Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat menerbitkan Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Pertambangan yang mewajibkan pemerintah untuk mempublikasikan data dan informasi pertambangan serta memberikan ruang bagi masyarakat untuk berpartisipasi dalam pengawasan pertambangan. Meski merupakan langkah positif, masih diperlukan aturan turunan untuk memperjelas pelaksanaannya.
Oil and Gas Industry & The Challenges of Corruption Prevention in Indonesia
Newsletter - Open Contracting - Mei 2020
1. Newsletter Open Contracting 1
Peran dan Partisipasi Masyarakat dalam
Pengawasan Pertambangan di Provinsi NTB
Buka Informasi dan Ruang Partisipasi:
Langkah Awal Tingkatkan Kualitas Hidup
Warga Sekitar Tambang
Meliana Lumbantoruan dan Johan Rahmatullah | Halaman 2
Liputan Media
NTB Menerapkan Kebijakan Satu Data,
Ciptakan Birokrasi Bersih
Halaman 16
Liputan Media
Keterbukaan Kontrak dan Izin Sektor
Ekstraktif Perlu Keseriusan Pemerintah
Halaman 18
Aturan Teknis Perda Pertambangan NTB,
Perlukah?
Meliana Lumbantoruan | Halaman 5
Inovasi Keterbukaan: Penyusunan DIP Tema-
tik Sektor Pertambangan dan Lingkungan
Hidup di Provinsi NTB
Meliana Lumbantoruan | Halaman 13
NTB dan Aceh Cerita Inisiatif Kebijakan
Satu Data
Meliana Lumbantoruan dan Wicitra | Halaman 7
Newsletter
Open Contracting
Seri Mei 2020
2. 2 Newsletter Open Contracting
Oleh: Meliana Lumbantoruan dan Johan Rahmatullah
Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB)
menerbitkan Peraturan Daerah (Perda) Nomor 9
Tahun 2019 tentang Pengelolaan Pertambangan
Mineral dan Batu Bara pada September, 2019. Da-
lam peraturan tersebut, Pemerintah memasukkan
ketentuan yang mengatur tentang data dan sistem
informasi pertambangan. Pemerintah Provinsi NTB
juga menjamin ruang bagi publik untuk berpartisi-
pasi melakukan pengawasan terhadap operasional
pertambangan di wilayahnya. Dua klausul ini me-
rupakan jawaban atas persoalan-persoalan men-
dasar yang dialami masyarakat yang hidup di se-
kitar tambang, diantaranya adalah minimnya akses
informasi dan ruang partisipasi.
Buka Informasi dan Ruang Partisipasi:
Langkah Awal Tingkatkan Kualitas Hidup
Warga Sekitar Tambang
Illustrasi: http://lombokita.com/warga-pohgading-demo-kadesnya-soal-penolakan-pasir-besi/
3. Newsletter Open Contracting 3
Gambar: Data Izin Pertambangan dan Kemiskinan di Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2019.
Infografis oleh: penulis
Aktivitas pertambangan, baik tambang logam dan
non-logam cukup marak di Provinsi Nusa Tengga-
ra, termasuk penambangan pasir besi dan pasir
laut di pesisir pantai di Kabupaten Lombok Timur
dan Lombok Tengah. Sayangnya, potensi pertam-
bangan ini belum berhasil meningkatkan kualitas
hidup warga. Kerusakan lingkungan yang ditim-
bulkan justru menjadikan warga sekitar tambang
sebagai pihak yang paling dirugikan.
Di Kabupaten Lombok Timur misalnya, aktivitas
penambangan pasir berdampak signifikan terha-
dap pendapatan para nelayan. Koalisi Anti-Mafia
Tambang menyebutkan, limbah hasil pertambang-
an merusak ekosistem dan mematikan mikroor-
ganisme laut yang menjadi sumber pakan ikan.
Semakin sedikit jumlah ikan, tentu semakin kecil
pula pendapatan para nelayan. Para nelayan pun
terpaksa mengeluarkan ongkos melaut lebih be-
sar agar bisa menangkap ikan sampai ke wilayah
di provinsi tetangga, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Para nelayan atau warga sekitar tambang ten-
tu dapat menyampaikan aspirasi mereka kepada
pejabat setempat jika menemukan tambang yang
tidak mendukung hidup mereka secara layak se-
perti warga di Kabupaten Lombok Timur. Selain
turun ke jalan, upaya lain yang bisa warga lakukan
adalah dengan mengakses informasi izin usaha
pertambangan untuk memantau kegiatan pertam-
bangan di wilayah mereka.
4. 4 Newsletter Open Contracting
Sayangnya, menurut Solidaritas Masyarakat untuk
Transparansi NTB (SOMASI NTB), banyak warga
enggan berhadapan langsung secara perorangan
dengan perusahaan tambang karena takut menja-
di korban kriminalisasi dan kekerasan seperti du-
gaan yang dialami aktivis lingkungan di Kabupaten
Lombok Tengah.
Johan, peneliti SOMASI NTB, menjelaskan, tan-
pa informasi yang memadai, warga tak akan tahu
kewajiban-kewajiban perusahaan tambang dan
batasan-batasan yang harus mereka patuhi. Dam-
paknya, warga pun tidak bisa mengawasi apakah
perusahaan sudah memenuhi kewajibannya atau
justru melanggar batasan yang telah disepakati.
Dengan begitu, warga juga bisa melapor kepada
pemerintah atau pihak berwenang jika perusahaan
melanggar izin dan merugikan kehidupan mereka.
Merespon masalah itu, Koordinator Badan Peker-
ja SOMASI NTB Dwi Arie Santo pun mengusulkan
kepada pemerintah Provinsi NTB untuk memasuk-
kan aspek keterbukaan informasi dan partisipasi
publik ke dalam Peraturan Daerah (Perda) tentang
Pengelolaan Pertambangan Mineral dan Batubara.
