoteles menyarankan agar setiap pembicaraan disusun menurut urutan, yaitu: pengantar, pernyataan,
argumen dan kesimpulan. Karena menurut pandangan Aristoteles, pesan yang diorganisasikan secara baik
akan memudahkan pengertian, pengingatan, dan perubahan sikap.
Untuk membuktikan pandangan Aristoteles tersebut, diperlukan waktu ribuan tahun. Seperti yang
dilakukan oleh Beighley pada tahun 1957, yaitu lebih dari sepuluh tahun kemudian. Beighley meninjau
berbagai penelitian yang membandingkan efek pesan yang tersusun dengan pesan yang tidak tersusun. Ia
menemukan bukti yang nyata yang menunujukkan bahwa pesan yang diorganisasikan dengan baik lebih
mudah dimengerti dari pada pesan yang tidak tersusun baik. Namun begitu, berbeda dengan Petrie. Petrie
meneliti serangkaian studi pesan tertulis. Dan dari penelitiannya itu, maka tampaklah hasil yang tidak
seragam. Sebagian menunjukkan bahwa pesan yang tersusun baik memudahkan pengingatan, dan sebagian
lagi menuyimpulkan tidak ada perbedaan antara pesan tersusun dan tidak tersusun dalam memudahkan
pengingatan.33
Beberapa penelitian eksperimental menelaah efek organisasi pesan pada pengingatan dan perubahan
sikap. Seperti yang dilakukan oleh Thompson pada tahun 1960. Ia melaporkan bahwa orang lebih mudah
mengingat pesan yang tersusun, meskipun organisasi pesan tampak tidak mempengaruhi kadar perubahan
sikap. Dan sebaliknya, Darnell pada tahun 1963 melaporkan bahwa pengingatan tampaknya tidak
31
Rakhmat, Jalaluddin (2001). Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya, hal 289-294
32
Taxis ialah pembagian atau rangkaian penyusunan pesan
33
Rakhmat , Jalaluddin (2001). Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya, hal 294-295
24 | P a g e
berpengaruh oleh adanya organisasi pesan, tetapi perubahan sikap sangat dipengaruhinya. Walaupun
penelitian-penelitian membuktikan hal-hal yang bertentangan, para peneliti sepakat bahwa penyajian pesan
tersusun lebih efektif dari pada penyajian pesan yamg tidak tersusun. Dengan kata lain, tidak ada satu
penelitianpun yang membuktikan bahwa pesan yang tidak tersusun baik mempunyai pengaruh yang lebih
efektif dari pada pesan yang tersusun baik.
Dengan hasil kesepakatan itu, maka sudah sejak lama retorika menunjukkan cara-cara menyusun
pesan mengikuti pola yang disarankan Aristoteles. Retorika mengenal enam macam organisasi pesan yaitu,
dengan urutan deduktif, induktif, kronologis, logis, spasial, dan topikal.34
a. Urutan deduktif, yaitu dimulai dengan menyatakan dahulu gagasan utamanya, kemudian
memperjelasnya, dengan keterangan penunjang, penyimpulan, dan bukti.
b. Urutan induktif, yaitu dimulai dengan mengemukakan perincian-perincian dan kemudian menarik
kesimpulan.
c. Urutan kronologis, yaitu penyusunan pesan berdasarkan urutan waktu terjadinya peristiwa.
d. Urutan logis, yaitu penyusunan pesan berdasarkan sebab ke akibat atau akibat ke sebab.
e. Urutan spasial, yaitu pesan yang disusun berdasarkan tempat.
f. Urutan topikal, yaitu pesan yang disusun bedasarkan topik pembicaraan.
Selain itu, terdapat pula urutan dimana urutan itu merupakan urutan yang paling terkenal dan yang
paling dahulu. Urutan ini dikemukakan oleh Alan H. Monore pada akhir tahun 1930-an, yang kemudian
disebut “motivated sequence”. Urutan ini menyarankan lima langkah dalam penyusunan pesan, yaitu:
1) Attention (perhatian)
2) Need (kebutuhan)
3) Satisfaction (pemuasan)
4) Visualization (visualisasi)
5) Action (tindakan)
Jadi, bila anda ingin mempengaruhi orang lain, rebutlah lebih dahulu perhatiannya, selanjutnya
bangkitkan kebutuhannya, berikan petunjuk bagaimana cara memuaskan kebutuhan itu, gambarkan dalam
pikirannya keuntungan dan kerugian apa yang akan diperolehnnya bila ia menerapkan atau tidak
menerapkan gagasan anda, dan akhirnya doronglah dia untuk bertindak.35
2. Struktur Pesan
34
Rakhmat , Jalaluddin (2001). Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya, hal 295
35
Rakhmat , Jalaluddin (2001). Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya, hal 297
25 | P a g e
Struktur pesan yaitu susunan pokok-pokok gagasan yang menyatu menjadi satu kesatuan pesan yang
utuh. Untuk merancang struktur pesan harus memperhatikan sikap khalayak sasaran terhadap pesan dan
tujuan komunikator.
Untuk memahami struktur pesan, pertama anda dapat membayangkan, bila seandainya anda
diharuskan untuk menyampaikan informasi di hadapan khalayak yang tidak sepaham dengan anda. Anda
harus menentukan apakah bagian penting dari argumentasi anda yang harus didahulukan atau bagian yang
kurang penting. Kemudian apakah kita harus membiarkan hanya argumen-argumen yang menunjang kita
saja atau harus membicarakan yang pro dan kontra sekaligus. Dalam hal yang pertama, telah banyak
penelitian yang telah dilakukan disekitar konsep primacy-recency, dan Cohen menyebutkan kesimpulan dari
penelitian tersebut sebagai berkut:
a. Bila pembicara menyajikan dua sisi persoalan (yang pro dan kontra), maka tidak ada keuntungan
untuk berbicara yang pertama, karena berbagai kondisi, seperti waktu, khalayak, tempat dan lain
sebagainya) akan menentukan pembicara yang paling berpengaruh.
b. Bila pendengar secara terbuka memihak satu sisi argumen, sisi yang lain tidak mungkin mengubah
sisi mereka. Sikap nonkomprimistis ini mungkin timbul karena kebutuhan untuk mempertahankan
harga diri. Mengubah posisi akan membuat orang kelihatan tidak konsisten, mudah dipengaruhi dan
bahkan tidak jujur.
c. Jika pembicara menyajikan dua sisi persoalan, kita biasanya lebih mudah dipengaruhi oleh sisi yang
disajikan lebih dahulu. Jikan ada kegiatan diantara penyajian, atau jika kita diperingatkan oleh
pembicara tentang kemungkinan disesatkan orang, maka apa yang dikatakan terakhir akan lebih
banyak memberikan efek. Jika pendengar tidak tertarik dengan subjek pembicaraan kecuali setelah
menerima informasi tentang hal itu, mereka akan sukar mengingat dan menerapkan informasi
tersebut. Sebaliknya, jika mereka sudah tertarik pada suatu persoalan, mereka akan mengingatnya
baik-baik dan menerapkannya.
d. Perubahan sikap lebih sering terjadi apabila gagasan yang dikehendaki atau yang diterima disajikan
sebelum gagasan yang kurang dikehendaki. Jika pada awal penyajian, komunikator menyampaikan
gagasan yang menyenangkan kita, kita cenderung memperhatikan dan menerima pesan-pesan
berikutnya. Sebaliknya, bila pembicara memulai dengan hal-hal yang tidak menyenangkan kita, kita
akan menjadi kritis dan cenderung menolak gagasan berikutnya, betapapun baiknya.
e. Urutan pro-kontra lebih efektif dari pada urutan kontra-pro bila digunakan oleh sumber yang
memiliki otoritas dan dihormati oleh khalayak.
f. Argumen yang didengar terakhir akan lebih efektif bila ada jangka waktu cukup lama diantara dua
pesan, dan pengujian akan segera terjadi setelah pesan yang kedua.36
36
Rakhmat , Jalaluddin (2001). Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya, hal 297-298
26 | P a g e
3. Imbauan Pesan (Message Appeals)
Imbauan pesan adalah aspek yang digunakan untuk menyentuh (stimulasi) khalayak oleh komunikator
dalam menyampaikan pesan, agar khalayak berubah. Bila pesan-pesan kita dimaksudkan untuk
mempengaruhi orang lain, maka kita harus menyentuh motif yang menggerakan atau mendorong prilaku
komunikasi. Dengan perkataan lain, kita secara psikologis mengimbau khalayak untuk menerima dan
melaksanakan gagasan kita. Ada beberapa jenis imbauan yang digunakan dalam Psikologi Komunikasi,
yakni imbauan rasional, imbauan emosional, imbauan takut, imbauan ganjaran dan imbauan motivasional.
Imbauan rasional didasarkan pada anggapan bahwa manusia pada dasarnya makhluk rasional yang
baru bereaksi pada imbauan rasional, bila imbauan rasional tidak ada. Menggunakan imbauan rasional
artinya menyakinkan orang lain dengan pendekatan logis atau penyajian bukti-bukti. Imbauan rasional
biasanya menggunakan silogisme, yakni rangkaian pengambilan kesimpulan melewati primer maior dan
premis minor. Banyak penelitian yang menggunakan silogisme klasik tidak memperkuat anggapan bahwa
manusia rasional. Ternyata sikap sebelumnya, kredibilitas pebicara dan kepribadiannya, lebih
mempengaruhi penilaian kita kepada pembicara ketimbang silogisme yang digunakannya. Penelitian lain
yang menggunakan imbauan rasional menggunakan (evidence) sebagai indikator. Dalam hal ini Burgoon
dan Betinghaus menyarankan hal-hal berikut:
a. Penggunaan pembuktian sangat bergantung pada topik pesan. Kita tidak mengharapkan
pembuktian terperinci jika pesan dirancang untuk mempengaruhi komunikate agar membeli jenis
minumamn tertentu. Dalam hal ini penggunaan testimoni atau sekedar menyentuh alat indra
barangkali lebih efektif. Namun belum ada penelitian yang berusaha menunjukkan dengan pasti
topik yang bagaimana yang cocok untuk pembuktian tersebut.
b. Khalayak mungkin berbeda-beda dalam banyak faktor, misalnya usia, pendidikan, dan lain-lain.
Kita dapat menduga bahwa pembuktian yang persuasif pada kelompok orang tertentu mungkin
tidak persuasif pada kelompok yang lain.
c. Sistem klasifikasi pembuktian yang ada sekarang ini berasal dari sistem hukum. Belum ada
penelitian apakah sistem klasifikasi ini ada kaitannya dengan perilaku komunikasi.
Secara keseluruhan, imbauan rasional belum dapat ditentukan efektifitasnya.
Imbauan emosional menggunakan pernyataan-pernyataan atau bahasa yang menyentuh emosi
kmunikasi. Pada tahun 1936, Harmann meneliti pengaruh selebaran emosional dan rasional dalam
mempengaruhi perilaku poitik dalam pemilihan umum. Ia menemukan bahwa pesan yang menggunakan
imbauan emosional lebih berhasil dari pada pesan-pesan rasional. Kemudian pada tahun 1961, Lewan dan
Stotland mengemukakan bahwa pengaruh imbauan emosional amat dipengaruhi oleh pengalaman
sebelumnya. Dengan demikian efek imbauan emosional akan kurang kuat bila topik yang dibicarakan bukan
27 | P a g e
sesuatu yang baru; artinya, komunikasi bereaksi berdasarkan kerangka rujukan yang sudah mapan.
Betinghaus (1973) menyarankan beberapa hal yang membangkitkan emosi manusia:
a) Gunakan bahasa yang penuh muatan emosional untuk melukiskan situasi tertentu.
b) Hubungan gagasan yang diajukan dengan gagasan yang tengah populer atau tidak populer.
c) Hubungan gagasan dengan unsur-unsur visual dan nonverbal yang membangkitkan emosi,
misalnya meminta sumbangan untuk korban banjir dengan menampilkan foto-foto yang
melukiskan mereka.
d) Tampakkan pada diri komunikator petunjuk nonverbal yang emosional, misalnya suara yang
bergetar, air muka yang melankolis dan mata yang berlinang-linang.
Imbauan takut menggunakan pesan yang mencemaskan, mengancam, atau meresahkan. Penelitian
pertama yang menelaah imbauan takut dilakukan oleh Janis dan Fresbach pada tahun 1953. Mereka
menyam,paikan topik kerusakan gigi pada siswa-siswa sekolah menengah.. sebagian menerima pesan yang
sangat menakutkan, dan sebagian lagi menerima pesan yang kuraang menakutkan. Mereka menemukan
bahwa imbauan takut yang rendah lebih efektif dalam mengubah sikap anak-anak terhadap kesehatan gigi.
Mereka menduga bahwa tingkat imbauan takut yang tinggi menimbulkan kecemasan yang tinggi sehingga
komuniikasi kurang memperhatikan pesan dan lebih banyak memusatkan perhatian pada kecemasannya
sendiri.
Penelitian selanjutnya melaporkan bahwa efektifitas imbauan takut bergantung pada jenis pesan,
kretibilitas komunikator, dan jenis kepribadian penerima. Bila komunikator memiliki kretibilitas yang tinggi,
imbauan yang rendah lebih berhasil (Hewgill, dan Miller, 1965). Bila komunikasi dihadapkan pada topik
yang sangat penting baginya, imbauan yang tinggilah yang efektif. Makin kurang penting satu topik, makin
kecil keberhasilan. Bila komunikasi mempunyai kepribadian yang tidak mudah terlibat secara personal
dalam satu pernyataan, ia kurang terpengaruh oleh imbauan pesan yang tinggi. Begitu pula dengan
komunikasi yang memiliki tingkat kecemasan sangat efektif dipengaruhi oleh imbauan takut yang tinggi.
Tampaknya penggunaan imbauan takut harus digunakan secara sabgat hati-hatu.
Imbauan ganjaran menggunakan rujukan yang menjanjikan komunikasi sesuatu yang mereka
perlukan atau yang mereka inginkan.
Imbauan motivasional menggunakan imbauan motif yang menyentuh kondisi intern dalam diri
manusia. Dengan menggunakan berbagai mazhab psikologi, kita dapat mengklasifikasikan motif pada dua
kelompok besar: motif biologis dan motif psikologis. Manusia bergerak bukan saja didorongan psikologos
seperti rasa ingin tahu, kebutuhan akan kasih sayang, dan keinginan untuk memuja.37
37
Rakhmat , Jalaluddin (2001). Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya, hal 298-301
28 | P a g e
Inilah sekilas pembahasan tentang psikologi komunikator / pesan dalam makalah ini, pada intinya
sebuah pesan yang disampaikan oleh komunikator memiliki proses-proses sehingga pesan dapat
tersampaikan dengan baik dan gangguan komunikasi bisa diminimalisir.
29 | P a g e

