1. Dokumen tersebut membahas tentang dasar hukum dan perjalanan pembinaan BUMN di Indonesia.
2. BUMN didirikan berdasarkan UUD 1945 untuk menangani sektor-sektor penting bagi negara dan kemakmuran rakyat.
3. Pembinaan BUMN telah berkembang dari dikuasai oleh beberapa kementerian hingga konsolidasi di bawah Kementerian BUMN saat ini.
3. Dasar Hukum Pembinaan BUMN
UUD 1945 – Pasal 33 ayat 2 & 3
“BUMN Secara
konstitusi
adalah salah
satu
pilar/pelaku
ekonomi”
Peran Politik-Ekonomi BUMN:
Ayat 2: “Cabang-cabang produksi yang penting bagi Negara dan menguasai
hajat hidup orang banyak, dikuasai oleh Negara”.
Ayat 3: “ Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya
dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran
rakyat”.
PERAN
POLITIK
PERAN
EKONOMI
Paket UU Keuangan
Negara
Paket UU Pemeriksaan
Pengelolaan dan
Tanggung Jawab
Keuangan Negara
Paket UU Tindak Pidana
Korupsi
UU No. 40/2007 tentang
Perseroan Terbatas
BUMN
UU
19/2003
Paket UU Anti Monopoli
PP No. 41/2003 tentang Pelimpahan,
Kedudukan, Tugas, dan Kewenangan,
Menteri Keuangan pada Persero,
Perum, dan Perjan kepada Menteri
BUMN
PP No. 33/2005 tentang
Tata Cara Privatisasi
Perusahaan Perseroan
(Persero)
UU No. 8/1995 tentang
Pasar Modal
1.
2.
Visi Presiden RI tentang
Pembangunan Ekonomi
Visi Presiden RI tentang
Pengelolaan BUMN
PP No. 43/2005 tentang
Penggabungan, Peleburan,
Pengambilalihan, dan
Perubahan Bentuk Hukum
BUMN
1.
2.
RPJPN 2005-2025 (UU 17/2005)
RPJMN 2010-2014 (Perpres
5/2010)
PP No. 44/2005 tentang
Tata Cara Penyertaan dan
Penatausahaan Modal
Negara pada BUMN dan
Perseroan Terbatas
PP No. 45/2005 tentang
Pendirian, Pengurusan,
Pengawasan, dan
Pembubaran BUMN
PER-01/MBU/2012 tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan Yang
Baik (Good Corporate Governance) pada BUMN
VISI DAN MISI KEMENTERIAN BUMN
MY.WAMEN.12.2013
Sumber: Kementerian BUMN
3
4. Keberadaan BUMN Menurut UUD 1945
Berdasarkan Pasal 33 UUD 1945, tentang perekonomian Indonesia dikemukakan sebagai berikut:
(Implied)
(1) Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar
atas asas kekeluargaan.
(2) Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang
menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara.
(3) Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di
dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk
sebesar-besar kemakmuran rakyat.
(4) Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas
demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi
berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan,
kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan
kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional.
Koperasi
BUMN
Swasta
(dan seluruh
pelaku ekonomi)
Sesuai dengan Pasal 33 UUD 1945, sepanjang Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) ada,
maka BUMN akan tetap ada, sebagai salah satu pelaku ekonomi (disamping usaha swasta dan
koperasi), untuk menangani sektor-sektor “yang penting bagi negara”, PSO dan yang secara
ekonomis/politis cukup signifikan.
MY.WAMEN.12.2013
4
5. Perbandingan Ketentuan Pengelolaan BUMN dan BUMS
UU PT
UU PASAR MODAL
UU SEKTORAL
UU BUMN
BUMN
SWASTA
UU KEUANGAN NEGARA
UU PERBENDAHARAAN NEGARA
UU TIPIKOR
UU PEMERIKSAAN PENGEL & Tg
JAWAB KEU.NEG
BUMN
8
REGULASI
3
SWASTA
BUMN diwajibkan untuk mematuhi ketentuan yang jumlah dan lingkupnya lebih banyak
daripada swasta. Kondisi ini menjadikan BUMN tidak memiliki LEVEL OF PLAYING
FIELD yang sama dengan SWASTA.
MY.WAMEN.12.2013
5
8. Tujuan Pendirian BUMN
Capital Expenditure,
Dividen, Pajak
1
memberikan sumbangan bagi
perkembangan perekonomian
nasional pada umumnya dan
penerimaan negara pada
khususnya;
Program Kemitraan dan
Bina Lingkungan, KUR
5
turut aktif memberikan
bimbingan dan bantuan kepada
pengusaha golongan ekonomi
lemah, koperasi, dan
masyarakat.
Laba
2
mengejar keuntungan;
BUMN
Keperintisan Usaha
Public Service Obligation
(PSO)
menjadi perintis kegiatankegiatan usaha yang belum dapat
dilaksanakan oleh sektor swasta
dan koperasi;
menyelenggarakan kemanfaatan
umum berupa penyediaan
barang dan/atau jasa yang
bermutu tinggi dan memadai
bagi pemenuhan hajat hidup
orang banyak;
4
(UU 19/2003 Pasal 2)
3
Sumber: Kementerian BUMN
MY.WAMEN.12.2013
8
9. BUMN
Negara & Masyarakat
Shareholder
Profit
KUR,
PKBL,
PSO
Sektor
Keuangan
Pro Job
Ketahanan
Pangan
Pro Poor
Stakeholder
Kontribusi Thd
Pemb/Perekonomian
Ketahanan
Energi
Pro Growth
1. Sumbangan bagi APBN;
2. Mengejar keuntungan;
3. Pemenuhan hajat hidup
orang banyak;
4. Perintis kegiatan usaha;
5. Asistensi & bantuan pada
UKM & masy ekonomi
lemah.
Ketahanan
Nasional
Pro
Environment
MP3EI
11. Perkembangan Jumlah BUMN
Saat ini, dibawah pembinaan Kementerian BUMN terdapat 141 BUMN dan 11 Perusahaan
dengan Kepemilikan Negara Minoritas, yang tersebar di hampir seluruh sektor ekonomi.
Jumlah BUMN
2008
2009
2010
2011
2012
2013
Tbk
14
15
17
18
19
20
Persero Non Tbk
113
112
111
109
108
106
Perum
14
14
14
14
13
14
Total BUMN
141
141
142
141
140
140
Perusahaan dengan Kepemilikan
Negara Minoritas
21
19
15
15
11
11
Jumlah anak perusahan BUMN dengan kepemilikan BUMN mayoritas (diatas 50%) mencapai
sekitar 173, dimana laporan keuangannya sudah dikonsolidasikan dalam laporan keuangan
BUMN (sebagai induk perusahaan).
MY.WAMEN.12.2013
Sumber: Kementerian BUMN
11
13. Perjalanan Panjang Pembinaan BUMN
• 1960 – 1998 (38 tahun): penataan terus menerus pembinaan BUMN;
• 1998/2003 – Sekarang (sekitar 1 dekade): konsolidasi pembinaan BUMN;
• Dari 1960 sd saat ini pembinaan BUMN masih dilakukan oleh lembaga pemerintah.
