Bab ini membahas konsep-konsep perilaku organisasi seperti sikap, persepsi, kepribadian, pembelajaran, dan stres. Sikap dipengaruhi oleh komponen kognitif, afektif, dan perilaku, serta mempengaruhi persepsi. Kepribadian memengaruhi sikap dan perilaku melalui karakteristik seperti keterbukaan dan keramahan. Pembelajaran dapat terjadi melalui pengalaman, dan stres dapat dikelola melalui sindrom
2. BAB 15
GARIS BESAR BAB
Perilaku Organisasional sikap-sikap Komponen-komponen dari sikap, sikap-
sikap Terkait Pekerjaan Konflik Antarsikap Persepsi Selektivitas Perseptual
Distorsi-distorsi Perseptual Atribusi Kepribadian dan Perilaku Karakteristik
Kepribadian Kecerdasan Emosional sikap-sikap dan perilaku yang
dipengaruhi kepribadian kesesuaian antara orang-pekerjaan Pembelajaran
proses belajar gaya-gaya belajar pembelajaran Berkelanjutan stres dan
Manajemen Stres Perilaku Tipe A dan Tipe B penyebab Stres kerja
Manajemen Stres
3. LANDASAN PERILAKU DALAM ORGANISASI
TUJUAN BELAJAR
Setelah mempelajari bab ini, Anda diharapkan dapat:
1. Mendefinisikan sikap-sikap, meliputi komponen-komponen utamanya, dan
menjelaskan hubungannya dengan kepribadian, presepsi, dan perilaku.
2. Mendiskusikan pentingnya sikap-sikap terkait pekerjaan.
3. Mengidentifikasi karakteristik kepribadian utama dan mendeskripsikan
bagaimana kepribadian dapat memengaruhi sikap-sikap dan perilaku
lingkungan kerja.
4. Mendefinisikan lima komponen dari kecerdasan emosional dan menjelaskan
mengapa mereka penting bagi para manajer dalam organisasi-organisasi
saat ini.
5. Menjelaskan bagaimana orang-orang belajar secara umum dan dalam
hubungannya dengan gaya-gaya belajar individu
6. Mendiskusikan berbagai pengaruh dari stres dan mengidentifikasi cara-cara
individu serta organisasi dapat mengatasi stres untuk meningkatkan
kesehatan, kepuasan, dan produktivitas karyawan
4. Tiga keterampilan kepemimpinan dasar terdapat pada inti pengenalan dan
pemecahan masalah yang berkaitan dengan orang-orang:
1) mendiagnosis, atau mendapatkan wawasan ke dalam situasi yang ingin
dipengaruhi oleh seorang manajer:
2) menyesuaikan perilaku dan sumber daya individual untuk memenuhi
kebutuhan situasi;
3) mengomunikasikan dengan cara yang dapat dipahami dan diterima oleh
orang lain. Oleh disebab itu, manajer-manajer membutuhkan wawasan
mengenai perbedaan-perbedaan individual untuk memahami situasi perilaku
apa yang ada sekarang dan apa yang mungkin terjadi di masa depan.
5. PERILAKU ORGANISASIONAL
Perilaku organisasional (organizational behavior – OB), adalah sebuah
lapangan antardisiplin ilmu yang ditunjukan pada studi terhadap sikap-sikap
perilaku, dan kinerja manusia di dalam organisasi, OB mengambil konsep-
konsep dari banyak disiplin ilmu, termasuk psikologi, sosiologi, antropologi
budaya, teknik industri, ekonomi, etika, pendidikan kejuruan, dan juga disiplin
ilmu manajemen.
6. KOMPONEN-KOMPONEN DARI SIKAP
Satu langkah penting bagi para manajer adalah untuk mengenali dan
memahami komponen-komponen dari sikap, yang sangat penting dalam
sebuah usaha untuk mengubah sikap-sikap.
komponen kognitif dari sebuah sikap meliputi kepercayaan, seperti
pengetahuan akan tanggung jawab yang menyertai pekerjaan dan opini-opini
mengenai kemampuan personal. Komponen afektif adalah emosi atau
perasaan seseorang mengenai objek dari sikap, seperti menikmati atau
membenci suatu pekerjaan. Komponen perilaku dari sikap adalah maksud dan
tujuan seseorang untuk berperilaku dengan cara tertentu pada objek dari
sikap.
7. SIKAP-SIKAP TERKAIT PEKERJAAN
Kepuasan kerja. Sebuah sikap positif terhadap pekerjaan seseorang disebut
kepuasan kerja (job statisfication). Secara umum, orang-orang mengalami
sikap ini ketika pekerjaan mereka sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan dan
kepentingan-kepentingan mereka, ketika kondisi kerja dan penghargaan
(seperti gaji) memuaskan, dan ketika para karyawan menyukai rekan-rekan
kerja mereka.
