SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 5
Downloaden Sie, um offline zu lesen
Mencari Jejak Buku yang Hilang
Oleh:
Maulida Sri Handayani
www.pindai.org | t: @pindaimedia | f: facebook.com/pindai.org | e: redaksi@pindai.org
PINDAI.ORG – Mencari Jejak Buku yang Hilang / 18 Agustus 2015
	
  
H a l a m a n 	
  2	
  |	
  5	
  
	
  
Mencari Jejak Buku yang Hilang
oleh Maulida Sri Handayani
Kisah pemilik buku bersua lingkaran pembaca.
MINGGU sore tujuh tahun lalu, seorang lelaki sedang asyik menyisir buku. Tangannya menjelajahi satu
sampul ke sampul lain. Di sudut lain, istri dan anak-anaknya melihat-lihat buku sambil minum kopi dan
makan kudapan. Persis seperti banyak akhir pekan lain, dia bersama keluarganya bersantai di tokobuku
sekaligus kafe di daerah Babakan Siliwangi, Bandung itu.
Dia sadar beberapa depa dari tempatnya berdiri, diam-diam ada lelaki lain mengamati dan, tak berapa
lama, menghampiri lantas menyapanya.
“Ini Pak Yasraf Amir Piliang, ya? Saya Aldo Zirsov.”
Yasraf segera menghentikan penjelajahannya. Nama itu sangat akrab. Reading Lights, tokobuku bekas
itu, menjual bermacam buku termasuk yang bercapkan nama “Aldo Zirsov.”
Banyak buku yang dibubuhi nama itu dibeli Yasraf termasuk The Consumer Society karya Jean
Baudrillard seharga Rp 50 ribu, semacam harta karun yang murah oleh seorang pengkaji semiotika yang
tekun. Ada juga karya klasik seperti Metaphysics Aristoteles serta buku sejarah macam The Fall of Rome,
selain buku-buku kajian psikoanalisis yang ditulis Freud dan Jung. Yasraf memiliki lebih dari limapuluh
buku dengan cap sama termasuk karya-karya penulis lebih populer seperti John Naisbitt dan Alvin
Toffler.
“O ya, waktu itu saya lihat ada juga Of Grammatology Derrida, tapi tidak dibeli karena sudah punya,”
ujar Yasraf, profesor di Fakultas Seni Rupa dan Desain ITB. “Nah, kalau soal buku yang dipakai (sebagai
sumber tulisan), selain Baudrillard, ada buku Arendt yang itu ... Eichmann in Jerussalem.”
Buku Hannah Arendt itu juga saya temukan di Reading Lights. Menuturkan proses pengadilan perwira
tinggi SS Nazi, buku itu—bersama Dr. Zhivago Boris Pasternak dan karya klasik Thomas More Utopia—
yang membuat saya bertanya-tanya siapa sebenarnya pemilik buku-buku tersebut. Rentang tema yang
luas dari khazanah literaturnya mengingatkan saya pada bidang kajian para filsuf sebelum ilmu
pengetahuan terspesialisasi seperti sekarang. Namanya yang aneh membuat saya mengira dia orang Rusia.
Ternyata Aldo Zirsov adalah orang Minang. Pendidikannya juga bukan sastra, sejarah, atau filsafat. Jauh
dari itu semua, dia menekuni studi akuntansi dan berprofesi sebagai auditor. Di Denver, ibukota negara
bagian Colorado, Amerika Serikta, Aldo belajar teknologi informasi. Saya mengetahuinya pada 2012 saat
dia menjadi pembicara satu seminar di Jakarta saat saya menjadi pesertanya. Tapi cerita lebih lengkap
ihwal bukunya baru didapat tiga tahun kemudian.
SEWAKTU Aldo Zirsov mengambil program magister di University of Denver, setiap akhir pekan dia
menghabiskan waktu dari satu tokobuku ke tokobuku bekas lain. Harga satu buku bersampul tebal sekira
4 dolar, dan 2 dolar untuk bersampul tipis. Jika musim diskon, harganya dipangkas hingga 50 persen.
PINDAI.ORG – Mencari Jejak Buku yang Hilang / 18 Agustus 2015
	
  
H a l a m a n 	
  3	
  |	
  5	
  
	
  
