SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 11
Downloaden Sie, um offline zu lesen
Proceedings of The 4th International Conference on Teacher Education; Join Conference UPI & UPSI Bandung,
Indonesia, 8-10 November 2010



              STRATEGI MANAJEMEN PENDIDIKAN KARAKTER
                (Membangun Peradaban Berbasis Ahlaqul Kharimah)

                                            Oleh:
                             DR. H. Yoyon Bahtiar Irianto, M.Pd.
                         (Adpend-FIP-UPI, email: abah_jbi@hotmail.com)

                                                    Abstrak
        Sudah sepuluh tahun reformasi pendidikan dilakukan, dan hampir seluruh
kebijakan pembaharuan pendidikan telah diupayakan, namun sepertinya seluruh tatanan
hidup dan kehidupan masyarakat malah berubah ke arah yang tidak menentu. Secara tidak
disadari, kehidupan masyarakat malah melunturkan sendi-sendi keimanan yang nya turut
mempengaruhi kualitas kelangsungan peradaban bangsa. Penyebab utamanya tidak lain
pendidikan karakter bangsa yang ‘amburadul’. Karena itu, sejalan dengan Renstra
Kemendiknas 2010-2014 yang telah mencanangkan penerapan pendidikan karakter, maka
diperlukan kerja keras semua pihak, terutama terhadap program-program yang memiliki
kontribusi besar terhadap peradaban bangsa harus benar-benar dioptimalkan. Namun,
penerapan pendidikan karakter di sekolah memerlukan pemahaman tentang konsep, teori,
metodologi dan aplikasi yang relevan dengan pembentukan karakter (character building)
dan pendidikan karakter (character education). Permasalahan yang perlu diungkap antara
lain: Bagaimana kiprah pendidikan dalam peradaban bangsa? Apa makna pendidikan
moral-nilai-ahlaq dan karakter? Bagaimana peranan yang perlu dilakukan sekolah?
Bagaimana strategi implementasinya dalam konteks pembelajaran di persekolahan?
        Dari pengalaman ada dua pendekatan dalam pendidikan karakter, yaitu: (1)
Karakter yang diposisikan sebagai mata pelajaran tersendiri; dan (2) Karakter yang built-
in dalam setiap mata pelajaran. Sampai saat ini, pendekatan pertama ternyata lebih efektif
dibandingkan pendekatan kedua. Salah satu alasannya ialah karena para guru
mengajarkan masih seputar teori dan konsep, belum sampai ke ranah metodologi dan
aplikasinya dalam kehidupan. Idealnya, dalam setiap proses pembelajaran mencakup
aspek konsep (hakekat), teori (syare’at), metode (tharekat) dan aplikasi (ma’rifat). Jika
para guru sudah mengajarkan kurikulum secara komprehensif melalui konsep, teori,
metodologi dan aplikasi setiap bidang studi, maka kebermaknaan yang diajarkannya akan
lebih efektifi dalam menunjang pendidikan karakter.
        Strategi pembelajaran yang berkenaan dengan moral knowing akan lebih banyak
belajar melalui sumber belajar dan nara sumber. Pembelajaran moral loving akan terjadi
pola saling membelajarkan secara seimbang di antara siswa. Sedangkan pembelajaran
moral doing akan lebih banyak menggunakan pendekatan individual melalui
pendampingan pemanfaatan potensi dan peluang yang sesuai dengan kondisi lingkungan
siswa. Ketiga strategi pembelajaran tersebut sebaiknya dirancang dengan sistematis agar
para siswa dan guru dapat memanfaatkan segenap nilai-nilai dan moral yang sesuai
dengan potensi dan peluang yang tersedia di lingkungannya. Dengan demikian, hasil
pembelajarannya ialah terbentuknya tabi’at reflektif dalam arti para siswa memiliki
pengetahuan, kemauan dan keterampilan dalam berbuat kebaikan.
        Melalui pemahaman yang komprehensif ini diharapkan dapat menyiapkan pola-
pola manajemen pembelajaran yang dapat menghasilkan anak didik yang memiliki
karakter yang kuat dalam arti memiliki ketangguhan dalam keilmuan, keimanan, dan
perilaku shaleh, baik secara pribadi maupun sosial.
Kata kunci: moral, value, ahlaq, character building, character education, tabi’at reflektif. 


Yoyon Bahtiar Irianto/Strategi Manajemen Pendidikan Karakter/2010                                           Page 1
Proceedings of The 4th International Conference on Teacher Education; Join Conference UPI & UPSI Bandung,
Indonesia, 8-10 November 2010



A. Permasalahan
            “Nelengnengkung-nelengnengkung, geura gede geura jangkung, geura sakola sing jucung,
            sangkan bisa makayakeun Indung (Nelengnengkung-nelengnengkung, cepatlah besar cepatlah
            tinggi, cepatlah selesaikan sekolah, agar dapat memuliakan Sang Ibu)”
            “Ku lihat Ibu Pertiwi, sedang bersusah hati, air matanya berlinang…..hutan gunung sawah
            lautan, simpanan kekayaan, kini Ibu sedang lara…..”

        Itulah penggalan-penggalan “dangding” (syair) pada saat Sang Ibu mengayun saya
(anak). Dengan segenap kasih sayang, harapan, dan do’a, Sang Ibu berusaha membesarkan
saya agar menjadi gede dan tinggi, dan berharap kembali memuliakan Sang Ibu yang
mengadung, membesarkan dan mendidiknya, serta sang Ibu Pertiwi yang telah memberi
saya lahan kehidupan. Sekarang, sang Ibu sedang bersedih karena anak-anaknya walaupun
telah besar dan tinggi namun hasil dari sekolah tidak sesuai dengan harapan dan cita-cita
Sang Ibu. Apa yang dilakukan sekolah terhadap anak-anaknya sehingga tidak semua cita-
cita dan harapan Sang Ibu dapat dipenuhi oleh sekolah? Padahal, hampir seluruh kebijakan
yang terkait dengan pembaharuan pendidikan diarahkan sesuai dengan standar pendidikan
yang telah ditetapkan. Namun, sepertinya seluruh tatanan hidup dan kehidupan masyarakat
malah berubah ke arah yang tidak menentu.
       Ketidakmenentuan yang paling berbahaya ialah lunturnya keimanan sebagai
masyarakat yang agamis. Penurunan budi pekerti, maraknya penyalahgunaan narkoba,
kriminalitas, sex bebas dan tuna-susila, meningkatnya pengangguran, kemiskinan dan
derajat kesehatan masyarakat yang buruk, turut mempengaruhi kualitas kelangsungan
peradaban masyarakat di masa depan. Penyebab utamanya tidak lain adalah pendidikan
karakter bangsa yang ‘amburadul’. Walaupun visi, misi, prinsip, tujuan, strategi, program
pembangunan pendidikan dirumuskan dengan sangat hebat, namun tidak ada maknanya
manakala hasil-hasil pendidikan tidak dapat meningkatkan kualitas hidup bermasyarakat
dan berbangsa. Apabila pembangunan pendidikan dilaksanakan seperti itu terus-menerus,
maka bangsa ini selamanya tidak akan mendapat hidayah untuk bangkit menuju kehidupan
yang lebih baik.
       Gambaran di atas bukan hanya sekedar cerita, bahwa permasalahan mendasar bagi
pendidikan ialah bagaimana menyiapkan generasi yang cerdas dan memiliki karakter yang
kuat untuk membangun bangsanya ke arah yang lebih baik. Oleh karena itu, sejalan dengan
Rencana Strategis Kemendiknas 2010-2014 yang telah mencanangkan visi penerapan
pendidikan karakter,1 maka diperlukan kerja keras semua pihak, terutama terhadap
program-program yang memiliki kontribusi besar terhadap peradaban bangsa harus benar-
benar dioptimalkan. Namun demikian, visi penerapan pendidikan karakter di lingkungan
satuan-satuan pendidikan memerlukan pemahaman yang jelas tentang konsep, teori,
metodologi dan aplikasi yang relevan dengan pembentukan karakter (character building)
dan pendidikan karakter (character education). Bagaimana kiprah pendidikan dalam
peradaban bangsa? Apa makna pendidikan moral-nilai-ahlaq dan karakter? Bagaimana
peranan yang perlu dilakukan sekolah? Bagaimana strategi implementasinya dalam
konteks pembelajaran di persekolahan? Melalui pemahaman yang komprehensif ini
diharapkan dapat menyiapkan pola-pola pembelajaran untuk menghasilkan anak didik


Yoyon Bahtiar Irianto/Strategi Manajemen Pendidikan Karakter/2010                                           Page 2
Proceedings of The 4th International Conference on Teacher Education; Join Conference UPI & UPSI Bandung,
Indonesia, 8-10 November 2010



yang memiliki ketangguhan keilmuan, keimanan, dan keshalehan pribadi maupun sosial.
Insan-insan yang shaleh ini sangat diperlukan untuk menjadi ‘kader’ yang siap ‘berjihad’
membangun kembali bangsanya agar bangkit dari keterpurukan. Tanpa pijakan dan
pemahaman tentang konsep, teori, metode yang jelas dan komprehensif tentang pendidikan
karakter, maka misi pendidikan karakter pada sekolah-sekolah akan menjadi sia-sia.

B. Pendidikan dan Peradaban Bangsa
       Menengok sejarah peradaban manusia, telah begitu banyak upaya untuk
mewariskan pengetahuan dan keterampilan kepada generasinya. Bahkan pada akhirnya
para orang tua menunjukkan ketidaksanggupan lagi untuk mengajarkan semua
pengetahuan dan keterampilan kepada anak-anaknya. Sejak saat itu, mulailah ada upaya
pembelajaran yang tidak formal sesuai pengetahuan yang diinginkan anaknya. Selanjutnya,
seiring pengetahuan dan keterampilan yang harus dipelajari semakin kompleks, upaya
pembelajaran tersebut mulai diformalkan dalam bentuk persekolahan. Hal ini menunjukkan
bahwa pendidikan mempunyai nilai-nilai yang hakiki tentang harkat dan martabat
kemanusiaan. Namun, belakangan lembaga pendidikan yang namanya 'sekolah' ini
cenderung menganggap sebagai satu-satunya lembaga pendidikan. Ahirnya, manakala
membicarakan pendidikan cenderung yang dibahas adalah sekolah; Akibatnya, paradigma
pendidikan yang begitu universal hanya dipandang secara adaptif daripada inisiatif.
       Ivan Illich2 telah mengkritik persekolahan ini dengan pertanyaan: “Apakah sekolah
itu sesuatu yang perlu dalam pendidikan?” Bahkan, Everet Reimer3 pun menganggap
bahwa pendidikan persekolahan telah ‘mati’ (school is dead). Tentu saja, saya tidak akan
terperangkap dalam konsep yang ekstrim seperti Reimer. Tetapi kritikan Illich dan Reimer
setidaknya mengingatkan kita bahwa pendidikan persekolahan bukanlah satu-satunya
lembaga pendidikan. Idealnya, pendidikan seharusnya merupakan gambaran kondisi
masyarakat seperti yang pernah diungkapkan Nicolas Hans bahwa “pendidikan adalah
watak nasional suatu bangsa”. Bahkan dalam kelakarnya dia berkata: “ceritakan
sekolahmu, maka akan dapat kuceritakan keadaan masyarakat dan negaramu”.4
        Padangan tersebut menunjukkan bahwa nilai-nilai pendidikan bukan saja hanya
sekedar etika dalam arti 'baik' atau 'tidak baik', namun lebih ditekankan pada tujuan
mengapa perlu ada pendidikan. Kemajuan iptek seharusnya dapat membimbing manusia
untuk mempunyai tujuan. Seperti yang manusia yang diibaratkan ‘penumpang’ kapal yang
bernama Bumi, berputar di jagat kosmos, melancong ke seberang lautan waktu yang tidak
terbatas. “Mereka bersenang dengan riang gembira dan makan layaknya binatang…”5
“Mereka punya hati, tetapi tidak bisa memahami; mereka punya mata, tetapi tidak melihat;
mereka punya telinga, tetapi tidak mendengar. Benar-benar mereka mirip binatang
peliharaan, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang lalai”.6
        Dengan kemajuan iptek manusia menjadi terserang kebingungan serta tidak tahu
lagi identitasnya, sehingga muncullah absurdisme, nihilisme, dan hipiisme menyerang
pikiran dan ruh manusia beradab hingga menghancurkan nilai-nilai kemanusiaan yang
beradab. Saya yakin bahwa nilai dan tujuan pendidikan hanya akan ada apabila pendidikan
itu dapat menciptakan sesuatu yang memberikan manfaat bagi kehidupan masa kini dan