Inisiasi tersebut ia sampaikan saat acara konsul-
tasi publik rancangan perda itu pada Mei 2019. Tak
berhenti di situ, dia mengatakan, “komunikasi in-
tensif dan non-formal dengan tim penyusun dan
dinas-dinas terkait terus dilakukan [SOMASI NTB]
sampai akhirnya perda disahkan pada 11 Septem-
ber 2019.”
Berkat kegigihan SOMASI NTB, di dalam Perda
Nomor 9 Tahun 2019 ini, ada ketentuan khusus
tentang data dan sistem informasi pertambangan.
Ketentuan ini mewajibkan pemerintah untuk me-
nerbitkan informasi dan data pertambangan apa
saja yang mereka miliki. Pemerintah juga harus
mempublikasikan nama-nama organisasi perang-
kat daerah yang menjadi pemilik data. Hal ini akan
mempermudah warga dalam memperoleh infor-
masi pertambangan untuk bekal melakukan peng-
awasan. OPD pun tak bisa lagi berkelit dan menga-
takan tak punya data jika diminta warga.
Selain itu, ada juga ketentuan yang menjamin hak
warga untuk berpartisipasi mengawasi aktivitas
tambang. Peraturan ini menjamin hak warga jika
ingin mengadukan perusahaan tambang yang
merusak lingkungan dan mengancam kehidupan
mereka. Misalnya, warga di pesisir pantai bisa me-
lapor ke pemerintah jika aktivitas pertambangan
pasir di wilayahnya menyebabkan turunnya tang-
kapan ikan mereka.
Meski upaya SOMASI NTB membuahkan ha-
sil signifikan, upaya untuk mendorong perbaikan
tata kelola pertambangan di Provinsi NTB belum
selesai. Masih ada sejumlah aspek yang belum
diakomodir di dalam peraturan ini. Meliana Lum-
bantoruan, Manajer Riset dan Pengelolaan Penge-
tahuan PWYP Indonesia mengatakan, setidaknya
ada dua poin yang harus dimasukkan ke dalam
Perda yang baru disahkan tersebut. Poin pertama
adalah perlindungan bagi warga yang melaporkan
penyimpangan aktivitas pertambangan. Meliana
mengatakan, hal itu penting untuk mencegah kri-
minalisasi dan persekusi terhadap warga dan juga
kelompok masyarakat sipil yang melakukan aduan.
5. Newsletter Open Contracting 5
Poin kedua, pemerintah juga perlu merincikan per-
syaratan yang harus warga penuhi sebelum mere-
ka melakukan aduan. “Jangan sampai, nanti saat
warga melakukan pengaduan tapi ngga ditindak-
lanjuti sama pemerintah karena bukti atau persya-
ratannya kurang,” pungkasnya.
Oleh: Meliana Lumbantoruan
Aturan Teknis Perda Pertambangan NTB,
Perlukah?
Diberlakukannya Peraturan Daerah Provinsi Nusa
Tenggara Barat No. 9 Tahun 2019 tentang Penge-
lolaan Pertambangan Mineral dan Batubara, me-
rupakan suatu langkah yang positif sebagai dasar
dalam mengambil setiap kebijakan di sektor per-
tambangan, karena sudah memasukkan penga-
turan atas pengelolaan data dan sistem informasi
pertambangan serta memberikan ruang partisipa-
si bagi masyarakat di sektor pertambangan.
Salah satu catatan untuk melaksanakan Perda
tersebut, yakni adanya kebutuhan akan aturan tu-
runan dan atau petunjuk pelaksanaan teknis un-
tuk mempermudah dan memperjelas pelaksanaan
perda tersebut. Sebagai contoh misalnya, dalam
Pasal 75 ayat (1) disebutkan bahwa untuk penda-
taan dan informasi geografis pertambangan mine-
ral dan batu bara diselenggarakan oleh Gubernur,
selanjutnya dalam ayat (3) disebutkan pendataan
tersebut dilakukan melalui inventarisasi, penyeli-
dikan dan penelitian serta eksplorasi. Pelaksanaan
seluruh proses dan implemetasi pendataan terse-
but dilakukan oleh perangkat daerah yang membi-
dangi urusan energi dan sumber daya mineral dan
batubara, yang sudah ditentukan dalam Pasal 76.
6. 6 Newsletter Open Contracting
Artinya, aturan turunan dari Perda Pertambangan
menjadi salah satu hal yang harus segera disiap-
kan oleh pemerintah Provinsi NTB.
Melihat pentingnya perda pertambangan Provinsi
NTB ini untuk mendukung perbaikan tata kelola
pertambangan di NTB, maka pada tanggal 12 No-
vember 2019, diadakan diskusi terfokus terkait tata
laksana aturan perturan pertambangan di Provinsi
NTB, yang dihadiri oleh Dinas ESDM, Dinas Komin-
fotik, Komisi Informasi, akademisi dan mahasis-
wa, juga Komunitas masyarakat dari Lombok Ba-
rat dan Lombok Tengah. Tujuan dilaksanakannya
diskusi ini adalah untuk memetakan aturan sektor
pertambangan, beserta dengan potensi loopho-
les-nya, mendiskusikan formulasi aturan sektor
pertambangan guna menjamin kepastian hukum
bagi semua pihak dalam tata kelola pertambang-
an di NTB, serta untuk menyusun langkah- lang-
kah strategis untuk memastikan transparansi dan
akuntabilitas dalam perumusan dan pelaksanaan
aturan tata laksana sektor pertambangan oleh pe-
merintah Provinsi NTB.
Pada kesempatan tersebut, Kepala Dinas ESDM
Provinsi NTB, Muhammad Husni, menyatakan
bahwa “Perda tersebut terdiri atas 89 pasal, yang
nantinya akan ada 11 Pergub yang diatur, tapi ren-
cana kami pergub-pergub itu akan disatukan, dan
kami di sini sangat terbuka dan akan mencatat se-
mua masukan atas Perda ini”.