MY.WAMEN.12.2013
13
14. Dasar Hukum/ Sistem Pembinaan BUMN Dari Waktu Ke Waktu
No
1.
Periode/Masa
1
Sebelum
1998
Dasar Hukum
Pembinaan
tahun 1. UU 86/1958 mengenai
Nasionalisasi.
2. UU 19 Prp 1960 mengenai
Perusahaan Negara.
3. Inpres 17/1967 mengenai
Pengarahan dan
Penyederhanaan
Perusahaan Negara.
4. UU 9/1969 tentang
Penetapan Prp No. 1/1969
tentang Bentuk-bentuk
Usaha Negara menjadi UU.
5. PP 12/1969 tentang
Persero.
6. PP 3/1983 mengenai Tata
Cara Pembinaan dan
Pengawasan BUMN.
MY.WAMEN.12.2013
Lembaga Pembina
BUMN
Direktorat Persero
dan Pengelolaan
Keuangan
Perusahaan Negara
Depkeu (19731992);
Direktorat Jenderal
Pembinaan BUMN
Depkeu (19921998);
Biro TU BUMN
Kementerian Teknis
(1973-1998);
Sistem Pembinaan BUMN
Keterangan
1. Masih terdapat dualisme
pembinaan BUMN yaitu
Menkeu (Pembina Keuangan)
dan Menteri Teknis (Pembina
Teknis Bidang Usaha).
2. Pejabat BUMN masih
merupakan eselonisasi di
Depertemen Teknis.
3. Karyawan BUMN diperlakukan
sama dengan PNS.
4. Sebagian sistem yang berlaku
bagi instansi pemerintah
diberlakukan bagi BUMN
(pengadaan barang dan jasa,
kerjasama, penerimaan
pegawai, kepangkatan dan
pengangkatan pejabat, audit
oleh BPKP, dll).
5. Direksi, Dekom/Dewas dan
karyawan BUMN boleh
berpolitik praktis.
6. Disetiap BUMN terdapat Pos
anggaran untuk biaya tertentu
di Departemen Teknis.
7. Dll.
Kinerja BUMN dari
tahun 1992 s.d 1997 :
1. Aset :
- ’92 = 239 T
- ’93 = 237 T
- ’94 = 286 T
- ’95 = 321 T
- ’96 = 335 T
- ’97 = 426 T
2. Ekuitas :
- ’92 = 65 T
- ’93 = 70 T
- ’94 = 83 T
- ’95 = 99 T
- ’96 = 100 T
- ’97 = 103 T
3. Laba Bersih :
- ’92 = 4 T
- ’93 = 4 T
- ’94 = 5 T
- ’95 = 7 T
- ’96 = 7 T
- ’97 = 7 T
14
15. Dasar Hukum/ Sistem Pembinaan BUMN Dari Waktu Ke Waktu (lanjutan)
No
2.
Periode/Masa
1998-2003
MY.WAMEN.12.2013
Dasar Hukum
Pembinaan
1. PP 12/1998 mengenai
Persero.
2. PP 13/1998 mengenai
Perum.
3. PP 6/2000 mengenai
Perjan.
4. PP 50/1998 mengenai
Pengalihan Pembinaan
dari Depkeu kepada
Kementerian BUMN.
5. PP 98/1999 mengenai
Pengalihan Pembinaan
dari Depkeu kepada
Menteri Negara
Penanaman Modal dan
Pembinaan BUMN,
sebagaimana diubah
dengan PP 1/2000 dan
PP 48/ 2000.
6. PP 64/2001 mengenai
Pengalihan Pembinaan
dari Menkeu kepada
Menteri BUMN.
Lembaga Pembina
BUMN
Ditjen Pembinaan
BUMN Depkeu (1998)
Kementerian Negara
Pendayagunaan BUMN
(1998-1999)
Kementerian
Penanaman Modal dan
pembinaan BUMN
(1999-2001)
Ditjen Pembinaan
BUMN Depkeu (20012002)
Kementerian BUMN
(2002-2003)
Sistem Pembinaan BUMN
Keterangan
1. Pembinaan BUMN dilakukan
oleh Depkeu dan dilanjutkan
oleh Kementerian yang
melakukan pembinaan BUMN.
2. Di BUMN tidak berlaku lagi
eselonisasi jabatan
sebagaimana di instansi
pemerintahan.
3. Karyawan BUMN merupakan
pegawai perusahaan (bukan
PNS).
4. Pada BUMN tidak berlaku lagi
sistem yang berlaku bagi
instansi pemerintah
(pengadaan barang dan jasa,
kerjasama, penerimaan
pegawai, kepangkatan dan
pengangkatan pejabat, audit
oleh KAP, dll).
5. Direksi, Dekom/Dewas dan
karyawan BUMN tidak boleh
berpolitik praktis.
6. BUMN tidak boleh membiayai
kegiatan instansi pemerintah
7. Dll.
Kinerja BUMN dari
tahun 1998 s.d 2002 :
1.Aset :
- ’98 = 438 T
- ’99 = 609 T
- ’00 = 862 T
- ’01 = 811 T
- ’02 = 937 T
2.Ekuitas :
- ’98 = - 87 T
- ’99 = 57 T
- ’00 = 117 T
- ’01 = 130 T
- ’02 = 270 T
3.Laba Bersih :
- ’98 = 14 T
- ’99 = 14 T
- ’00 = 13 T
- ’01 = 18 T
- ’02 = 26 T
15
16. Dasar Hukum/ Sistem Pembinaan BUMN Dari Waktu Ke Waktu (lanjutan)
N
o
3.
Periode/Masa
2003-sekarang
MY.WAMEN.12.2013
Dasar Hukum
Pembinaan
Lembaga Pembina
BUMN
1. PP 64/2001 mengenai
Kementerian BUMN
Pengalihan Pembinaan dari
Menkeu kepada Menteri
BUMN.
2. UU 17/2003 tentang
Keuangan Negara.
3. UU 19/2003 tentang BUMN.
4. UU 1/2004 tentang
Perbendaharaan Negara.
5. PP 41/2003 mengenai
pelimpahan kewenangan
Menkeu kepada Menteri
BUMN.
6. PP 33/2005 mengenai
privatisasi BUMN,
sebagaimana diubag
dengan PP 59/2009.
7. PP 43/2003 mengenai
pengabungan, peleburan
dan pengambilalihan BUMN.
8. PP 44/2003 mengenai PMN.
9. PP 45/2005 mengenai
pendirian, pembinaan,
pengawasan dan
pembubaran BUMN.
Sistem Pembinaan BUMN
Keterangan
1. Pembinaan BUMN dilakukan oleh
Kementerian BUMN.
2. Di BUMN tidak berlaku lagi
eselonisasi jabatan sebagaimana di
instansi pemerintahan.
3. Karyawan BUMN merupakan
pegawai perusahaan (bukan PNS).
4. Pada BUMN tidak berlaku lagi sistem
yang berlaku bagi instansi
pemerintah (pengadaan barang dan
jasa, kerjasama, penerimaan
pegawai, kepangkatan dan
pengangkatan pejabat, audit oleh
KAP, dll).
5. Direksi, Dekom/Dewas dan karyawan
BUMN tidak boleh berpolitik praktis.
6. BUMN tidak boleh membiayai
kegiatan instansi pemerintah.
