SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 36
Kata Pengantar
       Puji syukur atas kehadirat allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, berkah,
karunia, dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga izin-Nya penulis dapat menyelesaikan
buku yang berjudul Konsep Dasar dan Teknik Pemfis.

       Penyusunan dan pembahasan buku ini mengacu pada silabus matakuliah apapun dan
dapat digunakan pada program studi kesehatan terutama keperawatan.buku ini berisi materi-
materi khusus tentang pemeriksaan fisik pada manusia. Penulis berharap buku ini dapat
menambah wacana buku ilmu pengetahuan pada bidang kesehatan, khusunya keperawatan.
Selain itu, juga dapat membantu mahasiswa dan praktisi kesehatan agar mendapat
pengetahuan yang lebih baik.

       Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih yang tak terhingga kepada
semua pihak yang telah banyak membantu, serta dukungan luar biasayang diberikan kepada
penulis sehingga buku ini dapat teerselesaikan.

       Penulis menyadari bahwa buku ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis
sangat mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun dari pembaca dan semua
pihak sehingga buku ini kelak menjadi lebih sempurna dan bermanfaat.



                                                                  Jambi , Desember 2012



                                                                            Radna Vilusa




                                                                                       1
BAB I

                               KONSEP DASAR

I.   Teori
        Pemeriksaan fisik merupakan peninjauan dari ujung rambut sampai ujung kaki
     pada setiap system tubuh yang memberikan informasi objektif tentang klien dan
     memungkinkan perawat untuk mebuat penilaian klinis. Keakuratan pemeriksaan
     fisik mempengaruhi pemilihan terapi yang diterima klien dan penetuan respon
     terhadap terapi tersebut.(Potter dan Perry, 2005)
        Pemeriksaan fisik dalah pemeriksaan tubuh klien secara keseluruhan atau
     hanya bagian tertentu yang dianggap perlu, untuk memperoleh data yang
     sistematif   dan   komprehensif,    memastikan/membuktikan   hasil   anamnesa,
     menentukan masalah dan merencanakan tindakan keperawatan yang tepat bagi
     klien. ( Dewi Sartika, 2010).
        Pemeriksaan fisik (Head to Toe) adalah pemeriksaan tubuh pasien secara
     keseluruhan atau hanya beberapa bagian saja yang dianggap perlu oleh dokter
     yang bersangkutan. Pemeriksaan fisik atau pemeriksaan klinis adalah sebuah
     proses dari seorang ahli medis memeriksa tubuh pasien untuk menemukan tanda
     klinis penyakit. Hasil pemeriksaan akan dicatat dalam rekam medis. Rekam medis
     dan pemeriksaan fisik akan membantu dalam penegakkan diagnosis dan
     perencanaan                            perawatan                        pasien.
     Prinsip umum dari pemeriksaan fisik adalah dilakukan secara komprehensif.
     Hal-hal yang harus dipertimbangkan yaitu:
         Penjagaan kesopanan
         Cara mengadakan hubungan dengan pasien
         Pencahayaan dan lingkungan yang memadai
         Tahap pertumbuhan/perkembangan pasien
         Pencatatan data
         Pengambilan tindakan yang sesuai dgn masalah klien
         Pasien dalam posisi duduk/sesuai jenis pemeriksaan




                                                                                  2
Pendekatan pengkajian fisik dapat menggunakan :


1. Head to toe (kepala ke kaki)

       Pendekatan ini dilakukan mulai dari kepala dan secara berurutan sampai ke kaki.
       Mulai dari : keadaan umum, tanda-tanda vital, kepala, wajah, mata, telinga, hidung,
       mulut dan tenggorokan, leher, dada, paru, jantung, abdomen, ginjal, punggung,
       genetalia, rectum, ektremitas.

2. ROS (Review of System / sistem tubuh)

       Pengkajian yang dilakukan mencakup seluruh sistem tubuh, yaitu : keadaan umum,
       tanda vital, sistem pernafasan, sistem kardiovaskuler, sistem persyarafan, sistem
       perkemihan, sistem pencernaan, sistem muskuloskeletal dan integumen, sistem
       reproduksi. Informasi yang didapat membantu perawat untuk menentukan sistem
       tubuh mana yang perlu mendapat perhatian khusus.

3. Pola fungsi kesehatan Gordon, 1982

       Perawat mengumpulkan data secara sistematis dengan mengevaluasi pola fungsi
       kesehatan dan memfokuskan pengkajian fisik pada masalah khusus meliputi : persepsi
       kesehatan-penatalaksanaan kesehatan, nutrisi-pola metabolisme, pola eliminasi, pola
       tidur-istirahat, kognitif-pola perseptual, peran-pola berhubungan, aktifitas-pola
       latihan, seksualitas-pola reproduksi, koping-pola toleransi stress, nilai-pola keyakinan.

4. DOENGOES (1993)

       Mencakup : aktivitas / istirahat, sirkulasi, integritas ego, eliminasi, makanan dan
       cairan, hygiene, neurosensori, nyeri / ketidaknyamanan, pernafasan, keamanan,
       seksualitas, interaksi sosial, penyuluhan / pembelajaran.




                                                                                              3
II.      Teknik Pemeriksaan Fisik


         1. Inspeksi
         Inspeksi    adalah   pemeriksaan     dengan     menggunakan      indera    penglihatan,
      pendengaran dan penciuman. Inspeksi umum dilakukan saat pertama kali bertemu
      pasien. Suatu gambaran atau kesan umum mengenai keadaan kesehatan yang di
      bentuk. Pemeriksaan kemudian maju ke suatu inspeksi local yang berfokus pada suatu
      system tunggal atau bagian dan biasanya mengguankan alat khusus seperto
      optalomoskop, otoskop, speculum dan lain-lain. (Laura A.Talbot dan Mary Meyers,
      1997). Inspeksi adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan cara melihat bagian tubuh
      yang diperiksa melalui pengamatan (mata atau kaca pembesar). (Dewi Sartika, 2010)
      Fokus inspeksi pada setiap bagian tubuh meliputi : ukuran tubuh, warna, bentuk,
      posisi, kesimetrisan, lesi, dan penonjolan/pembengkakan. Setelah inspeksi perlu
      dibandingkan hasil normal dan abnormal bagian tubuh satu dengan bagian tubuh
      lainnya.
      Pemeriksaan yang dilakukan dengan cara melihat bagian tubuh yang diperiksa melalui
      pengamatan. Cahaya yang adekuat diperlukan agar perawat dapat membedakan
      warna, bentuk dan kebersihan tubuh klien. Fokus inspeksi pada setiap bagian tubuh
      meliputi : ukuran tubuh, warna, bentuk, posisi, simetris. Dan perlu dibandingkan hasil
      normal dan abnormal bagian tubuh satu dengan bagian tubuh lainnya. Contoh : mata
      kuning (ikterus), terdapat struma di leher, kulit kebiruan (sianosis), dan lain-lain.


         2. Palpasi
         Palpasi adalah suatu teknik yang menggunakan indera peraba. Tangan dan jari-jari
      adalah instrumen yang sensitif digunakan untuk mengumpulkan data, misalnya
      tentang : temperatur, turgor, bentuk, kelembaban, vibrasi, ukuran.
      Langkah-langkah yang perlu diperhatikan selama palpasi :
          Ciptakan lingkungan yang nyaman dan santai.
          Tangan perawat harus dalam keadaan hangat dan kering
          Kuku jari perawat harus dipotong pendek.
          Semua bagian yang nyeri dipalpasi paling akhir.
      Misalnya : adanya tumor, oedema, krepitasi (patah tulang), dan lain-lain.




                                                                                              4
Palpasi adalah pemeriksaan dengan menggunakan indera peraba dengan
       meletakkan tangan pada bagian tubuh yang dapat di jangkau tangan. Laura A.Talbot
       dan Mary Meyers, 1997)
              Palpasi adalah teknik pemeriksaan yang menggunakan indera peraba ; tangan
       dan jari-jari, untuk mendeterminasi ciri2 jaringan atau organ seperti: temperatur,
       keelastisan, bentuk, ukuran, kelembaban dan penonjolan.(Dewi Sartika,2010)

       Hal yang di deteksi adalah suhu, kelembaban, tekstur, gerakan, vibrasi, pertumbuhan
       atau massa, edema, krepitasi dan sensasi.

       Merupakan metode untuk „merasakan‟ dengan tangan saat pemeriksaan fisik. Dengan
       pemeriksaan ini anda dapat menentukan:

          Tekstur (kasar/halus)

          Suhu (hangat / panas / dingin)

          Kelembaban (kering, basah atau lembab)

          Gerakan (diam atau tremor otot)

          Konsistensi jaringan (padat atau berair)

                           Sensitivitas Bagian Tangan
Bagian tangan yang       Hal Yang Dapat Dirasakan
dipakai
Jari-jari (ujung jari)   Adanya gerakan halus jaringan atau pulsasi
Permukaan tangan         Getaran yang mungkin terjadi (i.e., thrills, fremitus)
Punggung tangan          Suhu kulit




                                                                                        5
Palpasi
Jenis              Tujuan                             Teknik
Palpasi Ringan     Digunakan untuk ada tidaknya       Tekan kulit ½ hingga ¾
                   abnomalitas permukaan (contoh,     inci dengan ujung jari
                   tekstur, suhu, kelembaban,
                   elastisitas, pulsasi, organ-oran
                   superfisial, dll)
Palpasi Dalam      Digunakan untuk meraba organ       Tekan kulit sedalam 1½
                   dalam dan masa untuk melihat       hingga 2 inci dengan
                   ukuran, bentuk, simetris atau      tekanan yang mantap.
                   mobiltasnya
                                                      Mungkin diperlukan juga
                                                      tangan lainnya untuk
                                                      membantu penekanan




Palpasi            Digunakan untuk mengkaji organ     Gunakan dua tangan, satu
Bimanual           dalam di rongga abdomen.           tangan pada sisi masing-
                                                      masing bagian tubuh atau
(gunakan teknik                                       organ yang diperiksa
ini dengan hati-
hati karena                                           Tangan yang di bagian
mungkin akan                                          atas digunakan untuk
merangsang                                            memberikan tekanan
nyeri atau                                            ketika tangan yang di
mengganggu                                            bawah digunakan untuk
organ internal                                        memeriksa jaringan yang
tubuh)                                                dalam

                                                      Gunakan satu tangan
                                                      untuk menekan secara
                                                      dalam dinding perut
                                                      abdominal untuk
                                                      menggerakkan jaringan
                                                      dalam arah tangan yang
                                                      lainnya, dan gunakan
                                                      tangan tersebut untuk
                                                      merasakan jaringan yang
                                                      diperiksa




                                                                                 6
3. Perkusi
       Perkusi adalah pemeriksaan yang meliputi pengetukan permukaan tubuh unutk
menghasilkan bunyi yang akan membantu dalam membantu penentuan densitas,
lokasi, dan posisi struktur di bawahnya.(Laura A.Talbot dan Mary Meyers, 1997)
       Perkusi adalah pemeriksaan dengan jalan mengetuk bagian permukaan tubuh
tertentu untuk membandingkan dengan bagian tubuh lainnya (kiri/kanan) dengan
menghasilkan suara, yang bertujuan untuk mengidentifikasi batas/ lokasi dan
konsistensi jaringan. Dewi Sartika, 2010). Perkusi adalah pemeriksaan dengan jalan
mengetuk bagian permukaan tubuh tertentu untuk membandingkan dengan bagian
tubuh lainnya (kiri kanan) dengan tujuan menghasilkan suara.
       Perkusi bertujuan untuk mengidentifikasi lokasi, ukuran, bentuk dan
konsistensi jaringan. Perawat menggunakan kedua tangannya sebagai alat untuk
menghasilkan suara.
Adapun suara-suara yang dijumpai pada perkusi adalah :
    Sonor : suara perkusi jaringan yang normal.
    Redup : suara perkusi jaringan yang lebih padat, misalnya di daerah paru-paru
       pada pneumonia.
    Pekak : suara perkusi jaringan yang padat seperti pada perkusi daerah jantung,
       perkusi daerah hepar.
    Hipersonor/timpani : suara perkusi pada daerah yang lebih berongga kosong,
       misalnya daerah caverna paru, pada klien asthma kronik.




                                                                                 7
Untuk mengetuk bagian tubuh untuk memeriksa nyeri tekan atau suara yang
      bervariasi sesuai dengan ketebalan atau isi jaringan di bawahnya. Dua jenis perkusi
      yang digunakan tergantung pada tujuan pemeriksaan ini. Pemeriksaan ini biasanya
      digunakan untuk memeriksa setelah area tersebut telah dipalpasi.

                           TEKNIK PERKUSI
JENIS PERKUSI             TUJUAN                      TEKNIK
                                                      PEMERIKSAAN
Perkusi Secara            Untuk memeriksa nyeri       Secara langsung lakukan
Langsung                  tekan atau nyeri            ketukan ke bagian tubuh
                                                      yang dicurigai dengan
                                                      satu atau dua jari secara
                                                      lembut
Perkusi Tidak             Digunakan untuk             Letakkan jari tengah di
Langsung                  memeriksa suara di dada     bagian tubuh yang
                          atau abdomen; timpani,      diperiksa
                          resonans, hiperresonan,
                          pekak, suara datar.         Kemudian dengan
                                                      jaringan yang lain ketuk
                                                      jari yang menempel di
                                                      tubuh (gunakan tangan
                                                      yang dominan ini). Tekuk
                                                      pergelangan tangan.
                                                      Dengarkan suara yang
                                                      dihasilakan oleh ketukan
                                                      jari (dilakukan dengan
                                                      menggerakan
                                                      pergelangan tangan
                                                      secara cepat seperti saat
                                                      melakukan suntikan IM)



                              SUARA PERKUSI
Jenis               Penyebab           Suara         Contoh
Timpani             Udara di bawah     Seperti       Udara di pipi, atau udara
                    jaringan           suara         di saluran usus
                                       gendang
Resonan             Sebagian seperti   Hollow        Suara normal paru
                    campuran air dan
                    jaringan padat
Hiperresonan        Bagian udara lebih Booming       Paru yang mengalami
                    banyak                           emfisema


Dullness            Jaringan padat      Suara        Hati, limpa, jantung
                                        pekak


                                                                                       8
Perkusi, langkah ketiga pemeriksaan pasien adalah menepuk permukaan tubuh
        secara ringan dan tajam, untuk menentukan posisi, ukuran dan densitas struktur atau
        cairan atau udara di bawahnya. Menepuk permukaan akan menghasilkan gelombang
        suara yang berjalan sepanjang 5-7 cm (2-3 inci) di bawahnya.


              Terdapat lima macam perkusi seperti yang tercantum di bawah ini:
Suara              Nada/pitch    Intensitas    Durasi              Kualitas           Lokasi
Datar              Tinggi        Lembut        Pendek              Absolut            Normal:
                                                                                      sternum,
                                                                Tidak jelas           paha
Tidak tajam        Medium         Medium        Moderat         (dulliness)           Abnormal:
(dull)                                                          Seperti suara         paru-paru
                                                                pukulan/jatuh,        atelektatik;
                                                                pendek                Normal:
                                                Moderat/panjang (muffled thud)        hati; organ-
Resonan/gaung Rendah              Keras         Panjang                               organ lain;
Hiper-resonan Sangat              Sangat        Panjang                               kandung
Timpani       rendah              keras                                               kencing
              Tinggi              Keras                                Kosong         penuh
                                                                       Berdebam       Abnormal:
                                                                                      efusi
                                                                       Seperti drum   pleura,
                                                                                      asites
                                                                                      Normal:
                                                                                      paru-paru
                                                                                      Abnormal:
                                                                                      Emfisema
                                                                                      paru-paru
                                                                                      Normal:
                                                                                      gelembung
                                                                                      udara
                                                                                      lambung
                                                                                      Abnormal:
                                                                                      abdomen
                                                                                      distensi
                                                                                      udara

    Pitch (atau frekuensi) adalah jumlah vibrasi atau siklus per detik (cycles per
     second/cps).
    Vibrasi cepat menghasilkan nada dengan pitch yang tinggi, sedangkan vibrasi lambat
    Menghasilkan nada pitch yang rendah.
    Amplitudo (atau intensitas) menentukan kerasnya suara. Makin besar amplitude,
     makin keras suara.
    Durasi adalah panjangnya waktu di mana suara masih terdengar.
    Kualitas (atau timbre, harmonis, atau overtone) adalah konsep subyektif yang
     digunakan.