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Psikologi Komunikasi "Sistem Komunikasi Interpersonal"
Psikologi Komunikasi "Sistem Komunikasi Interpersonal"Psikologi Komunikasi "Sistem Komunikasi Interpersonal"
Psikologi Komunikasi "Sistem Komunikasi Interpersonal"Saeful ID
 
Realitas media dan konstruksi sosial media massa
Realitas media dan konstruksi sosial media massaRealitas media dan konstruksi sosial media massa
Realitas media dan konstruksi sosial media massaUniversity of Andalas
 
Komunikasi dalam Organisasi - TUGAS 1
Komunikasi dalam Organisasi - TUGAS 1Komunikasi dalam Organisasi - TUGAS 1
Komunikasi dalam Organisasi - TUGAS 1Tika Apriyani
 
Coordinated Management of Meaning Theory
Coordinated Management of Meaning TheoryCoordinated Management of Meaning Theory
Coordinated Management of Meaning Theorymankoma2013
 
Computer Mediated Communication Theory
Computer Mediated Communication TheoryComputer Mediated Communication Theory
Computer Mediated Communication Theorymankoma2012
 
Prinsip komunikasi
Prinsip komunikasiPrinsip komunikasi
Prinsip komunikasifannyseptari
 
Konsep dasar-komunikasi
Konsep dasar-komunikasiKonsep dasar-komunikasi
Konsep dasar-komunikasilsn2012
 
Komunikasi Dalam Organisasi
Komunikasi Dalam OrganisasiKomunikasi Dalam Organisasi
Komunikasi Dalam OrganisasiHusaeri Priatna
 
Mata Kuliah Komunikasi Antarpribadi : Mengenal Komunikasi Antarpribadi
Mata Kuliah Komunikasi Antarpribadi : Mengenal Komunikasi AntarpribadiMata Kuliah Komunikasi Antarpribadi : Mengenal Komunikasi Antarpribadi
Mata Kuliah Komunikasi Antarpribadi : Mengenal Komunikasi AntarpribadiLusianai Waode
 
Prinsip, Model dan Mazhab Komunikasi
Prinsip, Model dan Mazhab KomunikasiPrinsip, Model dan Mazhab Komunikasi
Prinsip, Model dan Mazhab KomunikasiErwin Rasyid
 
manajemen makna terkoordinasi
manajemen makna terkoordinasimanajemen makna terkoordinasi
manajemen makna terkoordinasiDestya Purnawita
 
4. public relations sebagai ilmu dan profesi
4. public relations sebagai ilmu dan profesi4. public relations sebagai ilmu dan profesi
4. public relations sebagai ilmu dan profesiblade_net
 
2. evolusi dan sejarah public relations
2. evolusi dan sejarah public relations2. evolusi dan sejarah public relations
2. evolusi dan sejarah public relationsblade_net
 
Coordinate Management of Meaning Theory
Coordinate Management of Meaning TheoryCoordinate Management of Meaning Theory
Coordinate Management of Meaning Theorymankoma2012
 
Relational dialectics theory
Relational dialectics theoryRelational dialectics theory
Relational dialectics theoryRonzzy Kevin
 
Komunikasi antarbudaya
Komunikasi antarbudayaKomunikasi antarbudaya
Komunikasi antarbudayaLulu Luffiyah
 

Was ist angesagt? (20)

Psikologi Komunikasi "Sistem Komunikasi Interpersonal"
Psikologi Komunikasi "Sistem Komunikasi Interpersonal"Psikologi Komunikasi "Sistem Komunikasi Interpersonal"
Psikologi Komunikasi "Sistem Komunikasi Interpersonal"
 
Filsafat Komunikasi
Filsafat KomunikasiFilsafat Komunikasi
Filsafat Komunikasi
 
Realitas media dan konstruksi sosial media massa
Realitas media dan konstruksi sosial media massaRealitas media dan konstruksi sosial media massa
Realitas media dan konstruksi sosial media massa
 
Komunikasi dalam Organisasi - TUGAS 1
Komunikasi dalam Organisasi - TUGAS 1Komunikasi dalam Organisasi - TUGAS 1
Komunikasi dalam Organisasi - TUGAS 1
 
Coordinated Management of Meaning Theory
Coordinated Management of Meaning TheoryCoordinated Management of Meaning Theory
Coordinated Management of Meaning Theory
 
Computer Mediated Communication Theory
Computer Mediated Communication TheoryComputer Mediated Communication Theory
Computer Mediated Communication Theory
 
Prinsip komunikasi
Prinsip komunikasiPrinsip komunikasi
Prinsip komunikasi
 
Teori Uses And Effect
Teori Uses And EffectTeori Uses And Effect
Teori Uses And Effect
 
Konsep dasar-komunikasi
Konsep dasar-komunikasiKonsep dasar-komunikasi
Konsep dasar-komunikasi
 
Komunikasi Dalam Organisasi
Komunikasi Dalam OrganisasiKomunikasi Dalam Organisasi
Komunikasi Dalam Organisasi
 
Mata Kuliah Komunikasi Antarpribadi : Mengenal Komunikasi Antarpribadi
Mata Kuliah Komunikasi Antarpribadi : Mengenal Komunikasi AntarpribadiMata Kuliah Komunikasi Antarpribadi : Mengenal Komunikasi Antarpribadi
Mata Kuliah Komunikasi Antarpribadi : Mengenal Komunikasi Antarpribadi
 
Prinsip, Model dan Mazhab Komunikasi
Prinsip, Model dan Mazhab KomunikasiPrinsip, Model dan Mazhab Komunikasi
Prinsip, Model dan Mazhab Komunikasi
 
Pr writing
Pr writingPr writing
Pr writing
 
manajemen makna terkoordinasi
manajemen makna terkoordinasimanajemen makna terkoordinasi
manajemen makna terkoordinasi
 
4. public relations sebagai ilmu dan profesi
4. public relations sebagai ilmu dan profesi4. public relations sebagai ilmu dan profesi
4. public relations sebagai ilmu dan profesi
 
2. evolusi dan sejarah public relations
2. evolusi dan sejarah public relations2. evolusi dan sejarah public relations
2. evolusi dan sejarah public relations
 
Coordinate Management of Meaning Theory
Coordinate Management of Meaning TheoryCoordinate Management of Meaning Theory
Coordinate Management of Meaning Theory
 
Relational dialectics theory
Relational dialectics theoryRelational dialectics theory
Relational dialectics theory
 
Komunikasi antarbudaya
Komunikasi antarbudayaKomunikasi antarbudaya
Komunikasi antarbudaya
 
Psikologi Komunikasi
Psikologi KomunikasiPsikologi Komunikasi
Psikologi Komunikasi
 

Ähnlich wie Psikologi komunikator

Makalah Psikologi komunikator dan psikologi pesan
Makalah Psikologi komunikator dan psikologi pesanMakalah Psikologi komunikator dan psikologi pesan
Makalah Psikologi komunikator dan psikologi pesanLingga - Universitas Riau
 
Relationship Development
Relationship DevelopmentRelationship Development
Relationship Developmentminasstirith
 
Materi I - Komunikasi dalam pelayanan kesehatan.pptx
Materi I - Komunikasi dalam pelayanan kesehatan.pptxMateri I - Komunikasi dalam pelayanan kesehatan.pptx
Materi I - Komunikasi dalam pelayanan kesehatan.pptxYuliaSantikaYS
 
Presentasi Teori Komunikasi Kelompok 5
Presentasi Teori Komunikasi Kelompok 5Presentasi Teori Komunikasi Kelompok 5
Presentasi Teori Komunikasi Kelompok 5Kaer Bikers
 
Peranan komunikasi dalam kehidupan manusia
Peranan komunikasi dalam kehidupan manusiaPeranan komunikasi dalam kehidupan manusia
Peranan komunikasi dalam kehidupan manusiapramithasari27
 
Hubungan interpersonal
Hubungan interpersonalHubungan interpersonal
Hubungan interpersonalIAIN Walisongo
 
Bentuk Bentuk Komunikasi Dalam kehidupan sehari - hari
Bentuk Bentuk Komunikasi Dalam kehidupan sehari - hariBentuk Bentuk Komunikasi Dalam kehidupan sehari - hari
Bentuk Bentuk Komunikasi Dalam kehidupan sehari - hariDonalParinra
 
Materi komunikasi efektif
Materi komunikasi efektifMateri komunikasi efektif
Materi komunikasi efektifMuhammad Askar
 
Komunikasi Cerdas: Kebutuhan Primer Pendidikan Kekinian
Komunikasi Cerdas: Kebutuhan Primer Pendidikan KekinianKomunikasi Cerdas: Kebutuhan Primer Pendidikan Kekinian
Komunikasi Cerdas: Kebutuhan Primer Pendidikan KekinianLSP3I
 
komunikasi beserta penjelasnnya
komunikasi beserta penjelasnnyakomunikasi beserta penjelasnnya
komunikasi beserta penjelasnnyaAlamsyah Syah
 
Pp dasar dasar komunikasi efektif
Pp dasar dasar komunikasi efektifPp dasar dasar komunikasi efektif
Pp dasar dasar komunikasi efektifvauzzelbasharie
 
Pergerakan & motivasi
Pergerakan & motivasiPergerakan & motivasi
Pergerakan & motivasiFaizal Rahman
 
suci,fatimah.docx
suci,fatimah.docxsuci,fatimah.docx
suci,fatimah.docxYuuYushaku
 
Komunikasi dalam keperawatan mzkzlzh
Komunikasi dalam keperawatan mzkzlzhKomunikasi dalam keperawatan mzkzlzh
Komunikasi dalam keperawatan mzkzlzhYabniel Lit Jingga
 
Interpersonal
InterpersonalInterpersonal
Interpersonalseti4budi
 

Ähnlich wie Psikologi komunikator (20)

Makalah Psikologi komunikator dan psikologi pesan
Makalah Psikologi komunikator dan psikologi pesanMakalah Psikologi komunikator dan psikologi pesan
Makalah Psikologi komunikator dan psikologi pesan
 
Makalah sapta
Makalah saptaMakalah sapta
Makalah sapta
 
Relationship Development
Relationship DevelopmentRelationship Development
Relationship Development
 
Materi I - Komunikasi dalam pelayanan kesehatan.pptx
Materi I - Komunikasi dalam pelayanan kesehatan.pptxMateri I - Komunikasi dalam pelayanan kesehatan.pptx
Materi I - Komunikasi dalam pelayanan kesehatan.pptx
 
Presentasi Teori Komunikasi Kelompok 5
Presentasi Teori Komunikasi Kelompok 5Presentasi Teori Komunikasi Kelompok 5
Presentasi Teori Komunikasi Kelompok 5
 
Komunikasi
KomunikasiKomunikasi
Komunikasi
 
Peranan komunikasi dalam kehidupan manusia
Peranan komunikasi dalam kehidupan manusiaPeranan komunikasi dalam kehidupan manusia
Peranan komunikasi dalam kehidupan manusia
 
Hubungan interpersonal
Hubungan interpersonalHubungan interpersonal
Hubungan interpersonal
 
psikologi komunikasi.pptx
psikologi komunikasi.pptxpsikologi komunikasi.pptx
psikologi komunikasi.pptx
 
Bentuk Bentuk Komunikasi Dalam kehidupan sehari - hari
Bentuk Bentuk Komunikasi Dalam kehidupan sehari - hariBentuk Bentuk Komunikasi Dalam kehidupan sehari - hari
Bentuk Bentuk Komunikasi Dalam kehidupan sehari - hari
 
Materi komunikasi efektif
Materi komunikasi efektifMateri komunikasi efektif
Materi komunikasi efektif
 
Komunikasi Cerdas: Kebutuhan Primer Pendidikan Kekinian
Komunikasi Cerdas: Kebutuhan Primer Pendidikan KekinianKomunikasi Cerdas: Kebutuhan Primer Pendidikan Kekinian
Komunikasi Cerdas: Kebutuhan Primer Pendidikan Kekinian
 
komunikasi beserta penjelasnnya
komunikasi beserta penjelasnnyakomunikasi beserta penjelasnnya
komunikasi beserta penjelasnnya
 
Pp dasar dasar komunikasi efektif
Pp dasar dasar komunikasi efektifPp dasar dasar komunikasi efektif
Pp dasar dasar komunikasi efektif
 
Pergerakan & motivasi
Pergerakan & motivasiPergerakan & motivasi
Pergerakan & motivasi
 
suci,fatimah.docx
suci,fatimah.docxsuci,fatimah.docx
suci,fatimah.docx
 
Komunikasi dalam keperawatan mzkzlzh
Komunikasi dalam keperawatan mzkzlzhKomunikasi dalam keperawatan mzkzlzh
Komunikasi dalam keperawatan mzkzlzh
 
Persepsi
PersepsiPersepsi
Persepsi
 
Interpersonal
InterpersonalInterpersonal
Interpersonal
 
Intan intan
Intan intanIntan intan
Intan intan
 

Mehr von Ratih Aini

Tugas teknik tari
Tugas teknik tariTugas teknik tari
Tugas teknik tariRatih Aini
 
Masjid Pathok Negoro di Yogyakarta
Masjid Pathok Negoro di YogyakartaMasjid Pathok Negoro di Yogyakarta
Masjid Pathok Negoro di YogyakartaRatih Aini
 
Contoh membuat berita
Contoh membuat beritaContoh membuat berita
Contoh membuat beritaRatih Aini
 
Psikologi Klinis (Terapi Behaviour)
Psikologi Klinis (Terapi Behaviour)Psikologi Klinis (Terapi Behaviour)
Psikologi Klinis (Terapi Behaviour)Ratih Aini
 
HUBUNGAN AGAMA DAN NEGARA
HUBUNGAN AGAMA DAN NEGARAHUBUNGAN AGAMA DAN NEGARA
HUBUNGAN AGAMA DAN NEGARARatih Aini
 
Pendidikan Anti Korupsi
Pendidikan Anti KorupsiPendidikan Anti Korupsi
Pendidikan Anti KorupsiRatih Aini
 
