SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 9
Downloaden Sie, um offline zu lesen
KHILAFAH ISLAM
AD DAULATUL ISLAMIYAH MELAYU
Bismillahir Rahmanir Rahiim
INILAH PEDANG UNTUK DARAH ORANG MUSYRIK
"Aku diutus menjelang hari kiamat dengan pedang hingga Allah diibadahi sendirian saja tidak ada
sekutu bagi-Nya"
Allah menciptakan manusia supaya mereka mengenal-Nya dan mentauhidkan-Nya,
dan mengutus para Rasul untuk mengingatkan mereka akan maksud tujuan dari penciptaan mereka
dan mengajarkan kepada mereka ibadah yang wajib mereka kerjakan kepada-Nya.
Allah `Azza wa Jalla berfirman:
"Dan tidaklah Aku ciptakan bangsa jin dan bangsa manusia kecuali supaya mereka
mengabdi/beribadah kepada-Ku" Qs Adz Dzaariyaat 56)
Kendatipun demikian Allah `Azza wa Jalla tidak membutuhkan makhluk ciptaan-Nya dan ibadah
mereka, sebagaimana firman Allah Ta`ala:
"Dan Musa berkata:"Dan jika kalian dan siapa yang ada di muka bumi semuanya kafir, maka
sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji" (Qs Ibrahim 8)
Mengingat bahwa dakwah para Rasul dalam masalah tauhid itu satu, maka Rasulullah Saw bersabda:
"Sesungguhnya kami Para Nabi sekalian, agama kami adalah satu, dan para Nabi adalah bersaudara
lain ibu" (HR. Al Bukhari)
Allah Ta`ala:
"Adalah manusia itu dahulu ummat yang satu, (lalu setelah timbul perselisihan) maka Allah mengutus
para Nabi sebagai pemberi khabar gembira dan pemberi peringatan, dan Allah menurunkan Al Kitab
bersama mereka membawa kebenaran, untuk memberi keputusan di antara manusia atas apa yang
mereka perselisihkan" (Qs Al Baqarah 213)
Firman Allah Ta`ala "Untuk tiap-tiap ummat di antara kalian, Kami berikan syari`at dan jalan yang
terang" (Qs Al Maa-idah 48);
Para Rasul diutus dengan satu aqidah, yakni menyeru manusia untuk beribadah kepada Allah saja
dan tidak menyekutukan-Nya –yakni beriman kepada Allah dan kafir kepada thaghut-,
sebagaimana firman Allah Ta`ala:
"Dan sesungguhnya Kami telah mengutus seorang Rasul pada tiap-tiap ummat (untuk menyerukan
kepada mereka): "Sembahlah Allah (saja) dan jauhilah thaghut" (Qs An Nahl 36)
Tauhid ada dua macam:
Pertama: Tauhid Rububiyah, yakni meyakini keesaan Allah Ta`ala dan kesendirian-Nya dalam
Dzat-Nya, Perbuatan-Nya, Asma dan sifat-Nya, tak ada sekutu bagi-Nya dalam semua itu.
Adapun Rabb adalah pemilik yang mengatur. Tauhid Rububiyah dikenal juga dengan nama
Tauhid Ma`rifah wal Itsbaat atau Tauhid al `Ilmi al Khabari al I`tiqaadi, oleh karena yang diminta
dari seorang hamba dalam tauhid ini adalah ma`rifatullah dengan af`al (perbuatan-Nya),
asma-asma-Nya dan sifat-sifat-Nya, dan menetapkan apa yang wajib bagi Allah dari dzat, af`aal,
asma dan sifat-sifat itu dalam bentuk ma`rifat dan keyakinan.
KHILAFAH ISLAM
AD DAULATUL ISLAMIYAH MELAYU
Jadi siapa yang menjadikan sekutu Allah dalam dzat-Nya atau af`aal-Nya atau asma-Nya atau sifat-
Nya, maka sesungguhnya dia telah mensekutukan Allah dalam Rububiyah-Nya dan kafir kepada Allah
Ta`ala,
sebagaimana firman-Nya:
"Dan dia menjadikan tandingan-tandingan bagi Allah untuk menyesatkan (manusia) dari jalan-Nya,
katakanlah:"Bersenang-senanglah dengan kekafiranmu itu sementara waktu, sesungguhnya kamu
termasuk penghuni neraka"
(Qs Az Zumar 8)
Dan di antara af`aal Allah Ta`ala yang Hak Tasyrii` (membuat hukum) untuk makhluk
ciptaan-Nya, yakni membuat hukum-hukum, perintah-perintah dan larangan-larangan
terhadap mereka.
"Tiadalah (hak membuat) hukum itu kecuali kepunyaan Allah" (Qs Al An`aam 57)
"Ketahuilah bahwa hukum itu adalah kepunyaan-Nya", (Qs. Yusuf : 40 dan Qs. Al An`aam : 62 )
"Ingatlah menciptakan dan memerintah itu hanyalah hak Allah" (Qs. Al-A'raaf :54)
Dan perkara apa saja yang kalian perselisihkan, maka hukum untuk memutuskan nya haruslah
diserahkan kepada Allah"
Allah Ta`ala menegaskan kesendirian dan kekhususan-Nya atas pemilikan hak membuat hukum bagi
makhluk-Nya dengan firman-Nya: (Qs. Asy Syuraa : 10)
"Dan Dia tidak mengambil seorangpun jadi teman sekutu dalam hukum-Nya" (Qs Al Kahfi 26)
Jadi siapa saja selain Allah yang mengambil alih hak tasyrii` untuk manusia,
berarti dia telah menjadikan dirinya sebagai sekutu Allah dalam rububiyah-Nya,
karena dia bersekutu dengan Allah dalam perbuatan-Nya yang Dia khususkan untuk diri-Nya sendiri.
"Apakah mereka mempunyai sekutu-sekutu –selain Allah- yang mensyari`atkan
untuk mereka agama yang tidak diidzinkan Allah." (Qs Asy Syuraa 21)
Barangsiapa menjadikan dirinya sebagai sekutu Allah dalam membuat aturan hukum
untuk manusia, maka sesungguhnya dia telah menjadikan dirinya sebagai Rabb/Tuhan
bagi mereka.
Dan siapa yang menyerahkan hak ini kepada manusia atau menta`atinya atas apa yang
disyari`atkannya,
maka sesungguhnya dia telah menjadikan manusia tadi sebagai Rabbnya, sebagaimana
firman Allah Ta`ala:
"Mereka (orang-orang Yahudi dan Nashrani) telah menjadikan rabbi-rabbi mereka dan
rahib-rahib mereka sebagai Tuhan-Tuhan selain Allah" (Qs At Taubah 31)
Dari `Adi bin Hatim RA ketika ia mendengar Nabi Saw membaca ayat:
" Mereka (orang-orang Yahudi dan Nashrani) telah menjadikan rabbi-rabbi mereka dan
rahib-rahib mereka sebagai Tuhan-Tuhan selain Allah.
Dan tidaklah mereka diperintah kecuali untuk mengabdi kepada Tuhan yang satu.
Tidak ada Tuhan – yang berhak disembah – kecuali Dia. Maha Suci Allah atas apa yang mereka
sekutukan"
KHILAFAH ISLAM
AD DAULATUL ISLAMIYAH MELAYU
"Sesungguhnya kami tidak menyembah mereka" Sanggahnya.
"Bukankah mereka (para rabbi dan rahib) mengharamkan apa yang diharamkan Allah, lalu mereka
para pengikut ikut mengharamkannya,
dan mereka menghalalkan apa yang diharamkan Allah, lalu mereka ikut menghalalkannya?" Kata
Nabi Saw. balik menanya.
"Ya, benar" Jawab `Adi.
Lantas beliau berkata: "Itulah bentuk ibadah mereka kepada Rabbi-rabbi dan rahib-rahib mereka"
Semua Negara jahiliyah modern (Negara-negara sekuler),
terdapat beberapa lembaga yang memegang Kekuasaan Tasyrii` (legeslasi Parlemen)
Konsitusi di negara sekuler menetapkan bahwa Parlemen (DPR) ialah pemegang kekuasaan
legeslatip, sedangkan Presiden mempunyai hak untuk mengeluarkan keputusan-keputusan hukum
(Kepres-kepres) sesuai dengan ketentuan konstitusi yang berlaku.
Mereka adalah para Pembuat Syari`at dan telah mensejajarkan diri sebagai sekutu-sekutu Allah
dalam rububiyah-Nya, dan telah dengan sengaja dan berani mendaulat diri mereka sebagai Tuhan-
tuhan manusia selain Allah, sebagaimana yang telah ditunjukkan oleh ayat di atas.
Tauhid Kepada Allah Ta`ala dalam hak tasyrii` termasuk inti kandungan Tauhid Rububiyah, dan
bahwa pelanggaran terhadap prinsip ini adalah bertentangan dengan tauhid Rububiyah dan
merupakan kekafiran terhadap Allah Ta`laa, sebagaimana firman Allah Ta`ala:
"Dan dia menjadikan tandingan-tandingan bagi Allah untuk menyesatkan manusia dari
jalan-Nya, katakanlah:"Bersenang-senanglah dengan kekafiranmu itu sementara waktu,
sesungguhnya kamu termasuk penghuni neraka" (Qs Az Zumar 8)
"Dan tidak patut pula baginya menyuruh kalian untuk menjadikan para Malaikat dan
para Nabi sebagai Tuhan-tuhan. Apakah patut Dia menyuruh kalian kafir di waktu kalian
sudah menganut agama Islam?" (Qs Ali `Imran 80)
Inilah penjelasan tentang korelasi hubungan antara masalah hukum dan tasyrii` dengan
Tauhid Rububiyah.
Kedua: Tauhid Uluhiyah: Yakni mengesakan Allah Ta`ala dengan ibadah. Ilah/Tuhan adalah
ma`buud/sesembahan. Jadi siapa yang beribadah kepada Allah saja dengan segenap bentuk ibadah
yang zhahir dan yang batin, maka dia adalah seorang mu`min ahli tauhid. Dan siapa yang beribadah
kepada selain-Nya, maka dia adalah seorang musyrik kafir. Ibadah tidak sah kecuali dengan
menjauhi syirik, sebagaimana firman Allah Ta`ala:
"Dan sembahlah Allah dan jangan kalian sekutukan Dia dengan sesuatu apapun" (Qs An Nisaa` 36)
Dan firman Allah Ta`ala:
"Sembahlah Allah (saja) dan jauhilah thaghut" (Qs An Nahl 36)
Tauhid Uluhiyah disebut pula dengan nama Tauhid Ibadah, adalah Tauhid
Mengesakan Allah SWT dengan ibadah dan mengesakan-Nya dengan kehendak-Nya, maksud