                                                                                            9
4. Auskultasi

            Auskultasi adalah tindakan mendengarkan bunyi yang ditimbulkan oleh
    bermacam-macam organ dan jaringan tubuh.(Laura A.Talbot dan Mary Meyers, 1997)
    Auskultasi Adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara mendengarkan
    suara yang dihasilkan oleh tubuh. Biasanya menggunakan alat yang disebut dengan
    stetoskop. Hal-hal yang didengarkan adalah : bunyi jantung, suara nafas, dan bising
    usus.(Dewi Sartika, 2010).
    Auskultasi adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara mendengarkan suara
    yang dihasilkan oleh tubuh. Biasanya menggunakan alat yang disebut dengan
    stetoskop. Hal-hal yang didengarkan adalah : bunyi jantung, suara nafas, dan bising
    usus.
    Suara tidak normal yang dapat diauskultasi pada nafas adalah :

   Rales : suara yang dihasilkan dari eksudat lengket saat saluran-saluran halus
    pernafasan mengembang pada inspirasi (rales halus, sedang, kasar). Misalnya pada
    klien pneumonia, TBC.
   Ronchi : nada rendah dan sangat kasar terdengar baik saat inspirasi maupun saat
    ekspirasi. Ciri khas ronchi adalah akan hilang bila klien batuk. Misalnya pada edema
    paru.
   Wheezing : bunyi yang terdengar “ngiii….k”. bisa dijumpai pada fase inspirasi
    maupun ekspirasi. Misalnya pada bronchitis akut, asma.
   Pleura Friction Rub ; bunyi yang terdengar “kering” seperti suara gosokan amplas
    pada kayu. Misalnya pada klien dengan peradangan pleura.




                                                                                     10
Mendengar berbagai suara napas, jantung dan usus menggunakan stetoskop.
       Stetoskop yang bagus setidaknya memiliki:

            „Ear plug‟ yang pas di telinga
            Panjang tidak lebih dari 15 inci dengan diameter internal tidak melebihi 1/8 inci
            Memiliki sisi diafragma dan bell
       Sisi diafragma dan bell digunakan untuk mendeteksi berbagai suara secara secara
       terpisah.

                     Penggunaan Sisi Diafragma dan Bell
                          Tujuan                     Teknik
Diafragma                 Untuk mendeteksi suara     Tempelkan dan tekan
                          yang tinggi (seperti suara secara mantap di bagian
                          napas, jantung normal      tubuh yang diperiksa
                          dan suara usus)
Bell                      Mendengarkan suara         Letakkan bagian bell di
                          yang rendah (contoh        atas bagian tubuh secara
                          suara abnormal jantung     halus
                          dan „bruits‟)

       Ketika melakukan auskultasi terhadap pasien, evaluasi frekuensi, intensitas, durasi,
       jumlah dan kualitas suara.




                                                                                              11
III.        Prinsip Dasar Pemeriksaan Fisik.

                       Dalam melakukan pemeriksaan fisik, ada prinsip-prinsip yang harus di
               perhatikan, yaitu sebagai berikut:

               1.      Kontrol infeksi

                       Meliputi mencuci tangan, memasang sarung tangan steril, memasang masker,
               dan membantu klien mengenakan baju periksa jika ada.

                  Tindakan Pencegahan Baku untuk pencegahan Infeksi
       Cuci tangan dengan seksama sebelum memulai pemeriksaan dan setelah pemerikssaan
      selesai.
        Jika terdapat luka teriris, abrasi atau lesi lainnya, pakailah sarung tangan untuk
      melindungi pasien.
       Pakailah sarung tangan secara rutin jika terdapat kemungkinan kontak dengan cairan
      tubuh selama:
   Pemeriksaan oral
   Pemeriksaan lesi kulit
   Mengumpulkan sample
   Ketika kontak dengan permukaan atau peralatan yang terkontaminasi
       Gantilah sarung tangan ketika berganti kerja atau prosedur.
    Jika memakai sarung tangan, cucilah tangan segera setelah sarung tangan dilepas dari
      pasien ke pasien yang lain.
    Pakai masker dan perlindungan mata/wajah dan baju lab untuk melindungi kulit,
      membrane mukosa dan pakaian.
   Ikuti prosedur klinik atau lembaga untuk perawatan rutin
   Beri label yang jelas semua wadah peralatan agar dapat berhati-hati dan waspada terhadap
      cairan tubuh.

               2.      Kontrol lingkungan

                       Yaitu memastikan ruangan dalam keadaan nyaman, hangat, dan cukup
               penerangan untuk melakukan pemeriksaan fisik baik bagi klien maupun bagi
               pemeriksa itu sendiri. Misalnya menutup pintu/jendala atau skerem untuk menjaga
               privacy klien
        1. Komunikasi (penjelasan prosedur)
        2. Privacy dan kenyamanan klien
        3. Sistematis dan konsisten ( head to toe, dr eksternal ke internal, dr normal ke abN)
        4. Berada di sisi kanan klien
        5. Efisiensi
        6. Dokumentasi

                                                                                                 12
3.     Menyiapkan tempat dan kondisi.
       Ruang pemeriksaan yang terpisah atau daerah dengan tirai pembatas harus
disediakan untuk menjamin privacy dan kerahasiaan (confidentiality). Ruangan
tersebut harus cukup hangat. Pencahayaan yang baik dan lingkungan yang tenang
merupakan hal yang penting, walaupun kadang-kadang hal ini sulit diperoleh. Usaha
untuk memperoleh efek pencahayaan yang optimal dari sinar matahari atau sumber
cahaya artificial juga penting. Jika lampu berfluoresensi di atas kepala merupakan
sumber cahaya yang tersedia, maka pencahayaan tangensial atau samping juga harus
digunakan. Sinar fluoresens menghilangkan semua bayangan permukaan, hal yang
memang baik jika anda bekerja di meja tulis, tapi akan menghalangi kemampuan anda
memvisualisasi karakteristik permukaan tubuh. Dengan menggunakan sumber cahaya
tangensial akan dapat diperoleh pandangan anatomi tubuh yang lebih baik misalnya
untuk melihat adanya benjolan, pulsasi atau lesi kulit. Pena cahaya, lampu yang bisa
ditekuk tangkainya, atau senter merupakan alat-alat yang paling sering digunakan
untuk memvisualisasi tubuh.


IV.    Keadaan Umum
       Pemeriksaan ini untuk mengetahui keadaan umum kesehatan pasien. Jika
pasien dalam keadaan normal, maka akan ditemukan bahwa pasien kooperatif,
gerakannya terarah, dan hanya merasa sedikit tegang atau cemas.
Sebaliknya jika pasien kritis atau memburuk mungkin ditemukan kondisi yang tidak
kooperatif, bingung, gerakan tidak terarah, gemetar dan tmerasa sangat cemas atau
bahkan agitatif.
Pada saat pemeriksaan ini akan didapatkan kesan umum mengenai keadaan pasien.
Sebelum dilakukan pemeriksaan ada perlu nya melakukan prosedur sebelum tindakan
berupa :




                                                                                 13
Prosedur Pemeriksaan

   1.      Cuci tangan
   2.      Jelaskan prosedur
   3.      Lakukan pemeriksaan dengan berdiri di sebelah kanan klien dan pasang
   handschoen bila di perlukan.
   4.      Pemeriksaan umum meliputi : penampilan umum, status mental dan nutrisi.

   Posisi klien : duduk/berbaring
   Cara : inspeksi

1. Kesadaran, tingkah laku, ekspresi wajah, mood. (Normal : Kesadaran penuh, Ekspresi
   sesuai, tidak ada menahan nyeri/ sulit bernafas)
2. Tanda-tanda stress/ kecemasan (Normal :)Relaks, tidak ada tanda-tanda cemas/takut)
3. Jenis kelamin
4. Usia dan Gender
5. Tahapan perkembangan
6. TB, BB ( Normal : BMI dalam batas normal)
7. Kebersihan Personal (Normal : Bersih dan tidak bau)
8. Cara berpakaian (Normal : Benar/ tidak terbalik)
9. Postur dan cara berjalan
10. Bentuk dan ukuran tubuh.
11. Cara bicara. (Relaks, lancer, tidak gugup).
12. Evaluasi dengan membandingkan dengan keadaan normal.
13. Dokumentasikan hasil pemeriksaan.




                                                                                     14
V.       Pemeriksaan Tanda-tanda Vital

         Tanda-tanda vital akan memberikan informasi keadaan pasien apakah dalam
keadaan baik atau memburuk, bahkan dapat memberikan informasi seberapa parah
kondisinya. Sebagian besar hasi pemeriksaan akan menunjukkan status fungsi organ-
organ vital pada saat pemeriksaan.

       A. Pernapasan
         Paramedik dapat mengkaji pernapasan untuk melihat jumlah, irama, suara
serta adekuat tidaknya pernapasan. Pernapasan yang normal akan memiliki kriteria
seperti di bawah ini:

       Jumlah : 8 – 20 /min

       Irama: teratur

       Kedalaman : pergerakan dada seimbang kiri kanan dengan ukuran sekitar 1-2
inci

                         Keterangan
     Normal              8 – 20 per menit dan teratur
     Apneu               Tidak ada pernapasan
     Bradipneu           < 8 / menit dan teratur
     Tachypnea           > 20 / menit dan teratur
     Hiperventilasi      Kecepatan dan kedalaman meningkat
     Hipoventilasi       Kecepatan dan kedalaman menurun
     Cheyne-             Adanya periode antara apneu and hiperventilasi
     Stokes
     Kussmaul            Napas yang sangat dalam dengan ritme teratur
     Pernpasan           Apneu yang berselang seling dengan munculnya napas yang
     Biot’s (ataxia)     kedalamanya bervariasi (sebagian besar dangkal), serta tidak
                         teratur




                                                                                    15
Bising Napas
     Suara                 Penyebab
     Wheezing              Konstriksi (penyempitan) pada bronkhioli di paru-paru
     (‘mengi’)
     Snoring               Sumbatan sebagian saluran napas atas oleh lidah di dekat
     (‘ngorok’)            faring
     Gurgling              Adanya cairan di saluran napas atas
     (‘kumur’)
     Crowing      or       Adanya penyumpatan di saluran napas atas di dekat laring
     Stridor
                   Partial obstruction of the upper airway at the level of the
     (suaran kasar larynx
     dan jelas)

B.       Denyut Nadi

         Denyut Nadi dapat dikaji dengan menggunakan palpasi di bagian radialis
(pergelangan tangan), femoralis (inguinal) atau karotid (leher). Denyut nadi normal
akan memiliki kriteria:

          Jumlah : 60 – 100 per menit
          Irama teratur
          Kekuatan denyut sama secara bilateral
     Disarankan untuk memeriksa denyut nadi dalam waktu satu menit khususnya saat
     ketidaknormalan ditemukan (contoh denyut ireguler)


C.       Tekanan Darah
         Tekanan darah dapat diperiksa melalui perkiraan kasar berdasarkan denyut
nadi yang teraba. Tetapi Pemeriksaan yang akurat hanya bisa didapat melalui
pemeriksaan dengan alat (spigmomanometer).



  Perkiraan Kasar Berdasarkan Denyut Nadi Yang Teraba
  Denyut Nadi Yang Perkiraan Tekanan Darah Minimum
  Teraba
  Radialis               60 mmHg
  Femoralis              70 mmHg
  Carotis                80 mmHg




                                                                                      16
Tekanan Darah Normal (dengan spigmomanometer)
  Pasien             Sistolik                                   Diastolik
  Dewasa (laki-laki) Umur + 100 (hingga 150 mmHg)               60 – 90 mmHg
  Dewasa             Umur + 90 (hingga 140 mmHg)                50 – 80 mmHg
  (perempuan)
  Bayi dan Anak- 90 + (2 X umur dlm tahun)  batas atas         2/3 sistolik
  anak               normal

                      70 + (2 X umur dlm tahun)  batas
                      bawah normal

D.     Temperatur
       Untuk pemeriksaan yang cepat, palpasi dengan punggung tangan dapat
dilakukan, tetapi untuk pemeriksaan yang akurat harus dengan termometer.


  Temperatur Tubuh
  Pemeriksaan      Normal                            Deviasi
  Oral             97 – 100 oF                       < 97 oF or >100 oF

                      (36-37.8 oC)                   (< 36 oC or > 38 oC)
  Rectal              1 oF lebih tinggi dari oral
  Axilar              1 oF lebih rendah dari oral    Demam,           kedinginan,
                                                     menggigil, gelisah

E.     Tingkat Kesadaran
       Untuk pemeriksaan yang cepat (di „primary survey‟) periksa tingkat kesadaran
dengan „AVPU‟. Tetapi untuk pemeriksaan detail, penggunaan GCS (Glasgow Coma
Scale) lebih berguna untuk mendapatkan data yang lebih akurat. Pemeriksaan GCS
sangat penting untuk memeriksa status neurologis khususnya di kasus trauma seperti
cedera kepala. Pemeriksaan ini dapat untuk menentukan tingkat keparahan cedera
otak yang terjadi.
Pemeriksaan ini menggunakan stimuli suara dan nyeri dan akan dinilai berdasarkan
respon pasien (pembukaan mata, pergerakan motorik dan respon suara).




                                                                                17
Pemeriksaan Neurologis: AVPU
A         Alert           Pasien sadar penuh, membuka mata spontan, dapat
                            menggerakkan      kaki   /   tangan   sebagaimana
                            diperintahkan dan menjawab pertanyaan yang
                            sederhana secara benar
V         Respond        to Pasien hanya memberikan reaksi ketika dirangsang
          Voice
                            dengan suara, pasien mungkin hanya bereaksi
                            dengan suara-suara yang tidak berarti, mengerang
                            atau hanya membuka mata
P         Respond to Pain Pasien hanya memberikan reaksi ketika dirangsang
                            dengan sensasi nyeri (contoh pijitan di kuku jari),
                            pasien hanya bereaksi dengan menarik, fleksi atau
                            bahkan ekstensi
U         Unresponsive      Pasien tidak menunjukkan reaksi sama sekali




Pemeriksaan Neurologis: GCS
Komponen     Respon         Nilai Keterangan
Eye          Spontaneous    4     Mata membuka secara spontan
Opening      To Voice       3     Mata membuka saat direspon oleh
                                  suara atau perintah
(Pembukaan To pain          2     Mata membuka dengan rangsang nyeri
Mata)      None             1     Tidak ada respon
Verbal     Oriented         5     Orientasi baik; contoh pasien dapat
Response                          menyebutkan nama, dan menyadari
                                  situasi di sekitarnya
           Confused         4     Pembicaraan membingungkan; tidak
                                  dapat memberikan jawaban yang
                                  informatif, memberikan jawaban yang
                                  tidak berhubungan dengan pertanyaan
           Innapropriate    3     Pasien berkata-kata tetapi kacau tidak
           speech                 dalam susunan kalimat, dapat bersifat
                                  makian atau teriakan
           Incomprehensible 2     Suara yang tidak berarti (keluhan atau
           speech                 erangan) tetapi bukan suatu kata
           None             1     Tidak ada response
Motoric    Obeys Command 6        Secara       spontan    menggerakkan
Response                          anggota badan sesuai perintah
           Localizes Pain   5



                                                                              18
F.    Pemeriksaan umum
      a.         Pemeriksaan kulit dan kuku

      Tujuan
      a. Mengetahui kondisi kulit dan kuku
      b. Mengetahui perubahan oksigenasi, sirkulasi, kerusakan jaringan setempat,
      dan hidrasi.
      Persiapan
      a)   Posisi klien: duduk/ berbaring
      b)   Pencahayaan yang cukup/lampu
      c)    Sarung tangan (utuk lesi basah dan berair)


Prosedur Pelaksanaan

      a.         Pemeriksaan kulit
      Inspeksi : kebersihan, warna, pigmentasi,lesi/perlukaan, pucat, sianosis, dan
      ikterik.
      Normal: kulit tidak ada ikterik/pucat/sianosis.

