SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 31
PHOTOPERIODE TANAMAN TROPIS
DENGAN AGROKLIMATOLOGI
OLEH :
NAMA : PUAN HABIBAH
BP : 1920242005
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS ANDALAS
2020
Pendahuluan
Keadaan poros bumi dengan kemiringan 23½
menyebabkan adanya perbedaan cahaya
matahari secara periodik. Sehingga di belahan
bumi ini dikenal adanya daerah beriklim Tropis,
Sub Tropis, iklim sedang dan Kutub. Tumbuhan
yang hidup tergantung akan adanya matahari
sehingga terpengaruh pula dengan keadaan
tersebut.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembungaan
Faktor Eksternal
Kualitas Cahaya
Fotoperiodisme
 Fotoperodisme adalah respon tumbuhan terhadap lamanya penyinaran
(panjang pendeknya hari)yang dapat merangsang pembungaan.
 Istilah Fotoperodisme digunakan untuk fenomena dimana fase
perkembangan tumbuhan di pengaruhi oleh lama penyinaran yang
diterima oleh tumbuhan tersebut.
 Beberpa jenis tumbuhan perkembangannya sangat di pengaruhi oleh
lamanya penyinaran, turutama dengan kapan tumbuhan tersebut akan
memasuki fase gerneratif ex: pembungaan
Tipe Respon
Respon tanaman dalam menghasilkan bunga akibat fotoperiodisme ada
beberapa tipe:
Tanaman Hari Pendek Tanaman Hari Panjang
Tanaman Hari Netral Variasi Lainnya
Pengaruh Fotoperiodisme Terhdap
Pembungaan
Tunaman Hari Pendek
Tumbuhan/tanaman Hari Pendek (Short Day Plants)
Strawberry B. Dahlia B. Krisan
Tanaman Hari Panjang (Long Day Plants disingkat LDPs)
Pembungaannya di lakukan dengan panjang hari lebih panjang dari
minimum kritis apabila dikenai panjang hari lebih dari 12 jam (kritis)
Hyoscyamus niger Barley
Tanaman Hari Netral
 Pembungaan tidak dipengaruhi oleh panjang pendeknya hari. Contoh:Lada
(Piper sp), Tomat (Lycopersicum esculenta), Kacang merah, Pepaya,
Mirabilis.
Lada Tomat Pepaya
Variasi lainnya
 Tanaman Hari Panjang Pendek (LSDPs)
 Tanaman yang pembungaannya digalakkan oleh serangkaian hari panjang
sebelum dikenai serangkaian hari pendek Contoh: Jasmine
Variasi Respon Fotoperiodisme
(Salisbury, 1995)
1. Hari Netral Sejati
2. Hari Panjang Kuantitatif
3. Hari panjang kuantitatif
4. Hari panjang kuantitatif
5. Hari Panjang Kualitatif
6. Hari Pendek Kualitatif
7. Hari Pendek Kuantitatif
4 Tahap Yang Terjadi Dalam Respon Pembungaan Terhadap
Rangsangan Fotoperioda
1. Menerima rangsangan
2. Transformasi dari organ penerima rangsangan menjadi beberapa pola
metabolisme baru yang berkaitan dengan penyediaan bahan untuk
pembungaan
3. Pengangkuatan hasil metabolisme
4. Respon pada titik tumbuh untuk menghasilkan pembungaan
 Terkait dengan fase perkembangan tumbuhan tersebut maka
pembungaan berkaitan pula dengan umur.
 Diperlukan umur minimal agar bunga responsif terhadap
Fotoperiodisme. Sebagai contoh:
 Kedelai setelah umur 6 minggu
 Tembakau ditandai munculnya 5-6 daun
 Pinus setelah berumur 5 tahun
 Tahapan tersebut dikatakan sebagai fase juwana, sebagai tahap
vegetatif dasar (Basic Vegetatif Phase, BVP) apabila BVP terpenuhi
maka tanaman memasuki tahap induksi foto periode (Photoperiod
Induced Phase, PIP)
JUVENIL
Daur Fotoinduksi
 Jumlah daur fotoinduksi minimum yang diperlukan untuk masing-masing
spesies, varietas, umur dan besar tanaman berbeda.
 Setelah jumlah minimum terpenuhi maka pembungaan akan meningkat.
Contoh pada Kedelai ‘Biloxi’ (SDPs) 7 daur foto induksi optimum lebih dari
tujuh tidak meningkatkan pembungaan.
 Pada cocklebur 1 periode gelap 8,5 jam dan selanjutnya dipelihara dalam
hari panjang tetap akan menginduksi bunga.Terkait pula dengan suhu
udara, misalnya cocklebur, pada temperatur rendah (50C) menyebabkan
tanaman memerlukan periode gelap lebih panjang 2-3 jam.
Cocklebur Kedelai
Pemutusan Malam
 Panjangnya malam merupakan faktor operatif pada fotoperiodisme,
ditunjukkan oleh panjangnya malam yang di interupsi oleh cahaya putih
atau merah merusak pengaruh panjang malam. Selingan berupa cahaya
intensitas rendah 2 menit atau hanya 12 detik dapat memberikan
pengaruh seperti hari panjang pada SDPs.
 Sebaliknya LDPs digalakkan untuk berbunga. Selingan efektif merusak
apabila pada terjadi pada setelah 8 jam pertama pada malam yang
panjangnya 10, 12, 16, atau 20 jam.
 Pemutusan 3-4 jam sebelum atau setelah 18 sampai 20 jam tidak efektif
untuk aplikasi rumah kaca komersial Fotoperiodisme ditentukan oleh
bagian energi cahaya merah ( nm, R) dan merah jauh ( nm, FR).
Fitokrom
 Beberapa tumbuhan berbunga menggunakan pigmen fitokrom