“Jadi kamu bisa bayangkan, buku hardcover jadinya hanya sekitar Rp 20 ribuan, dan paperback Rp 10
ribuan. Murah sekali, kan?”
Untuk buku bahan perkuliahan, Aldo sengaja tak membeli di lingkungan kampus. Buku-buku itu tersedia
di toko online macam Amazon dengan banyak pilihan harga yang lebih murah. Penghematannya cukup
untuk membeli buku bekas dan cakram padat musik sebanyak yang dia mau. Namun, tak sampai setengah
tahun masa perkuliahan, asramanya penuh.
Solusi yang terpikirkan adalah mengirim buku-bukunya ke Indonesia. Tapi biayanya mahal. Di saat yang
sama, angin politik Amerika sedang bertiup jauh ke kanan. George W. Bush ingin imigran ilegal angkat
kaki. Barang-barang milik ini harus pulang tapi umumnya si pemilik merasa sayang. Di sinilah jiwa
pedagang yang secara stereotipikal menempel pada orang Minang akhirnya muncul juga pada Aldo. Dia
dan teman-temannya membuat bisnis jasa pengiriman barang lewat kontainer.
Mereka melayani para imigran, kebanyakan dari Amerika Latin, yang minta televisi, komputer meja, dan
alat-alat elektronik lain dikirim ke kampung halaman. Banyak juga mahasiswa Indonesia yang mengirim
barang ke tanah air. Tiap dua sampai tiga bulan, Aldo membuka jadwal pengiriman, sekaligus melayarkan
juga buku-bukunya. Secara rutin, sejumlah 150-250-an buku sampai di rumah saudara dan kerabatnya.
Sejak 2004 sampai 2007, jumlah buku yang dikirim mencapai kurang lebih 3.500 buah. Itu belum
termasuk cakram-cakram musik dan film, kegemaran lain dia. Tak jarang juga dia memenuhi permintaan
teman dan saudara untuk mengirim cakram musik kesukaan mereka.
Lalu bagaimana buku-buku itu bisa mampir di Bandung?
Buku-buku itu ternyata menguap sejak sampai di Tanjung Priok. Beberapa kali barang kiriman dibuka
petugas bea cukai dan entah mengapa tidak terkirim ke alamat tujuan. Buku-buku yang hilang itu lantas
sampai di beberapa lapak tokobuku bekas di Depok dan Ciputat. Tapi, yang terbanyak memang di
Reading Lights, Bandung.
Riswan Andika, pegawai yang menangani pembelian buku di Reading Lights, melempar ingatannya ke
masa saat jadi manajer divisi bukutoko itu. Kurun 2007-2008, ada yang menjual buku-buku bercap “Aldo
Zirsov”. Si penjual datang membawa sekitar 100 buku, dan kembali bulan depan lagi, terus-menerus,
sampai-sampai total buku bercap “Aldo Zirsov” mencapai hampir seribu.
Riswan mengakui bahwa banyak pelanggan terkesan dengan buku-buku bercap Aldo ini, “Jika buku Aldo
datang lagi, tolong kabari saya.”
Reading Lights benar-benar menjadi cahaya membaca, tak sekadar toko yang menjual buku berbahasa
Inggris dengan koleksi standar macam novel-novel populer. Riswan memutuskan untuk menyapa Aldo di
alamat email yang tertera dalam cap buku. Dengan asumsi Aldo bukanlah orang Indonesia, email ditulis
dalam bahasa Inggris. Riswan mengabarkan bahwa di Reading Lights ada banyak buku Aldo dan
beberapa pelanggan dibuat terkesan.
SUATU hari, seorang laki-laki datang bersama pasangannya ke hadapan Riswan Andika. Dia
memperkenalkan diri dan menunjukkan alat cap. Riswan membaca tulisan yang tertera di dalamnya:
“Aldo Zirsov, University of Denver, Colorado,” lengkap dengan alamat email.
PINDAI.ORG – Mencari Jejak Buku yang Hilang / 18 Agustus 2015
	
  
H a l a m a n 	
  4	
  |	
  5	
  
	
  
Riswan terkejut. Selama ini dia menyangka Aldo Zirsov orang Rusia. Dia tambah tercengang kala
mendengar buku yang dibeli oleh Reading Lights sebenarnya buku-buku yang hilang. Meski pihaknya
membeli dengan perjanjian yang menyatakan penjual harus bertanggungjawab jika ada masalah di
kemudian hari, Riswan tetap merasa kecut.
“Bagaimanapun, saya juga pecinta buku, saya jadi tak enak sama Mas Aldo.”
Riswan bersama atasannya memutuskan semua buku yang belum terjual bisa dibeli kembali oleh Aldo
dengan harga yang sudah dikeluarkan Reading Lights saat membeli buku-buku itu. Dari total seribu,
sekitar sepertiganya kembali ke tangan Aldo. Tapi Riswan masih merasa bersalah karena lebih banyak
buku yang kadung terjual. Dia lantas mengontak beberapa pelanggan yang mengantongi banyak buku
Aldo. Kepelikannya, kebanyakan pembeli ini enggan menjual kembali buku-buku yang dulu mereka
temukan dan beli. Akhirnya Riswan memberitahu beberapa nama supaya Aldo sendiri bisa menemui
mereka.
Nama pertama adalah Yasraf Amir Piliang yang kebetulan bersua Aldo di Reading Lights pada 2008.
Aldo bertanya apakah Yasraf mau menjual kembali buku-bukunya. Yasraf membenarkan. Dia bersedia
jika judul-judul tertentu yang ada di tangannya mau dibeli kembali oleh Aldo. “Apalagi jika mau
dikopikan juga seperti yang Aldo bilang,” katanya. Dia tak keberatan dengan pilihan yang ditawarkan
Aldo, sebab buku yang dibacanya toh juga sering penuh coretan.
Selain Yasraf, Aldo juga menemui Fabianus Heatubun, dosen filsafat di Universitas Parahyangan,
Bandung. Fabie menyimpan lebih dari seratus buku Aldo yang hilang. Saat didatangi di kantornya, dia
menunjukkan beberapa judul yang tersimpan di situ. Selebihnya diparkir di rumah Seminari Tinggi Projo,
Bogor. Ada Principia Ethica Spinoza, The Protestan Ethics and the Spirit of Capitalism karya Max
Weber, juga biografi Martin Luther.
“Dulu saya kan cuma punya kopiannya. Eh, karena beli di Reading Lights, jadi punya buku aslinya.”
Fabie memamerkan magnum opus Heidegger: Being and Time.
Tetapi Fabie tegas menolak menjual kembali buku-buku itu. Dengan romantik, dia berkata, “Buku-buku
itu sudah menjadi bagian nyawa saya.”
Fabie pecinta buku. Tak hanya dibaca, buku-buku itu dirawatnya. Buku yang baru dibeli selalu disampuli,
dibubuhi nama dan tandatangan, berderet rapi dalam lemari. Saat sedang meneliti sesuatu, buku yang
dipakainya penuh oleh sticky notes, bukan lipatan atau coretan.
Aldo sendiri tak kecewa. Bagaimanapun, para pembeli di Reading Lights memang berhak atas buku-buku
yang mereka beli. Dia hanya berharap buku-buku yang dulu dimilikinya benar-benar dibaca dan
bermanfaat. Kepada saya, dia juga merelakan saya tetap menyimpan Eichmann, Zhivago, dan Utopia.
Begitupula kepada Lita Suryadinata, kawannya sesama pengurus Goodreads Indonesia, media sosial
untuk insan buku. Lita menemukan buku karangan Hella Haasse di tokobuku yang sama, dan Aldo
mengizinkannya tetap menyimpan buku itu. Riswan Andika bahkan memohon-mohon supaya dia
dibolehkan tetap menyimpan buku tentang sejarah bilangan.
“Masalahnya dulu gue benar-benar nggak kebayang mau beli buku itu di mana,” Riswan mengiba.
Namun, Arifin Surya agak berbeda. Lulusan Biologi Universitas Padjadjajaran ini berencana
mengembalikan buku Variety of Life karya Colin Tudge, sebuah khasanah bercorak ensiklopedis setebal
PINDAI.ORG – Mencari Jejak Buku yang Hilang / 18 Agustus 2015
	