Hal ini sejalan dengan komitmen pemerintah se-
cara nasional yang akan merampingkan aturan
– aturan termasuk peraturan daerah, agar tidak
terjadi aturan yang tumpang tindih satu dengan
yang lainnya. Hal senada juga disampaikan oleh
Kepala Biro Hukum Sekda Provinsi NTB, Ruslan
Abdul Gani, “kita didelegasikan untuk membuat
Perda yang menghindari bayaknya aturan turunan
berupa Pergub, apalagi sekarang dengan perintah
presiden langsung, semua peraturan yang serum-
pun akan dijadikan satu, termasuk kita di tingkat
daerah”, ujar Ruslan.
Perda Pertambangan yang baru disahkan pada
september 2019 ini akan disosialisasikan pada ta-
hun 2020, dan untuk pembahasan aturan teknis
turunan perda ini masih harus menunggu proses
pembahasan dan tahap-tahap penyusunan pergub
lainnya. Meliana Lumbantoruan, Program Manajer
PWYP Indonesia menyatakan “Jika tahun 2020
baru akan dimulai sosialisasi perda, maka target
untuk disahkannya Pergub bisa jadi tidak akan
rampung di tahun 2020. Hal ini berarti perjalanan
penyusunan aturan turunan perda pertambangan
NTB ini masih panjang, dan harus terus dikawal
agar harmonisasi dan kesinambungan antara per-
da dan aturan turunannya tetap selaras dan tidak
melenceng jauh”, tegas Meliana.
Proses sosialisasi perda, penyusunan aturan tu-
runan perda sejatinya haruslah dikawal oleh se-
mua pihak, khususnya masyarakat di Provinsi
NTB, agar kebijakan dan aturan yang diambil oleh
pemerintah memastikan tidak ada hak-hak masya-
rakat yang terlanggar, dan demi tercapainya tata
kelola pertambangan yang semakin baik di NTB.
7. Newsletter Open Contracting 7
Oleh: Meliana Lumbantoruan dan Wicitra
NTB dan Aceh Cerita Inisiatif Kebijakan
Satu Data
Pemerintahan yang terbuka akan meningkatkan
partisipasi aktif masyarakat terhadap jalannya
pemerintahan, serta mendorong terwujudnya bi-
rokrasi yang bersih dan melayani pemenuhan ke-
butuhan masyarakat. Oleh karena itu, keterbukaan
informasi dan data-data pembangunan yang va-
lid, lengkap dan akurat serta terintegrasi sangat
diperlukan sebagai salah satu instrumen penting
dalam mencapai pemerintahan yang terbuka dan
informatif. Melalui keterbukaan, akuntabilitas pe-
ngelolaan pemerintahan dapat terlaksana dengan
baik.
Urgensi kebijakan satu data sebenarnya telah di-
sadari oleh pemerintah baik tingkat pusat maupun
daerah. Hal tersebut semakin dipertegas dengan
terbitnya Peraturan Presiden No.39 Tahun 2019
tentang Satu Data Indonesia. Sebelum munculnya
perpres ini, beberapa pemerintah provinsi di Indo-
nesia sudah memulai inisiatif menjalankan kebi-
jakan satu data, di antaranya Pemerintah Provinsi
Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Provinsi Nangroe
Aceh Darussalam (NAD).
8. 8 Newsletter Open Contracting
Satu Data dan Pemerintahan Berbasis Elektronik
Pada diskusi publik bertema “Implementasi Satu
Data dalam Mendorong Praktik Pemerintahan
yang Terbuka” yang dilaksanakan oleh Publish
What You Pay (PWYP) Indonesia pada akhir Feb-
ruari lalu, hadir perwakilan dari Pemerintah Pro-
vinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Aceh untuk
berbagi cerita tentang implementasi Satu Data di
provinsi mereka masing-masing. Keduanya cukup
antusias menceritakan kondisi kebijakan satu data
serta teknologi informasi dan komunikasi di provin-
sinya masing-masing. Terlebih Provinsi NTB yang
pada akhir tahun 2019 lalu mendapat penghargaan
dari Komisi Informasi Pusat sebagai provinsi yang
informatif.
Yasrul, Kepala Bidang Pengelolaan TIK Provinsi
NTB, menyatakan bahwa “satu data itu sebagai
sebuah kebutuhan sekaligus tuntutan. Data yang
akurat merupakan komponen penting untuk me-
nentukan perencanaan, terlebih di era globalisasi
data yang masuk berlimpah. Satu data merupakan
solusi untuk memberikan data yang berkualitas
dan valid, serta dapat diakses oleh masyarakat”
tandas Yasrul.
Sementara itu, Hendri Dermawan, Kepala Bidang
Layanan E-Government Provinsi Aceh, turut me-
nambahkan bahwa “layanan pemerintah berba-
sis elektronik merupakan sebuah tuntutan dan
keharusan, dimana untuk memperluas pelayanan
pemerintah kepada masyarakatnya, maka layan-
an tidak bisa lagi hanya berdasarkan waktu kerja
pukul 08.00-17.00 akan tetapi seharusnya dapat
melayani selama 24 jam. Caranya yakni melalui
sistem online, dimana masyarakat bisa mengurus
perizinan di atas pukul 17.00” ungkapnya.
Salah satu komponen penting untuk mewujudkan
Satu Data adalah proses pengintegrasian data
dari sekian banyak Organisasi Perangkat Daerah
(OPD)/Instansi yang kemudian akan divalidasi
sampai akhirnya dipublikasi kepada masyarakat.
Berkaitan dengan hal ini, Pemerintah Provinsi Aceh
tercatat telah melakukan proses pengintegrasian
data sampai pada tingkat desa/gampong.
Hendri menjelaskan bahwa “tujuan integrasi ini
adalah untuk memaksimalkan pemanfaatan ang-
garan secara efisien dan efektif, karena di Aceh
terdapat 1.400-an desa yang artinya ada sejum-
lah milyar rupiah dana yang dikelola oleh desa. Hal
itu membuat pemerintah provinsi berpikir, jangan
sampai dana sebanyak itu hanya digunakan untuk
membuat aplikasi-aplikasi yang tidak berkelanjut-
an.” Ujar Hendri.