untuk menanggapi perubahan panjangnya hari.
 Fitokrom merespon cahaya merah dan cahaya merah jauh.
 Tumbuhan menggunakan pigmen ini sebagai indikasi dalam
berbunga.
• Secara struktur kimia, bagian sensor fitokrom
adalah suatu kromofor dari kelompok bilin
(fitokromobilin), yang hampir serupa dengan klorofil
/hemoglobin (memiliki kerangka heme).
• Kromofor dilindungi atau diikat oleh apoprotein,
yang berpengaruh terhadap kinerja bagian sensor.
Kromofor dan apoprotein inilah yang bersama-
sama disebut fitokrom.
Fitokrom
 Pengaruh pemberian cahaya tersebut terkait dengan adanya Fitokrom
sehingga mekanisme kerjanya dapat dirangkum sebagai berikut:
 Pencahayaan R akan mengubah Pr menjadi Pfr. Bentuk Pfr ini berakibat
menghambat pembungaan pada tanaman SDPs, sebaliknya pada LDPs
justru akan menggiatkan.
 Sedangkan pencahayaan FR atau selama dalam periode gelap dan
temperatur yang hangat, Pfr akan berubah menjadi Pr yang berarti
menggiatkan pembungaan tanaman SDPs dan menghambat pembungaan
LDPs.
Fitokrom terbagi menjadi dua bentuk yang dapat saling
berubah yaitu :
PR , mampu menyerap cahaya merah (R; 660 nm)
PFR , mampu menyerap cahaya merah jauh (FR; 730 nm)
• Penyerapan cahaya merah oleh PR dengan merubah PR m
enjadi PFR
• Penyerapan cahaya merah-jauh oleh PFR dengan merubah
PFR menjadi PR
• Pada saat gelap, PFR akan berubah kembali menjadi PR
• Cahaya merah dapat dikatakan lebih efektif daripada
panjang gelombang lainnya, jika cahaya merah-jauh
diikuti cahaya merah dengan segera maka tanaman
akan berbunga
• Cahaya merah paling efektif, khususnya pada tumbuh
an hari-pendek dalam keadaan tertentu, campuran
cahaya merah dan merah jauh efektif pada
tumbuhan hari-panjang.
• Pada spesies dengan temperatur dingin, suhu
awal musim gugur tampaknya dapat
merangsang inisiasi bunga.
• Fungsi suhu adalah mematahkan dormansi
kuncup.
• Pada spesies dengan temperatur hangat,
subtropis, dan tropis, pengurangan relatif
pada suhu justru lebih bermanfaat.
Suhu
• Suhu rendah, menstimulir terjadinya
perubahan pola pembelahan meristem dari
apikal menjadi lateral.
• Suhu tinggi hingga batas ambang tertentu,
dibutuhkan oleh meristem lateral (primordia
bunga) → membentuk kuncup-kuncup bunga
dan melangsungkan proses pembungaan.
THERMOPERIODISME/
VERNALISASI
 Banyak species tanaman memerlukan serangkaian suhu dingin (periode
dingin 2-100 C) selama 2-6 minggu agar dapat berbunga pada saat
Fotoperiodisme. Sifat respon ini ada yang mutlak atau kualitatif
(pembungaan terjadi sangat bergantung sepenuhnya pada suhu rendah,
sebagai contoh gandum dan ada yang bersifat fakultatif atau kuantitatif
(suhu rendah hanya menyebabkan pembungaan lebih cepat)
 Pada beras belanda Hari pendek dapat menggantikan vernalisasi dalam
batas tertentu, yang kemudian dikenai hari panjang untuk dapat
meningkatkan pembungaan.
 Letak respon vernalisasi diduga ada di dalam tunas atau
meristem atau kuncup daun bukan di daun dengan bukti:
 Biji yang sudah diimbibisi mudah divernalisasi
 pengenaan suhu dingin hanya pada daun, akar, atau batang tidak
efektif
 biji yang sedang berkembang dalam tanaman induk dapat dan sering
sudah tervernalisasi apabila tepat pada saat waktu suhu dingin
berlangsung sebelum biji kering.
 kuncup liar tanaman yang telah divernalisasi telah tergalakkan untuk
berbunga.
 Vernalisasi pada biji dapat dihilangkan (devernalisasi) karena
adanya kekeringan atau dengan perlakuan temperatur tinggi.
Keberadaan unsur hara berhubungan dengan
ketersediaan suplai energi dan bahan pembangun bagi
proses pembentukan dan perkembangan bunga.
Terdiri dari :
 Carbon/protein
 Carbon/nitrogen rratio atio
Unsur Hara
• Air dan nitrogen melimpah → titik tumbuh apikal aktif
dan terjadi pertumbuhan vegetatif yang lebih dominan.
• Kandungan air menurun→ suhu dalam tanah meningkat→
aktivitas meristem apikal menurun→ terjadi mobilisasi
energi dan cadangan makanan untuk membentuk
meristem lateral.
• Kadar Nitrogen menurun → pembungaan
• Hormon yang berperan dalam perbungaan
adalah florigen
• Translokasi hormon :
Melalui pembuluh floem dan diangkut bersama
fotosintat
• Tempat sintesis hormon :
pada beberapa spesies  di daun-daun yang
masih sangat muda
Fitohormon
• Hormon dapat menginduksi dan menghambat
proses pembungaan
• Terdapat Antesin→hormon awal pembungaan
• Antesin dengan GA akan menghasilkan
florigen yang akan merangsang pembungaan.
• Terdapat Vernalin→ bertanggung jawab dalam
meneruskan rangsangan vernalisasi.
TERIMAKASIH