7. Terhadap Persero sepenuhnya
berlaku UU PT.
8. Dll.
Kinerja BUMN dari tahun
2003 s.d 2014P:
1. Aset :
- ’03 = 1164 T
- ’04 = 1173 T
- ’05 = 1300 T
- ’06 = 1452 T
- ’07 = 1743 T
- ’08 = 1971 T
- ’09 = 2241 T
- ’10 = 2341 T
- ’11 = 2947 T
- ’12 = 3467 T
- ’13P = 4024T
2. Ekuitas :
- ’03 = 391 T
- ’04 = 355 T
- ’05 = 366 T
- ’06 = 413 T
- ’07 = 473 T
- ’08 = 502 T
- ’09 = 566 T
- ’10 = 570 T
- ’11 = 689 T
- ’12 = 822 T
- ’13P = 934T
3. Laba Bersih :
- ’03 = 26 T
- ’04 = 31 T
- ’05 = 27 T
- ’06 = 51 T
- ’07 = 56 T
- ’08 = 53 T
- ’09 = 87 T
- ’10 = 101 T
- ’11 = 122 T
- ’12 = 139 T
- ’13P = 151 T
16
18. KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN KBUMN 2008-2011
KINERJA POKOK BUMN 2008-2013P
4,500
4,000
2,241
3,000
2,000
300
2,947
3,500
2,500
350
4,024
3,467
2,341
250
36.5
1,971
30
1,500
26 1,086
1,000
566
500
40
200
1,755
150
30
28
951
570
1,571
1,378
964
100
934
882
689
50
502
0
0
2008
Total Asset
2009
Total Ekuitas
2010
Total Penjualan
2011
Total Laba Bersih
2012
2013P
Dividen terbayar untuk TA T+1
Pajak
Kinerja tahun buku berjalan
2008
2009
2010
2011
2012 2013P
Total Asset
Total Ekuitas
1,971
502
2,241
566
2,341
570
2,947
689
3,467
822
4,024
934
Total Penjualan
1,086
951
964
1,378
1,571
1,755
Total Laba Bersih
53
87
88
122
140
151
Dividen
Pajak-pajak
26
96
30
92
28
105
30
109
36,5
115
40
120
Catatan: angka 2008-2012 adalah angka audited, sementara angka kinerja 2013 adalah prognosa. Untuk dividen,angka 2008-2012
adalah angka realisasi setoran, dimana terdapat selisih 1 tahun antara tahun buku dengan tahun setor anggaran. Angka Dividen tahun
buku 2013 adalah target dividen Tahun APBN 2014.
MY.WAMEN.12.2013
18
19. Coverage 25 BUMN Besar
Sekalipun jumlah BUMN mencapai 140, sebagian besar adalah perusahaan dengan
Kinerja dan skala usaha yang relatif kecil. Di atas 92% dari Total ASET, di atas 92%
LABA BERSIH serta di atas 89% EKUITAS dan diatas 89% PENJUALAN seluruh BUMN
berasal dari hanya 25 BUMN terbesar (data 2012 audited).
BUMN Terbesar dan Proporsinya Terhadap Total
(Rp. Trilliun)
Aset
Ekuitas
Total 2012
3.214
737
1.404
129
%
92,7
89,7
89,4
92.1
Σ
3.467
822
1.571
140
25 BUMN
19
Penjualan
Laba bersih
19
20. Kinerja Keuangan BUMN – 5 Tahun Terakhir
Rp Milyar
Tahun
Total Ekuitas
Total Penjualan
Total LR Bersih
2008
1,970,889
502,113
1,085,903
53,254
2009
2,241,388
565,811
950,975
87,198
2010
2,505,462
601,797
1,077,708
101,221
2011
2,946,789
688,682
1,378,260
115,434
2012
Total Seluruh
BUMN
Total Aktiva
3,467,312
822,450
1,570,737
140,257
“Pertumbuhan di sisi aset belum diikuti oleh pertumbuhan di sisi penjualan secara
signifikan. Namun demikian, laba bersih mengalami pertumbuhan yang cukup
signifikan.”
MY.WAMEN.12.2013
20
21. Kinerja Keuangan BUMN – 5 Tahun Terakhir
BUMN Tbk
Rp Juta
Tahun
Total Ekuitas
Total Penjualan
Total LR Bersih
2008
851,248,814
71,380,184
88,039,178
12,924,148
2009
997,508,267
86,902,857
106,604,753
17,438,204
2010
1,171,026,221
117,782,822
126,818,523
25,708,327
2011
1.409.970.608
156.622.576
119.460.370
33.934.918
2012
BUMN Perbankan, Tbk
Total Aktiva
1.548.280.593
181.340.349
138.365.759
43.498.374
Rp Juta
Tahun
Total Penjualan
Total LR Bersih
210,973,642
82,356,838
179,820,195
20,809,422
2009
223,828,963
98,081,864
186,537,643
27,622,090
2010
243,574,947
116,284,420
186,928,371
29,648,815
2011
272.202.288
133.656.410
212.522.376
30.884.444
2012
MY.WAMEN.12.2013
Total Ekuitas
2008
BUMN Tbk lain
Total Aktiva
327.154.504
174.919.896
252.352.922
41.661.086
21
22. Kinerja Keuangan BUMN – 5 Tahun Terakhir
BUMN Non Tbk
Rp Juta
Tahun
Total Ekuitas
Total Penjualan
Total LR Bersih
2008
638,536,785
286,769,637
701,767,359
9,282,731
2009
703,294,699
310,755,047
527,588,728
28,637,564
2010
703,486,873
283,556,819
609,359,365
29,995,748
2011
BUMN PSO, Non Tbk
Total Aktiva
803,574,754
295,910,848
880,234,346
33,867,469
2012
1.037.136.282 336.799.236 1.016.459.968
35.195.363
Rp Juta
Tahun
Total Penjualan
Total LR Bersih
270,130,639
61,607,308
116,276,307
10,237,846
2009
316,756,463
70,071,507
130,244,150
13,500,536
2010
387,374,902
84,173,840
154,602,411
15,868,611
2011
461,041,835
102.492.245
166.043.459
16.748.023
2012
MY.WAMEN.12.2013
Total Ekuitas
2008
BUMN Non PSO, Non Tbk
Total Aktiva
554.741.473
129.390.863
163.558.702
19.902.503
22
27. Kontribusi Kinerja Keuangan BUMN terhadap PDB
Per 31 Desember 2012, TOTAL ASET BUMN MENCAPAI RP 3.467 TRILIUN ATAU SETARA
DENGAN 42% DARI PDB;
Per 31 Desember 2012, total Pendapatan Usaha BUMN mencapai Rp1,571 trilliun (19% dari PDB)
dengan Laba Bersih mencapai Rp103,9 trilliun (1,6% dari PDB).