Yoyon Bahtiar Irianto/Strategi Manajemen Pendidikan Karakter/2010                                           Page 3
Proceedings of The 4th International Conference on Teacher Education; Join Conference UPI & UPSI Bandung,
Indonesia, 8-10 November 2010



masa mendatang. Jika kebijakan dalam pendidikan harus dibuat, menunjukkan bahwa
dalam praktek-praktek pendidikan ada sesuatu yang salah atau kurang bermanfaat. Dengan
kata lain, kesalahan atau dalam pelaksanaan pendidikan harus dapat ditemukan, dianalisis,
disintesa, kemudian dipraktekkan kembali sampai menunjukan hasil yang lebih
bermanfaat.
        Berdasarkan amanat undang-undang,7 pendidikan harus dilihat sebagai human
investment dalam bidang sosial-budaya, ekonomi dan politik. Dalam perspektif sosial-
budaya, pendidikan menjadi faktor determinan dalam mendorong percepatan mobilitas
vertikal dan horisontal masyarakat yang mengarah pada pembentukan konstruksi sosial
baru yang terdiri atas lapisan masyarakat kelas menengah terdidik, yang menjadi elemen
penting dalam memperkuat daya rekat sosial (social cohesion). Pendidikan dapat menjadi
wahana strategis untuk membangun kesadaran kolektif (collective conscience) sebagai
warga mengukuhkan ikatan-ikatan sosial, dengan tetap menghargai keragaman budaya, ras,
suku-bangsa, dan agama, sehingga dapat memantapkan keutuhan nasional.8 Dalam
perspektif ekonomi, pendidikan mutlak diperlukan guna menopang pengembangan
education for the knowledge economy (EKE).9 Satuan pendidikan harus pula berfungsi
sebagai pusat penelitian dan pengembangan yang menghasilkan produk-produk unggulan
yang mendukung knowledge based ekonomy (KBE). Oleh karena itu, pendidikan harus
mampu melahirkan lulusan-lulusan yang memiliki pengetahuan, teknologi, dan
keterampilan teknis yang memadai, serta memiliki kapasitas dan kapabilitas kemampuan
berwirausaha untuk meningkatkan daya saing nasional dan membangun kemandirian
bangsa. Sedangkan dalam perspektif politik, pendidikan harus mampu mengembangkan
kapasitas dan kapabilitas individu untuk menjadi warganegara yang baik (good citizens),
yang memiliki tingkat kesadaran tinggi terhadap hak, kewajiban, tugas dan tanggung jawab
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Alfred & Carter10 menegaskan
bahwa visi dan idealisme itu haruslah merujuk dan bersumber pada paham ideologi
nasional, yang dianut oleh seluruh komponen bangsa.
        Dengan demikian, pendidikan dalam dimensi yang integratif merupakan usaha
seluruh komponen masyarakat dan bangsa untuk menumbuhkembangkan kekuatann
kolektif (collective power) dengan meletakkan landasan sosial-budaya, ekonomi dan
politik yang kokoh bagi terciptanya masyarakat sipil (civil society) yang memiliki
kekokohan budaya dan karakter tanpa menutup diri dari perkembangan jaman.

C. Pendidikan Moral, Nilai, Ahlaq, dan Karakter
        Pendidikan moral (moral education) dalam keseharian sering dipakai untuk
menjelaskan aspek-aspek yang berkaitan dengan etika. Pembelajarannya lebih banyak
disampaikan dalam bentuk konsep dan teori tentang nilai benar (right) dan salah (wrong).
Sedangkan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari tidak menyentuh ranah afektif
(apresiatif) dan psikomotorik (tidak menjadi kebiasaan) dalam perilaku siswa. Pendidikan
ahlaq lebih ditekankan pada pembentukan sikap batiniyah agar memiliki spontanitas dalam
berbuat kebaikan. Nilai benar dan salah diukur oleh nilai-nilai agamawi. Dalam Islam,
nilai-nilai itu harus merujuk pada Al-Qur’an dan Sunnah. Itulah moralitas yang dijungjung


Yoyon Bahtiar Irianto/Strategi Manajemen Pendidikan Karakter/2010                                           Page 4
Proceedings of The 4th International Conference on Teacher Education; Join Conference UPI & UPSI Bandung,
Indonesia, 8-10 November 2010



tinggi oleh kaum Muslim. Jika perilaku kaum Muslim sudah tidak merujuk lagi pada Al-
Qur’an dan Sunnah, dapat dikatagorikan kaum yang tidak berahlaq sekaligus dapat disebut
kaum yang tidak bermoral. Dalam terminologi tasawuf, pendidikan ahlaq bertujuan
menanamkan karakter-karakter yang melekat pada zat, sifat, asma dan af’al Tuhan YME
pada perilaku siswa.11 Namun dalam implementasinya masih sama halnya dengan
pendidikan moral. Walaupun beberapa lembaga pendidikan sudah menyatakan berbasis
moral dan ahlaq, tetapi masih berbanding lurus dengan naiknya angka kriminalitas dan
denkadensi moral di kalangan anak sekolah. Sedangkan pendidikan karakter merupakan
upaya pembimbingan perilaku siswa agar mengetauhi, mencintai dan melakukan kebaikan.
Fokusnya pada tujuan-tujuan etika melalui proses pendalaman apresiasi dan pembiasaan.
Secara teoritis, karakter seseorang dapat diamati dari tiga aspek, yaitu: mengetahui
kebaikan (knowing the good), mencintai kebaikan (loving the good), dan melakukan
kebaikan (doing the good).12
       Pendidikan karakter sesungguhnya bukan sekedar mendidik benar dan salah, tetapi
mencakup proses pembiasaan (habituation) tentang perilaku yang baik sehingga siswa
dapat memahami, merasakan, dan mau berperilaku baik. Sehingga tebentuklah tabi’at
yang baik. Menurut ajaran Islam, pendidikan karakter identik dengan pendidikan ahlaq.
Walaupun pendidikan ahlaq sering disebut tidak ilmiah karena terkesan bukan sekuler,
namun sesungguhnya anatara karakter dengan spiritualitas memiliki keterkaitan yang erat.
Dalam prakteknya, pendidikan ahlaq berkenaan dengan kriteria ideal dan sumber karakter
yang baik dan buruk, sedangkan pendidikan karakter berkaitan dengan metode, strategi,
dan teknik pengajaran secara operasional.
        Unsur-unsur ideal dalam pendidikan karakter berkenaan dengan moral knowing,
moral loving dan moral doing (acting).13 Moral knowing berkenaan dengan kesadaran
(awareness), nilai-nilai (values), sudut pandang (perspective taking), logika (reasoning),
menentukan sikap (decision making), dan pengenalan diri (self knowledge). Moral loving
berkenaan dengan kepercayaan diri (self esteem), kepekaan terhadap orang lain (emphaty),
mencintai kebenaran (loving the good), pengendalian diri (self control), dan kerendahan
hati (humility). Moral doing berkenaan dengan perwujudan dari moral knowing dan moral
loving yang berbentuk tabi’at reflektif dalam perilaku keseharian.
        Prinsip-prinisip dalam penerapan pendidikan karakter, Character Education
Quality Standards merekomendasikan sebelas prinsip untuk dijadikan panduan masyarakat
dunia untuk dijadikan landasan pendidikan karakter yang efektif.14 Unsur-unsur dan
prinsip-prinsip tersebut sebetulnya dalam ajaran Islam berkenaan dengan nilai-nilai dan
moral mengenai mukasyafah, musyahadah, dan muqarabah, dalam bentuk tahaqquq,
ta’alluq, dan takhalluq.15 Jadi, tidak ada bedanya dengan konsep dan teori yang
dikembangkan di dunia barat. Mengapa kita tidak kembali ke nilai-nilai dan moral yang
diajarkan agama? Bukankah ajaran agama sudah tidak diragukan lagi kebenarannya?

D. Peranan Pendidikan Sekolah
       Tujuan utama pendidikan adalah untuk membentuk manusia yang good and
       16
smart. Atau dalam Islam mengupayakan agar manusia memiliki karakter yang baik (good


Yoyon Bahtiar Irianto/Strategi Manajemen Pendidikan Karakter/2010                                           Page 5
Proceedings of The 4th International Conference on Teacher Education; Join Conference UPI & UPSI Bandung,
Indonesia, 8-10 November 2010



character).17 Dengan bahasa sederhana adalah merubah manusia menjadi lebih baik dalam
pengetahun, sikap dan keterampilan. Namun, pada prakteknya lebih ditekankan pada aspek
prestasi akademik (academic achievement), sehingga mengabaikan pembentukan karakter
siswa. Walaupun dalam teori sosiologi menyebutkan bahwa pembentukan karakter menjadi
tugas utama keluarga, namun sekolah pun ikut bertanggung terhadap kegagalan
pembentukan karakter di kalangan para siswanya, karena proses pembudayaan menjadi
tanggungjawab sekolah. Pendidikan karakter bagi sekolah bukan lagi sebagai sebuah opsi,
tetapi suatu keharusan yang tak terhindarkan.18 Saya setuju dengan pandangan itu, karena
pendidikan di mana pun akan berkenaan dengan tugas olah pikir (pengetahuan), olah rasa
(apresiasi), dan olah raga (keterampilan) dalam konteks kehidupan psikologis, sosial dan
kultural. Dari konteks inilah nilai-nilai (value), lingkungan, dan spiritual akan menjadi
bahan untuk membentuk karakter anak didik. Perhatikan Gambar-1 berikut.




                                                  Gambar-1
                                   Posisi Karakter dalam Ranah Pendidikan


        Berdasarkan gambar di atas, maka pembangunan pendidikan mempunyai tanggung
jawab dalam memprioritaskan pendidikan nilai, lingkungan dan spiritual yang sesuai
dengan jalur, jenjang dan jenis kelembagaan satuan pendidikan. Artinya, proses
pengenalan diri, aprsiasi diri dan pembiasaan diri tentang nilai dan moral harus berlanjut di
lingkungan sekolah setelah lingkungan keluarga. Lingkungan sekolah harus menjadi
tempat untuk pertumbuhan nilai dan moralnya sehingga terjadi proses pembiasaan yang
membudaya. Kehidupan berbangsa dan bernegara yang diperjuangkan di Indonesia
sebetulnya tidak harus meniru kehidupan negara lain, karena nilai-nilai, lingkungan dan
spiritualitasnya pun berbeda. Dalam konteks ini, sistem persekolahan di Indonesia dituntut
untuk dapat berkontribusi secara signifikan dalam pembentukan karakter warga negaranya
agar memiliki jati diri dan harga diri bangsanya, serta dapat tetap bisa hidup sejajar dengan
bangsa-bangsa lain di dunia.

E. Kerangka dan Strategi Manajemen Pembelajaran
     Untuk sampai kepada bentuk tabi’at reflektif diperlukan strategi manajemen
pembelajaran yang logis dan sistematis. Berdasarkan pengamatan saya pada sekolah-


Yoyon Bahtiar Irianto/Strategi Manajemen Pendidikan Karakter/2010                                           Page 6
Proceedings of The 4th International Conference on Teacher Education; Join Conference UPI & UPSI Bandung,
Indonesia, 8-10 November 2010



sekolah berbasis ahlaq,19 terdapat dua pendekatan dalam proses pendidikan karakter, yaitu:
(1) Ahlaq yang diposisikan sebagai mata pelajaran tersendiri; dan (2) Ahlaq yang built-in
dalam setiap mata pelajaran. Sampai saat ini, pendekatan pertama ternyata lebih efektivitas
dibandingkan pendekatan kedua. Salah satu alasan pendekatan kedua kurang efektif,
karena para guru mengajarkan masih seputar teori dan konsep, belum sampai ke ranah
metodologi dan aplikasinya dalam kehidupan. Idealnya, dalam setiap proses pembelajaran
mencakup aspek konsep, teori, metode dan aplikasi. Sama halnya dalam pengajaran dalam
ajaran Islam yang mensyaratkan unttuk memahami hakekat, syare’at, tharekat, dan
ma’rifat dari setiap aspek yang dipelajarinya. Atau dalam pandangan nilai dan moral
tentang kepribadian harus memahami zat, sifat, asma dan af’al-nya. Jika para guru sudah
mengajarkan kurikulum secara komprehensif melalui konsep, teori, metodologi dan
aplikasi setiap mata pelajaran atau bidang studi, maka kebermaknaan yang diajarkannya
akan lebih efektifi dalam menunjang pendidikan karakter. Perhatikan Gambar-2 berikut.




                                               Gambar-2
                           Pendekatan dan Muatan Kurikulum Pendidikan Karakter


        Berdasarkan ilustrasi di muka, maka siswa pada dasarnya “teu harta...teu harti,
mung gitek nu rupi-rupi” dalam arti miskin dari sisi pendapatan (harta) dan pengetahuan
(harti), namun memiliki potensi (gitek) yang beraneka-ragam (rupi-rupi). Merujuk
karakteristik ini maka kegiatan memotivasi siswa menggunakan pendekatan kelompok.
Pembelajaran yang berkenaan dengan moral knowing akan lebih banyak belajar melalui
sumber belajar dan nara sumber. Pembelajaran yang berkenaan dengan moral loving akan
terjadi pola saling membelajarkan secara seimbang di antara siswa. Sedangkan
pembelajaran yang berkenaan dengan moral doing akan lebih banyak menggunakan
pendekatan individual melalui pendampingan pemanfaatan potensi dan peluang yang
sesuai dengan kondisi lingkungan siswa. Ketiga pola pembelajaran tersebut sebaiknya
dirancang dengan sistematis agar para siswa dan guru/tutor/pendamping dapat
memanfaatkan segenap nilai-nilai dan moral yang sesuai dengan potensi dan peluang yang
tersedia di lingkungannya. Dengan demikian, hasil pembelajarannya ialah terbentuknya
tabi’at reflektif dalam arti para siswa memiliki pengetahuan, kemauan dan keterampilan
dalam berbuat kebaikan. Keterkaitan antara kondisi peserta didik, pola pembelajaran, dan
hasil pembelajaran dapat diilustrasikan pada Gambar-3 berikut.



