2. “The success of a tourist destination
depends upon the interrelationship
of three factors: its attractions; its
amenities (or facilities); and its
accessibility for tourists”.
(Holloway, 1989)
3. Prinsip daya tarik disebuah
destinasi atau kawasan wisata
adalah adanya agregasi atraksi yang
dapat di tawarkan kepada
wisatawan. Semakin agregasinya
bervariasi, semakin menarik tempat
tersebut untuk dikunjungi.
4. Semenarik apapun sebuah destinasi, apabila
fasilitas yang dimilikinya sangat terbatas bagi
wisatawan, maka akan mengurangi daya tariknya.
Secara esensi ini berarti tempat menginap bagi
wisatawan (akomodasi), tempat makan (rumah
makan) dan lain-lain pendukung destinasi akan
sangat berbeda antara satu tempat dengan tempat
lainnya. Artinya bahwa fasilitas sangat tergantung
dari apa yang menjadi pembeda (something
different) di destinasi tersebut.
5. Faktor ketiga yang harus
diperhatikan dalam menarik
wisatawan adalah kemudahan
dalam menuju destinasi. Destinasi
tidak akan mampu menjadi mass
tourism apabila kemudahan
aksesibilitas tidak terpenuhi
6. Kegiatan Usaha Kawasan Pariwisata
(berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 67
Tahun 1996 Tentang Penyelenggaraan
Kepariwisataan), meliputi:
Penyewaan lahan yang telah dilengkapi dengan
prasarana dan sarana sebagai tempat untuk
menyelenggarakan usaha pariwisata;
Penyediaan fasilitas pendukung lainnya;
Penyediaan bangunan-bangunan untuk
menunjang kegiatan usaha pariwisata di dalam
kawasan pariwisata.
7. a. Persatuan dan Kesatuan Bangsa
Pariwisata mampu memberikan perasaaan bangga dan
cinta terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia
melaluikegiatan perjalanan wisata yang dilakukan oleh
penduduknya ke seluruh penjuru negeri. Sehingga
dengan banyaknya warganegara yang melakukan
kunjungan wisata di wilayah-wilayah selain tempat
tinggalnya akan timbul rasa persaudaraan dan
pengertian terhadap sistem dan filosofi kehidupan
masyarakat yang dikunjungi sehingga akan
meningkatkan rasa persatuan dan kesatuan nasional.
8. b. Penghapusan Kemiskinan (Poverty Alleviation)
Pembangunan pariwisata seharusnya mampu
memberikan kesempatan bagi
seluruh rakyat Indonesia untuk berusaha dan bekerja.
Kunjungan wisatawan ke suatu daerah seharusnya
memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi
peningkatan kesejahteraan masyarakat. Dengan
demikian pariwisata akan mampu memberi andil besar
dalam penghapusan kemiskinan di berbagai daerah
yang miskin potensi ekonomi lain selain potensi alam
dan budaya bagi kepentingan pariwisata.
9. c. Pembangunan Berkesinambungan (Sustainable
Development)
Dengan sifat kegiatan pariwisata yang menawarkan
keindahan alam, kekayaan budaya dan
keramahtamahan pelayanan, sedikit sekali
sumberdaya yang habis digunakan untuk menyokong
kegiatan ini. Bahkan berdasarkan berbagai contoh
pengelolaan kepariwisataan yang baik, kondisi
lingkungan alam dan masyarakat di suatu destinasi
wisata mengalami peningkatan yang berarti sebagai
akibat dari pengembangan keparwiwisataan di
daerahnya.
10. d. Pelestarian Budaya (Culture Preservation)
Pembangunan kepariwisataan seharusnya mampu
kontribusi nyata dalam upaya-upaya pelestarian
budaya suatu negara atau daerah yang meliputi
perlindungan, pengembangan dan pemanfaatan
budaya negara atau daerah. UNESCO dan UN-WTO
dalam resolusi bersama mereka di tahun 2002 telah
menyatakan bahwa kegiatan pariwisata merupakan
alat utama pelestarian kebudayaan. Dalam konteks
tersebut, sudah selayaknya bagi Indonesia untuk
menjadikan pembangunan kepariwisataan sebagai
pendorong pelestarian kebudayaan di berbagai daerah.