keinginan-Nya dan permintaan-Nya;
dan dia tidak boleh beribadah kepada selain-Nya ataupun menghendaki kepada selain-Nya.
Tidaklah sah iman seorang hamba sampai dia bisa mendatangkan dua macam tauhid ini.
Mari Perhatikan penjelasan tentang dua tauhid ini, dalam surat Al Fatihah dan An Naas.
KHILAFAH ISLAM
AD DAULATUL ISLAMIYAH MELAYU
Al Qur`an menjelaskan dan menerangkan kandungan dua tauhid ini, yakni:
Wajibnya mengesakan Allah dengan Rububiyah dan Uluhiyah-Nya;
menjelaskan tentang cara beribadah kepada-Nya dan
menjelaskan tentang pahala bagi orang yang menta`ati-Nya dan
hukuman bagi orang yang mendurhakai-Nya.
Allah Ta`ala berfirman dalam surat Al Fatihah:
Segala puji bagi Allah Tuhan pemilik semesta alam,
Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
Raja Yang menguasai hari pembalasan.
Ayat-ayat di atas menjelaskan tentang Tauhid Rububiyah, yakni menetapkan Rubuyiyah
(kepemilikan) dan Mulku (Penguasaan) hanya bagi Allah, serta menetapkan asma-asma-Nya dan
sifat-sifat-Nya
kemudian Allah Ta`ala berfirman:
"Hanya kepada-Mu-lah Kami beribadah, dan hanya kepada-Mu-lah kami minta pertolongan",
ayat ini menjelaskan tentang Tauhid Uluhiyah.
Yakni, mengesakan Allah Swt dengan ibadah dan isti`aanah/hal meminta pertolongan.
Sedangkan isti`aanah termasuk salah satu bentuk ibadah.
Allah `Azza wa Jalla berfirman dalam surat An Naas :
"Katakanlah (Muhammad): Aku berlindung diri kepada Tuhan Pemilik manusia.
Raja manusia."
Ayat ini menetapkan Tauhid Rububiyah.
Kemudian Allah `Azza wa Jalla berfirman:
Tuhan sesembahan manusia". Ayat ini menetapkan Tauhid Uluhiyah.
Dengan kedua surat ini Allah subhanahu Wa Ta`ala
Membuka Al Qur`an dan Menutup dengan penjelasan tentang dua macam tauhid tersebut.
Ketahuilah bahwa Tauhid Uluhiyah mencakup Tauhid Rububiyah tapi tidak sebaliknya.
Jadi tidak akan mentauhidkan Allah dengan ibadah (inilah yang disebut Tauhid Uluhiyah)
melainkan orang yang meyakini akan keesaan-Nya dan kesendirian-Nya
dalam Dzat, Af`aal, Asma dan Sifat-sifat-Nya (inilah yang disebut Tauhid Rububiyah).
"Katakanlah: Siapakah yang memberi rezki kepada kalian dari langit dan bumi, atau siapakah yang
kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup
dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan siapakah yang mengatur semua
urusan? Maka mereka akan menjawab: "Allah". Maka katakana: "Mengapa kalian tidak bertakwa
(kepada-Nya)?" (Qs Yunus 31)
Dan firman Allah Ta`ala:
"Dan sungguh jika kamu tanyakan kepada mereka: "Siapakah yang menciptakan mereka?", niscaya
mereka akan menjawab: "Allah", maka bagaimana mereka dapat dipalingkankan (dari menyembah
Allah)" (Qs Az Zukhruf 87)
Kendati mereka mengakui terhadap Rububiyah-Nya, Allah tetap mencela mereka dan mengatakan
bahwa Sang Pencipta, Pemilik, Pemberi Rezki dan Pengatur, Dia sajalah yang berhak diibadahi. Allah
Ta`ala berfirman:
"Wahai manusia sembahlah Tuhan kalian Yang telah menciptakan kalian" (Qs Al Baqarah 21).
KHILAFAH ISLAM
AD DAULATUL ISLAMIYAH MELAYU
"Apakah yang menciptakan itu sama dengan yang tidak dapat menciptakan (apa-apa)? Maka kenapa
kalian tidak mengambil pelajaran"
(Qs An Nahl 17)
"Dan orang-orang (atau berhala-berhala) yang mereka seru selain Allah, tidak dapat menciptakan
sesuatu apapun, sedang mereka diciptakan." (Qs An Nahl 20)
"Apakah mereka menyekutukan (Allah) dengan sesuatu yang tidak dapat menciptakan sesuatu,
sedang mereka diciptakan" (Qs Al A`raaf 131)
"Ingatlah menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah" (Qs Al A`raaf 54)
"Dan tidaklah kebanyakan dari mereka itu beriman kepada Allah kecuali mereka itu musyrik" (Qs
Yusuf 106)
Kesimpulan: Bahwa tidak sah iman seorang hamba sampai dia mendatangkan dua
macam tauhid di atas.
Telah jelas olehmu melalui uraian penjelasan di muka bahwa kaum musyrikin Arab
dahulu juga mengakui Rububiyah Allah. Akan tetapi pengakuan mereka akan tauhid ini,
tidak bisa melindungi darah dan harta mereka.
Bahkan Rasulullah Saw tetap memerangi mereka karena kemusyrikan mereka terhadap Uluhiyah
Allah sampai mereka mendatangkan Tauhid Uluhiyah ini.
Adapun Tauhid Uluhiyah --sebagaimana telah dijelaskan di muka-- ialah mengesakan Allah dengan
ibadah.
Dan di antara ibadah-ibadah yang diwajibkan Allah terhadap hamba-Nya adalah memutuskan hukum
dengan syari`at-Nya dan berhukum kepadanya, sebagaimana firman Allah Ta`ala:
"Tiadalah (hak membuat) hukum itu kecuali kepunyaan Allah, dan
Dia memerintahkan agar kalian tidak beribadah kecuali hanya kepada-Nya" (Qs Yusuf 40)
Ini adalah nash yang sharih (jelas) yang menerangkan bahwa hukum itu termasuk bagian dari ibadah
yang mana seorang hamba wajib mengesakan Allah Ta`ala dengannya untuk merealisir Tauhid
Uluhiyah.
Maka dari itu syirik kepada Allah dalam hukum-Nya adalah sama dengan syirik kepada-Nya dalam
ibadah.
Allah Ta`ala berfirman:
"Dan Dia tidak mengambil seorangpun jadi teman sekutu dalam hukum-Nya" (Qs Al Kahfi 26)
Ibadah ini, yakni memutuskan hukum dengan syari`at Allah adalah wajib bagi semua hamba, baik
para penguasa maupun rakyat, masing-masing menurut kadar tingkatannya.
Para penguasa wajib memutuskan hukum di antara manusia dengan syari`at Allah. Allah Ta`ala
berfirman:
"Dan putuskanlah perkara di antara mereka dengan hukum yang telah diturunkan Allah, dan
janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka" (Qs Al Maa-idah 49)
Allah Ta`ala menetapkan kekafiran mereka jika mereka tidak memutuskan hukum dengan syari`at
Allah. Allah Ta`ala berfirman:
"Dan barangsiapa tidak memutuskan hukum dengan apa yang telah diturunkan Allah, maka mereka
adalah orang-orang kafir" (Qs Al Maa-idah 44)
KHILAFAH ISLAM
AD DAULATUL ISLAMIYAH MELAYU
Tidak sah keimanan mereka kecuali dengan berhukum kepada syari`at Allah, sebagaimana firman
Allah Ta`ala:
"Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu
sebagai hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan
dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan penerimaan
yang sepenuhnya." (Qs An Nisaa` 85)
Nash-nash di atas menunjukkan kekafiran orang yang tidak memutuskan hukum dengan syari`at
Allah atau tidak berhukum kepadanya.
Itu berarti bahwa memutus hukum dengan syari`at Allah dan berhukum kepadanya merupakan
ibadah yang wajib dan masuk dalam kategori pokok iman.
Perbuatan yang membuat kafir orang yang meninggalkannya, maka dia termasuk dalam kategori
pokok iman, dan tidak sah iman seseorang kecuali dengan mengerjakannya.
Jadi jelas sudah melalui uraian keterangan di muka, bahwa mentauhidkan Allah Ta`ala dengan
tasyrii`-Nya atas manusia --
dan ia termasuk af`aal Allah-- termasuk Tauhid Rububiyah.
Dan bahwa pengesaan-Nya dengan memutuskan hukum berdasarkan syari`at-Nya dan berhukum
kepada syari`at-Nya --
dan ia termasuk perbuatan hamba-- termasuk Tauhid Uluhiyah.
Itu karena Tauhid Rububiyah ialah mengesakan Allah dengan af`aal-Nya, dan Tauhid Uluhiyah ialah
mengesakan Allah dengan perbuatan-perbuatan hamba yang dengan perbuatan itu Allah
memerintahkan hamba supaya beribadah kepada-Nya.
Tidak sah kalimat tauhid, yakni kesaksian bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, kecuali
dengan mengesakan Allah Ta`ala dalam perkara itu semua --yaitu tasyrii`, memutuskan
hukum dengan syari`at Allah dan berhukum kepada syari`at-Nya—Barangsiapa
memaling sesuatu dari ibadah-ibadah ini kepada selain Allah, maka sesungguhnya dia
telah mengambil sekutu dan Tuhan lain di samping Allah dan belum merealisir makna
kalimat "Laa ilaaha illallaah".
Allah Ta`ala berfirman:
"Apakah mereka mempunyai sekutu-sekutu –selain Allah-
yang mensyari`atkan untuk mereka agama yang tidak diidzinkan Allah." (Qs Asy Syuraa 21)
Allah Ta`ala berfirman:
"Dan Dia tidak mengambil seorangpun jadi teman sekutu dalam hukum-Nya" (Qs Al Kahfi 26)
Yang dikehendaki dari kalimat tauhid bukanlah sekedar mengucapkannya tapi beriltizam/komitmen
dengan apa-apa yang diwajibkannya, yakni mengesakan Allah dengan ibadah. Dengan makna
pengertian seperti itu, Rasulullah Saw dahulu menafsirkan makna kalimat tauhid. Beliau Saw