      Palpasi : kelembapan, suhu permukaan kulit, tekstur, ketebalan, turgor kulit,
      dan edema.
      Normal: lembab, turgor baik/elastic, tidak ada edema.
      Setelah diadakan pemeriksaan kulit dan kuku evaluasi hasil yang di dapat
      dengan membandikan dengan keadaan normal, dan dokumentasikan hasil
      pemeriksaan yang didapat tersebut.

      b.    Pemeriksaan kuku
      Inspeksi : kebersihan, bentuk, dan warna kuku
      Normal: bersih, bentuk normaltidak ada tanda-tanda jari tabuh (clubbing
      finger), tidak ikterik/sianosis.
      Palpasi : ketebalan kuku dan capillary refile ( pengisian kapiler ).
      Normal: aliran darah kuku akan kembali < 3 detik.
      Setelah diadakan pemeriksaan kuku evaluasi hasil yang di dapat dengan
      membandikan dengan keadaan normal, dan dokumentasikan hasil pemeriksaan
      yang didapat tersebut.

                                                                                19
c.    Pemeriksaan kepala, wajah, mata, telinga, hidung, mulut & leher
      Posisi klien : duduk , untuk pemeriksaan wajah sampai dengan leher
      perawat berhadapan dengan klien
-    Pemeriksaan kepala
     Tujuan
     a)   Mengetahui bentuk dan fungsi kepala
     b)   Mengetahui kelainan yang terdapat di kepala
     Persiapan alat
     a)   Lampu
     b)   Sarung tangan (jika di duga terdapat lesi atau luka)



Prosedur Pelaksanaan

Inspeksi : ukuran lingkar kepala, bentuk, kesimetrisan, adanya lesi atau tidak,
kebersihan rambut dan kulit kepala, warna, rambut, jumlah dan distribusi
rambut.

Normal: simetris, bersih, tidak ada lesi, tidak menunjukkan tanda-tanda
kekurangan gizi(rambut jagung dan kering)

Palpasi : adanya pembengkakan/penonjolan, dan tekstur rambut.

Normal: tidak ada penonjolan /pembengkakan, rambut lebat dan kuat/tidak
rapuh.

Setelah diadakan pemeriksaan kepala evaluasi hasil yang di dapat dengan
membandikan dengan keadaan normal, dan dokumentasikan hasil pemeriksaan
yang didapat.

-         Pemeriksaan wajah
Inspeksi : warna kulit, pigmentasi, bentuk, dan kesimetrisan.
Normal: warna sama dengan bagian tubuh lain, tidak pucat/ikterik, simetris.
Palpasi : nyeri tekan dahi, dan edema, pipi, dan rahang
Normal: tidak ada nyeri tekan dan edema.



                                                                            20
Setelah diadakan pemeriksaan wajah evaluasi hasil yang di dapat dengan
membandikan dengan keadaan normal, dan dokumentasikan hasil pemeriksaan
yang didapat tersebut.

-      Pemeriksaan mata

Tujuan
a)   Mengetahui bentuk dan fungsi mata
b)   Mengetahui adanya kelainan pada mata.


Persiapan alat
a)   Senter Kecil
b)   Surat kabar atau majalah
c)   Kartu Snellen
d)   Penutup Mata
e)   Sarung tangan


Prosedur Pelaksanaan
Inspeksi:   bentuk, kesimestrisan, alis mata, bulu mata, kelopak mata,
kesimestrisan, bola mata, warna konjunctiva dan sclera (anemis/ikterik),
penggunaan kacamata / lensa kontak, dan respon terhadap cahaya.
Normal: simetris mata kika, simetris bola mata kika, warna konjungtiva pink,
dan sclera berwarna putih.


Tes Ketajaman Penglihatan
Ketajaman penglihatan seseorang mungkin berbeda dengan orang lain. Tajam
penglihatan tersebut merupakan derajad persepsi deteil dan kontour beda.
Visus tersebut dibagi dua yaitu:
1.     Visus sentralis.
Visus sentralis ini dibagi dua yaitu visus sentralis jauh dan visus sentralis
dekat, visus centralis jauh merupakan ketajaman penglihatan untuk melihat
benda benda yang letaknya jauh. Pada keadaan ini mata tidak melakukan
akomodasi. (EM. Sutrisna, dkk, hal 21).



                                                                          21
virus centralis dekat yang merupakan ketajaman penglihatan untuk melihat
benda benda dekat misalnya membaca, menulis dan lain lain. Pada keadaan ini
mata harus akomodasi supaya bayangan benda tepat jatuh di retina. (EM.
Sutrisna, dkk, hal 21).

2.      Visus perifer
        Pada visus ini menggambarkan luasnya medan penglihatan dan
diperiksa dengan perimeter. Fungsi dari visus perifer adalah untuk mengenal
tempat suatu benda terhadap sekitarnya dan pertahanan tubuh dengan reaksi
menghindar jika ada bahaya dari samping. Dalam klinis visus sentralis jauh
tersebut diukur dengan menggunakan grafik huruf Snellen yang dilihat pada
jarak 20 feet atau sekitar 6 meter. Jika hasil pemeriksaan tersebut visusnya
e”20/20 maka tajam penglihatannya dikatakan normal dan jika Visus <20/20
maka tajam penglihatanya dikatakan kurang Penyebab penurunan tajam
peglihatan seseorang bermacam macam, salah satunya adalah refraksi
anomaly/kelainan pembiasan.


prosedur pemeriksaan visus dengan menggunakan peta snellen yaitu:

        Memperkenalkan diri dan menjelaskan maksud tujuan pemeriksaan.
        Meminta pasien duduk menghadap kartu Snellen dengan jarak 6 meter.
        Memberikan penjelasan apa yang harus dilakukan (pasien diminta
mengucapkan apa yang akan ditunjuk di kartu Snellen) dengan menutup salah
satu mata dengan tangannya tanpa ditekan (mata kiri ditutup dulu).
        Pemeriksaan dilakukan dengan meminta pasien menyebutkan simbol
di kartu Snellen dari kiri ke kanan, atas ke bawah.
        Jika pasien tidak bisa melihat satu simbol maka diulangi lagi dari
barisan atas. Jika tetap maka nilai visus oculi dextra = barisan atas/6.
        Jika pasien dari awal tidak dapat membaca simbol di Snellen chart
maka pasien diminta untuk membaca hitungan jari dimulai jarak 1 meter
kemudian mundur. Nilai visus oculi dextra = jarak pasien masih bisa membaca
hitungan/60.




                                                                           22
Jika pasien juga tidak bisa membaca hitungan jari maka pasien diminta
untuk melihat adanya gerakan tangan pemeriksa pada jarak 1 meter (Nilai
visus oculi dextranya 1/300).
            Jika pasien juga tetap tidak bisa melihat adanya gerakan tangan, maka
pasien diminta untuk menunjukkan ada atau tidaknya sinar dan arah sinar
(Nilai visus oculi dextra 1/tidak hingga). Pada keadaan tidak mengetahui
cahaya nilai visus oculi dextranya nol.
            Pemeriksaan dilanjutkan dengan menilai visus oculi sinistra dengan
cara yang sama.
            Melaporkan hasil visus oculi sinistra dan dextra. (Pada pasien
vos/vodnya “x/y” artinya mata kanan pasien dapat melihat sejauh x meter,
sedangkan orang normal dapat melihat sejauh y meter.

-           Pemeriksaan Pergerakan Bola Mata
Pemeriksaan pergeraka bola mata dilakukan dengan cara Cover-Uncover
Test / Tes Tutup-Buka Mata
Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi adanya Heterophoria.
Heterophoria berhubungan dengan kelainan posisi bola mata, dimana terdapat
penyimpangan         posisi   bolamata   yang   disebabkan    adanya   gangguan
keseimbangan otot-otot bolamata yang sifatnya tersembunyi atau latent. Ini
berarti mata itu cenderung untuk menyimpang atau juling, namun tidak nyata
terlihat.
Pada phoria, otot-otot ekstrinsik atau otot luar bola mata berusaha lebih tegang
atau kuat untuk menjaga posisi kedua mata tetap sejajar. Sehingga rangsangan
untuk berfusi atau menyatu inilah menjadi faktor utama yang membuat otot -
otot tersebut berusaha extra atau lebih, yang pada akhirnya menjadi beban bagi
otot-otot tersebut, wal hasil akan timbul rasa kurang nyaman atau Asthenopia.
Setelah diadakan pemeriksaan mata evaluasi hasil yang di dapat dengan
membandikan dengan keadaan normal, dan dokumentasikan hasil pemeriksaan
yang didapat tersebut.




                                                                              23
d.   Pemeriksaan telinga
          Tujuan
          Mengetahui keadaan telinga luar, saluran telinga, gendang telinga, dan
          fungsi pendengaran.

              Persiapan Alat
              a)   Arloji berjarum detik
              b)   Garpu tala
              c)   Speculum telinga
              d)   Lampu kepala
              Prosedur Pelaksanaan
              Inspeksi : bentuk dan ukuran telinga, kesimetrisan, integritas, posisi
              telinga, warna, liang telinga (cerumen/tanda-tanda infeksi), alat bantu
              dengar.
              Normal: bentuk dan posisi simetris kika, integritas kulit bagus, warna
              sama dengan kulit lain, tidak ada tanda-tanda infeksi, dan alat bantu
              dengar.


              Palpasi : nyeri tekan aurikuler, mastoid, dan tragus
              Normal: tidak ada nyeri tekan.
              Setelah diadakan pemeriksaan telinga evaluasi hasil yang di dapat
              dengan membandikan dengan keadaan normal, dan dokumentasikan
              hasil pemeriksaan yang didapat tersebut.


              Pemeriksaaan Telinga Dengan Menggunakan Garpu Tala
A.   Pemeriksaan Rinne
     1.        Pegang agrpu tala pada tangkainya dan pukulkan ke telapak atau buku
     jari tangan yang berlawanan.
     2.        Letakkan tangkai garpu tala pada prosesus mastoideus klien.
     3.        Anjurkan klien untuk memberi tahu pemeriksa jika ia tidak merasakan
     getaran lagi.
     4.        Angkat garpu tala dan dengan cepat tempatkan di depan lubang telinga
     klien 1-2 cm dengan posisi garpu tala parallel terhadap lubang telinga luar
     klien.

                                                                                  24
5.        Instruksikan klien untuk member tahu apakah ia masih mendengarkan
        suara atau tidak.
        6.        Catat hasil pemeriksaan pendengaran tersebut.




B.      Pemeriksaan Webber
     1. Pegang garpu tala pada tangkainya dan pukulkan ke telapak atau buku jari
        yang berlawanan.
     2. Letakkan tangkai garpu tala di tengah puncak kepala klien .
     3. Tanyakan pada klien apakah bunyi terdengar sama jelas pada kedua telinga
        atau lebih jelas pada salah satu telinga.
     4. Catat hasil pemeriksaan dengan pendengaran tersebut.

        e.   Pemeriksan hidung dan sinus
             Tujuan
             a)     Mengetahui bentuk dan fungsi hidung
             b)      Menentukan kesimetrisan struktur dan adanya inflamasi atau infeksi

              Persiapan Alat
        a)   Spekulum hidung
        b)   Senter kecil
        c)    Lampu penerang
        d)   Sarung tangan (jika perlu)


        Prosedur Pelaksanaan
        Inspeksi : hidung eksternal (bentuk, ukuran, warna, kesimetrisan), rongga,
        hidung ( lesi, sekret, sumbatan, pendarahan), hidung internal (kemerahan, lesi,
        tanda2 infeksi.
        Normal: simetris kika, warna sama dengan warna kulit lain, tidak ada lesi,
        tidak ada sumbatan, perdarahan dan tanda-tanda infeksi.




                                                                                    25
Palpasi dan Perkusi frontalis dan, maksilaris (bengkak, nyeri, dan septum
deviasi)
Normal: tidak ada bengkak dan nyeri tekan.
Setelah diadakan pemeriksaan hidung dan sinus evaluasi hasil yang di dapat
dengan membandikan dengan keadaan normal, dan dokumentasikan hasil
pemeriksaan yang didapat tersebut.

f.       Pemeriksaan mulut dan bibir
         Tujuan
         Mengetahui bentuk kelainan mulut

Persiapan Alat
a)   Senter kecil
b)   Sudip lidah
c)       Sarung tangan bersih
d)   Kasa


Prosedur Pelaksanaan
Inspeksi dan palpasi struktur luar : warna mukosa mulut dan bibir, tekstur ,
lesi, dan stomatitis.
Normal: warna mukosa mulut dan bibir pink, lembab, tidak ada lesi dan
stomatitis.
Inspeksi dan palpasi strukur dalam : gigi lengkap/penggunaan gigi palsu,
perdarahan/ radang gusi, kesimetrisan, warna, posisi lidah, dan keadaan
langit2.
Normal: gigi lengkap, tidak ada tanda-tanda gigi berlobang atau kerusakan
gigi, tidak ada perdarahan atau radang gusi, lidah simetris, warna pink,
langit2 utuh dan tidak ada tanda infeksi.
Gigi lengkap pada orang dewasa berjumlah 36 buah, yang terdiri dari 16 buah
di rahang atas dan 16 buah di rahang bawah. Pada anak-anak gigi sudah mulai
tumbuh pada usia enam bulan. Gigi pertama tumbuh dinamakan gigi susu di
ikuti tumbuhnya gigi lain yang disebut gigi sulung. Akhirnya pada usia enam
tahun hingga empat belas tahun, gigi tersebut mulai tanggal dan dig anti gigi
tetap.


                                                                          26
Pada usia 6 bulan gigi berjumlah 2 buah (dirahang bawah), usia 7-8 bulan
berjumlah 7 buah(2 dirahang atas dan 4 dirahang bawah) , usia 9-11 bulan
berjumlah 8 buah(4 dirahang atas dan 4 dirahang bawah), usia 12-15 bulan
gigi berjumlah 12 buah (6 dirahang atas dan 6 dirahang bawah), usia 16-19
bulan berjumlah 16 buah (8 dirahang atas dan 8 dirahang bawah), dan pada
usia 20-30 bulan berjumlah 20 buah (10 dirahang atas dan 10 dirahang bawah).
Setelah diadakan pemeriksaan mulut dan bibir evaluasi hasil yang di dapat
dengan membandikan dengan keadaan normal, dan dokumentasikan hasil
pemeriksaan yang didapat tersebut.

g.   Pemeriksaan leher

Tujuan
a)   Menentukan struktur integritas leher
b)   Mengetahui bentuk leher serta organ yang berkaitan
c)   Memeriksa system limfatik
Persiapan Alat
Stetoskop


Prosedur Pelaksanaan
Inspeksi leher: warna integritas, bentuk simetris.
Normal: warna sama dengan kulit lain, integritas kulit baik, bentuk simetris,
tidak ada pembesaran kelenjer gondok.