Yoyon Bahtiar Irianto/Strategi Manajemen Pendidikan Karakter/2010                                           Page 7
Proceedings of The 4th International Conference on Teacher Education; Join Conference UPI & UPSI Bandung,
Indonesia, 8-10 November 2010



                                                MURID/SISWA/MAHASISWA
                                                 (dengan segala potensinya)
 

                                             POLA POSES PEMBELAJARAN
                           (Memanfaatkan potensi diri dan alam, serta peluang yang ada di lingkungan)
                     Moral Knowing                       Moral Loving                        Moral Doing
                 (Belajar dari Orang Lain)     (Belajar Bersama Orang Lain)          (Belajar dari Diri Sendiri)
 
 
 
                                                   TABI’AT REFLEKTIF
                                          (Tahu, Mau dan Terampil Berbuat Kebaikan)
 
                                                      Gambar-3
                                         Pola Pembelajaran Pendidikan Karakter
                                                            
        Merujuk kepada pendekatan dan kerangka pembelajaran di atas maka strategi
pembelajaran dalam pendidikan karakter cukup dilakukan dengan tiga langkah, yaitu: (1)
membekali siswa dengan alat dan media untuk memiliki pengetahuan, kemauan dan
keterampilan; (2) membekali siswa pemahaman tentang berbagai kompetensi tentang nilai
dan moral; (3) membiasakan siswa untuk selalu melakukan keterampilan-keterampilan
berperilaku baik. Secara sederhana, keterkaitan setiap langkah pembelajaran tersebut dapat
diilustrasikan pada Gambar-4 berikut.
              Langkah ke-1                             Langkah ke-2                                Langkah ke-3
       (Membekali alat dan media untuk          (Membekali pemahaman tentang               (Membiasakan untuk melakukan
              tahu dan mau)                       kompetensi nilai dan moral)               keterampilan berperilaku baik)




         Mengenal, mengetahui dan                  Apresiatif terhadap nilai-               Mampu mecari peluang untuk
         memahami nilai‐nilai dan                  nilai dan moral yang baik                melakukan dan mengamalkan
         moral yang baik dan buruk                                                               perilaku yang baik
 

                                                   Gambar-4
                              Strategi Manajemen Pembelajaran Pendidikan Karakter


        Langkah ke-1, dimaksudkan agar siswa memahami secara benar dan menyeluruh
tentang potensi diri dan peluang yang ada di lingkungan sekitarnya. Potensi diri difokuskan
kepada nilai dan moral yang dapat didayagunakan untuk belajar, berhubungan dan
berusaha. Sedangkan peluang yang ada di lingkungan dijadikan sumber motivasi agar
siswa mau melibatkan diri secara aktif dalam proses pembelajaran atau merekayasa sendiri
proses pembelajaran yang dibutuhkannya. Potensi diri dan peluang yang ada di lingkungan
sekitar meliputi segenap nilai dan moral yang ada dan diperkirakan dapat dicapai dan
didayagunakan untuk pembelajaran dan penerapan hasil pembelajaran yang diikutinya.
Berdasarkan pemahaman ini, peserta didik difasilitasi untuk memiliki dan mengembangkan
kerangka atau pola pikir yang komprehensif tentang pendayagunaan dan pengembangan
potensi diri dan peluang yang ada di lingkungan sekitarnya bagi perilakunya
kesehariannya. Dalam tahapan ini tujuan pembelajaran di arahkan pada kompetensi dalam
membedakan nilai-nilai ahlaq mulia dan ahlaq tercela, memahami secara logis tentang



Yoyon Bahtiar Irianto/Strategi Manajemen Pendidikan Karakter/2010                                                            Page 8
Proceedings of The 4th International Conference on Teacher Education; Join Conference UPI & UPSI Bandung,
Indonesia, 8-10 November 2010



pentingnya ahlaq mulia dan bahayanya ahlaq tercela dalam kehidupan, mengenal sosok
manusia yang berahlaq mulia untuk diteladai dalam kehidupan. Kegiatan utama guru pada
tahap ini adalah: (1) merancang proses pembelajaran yang diarahkan pada pemahaman
tentang klarifikasi nilai (value clarification), dan (2) membekalinya berbagai alat
(instrument) dan media yang dapat digunakan secara mandiri baik secara individual
ataupun kelompok.
        Langkah ke-2, diarahkan pada kepemilikan kepekaan kemampuan dalam
mendayagunakan dan mengembangkan potensi diri dan peluang yang ada di lingkungan
sekitarnya. Kompetensi dalam arti nilai-nilai dan moral yang dituntut untuk dimiliki oleh
para siswa yang sesuai dengan kondisi dan peluang yang dihadapinya. Berbagai
kompetensi itu perlu dikaji dan diapresiasi oleh para siswa sampai mereka memiliki cukup
pilihan dalam menetapkan keputusan kompetensi mana yang paling dibutuhkan sesuai
kondisi potensi dan peluang yang sedang dihadapinya. Tahapan ini dimaksudkan untuk
menumbuhkan rasa cinta dan rasa butuh terhadap nilai-nilai ahlaq mulia. Sasarannya ialah
dimensi-dimensi emosional siswa yaitu qolbu dan jiwa, sehingga tumbuh kesadaran,
keinginan, kebutuhan dan kemauan untuk memiliki dan mempraktekan nilai-nilai ahlaq
tersebut. Melalui tahap ini pun siswa diharapkan mampu menilai dirinya sendiri
(muhasabah), semakin tahu kekurangan-kekurangannya. Proses pembelajaran yang perlu
dikembangkan oleh guru ialah belajar menemukan (learning discovery) sehingga nilai-nilai
dan moral yang dipelajari itu dapat dihayati. Proses penemuan dan penghayatan itu akan
membentuk kedalaman apresiasi, sehingga nilai-nilai dan moral yang dimilikinya itu
benar-benar dibutuhkan dalam kehidupannya.
       Langkah ke-3, merupakan muara penerapan kompetensi-kompetensi yang telah
dimiliki para siswa melalui proses pembelajaran pada tahapan sebelumnya. Arah
pembelajaran pada tahap ini adalah pendampingan kemandirian siswa agar memiliki
kesempatan untuk menerapkan nilai-nilai dan moral dalam perilaku keseharian sampai
berbentuk tabi’at reflektif pribadi. Ruang lingkup nilai dan moral yang perlu dikuasai
murid pada tahap ini erat kaitannya dengan instrumen pendukung dalam berperilaku bagi
para siswa. Pendampingan terutama diarahkan untuk menguatkan kemampuan mereka
tentang nilai dan moral dalam berperilaku sehingga berdampak positif terhadap sikap dan
kemandiriannya di lingkungan hidup dan kehidupannya.

F. Kesimpulan
       Pada bagian ahir tulisan ini, saya ingin menegaskan kembali sekolah memiliki
tanggungjawab dalam membentuk karakter bangsa, memiliki tugas dalam menyiapkan
potensi diri dan peluang lingkungan agar siswa memiliki pengetahuan yang luas, memiliki
kedalaman apresiasi, dan terampil dalam membiasakan perilaku-perilaku yang sesuai
nengan nilai-nilai, moral dan ahlaq yang dianut masyarakat dan bangsanya yang beradab.
Pembangunan pendidikan yang sedang kita lakukan seharusnya menyentuh paradigma
sistem pendidikan yang universal. Pembangunan pendidikan yang tidak berbasis
pendidikan karakter telah terbukti hanya menghasilkan SDM yang bersifat mekanis dan
kurang kreatif. Oleh karena itu, tidak ada pilihan lain untuk secepatnya mempersiapkan


Yoyon Bahtiar Irianto/Strategi Manajemen Pendidikan Karakter/2010                                           Page 9
Proceedings of The 4th International Conference on Teacher Education; Join Conference UPI & UPSI Bandung,
Indonesia, 8-10 November 2010



generasi yang sesuai dengan peradaban yang diinginkan, yaitu generasi yang serba siap
dalam menghadapi segala tantangan kehidupan di masa depan. Generasi yang serba siap
tersebut, harus diupayakan secara sistematis, terutama dalam membentuk tabi’at reflektif
yang bercirikan: (1) Besarnya rasa memiliki warga negara (termasuk kelembagaannya)
terhadap nilai-nilai, moral dan ahlaq yang dianut masyarakat dan bangsa yang beradab; (2)
Kepercayaan diri warga negara terhadap potensi diri, sumber daya dan kemampuan untuk
menerapkan nilai-nilai, moral dan ahlaq dalam membangun pribadi, masyarakat, bangsa
dan negaranya; (3) Besarnya kemandirian atau keswadayaan warga negara baik sebagai
penggagas, pelaksana maupun pemanfaat dari hasil-hasil dalam menerapkan nilai-nilai,
moral dan ahlaknya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Melalui
pola-pola manajemen pembelajaran yang dirancang secara komprehensif dan sistematis di
lingkungan sekolah diharapkan dapat menghasilkan generasi-generasi yang memiliki
ketangguhan dalam keilmuan, keimanan, dan perilaku shaleh, baik secara pribadi maupun
sosial. Insan-insan yang shaleh ini sangat diperlukan untuk menjadi ‘kader-kader tenaga
pembangunan’ yang siap ‘berjihad’ membangun kembali masyarakat dan bangsanya agar
bangkit dari keterpurukan.

G. Referensi
1. Kementrian Pendidikan Nasional, Rencana Strategis Departemen Pendidikan Nasional Tahun 2010-
   2014: Rancangan RPJMN tahun 2010-2014, (Jakarta: Biro Perencanaan Setjen Kemendiknas, 2010).
2. Ivan Illich, dalam INFED (Ideas-Thinking-Practice): http://www.infed.org/thinkers/et-illic.htm
3. Everet Reimer dalam Amazon.co.uk:
   http://www.amazon.co.uk/Books/s?ie=UTF8&rh=n%3A266239%2Cp_27%3AEverett+Reimer&field-
   author=Everett+Reimer&page=1
4. Nicolas Hans, dalam Plaxo:
   http://www.plaxo.com/profile/show/8590144815?pk=e3a7ac34e0206b1388c4a0970d7e14821dface93
5. Al-Qur’an Surat (QS) Muhammad:12
6. Al-Qur’an Surat (QS) Al-A’raf:179)
7. Lihat UU.No.20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal (l)
8. Yoyon Bahtiar Irianto, “Perencanaan Pendidikan Tingkat Kabupaten/Kota: Studi Evaluatif Tentang
   Sistem Perencanaan Pembangunan Pendidikan di Kabupaten Bandung Menuju Tahun 2025”, Disertasi,
   (Bandung: SPS UPI, 2009), hal.58.
9. Yoyon Bahtiar Irianto, ibid, hal.60 dan dapat pula dilihat pada: www.amazon.com/Leading-Learning-
   Organization-Communication-Competencies/dp/0791443671
10. Alfred & Carter dalam: www.smc.edu/policies/pdf/EduPlan.7_04.pdf
11. Yoyon Bahtiar Irianto, Pembangunan Manusia dan Pembaharuan Pendidikan, (Bandung: Laboratorium
    Administrasi Pendidikan UPI, 2006), hal.143
12. Thomas Lickona, The Return of Character Education, (Journal of Educational Leadership,
    Vol.3/No.3/November 1993, hal.6-11), dalam: http://www.ascd.org/publications/educational-
    leadership/nov93/vol51/num03/The-Return-of-Character-Education.aspx
13. Thomas Lickona, ibid.
14. Tom Lickona; Eric Schaps & Catherine Lewis, “Eleven Principles of Effective Character Education”,
    The Character Education Partnership, dalam: http://www.cortland.edu/character/articles/prin_iii.htm
15. Muhammad Taqi Mishbah Yazdi, Buku Daras Filsafat Islam, (Bandung: Mizan, 2003).
16. Aristotle’s dalam Edward J. Power, Philosophy of Education: Studies in Philosophies, Schooling, and
    Educational Policies, (New Jersey: Prentice-Hall, Inc. 1982), atau dapat dilihat pada:
    http://en.wikipedia.org/wiki/Aristotle



Yoyon Bahtiar Irianto/Strategi Manajemen Pendidikan Karakter/2010                                           Page 10
Proceedings of The 4th International Conference on Teacher Education; Join Conference UPI & UPSI Bandung,
Indonesia, 8-10 November 2010



17. Muhammad Taqi Mishbah Yazdi, opcit.
18. Lihat: http://pendidikankarakter.org/
19. Yoyon Bahtiar Irianto, “Perencanaan Pendidikan Tingkat Kabupaten/Kota: Studi Evaluatif Tentang
    Sistem Perencanaan Pembangunan Pendidikan di Kabupaten Bandung Menuju Tahun 2025”, Disertasi,
    (Bandung: SPS UPI, 2009), hal.416-417 dan “Pengembangan Model SMK Berbasis Potensi Wilayah”,
    Laporan Penelitian, (Bandung: Bappeda Kabupaten Bandung, 2009).