  
H a l a m a n 	
  5	
  |	
  5	
  
	
  
700 halaman yang merayakan seluruh ciptaan yang pernah hidup di planet bumi. Arifin merasa kasihan
kepada Aldo yang kehilangan buku padahal dibeli di tempat yang jauh dan sengaja dikapalkan ke
Indonesia.
“Alasan lainnya ... gue tahu perasaan kolektor buku saat koleksinya hilang,” ujar Arifin. Dia mengkoleksi
banyak buku botani dari era Hindia Belanda.
Tetapi, benarkah Aldo seorang kolektor? Kerapkali Aldo menolak disebut demikian. “Saya membeli buku
memang buat dibaca dan untuk riset, meski tentu tak semuanya langsung dibaca.”
Pemilik sekitar 20 ribuan buku ini lebih suka menyebut dirinya book aficionado ketimbang kolektor.
Melihat telatennya dia menjaga buku, aktif di Goodreads, dan kerap jadi pelabuhan bertanya mahasiswa
tingkat akhir yang kebingungan akan sumber pustaka, rasanya dia tak berlebihan.
Aldo Zirsov, pemilik buku-buku yang hilang itu, bolehlah kita alihbahasakan—dengan separuh
manasuka—sebagai “pawang buku.” Dia berada di satu tempat dalam kerendahan hati seorang pembaca,
dan dalam keadaan dunia yang tidak selalu ramah pada pustaka, sempat ribuan bukunya menyeberangi
lautan dan samudera, tersesat. Buku-buku itu muncul kembali lewat tangan-tangan pembaca tekun yang
kerap gemetar dengan perasaan berdesir saat membuka pagina demi pagina. Mereka bercakap. Pada satu
situasi, Aldo ada di dalamnya.
____________
Maulida Sri Handayani, penulis dan peneliti lepas, lulusan filsafat Universitas Parahyangan, tinggal
antara Bandung dan Jakarta. Weblog: jurnalida.wordpress.com. Email: maulidash@gmail.com Twitter:
@maulidash

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Hobi Hobi Buruk Orang Kita
Hobi Hobi Buruk Orang KitaHobi Hobi Buruk Orang Kita
Hobi Hobi Buruk Orang Kita
AidilRizali
 
Hobi hobiburukorangkita-100322063042-phpapp01
Hobi hobiburukorangkita-100322063042-phpapp01Hobi hobiburukorangkita-100322063042-phpapp01
Hobi hobiburukorangkita-100322063042-phpapp01
Thalia Dini Vasa
 
Analisis unsur intrinsik novel
Analisis unsur intrinsik novelAnalisis unsur intrinsik novel
Analisis unsur intrinsik novel
Warnet Raha
 

Was ist angesagt? (20)

Contoh Resensi Buku Fiksi
Contoh Resensi Buku FiksiContoh Resensi Buku Fiksi
Contoh Resensi Buku Fiksi
 
Contoh resensi buku
Contoh resensi bukuContoh resensi buku
Contoh resensi buku
 
20 Resensi Novel
20 Resensi Novel20 Resensi Novel
20 Resensi Novel
 
Hobi Hobi Buruk Orang Kita
Hobi Hobi Buruk Orang KitaHobi Hobi Buruk Orang Kita
Hobi Hobi Buruk Orang Kita
 