Inspeksi dan auskultasi arteri karotis: lokasi pulsasi
Normal: arteri karotis terdengar.
Inspeksi dan palpasi kelenjer tiroid (nodus/difus, pembesaran,batas,
konsistensi, nyeri, gerakan/perlengketan pada kulit), kelenjer limfe (letak,
konsistensi, nyeri, pembesaran), kelenjer parotis (letak, terlihat/ teraba)
Normal: tidak teraba pembesaran kel.gondok, tidak ada nyeri, tidak ada
pembesaran kel.limfe, tidak ada nyeri.




                                                                              27
Auskultasi : bising pembuluh darah.
     Setelah diadakan pemeriksaan leher evaluasi hasil yang di dapat dengan
     membandikan dengan keadaan normal, dan dokumentasikan hasil pemeriksaan
     yang didapat tersebut.

     h.        Pemeriksaan dada( dada dan punggung)
     Posisi klien: berdiri, duduk dan berbaring

     Cara/prosedur:

1. System pernafasan

Tujuan :
a)        Mengetahui bentuk, kesimetrisas, ekspansi, keadaan kulit, dan dinding dada
b)        Mengetahui frekuensi, sifat, irama pernafasan,
c)        Mengetahui adanya nyeri tekan, masa, peradangan, traktil premitus
Persiapan alat
a)        Stetoskop
b)        Penggaris centimeter
c)        Pensil penada


Prosedur pelaksanaan
Inspeksi : kesimetrisan, bentuk/postur dada, gerakan nafas (frekuensi, irama,
kedalaman, dan upaya pernafasan/penggunaan otot-otot bantu pernafasan), warna
kulit, lesi, edema, pembengkakan/ penonjolan.
Normal: simetris, bentuk dan postur normal, tidak ada tanda-tanda distress
pernapasan, warna kulit sama dengan warna kulit lain, tidak ikterik/sianosis,
tidak ada pembengkakan/penonjolan/edema
Palpasi: Simetris, pergerakan dada, massa dan lesi, nyeri, tractile fremitus.
(perawat berdiri dibelakang pasien, instruksikan pasien untuk mengucapkan
angka “tujuh-tujuh” atau “enam-enam” sambil melakukan perabaan dengan kedua
telapak tangan pada punggung pasien.)
Normal: integritas kulit baik, tidak ada nyeri tekan/massa/tanda-tanda
peradangan, ekspansi simetris, taktil vremitus cendrung sebelah kanan lebih
teraba jelas.

                                                                                  28
Perkusi: paru, eksrusi diafragma (konsistensi dan bandingkan satu sisi dengan
satu sisi lain pada tinggi yang sama dengan pola berjenjang sisi ke sisi).
Normal: resonan (“dug dug dug”), jika bagian padat lebih daripada bagian
udara=pekak (“bleg bleg bleg”), jika bagian udara lebih besar dari bagian
padat=hiperesonan (“deng deng deng”), batas jantung=bunyi rensonan----
hilang>>redup.
Auskultasi:    suara     nafas,   trachea,   bronchus,   paru.   (dengarkan   dengan
menggunakan stetoskop di lapang paru kika, di RIC 1 dan 2, di atas manubrium
dan di atas trachea).
Normal: bunyi napas vesikuler, bronchovesikuler, brochial, tracheal.
Setelah diadakan pemeriksaan dada evaluasi hasil yang di dapat dengan
membandikan dengan keadaan normal, dan dokumentasikan hasil pemeriksaan
yang didapat tersebut.



   i.      System kardiovaskuler

   Tujuan
   a)   Mengetahui ketifdak normalan denyut jantung
   b)   Mengetahui ukuran dan bentuk jantug secara kasar
   c)    Mengetahui bunyi jantung normal dan abnormal
   d)   Mendeteksi gangguan kardiovaskuler
   Persiapan alat
   a)   Stetoskop
   b)   Senter kecil


   Prosedur pelaksanaan
   Inspeksi : Muka bibir, konjungtiva, vena jugularis, arteri karotis
   Palpasi: denyutan
   Normal untuk inspeksi dan palpasi: denyutan aorta teraba.
   Perkusi: ukuran, bentuk, dan batas jantung (lakukan dari arah samping ke
   tengah dada, dan dari atas ke bawah sampai bunyi redup)
   Normal: batas jantung: tidak lebih dari 4,7,10 cm ke arah kiri dari garis mid
   sterna, pada RIC 4,5,dan 8.


                                                                                  29
Auskultasi: bunyi jantung, arteri karotis. (gunakan bagian diafragma dan bell
dari stetoskop untuk mendengarkan bunyi jantung. )
Normal: terdengar bunyi jantung I/S1 (lub) dan bunyi jantung II/S2 (dub),
tidak ada bunyi jantung tambahan (S3 atau S4).
Setelah diadakan pemeriksaan system kardiovaskuler evaluasi hasil yang di
dapat dengan membandikan dengan keadaan normal, dan dokumentasikan
hasil pemeriksaan yang didapat tersebut.


j.       Dada dan aksila
Tujuan
a)   Mengetahui adanya masa atau ketidak teraturan dalam jaringan payudara
b)   Mendeteksi awal adanya kanker payudara
Persiapan alat
a)   Sarung tangan sekali pakai (jika diperlukan)


Prosedur pelaksanaan
Inspeksi payudara: Integritas kulit
Palpasi payudara: Bentuk, simetris, ukuran, aerola, putting, dan penyebaran
vena.
Inspeksi     dan    palpasi   aksila:      nyeri,   perbesaran   nodus   limfe,
konsistensi.Setelah diadakan pemeriksaan dadadan aksila evaluasi hasil yang
di dapat dengan membandikan dengan keadaan normal, dan dokumentasikan
hasil pemeriksaan yang didapat tersebut.

k.       Pemeriksaan Abdomen (Perut)

Posisi klien: Berbaring
Tujuan
a)   Mengetahui betuk dan gerakan-gerakan perut
b)   Mendengarkan suara peristaltic usus
c)      Meneliti tempat nyeri tekan, organ-organ dalam rongga perut benjolan
dalam perut.




                                                                            30
Persiapan
a)   Posisi klien: Berbaring
b)   Stetoskop
c)    Penggaris kecil
d)   Pensil gambar
e)   Bntal kecil
f)       Pita pengukur


Prosedur pelaksanaan
Inspeksi : kuadran dan simetris, contour, warna kulit, lesi, scar, ostomy,
distensi, tonjolan, pelebaran vena, kelainan umbilicus, dan gerakan dinding
perut.
Normal: simetris kika, warna dengan warna kulit lain, tidak ikterik tidak
terdapat ostomy, distensi, tonjolan, pelebaran vena, kelainan umbilicus.
Auskultasi : suara peristaltik (bising usus) di semua kuadran (bagian
diafragma dari stetoskop) dan suara pembuluh darah dan friction rub :aorta,
a.renalis, a. illiaka (bagian bell).
Normal: suara peristaltic terdengar setiap 5-20x/dtk, terdengar denyutan
arteri renalis, arteri iliaka dan aorta.
Perkusi semua kuadran : mulai dari kuadran kanan atas bergerak searah
jarum jam, perhatikan jika klien merasa nyeri dan bagaiman kualitas bunyinya.
Perkusi hepar: Batas
Perkusi Limfa: ukuran dan batas
Perkusi ginjal: nyeri
Normal: timpani, bila hepar dan limfa membesar=redup dan apabila banyak
cairan = hipertimpani
Palpasi semua kuadran (hepar, limfa, ginjal kiri dan kanan): massa,
karakteristik organ, adanya asistes, nyeri irregular, lokasi, dan nyeri.dengan
cara perawat menghangatkan tangan terlebih dahulu
Normal: tidak teraba penonjolan tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa dan
penumpukan cairan
Setelah diadakan pemeriksaan abdomen evaluasi hasil yang di dapat dengan
membandikan dengan keadaan normal, dan dokumentasikan hasil pemeriksaan
yang didapat tersebut.

                                                                           31
l.         Pemeriksaan ekstermitas atas (bahu, siku, tangan)
   Tujuan :

1. Memperoleh data dasar tetang otot, tulang dan persendian
2. Mengetahui adanya mobilitas, kekuatan atau adanya gangguan pada bagian-
   bagian tertentu.

   Alat :
   Meteran
   Posisi klien: Berdiri. Duduk


   Inspeksi struktur muskuloskletal : simetris dan pergerakan, Integritas ROM,
   kekuatan dan tonus otot.
   Normal: simetris kika, integritas kulit baik, ROM aktif, kekuatan otot penuh.
   Palapasi: denyutan a.brachialis dan a. radialis .
   Normal: teraba jelas
   Tes reflex :tendon trisep, bisep, dan brachioradialis.
   Normal: reflek bisep dan trisep positif
   Setelah diadakan pemeriksaan ekstermitas atas evaluasi hasil yang di dapat
   dengan membandikan dengan keadaan normal, dan dokumentasikan hasil
   pemeriksaan yang didapat tersebut.


   m.         Pemeriksaan ekstermitas bawah (panggul, lutut, pergelangan
   kaki dan telapak kaki).
   Inspeksi struktur muskuloskletal : simetris dan pergerakan, integritas kulit,
   posisi dan letak, ROM, kekuatan dan tonus otot
   Normal: simetris kika, integritas kulit baik, ROM aktif, kekuatan otot penuh
   Palpasi : a. femoralis, a. poplitea, a. dorsalis pedis: denyutan
   Normal: teraba jelas
   Tes reflex :tendon patella dan archilles.
   Normal: reflex patella dan archiles positif
   Setelah diadakan pemeriksaan ekstermitas bawah evaluasi hasil yang di dapat
   dengan membandingkan dengan keadaan normal, dan dokumentasikan hasil
   pemeriksaan yang didapat tersebut.


                                                                                   32
n.         Pemeriksaan genitalia (alat genital, anus, rectum)
   Posisi Klien : Pria berdiri dan wanita litotomy
   Tujuan:

1. Melihat dan mengetahui organ-organ yang termasuk dalam genetalia.
2. Mengetahui adanya abnormalitas pada genetalia, misalnya varises, edema,
   tumor/ benjolan, infeksi, luka atau iritasi, pengeluaran cairan atau darah.
3. Melakukan perawatan genetalia
4. Mengetahui kemajuan proses persalinan pada ibu hamil atau persalinan.

   Alat :
   1.       Lampu yang dapat diatur pencahayaannya
   2.       Sarung tangan


   Pemeriksaan rectum
   Tujuan :
   1.       Mengetahui kondisi anus dan rectum
   2.       Menentukan adanya masa atau bentuk tidak teratur dari dinding rectal
   3.       Mengetahui intregritas spingter anal eksternal
   4.       Memeriksa kangker rectal dll
   Alat :
   1.       Sarung tangan sekali pakai
   2.       Zat pelumas
   3.       Penetangan untuk pemeriksaan
   Prosedur Pelaksanaan
   Wanita:
   Inspeksi genitalia eksternal: mukosa kulit, integritas kulit, contour simetris,
   edema, pengeluaran.
   Normal: bersih, mukosa lembab, integritas kulit baik, semetris tidak ada
   edema dan tanda-tanda infeksi (pengeluaran pus /bau)
   Inspeksi vagina dan servik : integritas kulit, massa, pengeluaran
   Palpasi vagina, uterus dan ovarium: letak ukuran, konsistensi dan, massa.
   Pemeriksaan anus dan rectum: feses, nyeri, massa edema, haemoroid, fistula
   ani pengeluaran dan perdarahan.


                                                                                 33
Normal: tidak ada nyeri, tidak terdapat edema / hemoroid/ polip/ tanda-tanda
infeksi dan pendarahan.
Setelah diadakan pemeriksaan di adakan pemeriksaan genitalia evaluasi hasil
yang di dapat dengan membandikan dengan keadaan normal, dan
dokumentasikan hasil pemeriksaan yang didapat tersebut.


Pria:
Inspeksi dan palpasi penis: Integritas kulit, massa dan pengeluaran
Normal: integritas kulit baik, tidak ada masa atau pembengkakan, tidak ada
pengeluaran pus atau darah.
Inspeksi dan palpassi skrotum: integritas kulit, ukuran dan bentuk, turunan
testes dan mobilitas, massa, nyeri dan tonjolan
Normal : integritas kulit baik, sistematika tidak ada penonjolan, tidak ada
nyeri tekan.
Pemeriksaan anus dan rectum : feses, nyeri, massa, edema, hemoroid,
fistula ani, pengeluaran dan perdarahan.
Normal: tidak ada nyeri , tidak terdapat edema / hemoroid/ polip/ tanda-
tanda infeksi dan pendarahan.
Setelah diadakan pemeriksaan dadadan genitalia wanita evaluasi hasil yang di
dapat dengan membandikan dengan keadaan normal, dan dokumentasikan
hasil pemeriksaan yang didapat tersebut.




                                                                         34
KUMPULAN GAMBAR




                  35
36

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Was ist angesagt? (20)

Kasihan udin
Kasihan udinKasihan udin
Kasihan udin
 
Manajemen nyeri
Manajemen nyeriManajemen nyeri
Manajemen nyeri
 
Laporan pendahuluan nyeri
Laporan pendahuluan nyeri Laporan pendahuluan nyeri
Laporan pendahuluan nyeri
 
Manajemen Nyeri Nonfarmakologi
Manajemen Nyeri NonfarmakologiManajemen Nyeri Nonfarmakologi
Manajemen Nyeri Nonfarmakologi
 
Panduan manajemen nyeri
Panduan manajemen nyeri Panduan manajemen nyeri
Panduan manajemen nyeri
 
Standar operasional prosedur
Standar operasional prosedurStandar operasional prosedur
Standar operasional prosedur
 
Apa itu nyeri, perinsip dasar nurs
Apa itu nyeri, perinsip dasar nursApa itu nyeri, perinsip dasar nurs
Apa itu nyeri, perinsip dasar nurs
 
Asuhan keperawatan gangguan_rasa_nyaman
Asuhan keperawatan gangguan_rasa_nyamanAsuhan keperawatan gangguan_rasa_nyaman
Asuhan keperawatan gangguan_rasa_nyaman
 
Power point nyeri
Power point nyeriPower point nyeri
Power point nyeri
 
Mekanisme nyeri
Mekanisme nyeriMekanisme nyeri
Mekanisme nyeri
 
Ppt rasa nyaman dan nyeri
Ppt rasa nyaman dan nyeriPpt rasa nyaman dan nyeri
Ppt rasa nyaman dan nyeri
 
Definisi kenyamanan
Definisi kenyamananDefinisi kenyamanan
Definisi kenyamanan
 
Asuhan keperwatan pada pasien dengan fraktur
Asuhan keperwatan pada pasien dengan frakturAsuhan keperwatan pada pasien dengan fraktur
Asuhan keperwatan pada pasien dengan fraktur
 
Nyeri
NyeriNyeri
Nyeri
 
Asuhan keperawatan kelompok flamboyan 2
Asuhan keperawatan kelompok flamboyan 2Asuhan keperawatan kelompok flamboyan 2
Asuhan keperawatan kelompok flamboyan 2
 
Askep low back pain
Askep low back painAskep low back pain
Askep low back pain
 
Kebutuhan rasa aman nyaman
Kebutuhan rasa aman nyamanKebutuhan rasa aman nyaman
Kebutuhan rasa aman nyaman
 
Kebutuhan rasa aman dan nyaman
Kebutuhan rasa aman dan nyamanKebutuhan rasa aman dan nyaman
Kebutuhan rasa aman dan nyaman
 
143005425 manajemen-nyeri-ppt
143005425 manajemen-nyeri-ppt143005425 manajemen-nyeri-ppt
143005425 manajemen-nyeri-ppt
 
Kenyamanan dalam asuhan keperawatan
Kenyamanan dalam asuhan keperawatanKenyamanan dalam asuhan keperawatan
Kenyamanan dalam asuhan keperawatan
 