Yoyon Bahtiar Irianto/Strategi Manajemen Pendidikan Karakter/2010                                           Page 11

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Kerja kursus edu 3106 - pelan bilik darjah & faktor-faktor ketidaksamaan pd...
Kerja kursus   edu 3106 - pelan bilik darjah & faktor-faktor ketidaksamaan pd...Kerja kursus   edu 3106 - pelan bilik darjah & faktor-faktor ketidaksamaan pd...
Kerja kursus edu 3106 - pelan bilik darjah & faktor-faktor ketidaksamaan pd...Karen Kayny
 
141621285 makalah-manajemen-pendidikan
141621285 makalah-manajemen-pendidikan141621285 makalah-manajemen-pendidikan
141621285 makalah-manajemen-pendidikanMar Tunis
 
EDU 3106 Budaya & Pembelajaran (SEMESTER 5)
EDU 3106 Budaya & Pembelajaran (SEMESTER 5)EDU 3106 Budaya & Pembelajaran (SEMESTER 5)
EDU 3106 Budaya & Pembelajaran (SEMESTER 5)Stephanie Unsil
 
Quo vadis pendidikan call for paper
Quo vadis pendidikan call for paperQuo vadis pendidikan call for paper
Quo vadis pendidikan call for paperDenny Kodrat
 
Jurnal Hasil Telaah Literatur
Jurnal Hasil Telaah LiteraturJurnal Hasil Telaah Literatur
Jurnal Hasil Telaah LiteraturImam Nashokha
 
Pembelajaran Fiqih di Madrasah Tsanawiyah Pondok Pesantren Nurul Huda
Pembelajaran Fiqih di Madrasah Tsanawiyah Pondok Pesantren Nurul HudaPembelajaran Fiqih di Madrasah Tsanawiyah Pondok Pesantren Nurul Huda
Pembelajaran Fiqih di Madrasah Tsanawiyah Pondok Pesantren Nurul HudaMTs Nurul Huda Sukaraja
 
Analisis kebijakan pendidikan
Analisis kebijakan pendidikanAnalisis kebijakan pendidikan
Analisis kebijakan pendidikanAhmad Mansur
 
Kerja kursus budaya dalam pembelajaran
Kerja kursus budaya dalam pembelajaranKerja kursus budaya dalam pembelajaran
Kerja kursus budaya dalam pembelajaranSherly Jewinly
 
Dasar dasar pendidikan
Dasar dasar pendidikanDasar dasar pendidikan
Dasar dasar pendidikanCece Sucipto
 
Makalah pengertian pendidikan dan tujuannya
Makalah pengertian pendidikan dan tujuannyaMakalah pengertian pendidikan dan tujuannya
Makalah pengertian pendidikan dan tujuannyaMara Sutan Siregar
 
Implikasi kepelbagaian sosiobudaya
Implikasi kepelbagaian sosiobudayaImplikasi kepelbagaian sosiobudaya
Implikasi kepelbagaian sosiobudayaPensil Dan Pemadam
 
Dasar – Dasar Pendidikan
Dasar – Dasar PendidikanDasar – Dasar Pendidikan
Dasar – Dasar Pendidikanriefkie
 
contoh makalah pendidikan
contoh makalah pendidikancontoh makalah pendidikan
contoh makalah pendidikanfenty_febriani
 
Implikasi kepelbagaian sosiobudaya kepada murid
Implikasi kepelbagaian sosiobudaya kepada muridImplikasi kepelbagaian sosiobudaya kepada murid
Implikasi kepelbagaian sosiobudaya kepada muridIzzat Najmi
 

Was ist angesagt? (20)

Kerja kursus edu 3106 - pelan bilik darjah & faktor-faktor ketidaksamaan pd...
Kerja kursus   edu 3106 - pelan bilik darjah & faktor-faktor ketidaksamaan pd...Kerja kursus   edu 3106 - pelan bilik darjah & faktor-faktor ketidaksamaan pd...
Kerja kursus edu 3106 - pelan bilik darjah & faktor-faktor ketidaksamaan pd...
 
141621285 makalah-manajemen-pendidikan
141621285 makalah-manajemen-pendidikan141621285 makalah-manajemen-pendidikan
141621285 makalah-manajemen-pendidikan
 
EDU 3106 Budaya & Pembelajaran (SEMESTER 5)
EDU 3106 Budaya & Pembelajaran (SEMESTER 5)EDU 3106 Budaya & Pembelajaran (SEMESTER 5)
EDU 3106 Budaya & Pembelajaran (SEMESTER 5)
 
Quo vadis pendidikan call for paper
Quo vadis pendidikan call for paperQuo vadis pendidikan call for paper
Quo vadis pendidikan call for paper
 
Kilasan Setahun Kinerja Kemdikbud
Kilasan Setahun Kinerja KemdikbudKilasan Setahun Kinerja Kemdikbud
Kilasan Setahun Kinerja Kemdikbud
 
Tajuk 8 done
Tajuk 8 doneTajuk 8 done
Tajuk 8 done
 
Guru dan-cabaran-semasa
Guru dan-cabaran-semasaGuru dan-cabaran-semasa
Guru dan-cabaran-semasa
 
Makalah pendidikan di indonesia
Makalah pendidikan di  indonesiaMakalah pendidikan di  indonesia
Makalah pendidikan di indonesia
 
Jurnal Hasil Telaah Literatur
Jurnal Hasil Telaah LiteraturJurnal Hasil Telaah Literatur
Jurnal Hasil Telaah Literatur
 
Pembelajaran Fiqih di Madrasah Tsanawiyah Pondok Pesantren Nurul Huda
Pembelajaran Fiqih di Madrasah Tsanawiyah Pondok Pesantren Nurul HudaPembelajaran Fiqih di Madrasah Tsanawiyah Pondok Pesantren Nurul Huda
Pembelajaran Fiqih di Madrasah Tsanawiyah Pondok Pesantren Nurul Huda
 
Makalah pendidikan berkarakter
Makalah pendidikan berkarakterMakalah pendidikan berkarakter
Makalah pendidikan berkarakter
 
Analisis kebijakan pendidikan
Analisis kebijakan pendidikanAnalisis kebijakan pendidikan
Analisis kebijakan pendidikan
 
Tajuk 8 done
Tajuk 8 doneTajuk 8 done
Tajuk 8 done
 
Kerja kursus budaya dalam pembelajaran
Kerja kursus budaya dalam pembelajaranKerja kursus budaya dalam pembelajaran
Kerja kursus budaya dalam pembelajaran
 
Dasar dasar pendidikan
Dasar dasar pendidikanDasar dasar pendidikan
Dasar dasar pendidikan
 
Makalah pengertian pendidikan dan tujuannya
Makalah pengertian pendidikan dan tujuannyaMakalah pengertian pendidikan dan tujuannya
Makalah pengertian pendidikan dan tujuannya
 
Implikasi kepelbagaian sosiobudaya
Implikasi kepelbagaian sosiobudayaImplikasi kepelbagaian sosiobudaya
Implikasi kepelbagaian sosiobudaya
 
Dasar – Dasar Pendidikan
Dasar – Dasar PendidikanDasar – Dasar Pendidikan
Dasar – Dasar Pendidikan
 
contoh makalah pendidikan
contoh makalah pendidikancontoh makalah pendidikan
contoh makalah pendidikan
 
Implikasi kepelbagaian sosiobudaya kepada murid
Implikasi kepelbagaian sosiobudaya kepada muridImplikasi kepelbagaian sosiobudaya kepada murid
Implikasi kepelbagaian sosiobudaya kepada murid
 

Andere mochten auch

Permendikbud nomor-70-ttg-kerangka-dasar-dan-struktur-kurikulum-smk-mak-dan-l...
Permendikbud nomor-70-ttg-kerangka-dasar-dan-struktur-kurikulum-smk-mak-dan-l...Permendikbud nomor-70-ttg-kerangka-dasar-dan-struktur-kurikulum-smk-mak-dan-l...
Permendikbud nomor-70-ttg-kerangka-dasar-dan-struktur-kurikulum-smk-mak-dan-l...Pristiadi Utomo
 
Contoh RPP Kurikulum 2013
Contoh RPP Kurikulum 2013Contoh RPP Kurikulum 2013
Contoh RPP Kurikulum 2013Pristiadi Utomo
 
Surat terbuka presiden SBY terkait Gaza
Surat terbuka presiden SBY terkait GazaSurat terbuka presiden SBY terkait Gaza
Surat terbuka presiden SBY terkait GazaPristiadi Utomo
 
Naskah ran-kemendiknas-rev-2
Naskah ran-kemendiknas-rev-2Naskah ran-kemendiknas-rev-2
Naskah ran-kemendiknas-rev-2Pristiadi Utomo
 
Tugas penilaian pembelajaran
Tugas penilaian pembelajaranTugas penilaian pembelajaran
Tugas penilaian pembelajaranPristiadi Utomo
 
Kisi kisi ostn_smk_2011_prov_ja_teng
Kisi kisi ostn_smk_2011_prov_ja_tengKisi kisi ostn_smk_2011_prov_ja_teng
Kisi kisi ostn_smk_2011_prov_ja_tengPristiadi Utomo
 
agama islam_buku_guru kelas 1 sd
agama islam_buku_guru kelas 1 sdagama islam_buku_guru kelas 1 sd
agama islam_buku_guru kelas 1 sdPristiadi Utomo
 
Buku 1 pengembangan keprofesian berkelanjutan (pkb) guru
Buku 1 pengembangan keprofesian berkelanjutan (pkb) guruBuku 1 pengembangan keprofesian berkelanjutan (pkb) guru
Buku 1 pengembangan keprofesian berkelanjutan (pkb) guruPristiadi Utomo
 
Model penilaian hasil belajar SMA
Model penilaian hasil belajar SMAModel penilaian hasil belajar SMA
Model penilaian hasil belajar SMAPristiadi Utomo
 
Analisis buku guru dan siswa
Analisis buku guru dan siswaAnalisis buku guru dan siswa
Analisis buku guru dan siswaPristiadi Utomo
 
PKG Pedoman Pengamatan dan Pemantauan
PKG Pedoman Pengamatan dan PemantauanPKG Pedoman Pengamatan dan Pemantauan
PKG Pedoman Pengamatan dan PemantauanPristiadi Utomo
 

Andere mochten auch (20)

Proyek
ProyekProyek
Proyek
 
Permendikbud nomor-70-ttg-kerangka-dasar-dan-struktur-kurikulum-smk-mak-dan-l...
Permendikbud nomor-70-ttg-kerangka-dasar-dan-struktur-kurikulum-smk-mak-dan-l...Permendikbud nomor-70-ttg-kerangka-dasar-dan-struktur-kurikulum-smk-mak-dan-l...
Permendikbud nomor-70-ttg-kerangka-dasar-dan-struktur-kurikulum-smk-mak-dan-l...
 
Contoh RPP Kurikulum 2013
Contoh RPP Kurikulum 2013Contoh RPP Kurikulum 2013
Contoh RPP Kurikulum 2013
 
Pengamatan
PengamatanPengamatan
Pengamatan
 
jurnal (sikap)
jurnal (sikap)jurnal (sikap)
jurnal (sikap)
 
Skala sikap
Skala sikapSkala sikap
Skala sikap
 
Surat terbuka presiden SBY terkait Gaza
Surat terbuka presiden SBY terkait GazaSurat terbuka presiden SBY terkait Gaza
Surat terbuka presiden SBY terkait Gaza
 
Naskah ran-kemendiknas-rev-2
Naskah ran-kemendiknas-rev-2Naskah ran-kemendiknas-rev-2
Naskah ran-kemendiknas-rev-2
 
Portofolio
PortofolioPortofolio
Portofolio
 
Tugas penilaian pembelajaran
Tugas penilaian pembelajaranTugas penilaian pembelajaran
Tugas penilaian pembelajaran
 
Test praktik perbuatan
Test praktik perbuatanTest praktik perbuatan
Test praktik perbuatan
 
Penilaian Produk
Penilaian ProdukPenilaian Produk
Penilaian Produk
 
Kisi kisi ostn_smk_2011_prov_ja_teng
Kisi kisi ostn_smk_2011_prov_ja_tengKisi kisi ostn_smk_2011_prov_ja_teng
Kisi kisi ostn_smk_2011_prov_ja_teng
 
agama islam_buku_guru kelas 1 sd
agama islam_buku_guru kelas 1 sdagama islam_buku_guru kelas 1 sd
agama islam_buku_guru kelas 1 sd
 
Buku 1 pengembangan keprofesian berkelanjutan (pkb) guru
Buku 1 pengembangan keprofesian berkelanjutan (pkb) guruBuku 1 pengembangan keprofesian berkelanjutan (pkb) guru
Buku 1 pengembangan keprofesian berkelanjutan (pkb) guru
 
Contoh RPP kur 13
Contoh RPP kur 13Contoh RPP kur 13
Contoh RPP kur 13
 
Model penilaian hasil belajar SMA
Model penilaian hasil belajar SMAModel penilaian hasil belajar SMA
Model penilaian hasil belajar SMA
 
Analisis buku guru dan siswa
Analisis buku guru dan siswaAnalisis buku guru dan siswa
Analisis buku guru dan siswa
 