Kapasitas sumber daya manusia di tingkat desa
terhadap teknologi dan informasi juga masih ter-
batas dan belum optimal, sehingga lebih baik me-
manfaatkan aplikasi yang terintegrasi dari pusat
dan daerah. “Integrasi data sampai tingkat gam-
pong dengan menggunakan aplikasi menjadi so-
lusi untuk efisiensi implementasi program bantuan
pemerintah kepada masyarakat miskin, yakni me-
niadakan surat keterangan miskin bodong, yang
selama ini menjadi tantangan dalam implementasi
program-program pemerintah. Hal ini disebabkan
data NIK masyarakat miskin telah diintegrasikan
ke sistem informasi desa, sehingga kepala desa
9. Newsletter Open Contracting 9
bisa mengetahui jejak masyarakat yang sudah
atau belum mendapatkan bantuan melalui NIK di
aplikasi” tegas Hendri.
Hendri juga menjelaskan bahwa Pemerintah Pro-
vinsi Aceh juga memiliki kendala dan tantangan
dimana sebanyak 120 puskesmas dari 233 keca-
matan hanya memiliki akses 2G sehingga pemerin-
tah perlu memfasilitasi internet berbasis visat agar
proses integrasi data sampai level gampong lebih
optimal.
Satu Data dan Perbaikan Layanan Publik
Pemerintah Provinsi NTB dan Aceh dalam diskusi
tersebut mengenalkan beberapa aplikasi layan-
an publik yang selama ini digunakan di masing-
-masing provinsi. Di NTB misalnya ada NTB Care,
sebuah aplikasi yang bertujuan memberikan ke-
mudahan bagi masyarakat untuk melayangkan
pengaduan secara online. Yasrul menyampaikan
bahwa ”keluhan yang paling banyak masuk dalam
NTB Care adalah terkait infrastruktur, misalnya
masyarakat yang mengeluhkan jalan di daerah-
nya belum tertutupi aspal atau kesulitan mengak-
ses listrik, dan lainnya”. Yasrul juga menambahkan
bahwa “cara pemerintah merespon masyarakat
yakni jangan sampai didiamkan karena hal itu
mencerminkan kebijakan pemerintah. Meskipun
dalam upaya merespon masyarakat, pemerintah
provinsi memiliki kendala tersendiri dalam me-
nyortir dan memverifikasi pengaduan yang dapat
mereka tindaklanjuti, karena jumlah pengaduan
yang masuk mencapai ribuan serta perlu mencari
jawaban yang bersifat menenangkan masyarakat”
tegasnya.
Pemerintah Provinsi Aceh juga memiliki aplikasi
untuk melayani masyarakat yakni HABA. Hendri
menjelaskan bahwa “salah satu manfaat HABA
yakni menjadi salah satu solusi untuk menjawab
keluhan masyarakat khususnya masyarakat Pulau
Weh terkait jadwal kapal, yakni mengintegrasikan
data online dinas perhubungan terkait jadwal ka-
pal dalam HABA. Sejak diintegrasikan, keluhan dari
masyarakat berkurang” ungkap Hendri.
Di akhir diskusi, keduanya juga turut menyampai-
kan masukan untuk pemerintah pusat terkait ke-
bijakan satu data. Yasrul menyampaikan selama
ini banyak aplikasi dari pusat yang seolah-olah
turun dari langit. Akhirnya daerah hanya dijadi-
kan seperti operational entry saja, padahal daerah
juga butuh mengakses lebih luas data dari aplikasi
tersebut. Namun tidak semua aplikasi menyedia-
kan webservice-nya. Sementara menurut Hendri,
pemerintah pusat seharusnya bisa mengadop-
si aplikasi yang dibuat di daerah, karena daerah
lebih update dan berhubungan langsung dengan
masyarakatnya.
Implementasi satu data masih terus diupayakan
baik oleh pemerintah pusat maupun daerah dalam
rangka mengintegrasikan program pusat-daerah.
Dalam mencapai visi tersebut, kita bisa melihat
dari inisiatif-inisiatif yang sudah banyak di lakukan
di daerah, sehingga hal tersebut diharapkan dapat
menjadi akselerator yang akan mendorong lahir-
nya praktik-praktik baik lainnya demi keberlanjutan
pembangunan Indonesia kedepannya. (ML/WC).
10. 10 Newsletter Open Contracting
Oleh: Meliana Lumbantoruan dan Johan Rahmatullah
Peran dan Partisipasi Masyarakat dalam
Pengawasan Pertambangan di Provinsi NTB
Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) pada bulan
September tahun 2019 telah menetapkan Peratur-
an Daerah (Perda) Nomor 9 Tahun 2019 tentang
Pengelolaan Pertambangan Mineral dan Batuba-
ra (minerba). Perda No. 9 Tahun 2019 tersebut
menggantikan Perda Nomor 4 Tahun 2012 yang
isinya juga mengatur Pengelolaan Pertambangan
Minerba. Adapun tujuan pemerintah daerah me-
lakukan Revisi Perda No. 4 Tahun 2012 tersebut
karena harus melakukan penyesuaian dengan Un-
dang-Undang (UU) Nomor 23 Tahun 2014, yakni
tentang Pemerintah Daerah (pemda).
Dengan adanya UU Pemda tahun 2014 ini, maka
ada beberapa perubahan wewenang khususnya
terkait perizinan sektor pertambangan yang sebe-
lumnya ada di Kabupaten/Kota dan sekarang men-
jadi wewenang pemerintah provinsi. Di sisi lain,
Pemerintah Provinsi NTB juga melakukan revisi
Perda juga dalam rangka mengatur pengelolaan
pengusahaan minerba, menjamin efektifitas pelak-
sanaan dan pengendalian kegiatan usaha pertam-
bangan, meningkatkan dan mengoptimalkan kon-
tribusi pengusahaan minerba untuk pembangunan
daerah, menjamin manfaat pertambangan minerba
secara berkelanjutan dan berwawasan lingkungan,
11. Newsletter Open Contracting 11
serta menjamin kepastian hukum dalam pengusa-
haan pertambangan minerba.
