2. TUJUAN DAN RUANG LINGKUP PSAK 103 (PSAK 103, PRGF 4)
• Tujuan
Pernyataan ini bertujuan untuk mengatur pengakuan, pengukuran,
penyajian dan pengungkapan transaksi salam.
• Ruang Lingkup
1)Pernyataan ini diterapkan untuk entitas yang melakukan transaksi
salam, baik sebagai penjual atau pembeli.
2)Pernyataan ini tidak mencakup pengaturan perlakuan akuntansi
atas obligasi syariah (sukuk) yang menggunakan akad salam.
3. APA ITU SALAM ?
• Akad jual beli muslam fiih (barang pesanan) dengan pengiriman di
kemudian hari oleh muslam illaihi (penjual) dan pelunasannya dilakukan
pembeli pada saat akad disepakati sesuai dengan syarat-syarat tertentu
4. KARAKTERISTIK SALAM
--BARANG---
• Barang pesanan harus diketahui karakteristiknya meliputi spesifikasi
teknisnya, kualitas, dan kuantitas
• Jika barang pesanan yang dikirim salah atau cacat menjadi tanggung
jawab penjual
• Transaksi salam selesai pada saat penjual menyerahkan barang kepada
pembeli
• Pembeli tidak boleh menjual barang sebelum menerimanya
• Tidak boleh menukar barang, kecuali dengan barang sejenis sesuai
kesepakatan
5. KARAKTERISTIK SALAM
--PEMBAYARAN---
• Alat pembayaran harus diketahui jumlah dan bentuknya baik berupa kas,
barang atau manfaat
• Pelunasan harus dilakukan pada saat akad disepakati
• Tidak boleh dalam bentuk pelunasan utang penjual atau penyerahan piutang
pembeli dari pihak lain
• Ketentuan harga barang tidak boleh berubah selama masa akad
6. SALAM PARAREL
• Jika entitas bertindak sebagai penjual kemudian memesan kepada pihak lain
untuk menyediakan barang pesanan dengan cara salam
• Syarat salam pararel:
• Akad antara pembeli dan produsen terpisah dari akad antara entitas
penjual dan pembeli akhir
• Kedua akad tidak saling bergantung (ta’aluq)
8. • Bai’ as salam atau biasa disebut dengan salam, merupakan pembelian barang yang
pembayarannya dilunasi di muka sedangkan penyerahan barang dilakukan di kemudian hari.
• Akad salam ini digunakan untuk memfasilitasi pembelian suatu barang (biasanya barang hasil
pertanian) yang memerlukan waktu untuk memproduksinya.
• Salam paralel merupakan jual beli barang yang melibatkan dua transaksi salam, dalam hal ini
transaksi salam pertama dilakukan dilakukan antara nasabah dengan bank, sedang transaksi
salam kedua dilakukan antara bank dengan petani atau pemasok.
DEFINISI DAN PENGGUNAAN TRANSAKSI SALAM DAN SALAM PARALEL
10. • Landasan syar’i dibolehkannya transaksi salam adalah sebagaimana
disebutkan dalam hadis Nabi SAW riwayat Ibnu Abbas berikut:
• “Barang siapa yang melakukan salaf (salam) hendaknya ia melakukan
dengan takaran yang jelas dan timbangan yang jelas pula, untuk
jangka waktu yang diketahui.”
• Ketentuan syar’i transaksi salam diatur dalam fatwa DSN no
05/DSN-MUI/IV/2000 tentang Jual Beli Salam. Fatwa tersebut
mengatur tentang ketentuan pembayaran, barang, salam paralel,
waktu penyerahan dan syarat pembatalan kontrak.
KETENTUAN SYAR’I TRANSAKSI SALAM DAN SALAM PARALEL
11. Rukun-rukun salam meliputi:
a) transaktor yakni pembeli (muslam) dan penjual (muslam ilaih);
b) objek akad salam berupa barang dan harga yang diperjualbelikan dalam
transaksi salam; dan
c) ijab dan kabul yang menunjukkan pernyataan kehendak jual beli secara
salam, baik berupa ucapan atau perbuatan.