Ähnlich wie proposal kewirausahaan

Konsep_Pemeriksaan_Fisik_dan_Proses_Kepe.docx
Konsep_Pemeriksaan_Fisik_dan_Proses_Kepe.docxKonsep_Pemeriksaan_Fisik_dan_Proses_Kepe.docx
Konsep_Pemeriksaan_Fisik_dan_Proses_Kepe.docxMajelisTalimAlQudsDB
 
1. pemeriksaan fisik.pdf
1. pemeriksaan fisik.pdf1. pemeriksaan fisik.pdf
1. pemeriksaan fisik.pdfNurainiyah12
 
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisikPemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisikW Theresia
 
pemeriksaanfisik-140122224229-phpapp01.pptx
pemeriksaanfisik-140122224229-phpapp01.pptxpemeriksaanfisik-140122224229-phpapp01.pptx
pemeriksaanfisik-140122224229-phpapp01.pptxHikmaLavigne
 
1 & 2. KONSEP MANUSIA & KDM.ppt
1 & 2. KONSEP MANUSIA & KDM.ppt1 & 2. KONSEP MANUSIA & KDM.ppt
1 & 2. KONSEP MANUSIA & KDM.pptViaRahmah3
 
Konsep dasar Pemeriksaan fisik oleh Herianto.ppt
Konsep dasar Pemeriksaan fisik oleh Herianto.pptKonsep dasar Pemeriksaan fisik oleh Herianto.ppt
Konsep dasar Pemeriksaan fisik oleh Herianto.pptHerianto Elbcome 300
 
Pemeriksaan Fisik pada Ibu dan Anak
Pemeriksaan Fisik pada Ibu dan AnakPemeriksaan Fisik pada Ibu dan Anak
Pemeriksaan Fisik pada Ibu dan Anakpjj_kemenkes
 
INSPEKSI, PALPASI, PERKUSI, AUSKULTASI - SARJANA FISIOTERAPI
INSPEKSI, PALPASI, PERKUSI, AUSKULTASI - SARJANA FISIOTERAPIINSPEKSI, PALPASI, PERKUSI, AUSKULTASI - SARJANA FISIOTERAPI
INSPEKSI, PALPASI, PERKUSI, AUSKULTASI - SARJANA FISIOTERAPIJulfiana Mardatillah
 
Asuhan keperawatan pada lingkup kebutuhan dasar manusia
Asuhan keperawatan pada lingkup kebutuhan dasar manusiaAsuhan keperawatan pada lingkup kebutuhan dasar manusia
Asuhan keperawatan pada lingkup kebutuhan dasar manusiapjj_kemenkes
 
03. tren dan isu terkait gangguan persyarapan ( pertemuan ketiga)
03. tren dan isu terkait gangguan persyarapan ( pertemuan ketiga)03. tren dan isu terkait gangguan persyarapan ( pertemuan ketiga)
03. tren dan isu terkait gangguan persyarapan ( pertemuan ketiga)Prodalima Sinulingga, M.Kep
 
Nanda nic noc psik fikes umm
Nanda nic noc psik fikes ummNanda nic noc psik fikes umm
Nanda nic noc psik fikes ummLaris Manik
 
Nanda nic noc psik fikes umm
Nanda nic noc psik fikes ummNanda nic noc psik fikes umm
Nanda nic noc psik fikes ummNanang Pujiatmoko
 
Bed Making, Pemeriksaan fisik, TTV.pptx
Bed Making, Pemeriksaan fisik, TTV.pptxBed Making, Pemeriksaan fisik, TTV.pptx
Bed Making, Pemeriksaan fisik, TTV.pptxEponHalimah1
 
PEMERIKSAAN SENSIBILITAS
PEMERIKSAAN SENSIBILITASPEMERIKSAAN SENSIBILITAS
PEMERIKSAAN SENSIBILITASsyelawati sw
 

Ähnlich wie proposal kewirausahaan (20)

Konsep_Pemeriksaan_Fisik_dan_Proses_Kepe.docx
Konsep_Pemeriksaan_Fisik_dan_Proses_Kepe.docxKonsep_Pemeriksaan_Fisik_dan_Proses_Kepe.docx
Konsep_Pemeriksaan_Fisik_dan_Proses_Kepe.docx
 
1. pemeriksaan fisik.pdf
1. pemeriksaan fisik.pdf1. pemeriksaan fisik.pdf
1. pemeriksaan fisik.pdf
 
Dokumentasi kebidanan AKPER PEMKAB MUNA
Dokumentasi kebidanan  AKPER PEMKAB MUNA Dokumentasi kebidanan  AKPER PEMKAB MUNA
Dokumentasi kebidanan AKPER PEMKAB MUNA
 
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisikPemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik
 
pemeriksaanfisik-140122224229-phpapp01.pptx
pemeriksaanfisik-140122224229-phpapp01.pptxpemeriksaanfisik-140122224229-phpapp01.pptx
pemeriksaanfisik-140122224229-phpapp01.pptx
 
1 & 2. KONSEP MANUSIA & KDM.ppt
1 & 2. KONSEP MANUSIA & KDM.ppt1 & 2. KONSEP MANUSIA & KDM.ppt
1 & 2. KONSEP MANUSIA & KDM.ppt
 
Pemeriksaan fisik 1
Pemeriksaan fisik 1Pemeriksaan fisik 1
Pemeriksaan fisik 1
 
Konsep dasar Pemeriksaan fisik oleh Herianto.ppt
Konsep dasar Pemeriksaan fisik oleh Herianto.pptKonsep dasar Pemeriksaan fisik oleh Herianto.ppt
Konsep dasar Pemeriksaan fisik oleh Herianto.ppt
 
Pemeriksaan fisik 2
Pemeriksaan fisik 2Pemeriksaan fisik 2
Pemeriksaan fisik 2
 
Pemeriksaan Fisik pada Ibu dan Anak
Pemeriksaan Fisik pada Ibu dan AnakPemeriksaan Fisik pada Ibu dan Anak
Pemeriksaan Fisik pada Ibu dan Anak
 
Modul 3 kdk 1
Modul 3 kdk 1Modul 3 kdk 1
Modul 3 kdk 1
 
Kb 1
Kb 1Kb 1
Kb 1
 
INSPEKSI, PALPASI, PERKUSI, AUSKULTASI - SARJANA FISIOTERAPI
INSPEKSI, PALPASI, PERKUSI, AUSKULTASI - SARJANA FISIOTERAPIINSPEKSI, PALPASI, PERKUSI, AUSKULTASI - SARJANA FISIOTERAPI
INSPEKSI, PALPASI, PERKUSI, AUSKULTASI - SARJANA FISIOTERAPI
 
Asuhan keperawatan pada lingkup kebutuhan dasar manusia
Asuhan keperawatan pada lingkup kebutuhan dasar manusiaAsuhan keperawatan pada lingkup kebutuhan dasar manusia
Asuhan keperawatan pada lingkup kebutuhan dasar manusia
 
Persepsi Manusia
Persepsi ManusiaPersepsi Manusia
Persepsi Manusia
 
03. tren dan isu terkait gangguan persyarapan ( pertemuan ketiga)
03. tren dan isu terkait gangguan persyarapan ( pertemuan ketiga)03. tren dan isu terkait gangguan persyarapan ( pertemuan ketiga)
03. tren dan isu terkait gangguan persyarapan ( pertemuan ketiga)
 
Nanda nic noc psik fikes umm
Nanda nic noc psik fikes ummNanda nic noc psik fikes umm
Nanda nic noc psik fikes umm
 
Nanda nic noc psik fikes umm
Nanda nic noc psik fikes ummNanda nic noc psik fikes umm
Nanda nic noc psik fikes umm
 
Bed Making, Pemeriksaan fisik, TTV.pptx
Bed Making, Pemeriksaan fisik, TTV.pptxBed Making, Pemeriksaan fisik, TTV.pptx
Bed Making, Pemeriksaan fisik, TTV.pptx
 