Rp Triliun
Total Aset
Total Pendapatan Usaha
(In Rp trilliun)
(In Rp trilliun)
2008
2009
Total Laba Bersih
2010
2011
2012
2008
2009
2010
2011
2012
2008
2009
2010
2011
2012
CAGR : Compounded Annual Growth Rate = Pertumbuhan rata-rata tahunan akumulasi
27
MY.WAMEN.12.2013
28. Dividen dan Pajak BUMN 5 Tahun Terakhir
Rp Triliun
180
160.0
160
151.5
140
128.3
125.5
120.0
118.4
120
115.0
100
Dividen
109
105
92
Pajak
80
Jumlah
60
40
40.0
36.5
30
30
28
20
0
2009
2010
2011
2012
2013P
Sumber: UU APBN 2014
MY.WAMEN.12.2013
28
30. Posisi Dominan di Pasar Modal Indonesia
Per 30 Juni 2013, 5 (lima) BUMN berada pada 10 besar kapitalisasi terbesar di BEI
Total Kapitalisasi Pasar BUMN per 30 Juni 2011
• Per 30 Juni 2013 BUMN Tbk
menyumbangkan 23,21% dari
keseluruhan kapitalisasi pasar di
BEI
25,93%
• Nilai dari kapitalisasi pasar BUMN
sebesar Rp 1,100 triliun
10 perusahaan dengan kapitalisasi
terbesar di BEI:
Market Cap
Jun 30, 2013
(In IDR
trillion)
No, Company Name
372
2
Astra International Tbk,
283
3
Bank Central Asia Tbk,
244
4
Unilever Indonesia Tbk,
234
5
Telekomunikasi Indonesia
(Persero) Tbk,
227
Bank Mandiri (Persero) Tbk,
208
Bank Rakyat Indonesia
(Persero) Tbk
189
8
Perusahaan Gas Negara
(Persero) Tbk
139
9
Semen Indonesia (Persero)
Tbk
101
10
• Prestasi & proporsi yang
membanggakan karena BUMN Tbk
hanya ada 20 dibandingkan
keseluruhan Perusahaan di BEI yang
mencapai 465,
HM Sampoerna Tbk,
7
SOE
1
6
74,07%
Gudang Garam Tbk
97
Source: Bloomberg, March 18 2010
Des’08- Jun’13 Total Return for Shareholders of Top Listed SOEs
Total
MY.WAMEN.12.2013
2,094
30
31. Program Kemitraan & Bina Lingkungan
S.d. 2012
2013P
Akumulasi s.d. 2013
Total Dana
Rp24,14 T
Rp5,69 T
Rp29,83 T
Prog kemitraan
Rp18,39 T
Rp3,67 T
Rp22,06 T
Prog BL
Rp5,75 T
Rp2,02 T
Rp7,77 T
Jumlah Mitra PK
1.057.761
227.051
1.284.812
“Sebagai salah satu pilar perekonomian nasional, BUMN juga turut serta dalam pengembangan
usaha mikro, kecil,dan koperasi serta kepedulian terhadap lingkungan melalui Program
Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) (http://pkbl.bumn.go.id/)”.
MY.WAMEN.12.2013
Sumber: Kementerian BUMN
31
33. Realisasi Penyaluran KUR Per Sektor (2007-Agust 2013)
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
SEKTOR EKONOMI
Pertanian
Perikanan
Pertambangan
Industri pengolahan
Listrik, gas dan air
Konstruksi
Perdagangan
Penyediaan akomodasi
Transportasi
Perantara keuangan
Usaha persewaan
Adm. Pemerintahan
Jasa pendidikan
Jasa kesehatan
Jasa kemasyarakatan
Jasa perorangan
Badan internasional
Lainnya
Total
Plafon
(Rp juta)
20,675,438
768,053
106,296
3,466,891
64,715
1,965,360
71,694,808
826,287
1,711,559
924,458
5,193,460
9,086
70,140
337,879
3,123,861
90,024
75
14,339,308
125,367,700
TOTAL
Outstanding
(Rp juta)
8,704,395
226,337
50,751
1,610,621
33,384
670,109
26,291,876
288,909
976,110
363,957
2,567,399
1,433
30,655
107,537
1,224,790
43,068
2,686,070
45,877,402
Sumber: Jamkrindo 2013
MY.WAMEN.12.2013
Debitur
1,375,369
7,268
2,673
173,905
1,677
9,949
6,171,144
31,542
38,706
6,300
254,701
37
410
3,558
104,153
879
1
1,082,654
9,264,926
33
34. KINERJA PENGELOLAAN MP3EI
Kontribusi BUMN pada KEUANGAN KBUMN 2008-2011
Hampir Semua BUMN turut mendukung MP3EI, baik dari sisi Produksi, dukungan infrastruktur, maupun dari
pembiayaan
Total Investasi
Rp 835,6 Triliun *
Serapan Tenaga Kerja
6,6 Juta Orang
*) Sebelum Retreat Bogor II sebesar Rp 383
Triliun
Periode
2011 - 2014
Total Investasi, Rp Triliun
Koridor
KE 1 : 207 Proyek
Tenaga Kerja, Ribu Org
847,2
257,7
KE 2 : 106 Proyek
4.815,9
58,3
KE 3 : 55 Proyek
356,3
50,2
KE 4 : 52 Proyek
348,6
24,7
KE 5 : 19 Proyek
84,6
58,3
KE 6 : 26 Proyek
62,3
21,0
JKT : 12 Proyek
95,7
365,4
KE 1: Sumatra, KE 2: Jawa, KE 3: Kalimantan, KE 4: Sul-MalUt, KE 5 Bali-Nus Teng, KE 6: Papua Maluku, JKT: Ibu Kota
MY.WAMEN.12.2013
34
35. BUMN dan public service obligation (pso)
Keypoint :
“Melalui fungsi PSO yang dilaksanakan, BUMN menjadi kepanjangan tangan
Pemerintah untuk menyediakan barang/jasa yang murah dan berkualitas bagi
masyarakat”.
BBM
Bersubsidi
Rp19 T
(2013)
Rp173 T
(2013)
Pupuk
Bagi Petani
Program
Raskin
Listrik
Bersubsidi
bagi Rumah
Tangga
Rp16 T
(2013)
Tiket Kapal
Ekonomi
Rp0,2 T
(2013)
Rp 0,2 T
(2013)
Tiket
Ekonomi
Murah
Rp 0,7 T
(2013)
Rp103 T
(2013)
Kantor Pos di
Seluruh Penjuru
Indonesia
Rp0,8 T
(2013)
Benih dan
Pupuk
Dokumentasi
Kenegaraan &
Kemasyarakatan
Rp 90 M
(2013)
35
36. Public Service Obligation (PSO)
Rp Milyar
544,00
505,00
534,80
523,40
767,41
Usulan
2013
704
Penyediaan Kapal Laut kelas Ekonomi
790,00
845,00
824,14
860,45
897,63
826,52
Penyediaan sebagian besar biaya
operasional KPCLK
Penyediaan berita teks, foto, dan audiovisual,
118,75
256,42
253,30
257,04
272,46
209,20
38,96
49,70
69,90
73,36
82,09
89,78
156.407,63
210.125,07
172.913,80
1,
PT KAI
PRODUK/JASA
YANG DITUGASKAN
Penyediaan KA kelas ekonomi
2,
PT PELNI
3,
PT Posindo
4,
Perum Antara
5,
PT Pertamina
6,
PT PLN
7,
PT Pusri (Holding) Penyediaan dan distribusi pupuk bersubsidi
8,
PT SHS
Penyediaan dan distribusi benih dan pupuk
933,41
9,
PT Pertani
Penyediaan dan distribusi benih dan pupuk
732,63
10,
Perum Bulog
Penyediaan dan penyaluran Raskin
NO
BUMN
JUMLAH
MY.WAMEN.12.2013
Penyediaan dan distribusi BBM tertentu
Penyediaan dan Distribusi LPG 3 Kg
Penyediaan tenaga listrik
2008
2009
2012
50,830,13
67,863,00
93,178
102.813,51
80.937,79
14,101,00
16,458,00
11,877,00
14,557,98
16.456,743
15.830
1,563,52
413,80
255,27
1143,29
1,718,30
117,70
81,91
223,77
17,318
21,08
19.197,90
1,278,17
1,169,00
12,691,07
156.407,63
2011
134.201,00
3843,00
82,999,17
11,289,00
60.980
2010
14,401,70
249,590,92 112,865,25 160,346,96 158.763,88 331.773,17 292.076,05
36
37. BUMN dan beberapa program strategis pemerintah
Keypoint :
“Berbekal pengalaman dan jaringan yang luas di seluruh nusantara, BUMN menjadi
tulang punggung Pemerintah untuk melaksanakan program-program strategis bagi
masyarakat”.