Meliana Lumbantoruan, Program Manager PWYP
Indonesia menekankan bahwa “setiap perubahan
peraturan dan kebijakan yang dilakukan pemerin-
tah, maka masyarakat berhak untuk mendapatkan
informasi dan pemberitahuan baik dalam proses
penyusunan, implementasi serta dapat turut serta
dalam proses pengawasan implementasi kebijakan
tersebut”. Meliana menambahkan “untuk itu, ketika
pemerintah Provinsi NTB mengeluarkan peraturan
dan kebijakan yang baru, maka pemerintah Provin-
si NTB harus segera melakukan sosialisasi kepada
masyarakat. Apabila menyangkut dengan pertam-
bangan minerba, maka semua pemangku kepen-
tingan dalam sektor tersebut mulai dari birokrasi
terkait, sektor swasta termasuk pula masyarakat
sekitar tambang sebagai masyarakat terdampak
dari aktivitas pertambangan harus mendapatkan
sosialisasi yang memadai, agar tidak terjadi asi-
metris informasi”, imbuhnya.
Dalam Perda No. 9 Tahun 2019 diatur peran dan
parstisipasi masyarakat dalam pengelolaan per-
tambangan minerba. Dalam Pasal 78 secara jelas
memberikan ruang partisipasi kepada masyarakat
dalam berbagai hal di sektor pertambangan. Parti-
sipasi masyarakat yang diatur dalam Perda terse-
but yakni: berperan serta dalam pengelolaan per-
tambangan mineral dan batubara dengan menjaga
dan memelihara lingkungan hidup; memberikan
informasi, saran, dan pendapat dalam pengelolaan
pertambangan mineral dan batubara; melaporkan
kejadian kerusakan dan pengerusakan di sekitar
wilayah pertambangan yang diduga diakibatkan
langsung oleh aktivitas pertambangan; dan mela-
porkan kegiatan pertambangan tanpa izin.
Johan Rahmatulloh, Koordinator Lokal Proyek, me-
ngatakan “dengan diaturnya peran dan partisipasi
masyarakat dalam perda pertambangan tersebut,
maka masyarakat harus mendapatkan sosialisasi
yang memadai, khususnya kepada masyarakat se-
kitar tambang. Dengan demikian, masyarakat juga
menjadi tahu dan harapan agar masyarakat terli-
bat dalam pengawasan pertambangan juga dapat
dilaksanakan secara baik” Ujar Johan.
Melihat substansi pada perda tersebut khusus-
nya yang memberikan ruang kepada masyarakat
untuk berpartisipasi dalam segala hal di kegiatan
pertambangan ini, kemudian Publish What You Pay
(PWYP) Indonesia bersama dengan Somasi NTB
melakukan diskusi untuk membedah isi dari Per-
da No. 9 Tahun 2019 tersebut dengan masyarakat
sekitar tambang.
Sosialisasi dilaksanakan di Desa Taman Ayu, Ke-
camatan Gerung, Kabupaten Lombok Barat pada
tanggal 16 Oktober 2019, dengan tema “Kupas
Tuntas Substansi Perda Pertambangan di NTB”.
Diskusi tersebut dihadiri oleh komunitas damping-
an dari Kabupaten Lombok Barat dan Kabupaten
Lombok Tengah. Yang menarik, dalam diskusi ter-
sebut tidak hanya dihadiri oleh komunitas dam-
pingan saja, namun juga dihadiri oleh para pemuda
desa serta tidak ketinggalan pula Kepala Desa dari
Taman Ayu juga turut serta dalam diskusi tersebut
dan membuka acara diskusi.
12. 12 Newsletter Open Contracting
Foto: Kepala Desa Taman Ayu, Kecamatan Gerung, Kabupaten Lombok Barat dalam acara sosialisasi
perda pertambangan yang diselenggarakan SOMASI NTB dan PWYP. (16/10/2019). Dok: SOMASI NTB
Tajudin, Kepala Desa Taman Ayu, dalam sambut-
annya sangat mengapresiasi kegiatan yang dilaku-
kan oleh Somasi NTB untuk memberikan penge-
tahuan kepada masyarakat. “Harapannya kegiatan
semacam ini tidak hanya dilakukan dan dilaksana-
kan dalam kegiatan-kegiatan yang formal seperti
ini, baiknya juga dilakukan dengan diskusi-diskusi
yang lebih santai”, ungkap Tajudin.
Tujuan diselenggarakannya diskusi ini adalah un-
tuk memberikan informasi kepada masyarakat
desa sekitar tambang terkait Perda No. 9 Tahun
2019, yang di dalamnya telah mengatur peran dan
partisipasi masyarakat, dan membedah pasal per
pasal agar para peserta diskusi mendapat gam-
baran yang cukup jelas terkait kebijakan yang
dikeluarkan oleh Pemerintah Provinsi NTB dalam
pengelolaan pertambangan. Selain itu, masyara-
kat juga mendapatkan gambaran terkait apa yang
menjadi hak dan kewajiban mereka sebagai warga
negara, serta meningkatkan kesadaran masyara-
kat untuk dapat berperan aktif dan bekerja sama
dengan pemerintah dalam melakukan pengawas-
an aktivitas pertambangan. Kegiatan ini merupa-
kan langkah awal untuk menambah pengetahuan
dan meningkatkan kesadaran masyarakat, ke de-
pannya diharapkan akan muncul partisipasi ak-
tif dan keberanian masyarakat khususnya dalam
melaporkan potensi maupun pelanggaran, penge-
rusakan lingkungan serta kegiatan pertambang-
an tanpa izin yang ada di sekitar mereka kepada
pemda. Harapannya laporan-laporan tersebut
akan ditindaklanjuti oleh pemda guna memperbaiki
tata kelola pertambangan di Provinsi NTB.
