SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 29
Downloaden Sie, um offline zu lesen
Disampaikan dalam Konferensi Tata Kelola Sumberdaya Ekstraktif,
“Extracting the Future: Menata Sumberdaya Ekstraktif untuk
Pembangunan Berkelanjutan.”
Jakarta, 17 November 2015
KEBIJAKAN DAN MEKANISME PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG
NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH TERKAIT
DESENTRALISASI DAN PERIZINAN SDA
DR. KURNIASIH, SH, M.Si
DIREKTUR PRODUK HUKUM DAERAH
DIREKTORAT JENDERAL OTONOMI DAERAH
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
.......Kemudian dari pada itu untuk membentuk
suatu Pemerintah Negara Indonesia yang
melindungi segenap bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka
disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia
itu dalam suatu Undang-undang Dasar Negara
Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan
Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan
rakyat dengan berdasar kepada Ketuhanan Yang
Maha Esa.
PEMBUKAAN UUD 1945
DESENTRALISASI DLM KORIDOR UU PEMDA
Pasal 133
Ketentuan peraturan perundang-undangan yang
bertentangan dan/atau tidak sesuai dengan
undang-undang ini, diadakan penyesuaian.
UU 22 THN
1999
UU 32 THN
2004
UU 23 THN
2014
Pasal 237
Semua ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berkaitan secara langsung dengan daerah otonom wajib
mendasarkan dan menyesuaikan pengaturannya pada
Undang-Undang ini.
Pasal 407
Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku, semua
peraturan perundang-undangan yang berkaitan secara
langsung dengan Daerah wajib mendasarkan dan
menyesuaikan pengaturannya pada Undang-Undang ini.
Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas
daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi itu
dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap
provinsi, kabupaten, dan kota itu mempunyai
pemerintahan daerah, yang diatur dengan undang-
undang.
Pasal 18 ayat 1 UUD 1945
ARTICLE 1 Const. 1945
INDONESIA IS A UNITARY STATE
ARTICLE 18 Const. 1945
NKRI DIVIDED INTO PROVINCIAL REGIONS AND AREAS OF THE PROVINCE IS
DIVIDED INTO REGENCY AND CITY, WHICH EACH PROVINCE, REGENCY, AND
THE CITY HAS ORGANIZED LOCAL GOVERNMENT LEGISLATION
7
N K R I
Province : 34
Regency : 415
City : 93
WITH LARGE AND SMALL ISLANDS
WITH DIVERSITY AND POPULATION
CULTURE AND CUSTOMS, RELIGION
AND NATURAL RESOURCES AND THE
WEALTHS
Considering Law No. 23/2014 on
Local Government
542 Autonomous
Regions
LATAR BELAKANG PEMBENTUKAN
UU NOMOR 23 TAHUN 2014
1. Menjamin efektivitas
penyelenggaraan pemerintahan
daerah dalam rangka meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.
2. Menata manajemen pemerintahan
daerah yang lebih responsif,
akuntabel, transparan dan efisien.
3. Menata keseimbangan tanggung
jawab antar tingkatan/susunan
pemerintahan dalam
menyelenggarakan urusan
pemerintahan.
4. Menata pembentukan daerah agar
lebih selektif sesuai dengan kondisi
dan kemampuan daerah.
5. Menata hubungan antara pusat dan
daerah dalam sistem Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
Menimbang:
......
b. bahwa penyelenggaraan
pemerintahan daerah diarahkan untuk
mempercepat terwujudnya
kesejahteraan masyarakat melalui
peningkatan pelayanan,
pemberdayaan, dan peran serta
masyarakat, serta peningkatan daya
saing daerah dengan memperhatikan
prinsip demokrasi, pemerataan,
keadilan, dan kekhasan suatu daerah
dalam sistem Negara Kesatuan
Republik Indonesia;
c. bahwa efisiensi dan efektivitas
penyelenggaraan pemerintahan
daerah perlu ditingkatkan dengan
lebih memperhatikan aspek-aspek
hubungan antara Pemerintah Pusat
dengan daerah dan antardaerah,
potensi dan keanekaragaman daerah,
serta peluang dan tantangan
persaingan global dalam kesatuan
sistem penyelenggaraan
pemerintahan negara;
8
KEKUASAAN PEMERINTAHAN
Pasal 5
Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan pemerintahan
sesuai dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945.
Kekuasaan Pemerintahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diuraikan dalam berbagai Urusan Pemerintahan.
Dalam menyelenggarakan Urusan Pemerintahan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), Presiden dibantu oleh menteri yang
menyelenggarakan Urusan Pemerintahan tertentu.
2
Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) di Daerah dilaksanakan berdasarkan asas
Desentralisasi, Dekonsentrasi, dan Tugas Pembantuan.
1
3
4
KEKUASAAN PEMERINTAHAN
Pasal 6
Pemerintah Pusat menetapkan kebijakan sebagai dasar
dalam menyelenggarakan Urusan Pemerintahan.
Pemerintah Pusat melakukan pembinaan dan pengawasan
terhadap penyelenggaraan Urusan Pemerintahan oleh
Daerah.
Presiden memegang tanggung jawab akhir atas
penyelenggaraan Urusan Pemerintahan yang dilaksanakan
oleh Pemerintah Pusat dan Daerah.
1
2
Pasal 7
URUSAN PEMERINTAHAN
KONKURENABSOLUT
PILIHAN
(8)
WAJIB
(24)
PELAYANAN
DASAR (6)
NON
PELAYANAN
DASAR (18)
S P M
1. PENDIDIKAN
2. KESEHATAN
3. PU DAN PR
4. PERUMAHAN
RAKYAT & KAW
PERMUKIMAN
5. TRAMTIBUM &
LINMAS
6. SOSIAL
dilaksanakan secara bertahap dengan mempertimbangkan kapasitas
keuangan daerah, sumber daya personil, dan ketersediaan sarana dan
prasarana.
Memprioritaskan
pelaksanaan urusan wajib
yang berkaitan dengan
pelayanan dasar
1. PERTAHANAN
2. KEAMANAN
3. AGAMA
4. YUSTISI
5. POLITIK LUAR
NEGERI
6. MONETER &
FISKAL
NSPK
PEMERINTAHAN
UMUM
1. Pembinaan wawasan
Kebangsaan dan Ketahanan
Nasional.
2. Pembinaan Persatuan dan
Kesatuan Bangsa.
3. Pembinaan kerukunan
antarsuku dan Intrasuku, umat
beragama, ras dan gol lainnya
4. Penanganan Konflik Sosial.
5. Koordinasi Pelaksanaan tugas
antar instansi pemerintahan
yang ada di Wilayah Daerah
Provinsi dan Kabupaten/Kota.
6. Pengembangan kehidupan
demokrasi berdasarkan
Pancasila.
7. Pelaksanaan semua Urusan
Pemerintahan yang bukan
merupakan kewenangan Daerah
dan tidak dilaksanakan oleh
Instansi Vertikal.
Pasal 17
Daerah berhak menetapkan kebijakan Daerah untuk
menyelenggarakan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan
Daerah.
Daerah dalam menetapkan kebijakan Daerah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), wajib berpedoman pada norma, standar,
prosedur, dan kriteria yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Pusat.
Dalam hal kebijakan Daerah yang dibuat dalam rangka penyelenggaraan
Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah tidak
mempedomani norma, standar, prosedur, dan kriteria sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), Pemerintah Pusat membatalkan kebijakan Daerah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
2
Apabila dalam jangka waktu 2 (dua) tahun sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 16 ayat (5) Pemerintah Pusat belum menetapkan norma, standar,
prosedur, dan kriteria, penyelenggara Pemerintahan Daerah melaksanakan
Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah.
1
3
4
KEPALA DAERAH
KEDUDUKAN GUBERNUR
WAKIL PEMERINTAH PUSAT
 Memimpin
pelaksanaan urusan
pemerintahan yang
mjd kewenangan
daerah provinsi
(dibiayai dari APBD)
 melaksanakan
tugas pembantuan
dari Pemerintah
Pusat (dibiayai
APBD)
 Melaksanakan pembinaan
dan pengawasan
penyelenggaraan
pemerintahan daerah
kabupaten/kota dan tugas
lain (Pasal 91)
 Melaksanakan tugas dan
wewenang lain selain yang
diatur dalam Pasal 91
Membentuk perda
Dibantu
perangkat daerah
Tidak membentuk perda
Dibantu perangkat gubernur
sbg wakil Pemerintah Pusat
Dibiayai APBN
Pelaksana
urusan
pemerintahan
umum (APBN)
13
Tidak membentuk
perda
Dibantu instansi
vertikal (kesbangpol
kemendagri)
Dibiayai APBN
Undang-Undang ini mulai berlaku
pada tanggal diundangkan.
Undang-Undang Nomor
UU 23 TAHUN 2014
Pendanaan Penyelenggaraan
Urusan Pemerintahan di Daerah
Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan yang menjadi
kewenangan Daerah didanai dari dan atas beban APBD.
Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan yang menjadi
kewenangan Pemerintah Pusat di Daerah didanai dari dan atas
beban APBN.
1
2
Pasal 282
Administrasi pendanaan penyelenggaraan Urusan Pemerintahan
yang menjadi kewenangan Daerah sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan secara terpisah dari administrasi pendanaan
penyelenggaraan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan
Pemerintah Pusat sebagaimana dimaksud pada ayat (2).
3
PERMENDAGRI NOMOR 52 TAHUN 2015
TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN
BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2016
PENYUSUNAN APBD TAHUN ANGGARAN 2016 DIDASARKAN PRINSIP
1
Sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan Urusan Pemerintahan
yang menjadi kewenangan daerah;
Tertib, taat pada ketentuan peraturan perundang-undangan, efisien,
ekonomis, efektif, bertanggung jawab dengan memperhatikan rasa
keadilan, kepatutan dan manfaat untuk masyarakat;
Tepat waktu, sesuai dengan tahapan dan jadwal yang telah
ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan;
Transparan, untuk memudahkan masyarakat mengetahui dan
mendapatkan akses informasi seluas-luasnya tentang APBD;
Partisipatif, dengan melibatkan masyarakat; dan
Tidak bertentangan dengan kepentingan umum, peraturan
perundang-undangan yang lebih tinggi dan peraturan daerah
lainnya.
2
3
4
5
6
LAMPIRAN PEMBAGIAN URUSAN
BIDANG KEHUTANAN
NO SUB URUSAN PEMERINTAH PUSAT DAERAH PROVINSI DAERAH
KABUPATEN/KOTA
1. Perencanaan Hutan a. Penyelenggaraan
inventarisasi hutan.
b. Penyelenggaraan
pengukuhan kawasan hutan.
c. Penyelenggaraan
penatagunaan kawasan
hutan.
d. Penyelenggaraan
pembentukan wilayah
pengelolaan hutan.
e. Penyelenggaraan rencana
kehutanan nasional.
-- --
2. Pengelolaan Hutan a. Penyelenggaraan tata hutan.
b. Penyelenggaraan rencana
pengelolaan hutan.
c. Penyelenggaraan
pemanfaatan hutan dan
penggunaan kawasan hutan.
d. Penyelenggaraan rehabilitasi
dan reklamasi hutan.
e. Penyelenggaraan
perlindungan hutan.
f. Penyelenggaraan
pengolahan dan
penatausahaan hasil hutan.
g. Penyelenggaraan
pengelolaan kawasan hutan
dengan tujuan khusus
(KHDTK).
a. Pelaksanaan tata hutan
kesatuan pengelolaan hutan
kecuali pada kesatuan
