1. Page1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kemajuan teknologi yang semakin pesat membuat akses informasi yang beredar
seolah tak terbendung. Masyarakat semakin cerdas dalam menentukan pilihan, yang salah
satunya adalah pilihan dalam urusan kesehatan. Dengan akses informasi yang tak terbalas
inilah, masyarakat semakin diperdalam pengetahuannya dalam bidang kesehatan, terutama
mengenai hak – hak yang wajib mereka dapat dan bahkan mengenai penyakit.
Sesorang dokter yang baik tentu harus memperhatikan hal tersebut, agar bisa
mengimbangi pasien yang datang untuk berobat padanya.
Penerapan kaidah bioetik merupakan sebuah keharusan bagi seorang dokter yang
berkecimpung didalam dunia medis, karena kaidah bioetik adalah sebuah panduan dasar yang
standar, tentang bagaimana seorang dokter harus bersikap atau bertindak terhadap sesuatu
persoalan atau kasus yang dihadapi oleh pasiennya.
Karena itulah makalah ini disusun untuk menambah wawasan baik yang bekerja
dibidang medis maupun nonmedis, termasuk juga pasien. Sehingga terjalin kepercayaan,
komunikasi, dan hubungan yang baik antara pasien dan dokter serta terampil dalam
melakukan dan menerapkan prinsip atau kaidah dasar bioetik terhadap masalah dan
pengambilan keputusan klinik.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian bioetika?
2. Apa latar belakang pendidikan kaidah dasar bioetika?
3. Apa saja kaidah – kaidah bioetik kedokteran?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian dari biotika.
2. Untuk mengetahui latar belakang pendidikan kaidah dasar bioetika.
3. Untuk mengetahui kaidah – kaidah dari bioetik kedokteran.
2. Page2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Bioetika berasal dari kata bios yang berarti kehidupan dan etos yang berarti noma-
norma atau nilai-nilai moral. Bioetika merupakan studi interdispliner tentang masalah yang
ditimbulkan oleh perkembangan di bidang biologi dan ilmu kedokteran baik skala mikro
maupun makro, masa kini dan masa mendatang. Bitoetika mencakup isu-isu sosial, agama,
ekonomi dan hukum bahkan politik. Bioetika selain membicarakan bidang medis, seperti
abortus, euthanasia, transplantasi organ, teknologi reproduksi butan, dan rekayasa genetik,
membahas pula masalah kesehatan, fktor budaya yang berperan dalam lingkup kesehatan
masyarakat, hak pasien, moralitas penyembuhan tradisional, lingkungan kerja, demografi,
dan sebagiaannya. Bioetika memberi perhatian yang besar pula terhadap penelitian kesehatan
pada manusia dan hewan percobaan.
Menurut F. Abel bioetika adalah studi interdisipliner tentang problem yang
ditimbulkan oleh perkembangan di bidang biologi dan ilmu kedokteran, pada skala mikro
maupun makro, termasuk dampaknya terhadap masyarakat luas serta sistem nilainya, kini dan
masa mendatang.
B. Latar Belakang dari Pembelajaran Kaidah Dasar Bioetika
Etika pada dasarnya berarti bagian filsafat yang meliputi hidup baik, menjadi orang
yang baik, berbuat baik dan menginginkan hal yang baik dalam hidup. Etika adalah
perwujudan dari moral. Dapat dikatakan bahwa etika pada dasarnya adalah hal mengetahui
nilai-nilai moral tersebut dan melakukannya dalam kehidupan. Etika dapat dibedakan
menjadi 3 pengertian yaitu:
a) etika sebagai nilai dan asas moral yang dipakai untuk pegangan tingkah laku.
b) Etika sebagai nilai dan asas yang berkenaan dengan moralitas atau apa saja yang
dianggap baik atau buruk.
c) Etika sebagai ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dari sudut norma dan nilai
norma.
Bioetika berasa dari bahasa latin yaitu bio dan etika. Bio adalah kata yang artinya
kehidupan. Jadi pada dasarnya, bioetika merupakan studi tentang masalah – masalah
3. Page3
yang ditimbulkan oleh perkembangan dibidang biologi dan ilmu kedokteran yang
menyangkut masalah etika dibidang kehidupan. Yang pertama kali memakai istilah
“bio-etihcs” adalah Van Rensselaer Potter, seorang ahli kanker dari Amerika. Pada
tahun 1971 ia membahas bioetika dalam bukunya “bio-etihcs, Bridge to the Future ”.
Kini bioetika telah terkenal diseluruh dunia, termasuk Indonesia. Bioetika bukanlah
suatu ilmu baru, tetapi suatu usaha untuk melibatkan berbagai ilmu dalam
merefleksikan problem – problem baru. Keempat prinsip ini adalah:
1) Beneficence
2) Non – maleficence
3) Justice
4) Autonomy
Dalam hal pemakainnya keempat prinsip ini juga dibantu dengan kaidah prima facie,
sebagai penentu kaidah dsar mana yang dipilih jika berada dalam konteks tertentu.