Hobi hobiburukorangkita-100322063042-phpapp01
Hobi hobiburukorangkita-100322063042-phpapp01Hobi hobiburukorangkita-100322063042-phpapp01
Hobi hobiburukorangkita-100322063042-phpapp01
 
Analisis unsur intrinsik novel
Analisis unsur intrinsik novelAnalisis unsur intrinsik novel
Analisis unsur intrinsik novel
 
Kartini (sarah)
Kartini (sarah)Kartini (sarah)
Kartini (sarah)
 
Periodisasi Sastra Angkatan 20an
Periodisasi Sastra Angkatan 20anPeriodisasi Sastra Angkatan 20an
Periodisasi Sastra Angkatan 20an
 
Ulasan buku interval
Ulasan buku intervalUlasan buku interval
Ulasan buku interval
 
Resensi novel hujan
Resensi novel hujanResensi novel hujan
Resensi novel hujan
 
M. aji darmawan ra kartini
M. aji darmawan ra kartiniM. aji darmawan ra kartini
M. aji darmawan ra kartini
 
Teks Ulasan Novel
Teks Ulasan NovelTeks Ulasan Novel
Teks Ulasan Novel
 
Laskar pelangi
Laskar pelangiLaskar pelangi
Laskar pelangi
 
menganalisis Novel AKI karya Abdullah Idrus
menganalisis Novel AKI karya Abdullah Idrus menganalisis Novel AKI karya Abdullah Idrus
menganalisis Novel AKI karya Abdullah Idrus
 
R.a.kartini (annisa)
R.a.kartini (annisa)R.a.kartini (annisa)
R.a.kartini (annisa)
 
Menari di Medan yang Riuh
Menari di Medan yang RiuhMenari di Medan yang Riuh
Menari di Medan yang Riuh
 
Katalog november 2018 baca
Katalog november 2018 bacaKatalog november 2018 baca
Katalog november 2018 baca
 
Tugas resensi novel (y)
Tugas resensi novel (y)Tugas resensi novel (y)
Tugas resensi novel (y)
 
Biografi kartini (tisia)
Biografi kartini (tisia)Biografi kartini (tisia)
Biografi kartini (tisia)
 
Fairuz (kartini)
Fairuz (kartini)Fairuz (kartini)
Fairuz (kartini)
 

Andere mochten auch

Starting a Canadian Rocket Company (Finished)
Starting a Canadian Rocket Company (Finished)Starting a Canadian Rocket Company (Finished)
Starting a Canadian Rocket Company (Finished)
Tyler Reyno
 
Rapportage onderzoek nietdeelnemers Levamet
Rapportage onderzoek nietdeelnemers LevametRapportage onderzoek nietdeelnemers Levamet
Rapportage onderzoek nietdeelnemers Levamet
Ale Gercama
 
Anger management final
Anger management finalAnger management final
Anger management final
Sheraz Pervaiz
 

Andere mochten auch (13)

Starting a Canadian Rocket Company (Finished)
Starting a Canadian Rocket Company (Finished)Starting a Canadian Rocket Company (Finished)
Starting a Canadian Rocket Company (Finished)
 
Rapportage onderzoek nietdeelnemers Levamet
Rapportage onderzoek nietdeelnemers LevametRapportage onderzoek nietdeelnemers Levamet
Rapportage onderzoek nietdeelnemers Levamet
 
SD Study0610 対話システム 5.5~5.6
SD Study0610 対話システム 5.5~5.6SD Study0610 対話システム 5.5~5.6
SD Study0610 対話システム 5.5~5.6
 
Delivering application happiness for you!
Delivering application happiness for you!Delivering application happiness for you!
Delivering application happiness for you!
 
Internet of things
Internet of thingsInternet of things
Internet of things
 
Mooc
MoocMooc
Mooc
 
Pensar históricamente
Pensar históricamentePensar históricamente
Pensar históricamente
 
Parts of the female reprodutive system
Parts of the female reprodutive systemParts of the female reprodutive system
Parts of the female reprodutive system
 
Extra cranial aneurysms
Extra cranial aneurysmsExtra cranial aneurysms
Extra cranial aneurysms
 
Anger management final
Anger management finalAnger management final
Anger management final
 
Metacognición y 16 hábitos de la mente. Por Tracey Tokuhama-Espinosa. Agost...
Metacognición y 16 hábitos de la mente. Por Tracey Tokuhama-Espinosa. Agost...Metacognición y 16 hábitos de la mente. Por Tracey Tokuhama-Espinosa. Agost...
Metacognición y 16 hábitos de la mente. Por Tracey Tokuhama-Espinosa. Agost...
 
