SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 169
OKLUSI PADA
GIGI TIRUAN PENUH
1
Anggota Kelompok
• Chairani Ilma (110600041)
• Fredysen W Megosurya (110600042)
• Ingrid P Khosalim (110600043)
• Khaera Cameliya (110600044)
• Joule Siregar (110600045)
• Octavina (110600046)
• Dina Naulita M (110600047)
• Ayesha Adisti Asbi (110600048)
• Vandersun Lestari (110600049)
• Indah Gayatri (110600050)
• Vinda Anggela Dewi (110600051)
• Artauli Octaviana (110600052)
• Lulu Fanty Caroline (110600053)
2
3
Oklusi
pada
GTP
1. Konsep
Umum
Oklusi
2.
Klasifikasi
Oklusi
pada GTP
3. Konsep
Oklusi
pada GTP
4.
Pergerakan
Protrusif &
Lateral
5.
Hubungan
Rahang
Abnormal
6. Faktor
Stabilisasi
Oklusi
4
Konsep Umum
Oklusi
Oklusi
Oklusi Asli &
Artifisial
Oklusi Sentrik
& Relasi
Sentrik
Artikulasi
Protrusif
Movement
Lateral
Movement
5
OKLUSI
Subjek yang paling penting dalam disiplin ilmu kedokteran gigi
Gigi sebagai suatu kesatuan yang berfungsi bersama-sama sangat
penting bagi manusia sejak dahulu kala
Juga merupakan subjek paling membingungkan (karena rumit) dalam
ilmu kedokteran gigi
Upaya untuk memahami oklusi dilakukan dari analisis
mekanika, matematika, dan geometri pertemuan gigi dan pergerakan
rahang → hingga analisis biologis dan fungsional gigi geligi yang
dipengaruhi faktor lingkungan dan makanan
6
Oklusi Asli dan Oklusi Artifisial
• Perkembangan Oklusi
 Evolusi serta perkembangan gigi dan TMJ
digunakan sebagai pembelajaran → memberikan
petunjuk untuk mengetahui bagaimana fungsi
dari gigi kita yang sekarang
 Gigi desidui juga memberikan penyelesaian
masalah pada anak-anak sebagai alat mastikasi
yang tepat & sesuai dengan kebutuhan mereka
pada saat itu dan konsisten dengan ruang yang
tersedia pada rahang
7
Kelemahan fungsional yang mungkin terjadi
selama masa transisi dapat dimininalisir
dengan:
Ketika I sentralis tanggal, gigi desidui dari I lateral
dan kanius dapat digunakan sebagai pemotong
makanan
Walaupun kehilangan desidui molar tidak akan
menggangu proses menhancurkan dan menggiling
makanan karena molar satu permanen telah
erupsi
8
Perkembangan gomphosis (ligamen
periodontal tipe perlekatan) memungkinkan
penyesuaian posisi dari masing-masing gigi
setelah erupsi → sebagai respon terhadap
tekanan pengunyahan → didapatkan posisi
gigi yang paling efisien
9
Ciri-ciri dari Oklusi Asli
(Natural Occlusion)
• Dalam pengunyahan, gigi rahang bawah
bergerak melewati rahang atas, melewati
posisi intercuspal, biasanya tanpa berhenti.
• Posisi intercuspal biasanya digunakan selama
pengunyahan, penelanan, dan selama gigi
clenching
10
• Selama berfungsi, hadirnya cusp unworn
selalu dihasilkan dari gigi yang terpisah pada
satu sisi, walaupun gigi berkontak dengan sisi
yang lain pada lengkung rahang.
• Ini terlihat secara jelas selama pergerakan
lateral tetapi juga terjadi padaa pergerakan
protusif ketika gigi anterior berkontak dan gigi
posterior tidak.
• Hubungan oklusi dan artikulasi ini sering
disebut oklusi yang ideal oleh dokter gigi yang
menggunakan philosofi mekanis dan
penjelasan-penjelasan
11
• Dibawah pengaruh dari diet abrasif, gigi asli yang
utama tidak memperlihatkan maloklusi, lebih luas
lagi karena penggunaan itu mengambil tempat.
• Syarat gigi yang telah tanggal dapat digantikan
dengan gigi tiruan palsu buatan yang mengetahui
kesulitan dalam penyusunan morphology
compleks pada gigi unworn.
• Syarat yang dibuat oleh dokter gigi seperti pada
masing-masing gigi dan lebih khusus pada
pembentukan permukaan oklusal untuk
penggantian gigi yang pas dan berfungsi dengan
baik. Ini bersal dari konsep perspektif oklusi yang
ideal
12
• Walaupun kesalahan dalam pemakaian gigi ini
dapat menyebabkan salah paham sebagai
fugsi aslinya, pada kenyataannya tergantung
dari perbaikan dan penyusunan gigi dengan
lingkungan yang tidak natural.
13
Oklusi Artifisial
• Ketika pergantian gigi natural dengan gigi
artifisial, yang penting adalah pergantan fungsi
harus harmonis dengan sistem rahang, otot, dan
sendi. Ketika gigi tanggal, terjadi resorbsi tulang,
dan tulang alveolar menjadi berubah bentuk dan
ukuran, ditutupi oleh mukosa yang bervariasi dan
tipis.
• Ketika GTP dibuat untuk mencocokkan dasar
mukosa dan tulang, mereka dalam keadaan diam
hanya ketika rahang dalam keadaan statis.
14
• Ketika gigi artifisial melakukan kontak, mereka
melakukannya dengan cara yang sama pada
gigi asli unworn, kemudian ini seharusnya
dekat sehingga seperti masuk pergerakan yang
tidak diinginkan dari dasar gigi tiruan.
• Jika hanya satu sisi yang berkontak, atau
hanya satu pasang gigi kontak (kasus
terbanyak kaninus) lalu ini akan menghasilkan
pergerakan dari dasar gigi tiruan yang akan
sangat susah jika pasien tidaak bisa
mengkontrolnya.
15
• Tetapi jika gigi berkontak karena basis gigi
tiruan sampai tip up sampai gigi pada sisi lain
bertemu, mereka akan memberikan arah pada
basis samapi posisi yang lebih stabil dengan
banyak gigi yang berkontak.
• Menariknya, oklusi seimbang ini terjadi tepat
pada situasi natural worn dari gigi asli. Tetapi,
pada gigi unworn natural , selama
pengunyahan, dimana ada penurunan bolus
diantara gigi, yang memungkinkan untuk
mengidentifikasi kontak gigi antar kedua
rahang.
16
• Fungsi mastikasi yang normal, meskipun
representatif hanya satu aspek dari penggunaan
GTP dan gigi artifisial.
• Oklusi sentrik merupakan kebanyakan posisi yang
sering digunakan selama mastikasi tetapi juga
selama penelanandan banyak pererakan menuju
sentrik oklusi, posisi yang diadaptasi selama
penelanan, seharusnya seimbang untuk
meminimalisasikan pergerakan gigi palsu dan
tekanan yang mendesak basis. Aksi lain juga
mengambil tempat, sehingga dapat “jeopardise”
walaupun penyusunan basis gigi tiruan dan gigi
artifisial ideal
17
Terminologi
• Definisi ini muncul sebagai hasil dari beragam
penelitian selama bertahun-tahun untuk
menumbuhkan pemahaman yang lebih pada
pergerakan rahang dan cara bagaimana gigi
mencapai keadaan secara bersama (oklusi)
• Definisi lain juga merupakan refleki dari
beberapa penelitian untuk
memahami, dimulai dari mekanistik sampai
biologikal dan biofungsional.
18
Oklusi
Relasi statis diantara insisivus dan permukaan
mastikasi dai maksila atau mandibula gigi atau
analog gigi.
Oklusi sentrik
Oklusi dari gigi antagonis ketika mandibula pada
relasi sentrik. Ini mungkin atau tidak sama
dengan intercuspal maksimal.
19
• Intercuspal maksimum
Intercuspal lengkap pada
gigi anterior, posisi dari
condilar independent
Relasi sentrik
Relasi physiological yang paling
sering yaitu pada mandibula
retruded ke maksila ke dan dari
dimana individu dapat membuat
pergerakan kolateral. Ini kondisi
dimana dapat eksis di tingkatan
yang berbeda dari pemisahan
rahang. Ini dapat terjadi sekitar
terminal aksis hinge.
Terminal aksis hinge
Tahap ini sekarang lebih dikena
sebagai aksis transverse
horizontal.
Garis imaginer disekitar
dimana mandibula mungkin
berotasi dengan sagital plane
20
Artikulasi
Relasi kontak diantara permukaan oklusal dari gigi selama berfungsi
Mutually protected articulation
Skema oklusal dimana gigi posterior
mencegah kontak berlebihan dari
giigi anterior pada interuspal
maksimum, dan gigi anterior
melepaskan gigi posterior pada
seluruh pergerakan excursive
mandibula
Balanced articulation
bilateral, simultan, anterior dan
posterior kontak oklusi dari gigi
pada posisi sentrik dan eksentrik
Artikulasi lingual
Tidak ada muncul di glossary :
oklusi lingual di deginisikan sebagai
bentuk dari oklusi gigi tiruan
dimana artikulasi dari cusp lingual
dengan permukaan oklusal
mandibula pada centric working
dan non-working
Anterior protected articulation
Bentuk artikulasi mutually
protected dimana vertikal dan
horizontal overlap pada nterior gigi
sampai melepaskan gigi posterior
pada pergerakan excursive
mandibula
21
Sentrik oklusi
• Ketika pembuatan GTP, hanya ada guide langsung yang
mungkin untuk menentukan dimana gigi diletakkan;
dua yang paling penting yaitu hubungan vertikal dan
horizontal dari mandibula terhadap maksila.
• Mandibula walaupun menghambat pergerakan vertikal
secara konsisten hanya ketika terjadi rotasi disekitar
axis horizontal dan ini dapat digunakan untuk
mendapatkan posisi mandibular yang reproduktif
dalam menentukan vertikal dimensi
• Pada ketinggian oklusal ini, ketika gigi diletakkan
sehingga kestabilan kontak gigi terjadi pada intercuspal
maksimum
22
• Definisi : relasi paling retruded dari mandibula
terhadap maksila untuk dan dari dimana
individual dapat membuat pergerakan lateral;
posisi klinikal menentukan ketika condyle-disc
assemblies artikulasi pada posisi AP melawan
eminances artikulator; dari yang terbatas
sampai pergerakan rotasi reproductible
tentang aksis tranverse horizontal; posisi
dimana intercuspal maksimum dari gigi dapat
terjadi pada saat menentukan vertikal dimensi
oklusal
23
Aksis tranverse horizontal (terminal
hinge axis)
• Definisi : garis imaginer mengelilingi dimana
mandibula dapat menghasilkan hinge vertikal
ata pergerakan riotasi secara langsung 25 mm
24
Intercuspal Maksimum
• Pada tahap ini lebih baik menjelaskannya karena
pada gigi asli adalah oklusi sentrik, tetapi pada
GTP, ini harus termasuk relasi horizontal dan
vertikal dari mandibula terhadap maksila.
• Definisi : hubungan static dan kontak diantar
mandibula dan maksila gigi artifisial dapat
memperoleh relasi yang stabil diantar insisal dan
permukaan mastikasi, ketika mandibula pada
keadaana posisi relasi sentrik pada penentuan
dimensi vertikal pada oklusi
25
Artikulasi
semua hubungan gigi dalam posisi apapun diluar interkuspasi maksimal.
Tujuannya : menyediakan kontak yang simultan sebanyak mungkin, dan
berbagai jenis skema oklusal telah dirancang untuk mencapai hal ini.
Artikulasi seimbang
Definisi :
Kontak antara mandibula dan maksila secara terus menerus sebanyak
mungkin dalam semua pergerakan excursive baik menjauhi, menuju
ataupun pada posisi interkuspasi maksimum.
Istilah ini dapat diterapkan untuk semua jenis skema oklusal, menggunakan
gigi ber-cusp atapun cuspless ataupun kombinasi dari keduanya
26
Biomekanik kontak oklusi fungsional
Hal ini diasumsikan dengan memiliki hubungan cusp-fossa seperti
pada gigi asli, bahkan dalam kondisi interkuspasi maksimum, akan
mempertahankan hubungan rahang tersebut.
Terlihat sederhana dikarenakan gigi dirancang untuk memiliki
hubungan cusp-fosa guna mempertahankan hubungan rahang
tersebut. Namun, ketika mandibula bergerak dari posisi relasi
sentrik, faktor lainnya akan berperan.
A. Protrusif Movement
B. Lateral Movement
27
A. Pergerakan Protrusif
Ada dua faktor penentu pergerakan
mandibula dalam protrusi yaitu the incisal
guidance angle(IGA) dan sagital condylar
guidance angle (SCGA).
(IGA) dibentuk oleh overbite antara gigi
(Gambar 5). Hal ini bergantung pada
jumlah overjet selama tidak ada
bimbingan sampai gigi benar-benar
berkontak. Pada gigi alami, dimensi
overbite dan overjet ditentukan oleh posisi
gigi. Pada GTP justru ditentukan oleh
faktor-faktor lain, terutama estetika,
fonetik, dan fungsi. Hal ini dapat dikontrol
oleh seorang dokter gigi.
28
Berbeda hal nya dengan SCGA (Gambar 6) tidak berada di bawah kendali dokter gigi
sama sekali, dan benar-benar ditentukani oleh biomekanik itu sendiri. Ini adalah hasil
dari pertemuan kondilus & disc yang bergerak ke arah depan dan ke
bawah, disamping pengaruh lereng anterior dari fosa glenoid. Kenyataannya kondilus
tidak hanya melintas sepanjang garis lurus seperti pada diagram dibawah ini.
Pergerakannya justru membuat garis zig zag. Lintasan pergerakan TMJ yang
sebenarnya memiliki bentuk non-linear dikarenakan sifat dari sendi itu sendiri –sendi
tersebut sangat licin (sekitar 5x lebih licin dibanding es diatas lapisan es)- dan karena
itu kondilus harus menahan setiap gaya yang bekerja pada gigi, di semua posisi
memungkinkan dalam fossa glenoid.
29
Bentuk kondilus dan fossa menandakan
setiap gerakan maju dari mandibula
disertai gerakan ke bawah pula, jika
catatan oklusal ditempatkan ditengah
insisivus dan kondilus pada permukaan
datar, akan terpisah saat mandibula
bergerak maju. (lihat Gambar 7).
Bila IGA 100 dan SCGA 300 makan gigi
ditempatkan pada dataran dengan sudut
200 dibentuk oleh distal cusp dari molar
satu maksila
30
Bila mandibula bergerak kedepan, maka lengkung menjadi lebih curam pada
bagian posterior, dikarenakan pengaruh 30 ° dari SCGA, dibandingkan anterior
yang hanya dipengaruhi 10° IGA (Gambar 10).
