2. Muwashafat yang ingin dicapai
• Khusyu dalam membaca Al-Qur’an (p)
• Mengaitkan antara Al-Qur’an dengan realita
(p)
• Mendekati orang lain (s)
• Ziarah kubur untuk mengambil ibrah (p)
• Selalu memperbaharui niat dan
meluruskannya (p)
• Sekali khatam Al-Qur’an setiap dua bulan (p)
3. I. TUJUAN UMUM
Memperkuat tali ikatan dengan Kitabullah,
dasar pemahaman yang benar, penanaman
cinta, penguasaan untuk mengajarinya,
merasa terikat dengan taujihnya,
mengamalkan kandungannya,
memburnikan sasaran-sasaran dengan
menyesuaikan ruang dan waktu, dan
kembali kepada Al-Qur’an ketika berselisih.
4. II. TUJUAN KHUSUS
1.Menjelaskan manhaj yang dipakai dalam surat ini dalam
menjelaskan tema-tema yang ada di dalamnya.
2.Menerangkan karakteristik uslub dan ciri-ciri umum yang
ada dalam surat ini.
3.Menjelaskan kosa kata yang ada dalam surat yang
nampaknya sulit untuk dipahami.
4.Menerangkan sebab nuzul maqtha’ (penggalan) pertama
dari surat ini, dimana surat ini diberi nama sesuai dengan
kata yang pertama dari surat ini sambil memfokuskan pada
segi I’jaz.
5.Menyebutkan nilai-nilai da’wiyah yang terkandung dari
ayat-ayat yang pertama dari surat ini dengan
memperhatikan sebab nuzulnya.
5. II. TUJUAN KHUSUS
6. Menghubungkan nilai-nilai da’wiyah yang tadi dengan
kenyataan dakwah yang sebenarnya.
7. Menerangkan perasaan Rasulullah saw. ketika
mendapatkan peringatan (‘itab) dari Allah swt. dan
dimensi I’jaz , risalah dan nubuwah dalam
penyampaian wahyu celaan (‘itab) terhadap Rasul saw.
8. Menyebutkan tiga contoh dari responsivitas terhadap
nilai-nilai da’wiyah dan tarbawiyah yang islami.
9. Menjelaskan dengan memberi contoh dari sejarah
Islam tentang kepemimpinan nilai-nilai langit.
10. Membandingkan antara nilai-nilai yang islami
dengan nilai-nilai jahiliyah masa lalu dan sekarang.
6. II. TUJUAN KHUSUS
11. Menjelaskan tahapan kehidupan yang dilalui manusia yang
dijelaskan dalam surat ini, dengan menyebutkan karunia Allah
yang diberikan kepada mereka, sedangkan manusia sering
mengkufuri karunia-Nya ini.
12. Menghubungkan antara maqtha’ yang pertama dan kedua dari
surat ini. (maqtha’ kedua dimulai dari ayat: qutilal-insaanu maa
akfarahu
13. Menghubungkan antara maqtha’ surat yang dimulai dengan
ayat: min ayyi syai’in khalaqahu dengan maqtha’ yang lainnya
yang dimulai dengan: falyanzhuril-insaanu ilaa tha’amih.
14. Menjelaskan kekuasaan Allah dalam menciptakan makanan,
serta hubungannya dengan kehidupan materi manusia.
15. Menjelaskan kelebihan yang dimiliki oleh manusia
dibandingkan dengan makhluk lainnya.
7. II. TUJUAN KHUSUS
16. Menjelaskan perbedaan antara nutrisi ruhani dan
materi, serta dari mana kedua nutrisi ini bisa didapat.
17. Membandingkan makanan ruhani dengan makanan
yang dibutuhkan oleh tubuh (jasad)
18. Menjelaskan makna ash-shaakhkhah dan apa yang
terjadi ketika itu.
19. Membandingkan antara keadaan orang-orang yang
beriman dengan orang-orang kafir pada hari kiamat
yang ada pada surat ini.
20. Menghubungkan antara permulaan surat dan
akhirnya
8. III. SASARAN APLIKATIF DAN
PSIKOMOTORIK.