pengelolaan hutan konservasi
(KPHK).
b. Pelaksanaan rencana
pengelolaan kesatuan
pengelolaan hutan kecuali pada
kesatuan pengelolaan hutan
konservasi (KPHK).
c. Pelaksanaan pemanfaatan
hutan di kawasan hutan
produksi dan hutan lindung,
meliputi :
1) Pemanfaatan kawasan
hutan;
2) Pemanfaatan hasil hutan
bukan kayu;
--
NO SUB URUSAN PEMERINTAH PUSAT DAERAH PROVINSI DAERAH
KABUPATEN/KOTA
2. Pengelolaan Hutan 3) Pemungutan hasil hutan;
4) Pemanfaatan jasa
lingkungan kecuali
pemanfaatan penyimpanan
dan/atau penyerapan
karbon.
a. Pelaksanaan rehabilitasi di
luar kawasan hutan negara.
b. Pelaksanaan perlindungan
hutan di hutan lindung, dan
hutan produksi.
c. Pelaksanaan pengolahan hasil
hutan bukan kayu.
d. Pelaksanaan pengolahan hasil
hutan kayu dengan kapasitas
produksi < 6000 m³/tahun.
e. Pelaksanaan pengelolaan
KHDTK untuk kepentingan
religi.
--
3. Konservasi Sumber Daya
Alam Hayati dan
Ekosistemnya
a. Penyelenggaraan
pengelolaan kawasan suaka
alam dan kawasan
pelestarian alam.
b. Penyelenggaraan konservasi
tumbuhan dan satwa liar.
c. Penyelenggaraan
pemanfaatan secara lestari
kondisi lingkungan kawasan
pelestarian alam.
d. Penyelenggaraan
pemanfaatan jenis
tumbuhan dan satwa liar.
a. Pelaksanaan perlindungan,
pengawetan dan pemanfaatan
secara lestari taman hutan
raya (TAHURA) lintas Daerah
kabupaten/kota.
b. Pelaksanaan perlindungan
tumbuhan dan satwa liar yang
tidak dilindungi dan/atau tidak
masuk dalam lampiran
(Appendix) CITES.
c. Pelaksanaan pengelolaan
kawasan bernilai ekosistem
penting dan daerah penyangga
kawasan suaka alam dan
kawasam pelestarian alam.
Pelaksanaan pengelolaan
TAHURA kabupaten/ kota.
NO SUB URUSAN PEMERINTAH PUSAT DAERAH PROVINSI DAERAH
KABUPATEN/KOTA
4. Pendidikan dan
Pelatihan, Penyuluhan
dan Pemberdayaan
Masyarakat di bidang
Kehutanan
a. Penyelenggaraan pendidikan
dan pelatihan serta
pendidikan menengah
kehutanan.
b. Penyelenggaraan penyuluhan
kehutanan nasional.
a. Pelaksanaan penyuluhan
kehutanan provinsi.
b. Pemberdayaan masyarakat
di bidang kehutanan.
--
5. Pengelolaan Daerah
Aliran Sungai (DAS)
Penyelenggaraan
pengelolaan DAS.
Pelaksanaan pengelolaan
DAS lintas Daerah
kabupaten/kota dan
dalam Daerah
kabupaten/kota dalam 1
(satu) Daerah provinsi.
6. Pengawasan Kehutanan Penyelenggaraan
pengawasan terhadap
pengurusan hutan.
-- --
LAMPIRAN PEMBAGIAN URUSAN
BIDANG ESDM
NO SUB URUSAN PEMERINTAH PUSAT DAERAH PROVINSI
DAERAH
KABUPATEN/KOTA
1. Geologi a.Penetapan cekungan air
tanah.
b.Penetapan zona
konservasi air tanah pada
cekungan air tanah lintas
Daerah provinsi dan lintas
negara.
c.Penetapan kawasan
lindung geologi dan
warisan geologi (geo-
heritage).
d.Penetapan status dan
peringatan dini bahaya
gunung api.
e.Peringatan dini potensi
gerakan tanah.
f. Penetapan neraca sumber
daya dan cadangan
sumber daya mineral dan
energi nasional.
g.Penetapan kawasan rawan
bencana geologi.
a.Penetapan zona
konservasi air tanah
pada cekungan air
tanah dalam Daerah
provinsi.
b.Penerbitan izin
pengeboran, izin
penggalian, izin
pemakaian, dan izin
pengusahaan air tanah
dalam Daerah provinsi.
c.Penetapan nilai
perolehan air tanah
dalam Daerah provinsi.
NO SUB URUSAN PEMERINTAH PUSAT DAERAH PROVINSI DAERAH
KABUPATEN/KOTA
2. Mineral dan Batubara
a. Penetapan wilayah pertambangan
sebagai bagian dari rencana tata
ruang wilayah nasional, yang terdiri
atas wilayah usaha pertambangan,
wilayah pertambangan rakyat dan
wilayah pencadangan negara serta
wilayah usaha pertambangan khusus.
b. penetapan wilayah izin usaha
pertambangan mineral logam dan
batubara serta wilayah izin usaha
pertambangan khusus.
c. Penetapan wilayah izin usaha
pertambangan mineral bukan logam
dan batuan lintas Daerah provinsi dan
wilayah laut lebih dari 12 (dua belas)
mil.
d. Penerbitan izin usaha pertambangan
mineral logam, batubara, mineral
bukan logam dan batuan pada :
1) wilayah izin usaha Pertambangan
yang berada pada wilayah lintas
Daerah provinsi;
a. Penetapan wilayah izin usaha
pertambangan mineral bukan logam
dan batuan dalam 1 (satu) Daerah
provinsi dan wilayah laut sampai
dengan 12 (dua belas) mil.
b. Penerbitan izin usaha pertambangan
mineral logam dan batubara dalam
rangka penanaman modal dalam
negeri pada wilayah izin usaha
pertambangan Daerah yang berada
dalam 1 (satu) Daerah provinsi
termasuk wilayah laut sampai
dengan 12 mil laut.
c. Penerbitan izin usaha pertambangan
mineral bukan logam dan batuan
dalam rangka penanaman modal
dalam negeri pada wilayah izin usaha
pertambangan yang berada dalam 1
(satu) Daerah provinsi termasuk
wilayah laut sampai dengan 12 mil
laut.
d. Penerbitan izin pertambangan rakyat
untuk komoditas mineral logam,
batubara, mineral bukan logam dan
batuan dalam wilayah pertambangan
rakyat.
NO SUB URUSAN PEMERINTAH PUSAT DAERAH PROVINSI DAERAH
KABUPATEN/KOTA
2. Mineral dan Batubara 2) wilayah izin usaha
pertambangan yang
berbatasan langsung dengan
negara lain; dan
3) wilayah laut lebih dari 12 mil;
a. Penerbitan izin usaha
pertambangan dalam rangka
penanaman modal asing.
b. Pemberian izin usaha
pertambangan khusus mineral
dan batubara.
c. Pemberian registrasi izin
usaha pertambangan dan
penetapan jumlah produksi
setiap Daerah provinsi untuk
komiditas mineral logam dan
batubara.
d. Penerbitan izin usaha
pertambangan operasi
produksi khusus untuk
pengolahan dan pemurnian
yang komoditas tambangnya
yang berasal dari Daerah
provinsi lain di luar lokasi
fasilitas pengolahan dan
pemurnian, atau impor serta
dalam rangka penanaman
modal asing.
e. Penerbitan izin usaha
pertambangan operasi
produksi khusus untuk
pengolahan dan pemurnian
dalam rangka penanaman
modal dalam negeri yang
komoditas tambangnya berasal
dari 1 (satu) Daerah provinsi
yang sama.
f. Penerbitan izin usaha jasa
pertambangan dan surat
keterangan terdaftar dalam
rangka penanaman modal
dalam negeri yang kegiatan
usahanya dalam 1 (satu)
Daerah provinsi.
g. Penetapan harga patokan
mineral bukan logam dan
batuan.
NO SUB URUSAN PEMERINTAH PUSAT DAERAH
PROVINSI
DAERAH
KABUPATEN/KOTA
2.
Mineral dan Batubara
e. Penerbitan izin usaha jasa
pertambangan dan surat
keterangan terdaftar dalam
rangka penanaman modal
dalam negeri dan
penanaman modal asing
yang kegiatan usahanya di
seluruh wilayah Indonesia.
f. Penetapan harga patokan
mineral logam dan batubara.
g. Pengelolaan inspektur
tambang dan pejabat
pengawas pertambangan.
3. Minyak dan Gas Bumi
Penyelenggaraan minyak dan
gas bumi.
NO SUB URUSAN PEMERINTAH PUSAT DAERAH PROVINSI DAERAH
KABUPATEN/KOTA
4. Energi Baru Terbarukan a. Penetapan wilayah kerja
panas bumi.
b. Pelelangan wilayah kerja
panas bumi.
c. Penerbitan izin pemanfaatan
langsung panas bumi lintas
Daerah provinsi.
d. Penerbitan izin panas bumi
untuk pemanfaatan tidak
langsung.
e. Penetapan harga listrik
dan/atau uap panas bumi.
f. Penetapan badan usaha
sebagai pengelola tenaga air
untuk pembangkit listrik.
g. Penerbitan surat keterangan
terdaftar usaha jasa
penunjang yang kegiatan
usahanya dalam lintas Daerah
provinsi.
h. Penerbitan izin usaha niaga
bahan bakar nabati (biofuel)
sebagai bahan bakar lain
dengan kapasitas penyediaan
di atas 10.000 (sepuluh ribu)
ton pertahun.
a. Penerbitan izin pemanfaatan
langsung panas bumi lintas
Daerah kabupaten/kota dalam
1 (satu) Daerah provinsi.
b. Penerbitan surat keterangan
terdaftar usaha jasa
penunjang yang kegiatan
usahanya dalam 1 (satu)
Daerah provinsi.
c. Penerbitan izin, pembinaan
dan pengawasan usaha niaga
bahan bakar nabati (biofuel)
sebagai bahan bakar lain
dengan kapasitas penyediaan
sampai dengan 10.000
(sepuluh ribu) ton pertahun.
Penerbitan izin
pemanfaatan langsung
panas bumi dalam
Daerah
kabupaten/kota.
NO SUB URUSAN PEMERINTAH PUSAT DAERAH PROVINSI DAERAH
KABUPATEN/KOTA
5. Ketenagalistrikan a. Penetapan wilayah usaha
penyediaan tenaga listrik dan
izin jual beli tenaga listrik lintas
negara.
b. Penerbitan izin usaha
penyediaan tenaga listrik lintas
Daerah provinsi, badan usaha
milik negara dan penjualan
tenaga listrik serta penyewaan
jaringan kepada penyedia
tenaga listrik lintas Daerah
provinsi atau badan usaha milik
negara.
c. Penerbitan izin operasi yang
fasilitas instalasinya mencakup
lintas Daerah provinsi atau
berada di wilayah di atas 12 mil
laut.
d. Penetapan tarif tenaga listrik
untuk konsumen dan
penerbitan izin pemanfaatan
jaringan untuk telekomunikasi,
multimedia, dan informatika
dari pemegang izin yang
ditetapkan oleh Pemerintah
Pusat.
a. Penerbitan izin usaha
penyediaan tenaga listrik non
badan usaha milik negara dan
penjualan tenaga listrik serta
penyewaan jaringan kepada
penyedia tenaga listrik dalam
Daerah provinsi.
b. Penerbitan izin operasi yang
fasilitas instalasinya dalam
Daerah provinsi.
c. Penetapan tarif tenaga listrik
untuk konsumen dan
penerbitan izin pemanfaatan
jaringan untuk telekomunikasi,
multimedia, dan informatika
dari pemegang izin yang
ditetapkan oleh Pemerintah
Daerah provinsi.
d. Persetujuan harga jual tenaga
listrik dan sewa jaringan tenaga
listrik, rencana usaha
penyediaan tenaga listrik,
penjualan kelebihan tenaga
listrik dari pemegang izin yang
ditetapkan oleh Pemerintah
Daerah provinsi.
NO SUB URUSAN PEMERINTAH PUSAT DAERAH PROVINSI DAERAH
KABUPATEN/KOTA
5. Ketenagalistrikan e. Persetujuan harga jual
tenaga listrik dan sewa
jaringan tenaga listrik,
rencana usaha penyediaan
tenaga listrik, penjualan
kelebihan tenaga listrik dari
pemegang izin yang
ditetapkan oleh Pemerintah
Pusat.
f. Penerbitan izin usaha jasa
penunjang tenaga listrik
yang dilakukan oleh badan
usaha milik negara atau
penanam modal
asing/mayoritas sahamnya
dimiliki oleh penanam
modal asing.
g.Penyediaan dana untuk
kelompok masyarakat tidak
mampu, pembangunan
sarana penyediaan tenaga
listrik belum berkembang,
daerah terpencil dan
perdesaan.
e. Penerbitan izin usaha jasa
penunjang tenaga listrik
bagi badan usaha dalam
negeri/mayoritas
sahamnya dimiliki oleh
penanam modal dalam
negeri.
f. Penyediaan dana untuk
kelompok masyarakat
tidak mampu,
pembangunan sarana
penyediaan tenaga listrik
belum berkembang,
daerah terpencil dan
perdesaan.
TERIMA KASIH
KEMENTERIAN DALAM NEGERI