Konversi Minyak
ke Gas
Pembangkit Listrik
10.000 MW
Pembangunan Rumah Susun
Sederhana 1.000 Tower
Jalan Tol
Trans Jawa 1.000 Km
Kredit Usaha Rakyat
37
38. BUMN dan beberapa sektor ekonomi
Telekomunikasi (>50%)
Bahan Bakar dan Energi (>50%)
keypoint :
Gas
Negara
“Keberadaan dan market share BUMN yang
besar di sektor-sektor strategis membuat
BUMN menjadi bagian yang sangat penting
bagi perekonomian nasional bahkan negara”.
Semen (>50%)
Semen
Gresik
Group
Semen
Kupang
Listrik (± 99%)
PLN
TELKOM
GROUP
PTBA
Perbankan (± 40%)
Mandiri, BNI
BRI, dan BTN
Penerbangan (>50%)
Garuda
Indonesia
Pertamina
Jalan Tol (± 70%)
Jasa Marga
Merpati
Semen
Baturaja
Perbenihan
(± 99%)
Sang Hyang Seri &
Pertani
Bandar Udara dan Pelabuhan
Pupuk (± 99,9%)
(± 99%)
Angkasa Pura I & II,
Pelindo I-IV
Pupuk
Sriwidjaja
Holding &
Pupuk Iskandar
Muda
38
Industri Pertahanan
(± 99,9%)
Pindad, Dahana,
PAL, Dirgantara
Indonesia
Angkutan Laut
(>50%)
PELNI
ASDP
40. Forbes Global 2000
• Di tahun 2013, 6 BUMN & 3 Swasta Indonesia Masuk dalam Forbes Global 2000
• Secara sekilas, capaian BUMN di tahun 2013 tercatat lebih baik dari tahun
sebelumnya. Seluruh BUMN kecuali BNI mengalami kenaikan peringkat apabila
dibanding tahun sebelumnya.
• Pengakuan prestasi BUMN di media internasional berdampak positif pada citra
BUMN sehingga pada gilirannya meningkatkan kepercayaan investor.
Rank 446
Rank 461
Rank 1188
My.12.2013
Rank 685
Rank 922
Rank 1425
40
41. Fortune Global 500
Rank 122
• Di tahun 2013, Pertamina tercatat sebagai satu-satunya perusahaan di Indonesia yang
masuk dalam Fortune Global 500.
• Dengan menggunakan ukuran pendapatan, Pertamina berhasil mengungguli Vodafone
Group dan Toshiba serta sedikit di bawah Sinochem Group (BUMN China di bidang
produksi dan trading minyak dan chemical).
• Tahun sebelumnya, walaupun secara ukuran Pertamina seharusnya memenuhi kriteria
untuk masuk dalam fortune global 500, namun Pertamina tidak terdaftar dalam list
yang disusun oleh majalah Fortune tersebut, menandakan bahwa BUMN terbesar
tersebut belum terlalu dikenal luas.
My.12.2013
41
42. Geliat Bank BUMN: Setara Dengan Bank-Bank Eropa
MY.12.2013
Sumber: Paparan Menteri Negara BUMN di depan Presiden, Yogyakarta 2012
42
43. Semen Indonesia
44% market share for Semen Gresik
Sektor Semen: modal awal yang kuat dengan Semen Indonesia sebagai market
leader; namun dibutuhkan investasi dengan kapasitas produksi yang sudah my 9.2013
maksimal
My.12.2013
43
45. BUMN Konstruksi
Outperform JCI by 24%
Market Share – WIKA as the leader, extremely rosy
Sektor Konstruksi – Pertumbuhan Berkelanjutan
Dipercaya terus tumbuh sejalan dengan peningkatan infrastruktur nasional walaupun saat
ini telah mengungguli IHSG sampai 24%
MY.WAMEN.12.2013
45
46. BUMN Telekomunikasi
Market Share – Telkom masih mendominasi
Cellular Revenue Share
Subs Market Share
EXCL
21%
EXCL
22%
ISAT
20%
TLKM
58%
ISAT
24%
TLKM
55%
Sektor Telekomunikasi – Konten/Data sebagai Sumber Pertumbuhan
Kepuasan pelanggan dan investasi berkelanjutan sebagai kunci mempertahankan market
share
MY.WAMEN.12.2013
46
47. Kesuksesan Holding BUMN Pupuk
Pembentukan holding
pupuk memberikan
dampak yang besar.
Pelayanan kepada
petani lebih
terkoordinasikan & jauh
lebih effisien.
Laba
Bersih
4,3 T
Laba
Bersih
2,1 T
Laba
Bersih
671 M
Pembentukan
Operating
Holding
1997
Spin off
Pabrik
Palembang
menjadi
Investment
Holding
2010
Perubahan
Nama
Menjadi
Pupuk
Indonesia
2012
Dalam 5 Tahun Laba naik > 6 x lipat
MY.12.2013
Sumber: Paparan Menteri Negara BUMN di depan Presiden, Yogyakarta 2012
47
48. Pengembangan Kalibaru
Investasi IPC (PELINDO II) sekitar Rp 40 triliun, dengan kedalaman 16 meter yang membuat
INDONESIA MASUK DALAM PETA PELABUHAN BESAR DUNIA.Kapasitas akan langsung
lebih besar dari Tanjung Priok saat ini (135 tahun).Pembiayaan komersial (non APBN).
MY.12.2013
Sumber: Paparan Menteri Negara BUMN di depan Presiden, Yogyakarta 2012
48
49. BUMN lanjutan: Program Sinergi
Penjelasan Maritime Service BUMN Maritim
Pendulum Nasional sebagai Koridor Maritim Utama Nusantara
Batam
Belawan
Sorong
Tanjung
Priok
Makassar
Surabaya
PT Pelindo I, II, III, IV, bersama-sama akan membentuk perusahaan operator terminal petikemas di 6
Pelabuhan. Dalam 2 tahun menjadi perusahaan operator petikemas kelas dunia. PT Pelindo II sedang
membangun sistem tracking logistik nasional bersama PT Telkom. PT Pelindo I, III & IV mengupayakan
pengerukan pelabuhan masing-masing dengan biaya sendiri (non APBN), agar bisa dimasuki kapal besar.
