Masa remaja merupakan masa transisi yang penuh gejolak emosi. Peranan keluarga, khususnya orang tua, sangat penting dalam membimbing dan mendidik remaja agar memiliki akhlak yang baik. Namun, pengaruh lingkungan dan teknologi modern yang tidak seimbang dengan pendidikan moral seringkali menyebabkan banyak remaja menyimpang. Ini menunjukkan perlunya penguatan peran keluarga dalam membimbing remaja.
1. Pendidikan Pada Anak Remaja
Dalam psikologi perkembangan, Masa remaja (remaja awal dan remaja akhir) adalah
masa yang penuh emosi, secara psikologis, masa ini ditandai dengan kondisi jiwa yang
labil, tidak menentu dan biasanya susah mengendalikan diri sehingga pengaruh-pengaruh
negatif seperti perilaku-perilaku menyimpang akibat dari pergeseran nilai mudah
mempengaruhi jiwa remaja dan menimbulkan gejala baru berupa krisis akhlak.
Krisis akhlak yang melanda sebagian remaja saat ini, merupakan salah satu akibat dari
perkembangan global dan kemajuan IPTEK yang tidak diimbangi dengan kemajuan
moral akhlak. Perilaku remaja yang cenderung lekas marah, kurang hormat terhadap
orang tua, bersikap kasar, kurang disiplin dalam beribadah, menjadi pemakai obat-obatan,
terjerumus dalam perilaku sex bebas serta perilaku yang menyimpang lainnya telah
melanda sebagian besar kalangan remaja.
Keluarga (terutama orang tua) sebagai orang terdekat merupakan faktor utama untuk
membantu para remaja dalam menghadapi krisis akhlak sebagaimana yang dikemukakan
di atas. Pendidikan akhlak berupa bimbingan, arahan, nasehat, disiplin yang berlandaskan
nilai-nilai ajaran agama Islam harus senantiasa ditanamkan dan dikembangkan orang tua
terhadap para remaja dalam kehidupan keluarga.
Dalam suatu masyarakat yang diatur dengan mekanise dan norma-norma gesellschaft,
keluarga memiliki tanggung jawab yang besar dalam fungsinya untuk menanamkan dasar
dasar sosialisasi ke lembaga-lembaga sekunder.
Semua ahli sosiologi mengetahui bahwa mekanisme kunci dari proses sosialisasi di
dalam semua kebudayaan masyarakat adalah keluarga. Dari keluarga, hal-hal yang
berhubungan dengan transformasi anak untuk menjadi anggota masyarakat dilakukan
melalui hubungan perkawinan. Di dalam keluarga terjadi sistem interaksi yang intim dan
berlangsung lama. Keluarga merupakan kelompok primer yang ditandai oleh loyalitas
pribadi, cinta kasih dan hubungan intim penuh kasih sayang. Dalam keluaraga, anak
memenuhi sifat-sifat kemanusiaannya dan berkembang dari insting-insting biogenetik
yang primitif untuk belajar terhadap respon-respon sosial. Di dalam keluarga anak belajar
dan melakukan interaksi sosial yang pertama serta mulai mengenal prilaku-prilaku yang
dilakukan oleh orang lain. Dengan perkataan lain, pengenalan tentang budaya-budaya
masyarakat dimulai dari keluarga. Disini anak juga belajar tentang keunikan pribadi
seorang, dan sifat-sifat kelompok sosial disekitarnya. Hampir disemua masyarakat
keluarga dikenal sebagai unit sosial dimana anak mulai memperoleh pengalaman-
pengalaman hidupnya.
Keluarga merupakan arena dimana anak mulai mengenal procreasi dan creasi secara syah
dan dibenarkan. Didalam suatu masyarakat, keluarga inti menjalankan fungsi yang
sebenarnya dari masyarakat, sementara pada masyarakat lain, pola-pola kekerabatan
memegang fungsi utama dalam membudayakan generasi muda. Dalam kasus lain,
keluarga adalah sebagai perantara antara budaya lokal dan unit sosial, dimana nilai-nilai
budaya mulai ditanamkan dari generasi tua ke generasi muda.
2. A.Pengertian Keluarga
Keluarga sebagai unit sosial terkecil dalam masyarakat mempunyai peranan yang sangat
besar dalam mempengaruhi kehidupan dan perilaku anak remaja. Kedudukan dan fungsi
keluarga dalam kehidupan manusia bersifat fundamental karena pada hakekatnya
keluarga merupakan wadah pembentukan watak dan akhlak.