C. Kaidah Dasar Bioetik Kedokteran
1. Tindakan berbuat baik (beneficence)
Sikap dimana seorang dokter berbuat baik kepada pasien serta memberikan
keuntungan yang paling besar terhadap pasien
General beneficence :
melindungi & mempertahankan hak yang lain
mencegah terjadi kerugian pada yang lain,
menghilangkan kondisi penyebab kerugian pada yang lain,
Specific beneficence :
menolong orang cacat,
menyelamatkan orang dari bahaya.
Mengutamakan kepentingan pasien
Memandang pasien/keluarga/sesuatu tak hanya sejauh menguntungkan dokter/rumah
sakit/pihak lain
Maksimalisasi akibat baik (termasuk jumlahnya > akibat-buruk)
Menjamin nilai pokok : “apa saja yang ada, pantas (elok) kita bersikap baik
terhadapnya” (apalagi ada yg hidup).
4. Page4
2. Tidak merugikan (non – maleficence)
Adalah sikap diamana seorang dokter mementingkan pasien yang keadaannya darurat atau gawat.
Pada kasus ini yang memenuhi kaidah non – maleficence.
Sisi komplementer beneficence dari sudut pandang pasien, seperti :
Tidak boleh berbuat jahat (evil) atau membuat derita (harm) pasien
Minimalisasi akibat buruk
Kewajiban dokter untuk menganut ini berdasarkan hal-hal :
Pasien dalam keadaan amat berbahaya atau berisiko hilangnya sesuatu yang penting
Dokter sanggup mencegah bahaya atau kehilangan tersebut
Tindakan kedokteran tadi terbukti efektif
Manfaat bagi pasien > kerugian dokter (hanya mengalami risiko minimal).
Norma tunggal, isinya larangan.
3. Keadilan (justice)
Sikap dimana seorang dokter bertindak adil kepada pasiennya.
Treat similar cases in a similar way = justice within morality.
Memberi perlakuan sama untuk setiap orang :
Memberi sumbangan relatif sama terhadap kebahagiaan diukur dari kebutuhan
mereka (kesamaan sumbangan sesuai kebutuhan pasien yang membahagiakannya)
Menuntut pengorbanan relatif sama, diukur dengan kemampuan mereka (kesamaan
beban sesuai dengan kemampuan pasien).
Tujuan : Menjamin nilai tak berhingga setiap pasien sebagai mahluk berakal budi (bermartabat)
khususnya : yang-hak dan yang-baik
4. Otonomi (autonomy)
Pandangan Kant : otonomi kehendak = otonomi moral yakni : kebebasan bertindak,
memutuskan (memilih) dan menentukan diri sendiri sesuai dengan kesadaran terbaik bagi
dirinya yang ditentukan sendiri tanpa hambatan, paksaan atau campur-tangan pihak luar
(heteronomi), suatu motivasi dari dalam berdasar prinsip rasional atau self-legislation dari
manusia.
Pandangan J. Stuart Mill : otonomi tindakan/pemikiran = otonomi individu, yakni
kemampuan melakukan pemikiran dan tindakan (merealisasikan keputusan dan kemampuan
melaksanakannya), hak penentuan diri dari sisi pandang pribadi.
5. Page5
Menghendaki, menyetujui, membenarkan, mendukung, membela, membiarkan pasien demi
dirinya sendiri = otonom (sebagai mahluk bermartabat).
Didewa-dewakan di Anglo-American yang individualismenya tinggi.
Kaidah ikutannya ialah : Tell the truth, Hormatilah privasi yang lain, lindungi informasi
konfidensial, mintalah consent untuk intervensi diri pasien, Bila ditanya, bantulah membuat
keputusan penting.
Erat terkait dengan doktrin informed-consent, kompetensi (termasuk untuk kepentingan
peradilan), penggunaan teknologi baru, dampak yang dimaksudkan (intended) atau dampak
tak laik-bayang (foreseen effects), letting die.
D. Hasil Diskusi
Pemicu:
Kasus 5
Seorang pasien wanita, 55 tahun datang ke Gawat Darurat RS A dengan keluhan kejang. Pasien
diterima oleh dokter jaga UGD dan kemudian dikonsulkan ke bagian neurologi. Saat dilakukan
pemeriksaan pasien dalam keadaan sadar, pemeriksaan fisik umum dalam batas normal, pemeriksaan
laboratorium dalam batas normal dan pemeriksaan CT Scan tidak ditemukan adanya kelainan. Dokter
neurologi memutuskan untuk merawat inap pasien untuk diobservasi lebih lanjut. Saat dirawat di
bangsal perawatan, tiba-tiba kesadaran pasien tersebut menurun dan terjadi henti nafas dan henti
jantung. Pada saat dokter neurologi akan memberikan bantuan hidup dasar, ternyata peralatan yang
dibutuhkan tidak ada karena masih dipergunakan untuk menolong pasien kritis di ruangan lain.
Dokter neurologi segera mengkonsultasikan ke bagian anestesiologi. Lima menit kemudian dokter
anestesi datang ke bangsal perawatan tanpa membawa alat-alat yang diperlukan untuk melakukan
resusitasi karena dokter anestesi mengira bahwa di ruang perawatan tersebut sudah terdapat alat-alat
yang lengkap. Akhirnya dokter anestesi menghubungi Ruang Tindakan untuk dibawakan alat-alat
resusitasi, akan tetapi karena terlalu lama tidak diberikan bantuan pasien akhirnya meninggal.