всд нцд
всд нцдвсд нцд
всд нцд
 
Questionnaire radio draft2 new
Questionnaire radio draft2 newQuestionnaire radio draft2 new
Questionnaire radio draft2 new
 

Ähnlich wie Mencari Jejak Buku yang Hilang

Hobi hobiburukorangkita-100322063042-phpapp01
Hobi hobiburukorangkita-100322063042-phpapp01Hobi hobiburukorangkita-100322063042-phpapp01
Hobi hobiburukorangkita-100322063042-phpapp01
Thalia Dini Vasa
 
Jurnal Fikiran Masyarakat (Volume. 4 No. 1, 2016)
Jurnal Fikiran Masyarakat (Volume. 4 No. 1, 2016)Jurnal Fikiran Masyarakat (Volume. 4 No. 1, 2016)
Jurnal Fikiran Masyarakat (Volume. 4 No. 1, 2016)
Harry Ramza
 

Ähnlich wie Mencari Jejak Buku yang Hilang (16)

Hobi hobiburukorangkita-100322063042-phpapp01
Hobi hobiburukorangkita-100322063042-phpapp01Hobi hobiburukorangkita-100322063042-phpapp01
Hobi hobiburukorangkita-100322063042-phpapp01
 
Perjalanan Mencari Rumah
Perjalanan Mencari RumahPerjalanan Mencari Rumah
Perjalanan Mencari Rumah
 
Pak Raden dan Buku Dongeng
Pak Raden dan Buku DongengPak Raden dan Buku Dongeng
Pak Raden dan Buku Dongeng
 
Kemah Literasi Bumi Anoa
Kemah Literasi Bumi AnoaKemah Literasi Bumi Anoa
Kemah Literasi Bumi Anoa
 
Efek Proust
Efek ProustEfek Proust
Efek Proust
 
Jafar,raden ajeng kartini
Jafar,raden ajeng kartiniJafar,raden ajeng kartini
Jafar,raden ajeng kartini
 
Warta Pustaka MPR RI November 2013
Warta Pustaka MPR RI November 2013 Warta Pustaka MPR RI November 2013
Warta Pustaka MPR RI November 2013
 
Balai pustaka
Balai pustakaBalai pustaka
Balai pustaka
 
Perang Balon
Perang BalonPerang Balon
Perang Balon
 
sejarah sastra balai pustaka pend,.bahasa dan sastra Indonesia
sejarah sastra balai pustaka pend,.bahasa dan sastra Indonesiasejarah sastra balai pustaka pend,.bahasa dan sastra Indonesia
sejarah sastra balai pustaka pend,.bahasa dan sastra Indonesia
 
Dari Hugo hingga Pram
Dari Hugo hingga PramDari Hugo hingga Pram
Dari Hugo hingga Pram
 
Jurnal Fikiran Masyarakat (Volume. 4 No. 1, 2016)
Jurnal Fikiran Masyarakat (Volume. 4 No. 1, 2016)Jurnal Fikiran Masyarakat (Volume. 4 No. 1, 2016)
Jurnal Fikiran Masyarakat (Volume. 4 No. 1, 2016)
 
B.indo
B.indoB.indo
B.indo
 
Raden adjeng kartini
Raden adjeng kartiniRaden adjeng kartini
Raden adjeng kartini
 
BAB 9 (Kembangkan Kegemaran Membaca).pptx
BAB 9 (Kembangkan Kegemaran Membaca).pptxBAB 9 (Kembangkan Kegemaran Membaca).pptx
BAB 9 (Kembangkan Kegemaran Membaca).pptx
 
Contoh sastra pada masa angkatan 45
Contoh sastra pada masa angkatan 45Contoh sastra pada masa angkatan 45
Contoh sastra pada masa angkatan 45
 

Mehr von Pindai Media

Mehr von Pindai Media (20)

Ditimang Irama Bang Haji
Ditimang Irama Bang HajiDitimang Irama Bang Haji
Ditimang Irama Bang Haji
 
Aroma Cengkeh di Kaki Menoreh
Aroma Cengkeh di Kaki MenorehAroma Cengkeh di Kaki Menoreh
Aroma Cengkeh di Kaki Menoreh
 
Poncke Princen, Pembela Kemanusiaan Paripurna
Poncke Princen, Pembela Kemanusiaan ParipurnaPoncke Princen, Pembela Kemanusiaan Paripurna
Poncke Princen, Pembela Kemanusiaan Paripurna
 
Ugur Mumcu dan Mereka yang Dilenyapkan
Ugur Mumcu dan Mereka yang DilenyapkanUgur Mumcu dan Mereka yang Dilenyapkan
Ugur Mumcu dan Mereka yang Dilenyapkan
 
Paranoid indonesia, nestapa papua phelim kine
Paranoid indonesia, nestapa papua   phelim kineParanoid indonesia, nestapa papua   phelim kine
Paranoid indonesia, nestapa papua phelim kine
 
Media dalam Terorisme
Media dalam TerorismeMedia dalam Terorisme
Media dalam Terorisme
 
Orang-Orang Tegaldowo
Orang-Orang TegaldowoOrang-Orang Tegaldowo
Orang-Orang Tegaldowo
 
Sengketa tanah di bumi mataram anang zakaria
Sengketa tanah di bumi mataram   anang zakariaSengketa tanah di bumi mataram   anang zakaria
Sengketa tanah di bumi mataram anang zakaria
 
Putu Wijaya Berputar di Planet
Putu Wijaya Berputar di PlanetPutu Wijaya Berputar di Planet
Putu Wijaya Berputar di Planet
 