13. Newsletter Open Contracting 13
Oleh: Meliana Lumbantoruan
Inovasi Keterbukaan: Penyusunan DIP Te-
matik Sektor Pertambangan dan Lingkung-
an Hidup di Provinsi NTB
Sejak pelaksanaan otonomi daerah tahun 2001,
upaya perbaikan penyelenggaraan pemerintahan
terus berlangsung dengan segala macam inovasi
yang diwujudkan dengan sebuah kebijakan pe-
merintahan yang baik dengan konsep Good Gov-
ernance. Salah satu kebijakan yang diambil oleh
pemerintah Indonesia dalam rangka mewujudkan
Tata Kelola Pemerintahan yang baik adalah de-
ngan dikeluarkannya Undang-Undang No. 14 Ta-
hun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik.
Salah satu amanat UU No 14 Tahun 2008 adalah
seluruh kegiatan yang berhubungan dengan pe-
nyelenggaraan pemerintahan dan pengelolaan
negara harus terbuka pada semua tingkatan dan
dapat diawasi oleh publik dengan membuka dan
menyediakan data dan informasi kepada publik
dengan lengkap, valid dan akurat.
Meskipun UU 14 tahun 2008 sudah diimplementa-
sikan selama 12 tahun terakhir, namun implemen-
14. 14 Newsletter Open Contracting
tasinya masih belum sepenuhnya terlaksana de-
ngan baik oleh badan publik. Salah satunya, masih
banyak badan publik yang hanya menonjolkan cit-
ra diri pada bidangnya sendiri yakni meski sudah
memiliki website, namun kebanyakan hanya me-
nyampaikan informasi kegiatan yang ada di lem-
baganya. Sehingga masih menonjolkan citra diri
pemerintah atau lembaga; permintaan informasi
yang dilakukan masyarakat prosesnya masih ber-
tele-tele sehingga masih banyak terjadi sengketa
keterbukaan informasi publik; belum tersedianya
Daftar Informasi Publik (DIP) sehingga informasi
yang dibutuhkan masih tidak mudah diakses ma-
syarakat, padahal akses informasi itu harus bersi-
fat efisien, cepat dan murah.
Pada akhir tahun 2019, Provinsi NTB mendapatkan
predikat sebagai Badan Publik Informatif dengan
kualifikasi tertinggi. Penghargaan ini tidak terle-
pas dari kebijakan dan inovasi pemerintah Provinsi
NTB dalam membuka informasi ke publik, anta-
ra lain dengan keberadaan kanal-kanal informasi
seperti NTB Care, NTB Gemilang, dan Portal NTB
Satu Data.
I Gede Putu Aryadi, Kadiskominfotik Provinsi NTB
menyatakan bahwa “komitmen pemerintah Provin-
si NTB untuk mengimplementasikan pemerintahan
yang terbuka memang tinggi, terlihat dari keseri-
usan dalam mewujudkannya NTB Satu Data, yang
harapannya dapat memudahkan masyarakat untuk
mencari dan mendapatkan informasi yang mereka
butuhkan,” ujarnya.
Bahkan, wagub kami menginstruksikan untuk
memberdayakan sumber daya manusia (SDM)
atau kader-kader posyandu sebagai lini terde-
pan dalam pengumpulan data dan informasi guna
mempercepat terwujudnya NTB Satu Data.
Meliana Lumbantoruan, Program Manager PWYP
Indonesia, menekankan bahwa “sejalan dengan
komitmen pemerintah NTB, maka penting untuk
terus mengawal dan mendorong dilakukan pemut-
akhiran data dan informasi yang akan disediakan
ke masyarakat. Sebagai contoh, untuk sektor per-
tambangan, dalam NTB Satu Data masih belum
banyak data dan informasi yang dipublikasi oleh
pemerintah, ditambah juga datanya masih banyak
yang belum dimutakhirkan”, ungkap Meliana.
Dalam rangka mendorong pemutakhiran data dan
informasi sektor pertambangan di Provinsi NTB,
maka salah satu langkah yang penting dilakukan
adalah dengan menyusun DIP tematik dan sekto-
ral, termasuk diantaranya menyusun DIP Sektor
Pertambangan.
Berkaitan dengan hal tersebut, PWYP Indone-
sia dan SOMASI NTB telah memfasilitasi work-
shop penyusunan DIP sektor pertambangan di
Provinsi NTB. Workshop yang dilaksanakan sela-
ma dua hari ini, 30-31 Januari 2020 di Mataram
ini, dihadiri oleh pejabat dan staf teknis dari Dinas
EDSM Provinsi NTB, Dinas LHK Provinsi NTB, Di-
nas LH Kabupaten Lombok Tengah, Diskominfotik
Provinsi NTB, Ombudsman Perwakilan NTB, Komi-
15. Newsletter Open Contracting 15
si Informasi Provinsi NTB, dan beberapa perwakil-
an organisasi masyarakat sipil di NTB seperti Fitra
NTB dan Walhi NTB.
Workshop ini bertujuan untuk melakukan inventa-
risasi data dan Informasi sektor Pertambangan di
Provinsi Nusa Tenggara Barat yang akan diguna-
kan sebagai bahan utama dalam penyusunan DIP
Tematik sektor pertambangan di Provinsi NTB.
Selain itu, harapannya dari workshop ini dapat di-
hasilkan draf DIP Sektor pertambangan di Provinsi
NTB sesuai dengan peraturan perundang-undang-
an yang komperehensif.
Sebagaimana yang diharapkan sebagai target
workshop, selama dua hari melakukan workshop,
maka dihasilkanlah draf DIP Sektor Pertambangan
dan Lingkungan Hidup di Provinsi NTB. Draf DIP
ini nantinya masih harus menunggu memo kepala
dinas untuk mengesahkannya. Dengan adanya DIP
Tematik Sektor Pertambangan dan Lingkungan Hi-
dup ini, pemerintah Provinsi NTB dapat menjadi-
kannya sebagai inovasi kebijakan dan rujukan juga
untuk direplikasi pada sektor-sektor lainnya.