MY.12.2013
Sumber: Paparan Menteri Negara BUMN di depan Presiden, Yogyakarta 2012
49
51. “Cost” Dalam Penyehatan BUMN Di Masa Lalu
Pada saat krisis finansial/ global tahap I (1998), untuk sektor perbankan, Pemerintah telah menerbitkan obligasi
rekap sebesar + Rp.650 T, untuk:
• Bank BUMN + Rp. 279 T.
• Bank Swasta + Rp. 371 T.
Pada tahun 2005-2008 telah dikeluarkan PMN tambahan sebesar Rp 6,4 T untuk 18 BUMN dan PT PPA (sejak
2008 ditunjuk untuk menangani restrukturisasi BUMN), masing-masing:
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
BUMN
PT Kereta Api Indonesia
PT Sang Hyang Seri
PTKertas Kraft Aceh
PT Merpati Nusantara Airlines
PT Garuda Indonesia
PT Kertas Leces
PT Kliring Berjangka Indonesia
PT Perikanan Nusantara
PT Pupuk Sriwidjaya (PT PIM)
PT Dirgantara Indonesia
Perum PPD
PT Semen Kupang
PT Pertani
PT Industri Kereta Api
Perum Sarana Pengembangan Usaha
PT Boma Bisma Indra
PT Perkebunan Nusantara XIV
PT Askrindo
PT PPA
TOTAL PMN
Jumlah PMN (Rp. T)
270
100
300
525
1,000
275
82
100
300
40
40
50
20
140
600
75
100
850
1500
6,367
Selama pengelolaan/pembinaan BUMN (S/D 2004) secara total telah dilakukan bantuan penyehatan untuk
BUMN oleh pemerintah sebesar + Rp. 385 T berupa tambahan PMN, pengambilalihan/ konversi hutang menjadi
PMN, subordinasi pinjaman dll.
Sementara itu, jumlah kredit RDI/SLA dan BPYBDS (Bantuan Pemerintah Yang Belum Ditentukan Statusnya)
pada BUMN masing-masing berjumlah Rp.49,8 T dan Rp. 32,98 T yang masih perlu diselesaikan.
MY.WAMEN.12.2013
51
52. Distribusi “Cost” Pembinaan/Penyehatan
1. Sektor pertambangan dan energi
Konversi hutang menjadi PMP Rp. 656 M, Subordinasi pinjaman eks SLA Rp. 207 M, Kuasi neraca
dengan write off deferred charge + Rp.500 M, Konversi bunga tunggakan pinjaman SLA Rp. 28,7 T,
Rescheduling hutang Rp. 5,2 T.
2. Eks industri strategis
Konversi hutang luar negeri Rp. 586 M, Subordinasi hutang LN Rp. 1,3 T, Down grade aset Rp. 1,2 T,
Sektor perikanan, Konversi hutang + Rp. 10,5 M.
3. Sektor kehutanan
PMN untuk pembangunan HTI Rp. 961 M.
4. Lembaga keuangan non bank
Tambahan PMP Rp. 919 M, Subordinasi pinjaman eks RDI Rp.116 M, Penambahan modal disetor
Pemerintah Rp. 122 M.
6. Sektor perbankan
Bank merger: dana rekap Rp. 174 T, Lainnya: dana rekap Rp. 105 T
7. Sektor Perumahan
Konversi hutang Rp. 333 M.
8. Sektor Penerbangan: restrukturisasi usaha Rp. 8 T.
9. Sejak 2005-2008 dilakukan PMN beberapa BUMN sebesar Rp. 6,3 T.
10. Sedang dalam proses penyelesaian RDI/SLA Rp.50 T dan BPYBDS Rp.33 T
Total beban beberapa sektor yg tercatat
sementara ini + Rp. 391 T (diluar RDI/SLA &
BPYBDS)
MY.WAMEN.12.2013
52
54. visi, misi, dan tujuan Kementerian BUMN 2010-2014
Visi
Meningkatnya peran BUMN sebagai instrumen
Negara1) untuk peningkatan kesejahteraan rakyat2)
berdasarkan mekanisme korporasi3)
Catatan :
1)
Pasal 33 UUD 1945
2)
Visi dan Misi Presiden 2010-2014
3)
UU Nomor 19 tahun 2003 tentang BUMN
Tujuan
1.
2.
3.
4.
5.
Misi
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Peningkatan kualitas pengelolaan BUMN yang
semakin transparan dan akuntabel
Peningkatan peran BUMN untuk mendorong
pertumbuhan ekonomi nasional dan pendapatan
negara
Peningkatan kualitas pelaksanaan penugasan
pemerintah untuk pelayanan umum
Peningkatan peran BUMN dalam keperintisan
usaha dan pengembangan UMKM
Peningkatan sistem pengelolaan BUMN berbasis
mekanisme korporasi
Peningkatan peran BUMN untuk percepatan
pelaksanaan prioritas pembangunan nasional
6.
7.
8.
9.
Meningkatnya Kapasitas dan Kemampuan
Pembinaan BUMN
Terwujudnya penerapan best practices GCG dan
sistem penilaian kinerja
Meningkatnya peran BUMN dalam pengelolaan
SDA strategis dan pertahanan nasional
Meningkatnya Kinerja BUMN
Meningkatnya peran BUMN untuk mendorong
pertumbuhan ekonomi nasional
Meningkatnya kualitas pelaksanaan penugasan
pemerintah untuk pelayanan umum (PSO)
Meningkatnya peran BUMN dalam keperintisan
usaha dan pengembangan UMKM
Terwujudnya sistem pengelolaan BUMN yang
semakin sehat dan kompetitif
Meningkatnya peran BUMN dalam percepatan
pelaksanaan prioritas pembangunan nasional
Sumber : Rencana Strategis Kementerian BUMN
Tahun 2010-2014
54
55. Kondisi BUMN Dan Keharusan Pembenahan
Beberapa Masalah Strategis BUMN:
Mekanisme Penyehatan selama Ini :
Sisi BUMN:
• Produktivitas aset relatif msh rendah.
• Profitabilitas relatif msh rendah
• Jumlah karyawan “berlebih”
• Kualitas karyawan perlu ditingkatkan
• Kualitas manajemen perlu
ditingkatkan
• Skala usaha yang tidak merata
Sisi Pemerintah:
• Pengambil-alihan hutang
• Penambahan Modal Pemerintah
• Konversi hutang menjadi Penyertaan Modal
Pemerintah (PMP)
• Subordinasi pinjaman eks SLA
• Kuasi neraca dengan write off deferred
charges, down grade assets dsb.
• Konversi bunga tunggakan pinjaman SLA
• Rescheduling hutang
• Penanganan masalah BUMN perlu
dipercepat
• Koordinasi antar lembaga perlu
ditingkatkan
• Pembebanan fungsi PSO/subsidi
• Masalah terkait otonomi daerah
MY.WAMEN.12.2013
55
56. LANGKAH-2 YG TELAH DIAMBIL DALAM “PEMBENAHAN” BUMN
1.