Maka pada saat mandibula bergerak ke depan, pada suatu titik pertengahan di
antara posterior dan anterior, gigi-geligi lainnya akan tetap berkontak sebagai
hasil sudut cusp 20° . Namun, diantara anterior menuju pertengahan, begitu
juga saat menuju posterior, gigi akan kembali kehilangan kontak karena sudut
cusp perlu dibuat mendekati 10° untuk anterior, dan mendekati 30° ke daerah
posterior.
31
Jika semua ujung cusp terhubung, maka posisinya membentuk kurva yang harmonis
dengan pergerakan mandibula. Compensating curve akan ditentukan oleh incisal dan
condylar guidance angle. Kurva ini bervariasi bergantung pada lintasan mandibula
selama pergerakannya. (Figure 13)
32
Pergerakan Lateral
• Ketika mandibula bergerak ke samping, sisi yang bergerak disebut sisi kerja
(working side) sementara pada sisi berlawanan yang bergerak menuju midline
disebut nonworking ataupun balancing site.
• Pertimbangkan gerakan mandibula ke kiri. Seperti pada pergerakan
protrusi, gerakan ini juga tidak semulus lintasan lurus melainkan dipengaruhi
penuntun anterior dan posterior.
• Penuntun anterior berupa overbite pada sudut lengkung yakni kaninus. Seperti
pada IGA, sudut pembimbing kaninus dapat ditentukan oleh operator
sehubungan estetika, bentuk lengkung, dll . Penuntun posterior tergantung
kepada anatomi sendi itu sendiri berupa pertemuan kondilus dan disc.
• Prinsip yang sama seperti pergerakan protrusif dapat menjelaskan perubahan
yang diperlukan dalam morfologi gigi untuk memastikan berkontak selama
pergerakan lateral. (Figure 14) Penuntun kondilus bagian medial ketika dilihat
dari arah depan (Bennett angle) diperkirakan 400 dan penuntun kaninus dengan
sudut 100. pada sisi nonworking sisi molar dibuatkan sudut cusp 200. Figure 15
menunjukkan cusp curam bagian mana yang akan mempertahankan kontak
oklusi secara simultan ketika mandibula bergerak ke kiri.
33
34
Dengan mempertimbangan persyaratan cusp pada sisi nonworking yang harus
tetap berkontak ketika mandibula bergerak ke kiri. Sudut cusp dibuat 200 tetapi
jika gigi ditempatkan pada pertengahan condylar guidance dan canine guidance
maka sudut pertengah dibuat 250. sama seperti pada pergerakan protrusi, hal ini
dapat diperoleh dengan melakukan tilting guna menyediakan sudut cusp
inklinasi sisi nonworking yang efektif sebesar 250. Gambar 16. Jika hal ini
dilakukan di kedua sisi dari lengkung tersebut, dan garis yang ditarik melalui
ujung cusp, kurva lain dibuat, didapatkan pula compensating curve pada posisi
lateral.
35
36
• Lima konsep oklusal dasar saat ini yang
digunakan adalah:
a) Oklusi anatomis
b) Oklusi non anatomis (nol derajat, non titik
puncak, monoplane)
c) Oklusi semi anatomis
d) Oklusi lingualized (linear, organik)
e) Oklusi neutrocentric
37
A. Oklusi Anatomis
• Gigi anatomis
didefinisikan sebagai
gigi dengan inklinasi
cuspal 30 derajat atau
lebih yang ditujukan
untuk menduplikasi
permukaan
pengunyahan dari gigi
alami.
INDIKASI :
1. Untuk mencapai
penampilan yang lebih
estetis dan alami
2. Untuk mencapai
stabilitas , kenyamanan
dan fungsi dengan
memiliki kontak gigi
selama semua daerah
gerakan fungsional dan
non fungsional.
38
Keunggulan Oklusi Anatomis
Menurut Payne , Bascom , Brewer
1 . Memasuki makanan dengan mudah membutuhkan
sedikit kekuatan pengunyahan sehingga mengurangi
gaya vertikal pada ridge
2 . The interdigitation gigi tiruan gigi yang menolak rotasi
gigi tiruan dengan mendorong lebih pola mengunyah
vertikal ada dengan memberikan stabilitas gigi tiruan
yang lebih besar selama gerakan parafunctional.
3 . Mencapai tampilan estetika yang lebih baik dan alami
4 . Bertindak sebagai patokan untuk penutupan rahang
yang tepat
39
Kekurangan Oklusi Anatomis
1 . Catatan direproduksi tepat yang diperlukan untuk menghasilkan oklusi ini
pada artikulator yang yang memakan waktu.
2 . Dengan sedikit resorpsi ridge posisi oklusal gigi tiruan berubah dimana
lebih sulit untuk disesuaikan.
3 . Oklusi anatomi menghasilkan daya lateral yang lebih besar melawan linggir
sisa mengakibatkan resorpsi linggir.
4 . Oklusi anatomi menyebabkan gigi tiruan yang lebih besar yang didasarkan
deformasi yang berarti gaya lateral yang lebih besar dihasilkan terhadap
linggir sisa.
5 . Penggunaan oklusi anatomi dengan interdigitation yang ketat dari puncak
membuat sulit untuk digunakan pada kelas II dan kelas III hubungan
rahang.
6 . Keseimbangan oklusal dicapai benar-benar secara mekanis dan hanya ada
di artikulator sebagai sebagian besar dari artikulator yang tidak digunakan
untuk menghasilkan gerakan yang tepat dari mandibula dan itu hanya
perkiraan.
40
B. Oklusi Non Anatomis
• INDIKASI :
• 1 . Baik untuk kelas II dan
kelas III maloklusi yang
memegang rahang pada
posisi depan
• 2 . untuk pasien dengan
cross bite
• 3 . untuk pasien dengan
gerakan parafunctional
• Prosedur gigi tiruan kompleks menggunakan oklusi
anatomi yang dihubungkan dengan penggunaan
artikulator yang sangat adjustable dimana dulu
dipakai oleh banyak orang tetapi semua artikulator
tersebut tidak lagi digunakan.
• Beberapa dokter gigi mengamati bahwa
kenyamanan dan efisiensi gigi palsu tidak
mengalami peningkatan pada puncak cuspal pada
gigi posterior yang terlihat lebih alami tetapi dalam
banyak kasus sebaliknya terjadi.
• Gigi Non anatomi diatur dengan kompensating
curve untuk menyediakan beberapa tingkat
keseimbangan protrusive dan lateral dan inklinasi
gigi dieliminasi dan balancing dicapai dengan
menyeimbangkan jalan yang mengarah ke tiga titik
keseimbangan.
41
Keunggulan Oklusi Non Anatomis
1 . Hal ini sederhana dan memakan waktu
kurang dari konsep oklusal lainnya
2 . Penyesuaian lebih baik menghindari
perubahan negative pada ketinggian linggir
yang terjadi dengan proses penuaan
3 . Hal ini lebih estetik dari oklusi neutrocentric
karena beberapa derajat vertical yang
tumpang tindih diperbolehkan pada posterior
kurva kompensasi
42
Kekurangan Oklusi Non Anatomis
1 . Penggunaan nol derajat gigi tidak selalu menghasilkan oklusi
monoplane karena mereka mungkin diatur ke kurva atau mungkin
diatur dengan unit balancing yang menghasilkan satu atau lebih
banyak pesawat tambahan
2 . Kurva kompensasi bertindak sebagai salah satu titik cusp panjang
oleh karena itu akan menghasilkan efek kerusakan yang sama pada
inklinasi cuspal
3 . Karena tidak memiliki inklinasi cuspal penyeimbangan kontak dapat
diperoleh dengan cara lain
4 . Penyesuaian tempat landai dari balancing harus ditempatkan di
posterior mandibula paling distal molar untuk memberikan kontak
dengan gigi tiruan rahang atas pada semua kunjungan
5 . Karena kehadiran kurva kompensasi sulit untuk penyesuaian
43
C. Oklusi Semi Anatomis
• Gigi semi anatomi memiliki inklinasi
cuspal kurang dari 30 derajat
• Hal ini diindikasikan untuk pasien
yang menginginkan kuspal untuk
estetika , efisiensi
pengunyahan, keseimbangan dan
mengurangi komponen daya lateral
yang diperkenalkan oleh inklinasi
cuspal
• Oklusi Ini memiliki kelebihan dan
kerugian sama dengan oklusi
anatomi
44
D. Oklusi Lingualized
• Oklusi lingualized merupakan upaya untuk menjaga estetika
dengan keuntungan dari bentuk anatomi tetap menjaga
kebebasan mekanik pada bentuk non anatomi . Oklusi
lingualized menggunakan gigi anatomis untuk gigi tiruan
rahang atas dan dimodifikasi non gigi anatomi anatomi atau
semi untuk gigi tiruan rahang bawah .
• Batas payung oklusi lingualized dapat digunakan dalam
berbagai cara yang meliputi linear , organik , seimbang
, nonbalanced , oklusi rasional dan fungsional fungsional
• Konsep dasar dari oklusi lingualized pertama kali diusulkan
oleh Payne . Pound membahas sebuah konsep oklusal yang
sama dan menggunakan istilah oklusi lingualized.
45
Prinsip Oklusi Lingualized
• Menurut Becker Prinsip lingualized oklusi adalah :
1 . Anatomi gigi posterior ( 30-33 derajat ) digunakan untuk gigi
tiruan rahang atas
2 . Gigi Non anatomi atau semi anatomi digunakan untuk gigi
tiruan rahang bawah
3 . Modifikasi mandibula gigi posterior dilakukan dengan
grinding selektif
4 . Maksila lingual cusp kontak mandibular gigi dalam posisi
oklusi sentrik
5 . Kontak penyeimbang dan kontak kerja harus terjadi hanya
pada cusp lingual rahang atas .
6 . Kontak balancing protrusive harus terjadi hanya antara
maksila lingual cusp dan gigi bawah
46
Indikasi Oklusi Lingualized
1 . Pada pasien dengan memprioritaskan estetika tapi
konsep non anatomi occlusal ditunjukkan pada kondisi
oral seperti resorpsi alveolar berat dengan lingualized
oklusi hasil estetik harus meningkat tetap
mempertahankan keuntungan dari sistem non anatomi
2 . Pada kelas II dan kelas III dan kasus gigitan silang
3 . Pada pasien dengan pergantian dukungan jaringan
4 . Dapat digunakan secara efektif ketika gigitiruan
lengkap menentang gigi tiruan sebagian lepasan
seperti dalam kasus Sindrom Kombinasi(linear oklusi)
47
Keunggulan Oklusi Lingualized
1. Sebagian besar keuntungan
disebabkan oleh berbagai bentuk
anatomi dan bentuk non anatomi
yang dipertahankan.
2. Hal ini meningkatkan stabilitas basis
protesa pada rahang atas dan rahang
bawah yang diresorbsi pada linggir
mandibula dengan menyediakan
pusat daerah bantalan selama proses
pencatatan.
3. Cusps memiliki kekuatan penetrasi
lebih baik dan oleh karenanya
mengurangi daya vertikal yang
ditempatkan di linggir sisa.
4. Pengunyahan dalam bentuk oklusal ini
adalah seperti memegang dan
grinding motar dan jenis alu itu
adalah tipe geser yang diberikan
dengan anatomi oklusi seimbang.
5. Penggunaan bentuk cusp yang lebih
alami dalam penampilan
memberikan estetika yang lebih baik
terutama jika oklusi seimbang
digunakan yang memungkinkan
beberapa insisal tumpang tindih.
6. Teknik sederhana membutuhkan
pencatatan yang tepat
7. Tidak ada penyesuaian pasca
penyisipan untuk jaringan iritasi yang
diperlukan
48
Oklusi Neutrosentrik
• Oklusi ini memiliki
perbedaan yang jelas
dengan oklusi anatomi.
Pada oklusi ini
ditambahkan 2 istilah
yang objektif yaitu
neutralisasi dan
sentralisasi dari
tekanan. Pada oklusi ini
ada 5 konsep:
1. Posisi
2. Proporsi (ukuran)
3. Penyusunan
(kemiringan dan
inklinasi)
4. Bentuk
5. Number
(jumlah/urutan)
49
1. Posisi → Posisis pada oklusi ini didapatkan pada gigi posterior diletakkan di atas
residual ridge bagian posterior kearah lingual bersamaan dengan posisi lidah
yang memungkinkan, sehingga akan terjadi tekanan yang tegak lurus pada
daerah pendukung.
2. Proporsi (ukuran) → Lebar gigi yang dikurangi dengan demikian akan mengurangi
tekanan secara vertikal kearah tepi linggir dengan memperkecil bagian oklusal
(pemilihan gigi yang kecil)
3. Penyusunan (kemiringan dan inklinasi) → Penyusunan gigi harus sesusai dengan
dataran oklusal dan harus menyentuh bagian linggir dan berada nditengah-
tengah bagian linggir tersebut sehingga tekanan langsung dengan posisi tegak
lurus ke dasar tulang dan tidak ada kompensasi pada kurva dan penunjuk insisal
4. Bentuk → Bentuk gigi dikoreksi dengan menggunakan posisi gigi yang datar
tanpa adanya sudut inklinasi
5. Number (jumlah/urutan) → Gigi posterior ukurannya diturunkan dari no 8-6 ini
bertujuan untuk mengurangi tekanan yang besar dan posisi sentralisasi daerah
premolar 2 dan molar 1.
50
Indikasi Oklusi Neutrosentrik
1. Untuk relasi hubungan rahang klas II dan klas III dan untuk kasus
crossbite.
2. Untuk kasus yang dimana keadaan linggirnya buruk dengan tujuan
stabilisasi tekanan dengan cara melakukan sentralisasi dan
neutralisasi.
3. Pada pasien geriatric dengan keadaan linggir yang buruk dengan
ada kemungkinan ketidaksesuaian hubungan rahang adalah
dengan peningkatan oklusi neutrosentik dengan saling timpang
tindih secara horizontal yang lebih besar dan kurangnya
interdiginitas secara spesifik sehingga membuatnya ideal untuk
pasien seperti ini.
4. Pada pasien dengan jarak/ ruang yang berlebihan maka tekanan
lateral akan berkurang.
5. Ideal dengan pasien yang mengalami kesulitan untuk membuat
catatan yang lengkap (catatan oklusal).
51
Keuntungan Oklusi Neutrosentrik
• Teknik ini sangat sederhana dan membutuhkan sedikit
pencatatan yang tepat maka sangat membantu untuk
pasien yang mengalami kesulitan atau tidak mungkin untuk
membuat catatan yang tepat.
• Teknik ini menyediakan tempat untuk menutup dan tidak
memberi kuncian pada satu sisi mandibula jadi ini sangat
berfungsi untuk pasien yang geriatrik dengan keterbatasan
pada mulut.
• Mudah untuk menyesuaikan keseluruhan gigi
• Penurunan tekanan lateral dengan mengurangi sudut