bersabda:
"Islam dibangun di atas lima perkara: Kesaksian bahwa tidak ada Tuhan kecuali Allah dan
Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya, mendirikan shalat, menunaikan zakat, hajji ke Baitullah
dan puasa Ramadhan " (Muttafaqqun `alaih dari Ibnu `Umar).
Dan dalam riwayat muslim, Nabi Saw menafsirkan bahwa yang dimaksud dengan syahadat ialah:
"Islam dibangun di atas lima perkara: beribadah kepada Allah dan mengkafiri apa-apa
selain-Nya, menegakkan shalat, menunaikan zakat, hajji ke Baitullah dan puasa
Ramadhan" Muttafaqqun `alaih.
KHILAFAH ISLAM
AD DAULATUL ISLAMIYAH MELAYU
Beliau menafsirkan bahwa yang dimaksud dengan kalimat tauhid ialah: Beribadah kepada Allah saja
tiada sekutu bagi-Nya. Dan demikian pula dalam sabda Nabi Saw:
"Aku diutus untuk memerangi manusia sehingga mereka mengatakan "Laa ilaaha illallaah".
Maka apabila mereka sudah mengatakan "Laa ilaaha illallaah", maka mereka telah melindungi darah
dan harta mereka dari aku (perangi) kecuali dengan haknya" Hadits Muttafaqqun `alaih.
Dan bahwa maksud mengucapkan syahadat bukanlah sekedar mengucapkannya tapi
merealisasikannya dengan beribadah kepada Allah saja. Itu bisa dipahami melalui sabda Nabi Saw:
"Aku diutus menjelang hari kiamat dengan pedang hingga Allah diibadahi sendirian saja tidak ada
sekutu bagi-Nya" Hadits shahih riwayat Imam Ahmad.
Nabi Saw menjelaskan bahwa yang diminta dari orang-orang kafir --yang diperangi karenanya--
adalah mentauhidkan Allah saja dengan ibadah, tidak hanya sekedar pengucapan mereka terhadap
kalimat laa ilaaha illallaah, kendatipun mereka tidak diperangi setelah mengucapkannya sampai ada
kejelasan bahwa mereka telah melakukan hal-hal yang membatalkan syahadatnya.
Inilah makna sabda Nabi Saw dalam hadits pertama (kecuali dengan haknya). Adapun di antara hak-
haknya ialah mentauhidkan Allah dengan ibadah, sebagaimana sabda Nabi Saw:
"Hak Allah atas hamba ialah hendaknya mereka beribadah kepada-Nya dan tidak
mempersekutukan Dia dengan sesuatu apapun" Hadits Muttafaqqun `alaih.
Hadits-hadits di atas menunjukkan bahwa yang dikehendaki dari kalimat tauhid bukanlah sekedar
mengucapkannya saja, tapi beriltizam dengan apa-apa yang diwajibkan oleh kalimat tauhid, yakni
mengesakan Allah Ta`ala dengan ibadah.
Orang-orang kafir dari seluruh ummat manusia yang ada dahulu, mengetahui betul hal ini.
Ketika Hud As berkata kepada kaumnya:
"Ibadahilah Allah, sekali-kali tidak ada bagi kalian Tuhan selain-Nya" (Qs Al A`raaf 65).
"Mereka menjawab: Apakah engkau datang pada kami (menyeru) supaya kami beribadah kepada
Allah saja, dan meninggalkan apa yang dahulu disembah oleh bapak-bapak kami?" (Qs Al A`raaf 70).
Maka mereka langsung tahu bahwa yang dikehendaki Nabi Hud As atas mereka adalah mengesakan
Allah dengan ibadah dan meninggalkan peribadatan kepada Tuhan-tuhan selain-Nya.
Allah Ta`ala berfirman:
"Sesungguhnya mereka dahulu apabila dikatakan kepada mereka: "Laa ilaaha illallaah", maka mereka
menyombongkan diri.
Dan mereka berkata:" Apakah sesungguhnya kami harus meninggalkan Tuhan-tuhan
sesembahan kami karena seorang penyair gila." (Qs Ash Shaaffaat 36-37)
Mereka mengetahui bahwa yang dikehendaki dari mereka bukanlah sekedar mengucapkan kalimat
tersebut, tapi beriltizam kepada apa-apa yang diwajibkannya, yakni meninggalkan Tuhan-tuhan
mereka.
Maka dari itu mereka menolak mengucapkannya dan menyombongkan diri daripadanya.
Inilah yang dipahami oleh orang-orang kafir dari seluruh ummat yang ada dahulu.
Adapun sekarang, maka banyak orang-orang yang mengaku beragama Islam
tidak memahami apa yang dipahami oleh orang-orang kafir dahulu.
Mereka lebih buruk dari orang-orang kafir dahulu.
KHILAFAH ISLAM
AD DAULATUL ISLAMIYAH MELAYU
Sebab mereka mengucapkan kalimat tauhid dengan lesan-lesan mereka,
tapi mereka membatalkannya dengan amal perbuatan mereka.
Kalimat tauhid, "Laa ilaaha illallaah". Yang dikehendaki Nabi Saw dari kalimat ini, bukanlah sekedar
mengucapkannya.
Orang-orang kafir yang jahil dahulu mengetahui bahwa yang dikehendaki Nabi Saw dengan kalimat
ini adalah mengesakan Allah Ta`ala dengan bergantung kepada-Nya dan mengkafiri apa-apa yang
disembah selain Allah dan berlepas diri daripadanya.
Karena Rasulullah Saw menyeru kepada mereka: Katakanlah: "Laa ilaaha illallaah", lalu
mereka menjawab:
Apakah dia hendak menjadikan tuhan-tuhan itu menjadi satu Tuhan, sesungguhnya
(perkataannya) itu benar-benar sesuatu yang mengherankan"
Jika kamu tahu bahwa orang-orang kafir yang jahil itu mengetahui hal tersebut,
maka sungguh sangat mengherankan sekali ihwal orang yang mengaku Islam
tapi dia tidak tahu menafsirkan kalimat ini seperti yang dipahami oleh orang-orang kafir yang jahil
dahulu
Jika kamu telah tahu kalau yang dikehendaki dari kalimat tauhid adalah merealisir maknanya, yakni
mengesakan Allah dengan ibadah, maka jelaslah olehmu bahwa orang yang mengaku Islam,
mengerjakan shalat dan puasa, akan tetapi dia memutuskan hukum atau berhukum dengan selain
syari`at Allah, maka dia bukanlah seorang muslim, oleh karena dia tidak mengesakan Allah dengan
ibadah.
Dia mengucapkan kalimat tauhid dengan lesannya tapi membatalkannya dengan perbuatannya.
Allah Ta`ala telah berfiirman: "Maka shalatlah kamu untuk Tuhanmu" (Qs Al Kautsar), sebagaimana
Dia berfirman: "Tiadalah hak membuat hukum itu kecuali kepunyaan Allah " (Qs Yusuf 40).
Jadi Allah Ta`ala memerintahkan hamba-hamba-Nya supaya mengerjakan shalat untuk-Nya saja dan
berhukum kepada-Nya saja.
Maka siapa yang shalat untuk Allah tapi berhukum kepada selain-Nya, berarti dia belum mengesakan
Allah dengan ibadah,
bahkan beribadah kepada Allah dan beribadah kepada selain-Nya.
Inilah perbuatan syirik yang dilakukan oleh ummat-ummat terdahulu. Mereka,
di samping beribadah kepada selain Allah, maka mereka juga beribadah kepada Allah dengan
sebagian bentuk-bentuk ibadah,
sebagaimana firman Allah Ta`ala:
"Dan tidaklah kebanyakan dari mereka itu beriman kepada Allah kecuali mereka itu musyrik" (Qs
Yusuf 106).
Allah Ta`ala berfirman:
"Dan orang-orang yang mengambil wali-wali (penolong-penolong) selain Allah (berkata): "Kami tidak
menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah sedekat-dekatnya"
(Qs Az Zumar 3)
Allah Ta`ala berfirman:
"Dan apabila kalian meninggalkan mereka dan apa yang mereka sembah selain Allah" (Qs Al Kahfi
16).
KHILAFAH ISLAM
AD DAULATUL ISLAMIYAH MELAYU
Inilah makna syirik, yakni mengambil sekutu di samping Allah dalam ibadah.
Kesyirikan inilah yang ditunjukkan oleh uslub (cara pengungkapan) kata pengecualian yang datang
dalam nash di atas. Uslub itu datang pula dalam firman Allah Ta`ala:
"Dan ingatlah ketika Ibrahim berkata kepada bapaknya dan kaumnya:
"Sesungguhnya aku berlepas diri dari apa-apa yang kalian sembah,
kecuali (Tuhan) Yang telah menciptakanku" (Qs Az Zukhruf 26-27)
Kesimpulan: Bahwa siapa yang shalat dan berpuasa untuk Allah, tapi dia memberikan hak tasyrii`
kepada manusia atau memutuskan hukum atau berhukum kepada selain syari`at-Allah SWT,
maka dia telah beribadah kepada Allah dan beribadah kepada selain-Nya.
Dengan demikian dia menjadi seorang musyrik dan kafir. Dia Bukan seorang muslim.
Inilah keadaan yang terjadi pada seluruh masyarakat jahiliyah sekarang,
mereka shalat dan berpuasa untuk Allah, tapi di samping itu mereka memberikan hak tasyrii` kepada
selain Allah,
ini adalah syirik dalam rububiyah-Nya; dan memutuskan hukum serta berhukum kepada selain
syari`at Allah,
ini adalah syirik dalam uluhiyah-Nya. Undang-undang mereka menyatakan dengan jelas, sejelas-
jelasnya akan kekafiran tersebut.
"Aku diutus untuk memerangi manusia sehingga mereka mengatakan "Laa ilaaha
illallaah".
Maka apabila mereka sudah mengatakan "Laa ilaaha illallaah", maka mereka telah
melindungi darah dan harta mereka dari aku (perangi) kecuali dengan haknya" Hadits
Muttafaqqun `alaih.
MARKAS BESAR ANGKATAN PERANG
KHILAFAH ISLAM AD DAULATUL ISLAMIYAH MELAYU
PANGLIMA PERANG
PASUKAN KOMANDO BENDERA HITAM
KOL. Syuaib Bin Shaleh