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Resume Hukum Perdata Internasional
Resume Hukum Perdata InternasionalResume Hukum Perdata Internasional
Resume Hukum Perdata InternasionalIca Diennissa
 
Hubungan kelembagaan
Hubungan kelembagaanHubungan kelembagaan
Hubungan kelembagaanhoyin rizmu
 
Sistem Administrasi Negara Republik Indonesia
Sistem Administrasi Negara Republik IndonesiaSistem Administrasi Negara Republik Indonesia
Sistem Administrasi Negara Republik IndonesiaStRahmawatiAPabittei
 
Perencanaan Pembangunan dengan Pendekatan Politik Berorientasi pada Kepenting...
Perencanaan Pembangunan dengan Pendekatan Politik Berorientasi pada Kepenting...Perencanaan Pembangunan dengan Pendekatan Politik Berorientasi pada Kepenting...
Perencanaan Pembangunan dengan Pendekatan Politik Berorientasi pada Kepenting...Dadang Solihin
 
Konsep Dasar Perencanaan
Konsep Dasar PerencanaanKonsep Dasar Perencanaan
Konsep Dasar PerencanaanDadang Solihin
 
Kedudukan rtrw kabupaten kota dalam pembangunan
Kedudukan rtrw kabupaten kota dalam pembangunanKedudukan rtrw kabupaten kota dalam pembangunan
Kedudukan rtrw kabupaten kota dalam pembangunanEvant Manö
 
Pengertian perbandingan administrasi negara dan ilmu perbandingan administras...
Pengertian perbandingan administrasi negara dan ilmu perbandingan administras...Pengertian perbandingan administrasi negara dan ilmu perbandingan administras...
Pengertian perbandingan administrasi negara dan ilmu perbandingan administras...Ian Setiawan
 
Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa
Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan DesaPengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa
Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan DesaFormasi Org
 
Draft Rancangan Aksi Perubahan Pelatihan Kepemimpinan Administrator
Draft Rancangan Aksi Perubahan Pelatihan Kepemimpinan AdministratorDraft Rancangan Aksi Perubahan Pelatihan Kepemimpinan Administrator
Draft Rancangan Aksi Perubahan Pelatihan Kepemimpinan AdministratorArdi Susanto
 
Substansi studio perencanaan wilayah
Substansi studio perencanaan wilayahSubstansi studio perencanaan wilayah
Substansi studio perencanaan wilayahAgus Dwi Wicaksono
 
Sistem, Proses, Mekanisme, dan Dokumen Perencanaan Pembangunan Nasional Sesua...
Sistem, Proses, Mekanisme, dan Dokumen Perencanaan Pembangunan Nasional Sesua...Sistem, Proses, Mekanisme, dan Dokumen Perencanaan Pembangunan Nasional Sesua...
Sistem, Proses, Mekanisme, dan Dokumen Perencanaan Pembangunan Nasional Sesua...Dadang Solihin
 
Perencanaan Pembangunan Daerah
Perencanaan Pembangunan Daerah Perencanaan Pembangunan Daerah
Perencanaan Pembangunan Daerah Dadang Solihin
 
Meramal kebijakan
Meramal kebijakan Meramal kebijakan
Meramal kebijakan Erta Erta
 
Pengertian, perbedaan dan persamaan han dan htn
Pengertian, perbedaan dan persamaan han dan htnPengertian, perbedaan dan persamaan han dan htn
Pengertian, perbedaan dan persamaan han dan htnDella Mega Alfionita
 
Pendekatan perencanaan pembangunan
Pendekatan perencanaan pembangunanPendekatan perencanaan pembangunan
Pendekatan perencanaan pembangunanQiu El Fahmi
 

Was ist angesagt? (20)

Resume Hukum Perdata Internasional
Resume Hukum Perdata InternasionalResume Hukum Perdata Internasional
Resume Hukum Perdata Internasional
 
Hubungan kelembagaan
Hubungan kelembagaanHubungan kelembagaan
Hubungan kelembagaan
 
Sistem Administrasi Negara Republik Indonesia
Sistem Administrasi Negara Republik IndonesiaSistem Administrasi Negara Republik Indonesia
Sistem Administrasi Negara Republik Indonesia
 
Perencanaan Pembangunan dengan Pendekatan Politik Berorientasi pada Kepenting...
Perencanaan Pembangunan dengan Pendekatan Politik Berorientasi pada Kepenting...Perencanaan Pembangunan dengan Pendekatan Politik Berorientasi pada Kepenting...
Perencanaan Pembangunan dengan Pendekatan Politik Berorientasi pada Kepenting...
 
Konsep Dasar Perencanaan
Konsep Dasar PerencanaanKonsep Dasar Perencanaan
Konsep Dasar Perencanaan
 
Kedudukan rtrw kabupaten kota dalam pembangunan
Kedudukan rtrw kabupaten kota dalam pembangunanKedudukan rtrw kabupaten kota dalam pembangunan
Kedudukan rtrw kabupaten kota dalam pembangunan
 
Pengertian perbandingan administrasi negara dan ilmu perbandingan administras...
Pengertian perbandingan administrasi negara dan ilmu perbandingan administras...Pengertian perbandingan administrasi negara dan ilmu perbandingan administras...
Pengertian perbandingan administrasi negara dan ilmu perbandingan administras...
 
Keuangan pusat-dan-daerah
Keuangan pusat-dan-daerahKeuangan pusat-dan-daerah
Keuangan pusat-dan-daerah
 
Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa
Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan DesaPengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa
Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa
 
Ii komunikasi pemerintahan
Ii komunikasi pemerintahanIi komunikasi pemerintahan
Ii komunikasi pemerintahan
 
Draft Rancangan Aksi Perubahan Pelatihan Kepemimpinan Administrator
Draft Rancangan Aksi Perubahan Pelatihan Kepemimpinan AdministratorDraft Rancangan Aksi Perubahan Pelatihan Kepemimpinan Administrator
Draft Rancangan Aksi Perubahan Pelatihan Kepemimpinan Administrator
 
Substansi studio perencanaan wilayah
Substansi studio perencanaan wilayahSubstansi studio perencanaan wilayah
Substansi studio perencanaan wilayah
 
Urusan Pemerintahan
Urusan Pemerintahan Urusan Pemerintahan
Urusan Pemerintahan
 
Sistem, Proses, Mekanisme, dan Dokumen Perencanaan Pembangunan Nasional Sesua...
Sistem, Proses, Mekanisme, dan Dokumen Perencanaan Pembangunan Nasional Sesua...Sistem, Proses, Mekanisme, dan Dokumen Perencanaan Pembangunan Nasional Sesua...
Sistem, Proses, Mekanisme, dan Dokumen Perencanaan Pembangunan Nasional Sesua...
 