Semangat Anti-Tank
Semangat Anti-TankSemangat Anti-Tank
Semangat Anti-Tank
 
Senjakala Media Cetak
Senjakala Media CetakSenjakala Media Cetak
Senjakala Media Cetak
 
Merumahkan Orang Rimba
Merumahkan Orang RimbaMerumahkan Orang Rimba
Merumahkan Orang Rimba
 
Serikat Buruh dan Media Propaganda
Serikat Buruh dan Media PropagandaSerikat Buruh dan Media Propaganda
Serikat Buruh dan Media Propaganda
 
Anomali Industri Buku
Anomali Industri BukuAnomali Industri Buku
Anomali Industri Buku
 
Hikayat Virginia
Hikayat VirginiaHikayat Virginia
Hikayat Virginia
 
Mario
MarioMario
Mario
 
Orhan Pamuk, 8 Tahun Dipenjara Buku
Orhan Pamuk, 8 Tahun Dipenjara BukuOrhan Pamuk, 8 Tahun Dipenjara Buku
Orhan Pamuk, 8 Tahun Dipenjara Buku
 
Gestok dan Kehancuran Gerakan Perempuan
Gestok dan Kehancuran Gerakan PerempuanGestok dan Kehancuran Gerakan Perempuan
Gestok dan Kehancuran Gerakan Perempuan
 
Setia Bekerja di Pasar yang Sepi
Setia Bekerja di Pasar yang SepiSetia Bekerja di Pasar yang Sepi
Setia Bekerja di Pasar yang Sepi
 
Wisata Sumur Soeharto
Wisata Sumur SoehartoWisata Sumur Soeharto
Wisata Sumur Soeharto
 