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Laa ilaaha illallaah
Laa ilaaha illallaahLaa ilaaha illallaah
Laa ilaaha illallaahHelmon Chan
 
Tafsir surat al bayyinah
Tafsir surat al bayyinahTafsir surat al bayyinah
Tafsir surat al bayyinahEndang Suhendar
 
2. kandungan surah fatihah
2. kandungan surah fatihah2. kandungan surah fatihah
2. kandungan surah fatihahRusli Harby
 
Tugas aqidah kelompok iv
Tugas aqidah kelompok ivTugas aqidah kelompok iv
Tugas aqidah kelompok ivSafridaIka
 
Sharing makrifatullah 1
Sharing makrifatullah 1Sharing makrifatullah 1
Sharing makrifatullah 1Rifki Rizal
 
Setitik makrifatullah 1
Setitik makrifatullah 1Setitik makrifatullah 1
Setitik makrifatullah 1Rifki Rizal
 
Dasar hukum pelaksanaan ibadatullah
Dasar hukum pelaksanaan ibadatullahDasar hukum pelaksanaan ibadatullah
Dasar hukum pelaksanaan ibadatullahRisqi19
 
2 akhlak kpd allah
2 akhlak kpd allah2 akhlak kpd allah
2 akhlak kpd allahAgus Candra
 
Makalah tugas bab ibadah devi novitasari
Makalah tugas bab ibadah devi novitasariMakalah tugas bab ibadah devi novitasari
Makalah tugas bab ibadah devi novitasariPuspita Ningtiyas
 
Aliran sesat dan cara menghindarinya
Aliran sesat dan cara menghindarinyaAliran sesat dan cara menghindarinya
Aliran sesat dan cara menghindarinyakalenderbijak
 
Ibadah makalah
Ibadah makalahIbadah makalah
Ibadah makalahMeyLiontin
 
Ppt akidah akhlak kls.1
Ppt akidah akhlak kls.1Ppt akidah akhlak kls.1
Ppt akidah akhlak kls.1dwi_rahmamosa
 

Was ist angesagt? (17)

Laa ilaaha illallaah
Laa ilaaha illallaahLaa ilaaha illallaah
Laa ilaaha illallaah
 
Tafsir surat al bayyinah
Tafsir surat al bayyinahTafsir surat al bayyinah
Tafsir surat al bayyinah
 
Tafsir surat al bayyinah
Tafsir surat al bayyinahTafsir surat al bayyinah
Tafsir surat al bayyinah
 
2. kandungan surah fatihah
2. kandungan surah fatihah2. kandungan surah fatihah
2. kandungan surah fatihah
 
Makrifatullah
 Makrifatullah Makrifatullah
Makrifatullah
 
Tugas aqidah kelompok iv
Tugas aqidah kelompok ivTugas aqidah kelompok iv
Tugas aqidah kelompok iv
 
Sharing makrifatullah 1
Sharing makrifatullah 1Sharing makrifatullah 1
Sharing makrifatullah 1
 
Setitik makrifatullah 1
Setitik makrifatullah 1Setitik makrifatullah 1
Setitik makrifatullah 1
 
Dasar hukum pelaksanaan ibadatullah
Dasar hukum pelaksanaan ibadatullahDasar hukum pelaksanaan ibadatullah
Dasar hukum pelaksanaan ibadatullah
 
2 akhlak kpd allah
2 akhlak kpd allah2 akhlak kpd allah
2 akhlak kpd allah
 
Tauhid Poros Dakwah Para Nabi
Tauhid Poros Dakwah Para NabiTauhid Poros Dakwah Para Nabi
Tauhid Poros Dakwah Para Nabi
 
Makalah tugas bab ibadah devi novitasari
Makalah tugas bab ibadah devi novitasariMakalah tugas bab ibadah devi novitasari
Makalah tugas bab ibadah devi novitasari
 
Aliran sesat dan cara menghindarinya
Aliran sesat dan cara menghindarinyaAliran sesat dan cara menghindarinya
Aliran sesat dan cara menghindarinya
 
Ibadah makalah
Ibadah makalahIbadah makalah
Ibadah makalah
 
Iman kepada rasul allah swt
Iman  kepada  rasul  allah  swtIman  kepada  rasul  allah  swt
Iman kepada rasul allah swt
 
Ppt akidah akhlak kls.1
Ppt akidah akhlak kls.1Ppt akidah akhlak kls.1
Ppt akidah akhlak kls.1
 
Pp agama
Pp agamaPp agama
Pp agama
 

Ähnlich wie KHILAFAH

Ähnlich wie KHILAFAH (20)

173568320 makalah-tauhid
173568320 makalah-tauhid173568320 makalah-tauhid
173568320 makalah-tauhid
 
Tauhid ul&ru
Tauhid ul&ruTauhid ul&ru
Tauhid ul&ru
 
Syirik bahaya
Syirik bahayaSyirik bahaya
Syirik bahaya
 
Keutamaan surat al
Keutamaan surat alKeutamaan surat al
Keutamaan surat al
 
Khutbah
KhutbahKhutbah
Khutbah
 
Tafsir surat al
Tafsir surat alTafsir surat al
Tafsir surat al
 
Tasauf
TasaufTasauf
Tasauf
 
Tauhid maknanya
Tauhid maknanyaTauhid maknanya
Tauhid maknanya
 
Akidah islam
Akidah islam Akidah islam
Akidah islam
 
Belajar mudah tauhid uluhiyyah diterjemah oleh ust. ade nurdin
Belajar mudah tauhid uluhiyyah diterjemah oleh ust. ade nurdinBelajar mudah tauhid uluhiyyah diterjemah oleh ust. ade nurdin
Belajar mudah tauhid uluhiyyah diterjemah oleh ust. ade nurdin
 