PEMERIKSAAN SENSIBILITAS
PEMERIKSAAN SENSIBILITASPEMERIKSAAN SENSIBILITAS
PEMERIKSAAN SENSIBILITAS
 

proposal kewirausahaan

  • 1. Kata Pengantar Puji syukur atas kehadirat allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, berkah, karunia, dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga izin-Nya penulis dapat menyelesaikan buku yang berjudul Konsep Dasar dan Teknik Pemfis. Penyusunan dan pembahasan buku ini mengacu pada silabus matakuliah apapun dan dapat digunakan pada program studi kesehatan terutama keperawatan.buku ini berisi materi- materi khusus tentang pemeriksaan fisik pada manusia. Penulis berharap buku ini dapat menambah wacana buku ilmu pengetahuan pada bidang kesehatan, khusunya keperawatan. Selain itu, juga dapat membantu mahasiswa dan praktisi kesehatan agar mendapat pengetahuan yang lebih baik. Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih yang tak terhingga kepada semua pihak yang telah banyak membantu, serta dukungan luar biasayang diberikan kepada penulis sehingga buku ini dapat teerselesaikan. Penulis menyadari bahwa buku ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun dari pembaca dan semua pihak sehingga buku ini kelak menjadi lebih sempurna dan bermanfaat. Jambi , Desember 2012 Radna Vilusa 1
  • 2. BAB I KONSEP DASAR I. Teori Pemeriksaan fisik merupakan peninjauan dari ujung rambut sampai ujung kaki pada setiap system tubuh yang memberikan informasi objektif tentang klien dan memungkinkan perawat untuk mebuat penilaian klinis. Keakuratan pemeriksaan fisik mempengaruhi pemilihan terapi yang diterima klien dan penetuan respon terhadap terapi tersebut.(Potter dan Perry, 2005) Pemeriksaan fisik dalah pemeriksaan tubuh klien secara keseluruhan atau hanya bagian tertentu yang dianggap perlu, untuk memperoleh data yang sistematif dan komprehensif, memastikan/membuktikan hasil anamnesa, menentukan masalah dan merencanakan tindakan keperawatan yang tepat bagi klien. ( Dewi Sartika, 2010). Pemeriksaan fisik (Head to Toe) adalah pemeriksaan tubuh pasien secara keseluruhan atau hanya beberapa bagian saja yang dianggap perlu oleh dokter yang bersangkutan. Pemeriksaan fisik atau pemeriksaan klinis adalah sebuah proses dari seorang ahli medis memeriksa tubuh pasien untuk menemukan tanda klinis penyakit. Hasil pemeriksaan akan dicatat dalam rekam medis. Rekam medis dan pemeriksaan fisik akan membantu dalam penegakkan diagnosis dan perencanaan perawatan pasien. Prinsip umum dari pemeriksaan fisik adalah dilakukan secara komprehensif. Hal-hal yang harus dipertimbangkan yaitu:  Penjagaan kesopanan  Cara mengadakan hubungan dengan pasien  Pencahayaan dan lingkungan yang memadai  Tahap pertumbuhan/perkembangan pasien  Pencatatan data  Pengambilan tindakan yang sesuai dgn masalah klien  Pasien dalam posisi duduk/sesuai jenis pemeriksaan 2
  • 3. Pendekatan pengkajian fisik dapat menggunakan : 1. Head to toe (kepala ke kaki) Pendekatan ini dilakukan mulai dari kepala dan secara berurutan sampai ke kaki. Mulai dari : keadaan umum, tanda-tanda vital, kepala, wajah, mata, telinga, hidung, mulut dan tenggorokan, leher, dada, paru, jantung, abdomen, ginjal, punggung, genetalia, rectum, ektremitas. 2. ROS (Review of System / sistem tubuh) Pengkajian yang dilakukan mencakup seluruh sistem tubuh, yaitu : keadaan umum, tanda vital, sistem pernafasan, sistem kardiovaskuler, sistem persyarafan, sistem perkemihan, sistem pencernaan, sistem muskuloskeletal dan integumen, sistem reproduksi. Informasi yang didapat membantu perawat untuk menentukan sistem tubuh mana yang perlu mendapat perhatian khusus. 3. Pola fungsi kesehatan Gordon, 1982 Perawat mengumpulkan data secara sistematis dengan mengevaluasi pola fungsi kesehatan dan memfokuskan pengkajian fisik pada masalah khusus meliputi : persepsi kesehatan-penatalaksanaan kesehatan, nutrisi-pola metabolisme, pola eliminasi, pola tidur-istirahat, kognitif-pola perseptual, peran-pola berhubungan, aktifitas-pola latihan, seksualitas-pola reproduksi, koping-pola toleransi stress, nilai-pola keyakinan. 4. DOENGOES (1993) Mencakup : aktivitas / istirahat, sirkulasi, integritas ego, eliminasi, makanan dan cairan, hygiene, neurosensori, nyeri / ketidaknyamanan, pernafasan, keamanan, seksualitas, interaksi sosial, penyuluhan / pembelajaran. 3
  • 4. II. Teknik Pemeriksaan Fisik 1. Inspeksi Inspeksi adalah pemeriksaan dengan menggunakan indera penglihatan, pendengaran dan penciuman. Inspeksi umum dilakukan saat pertama kali bertemu pasien. Suatu gambaran atau kesan umum mengenai keadaan kesehatan yang di bentuk. Pemeriksaan kemudian maju ke suatu inspeksi local yang berfokus pada suatu system tunggal atau bagian dan biasanya mengguankan alat khusus seperto optalomoskop, otoskop, speculum dan lain-lain. (Laura A.Talbot dan Mary Meyers, 1997). Inspeksi adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan cara melihat bagian tubuh yang diperiksa melalui pengamatan (mata atau kaca pembesar). (Dewi Sartika, 2010) Fokus inspeksi pada setiap bagian tubuh meliputi : ukuran tubuh, warna, bentuk, posisi, kesimetrisan, lesi, dan penonjolan/pembengkakan. Setelah inspeksi perlu dibandingkan hasil normal dan abnormal bagian tubuh satu dengan bagian tubuh lainnya. Pemeriksaan yang dilakukan dengan cara melihat bagian tubuh yang diperiksa melalui pengamatan. Cahaya yang adekuat diperlukan agar perawat dapat membedakan warna, bentuk dan kebersihan tubuh klien. Fokus inspeksi pada setiap bagian tubuh meliputi : ukuran tubuh, warna, bentuk, posisi, simetris. Dan perlu dibandingkan hasil normal dan abnormal bagian tubuh satu dengan bagian tubuh lainnya. Contoh : mata kuning (ikterus), terdapat struma di leher, kulit kebiruan (sianosis), dan lain-lain. 2. Palpasi Palpasi adalah suatu teknik yang menggunakan indera peraba. Tangan dan jari-jari adalah instrumen yang sensitif digunakan untuk mengumpulkan data, misalnya tentang : temperatur, turgor, bentuk, kelembaban, vibrasi, ukuran. Langkah-langkah yang perlu diperhatikan selama palpasi :  Ciptakan lingkungan yang nyaman dan santai.  Tangan perawat harus dalam keadaan hangat dan kering  Kuku jari perawat harus dipotong pendek.  Semua bagian yang nyeri dipalpasi paling akhir. Misalnya : adanya tumor, oedema, krepitasi (patah tulang), dan lain-lain. 4
  • 5. Palpasi adalah pemeriksaan dengan menggunakan indera peraba dengan meletakkan tangan pada bagian tubuh yang dapat di jangkau tangan. Laura A.Talbot dan Mary Meyers, 1997) Palpasi adalah teknik pemeriksaan yang menggunakan indera peraba ; tangan dan jari-jari, untuk mendeterminasi ciri2 jaringan atau organ seperti: temperatur, keelastisan, bentuk, ukuran, kelembaban dan penonjolan.(Dewi Sartika,2010) Hal yang di deteksi adalah suhu, kelembaban, tekstur, gerakan, vibrasi, pertumbuhan atau massa, edema, krepitasi dan sensasi. Merupakan metode untuk „merasakan‟ dengan tangan saat pemeriksaan fisik. Dengan pemeriksaan ini anda dapat menentukan:  Tekstur (kasar/halus)  Suhu (hangat / panas / dingin)  Kelembaban (kering, basah atau lembab)  Gerakan (diam atau tremor otot)  Konsistensi jaringan (padat atau berair) Sensitivitas Bagian Tangan Bagian tangan yang Hal Yang Dapat Dirasakan dipakai Jari-jari (ujung jari) Adanya gerakan halus jaringan atau pulsasi Permukaan tangan Getaran yang mungkin terjadi (i.e., thrills, fremitus) Punggung tangan Suhu kulit 5
  • 6. Palpasi Jenis Tujuan Teknik Palpasi Ringan Digunakan untuk ada tidaknya Tekan kulit ½ hingga ¾ abnomalitas permukaan (contoh, inci dengan ujung jari tekstur, suhu, kelembaban, elastisitas, pulsasi, organ-oran superfisial, dll) Palpasi Dalam Digunakan untuk meraba organ Tekan kulit sedalam 1½ dalam dan masa untuk melihat hingga 2 inci dengan ukuran, bentuk, simetris atau tekanan yang mantap. mobiltasnya Mungkin diperlukan juga tangan lainnya untuk membantu penekanan Palpasi Digunakan untuk mengkaji organ Gunakan dua tangan, satu Bimanual dalam di rongga abdomen. tangan pada sisi masing- masing bagian tubuh atau (gunakan teknik organ yang diperiksa ini dengan hati- hati karena Tangan yang di bagian mungkin akan atas digunakan untuk merangsang memberikan tekanan nyeri atau ketika tangan yang di mengganggu bawah digunakan untuk organ internal memeriksa jaringan yang tubuh) dalam Gunakan satu tangan untuk menekan secara dalam dinding perut abdominal untuk menggerakkan jaringan dalam arah tangan yang lainnya, dan gunakan tangan tersebut untuk merasakan jaringan yang diperiksa 6
  • 7. 3. Perkusi Perkusi adalah pemeriksaan yang meliputi pengetukan permukaan tubuh unutk menghasilkan bunyi yang akan membantu dalam membantu penentuan densitas, lokasi, dan posisi struktur di bawahnya.(Laura A.Talbot dan Mary Meyers, 1997) Perkusi adalah pemeriksaan dengan jalan mengetuk bagian permukaan tubuh tertentu untuk membandingkan dengan bagian tubuh lainnya (kiri/kanan) dengan menghasilkan suara, yang bertujuan untuk mengidentifikasi batas/ lokasi dan konsistensi jaringan. Dewi Sartika, 2010). Perkusi adalah pemeriksaan dengan jalan mengetuk bagian permukaan tubuh tertentu untuk membandingkan dengan bagian tubuh lainnya (kiri kanan) dengan tujuan menghasilkan suara. Perkusi bertujuan untuk mengidentifikasi lokasi, ukuran, bentuk dan konsistensi jaringan. Perawat menggunakan kedua tangannya sebagai alat untuk menghasilkan suara. Adapun suara-suara yang dijumpai pada perkusi adalah :  Sonor : suara perkusi jaringan yang normal.  Redup : suara perkusi jaringan yang lebih padat, misalnya di daerah paru-paru pada pneumonia.  Pekak : suara perkusi jaringan yang padat seperti pada perkusi daerah jantung, perkusi daerah hepar.  Hipersonor/timpani : suara perkusi pada daerah yang lebih berongga kosong, misalnya daerah caverna paru, pada klien asthma kronik. 7
  • 8. Untuk mengetuk bagian tubuh untuk memeriksa nyeri tekan atau suara yang bervariasi sesuai dengan ketebalan atau isi jaringan di bawahnya. Dua jenis perkusi yang digunakan tergantung pada tujuan pemeriksaan ini. Pemeriksaan ini biasanya digunakan untuk memeriksa setelah area tersebut telah dipalpasi. TEKNIK PERKUSI JENIS PERKUSI TUJUAN TEKNIK PEMERIKSAAN Perkusi Secara Untuk memeriksa nyeri Secara langsung lakukan Langsung tekan atau nyeri ketukan ke bagian tubuh yang dicurigai dengan satu atau dua jari secara lembut Perkusi Tidak Digunakan untuk Letakkan jari tengah di Langsung memeriksa suara di dada bagian tubuh yang atau abdomen; timpani, diperiksa resonans, hiperresonan, pekak, suara datar. Kemudian dengan jaringan yang lain ketuk jari yang menempel di tubuh (gunakan tangan yang dominan ini). Tekuk pergelangan tangan. Dengarkan suara yang dihasilakan oleh ketukan jari (dilakukan dengan menggerakan pergelangan tangan secara cepat seperti saat melakukan suntikan IM) SUARA PERKUSI Jenis Penyebab Suara Contoh Timpani Udara di bawah Seperti Udara di pipi, atau udara jaringan suara di saluran usus gendang Resonan Sebagian seperti Hollow Suara normal paru campuran air dan jaringan padat Hiperresonan Bagian udara lebih Booming Paru yang mengalami banyak emfisema Dullness Jaringan padat Suara Hati, limpa, jantung pekak 8
  • 9. Perkusi, langkah ketiga pemeriksaan pasien adalah menepuk permukaan tubuh secara ringan dan tajam, untuk menentukan posisi, ukuran dan densitas struktur atau cairan atau udara di bawahnya. Menepuk permukaan akan menghasilkan gelombang suara yang berjalan sepanjang 5-7 cm (2-3 inci) di bawahnya. Terdapat lima macam perkusi seperti yang tercantum di bawah ini: Suara Nada/pitch Intensitas Durasi Kualitas Lokasi Datar Tinggi Lembut Pendek Absolut Normal: sternum, Tidak jelas paha Tidak tajam Medium Medium Moderat (dulliness) Abnormal: (dull) Seperti suara paru-paru pukulan/jatuh, atelektatik; pendek Normal: Moderat/panjang (muffled thud) hati; organ- Resonan/gaung Rendah Keras Panjang organ lain; Hiper-resonan Sangat Sangat Panjang kandung Timpani rendah keras kencing Tinggi Keras Kosong penuh Berdebam Abnormal: efusi Seperti drum pleura, asites Normal: paru-paru Abnormal: Emfisema paru-paru Normal: gelembung udara lambung Abnormal: abdomen distensi udara  Pitch (atau frekuensi) adalah jumlah vibrasi atau siklus per detik (cycles per second/cps).  Vibrasi cepat menghasilkan nada dengan pitch yang tinggi, sedangkan vibrasi lambat  Menghasilkan nada pitch yang rendah.  Amplitudo (atau intensitas) menentukan kerasnya suara. Makin besar amplitude, makin keras suara.  Durasi adalah panjangnya waktu di mana suara masih terdengar.  Kualitas (atau timbre, harmonis, atau overtone) adalah konsep subyektif yang digunakan. 9
  • 10. 4. Auskultasi Auskultasi adalah tindakan mendengarkan bunyi yang ditimbulkan oleh bermacam-macam organ dan jaringan tubuh.(Laura A.Talbot dan Mary Meyers, 1997) Auskultasi Adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara mendengarkan suara yang dihasilkan oleh tubuh. Biasanya menggunakan alat yang disebut dengan stetoskop. Hal-hal yang didengarkan adalah : bunyi jantung, suara nafas, dan bising usus.(Dewi Sartika, 2010). Auskultasi adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara mendengarkan suara yang dihasilkan oleh tubuh. Biasanya menggunakan alat yang disebut dengan stetoskop. Hal-hal yang didengarkan adalah : bunyi jantung, suara nafas, dan bising usus. Suara tidak normal yang dapat diauskultasi pada nafas adalah :  Rales : suara yang dihasilkan dari eksudat lengket saat saluran-saluran halus pernafasan mengembang pada inspirasi (rales halus, sedang, kasar). Misalnya pada klien pneumonia, TBC.  Ronchi : nada rendah dan sangat kasar terdengar baik saat inspirasi maupun saat ekspirasi. Ciri khas ronchi adalah akan hilang bila klien batuk. Misalnya pada edema paru.  Wheezing : bunyi yang terdengar “ngiii….k”. bisa dijumpai pada fase inspirasi maupun ekspirasi. Misalnya pada bronchitis akut, asma.  Pleura Friction Rub ; bunyi yang terdengar “kering” seperti suara gosokan amplas pada kayu. Misalnya pada klien dengan peradangan pleura. 10
  • 11. Mendengar berbagai suara napas, jantung dan usus menggunakan stetoskop. Stetoskop yang bagus setidaknya memiliki:  „Ear plug‟ yang pas di telinga  Panjang tidak lebih dari 15 inci dengan diameter internal tidak melebihi 1/8 inci  Memiliki sisi diafragma dan bell Sisi diafragma dan bell digunakan untuk mendeteksi berbagai suara secara secara terpisah. Penggunaan Sisi Diafragma dan Bell Tujuan Teknik Diafragma Untuk mendeteksi suara Tempelkan dan tekan yang tinggi (seperti suara secara mantap di bagian napas, jantung normal tubuh yang diperiksa dan suara usus) Bell Mendengarkan suara Letakkan bagian bell di yang rendah (contoh atas bagian tubuh secara suara abnormal jantung halus dan „bruits‟) Ketika melakukan auskultasi terhadap pasien, evaluasi frekuensi, intensitas, durasi, jumlah dan kualitas suara. 11