Kebudayaan Toraja
Kebudayaan TorajaKebudayaan Toraja
Kebudayaan TorajaRatih Aini
 
Perawatan jenazah menurut agama kristen
Perawatan jenazah menurut agama kristenPerawatan jenazah menurut agama kristen
Perawatan jenazah menurut agama kristenRatih Aini
 
Kepribadiaan / Watak / Tempramen
Kepribadiaan / Watak / TempramenKepribadiaan / Watak / Tempramen
Kepribadiaan / Watak / TempramenRatih Aini
 
PENERAPAN STRATEGI ASSERTIVE TRAINING UNTUK MEREDUKSI PERILAKU KONFORMITAS PA...
PENERAPAN STRATEGI ASSERTIVE TRAINING UNTUK MEREDUKSI PERILAKU KONFORMITAS PA...PENERAPAN STRATEGI ASSERTIVE TRAINING UNTUK MEREDUKSI PERILAKU KONFORMITAS PA...
PENERAPAN STRATEGI ASSERTIVE TRAINING UNTUK MEREDUKSI PERILAKU KONFORMITAS PA...Ratih Aini
 
KEPUASAN INTERAKSI SOSIAL LANSIA DENGAN TIPE KEPRIBADIAN
KEPUASAN INTERAKSI SOSIAL LANSIA DENGAN TIPE KEPRIBADIANKEPUASAN INTERAKSI SOSIAL LANSIA DENGAN TIPE KEPRIBADIAN
KEPUASAN INTERAKSI SOSIAL LANSIA DENGAN TIPE KEPRIBADIANRatih Aini
 
PELATIHAN ASERTIVITAS NORMATIF TERHADAP PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA WANITA
PELATIHAN ASERTIVITAS NORMATIF TERHADAP PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA WANITAPELATIHAN ASERTIVITAS NORMATIF TERHADAP PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA WANITA
PELATIHAN ASERTIVITAS NORMATIF TERHADAP PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA WANITARatih Aini
 
MENGURANGI PERILAKU SISWA TIDAK TEGAS MELALUI PENDEKATAN REBT DENGAN TEKNIK A...
MENGURANGI PERILAKU SISWA TIDAK TEGAS MELALUI PENDEKATAN REBT DENGAN TEKNIK A...MENGURANGI PERILAKU SISWA TIDAK TEGAS MELALUI PENDEKATAN REBT DENGAN TEKNIK A...
MENGURANGI PERILAKU SISWA TIDAK TEGAS MELALUI PENDEKATAN REBT DENGAN TEKNIK A...Ratih Aini
 
PENGARUH KOMPRES DINGIN TERHADAP PENURUNAN NYERI PERSALINAN KALA I FASE AKTIF...
PENGARUH KOMPRES DINGIN TERHADAP PENURUNAN NYERI PERSALINAN KALA I FASE AKTIF...PENGARUH KOMPRES DINGIN TERHADAP PENURUNAN NYERI PERSALINAN KALA I FASE AKTIF...
PENGARUH KOMPRES DINGIN TERHADAP PENURUNAN NYERI PERSALINAN KALA I FASE AKTIF...Ratih Aini
 
PENINGKATAN SELF ESTEEM SISWA KORBAN BULLYING MELALUI TEKNIK ASSERTIVE TRAINING
PENINGKATAN SELF ESTEEM SISWA KORBAN BULLYING MELALUI TEKNIK ASSERTIVE TRAININGPENINGKATAN SELF ESTEEM SISWA KORBAN BULLYING MELALUI TEKNIK ASSERTIVE TRAINING
PENINGKATAN SELF ESTEEM SISWA KORBAN BULLYING MELALUI TEKNIK ASSERTIVE TRAININGRatih Aini
 
EFEKTIVITAS KONSELING BEHAVIORAL TEKNIK ASSERTIVE TRAINING UNTUK MEMINIMALISA...
EFEKTIVITAS KONSELING BEHAVIORAL TEKNIK ASSERTIVE TRAINING UNTUK MEMINIMALISA...EFEKTIVITAS KONSELING BEHAVIORAL TEKNIK ASSERTIVE TRAINING UNTUK MEMINIMALISA...
EFEKTIVITAS KONSELING BEHAVIORAL TEKNIK ASSERTIVE TRAINING UNTUK MEMINIMALISA...Ratih Aini
 
Teori Kepribadian Carl Gustav Jung
Teori Kepribadian Carl Gustav JungTeori Kepribadian Carl Gustav Jung
Teori Kepribadian Carl Gustav JungRatih Aini
 
TEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF UNTUK MENGURANGI STRES PADA PENDERITA ASMA
TEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF UNTUK MENGURANGI STRES PADA PENDERITA ASMATEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF UNTUK MENGURANGI STRES PADA PENDERITA ASMA
TEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF UNTUK MENGURANGI STRES PADA PENDERITA ASMARatih Aini
 

Mehr von Ratih Aini (20)

Tugas teknik tari
Tugas teknik tariTugas teknik tari
Tugas teknik tari
 
Masjid Pathok Negoro di Yogyakarta
Masjid Pathok Negoro di YogyakartaMasjid Pathok Negoro di Yogyakarta
Masjid Pathok Negoro di Yogyakarta
 
Contoh membuat berita
Contoh membuat beritaContoh membuat berita
Contoh membuat berita
 
PKN
PKN PKN
PKN
 
PKN
PKN PKN
PKN
 
Psikologi Klinis (Terapi Behaviour)
Psikologi Klinis (Terapi Behaviour)Psikologi Klinis (Terapi Behaviour)
Psikologi Klinis (Terapi Behaviour)
 
HUBUNGAN AGAMA DAN NEGARA
HUBUNGAN AGAMA DAN NEGARAHUBUNGAN AGAMA DAN NEGARA
HUBUNGAN AGAMA DAN NEGARA
 
Pendidikan Anti Korupsi
Pendidikan Anti KorupsiPendidikan Anti Korupsi
Pendidikan Anti Korupsi
 
Kebudayaan Toraja
Kebudayaan TorajaKebudayaan Toraja
Kebudayaan Toraja
 
Perawatan jenazah menurut agama kristen
Perawatan jenazah menurut agama kristenPerawatan jenazah menurut agama kristen
Perawatan jenazah menurut agama kristen
 
Kepribadiaan / Watak / Tempramen
Kepribadiaan / Watak / TempramenKepribadiaan / Watak / Tempramen
Kepribadiaan / Watak / Tempramen
 
PENERAPAN STRATEGI ASSERTIVE TRAINING UNTUK MEREDUKSI PERILAKU KONFORMITAS PA...
PENERAPAN STRATEGI ASSERTIVE TRAINING UNTUK MEREDUKSI PERILAKU KONFORMITAS PA...PENERAPAN STRATEGI ASSERTIVE TRAINING UNTUK MEREDUKSI PERILAKU KONFORMITAS PA...
PENERAPAN STRATEGI ASSERTIVE TRAINING UNTUK MEREDUKSI PERILAKU KONFORMITAS PA...
 
KEPUASAN INTERAKSI SOSIAL LANSIA DENGAN TIPE KEPRIBADIAN
KEPUASAN INTERAKSI SOSIAL LANSIA DENGAN TIPE KEPRIBADIANKEPUASAN INTERAKSI SOSIAL LANSIA DENGAN TIPE KEPRIBADIAN
KEPUASAN INTERAKSI SOSIAL LANSIA DENGAN TIPE KEPRIBADIAN
 
PELATIHAN ASERTIVITAS NORMATIF TERHADAP PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA WANITA
PELATIHAN ASERTIVITAS NORMATIF TERHADAP PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA WANITAPELATIHAN ASERTIVITAS NORMATIF TERHADAP PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA WANITA
PELATIHAN ASERTIVITAS NORMATIF TERHADAP PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA WANITA
 
MENGURANGI PERILAKU SISWA TIDAK TEGAS MELALUI PENDEKATAN REBT DENGAN TEKNIK A...
MENGURANGI PERILAKU SISWA TIDAK TEGAS MELALUI PENDEKATAN REBT DENGAN TEKNIK A...MENGURANGI PERILAKU SISWA TIDAK TEGAS MELALUI PENDEKATAN REBT DENGAN TEKNIK A...
MENGURANGI PERILAKU SISWA TIDAK TEGAS MELALUI PENDEKATAN REBT DENGAN TEKNIK A...
 
PENGARUH KOMPRES DINGIN TERHADAP PENURUNAN NYERI PERSALINAN KALA I FASE AKTIF...
PENGARUH KOMPRES DINGIN TERHADAP PENURUNAN NYERI PERSALINAN KALA I FASE AKTIF...PENGARUH KOMPRES DINGIN TERHADAP PENURUNAN NYERI PERSALINAN KALA I FASE AKTIF...
PENGARUH KOMPRES DINGIN TERHADAP PENURUNAN NYERI PERSALINAN KALA I FASE AKTIF...
 
PENINGKATAN SELF ESTEEM SISWA KORBAN BULLYING MELALUI TEKNIK ASSERTIVE TRAINING
PENINGKATAN SELF ESTEEM SISWA KORBAN BULLYING MELALUI TEKNIK ASSERTIVE TRAININGPENINGKATAN SELF ESTEEM SISWA KORBAN BULLYING MELALUI TEKNIK ASSERTIVE TRAINING
PENINGKATAN SELF ESTEEM SISWA KORBAN BULLYING MELALUI TEKNIK ASSERTIVE TRAINING
 
EFEKTIVITAS KONSELING BEHAVIORAL TEKNIK ASSERTIVE TRAINING UNTUK MEMINIMALISA...
EFEKTIVITAS KONSELING BEHAVIORAL TEKNIK ASSERTIVE TRAINING UNTUK MEMINIMALISA...EFEKTIVITAS KONSELING BEHAVIORAL TEKNIK ASSERTIVE TRAINING UNTUK MEMINIMALISA...
EFEKTIVITAS KONSELING BEHAVIORAL TEKNIK ASSERTIVE TRAINING UNTUK MEMINIMALISA...
 
Teori Kepribadian Carl Gustav Jung
Teori Kepribadian Carl Gustav JungTeori Kepribadian Carl Gustav Jung
Teori Kepribadian Carl Gustav Jung
 
TEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF UNTUK MENGURANGI STRES PADA PENDERITA ASMA
TEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF UNTUK MENGURANGI STRES PADA PENDERITA ASMATEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF UNTUK MENGURANGI STRES PADA PENDERITA ASMA
TEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF UNTUK MENGURANGI STRES PADA PENDERITA ASMA
 

Kürzlich hochgeladen

RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...Kanaidi ken
 
Diskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdf
Diskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdfDiskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdf
Diskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdfHendroGunawan8
 
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxMembuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxNurindahSetyawati1
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxdeskaputriani1
 
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSLatsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSdheaprs
 
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi SelatanSosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatanssuser963292
 
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk HidupUT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidupfamela161
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxsukmakarim1998
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxssuser50800a
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..ikayogakinasih12
 
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan .pptx
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan  .pptxcontoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan  .pptx
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan .pptxHR MUSLIM
 
Materi IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptx
Materi IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptxMateri IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptx
Materi IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptxmuhammadkausar1201
 
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdfModul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdfanitanurhidayah51
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..ikayogakinasih12
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CAbdiera
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxadimulianta1
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...asepsaefudin2009
 
Dasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolik
Dasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolikDasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolik
Dasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolikThomasAntonWibowo
 

Kürzlich hochgeladen (20)

RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
 
Diskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdf
Diskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdfDiskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdf
Diskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdf
 
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxMembuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
 
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSLatsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
 
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi SelatanSosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
 
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk HidupUT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
 
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan .pptx
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan  .pptxcontoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan  .pptx
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan .pptx
 
Materi IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptx
Materi IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptxMateri IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptx
Materi IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptx
 
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdfModul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
 
Dasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolik
Dasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolikDasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolik
Dasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolik
 