Contoh RPP kur 13
Contoh RPP kur 13Contoh RPP kur 13
Contoh RPP kur 13
 
PKG Pedoman Pengamatan dan Pemantauan
PKG Pedoman Pengamatan dan PemantauanPKG Pedoman Pengamatan dan Pemantauan
PKG Pedoman Pengamatan dan Pemantauan
 

Ähnlich wie Pendidikan karakter proceeding

Pendidikan karakter
Pendidikan karakterPendidikan karakter
Pendidikan karakterpenggawa
 
Pengantar pendidikan
Pengantar pendidikanPengantar pendidikan
Pengantar pendidikananitaairhi
 
Artikel_vfgPenguatan Profil Pancasila.pdf
Artikel_vfgPenguatan Profil Pancasila.pdfArtikel_vfgPenguatan Profil Pancasila.pdf
Artikel_vfgPenguatan Profil Pancasila.pdfzuhriyahaminatus004
 
Bab iii landasan dan asas
Bab iii landasan dan asasBab iii landasan dan asas
Bab iii landasan dan asasRizmanz Rizky
 
JURNAL KPI QANITA PUTRI HAMIDAH.pdf
JURNAL KPI QANITA PUTRI HAMIDAH.pdfJURNAL KPI QANITA PUTRI HAMIDAH.pdf
JURNAL KPI QANITA PUTRI HAMIDAH.pdfQanitaPutriHamidah
 
resensi artikel_metode_penelitian septia anjani
resensi artikel_metode_penelitian septia anjaniresensi artikel_metode_penelitian septia anjani
resensi artikel_metode_penelitian septia anjanirosesani1
 
Rasional pengembangan kurikulum 2013 pengembangan kurikulum perlu dilakukan k...
Rasional pengembangan kurikulum 2013 pengembangan kurikulum perlu dilakukan k...Rasional pengembangan kurikulum 2013 pengembangan kurikulum perlu dilakukan k...
Rasional pengembangan kurikulum 2013 pengembangan kurikulum perlu dilakukan k...Yang Dibuang
 
Peningkatan Kinerja Profesi Tenaga Pendidik
Peningkatan Kinerja  Profesi Tenaga PendidikPeningkatan Kinerja  Profesi Tenaga Pendidik
Peningkatan Kinerja Profesi Tenaga Pendidiksman 2 mataram
 
Teknik Guru Pendidikan Agama Hindu dalam Menciptakan Pembelajaran Berbasis PA...
Teknik Guru Pendidikan Agama Hindu dalam Menciptakan Pembelajaran Berbasis PA...Teknik Guru Pendidikan Agama Hindu dalam Menciptakan Pembelajaran Berbasis PA...
Teknik Guru Pendidikan Agama Hindu dalam Menciptakan Pembelajaran Berbasis PA...Goes Jiant
 
MENANAMKAN PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS PERBEDAAN TIPE KEPRIBADIAN PADA MATA ...
MENANAMKAN PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS PERBEDAAN TIPE KEPRIBADIAN PADA MATA ...MENANAMKAN PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS PERBEDAAN TIPE KEPRIBADIAN PADA MATA ...
MENANAMKAN PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS PERBEDAAN TIPE KEPRIBADIAN PADA MATA ...IAIN SEKH NURJATI CIREBON
 
D1M1 LANDASAN PENDIDIKAN_rev01.pdf
D1M1 LANDASAN PENDIDIKAN_rev01.pdfD1M1 LANDASAN PENDIDIKAN_rev01.pdf
D1M1 LANDASAN PENDIDIKAN_rev01.pdfTamrinlaTaangi
 
Transformasi Nilai - Nilai Luhur Sastra Jawa Klasik
Transformasi Nilai - Nilai Luhur Sastra Jawa KlasikTransformasi Nilai - Nilai Luhur Sastra Jawa Klasik
Transformasi Nilai - Nilai Luhur Sastra Jawa KlasikSlamet Readi
 

Ähnlich wie Pendidikan karakter proceeding (20)

Pendidikan karakter
Pendidikan karakterPendidikan karakter
Pendidikan karakter
 
Reno pp
Reno ppReno pp
Reno pp
 
Pengantar pendidikan
Pengantar pendidikanPengantar pendidikan
Pengantar pendidikan
 
Artikel_vfgPenguatan Profil Pancasila.pdf
Artikel_vfgPenguatan Profil Pancasila.pdfArtikel_vfgPenguatan Profil Pancasila.pdf
Artikel_vfgPenguatan Profil Pancasila.pdf
 
Bab iii landasan dan asas
Bab iii landasan dan asasBab iii landasan dan asas
Bab iii landasan dan asas
 
Ktsp farmasi
Ktsp farmasiKtsp farmasi
Ktsp farmasi
 
Tujuan dan social_studies
Tujuan dan social_studiesTujuan dan social_studies
Tujuan dan social_studies
 
Karya ilmiah4
Karya ilmiah4Karya ilmiah4
Karya ilmiah4
 
JURNAL KPI QANITA PUTRI HAMIDAH.pdf
JURNAL KPI QANITA PUTRI HAMIDAH.pdfJURNAL KPI QANITA PUTRI HAMIDAH.pdf
JURNAL KPI QANITA PUTRI HAMIDAH.pdf
 
Makalah pendidikan berkarakter
Makalah pendidikan berkarakterMakalah pendidikan berkarakter
Makalah pendidikan berkarakter
 
Bakti dan ujang.p
Bakti dan ujang.pBakti dan ujang.p
Bakti dan ujang.p
 
Assingment fpm
Assingment fpmAssingment fpm
Assingment fpm
 
resensi artikel_metode_penelitian septia anjani
resensi artikel_metode_penelitian septia anjaniresensi artikel_metode_penelitian septia anjani
resensi artikel_metode_penelitian septia anjani
 
Rasional pengembangan kurikulum 2013 pengembangan kurikulum perlu dilakukan k...
Rasional pengembangan kurikulum 2013 pengembangan kurikulum perlu dilakukan k...Rasional pengembangan kurikulum 2013 pengembangan kurikulum perlu dilakukan k...
Rasional pengembangan kurikulum 2013 pengembangan kurikulum perlu dilakukan k...
 
Peningkatan Kinerja Profesi Tenaga Pendidik
Peningkatan Kinerja  Profesi Tenaga PendidikPeningkatan Kinerja  Profesi Tenaga Pendidik
Peningkatan Kinerja Profesi Tenaga Pendidik
 
Teknik Guru Pendidikan Agama Hindu dalam Menciptakan Pembelajaran Berbasis PA...
Teknik Guru Pendidikan Agama Hindu dalam Menciptakan Pembelajaran Berbasis PA...Teknik Guru Pendidikan Agama Hindu dalam Menciptakan Pembelajaran Berbasis PA...
Teknik Guru Pendidikan Agama Hindu dalam Menciptakan Pembelajaran Berbasis PA...
 
MENANAMKAN PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS PERBEDAAN TIPE KEPRIBADIAN PADA MATA ...
MENANAMKAN PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS PERBEDAAN TIPE KEPRIBADIAN PADA MATA ...MENANAMKAN PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS PERBEDAAN TIPE KEPRIBADIAN PADA MATA ...
MENANAMKAN PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS PERBEDAAN TIPE KEPRIBADIAN PADA MATA ...
 
Makalah karakter
Makalah karakterMakalah karakter
Makalah karakter
 
D1M1 LANDASAN PENDIDIKAN_rev01.pdf
D1M1 LANDASAN PENDIDIKAN_rev01.pdfD1M1 LANDASAN PENDIDIKAN_rev01.pdf
D1M1 LANDASAN PENDIDIKAN_rev01.pdf
 
Transformasi Nilai - Nilai Luhur Sastra Jawa Klasik
Transformasi Nilai - Nilai Luhur Sastra Jawa KlasikTransformasi Nilai - Nilai Luhur Sastra Jawa Klasik
Transformasi Nilai - Nilai Luhur Sastra Jawa Klasik
 

Mehr von Pristiadi Utomo

PP 13 Tahun 2017 RTRWN new - RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL
PP 13 Tahun 2017 RTRWN new - RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONALPP 13 Tahun 2017 RTRWN new - RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL
PP 13 Tahun 2017 RTRWN new - RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONALPristiadi Utomo
 
Panduan Praktis SMK Fullday
Panduan Praktis SMK FulldayPanduan Praktis SMK Fullday
Panduan Praktis SMK FulldayPristiadi Utomo
 
Format analisis buku siswa
Format analisis buku siswaFormat analisis buku siswa
Format analisis buku siswaPristiadi Utomo
 
Analisis buku guru dan siswa
Analisis buku guru dan siswaAnalisis buku guru dan siswa
Analisis buku guru dan siswaPristiadi Utomo
 
instrumen lembar penilaian antar peserta didik (sikap)
instrumen lembar penilaian antar peserta didik (sikap)instrumen lembar penilaian antar peserta didik (sikap)
instrumen lembar penilaian antar peserta didik (sikap)Pristiadi Utomo
 
instrumen lembar penilaian diri (sikap)
instrumen lembar penilaian diri (sikap)instrumen lembar penilaian diri (sikap)
instrumen lembar penilaian diri (sikap)Pristiadi Utomo
 
Silabus fisika teknologi dan rekayasa smk kelas x (pristiadi utomo 05 07-13)
Silabus fisika teknologi dan rekayasa smk kelas x (pristiadi utomo 05 07-13)Silabus fisika teknologi dan rekayasa smk kelas x (pristiadi utomo 05 07-13)
Silabus fisika teknologi dan rekayasa smk kelas x (pristiadi utomo 05 07-13)Pristiadi Utomo
 
Silabus fisika teknologi dan rekayasa smk kelas xi (pristiadi utomo 05 07-13)
Silabus fisika teknologi dan rekayasa smk kelas xi (pristiadi utomo 05 07-13)Silabus fisika teknologi dan rekayasa smk kelas xi (pristiadi utomo 05 07-13)
Silabus fisika teknologi dan rekayasa smk kelas xi (pristiadi utomo 05 07-13)Pristiadi Utomo
 
Materi fisika kesehatan kurikulum 2013 smk kelas x dan xi (pristiadi utomo 05...
Materi fisika kesehatan kurikulum 2013 smk kelas x dan xi (pristiadi utomo 05...Materi fisika kesehatan kurikulum 2013 smk kelas x dan xi (pristiadi utomo 05...
Materi fisika kesehatan kurikulum 2013 smk kelas x dan xi (pristiadi utomo 05...Pristiadi Utomo
 

Mehr von Pristiadi Utomo (13)

PP 13 Tahun 2017 RTRWN new - RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL
PP 13 Tahun 2017 RTRWN new - RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONALPP 13 Tahun 2017 RTRWN new - RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL
PP 13 Tahun 2017 RTRWN new - RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL
 
Panduan Praktis SMK Fullday
Panduan Praktis SMK FulldayPanduan Praktis SMK Fullday
Panduan Praktis SMK Fullday
 
Blangko blangko pkg
Blangko blangko pkgBlangko blangko pkg
Blangko blangko pkg
 
Sistem penilaian smk
Sistem penilaian smkSistem penilaian smk
Sistem penilaian smk
 
Format raport word
Format raport wordFormat raport word
Format raport word
 
Format analisis buku siswa
Format analisis buku siswaFormat analisis buku siswa
Format analisis buku siswa
 
Analisis buku guru dan siswa
Analisis buku guru dan siswaAnalisis buku guru dan siswa
Analisis buku guru dan siswa
 
Angket
AngketAngket
Angket
 
instrumen lembar penilaian antar peserta didik (sikap)
instrumen lembar penilaian antar peserta didik (sikap)instrumen lembar penilaian antar peserta didik (sikap)
instrumen lembar penilaian antar peserta didik (sikap)
 
instrumen lembar penilaian diri (sikap)
instrumen lembar penilaian diri (sikap)instrumen lembar penilaian diri (sikap)
instrumen lembar penilaian diri (sikap)
 
Silabus fisika teknologi dan rekayasa smk kelas x (pristiadi utomo 05 07-13)
Silabus fisika teknologi dan rekayasa smk kelas x (pristiadi utomo 05 07-13)Silabus fisika teknologi dan rekayasa smk kelas x (pristiadi utomo 05 07-13)
Silabus fisika teknologi dan rekayasa smk kelas x (pristiadi utomo 05 07-13)
 
Silabus fisika teknologi dan rekayasa smk kelas xi (pristiadi utomo 05 07-13)
Silabus fisika teknologi dan rekayasa smk kelas xi (pristiadi utomo 05 07-13)Silabus fisika teknologi dan rekayasa smk kelas xi (pristiadi utomo 05 07-13)
Silabus fisika teknologi dan rekayasa smk kelas xi (pristiadi utomo 05 07-13)
 
Materi fisika kesehatan kurikulum 2013 smk kelas x dan xi (pristiadi utomo 05...
Materi fisika kesehatan kurikulum 2013 smk kelas x dan xi (pristiadi utomo 05...Materi fisika kesehatan kurikulum 2013 smk kelas x dan xi (pristiadi utomo 05...
Materi fisika kesehatan kurikulum 2013 smk kelas x dan xi (pristiadi utomo 05...
 

