6. Karena saling mengondisikan maka antara :
tidak ada yang terjadi lebih dahulu, melainkan terjadi
secara bersama-sama,
ketika muncul sebab maka saat itu pula secara
otomatis akibat (sebagai potensi) juga ada
SEBAB AKIBAT
7. Contoh :
* Kelahiran <===> kematian
* Pertemuan <===> perpisahan
Antara sebab <===>akibat
merupakan satu kesatuan yang
tidak dapat dipisahkan
SEBAB AKIBAT
8. Kondisi (sebab <===> akibat) ini telah
direalisasi oleh semua Sammasambuddha
Karena itu, (sebab <===> akibat) ini harus
dilihat sebagaimana adanya (as they are)
Bukan dilihat sebagaimana yang saya
inginkan (as I want)
Dilihat sebagaimana adanya, artinya selalu
dipahami bahwa (sebab <===> akibat) ini
dicengkeram oleh Tilakkhana (Anicca, Dukkha,
Anatta) dan dijadikan sebagai objek
Vipassana.
10. Semua merupakan lingkaran sebab-
akibat, jadi tidak diketahui awal dan akhir.
Alam semesta ini selalu bergerak menurut
proses pembentukan dan
penghancuran yang
berlangsung terus menerus.
11. “Tidak dapat
dipikirkan akhir tumimbal lahir, tidak dapat
dipikirkan asal mula makhluk yang karena
diliputi ketidaktahuan dan terbelenggu
keinginan rendah,mengembara ke sana
ke mari.”
12. 2) Memperlihatkan pula berhentinya segala
rangkaian peristiwa fenomena kehidupan
dengan berhentinya syarat-syarat yang
mendahuluinya.
3) Berhentinya rangkaian peristiwa fenomena
kehidupan ini dapat dicapai oleh mereka
yang telah memiliki
(Kebijaksanaan Sempurna).
13. Bila kita mempelajari hukum paticcasamuppada
ini dengan sungguh-sungguh maka:
a) Kita akan terbebas dari pandangan salah, dan
b) Dapat melihat hidup dan kehidupan ini dengan
sewajarnya.
14. +)Imasming Sati Idang Hoti
+)Dengan adanya ini,maka ada itu.
+)Imasuppada Idang Uppajjati
+)Dengan timbulnya ini,maka timbul itu.
-) Imasming Asati Idang Na Hoti
-)Dengan tidak ada ini,maka tidak ada itu.
-) Imassa Nirodha Idang Nirujjati
-)Dengan tidak timbul ini,maka tidak timbul itu.
Aspek (+)
ADA
Aspek (–)
TIDAK ADA
15. Makna Rumusan
Paticcasamuppada
Bedanya “ada” dengan “timbul”
Bedanya “tidak timbul” dengan
“lenyap”
Makna ‘ada’ dan ‘timbul’
Makna ‘postif’ dan ‘negatif’
(menggunakan analogi “jika-maka” dan
“jika dan hanya jika”)
Makna ‘ini’ dan ‘itu’ (12 nidana)
16. 1) Bedanya“ada”dengan“timbul”
“ada” memang karena sudah ada
“timbul” dari belum ada menjadi ada.
2) Bedanya “tidak timbul” dengan “lenyap”.
“tidak timbul” karena memang tidak ada
“lenyap” dari ada menjadi tidak ada.
18. Makna ‘positif’ dan ‘negatif’
Dijelaskan dengan menggunakan analogi “jika-
maka” dan “jika dan hanya jika”
Analogi :
a) Jika hari hujan maka bawa payung (+).
b) Jika hari tidak hujan maka tidak bawa payung (-).
c) Bawa payung jika dan hanya jika hujan
Note : a dan b = tidak pasti
c = adalah pasti
19. A. Merupakan 12 faktor yang berkombinasi
menjadi rangkaian “sebab-akibat” yaitu:
(kegelapan batin).
(bentuk-bentuk kamma).
(kesadaran).
(batin&jasmani).
(6 landasan indera).
(kontak).
(perasaan).
(keinginan rendah).