Tauhid
TauhidTauhid
Tauhid
 
Mulakhosh Syarh Kitab Tauhid.pdf
Mulakhosh Syarh Kitab Tauhid.pdfMulakhosh Syarh Kitab Tauhid.pdf
Mulakhosh Syarh Kitab Tauhid.pdf
 
Syahadatayn sebagai teras tawhid1
Syahadatayn sebagai teras tawhid1Syahadatayn sebagai teras tawhid1
Syahadatayn sebagai teras tawhid1
 
Syahadatayn sebagai teras tawhid1
Syahadatayn sebagai teras tawhid1Syahadatayn sebagai teras tawhid1
Syahadatayn sebagai teras tawhid1
 
Fatihatul kitab
Fatihatul kitabFatihatul kitab
Fatihatul kitab
 
01 Apa Erta Intima Saya Kpd Islam.pptx
01 Apa Erta Intima Saya Kpd Islam.pptx01 Apa Erta Intima Saya Kpd Islam.pptx
01 Apa Erta Intima Saya Kpd Islam.pptx
 
Pengertian taqwa
Pengertian   taqwaPengertian   taqwa
Pengertian taqwa
 
Makna syahadat, syaikh dr. muhammad bin musa alu nashr
Makna syahadat, syaikh dr. muhammad bin musa alu nashrMakna syahadat, syaikh dr. muhammad bin musa alu nashr
Makna syahadat, syaikh dr. muhammad bin musa alu nashr
 
2. akidah teras pembangunan muslim
2. akidah teras pembangunan muslim2. akidah teras pembangunan muslim
2. akidah teras pembangunan muslim
 
Perkara yang Merosakkan Akidah
Perkara yang Merosakkan AkidahPerkara yang Merosakkan Akidah
Perkara yang Merosakkan Akidah
 

Kürzlich hochgeladen

Permen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka Kredit
Permen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka KreditPermen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka Kredit
Permen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka KreditYOSUAGETMIRAJAGUKGUK1
 
emka_Slide Recall Modul Melakukan Perencanaan PBJP Level 1 V3.1.pptx
emka_Slide Recall Modul Melakukan Perencanaan PBJP Level 1 V3.1.pptxemka_Slide Recall Modul Melakukan Perencanaan PBJP Level 1 V3.1.pptx
emka_Slide Recall Modul Melakukan Perencanaan PBJP Level 1 V3.1.pptxAmandaJesica
 
MAKALAH KELOMPOK II (1).pdf Prinsip Negara Hukum
MAKALAH KELOMPOK II (1).pdf Prinsip Negara HukumMAKALAH KELOMPOK II (1).pdf Prinsip Negara Hukum
MAKALAH KELOMPOK II (1).pdf Prinsip Negara Hukumbrunojahur
 
Materi Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptx
Materi Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptxMateri Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptx
Materi Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptxBudyHermawan3
 
mata pelajaran geografi ANTROPOSFER 2.ppt
mata pelajaran geografi ANTROPOSFER 2.pptmata pelajaran geografi ANTROPOSFER 2.ppt
mata pelajaran geografi ANTROPOSFER 2.pptMuhammadNorman9
 
UUD NRI TAHUN 1945 TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN PASAL 28D AYAT 1
UUD NRI TAHUN 1945 TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN PASAL 28D AYAT 1UUD NRI TAHUN 1945 TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN PASAL 28D AYAT 1
UUD NRI TAHUN 1945 TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN PASAL 28D AYAT 1RomaDoni5
 
INDIKATOR DAN SUB INDIKATOR MCP PELAYANAN PUBLIK.pdf
INDIKATOR DAN SUB INDIKATOR MCP PELAYANAN PUBLIK.pdfINDIKATOR DAN SUB INDIKATOR MCP PELAYANAN PUBLIK.pdf
INDIKATOR DAN SUB INDIKATOR MCP PELAYANAN PUBLIK.pdfNetraHartana
 
Administrasi_pengelolaan_hibah Pemerintah
Administrasi_pengelolaan_hibah PemerintahAdministrasi_pengelolaan_hibah Pemerintah
Administrasi_pengelolaan_hibah PemerintahAnthonyThony5
 

Kürzlich hochgeladen (8)

Permen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka Kredit
Permen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka KreditPermen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka Kredit
Permen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka Kredit
 
emka_Slide Recall Modul Melakukan Perencanaan PBJP Level 1 V3.1.pptx
emka_Slide Recall Modul Melakukan Perencanaan PBJP Level 1 V3.1.pptxemka_Slide Recall Modul Melakukan Perencanaan PBJP Level 1 V3.1.pptx
emka_Slide Recall Modul Melakukan Perencanaan PBJP Level 1 V3.1.pptx
 
MAKALAH KELOMPOK II (1).pdf Prinsip Negara Hukum
MAKALAH KELOMPOK II (1).pdf Prinsip Negara HukumMAKALAH KELOMPOK II (1).pdf Prinsip Negara Hukum
MAKALAH KELOMPOK II (1).pdf Prinsip Negara Hukum
 
Materi Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptx
Materi Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptxMateri Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptx
Materi Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptx
 
mata pelajaran geografi ANTROPOSFER 2.ppt
mata pelajaran geografi ANTROPOSFER 2.pptmata pelajaran geografi ANTROPOSFER 2.ppt
mata pelajaran geografi ANTROPOSFER 2.ppt
 
UUD NRI TAHUN 1945 TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN PASAL 28D AYAT 1
UUD NRI TAHUN 1945 TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN PASAL 28D AYAT 1UUD NRI TAHUN 1945 TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN PASAL 28D AYAT 1
UUD NRI TAHUN 1945 TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN PASAL 28D AYAT 1
 
INDIKATOR DAN SUB INDIKATOR MCP PELAYANAN PUBLIK.pdf
INDIKATOR DAN SUB INDIKATOR MCP PELAYANAN PUBLIK.pdfINDIKATOR DAN SUB INDIKATOR MCP PELAYANAN PUBLIK.pdf
INDIKATOR DAN SUB INDIKATOR MCP PELAYANAN PUBLIK.pdf
 
Administrasi_pengelolaan_hibah Pemerintah
Administrasi_pengelolaan_hibah PemerintahAdministrasi_pengelolaan_hibah Pemerintah
Administrasi_pengelolaan_hibah Pemerintah
 