Kürzlich hochgeladen

UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk HidupUT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidupfamela161
 
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxMODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxSlasiWidasmara1
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDNurainiNuraini25
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxadimulianta1
 
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptxPPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptxssuser8905b3
 
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...Kanaidi ken
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxssuser35630b
 
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
HiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaHiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaafarmasipejatentimur
 
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi SelatanSosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatanssuser963292
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikaAtiAnggiSupriyati
 
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaIntegrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaAtiAnggiSupriyati
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfirwanabidin08
 
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfMODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfNurulHikmah50658
 
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITASMATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITASbilqisizzati
 
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfSalinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfWidyastutyCoyy
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxdeskaputriani1
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxRizkyPratiwi19
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...Kanaidi ken
 
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptxSirlyPutri1
 
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.ppt
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.pptppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.ppt
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.pptAgusRahmat39
 

Kürzlich hochgeladen (20)

UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk HidupUT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
 
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxMODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
 
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptxPPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
 
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
 
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
HiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaHiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
 
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi SelatanSosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaIntegrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
 
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfMODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
 
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITASMATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
 
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfSalinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
 
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx
 
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.ppt
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.pptppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.ppt
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.ppt
 

Pendidikan karakter proceeding

  • 1. Proceedings of The 4th International Conference on Teacher Education; Join Conference UPI & UPSI Bandung, Indonesia, 8-10 November 2010 STRATEGI MANAJEMEN PENDIDIKAN KARAKTER (Membangun Peradaban Berbasis Ahlaqul Kharimah) Oleh: DR. H. Yoyon Bahtiar Irianto, M.Pd. (Adpend-FIP-UPI, email: abah_jbi@hotmail.com) Abstrak Sudah sepuluh tahun reformasi pendidikan dilakukan, dan hampir seluruh kebijakan pembaharuan pendidikan telah diupayakan, namun sepertinya seluruh tatanan hidup dan kehidupan masyarakat malah berubah ke arah yang tidak menentu. Secara tidak disadari, kehidupan masyarakat malah melunturkan sendi-sendi keimanan yang nya turut mempengaruhi kualitas kelangsungan peradaban bangsa. Penyebab utamanya tidak lain pendidikan karakter bangsa yang ‘amburadul’. Karena itu, sejalan dengan Renstra Kemendiknas 2010-2014 yang telah mencanangkan penerapan pendidikan karakter, maka diperlukan kerja keras semua pihak, terutama terhadap program-program yang memiliki kontribusi besar terhadap peradaban bangsa harus benar-benar dioptimalkan. Namun, penerapan pendidikan karakter di sekolah memerlukan pemahaman tentang konsep, teori, metodologi dan aplikasi yang relevan dengan pembentukan karakter (character building) dan pendidikan karakter (character education). Permasalahan yang perlu diungkap antara lain: Bagaimana kiprah pendidikan dalam peradaban bangsa? Apa makna pendidikan moral-nilai-ahlaq dan karakter? Bagaimana peranan yang perlu dilakukan sekolah? Bagaimana strategi implementasinya dalam konteks pembelajaran di persekolahan? Dari pengalaman ada dua pendekatan dalam pendidikan karakter, yaitu: (1) Karakter yang diposisikan sebagai mata pelajaran tersendiri; dan (2) Karakter yang built- in dalam setiap mata pelajaran. Sampai saat ini, pendekatan pertama ternyata lebih efektif dibandingkan pendekatan kedua. Salah satu alasannya ialah karena para guru mengajarkan masih seputar teori dan konsep, belum sampai ke ranah metodologi dan aplikasinya dalam kehidupan. Idealnya, dalam setiap proses pembelajaran mencakup aspek konsep (hakekat), teori (syare’at), metode (tharekat) dan aplikasi (ma’rifat). Jika para guru sudah mengajarkan kurikulum secara komprehensif melalui konsep, teori, metodologi dan aplikasi setiap bidang studi, maka kebermaknaan yang diajarkannya akan lebih efektifi dalam menunjang pendidikan karakter. Strategi pembelajaran yang berkenaan dengan moral knowing akan lebih banyak belajar melalui sumber belajar dan nara sumber. Pembelajaran moral loving akan terjadi pola saling membelajarkan secara seimbang di antara siswa. Sedangkan pembelajaran moral doing akan lebih banyak menggunakan pendekatan individual melalui pendampingan pemanfaatan potensi dan peluang yang sesuai dengan kondisi lingkungan siswa. Ketiga strategi pembelajaran tersebut sebaiknya dirancang dengan sistematis agar para siswa dan guru dapat memanfaatkan segenap nilai-nilai dan moral yang sesuai dengan potensi dan peluang yang tersedia di lingkungannya. Dengan demikian, hasil pembelajarannya ialah terbentuknya tabi’at reflektif dalam arti para siswa memiliki pengetahuan, kemauan dan keterampilan dalam berbuat kebaikan. Melalui pemahaman yang komprehensif ini diharapkan dapat menyiapkan pola- pola manajemen pembelajaran yang dapat menghasilkan anak didik yang memiliki karakter yang kuat dalam arti memiliki ketangguhan dalam keilmuan, keimanan, dan perilaku shaleh, baik secara pribadi maupun sosial. Kata kunci: moral, value, ahlaq, character building, character education, tabi’at reflektif.  Yoyon Bahtiar Irianto/Strategi Manajemen Pendidikan Karakter/2010 Page 1
  • 2. Proceedings of The 4th International Conference on Teacher Education; Join Conference UPI & UPSI Bandung, Indonesia, 8-10 November 2010 A. Permasalahan “Nelengnengkung-nelengnengkung, geura gede geura jangkung, geura sakola sing jucung, sangkan bisa makayakeun Indung (Nelengnengkung-nelengnengkung, cepatlah besar cepatlah tinggi, cepatlah selesaikan sekolah, agar dapat memuliakan Sang Ibu)” “Ku lihat Ibu Pertiwi, sedang bersusah hati, air matanya berlinang…..hutan gunung sawah lautan, simpanan kekayaan, kini Ibu sedang lara…..” Itulah penggalan-penggalan “dangding” (syair) pada saat Sang Ibu mengayun saya (anak). Dengan segenap kasih sayang, harapan, dan do’a, Sang Ibu berusaha membesarkan saya agar menjadi gede dan tinggi, dan berharap kembali memuliakan Sang Ibu yang mengadung, membesarkan dan mendidiknya, serta sang Ibu Pertiwi yang telah memberi saya lahan kehidupan. Sekarang, sang Ibu sedang bersedih karena anak-anaknya walaupun telah besar dan tinggi namun hasil dari sekolah tidak sesuai dengan harapan dan cita-cita Sang Ibu. Apa yang dilakukan sekolah terhadap anak-anaknya sehingga tidak semua cita- cita dan harapan Sang Ibu dapat dipenuhi oleh sekolah? Padahal, hampir seluruh kebijakan yang terkait dengan pembaharuan pendidikan diarahkan sesuai dengan standar pendidikan yang telah ditetapkan. Namun, sepertinya seluruh tatanan hidup dan kehidupan masyarakat malah berubah ke arah yang tidak menentu. Ketidakmenentuan yang paling berbahaya ialah lunturnya keimanan sebagai masyarakat yang agamis. Penurunan budi pekerti, maraknya penyalahgunaan narkoba, kriminalitas, sex bebas dan tuna-susila, meningkatnya pengangguran, kemiskinan dan derajat kesehatan masyarakat yang buruk, turut mempengaruhi kualitas kelangsungan peradaban masyarakat di masa depan. Penyebab utamanya tidak lain adalah pendidikan karakter bangsa yang ‘amburadul’. Walaupun visi, misi, prinsip, tujuan, strategi, program pembangunan pendidikan dirumuskan dengan sangat hebat, namun tidak ada maknanya manakala hasil-hasil pendidikan tidak dapat meningkatkan kualitas hidup bermasyarakat dan berbangsa. Apabila pembangunan pendidikan dilaksanakan seperti itu terus-menerus, maka bangsa ini selamanya tidak akan mendapat hidayah untuk bangkit menuju kehidupan yang lebih baik. Gambaran di atas bukan hanya sekedar cerita, bahwa permasalahan mendasar bagi pendidikan ialah bagaimana menyiapkan generasi yang cerdas dan memiliki karakter yang kuat untuk membangun bangsanya ke arah yang lebih baik. Oleh karena itu, sejalan dengan Rencana Strategis Kemendiknas 2010-2014 yang telah mencanangkan visi penerapan pendidikan karakter,1 maka diperlukan kerja keras semua pihak, terutama terhadap program-program yang memiliki kontribusi besar terhadap peradaban bangsa harus benar- benar dioptimalkan. Namun demikian, visi penerapan pendidikan karakter di lingkungan satuan-satuan pendidikan memerlukan pemahaman yang jelas tentang konsep, teori, metodologi dan aplikasi yang relevan dengan pembentukan karakter (character building) dan pendidikan karakter (character education). Bagaimana kiprah pendidikan dalam peradaban bangsa? Apa makna pendidikan moral-nilai-ahlaq dan karakter? Bagaimana peranan yang perlu dilakukan sekolah? Bagaimana strategi implementasinya dalam konteks pembelajaran di persekolahan? Melalui pemahaman yang komprehensif ini diharapkan dapat menyiapkan pola-pola pembelajaran untuk menghasilkan anak didik Yoyon Bahtiar Irianto/Strategi Manajemen Pendidikan Karakter/2010 Page 2