Tempat perkembangan awal seorang anak sejak dilahirkan sampai proses pertumbuhan
dan perkembangannya baik jasmani maupun rohani adalah lingkungan keluarga, oleh
karena itu di dalam keluargalah dimulainya pembinaan nilai-nilai akhlak karimah
ditanamkan bagi semua anggota keluarga termasuk terhadap remaja.
Masa remaja (terutama masa remaja awal) merupakan satu fase perkembangan manusia
yang memiliki arti penting bagi kehidupan selanjutnya, karena kualitas kemanusiaannya
di masa tua banyak ditentukan oleh caranya menata dan membawa dirinya dimasa muda.
Perubahan yang dialami pada masa ini terjadi secara kodrati dan para ahli menyebutnya
sebagai masa transisi (peralihan).
Masa peralihan yang terjadi pada remaja sangat membingungkan, dalam masa peralihan
ini remaja sedang mencari identitasnya. Dalam proses perkembangannya, masa ini
senantiasa diwarnai oleh konflik-konflik internal, cita-cita yang melambung, emosi yang
tidak stabil serta mudah tersinggung. Oleh karena itu remaja membutuhkan bimbingan
dan bantuan dari orang-orang terdekat seperti orang tuanya.
B. Peranan Orang Tua Dalam Keluarga
Peran dan tanggungjawab orang tua mendidik anak remaja dalam keluarga sangat
dominan sebab di tangan orang tuanyalah baik dan buruknya akhlak remaja. Pendidikan
dan pembinaan akhlak merupakan hal paling penting dan sangat mendesak untuk
dilakukan dalam rangka menjaga stabilitas hidup. Dalam ajaran agama Islam masalah
akhlak mendapat perhatian yang sangat besar sebagaimana sabda Nabi ”Sempurnanya
iman seorang mukmin adalah mempunyai akhlak yang bagus”. Dan dalam riwayat lain
dikatakan ”Sesungguhnya yang dicintai olehku (Nabi Muhammad SAW) adalah mereka
yang mempunyai akhlak yang bagus”.
Mengingat masalah akhlak adalah masalah yang penting seperti sabda Nabi di atas, maka
dalam mendidik dan membina akhlak remaja orang tua dituntut untuk dapat berperan
aktif karena masa remaja merupakan masa transisi yang kritis seperti dikemukakan oleh
Hurlock (dalam istiwidayanti : 1992) bahwa masa remaja adalah masa transisi dari anak-
anak menuju dewasa sehingga individu pada masa ini mengalami berbagai perubahan
baik fisik, perilaku dan sikap sehingga perubahan ini patut diwaspadai. Oleh karena itu
peranan orang tua sebagai pendidik pertama dan utama dalam menanamkan nilai-nilai
3. akhlak karimah terhadap para remaja yang bersumberkan ajaran agama Islam sangat
penting dilakukan agar para remaja dapat menghiasi hidupnya dengan akhlak yang baik
sehingga para remaja dapat melaksanakan fungsi sosialnya sesuai dengan norma agama,
norma hukum dan norma kesusilaan.
Dalam pendidikan dan pembinaan akhlak bagi para remaja, orang tua harus dapat
berperan sebagai pembimbing spiritual yang mampu mengarahkan dan memberikan
contoh tauladan, menuntun, mengarahkan dan memperhatikan akhlak remaja sehingga
para remaja berada pada jalan yang baik dan benar. Jika remaja melakukan kesalahan,
maka orang tua dengan arif dan bijaksana membetulkannya, begitu juga sebaliknya jika
remaja melakukan suatu perbuatan yang terpuji maka orang tua wajib memberikan
dorongan dengan perkataan atau pujian maupun dengan hadiah berbentuk benda.
Oleh karena itu peranan keluarga sangat besar dalam membina akhlak remaja dan
mengantarkan kearah kematangan dan kedewasaan, sehingga remaja dapat
mengendalikan dirinya, menyelesaikan persoalannya dan menghadapi tantangan
hidupnya. Untuk membina akhlak tersebut, maka orang tua perlu menerapkan disiplin
dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Disiplin yang ditanamkan orang tua merupakan
modal dasar yang sangat penting bagi remaja untuk menghadapi berbagai macam
pesoalan pada masa remaja.
