Dokumen tersebut membahas tentang pengertian, penulisan, dan penyempurnaan penulisan Al-Qur'an sejak masa Nabi Muhammad sampai masa sesudah Khulafaur Rasyidin. Al-Qur'an merupakan wahyu Allah yang diturunkan kepada Nabi untuk pedoman umat manusia. Proses penulisan dan penyempurnaannya melibatkan banyak sahabat Nabi dan khalifah-khalifah sesudahnya untuk melestarikan Al-Qur'
2. A. PENGERTIAN AL-QUR’AN
• Al-Qur’an Secara Etimologi Bahasa :
Sebagian dari mereka, diantaranya Al-Zujaj menjelaskan bahwa kata Al-Qur’an
merupakan kata sifat yag berasal dari kata dasar “al-qara” yang artinya
menghimpun. Kata sifat ini kemudian dijadikan nama bagi firman Allah yang
diturunkan kepada nabi Muhammad S.A.W karena kitab itu menghimpun
surat,ayat,kisah,perintah,dan larangan.
• Al-Qur’an Secara Menurut Terminologi:
Menurut Kalangan Pakar Ushul Fiqh, Fiqh, dan Bhs Arab:
“ Kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi-Nya, Muhammad, yang lafat”
nya mengandung mukjizat, membaca, mempunyai nilai ibadah, yang
diturunkan secara mutawatir, dan yang ditulis pada mushaf, mulai awal surat
Al-Fatihah sampai akhir surat An-Nash.”
3. B. PENULISAN AL-QUR’AN
1. Pada Masa Nabi :
• Kerinduaan Nabi terhadap kedatangan wahyu tidak saja diekspresikan
dalam bentuk hafalan, tetapi dalam bentuk tulisan. Nabi mempunyai
sekretaris pribadi yang khusus bertugas mencatat wahyu. Mereka adalah
Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali, Abban bin Said, Khalid bin Said, dan
Mu’awiyah bin Abi Sufyan. Proses penulisan Al-Qur’an pada masa nabi
sangat sederhana dan berupa lontaran kayu, pelepah kurma, tulang belulang,
dan batu.
• Kegiatan tulis-menulis Al-Qur’an pada masa Nabi disamping dilakukan oleh
sekretaris Nabi , juga dilakukan para sahabat Nabi lainnya. Kegiatannya itu
didasarkan kepada hadits Nabi sebagaimana yang telah diriwayatkan oleh
Muslim.
4. Diantaranya Faktor yang Mendorong Penulisan
Al-qur’an pada Masa Nabi Adalah :
a) Mengumpulkan hafalan yang telah dilakukan oleh Nabi dan para
sahabatnya dalam bentuk tulisan.
b) Mempresentasikan wahyu dengan cara yang paling sempurna, karna
bertolak dari hafalan para sahabat saja tidak cukup karena terkadang
mereka lupa atau sebagian dari mereka sudah wafat adapun tulisan
akan tetap tepelihara walaupun pada masa nabi, Al-Qur’an tidak ditulis
ditempat tertentu.
c) Uraian diatas memperlihatkan bahwa karakteristik penulisan Al-Qur’an
pada masa Nabi adalah bahwa Al-Qur’an ditulis tidak pada satu
tempat, melainkan pada tempat yang terpisah-pisah.
5. 2. Pada Masa Khulafa’ Al-rasyidin
a. Pada masa Abu Bakar Ash-Shiddiq
Pada dasarnya seluruh Al-Qur’an sudah ditulis pada waktu Nabi masih
ada. Hanya saja, pada saat itu surat-surat dan ayat-ayatnya ditulis
dengan terpencar-pencar. Dan orang pertama kali menyusunnya dalam
satu mushaf adalah Abu Bakar Ash-Shiddiq. Usaha pengumpulan tuisan
Al-Qur’an yang dilakukan Abu Bakar terjadi setelah perang Yamamah
pada tahun 12 Hijriah. Peperangan yang bertujuan menumpas para
pemurtad yang juga para pengikut Musailamah Al-Khadzab itu
ternyata telah menjadikan 700 kaum sahabat penghafal Al-Qur’an
syahid khawatir akan semakin hilangnya para penghafal Al-Qur’an
sehingga kelestarian Al-Qur’an ikut terancam, Umar datang menemui
khalifah pertama, abu bakar agar segera menginstruksikan pengumpuan
Al-Qur’an dari berbagai sumber, baik yang tersimpan didalam hafalan
maupun tulisan.
6. b. Pada Masa Pemerintahan Ustman bin Affan
• Pada masa pemerintahan Ustman bin Affan wilayah Negara
Islam telah meluas sampai ke Tripoli Barat, Armenia dan
Azarbaijan. Pada waktu itu,Islam sudah tersebar ke beberapa
wilayah di Afrika, Syira dan Persia. Para penghafal Al–Qur’an
pun akhirnya menjadi tersebar, sehingga menimbulkan persoalan
baru, yaitu saling berbedanya kalangan kaum muslimin mengenai
bacaan (qiraat) Al – Quran. Bahkan ia mengamati sebagian
qiraat itu bercampur dengan kesalahan. Ustman segera
mengundang para sahabat dari Anshar dan Muhajirin untuk
bermusyawarah mencari jalan keluar dari masalah serius tersebut.