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Vigor dan viabilitas benih
Vigor dan viabilitas benihVigor dan viabilitas benih
Vigor dan viabilitas benih
Unhy Doel
 
Pertemuan 9 (hormon tumbuhan)
Pertemuan 9 (hormon tumbuhan)Pertemuan 9 (hormon tumbuhan)
Pertemuan 9 (hormon tumbuhan)
f' yagami
 
Ringkasan perkuliahan semester 4 teknologi perbenihan (bagian 28)
Ringkasan perkuliahan semester 4 teknologi perbenihan (bagian 28)Ringkasan perkuliahan semester 4 teknologi perbenihan (bagian 28)
Ringkasan perkuliahan semester 4 teknologi perbenihan (bagian 28)
Bondan the Planter of Palm Oil
 

Was ist angesagt? (20)

Fisiologi Biji
Fisiologi  BijiFisiologi  Biji
Fisiologi Biji
 
Laporan puts perangkat uji tanah sawah
Laporan puts perangkat uji tanah sawahLaporan puts perangkat uji tanah sawah
Laporan puts perangkat uji tanah sawah
 
4 penyakit non infeksius 1 defisiensi hara
4 penyakit non infeksius 1 defisiensi hara4 penyakit non infeksius 1 defisiensi hara
4 penyakit non infeksius 1 defisiensi hara
 
9. produksi benih
9. produksi benih9. produksi benih
9. produksi benih
 
Sertifikasi benih
Sertifikasi benihSertifikasi benih
Sertifikasi benih
 
Pengaruh Lingkungan Terhadap Respon Tumbuhan
Pengaruh Lingkungan Terhadap Respon TumbuhanPengaruh Lingkungan Terhadap Respon Tumbuhan
Pengaruh Lingkungan Terhadap Respon Tumbuhan
 
Ppt zpt revisi
Ppt zpt revisiPpt zpt revisi
Ppt zpt revisi
 
Vigor dan viabilitas benih
Vigor dan viabilitas benihVigor dan viabilitas benih
Vigor dan viabilitas benih
 
Laporan Praktikum Pengukuran luas daun
Laporan Praktikum Pengukuran luas daunLaporan Praktikum Pengukuran luas daun
Laporan Praktikum Pengukuran luas daun
 
Induksi pembungaan (7)
Induksi pembungaan (7)Induksi pembungaan (7)
Induksi pembungaan (7)
 
Anatomi daun
Anatomi daunAnatomi daun
Anatomi daun
 
Peranan Naungan Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman
Peranan Naungan Terhadap Pertumbuhan dan Produksi TanamanPeranan Naungan Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman
Peranan Naungan Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman
 
Laporan praktikum pengujian daya tumbuh benih
Laporan praktikum pengujian daya tumbuh benihLaporan praktikum pengujian daya tumbuh benih
Laporan praktikum pengujian daya tumbuh benih
 
MODIFIKASI DAN FILOTAKSIS DAUN
MODIFIKASI DAN FILOTAKSIS DAUNMODIFIKASI DAN FILOTAKSIS DAUN
MODIFIKASI DAN FILOTAKSIS DAUN
 
LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sa...
LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sa...LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sa...
LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sa...
 