Mencari Jejak Buku yang Hilang

  • 1. Mencari Jejak Buku yang Hilang Oleh: Maulida Sri Handayani www.pindai.org | t: @pindaimedia | f: facebook.com/pindai.org | e: redaksi@pindai.org
  • 2. PINDAI.ORG – Mencari Jejak Buku yang Hilang / 18 Agustus 2015   H a l a m a n  2  |  5     Mencari Jejak Buku yang Hilang oleh Maulida Sri Handayani Kisah pemilik buku bersua lingkaran pembaca. MINGGU sore tujuh tahun lalu, seorang lelaki sedang asyik menyisir buku. Tangannya menjelajahi satu sampul ke sampul lain. Di sudut lain, istri dan anak-anaknya melihat-lihat buku sambil minum kopi dan makan kudapan. Persis seperti banyak akhir pekan lain, dia bersama keluarganya bersantai di tokobuku sekaligus kafe di daerah Babakan Siliwangi, Bandung itu. Dia sadar beberapa depa dari tempatnya berdiri, diam-diam ada lelaki lain mengamati dan, tak berapa lama, menghampiri lantas menyapanya. “Ini Pak Yasraf Amir Piliang, ya? Saya Aldo Zirsov.” Yasraf segera menghentikan penjelajahannya. Nama itu sangat akrab. Reading Lights, tokobuku bekas itu, menjual bermacam buku termasuk yang bercapkan nama “Aldo Zirsov.” Banyak buku yang dibubuhi nama itu dibeli Yasraf termasuk The Consumer Society karya Jean Baudrillard seharga Rp 50 ribu, semacam harta karun yang murah oleh seorang pengkaji semiotika yang tekun. Ada juga karya klasik seperti Metaphysics Aristoteles serta buku sejarah macam The Fall of Rome, selain buku-buku kajian psikoanalisis yang ditulis Freud dan Jung. Yasraf memiliki lebih dari limapuluh buku dengan cap sama termasuk karya-karya penulis lebih populer seperti John Naisbitt dan Alvin Toffler. “O ya, waktu itu saya lihat ada juga Of Grammatology Derrida, tapi tidak dibeli karena sudah punya,” ujar Yasraf, profesor di Fakultas Seni Rupa dan Desain ITB. “Nah, kalau soal buku yang dipakai (sebagai sumber tulisan), selain Baudrillard, ada buku Arendt yang itu ... Eichmann in Jerussalem.” Buku Hannah Arendt itu juga saya temukan di Reading Lights. Menuturkan proses pengadilan perwira tinggi SS Nazi, buku itu—bersama Dr. Zhivago Boris Pasternak dan karya klasik Thomas More Utopia— yang membuat saya bertanya-tanya siapa sebenarnya pemilik buku-buku tersebut. Rentang tema yang luas dari khazanah literaturnya mengingatkan saya pada bidang kajian para filsuf sebelum ilmu pengetahuan terspesialisasi seperti sekarang. Namanya yang aneh membuat saya mengira dia orang Rusia. Ternyata Aldo Zirsov adalah orang Minang. Pendidikannya juga bukan sastra, sejarah, atau filsafat. Jauh dari itu semua, dia menekuni studi akuntansi dan berprofesi sebagai auditor. Di Denver, ibukota negara bagian Colorado, Amerika Serikta, Aldo belajar teknologi informasi. Saya mengetahuinya pada 2012 saat dia menjadi pembicara satu seminar di Jakarta saat saya menjadi pesertanya. Tapi cerita lebih lengkap ihwal bukunya baru didapat tiga tahun kemudian. SEWAKTU Aldo Zirsov mengambil program magister di University of Denver, setiap akhir pekan dia menghabiskan waktu dari satu tokobuku ke tokobuku bekas lain. Harga satu buku bersampul tebal sekira 4 dolar, dan 2 dolar untuk bersampul tipis. Jika musim diskon, harganya dipangkas hingga 50 persen.
  • 3. PINDAI.ORG – Mencari Jejak Buku yang Hilang / 18 Agustus 2015   H a l a m a n  3  |  5     “Jadi kamu bisa bayangkan, buku hardcover jadinya hanya sekitar Rp 20 ribuan, dan paperback Rp 10 ribuan. Murah sekali, kan?” Untuk buku bahan perkuliahan, Aldo sengaja tak membeli di lingkungan kampus. Buku-buku itu tersedia di toko online macam Amazon dengan banyak pilihan harga yang lebih murah. Penghematannya cukup untuk membeli buku bekas dan cakram padat musik sebanyak yang dia mau. Namun, tak sampai setengah tahun masa perkuliahan, asramanya penuh. Solusi yang terpikirkan adalah mengirim buku-bukunya ke Indonesia. Tapi biayanya mahal. Di saat yang sama, angin politik Amerika sedang bertiup jauh ke kanan. George W. Bush ingin imigran ilegal angkat kaki. Barang-barang milik ini harus pulang tapi umumnya si pemilik merasa sayang. Di sinilah jiwa pedagang yang secara stereotipikal menempel pada orang Minang akhirnya muncul juga pada Aldo. Dia dan teman-temannya membuat bisnis jasa pengiriman barang lewat kontainer. Mereka melayani para imigran, kebanyakan dari Amerika Latin, yang minta televisi, komputer meja, dan alat-alat elektronik lain dikirim ke kampung halaman. Banyak juga mahasiswa Indonesia yang mengirim barang ke tanah air. Tiap dua sampai tiga bulan, Aldo membuka jadwal pengiriman, sekaligus melayarkan juga buku-bukunya. Secara rutin, sejumlah 150-250-an buku sampai di rumah saudara dan kerabatnya. Sejak 2004 sampai 2007, jumlah buku yang dikirim mencapai kurang lebih 3.500 buah. Itu belum termasuk cakram-cakram musik dan film, kegemaran lain dia. Tak jarang juga dia memenuhi permintaan teman dan saudara untuk mengirim cakram musik kesukaan mereka. Lalu bagaimana buku-buku itu bisa mampir di Bandung? Buku-buku itu ternyata menguap sejak sampai di Tanjung Priok. Beberapa kali barang kiriman dibuka petugas bea cukai dan entah mengapa tidak terkirim ke alamat tujuan. Buku-buku yang hilang itu lantas sampai di beberapa lapak tokobuku bekas di Depok dan Ciputat. Tapi, yang terbanyak memang di Reading Lights, Bandung. Riswan Andika, pegawai yang menangani pembelian buku di Reading Lights, melempar ingatannya ke masa saat jadi manajer divisi bukutoko itu. Kurun 2007-2008, ada yang menjual buku-buku bercap “Aldo Zirsov”. Si penjual datang membawa sekitar 100 buku, dan kembali bulan depan lagi, terus-menerus, sampai-sampai total buku bercap “Aldo Zirsov” mencapai hampir seribu. Riswan mengakui bahwa banyak pelanggan terkesan dengan buku-buku bercap Aldo ini, “Jika buku Aldo datang lagi, tolong kabari saya.” Reading Lights benar-benar menjadi cahaya membaca, tak sekadar toko yang menjual buku berbahasa Inggris dengan koleksi standar macam novel-novel populer. Riswan memutuskan untuk menyapa Aldo di alamat email yang tertera dalam cap buku. Dengan asumsi Aldo bukanlah orang Indonesia, email ditulis dalam bahasa Inggris. Riswan mengabarkan bahwa di Reading Lights ada banyak buku Aldo dan beberapa pelanggan dibuat terkesan. SUATU hari, seorang laki-laki datang bersama pasangannya ke hadapan Riswan Andika. Dia memperkenalkan diri dan menunjukkan alat cap. Riswan membaca tulisan yang tertera di dalamnya: “Aldo Zirsov, University of Denver, Colorado,” lengkap dengan alamat email.