Komitmen Organisasional. Suatu sikap penting lainnya adalah komitmen
organisasional (organizational commitment), yaitu kesetiaan dan keterlihatan
secara mendalam dalam organisasi. Seorang karyawan dengan tingkat
komitmen organisasional yang tinggi akan lebih suka mengatakan kami saat
berbicara mengenai organisasinya. Orang-orang seperti itu akan mencoba
memberikan kontribusi pada keberhasilan organisasi dan berharap untuk
tinggal bersama organisasi.
8. KONFLIK ANTARSIKAP
Terkadang seseorang dapat menemukan bahwa sikap-sikapnya
bertentangan dengan satu sama lain atau tidak tercerminkan dalam
perilakunya.
Sebagai contoh, tingkat komitmen organisasional seseorang yang
tinggi dapat berkonflik dengan komitmen orang tersebut pada anggota
keluarga.
9. PERSEPSI
Sebuah aspek penting lainnya dalam memahami perilaku adalah
persepsi. Persepsi (perception) adalah proses kognitif yang digunakan
orang-orang untuk memahami lingkungan dengan cara menyeleksi,
mengorganisasi, dan menafsirkan informasi dari lingkungan. Sikap-
sikap mempengaruhi persepsi, dan sebaliknya. Sebagai contoh,
seorang mungkin telah beranggapan bahwa manajer tidak sensitif dan
arogan, berdasarkan perilaku yang tidak sensitif dan arogan dari para
manajer selama periode waktu tertentu.
10. SELEKTIF PERSEPTUAL
Selektif perseptual (perceptual selectivity) adalah sebuah proses
dimana individu-individu menyaring dan menyeleksi berbagai macam
objek dan rangsangan yang berlomba-lomba untuk mendapatkan
perhatian. Rangsangan tertentu mendapatkan perhatian, dan yang
lainnya tidak.
11. DISTORSI-DISTORSI PERSEPTUAL
Beberapa jenis kesalahan sangat bisa terjadi sehingga manajer-manajer harus
dapat mengenalinya. Kesalahan-kesalahan ini meliputi stereotyping, efek halo,
proyeksi, dan pertahanan perseptual.
Stereotyping adalah kecenderungan memasukkan satu individu ke dalam
sebuah kelompok atau kategori yang luas (misalnya: wanita, berkulit hitam, orang
tua atau laki-laki, berkulit putih, penyandang cacat) dan kemudian
menghubungkan generalisasi dari kelompok kepada individu tersebut.
Efek halo (halo effect) terjadi ketika pengamat mengembangkan suatu kesan
keseluruhan mengenai seorang atau situasi berdasarkan suatu karakteristik,
yang menguntungkan atau tidak menguntungkan.
Proyeksi (projection) adalah kecenderungan dari pengamat untuk melihat
karakter pribadi merka sendiri dalam orang lain; di mana mereka
memproyeksikan kebutuhan-kebutuhan, persamaan-persamaan, nilai-nilai, dan
sikap-sikap sendiri ke dalam penilaian mereka terhadap orang lain.
Pertahanan perseptual (perceptual defense) adalah kecenderungan pengamat
untuk melindungi diri mereka sendiri melawan ide-ide, objek-objek, atau orang-
orang yang mengancam.
12. ATRIBUSI
Atribusi (atribution) adalah penilaian-penilaian mengenai apa yang
menyebabkan perilaku seseorang sesuatu mengenaiorang tersebut ataukah
sebuah situasi.
para peneliti di bidang sosial telah mempelajari atribusi yang dibuat orang-
orang dan menemukan tiga faktor yang mempengaruhi apakah atribusi
tersebut eksternal atau internal. Ketiga faktor tersebut digambarkan :
a. Khekhususan-apakah perilaku tersebut tidak biasa untuk, orang
tersebut (tidak seperti jika seseorang menunjukkan jenis perilaku yang
sama dalam banyak situasi). Jika perilaku tersebut khusus, pengamat
mungkin akan membuat sebuat atribusi eksternal.
b. Konsistensi-apakah orang yang diamati memiliki sejarah perilaku
dengan cara yang sama. Orang-orang biasanya membuat atribusi-
atribusi internal menyangkut perilaku yang konsisten.
c. Konsensus-apakah orang lain cenderung merespons situasi yang
serupa dengan cara yang sama. Seorang pengamat yang menangani
situasi yang serupa dengan cara yang sama berkemungkinan besar
membuat sebuah atribusi eksternal; yaitu bahwa kemungkinan situasi
tersebut menimbulkan jenis perilaku yang diamati
13. KEPRIBADIAN DAN PERILAKU
Kepribadian (personality) seorang individu adalah
seperangkat karakteristik yang mendasari suatu pola
perilaku yang relatif stabil sebagai respons pada ide-ide,
objek-objek, atau orang-orang di dalam lingkungan.