11. e. Pemenuhan Kebutuhan Hidup dan Hak Azasi
Manusia
Pariwisata pada masa kini telah menjadi kebutuhan
dasar kehidupan masyarakat modern. Pada beberapa
kelompok masyarakat tertentu kegiatan melakukan
perjalanan wisata bahkan telah dikaitkan dengan hak
azasi manusia khususnya melalui pemberian waktu
libur yang lebih panjang dan skema paid holidays.
12. f. Peningkatan Ekonomi dan Industri
Pengelolaan kepariwisataan yang baik dan
berkelanjutan seharusnya mampu memberikan
kesempatan bagi tumbuhnya ekonomi di suatu
destinasi pariwisata. Penggunaan bahan dan produk
lokal dalam proses pelayanan di bidang pariwisata
akan juga memberikan kesempatan kepada industri
lokal untuk berperan dalam penyediaan barang dan
jasa. Syarat utama dari hal tersebut di atas adalah
kemampuan usaha pariwisata setempat dalam
memberikan pelayanan berkelas dunia dengan
menggunakan bahan dan produk lokal yang
berkualitas.
13. g. Pengembangan Teknologi
Dengan semakin kompleks dan tingginya tingkat
persaingan dalam mendatangkan wisatawan ke suatu
destinasi, kebutuhan akan teknologi tinggi khususnya
teknologi industri akan mendorong destinasi
pariwisata mengembangkan kemampuan penerapan
teknologi terkini mereka. Pada daerah-daerah tersebut
akan terjadi pengembangan teknologi maju dan tepat
guna yang akan mampu memberikan dukungan bagi
kegiatan ekonomi lainnya.
14. a. Kemitraan yang koheren antara para pelaku
kepariwisataan – masyarakat, usaha swasta dan
pemerintah.
b. Penyampaian produk wisata yang secara komersial
menguntungkan, namun tetap memberikan jaminan
manfaat bagi setiap pihak yang terlibat.
c. Berfokus pada manfaat bukan saja bagi wisatawan
yang datang namun juga bagi masyarakat yang
dikunjungi serta bagi lingkungan alam, sosial dan
budaya setempat.
15. Pada kawasan Asia Pasifik terdapat 4 (empat) sub
kawasan pariwisata yaitu Asia Timur Jauh, Asia
Tenggara, Oseania dan Asia Selatan. Pada tahun 2004
keseluruhan kawasan ini rata-rata mengalami
pertumbuhan di atas 12%, Hanya saja kawasan Asia
Tenggara mengalami pertumbuhan tertinggi, yaitu
lebih dari 30% diikuti Asia Timur Jauh (29,6%), Asia
Selatan (16,7%) dan Oseania (12,5%)
16. Negara Jumlah Wisman Pertum
buhan
Pendapatan Devisa Pertum
buhan
2003 2004 2003 2004
Thailand 10.004 11.651 16,5% 7.828 10.034 28,2%
Malaysia 10.577 15.703 10,3% 5.901 8.198 38,9%
Indonesia 4.467 5.321 19,1% 4.037 4.798 18,8%
Singapore 5.705 na 3.787 5.090 34,4%
Filipina 1.907 2.291 20,2% 1.545 2.012 30,2%
Sumber : Tourism Highlight 2005, UN-WTO, 2005
17. Negara Kekuatan Kelemahan
Thailand Atraksi wisata budaya
Infrastruktur, fasilitas dan
pelayanan pariwisata
Citra negatif pariwisata
Dominasi kepemilikan usaha
oleh orang asing
Malaysia Aksesibilitas
fasilitas dan pelayanan
pariwisata
Kemampuan untuk menahan
wisman lebih lama
Keragaman atraksi wisata
Singapura Infrastruktur dan aksesibi-
litas (Hub penerbangan)
Keterbatasan destinasi
Kemampuan untuk menahan
wisman lebih lama
Filipina Atraksi wisata alam & budaya
Keragaman destinasi
Keamanan
Citra negatif pariwisata
Vietnam Kekayaan heritage tourism
Atraksi wisata alam dan
budaya
Terbatasnya infrastruktur
Belum terbentuknya citra
sebagai destinasi pariwisata
18. Leisure, Recreation and Tourism Concept
Leisure is a measure of time and is usually used to mean the
Time left over after work, sleep, and personal and household
chores have been completed
Recreation is normally taken to mean the variety of activities
undertaken during leisure time
Basically, recreation refreshes a person’s strength and spirit and
can include activities as diverse as watching television, or
holidaying abroad
Tourism is temporary movement of people to destinations outside
Their normal place of work and residence, the activities undertaken