Perencanaan Pembangunan Daerah
Perencanaan Pembangunan Daerah Perencanaan Pembangunan Daerah
Perencanaan Pembangunan Daerah
 
Merancang Policy Brief
Merancang Policy BriefMerancang Policy Brief
Merancang Policy Brief
 
Meramal kebijakan
Meramal kebijakan Meramal kebijakan
Meramal kebijakan
 
Pengertian, perbedaan dan persamaan han dan htn
Pengertian, perbedaan dan persamaan han dan htnPengertian, perbedaan dan persamaan han dan htn
Pengertian, perbedaan dan persamaan han dan htn
 
Administrasi Pembangunan
Administrasi PembangunanAdministrasi Pembangunan
Administrasi Pembangunan
 
Pendekatan perencanaan pembangunan
Pendekatan perencanaan pembangunanPendekatan perencanaan pembangunan
Pendekatan perencanaan pembangunan
 

Andere mochten auch

Kebijakan Perizinan Pertambangan Minerba berdasarkan UU 23/2014 tentang Pemer...
Kebijakan Perizinan Pertambangan Minerba berdasarkan UU 23/2014 tentang Pemer...Kebijakan Perizinan Pertambangan Minerba berdasarkan UU 23/2014 tentang Pemer...
Kebijakan Perizinan Pertambangan Minerba berdasarkan UU 23/2014 tentang Pemer...Publish What You Pay (PWYP) Indonesia
 
IMPLIKASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH TERH...
IMPLIKASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2014  TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH TERH...IMPLIKASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2014  TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH TERH...
IMPLIKASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH TERH...01112015
 
Reformasi Perizinan di Bidang Pertambangan Mineral dan Batubara Pasca Berlaku...
Reformasi Perizinan di Bidang Pertambangan Mineral dan Batubara Pasca Berlaku...Reformasi Perizinan di Bidang Pertambangan Mineral dan Batubara Pasca Berlaku...
Reformasi Perizinan di Bidang Pertambangan Mineral dan Batubara Pasca Berlaku...Publish What You Pay (PWYP) Indonesia
 
Prosedur pemberian izin usaha pertambangan dinas pertambangan dan energi prov...
Prosedur pemberian izin usaha pertambangan dinas pertambangan dan energi prov...Prosedur pemberian izin usaha pertambangan dinas pertambangan dan energi prov...
Prosedur pemberian izin usaha pertambangan dinas pertambangan dan energi prov...Endilo_karokaro
 
UU 4 tahun 2009 (UU Minerba)
UU 4 tahun 2009 (UU Minerba)UU 4 tahun 2009 (UU Minerba)
UU 4 tahun 2009 (UU Minerba)Fikri Irsyad
 
Implementasi Kebijakan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Pusat di BKPM bagi Sektor...
Implementasi Kebijakan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Pusat di BKPM bagi Sektor...Implementasi Kebijakan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Pusat di BKPM bagi Sektor...
Implementasi Kebijakan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Pusat di BKPM bagi Sektor...Publish What You Pay (PWYP) Indonesia
 
UU no 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
UU no 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan DaerahUU no 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
UU no 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan DaerahSuprijanto Rijadi
 
Kajian pengalihan dana dekon & tp
Kajian pengalihan dana dekon & tpKajian pengalihan dana dekon & tp
Kajian pengalihan dana dekon & tpHerry Prananto
 
UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2014
UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2014UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2014
UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2014iceu novida adinata
 
Otonomi Daerah dalam Perspektif Teori, Kebijakan, dan Praktek
Otonomi Daerah dalam Perspektif Teori, Kebijakan, dan PraktekOtonomi Daerah dalam Perspektif Teori, Kebijakan, dan Praktek
Otonomi Daerah dalam Perspektif Teori, Kebijakan, dan PraktekDadang Solihin
 
LAHIRNYA UU 23/2014 DITINJAU DARI PERSPEKTIF OTDA DAN PENGELOLAAN SDA
LAHIRNYA UU 23/2014 DITINJAU DARI PERSPEKTIF OTDA DAN PENGELOLAAN SDA LAHIRNYA UU 23/2014 DITINJAU DARI PERSPEKTIF OTDA DAN PENGELOLAAN SDA
LAHIRNYA UU 23/2014 DITINJAU DARI PERSPEKTIF OTDA DAN PENGELOLAAN SDA 01112015
 
Otonomi daerah
Otonomi daerahOtonomi daerah
Otonomi daerahPuzo L
 
Pengelolaan Lingkungan Pertambangan (POM)
Pengelolaan Lingkungan Pertambangan (POM)Pengelolaan Lingkungan Pertambangan (POM)
Pengelolaan Lingkungan Pertambangan (POM)Muhammad Kurniawan
 
PERAN PEMERINTAH PUSAT DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH SAAT INI DAN...
PERAN PEMERINTAH PUSAT DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH SAAT INI DAN...PERAN PEMERINTAH PUSAT DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH SAAT INI DAN...
PERAN PEMERINTAH PUSAT DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH SAAT INI DAN...Deddy Supriady Bratakusumah
 
URGENSI DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH DALAM MEWUJUDKAN KESEJAHTERAAN DALA...
URGENSI DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH DALAM MEWUJUDKAN KESEJAHTERAAN DALA...URGENSI DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH DALAM MEWUJUDKAN KESEJAHTERAAN DALA...
URGENSI DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH DALAM MEWUJUDKAN KESEJAHTERAAN DALA...Deddy Supriady Bratakusumah
 
Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan
Pengelolaan dan Pemantauan LingkunganPengelolaan dan Pemantauan Lingkungan
Pengelolaan dan Pemantauan LingkunganYusufRiyandi
 
Mendesain rancangan penyaliran tambang terbuka
Mendesain rancangan penyaliran tambang terbukaMendesain rancangan penyaliran tambang terbuka
Mendesain rancangan penyaliran tambang terbukazacky66
 

Andere mochten auch (20)

Kebijakan Perizinan Pertambangan Minerba berdasarkan UU 23/2014 tentang Pemer...
Kebijakan Perizinan Pertambangan Minerba berdasarkan UU 23/2014 tentang Pemer...Kebijakan Perizinan Pertambangan Minerba berdasarkan UU 23/2014 tentang Pemer...
Kebijakan Perizinan Pertambangan Minerba berdasarkan UU 23/2014 tentang Pemer...
 
IMPLIKASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH TERH...
IMPLIKASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2014  TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH TERH...IMPLIKASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2014  TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH TERH...
IMPLIKASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH TERH...
 
Reformasi Perizinan di Bidang Pertambangan Mineral dan Batubara Pasca Berlaku...
Reformasi Perizinan di Bidang Pertambangan Mineral dan Batubara Pasca Berlaku...Reformasi Perizinan di Bidang Pertambangan Mineral dan Batubara Pasca Berlaku...
Reformasi Perizinan di Bidang Pertambangan Mineral dan Batubara Pasca Berlaku...
 
Prosedur pemberian izin usaha pertambangan dinas pertambangan dan energi prov...
Prosedur pemberian izin usaha pertambangan dinas pertambangan dan energi prov...Prosedur pemberian izin usaha pertambangan dinas pertambangan dan energi prov...
Prosedur pemberian izin usaha pertambangan dinas pertambangan dan energi prov...
 
UU 4 tahun 2009 (UU Minerba)
UU 4 tahun 2009 (UU Minerba)UU 4 tahun 2009 (UU Minerba)
UU 4 tahun 2009 (UU Minerba)
 
Implementasi Kebijakan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Pusat di BKPM bagi Sektor...
Implementasi Kebijakan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Pusat di BKPM bagi Sektor...Implementasi Kebijakan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Pusat di BKPM bagi Sektor...
Implementasi Kebijakan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Pusat di BKPM bagi Sektor...
 
UU no 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
UU no 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan DaerahUU no 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
UU no 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
 
Ketahanan Nasional
Ketahanan NasionalKetahanan Nasional
Ketahanan Nasional
 
Kajian pengalihan dana dekon & tp
Kajian pengalihan dana dekon & tpKajian pengalihan dana dekon & tp
Kajian pengalihan dana dekon & tp
 
UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2014
UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2014UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2014
UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2014
 
Dasar ilmu pem (hiro)
Dasar ilmu pem (hiro)Dasar ilmu pem (hiro)
Dasar ilmu pem (hiro)
 
Otonomi Daerah dalam Perspektif Teori, Kebijakan, dan Praktek
Otonomi Daerah dalam Perspektif Teori, Kebijakan, dan PraktekOtonomi Daerah dalam Perspektif Teori, Kebijakan, dan Praktek
Otonomi Daerah dalam Perspektif Teori, Kebijakan, dan Praktek
 
LAHIRNYA UU 23/2014 DITINJAU DARI PERSPEKTIF OTDA DAN PENGELOLAAN SDA
LAHIRNYA UU 23/2014 DITINJAU DARI PERSPEKTIF OTDA DAN PENGELOLAAN SDA LAHIRNYA UU 23/2014 DITINJAU DARI PERSPEKTIF OTDA DAN PENGELOLAAN SDA
LAHIRNYA UU 23/2014 DITINJAU DARI PERSPEKTIF OTDA DAN PENGELOLAAN SDA
 
Otonomi daerah
Otonomi daerahOtonomi daerah
Otonomi daerah
 
Pengelolaan Lingkungan Pertambangan (POM)
Pengelolaan Lingkungan Pertambangan (POM)Pengelolaan Lingkungan Pertambangan (POM)
Pengelolaan Lingkungan Pertambangan (POM)
 
Bab 4 rev 02
Bab 4 rev 02Bab 4 rev 02
Bab 4 rev 02
 
PERAN PEMERINTAH PUSAT DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH SAAT INI DAN...
PERAN PEMERINTAH PUSAT DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH SAAT INI DAN...PERAN PEMERINTAH PUSAT DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH SAAT INI DAN...
PERAN PEMERINTAH PUSAT DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH SAAT INI DAN...
 
URGENSI DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH DALAM MEWUJUDKAN KESEJAHTERAAN DALA...
URGENSI DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH DALAM MEWUJUDKAN KESEJAHTERAAN DALA...URGENSI DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH DALAM MEWUJUDKAN KESEJAHTERAAN DALA...
URGENSI DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH DALAM MEWUJUDKAN KESEJAHTERAAN DALA...
 
Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan
Pengelolaan dan Pemantauan LingkunganPengelolaan dan Pemantauan Lingkungan
Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan
 
Mendesain rancangan penyaliran tambang terbuka
Mendesain rancangan penyaliran tambang terbukaMendesain rancangan penyaliran tambang terbuka
Mendesain rancangan penyaliran tambang terbuka
 

Ähnlich wie Kebijakan dan Mekanisme Pelaksanaan UU no. 23/2014 tentang Pemda terkait Desentralisasi dan Perizinan SDA

Dirjen otda-kemendagri-implementasi-uu-23-tahun-2014
Dirjen otda-kemendagri-implementasi-uu-23-tahun-2014Dirjen otda-kemendagri-implementasi-uu-23-tahun-2014
Dirjen otda-kemendagri-implementasi-uu-23-tahun-2014Aksi SETAPAK
 
1023-3450-1-SM.pdf
1023-3450-1-SM.pdf1023-3450-1-SM.pdf
1023-3450-1-SM.pdfNurItrayani
 
Penjelasan 3 Ranperda Sidang III 2021 ok.pdf
Penjelasan 3 Ranperda Sidang III 2021 ok.pdfPenjelasan 3 Ranperda Sidang III 2021 ok.pdf
Penjelasan 3 Ranperda Sidang III 2021 ok.pdfHIRONIMUSATOK1
 
Posisi dan Peran SANKRI
Posisi dan Peran SANKRIPosisi dan Peran SANKRI
Posisi dan Peran SANKRISiti Sahati
 
Analisis singkat terhadap pembiayaan pelaksanaan otonomi daerah ditinjau dar...
Analisis singkat terhadap  pembiayaan pelaksanaan otonomi daerah ditinjau dar...Analisis singkat terhadap  pembiayaan pelaksanaan otonomi daerah ditinjau dar...
Analisis singkat terhadap pembiayaan pelaksanaan otonomi daerah ditinjau dar...jelita249
 
Uu 23 th 2014 depdagri
Uu 23 th 2014 depdagriUu 23 th 2014 depdagri
Uu 23 th 2014 depdagriita syarwani
 
Orientasi dewan banyuasin
Orientasi dewan banyuasinOrientasi dewan banyuasin
Orientasi dewan banyuasinhoyin rizmu
 
sistemadministrasinegara-211121230251.pptx
sistemadministrasinegara-211121230251.pptxsistemadministrasinegara-211121230251.pptx
sistemadministrasinegara-211121230251.pptxsuaeb1
 
UU NOMOR 32 TAHUN 2004
UU NOMOR 32 TAHUN 2004 UU NOMOR 32 TAHUN 2004
UU NOMOR 32 TAHUN 2004 Parja Negara
 
Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Penataan Ruang
 
Daerah Khusus, Daerah Istimewa, dan Otonomi Khusus
Daerah Khusus, Daerah Istimewa, dan Otonomi KhususDaerah Khusus, Daerah Istimewa, dan Otonomi Khusus
Daerah Khusus, Daerah Istimewa, dan Otonomi Khususafifahdhaniyah
 

Ähnlich wie Kebijakan dan Mekanisme Pelaksanaan UU no. 23/2014 tentang Pemda terkait Desentralisasi dan Perizinan SDA (20)

Dirjen otda-kemendagri-implementasi-uu-23-tahun-2014
Dirjen otda-kemendagri-implementasi-uu-23-tahun-2014Dirjen otda-kemendagri-implementasi-uu-23-tahun-2014
Dirjen otda-kemendagri-implementasi-uu-23-tahun-2014
 
Kajian RUU Desa
Kajian RUU DesaKajian RUU Desa
Kajian RUU Desa
 
Otonomi daerah
Otonomi daerahOtonomi daerah
Otonomi daerah
 
1023-3450-1-SM.pdf
1023-3450-1-SM.pdf1023-3450-1-SM.pdf
1023-3450-1-SM.pdf
 
Penjelasan 3 Ranperda Sidang III 2021 ok.pdf
Penjelasan 3 Ranperda Sidang III 2021 ok.pdfPenjelasan 3 Ranperda Sidang III 2021 ok.pdf
Penjelasan 3 Ranperda Sidang III 2021 ok.pdf
 
Posisi dan Peran SANKRI
Posisi dan Peran SANKRIPosisi dan Peran SANKRI
Posisi dan Peran SANKRI
 
2784873.ppt
2784873.ppt2784873.ppt
2784873.ppt
 
UU no 32_2004
UU no 32_2004UU no 32_2004
UU no 32_2004
 
Analisis singkat terhadap pembiayaan pelaksanaan otonomi daerah ditinjau dar...
Analisis singkat terhadap  pembiayaan pelaksanaan otonomi daerah ditinjau dar...Analisis singkat terhadap  pembiayaan pelaksanaan otonomi daerah ditinjau dar...
Analisis singkat terhadap pembiayaan pelaksanaan otonomi daerah ditinjau dar...
 
Uu 23 th 2014 depdagri
Uu 23 th 2014 depdagriUu 23 th 2014 depdagri
Uu 23 th 2014 depdagri
 
Orientasi dewan banyuasin
Orientasi dewan banyuasinOrientasi dewan banyuasin
Orientasi dewan banyuasin
 
Uu no.32-2004
Uu no.32-2004Uu no.32-2004
Uu no.32-2004
 
sistemadministrasinegara-211121230251.pptx
sistemadministrasinegara-211121230251.pptxsistemadministrasinegara-211121230251.pptx
sistemadministrasinegara-211121230251.pptx
 
Uu no 32
Uu no 32Uu no 32
Uu no 32
 
UU NOMOR 32 TAHUN 2004
UU NOMOR 32 TAHUN 2004 UU NOMOR 32 TAHUN 2004
UU NOMOR 32 TAHUN 2004
 
Uu no 32
Uu no 32Uu no 32
Uu no 32
 
Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
 
Daerah Khusus, Daerah Istimewa, dan Otonomi Khusus
Daerah Khusus, Daerah Istimewa, dan Otonomi KhususDaerah Khusus, Daerah Istimewa, dan Otonomi Khusus
Daerah Khusus, Daerah Istimewa, dan Otonomi Khusus
 
Uu 32 tahun 2004
Uu 32 tahun 2004Uu 32 tahun 2004
Uu 32 tahun 2004
 
Uu 32 tahun 2004
Uu 32 tahun 2004Uu 32 tahun 2004
Uu 32 tahun 2004
 

Mehr von Publish What You Pay (PWYP) Indonesia

Akses Informasi Publik dan Keterbukaan Kontrak/Izin Industri Ekstraktif di 6 ...
Akses Informasi Publik dan Keterbukaan Kontrak/Izin Industri Ekstraktif di 6 ...Akses Informasi Publik dan Keterbukaan Kontrak/Izin Industri Ekstraktif di 6 ...
Akses Informasi Publik dan Keterbukaan Kontrak/Izin Industri Ekstraktif di 6 ...Publish What You Pay (PWYP) Indonesia
 
Opportunities and Challenges of Contract Transparancy in the Implementation o...
Opportunities and Challenges of Contract Transparancy in the Implementation o...Opportunities and Challenges of Contract Transparancy in the Implementation o...
Opportunities and Challenges of Contract Transparancy in the Implementation o...Publish What You Pay (PWYP) Indonesia
 
Acces to Public Information and Openess of Extractive Industry Contract / lic...
Acces to Public Information and Openess of Extractive Industry Contract / lic...Acces to Public Information and Openess of Extractive Industry Contract / lic...
Acces to Public Information and Openess of Extractive Industry Contract / lic...Publish What You Pay (PWYP) Indonesia
 
Tata Kelola Pelayanan Informasi Publik pada Masa Darurat Kesehatan Masyarakat...
Tata Kelola Pelayanan Informasi Publik pada Masa Darurat Kesehatan Masyarakat...Tata Kelola Pelayanan Informasi Publik pada Masa Darurat Kesehatan Masyarakat...
Tata Kelola Pelayanan Informasi Publik pada Masa Darurat Kesehatan Masyarakat...Publish What You Pay (PWYP) Indonesia
 
Peluang dan Tantangan Keterbukaan Kontrak dalam Pelaksanaan Standar EITI
Peluang dan Tantangan Keterbukaan Kontrak dalam Pelaksanaan Standar EITIPeluang dan Tantangan Keterbukaan Kontrak dalam Pelaksanaan Standar EITI
Peluang dan Tantangan Keterbukaan Kontrak dalam Pelaksanaan Standar EITIPublish What You Pay (PWYP) Indonesia
 
Legal Framework of Contract Disclosure of Oil and Gas, Mineral and Coal Secto...
Legal Framework of Contract Disclosure of Oil and Gas, Mineral and Coal Secto...Legal Framework of Contract Disclosure of Oil and Gas, Mineral and Coal Secto...
Legal Framework of Contract Disclosure of Oil and Gas, Mineral and Coal Secto...Publish What You Pay (PWYP) Indonesia
 

Mehr von Publish What You Pay (PWYP) Indonesia (20)

Newsletter Voicing for Life April 2020 - English Version
Newsletter Voicing for Life April 2020 - English VersionNewsletter Voicing for Life April 2020 - English Version
Newsletter Voicing for Life April 2020 - English Version
 
Newsletter Voicing for Life Desember 2019
Newsletter Voicing for Life Desember 2019Newsletter Voicing for Life Desember 2019
Newsletter Voicing for Life Desember 2019
 
Newsletter Voicing for Life Desember 2019 - English Version
Newsletter Voicing for Life Desember 2019 - English VersionNewsletter Voicing for Life Desember 2019 - English Version
Newsletter Voicing for Life Desember 2019 - English Version
 
Newsletter Voicing for Life April 2020
Newsletter Voicing for Life April 2020Newsletter Voicing for Life April 2020
Newsletter Voicing for Life April 2020
 
Revenue and Fiscal System of Oil and Gas in Indonesia
Revenue and Fiscal System of Oil and Gas in IndonesiaRevenue and Fiscal System of Oil and Gas in Indonesia
Revenue and Fiscal System of Oil and Gas in Indonesia
 
Keterbukaan Kontrak dalam EITI
Keterbukaan Kontrak dalam EITIKeterbukaan Kontrak dalam EITI
Keterbukaan Kontrak dalam EITI
 
Akses Informasi Publik dan Keterbukaan Kontrak/Izin Industri Ekstraktif di 6 ...
Akses Informasi Publik dan Keterbukaan Kontrak/Izin Industri Ekstraktif di 6 ...Akses Informasi Publik dan Keterbukaan Kontrak/Izin Industri Ekstraktif di 6 ...
Akses Informasi Publik dan Keterbukaan Kontrak/Izin Industri Ekstraktif di 6 ...
 