  • 4. PINDAI.ORG – Mencari Jejak Buku yang Hilang / 18 Agustus 2015   H a l a m a n  4  |  5     Riswan terkejut. Selama ini dia menyangka Aldo Zirsov orang Rusia. Dia tambah tercengang kala mendengar buku yang dibeli oleh Reading Lights sebenarnya buku-buku yang hilang. Meski pihaknya membeli dengan perjanjian yang menyatakan penjual harus bertanggungjawab jika ada masalah di kemudian hari, Riswan tetap merasa kecut. “Bagaimanapun, saya juga pecinta buku, saya jadi tak enak sama Mas Aldo.” Riswan bersama atasannya memutuskan semua buku yang belum terjual bisa dibeli kembali oleh Aldo dengan harga yang sudah dikeluarkan Reading Lights saat membeli buku-buku itu. Dari total seribu, sekitar sepertiganya kembali ke tangan Aldo. Tapi Riswan masih merasa bersalah karena lebih banyak buku yang kadung terjual. Dia lantas mengontak beberapa pelanggan yang mengantongi banyak buku Aldo. Kepelikannya, kebanyakan pembeli ini enggan menjual kembali buku-buku yang dulu mereka temukan dan beli. Akhirnya Riswan memberitahu beberapa nama supaya Aldo sendiri bisa menemui mereka. Nama pertama adalah Yasraf Amir Piliang yang kebetulan bersua Aldo di Reading Lights pada 2008. Aldo bertanya apakah Yasraf mau menjual kembali buku-bukunya. Yasraf membenarkan. Dia bersedia jika judul-judul tertentu yang ada di tangannya mau dibeli kembali oleh Aldo. “Apalagi jika mau dikopikan juga seperti yang Aldo bilang,” katanya. Dia tak keberatan dengan pilihan yang ditawarkan Aldo, sebab buku yang dibacanya toh juga sering penuh coretan. Selain Yasraf, Aldo juga menemui Fabianus Heatubun, dosen filsafat di Universitas Parahyangan, Bandung. Fabie menyimpan lebih dari seratus buku Aldo yang hilang. Saat didatangi di kantornya, dia menunjukkan beberapa judul yang tersimpan di situ. Selebihnya diparkir di rumah Seminari Tinggi Projo, Bogor. Ada Principia Ethica Spinoza, The Protestan Ethics and the Spirit of Capitalism karya Max Weber, juga biografi Martin Luther. “Dulu saya kan cuma punya kopiannya. Eh, karena beli di Reading Lights, jadi punya buku aslinya.” Fabie memamerkan magnum opus Heidegger: Being and Time. Tetapi Fabie tegas menolak menjual kembali buku-buku itu. Dengan romantik, dia berkata, “Buku-buku itu sudah menjadi bagian nyawa saya.” Fabie pecinta buku. Tak hanya dibaca, buku-buku itu dirawatnya. Buku yang baru dibeli selalu disampuli, dibubuhi nama dan tandatangan, berderet rapi dalam lemari. Saat sedang meneliti sesuatu, buku yang dipakainya penuh oleh sticky notes, bukan lipatan atau coretan. Aldo sendiri tak kecewa. Bagaimanapun, para pembeli di Reading Lights memang berhak atas buku-buku yang mereka beli. Dia hanya berharap buku-buku yang dulu dimilikinya benar-benar dibaca dan bermanfaat. Kepada saya, dia juga merelakan saya tetap menyimpan Eichmann, Zhivago, dan Utopia. Begitupula kepada Lita Suryadinata, kawannya sesama pengurus Goodreads Indonesia, media sosial untuk insan buku. Lita menemukan buku karangan Hella Haasse di tokobuku yang sama, dan Aldo mengizinkannya tetap menyimpan buku itu. Riswan Andika bahkan memohon-mohon supaya dia dibolehkan tetap menyimpan buku tentang sejarah bilangan. “Masalahnya dulu gue benar-benar nggak kebayang mau beli buku itu di mana,” Riswan mengiba. Namun, Arifin Surya agak berbeda. Lulusan Biologi Universitas Padjadjajaran ini berencana mengembalikan buku Variety of Life karya Colin Tudge, sebuah khasanah bercorak ensiklopedis setebal
  • 5. PINDAI.ORG – Mencari Jejak Buku yang Hilang / 18 Agustus 2015   H a l a m a n  5  |  5     700 halaman yang merayakan seluruh ciptaan yang pernah hidup di planet bumi. Arifin merasa kasihan kepada Aldo yang kehilangan buku padahal dibeli di tempat yang jauh dan sengaja dikapalkan ke Indonesia. “Alasan lainnya ... gue tahu perasaan kolektor buku saat koleksinya hilang,” ujar Arifin. Dia mengkoleksi banyak buku botani dari era Hindia Belanda. Tetapi, benarkah Aldo seorang kolektor? Kerapkali Aldo menolak disebut demikian. “Saya membeli buku memang buat dibaca dan untuk riset, meski tentu tak semuanya langsung dibaca.” Pemilik sekitar 20 ribuan buku ini lebih suka menyebut dirinya book aficionado ketimbang kolektor. Melihat telatennya dia menjaga buku, aktif di Goodreads, dan kerap jadi pelabuhan bertanya mahasiswa tingkat akhir yang kebingungan akan sumber pustaka, rasanya dia tak berlebihan. Aldo Zirsov, pemilik buku-buku yang hilang itu, bolehlah kita alihbahasakan—dengan separuh manasuka—sebagai “pawang buku.” Dia berada di satu tempat dalam kerendahan hati seorang pembaca, dan dalam keadaan dunia yang tidak selalu ramah pada pustaka, sempat ribuan bukunya menyeberangi lautan dan samudera, tersesat. Buku-buku itu muncul kembali lewat tangan-tangan pembaca tekun yang kerap gemetar dengan perasaan berdesir saat membuka pagina demi pagina. Mereka bercakap. Pada satu situasi, Aldo ada di dalamnya. ____________ Maulida Sri Handayani, penulis dan peneliti lepas, lulusan filsafat Universitas Parahyangan, tinggal antara Bandung dan Jakarta. Weblog: jurnalida.wordpress.com. Email: maulidash@gmail.com Twitter: @maulidash