Koordinator SOMASI NTB, Dwi Arie Santo menya-
takan bahwa “penyusunan draf DIP ini sudah me-
rupakan langkah maju yang harus diapresiasi, di
mana pemerintah NTB terbuka untuk melakukan
kolaborasi dan menerima masukan dari masyara-
kat sipil, guna mewujudkan NTB Gemilang” tukas-
nya. Jalan menuju pemerintahan terbuka, Komit-
men Kebijakan NTB Satu Data masih panjang,
untuk itu tetap diperlukan kolaborasi semua pihak
untuk mengawal proses pelaksanaannya.
16. 16 Newsletter Open Contracting
Mataram (ANTARA) - Pemerintah Provinsi Nusa
Tenggara Barat terus berupaya menerapkan kebi-
jakan satu data untuk menciptakan birokrasi yang
bersih dan melayani.
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Komunikasi In-
formatika dan Statistik Provinsi NTB, I Gede Putu
Aryadi di Mataram, Rabu, mengatakan mewujud-
kan birokrasi bersih dan melayani diperlukan ke-
terbukaan informasi.
Pemerintahan yang terbuka akan mendorong ter-
wujudnya partisipasi dan membangun kepercaya-
an masyarakat terhadap pemerintah.
Ketersediaan data- data pembangunan yang valid,
lengkap dan akurat serta terintegrasi menjadi sa-
lah satu instrumen penting dalam mencapai sebu-
ah pemerintahan yang terbuka dan informatif.
"Pemerintah terus berupaya optimal dalam me-
ningkatkan kualitas sumber data yang dihasilkan.
Melalui NTB satu data, sebagai gerbang data induk
yang dihimpun dari seluruh Organisasi Perangkat
Daerah (OPD), diharapkan mampu menyajikan
data dan informasi yang dibutuhkan masyarakat
tentang pembangunan di NTB secara digital," ka-
tanya.
Ia menekankan pentingnya menyajikan data yang
lengkap dan akurat sehingga dalam merancang
program unggulan berbasis data oleh pemerintah
daerah, data yang dihasilkan bisa lebih valid.
Liputan Media
NTB Menerapkan Kebijakan Satu Data,
Ciptakan Birokrasi Bersih
Kepala Dinas Kominfotik Provinsi NTB, I Gede Putu Aryadi.
(ANTARA/Nur Imansyah).
17. Newsletter Open Contracting 17
"Data-data terkait urusan kebijakan, data terka-
it dengan tugas dan fungsi yang ada di masing-
-masing perangkat daerah harus sudah siap. Jadi,
ketika pemda mengambil kebijakan, datanya va-
lid," katanya.
Sementara, Kepala Bidang Integrasi Pengolahan
dan Diseminasi Statistik BPS NTB Anang Zakaria
menjelaskan data statistik sektoral yang valid, di-
hasilkan dari proses analisis yang cermat didukung
data survei yang memadai.
Untuk itu, pihaknya selaku instansi pembina, siap
membantu perangkat daerah untuk mengonsoli-
dasikan terwujudnya validitas data sektoral terse-
but.
NTB satu data ini dikelola bidang statistik pada
Dinas Komunikasi Informatika dan Statistik (Disko-
minfotik) Provinsi NTB.
Ia mengatakan, NTB satu data ini adalah perbaikan
tata kelola data pemerintah yang diselenggarakan
melalui prinsip satu standar data, satu metadata,
keterbukaan dan aksesibilitas data sebagai dasar
perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, dan pengen-
dalian pembangunan.
Hal ini sejalan dengan misi kedua gubernur dan
wakil gubernur NTB H Zulkieflimansyah dan Hj Sitti
Rohmi Djalilah, yakni birokrasi bersih dan melayani.
Ini masuk dalam 52 indikator kinerja pemerin-
tah yang tertuang dalam Rencana Pembangun-
an Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi
NTB 2019-2023.
Dalam berbagai kesempatan, kata dia, gubernur
juga kerap menyinggung bagaimana bekerja harus
mengacu data yang valid dan lengkap sehingga
dalam merencanakan proses pembangunan, arah
kebijakan yang dihasilkan bisa tepat sasaran dan
fokus.
Ketersediaan data ini juga menjadi poin penting
sebagai perwujudan dari visi NTB gemilang. NTB
satu data menyajikan data sektoral yang dibutuh-
kan apabila statistik dasar belum mampu menja-
wab masalah pembangunan daerah.
Cakupan NTB satu data, yakni data statistik, data
geospasial, dan data sektoral. Data tersebut bisa
didapatkan masyarakat hanya dengan mengakses
portal NTB satu data yakni data.ntb.prov.go.id.
Kepala Bidang Statistik Agung Pramuja juga mene-
kankan data merupakan sumber awal dari sebuah
perencanaan sehingga jika data yang disuguhkan
tidak akurat dan valid, otomatis perencanaannya
juga akan menjadi keliru.
"Kalau melihat gambaran data selama ini, harapan
kami ke depan kita sebagai penyedia data harus
lebih mendalami lagi," katanya.
Jumlah data sektoral yang masuk dalam portal
NTB satu data hingga 17 Juni 2019 berdasarkan
jenis data mencapai 1.422, terdiri dari data sosi-
al 850, ekonomi 350 dan data sumber daya alam
serta infrastruktur sebanyak 222 data.
(Penulis: Nur Imansyah, dimuat di media mataram.antar-
anews.com pada 19 Juni 2020)
18. 18 Newsletter Open Contracting
Liputan Media
Keterbukaan Kontrak dan Izin Sektor
Ekstraktif Perlu Keseriusan Pemerintah
“10 tahun UU KIP, keterbukaan izin industri ek-
straktif masih harus diperbaiki”
Koordinator Nasional Publish What You Pay Mar-
yati Abdullah mengatakan, keterbukaan kontrak
dan perizinan bidang industri ekstraktif di Indone-
sia memerlukan kemauan dan keseriusan pemerin-
tah dalam menjalankan regulasi.