Peranan keluarga (orang tua) dalam membina akhlak remaja antara lain dapat dilakukan
dengan cara :
1. Meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT, dengan cara
melaksanakan kewajiban-kewajiban sebagaimana yang diperintahkan dalam ajaran
agama Islam. Dalam hal ini orang tua harus menjadi contoh yang baik dengan
memberikan bimbingan, arahan, serta pengawasan sehingga dengan kondisi seperti ini
remaja menjadi terbiasa berakhlak baik.
2. Meningkatkan interaksi melalui komunikasi dua arah. Orang tua dalam hal ini dituntut
untuk dapat berperan sebagai motivator dalam mengembangkan kondisi-kondisi yang
positif yang dimiliki remaja sehingga perilaku atau akhlak remaja tidak menyimpang dari
norma-norma baik norma agama, norma hukum maupun norma kesusilaan.
3. Meningkatkan disiplin dalam berbagai bidang kehidupan. Orang tua dalam
melaksanakan seluruh fungsi keluarganya baik fungsi agama, fungsi pendidikan, fungsi
keamanan, fungsi ekonomi maupun fungsi sosial harus dilandasi dengan penanaman
disiplin yang terkendali agar dapat mengendalikan akhlak atau perilaku remaja.
C.Faktor Peranan Keluarga Yang Mempengaruhi Kehidupan
Keluarga juga menjalankan fungsi fungsi politik. Keluarga membantu mengembangkan
kemampuan-kemampuan dan ketrampilan-ketrampilan untuk hidup berkelompok. Di
dalam keluarga anak mengenal proses pengambilan keputusan, kepatuhan terhadap
penguasa dan ketaatan untuk menjalankan aturan-aturan yang berlaku. Karena didalam
4. keluarga sebagai unit terkecil, terjadi fungsi-fungsi pengambilan keputusan maka
keluarga merupakan sistem politik pada tingkat mikro.
Di dalam keluarga, anak pertama kali belajar mengenal pola-pola kekuasaan, bagaimana
kekuasaan terbagi serta jaringan-jaringan hubungan kekuasaan berlangsung. Disini anak
mulai mengenal mengapa orang tua memiliki power yang lebih tinggi dibandingkan
saudara-saudaranya yang lebih tua, serta bagaimana pembagian kekuasaan antara lelaki
dan perempuan. , antara yang muda dan yang tua, antara ayah dan ibu, antara anak dan
orang tua. Sifat-sifat kepatuhan anak dalam keluarga akan dibawa dalam kepatuhan di
sekolah dan di masyarakat. Demikian juga sifat-sifat suka memberontak, kebiasaan
melawan dan tidak disiplin didalam keluarga, juga akan mempengaruhi dalam kehidupan
di sekolah dan di masyarakat.
Disamping keluarga memiliki fungsi politik, keluarga juga memiliki fungsi ekonomi,
yaitu fungsi-fungsi yang berhubungan dengan proses-proses memproduksi dan
mengkonsumsi tentang barang-barang dan jasa. Didalam siklus hubungan intim didalam
keluarga, anak-anak belajar mengenal sikap-sikap dan ketrampilan-ketrampilan yang
diperlukan untuk memainkan peranan dalam kegiatan produksi, konsumsi, barang, dan
jasa. Setiap keluarga mengadopsi pembagian tugas merupakan tugas-tugas yang harus
dilakukan oleh keluarga. Didalam keluarga juga ditemukan tentang nilai-nilai kerja,
penghargaan tentang kerja dan hubungan antara kerja dan imbalan-imbalan yang
dianggap layak.
Peranan keluarga bukan saja berupa peranan-peranan yang bersifat intern antara orang
tua dan anak, serta antara yang anak satu dengan anak ang lain. Keluarga juga merupakan
medium untuk menghubungkan kehidupan anak dengan kehidupan di masyarakat,
dengan kelompok-kelompok sepermainan, lembaga-lembaga sosial seperti lembaga
agama, sekolah dan masyarakat yang lebih luas.
Setelah anak memiliki pergaulan dan pengalaman-pengalaman yang luas didalam
kehidupan masyarakatnya, sering pengaruh orang-orang dewasa disekitarnya lebih
mempengaruhi dan membentuk prilakunya dibandingkan pengaruh dari keluarga. Dalam
situasi semacam itu tidak jarang akan terjadi konflik didalam diri anak, pola prilaku
manakah yang kemudian diadopsi untuk dijadikan pola panutan.
D. Contoh Kasus
Dewasa ini dengan terjadinya perkembangan global disegala bidang kehidupan selain
mengindikasikan kemajuan umat manusia disatu pihak, juga mengindikasikan
kemunduran akhlak di pihak lain. Di samping itu, era informasi yang berkembang pesat
pada saat ini dengan segala dampak positif dan negatifnya telah mendorong adanya
pergeseran nilai di kalangan remaja.