1. Membedakan antara Makiyah dan Madaniyah
2. Merangkum arahan-arahan Ilahiyah yang ada dalam Surat
3. Menyebutkan makna-makna kalimat (kosa kata)
4. Memperhatikan jalan tengah dalam Ibadah
5. Memperbanyak istighfar
6. Bersedekah dengan sebagian hartanya
7. Menegakkan keadilan dan menyaring yang hak dan baik
8. Mewaspadai fitnah harta
9. Sabar dalam ketaatan dan menghadapi maksiat
10. Memperhatikan keseriusan dan tidak malas
11. Mengagungkan nama-nama Allah, sifat-sifat dan kitab-Nya
12. Menjaga wudhu
9. IV. KEGIATAN PEMBELAJARAN
Pilihan kegiatan yang bisa diselenggarakan dalam halaqah adalah:
1. Kegiatan Pembuka
• Mengkomunikasikan tentang urgensi mengkaji tafsir surat Abasa
2. Kegiatan Inti:
– Kajian tentang tafsir surat Abasa
– Berdiskusi dan tanya jawab seputar pokok bahasan (lihat tujuan
kognitif, afektif, dan psikomotor)
– Penekanan dari murabbi tentang nilai dan hikmah yang terkandung
dalam materi tersebut
3. Kegiatan Penutup:
• Tugas mandiri (lihat kegiatan pendukung)
• Evaluasi (dibuat soal sesuai tujuan khusus, afektif, dan psikomotor)
10. V. PILIHAN KEGIATAN PENDUKUNG.
1. Memperbaiki bacaan Surat dan menghafalnya sesuai dengan
kandungan maknanya
2. Mengambil faedah dari arahan-arahan dakwah yang
terkandung dalam surat tersebut.
3. Menulis bahasan-bahasan yang berkaitan dengan tema-tema
surat tersebut.
4. Mentarbiyah binaan untuk komitmen terhadap nilai-nilai
da’wiyah imaniyah yang terkandung dalam surat.
5. Memberikan kajian-kajian di masjid sekitar makna-makna
surat.
6. Mengajarkan surat dalam halaqah tajwid
7. Memilih ayat-ayat yang khusus berkaitan dengan targhib
(memberikan dorongan) dan tarhib (memberikan ancaman)
serta menulisnya di spanduk-spanduk
11. V. PILIHAN KEGIATAN PENDUKUNG.
8. Membuat rekaman film tentang “al-I’jaz al-ilahy” dalam
penciptaan manusia
9. Merangkum arahan-arahan Surat dan memasangnya di tempat-
tempat umum
10. Menulis kisah yang isinya menceritakan perbandingan kondisi
mukmin dan mujrim (kafir) di dunia dan akhirat
11. Melakukan “rihlah khalwiyah” (wisata muhasabah) untuk
merenungkan fokus-fokus ayat
12. Menyediakan kitab, kaset, dan vcd tentang tafsir surat ini.
13. Menziarahi kuburan untuk mengambil pelajaran
14. Memiliki wirid sendiri untuk muhasabah harian.
15. Memberikan ceramah tentang aqidah “al-ba’ts wal jaza” (hari
kebangkitan dan balasan)
12. VI. SARANA EVALUASI DAN MUTABA’AH.
1. Menguji peserta sekitar hukum-hukum tajwid baik teori
maupun praktek
2. Menguji hafalan surat setiap peserta secara lafazh dan
maknanya
3. Mengevaluasi perilaku peserta dan komitmennya
terhadap adab-adab Al-Quran
4. Membuat format untuk mengevaluasi keikutsertaan
dalam kegiatan-kegiatan di atas
5. Menjelaskan akibat orang-orang yang melakukan
perusakan di dunia dari kisah-kisah ‘Ad, Tsamud, dan
Firaun.
6. Memaparkan dampak ujian baik dan buruk dan kondisi
manusia ketika itu.
13. VII. SASARAN PEMBELAJARAN.
1.Menjelaskan manhaj yang dipakai dalam surat ini dalam menjelaskan tema-
temanya.
2.Menerangkan karakteristik uslub dan ciri-ciri umum surat ini.
3.Menjelaskan kosa kata surat ini yang sulit untuk dipahami.
4.Menerangkan sebab nuzul maqtha’ (penggalan) pertama dari surat ini, sebagaimana
nama yang diambil darinya pada sisi I’jaz.
5.Menyebutkan nilai-nilai da’wiyah yang terkandung dari ayat-ayat yang pertama dari
surat ini dengan memperhatikan sebab nuzulnya.
6.Menghubungkan nilai-nilai da’wiyah yang tadi dengan kenyataan dakwah yang
sebenarnya.
7.Menerangkan perasaan Rasulullah SAW ketika mendapatkan peringatan (‘itab) dari
Allah SWT, dan dimensi I’jaz, risalah dan nubuwah dalam penyampaian wahyu celaan
(‘itab) terhadap Rasul SAW.
8.Menyebutkan tiga contoh dari responsibilitas terhadap nilai-nilai da’wiyah dan
tarbawiyah yang islami.