inklinasi dengan demikian mencegah resorpsi linggir
alveolaris lebih lanjut dan membantu pada pasien dengan
kelebihan antar linggir dengan mengurangi tekanan lateral.
52
Kerugian Oklusi Neutrosentrik
• Tipe oklusi yang datar tidak memiliki keseimbangan dan berkurangnya cusp secara
berlebihan sehingga mendorong sistem pengunyahan kearah lateral dan
menyebabkan kebiasaan bruxism, sakit pada linggir alveolaris, dan gangguan TMJ.
• Pada kasus klas II pasien umumnya cenderung memilih posisi rahang kedepan dari
relasi sentrik menyebabkan disoklusi pada gigi posterior yang disebabkan oleh
christensen’s phenomenon mengakibatkan sakit didaerah anterior mulut karena
tekanan yang tidak tegak lurus lagi.
• Sedikit estetik yang didapatkan dari 5 konsep tersebut, karena tidak ada hubungan
yang baik pada daerah mesial dan tidak ada cusp pada posterior. Namun beberapa
menyebutkan kurangnya cusp atau incisal guidence sebagai masalah kecuali dari
drg itu sendiri menunjukkan bahwa itu masalah.
• Datarnya dataran oklusal secara alami dapat merusak sistem pengunyahan karena
buruknya tekanan pengunyahan pada makanan sebagai hasilnya tekanan vertical
pada linggir menjadi berkurang. Pasien umumnya mengeluhkan giginya seperti
“feel bull”.
• Tidak ada stabilisasi pada gigi tiruan selama pergerakan parafungsional.
53
54
Occlusal Scheme For Edentulous
Patient
• Oklusi  salah satu prinsip esensial untuk
keberhasilan gigi tiruan penuh
• Biomekanika GTP berbeda dengan gigi asli,
karena GTP bekerja sebagai satu unit, dimana
gaya pada satu anasir/bagian gigi tiruan akan
langsung ditransfer pada seluruh bagian gigi
tiruan
• Gigi posterior -> diatur sesuai dengan konsep
oklusi yang dipilih, memenuhi filosofi oklusi, dan
estetisnya baik.
55
Syarat Ideal Konsep Oklusi
• Setiap konsep oklusi  memiliki 3
karakteristik :
• - incisal units  termasuk keempat insisivus
• - working units  termasuk kaninus dan gigi
posterior pada sisi mandibula digerakkan
• - balancing units  termasuk kaninus dan gigi
posterior sisi yang berlawanan dengan
working unit
56
Incisal Units
• Bagian yang tajam untuk meningkatkan
efisiensi memotong
• Bagian ini tidak berkontak selama mastikasi 
berkontak hanya saat protusi
• Meningkatkan horizontal overlap untuk
menghindari gangguan selama settling (the
mandibular denture may slide anteriorly as it
settles )
57
Working Units
• Cusps untuk efisiensi pemotongan dan
penggilingan
• Lebar bukolingual yang lebih kecil 
menurunkan beban oklusal yang ditransfer ke
jaringan
• Beban pengunyahan harus diarahkan ke
tengah anteroposterior gigi tiruan
• Dataran oklusal harus paralel dengan
pertengahan dataran penyangga linggir
58
Balancing Units
• Molar kedua harus kontak selama gerakan
protrusif
• Harus kontak bersamaan dengan working side
di akhir siklus pengunyahan
59
• Ada 3 konsep oklusi yang paling sering
digunakan untuk bentuk oklusal gigi posterior
yaitu :
Bilateral Balance
Monoplane or Nonanatomical
Lingualized Articulations
60
Konsep Oklusi
Bilateral
Balanced
Anatomical
Teeth
Nonanatomical
Teeth
Monoplane
Nonanatomical
Teeth
Lingualized
Articulation
61
Bilateral Balanced Occlusion
• Bilateral balanced occlusion (oklusi seimbang)
merupakan kontak oklusal gigi anterior dan
posterior secara simultan dan bilateral pada
posisi sentrik dan eksentrik. Selama gerakan
lateral gigi geligi posterior saling berkontak
pada working side dan non-working side
(balancing side).
62
Pentingnya balanced occlusion
Oklusi seimbang adalah salah satu faktor penting yang
mempengaruhi stabilitas gigi tiruan
Tidak ada keseimbangan oklusal  mempengaruhi
gigi tiruan selama pergerakan rahang bawah
63
(Brewer)
Rata-rata seorang individu melakukan kontak gigi
hanya selama 10 menit dalam satu hari penuh saat
pengunyahan dan 4 jam untuk fungsi lainnya.
Dalam 4 jam ini oklusi seimbang penting untuk
menjaga stabilitas gigi tiruan dan lebih penting selama
gerakan parafungsional
64
Pertimbangan umum untuk balanced occlusion
• Oklusi seimbang yang ideal dapat dicapai pada kasus ridge
yang luas dan besar pada gigi tiruan penuh, dengan cara gigi
diatur didekat linggir
• Gigi tiruan penuh yang giginya diatur jauh dari linggir dan
those that rest in lingggir yang sempit dan pendek akan
memiliki oklusi buruk
• Gigi yang memiliki lebar bukolingual sempit dan those that
rest on linggir yang lebar memberikan oklusi seimbang yang
ideal
• Keseimbangan yang ideal dicapai dengan mengatur gigi
sedikit ke lingual dari puncak linggir
• Gigi tiruan penuh harus dirancang sedemikian rupa sehingga
tekanan oklusi berpusat di anteroposterior gigi tiruan
65
Faktor yang mempengaruhi keseimbangan
oklusi
5 faktor dasar yang menentukan keseimbangan oklusi :
• Inklinasi kondilar atau kondilar guidance
• Insisal guidance
• Orientasi bidang oklusi atau oklusal
• Angulasi cuspal
• Keseimbangan curves
66
Dari kelima faktor ini harus ada keseimbangan.
 Pada insisal dan kondilar guidance menghasilkan
dampak yang sama pada oklusi seimbang (mereka
meningkatkan separasi gigi posterior)
 Tiga faktor lainnya memiliki efek umum dari oklusi
seimbang (mereka mengurangi separasi gigi
posterior)
67
Efek dari insisal dan condylar guidance harus
dinetralkan oleh ketiga faktor lain untuk mendapatkan
oklusi seimbang
Tidak ada mekanisme penetralan  keseimbangan
oklusi hilang
68
Penyusunan Gigi Anatomis sebagai Balanced articulation
Penyusunan gigi anterior :
• overlap vertikal minimal 0.5 mm – 1 mm
• overlap horizontal minimal 1 mm -2 mm
Ada kemungkinan gigi akan rotasi, tipping, overlap atau
berjarak, sehingga dalam menyusun gigi anterior sebaiknya dimulai
dari rahang bawah terlebih dahulu
69
Jumlah gigi posterior
Jumlah gigi yang ditentukan bergantung ruang yang tersedia pada
gigi posterior dari distal kaninus sampai ke retromolar pad.
• Kebanyakan  terbatas 3 gigi
• Lebih mudah menyusun : P2, M1, M2 pada ruang yang
tersedia
• Eliminasi P1 merupakan pilihan karena gigi ini memiliki
sedikit permukaan oklusal yang berguna untuk mengunyah
makanan
70
Penyusunan Gigi mandibula
• Peletakan premolar pertama mengikuti bentuk linggir yang
tersisa
• Groove sentral P1 dan P2 diposisikan segaris dari canine tip 1
mm – 2 mm dibawah puncak retromolar pad (figure 17-17)
• Ketika gigi bawah telah diatur, oklusal rim di rahang atas
dibuang sebagai tempat premolar rahang atas
• Kedua premolar mandibula disusun mencapai interkuspal
maksimum dengan premolar maksila
• Penyusunan M1 mandibula : groove sentral ditempatkan pada
kaninus sampai ke retromolar pad
• M1 maksila diartikulasikan dengan M1 mandibula
71
Penyusunan Gigi Mandibula
72
Penyusunan gigi maksila
• Dimulai dari P1 maksila dilanjutkan hingga gigi M2
• Lingual cusp maksila disesuaikan dari kaninus tip mandibula
sampai ke tengah dari retromolar pad
• Posisikan gigi maksila dengan pembukaan sedikit titik kontak
antar gigi  posisi mesiodistal mandibula akan terinterdigitasi
dengan posterior rahang atas
• Penyusunan P1 mandibular dilakukan di akhir untuk
mendapatkan variasi overlap vertical dan horizontal pada gigi
anterior
• M2 disusun setelah M1  memastikan ketepatan
anteroposterior
73
Evaluasi Artikulasi Bilateral Balanced
• Diperiksa setelah semua gigi rahang atas dan rahang bawah
disusun
• Walaupun gigi yang diposisikan dengan lokasi yang sama
seperti bentuk awal di artikulator, mereka tidak akan bisa sama
• Pergerakan artikulator dalam arah lateral saat dilakukan
evaluasi harus minimal  hubungan end to end antara caninus
maksila dan mandibula cukup
74
Penyusunan Gigi Posterior Nonanatomis
Mandibula untuk Balanced Articulation
• Penyusunan gigi  mandibula, lalu maksila
• Kontur  dibuat di wax oklusal rim
• penggunaan beberapa garis dan petunjuk
referensi yang dikembangkan untuk
penyusunan anatomis juga digunakan pada
penyusunan gigi nonanatomis.
• Perbedaan besar  posisi gigi posterior
mandibula
75
Jumlah Gigi Posterior
(non anatomical teeth)
• Kebanyakan  terbatas 3 gigi
• Lebih mudah menyusun : gigi P2, M1 dan M2
pada ruang yang tersedia
• Mengeliminasi P1 merupakan pilihan karena
gigi ini memiliki lebih sedikit permukaan
oklusal untuk pengunyahan makanan.
76
Anteroposterior Compensating Curve
• kurva  dimulai dari distal marginal ridge dari
gigi posterior pertama yang digantikan
(biasanya gigi P2) dan berlanjut melewati
molar kedua (figure 17-18).
• Besar kurva  tergantung kecuraman
condylar guidance
• kurva anteroposterior  menyediakan
struktur gigi yang dibutuhkan untuk balancing
contacts pada pergerakan protrusif
77
Anteroposterior Compensating Curve
78
Mediolateral Compensating Curve
• Mencapai balanced articulation  pergerakan
lateral
• Dimulai dengan gigi pengganti pertama  ke gigi
molar kedua.
• Derajat dari cusp facial ke cusp lingual untuk
membentuk kurva ini akan bervariasi sesuai
dengan condylar dan incisal guidances.
• kurva biasanya tidak melebihi 5-10 derajat dari
orientasi horizontal plane ketika dilihat dari
frontal plane (figure 17-19)
79
Mediolateral Compensating Curve
80
• Premolar Pertama
Posisi gigi pertama pengganti mandibula (gigi P2) akan ditentukan
oleh posisi gigi anterior RB.
• Gigi P2 di sebelah kaninus, tanpa celah untuk kepentingan estetis.
• Molar Pertama
• Posisi  disebelah premolar, dengan mesial marginal ridge molar
pada tinggi yang sama dengan distal marginal ridge premolar dan
distal marginal ridge molar sedikit tinggi
• Molar Kedua
• Posisi  di sebelah molar pertama dengan mesial marginal ridge
molar kedua sama tinggi dengan distal marginal ridge molar
pertama
• Cusp fasial kedua gigi molar pertama dan kedua harus segaris lurus
ketika dilihat dari permukaan oklusal.
81
Penyusunan Gigi Posterior Nonanatomis
Maksila untuk Balanced Articulation
• Premolar Pertama
• Kebanyakan pasien  3 gigi posterior RA digunakan (1 premolar dan 2
molar)
• Premolar  premolar 1 RA, karena lebih tinggi pada oklusal-servikal 
lebih estetik
• Sebaiknya  sekitar 1-2 mm horizontal overlap dari cusp fasial maksila
dengan cusp fasial mandibula  cegah tergigitnya pipi dan menambah
tercapainya balanced articulation
• Molar pertama
• Posisi  sebelah premolar, sejajar marginal ridge dan permukaan fasial.
• Molar kedua
• Posisi  sebelah molar pertama
82
• Evaluasi  kontak yang dibutuhkan antara
permukaan okusal maksila dan fossa sentral
dan marginal ridges mandibular antagonis.
83
Monoplane or Anatomical Occlusion
• Monoplane occlusion adalah pengaturan oklusal
dimana gigi posterior memiliki permukaan
pengunyahan yang tidak memiliki tinggi cuspal.
84
Pertimbangan umum pada konsep
Monoplane occlusion
• Gigi tiruan yang berlawanan tidak berkontak
ketika rahang dalam relasi eksentrik  karena
adanya kemungkinan memberikan tekanan
yang tidak stabil ke basal seat area.
• Kontak gigi terjadi hanya ketika mandibula
pada relasi sentrik dengan rahanga tas
• Pasien  mengulang gerakan mandibula
sampai tidak ada lagi ketidaknyamanan pada
relasi sentrik
85
Penyusunan Gigi Nonanatomis Pada Artikulasi Monoplane
• Untuk hasil estetik yang optimal dibutuhkan overlap vertikal
pada gigi anterior  overlap horizontal harus cukup pada
anterior dan pergerakan lateral tanpa kontak gigi anterior
• Ketika gigi nonanatomis disusun untuk mencukupi konsep
monoplane oklusal, inklinasi kondilus pada artikulator di set 0o
• Gigi posterior maksila diposisikan sekaligus dengan oklusal
rim mandibula sebagai petunjuk penempatan gigi
• Gigi maksila diposisikan agar menutupi permukaan datar wax
oklusal rim mandibula dan mendekati posisi dari kontur
oklusal rim yang telah ditentukan
86
• Harus mendekati 1 – 2 mm dari horizontal overlap pada
permukaan cusp maksila yang berhubungan dengan wax
oklusal rim mandibula
• Permukaan oklusal gigi posterior maksila harus kembali datar
dengan wax oklusal rim mandibula
• Gigi disusun hingga terjadi kontak maksimum antara cusp
lingual yang datar pada gigi maksila dengan area groove
sentral pada gigi posterior mandibular yang datar
• Hubungan anteroposterior pada gigi atas dan bawah tidak
kritis karena tidak memiliki cusp
87
Lingualized Articulations
• Lingualized occlusion adalah bentuk oklusi gigi
tiruan yang mengartikulasikan cusp lingual
maxilla dengan permukaan oklusal mandibula
dalam posisi working dan nonworking
mandibula.
• Tipe oklusi ini  menggunakan cusp palatal
gigi RA yang lebih besar terhadap central fossa
gigi RB yang lebih lebar
• Pada konsep ini  cusp bukal gigi RA dan RB
tidak berkontak satu sama lain
88