22. 1. Avijja
(Ketidaktahuan/kegelapan batin/kebodohan
batin)
Tidak mengerti adanya Dukkha
Tidak mengerti Sebab Dukkha (Samudaya)
Tidak mengerti Terhentinya Dukkha (Nirodha)
Tidak mengerti Jalan Terhentinya Dukkha
(Magga)
Tidak mengerti ada masa yang lalu (Pubbanta)
Tidak mengerti ada masa akan datang
(Aparanta)
Tidak mengerti ada masa yang lalu & ada masa
yang akan datang (Pubbantaparanta)
Tidak mengerti hukum sebab akibat yang saling
mengondisikan (Paticcasamuppada)
23. 2. Sankhara
Dalam Tilakkhana (Tiga Corak Kehidupan),
kata Sankhara (Sangkhata) bermakna
segala sesuatu yang berkondisi, yang
merupakan perpaduan dan mengalami
proses
Dalam Cattari Ariya Saccani (Empat
Kebenaran Mulia), kata Sankhara bermakna
salah satu dari 4 Nama Khanda, yaitu
Sankhara Khanda (faktor-faktor mental
atau faktor-faktor pikiran)
Dalam Paticcasamuppada (hukum sebab
akibat yang saling mengondisikan), kata
Sankhara bermakna bentuk-bentuk kamma
atau perbuatan
24. 3.Vinnana (Kesadaran)
Kesadaran timbul akibat adanya kontak (Phassa) antara
landasan indera (Pasada) dengan objeknya (Arammana)
1. Kesadaran Melihat (Dassana / Cakkhu Vinnana)
2. Kesadaran Mendengar (Savana / Sota Vinnana)
3. Kesadaran Mencium bau (Ghayana / Ghana Vinnana)
4. Kesadaran Mengecap rasa (Sayana / Jivha Vinnana)
5. Kes. Mengalami Sentuhan (Phussana / Kaya Vinnana)
6. Kesadaran Berpikir (Mano Vinnana) (KUBD 225)
Yang dibicarakan di dalam Paticcasamuppada ini adalah
“Patisandhi Vinnana”, yaitu kesadaran lahir, kesadaran yang
sesuai fungsinya menjadi kesadaran awal lahirnya makhluk
dan juga “Lokiya Vipaka Vinnana”, yaitu kesadaran
menerima hasil dalam kehidupan sehari-hari.
25. 4. Nama Rupa
(Batin Jasmani)
Nama (Batin) dalam Pancakhanda terdiri dari :
Vinnana Khanda (kelompok Kesadaran)
Sanna Khanda (kelompok Persepsi / Ingatan)
Sankhara Khanda (kelompok Faktor-faktor
mental / pikiran)
Vedana Khanda (kelompok Perasaan)
Nama (Batin) yang dimaksud dalam
Paticcasamuppada ialah 3 kelompok saja yaitu :
Sanna Khanda (kelompok Persepsi / Ingatan)
Sankhara Khanda (kelompok Faktor-faktor
mental / pikiran)
Vedana Khanda (kelompok Perasaan)
Rupa (Jasmani) terdiri dari Mahabhuta 4 atau Avini
Bhoga Rupa 8 atau Rupa 28
26. 5.Salayatana
(6 Landasan Indera)
6 landasan indera ini adalah:
1) Mata
2) Telinga
3) Hidung
4) Lidah
5) Jasmani
6) Pikiran
Enam landasan ini muncul bersamaan dengan
Nama Rupa.