Psikologi komunikator

  • 1. A. Pengertian dan Proses Komunikasi Sebelum kita membahas tentang psikologi komunikator disini kita akan mengupas sedikit tentang pengertian, proses, dan bentuk komunikasi itu sendiri agar kita mengerti dan paham tentang apa yang akan kita pelajari dalam bab ini. Komunikasi memang merupakan mekanisme yang menyebabkan adanya hubungan antarmanusia didalam masyarakat, dengan menggunakan lambang-lambang yang mengandung makna, dan dapat dilakukan dengan menembus ruang dan menyimpannya dalam dimensi waktu. Melvin L. De Fleur mendefinisikan komunikasi sebagai saling berbagi informasi, gagasan, atau sikap. Don Fabun, dalam bukunya yang berjudul “The transfer of Meaning”, yang mengatakan bahwa komunikasi adalah suatu peristiwa yang dialami secara internal, yang murni personal, yang dibagi dengan orang lain. Proses komunikasi terdiri dari proses komunikasi primer yaitu langsung dilakukan secara tatap muka, langsung antara seseorang kepada orang lain guna menyampaikan pikiran maupun perasaannya, dan proses secara sekunder yaitu proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang pada media pertama.1 Itulah sedikit pengertian dan proses komunikasi yang sering kita lakukan selama ini, hanya saja kita belum paham tentang tipe komunikasi apa yang sedang kita gunakan. A. Psikologi Komunikator Mempelajari sebuah karakter orang lain memerlukan sebuah proses yang tidak singkat, sehingga apa yang dikatakan seseorang kepada orang lain itu bisa mempengaruhi atau bisa dipercaya oleh orang lain tesebut tentunya sikap atau karakter kita menentukan apakah kita mampu menjadi komunikator yang baik atau tidak. Aristoteles menyebut karakter komunikator ini sebagai ethous. Ethous terdiri terdiri atas pikiran baik, akhlaq yang baik, dan maksud yang baik (good sense, good moral, good character, good will). Pendapat Aristoteles ini diuji secara ilmiah 2300 tahun kemudian oleh Carl Hovland dan Wlater Weiss (1951). Mereka melakukan eksperimen pertama tentang psikologi komunikator. Hovland dan Weiss menyebut ethous ini credibility yang terdiri atas dua unsur: Expertise (keahlian) dan trustworthiness (dapat 1 Drs. Sutaryo, M.Si, Sosiologi Komunikasi : Arti Bumi Intaran, 2005, hal. 41-51 1 | P a g e
  • 2. dipercaya). Kedua komponen ini telah disebut dengan istilah-istilah lain oleh ahli komunikasi yang berbeda. Untuk expertness, McCroskey (1968) menyebutnya authoritativeness. Untuk trustworthiness, peneliti lain menggunakan istilah safety, character, atau evaluative factor. Semua pendapat itu kita sebut saja kredibilitas. Namun, kita tidak hanya melihat pada kredibilitas sebagai faktor yang mempengaruhi efektivitas sumber. Kita juga akan melihat dua unsur lainnya: atraksi komunikator (source attractiveness) dan kekuasaan (source power).2 Sebagai contoh saja seorang dokter lebih dipercaya oleh sebagian masyarakat untuk membantu mereka mengobati sakit yang mereka derita, karena jelas seorang dokter telah memiliki keahlian khusus dan memahami tindakan-tindakan medis dan obat yang harus ia berikan kepada pasiennya, dan seorang dokter dinilai memiliki derajat sosial yang tinggi di masyarakat dibandingkan seorang tabib yang menempuh cara pengobatan secara tradisional tidak terlalu diminati masyarakat karena asumsi mereka, mereka tidak mempercayai tabib itu untuk bisa mengobati penyakit mereka, mereka beranggapan seorang tabib terkadang tidak memiliki keahlian khusus, sebagian masyarakat datang untuk berobat ke seorang tabib jika memang mereka sudah benar-benar membutuhkan pengobatan secara alternatif saja. 1. Dimensi-dimensi ethos Di atas telah kita uraikan bahwa ethos atau faktor-faktor yang mempengaruhi efektifitas komunikator terdiri atas kredibilitas, atraksi, dan kekuasaan. Ketiga dimensi ini berhubungan dengan jenis pengaruh sosial yang ditimbulkannya. Menurut Herbert C. Kelman (1975) pengaruh komunikasi kita kepada orang lain berupa tiga hal: internalisasi (internalization), identifikasi (identification), dan ketundukan (compliance). Internalisasi terjadi bila orang menerima pengaruh karena perilaku yang dianjurkan itu sesuai dengan sistem nilai yang dimilikinya. Dimensi ethos yang paling relevan di sini kredibilitas - keahlian komunikator atau kepercayaan kita pada komunikator. Identifikasi terjadi bila individu mengambil perilaku yang bersal dari orang atau kelompok lain karena perilaku itu berkaitan dengan hubungan yang mendefinisikan diri secara memuaskan (satisfyingself defining relationship) dengan orang atau kelompok itu. Hubungan yang mendefinisikan diri artinya memperjelas konsep diri. Dalam identifikasi, individu mendefinisikan peranannya sesuai dengan peranan Kelman. Dimensi ethos yang paling elevan dengan identifikasi ialah atraksi (attractiveness) - daya tarik komunikator. Ketundukan (compliance) terjadi bila individu menerima pengaruh diri orang atau kelompok lain karena ia berharap memeroleh reaksi yang menyenangkan diri orang atau kelompok tersebut. Ia ingin 2 Ibid. hal. 252-253 2 | P a g e
  • 3. memeroleh ganjaran atau menghindari hukuman dari pihak yang mempengaruhinya. Kredibilias, atraksi dan kekuasaan akan kita perinci pada bagian berikutnya.3 Ketiga hal tersebut sungguhlah sangat berpengaruh dalam diri seoramg komunikator pada zaman sekarang ini, karena jika seseorang telah memenuhi ketiga syarat tersebut sudah pasti orang lain yang diajak berbicara akan mempercayainya tanpa harus banyak mengeluarkan pendapat, seperti halnya seorang presiden yang nyata memiliki tiga komponen diatas pastilah orang-orang dibawahnya akan sangat berhati-hati jika akan angkat bicara dihadapan beliau, bahkan mereka akan menyetujui apa yang diperintahkan oleh pemimpin negara nomor satu tersebut, orang-orang yang memiliki ketiga komponen diatas sudah pasti memiliki suatu kharisma tersendiri dimata masyarakat atau lawan bicaranya. 2. Kredibilitas Disini kita akan membahas tentang sebuah kredibilitas yang sering diungkapan banyak orang, kita akan bahas apa itu kredibilitas dalam konteks psikologi komunikasi. Kredibilitas adalah seperangkat persepsi komunikan tentang sifat-sifat komunikator. Dalam definisi ini terkandung dua hal : (1) kredibilitas adalah persepsi komunikan; jadi tidak inheren dalam diri komunikator; (2) kredibilitas berkenaan dengan sifat-sifaat komunikator, yang selanjutnya akan kita sebut sebagai komponen-komponen kredibilitas. Karena kredibilitas itu masalah persepsi, kredibilitas berubah bergantung pada pelaku persepsi (komunikan), topik yang dibahas dan situasi. Sekali lagi kredibilitas tidak ada pada diri komunikator, tetapi terletak pada persepsi komunikan. Oleh karena itu, ia dapat berubah atau diubah, dapat terjadi atau dijadikan. Hal – hal yang mempengaruhi persepsi komunikan tentang komunikator sebelum ia berlakukan komunikasinya disebut prior ethos (Andersen, 1978:82). Sumber komunikasi memperoleh prior ethos karena berbagai hal. Dua komponen kredibilitas yang paling penting ialah keahlian dan kepercayaan. Keahlian adalah kesan yang dibentuk komunikate tentang kemampuan komunikator dalam hubungannya dengan topic yang dibicarakan. Komunikator yang diniai rendah pada keahlian dianggap tidak berpengalaman, tidak tahu atau bodoh. Kepercayaan adalah kesan komunikate tentang komunikator yang berkaitan dengan wataknya. Koehler, Annatol, dan Applbaum (1978: 144-147) menambahkan empat komponen lagi: (1) dinamisme; (2) sosiabilitas; (3) koorientasi;dan (4) karisma. Komunikator memiliki dinamisme, bila ia 3 Ibid. hal. 253-254 3 | P a g e
  • 4. dipandang sebagai bergairah, bersemangat, aktif, tegas, dan berani. Dinamisme umumnya berkenaan dengan cara berkomunikasi. Sosiabilitas adalah kesan komunikate tentang komunikator sebagai orang yang periang dan senang bergaul. Koorientsi merupakan kesan komunikate tentang komunikator sebagai orang yang mewakili kelompok yang kita senangi,yang mewakili nilai-nilai kita.4 Jadi kredibilitas dapat diartikan bahwa kemampuan komunikator dalam menyampaikan sesuatu hal yang berbobot dan sesuai dengan fakta sehingga mampu diserap dengan baik dengan komunikan dan apa yang dibicarakan itu bisa dipertanggungjawabkan dan benar bisa membuat orang lain percaya dengannya, karena apa membangun sebuah trust atau kita bisa dipercaya oleh orang lain itu tidak semudah membalikkan telapak tangan dan kita harus benar-benar bisa menjaga semua itu, agar orang lain tetap merasa nyaman dengan kita. 3. Atraksi (attractiveness) Atraksi fisik menyebabkan komunikator menarik, dan karena menarik ia memiliki daya persuasive. Namun, kita juga tertarik kepada seseorang karena adanya beberapa kesamaan antara dia dengan kita. Kata Evertt M. Rogers, setelah meninjau banyak penelitian komunikasi. Ia membedakan antara kondisi homophily dan heterophily. Pada kondisi yang pertama, komunikator dan komunikan merasakan ada kesamaan dalam status sosial ekonomi, pendidikan, sikap dan kepercayaan. Pada kondisi kedua, terdapat perbedaan status sosial, ekonomi, pendidikan, sikap, dan kepercayaan antara komunikator dan komunikan. Komunikasi akan lebih efektif pada kondisi homophily daripada kondisi heterophily.5 Herbert W. Simons (1976), menerangkan mengapa komunikator yang dipersepsi memiliki kesamaan dengan komunikan cenderung berkomunikasi lebih efektif. Pertama, kesamaan mempermudah proses penyandibalikan (decoding), yakni proses menerjemahkan lambang-lambang yang diterima menjadi gagasan-gagasan. Kedua, kesamaan membantu membangun premis yang sama. Premis yang sama mempermudah proses deduktif. Ini berarti bila kesamaan disposisional relevan dengan topik persuasi, orang akan terpengaruh oleh komunikator. Ketiga, kesamaan menyebabkan komunikan tertarik pada komunikator. Keempat, kesamaan menumbuhkan rasa hormat dan percaya pada komunikator.6 Disini reaksi fisik memiliki peran penting karena apa, semua itu menjadikan kita bisa lebih dekat mengenal satu sama lain sehingga mereka yang memiliki kedekatan secara emosional akan cepat akrab dan nyambung ketika berdialog dan mereka merasa nyaman, hal itu yang menghasilkan sebuah 4 Ibid. hal. 254-257 5 Homophily adalah suatu keadaan yang menggambarkan derajat pasangan perorangan yang berinteraksi dan memili kesamaan dalam sikap, seperti dalam status sosial, sedangkan Heterophily adalah suatu keadaan yang menggambarkan derajat pasangan orang-orang yang berinteraksi dalam proses komunikasi yang berbeda dalam sifat-sifat tertentu. 6 Ibid. hal. 258-260 4 | P a g e
  • 5. dinamisme antara komunikator dan komunikan sehingga tumbuhlah rasa saling percaya dan terbuka diantara mereka dengan tetap menghormati dan menghargai satu sama lain. Selain itu juga faktor yang mempengaruhi kepercayaan terhadap orang lain yakni kekuasaan, orang- orang yang memiliki kekuasaan yang tinggi pasti akan lebih dihormati dan disanjung oleh masyarakat karena mereka mampu tidak hanya memiliki wibawa tapi juga kharisma. French dan Raven menyebutkan jenis-jenis kekuasaan. Klasifikasi ini kemudian dimodifikasi Raven (1974) dan menghasilkan lima jenis kekuasaan. a. Kekuasaan koersif (coercive power) b. Kekuasaan Keahlian (expert power) c. Kekuasaan Informasional (informational power) d. Kekuasaan Rujukan (referent power) e. Kekuasaan Legal (legitimate power) Penelitian psikologi tentang penggunaan kekuasaan menunjukkan bahwa orang memilih jenis kekuasaan yang dimilikinya tidak secara rasional. Orang menggunakan kekuasaan koersif sering hanya karena ingin memenuhi kepuasan diri atau menunjang harga diri. Dengan begitu, kekuasaan sepatutnya digunakan setelah kredibilitas dan atraksi komunikator. Lagipula, komunikasi mungkin masih belum efektif, bila komunikator tidak memperhatikan pesan yang disampaikannya.7 Apapun yang akan kita sampaikan dengan komunikan kita sebagai komunikator tidak hanya harus bisa menguasai lawan bicara kita tapi apa yang akan kita sampaikan harus benar-benar jelas dan bisa dimengerti sehingga resiko terjadinya miss communication itu kecil dan pesan yang disampaikan tepat pada sasaran yang ditujukan. Maka dari itu seorang komunikator yang baik yang mampu menguasai disetiap kondisi apapun harus memiliki unsur-unsur yang dijelaskan diatas, karena jika tidak banyak orang yang tidak akan mempercayai kelebihan yang kita punya, setidaknya kemampuan untuk mempengaruhi lawan bicara itu cukup penting dimiliki oleh seorang komunikator sehingga pesan dapat tersampaikan dengan baik. Dalam komunikasi ada tiga unsur penting yang selalu hadir disetiap komunikasi, yaitu sumber informasi (receiver), saluran (media), dan penerima informasi (audience). Sumber informasi adalah seseorang atau institusi yang memiliki bahan informasi (pemberitaan) untuk disebarkan kepada 7 Ibid. hal. 261-263 5 | P a g e