Penyusunan Gigi Posterior Mandibula
untuk Lingualized Articulation
• Lingualized articulation  diusulkan banyak
praktisi lebih dari 70 tahun lalu
• Kekurangan  cetakan gigi di desain spesifik
• Cetakan Myerson Lingualized Integration (MLI)
menggambarkan susunan oklusi yang didesain
pada konsep ini
• Cetakan MLI  maksimum interkuspasi, tidak
adanya kontak oklusal yang bisa berubah, tinggi
cusp adekuat untuk selective occlusal reshaping,
tampilan natural
89
• MLI tersedia 2 cetakan gigi posterior:
• 1. Controlled Contact (CC)
• 2. Maximum Contact (MC)
• Perbedaan utama  gigi posterior maksila
• Gigi mandibula didesain dengan tinggi cusp
lebih rendah dan multiple occlusal spill-ways
untuk membantu pengunyahan.
• Pemilihan CC atau MC  tergantung
kemampuan pasien memposisikan sentrik
relasi rahang secara konsisten
90
• Pasien dengan posisi sentrik relasi rahang
tidak pasti  cetakan CC menyediakan
kebebasan lebih besar dalam pergerakan saat
maksimum interkuspasi
• Pasien dengan kontrol otot bukan masalah,
dan rekaman relasi rahang mudah diulang 
cetakan MC
91
• Cetakan MC
• Gigi maksila  lebih anatomis, cusp lebih
tinggi
• Lingualized intergrasi berdasarkan dari cusp
lingual maksila yang berfungsi sebagai cusp
pendukung utama
• Cetakan CC
• Cusp maksila  lebih rendah dan lebih
fleksibel saat interkuspasi maksimum.
92
Jumlah Gigi Posterior
• Tergantung ruang gigi posterior yang tersedia.
• Kebanyakan  terbatas 3 gigi
• Gigi P2  permukaan oklusal lebih lebar
• Gigi M1 dan M2
93
Buccolingual positioning of the teeth
• Sebuah garis  tip canine ke tengah retromolar
pad  bantu menentukan posisi buccolingual
gigi.
• Eliminasi sebuah premolar  posisi gigi molar
lebih ke anterior
• Molar pertama lebih lebar  dapat berjejal
dengan lidah
• Molar pertama dan kedua  posisi lebih ke fasial
dari garis referensi untuk memberi ruangan pada
lidah
94
Anteroposterior Compensating Curve
• Dimulai  distal marginal ridge gigi premolar
pertama melalui gigi molar kedua.
• Lengkung anteroposterior  balanced
articulation ketika pergerakan protrusif
95
Mediolateral Compensating Curve
• Lengkung mediolateral  balanced
articuation selama pergerakan lateral
• Dimulai  gigi pengganti pertama (gigi P2) di
lengkung mandibula dan berlanjut sampai M2.
• Dengan memposisikan cusp fasial sedikit lebih
ke arah cusp lingual
• Tidak lebih 5-10 derajat dari horizontal plane
ketika dilihat dari frontal plane
96
• Premolar
• Gigi premolar pertama  kontak dengan
kaninus, panjang aksis perpendikular dengan
occlusal plane.
• Permukaan oklusal  diposisikan pada
occlusal plane
• Cusp fasial sedikit diatas lingual cusp
• Premolar kedua tidak digunakan
97
• Molar pertama
• Mesial marginal ridge molar pertama kontak
dengan distal margin premolar
• Distal marginal ridge  sedikit lebih tinggi
dari mesial marginal ridge  anteroposterior
compensating curve
• Mediolateral compensating curve 
meninggikan cusp fasial dibandingkan lingual
cusp
98
• Molar kedua
• Mesial marginal ridge molar kedua sama tinggi
dengan distal molar pertama
• Anteroposterior compensating curve 
berlanjut dengan meninggikan distal marginal
ridge
• Mediolateral compensating curve 
meninggikan cusp fasial diatas lingual cusp
99
Penyusungan gigi posterior Maksila
pada Lingualized Articulation
• Premolar
• Dipilih gigi premolar pertama  cusp tip ke
margin servikal tinggi, lebih estetis
• Posisi  kontak dengan kaninus, panjang aksis
perpendikular dengan occlusal plane
• Cusp lingual  kontak dengan marginal ridge
atau occlusal fossa mandibula antagonis
100
• Molar pertama
• Mesial marginal ridge kontak dengan distal
margin premolar.
• Lingual cusp  di central fossa gigi mandibula
dan menjamin maksimum interdigitasi
• Klas I hubungan molar tidak akan terjadi
• Intergritas cusp lingual dengan marginal ridge
atau fossa mandibular antagonis adalah
pertimbangan utama
101
• Molar kedua
• Mesial marginal ridge  sama tinggi dengan
distal molar pertama.
• Anteroposterior compensating curve 
dilanjutkan ketika gigi dikontakkan dengan gigi
mandibula.
• Maksimum interkuspasi  menjaga
mediolateral compensating curve
102
103
PROTRUSIVE AND LATERAL
MOVEMENTS
Tujuan:
1. Mendapatkan oklusi yang seimbang pada gigi
tiruan penuh
104
GERAKAN PROTRUSIF
2 hal yang menentukan pergerakan
mandibula ke arah depan:
INCISAL GUIDANCE
ANGLE (IGA)
SAGITTAL CONDYLAR
GUIDANCE ANGLE
(SCGA)
105
INCISAL GUIDANCE ANGLE (IGA)
• Dibentuk oleh overlap vertikal (overbite) gigi
geligi
• Pada gigi asli overbite dan overjet
ditentukan oleh posisi gigi geligi
• Pada GTP hal tersebut juga ditentukan oleh
faktor lain seperti estetik, fonetik, dan fungsi
• Artinya drg yang dapat mengontrol dimensi
tersebut dengan memperhatikan posisi gigi
secara keseluruhan
106
INCISAL GUIDANCE ANGLE (IGA)
107
SAGITTAL CONDYLAR GUIDANCE
ANGLE (SCGA)
• SCGA dikendalikan oleh biomekanik dari sendi
temporomandibular
• Hal ini disebabkan  kontak diskus dan
prosesus kondiloid yang bergerak ke depan
dan ke bawah adanya kemiringan fossa
glenoid
• Faktanya kondilus tidak bergerak lurus
seperti yang digambarkan pada gambar di
bawah ini  namun “shaky zigzag pathway”
108
SAGITTAL CONDYLAR GUIDANCE
ANGLE (SCGA)
109
SAGITTAL CONDYLAR GUIDANCE
ANGLE (SCGA)
• Anatomi dari kondilus dan fossa glenoid
menyebabkan RB juga akan bergerak ke bawah
saat bergerak ke depan
• Sehingga jika oklusal rim ditempatkan di
tengah antara gigi-gigi insisivus dan kondilus
oklusal rim akan terpisah saat RB digerakkan
ke depan
110
SAGITTAL CONDYLAR GUIDANCE
ANGLE (SCGA)
111
SAGITTAL CONDYLAR GUIDANCE
ANGLE (SCGA)
112
SAGITTAL CONDYLAR GUIDANCE
ANGLE (SCGA)
Misalnya, besar IGA 10° dan SCGA 30°. Gigi
telah diposisikan pada tempatnya, dimana
tonjol gigi membentuk sudut 20°
113
SAGITTAL CONDYLAR GUIDANCE
ANGLE (SCGA)
• Jika RB digerakkan ke depan lengkung akan
lebih curam di posterior daripada di anterior
• Hal ini disebabkan sudut SCGA lebih besar
dari ICG
• Gigi geligi akan tetap berkontak jika sudut
yang dibentuk oleh kemiringan cusp berada
pada pertengahan dari jumlah ICG dan SCGA
(di pertengahan lengkung)
114
Bagaimana Bila Sudut Tonjol
Berubah?
• Misalnya: gigi tilting 5⁰ sudut tonjol yang
efektif akan berubah menjadi 25⁰ pada satu
sisi dan 15⁰ pada sisi lainnya
115
Bagaimana Bila Sudut Tonjol
Berubah? (Cont…)
• Andaikata: ICG dan SCGA yang dibutuhkan
untuk sudut tonjol efektif sebesar 10⁰ pada P1
dan 30⁰ pada M2, dan actual cusp angle
sebesar 20⁰
• Sehingga: sudut P1 dikurangi menjadi 10⁰ dan
sudut M2 menjadi 30⁰
116
Bagaimana Bila Sudut Tonjol
Berubah? (Cont…)
117
Bagaimana Bila Sudut Tonjol
Berubah? (Cont…)
Keterangan:
• Jika semua tonjol dihubungkan  terbentuk
kurvatura, bukan lagi garis lurus
• Kurva tersebut akan harmonis saat
pergerakan lengkung RB kurva kompensasi
• Kurva kompensasi ini akan bervariasi
tergantung sudut incisal guidance dan condylar
guidance
118
Bagaimana Bila Sudut Tonjol
Berubah? (Cont…)
119
Adjusting the Protrusive Contacts
• Merupakan hasil dari tonjol palatal gigi RA
meluncur di atas tonjol lingual gigi RB
• Kontak protrusif yang prematur harus
diperhatikan ada bagian yang tebal pada kertas
artikulasi perbaiki!
• Kontak protrusif yang prematur dapat terjadi
antara inklinasi palatal tonjol fasial gigi RA
dengan inklinasi fasial tonjol fasial gigi RB
• Solusi: eliminasi dengan pengasahan tonjol fasial
gigi RB menggunakan Brasseler bur
120
• Kontak prematur pada tonjol fasial gigi RA
pengasahan pada gigi RB jangan mengganggu
kontak pada pergerakan lainnya
• Setelah reshaping pada interkuspasi
maksimum, sisi kerja, sisi non-kerja, gerakan
protrusif periksa relasi sentrik
• Periksa pula relasi eksentriknya
Adjusting the Protrusive Contacts
(Cont…)
121
• Saat RB bergerak ke lateral sisi dimana RB
bergerak working side, sisi sebelahnya  balancing
side
• Penentu anterior vertical overlap pada sudut
lengkung, contoh: gigi kaninus
• Sudut canine guidance ditentukan oleh operator
dengan mempertimbangkan estetis, bentuk
lengkung, dsb
• Penentu posterior anatomi sendi, dimana
pertemuan kondilus-diskus tergantung angulasi
medial wall fossa glenoid
GERAKAN LATERAL
122
GERAKAN LATERAL (Cont…)
• Prinsipnya sama dengan gerakan protrusif
• Contoh:
-Sudut medial condylar guidance (Bennet
angle) sebesar 40⁰ dilihat dari frontal
-Sudut canine guidance sebesar 10⁰
-Pada sisi non-kerja, sudut gigi molar 20⁰
123
GERAKAN LATERAL (Cont…)
124
GERAKAN LATERAL (Cont…)
125
GERAKAN LATERAL (Cont…)
• Jika kita ingin gigi tetap berkontak pada sisi non
kerja  sudut tonjol seharusnya menjadi 25⁰
• Prinsip: sudut yang dibentuk oleh kemiringan cusp
berada pada pertengahan dari sudut condylar
guidance dan canine guidance
• Jika hal ini diterapkan pada kedua sisi
terbentuk kurva
• Kurva tersebut akan menjadi kurva kompensasi
gerakan RB ke arah lateral
126
GERAKAN LATERAL (Cont…)
127
GERAKAN LATERAL (Cont…)
128
Adjusting the Working and
Balancing Contact
• Working side kontak antara inklinasi palatal
tonjol fasial gigi RA dengan inklinasi fasial
tonjol fasial gigi RB saat gerakan lateral
• Balancing side terjadi antara tonjol palatal
gigi RA dengan tonjol fasial gigi RB saat
gerakan lateral
• Untuk mendapat oklusi yang harmonis butuh
grinding pada working side
129
Adjusting the Working and
Balancing Contact(Cont…)
• Setelah sisi kerja dan sisi non-kerja ditandai
lakukan selective grinding dengan hati-hati
• Mengatur sisi kerja dan non kerja dilakukan
setelah GTP ditempatkan di atas linggir
Cara:
• Letakkan kertas artikulasi di gigi posterior secara
bilateral
• Bantu pasien untuk menggerakan RB ke lateral
• Perluasan pergerakan 2-3 mm pada regio molar
130
Adjusting the Working and
Balancing Contact(Cont…)
• Ada hambatan di sisi kerja reshaping oklusal
dengan Brasseler carbide trimming dan finishing
bur no. 7010
• Grinding dengan hati-hati pada inklinasi lingual
tonjol fasial yang menunjukan adanya hambatan
• Ada hambatan di sisi non-kerja hati-hati dalam
mengasahnya hanya di bagian fasial gigi yang
ditandai saja
• Pengasahan selektif pada seluruh area kontak
hilangnya interkuspasi maksimum
131
Pergerakan Lateral
• Saat mandibula bergerak ke arah samping, sisi arah
pergerakan disebut working side, dan sisi berlawanan
pada rahang yang sama, yang bergerak ke arah midline
disebut nonworking atau balancing side
• Seperti pergerakan ke depan / protusi, pergerakan
lateral juga dipengaruhi oleh diterminan posterior dan
anterior.
• Penentu anterior dalam hal ini yaitu vertical overlap
pada sudut lengkung rahang, contohnya pada gigi
kaninus. Sudut yang dibentuk incisal guidance dapat
diubah operator, namun juga perlu memperhatikan
estetik, dan bentuk lengkung
…Pergerakan Lateral
• Penentu posterior, seperti pergerakan
protusif, juga bergantung pada anatomi
sendi, karena pergerakan kondilus dipengaruhi
oleh angulasi medial wall daripada glenoid
fossa
• Prinsip yang sama seperti pergerakan protusif
digunakan untuk pengubahan morfologi gigi
untuk memastikan adanya kontak gigi saat
pergerakan mandibula secara lateral
Pergerakan Lateral
• Perlu diperhatikan bahwa kondilus pada working side
selain berotasi (disebut “orbiting” condyle), juga
bergerak ke samping saat mandibula bergerak
lateral, yang dipengaruhi lereng dinding lateral fossa
glenoid
• Sudut lateral condyle guidance ini akan mempengaruhi
inklinasi lereng working side dari cusp yang harus tetap
kontak
NWS : Non working
side
WS : Working side
• Perlu diperhatikan bahwa kondilus pada working side
selain berotasi (disebut “orbiting” condyle), juga
bergerak ke samping saat mandibula bergerak
lateral, yang dipengaruhi lereng dinding lateral fossa
glenoid
• Sudut lateral condyle guidance ini akan mempengaruhi
inklinasi lereng working side dari cusp yang harus tetap
kontak
NWS : Non working
side
WS : Working side
137
Retrognatic Mandible
Skeletal Kelas II
138
Skeletal kelas II bisa dibagi atas 2 kategori berdasarkan sudut
frankfort-mandibular / FMA (Frankfort-Mandibular Angle):
• High FMA
• Low FMA (A) FMA normal 26°
(B) FMA tinggi
(C) FMA kecil
Besar FMA bervariasi tergantung hubungan pertumbuhan
rahang dari vertikal ke posterior
139
Karakterisik skeletal kelas II
High FMA
• Tinggi wajah anterior lebih
besar daripada tinggi wajah
posterior  profil konveks
• Dataran oklusal terjal
• Smile line yang tinggi dengan
bibir atas yang pendek
• Maksila yang sempit dengan
palatum sempit
• Susah memperoleh lip seal
tanpa adanya aktivitas
mentalis
Low FMA