During their stay in these destination and the facilities created
To cater for their need (Mathieson and Wall, 1982)
19. Leisure
The time available to an
individual when work, sleep,
and other basic needs have
been met
Pursuit engaged upon
during leisure time
Home-based
recreation
Reading,
gardening,
watching TV,
Socialization etc
Daily Leisure
Visiting theatre or
restaurant, sport
(as participant or
spectator)
socializing etc
Day trip
Visiting attraction,
picnicking etc
Tourism
Temporary movement of
people to destinations outside
their normal place of work
and residence, the activities
undertaken during their stay
in these destination and the
facilities created to cater for
their need
The recreation activity continuum
Geographical Range
Home Local Regional National
Internatio
nal
Work time
Business
travel
38. •Zona inti, merupakan main attraction suatu ODTW
ditempatkan dan aktivitas utama harus dilengkapi
dengan fasilitas utama
•Zona penyangga (buffer zone) berfungsi memisahkan
main attraction dengan aktivitas dan fasilitas
pendukung
•Zona pelayanan , suatu area dimana seluruh aktivitas
dan fasilitas pendukung dikelompokan seperti jaringan
infrastruktur dasar, akses fasilitas, pelayanan
pengunjung dan sebagainya.
39.
40. Use Value: For the
usefulness in terms of
economic and
ecological services.
Nonuse Value:
existence, aesthetics,
bequest for future
generations.
Figure 10-3
41. Forests provide a number
of ecological and economic
services that researchers
have attempted to estimate
their total monetary value.
Figure 10-4
42. Fig. 10-4, p. 193
Support energy flow
and chemical cycling
Reduce soil erosion
Absorb and release
water
Purify water and air
Influence local and
regional climate
Store atmospheric
carbon
Provide numerous
wildlife habitats
Forests
Natural Capital
Fuelwood
Lumber
Pulp to make paper
Mining
Livestock grazing
Recreation
Jobs
Economic
Services
Ecological
Services
43. Old-growth forest: uncut or
regenerated forest that has not
been seriously disturbed for
several hundred years.
22% of world’s forest.
Hosts many species with
specialized niches.
Figure 10-5
44. Second-growth forest: a stand of trees resulting
from natural secondary succession.
Tree plantation: planted stands of a particular tree
species.
Figure 10-6
45. 34 hotspots identified by ecologists as important and
endangered centers of biodiversity.
46.
47.
48. a. Sanctuary Zone (Zona inti)
dimana masyarakat dilarang sama sekali
untuk masuk di dalamnya, karena di zona ini
terdapat jenis satwa yang dilindungi atau
terdapat ekosistem yang sangat rentan dari
pengaruh faktor luar. Luas zona ini
tergantung dari perilaku jelajah satwa yang
dilindungi
49. b. Wilderness Zone (zona rimba)
dimana masyarakat dengan jumlah terbatas
dan dengan tujuan khusus (pecinta alam,
pendaki gunung, petualang alam) diijinkan
oleh pengelola hutan untuk masuk ke dalam
zona ini dengan aturan khusus agar tidak
menimbulkan gangguan terhadap
ekosistemnya
50. c. Buffer zone (zona penyangga)
yang dibuat untuk perlindungan terhadap
zona yang perlu secara mutlak dilindungi,
yaitu zona inti, dan zona rimba, terutama
sebagai jalur pelindung dari kegiatan
masyarakat yang mengganggu ekosistem
51. d. Intensive Use Zone (zona pemanfaatan)
yaitu zona dimana dimungkinkan untuk
pengembangan kepariwisataan alam bagi para
wisatawan. Di dalam zona ini justru
dikembangkan fasilitas – fasilitas wisata alam.
52. 1. Terdapat pintu gerbang masuk
2. Pusat informasi
3. Kantor Pengelola
4. Fasilitas kemudahan pengunjung;
telekomunikasi, rumah makan, penginapan,
MCK
5. Fasilitas rekreasi; olahraga, tempat bermain,
shelter perisitirahatan
6. Rambu – rambu mengenai lokasi daya tarik,
lokasi berbahaya dan penerangan listrik
7. Jalan di dalam kawasan pariwisata alam
8. Lokasi berkemah di zona rimba