  • 6. masyarakat luas. Saluran adalah media yang digunakan untuk kegiatan pemberitaan oleh sumber berita, berupa media interpersonal yang digunakan secara tatap muka maupun media massa yang digunakan untuk khalayak umum. Sedangkan audience adalah per orang atau kelompok dan masyarakat yang menjadi sasaran informasi atau yang menerima informasi. Selain tiga unsur ini, yang terpenting dalam komunikasi adalah aktivitas memaknakan informasi yang disampaikan oleh sumber informasi dan pemaknaan yang dibuat oleh audience terhadap informasi yang diterimanya itu. Pemaknaan kepada informasi bersifat subjektif dan kontekstual. Subjektif, artinya masing-masing pihak (sumber informasi dan audience) memiliki kapasitas untuk memaknakan informasi yang disebarkan atau yang diterimanya berdasarkan pada apa yang ia rasakan, ia yakin, dan ia mengerti serta berdasarkan pada tingkat pengetahuan kedua pihak. Sedangkan sifat kontekstual adalah bahwa pemaknaan itu berkaitan erat dengan kondisi waktu dan tempat dimana informasi itu ada dan dimana kedua belah pihak itu berada. Dengan demikian, konteks sosial budaya ikut mewarnai kedua belah pihak dalam memaknakan informasi yang disebarkan dan diterima itu. Oleh karena itu, maka sebuah proses komunikasi memiliki dimensi yang sangat luas dalam pemaknaannya, karena dilakukan oleh subjek- objek yang beragam dan konteks social yang majemuk pula.8 Contohnya saja seorang dai yang akan mengisi sebuah pengajian jika telah menyiapkan pesan yang bagus dilengkapi dengan media yang memadai dan penampilan yang berwibawa tapi jika pendengar tidak ada maka pesan yang akan disampaikan akan sia-sia saja, maka akan terjadilah kegagalan komunikasi semua yang akan dilakukan oleh komunikator itu haruslah seimbang ada pesan, media, dan orang yang akan mendengarkan, dan disampaikan dengan penuh percaya diri sehingga mampu menghipnotis orang-orang yang mendengarnya sehingga orang-orang tersebut mempercayai apa yang disampaikan oleh dai tersebut. Persyaratan yang harus ada dalam komunikasi tatap muka adalah antara komunikator dengan komunikannya harus langsung bertemu dan prosesnya dipengaruhi oleh emosi, perasaan diantara kedua belah pihak. Persyaratan “harus langsung bertemu” dalam komunikasi itu karena masing-masing pihak dapat memperoleh umpan balik dari proses komunikasi yang sedang terjadi. Pengaruh komunikator bisa sangat besar terhadap komunikannya atau bisa sebaliknya. Hal ini terkait pula dengan kredibilitas dari komunikator dimata komunikannya dan sebaliknya. Makin tinggi tingkat kepercayaannya, maka makin tinggi pengaruh komunikator dan /atau sebaliknya.9 Pada intinya psikologi komunikator adalah bangaimana seorang komunikator mampu menyampaikan pesan dengan baik sehingga akan terjadi umpan balik dari komunikan dimana komunikator menjadi 8 Prof. Dr. H.M. Burhan Bungin, S.Sos. M.Si,. Sosiologi Komunikasi. hal. 57-58 9 Ibid, hal. 69-70 6 | P a g e
  • 7. sosok yang dipercaya oleh lawan bicaranya karena kharisma yang dimilikinya, dan semua itu bisa kita terapkan dengan terus mengasah kemampuan komunikasi interpersonal kita. B. Psikologi Pesan 1. Pengertian Pesan Menurut Abdullah Hanafi, pesan merupakan “produk fisik yang nyata, yang dihasilkan oleh sumber encoder”10 . Dimana pesan itu terdiri dari tiga unsur, yaitu: kode, isi dan wujud pesan. Pesan merupakan salah satu dari unsur-unsur komunikasi, dimana pesan adalah suatu informasi yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan, melalui suatu perantara, entah itu langsung maupun tidak langsung. Sedangkan psikologi pesan yaitu penyampaian suatu pesan secara spontan yang dapat mempengaruhi seorang komunikan. Sebagai contoh penyampaian pesan dengan bahasa yang dilakukan oleh seorang sersan kepada puluhan tentara yang hanya dengan mengatakan “maju-jalan”, puluhan tentara menghentakkan kakinya, dan maju dengan langkah tegap. Inilah hebatnya bahasa, yang sekaligus menjadi perbedaan antara manusia dan binatang. Dalam suatu waktu, bahasa sebagai pesan dalam bentuk kata-kata dan kalimat yang disebut sebagai pesan linguistik, sedangkan cara berkata yang memberikan maksud tersendiri, disebut sebagai pesan paralinguistik. Akan tetapi, kadangkala manusia menyampaikan suatu pesan, selain dengan bahasa, seperti isyarat, atau yang disebut sebagai pesan ekstralinguistik. C. Pesan Linguistik Untuk mendefinisikan bahasa, ada dua cara yaitu secara fungsional dan secara formal. Fungsional yaitu dari fungsi bahasa itu sendiri, sehingga bahasa diartikan sebagai “alat yang dimiliki bersama untuk mengungkapkan gagasan” (socially shared means for expressing ideas)11 . Sedangkan formal menyatakan bahwa bahasa itu sesuai dengan peraturan dalam susunan kata, dan bagaimana merangkaikan sehingga menjadikan suatu bahasa yang memiliki arti. Ada tiga unsur tata bahasa, yaitu fonologi (bidang dalam linguistik yg menyelidiki bunyi-bunyi bahasa menurut fungsinya), sintaksis (pengaturan dan hubungan kata dengan kata atau dengan satuan lain yg lebih besar) dan semantik (ilmu tentang makna kata dan kalimat; pengetahuan mengenai seluk-beluk dan pergeseran arti kata). Menurut George A. Miller (1974: 8), untuk mampu menggunakan bahasa tertentu harus menguasai ketiga unsur tersebut, ditambah dengan dua unsur lagi. Pada tahap pertama, seseorang harus memiliki informasi fonologis tentang bunyi bahasa. Pada tahap kedua, harus memiliki pengetahan sintaksis tentang cara pembentukan kalimat. Pada tahap ketiga, harus 10 Dr. S. M. Siahaan. “Komunikasi Pemahaman dan Penerapan”. Hal: 62 11 Rakhmat Jalaluddin, Psikologi Komunikasi. Hal: 265 7 | P a g e
  • 8. mengetahui secara leksikal arti kata atau gabungan kata-kata. Pada tahap keempat, tinggal kita dan dunia yang kita bicarakan, dan tahap yang terakhir kita harus memiliki sistem kepercayaan untuk menilai apa yang kita dengar12 . Para Psikolinguis13 lebih memperhatikan pada dua tahap terakhir, dimana mereka lebih memahami peranan konsep dan kepercayaan dalam menggunakan dan memahami pesan. Seberapa banyak anda seseorang memahami kata-kata dalam bahasa inggris, namun apabila anda sedang berada di sebuah universitas di Amerika, dan dosen anda menyampaikan sebuah humor, maka anda akan tertawa hambar, sedangkan teman-teman anda akan tertawa terbahak-bahak. Baru setelah anda tinggal lebih lama di Amerika, dan mengingat humor dosen anda, maka anda akan tertawa terbahak-bahak. Dalam hal inilah kita dapat memahami pentingnya menyamakan kerangka konseptual dan system kepercayaan, sebelum menyampaikan suatu pendapat. 1. Bagaimana Seseorang Bisa Berbahasa? Pertanyaan tersebut telah berabad-abad lamanya telah menggangu pikiran manusia. Karena, pada zaman kaisar Romawi pada abad ke 13 mengadakan eksperimen unik, dimana sang raja penasaran apakah yang akan menjadi bahasa seorang anak, apabila tidak diajarkan bahasa kepadanya. Lalu sang raja mengumpulkan beberapa bayi untuk dirawat sebagaimana bayi biasanya, hanya saja tak boleh seorang pun yang boleh berbicara, menyanyikan lagu untuknya, ataupun bersenandung kepadanya. Dan pada akhirnya, semua bayi yang menjadi objek penelitian itu meninggal, sehingga penelitian ini diberhentikan, karena tidak membuahkan hasil yang diinginkan. Dengan hal ini, sudah jelaslah bahwa bahasa itu perlu diajarkan, tidak serta merta anak itu bisa berbahasa tanpa adanya sebuah pengajaran. Menurut teori belajar, anak-anak mengetahui bahasa dengan tiga proses, yaitu: a. Asosiasi (melazimkan suatu bunyi dengan objek tertentu) b. Imitasi (menirukan pengucapan kata yang didengarnya) c. Pengetahuan Seorang psikolog dari Harvard, B.F. Skinner menerapkan ketiga prinsip tersebut, ketia ia sedang menjelaskan tiga macam respon yang terjadi pada anak-anak kecil, yaitu: mand, tact, dan echoic. 12 Rakhmat Jalaluddin, Psikologi Komunikasi. Hal: 266 13 Psikolinguistik adalah psikolog yang mempelajari bagaimana maksud komunikator diubah menjadi pesan dalam lambang yang diterima secara kultural dan bagaimana signal-signal ini diubah menjadi penafsiran komunikate (Osgood dan Sebeok, 967: 20), (Rakhmat Jalaluddin, Psikologi Komunikasi. Hal: 266) 8 | P a g e
  • 9. Respon mand terjadi ketika seorang anak mulai mengeluarkan suatu bunyi, dan ia mendapatkan sesuatu dari ibunya karena suara itu. Misalnya seorang anak mengatakan “u-u”, lalu ibunya mendengarnya sebagai sebuah permintaan, dan ia mengambilkan air untuk san bayi. Maka kemudian sang bayi akan mengeluarkan suara “u-u” saat ia merasakan haus di kemudian hari. Respon tact terjadi ketika anak mengeluarkan suara saat ia menyentuh suatu benda, sehingga sang ibu mengira bahwa anaknya menginginkan benda itu. Misalnya seorang anak memegang gelas yang berisi air, lalu ia bersuara “u-u” dan sang ibu mendengarnya, maka sang ibu akan mengira bahwa anaknya menginginkan air minum. Sehingga sang anak pun akan bertindak seperti itu, ketika ia ingin minum. Respon echoic terjadi ketika anak menirukan perkataan orang tuanya dalam hubungannya dengan stimulus14 tertentu. Misalnya ketika ibu memberikan air minum, dan mengatakan “minum” kemudian sang anak menirukan dengan hanya mengeluarkan suara “u-u” maka ibu akan sangat gembira dan akan menirukan suara yang anak itu suarakan. Menurut Noam Chomsky seorang ahli bahasa dari Massachuset Institute of Technology, teori bahasa hanya sebagai play-acting at science, suatu teori yang tidak dapat menjelaskan bagaimana seorang anak dapat mengatakan kalimat-kalimat yang bahkan belum pernah didengarnya. Menurut Chomsky, seorang anak dapat berbicara karena faktor pengetahuan bawaan (preexistent knowledge) yang telah diprogram secara genetik pada otak manusia. Chomsky menyebutnya dengan L.A.D (Linguistics Acquisition Device). LAD ini tidak mengandung arti ataupun gagasan, akan tetapi hanya satu sistem yang dapat memungkinkan manusia untuk menggabungkan komponen-komponen bahasa. Meskipun bentuk luar suatu bahasa itu berbeda-beda, namun struktur pokok bahasa itu sama. Chomsky menyebutnya sebagai linguistik universal. Karena kemampuan ini, seorang anak akan segera mengetahui bentuk bahasa yang dikatakan orang tuanya, dengan bentuk bahasa yang sudah ada dalam memorinya. Karena hubungan-hubungan tersebut, sehingga anak akan mengucapkan kalimat sesuai dengan aturannya sendiri. “Teori nativisme menggambarkan anak memperoleh pengetahuan tentang bahasa tertentu, ketika bahasa yang didengar membangkitkan respons bawaan dari kemampuan berbahasa.” (Hunt, 1982). Adanya teori dasar fisiologis dibuktikan dengan kemampuan berbahasa seseorang itu dipengaruhi oleh daerah yang ditinggali. Ada kemungkinan apabila daerah yang dia tempati 14 Perangsang organisme bagian tubuh atau reseptor lain untuk menjadi aktif (Kamus Besar Bahasa Indonesia) 9 | P a g e
  • 10. mengalami kerusakan, maka akan berpengaruh pada bahasa yang dimilikinya. Sebagaimana cintoh yang ditemukan di daerah Broca dan Wernicke. Karena kerusakan pada daerah ini, sehingga menyebabkan orang berbicara terpatah-patah, dan dengan susunan kata yang tidak teratur. Teori dari Jean Piaget memperkuat teori Chomsky, yang mana Jean Piaget mengemukakan teori perkembangan mental dengan menunjukkan adanya struktur universal menimbulkan pola berpikir yang sama pada tahap-tahap tertentu perkembangan mental anak. Kedua teori ini meyatakan bahwa kemampuan berbahasa anak itu tidak dari proses belajar, akan tetapi merupakan suatu kemampuan bawaan, karena manusia bukanlah kertas kosong yang hanya menerima, akan tetapi manusia telah memiliki kemampuan bawaan. 2. Bahasa dan Proses Berpikir Proses berpikir seseorang dapat mempengaruhi bahasa yang mereka gunakan. Sehingga perbedaan dalam penggunaan bahasa merupakan hasil dari perbedaan pandangan hidup seseorang tentang hidup. 3. Kata-kata dan Makna Suatu kata dapat dipahami dengan makna yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Hal itu karena pengalaman seseorang dapat mempengaruhi persepsi terhadap sesuatu. 4. Teori General Semantics Verbal dan nonverbal merupakan cara kita berkomunikasi ataupun menyampaikan pesan. Penggagas teori ini ialah Albert Korzybiski salah seorang ahli bahasa. Korzybiski melambangkan asumsi dasar teori general semantics : “bahasa seringkali tidak lengkap mewakili kenyataan; kata-kata hanya menangkap sebagian saja aspek kenyataan”. 5. Hakikat Bahasa Lebih dari 10.000 bahasa dan dialek yang berbeda, saat ini digunakan oleh manusia dan memiliki keunikan tersendiri dalam beberapa hal15 . Hal itu menjadi hal yang luar biasa yang dilakukan manusia. a. Faktor Fisiologis 15 Rubent. D. Ruben dan Lea P. Stewart.”Komunikasi dan Perilaku Manusia”. Hal: 140 10 | P a g e
  • 11. Membahas tentang sebagian cara kerja proses komunikasi, yang berpusat di dalam pita suara pangkal tenggorokan manusia yang yang terletak di ujung atas trakeadan diperkuat oleh tulang rawan yang mendukung pita suara. b. Faktor Kognitif16 Otak dan sistem saraf menjadi pengendali mekanisme yang memungkinkan kita untuk memahami dan merasakan apa yang berhubungan dengan lingkungan. 6. Penguasaan Bahasa Ada dua perspektif utama mengenai pengembangan bahasa, yaitu pendekatan psikolinguistik dan pendekatan sosiolinguistik17 : 1. Pendekatan Psikolinguistik Kata-kata bawaan atau protowords (pratanda kata-kata) dan kata-kata itu sendiri (didasarkan atas pemahaman pribadi anak-anak tentang dunia). Bahasa adalah sarana untuk menyampaikan makna yang telah mereka pelajari. 2. Pendekatan Sosiolinguistik Perkembangan bahasa terjadi ketika anak mengalami kebutuhan untuk berkomunikasi. Bahasa dipelajari melalui interaksi sosial dan merupakan sarana untuk mengakomodasi tuntutan kehidupan sosial. Beberapa ahli bahasa telah bersepakat bahwa kemampuan bahasa anak merupakan suatu bawaan, sedangkan proses belajar hanyalah dasar dari pengembangan bahasa karena faktor lingkungannya. Sedangkan para ahli lainnya berpendapat bahwa manusia memperoleh kemampuan berbahasa dari proses perkembangan suatu individu. Akan tetapi, keduanya setuju bahwa kompetensi linguistic adalah penting untuk interaksi antara individu dan lingkungannya. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa tanpa kapasitas dan kesempatan untuk berbicara dengan orang lain, tidak ada kemampuan bahasa yang berkembang.18 16 Berdasarkan pada pengetahuan faktual yang empiris (Kamus Besar Bahasa Indonesia) 17 Rubent. D. Ruben dan Lea P. Stewart.”Komunikasi dan Perilaku Manusia”. Hal: 143 18 Rubent. D. Ruben dan Lea P. Stewart.”Komunikasi dan Perilaku Manusia”. Hal: 143 11 | P a g e