KHILAFAH

  • 1. KHILAFAH ISLAM AD DAULATUL ISLAMIYAH MELAYU Bismillahir Rahmanir Rahiim INILAH PEDANG UNTUK DARAH ORANG MUSYRIK "Aku diutus menjelang hari kiamat dengan pedang hingga Allah diibadahi sendirian saja tidak ada sekutu bagi-Nya" Allah menciptakan manusia supaya mereka mengenal-Nya dan mentauhidkan-Nya, dan mengutus para Rasul untuk mengingatkan mereka akan maksud tujuan dari penciptaan mereka dan mengajarkan kepada mereka ibadah yang wajib mereka kerjakan kepada-Nya. Allah `Azza wa Jalla berfirman: "Dan tidaklah Aku ciptakan bangsa jin dan bangsa manusia kecuali supaya mereka mengabdi/beribadah kepada-Ku" Qs Adz Dzaariyaat 56) Kendatipun demikian Allah `Azza wa Jalla tidak membutuhkan makhluk ciptaan-Nya dan ibadah mereka, sebagaimana firman Allah Ta`ala: "Dan Musa berkata:"Dan jika kalian dan siapa yang ada di muka bumi semuanya kafir, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji" (Qs Ibrahim 8) Mengingat bahwa dakwah para Rasul dalam masalah tauhid itu satu, maka Rasulullah Saw bersabda: "Sesungguhnya kami Para Nabi sekalian, agama kami adalah satu, dan para Nabi adalah bersaudara lain ibu" (HR. Al Bukhari) Allah Ta`ala: "Adalah manusia itu dahulu ummat yang satu, (lalu setelah timbul perselisihan) maka Allah mengutus para Nabi sebagai pemberi khabar gembira dan pemberi peringatan, dan Allah menurunkan Al Kitab bersama mereka membawa kebenaran, untuk memberi keputusan di antara manusia atas apa yang mereka perselisihkan" (Qs Al Baqarah 213) Firman Allah Ta`ala "Untuk tiap-tiap ummat di antara kalian, Kami berikan syari`at dan jalan yang terang" (Qs Al Maa-idah 48); Para Rasul diutus dengan satu aqidah, yakni menyeru manusia untuk beribadah kepada Allah saja dan tidak menyekutukan-Nya –yakni beriman kepada Allah dan kafir kepada thaghut-, sebagaimana firman Allah Ta`ala: "Dan sesungguhnya Kami telah mengutus seorang Rasul pada tiap-tiap ummat (untuk menyerukan kepada mereka): "Sembahlah Allah (saja) dan jauhilah thaghut" (Qs An Nahl 36) Tauhid ada dua macam: Pertama: Tauhid Rububiyah, yakni meyakini keesaan Allah Ta`ala dan kesendirian-Nya dalam Dzat-Nya, Perbuatan-Nya, Asma dan sifat-Nya, tak ada sekutu bagi-Nya dalam semua itu. Adapun Rabb adalah pemilik yang mengatur. Tauhid Rububiyah dikenal juga dengan nama Tauhid Ma`rifah wal Itsbaat atau Tauhid al `Ilmi al Khabari al I`tiqaadi, oleh karena yang diminta dari seorang hamba dalam tauhid ini adalah ma`rifatullah dengan af`al (perbuatan-Nya), asma-asma-Nya dan sifat-sifat-Nya, dan menetapkan apa yang wajib bagi Allah dari dzat, af`aal, asma dan sifat-sifat itu dalam bentuk ma`rifat dan keyakinan.
  • 2. KHILAFAH ISLAM AD DAULATUL ISLAMIYAH MELAYU Jadi siapa yang menjadikan sekutu Allah dalam dzat-Nya atau af`aal-Nya atau asma-Nya atau sifat- Nya, maka sesungguhnya dia telah mensekutukan Allah dalam Rububiyah-Nya dan kafir kepada Allah Ta`ala, sebagaimana firman-Nya: "Dan dia menjadikan tandingan-tandingan bagi Allah untuk menyesatkan (manusia) dari jalan-Nya, katakanlah:"Bersenang-senanglah dengan kekafiranmu itu sementara waktu, sesungguhnya kamu termasuk penghuni neraka" (Qs Az Zumar 8) Dan di antara af`aal Allah Ta`ala yang Hak Tasyrii` (membuat hukum) untuk makhluk ciptaan-Nya, yakni membuat hukum-hukum, perintah-perintah dan larangan-larangan terhadap mereka. "Tiadalah (hak membuat) hukum itu kecuali kepunyaan Allah" (Qs Al An`aam 57) "Ketahuilah bahwa hukum itu adalah kepunyaan-Nya", (Qs. Yusuf : 40 dan Qs. Al An`aam : 62 ) "Ingatlah menciptakan dan memerintah itu hanyalah hak Allah" (Qs. Al-A'raaf :54) Dan perkara apa saja yang kalian perselisihkan, maka hukum untuk memutuskan nya haruslah diserahkan kepada Allah" Allah Ta`ala menegaskan kesendirian dan kekhususan-Nya atas pemilikan hak membuat hukum bagi makhluk-Nya dengan firman-Nya: (Qs. Asy Syuraa : 10) "Dan Dia tidak mengambil seorangpun jadi teman sekutu dalam hukum-Nya" (Qs Al Kahfi 26) Jadi siapa saja selain Allah yang mengambil alih hak tasyrii` untuk manusia, berarti dia telah menjadikan dirinya sebagai sekutu Allah dalam rububiyah-Nya, karena dia bersekutu dengan Allah dalam perbuatan-Nya yang Dia khususkan untuk diri-Nya sendiri. "Apakah mereka mempunyai sekutu-sekutu –selain Allah- yang mensyari`atkan untuk mereka agama yang tidak diidzinkan Allah." (Qs Asy Syuraa 21) Barangsiapa menjadikan dirinya sebagai sekutu Allah dalam membuat aturan hukum untuk manusia, maka sesungguhnya dia telah menjadikan dirinya sebagai Rabb/Tuhan bagi mereka. Dan siapa yang menyerahkan hak ini kepada manusia atau menta`atinya atas apa yang disyari`atkannya, maka sesungguhnya dia telah menjadikan manusia tadi sebagai Rabbnya, sebagaimana firman Allah Ta`ala: "Mereka (orang-orang Yahudi dan Nashrani) telah menjadikan rabbi-rabbi mereka dan rahib-rahib mereka sebagai Tuhan-Tuhan selain Allah" (Qs At Taubah 31) Dari `Adi bin Hatim RA ketika ia mendengar Nabi Saw membaca ayat: " Mereka (orang-orang Yahudi dan Nashrani) telah menjadikan rabbi-rabbi mereka dan rahib-rahib mereka sebagai Tuhan-Tuhan selain Allah. Dan tidaklah mereka diperintah kecuali untuk mengabdi kepada Tuhan yang satu. Tidak ada Tuhan – yang berhak disembah – kecuali Dia. Maha Suci Allah atas apa yang mereka sekutukan"
  • 3. KHILAFAH ISLAM AD DAULATUL ISLAMIYAH MELAYU "Sesungguhnya kami tidak menyembah mereka" Sanggahnya. "Bukankah mereka (para rabbi dan rahib) mengharamkan apa yang diharamkan Allah, lalu mereka para pengikut ikut mengharamkannya, dan mereka menghalalkan apa yang diharamkan Allah, lalu mereka ikut menghalalkannya?" Kata Nabi Saw. balik menanya. "Ya, benar" Jawab `Adi. Lantas beliau berkata: "Itulah bentuk ibadah mereka kepada Rabbi-rabbi dan rahib-rahib mereka" Semua Negara jahiliyah modern (Negara-negara sekuler), terdapat beberapa lembaga yang memegang Kekuasaan Tasyrii` (legeslasi Parlemen) Konsitusi di negara sekuler menetapkan bahwa Parlemen (DPR) ialah pemegang kekuasaan legeslatip, sedangkan Presiden mempunyai hak untuk mengeluarkan keputusan-keputusan hukum (Kepres-kepres) sesuai dengan ketentuan konstitusi yang berlaku. Mereka adalah para Pembuat Syari`at dan telah mensejajarkan diri sebagai sekutu-sekutu Allah dalam rububiyah-Nya, dan telah dengan sengaja dan berani mendaulat diri mereka sebagai Tuhan- tuhan manusia selain Allah, sebagaimana yang telah ditunjukkan oleh ayat di atas. Tauhid Kepada Allah Ta`ala dalam hak tasyrii` termasuk inti kandungan Tauhid Rububiyah, dan bahwa pelanggaran terhadap prinsip ini adalah bertentangan dengan tauhid Rububiyah dan merupakan kekafiran terhadap Allah Ta`laa, sebagaimana firman Allah Ta`ala: "Dan dia menjadikan tandingan-tandingan bagi Allah untuk menyesatkan manusia dari jalan-Nya, katakanlah:"Bersenang-senanglah dengan kekafiranmu itu sementara waktu, sesungguhnya kamu termasuk penghuni neraka" (Qs Az Zumar 8) "Dan tidak patut pula baginya menyuruh kalian untuk menjadikan para Malaikat dan para Nabi sebagai Tuhan-tuhan. Apakah patut Dia menyuruh kalian kafir di waktu kalian sudah menganut agama Islam?" (Qs Ali `Imran 80) Inilah penjelasan tentang korelasi hubungan antara masalah hukum dan tasyrii` dengan Tauhid Rububiyah. Kedua: Tauhid Uluhiyah: Yakni mengesakan Allah Ta`ala dengan ibadah. Ilah/Tuhan adalah ma`buud/sesembahan. Jadi siapa yang beribadah kepada Allah saja dengan segenap bentuk ibadah yang zhahir dan yang batin, maka dia adalah seorang mu`min ahli tauhid. Dan siapa yang beribadah kepada selain-Nya, maka dia adalah seorang musyrik kafir. Ibadah tidak sah kecuali dengan menjauhi syirik, sebagaimana firman Allah Ta`ala: "Dan sembahlah Allah dan jangan kalian sekutukan Dia dengan sesuatu apapun" (Qs An Nisaa` 36) Dan firman Allah Ta`ala: "Sembahlah Allah (saja) dan jauhilah thaghut" (Qs An Nahl 36) Tauhid Uluhiyah disebut pula dengan nama Tauhid Ibadah, adalah Tauhid Mengesakan Allah SWT dengan ibadah dan mengesakan-Nya dengan kehendak-Nya, maksud keinginan-Nya dan permintaan-Nya; dan dia tidak boleh beribadah kepada selain-Nya ataupun menghendaki kepada selain-Nya. Tidaklah sah iman seorang hamba sampai dia bisa mendatangkan dua macam tauhid ini. Mari Perhatikan penjelasan tentang dua tauhid ini, dalam surat Al Fatihah dan An Naas.