Penyakit Bulai Pada Jagung
Penyakit Bulai Pada JagungPenyakit Bulai Pada Jagung
Penyakit Bulai Pada Jagung
 
Pertemuan 9 (hormon tumbuhan)
Pertemuan 9 (hormon tumbuhan)Pertemuan 9 (hormon tumbuhan)
Pertemuan 9 (hormon tumbuhan)
 
Fisiologi Tumbuhan
Fisiologi TumbuhanFisiologi Tumbuhan
Fisiologi Tumbuhan
 
PPT Spermatophyta
PPT SpermatophytaPPT Spermatophyta
PPT Spermatophyta
 
Ringkasan perkuliahan semester 4 teknologi perbenihan (bagian 28)
Ringkasan perkuliahan semester 4 teknologi perbenihan (bagian 28)Ringkasan perkuliahan semester 4 teknologi perbenihan (bagian 28)
Ringkasan perkuliahan semester 4 teknologi perbenihan (bagian 28)
 

Ähnlich wie photoperiode dan pembungaan tanaman tropis dengan agroklimat

Pengaruh suhu dan matahari terhadap tumbuhan
Pengaruh suhu dan matahari terhadap tumbuhanPengaruh suhu dan matahari terhadap tumbuhan
Pengaruh suhu dan matahari terhadap tumbuhan
BMKG
 
pengaruh cahaya terhadap tumbuhan
pengaruh cahaya terhadap tumbuhanpengaruh cahaya terhadap tumbuhan
pengaruh cahaya terhadap tumbuhan
lalurangga
 
powerpoint,persentase,blog
powerpoint,persentase,blogpowerpoint,persentase,blog
powerpoint,persentase,blog
guestaec05c4
 
powerpoint,persentase,blog
powerpoint,persentase,blogpowerpoint,persentase,blog
powerpoint,persentase,blog
guestaec05c4
 
6 Hubungan Cahaya Tanaman
6 Hubungan Cahaya Tanaman6 Hubungan Cahaya Tanaman
6 Hubungan Cahaya Tanaman
guestaec05c4
 
6 Hubungan Cahaya Tanaman
6 Hubungan Cahaya Tanaman6 Hubungan Cahaya Tanaman
6 Hubungan Cahaya Tanaman
gueste104141
 
FISTUM KEL 3 FOTOPERIODISME.pptx
FISTUM KEL 3 FOTOPERIODISME.pptxFISTUM KEL 3 FOTOPERIODISME.pptx
FISTUM KEL 3 FOTOPERIODISME.pptx
MelyHartaty1
 

Ähnlich wie photoperiode dan pembungaan tanaman tropis dengan agroklimat (20)

PPT KELOMPOK 1 FISTUM PERT 12-1.pptx
PPT KELOMPOK 1 FISTUM PERT 12-1.pptxPPT KELOMPOK 1 FISTUM PERT 12-1.pptx
PPT KELOMPOK 1 FISTUM PERT 12-1.pptx
 
Pengaruh suhu dan matahari terhadap tumbuhan
Pengaruh suhu dan matahari terhadap tumbuhanPengaruh suhu dan matahari terhadap tumbuhan
Pengaruh suhu dan matahari terhadap tumbuhan
 
pengaruh cahaya terhadap tumbuhan
pengaruh cahaya terhadap tumbuhanpengaruh cahaya terhadap tumbuhan
pengaruh cahaya terhadap tumbuhan
 
Makalah fitokrom
Makalah fitokromMakalah fitokrom
Makalah fitokrom
 
Koko Tampubolon
Koko TampubolonKoko Tampubolon
Koko Tampubolon
 
powerpoint,persentase,blog
powerpoint,persentase,blogpowerpoint,persentase,blog
powerpoint,persentase,blog
 
powerpoint,persentase,blog
powerpoint,persentase,blogpowerpoint,persentase,blog
powerpoint,persentase,blog
 
powerpoint,persentase,blog
powerpoint,persentase,blogpowerpoint,persentase,blog
powerpoint,persentase,blog
 
6 Hubungan Cahaya Tanaman
6 Hubungan Cahaya Tanaman6 Hubungan Cahaya Tanaman
6 Hubungan Cahaya Tanaman
 
6 Hubungan Cahaya Tanaman
6 Hubungan Cahaya Tanaman6 Hubungan Cahaya Tanaman
6 Hubungan Cahaya Tanaman
 
6 Hubungan Cahaya Tanaman
6 Hubungan Cahaya Tanaman6 Hubungan Cahaya Tanaman
6 Hubungan Cahaya Tanaman
 
6 Hubungan Cahaya Tanaman
6 Hubungan Cahaya Tanaman6 Hubungan Cahaya Tanaman
6 Hubungan Cahaya Tanaman
 
Fisiologi tanaman (Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman)
Fisiologi tanaman (Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman)Fisiologi tanaman (Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman)
Fisiologi tanaman (Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman)
 
produktivitas tanaman tropis terkait dengan cahaya
produktivitas tanaman tropis terkait dengan cahayaproduktivitas tanaman tropis terkait dengan cahaya
produktivitas tanaman tropis terkait dengan cahaya
 
Slide 3 kapita hortikultura
Slide 3 kapita hortikulturaSlide 3 kapita hortikultura
Slide 3 kapita hortikultura
 
