2. BIOGRAFI SINGKAT
◦ Ingwer Ludwig Nommensen atau I.L. Nommensen; lahir
di Noordstrand, Jerman Utara, 6 Februari 1834.
◦ Seorang tokoh pengabar Injil berkebangsaan Jerman di
tanah Batak. Hasil dari pekerjaannya adalah berdirinya
sebuah gereja terbesar di wilayah suku bangsa Batak
yaitu Huria Kristen Batak Protestan (HKBP).
◦ Tahun 1861 ia ditahbiskan menjadi pendeta. Dan
sesudahnya ia berangkat menuju Sumatera dan tiba
pada bulan Mei 1862 di Padang. Ia memulai
pekerjaannya di Barus.
Sumber : http://biokristi.sabda.org/ingwer_ludwig_nommensen
3. ◦ Nomensen melakukan pelayanan serta penginjilan
untuk orang-orang Batak selama kurang lebih 56
tahun, merupakan Ephorus Pertama HKBP Periode
1881-1918 selama 37 tahun.
◦ Pada hari ulang tahunnya yang ke-70, Universitas
Bonn memberikan gelar Doktor Honoris Causa
kepada Nommensen.
◦ Pada tahun 1911, ia memperoleh penghargaan
Kerajaan Belanda dengan diangkat sebagai Officer
Ordo Oranye-Nassau. Ia pun akhirnya mendapat
gelar sebagai Rasul Orang Batak.
◦ Meninggal di Sigumpar, Toba Samosir, 23 Mei 1918
pada usia 84 tahun.
Gambar patung I.L Nommensen
Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Salib-kasih-patung-nommensen.jpg
4. Masa Kecil
Nommensen sejak kecil sudah hidup di
dalam kemiskinan dan penderitaan. Sejak
kecil ia sudah mencari nafkah untuk
membantu orang tuanya. Ayahnya adalah
seorang yang miskin dan selalu sakit-sakitan.
Pada usia 8 tahun, Nommensen mencari
nafkah dengan menggembalakan domba
milik orang lain pada musim panas, dan
pada musim dingin ia bersekolah
Tahun 1846 Nommensen mengalami
kecelakaan yang serius. Ia ditabrak oleh
kereta berkuda yang menggilas kakinya
sehingga patah. Karenanya, ia hanya bisa
berbaring saja di tempat tidur selama
berbulan-bulan. Teman-temannya biasa
datang untuk menceritakan pelajaran dan
cerita-cerita yang disampaikan guru di
sekolah. Cerita-cerita itu adalah tentang
pengalaman pendeta-pendeta yang pergi
memberitakan Injil kepada banyak orang,
dan Nommensen sangat tertarik
mendengar cerita-cerita itu.
5. Pendidikan dan Misi
Pada usia 20 tahun, Nommensen berangkat
ke Barmen untuk melamar menjadi penginjil. Selama
empat tahun ia belajar di seminari zending Lutheran
Rheinische Missionsgesellschaft (RMG). Ia kemudian
ditahbiskan menjadi pendeta pada tahun 1861 dan
ditugaskan oleh RMG ke Sumatra. Tiba pada tanggal
14 Mei 1862 di Padang. Ia mulai belajar bahasa
Batak dan bahasa Melayu dan cepat
menguasainya. Ia mulai mengadakan kontak-kontak
dengan orang-orang Batak, terutama dengan raja-raja.
Ia mempelajari adat-istiadat Batak dan
mempergunakannya dalam mempererat pergaulan.
“Hidup atau mati biarlah aku
tinggal di tengah-tengah
bangsa ini untuk
menyebarkan firman dan
kerajaan-Mu. Amin”
(Dr. Ingwer Ludwig
Nommensen)
6. Tulisan
dibawah
patung I.L
Nommensen
Gambar :
http://mekkelbojak.blogd
etik.com/index.php/archi
ves/93
7. Nommensen meminta izin untuk masuk ke
pedalaman namun dilarang oleh pemerintah,
karena sangat berbahaya bagi seorang asing.
Namun Nommensen tidak takut. Ia memilih
Silindung sebagai tempat tinggalnya yang baru.
Ia mendapat gangguan yang hebat di sini,
namun ia tidak putus asa. Ia berhasil
mengumpulkan jemaatnya yang pertama di Huta
Dame (Kampung Damai). Tahun 1873 ia
mendirikan sebuah gedung gereja, sekolah, dan
rumahnya sendiri di Pearaja. Sampai sekarang
Pearaja menjadi pusat HKBP.
Nommensen memberitakan Injil di tanah Batak
dengan berbagai macam cara. Ia menerjemahkan
Alkitab Perjanjian Baru (PB) ke dalam bahasa Toba
dan menerbitkan cerita-cerita Batak. Ia juga
berusaha untuk memperbaiki pertanian,
peternakan, meminjamkan modal, menebus
hamba-hamba dari tuan-tuannya, serta membuka
sekolah-sekolah dan balai-balai pengobatan.
Dalam pekerjaan pengabaran Injil, Ia menyadari
perlunya mengikutsertakan orang-orang Batak.
Maka dari itu, dibukalah sekolah penginjil yang
menghasilkan penginjil-penginjil Batak pribumi. Juga
untuk kebutuhan guru-guru sekolah, Nommensen
membuka pendidikan guru.
8. Gambar :
Kartu
Pegawai Dr.
Ingwer Ludwig
Nommensen
Sumber :
http://id.wikipedia.org/w/
index.php?title=Berkas:PK
-Nommensen-a.
jpg&filetimestamp=2011
0309041248&
9. Karena kecakapan dan jasa-jasanya dalam
pekerjaan penginjilan, maka pimpinan RMG
mengangkatnya menjadi Ephorus pada tahun
1881.
Pekerjaan Nommensen diberkati Tuhan, sehingga
Injil makin meluas. Kemudian dia pindah tempat
tinggal ke kampung Sigumpar pada tahun 1891,
dan ia tinggal di sana sampai dia meninggal.
Pada hari ulang tahunnya yang ke-70 Universitas
Bonn memberikan gelar Doktor Honoris Causa
kepada Nommensen. Pada tahun 1911, Ia
memperoleh penghargaan Kerajaan Belanda
dengan diangkat sebagai Officer Ordo Oranye-
Nassau. Ia pun akhirnya mendapat gelar sebagai
Rasul Orang Batak.
Gambar kompleks Zending di Pearaja
Sumber :
http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Berkas:Bangunan_zending.j
pg&filetimestamp=20110415110506&
10. Kematian
Nommensen meninggal pada usia 84
tahun. Ia meninggal pada tanggal 23
Mei 1918. Nommensen dimakamkan di
Sigumpar, di tengah-tengah suku
bangsa Batak setelah bekerja dalam
kalangan suku bangsa ini selama 57
tahun lamanya.
Sumber Gambar : http://batakculture.wordpress.com/2012/05/08/dr-ingwer-ludwig-nommensen-sang-apostel-batak/
11. Daftar Pustaka
Wellem, F.D. (2011). [Online]. Riwayat Hidup Singkat Tokoh-tokoh dalam Sejarah
Gereja.
Tersedia : http://biokristi.sabda.org/ingwer_ludwig_nommensen [22 September 2014,
05.10am]