Ringkasan dokumen ini adalah:
(1) Dokumen ini membahas langkah-langkah strategis untuk pelestarian dan pemanfaatan lahan gambut berkelanjutan di Indonesia, termasuk moratorium permanen hutan rawa gambut, restorasi lahan gambut terdegradasi, dan pengelolaan berkelanjutan menggunakan tanaman paludikultur.
(2) Dokumen ini juga menyarankan transisi dari kegiatan perkebunan yang menggunakan drainase ke lahan non
1. Diskusi Pengelolaan Lahan Gambut Berkelanjutan Kunci Mencegah
Kebakaran Lahan dan Hutan
Jakarta | Rabu, 21 Oktober 2015
Irwansyah Reza Lubis
Langkah-langkah Strategis
Pelestarian dan Pemanfaatan
yang Berkelanjutan Lahan
Gambut di Indonesia
2. Sumber: Global Forest Watch Fires
http://fires.globalforestwatch.org/
BAU Pengelolaan Gambut Indonesia
2
3. Wetlands International menyerukan para pengambil
kebijakan, industri, masyarakat dan stakeholder terkait
pengelolaan lahan gambut untuk:
3
• Merestorasi dan melindungi seluruh hutan
rawa gambut yang tersisa dan yang belum
dikembangkan melalui kebijakan moratorium
permanen yang lebih kuat
• Memastikan produktivitas lahan gambut
melalui pengelolaan yang berkelanjutan
untuk jangka panjang serta menjamin
tersedianya fungsi lingkungan, ekonomi dan
manfaat untuk masyarakat
4. • Penghentian (moratorium) secara permanen seluruh kegiatan pembangunan di
hutan rawa gambut dan lahan gambut yang belum di kembangkan
• Restorasi hutan rawa gambut dan lahan gambut yang telah terdegradasi
• Memaksimalkan dan efisiensi penggunaan lahan non-hutan dan non-gambut
• Penyiapan tindakan pencegahan kebakaran yang efektif
• Melakukan pengelolaan kawasan penyangga di sekitar kawasan konservasi
• Implementasi prinsip Free, Prior, and Informed Consent (FPIC) dalam semua
tahapan kegiatan yang menyangkut perencanaan dan pengembangan sumber
daya alam dan tata guna lahan
Transisi menuju restorasi dan
perlindungan gambut yang permanen
4
5. • Dihentikannya (phasing out) kegiatan perkebunan dan kehutanan yang
menggunakan drainase dari lahan gambut dan dipindahkan ke lahan
mineral non-hutan, non-HCV, non-HCS dan minim konflik sosial
(melalui program tukar guling lahan)
• Pengembangan dan implementasi rencana paska pemanfaatan lahan
gambut yang terdegradasi melalui kegiatan restorasi dan pembasahan
(rewetting)
• Diterapkannya (Phasing-in) praktek pengelolaan lahan gambut
berkelanjutan (dikenal dengan istilah “Paludikultur”) menggunakan jenis
tanaman bernilai ekonomi yang dapat hidup dalam kondisi basah.
Misalnya Sagu, Tengkawang, Jelutung, rotan dan jenis jenis lain yang
digunakan sebagai bahan baku kertas
Transisi menuju pengelolaan lahan
gambut yang berkelanjutan
5
8. Target:
1. Tidak ada lagi pembukaan HTI di hutan alam dan lahan gambut, serta memaksimalkan
pemanfaatan kawasan tidak berhutan di lahan non-gambut
2. Diketahuinya dampak dan tingkat kerusakan lahan gambut (termasuk akibat kebakaran) , emisi
gas rumah kaca, subsiden , perubahan lansekap gambut, banjir, intrusi air laut dan kehilangan
produktivitas lahan akibat pengelolaan HTI serta opsi pengelolaannya ke depan
3. Perusahaan HTI merencanakan dan melakukan phasing-out yang bertanggung jawab untuk
menghentikan subsiden dan emisi GRK pada lansekap gambut
4. Perusahan HTI menerapkan model pengelolaan gambut yang berkelanjutan pada satu Kesatuan
Hidrologis Gambut (KHG), dengan restorasi hidrologi dan rehabilitasi vegetasi menggunakan jenis
pohon yang tidak memerlukan drainase (paludikultur)
5. Terjaminnya kelestarian dan tersedianya habitat keanekaragaman hayati di areal HTI dan
sekitarnya
6. Menghentikan kebakaran hutan dan lahan serta meminimalisir polusi air dari kegiatan HTI di
lahan gambut
7. Diakuinya dan terpenuhinya hak-hak masyarakat adat (lokal) terhadap sumberdaya alam dan
mengikutsertakan mereka dalam kegiatan perencanaan, pengembangan dan pengelolaan HTI
8. Terciptanya tata kelola yang baik dan berkelanjutan dalam pengelolaan HTI di Indonesia
Roadmap Pengelolaan Ekosistem Gambut
Berkelanjutan bagi Hutan Tanaman Industri Pulp dan
Kertas di Indonesia
8