RUKUN TRANSAKSI SALAM
12. • Transaktor terdiri atas pembeli (muslam) dalam hal ini nasabah dan penjual (muslam
ilaih) dalam hal ini bank syariah.
• Kedua transakstor disyaratkan memiliki kompetensi berupa akil baligh dan
kemampuan memilih yang optimal seperti tidak gila, tidak sedang dipaksa dan lain
yang sejenis. Adapun untuk transaksi dengan anak kecil, dapat dilakukan dengan izin
dan pantauan dari walinya.
• Terkait dengan penjual, fatwa DSN no 05/DSN-MUI/IV/2000 mengharuskan agar
penjual menyerahkan barang tepat pada waktunya dengan kualitas dan jumlah yang
telah disepakati.
• Penjual diperbolehkan menyerahkan barang lebih cepat dari waktu yang disepakati
dengan syarat kualitas dan jumlah barang sesuai dengan kesepakatan dan ia tidak
boleh menuntut tambahan harga.
Rukun Transaksi Salam
A. TRANSAKTOR
13. B. OBJEK SALAM
DSN menyatakan beberapa ketentuan dalam transaksi salam :
1. Harus jelas ciri-cirinya dan dapat diakui sebagai utang
2. Harus dapat dijelaskan spesifikasinya
3. Penyerahannya dilakukan kemudian
4. Waktu dan tempat penyerahan barang harus ditetapkan berdasarkan
kesepakatan
5. Pembeli tidak boleh menjual barang sebelum menerimanya.
6. Tidak boleh menukar barang, kecuali dengan barang sejenis sesuai
kesepakatan
Rukun Transaksi Salam
14. • Terkait dengan alat pembayaran, DSN mensyaratkan alat bayar harus
diketahui jumlah dan bentuk nya. Alat bayar bisa berupa uang, barang atau
manfaat. Pembayaran harus dilakukan pada saat kontrak disepakati.
Pembayaran itu sendiri tidak boleh dalam bentuk pembebasan utang.
Rukun Transaksi Salam
15. C. IJAB DAN KABUL
Ijab dan Kabul adalah pernyataan dari kedua belah pihak yang
berkontrak, dengan cara penawaran dari penjual (bank syariah) dan
penerimaan yang dinyatakan oleh pembeli (nasabah).
Pelafalan perjanjian dapat dilakukan dengan lisan, isyarat (bagi yang
tidak bisa bicara), tindakan maupun tulisan, tergantung pada praktik yang
lazim di masyarakat dan menunjukkan keridhaan satu pihak untuk menjual
barang salam dan pihak lain untuk membeli barang salam.
Rukun Transaksi Salam
16. Berdasarkan fatwa DSN no 5 tahun 2000, disebutkan bahwa akad salam
kedua (antara bank sebagai pembeli dengan petani sebagai penjual) harus
dilakukan terpisah dari akad pertama. Adapun akad kedua baru dilakukan
setelah akad pertama sah. Rukun-rukun yang terdapat pada akad salam
pertama juga berlaku pada akad salam kedua.
RUKUN TRANSAKSI SALAM PARALEL
17. a) Memastikan barang yang diperjualbelikan tidak diharamkan oleh syariah islam;
b) Memastikan bahwa pembayaran atas barang salam kepada pemasok telah dilakukan diawal
kontrak secara tunai sebesar akad salam;
c) Meneliti bahwa akad salam telah sesuai dengan fatwa DSN-MUI tentang salam dan peraturan
bank indonesia yang berlaku;
d) Meneliti kejelasan akad salam yang dilakukan dalam format salam paralel atau akad salam
biasa;
e) Meneliti bahwa keuntungan bank syariah atas praktik salam paralel diperoleh dari selisih antara
harga beli dari pemasok dengan harga jual kepada nasabah/pembeli akhir.