  • 12. III. Prinsip Dasar Pemeriksaan Fisik. Dalam melakukan pemeriksaan fisik, ada prinsip-prinsip yang harus di perhatikan, yaitu sebagai berikut: 1. Kontrol infeksi Meliputi mencuci tangan, memasang sarung tangan steril, memasang masker, dan membantu klien mengenakan baju periksa jika ada. Tindakan Pencegahan Baku untuk pencegahan Infeksi Cuci tangan dengan seksama sebelum memulai pemeriksaan dan setelah pemerikssaan selesai. Jika terdapat luka teriris, abrasi atau lesi lainnya, pakailah sarung tangan untuk melindungi pasien. Pakailah sarung tangan secara rutin jika terdapat kemungkinan kontak dengan cairan tubuh selama:  Pemeriksaan oral  Pemeriksaan lesi kulit  Mengumpulkan sample  Ketika kontak dengan permukaan atau peralatan yang terkontaminasi Gantilah sarung tangan ketika berganti kerja atau prosedur.  Jika memakai sarung tangan, cucilah tangan segera setelah sarung tangan dilepas dari pasien ke pasien yang lain.  Pakai masker dan perlindungan mata/wajah dan baju lab untuk melindungi kulit, membrane mukosa dan pakaian.  Ikuti prosedur klinik atau lembaga untuk perawatan rutin  Beri label yang jelas semua wadah peralatan agar dapat berhati-hati dan waspada terhadap cairan tubuh. 2. Kontrol lingkungan Yaitu memastikan ruangan dalam keadaan nyaman, hangat, dan cukup penerangan untuk melakukan pemeriksaan fisik baik bagi klien maupun bagi pemeriksa itu sendiri. Misalnya menutup pintu/jendala atau skerem untuk menjaga privacy klien 1. Komunikasi (penjelasan prosedur) 2. Privacy dan kenyamanan klien 3. Sistematis dan konsisten ( head to toe, dr eksternal ke internal, dr normal ke abN) 4. Berada di sisi kanan klien 5. Efisiensi 6. Dokumentasi 12
  • 13. 3. Menyiapkan tempat dan kondisi. Ruang pemeriksaan yang terpisah atau daerah dengan tirai pembatas harus disediakan untuk menjamin privacy dan kerahasiaan (confidentiality). Ruangan tersebut harus cukup hangat. Pencahayaan yang baik dan lingkungan yang tenang merupakan hal yang penting, walaupun kadang-kadang hal ini sulit diperoleh. Usaha untuk memperoleh efek pencahayaan yang optimal dari sinar matahari atau sumber cahaya artificial juga penting. Jika lampu berfluoresensi di atas kepala merupakan sumber cahaya yang tersedia, maka pencahayaan tangensial atau samping juga harus digunakan. Sinar fluoresens menghilangkan semua bayangan permukaan, hal yang memang baik jika anda bekerja di meja tulis, tapi akan menghalangi kemampuan anda memvisualisasi karakteristik permukaan tubuh. Dengan menggunakan sumber cahaya tangensial akan dapat diperoleh pandangan anatomi tubuh yang lebih baik misalnya untuk melihat adanya benjolan, pulsasi atau lesi kulit. Pena cahaya, lampu yang bisa ditekuk tangkainya, atau senter merupakan alat-alat yang paling sering digunakan untuk memvisualisasi tubuh. IV. Keadaan Umum Pemeriksaan ini untuk mengetahui keadaan umum kesehatan pasien. Jika pasien dalam keadaan normal, maka akan ditemukan bahwa pasien kooperatif, gerakannya terarah, dan hanya merasa sedikit tegang atau cemas. Sebaliknya jika pasien kritis atau memburuk mungkin ditemukan kondisi yang tidak kooperatif, bingung, gerakan tidak terarah, gemetar dan tmerasa sangat cemas atau bahkan agitatif. Pada saat pemeriksaan ini akan didapatkan kesan umum mengenai keadaan pasien. Sebelum dilakukan pemeriksaan ada perlu nya melakukan prosedur sebelum tindakan berupa : 13
  • 14. Prosedur Pemeriksaan 1. Cuci tangan 2. Jelaskan prosedur 3. Lakukan pemeriksaan dengan berdiri di sebelah kanan klien dan pasang handschoen bila di perlukan. 4. Pemeriksaan umum meliputi : penampilan umum, status mental dan nutrisi. Posisi klien : duduk/berbaring Cara : inspeksi 1. Kesadaran, tingkah laku, ekspresi wajah, mood. (Normal : Kesadaran penuh, Ekspresi sesuai, tidak ada menahan nyeri/ sulit bernafas) 2. Tanda-tanda stress/ kecemasan (Normal :)Relaks, tidak ada tanda-tanda cemas/takut) 3. Jenis kelamin 4. Usia dan Gender 5. Tahapan perkembangan 6. TB, BB ( Normal : BMI dalam batas normal) 7. Kebersihan Personal (Normal : Bersih dan tidak bau) 8. Cara berpakaian (Normal : Benar/ tidak terbalik) 9. Postur dan cara berjalan 10. Bentuk dan ukuran tubuh. 11. Cara bicara. (Relaks, lancer, tidak gugup). 12. Evaluasi dengan membandingkan dengan keadaan normal. 13. Dokumentasikan hasil pemeriksaan. 14
  • 15. V. Pemeriksaan Tanda-tanda Vital Tanda-tanda vital akan memberikan informasi keadaan pasien apakah dalam keadaan baik atau memburuk, bahkan dapat memberikan informasi seberapa parah kondisinya. Sebagian besar hasi pemeriksaan akan menunjukkan status fungsi organ- organ vital pada saat pemeriksaan. A. Pernapasan Paramedik dapat mengkaji pernapasan untuk melihat jumlah, irama, suara serta adekuat tidaknya pernapasan. Pernapasan yang normal akan memiliki kriteria seperti di bawah ini:  Jumlah : 8 – 20 /min  Irama: teratur  Kedalaman : pergerakan dada seimbang kiri kanan dengan ukuran sekitar 1-2 inci Keterangan Normal 8 – 20 per menit dan teratur Apneu Tidak ada pernapasan Bradipneu < 8 / menit dan teratur Tachypnea > 20 / menit dan teratur Hiperventilasi Kecepatan dan kedalaman meningkat Hipoventilasi Kecepatan dan kedalaman menurun Cheyne- Adanya periode antara apneu and hiperventilasi Stokes Kussmaul Napas yang sangat dalam dengan ritme teratur Pernpasan Apneu yang berselang seling dengan munculnya napas yang Biot’s (ataxia) kedalamanya bervariasi (sebagian besar dangkal), serta tidak teratur 15
  • 16. Bising Napas Suara Penyebab Wheezing Konstriksi (penyempitan) pada bronkhioli di paru-paru (‘mengi’) Snoring Sumbatan sebagian saluran napas atas oleh lidah di dekat (‘ngorok’) faring Gurgling Adanya cairan di saluran napas atas (‘kumur’) Crowing or Adanya penyumpatan di saluran napas atas di dekat laring Stridor Partial obstruction of the upper airway at the level of the (suaran kasar larynx dan jelas) B. Denyut Nadi Denyut Nadi dapat dikaji dengan menggunakan palpasi di bagian radialis (pergelangan tangan), femoralis (inguinal) atau karotid (leher). Denyut nadi normal akan memiliki kriteria:  Jumlah : 60 – 100 per menit  Irama teratur  Kekuatan denyut sama secara bilateral Disarankan untuk memeriksa denyut nadi dalam waktu satu menit khususnya saat ketidaknormalan ditemukan (contoh denyut ireguler) C. Tekanan Darah Tekanan darah dapat diperiksa melalui perkiraan kasar berdasarkan denyut nadi yang teraba. Tetapi Pemeriksaan yang akurat hanya bisa didapat melalui pemeriksaan dengan alat (spigmomanometer). Perkiraan Kasar Berdasarkan Denyut Nadi Yang Teraba Denyut Nadi Yang Perkiraan Tekanan Darah Minimum Teraba Radialis 60 mmHg Femoralis 70 mmHg Carotis 80 mmHg 16
  • 17. Tekanan Darah Normal (dengan spigmomanometer) Pasien Sistolik Diastolik Dewasa (laki-laki) Umur + 100 (hingga 150 mmHg) 60 – 90 mmHg Dewasa Umur + 90 (hingga 140 mmHg) 50 – 80 mmHg (perempuan) Bayi dan Anak- 90 + (2 X umur dlm tahun)  batas atas 2/3 sistolik anak normal 70 + (2 X umur dlm tahun)  batas bawah normal D. Temperatur Untuk pemeriksaan yang cepat, palpasi dengan punggung tangan dapat dilakukan, tetapi untuk pemeriksaan yang akurat harus dengan termometer. Temperatur Tubuh Pemeriksaan Normal Deviasi Oral 97 – 100 oF < 97 oF or >100 oF (36-37.8 oC) (< 36 oC or > 38 oC) Rectal 1 oF lebih tinggi dari oral Axilar 1 oF lebih rendah dari oral Demam, kedinginan, menggigil, gelisah E. Tingkat Kesadaran Untuk pemeriksaan yang cepat (di „primary survey‟) periksa tingkat kesadaran dengan „AVPU‟. Tetapi untuk pemeriksaan detail, penggunaan GCS (Glasgow Coma Scale) lebih berguna untuk mendapatkan data yang lebih akurat. Pemeriksaan GCS sangat penting untuk memeriksa status neurologis khususnya di kasus trauma seperti cedera kepala. Pemeriksaan ini dapat untuk menentukan tingkat keparahan cedera otak yang terjadi. Pemeriksaan ini menggunakan stimuli suara dan nyeri dan akan dinilai berdasarkan respon pasien (pembukaan mata, pergerakan motorik dan respon suara). 17
  • 18. Pemeriksaan Neurologis: AVPU A Alert Pasien sadar penuh, membuka mata spontan, dapat menggerakkan kaki / tangan sebagaimana diperintahkan dan menjawab pertanyaan yang sederhana secara benar V Respond to Pasien hanya memberikan reaksi ketika dirangsang Voice dengan suara, pasien mungkin hanya bereaksi dengan suara-suara yang tidak berarti, mengerang atau hanya membuka mata P Respond to Pain Pasien hanya memberikan reaksi ketika dirangsang dengan sensasi nyeri (contoh pijitan di kuku jari), pasien hanya bereaksi dengan menarik, fleksi atau bahkan ekstensi U Unresponsive Pasien tidak menunjukkan reaksi sama sekali Pemeriksaan Neurologis: GCS Komponen Respon Nilai Keterangan Eye Spontaneous 4 Mata membuka secara spontan Opening To Voice 3 Mata membuka saat direspon oleh suara atau perintah (Pembukaan To pain 2 Mata membuka dengan rangsang nyeri Mata) None 1 Tidak ada respon Verbal Oriented 5 Orientasi baik; contoh pasien dapat Response menyebutkan nama, dan menyadari situasi di sekitarnya Confused 4 Pembicaraan membingungkan; tidak dapat memberikan jawaban yang informatif, memberikan jawaban yang tidak berhubungan dengan pertanyaan Innapropriate 3 Pasien berkata-kata tetapi kacau tidak speech dalam susunan kalimat, dapat bersifat makian atau teriakan Incomprehensible 2 Suara yang tidak berarti (keluhan atau speech erangan) tetapi bukan suatu kata None 1 Tidak ada response Motoric Obeys Command 6 Secara spontan menggerakkan Response anggota badan sesuai perintah Localizes Pain 5 18
  • 19. F. Pemeriksaan umum a. Pemeriksaan kulit dan kuku Tujuan a. Mengetahui kondisi kulit dan kuku b. Mengetahui perubahan oksigenasi, sirkulasi, kerusakan jaringan setempat, dan hidrasi. Persiapan a) Posisi klien: duduk/ berbaring b) Pencahayaan yang cukup/lampu c) Sarung tangan (utuk lesi basah dan berair) Prosedur Pelaksanaan a. Pemeriksaan kulit Inspeksi : kebersihan, warna, pigmentasi,lesi/perlukaan, pucat, sianosis, dan ikterik. Normal: kulit tidak ada ikterik/pucat/sianosis. Palpasi : kelembapan, suhu permukaan kulit, tekstur, ketebalan, turgor kulit, dan edema. Normal: lembab, turgor baik/elastic, tidak ada edema. Setelah diadakan pemeriksaan kulit dan kuku evaluasi hasil yang di dapat dengan membandikan dengan keadaan normal, dan dokumentasikan hasil pemeriksaan yang didapat tersebut. b. Pemeriksaan kuku Inspeksi : kebersihan, bentuk, dan warna kuku Normal: bersih, bentuk normaltidak ada tanda-tanda jari tabuh (clubbing finger), tidak ikterik/sianosis. Palpasi : ketebalan kuku dan capillary refile ( pengisian kapiler ). Normal: aliran darah kuku akan kembali < 3 detik. Setelah diadakan pemeriksaan kuku evaluasi hasil yang di dapat dengan membandikan dengan keadaan normal, dan dokumentasikan hasil pemeriksaan yang didapat tersebut. 19
  • 20. c. Pemeriksaan kepala, wajah, mata, telinga, hidung, mulut & leher Posisi klien : duduk , untuk pemeriksaan wajah sampai dengan leher perawat berhadapan dengan klien - Pemeriksaan kepala Tujuan a) Mengetahui bentuk dan fungsi kepala b) Mengetahui kelainan yang terdapat di kepala Persiapan alat a) Lampu b) Sarung tangan (jika di duga terdapat lesi atau luka) Prosedur Pelaksanaan Inspeksi : ukuran lingkar kepala, bentuk, kesimetrisan, adanya lesi atau tidak, kebersihan rambut dan kulit kepala, warna, rambut, jumlah dan distribusi rambut. Normal: simetris, bersih, tidak ada lesi, tidak menunjukkan tanda-tanda kekurangan gizi(rambut jagung dan kering) Palpasi : adanya pembengkakan/penonjolan, dan tekstur rambut. Normal: tidak ada penonjolan /pembengkakan, rambut lebat dan kuat/tidak rapuh. Setelah diadakan pemeriksaan kepala evaluasi hasil yang di dapat dengan membandikan dengan keadaan normal, dan dokumentasikan hasil pemeriksaan yang didapat. - Pemeriksaan wajah Inspeksi : warna kulit, pigmentasi, bentuk, dan kesimetrisan. Normal: warna sama dengan bagian tubuh lain, tidak pucat/ikterik, simetris. Palpasi : nyeri tekan dahi, dan edema, pipi, dan rahang Normal: tidak ada nyeri tekan dan edema. 20
  • 21. Setelah diadakan pemeriksaan wajah evaluasi hasil yang di dapat dengan membandikan dengan keadaan normal, dan dokumentasikan hasil pemeriksaan yang didapat tersebut. - Pemeriksaan mata Tujuan a) Mengetahui bentuk dan fungsi mata b) Mengetahui adanya kelainan pada mata. Persiapan alat a) Senter Kecil b) Surat kabar atau majalah c) Kartu Snellen d) Penutup Mata e) Sarung tangan Prosedur Pelaksanaan Inspeksi: bentuk, kesimestrisan, alis mata, bulu mata, kelopak mata, kesimestrisan, bola mata, warna konjunctiva dan sclera (anemis/ikterik), penggunaan kacamata / lensa kontak, dan respon terhadap cahaya. Normal: simetris mata kika, simetris bola mata kika, warna konjungtiva pink, dan sclera berwarna putih. Tes Ketajaman Penglihatan Ketajaman penglihatan seseorang mungkin berbeda dengan orang lain. Tajam penglihatan tersebut merupakan derajad persepsi deteil dan kontour beda. Visus tersebut dibagi dua yaitu: 1. Visus sentralis. Visus sentralis ini dibagi dua yaitu visus sentralis jauh dan visus sentralis dekat, visus centralis jauh merupakan ketajaman penglihatan untuk melihat benda benda yang letaknya jauh. Pada keadaan ini mata tidak melakukan akomodasi. (EM. Sutrisna, dkk, hal 21). 21
  • 22. virus centralis dekat yang merupakan ketajaman penglihatan untuk melihat benda benda dekat misalnya membaca, menulis dan lain lain. Pada keadaan ini mata harus akomodasi supaya bayangan benda tepat jatuh di retina. (EM. Sutrisna, dkk, hal 21). 2. Visus perifer Pada visus ini menggambarkan luasnya medan penglihatan dan diperiksa dengan perimeter. Fungsi dari visus perifer adalah untuk mengenal tempat suatu benda terhadap sekitarnya dan pertahanan tubuh dengan reaksi menghindar jika ada bahaya dari samping. Dalam klinis visus sentralis jauh tersebut diukur dengan menggunakan grafik huruf Snellen yang dilihat pada jarak 20 feet atau sekitar 6 meter. Jika hasil pemeriksaan tersebut visusnya e”20/20 maka tajam penglihatannya dikatakan normal dan jika Visus <20/20 maka tajam penglihatanya dikatakan kurang Penyebab penurunan tajam peglihatan seseorang bermacam macam, salah satunya adalah refraksi anomaly/kelainan pembiasan. prosedur pemeriksaan visus dengan menggunakan peta snellen yaitu: Memperkenalkan diri dan menjelaskan maksud tujuan pemeriksaan. Meminta pasien duduk menghadap kartu Snellen dengan jarak 6 meter. Memberikan penjelasan apa yang harus dilakukan (pasien diminta mengucapkan apa yang akan ditunjuk di kartu Snellen) dengan menutup salah satu mata dengan tangannya tanpa ditekan (mata kiri ditutup dulu). Pemeriksaan dilakukan dengan meminta pasien menyebutkan simbol di kartu Snellen dari kiri ke kanan, atas ke bawah. Jika pasien tidak bisa melihat satu simbol maka diulangi lagi dari barisan atas. Jika tetap maka nilai visus oculi dextra = barisan atas/6. Jika pasien dari awal tidak dapat membaca simbol di Snellen chart maka pasien diminta untuk membaca hitungan jari dimulai jarak 1 meter kemudian mundur. Nilai visus oculi dextra = jarak pasien masih bisa membaca hitungan/60. 22
  • 23. Jika pasien juga tidak bisa membaca hitungan jari maka pasien diminta untuk melihat adanya gerakan tangan pemeriksa pada jarak 1 meter (Nilai visus oculi dextranya 1/300). Jika pasien juga tetap tidak bisa melihat adanya gerakan tangan, maka pasien diminta untuk menunjukkan ada atau tidaknya sinar dan arah sinar (Nilai visus oculi dextra 1/tidak hingga). Pada keadaan tidak mengetahui cahaya nilai visus oculi dextranya nol. Pemeriksaan dilanjutkan dengan menilai visus oculi sinistra dengan cara yang sama. Melaporkan hasil visus oculi sinistra dan dextra. (Pada pasien vos/vodnya “x/y” artinya mata kanan pasien dapat melihat sejauh x meter, sedangkan orang normal dapat melihat sejauh y meter. - Pemeriksaan Pergerakan Bola Mata Pemeriksaan pergeraka bola mata dilakukan dengan cara Cover-Uncover Test / Tes Tutup-Buka Mata Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi adanya Heterophoria. Heterophoria berhubungan dengan kelainan posisi bola mata, dimana terdapat penyimpangan posisi bolamata yang disebabkan adanya gangguan keseimbangan otot-otot bolamata yang sifatnya tersembunyi atau latent. Ini berarti mata itu cenderung untuk menyimpang atau juling, namun tidak nyata terlihat. Pada phoria, otot-otot ekstrinsik atau otot luar bola mata berusaha lebih tegang atau kuat untuk menjaga posisi kedua mata tetap sejajar. Sehingga rangsangan untuk berfusi atau menyatu inilah menjadi faktor utama yang membuat otot - otot tersebut berusaha extra atau lebih, yang pada akhirnya menjadi beban bagi otot-otot tersebut, wal hasil akan timbul rasa kurang nyaman atau Asthenopia. Setelah diadakan pemeriksaan mata evaluasi hasil yang di dapat dengan membandikan dengan keadaan normal, dan dokumentasikan hasil pemeriksaan yang didapat tersebut. 23