  • 12. Pola ucapan pada orang yang merawat dan mendidik anak akan berpengaruh pada usia-usia dalam tahapan awal penguasaan bahasa anak. Seorang ibu akan mengulang pertanyaannya kepada sang anak, sedangkan seorang ayah lebih menekankan jawaban sang anak. Sejalan dengan pertumbuhan usia, kemampuan fonetik19 , sintaksis20 , semantik21 dan pragmatik22 akan meningkat. 7. Cara Penyampaian Pesan secara Tepat23 : a) Menggunakan bahasa yang jelas, dan tidak berbelit-belit b) Berdasarkan fakta dan data yang ada c) Pesan disampaikan dengan ringkas, namun dapat dipahami d) Pesan menyangkut keseluruhan e) Pesan itu menarik dan meyakinkan f) Disampaikan dengan sopan g) Pesan itu tidak bertentangan dengan makna kalimat yang lain D. Pesan Non Verbal 1. Kesamaan Antara Komunikasi Verbal dan Nonverbal Dalam menyampaikan sebuah pesan dalam berkomunikasi baik secara verbal maupun non verbal, keduanya memiliki kesamaan yang akan kita bahas dalam bahasan dibawah ini. a. Aturan – Perintah Aturan-aturan daam pesan nonverbal dapat diidentifikasi seperti halnya dalam pesan verbal. Beberapa pola aturan tersebut berkaian dengan produksi pesan nonverbal dan dengan cara-cara di mana emosi ditampilkan. Juga dengan beberapa aturan lainnya yang diperlukan untuk membangun kelengkapan arti penting pesan. Aturan-aturan yang terkait dengan pembuatan banyak prilaku nonverbal seperti pada berjabat tangan mirip dengan fonetik. Aturan yang menetapkan urutan yang tepat mengenai hubungan pesan 19 Bunyi system suatu suara (KBBI) 20 Pengaturan dan hubungan kata dengan satuan lain yang lebih besar (KBBI) 21 Bagian struktur bahasa yang berhubungan dengan makna ungkapan atau struktur makna suatu wicara (KBBI) 22 Berkenaan dengan syarat-syarat yang mengakibatkan serasi tidaknya pemakaian bahasa di komunikasi (KBBI) 23 Dr. S. M. Siahaan. “Komunikasi Pemahaman dan Penerapan”. Hal: 12 | P a g e
  • 13. nonverbal satu sama lain dengan pertemuan pertama dengan seseorang, contohnya adalah sebuah tipe tata kalimat. Seperti juga pesan verbal, beberapa pola pesan nonverbal bersifat umum untuk prilaku perseorangan. Misalnya, ekspresi mimic muka, penelitian menujukan bahwa di sana ada relasi yang dapat diduga antara emosi kegembiraan, kesedihan, marah, jijik, terkejut atau takut, dan gerakan khusus dari otot wajah, terlepas dari latar belakang pribadi dan budaya seseorang. 2 Gerak isyarat, seperti anggukan kepala,yang kita kaikan dengan “ya” dan “tidak," seperti juga menangis atau tertawa besifat universal meski makna tepatnya mukin tidak demikian. Tetapi ada lebih banyak pola besar yang unik untuk individu tertentu, kelompok, daerah, pekerjaan, atau budaya.24 b. Kesengajaan Bahasa paling sering digunakan secara sadar oleh orang untuk tujuan pengiriman pesan. Kenyataan ini terdapat dalam komunikasi lisan, apalagi tulisan. Juga sering terjadi dalam komunikasi nonverbal. Kita sadar dapat menggunakan ekspresi wajah tertentu, gerak tubuh, dan pilihan pakaian pada pertemuan pertama, wawancara kerja, atau pertemuan kelompok, dengan tujuan untuk menciptakan efek yang diinginkan. Baik pesan vebal dan nonverbal, dapat dihasilkan dan ditransmisikan secara tidak sengaja. Isyarat tanpa sengaja, seperti menurunkan alis anda dan menahan bibir anda dalam kemarahan ketika mencoba untuk tampil baik dan memahami kekasaran seorang teman, memiliki banyak arti iinformasi seperti halnya pilihan kata yang buruk atau kalimat yang membingungkan c. Fungsi Umum Pesan Prilaku verbal atau nonverbal dapat saling dipasangkan satu sama lain untuk beberapa jenis hubungan: a) Keduanya bisa bersifat saling menambahkan (redundant) dan menegaskan (duplicate), seperti ketika seseorang berkata,”Saya mau duduk,” dan kemudian berjalan ke kursi dan duduk. b) Keduanya juga dapat saling menggantikan (substitute), seperti jabatan tangan meenggantikan sapaan, “Halo, menyenangkan bertemu dengan anda”. c) Verbal dan nonverbal dapat saling melengkapi (complementary), seperti ketika dan seorang tersenyum dan berkata, “Masuklah, saya senang bertemu dengan anda”. 24 BRENT D. RUBEN, Komunikasi dan Perilaku Manusia : PT. RAJAGRAFINDO PERSADA, 2013, hal. 171 13 | P a g e
  • 14. d) Kode verbal atau nonverbal juga dapat digunakan untuk menambahkan penekanan (emphasis) pada yang lain, seperti membuat kepalan tangan untuk menggarisbawahi maksud yang dibuat secara lisan. e) Kode verbal dan nonverbal dapat menjadi sumber kontradiksi (contradiction), seperti terjadi saat kita mengira betapa orang lain tertarik untuk mendengarkan percakapan kita, padahal si “pendengar” menatap lawan jenis di seberang ruangan. f) Kedua jenis kode tersebut dapat digunakanuntuk mengatur (regulation) mengendalikan proses komunikasi, menentukan siapa yang akan berbicara, untuk berapa lama, dan bahkan ketika perubahan dalam topic akan terjadi. 2. Pebedaan antara Komunikasi Verbal dan Nonverbal a. Kesadaran dan Perhatian Selama beberapa decade terakhir komunikasi nonperbal telah muncul sebagai suatu bidang studi ilmiah yang ekstensif, juga sebagai topic artikel popular dan buku. Tapi komunikasi vebal tetap menerima lebih banyak perhatian. Kemampuan mengomunikasikan informasi melalui pesan verbal dinilai sangat penting sehingga dianggap sebagai salah satu “keterampilan dasar” sehingga upaya yang sungguh-sungguh dilakukan untuk memastikan bahwa kita telah diajari aturan pengucapan, penyusunan kalimat, penguasaan kata dan maknanya, dan penggunaan bahasa pragmatika, bahkann dijadikan sebagai bagian dari pendidikan formal kita. Sebagai perbandingan, keterampilan nonverbal mendapat sedikit perhatian di kebanyakan sekolah. Musik, seni, dan pendidikan jasmani secara umum dimasukan sebagai bagian dari kurikulum. Namun, tidak ada pelatihan yang memadai untuk komposisi, sastra dan berbicara di depan umum, yang disediakan sekolah untuk kompetensinon-verbal yang sangat penting bagi komunikasi manusia. b. Aturan Terbuka dan Tertutup Salah satu penjelasan mengapa secara relatif penekanan yang lebih besar diletakan kepada komunikasi verbal adalah bahwa di semua budaya terdapat aturan yang tebuka (overtrules) dan struktur bahasa serta penggunaan bahasa. Sebagai hasilnya, informasi aturan komunikasi verbal tersebut tersedia dalam berbagai sumber. 14 | P a g e
  • 15. Kita belajar aturan tertutup (covert rules) dalam komunikasi nonverbal, dilakukan secara tidak langsung melalui observasi, dan tidak kentara kadang-kadang tidak begitu tampak melalui pola-pola hukuman dan ganjaran. Dengan cara demikian, kita bias “tahu aturan” untuk ucapan dan mengekspresikan kasih saying kepada orang lain secara nonverbal kapan harus berjabat tangan, untuk beberapa lama, seberapa keras meremas tangan orang lain, dan kapan pelukan dan ciuman dilakukan dengan tepat tapi aturan ini bersifat tertutup dan bukan sebagai kesepakatan universal. c. Pengendalian Sementara kita mencurahkan perhatian untuk mengelola komunikasi nonverbal dalam beberapa situasi, kita sering lebih berhasil dalam mengendalikan pesan verbal kita. Sebagai contoh, ketika tujuannya adalah untuk menyampaikan kompetensi kita atau untuk memahamisituasi, kebanyakan dari kita lebih mampu mengedalikan kesan yang kita buat secara verbal daripada nonverbal. Melalui perencanaan dan latihan, kita mungkin akan mempunyai kemampuan prediksi guna melengkapi pengiriman pesan secara verbal. d. Status Umum versus Status Pribadi Penggunaan bahasa telah lama dianggap sebagai topic yang sesuai untuk diskusi public dan pengawasan. Guru, orang tua, atau teman-teman biasanya cukup mau bertanya kepada kita ketika mereka tidak mengerti komentar atau perkataan kita, atau ketika mereka tidak setuju. Bgaimanapun , persoalan yang berhubunga dengan penampilan kita, gerak-gerak, tingkah laku, dan posisi tubuh umumnya dianggap urusan perseorangan, pribadi, dan bahkan topic yang tabu, karenanya topik tersebut menjadi jauh lebih kecil kemungkinanya untuk didiskusikan terbuka, dianalisis, atau dikritik. Banyak perhatian yang diberikan ke berbagai bagian tubuh atau pakaian para bintang film. Segala sesuatunya “dibuat lebih” dari wjah hingga pinggul sampai rumah. e. Spesialisasi Belahan Otak Perbedaan utama lainya, dan telah menjadi topik ilmiah adalah wilayah otak di mana kegiatan nonverbal berpusat. Seperti yang kita catat, belahan otak kiri diperkirakan memainkan peran utama dalam proses bahasa. Kegiatan lain yang memerlukan pemrosesan informasi secara berurutan seperti matematika, tampaknya juga sangat bergantung pada otak kiri. Belahan kanan adalah bagi signifikansi khusus dalam mengenali gambar wajah dan tubuh, seni, music dan usaha-usaha lainya di mana terlibat integrasi, kreativitas, atau imajinasi. Studi menunjukan bahwa beberapa individu dengan kerusakan pada belahan kanan mengalami kesulitan dengan hubungan lokasi dan spasial, kesulitan mengenali wajah yang telah dikenalnya, atau 15 | P a g e
  • 16. mengingat adegan atau benda. Penelitian lain, dengan pendapat yang meyakinkan dalam mendukung spesialisasi belahan kanan, telah menunjukan bahwa bahkan ketika terjadi kerusakan pada pusat- pusat bahasa di belahan kiri sehingga menyebabkan pasien kesulitan berbicara,kemampuanya untuk bernyayi sering tidak mengalami gangguan. Empat saluran isyarat nonverbal a) Paralanguage b) Wajah c) Tubuh d) Isyarat eksternal-ruang dan waktu 3. Paralanguage Kita semua telah mendengar kalimat, “ini bukan soal yang anda katakan, tetapi bagaimana anda mengatakanya. Pranglanguage mengacu kepada setiap semua pesan yang menyertai dan lebih melengkapi bahasa. Secara teknis setiap pesan nonverbal tambahan dapat dilihat sebagai sebuah contoh dari paralanguage. a. Bentuk Vokal Salah satu focus pembahasan kita tentang paralanguage adalah tentang hal-hal yang terkait dengan suara (vocalic) seperti pesan pendengaran, pesan selain dari kata-kata, yang diciptakan dalam proses pembicaraan. Sebagai bahasa ucapan, isyarat pralinguistik semisal besar kecilnya volume suara, kecepatan bicara, nada, kata seru, variasi tinggi suara, dan penggunaan jeda, dapat memiliki pengaruh besar kepada apa dan bagaimana, orang bereaksi terhadap individu dan verbaisasinya. Perbedaan tinggi suara bisa menghasilkan kesan yang berbeda ketika mengucapkan “bias saya bantu?” bisa positif bias juga negatif. Jika kata-kata tersebut di sampaikan dengan tinggi suara yang menaik pada akhir kalimat, pengertianya adalah salah satu kesopanan dan minat yang tulus. Sementara jika kata-kata yang sama diucapkan dalam nada monoton, cenderung akan dianggap sebagai kekasaran dan tidak tertatarik. b. Bentuk Tertulis Dalam bahasa tulis, isyarat paralinguistic berfungsi sebagai dasar kesimpulan umum tentang seseorang mengenai bagaimana pendidikanya, kehati-hatianya, sikap hormatnya, atau keseriusanya, 16 | P a g e
  • 17. serta memberikan kita petunjuk tentang suasana atau emosinya pada saat menulis. Penggunaan isyaat pralinguistik tampak jelas dalam mengembangkan konvensi komunikasi yang cocok melalui e-mail. 4. Wajah Umumnya, kita bereaksi terhadap tampilan wajah seseorang secara holistic. Selain arti pentingnya dalam menyumbang penampilan seseorang secara keseluruhan, ekspresi wajah juga bias menjadi sumber pesan dirinya sendiri, menyediakan informasi terbaik tentang kondisi emosi seorang individu kegembiraan, ketakutan terkejut, kesedihan, marah, jijik, merendahkan, dan ketertarikan. Para peneliti juga percaya bahwa peran dari wajah dalam kaitanya dalam emosi atau perasaan adalah berlaku umum pada seluruh manusia. Dalam menguraikan tentang apa yang disebut sebagai “teori neurocultural tentang ekspresi wajah,” Paul Ekman menjelaskan “Hal universal mengenai emosi melalui ekspresi pada raut wajah adalah gerakan otot wajah tetentu ketika emosi yang diberikan muncul. a. Pandangan Mata Mungkin fitur bagian wajah yang paling berpengaruh dalam komunikasi mata, sebagaimana dicatat oleh Ellsworth a. (Kontak wajah) = Melihat wajah seseorang b. (Kontak mata atau pandangan mata) = Melihat mata seseorang c. (Saling pandang) = Saling memandang wajah oleh dua individu d. (Tatapan satu sisi) = Satu orang melihat wajah orang lain, tapi tidak mendapatkan balasan e. (Menghindari pandangan) = Seseorang secara aktif mengindari tatapan mata orang lain f. (Pandangan yang gagal) = Seseorang gagal untuk memandang orang lain, tetapi tidak niat melakukanya Para peneliti telah menunjukan bahwa fungsi utama dari terjadinya kontak mata atau tidak trjadinya, adalah untuk mengatur interaksi. Kontak mata menyediakan sejenis sinyal kesiapan untuk berinteraksi, sedangkan ketiadaan kontak mata bias mengurangi kemungkinan interaksi, sengaja maupun tidak. Pandangan mata adalah bidang komunikasi nonverbal yang di dalamnya terdapat banyak perbedaan budaya. 17 | P a g e