Ppt fotoperiodisme,
Ppt fotoperiodisme, Ppt fotoperiodisme,
Ppt fotoperiodisme,
 
FISTUM_7_VERNALISASI, SENESCENCE DAN DORMANSI.pptx
FISTUM_7_VERNALISASI, SENESCENCE DAN DORMANSI.pptxFISTUM_7_VERNALISASI, SENESCENCE DAN DORMANSI.pptx
FISTUM_7_VERNALISASI, SENESCENCE DAN DORMANSI.pptx
 
6_hubungan_cahaya_tanaman.ppt
6_hubungan_cahaya_tanaman.ppt6_hubungan_cahaya_tanaman.ppt
6_hubungan_cahaya_tanaman.ppt
 
Tran.klimat5
Tran.klimat5Tran.klimat5
Tran.klimat5
 
FISTUM KEL 3 FOTOPERIODISME.pptx
FISTUM KEL 3 FOTOPERIODISME.pptxFISTUM KEL 3 FOTOPERIODISME.pptx
FISTUM KEL 3 FOTOPERIODISME.pptx
 

Mehr von Puan Habibah

PENGENDALIAN GULMA PADA TANAMAN JERUK
PENGENDALIAN GULMA PADA TANAMAN JERUKPENGENDALIAN GULMA PADA TANAMAN JERUK
PENGENDALIAN GULMA PADA TANAMAN JERUK
Puan Habibah
 
Prinsip-prinsip ekologi dasar Leisa
Prinsip-prinsip ekologi dasar LeisaPrinsip-prinsip ekologi dasar Leisa
Prinsip-prinsip ekologi dasar Leisa
Puan Habibah
 
Teknologi Budidaya Tanaman Dengan Pengendalian Hama dan Penyakit Trepadu
Teknologi Budidaya Tanaman Dengan Pengendalian Hama dan Penyakit TrepaduTeknologi Budidaya Tanaman Dengan Pengendalian Hama dan Penyakit Trepadu
Teknologi Budidaya Tanaman Dengan Pengendalian Hama dan Penyakit Trepadu
Puan Habibah
 

Mehr von Puan Habibah (14)

POLLEN TUBE.pptx
POLLEN TUBE.pptxPOLLEN TUBE.pptx
POLLEN TUBE.pptx
 
Efek fisiologis sitokinin
Efek fisiologis sitokininEfek fisiologis sitokinin
Efek fisiologis sitokinin
 
produktivitas tanaman tropis terkait dengan suhu
produktivitas tanaman tropis terkait dengan suhuproduktivitas tanaman tropis terkait dengan suhu
produktivitas tanaman tropis terkait dengan suhu
 
produktivitas tanaman tropis terkait dengan air
produktivitas tanaman tropis terkait dengan airproduktivitas tanaman tropis terkait dengan air
produktivitas tanaman tropis terkait dengan air
 
faktor pembatas pertumbuhan dan produksi tanaman tropis (
faktor pembatas pertumbuhan dan produksi tanaman tropis (faktor pembatas pertumbuhan dan produksi tanaman tropis (
faktor pembatas pertumbuhan dan produksi tanaman tropis (
 
PENGENDALIAN GULMA PADA TANAMAN JERUK
PENGENDALIAN GULMA PADA TANAMAN JERUKPENGENDALIAN GULMA PADA TANAMAN JERUK
PENGENDALIAN GULMA PADA TANAMAN JERUK
 
PENGENDALIAN GULMA PADA TANAMAN UBI KAYU
PENGENDALIAN GULMA PADA TANAMAN UBI KAYUPENGENDALIAN GULMA PADA TANAMAN UBI KAYU
PENGENDALIAN GULMA PADA TANAMAN UBI KAYU
 
Prinsip-prinsip ekologi dasar Leisa
Prinsip-prinsip ekologi dasar LeisaPrinsip-prinsip ekologi dasar Leisa
Prinsip-prinsip ekologi dasar Leisa
 
Teknologi Budidaya Tanaman Dengan Pengendalian Hama dan Penyakit Trepadu
Teknologi Budidaya Tanaman Dengan Pengendalian Hama dan Penyakit TrepaduTeknologi Budidaya Tanaman Dengan Pengendalian Hama dan Penyakit Trepadu
Teknologi Budidaya Tanaman Dengan Pengendalian Hama dan Penyakit Trepadu
 
Mina padi
Mina padi Mina padi
Mina padi
 
Nilai kesetaraan lahan
Nilai kesetaraan lahan Nilai kesetaraan lahan
Nilai kesetaraan lahan
 
Konsep EKologi dasar Leisa
Konsep EKologi dasar LeisaKonsep EKologi dasar Leisa
Konsep EKologi dasar Leisa
 
PERTANIAN BERKELANJUTAN BERBASIS AGROFORESTRI
PERTANIAN BERKELANJUTAN BERBASIS AGROFORESTRIPERTANIAN BERKELANJUTAN BERBASIS AGROFORESTRI
PERTANIAN BERKELANJUTAN BERBASIS AGROFORESTRI
 
PERTANIAN INDONESIA DAN PERMASALAHANNYA
PERTANIAN INDONESIA DAN PERMASALAHANNYA PERTANIAN INDONESIA DAN PERMASALAHANNYA
PERTANIAN INDONESIA DAN PERMASALAHANNYA
 