  • 4. KHILAFAH ISLAM AD DAULATUL ISLAMIYAH MELAYU Al Qur`an menjelaskan dan menerangkan kandungan dua tauhid ini, yakni: Wajibnya mengesakan Allah dengan Rububiyah dan Uluhiyah-Nya; menjelaskan tentang cara beribadah kepada-Nya dan menjelaskan tentang pahala bagi orang yang menta`ati-Nya dan hukuman bagi orang yang mendurhakai-Nya. Allah Ta`ala berfirman dalam surat Al Fatihah: Segala puji bagi Allah Tuhan pemilik semesta alam, Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Raja Yang menguasai hari pembalasan. Ayat-ayat di atas menjelaskan tentang Tauhid Rububiyah, yakni menetapkan Rubuyiyah (kepemilikan) dan Mulku (Penguasaan) hanya bagi Allah, serta menetapkan asma-asma-Nya dan sifat-sifat-Nya kemudian Allah Ta`ala berfirman: "Hanya kepada-Mu-lah Kami beribadah, dan hanya kepada-Mu-lah kami minta pertolongan", ayat ini menjelaskan tentang Tauhid Uluhiyah. Yakni, mengesakan Allah Swt dengan ibadah dan isti`aanah/hal meminta pertolongan. Sedangkan isti`aanah termasuk salah satu bentuk ibadah. Allah `Azza wa Jalla berfirman dalam surat An Naas : "Katakanlah (Muhammad): Aku berlindung diri kepada Tuhan Pemilik manusia. Raja manusia." Ayat ini menetapkan Tauhid Rububiyah. Kemudian Allah `Azza wa Jalla berfirman: Tuhan sesembahan manusia". Ayat ini menetapkan Tauhid Uluhiyah. Dengan kedua surat ini Allah subhanahu Wa Ta`ala Membuka Al Qur`an dan Menutup dengan penjelasan tentang dua macam tauhid tersebut. Ketahuilah bahwa Tauhid Uluhiyah mencakup Tauhid Rububiyah tapi tidak sebaliknya. Jadi tidak akan mentauhidkan Allah dengan ibadah (inilah yang disebut Tauhid Uluhiyah) melainkan orang yang meyakini akan keesaan-Nya dan kesendirian-Nya dalam Dzat, Af`aal, Asma dan Sifat-sifat-Nya (inilah yang disebut Tauhid Rububiyah). "Katakanlah: Siapakah yang memberi rezki kepada kalian dari langit dan bumi, atau siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan siapakah yang mengatur semua urusan? Maka mereka akan menjawab: "Allah". Maka katakana: "Mengapa kalian tidak bertakwa (kepada-Nya)?" (Qs Yunus 31) Dan firman Allah Ta`ala: "Dan sungguh jika kamu tanyakan kepada mereka: "Siapakah yang menciptakan mereka?", niscaya mereka akan menjawab: "Allah", maka bagaimana mereka dapat dipalingkankan (dari menyembah Allah)" (Qs Az Zukhruf 87) Kendati mereka mengakui terhadap Rububiyah-Nya, Allah tetap mencela mereka dan mengatakan bahwa Sang Pencipta, Pemilik, Pemberi Rezki dan Pengatur, Dia sajalah yang berhak diibadahi. Allah Ta`ala berfirman: "Wahai manusia sembahlah Tuhan kalian Yang telah menciptakan kalian" (Qs Al Baqarah 21).
  • 5. KHILAFAH ISLAM AD DAULATUL ISLAMIYAH MELAYU "Apakah yang menciptakan itu sama dengan yang tidak dapat menciptakan (apa-apa)? Maka kenapa kalian tidak mengambil pelajaran" (Qs An Nahl 17) "Dan orang-orang (atau berhala-berhala) yang mereka seru selain Allah, tidak dapat menciptakan sesuatu apapun, sedang mereka diciptakan." (Qs An Nahl 20) "Apakah mereka menyekutukan (Allah) dengan sesuatu yang tidak dapat menciptakan sesuatu, sedang mereka diciptakan" (Qs Al A`raaf 131) "Ingatlah menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah" (Qs Al A`raaf 54) "Dan tidaklah kebanyakan dari mereka itu beriman kepada Allah kecuali mereka itu musyrik" (Qs Yusuf 106) Kesimpulan: Bahwa tidak sah iman seorang hamba sampai dia mendatangkan dua macam tauhid di atas. Telah jelas olehmu melalui uraian penjelasan di muka bahwa kaum musyrikin Arab dahulu juga mengakui Rububiyah Allah. Akan tetapi pengakuan mereka akan tauhid ini, tidak bisa melindungi darah dan harta mereka. Bahkan Rasulullah Saw tetap memerangi mereka karena kemusyrikan mereka terhadap Uluhiyah Allah sampai mereka mendatangkan Tauhid Uluhiyah ini. Adapun Tauhid Uluhiyah --sebagaimana telah dijelaskan di muka-- ialah mengesakan Allah dengan ibadah. Dan di antara ibadah-ibadah yang diwajibkan Allah terhadap hamba-Nya adalah memutuskan hukum dengan syari`at-Nya dan berhukum kepadanya, sebagaimana firman Allah Ta`ala: "Tiadalah (hak membuat) hukum itu kecuali kepunyaan Allah, dan Dia memerintahkan agar kalian tidak beribadah kecuali hanya kepada-Nya" (Qs Yusuf 40) Ini adalah nash yang sharih (jelas) yang menerangkan bahwa hukum itu termasuk bagian dari ibadah yang mana seorang hamba wajib mengesakan Allah Ta`ala dengannya untuk merealisir Tauhid Uluhiyah. Maka dari itu syirik kepada Allah dalam hukum-Nya adalah sama dengan syirik kepada-Nya dalam ibadah. Allah Ta`ala berfirman: "Dan Dia tidak mengambil seorangpun jadi teman sekutu dalam hukum-Nya" (Qs Al Kahfi 26) Ibadah ini, yakni memutuskan hukum dengan syari`at Allah adalah wajib bagi semua hamba, baik para penguasa maupun rakyat, masing-masing menurut kadar tingkatannya. Para penguasa wajib memutuskan hukum di antara manusia dengan syari`at Allah. Allah Ta`ala berfirman: "Dan putuskanlah perkara di antara mereka dengan hukum yang telah diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka" (Qs Al Maa-idah 49) Allah Ta`ala menetapkan kekafiran mereka jika mereka tidak memutuskan hukum dengan syari`at Allah. Allah Ta`ala berfirman: "Dan barangsiapa tidak memutuskan hukum dengan apa yang telah diturunkan Allah, maka mereka adalah orang-orang kafir" (Qs Al Maa-idah 44)
  • 6. KHILAFAH ISLAM AD DAULATUL ISLAMIYAH MELAYU Tidak sah keimanan mereka kecuali dengan berhukum kepada syari`at Allah, sebagaimana firman Allah Ta`ala: "Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu sebagai hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan penerimaan yang sepenuhnya." (Qs An Nisaa` 85) Nash-nash di atas menunjukkan kekafiran orang yang tidak memutuskan hukum dengan syari`at Allah atau tidak berhukum kepadanya. Itu berarti bahwa memutus hukum dengan syari`at Allah dan berhukum kepadanya merupakan ibadah yang wajib dan masuk dalam kategori pokok iman. Perbuatan yang membuat kafir orang yang meninggalkannya, maka dia termasuk dalam kategori pokok iman, dan tidak sah iman seseorang kecuali dengan mengerjakannya. Jadi jelas sudah melalui uraian keterangan di muka, bahwa mentauhidkan Allah Ta`ala dengan tasyrii`-Nya atas manusia -- dan ia termasuk af`aal Allah-- termasuk Tauhid Rububiyah. Dan bahwa pengesaan-Nya dengan memutuskan hukum berdasarkan syari`at-Nya dan berhukum kepada syari`at-Nya -- dan ia termasuk perbuatan hamba-- termasuk Tauhid Uluhiyah. Itu karena Tauhid Rububiyah ialah mengesakan Allah dengan af`aal-Nya, dan Tauhid Uluhiyah ialah mengesakan Allah dengan perbuatan-perbuatan hamba yang dengan perbuatan itu Allah memerintahkan hamba supaya beribadah kepada-Nya. Tidak sah kalimat tauhid, yakni kesaksian bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, kecuali dengan mengesakan Allah Ta`ala dalam perkara itu semua --yaitu tasyrii`, memutuskan hukum dengan syari`at Allah dan berhukum kepada syari`at-Nya—Barangsiapa memaling sesuatu dari ibadah-ibadah ini kepada selain Allah, maka sesungguhnya dia telah mengambil sekutu dan Tuhan lain di samping Allah dan belum merealisir makna kalimat "Laa ilaaha illallaah". Allah Ta`ala berfirman: "Apakah mereka mempunyai sekutu-sekutu –selain Allah- yang mensyari`atkan untuk mereka agama yang tidak diidzinkan Allah." (Qs Asy Syuraa 21) Allah Ta`ala berfirman: "Dan Dia tidak mengambil seorangpun jadi teman sekutu dalam hukum-Nya" (Qs Al Kahfi 26) Yang dikehendaki dari kalimat tauhid bukanlah sekedar mengucapkannya tapi beriltizam/komitmen dengan apa-apa yang diwajibkannya, yakni mengesakan Allah dengan ibadah. Dengan makna pengertian seperti itu, Rasulullah Saw dahulu menafsirkan makna kalimat tauhid. Beliau Saw bersabda: "Islam dibangun di atas lima perkara: Kesaksian bahwa tidak ada Tuhan kecuali Allah dan Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya, mendirikan shalat, menunaikan zakat, hajji ke Baitullah dan puasa Ramadhan " (Muttafaqqun `alaih dari Ibnu `Umar). Dan dalam riwayat muslim, Nabi Saw menafsirkan bahwa yang dimaksud dengan syahadat ialah: "Islam dibangun di atas lima perkara: beribadah kepada Allah dan mengkafiri apa-apa selain-Nya, menegakkan shalat, menunaikan zakat, hajji ke Baitullah dan puasa Ramadhan" Muttafaqqun `alaih.