PENGAWASAN SYARIAH TRANSAKSI SALAM DAN SALAM PARALEL
18. AKUNTANSI PEMBELI
• PIUTANG SALAM : Diakui Pada Saat Modal Usaha Salam Dibayarkan Atau
Dialihkan
• Piutang Salam = Piutang Barang ≠ Piutang Uang
• Modal Salam:
• Modal Berupa Kas
• Modal Berupa Non Kas
19. MODAL SALAM
KAS ASET NON KAS
Sebesar kas yang
dibayarkan
Sebesar Nilai Wajar
Nilai Tercatat < Nilai wajar Nilai Tercatat >Nilai wajar
Diakui keuntungan Diakui kerugian
20. AKUNTANSI PEMBELI
---PENYERAHAN MODAL---
• MODAL KAS
Dr. Piutang Salam xx
Cr. Kas xx
• MODAL NON KAS
Dr. Piutang Salam xx
Cr. Aset Salam xx
Cr. Keuntungan Penyer. Asset Salam xx
Dr. Piutang Salam xx
Dr. Kerugian Penyer. Aset Salam xx
Cr. Aset Salam xx
21. AKUNTANSI PEMBELI
--PENERIMAAN BARANG--
SESUAI DENGAN
AKAD
BERBEDA
KUALITASNYA
TIDAK DITERIMA SEBAGIAN
ATAU SELURUHNYA
DINILAI SESUAI
NILAI AKAD
Nilai Wajar sama dg nilai akad
Atau Nilai Wajar lebih besar dari
Nilai akad DIUKUR SESUAI DG
NILAI AKAD
Nilai Wajar < Nilai Akad
Diakui sebagai kerugian
22. BARANG TIDAK DITERIMA SEBAGIAN ATAU SELURUHNYA SAAT JATUH TEMPO
Jika tgl pengiriman
diperpanjang
Jika akad salam
Dibatalkan sebagian
Atau seluruhnya
Dan pembeli mempunyai
jaminan
Jika akad salam
Dibatalkan sebagian
Atau seluruhnya
Nilai Piutang Salam sebesar
Bagian yang belum
Dipenuhi sesuai
Dengan nilai akad
Piutang Salam berubah
Menjadi Piutang yg harus
Dilunasi oleh penjual
Sebesar bagian yang
Belum terpenuhi
Penjualan jaminan < Nilai Piutang
Salam--selisihnya sebgai
Piutang kpd penjual
Penjualan jaminan>Nilai piutang
Salam--selisihnya hak penjual
23. PENYERAHAN BARANG SEBELUM ATAU PADA SAAT JATUH
TEMPO
• Fatwa DSN 05/DSN-MUI/IV/2000
• Penjual menyerahkan barang dg kualitas yang lebih tinggi tidak boleh
meminta tambahan harga
• Penjual menyerahkan barang dg kualitas yang lebih rendah dan pembeli rela
menerimanya maka pembeli tidak boleh menuntut pengurangan harga
(diskon)
• Penjual dapat menyerahkan barang lebih cepat dari waktunya dg syarat
kualitas sesuai dengan kesepakatan dan tidak boleh meminta tambahan
harga
24. DENDA
• Pembeli dapat mengenakan denda kepada penjual dan diakui sebagai bagian
dana kebajikan (PSAK 103 paragraf 14)
25. BARANG PESANAN
• Barang pesanan yang telah diterima diakui sebagai persediaan
• Pada akhir periode laporan persediaan dari transaksi salam diukur:
• Sebesar nilai terendah biaya perolehan atau nilai bersih yang dapat
direalisasi
• Jika nilai bersih > biaya perolehan selisihnya diakui sebagai kerugian
26. CONTOH KASUS
• Bulan Januari Bank Syariah Adil memesan beras IR 64 type B ke KUD
Maju sebanyak 10 ton dengan harga per ton Rp 10.000.000 yang akan
diserahkan 3 bulan kemudian (bulan April), untuk transaksi tersebut
maka KUD memberikan jaminan ke Bank Syariah dalam bentuk sertifikat
sawah senilai Rp 50.000.000,-
29. PENYERAHAN BARANG
---BERBEDA KUALITASNYA---
• KUD menyerahkan type A dg harga dipasar adalah Rp 15 jt per ton
• Dr Persediaan Rp 100 jt