27. 6. Phassa ( Kontak )
Kontak yang terjadi antara 6 landasan
indera dengan objeknya masing masing
29. 7. Vedana ( Perasaan )
3 jenis perasaan batin yaitu :
- Menyenangkan (Somanassa),
- Tidak menyenangkan (Domanassa) dan
- Netral (Upekkha )
2 jenis perasaan fisik yaitu :
- Penderitaan jasmani (Dukkha) dan
- Kebahagiaan jasmani (Sukha)
30. 8. Tanha (Nafsu Keinginan)
a. Berdasarkan kesenangan pada 6 obyek /
Arammana
b. Berdasarkan keadaan yang berlangsung
1). Kama Tanha, keinginan rendah memuaskan
nafsu indrawi,
Misal : Semoga kaya, Semoga Makmur…
2). Bhava Tanha, keinginan rendah akan keber
langsungan terus menerus, Misal: keinginan
lahir di Rupa Brahma, semoga cinta kita bisa
abadi, ….dll
3). Vibhava Tanha, keinginan rendah akan
ketidak berlangsungan, Misal : WC bau, lalu
maunya cepat cepat keluar agar terbebas
dari bau tersebut (ada penolakan)
31. • Kama Tanha dan Bhava Tanha ->cenderung Lobha
yang juga bersama Moha
• Vibhava Tanha -> Cenderung Dosa, juga bersama
Moha
• Moha -> bisa berdiri sendiri, misalnya pandangan
salah, seperti kita tidak melihat matahari karena
tertutup oleh awan, atau tembok, atau pohon.
Misal: Anagami yang masih memiliki Mana, dengan
Panna, Moha tersebut hilang; begitu ada terang,
maka gelapnya hilang
• Kama Tanha, Bhava Tanha dan Vibhava Tanha
terjadi dalam satu proses kejadian, misalnya :
• Saat makan bakso, menikmati bakso tersebut (Kama
Tanha). Selanjutnya, karena enak, ingin terus menikmati
(Bhava Tanha), ketika baksonya habis, kecewa,”wah,
sayang baksonya cepat habis” (Vibhava tanha).
32. 108 Tanha
6 INDERA OBYEK KESADARAN
MATA
(K,B,V)
BENDA
(K,B,V)
MELIHAT
TELINGA
(K,B,V)
SUARA
(K,B,V)
MENDENGAR
HIDUNG
(K,B,V)
BEBAUAN
(K,B,V)
MEMBAUI
LIDAH
(K,B,V)
RASA
(K,B,V)
MENGECAP
JASMANI
(K,B,V)
SENTUHAN
(K,B,V)
MERASAKAN
SENTUHAN
PIKIRAN (K,B,V) IDE/GAGASAN
(K,B,V)
BERPIKIR
33. Setiap indera dan obyek mengondisikan
tiga Tanha (Kama-tanha, Bhava-tanha, dan
Vibhava-tanha). Jadi, semua ada 36 Tanha.
36 Tanha
36 Tanha
36 Tanha
Jadi, totalnya adalah 36 x3 = 108 Tanha
setiap masa.
34. 9. Upadana (Kemelekatan)
Ada 4 macam yaitu :
1. Kama-upadana, kemelekatan pada kenafsuan
- Membawa pada pemuasan diri secara
berlebihan, akan mengantar pada Bhava
(perwujudan baru)
2. Ditthi-upadana, kemelekatan pada pandangan
Secara umum, melekat pada pandangan, misal:
- Kemoralan tidak menghasilkan Vipaka.
- Tidak ada akibat dari perbuatan baik (berdana,
dll) di masa sekarang maupun di masa akan
datang, dsb.
3. Silabbata-upadana, kemelekatan pada upacara
yang dianggap dapat membawa kesucian,
menganggap hal demikian penting, atau terikat
pada mereka dalam hal bersifat tahyul
35. 4. Attavada-upadana, kemelekatan pada ‘sang Ego’
- Hal ini disebabkan kebanggaan yang berlebihan
dan sifat menonjolkan diri, sehingga menimbulkan
suatu perasaan curiga yang kuat terhadap orang
atau golongan lain.
- Pandangan ada sesuatu yg hidup (kekal) di dalam
badan: Ia hidup bila inti kehidupan ini ada, dan
sebaliknya, ia mati bila inti kehidupan ini berhenti.
- Ucchedaditthi (Nihilis), setelah mati tidak ada
apa apa
- Sasataditthi (Eternalis), ada inti yang tidak dapat
dihancurkan, yang abadi, yang berpindah dari satu
badan ke badan lainnya
• Kama-upadana termasuk Tanha karena
berhubungan dengan nafsu indera
• 3 Upadana yang lain termasuk Micchaditthi
(Pandangan Salah)
36. Perbedaan Tanha dan Upadana
• Tanha :
• - Keinginan rendah yang punya tenaga kecil. Misalnya awal se
sendok bakso
• - Kepuasan hati terhadap obyek yang diketemukan.