Kemajuan kebudayaan melalui pengembangan IPTEK oleh manusia yang tidak seimbang
dengan kemajuan moral akhlak, telah memunculkan gejala baru berupa krisis akhlak
terutama terjadi dikalangan remaja yang memiliki kondisi jiwa yang labil, penuh gejolak
dan gelombang serta emosi yang meledak-ledak ini cenderung mengalami peningkatan
5. karena mudah dipengaruhi. Gejala akhlak remaja yang cenderung kurang hormat
terhadap orang tua, melawan orang tua, terjerumus dalam perilaku sex bebas, kurang
disiplin dalam beribadah, mudah terpengaruh aliran sesat, pendendam, menjadi pemakai
obat-obatan, berkata tidak sopan, pendusta, tidak bertanggungjawab dan perilaku lainnya
yang menyimpang telah melanda sebagian besar kalangan remaja.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sahabat Anak Remaja (Sahara)
Indonesia Foundation pada Tahun 2007 sedikitnya ada 38.288 remaja di Kabupetan
Bandung diduga pernah melakukan hubungan intim di luar nikah atau melakukan seks
bebas. Hasil penelitian PLAN Internasional mengemukakan bahwa dari 300 responden
yang berdomisili di 3 kelurahan di Surabaya ada 64% responden yang pernah melakukan
seks bebas dan mereka masih berstatus sebagai pelajar SLTP dan SLTA, yang lebih
menggegerkan di Kota Yogya hasil penelitian seks pra nikah yang dipublikasikan sebuah
lembaga bahwa diketahui 97,05% dari jumlah 1.660 responden yang berstatus mahasiswi
pernah melakukan sekls bebas. Naudzubillah...
Bukti lain tentang kemerosotan akhlak remaja dapat dilihat dari hasil temuan Tim
Kelompok Kerja Penyalahgunaan Narkotika Depdiknas Tahun 2004 yang
mengemukakan bahwa dari 4 juta pecandu nerkotika terdapat 20% pecandu narkotika
yang berstatus anak sekolah usia 14-20 tahun. Menurut Badan Narkotika Nasional hingga
saat ini pecandu narkotika bukan hanya terjadi di kota-kota besar akan tetapi sudah
meluas sampai ke pelosok-pelosok daerah.
Fenomena-fenomena yang tampak seperti yang dikemukakan diatas merupakan krisis
moral atau permasalahan akhlak yang dialami para remaja dewasa ini. Oleh karena itu
pendidikan dalam semua aspek kehidupan harus dilakukan dalam rangka membentuk
kepribadian yang utama sesuai dengan kaidah-kaidah Islam.
E.Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, maka dapat dikatakan bahwa
keluarga merupakan institusi sosial yang utama dalam membina nilai-nilai akhlak
karimah remaja. Oleh karena itu orang tua sebagai tiang keluarga mempunyai peranan
yang sangat penting dan tanggungjawab yang besar dalam membina akhlak remaja sebab
ditangan orang tuanyalah, orang menilai baik buruknya akhlak remaja.
Untuk menghindarkan dampak negatif akibat arus globalisasi dan informasi yang terjadi
pada saat ini, maka keluarga (orang tua) dituntut untuk menanamkan nilai-nilai luhur
(nilai agama Islam) dengan memberikan contoh yang baik sehingga contoh baik ini dapat
dijadikan landasan dalam bersikap dan berperilaku serta menjadi tauladan bagi remaja.
Dengan demikian maka peranan keluarga dalam pembinaan akhlak remaja perlu
ditingkatkan untuk mewujudkan generasi yang kuat, sehat serta berakhlak karimah yang
baik melalui peningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT, peningkatan
pola interaksi serta peningkatan disiplin dalam berbagai bidang kehidupan.
6. Daftar Pustaka
An-Nahlawi, Penyunting M.D Dahlan, 1992 Prinsip-Prinsip Metoda Pendidikan Islam,
Dalam Keluarga, Di Sekolah dan Di Masyarakat, Diponogoro, Bandung.
Elizabeth B. Hurlock, 1992, Psikologi Perkembangan, Terj. Istiwidayanti, Erlangga
Jakarta.
Erawati Aziz, 2005, Prinsiop-prinsip Pendidikan Islam, Fakultas Ushuluddin IAIN
Walisongo Surakarta.