  • 18. b. Pelebaran Pupil Mata Pelebaran ukuran pupil sebagai sumber informasi yang sangat berguna sebetulnya masih menjadi pertanyaan. Khususnya dalam budaya kita dimana kita berdiri berjauhan dalam banyak percakapan kita, sulit untuk memerhatikan ukuran pupil orang lain yang menjadi lawan bicara kita, bahkan kita berupaya untuk mengetahuinya. 5. Tubuh Penampilan mungkin adalah sumber informasi tunggal yang paling penting dalam membentuk kesan permulaan. a. Rambut Rambut dan jenggot panjang, warna, dan gaya adalah juga sumber pesan nonverbal yang penting. Factor-faktor ini berkontribusi terhadap daya tarik keseluruhan dan juga dapat berfungsi sebagai dasar kesimpulan atas kepribadian seseorang, usia, pekerjaan, sikap, keyakinan, dan nilai- nilai. b. Fisik Fisik mencakaup tipe, ukuran, dan bentuk tubuh. Penelitian telah menujukkan, sebagai contoh, bahwa kesimpulan yang dapat ditarik tentang kepribadian berdasarkan somatype yaitu bentuk dan ukuran tubuh. Orang yang tampil berotot, dan tampang atletis (mesomorphs) akan mendapat stereotip sebagai aktif, argumentatif, tegas, kompetitif, percaya diri, dominan, optimis, atau ceroboh orang dan yang tinggi dan kurus dalam penampilan (ectomorphs) dapat dianggap penyendiri, cemas, hati-hati, keren, introsfektif, teliti, sensitive atau pemalu. c. Pakaian dan Perhiasan Pakaian memenuhi sejumlah fungsi bagi kita sebagai manusia, termasuk dekorasi, perlindungan fisik dan psikologis, daya tarik seksual, pernyataan diri, penyangkalan diri, peyembunyiaan, identifikasi kelompok, dan menampilkan status atau peran. Kosmetik, perhiasan batu permata, kacamata, tato, kepangan rambut, bulu mata palsu, dan tindikan pada tubuh, juga banyak digunakan untuk tujuan-tujuan tersebut.. Sering kali pakaian berfungsi sebagai lencana penanda pekerjaan, seperti umumnya dengan polisi, pesawat, dokter, pendeta, personil militer, dan anggota tim atletik tertentu. d. Artefak 18 | P a g e
  • 19. Kita dielilingi dengan berbagai artefak, seperti mainan, teknologi, furniture, benda-benda hiasan, dan sebagainya. Mobil dan rumah kita adalah juga artefak benda yang menyediakan pesan- pesan tambahan hingga orang lain dapat menarik kesimpulan tentang sumber keuangan kita, selera estetika, kepribadian, status atau pekerjaan 6. Gerak Isyarat Gerakan badan, kepala, lengan, tugkai, atau kaki secara teknis dinamai kinesics juga memainkan peran penting dalam komunikasi manusia. a. Tindakan yang Diwariskan, Ditemukan, Ditiru, dan Dilatih Desmond Morris, seorang antropolog menunjukkan bahwa gerakan diperoleh melalui warisan, penemuan, peniruan, dan latihan. Contoh-contoh tindakan bawaan termasuk respons bayi mengisap putting susu dan penggunaan gerak kontak tubuh merupakan bagian dari pengasuhan. Kita memperoleh banyak gerakan yang kita ketahui secara tidak sadar dari orang-orang disekitar kita saat kita tumbuh dewasa. Tipe jabatan tertentu, misalnya, diperoleh melalui peniruan. Meniru bentuk dan cara salam, serta meniru berbagai tata cara budaya dan subbudaya lainya. b. Asal Usul Gerak Sangat menarik untuk bersekulasi tentang asal usul gesture atau gerak tubuh manusia. Beberapa gerakan yang ditampilkan oleh orang dewasa tampaknya dibawa dari kegiatan kita semasa anak-anak. c. Jenis Gerak Penegas dan pemandu. Salah satu jenis gerak isyarat tubuh adalah yang disebut sinyal tongkat (baton signal), digunakan untuk menggarisbawahi atau menekankan masalah tertentu yang dibuat secara lisan. Sinyal Ya – Tidak. Sinyal Ya-Tidak adalah kategori lain dari gerakan. Cara utama dari membuat sinyal Ya-Tidak adalah dengan menggerakan kepala. Salam dan Memberi Hormtat. Bentuk salam yang saling dikenal adalah jabat tangan, pelukan, ciuman yang mengisyaratkan rasa senang dari kita atas kedatangan seseorang atau atas keberangkatan penting dari seseorang. Tanda ikatan. Pengikat atau tanda ikatan adalah salah satu kategori gesture di mana individu menunjukan bahwa mereka berada dalam suatu hubungan. 19 | P a g e
  • 20. Gerak isolasi. Gerak isyarat tubuh yang umum adalah posisi tubuh semisal menyilangkan lengan atau kaki, untuk menyembunyikan atau memblokir bagian tubuh dari pandangan. Gerak isyarat lainya. Gerakan juga memainkan peran utama dalam perkawanan, perkawinan, dan urusan seksual. 7. Ruang – Jarak Penggunaan ruang, jarak, memainkan peran penting dalam komunikasi manusia. Untuk beberapa tingkat, intensitas pesan taktil terjadi karena kita mempunyai harapan yang terumuskan dengan baik sebanyak ruang pribadi yang akan kita miliki di sekitar kita. Hal yang menemukan bahwa jarak antara peserta interaksi adalah bervariasi, dapat diperkirakan bergantung pada kondisi dan isi percakapan. a. Lingkungan Fisik Bangunan-bangunan sekitar kita, furniture, dekorasi, pencahayaan, dan sekema warna adalah hasil dari pengambilan keputusan manusia. Sebagai tambahan bagi penyediaan rumah dan pemukiman, dan memfasilitasi berbagai kegiatan, unsure-unsur buatan manusia dari lingkungan fisik kita juga memberikan sejumlah fungsi informasi. Fungsi informasi tersebut beberapa di antaranya adalah dibuat dengan sengaja, namun banyak yang secara tidak sengaja. 8. Waktu – Kronemiks Pemilihan waktu dan penggunaan waktu kronemiks, sebagaimana ia dirancang secara teknis adalah factor penting lain yang juga sering diabaikan dalam komunikasi. Padahal, reaksi terhadap kata-kata dan perbuatan munkin jauh lebih ditentukan oleh waktu berbicara atau bertindak dibandingkan bergantung kepada isi tindakan itu sendiri. a. Pemilihan Waktu Pemiliahan waktu, berperan di dalam interaksi pada dua tingkatan analisis: (1) mikro dan (2) makro. Karekteristik penggunaan waktu pada percakapan mikro akan meliputi, kecepatan kita berbicara, jumlah dan anjang jeda atau interupsi, perbandingan waktu bicara dan diam, dan pola pergantian bicara dalam percakapan. Peran pemulihan waktu pada tingkat makro adalah pengambilan keputusan yang bersifat lebih umum, sebagaimana keputusan apakah kita akan melibatkan diri ke dalam sebuah pecakapan pada suatu titik waktu tertentu. b. Penetapan Waktu 20 | P a g e
  • 21. Ungkapan-ungkapan semisal, “waktu adalah uang” jangan pernah tunda sampai esok apa yang dapat anda lakukan hari ini”, dan “lebih cepat lebih baik”, mencerminkan pandangan umum orang Amerika Utara bahwa waktu adalah komoditas yang berharga. Semakin cepat kita bias mendapatkan sesuatu semakin sedikit waktu kita menjadi “sampah”. Filosofi “waktu adalah uang” muncul dalam banyak sekali kegiatan kita.25 Demikianlah kesamaan yang ada dalam komunikasi verbal dan non verbal yang ada dalam pembahasan ini, sehingga pesan yang disampaikan bisa berjalan dengan baik dan dapat diterima oleh komunikan. E. Pentingnya Pesan Non Verbal Nikita Krushchev pernah berpidato dihadapan kongres Amerika. Setelah usai, orang bertepuk tangan. Dan Krushchev pun bertepuk tangan juga seperti pendengarnya. Penonton televisi yang menyaksikan itu memandang Krushchev sombong dan takabur. Orang Rusia justru bertepuk tangan untuk menghargai penghargaan pendengarnya. Jadi, pesan nonverbal merupakan penunjukkan pesan sebagai sumber informasi untuk membentuk persepsi kita tentang orang lain.26 Dale G. Lethers menyebutkan enam alasan mengapa pesan nonverbal sangat penting. a. Pertama, faktor-faktor nonverbal sangat menentukan makna dalam komunikasi interpersonal. Ketika kita mengobrol atau berkomunikasi tatapmuka, kita banyak menyampaikan gagasan dan pikiran kita lewat pesan-pesan nonverbal. Pada gilirannya orang lainpun lebih banyak “membaca” pikiran kita lewat petunjuk-petunjuk nonverbal. Menurut Bridwhistell, “barangkali tidak lebih dari 30% sampai 35% makna sosial percakapan atau interaksi dilakukan dengan kata-kata. ” Sisanya dilakukan dengan pesan nonverbal. b. Kedua, perasaan dan emosi lebih cermat disampaikan lewat pesan nonverbal ketimbang pesan verbal. Misalnya, anda menulis surat kepada pacar anda dan mengungkapkan gelora kerinduan anda. Anda akan tertegun, anda tidak menemukan kata-kata yang tepat untuk menyatakan sesuatu yang begitu mudah diungkapkan melalui pesan nonverbal. Menurut Mahrabian (1967), hanya 7% perasaan kasih sayang dapat dikomunikasikan dengan kata-kata. Selebihnya, 38% dikomunikasikan lewat suara, dan 55% dikomunikasikan melalui ungkapan wajah (senyum, kontak mata, dan sebagainya) 25 Ibid, hal. 171-198 26 Rakhmat , Jalaluddin (2001). Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya, hal: 286 21 | P a g e
  • 22. c. Ketiga, pesan nonverbal menyampaikan makna dan maksud yang relative bebas dari penipuan, distorsi, dan kerancuan. Pesan nonverbal jarang dapat diatur oleh komunikator secara sadar. Dalam situasi komunikasi yang disebut “double binding”, yaitu ketika pesan nonverbal bertentangan dengan pesan verbal, maka orang akan bersandar pada pesan nonverbal. d. Keempat, pesan nonverbal mempunyai fungsi metakomunikatif27 yang sangat diperlukan untuk mencapai komunikasi yang berkualitas tinggi. e. Kelima, pesan nonverbal merupakan cara komunikasi yang lebih efisian dibandingakn dengan pesan verbal. Diperlukan lebih banyak waktu untuk menyampaikan pikiran kita secara verbal dari pada secara nonverbal. f. Keenam, Pesan nonverbal merupakan sarana sugesti yang paling tepat. Sugesti disini dimaksudkan menyarankan sesuatu kepada orang lain secara implicit (secara tersirat).28 1. Fungsi Pesan Nonverbal Ada lima fungsi pesan nonverbal: a. Repetisi, yaitu mengulang kembali gagasan yang sudah disajikan secara verbal. Misalnya, setelah saya menjelaskan penolakan saya, saya menggelengkan kepala berkali-kali. b. Substitusi, yaitu menggunakan lambang-lambang verbal. Misalnya, tanpa sepatah katapun anda berkata. Anda dapat menunjukkan persetujuam anda dengan mengangguk-angguk. c. Kontradiksi, yaitu menolak pesan atau memberikan makna yang lain terhadap pesan verbal. Misalnya, anda memuji prestasi teman anda dengan mencibirkan bibir anda, “hei, kau memang hebat”. d. Komplemen, yaitu melengkapi dan memperkaya makna pesan nonverbal. Misalnya, air muka anda menunjukkan tingkat penderitaan yang tidak terungkap dengan kata-kata. e. Aksenuasi, yaitu menegaskan pesan verbal atau menggarisbawahinya. Misalnya, anda mengungkapkan betapa jengkelnya anda dengan memukul mimbar.29 2. Klasifikasi Pesan Nonverbal Duncan menyebutkan enam jenis pesan nonverbal: 27 Fungsi komunikatif artinya memberkan informasi tambahan yang memperjelas maksud dan makna pesan. 28 Rakhmat , Jalaluddin (2001). Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya, hal 287-289 29 Rakhmat , Jalaluddin (2001). Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya, hal 286-287 22 | P a g e
  • 23. a. Kinesik atau gerak tubuh b. Paralinguistic atau suara c. Proksemik atau penggunaan ruangan personal dan sosial d. Olfaksi atau penciuman e. Sensitivitas kulit f. Faktor artifaktual seperti pakaian dan kosmetik Scheflen menyebutkan klasifikasi pesan dengan istilah lain: kinesik, sentuhan (tactile), bau-bauan (odorific), teritorial, proksemik, dan artifaktural.30 Pertama, Pesan kinesik, yaitu pesan yang menggunakan gerak tubuh. Pesan kinesik terdiri dari tiga komponen utama: a) Pesan fasial menggunakan air muka untuk menyampaikan makna tertentu. b) Pesan gestural menunjukkan pesan sebagian anggota badan seperti mata dan telapak tangan untuk menkomunikasikan berbagai makna. c) Pesan postural berkenaan dengan keseluruhan anggota badan. Kedua, pesan proksemik disampaikan pada pengaturan jarak dan ruang. Umumnya dengan mengatur jarak kita mengungkapkan keakraban kita dengan orang lain. Ketiga, pesan artifaktual diungkapkan melelalui penampilan. Seperti tubuh, pakaian, dan kosmetik. Keempat, pesan paralinguistik adalah pesan nonverbal yang berhubungan dengan cara mengungkapkan pesan verbal. 30 Rakhmat, Jalaluddin (2001). Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya, hal 289 23 | P a g e
