Dokumen tersebut membahas pembangunan karakter bangsa melalui pendidikan agama. Metode penghafalan kurang efektif dalam membentuk karakter. Kecerdasan emosional yang dibangun lewat pendidikan agama lebih penting dari IQ. Agama Islam menekankan pembentukan akhlak mulia. Membangun karakter individu dan masyarakat memerlukan pemahaman diri, lingkungan kondusif, dan pengasuhan berkelanjutan berdasark
2. Pengantar
Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional
(Sisdiknas) No. 20 Tahun 2003 dengan tegas
mencantumkan aspek akhlak mulia sebagai
tujuan penting dari sistem pendidikan nasional.
Untuk mencapai tujuan peserta didik yang
berakhlak mulia, dibutuhkan metode
pembelajaran yang menonjolkan kecerdasan
emosional (emotional intelligence) sebagai unsur
penting pembentukan karakter.
Kecerdasan emosional dibangun berdasarkan
pendidikan agama baik disekolah maupun diluar
sekolah.
3. Pengantar
Metode pembelajaran yang menonjolkan
Penghafalan adalah bentuk kemampuan berpikir
tingkat rendah (low cognitive skills) yang kurang
berkorelasi positif pada pembentukan karakter
peserta didik.
Metode penghafalan sebagai bentuk
pembelajaran memang dapat meningkatkan
kemampuan intelektual (Intelectual Quotient -
IQ).
Tetapi kecerdasan dengan IQ yang tinggi tidak
serta merta menjadi faktor penentu keberhasilan
pembentukan karakter.
4. Pengantar
Daniel Goleman (1995) pernah melakukan
penelitian dengan hasil sekitar 80 persen
keberhasilan seseorang dari faktor Kecerdasan
Emosional (EI) sedang sisanya 20 persen berasal
dari faktor Kecerdasan Intelektual (IQ).
Mengapa hal ini bisa terjadi? Karena seseorang
yang memiliki Kecerdasan Emosional memiliki
kemampuan menerima, mengenal dan mengelola
emosinya.
Dengan demikian, Kecerdasan Emosional (EI)
dibangun dari karakter dan akhlak seseorang
yang disebut Soft Skills sedang Kecerdasan
Intelektual (IQ) disebut Hard Skills (Kompetensi
Teknikal).
5. Pengantar
Individu-individu yang memiliki kecerdasan
emosional inilah yang seharusnya memegang
peran dalam dunia pendidikan dan dunia politik
agar dapat membentuk peradaban dan karakter
suatu bangsa.
Maka tidak salah bila aspek pembangunan
karakter bangsa tersirat dalam tujuan pendidikan
nasional yang memiliki akhlak mulia.
6. Melalui Agama
Dalam agama Islam, aspek pembangunan
karakter manusia memiliki peran strategis.
Dalam sebuah hadist disebutkan “Sesungguhnya
aku (Muhammad) ini diutus ke dunia semata-
mata demi menyempurnakan Akhlak umat
manusia”.
7. Melalui Agama
Pembangunan karakter melalui agama
dicontohkan sendiri oleh Nabi Muhammad Saw
melalui perilakunya sehari-hari seperti dapat
dipercaya, menjaga amanah, membantu sesama
manusia dalam kebaikan, menghindari pertikaian
dan mendorong jalan musyawarah dan juga
menjaga kelestarian alam.
Akhlak dibentuk dari dasar Syariah dan Akidah.
8. Melalui Agama
Quraish Shihab mengatakan bahwa karakter
terpuji merupakan hasil internalisasi nilai-nilai
agama dan moral pada diri seseorang yang
ditandai oleh sikap dan perilaku positif sehingga
berkaitan erat dengan kalbu.
Bisa saja seseorang memiliki pengetahuan yang
dalam tetapi tidak memiliki karakter terpuji atau
sebaliknya amat terbatas pengetahuannya
namun memiliki karakter amat terpuji.
9. Melalui Agama
Ilmu tidak mampu menciptakan akhlak atau iman
melainkan dengan mengasuh kalbu sambil
mengasah nalar yang memperkukuh karakter
seseorang.
“Sesungguhnya dalam diri manusia ada suatu
gumpalan, kalau ia baik, baiklah seluruh
(kegiatan) jasad dan kalau buruk, buruk pula
seluruh (kegiatan jasad). Gumpalan itu adalah
hati”.
10. Melalui Agama
Nilai-nilai yang dihayati membentuk
karakter, maka nilai-nilai yang dihayati seseorang
atau satu bangsa dapat diukur melalui
karakternya.
Perubahan yang terjadi pada karakter, bisa jadi
karena perubahan nilai yang dianut atas dasar
kesadaran mereka, dan bisa juga karena
terperdaya atau lupa oleh satu dan lain sebab.
Dari sini diperlukan nation and character
building.
11. Melalui Agama
Membangun kembali karakter bangsa
mengandung arti upaya untuk memperkuat
ingatan kita tentang nilai-nilai luhur yang telah
kita sepakati bersama dan yang menjadi
landasan pembentukan bangsa, - dalam hal ini
adalah Pancasila, disamping membuka diri untuk
menerima nilai-nilai baru yang tidak bertentangan
dengan prinsip-prinsip dasar pandangan
bangsa.
Inilah yang dapat menjamin keuntuhan Negara
Kesatuan Republik Indonesia, serta kelestarian
Pancasila sebagai falsafah dan pandangan hidup
bangsa.
12. Melalui Agama
Semakin matang dan dewasa satu masyarakat,
semakin mantap pula pengejewantahan nilai-nilai
yang mereka anut dalam kehidupan mereka.
Masyarakat yang belum dewasa, adalah yang
belum berhasil dalam pengejewantahannya dan
masyarakat yang sakit adalah yang mengabaikan
nilai-nilai tersebut.
13. Pembentukan Karakter
Pembentukan karakter bangsa harus bermula
dari individu anggota-anggota masyarakat
bangsa, karena masyarakat adalah kumpulan
individu yang hidup di satu tempat dengan nilai-
nilai yang merekat mereka.
Masyarakat adalah kumpulan sekian banyak
individu yang terbentuk berdasar tujuan yang
hendak mereka capai. Ini karena setiap individu
lahir dalam keadaan hampa budaya, lalu
masyarakatnya yang membentuk budaya dan
nilai-nilainya, yang lahir dari pilihan
dan kesepakatan mereka .
14. Pembentukan Karakter
Membentuk karakter individu bermula dari
pemahaman tentang diri sebagai manusia,
potensi positif dan negatifnya serta tujuan
kehadirannya di pentas bumi ini.
Selanjutnya karena masyarakat Indonesia adalah
masyarakat religius, ber-Ketuhanan Yang Maha
Esa, maka tentu saja pemahaman tentang
tentang hal-hal tersebut harus bersumber dari
Tuhan Yang Maha Esa / ajaran agama.
15. Pembentukan Karakter
Untuk mewujudkan karakter yang dikehendaki
diperlukan lingkungan yang kondusif, pelatihan
dan pembiasaan, presepsi terhadap pengalaman
hidup dan lain-lain.
Disisi lain katrakter yang baik harus terus diasah
dan diasuh, karena ia adalah proses pendakian
tanpa akhir. Dalam bahasa agama
penganugerahan hidayat Tuhan tidak
terbatas, sebagaimana tidak bertepinya samudra
ilmu “ Tuhan menambah hidayatnya bagi orang
yang telah memperoleh hidayat” dan Tuhanpun
memerintahkan manusia pilihannya untuk terus
memohon tambahan pengetahuan.