Opportunities and Challenges of Contract Transparancy in the Implementation o...
Opportunities and Challenges of Contract Transparancy in the Implementation o...Opportunities and Challenges of Contract Transparancy in the Implementation o...
Opportunities and Challenges of Contract Transparancy in the Implementation o...
 
Acces to Public Information and Openess of Extractive Industry Contract / lic...
Acces to Public Information and Openess of Extractive Industry Contract / lic...Acces to Public Information and Openess of Extractive Industry Contract / lic...
Acces to Public Information and Openess of Extractive Industry Contract / lic...
 
Newsletter - Open Contracting - Juli 2020
Newsletter - Open Contracting - Juli 2020Newsletter - Open Contracting - Juli 2020
Newsletter - Open Contracting - Juli 2020
 
Newsletter - Open Contracting - July 2020
Newsletter - Open Contracting - July 2020Newsletter - Open Contracting - July 2020
Newsletter - Open Contracting - July 2020
 
Newsletter - Open Contracting - Mei 2020
Newsletter - Open Contracting - Mei 2020Newsletter - Open Contracting - Mei 2020
Newsletter - Open Contracting - Mei 2020
 
Newsletter - Open Contracting - May 2020
Newsletter - Open Contracting - May 2020Newsletter - Open Contracting - May 2020
Newsletter - Open Contracting - May 2020
 
Newsletter - Open Contracting - April 2020
Newsletter - Open Contracting - April 2020Newsletter - Open Contracting - April 2020
Newsletter - Open Contracting - April 2020
 
Newsletter - Open Contracting - Desember 2019
Newsletter - Open Contracting - Desember 2019Newsletter - Open Contracting - Desember 2019
Newsletter - Open Contracting - Desember 2019
 
Tata Kelola Pelayanan Informasi Publik pada Masa Darurat Kesehatan Masyarakat...
Tata Kelola Pelayanan Informasi Publik pada Masa Darurat Kesehatan Masyarakat...Tata Kelola Pelayanan Informasi Publik pada Masa Darurat Kesehatan Masyarakat...
Tata Kelola Pelayanan Informasi Publik pada Masa Darurat Kesehatan Masyarakat...
 
Kerangka Hukum keterbukaan Kontrak Migas dan Minerba di indonesia
Kerangka Hukum keterbukaan Kontrak Migas dan Minerba di indonesiaKerangka Hukum keterbukaan Kontrak Migas dan Minerba di indonesia
Kerangka Hukum keterbukaan Kontrak Migas dan Minerba di indonesia
 
Contract Disclosure and Beneficial Ownership Transparency
Contract Disclosure and Beneficial Ownership TransparencyContract Disclosure and Beneficial Ownership Transparency
Contract Disclosure and Beneficial Ownership Transparency
 
Peluang dan Tantangan Keterbukaan Kontrak dalam Pelaksanaan Standar EITI
Peluang dan Tantangan Keterbukaan Kontrak dalam Pelaksanaan Standar EITIPeluang dan Tantangan Keterbukaan Kontrak dalam Pelaksanaan Standar EITI
Peluang dan Tantangan Keterbukaan Kontrak dalam Pelaksanaan Standar EITI
 
Legal Framework of Contract Disclosure of Oil and Gas, Mineral and Coal Secto...
Legal Framework of Contract Disclosure of Oil and Gas, Mineral and Coal Secto...Legal Framework of Contract Disclosure of Oil and Gas, Mineral and Coal Secto...
Legal Framework of Contract Disclosure of Oil and Gas, Mineral and Coal Secto...
 

Kürzlich hochgeladen

Permendagri No 15 Tahun 2023 Pedoman Penyusunan APBD
Permendagri No 15 Tahun 2023 Pedoman Penyusunan APBDPermendagri No 15 Tahun 2023 Pedoman Penyusunan APBD
Permendagri No 15 Tahun 2023 Pedoman Penyusunan APBDSumardi Arahbani
 
PPT-UEU-Manajemen-Logistik-Pelayanan-Kesehatan-Pertemuan-5.pptx
PPT-UEU-Manajemen-Logistik-Pelayanan-Kesehatan-Pertemuan-5.pptxPPT-UEU-Manajemen-Logistik-Pelayanan-Kesehatan-Pertemuan-5.pptx
PPT-UEU-Manajemen-Logistik-Pelayanan-Kesehatan-Pertemuan-5.pptxmuhammadrezza14
 
UU-HKPD-Bahan-Sosialisasi-UU-No-1-tahun-2022-HKPD.pdf
UU-HKPD-Bahan-Sosialisasi-UU-No-1-tahun-2022-HKPD.pdfUU-HKPD-Bahan-Sosialisasi-UU-No-1-tahun-2022-HKPD.pdf
UU-HKPD-Bahan-Sosialisasi-UU-No-1-tahun-2022-HKPD.pdfSumardi Arahbani
 
materi hukum bisnis hukum persaingan usaha
materi hukum bisnis hukum persaingan usahamateri hukum bisnis hukum persaingan usaha
materi hukum bisnis hukum persaingan usahayunitahatmayantihafi
 
pilihan hukum dan perjanjian internasional dan pilihan forum
pilihan hukum dan perjanjian internasional dan pilihan forumpilihan hukum dan perjanjian internasional dan pilihan forum
pilihan hukum dan perjanjian internasional dan pilihan forumekahariansyah96
 
interpretasi literal and purposive .pptx
interpretasi literal and purposive .pptxinterpretasi literal and purposive .pptx
interpretasi literal and purposive .pptxekahariansyah96
 
Potensi Pelanggaran pemilu 2024 kesiapan
Potensi Pelanggaran pemilu 2024 kesiapanPotensi Pelanggaran pemilu 2024 kesiapan
Potensi Pelanggaran pemilu 2024 kesiapanDIVISIPENCEGAHAN
 
Naskah Akademik Tentang Desa Adat Tahun 2023
Naskah Akademik Tentang Desa Adat Tahun 2023Naskah Akademik Tentang Desa Adat Tahun 2023
Naskah Akademik Tentang Desa Adat Tahun 2023Sumardi Arahbani
 
aspek hukum ttg kepailitan, pkpu, pengadilan niaga
aspek hukum ttg kepailitan, pkpu, pengadilan niagaaspek hukum ttg kepailitan, pkpu, pengadilan niaga
aspek hukum ttg kepailitan, pkpu, pengadilan niagaastrinovianti699
 

Kürzlich hochgeladen (9)

Permendagri No 15 Tahun 2023 Pedoman Penyusunan APBD
Permendagri No 15 Tahun 2023 Pedoman Penyusunan APBDPermendagri No 15 Tahun 2023 Pedoman Penyusunan APBD
Permendagri No 15 Tahun 2023 Pedoman Penyusunan APBD
 
PPT-UEU-Manajemen-Logistik-Pelayanan-Kesehatan-Pertemuan-5.pptx
PPT-UEU-Manajemen-Logistik-Pelayanan-Kesehatan-Pertemuan-5.pptxPPT-UEU-Manajemen-Logistik-Pelayanan-Kesehatan-Pertemuan-5.pptx
PPT-UEU-Manajemen-Logistik-Pelayanan-Kesehatan-Pertemuan-5.pptx
 
UU-HKPD-Bahan-Sosialisasi-UU-No-1-tahun-2022-HKPD.pdf
UU-HKPD-Bahan-Sosialisasi-UU-No-1-tahun-2022-HKPD.pdfUU-HKPD-Bahan-Sosialisasi-UU-No-1-tahun-2022-HKPD.pdf
UU-HKPD-Bahan-Sosialisasi-UU-No-1-tahun-2022-HKPD.pdf
 
materi hukum bisnis hukum persaingan usaha
materi hukum bisnis hukum persaingan usahamateri hukum bisnis hukum persaingan usaha
materi hukum bisnis hukum persaingan usaha
 
pilihan hukum dan perjanjian internasional dan pilihan forum
pilihan hukum dan perjanjian internasional dan pilihan forumpilihan hukum dan perjanjian internasional dan pilihan forum
pilihan hukum dan perjanjian internasional dan pilihan forum
 
interpretasi literal and purposive .pptx
interpretasi literal and purposive .pptxinterpretasi literal and purposive .pptx
interpretasi literal and purposive .pptx
 
Potensi Pelanggaran pemilu 2024 kesiapan
Potensi Pelanggaran pemilu 2024 kesiapanPotensi Pelanggaran pemilu 2024 kesiapan
Potensi Pelanggaran pemilu 2024 kesiapan
 
Naskah Akademik Tentang Desa Adat Tahun 2023
Naskah Akademik Tentang Desa Adat Tahun 2023Naskah Akademik Tentang Desa Adat Tahun 2023
Naskah Akademik Tentang Desa Adat Tahun 2023
 
aspek hukum ttg kepailitan, pkpu, pengadilan niaga
aspek hukum ttg kepailitan, pkpu, pengadilan niagaaspek hukum ttg kepailitan, pkpu, pengadilan niaga
aspek hukum ttg kepailitan, pkpu, pengadilan niaga
 

Kebijakan dan Mekanisme Pelaksanaan UU no. 23/2014 tentang Pemda terkait Desentralisasi dan Perizinan SDA