Inpres No. 5 Tahun 1988, Keputusan MenKeu. No. 740/KMK.00/1989 dan
No. 741/KMK.00/1989
a. Penyehatan BUMN melalui :
- Konsolidasi
- Penggabungan
- Go public
- Penyertaan langsung
- Kerjasama operasi
- Joint venture
Program “pembenahan”
BUMN merupakan proses
yang panjang (sudah
berjalan 25 thn)
dan menimbulkan biaya
yang cukup besar.
b. Peningkatan tingkat kesehatan BUMN
c. Rencana Jangka Panjang & RKAP
Sejak 1988 (“awal” penyehatan yang lebih komprehensif ) s/d
2003, UU 19/2003, perlu waktu 15 tahun. Hingga 2013, sudah 25
tahun upaya2 penataan masih terus dilakukan.
MY.12.2013
56
57. LANGKAH-2 YG TELAH DIAMBIL DALAM “PEMBENAHAN” BUMN
(Lanjutan)
2. Penerbitan PP No. 12 dan PP No.13 Tahun 1998, UU 19/2003
Penyatuan penganganan pembinaan BUMN baik tekhnis (semula oleh Departemen
Tekhnis) dan Keuangan (semula oleh Departemen Keuangan) menjadi dalam satu
penanganan
3. Penanganan Pembinaan BUMN Oleh Setingkat Kementerian
1) Pembentukan Kementerian BUMN
2) Pengalihan kedudukan sebagai pemegang saham dari Menteri Keuangan
kepada Menteri BUMN (PP No.41 Tahun 2003)
3) Kedudukan Kementerian BUMN sebagai operator
4) Restrukturisasi berkelanjutan (sejalan dengan program rightsizing) : antara lain
inbreng PT.BAG ke dalam PLN, PT.Rukindo ke dalam Pelindo, rencana holding
kehutanan, perkebunan, konsolidasi pelabuhan dan bandar udara, likuidasi PT
ISI, merger PT.SI dan Sucofindo, dll)
5) Debirokratisasi dan “Rightsizing” Kementerian BUMN sejalan dengan reformasi
birokrasi
57
MY.12.2013
58. Arah BUMN ke Depan
Pemerintah akan tetap menjadi “pengendali”/pemegang saham mayoritas pada
kurang lebih 45 – 50 BUMN :
25 BUMN Besar
10 BUMN Pelaksana PSO (5 diantaranya masuk 25 Besar)
BUMN yang “penting bagi negara” (termasuk 25 besar, atau memenuhi salah satu
kriteria yang ada)
14 BUMN Perum (ada yang menjadi pelaksana PSO)
Sasaran yang ingin dicapai dalam pengembangan BUMN ke depan
BUMN yang efisien dan produktif, berdaya saing nasional, regional dan global.
BUMN dengan kontribusi yang optimal kepada Negara dan Stakeholders
BUMN yang taat dalam penerapan prinsip-prinsip Good Corporate Governance
(GCG)/ well managed.
BUMN yang berorientasi pada penciptaan nilai yang tinggi, skala yang ekonomis,
usaha yang terfokus dan terintegrasi dengan core competencies yang jelas.
58
MY.WAMEN.12.2013
59. Transformasi BUMN Menjadi World Class Corporations
Transformasi budaya
kerja BUMN untuk
menyamai international
best practices
Meningkatkan kualitas
SDM
Merekrut tim manajemen
terbaik
Mempertahankan
standar-standar Good
Corporate Governance
(GCG)
Transformasi
Budaya Kerja
Membentuk
perusahaanperusahaan
holding
1
Rightsizing
untuk
memperoleh
struktur yang
paling efisien
Melanjutkan
restrukturisasi
BUMN yang
masih merugi
Melanjutkan
program go
public dengan
penekanan
lebih besar
pada
peningkatan
struktur
permodalan
2
Restrukturisasi
Melakukan Benchmark
terhadap perusahaanperusahaan terbaik di
kawasan dan dunia
Mendorong BUMN untuk
mengeksplorasi peluangpeluang usaha dengan
mendayagunakan berbagai
kapabilitas BUMN
Mendorong ekspansi
internasional
Mendorong sinergi operasi
antar BUMN
4
Strategic
Business
Development
3
Go Public
59
60. Arah Kebijakan BUMN Ke Depan: Amanat Presiden
1. BUMN Sebagai tangan kedua
2. Ketahanan Pangan
3. Ketahanan Energi dan Hemat
Energi
4. Pertumbuhan Ekonomi dan
Pemerataan
5. Daya Saing dan Kepeloporan
6. Kurangi Hutang Luar Negeri
Sumber: Paparan Menteri Negara BUMN di depan Presiden, Yogya 2012
MY.WAMEN.12.2013
60
61. Arah Kebijakan BUMN Ke Depan: Amanat Presiden (Lanjutan)
Kemana
BUMN
Ke depan?
Fokus :
1. Ketahanan Nasional
2. Engine of Growth
3. Kepeloporan: Teknologi,
Daya Saing,
Kesejahteraan
BAGAIMANA
BUMN YANG
DILUAR ITU?
METAMORFOSA
Kebijakan Pembinaan BUMN ke depan akan diarahkan kepada 3 fokus
pembangunan nasional. BUMN yang bergerak di bidang lain akan diarahkan
untuk mendukung ketercapaian ketiga fokus tersebut.
Sumber: Paparan Menteri Negara BUMN di depan Presiden, Yogya 2012
MY.WAMEN.12.2013
61
62. Perbaikan Portofolio BUMN Dalam Rangka Penataan Skala Usaha
• Efisiensi &
Efektivitas
• Global
Benchmarking
1. PROGRAM
RESTRUKTURISASI
• Perampingan
jumlah BUMN span of control
• Go Public
• Penciptaan Nilai
4. PERILAKU
KORPORASI
PORTOFOLIO
BUMN
2. SINERGI
OPERASI
• Konsolidasi
• Economic of Scale
• Debirokratisasi/korp
oratisasi
• Cross selling
Sumber : PT Danareksa (2008)
3. KEMAMPUAN
INVESTASI &
PENDANAAN
• Bargaining position
My.12.2013
62
63. Why rightsizing?
• Saat ini belum banyak BUMN yang dapat disebut sebagai pemain
internasional,
• Tingkat persaingan usaha yang semakin tinggi baik di pasar domestik,
regional maupun internasional.
• Diperlukan pembenahan skala usaha BUMN sehingga menciptakan
daya kompetisi yang lebih kuat.
• Perlu sinergi yang lebih kuat dan luas antar BUMN karena BUMN
bergerak pada hampir semua sektor usaha.
• Dunia usaha tidak dapat lagi bergantung pada pertumbuhan organik,
diperlukan pertumbuhan unorganik melalui merger, akuisisi, konsolidasi
dll
• BUMN perlu mendapat level playing field yang “sejajar/sama” dengan
sektor swasta. terutama terkait dengan rigiditas aturan/ketentuan yg
mengikat BUMN.