  • 24. d. Pemeriksaan telinga Tujuan Mengetahui keadaan telinga luar, saluran telinga, gendang telinga, dan fungsi pendengaran. Persiapan Alat a) Arloji berjarum detik b) Garpu tala c) Speculum telinga d) Lampu kepala Prosedur Pelaksanaan Inspeksi : bentuk dan ukuran telinga, kesimetrisan, integritas, posisi telinga, warna, liang telinga (cerumen/tanda-tanda infeksi), alat bantu dengar. Normal: bentuk dan posisi simetris kika, integritas kulit bagus, warna sama dengan kulit lain, tidak ada tanda-tanda infeksi, dan alat bantu dengar. Palpasi : nyeri tekan aurikuler, mastoid, dan tragus Normal: tidak ada nyeri tekan. Setelah diadakan pemeriksaan telinga evaluasi hasil yang di dapat dengan membandikan dengan keadaan normal, dan dokumentasikan hasil pemeriksaan yang didapat tersebut.  Pemeriksaaan Telinga Dengan Menggunakan Garpu Tala A. Pemeriksaan Rinne 1. Pegang agrpu tala pada tangkainya dan pukulkan ke telapak atau buku jari tangan yang berlawanan. 2. Letakkan tangkai garpu tala pada prosesus mastoideus klien. 3. Anjurkan klien untuk memberi tahu pemeriksa jika ia tidak merasakan getaran lagi. 4. Angkat garpu tala dan dengan cepat tempatkan di depan lubang telinga klien 1-2 cm dengan posisi garpu tala parallel terhadap lubang telinga luar klien. 24
  • 25. 5. Instruksikan klien untuk member tahu apakah ia masih mendengarkan suara atau tidak. 6. Catat hasil pemeriksaan pendengaran tersebut. B. Pemeriksaan Webber 1. Pegang garpu tala pada tangkainya dan pukulkan ke telapak atau buku jari yang berlawanan. 2. Letakkan tangkai garpu tala di tengah puncak kepala klien . 3. Tanyakan pada klien apakah bunyi terdengar sama jelas pada kedua telinga atau lebih jelas pada salah satu telinga. 4. Catat hasil pemeriksaan dengan pendengaran tersebut. e. Pemeriksan hidung dan sinus Tujuan a) Mengetahui bentuk dan fungsi hidung b) Menentukan kesimetrisan struktur dan adanya inflamasi atau infeksi Persiapan Alat a) Spekulum hidung b) Senter kecil c) Lampu penerang d) Sarung tangan (jika perlu) Prosedur Pelaksanaan Inspeksi : hidung eksternal (bentuk, ukuran, warna, kesimetrisan), rongga, hidung ( lesi, sekret, sumbatan, pendarahan), hidung internal (kemerahan, lesi, tanda2 infeksi. Normal: simetris kika, warna sama dengan warna kulit lain, tidak ada lesi, tidak ada sumbatan, perdarahan dan tanda-tanda infeksi. 25
  • 26. Palpasi dan Perkusi frontalis dan, maksilaris (bengkak, nyeri, dan septum deviasi) Normal: tidak ada bengkak dan nyeri tekan. Setelah diadakan pemeriksaan hidung dan sinus evaluasi hasil yang di dapat dengan membandikan dengan keadaan normal, dan dokumentasikan hasil pemeriksaan yang didapat tersebut. f. Pemeriksaan mulut dan bibir Tujuan Mengetahui bentuk kelainan mulut Persiapan Alat a) Senter kecil b) Sudip lidah c) Sarung tangan bersih d) Kasa Prosedur Pelaksanaan Inspeksi dan palpasi struktur luar : warna mukosa mulut dan bibir, tekstur , lesi, dan stomatitis. Normal: warna mukosa mulut dan bibir pink, lembab, tidak ada lesi dan stomatitis. Inspeksi dan palpasi strukur dalam : gigi lengkap/penggunaan gigi palsu, perdarahan/ radang gusi, kesimetrisan, warna, posisi lidah, dan keadaan langit2. Normal: gigi lengkap, tidak ada tanda-tanda gigi berlobang atau kerusakan gigi, tidak ada perdarahan atau radang gusi, lidah simetris, warna pink, langit2 utuh dan tidak ada tanda infeksi. Gigi lengkap pada orang dewasa berjumlah 36 buah, yang terdiri dari 16 buah di rahang atas dan 16 buah di rahang bawah. Pada anak-anak gigi sudah mulai tumbuh pada usia enam bulan. Gigi pertama tumbuh dinamakan gigi susu di ikuti tumbuhnya gigi lain yang disebut gigi sulung. Akhirnya pada usia enam tahun hingga empat belas tahun, gigi tersebut mulai tanggal dan dig anti gigi tetap. 26
  • 27. Pada usia 6 bulan gigi berjumlah 2 buah (dirahang bawah), usia 7-8 bulan berjumlah 7 buah(2 dirahang atas dan 4 dirahang bawah) , usia 9-11 bulan berjumlah 8 buah(4 dirahang atas dan 4 dirahang bawah), usia 12-15 bulan gigi berjumlah 12 buah (6 dirahang atas dan 6 dirahang bawah), usia 16-19 bulan berjumlah 16 buah (8 dirahang atas dan 8 dirahang bawah), dan pada usia 20-30 bulan berjumlah 20 buah (10 dirahang atas dan 10 dirahang bawah). Setelah diadakan pemeriksaan mulut dan bibir evaluasi hasil yang di dapat dengan membandikan dengan keadaan normal, dan dokumentasikan hasil pemeriksaan yang didapat tersebut. g. Pemeriksaan leher Tujuan a) Menentukan struktur integritas leher b) Mengetahui bentuk leher serta organ yang berkaitan c) Memeriksa system limfatik Persiapan Alat Stetoskop Prosedur Pelaksanaan Inspeksi leher: warna integritas, bentuk simetris. Normal: warna sama dengan kulit lain, integritas kulit baik, bentuk simetris, tidak ada pembesaran kelenjer gondok. Inspeksi dan auskultasi arteri karotis: lokasi pulsasi Normal: arteri karotis terdengar. Inspeksi dan palpasi kelenjer tiroid (nodus/difus, pembesaran,batas, konsistensi, nyeri, gerakan/perlengketan pada kulit), kelenjer limfe (letak, konsistensi, nyeri, pembesaran), kelenjer parotis (letak, terlihat/ teraba) Normal: tidak teraba pembesaran kel.gondok, tidak ada nyeri, tidak ada pembesaran kel.limfe, tidak ada nyeri. 27
  • 28. Auskultasi : bising pembuluh darah. Setelah diadakan pemeriksaan leher evaluasi hasil yang di dapat dengan membandikan dengan keadaan normal, dan dokumentasikan hasil pemeriksaan yang didapat tersebut. h. Pemeriksaan dada( dada dan punggung) Posisi klien: berdiri, duduk dan berbaring Cara/prosedur: 1. System pernafasan Tujuan : a) Mengetahui bentuk, kesimetrisas, ekspansi, keadaan kulit, dan dinding dada b) Mengetahui frekuensi, sifat, irama pernafasan, c) Mengetahui adanya nyeri tekan, masa, peradangan, traktil premitus Persiapan alat a) Stetoskop b) Penggaris centimeter c) Pensil penada Prosedur pelaksanaan Inspeksi : kesimetrisan, bentuk/postur dada, gerakan nafas (frekuensi, irama, kedalaman, dan upaya pernafasan/penggunaan otot-otot bantu pernafasan), warna kulit, lesi, edema, pembengkakan/ penonjolan. Normal: simetris, bentuk dan postur normal, tidak ada tanda-tanda distress pernapasan, warna kulit sama dengan warna kulit lain, tidak ikterik/sianosis, tidak ada pembengkakan/penonjolan/edema Palpasi: Simetris, pergerakan dada, massa dan lesi, nyeri, tractile fremitus. (perawat berdiri dibelakang pasien, instruksikan pasien untuk mengucapkan angka “tujuh-tujuh” atau “enam-enam” sambil melakukan perabaan dengan kedua telapak tangan pada punggung pasien.) Normal: integritas kulit baik, tidak ada nyeri tekan/massa/tanda-tanda peradangan, ekspansi simetris, taktil vremitus cendrung sebelah kanan lebih teraba jelas. 28
  • 29. Perkusi: paru, eksrusi diafragma (konsistensi dan bandingkan satu sisi dengan satu sisi lain pada tinggi yang sama dengan pola berjenjang sisi ke sisi). Normal: resonan (“dug dug dug”), jika bagian padat lebih daripada bagian udara=pekak (“bleg bleg bleg”), jika bagian udara lebih besar dari bagian padat=hiperesonan (“deng deng deng”), batas jantung=bunyi rensonan---- hilang>>redup. Auskultasi: suara nafas, trachea, bronchus, paru. (dengarkan dengan menggunakan stetoskop di lapang paru kika, di RIC 1 dan 2, di atas manubrium dan di atas trachea). Normal: bunyi napas vesikuler, bronchovesikuler, brochial, tracheal. Setelah diadakan pemeriksaan dada evaluasi hasil yang di dapat dengan membandikan dengan keadaan normal, dan dokumentasikan hasil pemeriksaan yang didapat tersebut. i. System kardiovaskuler Tujuan a) Mengetahui ketifdak normalan denyut jantung b) Mengetahui ukuran dan bentuk jantug secara kasar c) Mengetahui bunyi jantung normal dan abnormal d) Mendeteksi gangguan kardiovaskuler Persiapan alat a) Stetoskop b) Senter kecil Prosedur pelaksanaan Inspeksi : Muka bibir, konjungtiva, vena jugularis, arteri karotis Palpasi: denyutan Normal untuk inspeksi dan palpasi: denyutan aorta teraba. Perkusi: ukuran, bentuk, dan batas jantung (lakukan dari arah samping ke tengah dada, dan dari atas ke bawah sampai bunyi redup) Normal: batas jantung: tidak lebih dari 4,7,10 cm ke arah kiri dari garis mid sterna, pada RIC 4,5,dan 8. 29
  • 30. Auskultasi: bunyi jantung, arteri karotis. (gunakan bagian diafragma dan bell dari stetoskop untuk mendengarkan bunyi jantung. ) Normal: terdengar bunyi jantung I/S1 (lub) dan bunyi jantung II/S2 (dub), tidak ada bunyi jantung tambahan (S3 atau S4). Setelah diadakan pemeriksaan system kardiovaskuler evaluasi hasil yang di dapat dengan membandikan dengan keadaan normal, dan dokumentasikan hasil pemeriksaan yang didapat tersebut. j. Dada dan aksila Tujuan a) Mengetahui adanya masa atau ketidak teraturan dalam jaringan payudara b) Mendeteksi awal adanya kanker payudara Persiapan alat a) Sarung tangan sekali pakai (jika diperlukan) Prosedur pelaksanaan Inspeksi payudara: Integritas kulit Palpasi payudara: Bentuk, simetris, ukuran, aerola, putting, dan penyebaran vena. Inspeksi dan palpasi aksila: nyeri, perbesaran nodus limfe, konsistensi.Setelah diadakan pemeriksaan dadadan aksila evaluasi hasil yang di dapat dengan membandikan dengan keadaan normal, dan dokumentasikan hasil pemeriksaan yang didapat tersebut. k. Pemeriksaan Abdomen (Perut) Posisi klien: Berbaring Tujuan a) Mengetahui betuk dan gerakan-gerakan perut b) Mendengarkan suara peristaltic usus c) Meneliti tempat nyeri tekan, organ-organ dalam rongga perut benjolan dalam perut. 30
  • 31. Persiapan a) Posisi klien: Berbaring b) Stetoskop c) Penggaris kecil d) Pensil gambar e) Bntal kecil f) Pita pengukur Prosedur pelaksanaan Inspeksi : kuadran dan simetris, contour, warna kulit, lesi, scar, ostomy, distensi, tonjolan, pelebaran vena, kelainan umbilicus, dan gerakan dinding perut. Normal: simetris kika, warna dengan warna kulit lain, tidak ikterik tidak terdapat ostomy, distensi, tonjolan, pelebaran vena, kelainan umbilicus. Auskultasi : suara peristaltik (bising usus) di semua kuadran (bagian diafragma dari stetoskop) dan suara pembuluh darah dan friction rub :aorta, a.renalis, a. illiaka (bagian bell). Normal: suara peristaltic terdengar setiap 5-20x/dtk, terdengar denyutan arteri renalis, arteri iliaka dan aorta. Perkusi semua kuadran : mulai dari kuadran kanan atas bergerak searah jarum jam, perhatikan jika klien merasa nyeri dan bagaiman kualitas bunyinya. Perkusi hepar: Batas Perkusi Limfa: ukuran dan batas Perkusi ginjal: nyeri Normal: timpani, bila hepar dan limfa membesar=redup dan apabila banyak cairan = hipertimpani Palpasi semua kuadran (hepar, limfa, ginjal kiri dan kanan): massa, karakteristik organ, adanya asistes, nyeri irregular, lokasi, dan nyeri.dengan cara perawat menghangatkan tangan terlebih dahulu Normal: tidak teraba penonjolan tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa dan penumpukan cairan Setelah diadakan pemeriksaan abdomen evaluasi hasil yang di dapat dengan membandikan dengan keadaan normal, dan dokumentasikan hasil pemeriksaan yang didapat tersebut. 31
  • 32. l. Pemeriksaan ekstermitas atas (bahu, siku, tangan) Tujuan : 1. Memperoleh data dasar tetang otot, tulang dan persendian 2. Mengetahui adanya mobilitas, kekuatan atau adanya gangguan pada bagian- bagian tertentu. Alat : Meteran Posisi klien: Berdiri. Duduk Inspeksi struktur muskuloskletal : simetris dan pergerakan, Integritas ROM, kekuatan dan tonus otot. Normal: simetris kika, integritas kulit baik, ROM aktif, kekuatan otot penuh. Palapasi: denyutan a.brachialis dan a. radialis . Normal: teraba jelas Tes reflex :tendon trisep, bisep, dan brachioradialis. Normal: reflek bisep dan trisep positif Setelah diadakan pemeriksaan ekstermitas atas evaluasi hasil yang di dapat dengan membandikan dengan keadaan normal, dan dokumentasikan hasil pemeriksaan yang didapat tersebut. m. Pemeriksaan ekstermitas bawah (panggul, lutut, pergelangan kaki dan telapak kaki). Inspeksi struktur muskuloskletal : simetris dan pergerakan, integritas kulit, posisi dan letak, ROM, kekuatan dan tonus otot Normal: simetris kika, integritas kulit baik, ROM aktif, kekuatan otot penuh Palpasi : a. femoralis, a. poplitea, a. dorsalis pedis: denyutan Normal: teraba jelas Tes reflex :tendon patella dan archilles. Normal: reflex patella dan archiles positif Setelah diadakan pemeriksaan ekstermitas bawah evaluasi hasil yang di dapat dengan membandingkan dengan keadaan normal, dan dokumentasikan hasil pemeriksaan yang didapat tersebut. 32
  • 33. n. Pemeriksaan genitalia (alat genital, anus, rectum) Posisi Klien : Pria berdiri dan wanita litotomy Tujuan: 1. Melihat dan mengetahui organ-organ yang termasuk dalam genetalia. 2. Mengetahui adanya abnormalitas pada genetalia, misalnya varises, edema, tumor/ benjolan, infeksi, luka atau iritasi, pengeluaran cairan atau darah. 3. Melakukan perawatan genetalia 4. Mengetahui kemajuan proses persalinan pada ibu hamil atau persalinan. Alat : 1. Lampu yang dapat diatur pencahayaannya 2. Sarung tangan Pemeriksaan rectum Tujuan : 1. Mengetahui kondisi anus dan rectum 2. Menentukan adanya masa atau bentuk tidak teratur dari dinding rectal 3. Mengetahui intregritas spingter anal eksternal 4. Memeriksa kangker rectal dll Alat : 1. Sarung tangan sekali pakai 2. Zat pelumas 3. Penetangan untuk pemeriksaan Prosedur Pelaksanaan Wanita: Inspeksi genitalia eksternal: mukosa kulit, integritas kulit, contour simetris, edema, pengeluaran. Normal: bersih, mukosa lembab, integritas kulit baik, semetris tidak ada edema dan tanda-tanda infeksi (pengeluaran pus /bau) Inspeksi vagina dan servik : integritas kulit, massa, pengeluaran Palpasi vagina, uterus dan ovarium: letak ukuran, konsistensi dan, massa. Pemeriksaan anus dan rectum: feses, nyeri, massa edema, haemoroid, fistula ani pengeluaran dan perdarahan. 33
  • 34. Normal: tidak ada nyeri, tidak terdapat edema / hemoroid/ polip/ tanda-tanda infeksi dan pendarahan. Setelah diadakan pemeriksaan di adakan pemeriksaan genitalia evaluasi hasil yang di dapat dengan membandikan dengan keadaan normal, dan dokumentasikan hasil pemeriksaan yang didapat tersebut. Pria: Inspeksi dan palpasi penis: Integritas kulit, massa dan pengeluaran Normal: integritas kulit baik, tidak ada masa atau pembengkakan, tidak ada pengeluaran pus atau darah. Inspeksi dan palpassi skrotum: integritas kulit, ukuran dan bentuk, turunan testes dan mobilitas, massa, nyeri dan tonjolan Normal : integritas kulit baik, sistematika tidak ada penonjolan, tidak ada nyeri tekan. Pemeriksaan anus dan rectum : feses, nyeri, massa, edema, hemoroid, fistula ani, pengeluaran dan perdarahan. Normal: tidak ada nyeri , tidak terdapat edema / hemoroid/ polip/ tanda- tanda infeksi dan pendarahan. Setelah diadakan pemeriksaan dadadan genitalia wanita evaluasi hasil yang di dapat dengan membandikan dengan keadaan normal, dan dokumentasikan hasil pemeriksaan yang didapat tersebut. 34
  • 36. 36