Kürzlich hochgeladen

Analisis varinasi (anova) dua arah dengan interaksi
Analisis varinasi (anova) dua arah dengan interaksiAnalisis varinasi (anova) dua arah dengan interaksi
Analisis varinasi (anova) dua arah dengan interaksi
MemenAzmi1
 

Kürzlich hochgeladen (11)

Lampiran 4 _ Lembar Kerja Rencana Pengembangan Kompetensi DIri_Titin Solikhah...
Lampiran 4 _ Lembar Kerja Rencana Pengembangan Kompetensi DIri_Titin Solikhah...Lampiran 4 _ Lembar Kerja Rencana Pengembangan Kompetensi DIri_Titin Solikhah...
Lampiran 4 _ Lembar Kerja Rencana Pengembangan Kompetensi DIri_Titin Solikhah...
 
MATERI IPA KELAS 9 SMP: BIOTEKNOLOGI ppt
MATERI IPA KELAS 9 SMP: BIOTEKNOLOGI pptMATERI IPA KELAS 9 SMP: BIOTEKNOLOGI ppt
MATERI IPA KELAS 9 SMP: BIOTEKNOLOGI ppt
 
PPT KLONING (Domba Dolly), perkembangan kloning hewan, mekanisme kloning hewa...
PPT KLONING (Domba Dolly), perkembangan kloning hewan, mekanisme kloning hewa...PPT KLONING (Domba Dolly), perkembangan kloning hewan, mekanisme kloning hewa...
PPT KLONING (Domba Dolly), perkembangan kloning hewan, mekanisme kloning hewa...
 
Petunjuk Teknis Penggunaan Aplikasi OSNK 2024
Petunjuk Teknis Penggunaan Aplikasi OSNK 2024Petunjuk Teknis Penggunaan Aplikasi OSNK 2024
Petunjuk Teknis Penggunaan Aplikasi OSNK 2024
 
e-Book Persepsi dan Adopsi-Rachmat Hendayana.pdf
e-Book Persepsi dan Adopsi-Rachmat Hendayana.pdfe-Book Persepsi dan Adopsi-Rachmat Hendayana.pdf
e-Book Persepsi dan Adopsi-Rachmat Hendayana.pdf
 
Analisis varinasi (anova) dua arah dengan interaksi
Analisis varinasi (anova) dua arah dengan interaksiAnalisis varinasi (anova) dua arah dengan interaksi
Analisis varinasi (anova) dua arah dengan interaksi
 
tranformasi energi atau perubahan energi
tranformasi energi atau perubahan energitranformasi energi atau perubahan energi
tranformasi energi atau perubahan energi
 
bagian 2 pengujian hipotesis deskriptif 1 sampel
bagian 2 pengujian hipotesis deskriptif 1 sampelbagian 2 pengujian hipotesis deskriptif 1 sampel
bagian 2 pengujian hipotesis deskriptif 1 sampel
 
PERCOBAAN 3 Dissolved Oxygen-Kimia Lingkungan.docx
PERCOBAAN 3 Dissolved Oxygen-Kimia Lingkungan.docxPERCOBAAN 3 Dissolved Oxygen-Kimia Lingkungan.docx
PERCOBAAN 3 Dissolved Oxygen-Kimia Lingkungan.docx
 
Uji hipotesis, prosedur hipotesis, dan analisis data
Uji hipotesis, prosedur hipotesis, dan analisis dataUji hipotesis, prosedur hipotesis, dan analisis data
Uji hipotesis, prosedur hipotesis, dan analisis data
 
Dana Setiawan (Paparan terkait Konstruksi Jalan )
Dana Setiawan   (Paparan terkait Konstruksi Jalan )Dana Setiawan   (Paparan terkait Konstruksi Jalan )
Dana Setiawan (Paparan terkait Konstruksi Jalan )
 