Hasan Basri, 2003, Jiwa Remaja Dalam Pandangan Islam, Media Pendidikan, Jurnal
Pendidikan Keagamaan, IAIN Sunan Gunung Djati, Bandung.
Sarlito, 1994, Psikologi Remaja, Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Faktor-faktor yang membentuk keluarga sukses adalah:
1. Penanaman etos dan nilai-nilai positif dasar
2. Pendidikan formal yang memadai
3. Suasana dan budaya keluarga yang mendukung cita-cita anak
4. Penanaman semangat berprestasi dan berkompetisi
5. Pengembangan kecerdasan itelegensi, emosional dan spiritual
6. Menstimulasi anak untuk berkembang sesuai minat
7. Mendukung penuh dari orang tua, baik material dan immaterial
Apa yang harus diberikan orang tua kepada anaknya:
1. Memberi kesempatan sesuai minat dan bakat
2. Menciptakan suasana agar anak bisa fun dan enjoy dalam mengembangkan dirinya
3. Menanamkan nilai positif dasar (Kerja keras, Disiplin, Sadar waktu, dll)
4. Membekali anak dengan pendidikan formal yang memadai
5. Menumbuhkan keterampilan sosial dan intelektual
7. 6. Mendorong semangat berkompetensi dan berprestasi
7. Membiasakan anak berjuang dulu dalam meminta sesuatu
8. Melatih dengan memberi lebih banyak tanggung jawab
Sedangkan yang tidak boleh dilakukan:
1. Mengarahkan anak tanpa melihat lingkungan dan zamannya
2. Memaksakan minat anak sesuai dengan kehendak orang tua
3. Menuruti semua permintaan anak
4. Menganggap anak tak berpotensi sehingga lebih banyak mendidik dengan memerintah
5. Banyak menuntut kepada anak sementara orang tua tak mengimbangi dengan
pengorbanan
Faktor yang mempengaruhi perkembangan
Perkembangan anak dipengaruhi oleh 2 faktor utama:
1. Faktor bawaan (herediter). Merupakan suatu kondisi yang 'terberi' sejak lahir
seperti potensi kecerdasan, bakat, minat dan kecenderungan atau sifat yang
diturunkan dari orang tua.
2. Faktor pengalaman (lingkungan). Merupakan suatu kondisi yang dialami anak sepanjang
kehidupannya baik di rumah, sekolah maupun lingkungan pergaulan di luar rumah.
Setiap anak mengembangkan pola perilaku yang unik sesuai dengan pengalamannya
yang berbeda-beda dalam pemenuhan dan pengembangan kebutuhannya.
Karakteristik
Balita (0-5 thn)
• egosentris
• daya khayal tinggi
• daya konsentrasi terbatas
• rasa ingin tahu besar
• hubungan sosial terbatas pada orang yang sering ditemui saja
Anak Kecill (6 - 8 tahun)
8. • aktif melakukan kegiatan fisik
• suka bekerjasama
• dapat membedakan antara khayalan dan kenyataan
• rasa ingin tahu semakin besar
• hubungan sosial meluas
Anak Sedang (9 - 11 tahun)
• fisik semakin berkembang
• sulit mengembangkan hubungan sosial dengan lawan jenis yang seusia
• menyukai persaingan
• menyukai kegiatan yang menantang
• memuja tokoh pahlawan
• bisa menerima tugas dan tanggung jawab
Anak besar/remaja (12 - 14 tahun)
• fisik berkembang sangat pesat
• mengalami proses pematangan seksual
• suka mengkritik
• daya berpikir logis mulai berkembang
• emosi tidak stabil
• ingin mandiri
SUMBER:
An-Nahlawi, Penyunting M.D Dahlan, 1992 Prinsip-Prinsip Metoda Pendidikan Islam,
Dalam Keluarga, Di Sekolah dan Di Masyarakat, Diponogoro, Bandung.
Elizabeth B. Hurlock, 1992, Psikologi Perkembangan, Terj. Istiwidayanti, Erlangga
Jakarta.
Erawati Aziz, 2005, Prinsiop-prinsip Pendidikan Islam, Fakultas Ushuluddin IAIN
Walisongo Surakarta.
Hasan Basri, 2003, Jiwa Remaja Dalam Pandangan Islam, Media Pendidikan, Jurnal
Pendidikan Keagamaan, IAIN Sunan Gunung Djati, Bandung.
Sarlito, 1994, Psikologi Remaja, Raja Grafindo Persada, Jakarta.