9.Menjelaskan dengan memberi contoh dari sejarah Islam tentang kepemimpinan nilai-
nilai langit.
10.Membandingkan antara nilai-nilai yang islami dengan nilai-nilai jahiliyah masa lalu
dan sekarang.
14. VII. SASARAN PEMBELAJARAN.
11. Menjelaskan tahapan kehidupan yang dilalui manusia yang dijelaskan dalam
surat ini, dengan menyebutkan karunia Allah yang diberikan kepada mereka,
sedangkan manusia sering mengkufuri karunia-Nya ini.
12. Menghubungkan antara maqtha’ yang pertama dan kedua dari surat ini.
(maqtha’ kedua dimulai dari ayat: qutilal-insaanu maa akfarohu
13. Menghubungkan antara maqtha’ surat yang dimulai dengan ayat: min ayyi
syai’in khalaqahu dengan maqtaha’ yang lainnya yang dimulai dengan: falyanzhuril-
insaanu ilaa tha’amih.
14. Menjelaskan kekuasaan Allah dalam menciptakan makanan, serta hubungannya
dengan kehidupan materi manusia.
15. Menjelaskan kelebihan yang dimiliki oleh manusia dibandingkan dengan
makhluk lainnya.
16. Menjelaskan perbedaan antara konsumsi ruhani dan materi, serta sumbernya.
17. Membandingkan makanan ruhani dengan makanan yang dibutuhkan oleh tubuh
(jasad)
18. Menjelaskan makna ash-shaakhkhah dan apa yang terjadi ketika itu.
19. Membandingkan antara keadaan orang-orang yang beriman dengan orang-
orang kafir pada hari kiamat seperti pada surat ini.
20. Menghubungkan antara permulaan surat dan akhirnya.
15. VIII. Referensi
1. Fii Zhilal Qur’an karya
Sayyid Quthb
2. Tafsir Al-Qurthubi
3. Tafsir Ibnu Katsir
17. Terjemah Rasmul Bayan:
1. Kandungan surat
2. Teguran Allah atas Rasulullah ketika mengacuhkan Ibnu
Ummi Maktum seorang laki-laki buta
3. Memberikan perbaikan/solusi terhadap orang kafir
1. mengingatkan : Sumber keberadaannya, Asal
penciptaannya, Kemudahan hidupnya, Siapa yang
mematikan dan menghidupkannya
2. memperingatkan : Tidak melaksanakan kewajibannya
4. Mengingatkan hati manusia dengan orang yang datang
membawa makanan sebagai kebutuhannya
5. Peristiwa kiamat (Ash-shakhah)
19. Hakikat teguran Allah kepada Rasulullah
1. Bukan sekadar arahan ;
• Bagaimana berinteraksi dengan seseorang anak manusia?
• Bagaimana berinteraksi dengan sebagian golongan manusia?
2. Namun ia sebagai arahan
• Bagaimana manusia dapat seimbang dalam berbagai perkara
hidup?
• Dari mana mereka menyandarkan nilai-nilai yang memberikan
keseimbangan?
3. Tujuan teguran =>
• Mengokohkan nilai-nilai dan keseimbangan dari hukum wamawi
saja:
• Jauh dari campur tangan kehidupan duniawi
• Jauh dari gambaran kehidupan duniawi
21. Nilai-nilai dan keseimbangan:
1. Samawiyah => sesungguhnya yang paling mulia di
antara kalian adalah taqwa
2. Ardhiyah => Keturunan dan kekuasaan,
Kekuatan dan kewibawaan, Harta dan kekayaan
3. Sikap rasul setelah teguran :
•Sikap yang baik, menerima dan menjadi arahan
•Melaksanakan arahan tersebut dalam kehidupan pribadi
dan jamaah
•Memberikan kepada manusia bahwa dirinya telah
ditegur dengan keras
•Memelihara dan memperhatikan Ibnu Ummi Maktum dan
berkata: “Selamat datang terhadap orang yang karena
Allah menegur saya..”
23. 1. Nabi menikahi Anak bibinya Zainab binti Jahsy
untuk budaknya Zaid bin Haritsah
2. Rasulullah saw mempersaudarakan antara Hamzah
dan budaknya Zaid
3. Rasulullah saw mengutus Zaid sebagai amir dalam
perang Mu’tah sebelum Ja’far dan Ibnu Rawahah
4. Rasulullah saw mengangkat Usamah bin Zaid
sebagai pemimpin dalam perang Romawi dan para
pembesar sahabat bersamanya
5. Saat terjadi sukuisme arab dan Persia, rasulullah
saw berkata : “Salman golongan kami Ahlul bait”.