photoperiode dan pembungaan tanaman tropis dengan agroklimat

  • 1. PHOTOPERIODE TANAMAN TROPIS DENGAN AGROKLIMATOLOGI OLEH : NAMA : PUAN HABIBAH BP : 1920242005 PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS ANDALAS 2020
  • 2. Pendahuluan Keadaan poros bumi dengan kemiringan 23½ menyebabkan adanya perbedaan cahaya matahari secara periodik. Sehingga di belahan bumi ini dikenal adanya daerah beriklim Tropis, Sub Tropis, iklim sedang dan Kutub. Tumbuhan yang hidup tergantung akan adanya matahari sehingga terpengaruh pula dengan keadaan tersebut.
  • 5. Fotoperiodisme  Fotoperodisme adalah respon tumbuhan terhadap lamanya penyinaran (panjang pendeknya hari)yang dapat merangsang pembungaan.  Istilah Fotoperodisme digunakan untuk fenomena dimana fase perkembangan tumbuhan di pengaruhi oleh lama penyinaran yang diterima oleh tumbuhan tersebut.  Beberpa jenis tumbuhan perkembangannya sangat di pengaruhi oleh lamanya penyinaran, turutama dengan kapan tumbuhan tersebut akan memasuki fase gerneratif ex: pembungaan
  • 6. Tipe Respon Respon tanaman dalam menghasilkan bunga akibat fotoperiodisme ada beberapa tipe: Tanaman Hari Pendek Tanaman Hari Panjang Tanaman Hari Netral Variasi Lainnya
  • 7.
  • 9. Tunaman Hari Pendek Tumbuhan/tanaman Hari Pendek (Short Day Plants) Strawberry B. Dahlia B. Krisan
  • 10. Tanaman Hari Panjang (Long Day Plants disingkat LDPs) Pembungaannya di lakukan dengan panjang hari lebih panjang dari minimum kritis apabila dikenai panjang hari lebih dari 12 jam (kritis) Hyoscyamus niger Barley
  • 11. Tanaman Hari Netral  Pembungaan tidak dipengaruhi oleh panjang pendeknya hari. Contoh:Lada (Piper sp), Tomat (Lycopersicum esculenta), Kacang merah, Pepaya, Mirabilis. Lada Tomat Pepaya
  • 12. Variasi lainnya  Tanaman Hari Panjang Pendek (LSDPs)  Tanaman yang pembungaannya digalakkan oleh serangkaian hari panjang sebelum dikenai serangkaian hari pendek Contoh: Jasmine
  • 13. Variasi Respon Fotoperiodisme (Salisbury, 1995) 1. Hari Netral Sejati 2. Hari Panjang Kuantitatif 3. Hari panjang kuantitatif 4. Hari panjang kuantitatif 5. Hari Panjang Kualitatif 6. Hari Pendek Kualitatif 7. Hari Pendek Kuantitatif
  • 14. 4 Tahap Yang Terjadi Dalam Respon Pembungaan Terhadap Rangsangan Fotoperioda 1. Menerima rangsangan 2. Transformasi dari organ penerima rangsangan menjadi beberapa pola metabolisme baru yang berkaitan dengan penyediaan bahan untuk pembungaan 3. Pengangkuatan hasil metabolisme 4. Respon pada titik tumbuh untuk menghasilkan pembungaan
  • 15.  Terkait dengan fase perkembangan tumbuhan tersebut maka pembungaan berkaitan pula dengan umur.  Diperlukan umur minimal agar bunga responsif terhadap Fotoperiodisme. Sebagai contoh:  Kedelai setelah umur 6 minggu  Tembakau ditandai munculnya 5-6 daun  Pinus setelah berumur 5 tahun  Tahapan tersebut dikatakan sebagai fase juwana, sebagai tahap vegetatif dasar (Basic Vegetatif Phase, BVP) apabila BVP terpenuhi maka tanaman memasuki tahap induksi foto periode (Photoperiod Induced Phase, PIP) JUVENIL
  • 16. Daur Fotoinduksi  Jumlah daur fotoinduksi minimum yang diperlukan untuk masing-masing spesies, varietas, umur dan besar tanaman berbeda.  Setelah jumlah minimum terpenuhi maka pembungaan akan meningkat. Contoh pada Kedelai ‘Biloxi’ (SDPs) 7 daur foto induksi optimum lebih dari tujuh tidak meningkatkan pembungaan.  Pada cocklebur 1 periode gelap 8,5 jam dan selanjutnya dipelihara dalam hari panjang tetap akan menginduksi bunga.Terkait pula dengan suhu udara, misalnya cocklebur, pada temperatur rendah (50C) menyebabkan tanaman memerlukan periode gelap lebih panjang 2-3 jam. Cocklebur Kedelai
  • 17. Pemutusan Malam  Panjangnya malam merupakan faktor operatif pada fotoperiodisme, ditunjukkan oleh panjangnya malam yang di interupsi oleh cahaya putih atau merah merusak pengaruh panjang malam. Selingan berupa cahaya intensitas rendah 2 menit atau hanya 12 detik dapat memberikan pengaruh seperti hari panjang pada SDPs.  Sebaliknya LDPs digalakkan untuk berbunga. Selingan efektif merusak apabila pada terjadi pada setelah 8 jam pertama pada malam yang panjangnya 10, 12, 16, atau 20 jam.  Pemutusan 3-4 jam sebelum atau setelah 18 sampai 20 jam tidak efektif untuk aplikasi rumah kaca komersial Fotoperiodisme ditentukan oleh bagian energi cahaya merah ( nm, R) dan merah jauh ( nm, FR).
  • 18. Fitokrom  Beberapa tumbuhan berbunga menggunakan pigmen fitokrom untuk menanggapi perubahan panjangnya hari.  Fitokrom merespon cahaya merah dan cahaya merah jauh.  Tumbuhan menggunakan pigmen ini sebagai indikasi dalam berbunga.