• - Keinginan terhadap obyek yang belum didapati.
Upadana :
• - Yang punya tenaga besar.
• - Kemelekatan terhadap obyek, selalu terkenang akan obyek, dan
tak akan lenyap. Misal :
• Terkenang pacaran cinta pertama … ketika melihat sinetron
• Melihat orang yang mirip suami yang jahat …. timbul kebencian
• - Kemelekatan pada obyek & tidak akan melepaskan obyek.
• - Mencengkeram, menimbulkan kondisi dari kemunculan /
kelahiran / syarat untuk kelahiran. Misal: Berbohong, karena hal
itu tidak dianggap sebagai bohong, akhirnya terpelihara dan
menjadi watak.
• Tanha seperti mencari barang dalam kegelapan, upadana ketemu
37. 10. Bhava ( Proses Penjadian / Dumadi)
Terdiri dari 2 macam :
Kammabhava, berarti proses kamma yaitu
munculnya bentuk bentuk kamma yang
menyebabkan tumimbal lahir (bersifat
proses aktif untuk menjadi)
Berkembang melalui Tanha dan Upadana
Upapattibhava, (berbagai alam kehidupan),
berarti proses tumimbal lahir, yaitu buah
buah kamma yang lalu (Vipaka kamma)
yang bersifat pasif.
Lahir di kandungan (sudah terbentuk)
38. 11. Jati (Kelahiran):
yaitu munculnya Pancakkhanda
(Khandhanam Patubhavo).
12. Jara – Marana (Kelapukan / Ketuaan
dan Kematian
39. I. 12 Faktor (12 Nidana)
1. AVIJJA
(Kegelapan
Batin): Tidak
mengetahui
hakikat
sesungguhnya
segala sesuatu
Seperti orang tua buta yang berjalan tak
tentu arah
40. I. 12 Faktor (12 Nidana)
2. Sankhara
(Bentuk- bentuk
Kamma)
Seperti pembuat tembikar yang membuat aneka
macam tembikar terus menerus (Kamma
bermanfaat atau tidak bermanfaat)
Ada berbagai macam bentuk tembikar ada
tembikar yang sudah pecah (Vipaka yg sudah
berbuah) ada juga yang masih belum berbuah
Ada juga yang masih dibuat.
41. I. 12 Faktor (12 Nidana)
3. Vinnana
(Patisandhi
Vinnana)
Kesadaran
Penghubung
Seperti seekor kera yang berpindah dari
pohon kering ke pohon yang masih hijau
dan lebat buahnya. Begitu juga Patisandhi
Vinnana berproses/berlanjut dari satu
kehidupan kekehidupan yang lain
42. I. 12 Faktor (12 Nidana)
4. Nama Rupa
(Batin dan
Jasmani) hasil
dari Kamma
lampau
Seperti sepasang pria-wanita di dalam
satu perahu
43. I. 12 Faktor (12 Nidana)
5. Salayatana (6
Landasan Indera
dalam/internal
dan Enam
landasan Indera
luar/External)
Mata, Telinga,
Hidung, Lidah,
Jasmani, Pikiran
dan obyek-
obyeknya
Diibaratkan sebuah rumah yang
mempunyai 5 jendela dan 1 pintu.
44. I. 12 Faktor (12 Nidana)
6. Phassa (Kontak)
Ketika Indera telah
berkembang, dapat
terjadi kontak
dengan masing
masing objeknya
Digambarkan dengan seorang lelaki dan
wanita yang sedang bercinta di malam
hari. mencerminkan landasan indera
Kontak dengan obyek.
45. I. 12 Faktor (12 Nidana)
7. Vedana (Perasaan)
Seperti lelaki yang matanya ditembus 2
anak panah, begitu juga perasaan
membutakan batin seseorang.
46. I. 12 Faktor (12 Nidana)
8. Tanha (Nafsu
Keinginan rendah )
Seperti seseorang yang sedang minum
minuman keras yang memabukkan.