  • 3. Proceedings of The 4th International Conference on Teacher Education; Join Conference UPI & UPSI Bandung, Indonesia, 8-10 November 2010 yang memiliki ketangguhan keilmuan, keimanan, dan keshalehan pribadi maupun sosial. Insan-insan yang shaleh ini sangat diperlukan untuk menjadi ‘kader’ yang siap ‘berjihad’ membangun kembali bangsanya agar bangkit dari keterpurukan. Tanpa pijakan dan pemahaman tentang konsep, teori, metode yang jelas dan komprehensif tentang pendidikan karakter, maka misi pendidikan karakter pada sekolah-sekolah akan menjadi sia-sia. B. Pendidikan dan Peradaban Bangsa Menengok sejarah peradaban manusia, telah begitu banyak upaya untuk mewariskan pengetahuan dan keterampilan kepada generasinya. Bahkan pada akhirnya para orang tua menunjukkan ketidaksanggupan lagi untuk mengajarkan semua pengetahuan dan keterampilan kepada anak-anaknya. Sejak saat itu, mulailah ada upaya pembelajaran yang tidak formal sesuai pengetahuan yang diinginkan anaknya. Selanjutnya, seiring pengetahuan dan keterampilan yang harus dipelajari semakin kompleks, upaya pembelajaran tersebut mulai diformalkan dalam bentuk persekolahan. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan mempunyai nilai-nilai yang hakiki tentang harkat dan martabat kemanusiaan. Namun, belakangan lembaga pendidikan yang namanya 'sekolah' ini cenderung menganggap sebagai satu-satunya lembaga pendidikan. Ahirnya, manakala membicarakan pendidikan cenderung yang dibahas adalah sekolah; Akibatnya, paradigma pendidikan yang begitu universal hanya dipandang secara adaptif daripada inisiatif. Ivan Illich2 telah mengkritik persekolahan ini dengan pertanyaan: “Apakah sekolah itu sesuatu yang perlu dalam pendidikan?” Bahkan, Everet Reimer3 pun menganggap bahwa pendidikan persekolahan telah ‘mati’ (school is dead). Tentu saja, saya tidak akan terperangkap dalam konsep yang ekstrim seperti Reimer. Tetapi kritikan Illich dan Reimer setidaknya mengingatkan kita bahwa pendidikan persekolahan bukanlah satu-satunya lembaga pendidikan. Idealnya, pendidikan seharusnya merupakan gambaran kondisi masyarakat seperti yang pernah diungkapkan Nicolas Hans bahwa “pendidikan adalah watak nasional suatu bangsa”. Bahkan dalam kelakarnya dia berkata: “ceritakan sekolahmu, maka akan dapat kuceritakan keadaan masyarakat dan negaramu”.4 Padangan tersebut menunjukkan bahwa nilai-nilai pendidikan bukan saja hanya sekedar etika dalam arti 'baik' atau 'tidak baik', namun lebih ditekankan pada tujuan mengapa perlu ada pendidikan. Kemajuan iptek seharusnya dapat membimbing manusia untuk mempunyai tujuan. Seperti yang manusia yang diibaratkan ‘penumpang’ kapal yang bernama Bumi, berputar di jagat kosmos, melancong ke seberang lautan waktu yang tidak terbatas. “Mereka bersenang dengan riang gembira dan makan layaknya binatang…”5 “Mereka punya hati, tetapi tidak bisa memahami; mereka punya mata, tetapi tidak melihat; mereka punya telinga, tetapi tidak mendengar. Benar-benar mereka mirip binatang peliharaan, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang lalai”.6 Dengan kemajuan iptek manusia menjadi terserang kebingungan serta tidak tahu lagi identitasnya, sehingga muncullah absurdisme, nihilisme, dan hipiisme menyerang pikiran dan ruh manusia beradab hingga menghancurkan nilai-nilai kemanusiaan yang beradab. Saya yakin bahwa nilai dan tujuan pendidikan hanya akan ada apabila pendidikan itu dapat menciptakan sesuatu yang memberikan manfaat bagi kehidupan masa kini dan Yoyon Bahtiar Irianto/Strategi Manajemen Pendidikan Karakter/2010 Page 3
  • 4. Proceedings of The 4th International Conference on Teacher Education; Join Conference UPI & UPSI Bandung, Indonesia, 8-10 November 2010 masa mendatang. Jika kebijakan dalam pendidikan harus dibuat, menunjukkan bahwa dalam praktek-praktek pendidikan ada sesuatu yang salah atau kurang bermanfaat. Dengan kata lain, kesalahan atau dalam pelaksanaan pendidikan harus dapat ditemukan, dianalisis, disintesa, kemudian dipraktekkan kembali sampai menunjukan hasil yang lebih bermanfaat. Berdasarkan amanat undang-undang,7 pendidikan harus dilihat sebagai human investment dalam bidang sosial-budaya, ekonomi dan politik. Dalam perspektif sosial- budaya, pendidikan menjadi faktor determinan dalam mendorong percepatan mobilitas vertikal dan horisontal masyarakat yang mengarah pada pembentukan konstruksi sosial baru yang terdiri atas lapisan masyarakat kelas menengah terdidik, yang menjadi elemen penting dalam memperkuat daya rekat sosial (social cohesion). Pendidikan dapat menjadi wahana strategis untuk membangun kesadaran kolektif (collective conscience) sebagai warga mengukuhkan ikatan-ikatan sosial, dengan tetap menghargai keragaman budaya, ras, suku-bangsa, dan agama, sehingga dapat memantapkan keutuhan nasional.8 Dalam perspektif ekonomi, pendidikan mutlak diperlukan guna menopang pengembangan education for the knowledge economy (EKE).9 Satuan pendidikan harus pula berfungsi sebagai pusat penelitian dan pengembangan yang menghasilkan produk-produk unggulan yang mendukung knowledge based ekonomy (KBE). Oleh karena itu, pendidikan harus mampu melahirkan lulusan-lulusan yang memiliki pengetahuan, teknologi, dan keterampilan teknis yang memadai, serta memiliki kapasitas dan kapabilitas kemampuan berwirausaha untuk meningkatkan daya saing nasional dan membangun kemandirian bangsa. Sedangkan dalam perspektif politik, pendidikan harus mampu mengembangkan kapasitas dan kapabilitas individu untuk menjadi warganegara yang baik (good citizens), yang memiliki tingkat kesadaran tinggi terhadap hak, kewajiban, tugas dan tanggung jawab dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Alfred & Carter10 menegaskan bahwa visi dan idealisme itu haruslah merujuk dan bersumber pada paham ideologi nasional, yang dianut oleh seluruh komponen bangsa. Dengan demikian, pendidikan dalam dimensi yang integratif merupakan usaha seluruh komponen masyarakat dan bangsa untuk menumbuhkembangkan kekuatann kolektif (collective power) dengan meletakkan landasan sosial-budaya, ekonomi dan politik yang kokoh bagi terciptanya masyarakat sipil (civil society) yang memiliki kekokohan budaya dan karakter tanpa menutup diri dari perkembangan jaman. C. Pendidikan Moral, Nilai, Ahlaq, dan Karakter Pendidikan moral (moral education) dalam keseharian sering dipakai untuk menjelaskan aspek-aspek yang berkaitan dengan etika. Pembelajarannya lebih banyak disampaikan dalam bentuk konsep dan teori tentang nilai benar (right) dan salah (wrong). Sedangkan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari tidak menyentuh ranah afektif (apresiatif) dan psikomotorik (tidak menjadi kebiasaan) dalam perilaku siswa. Pendidikan ahlaq lebih ditekankan pada pembentukan sikap batiniyah agar memiliki spontanitas dalam berbuat kebaikan. Nilai benar dan salah diukur oleh nilai-nilai agamawi. Dalam Islam, nilai-nilai itu harus merujuk pada Al-Qur’an dan Sunnah. Itulah moralitas yang dijungjung Yoyon Bahtiar Irianto/Strategi Manajemen Pendidikan Karakter/2010 Page 4
  • 5. Proceedings of The 4th International Conference on Teacher Education; Join Conference UPI & UPSI Bandung, Indonesia, 8-10 November 2010 tinggi oleh kaum Muslim. Jika perilaku kaum Muslim sudah tidak merujuk lagi pada Al- Qur’an dan Sunnah, dapat dikatagorikan kaum yang tidak berahlaq sekaligus dapat disebut kaum yang tidak bermoral. Dalam terminologi tasawuf, pendidikan ahlaq bertujuan menanamkan karakter-karakter yang melekat pada zat, sifat, asma dan af’al Tuhan YME pada perilaku siswa.11 Namun dalam implementasinya masih sama halnya dengan pendidikan moral. Walaupun beberapa lembaga pendidikan sudah menyatakan berbasis moral dan ahlaq, tetapi masih berbanding lurus dengan naiknya angka kriminalitas dan denkadensi moral di kalangan anak sekolah. Sedangkan pendidikan karakter merupakan upaya pembimbingan perilaku siswa agar mengetauhi, mencintai dan melakukan kebaikan. Fokusnya pada tujuan-tujuan etika melalui proses pendalaman apresiasi dan pembiasaan. Secara teoritis, karakter seseorang dapat diamati dari tiga aspek, yaitu: mengetahui kebaikan (knowing the good), mencintai kebaikan (loving the good), dan melakukan kebaikan (doing the good).12 Pendidikan karakter sesungguhnya bukan sekedar mendidik benar dan salah, tetapi mencakup proses pembiasaan (habituation) tentang perilaku yang baik sehingga siswa dapat memahami, merasakan, dan mau berperilaku baik. Sehingga tebentuklah tabi’at yang baik. Menurut ajaran Islam, pendidikan karakter identik dengan pendidikan ahlaq. Walaupun pendidikan ahlaq sering disebut tidak ilmiah karena terkesan bukan sekuler, namun sesungguhnya anatara karakter dengan spiritualitas memiliki keterkaitan yang erat. Dalam prakteknya, pendidikan ahlaq berkenaan dengan kriteria ideal dan sumber karakter yang baik dan buruk, sedangkan pendidikan karakter berkaitan dengan metode, strategi, dan teknik pengajaran secara operasional. Unsur-unsur ideal dalam pendidikan karakter berkenaan dengan moral knowing, moral loving dan moral doing (acting).13 Moral knowing berkenaan dengan kesadaran (awareness), nilai-nilai (values), sudut pandang (perspective taking), logika (reasoning), menentukan sikap (decision making), dan pengenalan diri (self knowledge). Moral loving berkenaan dengan kepercayaan diri (self esteem), kepekaan terhadap orang lain (emphaty), mencintai kebenaran (loving the good), pengendalian diri (self control), dan kerendahan hati (humility). Moral doing berkenaan dengan perwujudan dari moral knowing dan moral loving yang berbentuk tabi’at reflektif dalam perilaku keseharian. Prinsip-prinisip dalam penerapan pendidikan karakter, Character Education Quality Standards merekomendasikan sebelas prinsip untuk dijadikan panduan masyarakat dunia untuk dijadikan landasan pendidikan karakter yang efektif.14 Unsur-unsur dan prinsip-prinsip tersebut sebetulnya dalam ajaran Islam berkenaan dengan nilai-nilai dan moral mengenai mukasyafah, musyahadah, dan muqarabah, dalam bentuk tahaqquq, ta’alluq, dan takhalluq.15 Jadi, tidak ada bedanya dengan konsep dan teori yang dikembangkan di dunia barat. Mengapa kita tidak kembali ke nilai-nilai dan moral yang diajarkan agama? Bukankah ajaran agama sudah tidak diragukan lagi kebenarannya? D. Peranan Pendidikan Sekolah Tujuan utama pendidikan adalah untuk membentuk manusia yang good and 16 smart. Atau dalam Islam mengupayakan agar manusia memiliki karakter yang baik (good Yoyon Bahtiar Irianto/Strategi Manajemen Pendidikan Karakter/2010 Page 5
  • 6. Proceedings of The 4th International Conference on Teacher Education; Join Conference UPI & UPSI Bandung, Indonesia, 8-10 November 2010 character).17 Dengan bahasa sederhana adalah merubah manusia menjadi lebih baik dalam pengetahun, sikap dan keterampilan. Namun, pada prakteknya lebih ditekankan pada aspek prestasi akademik (academic achievement), sehingga mengabaikan pembentukan karakter siswa. Walaupun dalam teori sosiologi menyebutkan bahwa pembentukan karakter menjadi tugas utama keluarga, namun sekolah pun ikut bertanggung terhadap kegagalan pembentukan karakter di kalangan para siswanya, karena proses pembudayaan menjadi tanggungjawab sekolah. Pendidikan karakter bagi sekolah bukan lagi sebagai sebuah opsi, tetapi suatu keharusan yang tak terhindarkan.18 Saya setuju dengan pandangan itu, karena pendidikan di mana pun akan berkenaan dengan tugas olah pikir (pengetahuan), olah rasa (apresiasi), dan olah raga (keterampilan) dalam konteks kehidupan psikologis, sosial dan kultural. Dari konteks inilah nilai-nilai (value), lingkungan, dan spiritual akan menjadi bahan untuk membentuk karakter anak didik. Perhatikan Gambar-1 berikut. Gambar-1 Posisi Karakter dalam Ranah Pendidikan Berdasarkan gambar di atas, maka pembangunan pendidikan mempunyai tanggung jawab dalam memprioritaskan pendidikan nilai, lingkungan dan spiritual yang sesuai dengan jalur, jenjang dan jenis kelembagaan satuan pendidikan. Artinya, proses pengenalan diri, aprsiasi diri dan pembiasaan diri tentang nilai dan moral harus berlanjut di lingkungan sekolah setelah lingkungan keluarga. Lingkungan sekolah harus menjadi tempat untuk pertumbuhan nilai dan moralnya sehingga terjadi proses pembiasaan yang membudaya. Kehidupan berbangsa dan bernegara yang diperjuangkan di Indonesia sebetulnya tidak harus meniru kehidupan negara lain, karena nilai-nilai, lingkungan dan spiritualitasnya pun berbeda. Dalam konteks ini, sistem persekolahan di Indonesia dituntut untuk dapat berkontribusi secara signifikan dalam pembentukan karakter warga negaranya agar memiliki jati diri dan harga diri bangsanya, serta dapat tetap bisa hidup sejajar dengan bangsa-bangsa lain di dunia. E. Kerangka dan Strategi Manajemen Pembelajaran Untuk sampai kepada bentuk tabi’at reflektif diperlukan strategi manajemen pembelajaran yang logis dan sistematis. Berdasarkan pengamatan saya pada sekolah- Yoyon Bahtiar Irianto/Strategi Manajemen Pendidikan Karakter/2010 Page 6