Akhirnya, dicapai suatu kesepakatan agar mushaf Abu Bakar
disalin kembali beberapa mushaf. Untuk terlaksananya tugas
tersebut, khalifah Utsman menunjuk satu tim yang terdiri dari
empat orang sahabat, yaitu: Zaid Ibn Tsabit, Abdullah Ibn Zubair,
Said Ibn Al-‘as dan Abd Al-rahman Ibn Al- Haris Ibn Hisyam.
7. • Beberapa Karakteristik Mushaf Al-Quran yang Ditulis pada
Masa Ustman Bin Affan Antara Lain :
1. Ayat ayat yang ditulis seluruhnya berdasarkan riwayat mutawatir.
2. Tidak memuat ayat-ayat yang mansukh.
3. Surat-surat maupun ayat-ayatnya telah disusun dengan tertib sebagai
mana Al-qur’an yang kita kenal sekarang. Tidak seperti mushaf Al-
qur’an yang itulis pada masa Abu Bakar yang hanya disusun tertib
ayat, sementara surat-suratnya disusun menurut urutan turun wahyu.
4. Tidak memuat sesuatu yang bukan tergolong Al-Qur’an seperti
yang di tulis sebagian sahabat Nabi dalam masing-masing
mushafnya, sebagai penjelasan atau keterangan terhadap makna
ayat-ayat tertentu
5. Dialek yang dipakai dalam mushaf ini hanya dialek Quraisy dengan
alasan Al- Qur’an diturunkan dengan Bahasa Arab Quraisy
sekalipun pada mulanya diizinkan membacanya dengan
menggunakan dialek lain.
8. C. Penyempunaan Penulisan Al-Qur’an
Setelah Masa Khalifah Khulafa’Al-Rasyidin
• Mushaf yang ditulis atas perintah Utsman tidak memiliki harakat dan tanda
titik sehingga dapat dibaca dengan salah satu harakat yang tujuh. Setelah
banyak orang non-arab memeluk islam, mereka merasa kesulitan membaca
mushaf yang tidak berharakat dan bertitik itu. Pada masa khalifafh ‘Abd Al-
Malik (685-705), tersebutlah dua tokoh yang berjasa dalam hal ini, yaitu
Ubaidillah Bin Ziyad dan Hajjaj Bin Yusuf Ats-Tsaqafi. Ibn Ziyad diberitakan
memerintahkan seorang lelaki dari persia untuk meletakkan alif sebagai
pengganti dari huruf yang dibuang. Adapun Al-Hajjaj melakukan
penyempurnaan terhadap mushaf ‘Utsmani pada sebelas tempat yang
karenanya membaca mushaf lebih mudah.
9. • Sepeninggal Ustman, mushaf al-Qur’an belum diberi tanda baca seperti
baris (harakat) dan tanda pemisah ayat. Karna daerah kekuasaan Islam
semakin meluas keberbagai penjuru yang berlainan dialek dan bahasanya,
dirasa perlu adanya tindakan preventif dalam memelihara umat dari
kekeliruan membaca dan memahami al-Qur’an. Upaya tersebut baru
terealisir pada masa Khalifah Muawiyah ibn Abi Sufyan (40-60H) oleh
Imam Abu al-Aswad al-Duali, yang memberi harakat atau baris yang
berupa titik merah pada mushaf Al-Quran. Untuk ‘’a’’ (fathah) disebelah
atas huruf, ‘’u’’(dlammah) didepan huruf dan ‘’I’’ (kasrah) dibawah huruf
sedangkan syiddah.Usaha selanjutnya dilakukan pada masa Khalifah
Abdul Malik ibn Marwan (65- 68H). Dua orang murid Abu al-Aswad al-
Duali yaitu Nasar ibn Ashim dan Yahya ibn ya’mar memberi tanda untuk
beberapa huruf yang sama seperti ‘’ba’’, ‘’ta’’, dan‘’tsa’’.
10. • Dalam berbagai sumber diriwayatkan bahwa ‘Ubaidillah
bin Ziyad (w. 67 H) memerintahkan kepada seseorang
yang berasal dari persia untuk menambahkan huruf
alif (mad) pada dua ribu kata yang semestinya dibaca
dengan suara panjang. Misalnya, kanat menjadi kanat.
Adapun penyempurnaan tanda-tanda baca lain dilakukan
oleh Imam Khalid ibn Ahmad pada tahun 162 H.
11. KESIMPULAN
• Al-Qur’an secara bahasa ialah kata Al-Qur’an
merupakan kata jadian dari kata dasar “qara’a”
(membaca) sebagaimana kata rujhan dan gufrhan.
Sedangkan menurut istilah ialah Kalam Allah yang
diturunkan kepada Nabi-Nya, Muhammad, yang lafat -
lafat nya mengandung mukjizat, membaca, mempunyai
nilai ibadah, yang diturunkan secara mutawatir, dan
yang ditulis pada mushaf, mulai awal surat Al-Fatihah
sampai akhir surat An-Nash.
• Al-Qur’an merupakan risalah Allah SWT yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Untuk
pedoman hidup manusia dan juga sebagai mukjizatnnya
serta sebagai bukti ke Rasulannya. Dan sejarah
penulisan Al-Qur’an seperti yang kita baca saat ini
merupakan atas kehendak para sahabat Nabi.