  • 24. Kelima, pesan sentuhan dan bau-bauan (tactile danolfactory messages). Alat penerima sentuhan adalah kulit, yang mampu menerima dan membedakan berbagai emosi yang disampaikan orang melalui sentuhan. Alam I. Smith, peneliti dari Cutaneous Communikation Laboratory (Laboratorium Komunikasi Kulit) di Princeton, telah meneliti kulit untuk menyampaikan dan menerima pesan. Smith melaporakan berbagai perasaan yang dapat disampaikan oleh sentuhan, tetapi yang paling biasa dikomunikasikan sentuhan ada lima: tanpa perhatian, kasih sayang, takut, marah, dan bercanda. Bau-bauan telah digunakan manusia untuk berkomunikassi secara sadar dan tidak sadar. Dr. Harry Wiener dari New York Medical College mengatakan, manusia menyampaikan dan menerima pesan kimiawi eksternal. Kebanyakan komunikasi melalui bau-bauan berlangsung secara tidak sadar.31 F. Organisasi, Struktur, Dan Imbauan Pesan 1. Organisasi Pesan Aristoteles menerangkan dalam buku klasik tentang komunikasi De Arte Rhetorika, bahwa organisasi pesan berhubungan dengan peranan taxis32 dalam memperkuat efek pesan persuasif. Dalam hal ini, Aristoteles menyarankan agar setiap pembicaraan disusun menurut urutan, yaitu: pengantar, pernyataan, argumen dan kesimpulan. Karena menurut pandangan Aristoteles, pesan yang diorganisasikan secara baik akan memudahkan pengertian, pengingatan, dan perubahan sikap. Untuk membuktikan pandangan Aristoteles tersebut, diperlukan waktu ribuan tahun. Seperti yang dilakukan oleh Beighley pada tahun 1957, yaitu lebih dari sepuluh tahun kemudian. Beighley meninjau berbagai penelitian yang membandingkan efek pesan yang tersusun dengan pesan yang tidak tersusun. Ia menemukan bukti yang nyata yang menunujukkan bahwa pesan yang diorganisasikan dengan baik lebih mudah dimengerti dari pada pesan yang tidak tersusun baik. Namun begitu, berbeda dengan Petrie. Petrie meneliti serangkaian studi pesan tertulis. Dan dari penelitiannya itu, maka tampaklah hasil yang tidak seragam. Sebagian menunjukkan bahwa pesan yang tersusun baik memudahkan pengingatan, dan sebagian lagi menuyimpulkan tidak ada perbedaan antara pesan tersusun dan tidak tersusun dalam memudahkan pengingatan.33 Beberapa penelitian eksperimental menelaah efek organisasi pesan pada pengingatan dan perubahan sikap. Seperti yang dilakukan oleh Thompson pada tahun 1960. Ia melaporkan bahwa orang lebih mudah mengingat pesan yang tersusun, meskipun organisasi pesan tampak tidak mempengaruhi kadar perubahan sikap. Dan sebaliknya, Darnell pada tahun 1963 melaporkan bahwa pengingatan tampaknya tidak 31 Rakhmat, Jalaluddin (2001). Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya, hal 289-294 32 Taxis ialah pembagian atau rangkaian penyusunan pesan 33 Rakhmat , Jalaluddin (2001). Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya, hal 294-295 24 | P a g e
  • 25. berpengaruh oleh adanya organisasi pesan, tetapi perubahan sikap sangat dipengaruhinya. Walaupun penelitian-penelitian membuktikan hal-hal yang bertentangan, para peneliti sepakat bahwa penyajian pesan tersusun lebih efektif dari pada penyajian pesan yamg tidak tersusun. Dengan kata lain, tidak ada satu penelitianpun yang membuktikan bahwa pesan yang tidak tersusun baik mempunyai pengaruh yang lebih efektif dari pada pesan yang tersusun baik. Dengan hasil kesepakatan itu, maka sudah sejak lama retorika menunjukkan cara-cara menyusun pesan mengikuti pola yang disarankan Aristoteles. Retorika mengenal enam macam organisasi pesan yaitu, dengan urutan deduktif, induktif, kronologis, logis, spasial, dan topikal.34 a. Urutan deduktif, yaitu dimulai dengan menyatakan dahulu gagasan utamanya, kemudian memperjelasnya, dengan keterangan penunjang, penyimpulan, dan bukti. b. Urutan induktif, yaitu dimulai dengan mengemukakan perincian-perincian dan kemudian menarik kesimpulan. c. Urutan kronologis, yaitu penyusunan pesan berdasarkan urutan waktu terjadinya peristiwa. d. Urutan logis, yaitu penyusunan pesan berdasarkan sebab ke akibat atau akibat ke sebab. e. Urutan spasial, yaitu pesan yang disusun berdasarkan tempat. f. Urutan topikal, yaitu pesan yang disusun bedasarkan topik pembicaraan. Selain itu, terdapat pula urutan dimana urutan itu merupakan urutan yang paling terkenal dan yang paling dahulu. Urutan ini dikemukakan oleh Alan H. Monore pada akhir tahun 1930-an, yang kemudian disebut “motivated sequence”. Urutan ini menyarankan lima langkah dalam penyusunan pesan, yaitu: 1) Attention (perhatian) 2) Need (kebutuhan) 3) Satisfaction (pemuasan) 4) Visualization (visualisasi) 5) Action (tindakan) Jadi, bila anda ingin mempengaruhi orang lain, rebutlah lebih dahulu perhatiannya, selanjutnya bangkitkan kebutuhannya, berikan petunjuk bagaimana cara memuaskan kebutuhan itu, gambarkan dalam pikirannya keuntungan dan kerugian apa yang akan diperolehnnya bila ia menerapkan atau tidak menerapkan gagasan anda, dan akhirnya doronglah dia untuk bertindak.35 2. Struktur Pesan 34 Rakhmat , Jalaluddin (2001). Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya, hal 295 35 Rakhmat , Jalaluddin (2001). Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya, hal 297 25 | P a g e
  • 26. Struktur pesan yaitu susunan pokok-pokok gagasan yang menyatu menjadi satu kesatuan pesan yang utuh. Untuk merancang struktur pesan harus memperhatikan sikap khalayak sasaran terhadap pesan dan tujuan komunikator. Untuk memahami struktur pesan, pertama anda dapat membayangkan, bila seandainya anda diharuskan untuk menyampaikan informasi di hadapan khalayak yang tidak sepaham dengan anda. Anda harus menentukan apakah bagian penting dari argumentasi anda yang harus didahulukan atau bagian yang kurang penting. Kemudian apakah kita harus membiarkan hanya argumen-argumen yang menunjang kita saja atau harus membicarakan yang pro dan kontra sekaligus. Dalam hal yang pertama, telah banyak penelitian yang telah dilakukan disekitar konsep primacy-recency, dan Cohen menyebutkan kesimpulan dari penelitian tersebut sebagai berkut: a. Bila pembicara menyajikan dua sisi persoalan (yang pro dan kontra), maka tidak ada keuntungan untuk berbicara yang pertama, karena berbagai kondisi, seperti waktu, khalayak, tempat dan lain sebagainya) akan menentukan pembicara yang paling berpengaruh. b. Bila pendengar secara terbuka memihak satu sisi argumen, sisi yang lain tidak mungkin mengubah sisi mereka. Sikap nonkomprimistis ini mungkin timbul karena kebutuhan untuk mempertahankan harga diri. Mengubah posisi akan membuat orang kelihatan tidak konsisten, mudah dipengaruhi dan bahkan tidak jujur. c. Jika pembicara menyajikan dua sisi persoalan, kita biasanya lebih mudah dipengaruhi oleh sisi yang disajikan lebih dahulu. Jikan ada kegiatan diantara penyajian, atau jika kita diperingatkan oleh pembicara tentang kemungkinan disesatkan orang, maka apa yang dikatakan terakhir akan lebih banyak memberikan efek. Jika pendengar tidak tertarik dengan subjek pembicaraan kecuali setelah menerima informasi tentang hal itu, mereka akan sukar mengingat dan menerapkan informasi tersebut. Sebaliknya, jika mereka sudah tertarik pada suatu persoalan, mereka akan mengingatnya baik-baik dan menerapkannya. d. Perubahan sikap lebih sering terjadi apabila gagasan yang dikehendaki atau yang diterima disajikan sebelum gagasan yang kurang dikehendaki. Jika pada awal penyajian, komunikator menyampaikan gagasan yang menyenangkan kita, kita cenderung memperhatikan dan menerima pesan-pesan berikutnya. Sebaliknya, bila pembicara memulai dengan hal-hal yang tidak menyenangkan kita, kita akan menjadi kritis dan cenderung menolak gagasan berikutnya, betapapun baiknya. e. Urutan pro-kontra lebih efektif dari pada urutan kontra-pro bila digunakan oleh sumber yang memiliki otoritas dan dihormati oleh khalayak. f. Argumen yang didengar terakhir akan lebih efektif bila ada jangka waktu cukup lama diantara dua pesan, dan pengujian akan segera terjadi setelah pesan yang kedua.36 36 Rakhmat , Jalaluddin (2001). Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya, hal 297-298 26 | P a g e
  • 27. 3. Imbauan Pesan (Message Appeals) Imbauan pesan adalah aspek yang digunakan untuk menyentuh (stimulasi) khalayak oleh komunikator dalam menyampaikan pesan, agar khalayak berubah. Bila pesan-pesan kita dimaksudkan untuk mempengaruhi orang lain, maka kita harus menyentuh motif yang menggerakan atau mendorong prilaku komunikasi. Dengan perkataan lain, kita secara psikologis mengimbau khalayak untuk menerima dan melaksanakan gagasan kita. Ada beberapa jenis imbauan yang digunakan dalam Psikologi Komunikasi, yakni imbauan rasional, imbauan emosional, imbauan takut, imbauan ganjaran dan imbauan motivasional. Imbauan rasional didasarkan pada anggapan bahwa manusia pada dasarnya makhluk rasional yang baru bereaksi pada imbauan rasional, bila imbauan rasional tidak ada. Menggunakan imbauan rasional artinya menyakinkan orang lain dengan pendekatan logis atau penyajian bukti-bukti. Imbauan rasional biasanya menggunakan silogisme, yakni rangkaian pengambilan kesimpulan melewati primer maior dan premis minor. Banyak penelitian yang menggunakan silogisme klasik tidak memperkuat anggapan bahwa manusia rasional. Ternyata sikap sebelumnya, kredibilitas pebicara dan kepribadiannya, lebih mempengaruhi penilaian kita kepada pembicara ketimbang silogisme yang digunakannya. Penelitian lain yang menggunakan imbauan rasional menggunakan (evidence) sebagai indikator. Dalam hal ini Burgoon dan Betinghaus menyarankan hal-hal berikut: a. Penggunaan pembuktian sangat bergantung pada topik pesan. Kita tidak mengharapkan pembuktian terperinci jika pesan dirancang untuk mempengaruhi komunikate agar membeli jenis minumamn tertentu. Dalam hal ini penggunaan testimoni atau sekedar menyentuh alat indra barangkali lebih efektif. Namun belum ada penelitian yang berusaha menunjukkan dengan pasti topik yang bagaimana yang cocok untuk pembuktian tersebut. b. Khalayak mungkin berbeda-beda dalam banyak faktor, misalnya usia, pendidikan, dan lain-lain. Kita dapat menduga bahwa pembuktian yang persuasif pada kelompok orang tertentu mungkin tidak persuasif pada kelompok yang lain. c. Sistem klasifikasi pembuktian yang ada sekarang ini berasal dari sistem hukum. Belum ada penelitian apakah sistem klasifikasi ini ada kaitannya dengan perilaku komunikasi. Secara keseluruhan, imbauan rasional belum dapat ditentukan efektifitasnya. Imbauan emosional menggunakan pernyataan-pernyataan atau bahasa yang menyentuh emosi kmunikasi. Pada tahun 1936, Harmann meneliti pengaruh selebaran emosional dan rasional dalam mempengaruhi perilaku poitik dalam pemilihan umum. Ia menemukan bahwa pesan yang menggunakan imbauan emosional lebih berhasil dari pada pesan-pesan rasional. Kemudian pada tahun 1961, Lewan dan Stotland mengemukakan bahwa pengaruh imbauan emosional amat dipengaruhi oleh pengalaman sebelumnya. Dengan demikian efek imbauan emosional akan kurang kuat bila topik yang dibicarakan bukan 27 | P a g e
  • 28. sesuatu yang baru; artinya, komunikasi bereaksi berdasarkan kerangka rujukan yang sudah mapan. Betinghaus (1973) menyarankan beberapa hal yang membangkitkan emosi manusia: a) Gunakan bahasa yang penuh muatan emosional untuk melukiskan situasi tertentu. b) Hubungan gagasan yang diajukan dengan gagasan yang tengah populer atau tidak populer. c) Hubungan gagasan dengan unsur-unsur visual dan nonverbal yang membangkitkan emosi, misalnya meminta sumbangan untuk korban banjir dengan menampilkan foto-foto yang melukiskan mereka. d) Tampakkan pada diri komunikator petunjuk nonverbal yang emosional, misalnya suara yang bergetar, air muka yang melankolis dan mata yang berlinang-linang. Imbauan takut menggunakan pesan yang mencemaskan, mengancam, atau meresahkan. Penelitian pertama yang menelaah imbauan takut dilakukan oleh Janis dan Fresbach pada tahun 1953. Mereka menyam,paikan topik kerusakan gigi pada siswa-siswa sekolah menengah.. sebagian menerima pesan yang sangat menakutkan, dan sebagian lagi menerima pesan yang kuraang menakutkan. Mereka menemukan bahwa imbauan takut yang rendah lebih efektif dalam mengubah sikap anak-anak terhadap kesehatan gigi. Mereka menduga bahwa tingkat imbauan takut yang tinggi menimbulkan kecemasan yang tinggi sehingga komuniikasi kurang memperhatikan pesan dan lebih banyak memusatkan perhatian pada kecemasannya sendiri. Penelitian selanjutnya melaporkan bahwa efektifitas imbauan takut bergantung pada jenis pesan, kretibilitas komunikator, dan jenis kepribadian penerima. Bila komunikator memiliki kretibilitas yang tinggi, imbauan yang rendah lebih berhasil (Hewgill, dan Miller, 1965). Bila komunikasi dihadapkan pada topik yang sangat penting baginya, imbauan yang tinggilah yang efektif. Makin kurang penting satu topik, makin kecil keberhasilan. Bila komunikasi mempunyai kepribadian yang tidak mudah terlibat secara personal dalam satu pernyataan, ia kurang terpengaruh oleh imbauan pesan yang tinggi. Begitu pula dengan komunikasi yang memiliki tingkat kecemasan sangat efektif dipengaruhi oleh imbauan takut yang tinggi. Tampaknya penggunaan imbauan takut harus digunakan secara sabgat hati-hatu. Imbauan ganjaran menggunakan rujukan yang menjanjikan komunikasi sesuatu yang mereka perlukan atau yang mereka inginkan. Imbauan motivasional menggunakan imbauan motif yang menyentuh kondisi intern dalam diri manusia. Dengan menggunakan berbagai mazhab psikologi, kita dapat mengklasifikasikan motif pada dua kelompok besar: motif biologis dan motif psikologis. Manusia bergerak bukan saja didorongan psikologos seperti rasa ingin tahu, kebutuhan akan kasih sayang, dan keinginan untuk memuja.37 37 Rakhmat , Jalaluddin (2001). Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya, hal 298-301 28 | P a g e
  • 29. Inilah sekilas pembahasan tentang psikologi komunikator / pesan dalam makalah ini, pada intinya sebuah pesan yang disampaikan oleh komunikator memiliki proses-proses sehingga pesan dapat tersampaikan dengan baik dan gangguan komunikasi bisa diminimalisir. 29 | P a g e