“Sepuluh tahun UU Keterbukaan Informasi Publik
(KIP), tapi masih banyak yang harus diperbaiki.
Hal ini bukan hanya masalah keterbukaan infor-
masi yang diselesaikan melalui media di Komisi
Informasi (KI), tetapi kerangka hukum kita harus
diperbaiki,” jelas Maryati dalam webinar "Keterbu-
kaan Kontrak dan Izin di Indonesia” pada Selasa
(30/6/2020).
Oleh karena itu, KI harus memberikan edukasi ke-
pada badan publik (khususnya terkait perizinan in-
dustri ekstraktif) mengenai layanan informasi. Se-
lain itu, harus ada evaluasi yang untuk mengukur
transparansi keterbukaan informasi publik.
Senada, peneliti PSHK Giri Ahmad Taufik memam-
parkan, hingga kini baru 21 persen badan publik
yang menjalankan mandat keterbukaan informasi
berdasarkan UU KIP. Sedangkan 77 persen lainnya
belum menjalankan amanat tersebut.
Di kesempatan itu, Giri juga menyoroti terjadi gap
yang signifikan dalam tata kelola industri ekstrak-
tif Indonesia. Berdasarkan penilaian Resource Go-
vernance Index, Indonesia hanya mendapatkan
66 skor pelaksanaan dari 80 skor sesuai kerangka
hukum.
Ilustarasi: Pixabay.com
19. Newsletter Open Contracting 19
Tuntutan Transparansi
Aktivis koalisi Freedom of Information Network
Indonesia (Foini), Dessy Eko Prayitno menyata-
kan, tuntutan akan keterbukaan kontrak di sektor
industri ekstraktif saat ini semakin besar, baik di
tingkat nasional maupun internasional.
Persoalannya, seringkali pemerintah gamang un-
tuk membuka kontrak, karena kerangka hukumnya
dianggap belum memadai.
Untuk itu, Dessy menyarankan agar badan publik
mulai membuka kontrak migas dan minerba secara
bertahap. Jika diperlukan, pemerintah dapat me-
nyusun regulasi payung untuk melaksanakan ke-
terbukaan kontrak dan berkoordinasi dengan pe-
mangku kebijakan.
Senada, Koordinator Fitra Riau Triono Hadi mene-
gaskan, transparansi kontrak/izin sudah menjadi
kesepakatan global. “Aspek ini diatur dalam stan-
dar EITI sejak 2013 sampai 2019, namun Indonesia
belum melaksanakannya,” jelas Triono.
Dengan demikian, EITI Standar 2019 menjadi pelu-
ang untuk mendorong pemerintah membuka kon-
trak, dengan menyelesaikan tantangan yang ada.
Informasi BO
Akademisi Choky Ramadhan mendesak pemerin-
tah untuk membuka informasi Beneficial Owners-
hip atau BO secara mudah dan murah kepada pub-
lik. Hal itu bisa dilakukan dengan mengoptimalkan
portal pengadaan publik dengan menjamin keter-
sediaan, akses, dan keterbukaan segala informasi
yang penting.
“Pemerintah akan mendapatkan dua manfaat se-
kaligus dengan membuka informasi BO, yaitu pe-
negakan hukum–pencegahan TPPU (Tindak Pida-
na Pencucian Uang) dan optimalisasi penerimaan
pajak,” jelas Choky.
Untuk hal itu, dia menyarankan pemerintah untuk
melakukan inisiatif sectoral risk assessment anta-
ra Kementerian Hukum dan HAM bersama dengan
PPATK terhadap sektor minyak, gas, dan tambang
untuk mendorong kepatuhan terhadap pengung-
kapan BO dan keterbukaan kontrak.
(Penulis: Yenglis, dimuat di media Infoanggaran.com pada
2 Juli 2020)
20. 20 Newsletter Open Contracting
Publish What You Pay (PWYP) Indonesia merupakan lembaga koalisi nasional yang concern pada
transparansi, akuntabilitas, perbaikan tata kelola ekstraktif, pertambangan, dan sumber daya alam.
Berdiri sejak tahun 2007, dan terdaftar sebagai badan hukum Indonesia sejak tahun 2012 dengan
nama Yayasan Transparansi Sumberdaya Ekstraktif, dan terafiliasi dalam kampanye Publish What
You Pay di tingkat global. PWYP Indonesia mendorong transparansi dan akuntabilitas di sepanjang
rantai sumberdaya ekstraktif, dari tahap pengembangan kontrak dan operasi pertambangan (pub-
lish why you pay and how you extract), tahap produksi dan pendapatan dari industri (publish what
you pay), hingga tahap pengeluaran pendapatan untuk pembangunan berkelanjutan dan kesejah-
teraan sosial (publish what you earn and how you spent).
Newsletter Open Contracting ini disusun oleh Tim dari kantor sekretariat nasional Publish What
You Pay Indonesia bersama dengan SOMASI NTB. Dicetak atas dukungan hibah tidak mengikat
dari Hivos melalui Program Open Contracting. Isi merupakan tanggung jawab Publish What You
Pay Indonesia dan tidak mencerminkan pendapat dan sikap dari Hivos.
Alamat
Jl. Tebet Timur Dalam VIII K No. 12, RT 001/009,
Tebet Timur, Tebet, Kota Jakarta Selatan, DKI
Jakarta 12820
Social Media
pwypindonesia — Instagram
pwyp_indonesia — Twitter
Publish What You Pay Indonesia — Facebook
Publish What You Pay Indonesia — Linkedin
Kontak
sekretariat@pwypindonesia.org — Email
www.pwypindonesia.org — Website
Publish What You Pay Indonesia
[Yayasan Transparasi Sumberdaya Ekstraktif]