• Perbedaan tinggi wajah
anterior dan posterior
sedikit  profil kurang
konveks
• Dataran oklusal rata
• Bibir atas panjang dan smile
line rendah
• Maksila lebar dan palatum
yang luas dan datar
140
Permasalahan pada Kelas II
Anterior:
Penyusunan gigi ke posisi semula, dengan pengurangan overbite
Overjet tetap dipertahankan
Posterior:
Perbedaan ukuran lengkung rahang
Lengkung rahang bawah jauh lebih kecil
daripada lenkung rahang atas
 Penyempitan di daerah premolar
karena lengkung ranhang bawah
harus artikulasi dengan lengkung
rahang atas yang lebih lebar
141
Permasalahan pada Kelas II..
Condylar guidance  lebih terjal pada high FMA dengan dataran
oklusal yang terjal (steep)
Hubungan linggir alveolar
High FMA  divergen satu sama lain, dan tidak akan pernah paralel
Low FMA  hampir selalu paralel antara rahang atas dengan bawah
142
Permasalahan pada Kelas II..
Secara fungsional
High FMA  Saat pengunyahan, dekat ke relasi sentrik
Saat istirahat dan berbicara, lebih ke anterior dari posisi
relasi sentrik
Variasi posisi akan menyulitkan dalam memperoleh prosedur
registrasi rahang yang akurat dan konsisten
Low FMA  deep overbite dan minimal overjet  mandibula rotasi
dengan ekstensif untuk dapat mengatasi overbite sebelum
bisa translasi ke depan
Dataran oklusal yang lebih datar  pergerakan lateral lebih
besar (akan memungkinkan jika overbite pada kaninus tidak
terlalu besar)
143
Solusi Penyusunan Gigi pada Kelas II
Anterior
Pengurangan overbite  menyusun gigi anterior sedikit lebih tinggi
Tidak boleh menyusun kembali ke Kelas I  menimbulkan masalah estetis (kolaps
bibir atas) dan masalah fungsional (terbatasnya pergerakan mandibula ke depan)
26
ses where the overjet is quite large. If the overjet is not too great, then it can be
at at centric relation position there will be no contact on the lower incisors, but
ontact the uppers on forward movements of the mandible. However, in cases
verjet is so great that functional forward movements still do not bring the
ether, then contact can be created on the palate of the denture. This can be
hat the lower incisors maintain contact in protrusion (Figure 31).
31: When the overjet is so great that incisor contact is impossible, then contact can
be made with the palate, which is adjusted to harmonise with the cuspal
guidance in protrusive (after Watt and McGregor 1976).
A cases, anterior tooth positioning becomes slightly more of a compromise
ared to the original tooth positions, the classic appearance of which is that of
Untuk mendapatkan fully balanced articulation
(kontak pada semua tempat di rahang dalam segala
posisi)  Sulit bila overjet besar
Jika overjet sangat besar, dan bahkan saat pergerakan
fungsional ke depan juga tidak bisa mendapatkan
kontak antar insisal edge  kontak dapat dibuat pada
palatum, dengan mengharmonisasikan dengan cuspal
guidance
High FMA
Angle’s Class II division 1, dengan overbite dan overjet yang besar
144
Solusi penyusunan gigi pada Kelas II..
High FMA..
Posterior
• Penting untuk memperoleh keadaan seimbang dalam berbagai
posisi
• Sulit diperoleh jika overjet lebih besar dari lebar cusp gigi posterior
 karena adanya dataran oklusal yang curam sudut condylar
guidance yang besar
Menggunakan anasir dengan sudut cusp yang besar
Diusahakan didapatkan kontak pada setiap posisi yang
memungkinkan
Menggunakan artikulator yang dapat menghasilkan sudut conylar
guidance dan sudut cusp yang curam
145
Solusi penyusunan gigi pada Kelas II..
Low FMA
Angle’s Class II division 2, dengan overbite besar dan
overjet minimal
Anterior
Reposisi gigi dengan mengurangi overbite sebanyak mungkin sejauh tidak
mengganggu estetis
Jika untuk menjaga estetis, overbite mesti dipertahankan, maka sulit untuk
mencapai keseimbangan protrusif  Pasien adaptasi dengan menggunakan
pergerakan lateral yang lebih ekstensif
Untuk memungkinkan keseimbangan lateral  Kaninus disusun sedikit lebih
tinggi
Posterior
 Menggunakan anasir gigi dengan sudut yang lebih kecil  mengurangi
kurva kompensasi  tercapainya artikulasi lateral yang seimbang
146
Solusi penyusunan gigi pada Kelas II..
Pada kasus skeletal kelas II, adanya diskrepansi rahang dalam arah
antero-posterior dan medio-lateral
Diskrepansi antero-posterior
Tidak menggunakan premolar atau molar dua pada rahang bawah
Menambahkan premolar pada distal dari molar dua rahang atas
Diskrepansi medio-lateral
Lebih sulit diatasi  perlu penyempitan pada lengkung, yaitu pada daerah
premolar
Jika diperlukan, untuk menyusun tetap dapat menyusun gigi pada neutral zone
 perlu penyusunan kondisi cross-bite, yaitu anasir gigi mandibula disusun
lebih ke buccal (bukan lingual) daripada maksila
147
Solusi penyusunan gigi pada Kelas II..
Komplikasi lain  rahang atas jauh lebih lebar dari rahang bawah
Penyusunan anasir pada masing-masing rahang, sesuai dengan
lengkung rahang
Rahang atas yang mengalami penyempitan pada daerah premolar,
akan mengurangi estetis
(A) Penyusunan yang
kurang estetis karena
penyempitan di daerah
premolar
(B) Penambahan veneer
pada daerah buccal
untuk meningkatkan
estetis
148
Prognatic Mandible
Kelas III
149
Permasalahan pada Kelas III
Anterior
Requirement: menyusun anasir sesuai dengan letak gigi asli
 Keadaan reverse overjet sulit diterima pasien
Posterior
Diskrepansi ukuran lengkung rahang
Ridge alveolar rahang bawah lebih lebar daripada rahang atas
Fungsional
Kontak di anterior sebelum kontak posterior  anterior slide ke
interkuspasi maksimum
Jika keadaan dipertahankan dalam keadaan edentulus, sulit untuk
menentukan hubungan rahang dan OVD
150
Solusi penyusunan gigi pada Kelas III
Anterior
Reverse overjet sulit diterima pasien
Menyusun anasir gigi rahang atas pada posisi edge-to-edge
dengan anasir gigi rahang bawah
Jika pada keadaan gigi asli pasien edge-to-edge, maka bisa
mempertimbangkan penyusunan dengan Kelas I
*Perlu diperhatikan bahwa dalam penyusunan, sudut dari tepi
insisal harmonis dengan kurva kompensasi antero-posterior
151
Solusi penyusunan gigi pada Kelas III..
Posterior
Jika rahang atas berada dalam rahang bawah, penyusunan gigi ke
hubungan normal
Anasir posterior rahang atas disusun jauh ke buccal dan anasir
rahang bawah jauh ke lingual  menimbulkan masalah
Sehingga, perlu tetap menyusun anasir gigi pada neutral zone
(cross-bite)
152
Solusi penyusunan gigi pada Kelas III..
Alternatif penyusunan:
• Penggunaan anasir dengan cusp normal  penyusunan dengan reverse overjet
dan inklinasi cusp disusun dengan memungkinkan pergerakan yang ekstensif
 Sulit dicapai dan perlu modifikasi pada anasir
• Untuk membantu memperbaiki intedigitasi  Penyusunan terbalik rahang atas
dengan rahang bawah (kuadrat 1  3, Kuadran 2  4)
 Anasir premolar rahang bawah yang disusun pada rahang atas tampak
kurang sesuai  bisa diatasi dengan menggunakan anasir dengan ukuran
lebih besar
• Penggunaan gigi non-anatomis dan menyesuaikan dengan kurva kompensasi
untuk mencapai keseimbangan bilateral dan antero-posterior
 Solusi yang paling mudah, terutama dalam mencapai hubungan statis. Tetapi
kurang memuaskan jika pasien mengharapkan pergerakan mandibular yang
memerlukan fully balanced articulation
153
Hubungan rahang abnormal..
Fully balanced articulation  konsep oklusi ideal pada complete
denture
• Sulit dicapai (time-consuming)
• Keadaan tertentu sehingga tidak mungkin mencapai keseimbangan
sempurna dengan menggunakan cusped teeth
 Lingualised articulation
Bisa digunakan sebagai alternatif sehingga mendapatkan hasil
lebih baik
154
Lingualised occlusion for skeletal Class II
Pada Kelas II dengan high FMA, dalam keadaan fungsional, rahang berada
dalam posisi anterior dari sentrik relasi yang bervariasi  sulit untuk
mendapatkan keseimbangan protrusif jika menggunakan cusped teeth
Konsep lingual
Menyusun anasir gigi rahang bawah sesuai dengan kurva kompensasi
kemudian menyesuaikan dataran oklusal untuk semua gerakan
protrusi
155
Lingualised occlusion for Class III
Pada kasus kelas III, terjadi diskrepansi medio-lateral
 perlu penyusunan dengan cross-bite
Pada kasus ini, konsep lingualised menjadi “buccalised”
 Cusp bukal rahang atas kontak dengan permukaan oklusal
rahang bawah dan cusp palatal rahang atas tidak berkontak
156
157
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
STABILISASI DAN PERTIMBANGAN
UMUM DALAM MEMPEROLEH
STABILISASI PADA GTP
158
Digunakan saat berfungsi seperti
mengunyah dan bicara
• Stabilitas Gigi Tiruan adalah kemampuan gigi
tiruan untuk tetap stabil atau konstan
melawan pergerakan horizontal pada saat
digunakan.
DEFENISI STABILISASI
159
STABILISASI
• Stabilisasi atau tekanan terhadap gerakan
horizontal dapat berkurang kurangnya tinggi
prossesus alveolaris atau bertambahnya jaringan
mukosa yang mudah bergerak atau flabby.
• Kehilangan stabilisasi menyebabkan gigitiruan
bergerak bila menerima tekanan horizontal
secara bertahap akan menyababkan kerusakn
jaringan lunak dan perubahan tulang
dibawahnya.
160
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
STABILISASI:
• Ukuran dan bentuk basal ridge
• Kualitas jaringan lunak yang menutupi linggir
• Kualitas hasil pencetakan
• Kontur permukaan yang halus
• Susunan elemen gigi tiruan yang baik dan
tepat.
161
Ukuran dan bentuk basal ridge
• Kehilangan linggir vertikal yang banyak dan
meningkatnya jaringan yang kendor (flabby)
menurunkan stabilitas gigi tiruan penuh.
• Bentuk linggir yang persegi (square) -> lebih
retentif, stabil dan juga mendukung untuk
meningkatkan cakupan luas permukaan.
• Bentuk linggir yang oval dan tapered ->
mengurangi retensi dan stabilisasi.
162
Kualitas Jaringan Lunak yang Menutupi
Linggir
• Syarat stabilisasi gigi tiruan yang optimal
adalah jaringan tersebut memberikan tahanan
terhadap tekanan horizontal dengan baik.
• Jaringan lunak yang tegas dengan sub-mucosa
yang adekuat memberikan stabilitas yang baik,
sedangkan sub-musoca yang lunak
memberikan stabilitas yang buruk.
163
Kualitas Hasil Pencetakan
• Cetakan negatif dari seluruh jaringan
pendukung dan daerah tepi rahang atas dan
rahang bawah pada pasien yang telah
kehilangan semua gigi geligi , yang nantinya
akan menjadi pendukung bagi gigi tiruan
lengkap.
• Hasil pencetakan yang baik dan akurat
memberikan stabilisasi yang baik pada
gigitiruan.
164
Kontur Permukaan yang Halus
• Pemolishan gigi tiruan berkontribusi terhadap
retensi dan stabilisasi gigi tiruan.
• Permukaan oklusal, permukaan palatal, bukal
dan lingual gigi geligi tiruan (yang berkontak
dengan bibir, pipi dan lidah) merupakan
bagian yang biasanya di poles.
165
Struktur Elemen Gigi Tiruan yang Baik
dan Tepat
• Ukuran, bentuk, tekstur permukaan, warna
dan bahan elemen harus diperhatikan dengan
baik agar stabilisasi tiruan pun baik.
166
Pertimbangan Umum dalam
Memperoleh Stabilisasi GTP
• Perubahan Fisiologis
Secara umum, proses penuaan akan mengakibatkan
kemunduran pertumbuhan tulang dan tulang
rahang, resorbsi terjadi merata pada rahang atas dan
bawah yang akan mempengaruhi stabilisasi dari GTP.
• Resorpsi Linggir Alveolar yang Cepat
-> mempengaruhi pemilihan anarsir gigi tiruan yang
berhubungan dengan stabilisasi GTP. gigi tiruan harus
didesain tidak memperparah beban linggir alveolus
dan dipilih yang relatif lebih kecil dari gigi asli agar
tepat diatas linggir dan tercapai keseimbangan oklusi
yang menambah stabilisasi GTP.
167
Thank You
168
1. Zarb GA, Bolender CL. Prosthodontic treatment for edentulous patients.
12th Ed. St. Louis: The C.V. Mosby Company, 2003: 314-328.
2. The Academy of Prosthodontics. Glossary of Prosthodontics Terms. J
Prosthodontics dentistry 2005; 94(1): 17,49,53.
3. Nallaswamy D. Textbook of Prosthodontics. New Delhi: Jaypee Brothers
Medical Publishers, 2003: 183-198.
4. CP Owen. Occlusion on complete dentures. <
http://www.4everlearning.com/pdfs/occlusionandcompletedentures.pdf>
(02 April 2014).
5. Lontar UI. <http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/127517-R17-PRO-175-
Kedalaman%20ruang-Literatur.pdf> (08 April 2014).
6. Faten. Success of complete denture.
<http://www.slideshare.net/Hisham99/success-of-complete-denture#> (08
April 2014).
7. Indian Dental Academy. Stability in Complete Dentures Prothesis.
<http://www.slideshare.net/indiandentalacademy/stability-31880718#>
(08 April 2014).
8. Tarigan S. Pertimbangan Prostodonsia Lanjut Usia: Beberapa Pertimbangan
dalam Perawatan <http://library.usu.ac.id/download/e-
book/prof.%20S.Tarigan.pdf> (08 April 2014). 169