  • 1. Disampaikan dalam Konferensi Tata Kelola Sumberdaya Ekstraktif, “Extracting the Future: Menata Sumberdaya Ekstraktif untuk Pembangunan Berkelanjutan.” Jakarta, 17 November 2015
  • 2. KEBIJAKAN DAN MEKANISME PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH TERKAIT DESENTRALISASI DAN PERIZINAN SDA DR. KURNIASIH, SH, M.Si DIREKTUR PRODUK HUKUM DAERAH DIREKTORAT JENDERAL OTONOMI DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI
  • 3.
  • 4. .......Kemudian dari pada itu untuk membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-undang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada Ketuhanan Yang Maha Esa. PEMBUKAAN UUD 1945
  • 5. DESENTRALISASI DLM KORIDOR UU PEMDA Pasal 133 Ketentuan peraturan perundang-undangan yang bertentangan dan/atau tidak sesuai dengan undang-undang ini, diadakan penyesuaian. UU 22 THN 1999 UU 32 THN 2004 UU 23 THN 2014 Pasal 237 Semua ketentuan peraturan perundang-undangan yang berkaitan secara langsung dengan daerah otonom wajib mendasarkan dan menyesuaikan pengaturannya pada Undang-Undang ini. Pasal 407 Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku, semua peraturan perundang-undangan yang berkaitan secara langsung dengan Daerah wajib mendasarkan dan menyesuaikan pengaturannya pada Undang-Undang ini.
  • 6. Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap provinsi, kabupaten, dan kota itu mempunyai pemerintahan daerah, yang diatur dengan undang- undang. Pasal 18 ayat 1 UUD 1945
  • 7. ARTICLE 1 Const. 1945 INDONESIA IS A UNITARY STATE ARTICLE 18 Const. 1945 NKRI DIVIDED INTO PROVINCIAL REGIONS AND AREAS OF THE PROVINCE IS DIVIDED INTO REGENCY AND CITY, WHICH EACH PROVINCE, REGENCY, AND THE CITY HAS ORGANIZED LOCAL GOVERNMENT LEGISLATION 7 N K R I Province : 34 Regency : 415 City : 93 WITH LARGE AND SMALL ISLANDS WITH DIVERSITY AND POPULATION CULTURE AND CUSTOMS, RELIGION AND NATURAL RESOURCES AND THE WEALTHS Considering Law No. 23/2014 on Local Government 542 Autonomous Regions
  • 8. LATAR BELAKANG PEMBENTUKAN UU NOMOR 23 TAHUN 2014 1. Menjamin efektivitas penyelenggaraan pemerintahan daerah dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat. 2. Menata manajemen pemerintahan daerah yang lebih responsif, akuntabel, transparan dan efisien. 3. Menata keseimbangan tanggung jawab antar tingkatan/susunan pemerintahan dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan. 4. Menata pembentukan daerah agar lebih selektif sesuai dengan kondisi dan kemampuan daerah. 5. Menata hubungan antara pusat dan daerah dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Menimbang: ...... b. bahwa penyelenggaraan pemerintahan daerah diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan, dan peran serta masyarakat, serta peningkatan daya saing daerah dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, dan kekhasan suatu daerah dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia; c. bahwa efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan daerah perlu ditingkatkan dengan lebih memperhatikan aspek-aspek hubungan antara Pemerintah Pusat dengan daerah dan antardaerah, potensi dan keanekaragaman daerah, serta peluang dan tantangan persaingan global dalam kesatuan sistem penyelenggaraan pemerintahan negara; 8
  • 9. KEKUASAAN PEMERINTAHAN Pasal 5 Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan pemerintahan sesuai dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Kekuasaan Pemerintahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diuraikan dalam berbagai Urusan Pemerintahan. Dalam menyelenggarakan Urusan Pemerintahan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Presiden dibantu oleh menteri yang menyelenggarakan Urusan Pemerintahan tertentu. 2 Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) di Daerah dilaksanakan berdasarkan asas Desentralisasi, Dekonsentrasi, dan Tugas Pembantuan. 1 3 4
  • 10. KEKUASAAN PEMERINTAHAN Pasal 6 Pemerintah Pusat menetapkan kebijakan sebagai dasar dalam menyelenggarakan Urusan Pemerintahan. Pemerintah Pusat melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap penyelenggaraan Urusan Pemerintahan oleh Daerah. Presiden memegang tanggung jawab akhir atas penyelenggaraan Urusan Pemerintahan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Pusat dan Daerah. 1 2 Pasal 7
  • 11. URUSAN PEMERINTAHAN KONKURENABSOLUT PILIHAN (8) WAJIB (24) PELAYANAN DASAR (6) NON PELAYANAN DASAR (18) S P M 1. PENDIDIKAN 2. KESEHATAN 3. PU DAN PR 4. PERUMAHAN RAKYAT & KAW PERMUKIMAN 5. TRAMTIBUM & LINMAS 6. SOSIAL dilaksanakan secara bertahap dengan mempertimbangkan kapasitas keuangan daerah, sumber daya personil, dan ketersediaan sarana dan prasarana. Memprioritaskan pelaksanaan urusan wajib yang berkaitan dengan pelayanan dasar 1. PERTAHANAN 2. KEAMANAN 3. AGAMA 4. YUSTISI 5. POLITIK LUAR NEGERI 6. MONETER & FISKAL NSPK PEMERINTAHAN UMUM 1. Pembinaan wawasan Kebangsaan dan Ketahanan Nasional. 2. Pembinaan Persatuan dan Kesatuan Bangsa. 3. Pembinaan kerukunan antarsuku dan Intrasuku, umat beragama, ras dan gol lainnya 4. Penanganan Konflik Sosial. 5. Koordinasi Pelaksanaan tugas antar instansi pemerintahan yang ada di Wilayah Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota. 6. Pengembangan kehidupan demokrasi berdasarkan Pancasila. 7. Pelaksanaan semua Urusan Pemerintahan yang bukan merupakan kewenangan Daerah dan tidak dilaksanakan oleh Instansi Vertikal.
  • 12. Pasal 17 Daerah berhak menetapkan kebijakan Daerah untuk menyelenggarakan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah. Daerah dalam menetapkan kebijakan Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), wajib berpedoman pada norma, standar, prosedur, dan kriteria yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Pusat. Dalam hal kebijakan Daerah yang dibuat dalam rangka penyelenggaraan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah tidak mempedomani norma, standar, prosedur, dan kriteria sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Pemerintah Pusat membatalkan kebijakan Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1). 2 Apabila dalam jangka waktu 2 (dua) tahun sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (5) Pemerintah Pusat belum menetapkan norma, standar, prosedur, dan kriteria, penyelenggara Pemerintahan Daerah melaksanakan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah. 1 3 4
  • 13. KEPALA DAERAH KEDUDUKAN GUBERNUR WAKIL PEMERINTAH PUSAT  Memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang mjd kewenangan daerah provinsi (dibiayai dari APBD)  melaksanakan tugas pembantuan dari Pemerintah Pusat (dibiayai APBD)  Melaksanakan pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pemerintahan daerah kabupaten/kota dan tugas lain (Pasal 91)  Melaksanakan tugas dan wewenang lain selain yang diatur dalam Pasal 91 Membentuk perda Dibantu perangkat daerah Tidak membentuk perda Dibantu perangkat gubernur sbg wakil Pemerintah Pusat Dibiayai APBN Pelaksana urusan pemerintahan umum (APBN) 13 Tidak membentuk perda Dibantu instansi vertikal (kesbangpol kemendagri) Dibiayai APBN
  • 14. Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Undang-Undang Nomor
  • 15. UU 23 TAHUN 2014 Pendanaan Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan di Daerah Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah didanai dari dan atas beban APBD. Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Pemerintah Pusat di Daerah didanai dari dan atas beban APBN. 1 2 Pasal 282 Administrasi pendanaan penyelenggaraan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan secara terpisah dari administrasi pendanaan penyelenggaraan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Pemerintah Pusat sebagaimana dimaksud pada ayat (2). 3
  • 16. PERMENDAGRI NOMOR 52 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2016 PENYUSUNAN APBD TAHUN ANGGARAN 2016 DIDASARKAN PRINSIP 1 Sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah; Tertib, taat pada ketentuan peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, bertanggung jawab dengan memperhatikan rasa keadilan, kepatutan dan manfaat untuk masyarakat; Tepat waktu, sesuai dengan tahapan dan jadwal yang telah ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan; Transparan, untuk memudahkan masyarakat mengetahui dan mendapatkan akses informasi seluas-luasnya tentang APBD; Partisipatif, dengan melibatkan masyarakat; dan Tidak bertentangan dengan kepentingan umum, peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi dan peraturan daerah lainnya. 2 3 4 5 6
  • 18. NO SUB URUSAN PEMERINTAH PUSAT DAERAH PROVINSI DAERAH KABUPATEN/KOTA 1. Perencanaan Hutan a. Penyelenggaraan inventarisasi hutan. b. Penyelenggaraan pengukuhan kawasan hutan. c. Penyelenggaraan penatagunaan kawasan hutan. d. Penyelenggaraan pembentukan wilayah pengelolaan hutan. e. Penyelenggaraan rencana kehutanan nasional. -- -- 2. Pengelolaan Hutan a. Penyelenggaraan tata hutan. b. Penyelenggaraan rencana pengelolaan hutan. c. Penyelenggaraan pemanfaatan hutan dan penggunaan kawasan hutan. d. Penyelenggaraan rehabilitasi dan reklamasi hutan. e. Penyelenggaraan perlindungan hutan. f. Penyelenggaraan pengolahan dan penatausahaan hasil hutan. g. Penyelenggaraan pengelolaan kawasan hutan dengan tujuan khusus (KHDTK). a. Pelaksanaan tata hutan kesatuan pengelolaan hutan kecuali pada kesatuan pengelolaan hutan konservasi (KPHK). b. Pelaksanaan rencana pengelolaan kesatuan pengelolaan hutan kecuali pada kesatuan pengelolaan hutan konservasi (KPHK). c. Pelaksanaan pemanfaatan hutan di kawasan hutan produksi dan hutan lindung, meliputi : 1) Pemanfaatan kawasan hutan; 2) Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu; --