Contoh-contoh penguasaan rasul saw
terhadap nilai-nilai langit atas bumi:
24. 2. Keparatnya Orang Kafir dan Penentang
Dakwah Islamiyah
ُهَرَفْكَأ اَم ُانَسْنِ ْ
اإل َلِتق
(
17
)
ُهَقَلَخ ٍءَْيش ِيَأ ْنِم
(
18
)
ٍةَفْطُن ْنِم
ُهَرَّدَقَف ُهَقَلَخ
(
19
)
ُهَرَّسَي َليِبَّسال َّمُث
(
20
)
َأَف ُهَتاَمَأ َّمُث
ُهَرَبْق
(
21
)
ُهََرشْنَأ َءَاش اَذِإ َّمُث
(
22
)
َرَمَأ اَم ِ
ضْقَي اَّمَل َّ
الَك
ُه
(
23
)
”Binasalah manusia, alangkah amat sangat kekafirannya.
Dari apakah Allah menciptakannya? Dari setetes mani
Allah menciptakannya dan menentukannya. Kemudian Dia
memudahkan jalannya. Lalu, Dia mematikannya dan
memasukkannya ke dalam kubur. Apabila Dia
menghendaki, Dia membangkitkannya kembali. Sekali-kali
jangan, manusia itu belum melaksanakan apa yang
diperintahkan Allah kepadanya."
25. 3. Memperhatikan Hal-Hal yang Paling
Dekat dengan Kehidupan Manusia
ِهِامَعَط ىَلِإ ُانَسْنِ ْ
اإل ِ
رُظْنَيْلَف
(
24
)
َص َءاَمْال َانْبَبَص اَّنَأ
ااب
(
25
)
َّمُث
ااقَش َ
ض ْرَ ْ
األ َانْقَقَش
(
26
)
اابَح اَهيِف َانْتَبْنَأَف
(
27
)
ًبْضَق َو اًبَنِع َو
ا
(
28
)
ً
الَْخن َو اًنوُتْي َز َو
(
29
)
اًبْلُغ َقِئاَدَح َو
(
30
)
اابَأ َو ًةَهِكاَف َو
(
31
)
اًعاَتَم
ْمُكِامَعْنَ ِ
أل َو ْمُكَل
(
32
)
”Hendaklah manusia itu memperhatikan makanannya.
Sesungguhnya Kami benar-benar telah mencurahkan
air (dari langit), kemudian Kami belah bumi dengan
sebaik-baiknya. Lalu, Kami tumbuhkan biji-bijian di
bumi itu, anggur dan sayur-sayuran, zaitun dan pohon
kurma, kebun-kebun (yang) lebat, dan buah-buah
serta rumput-rumputan, untuk kesenanganmu dan
untuk binatang-binatang ternakmu."('Abasa: 24-32)
26. ُةَّخاَّصال ِتَءاَج اَذِإَف
(
33
)
َأ ْنِم ُء ْرَمْال ُّرِفَي َم ْوَي
ِهي ِخ
(
34
)
ِهيِبَأ َو ِهِمُأ َو
(
35
)
ِهيِنَب َو ِهِتَب ِاحَص َو
(
36
)
َم ْوَي ْمُهْنِم ٍئ ِ
رْام ِلُكِل
ِهيِنْغُي ٌنَْأش ٍذِئ
(
37
)
ٌة َرِفْسُم ٍذِئَم ْوَي ٌهوُج ُو
(
38
)
ٌة َرِشْبَتْسُم ٌةَك ِاحَض
(
39
)
ٌهوُج ُو َو
ٌة َرَبَغ اَهْيَلَع ٍذِئَم ْوَي
(
40
)
ٌة َرَتَق اَهُقَه ْرَت
(
41
)
َفَكْال ُمُه َكِئَلوُأ
ُة َرَجَفْال ُة َر
(
42
)
”Apabila datang suara yang memekakkan (tiupan sangkakala yang
kedua), pada hari ketika manusia lari dari saudaranya, ibu dan
bapaknya, serta istri dan anak-anaknya; maka setiap orang dari
mereka pada hari itu mempunyai urusan yang cukup
menyibukkannya. Banyak muka pada hari itu berseri-seri, tertawa,
dan gembira ria. Banyak (pula) muka pada hari itu tertutup debu,
dan ditutup lagi oleh kegelapan. Mereka itulah orang-orang kafir
lagi durhaka."('Abasa: 33-42
4. Keadaan Manusia Setelah Bangkit dari
Kubur