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Prosedur dan manfaat analisis bolton (2)
Prosedur dan manfaat analisis bolton (2)Prosedur dan manfaat analisis bolton (2)
Prosedur dan manfaat analisis bolton (2)Sorayya Morizha
 
Alat & Bahan Penumpatan Gigi
Alat & Bahan Penumpatan GigiAlat & Bahan Penumpatan Gigi
Alat & Bahan Penumpatan GigiVina Widya Putri
 
Tutorial Maloklusi & Crossbite
Tutorial Maloklusi & CrossbiteTutorial Maloklusi & Crossbite
Tutorial Maloklusi & CrossbiteVina Widya Putri
 
Endodontic 3
Endodontic 3Endodontic 3
Endodontic 3RSIGM
 
Tugas drg berlian
Tugas drg berlianTugas drg berlian
Tugas drg berliansaktiirdi19
 
Endodontic 8
Endodontic 8Endodontic 8
Endodontic 8RSIGM
 
Asuhan keperawatan maloklusi - pemeriksaan dan penatalaksanaan
Asuhan keperawatan maloklusi - pemeriksaan dan penatalaksanaanAsuhan keperawatan maloklusi - pemeriksaan dan penatalaksanaan
Asuhan keperawatan maloklusi - pemeriksaan dan penatalaksanaanAlex Susanto
 
penatalaksanaan gigitiruan penuh lepasan pada pasien edentulous
penatalaksanaan gigitiruan penuh lepasan pada pasien edentulouspenatalaksanaan gigitiruan penuh lepasan pada pasien edentulous
penatalaksanaan gigitiruan penuh lepasan pada pasien edentulousMira Khairunnisa
 
Presentasi Kista Odontogenik dan Tumor Odontogenik - Willi Fragcana Putra
Presentasi Kista Odontogenik dan Tumor Odontogenik - Willi Fragcana PutraPresentasi Kista Odontogenik dan Tumor Odontogenik - Willi Fragcana Putra
Presentasi Kista Odontogenik dan Tumor Odontogenik - Willi Fragcana PutraWilli Fragcana Putra
 
Endodontic 4
Endodontic 4Endodontic 4
Endodontic 4RSIGM
 
karies gigi. pemeriksaan penunjang dan tes vitalitas
karies gigi. pemeriksaan penunjang dan tes vitalitaskaries gigi. pemeriksaan penunjang dan tes vitalitas
karies gigi. pemeriksaan penunjang dan tes vitalitasfirman putra sujai
 
Dental Indices (Indeks Pemeriksaan Jaringan Penyangga / Periodontal Gigi)
Dental Indices (Indeks Pemeriksaan Jaringan Penyangga / Periodontal Gigi)Dental Indices (Indeks Pemeriksaan Jaringan Penyangga / Periodontal Gigi)
Dental Indices (Indeks Pemeriksaan Jaringan Penyangga / Periodontal Gigi)Vina Widya Putri
 
Morfologi gigi sulung2
Morfologi gigi sulung2Morfologi gigi sulung2
Morfologi gigi sulung2Indri Yanti
 
Keterangan status pasien
Keterangan status pasienKeterangan status pasien
Keterangan status pasienikaa388
 
10. morfologi gigi permanent rahang bawah
10. morfologi gigi permanent rahang bawah10. morfologi gigi permanent rahang bawah
10. morfologi gigi permanent rahang bawahhasril hasanuddin
 
Pulpa capping egaaaaaaa
Pulpa capping egaaaaaaaPulpa capping egaaaaaaa
Pulpa capping egaaaaaaa07051994
 

Was ist angesagt? (20)

Prosedur dan manfaat analisis bolton (2)
Prosedur dan manfaat analisis bolton (2)Prosedur dan manfaat analisis bolton (2)
Prosedur dan manfaat analisis bolton (2)
 
Alat & Bahan Penumpatan Gigi
Alat & Bahan Penumpatan GigiAlat & Bahan Penumpatan Gigi
Alat & Bahan Penumpatan Gigi
 
Kavitas kelas i rk
Kavitas kelas i rkKavitas kelas i rk
Kavitas kelas i rk
 
Tutorial Maloklusi & Crossbite
Tutorial Maloklusi & CrossbiteTutorial Maloklusi & Crossbite
Tutorial Maloklusi & Crossbite
 
inlay
inlayinlay
inlay
 
Endodontic 3
Endodontic 3Endodontic 3
Endodontic 3
 
Restorasi gigi sulung
Restorasi gigi sulungRestorasi gigi sulung
Restorasi gigi sulung
 
Tugas drg berlian
Tugas drg berlianTugas drg berlian
Tugas drg berlian
 
Endodontic 8
Endodontic 8Endodontic 8
Endodontic 8
 
Asuhan keperawatan maloklusi - pemeriksaan dan penatalaksanaan
Asuhan keperawatan maloklusi - pemeriksaan dan penatalaksanaanAsuhan keperawatan maloklusi - pemeriksaan dan penatalaksanaan
Asuhan keperawatan maloklusi - pemeriksaan dan penatalaksanaan
 
penatalaksanaan gigitiruan penuh lepasan pada pasien edentulous
penatalaksanaan gigitiruan penuh lepasan pada pasien edentulouspenatalaksanaan gigitiruan penuh lepasan pada pasien edentulous
penatalaksanaan gigitiruan penuh lepasan pada pasien edentulous
 
Presentasi Kista Odontogenik dan Tumor Odontogenik - Willi Fragcana Putra
Presentasi Kista Odontogenik dan Tumor Odontogenik - Willi Fragcana PutraPresentasi Kista Odontogenik dan Tumor Odontogenik - Willi Fragcana Putra
Presentasi Kista Odontogenik dan Tumor Odontogenik - Willi Fragcana Putra
 
Endodontic 4
Endodontic 4Endodontic 4
Endodontic 4
 
karies gigi. pemeriksaan penunjang dan tes vitalitas
karies gigi. pemeriksaan penunjang dan tes vitalitaskaries gigi. pemeriksaan penunjang dan tes vitalitas
karies gigi. pemeriksaan penunjang dan tes vitalitas
 
Dental Indices (Indeks Pemeriksaan Jaringan Penyangga / Periodontal Gigi)
Dental Indices (Indeks Pemeriksaan Jaringan Penyangga / Periodontal Gigi)Dental Indices (Indeks Pemeriksaan Jaringan Penyangga / Periodontal Gigi)
Dental Indices (Indeks Pemeriksaan Jaringan Penyangga / Periodontal Gigi)
 
Morfologi gigi sulung2
Morfologi gigi sulung2Morfologi gigi sulung2
Morfologi gigi sulung2
 
Keterangan status pasien
Keterangan status pasienKeterangan status pasien
Keterangan status pasien
 
10. morfologi gigi permanent rahang bawah
10. morfologi gigi permanent rahang bawah10. morfologi gigi permanent rahang bawah
10. morfologi gigi permanent rahang bawah
 
Pulpa capping egaaaaaaa
Pulpa capping egaaaaaaaPulpa capping egaaaaaaa
Pulpa capping egaaaaaaa
 
4.oklusi
4.oklusi4.oklusi
4.oklusi
 

Andere mochten auch

Penatalaksanaan gigitiruan penuh lepasan pada pasien edentulous ppt mira
Penatalaksanaan gigitiruan penuh lepasan pada pasien edentulous  ppt miraPenatalaksanaan gigitiruan penuh lepasan pada pasien edentulous  ppt mira
Penatalaksanaan gigitiruan penuh lepasan pada pasien edentulous ppt miraMira Khairunnisa
 