  • 19. NO SUB URUSAN PEMERINTAH PUSAT DAERAH PROVINSI DAERAH KABUPATEN/KOTA 2. Pengelolaan Hutan 3) Pemungutan hasil hutan; 4) Pemanfaatan jasa lingkungan kecuali pemanfaatan penyimpanan dan/atau penyerapan karbon. a. Pelaksanaan rehabilitasi di luar kawasan hutan negara. b. Pelaksanaan perlindungan hutan di hutan lindung, dan hutan produksi. c. Pelaksanaan pengolahan hasil hutan bukan kayu. d. Pelaksanaan pengolahan hasil hutan kayu dengan kapasitas produksi < 6000 m³/tahun. e. Pelaksanaan pengelolaan KHDTK untuk kepentingan religi. -- 3. Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya a. Penyelenggaraan pengelolaan kawasan suaka alam dan kawasan pelestarian alam. b. Penyelenggaraan konservasi tumbuhan dan satwa liar. c. Penyelenggaraan pemanfaatan secara lestari kondisi lingkungan kawasan pelestarian alam. d. Penyelenggaraan pemanfaatan jenis tumbuhan dan satwa liar. a. Pelaksanaan perlindungan, pengawetan dan pemanfaatan secara lestari taman hutan raya (TAHURA) lintas Daerah kabupaten/kota. b. Pelaksanaan perlindungan tumbuhan dan satwa liar yang tidak dilindungi dan/atau tidak masuk dalam lampiran (Appendix) CITES. c. Pelaksanaan pengelolaan kawasan bernilai ekosistem penting dan daerah penyangga kawasan suaka alam dan kawasam pelestarian alam. Pelaksanaan pengelolaan TAHURA kabupaten/ kota.
  • 20. NO SUB URUSAN PEMERINTAH PUSAT DAERAH PROVINSI DAERAH KABUPATEN/KOTA 4. Pendidikan dan Pelatihan, Penyuluhan dan Pemberdayaan Masyarakat di bidang Kehutanan a. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan serta pendidikan menengah kehutanan. b. Penyelenggaraan penyuluhan kehutanan nasional. a. Pelaksanaan penyuluhan kehutanan provinsi. b. Pemberdayaan masyarakat di bidang kehutanan. -- 5. Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Penyelenggaraan pengelolaan DAS. Pelaksanaan pengelolaan DAS lintas Daerah kabupaten/kota dan dalam Daerah kabupaten/kota dalam 1 (satu) Daerah provinsi. 6. Pengawasan Kehutanan Penyelenggaraan pengawasan terhadap pengurusan hutan. -- --
  • 22. NO SUB URUSAN PEMERINTAH PUSAT DAERAH PROVINSI DAERAH KABUPATEN/KOTA 1. Geologi a.Penetapan cekungan air tanah. b.Penetapan zona konservasi air tanah pada cekungan air tanah lintas Daerah provinsi dan lintas negara. c.Penetapan kawasan lindung geologi dan warisan geologi (geo- heritage). d.Penetapan status dan peringatan dini bahaya gunung api. e.Peringatan dini potensi gerakan tanah. f. Penetapan neraca sumber daya dan cadangan sumber daya mineral dan energi nasional. g.Penetapan kawasan rawan bencana geologi. a.Penetapan zona konservasi air tanah pada cekungan air tanah dalam Daerah provinsi. b.Penerbitan izin pengeboran, izin penggalian, izin pemakaian, dan izin pengusahaan air tanah dalam Daerah provinsi. c.Penetapan nilai perolehan air tanah dalam Daerah provinsi.
  • 23. NO SUB URUSAN PEMERINTAH PUSAT DAERAH PROVINSI DAERAH KABUPATEN/KOTA 2. Mineral dan Batubara a. Penetapan wilayah pertambangan sebagai bagian dari rencana tata ruang wilayah nasional, yang terdiri atas wilayah usaha pertambangan, wilayah pertambangan rakyat dan wilayah pencadangan negara serta wilayah usaha pertambangan khusus. b. penetapan wilayah izin usaha pertambangan mineral logam dan batubara serta wilayah izin usaha pertambangan khusus. c. Penetapan wilayah izin usaha pertambangan mineral bukan logam dan batuan lintas Daerah provinsi dan wilayah laut lebih dari 12 (dua belas) mil. d. Penerbitan izin usaha pertambangan mineral logam, batubara, mineral bukan logam dan batuan pada : 1) wilayah izin usaha Pertambangan yang berada pada wilayah lintas Daerah provinsi; a. Penetapan wilayah izin usaha pertambangan mineral bukan logam dan batuan dalam 1 (satu) Daerah provinsi dan wilayah laut sampai dengan 12 (dua belas) mil. b. Penerbitan izin usaha pertambangan mineral logam dan batubara dalam rangka penanaman modal dalam negeri pada wilayah izin usaha pertambangan Daerah yang berada dalam 1 (satu) Daerah provinsi termasuk wilayah laut sampai dengan 12 mil laut. c. Penerbitan izin usaha pertambangan mineral bukan logam dan batuan dalam rangka penanaman modal dalam negeri pada wilayah izin usaha pertambangan yang berada dalam 1 (satu) Daerah provinsi termasuk wilayah laut sampai dengan 12 mil laut. d. Penerbitan izin pertambangan rakyat untuk komoditas mineral logam, batubara, mineral bukan logam dan batuan dalam wilayah pertambangan rakyat.
  • 24. NO SUB URUSAN PEMERINTAH PUSAT DAERAH PROVINSI DAERAH KABUPATEN/KOTA 2. Mineral dan Batubara 2) wilayah izin usaha pertambangan yang berbatasan langsung dengan negara lain; dan 3) wilayah laut lebih dari 12 mil; a. Penerbitan izin usaha pertambangan dalam rangka penanaman modal asing. b. Pemberian izin usaha pertambangan khusus mineral dan batubara. c. Pemberian registrasi izin usaha pertambangan dan penetapan jumlah produksi setiap Daerah provinsi untuk komiditas mineral logam dan batubara. d. Penerbitan izin usaha pertambangan operasi produksi khusus untuk pengolahan dan pemurnian yang komoditas tambangnya yang berasal dari Daerah provinsi lain di luar lokasi fasilitas pengolahan dan pemurnian, atau impor serta dalam rangka penanaman modal asing. e. Penerbitan izin usaha pertambangan operasi produksi khusus untuk pengolahan dan pemurnian dalam rangka penanaman modal dalam negeri yang komoditas tambangnya berasal dari 1 (satu) Daerah provinsi yang sama. f. Penerbitan izin usaha jasa pertambangan dan surat keterangan terdaftar dalam rangka penanaman modal dalam negeri yang kegiatan usahanya dalam 1 (satu) Daerah provinsi. g. Penetapan harga patokan mineral bukan logam dan batuan.
  • 25. NO SUB URUSAN PEMERINTAH PUSAT DAERAH PROVINSI DAERAH KABUPATEN/KOTA 2. Mineral dan Batubara e. Penerbitan izin usaha jasa pertambangan dan surat keterangan terdaftar dalam rangka penanaman modal dalam negeri dan penanaman modal asing yang kegiatan usahanya di seluruh wilayah Indonesia. f. Penetapan harga patokan mineral logam dan batubara. g. Pengelolaan inspektur tambang dan pejabat pengawas pertambangan. 3. Minyak dan Gas Bumi Penyelenggaraan minyak dan gas bumi.
  • 26. NO SUB URUSAN PEMERINTAH PUSAT DAERAH PROVINSI DAERAH KABUPATEN/KOTA 4. Energi Baru Terbarukan a. Penetapan wilayah kerja panas bumi. b. Pelelangan wilayah kerja panas bumi. c. Penerbitan izin pemanfaatan langsung panas bumi lintas Daerah provinsi. d. Penerbitan izin panas bumi untuk pemanfaatan tidak langsung. e. Penetapan harga listrik dan/atau uap panas bumi. f. Penetapan badan usaha sebagai pengelola tenaga air untuk pembangkit listrik. g. Penerbitan surat keterangan terdaftar usaha jasa penunjang yang kegiatan usahanya dalam lintas Daerah provinsi. h. Penerbitan izin usaha niaga bahan bakar nabati (biofuel) sebagai bahan bakar lain dengan kapasitas penyediaan di atas 10.000 (sepuluh ribu) ton pertahun. a. Penerbitan izin pemanfaatan langsung panas bumi lintas Daerah kabupaten/kota dalam 1 (satu) Daerah provinsi. b. Penerbitan surat keterangan terdaftar usaha jasa penunjang yang kegiatan usahanya dalam 1 (satu) Daerah provinsi. c. Penerbitan izin, pembinaan dan pengawasan usaha niaga bahan bakar nabati (biofuel) sebagai bahan bakar lain dengan kapasitas penyediaan sampai dengan 10.000 (sepuluh ribu) ton pertahun. Penerbitan izin pemanfaatan langsung panas bumi dalam Daerah kabupaten/kota.
  • 27. NO SUB URUSAN PEMERINTAH PUSAT DAERAH PROVINSI DAERAH KABUPATEN/KOTA 5. Ketenagalistrikan a. Penetapan wilayah usaha penyediaan tenaga listrik dan izin jual beli tenaga listrik lintas negara. b. Penerbitan izin usaha penyediaan tenaga listrik lintas Daerah provinsi, badan usaha milik negara dan penjualan tenaga listrik serta penyewaan jaringan kepada penyedia tenaga listrik lintas Daerah provinsi atau badan usaha milik negara. c. Penerbitan izin operasi yang fasilitas instalasinya mencakup lintas Daerah provinsi atau berada di wilayah di atas 12 mil laut. d. Penetapan tarif tenaga listrik untuk konsumen dan penerbitan izin pemanfaatan jaringan untuk telekomunikasi, multimedia, dan informatika dari pemegang izin yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat. a. Penerbitan izin usaha penyediaan tenaga listrik non badan usaha milik negara dan penjualan tenaga listrik serta penyewaan jaringan kepada penyedia tenaga listrik dalam Daerah provinsi. b. Penerbitan izin operasi yang fasilitas instalasinya dalam Daerah provinsi. c. Penetapan tarif tenaga listrik untuk konsumen dan penerbitan izin pemanfaatan jaringan untuk telekomunikasi, multimedia, dan informatika dari pemegang izin yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah provinsi. d. Persetujuan harga jual tenaga listrik dan sewa jaringan tenaga listrik, rencana usaha penyediaan tenaga listrik, penjualan kelebihan tenaga listrik dari pemegang izin yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah provinsi.
  • 28. NO SUB URUSAN PEMERINTAH PUSAT DAERAH PROVINSI DAERAH KABUPATEN/KOTA 5. Ketenagalistrikan e. Persetujuan harga jual tenaga listrik dan sewa jaringan tenaga listrik, rencana usaha penyediaan tenaga listrik, penjualan kelebihan tenaga listrik dari pemegang izin yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat. f. Penerbitan izin usaha jasa penunjang tenaga listrik yang dilakukan oleh badan usaha milik negara atau penanam modal asing/mayoritas sahamnya dimiliki oleh penanam modal asing. g.Penyediaan dana untuk kelompok masyarakat tidak mampu, pembangunan sarana penyediaan tenaga listrik belum berkembang, daerah terpencil dan perdesaan. e. Penerbitan izin usaha jasa penunjang tenaga listrik bagi badan usaha dalam negeri/mayoritas sahamnya dimiliki oleh penanam modal dalam negeri. f. Penyediaan dana untuk kelompok masyarakat tidak mampu, pembangunan sarana penyediaan tenaga listrik belum berkembang, daerah terpencil dan perdesaan.