  • 19. • Secara struktur kimia, bagian sensor fitokrom adalah suatu kromofor dari kelompok bilin (fitokromobilin), yang hampir serupa dengan klorofil /hemoglobin (memiliki kerangka heme). • Kromofor dilindungi atau diikat oleh apoprotein, yang berpengaruh terhadap kinerja bagian sensor. Kromofor dan apoprotein inilah yang bersama- sama disebut fitokrom.
  • 20. Fitokrom  Pengaruh pemberian cahaya tersebut terkait dengan adanya Fitokrom sehingga mekanisme kerjanya dapat dirangkum sebagai berikut:  Pencahayaan R akan mengubah Pr menjadi Pfr. Bentuk Pfr ini berakibat menghambat pembungaan pada tanaman SDPs, sebaliknya pada LDPs justru akan menggiatkan.  Sedangkan pencahayaan FR atau selama dalam periode gelap dan temperatur yang hangat, Pfr akan berubah menjadi Pr yang berarti menggiatkan pembungaan tanaman SDPs dan menghambat pembungaan LDPs.
  • 21. Fitokrom terbagi menjadi dua bentuk yang dapat saling berubah yaitu : PR , mampu menyerap cahaya merah (R; 660 nm) PFR , mampu menyerap cahaya merah jauh (FR; 730 nm) • Penyerapan cahaya merah oleh PR dengan merubah PR m enjadi PFR • Penyerapan cahaya merah-jauh oleh PFR dengan merubah PFR menjadi PR • Pada saat gelap, PFR akan berubah kembali menjadi PR
  • 22. • Cahaya merah dapat dikatakan lebih efektif daripada panjang gelombang lainnya, jika cahaya merah-jauh diikuti cahaya merah dengan segera maka tanaman akan berbunga • Cahaya merah paling efektif, khususnya pada tumbuh an hari-pendek dalam keadaan tertentu, campuran cahaya merah dan merah jauh efektif pada tumbuhan hari-panjang.
  • 23. • Pada spesies dengan temperatur dingin, suhu awal musim gugur tampaknya dapat merangsang inisiasi bunga. • Fungsi suhu adalah mematahkan dormansi kuncup. • Pada spesies dengan temperatur hangat, subtropis, dan tropis, pengurangan relatif pada suhu justru lebih bermanfaat. Suhu
  • 24. • Suhu rendah, menstimulir terjadinya perubahan pola pembelahan meristem dari apikal menjadi lateral. • Suhu tinggi hingga batas ambang tertentu, dibutuhkan oleh meristem lateral (primordia bunga) → membentuk kuncup-kuncup bunga dan melangsungkan proses pembungaan.
  • 25. THERMOPERIODISME/ VERNALISASI  Banyak species tanaman memerlukan serangkaian suhu dingin (periode dingin 2-100 C) selama 2-6 minggu agar dapat berbunga pada saat Fotoperiodisme. Sifat respon ini ada yang mutlak atau kualitatif (pembungaan terjadi sangat bergantung sepenuhnya pada suhu rendah, sebagai contoh gandum dan ada yang bersifat fakultatif atau kuantitatif (suhu rendah hanya menyebabkan pembungaan lebih cepat)  Pada beras belanda Hari pendek dapat menggantikan vernalisasi dalam batas tertentu, yang kemudian dikenai hari panjang untuk dapat meningkatkan pembungaan.
  • 26.  Letak respon vernalisasi diduga ada di dalam tunas atau meristem atau kuncup daun bukan di daun dengan bukti:  Biji yang sudah diimbibisi mudah divernalisasi  pengenaan suhu dingin hanya pada daun, akar, atau batang tidak efektif  biji yang sedang berkembang dalam tanaman induk dapat dan sering sudah tervernalisasi apabila tepat pada saat waktu suhu dingin berlangsung sebelum biji kering.  kuncup liar tanaman yang telah divernalisasi telah tergalakkan untuk berbunga.  Vernalisasi pada biji dapat dihilangkan (devernalisasi) karena adanya kekeringan atau dengan perlakuan temperatur tinggi.
  • 27. Keberadaan unsur hara berhubungan dengan ketersediaan suplai energi dan bahan pembangun bagi proses pembentukan dan perkembangan bunga. Terdiri dari :  Carbon/protein  Carbon/nitrogen rratio atio Unsur Hara
  • 28. • Air dan nitrogen melimpah → titik tumbuh apikal aktif dan terjadi pertumbuhan vegetatif yang lebih dominan. • Kandungan air menurun→ suhu dalam tanah meningkat→ aktivitas meristem apikal menurun→ terjadi mobilisasi energi dan cadangan makanan untuk membentuk meristem lateral. • Kadar Nitrogen menurun → pembungaan
  • 29. • Hormon yang berperan dalam perbungaan adalah florigen • Translokasi hormon : Melalui pembuluh floem dan diangkut bersama fotosintat • Tempat sintesis hormon : pada beberapa spesies  di daun-daun yang masih sangat muda Fitohormon
  • 30. • Hormon dapat menginduksi dan menghambat proses pembungaan • Terdapat Antesin→hormon awal pembungaan • Antesin dengan GA akan menghasilkan florigen yang akan merangsang pembungaan. • Terdapat Vernalin→ bertanggung jawab dalam meneruskan rangsangan vernalisasi.