63
65. Dari Sisi KBUMN : Reformasi Birokrasi
1. Debirokratisasi Pengelolaan BUMN melalui antara lain:
a. menegaskan kembali peran dan tanggung jawab pengelolaan
S
BUMN kepada Direksi dan peran dan tanggung jawab pengawasan
BUMN kepada Komisaris/Dewan Pengawas
b. memberlakukan Pakta Integritas (Statement of Integrity) terhadap
pengambilan keputusan untuk memastikan bahwa keputusan
tersebut telah dibuat secara diligent, care, tanpa benturan
kepentingan, dan Direksi BUMN yang bersangkutan siap menerima
sanksi perdata dan pidana apabila hal tersebut tidak sesuai dengan
kenyataan
2. Pemantapan Pelaksanaan Good Governance di Kementerian BUMN
untuk meminimalkan “costs of regulation” sehingga seluruh proses
pembinaan benar-benar memberikan nilai tambah, sekurang-kurangnya
tidak menciptakan hambatan bagi BUMN, antara lain melalui :
a. Pemantapan organisasi, tata kerja, dan akuntabilitas di Kementerian
Negara BUMN sehingga benar-benar menjadi fasilitator dalam
pembinaan BUMN
65
MY.12.2013
66. Dari Sisi KBUMN : Reformasi Birokrasi (Lanjutan)
3. Pemantapan Pelaksanaan Good Corporate Governance (transparansi,
akuntabilitas, responsibilitas, kemandirian) di BUMN, sehingga benar-benar
menjadi budaya korporasi BUMN, antara lain melalui:
S
a. Peningkatan peran BUMN dalam menggerakkan sektor riil (capex, opex,
PKBL) dan penerimaan Negara (dividen dan pajak)
b. Penataan Sistem Remunerasi Direksi dan Komisaris/Dewan Pengawas
c. Pemantapan posisi hukum dan penegakan hukum dalam pengelolaan
BUMN
4. Percepatan Penuntasan Masalah yang Telah Tertunda, antara lain:
a. Pengisian jabatan Direksi dan Komisaris yang habis masa jabatannya
b. Pemantapan pelaksanaan Go Public, Restrukturisasi dan Rightsizing
serta penyelesaian masalah BUMN rugi
c. Penyelesaian RDI/SLA dan Bantuan Pemerintah yang Belum Ditetapkan
Statusnya (BPYBDS)
d. Penataan dan Optimalisasi Pendayagunaan Aset BUMN
66
MY.12.2013
67. Modal Awal untuk Menjadi Semakin Baik
Finger
Print
Name
Tag
Sms
Center
BUMN
Bersih
Pendelegasian
Wewenang
SEMANGAT
PERUBAHAN
mail.bumn.
ego.id
procurement
Press
Conference
Manuf. Hope
Jurnal
BUMN
WTP
Sharing
Knowledge
Assessment
Pegawai
Perpustakaan
(Learning Center)
Masjid
(Islamic Center)
67
68. Progress RB KBUMN
• Tim RB Internal
Pelaksanaan Program RB oleh Tim Internal KBUMN
telah mencapai +60%.
• PMPRB & Verifikasi Lapangan
Nilai Pokok PMPRB mencapai 61,43%, akan
ditindaklanjuti dengan verifikasi lapangan pada
tanggal 26 Nov. 2013 (nilai minimal untuk
dinyatakan lulus = 50%).
• Reorganisasi
Usulan Reorganisasi KBUMN telah dibahas
Interdep dan secara prinsip sudah disetujui oleh
Setkab dan KemenPAN RB, per 1 Oktober 2013.
• Job Grading
Informasi Jabatan dan Informasi Faktor
Jabatan telah disusun sebagai dasar perumusan
kelas dan nilai jabatan.
68
69. Belum
melayani,
birokratis,
belum
berorientasi
hasil
Tumpang
tindih,
kurang jelas,
tidak
sinkron, dan
multi tafsir
Terdapat
tumpang
tindih fungsi
dan belum
tepat ukuran
Belum ada
standar
pelayanan
publik dan
belum
Pola Pikir dan
Budaya Kerja
Peraturan
Per-UU-an
Organisasi
Pelayanan
Publik
Pola Pikir dan
Budaya Kerja
Peraturan
Per-UU-an
Organisasi
Pelayanan
Publik
Tata Laksana
Manajemen
SDM
Aparatur
Pengawasan
Akuntabilitas
Kinerja
Tata Laksana
Manajemen
SDM
Aparatur
Pengawasan
Akuntabilitas
Kinerja
Proses
bisnis tidak
standar dan
tidak terukur
69
Kinerja SDM
belum
terukur dan
belum
manajemen
berbasis
kompetensi
Pengawasan
oleh auditor
internal
belum
optimal
Implementasi
sistem
akuntabilitas
kinerja (SAK)
belum optimal
(skor 55)
Melayani, tidak
birokratis,
profesional,
cepat dan tidak
berbelit
Sinkron
mendukung
ketahanan
industri
nasional
Didukung
Kepastian
kompetensi
proses & waktu
yang efisien & korporasi & bisnis
yang memadai,
efektif
didukung sistem
meritokarasi
Lembaga yang
Transparan, cepat,
kuat
mengembangkan sederhana, pasti &
mendukung
kebijakan &
pencapaian tujuan
mendorong
pendirian BUMN
prestasi
Pengawasan
berorientasi
pencegahan &
perbaikan
Peningkatan
kapasitas dan
akuntabilitas
kinerja pegawai
70. Eselon II (14 org)
5 memenuhi (36%)
8 memenuhi dengan
pengembangan (57%)
1 belum memenuhi (7%)
Eselon II (16 org)
6 sesuai (38%)
10 tidak sesuai (62%)
Eselon III (50 org)
20 sesuai (40%)
30 tidak sesuai (60%)
Eselon III (38 org)
4 potensial (11%)
29 potensial dg catatan (76%)
5 kurang potensial (13%)
Eselon IV (113 org)
33 sesuai (29%)
80 tidak sesuai (71%)
Eselon IV (87 org)
19 potensial (22%)
47 potensial dg catatan (54%)
21 kurang potensial (24%)
Sumber: LPPM 2007
Sumber: LPPM 2010 (Es. II) &
Ara Indonesia 2012 (Es. III & IV)
(doeloe …)
(sekarang)
70
71. Kesimpulan
1. BUMN sebagai salah satu pelaku ekonomi merupakan pilar pembangunan
yang terus memberikan kontribusi nyata baik dalam memperkuat ekonomi
nasional, mendorong kemakmuran dan meningkatkan prestasi di tingkat
regional.
2. Untuk lebih mengoptimalkan peran BUMN, maka kinerja yang solid baik
dalam bisnis, operasi, keuangan, dan manajemen menjadi kunci sukses
keberhasilan BUMN. Disisi lain debirokratisasi dalam penanganan BUMN
perlu menjadi perhatian.
3. Agar BUMN dapat bersaing baik di pasar domestik maupun internasional,
diperlukan pembenahan skala usaha BUMN sehingga menciptakan daya
kompetisi yang lebih kuat.
4. Pengelolaan BUMN pada masa mendatang memerlukan banyak terobosan,
inovasi, dan perlu dijauhkan dari “intervensi” selain dari organ korporasi,
sesuai UU PT No 40/2007 dan UU BUMN No.19/2003.
5. Perubahan adalah sebuah keniscayaan, namun sustainability dan konsistensi
dalam adaptabilitas dan inovasi untuk meningkatkan kinerja perlu selalu
dijaga.
71
MY.12.2013