003 morfologi oklusi 2013
003 morfologi oklusi 2013003 morfologi oklusi 2013
003 morfologi oklusi 2013Anis Istiqomah
 
Soal manipulasi
Soal manipulasiSoal manipulasi
Soal manipulasisevenra
 
Using the lucia jig for accurate bite s220
Using the lucia jig for accurate bite s220Using the lucia jig for accurate bite s220
Using the lucia jig for accurate bite s220Chuanwei Su
 
Kti prostodonsia irma unhas
Kti prostodonsia irma unhasKti prostodonsia irma unhas
Kti prostodonsia irma unhasIrma Ariany Syam
 
Physiology of the stomatognathic system /certified fixed orthodontic courses ...
Physiology of the stomatognathic system /certified fixed orthodontic courses ...Physiology of the stomatognathic system /certified fixed orthodontic courses ...
Physiology of the stomatognathic system /certified fixed orthodontic courses ...Indian dental academy
 
91878881 pembuatan-gigi-tiruan-penuh
91878881 pembuatan-gigi-tiruan-penuh91878881 pembuatan-gigi-tiruan-penuh
91878881 pembuatan-gigi-tiruan-penuhAulia Putri Evindra
 
Functional examination /certified fixed orthodontic courses by Indian dental...
Functional examination  /certified fixed orthodontic courses by Indian dental...Functional examination  /certified fixed orthodontic courses by Indian dental...
Functional examination /certified fixed orthodontic courses by Indian dental...Indian dental academy
 
Functional analysis /certified fixed orthodontic courses by Indian dental a...
Functional analysis   /certified fixed orthodontic courses by Indian dental a...Functional analysis   /certified fixed orthodontic courses by Indian dental a...
Functional analysis /certified fixed orthodontic courses by Indian dental a...Indian dental academy
 
Concepts of dental occlusion and importance of six keys of occlusion in orth...
Concepts of dental occlusion and  importance of six keys of occlusion in orth...Concepts of dental occlusion and  importance of six keys of occlusion in orth...
Concepts of dental occlusion and importance of six keys of occlusion in orth...Dr.Maulik patel
 
Penyusunan gigi anterior rahang atas
Penyusunan gigi anterior rahang atasPenyusunan gigi anterior rahang atas
Penyusunan gigi anterior rahang atasTiwi Sitompul
 
Permanent maxillary molars
Permanent maxillary molarsPermanent maxillary molars
Permanent maxillary molarsBasim Zwain
 
Balanced occlusion - Prosthodontics
Balanced occlusion - ProsthodonticsBalanced occlusion - Prosthodontics
Balanced occlusion - ProsthodonticsDr Reem Ayesha
 
OCCLUSION IN COMPLETE DENTURES
OCCLUSION IN COMPLETE DENTURESOCCLUSION IN COMPLETE DENTURES
OCCLUSION IN COMPLETE DENTURESpranav verma
 

Andere mochten auch (17)

Penatalaksanaan gigitiruan penuh lepasan pada pasien edentulous ppt mira
Penatalaksanaan gigitiruan penuh lepasan pada pasien edentulous  ppt miraPenatalaksanaan gigitiruan penuh lepasan pada pasien edentulous  ppt mira
Penatalaksanaan gigitiruan penuh lepasan pada pasien edentulous ppt mira
 
003 morfologi oklusi 2013
003 morfologi oklusi 2013003 morfologi oklusi 2013
003 morfologi oklusi 2013
 
Soal manipulasi
Soal manipulasiSoal manipulasi
Soal manipulasi
 
Using the lucia jig for accurate bite s220
Using the lucia jig for accurate bite s220Using the lucia jig for accurate bite s220
Using the lucia jig for accurate bite s220
 
Kti prostodonsia irma unhas
Kti prostodonsia irma unhasKti prostodonsia irma unhas
Kti prostodonsia irma unhas
 
Anomali Gigi
Anomali GigiAnomali Gigi
Anomali Gigi
 
Physiology of the stomatognathic system /certified fixed orthodontic courses ...
Physiology of the stomatognathic system /certified fixed orthodontic courses ...Physiology of the stomatognathic system /certified fixed orthodontic courses ...
Physiology of the stomatognathic system /certified fixed orthodontic courses ...
 
91878881 pembuatan-gigi-tiruan-penuh
91878881 pembuatan-gigi-tiruan-penuh91878881 pembuatan-gigi-tiruan-penuh
91878881 pembuatan-gigi-tiruan-penuh
 
Functional examination /certified fixed orthodontic courses by Indian dental...
Functional examination  /certified fixed orthodontic courses by Indian dental...Functional examination  /certified fixed orthodontic courses by Indian dental...
Functional examination /certified fixed orthodontic courses by Indian dental...
 
Functional analysis /certified fixed orthodontic courses by Indian dental a...
Functional analysis   /certified fixed orthodontic courses by Indian dental a...Functional analysis   /certified fixed orthodontic courses by Indian dental a...
Functional analysis /certified fixed orthodontic courses by Indian dental a...
 
16.occlusal schemes lingualized occlusion
16.occlusal schemes   lingualized occlusion16.occlusal schemes   lingualized occlusion
16.occlusal schemes lingualized occlusion
 
Concepts of dental occlusion and importance of six keys of occlusion in orth...
Concepts of dental occlusion and  importance of six keys of occlusion in orth...Concepts of dental occlusion and  importance of six keys of occlusion in orth...
Concepts of dental occlusion and importance of six keys of occlusion in orth...
 
Penyusunan gigi anterior rahang atas
Penyusunan gigi anterior rahang atasPenyusunan gigi anterior rahang atas
Penyusunan gigi anterior rahang atas
 
Orthodontic diagnosis
Orthodontic diagnosisOrthodontic diagnosis
Orthodontic diagnosis
 
Permanent maxillary molars
Permanent maxillary molarsPermanent maxillary molars
Permanent maxillary molars
 
Balanced occlusion - Prosthodontics
Balanced occlusion - ProsthodonticsBalanced occlusion - Prosthodontics
Balanced occlusion - Prosthodontics
 
OCCLUSION IN COMPLETE DENTURES
OCCLUSION IN COMPLETE DENTURESOCCLUSION IN COMPLETE DENTURES
OCCLUSION IN COMPLETE DENTURES
 

Ähnlich wie Tugas ppt oklusi pada gtp

7. RELASI RAHANG, OKLUSI DAN ARTIKULASI.ppt
7. RELASI RAHANG, OKLUSI DAN ARTIKULASI.ppt7. RELASI RAHANG, OKLUSI DAN ARTIKULASI.ppt
7. RELASI RAHANG, OKLUSI DAN ARTIKULASI.pptdina410715
 
PIRANTI OKLUSAL.pptx
PIRANTI OKLUSAL.pptxPIRANTI OKLUSAL.pptx
PIRANTI OKLUSAL.pptxssuseref19c32
 
Hubungan antara rahang dengan gigi tiruan
Hubungan antara rahang dengan gigi tiruanHubungan antara rahang dengan gigi tiruan
Hubungan antara rahang dengan gigi tiruaniqbal6979
 
PPT CRS ELSA.pptx
PPT CRS ELSA.pptxPPT CRS ELSA.pptx
PPT CRS ELSA.pptxNSIAk2
 
Manajemen penjangkaran dalam-_perawatan_ortodonti_2
Manajemen penjangkaran dalam-_perawatan_ortodonti_2Manajemen penjangkaran dalam-_perawatan_ortodonti_2
Manajemen penjangkaran dalam-_perawatan_ortodonti_2Chusna Wardani
 
9.PENYELARASAN OKLUSAL & SPLIN.ppt
9.PENYELARASAN OKLUSAL & SPLIN.ppt9.PENYELARASAN OKLUSAL & SPLIN.ppt
9.PENYELARASAN OKLUSAL & SPLIN.pptYeremiaGultom2
 
Management Crowded Anterior On Children
Management Crowded Anterior On ChildrenManagement Crowded Anterior On Children
Management Crowded Anterior On ChildrenTaufiqi Hidayatullah
 
Sistem pengunyahan, sistem penelanan, dan faal
Sistem pengunyahan, sistem penelanan, dan faalSistem pengunyahan, sistem penelanan, dan faal
Sistem pengunyahan, sistem penelanan, dan faalBudionno Abdulloh
 
Terapi manual TMJ dalam Fisioterapi
Terapi manual TMJ dalam FisioterapiTerapi manual TMJ dalam Fisioterapi
Terapi manual TMJ dalam FisioterapiJuliasti Pasorong
 
5. alignment artikulasi gigi geligi
5. alignment artikulasi gigi geligi5. alignment artikulasi gigi geligi
5. alignment artikulasi gigi geligiasih gahayu
 
5. alignment artikulasi gigi geligi
5. alignment artikulasi gigi geligi5. alignment artikulasi gigi geligi
5. alignment artikulasi gigi geligiasih gahayu
 
penatalaksanaan-ekstraksi-gigi-sulung.ppt
penatalaksanaan-ekstraksi-gigi-sulung.pptpenatalaksanaan-ekstraksi-gigi-sulung.ppt
penatalaksanaan-ekstraksi-gigi-sulung.pptMuhammadFadli954524
 
occlusal adjustment
occlusal adjustmentocclusal adjustment
occlusal adjustmentthevaraj3
 
Indikasi Tidak Umum Pada Penggunaan Lower Inclined Plane
Indikasi Tidak Umum Pada Penggunaan Lower Inclined PlaneIndikasi Tidak Umum Pada Penggunaan Lower Inclined Plane
Indikasi Tidak Umum Pada Penggunaan Lower Inclined PlaneUniversitas Sumatera Utara
 
Biomekanik Perawatan Ortodonti pada Sistem Stomatognati
Biomekanik Perawatan Ortodonti pada  Sistem StomatognatiBiomekanik Perawatan Ortodonti pada  Sistem Stomatognati
Biomekanik Perawatan Ortodonti pada Sistem StomatognatiHayumasNurlita
 

Ähnlich wie Tugas ppt oklusi pada gtp (20)

7. RELASI RAHANG, OKLUSI DAN ARTIKULASI.ppt
7. RELASI RAHANG, OKLUSI DAN ARTIKULASI.ppt7. RELASI RAHANG, OKLUSI DAN ARTIKULASI.ppt
7. RELASI RAHANG, OKLUSI DAN ARTIKULASI.ppt
 
PIRANTI OKLUSAL.pptx
PIRANTI OKLUSAL.pptxPIRANTI OKLUSAL.pptx
PIRANTI OKLUSAL.pptx
 
Hubungan antara rahang dengan gigi tiruan
Hubungan antara rahang dengan gigi tiruanHubungan antara rahang dengan gigi tiruan
Hubungan antara rahang dengan gigi tiruan
 
PPT CRS ELSA.pptx
PPT CRS ELSA.pptxPPT CRS ELSA.pptx
PPT CRS ELSA.pptx
 
Manajemen penjangkaran dalam-_perawatan_ortodonti_2
Manajemen penjangkaran dalam-_perawatan_ortodonti_2Manajemen penjangkaran dalam-_perawatan_ortodonti_2
Manajemen penjangkaran dalam-_perawatan_ortodonti_2
 
9.PENYELARASAN OKLUSAL & SPLIN.ppt
9.PENYELARASAN OKLUSAL & SPLIN.ppt9.PENYELARASAN OKLUSAL & SPLIN.ppt
9.PENYELARASAN OKLUSAL & SPLIN.ppt
 
Management Crowded Anterior On Children
Management Crowded Anterior On ChildrenManagement Crowded Anterior On Children
Management Crowded Anterior On Children
 
Journal reading
Journal readingJournal reading
Journal reading
 
JOURNAL ORTHO LAPSUS.pptx
JOURNAL ORTHO LAPSUS.pptxJOURNAL ORTHO LAPSUS.pptx
JOURNAL ORTHO LAPSUS.pptx
 
PART 3 CHAPTER 6.pdf
PART 3 CHAPTER 6.pdfPART 3 CHAPTER 6.pdf
PART 3 CHAPTER 6.pdf
 
Sistem pengunyahan, sistem penelanan, dan faal
Sistem pengunyahan, sistem penelanan, dan faalSistem pengunyahan, sistem penelanan, dan faal
Sistem pengunyahan, sistem penelanan, dan faal
 
Terapi manual TMJ dalam Fisioterapi
Terapi manual TMJ dalam FisioterapiTerapi manual TMJ dalam Fisioterapi
Terapi manual TMJ dalam Fisioterapi
 
608 1355-1-sm
608 1355-1-sm608 1355-1-sm
608 1355-1-sm
 
5. alignment artikulasi gigi geligi
5. alignment artikulasi gigi geligi5. alignment artikulasi gigi geligi
5. alignment artikulasi gigi geligi
 
5. alignment artikulasi gigi geligi
5. alignment artikulasi gigi geligi5. alignment artikulasi gigi geligi
5. alignment artikulasi gigi geligi
 
Penetapan gigit-gtl1
Penetapan gigit-gtl1Penetapan gigit-gtl1
Penetapan gigit-gtl1
 
penatalaksanaan-ekstraksi-gigi-sulung.ppt
penatalaksanaan-ekstraksi-gigi-sulung.pptpenatalaksanaan-ekstraksi-gigi-sulung.ppt
penatalaksanaan-ekstraksi-gigi-sulung.ppt
 
occlusal adjustment
occlusal adjustmentocclusal adjustment
occlusal adjustment
 
Indikasi Tidak Umum Pada Penggunaan Lower Inclined Plane
Indikasi Tidak Umum Pada Penggunaan Lower Inclined PlaneIndikasi Tidak Umum Pada Penggunaan Lower Inclined Plane
Indikasi Tidak Umum Pada Penggunaan Lower Inclined Plane
 