  • 7. Proceedings of The 4th International Conference on Teacher Education; Join Conference UPI & UPSI Bandung, Indonesia, 8-10 November 2010 sekolah berbasis ahlaq,19 terdapat dua pendekatan dalam proses pendidikan karakter, yaitu: (1) Ahlaq yang diposisikan sebagai mata pelajaran tersendiri; dan (2) Ahlaq yang built-in dalam setiap mata pelajaran. Sampai saat ini, pendekatan pertama ternyata lebih efektivitas dibandingkan pendekatan kedua. Salah satu alasan pendekatan kedua kurang efektif, karena para guru mengajarkan masih seputar teori dan konsep, belum sampai ke ranah metodologi dan aplikasinya dalam kehidupan. Idealnya, dalam setiap proses pembelajaran mencakup aspek konsep, teori, metode dan aplikasi. Sama halnya dalam pengajaran dalam ajaran Islam yang mensyaratkan unttuk memahami hakekat, syare’at, tharekat, dan ma’rifat dari setiap aspek yang dipelajarinya. Atau dalam pandangan nilai dan moral tentang kepribadian harus memahami zat, sifat, asma dan af’al-nya. Jika para guru sudah mengajarkan kurikulum secara komprehensif melalui konsep, teori, metodologi dan aplikasi setiap mata pelajaran atau bidang studi, maka kebermaknaan yang diajarkannya akan lebih efektifi dalam menunjang pendidikan karakter. Perhatikan Gambar-2 berikut. Gambar-2 Pendekatan dan Muatan Kurikulum Pendidikan Karakter Berdasarkan ilustrasi di muka, maka siswa pada dasarnya “teu harta...teu harti, mung gitek nu rupi-rupi” dalam arti miskin dari sisi pendapatan (harta) dan pengetahuan (harti), namun memiliki potensi (gitek) yang beraneka-ragam (rupi-rupi). Merujuk karakteristik ini maka kegiatan memotivasi siswa menggunakan pendekatan kelompok. Pembelajaran yang berkenaan dengan moral knowing akan lebih banyak belajar melalui sumber belajar dan nara sumber. Pembelajaran yang berkenaan dengan moral loving akan terjadi pola saling membelajarkan secara seimbang di antara siswa. Sedangkan pembelajaran yang berkenaan dengan moral doing akan lebih banyak menggunakan pendekatan individual melalui pendampingan pemanfaatan potensi dan peluang yang sesuai dengan kondisi lingkungan siswa. Ketiga pola pembelajaran tersebut sebaiknya dirancang dengan sistematis agar para siswa dan guru/tutor/pendamping dapat memanfaatkan segenap nilai-nilai dan moral yang sesuai dengan potensi dan peluang yang tersedia di lingkungannya. Dengan demikian, hasil pembelajarannya ialah terbentuknya tabi’at reflektif dalam arti para siswa memiliki pengetahuan, kemauan dan keterampilan dalam berbuat kebaikan. Keterkaitan antara kondisi peserta didik, pola pembelajaran, dan hasil pembelajaran dapat diilustrasikan pada Gambar-3 berikut. Yoyon Bahtiar Irianto/Strategi Manajemen Pendidikan Karakter/2010 Page 7
  • 8. Proceedings of The 4th International Conference on Teacher Education; Join Conference UPI & UPSI Bandung, Indonesia, 8-10 November 2010   MURID/SISWA/MAHASISWA (dengan segala potensinya)     POLA POSES PEMBELAJARAN   (Memanfaatkan potensi diri dan alam, serta peluang yang ada di lingkungan)   Moral Knowing Moral Loving Moral Doing (Belajar dari Orang Lain) (Belajar Bersama Orang Lain) (Belajar dari Diri Sendiri)         TABI’AT REFLEKTIF   (Tahu, Mau dan Terampil Berbuat Kebaikan)   Gambar-3 Pola Pembelajaran Pendidikan Karakter   Merujuk kepada pendekatan dan kerangka pembelajaran di atas maka strategi pembelajaran dalam pendidikan karakter cukup dilakukan dengan tiga langkah, yaitu: (1) membekali siswa dengan alat dan media untuk memiliki pengetahuan, kemauan dan keterampilan; (2) membekali siswa pemahaman tentang berbagai kompetensi tentang nilai dan moral; (3) membiasakan siswa untuk selalu melakukan keterampilan-keterampilan berperilaku baik. Secara sederhana, keterkaitan setiap langkah pembelajaran tersebut dapat diilustrasikan pada Gambar-4 berikut. Langkah ke-1 Langkah ke-2 Langkah ke-3 (Membekali alat dan media untuk (Membekali pemahaman tentang (Membiasakan untuk melakukan tahu dan mau) kompetensi nilai dan moral) keterampilan berperilaku baik) Mengenal, mengetahui dan  Apresiatif terhadap nilai- Mampu mecari peluang untuk   memahami nilai‐nilai dan  nilai dan moral yang baik melakukan dan mengamalkan moral yang baik dan buruk  perilaku yang baik   Gambar-4 Strategi Manajemen Pembelajaran Pendidikan Karakter Langkah ke-1, dimaksudkan agar siswa memahami secara benar dan menyeluruh tentang potensi diri dan peluang yang ada di lingkungan sekitarnya. Potensi diri difokuskan kepada nilai dan moral yang dapat didayagunakan untuk belajar, berhubungan dan berusaha. Sedangkan peluang yang ada di lingkungan dijadikan sumber motivasi agar siswa mau melibatkan diri secara aktif dalam proses pembelajaran atau merekayasa sendiri proses pembelajaran yang dibutuhkannya. Potensi diri dan peluang yang ada di lingkungan sekitar meliputi segenap nilai dan moral yang ada dan diperkirakan dapat dicapai dan didayagunakan untuk pembelajaran dan penerapan hasil pembelajaran yang diikutinya. Berdasarkan pemahaman ini, peserta didik difasilitasi untuk memiliki dan mengembangkan kerangka atau pola pikir yang komprehensif tentang pendayagunaan dan pengembangan potensi diri dan peluang yang ada di lingkungan sekitarnya bagi perilakunya kesehariannya. Dalam tahapan ini tujuan pembelajaran di arahkan pada kompetensi dalam membedakan nilai-nilai ahlaq mulia dan ahlaq tercela, memahami secara logis tentang Yoyon Bahtiar Irianto/Strategi Manajemen Pendidikan Karakter/2010 Page 8
  • 9. Proceedings of The 4th International Conference on Teacher Education; Join Conference UPI & UPSI Bandung, Indonesia, 8-10 November 2010 pentingnya ahlaq mulia dan bahayanya ahlaq tercela dalam kehidupan, mengenal sosok manusia yang berahlaq mulia untuk diteladai dalam kehidupan. Kegiatan utama guru pada tahap ini adalah: (1) merancang proses pembelajaran yang diarahkan pada pemahaman tentang klarifikasi nilai (value clarification), dan (2) membekalinya berbagai alat (instrument) dan media yang dapat digunakan secara mandiri baik secara individual ataupun kelompok. Langkah ke-2, diarahkan pada kepemilikan kepekaan kemampuan dalam mendayagunakan dan mengembangkan potensi diri dan peluang yang ada di lingkungan sekitarnya. Kompetensi dalam arti nilai-nilai dan moral yang dituntut untuk dimiliki oleh para siswa yang sesuai dengan kondisi dan peluang yang dihadapinya. Berbagai kompetensi itu perlu dikaji dan diapresiasi oleh para siswa sampai mereka memiliki cukup pilihan dalam menetapkan keputusan kompetensi mana yang paling dibutuhkan sesuai kondisi potensi dan peluang yang sedang dihadapinya. Tahapan ini dimaksudkan untuk menumbuhkan rasa cinta dan rasa butuh terhadap nilai-nilai ahlaq mulia. Sasarannya ialah dimensi-dimensi emosional siswa yaitu qolbu dan jiwa, sehingga tumbuh kesadaran, keinginan, kebutuhan dan kemauan untuk memiliki dan mempraktekan nilai-nilai ahlaq tersebut. Melalui tahap ini pun siswa diharapkan mampu menilai dirinya sendiri (muhasabah), semakin tahu kekurangan-kekurangannya. Proses pembelajaran yang perlu dikembangkan oleh guru ialah belajar menemukan (learning discovery) sehingga nilai-nilai dan moral yang dipelajari itu dapat dihayati. Proses penemuan dan penghayatan itu akan membentuk kedalaman apresiasi, sehingga nilai-nilai dan moral yang dimilikinya itu benar-benar dibutuhkan dalam kehidupannya. Langkah ke-3, merupakan muara penerapan kompetensi-kompetensi yang telah dimiliki para siswa melalui proses pembelajaran pada tahapan sebelumnya. Arah pembelajaran pada tahap ini adalah pendampingan kemandirian siswa agar memiliki kesempatan untuk menerapkan nilai-nilai dan moral dalam perilaku keseharian sampai berbentuk tabi’at reflektif pribadi. Ruang lingkup nilai dan moral yang perlu dikuasai murid pada tahap ini erat kaitannya dengan instrumen pendukung dalam berperilaku bagi para siswa. Pendampingan terutama diarahkan untuk menguatkan kemampuan mereka tentang nilai dan moral dalam berperilaku sehingga berdampak positif terhadap sikap dan kemandiriannya di lingkungan hidup dan kehidupannya. F. Kesimpulan Pada bagian ahir tulisan ini, saya ingin menegaskan kembali sekolah memiliki tanggungjawab dalam membentuk karakter bangsa, memiliki tugas dalam menyiapkan potensi diri dan peluang lingkungan agar siswa memiliki pengetahuan yang luas, memiliki kedalaman apresiasi, dan terampil dalam membiasakan perilaku-perilaku yang sesuai nengan nilai-nilai, moral dan ahlaq yang dianut masyarakat dan bangsanya yang beradab. Pembangunan pendidikan yang sedang kita lakukan seharusnya menyentuh paradigma sistem pendidikan yang universal. Pembangunan pendidikan yang tidak berbasis pendidikan karakter telah terbukti hanya menghasilkan SDM yang bersifat mekanis dan kurang kreatif. Oleh karena itu, tidak ada pilihan lain untuk secepatnya mempersiapkan Yoyon Bahtiar Irianto/Strategi Manajemen Pendidikan Karakter/2010 Page 9
  • 10. Proceedings of The 4th International Conference on Teacher Education; Join Conference UPI & UPSI Bandung, Indonesia, 8-10 November 2010 generasi yang sesuai dengan peradaban yang diinginkan, yaitu generasi yang serba siap dalam menghadapi segala tantangan kehidupan di masa depan. Generasi yang serba siap tersebut, harus diupayakan secara sistematis, terutama dalam membentuk tabi’at reflektif yang bercirikan: (1) Besarnya rasa memiliki warga negara (termasuk kelembagaannya) terhadap nilai-nilai, moral dan ahlaq yang dianut masyarakat dan bangsa yang beradab; (2) Kepercayaan diri warga negara terhadap potensi diri, sumber daya dan kemampuan untuk menerapkan nilai-nilai, moral dan ahlaq dalam membangun pribadi, masyarakat, bangsa dan negaranya; (3) Besarnya kemandirian atau keswadayaan warga negara baik sebagai penggagas, pelaksana maupun pemanfaat dari hasil-hasil dalam menerapkan nilai-nilai, moral dan ahlaknya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Melalui pola-pola manajemen pembelajaran yang dirancang secara komprehensif dan sistematis di lingkungan sekolah diharapkan dapat menghasilkan generasi-generasi yang memiliki ketangguhan dalam keilmuan, keimanan, dan perilaku shaleh, baik secara pribadi maupun sosial. Insan-insan yang shaleh ini sangat diperlukan untuk menjadi ‘kader-kader tenaga pembangunan’ yang siap ‘berjihad’ membangun kembali masyarakat dan bangsanya agar bangkit dari keterpurukan. G. Referensi 1. Kementrian Pendidikan Nasional, Rencana Strategis Departemen Pendidikan Nasional Tahun 2010- 2014: Rancangan RPJMN tahun 2010-2014, (Jakarta: Biro Perencanaan Setjen Kemendiknas, 2010). 2. Ivan Illich, dalam INFED (Ideas-Thinking-Practice): http://www.infed.org/thinkers/et-illic.htm 3. Everet Reimer dalam Amazon.co.uk: http://www.amazon.co.uk/Books/s?ie=UTF8&rh=n%3A266239%2Cp_27%3AEverett+Reimer&field- author=Everett+Reimer&page=1 4. Nicolas Hans, dalam Plaxo: http://www.plaxo.com/profile/show/8590144815?pk=e3a7ac34e0206b1388c4a0970d7e14821dface93 5. Al-Qur’an Surat (QS) Muhammad:12 6. Al-Qur’an Surat (QS) Al-A’raf:179) 7. Lihat UU.No.20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal (l) 8. Yoyon Bahtiar Irianto, “Perencanaan Pendidikan Tingkat Kabupaten/Kota: Studi Evaluatif Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Pendidikan di Kabupaten Bandung Menuju Tahun 2025”, Disertasi, (Bandung: SPS UPI, 2009), hal.58. 9. Yoyon Bahtiar Irianto, ibid, hal.60 dan dapat pula dilihat pada: www.amazon.com/Leading-Learning- Organization-Communication-Competencies/dp/0791443671 10. Alfred & Carter dalam: www.smc.edu/policies/pdf/EduPlan.7_04.pdf 11. Yoyon Bahtiar Irianto, Pembangunan Manusia dan Pembaharuan Pendidikan, (Bandung: Laboratorium Administrasi Pendidikan UPI, 2006), hal.143 12. Thomas Lickona, The Return of Character Education, (Journal of Educational Leadership, Vol.3/No.3/November 1993, hal.6-11), dalam: http://www.ascd.org/publications/educational- leadership/nov93/vol51/num03/The-Return-of-Character-Education.aspx 13. Thomas Lickona, ibid. 14. Tom Lickona; Eric Schaps & Catherine Lewis, “Eleven Principles of Effective Character Education”, The Character Education Partnership, dalam: http://www.cortland.edu/character/articles/prin_iii.htm 15. Muhammad Taqi Mishbah Yazdi, Buku Daras Filsafat Islam, (Bandung: Mizan, 2003). 16. Aristotle’s dalam Edward J. Power, Philosophy of Education: Studies in Philosophies, Schooling, and Educational Policies, (New Jersey: Prentice-Hall, Inc. 1982), atau dapat dilihat pada: http://en.wikipedia.org/wiki/Aristotle Yoyon Bahtiar Irianto/Strategi Manajemen Pendidikan Karakter/2010 Page 10
  • 11. Proceedings of The 4th International Conference on Teacher Education; Join Conference UPI & UPSI Bandung, Indonesia, 8-10 November 2010 17. Muhammad Taqi Mishbah Yazdi, opcit. 18. Lihat: http://pendidikankarakter.org/ 19. Yoyon Bahtiar Irianto, “Perencanaan Pendidikan Tingkat Kabupaten/Kota: Studi Evaluatif Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Pendidikan di Kabupaten Bandung Menuju Tahun 2025”, Disertasi, (Bandung: SPS UPI, 2009), hal.416-417 dan “Pengembangan Model SMK Berbasis Potensi Wilayah”, Laporan Penelitian, (Bandung: Bappeda Kabupaten Bandung, 2009). Yoyon Bahtiar Irianto/Strategi Manajemen Pendidikan Karakter/2010 Page 11