• Cr. Piutang Salam Rp 100 jt
• KUD menyerahkan type C dg harga dipasar adalah Rp 5 juta per ton
• Dr Persediaan Rp 50 jt
• Dr Kerugian Penyerahan Barang Salam Rp 50 jt
• Cr Piutang Salam Rp 100 jt
30. PENYERAHAN BARANG
---PADA SAAT JATUH TEMPO TIDAK SEMUA ATAU SEBAGIAN DISERAHKAN---
• Jika waktu pengiriman diperpanjang maka tidak ada jurnal yg dicatat
• Jika KUD membatalkan akad salam dg bank syariah karena gagal panen
• Dr. Piutang Rp 100 jt
• Cr. Piutang salam Rp 100 jt
• KUD sampai jatuh tempo hanya sanggup mengirim 8 ton saja dari 10 ton yang
dijanjikan
• Dr Piutang Rp 20 jt
• Dr Persediaan Rp 80 jt
• Cr Piutang Salam Rp 100 jt
31. PENJUALAN JAMINAN
• Karena KUD tidak dapat memenuhi kewajibannya maka Bank Syariah menjual harta
jaminan senila Rp 60 juta
• Dr Kas Rp 60 jt
• Dr Piutang Rp 40 jt
• Cr Piutang Salam Rp 100 jt
• Karena KUD hanya dapat memenuhi 8 ton saja maka bank syariah menjual harta jaminan
seharga Rp 60 juta
• Dr Persediaan Rp 80 jt
• Dr Kas Rp 60 jt
• Cr Piutang Salam Rp 100 jt
• Cr Keuntungan Salam *) kas Rp 40 jt
32. DENDA
• Karena kelalaiannya KUD tidak dapat memenuhi barang pesanannya maka bank
syariah mengenakan denda sebesar Rp 1.000.000,-
• Dr Kas 1.000.000
• Cr Dana Kebajikan 1.000.000
33. AKUNTANSI PENJUAL
• Kewajiban Salam diakui pada saat penjual menerima modal salam
yg dinilai sebesar modal salam yang diterima
• KEWAJIBAN SALAM = HUTANG BARANG ≠ HUTANG UANG
• MODAL SALAM
NON KAS
KAS
DIUKUR
SEBESAR
NILAI WAJAR
34. KEWAJIBAN SALAM
• Dihentikan pengakuannya (derecognation) pada saat penyerahan barang
kepada pembeli
• Dalam salam pararel selisih antara jumlah yang dibayar pembeli akhir dan
biaya perolehan barang diakui sebagai keuntungan atau kerugian pada
saat penyerahan barang pesanan oleh penjual kepada pembeli akhir
35. STUDI KASUS LANJUTAN
• Pada saat KUD menerima modal salam Rp 100 jt
• Dr Kas Rp 100 jt
• Cr Hutang Salam Rp 100 jt
• Pada saat penyerahan barang salam dari KUD ke Bank Syariah
• Dr Hutang Salam Rp 100 jt
• Cr Persediaan Rp 100 jt
36. JIKA BANK SYARIAH SEBAGAI PENJUAL
• Jika nilai kontrak Bank Syariah dg Bulog senilai Rp 150 jt
• Dr Kas 150 jt
• Cr Hutang Salam Rp 150 jt
• Penyerahan barang pesanan ke Bulog
• Dr Hutang Salam Rp 150 jt
• Cr Persediaan Rp 100 jt
• Cr Keuntungan Salam Rp 50 jt
37. PENYAJIAN
• Pembeli menyajikan modal usaha salam yang diserahkan sebagai piutang salam
• Piutang yg harus dilunasi oleh penjual karena tidak dapat memenuhi
kewajibannya dalam transaksi salam disajikan terpisah dari piutang salam
• Penjual menyajikan modal usaha salam sebagai kewajiban salam
38. PENGUNGKAPAN
• PEMBELI harus mengungkapkan:
• Besarnya modal usaha salam baik dibiayai sendiri atau dibiayai bersama
pihak lain
• Jenis dan kuantitas barang pesanan
• Pengungkapan lain sesuai PSAK 101
• PENJUAL
• Piutang salam kepada produsen (salam pararel) yg memiliki hubungan
istimewa
• Jenis dan kuantitas barang pesanan