  • 7. KHILAFAH ISLAM AD DAULATUL ISLAMIYAH MELAYU Beliau menafsirkan bahwa yang dimaksud dengan kalimat tauhid ialah: Beribadah kepada Allah saja tiada sekutu bagi-Nya. Dan demikian pula dalam sabda Nabi Saw: "Aku diutus untuk memerangi manusia sehingga mereka mengatakan "Laa ilaaha illallaah". Maka apabila mereka sudah mengatakan "Laa ilaaha illallaah", maka mereka telah melindungi darah dan harta mereka dari aku (perangi) kecuali dengan haknya" Hadits Muttafaqqun `alaih. Dan bahwa maksud mengucapkan syahadat bukanlah sekedar mengucapkannya tapi merealisasikannya dengan beribadah kepada Allah saja. Itu bisa dipahami melalui sabda Nabi Saw: "Aku diutus menjelang hari kiamat dengan pedang hingga Allah diibadahi sendirian saja tidak ada sekutu bagi-Nya" Hadits shahih riwayat Imam Ahmad. Nabi Saw menjelaskan bahwa yang diminta dari orang-orang kafir --yang diperangi karenanya-- adalah mentauhidkan Allah saja dengan ibadah, tidak hanya sekedar pengucapan mereka terhadap kalimat laa ilaaha illallaah, kendatipun mereka tidak diperangi setelah mengucapkannya sampai ada kejelasan bahwa mereka telah melakukan hal-hal yang membatalkan syahadatnya. Inilah makna sabda Nabi Saw dalam hadits pertama (kecuali dengan haknya). Adapun di antara hak- haknya ialah mentauhidkan Allah dengan ibadah, sebagaimana sabda Nabi Saw: "Hak Allah atas hamba ialah hendaknya mereka beribadah kepada-Nya dan tidak mempersekutukan Dia dengan sesuatu apapun" Hadits Muttafaqqun `alaih. Hadits-hadits di atas menunjukkan bahwa yang dikehendaki dari kalimat tauhid bukanlah sekedar mengucapkannya saja, tapi beriltizam dengan apa-apa yang diwajibkan oleh kalimat tauhid, yakni mengesakan Allah Ta`ala dengan ibadah. Orang-orang kafir dari seluruh ummat manusia yang ada dahulu, mengetahui betul hal ini. Ketika Hud As berkata kepada kaumnya: "Ibadahilah Allah, sekali-kali tidak ada bagi kalian Tuhan selain-Nya" (Qs Al A`raaf 65). "Mereka menjawab: Apakah engkau datang pada kami (menyeru) supaya kami beribadah kepada Allah saja, dan meninggalkan apa yang dahulu disembah oleh bapak-bapak kami?" (Qs Al A`raaf 70). Maka mereka langsung tahu bahwa yang dikehendaki Nabi Hud As atas mereka adalah mengesakan Allah dengan ibadah dan meninggalkan peribadatan kepada Tuhan-tuhan selain-Nya. Allah Ta`ala berfirman: "Sesungguhnya mereka dahulu apabila dikatakan kepada mereka: "Laa ilaaha illallaah", maka mereka menyombongkan diri. Dan mereka berkata:" Apakah sesungguhnya kami harus meninggalkan Tuhan-tuhan sesembahan kami karena seorang penyair gila." (Qs Ash Shaaffaat 36-37) Mereka mengetahui bahwa yang dikehendaki dari mereka bukanlah sekedar mengucapkan kalimat tersebut, tapi beriltizam kepada apa-apa yang diwajibkannya, yakni meninggalkan Tuhan-tuhan mereka. Maka dari itu mereka menolak mengucapkannya dan menyombongkan diri daripadanya. Inilah yang dipahami oleh orang-orang kafir dari seluruh ummat yang ada dahulu. Adapun sekarang, maka banyak orang-orang yang mengaku beragama Islam tidak memahami apa yang dipahami oleh orang-orang kafir dahulu. Mereka lebih buruk dari orang-orang kafir dahulu.
  • 8. KHILAFAH ISLAM AD DAULATUL ISLAMIYAH MELAYU Sebab mereka mengucapkan kalimat tauhid dengan lesan-lesan mereka, tapi mereka membatalkannya dengan amal perbuatan mereka. Kalimat tauhid, "Laa ilaaha illallaah". Yang dikehendaki Nabi Saw dari kalimat ini, bukanlah sekedar mengucapkannya. Orang-orang kafir yang jahil dahulu mengetahui bahwa yang dikehendaki Nabi Saw dengan kalimat ini adalah mengesakan Allah Ta`ala dengan bergantung kepada-Nya dan mengkafiri apa-apa yang disembah selain Allah dan berlepas diri daripadanya. Karena Rasulullah Saw menyeru kepada mereka: Katakanlah: "Laa ilaaha illallaah", lalu mereka menjawab: Apakah dia hendak menjadikan tuhan-tuhan itu menjadi satu Tuhan, sesungguhnya (perkataannya) itu benar-benar sesuatu yang mengherankan" Jika kamu tahu bahwa orang-orang kafir yang jahil itu mengetahui hal tersebut, maka sungguh sangat mengherankan sekali ihwal orang yang mengaku Islam tapi dia tidak tahu menafsirkan kalimat ini seperti yang dipahami oleh orang-orang kafir yang jahil dahulu Jika kamu telah tahu kalau yang dikehendaki dari kalimat tauhid adalah merealisir maknanya, yakni mengesakan Allah dengan ibadah, maka jelaslah olehmu bahwa orang yang mengaku Islam, mengerjakan shalat dan puasa, akan tetapi dia memutuskan hukum atau berhukum dengan selain syari`at Allah, maka dia bukanlah seorang muslim, oleh karena dia tidak mengesakan Allah dengan ibadah. Dia mengucapkan kalimat tauhid dengan lesannya tapi membatalkannya dengan perbuatannya. Allah Ta`ala telah berfiirman: "Maka shalatlah kamu untuk Tuhanmu" (Qs Al Kautsar), sebagaimana Dia berfirman: "Tiadalah hak membuat hukum itu kecuali kepunyaan Allah " (Qs Yusuf 40). Jadi Allah Ta`ala memerintahkan hamba-hamba-Nya supaya mengerjakan shalat untuk-Nya saja dan berhukum kepada-Nya saja. Maka siapa yang shalat untuk Allah tapi berhukum kepada selain-Nya, berarti dia belum mengesakan Allah dengan ibadah, bahkan beribadah kepada Allah dan beribadah kepada selain-Nya. Inilah perbuatan syirik yang dilakukan oleh ummat-ummat terdahulu. Mereka, di samping beribadah kepada selain Allah, maka mereka juga beribadah kepada Allah dengan sebagian bentuk-bentuk ibadah, sebagaimana firman Allah Ta`ala: "Dan tidaklah kebanyakan dari mereka itu beriman kepada Allah kecuali mereka itu musyrik" (Qs Yusuf 106). Allah Ta`ala berfirman: "Dan orang-orang yang mengambil wali-wali (penolong-penolong) selain Allah (berkata): "Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah sedekat-dekatnya" (Qs Az Zumar 3) Allah Ta`ala berfirman: "Dan apabila kalian meninggalkan mereka dan apa yang mereka sembah selain Allah" (Qs Al Kahfi 16).
  • 9. KHILAFAH ISLAM AD DAULATUL ISLAMIYAH MELAYU Inilah makna syirik, yakni mengambil sekutu di samping Allah dalam ibadah. Kesyirikan inilah yang ditunjukkan oleh uslub (cara pengungkapan) kata pengecualian yang datang dalam nash di atas. Uslub itu datang pula dalam firman Allah Ta`ala: "Dan ingatlah ketika Ibrahim berkata kepada bapaknya dan kaumnya: "Sesungguhnya aku berlepas diri dari apa-apa yang kalian sembah, kecuali (Tuhan) Yang telah menciptakanku" (Qs Az Zukhruf 26-27) Kesimpulan: Bahwa siapa yang shalat dan berpuasa untuk Allah, tapi dia memberikan hak tasyrii` kepada manusia atau memutuskan hukum atau berhukum kepada selain syari`at-Allah SWT, maka dia telah beribadah kepada Allah dan beribadah kepada selain-Nya. Dengan demikian dia menjadi seorang musyrik dan kafir. Dia Bukan seorang muslim. Inilah keadaan yang terjadi pada seluruh masyarakat jahiliyah sekarang, mereka shalat dan berpuasa untuk Allah, tapi di samping itu mereka memberikan hak tasyrii` kepada selain Allah, ini adalah syirik dalam rububiyah-Nya; dan memutuskan hukum serta berhukum kepada selain syari`at Allah, ini adalah syirik dalam uluhiyah-Nya. Undang-undang mereka menyatakan dengan jelas, sejelas- jelasnya akan kekafiran tersebut. "Aku diutus untuk memerangi manusia sehingga mereka mengatakan "Laa ilaaha illallaah". Maka apabila mereka sudah mengatakan "Laa ilaaha illallaah", maka mereka telah melindungi darah dan harta mereka dari aku (perangi) kecuali dengan haknya" Hadits Muttafaqqun `alaih. MARKAS BESAR ANGKATAN PERANG KHILAFAH ISLAM AD DAULATUL ISLAMIYAH MELAYU PANGLIMA PERANG PASUKAN KOMANDO BENDERA HITAM KOL. Syuaib Bin Shaleh