47. I. 12 Faktor (12 Nidana)
9. Upadana
(Kemelekatan)
Ibarat orang yang mengumpulkan buah,
walaupun keranjangnya sudah penuh
semua tetapi masih terus memetik buah.
48. I. 12 Faktor (12 Nidana)
10. Bhava
(Perwujudan,
Proses menjadi)
Seperti seorang wanitayang sedang
mengandung.
49. I. 12 Faktor (12 Nidana)
11. Jati (Lahir /
Munculnya Panca
Khanda)
Digambarkan sebagai seorang wanita yang
sedang melahirkan.
50. I. 12 Faktor (12 Nidana)
12. Jara Marana
(Usia Tua dan
kematian)
Digambarkan sebagai lelaki
tua dan sebuah jenazah/mayat.
51. Penjelasan
Gambar
Lambang dari akar sebab sebab “Penjadian” yang tidak ada henti
3 Binatang saling menggigit ekor satu & lainnya, menunjukkan 3 akar
kejahatan ini (Lobha, Dosa, dan Moha) saling bergantungan satu
dengan yang lainnya
Ayam Jago (Keserakahan)
Ular (Kebencian)
Babi (Kegelapan / kebodohan batin)
52. Jalan Gelap
dan Terang
Putih : 4 orang (Bhikkhu, Bhikkhuni, Upasaka &
Upasika) sedang melatih jalan yg baik, menuju
Kama Sugati 7
Hitam : Makhluk telanjang (Tanpa Hiri & Otappa),
jatuh ke Apaya 4 karena perbuatan buruk mereka
63. Hasil Jalan Mulia Berunsur Delapan melintasi dan memutus Rantai
kelahiran (Jati dan Jara marana) digambarkan dengan 8 teratai
64. Sang Buddha, berdiri di pantai seberang
melambangkan Beliau telah merealisasi Nibbana
Semua mata rantai beserta dunia dan isinya dicengkeram erat dan
dilahap raksasa “Kala”.
65. Mencakup 7 tinjauan Paticcasamuppada,yaitu:
(lalu, sekarang, dan yang akan datang)
(12 nidana)
akibat yang lalu mengondisikan akibat sekarang.
akibat sekarang mengondisikan sebab sekarang
sebab sekarang mengondisikan akibat yang akan
datang.
66. Sebab yang lalu,
Akibat yang sekarang,
Sebab sekarang,
Akibat yang akan datang.
Kilesa (avijja, tanha, upadana)
Kamma (sankhara, bhava)
Vipaka (vinnana, nama-rupa, salayatana,phassa,vedana)
(avijja dan tanha)
67. Sebab yang lalu Sekarang
Akibat
Sekarang
Sebab
Akibat yg akan
datang
Avijja Vinnana Tanha Vinnana
Sankhara Nama dan
Rupa
Upadana Nama dan
Rupa
Tanha Salayatana Bhava Salayatana
Upadana Phassa Avijja Phassa
Bhava Vedana Sankhara Vedana
SEBAB DUKKHA SEBAB DUKKHA
68. 3 masa atau Tayo-addha
Atita-addha
Paccupanna-addha
Anagata-addha
69. Atita Addha
Waktu yang telah lampau
termasuk pula waktu dalam
kehidupan yang lampau dan
waktu yang lampau dalam
kehidupan sekarang ini.
Faktor yang menjadi Atita Addha
adalah Avijja dan Sankhara
70. Paccupanna Addha
Dimaksudkan sebagai waktu yang
sekarang, yang saat ini yang
sedang ada sekarang ini.
Faktor Paccuppanna addha dari
Paticcasamuppada adalah:
Vinnana, Nama-rupa, Salayatana,
Phassa, Vedana, Tanha, Upadana,
dan Bhava
71. Anagata-addha
Dikatakan sebagai waktu yang akan
datang
Faktor Anagata-addha dari
Paticcasamuppada adalah Jati dan
Jara-marana
Bila telah melakukan sesuatu, baik
yang merupakan kusala kamma
maupun akusala kamma disebut
Kamma Bhava, yang menimbulkan
hasil atau akibat pada kehidupan
yang sekarang