14. KARAKTERISTIK KEPRIBADIAN
Lima Besar Faktor kepribadian (Big Five personality factors) mendeskripsikan
keterbukan (extroversion), keramah-tamahan, (agreeableness), kehati-
hatian (conscientiousness), kestabilan emosional (emotional stability), dan
keterbukaan pada pengalaman (openness to experience):
a. Keterbukaan, Suatu tingkat di mana seorang mudah bergaul, suka
berbicara, tegas, dan merasa nyaman dengan hubungan antara personal.
b. Keramah-tamahan. Suatu tingkat di mana seseorang dapat berhubungan
dengan baik dengan orang laindengan kebaikan hati, bersikap kooperatif,
memaafkan, memberi pengertian dan memberi kepercayaan
c. Kehati-hatian. Suatu tingkat di mana seseorang terfokus pada beberapa
tujuan, dan dengan demikian berperilaku dalam cara-cara yang bertanggung
jawab, dapat diandalkan, gigih, dan berorientasi pada pencapaian
d. Kestabilan emosional. Suatu tingkat di mana seseorang bersikap tenaga
antusias, dan mearas aman, bukannya tegang, gelisah, tertekan, murung
atau merasa tidak aman.
e. Keterbukaan pada pengalaman. Suatu tingkat dimana seorang memiliki
keterkaitan yang luas dan imajinatif, kreatif, sensitif, pada seni, dan bersedia
untuk mempertimbangkan ide-ide baru.
15. KECERDASAN EMOSIONAL
1. Kesadaran diri (self-awareness). Dasar dari semua komponen yang
lainnya: menjadi sadar kan apa yang anda rasakan. orang-orang yang
berhubungan dengan perasaan-perasaan mereka lebih dapat menuntun
hidup dan tindakan mereka sendiri.
2. Mengelola emosi (managing emotion). Kemampuan untuk
menyeimbangkan suasana hati sehingga kekhawatiran, gelisahan,
ketakutan, atau kemarahan tidak mengeruhkan pemikiran dan
menghambat apa yang harus dilakukan
3. Memotivasi diri sendiri (motivating onself). Kemampuan untuk tetap
memiliki harapan dan bertahan di hadapan rintangan, kemunduran, dan
bahkan kegagalan.
4. Empati (emphaty). Dapat menempatkan diri anda dalam posisi orang
lain, untuk mengenali perasaan-perasaan orang lain tanpa harus
mengatakannya pada anda.
5. Keterampilan sosial (social skill). Kemampuan untuk berhubungan
dengan orang lain. Membantu hubungan positif, merespons emosi-
emosi, dan mempengaruhi orang lain.
16. SIKAP-SIKAP DAN PERILAKU YANG
DIPENGARUHI KEPRIBADIAN
Kepribadian seorang individu memengaruhi sikap-sikap dan perilaku yang
berkaitan dengan pekerjaan melalui cara yang sangat beragam. Di antaranya
yang menjdi perhatian khusus bagi para manajer adalah lokus kontrol.
Otoritarianismen, Machiavellianisme,dan gaya-gaya pemecahan masalah.
Lokus kontrol (locus of control) menentukan apakah mereka menempatkan
penyebab utamanya di dalam diri sendiri atau pada kekuatan-kekuatan dari
luar.
Otoritarianisme. Otoritarianisme (authoritarianisme) adalah kepercayaan
bahwa perbedaan-perbedaan kekuasaan dan status harus ada dalam
organisasi.
Machiavellianisme. Machiavellianisme (machiavellianisme), yang memiliki
karakteristik pengembilalihan kekuasan dan manipulasi terhadap orang lain
murni hanya untuk kepentingan pribadi.
17. PEMBELAJARAN
Pembelajaran (learning) adalah sebuah perubahan dalam perilaku atau kinerja
yang terjadi sebagai hasil dari pengalaman. Pengalaman dapat mengambil
bentuk dari mengamati orang lain. Membaca atau mendengarkan pada
sumber-sumber informasi, atau mengalami konsekuensi-konsekuensi dari
perilakunya sendiri.
18. STRES DAN MANAJEMEN STRES
Secara formal, stres (stress) didefinisikan sebagai respons fisiologis dan
emosional satu individu pada rangsangan yang memberikan fisiologis dan
emosional satu individu pada rangsangan yang memberikan tuntutan-tuntutan
fisik atau psikologis terhadap individu tersebut dan menciptakan ketidakpastian
serta kurangnya kontrol diri ketika terdapat hasil-hasil penting yang
dipertaruhkan.
dalam istilah biologi, respons terhadap stres mengikuti sebuah pola
yang dikenal dengan Sindrom Adaptasi Umum. Sindrom Adaptasi Umum
(General Adaptation syndrome –GSA) adalah sebuah respons fisiologis pada
sebuah stresor, yang dimulai dengan sebuah respons tanda bahaya, berlanjut
pada perlawanan, dan dapat berakhir dalam kelelahan jika stresor terlanjut
melebihi kemampuan seseorang untuk mengatasi.