Biomekanik Perawatan Ortodonti pada Sistem Stomatognati
Biomekanik Perawatan Ortodonti pada  Sistem StomatognatiBiomekanik Perawatan Ortodonti pada  Sistem Stomatognati
Biomekanik Perawatan Ortodonti pada Sistem Stomatognati
 

Tugas ppt oklusi pada gtp

  • 2. Anggota Kelompok • Chairani Ilma (110600041) • Fredysen W Megosurya (110600042) • Ingrid P Khosalim (110600043) • Khaera Cameliya (110600044) • Joule Siregar (110600045) • Octavina (110600046) • Dina Naulita M (110600047) • Ayesha Adisti Asbi (110600048) • Vandersun Lestari (110600049) • Indah Gayatri (110600050) • Vinda Anggela Dewi (110600051) • Artauli Octaviana (110600052) • Lulu Fanty Caroline (110600053) 2
  • 3. 3 Oklusi pada GTP 1. Konsep Umum Oklusi 2. Klasifikasi Oklusi pada GTP 3. Konsep Oklusi pada GTP 4. Pergerakan Protrusif & Lateral 5. Hubungan Rahang Abnormal 6. Faktor Stabilisasi Oklusi
  • 4. 4
  • 5. Konsep Umum Oklusi Oklusi Oklusi Asli & Artifisial Oklusi Sentrik & Relasi Sentrik Artikulasi Protrusif Movement Lateral Movement 5
  • 6. OKLUSI Subjek yang paling penting dalam disiplin ilmu kedokteran gigi Gigi sebagai suatu kesatuan yang berfungsi bersama-sama sangat penting bagi manusia sejak dahulu kala Juga merupakan subjek paling membingungkan (karena rumit) dalam ilmu kedokteran gigi Upaya untuk memahami oklusi dilakukan dari analisis mekanika, matematika, dan geometri pertemuan gigi dan pergerakan rahang → hingga analisis biologis dan fungsional gigi geligi yang dipengaruhi faktor lingkungan dan makanan 6
  • 7. Oklusi Asli dan Oklusi Artifisial • Perkembangan Oklusi  Evolusi serta perkembangan gigi dan TMJ digunakan sebagai pembelajaran → memberikan petunjuk untuk mengetahui bagaimana fungsi dari gigi kita yang sekarang  Gigi desidui juga memberikan penyelesaian masalah pada anak-anak sebagai alat mastikasi yang tepat & sesuai dengan kebutuhan mereka pada saat itu dan konsisten dengan ruang yang tersedia pada rahang 7
  • 8. Kelemahan fungsional yang mungkin terjadi selama masa transisi dapat dimininalisir dengan: Ketika I sentralis tanggal, gigi desidui dari I lateral dan kanius dapat digunakan sebagai pemotong makanan Walaupun kehilangan desidui molar tidak akan menggangu proses menhancurkan dan menggiling makanan karena molar satu permanen telah erupsi 8
  • 9. Perkembangan gomphosis (ligamen periodontal tipe perlekatan) memungkinkan penyesuaian posisi dari masing-masing gigi setelah erupsi → sebagai respon terhadap tekanan pengunyahan → didapatkan posisi gigi yang paling efisien 9
  • 10. Ciri-ciri dari Oklusi Asli (Natural Occlusion) • Dalam pengunyahan, gigi rahang bawah bergerak melewati rahang atas, melewati posisi intercuspal, biasanya tanpa berhenti. • Posisi intercuspal biasanya digunakan selama pengunyahan, penelanan, dan selama gigi clenching 10
  • 11. • Selama berfungsi, hadirnya cusp unworn selalu dihasilkan dari gigi yang terpisah pada satu sisi, walaupun gigi berkontak dengan sisi yang lain pada lengkung rahang. • Ini terlihat secara jelas selama pergerakan lateral tetapi juga terjadi padaa pergerakan protusif ketika gigi anterior berkontak dan gigi posterior tidak. • Hubungan oklusi dan artikulasi ini sering disebut oklusi yang ideal oleh dokter gigi yang menggunakan philosofi mekanis dan penjelasan-penjelasan 11
  • 12. • Dibawah pengaruh dari diet abrasif, gigi asli yang utama tidak memperlihatkan maloklusi, lebih luas lagi karena penggunaan itu mengambil tempat. • Syarat gigi yang telah tanggal dapat digantikan dengan gigi tiruan palsu buatan yang mengetahui kesulitan dalam penyusunan morphology compleks pada gigi unworn. • Syarat yang dibuat oleh dokter gigi seperti pada masing-masing gigi dan lebih khusus pada pembentukan permukaan oklusal untuk penggantian gigi yang pas dan berfungsi dengan baik. Ini bersal dari konsep perspektif oklusi yang ideal 12
  • 13. • Walaupun kesalahan dalam pemakaian gigi ini dapat menyebabkan salah paham sebagai fugsi aslinya, pada kenyataannya tergantung dari perbaikan dan penyusunan gigi dengan lingkungan yang tidak natural. 13
  • 14. Oklusi Artifisial • Ketika pergantian gigi natural dengan gigi artifisial, yang penting adalah pergantan fungsi harus harmonis dengan sistem rahang, otot, dan sendi. Ketika gigi tanggal, terjadi resorbsi tulang, dan tulang alveolar menjadi berubah bentuk dan ukuran, ditutupi oleh mukosa yang bervariasi dan tipis. • Ketika GTP dibuat untuk mencocokkan dasar mukosa dan tulang, mereka dalam keadaan diam hanya ketika rahang dalam keadaan statis. 14
  • 15. • Ketika gigi artifisial melakukan kontak, mereka melakukannya dengan cara yang sama pada gigi asli unworn, kemudian ini seharusnya dekat sehingga seperti masuk pergerakan yang tidak diinginkan dari dasar gigi tiruan. • Jika hanya satu sisi yang berkontak, atau hanya satu pasang gigi kontak (kasus terbanyak kaninus) lalu ini akan menghasilkan pergerakan dari dasar gigi tiruan yang akan sangat susah jika pasien tidaak bisa mengkontrolnya. 15
  • 16. • Tetapi jika gigi berkontak karena basis gigi tiruan sampai tip up sampai gigi pada sisi lain bertemu, mereka akan memberikan arah pada basis samapi posisi yang lebih stabil dengan banyak gigi yang berkontak. • Menariknya, oklusi seimbang ini terjadi tepat pada situasi natural worn dari gigi asli. Tetapi, pada gigi unworn natural , selama pengunyahan, dimana ada penurunan bolus diantara gigi, yang memungkinkan untuk mengidentifikasi kontak gigi antar kedua rahang. 16
  • 17. • Fungsi mastikasi yang normal, meskipun representatif hanya satu aspek dari penggunaan GTP dan gigi artifisial. • Oklusi sentrik merupakan kebanyakan posisi yang sering digunakan selama mastikasi tetapi juga selama penelanandan banyak pererakan menuju sentrik oklusi, posisi yang diadaptasi selama penelanan, seharusnya seimbang untuk meminimalisasikan pergerakan gigi palsu dan tekanan yang mendesak basis. Aksi lain juga mengambil tempat, sehingga dapat “jeopardise” walaupun penyusunan basis gigi tiruan dan gigi artifisial ideal 17
  • 18. Terminologi • Definisi ini muncul sebagai hasil dari beragam penelitian selama bertahun-tahun untuk menumbuhkan pemahaman yang lebih pada pergerakan rahang dan cara bagaimana gigi mencapai keadaan secara bersama (oklusi) • Definisi lain juga merupakan refleki dari beberapa penelitian untuk memahami, dimulai dari mekanistik sampai biologikal dan biofungsional. 18
  • 19. Oklusi Relasi statis diantara insisivus dan permukaan mastikasi dai maksila atau mandibula gigi atau analog gigi. Oklusi sentrik Oklusi dari gigi antagonis ketika mandibula pada relasi sentrik. Ini mungkin atau tidak sama dengan intercuspal maksimal. 19
  • 20. • Intercuspal maksimum Intercuspal lengkap pada gigi anterior, posisi dari condilar independent Relasi sentrik Relasi physiological yang paling sering yaitu pada mandibula retruded ke maksila ke dan dari dimana individu dapat membuat pergerakan kolateral. Ini kondisi dimana dapat eksis di tingkatan yang berbeda dari pemisahan rahang. Ini dapat terjadi sekitar terminal aksis hinge. Terminal aksis hinge Tahap ini sekarang lebih dikena sebagai aksis transverse horizontal. Garis imaginer disekitar dimana mandibula mungkin berotasi dengan sagital plane 20
  • 21. Artikulasi Relasi kontak diantara permukaan oklusal dari gigi selama berfungsi Mutually protected articulation Skema oklusal dimana gigi posterior mencegah kontak berlebihan dari giigi anterior pada interuspal maksimum, dan gigi anterior melepaskan gigi posterior pada seluruh pergerakan excursive mandibula Balanced articulation bilateral, simultan, anterior dan posterior kontak oklusi dari gigi pada posisi sentrik dan eksentrik Artikulasi lingual Tidak ada muncul di glossary : oklusi lingual di deginisikan sebagai bentuk dari oklusi gigi tiruan dimana artikulasi dari cusp lingual dengan permukaan oklusal mandibula pada centric working dan non-working Anterior protected articulation Bentuk artikulasi mutually protected dimana vertikal dan horizontal overlap pada nterior gigi sampai melepaskan gigi posterior pada pergerakan excursive mandibula 21
  • 22. Sentrik oklusi • Ketika pembuatan GTP, hanya ada guide langsung yang mungkin untuk menentukan dimana gigi diletakkan; dua yang paling penting yaitu hubungan vertikal dan horizontal dari mandibula terhadap maksila. • Mandibula walaupun menghambat pergerakan vertikal secara konsisten hanya ketika terjadi rotasi disekitar axis horizontal dan ini dapat digunakan untuk mendapatkan posisi mandibular yang reproduktif dalam menentukan vertikal dimensi • Pada ketinggian oklusal ini, ketika gigi diletakkan sehingga kestabilan kontak gigi terjadi pada intercuspal maksimum 22
  • 23. • Definisi : relasi paling retruded dari mandibula terhadap maksila untuk dan dari dimana individual dapat membuat pergerakan lateral; posisi klinikal menentukan ketika condyle-disc assemblies artikulasi pada posisi AP melawan eminances artikulator; dari yang terbatas sampai pergerakan rotasi reproductible tentang aksis tranverse horizontal; posisi dimana intercuspal maksimum dari gigi dapat terjadi pada saat menentukan vertikal dimensi oklusal 23
  • 24. Aksis tranverse horizontal (terminal hinge axis) • Definisi : garis imaginer mengelilingi dimana mandibula dapat menghasilkan hinge vertikal ata pergerakan riotasi secara langsung 25 mm 24
  • 25. Intercuspal Maksimum • Pada tahap ini lebih baik menjelaskannya karena pada gigi asli adalah oklusi sentrik, tetapi pada GTP, ini harus termasuk relasi horizontal dan vertikal dari mandibula terhadap maksila. • Definisi : hubungan static dan kontak diantar mandibula dan maksila gigi artifisial dapat memperoleh relasi yang stabil diantar insisal dan permukaan mastikasi, ketika mandibula pada keadaana posisi relasi sentrik pada penentuan dimensi vertikal pada oklusi 25
  • 26. Artikulasi semua hubungan gigi dalam posisi apapun diluar interkuspasi maksimal. Tujuannya : menyediakan kontak yang simultan sebanyak mungkin, dan berbagai jenis skema oklusal telah dirancang untuk mencapai hal ini. Artikulasi seimbang Definisi : Kontak antara mandibula dan maksila secara terus menerus sebanyak mungkin dalam semua pergerakan excursive baik menjauhi, menuju ataupun pada posisi interkuspasi maksimum. Istilah ini dapat diterapkan untuk semua jenis skema oklusal, menggunakan gigi ber-cusp atapun cuspless ataupun kombinasi dari keduanya 26
  • 27. Biomekanik kontak oklusi fungsional Hal ini diasumsikan dengan memiliki hubungan cusp-fossa seperti pada gigi asli, bahkan dalam kondisi interkuspasi maksimum, akan mempertahankan hubungan rahang tersebut. Terlihat sederhana dikarenakan gigi dirancang untuk memiliki hubungan cusp-fosa guna mempertahankan hubungan rahang tersebut. Namun, ketika mandibula bergerak dari posisi relasi sentrik, faktor lainnya akan berperan. A. Protrusif Movement B. Lateral Movement 27
  • 28. A. Pergerakan Protrusif Ada dua faktor penentu pergerakan mandibula dalam protrusi yaitu the incisal guidance angle(IGA) dan sagital condylar guidance angle (SCGA). (IGA) dibentuk oleh overbite antara gigi (Gambar 5). Hal ini bergantung pada jumlah overjet selama tidak ada bimbingan sampai gigi benar-benar berkontak. Pada gigi alami, dimensi overbite dan overjet ditentukan oleh posisi gigi. Pada GTP justru ditentukan oleh faktor-faktor lain, terutama estetika, fonetik, dan fungsi. Hal ini dapat dikontrol oleh seorang dokter gigi. 28
  • 29. Berbeda hal nya dengan SCGA (Gambar 6) tidak berada di bawah kendali dokter gigi sama sekali, dan benar-benar ditentukani oleh biomekanik itu sendiri. Ini adalah hasil dari pertemuan kondilus & disc yang bergerak ke arah depan dan ke bawah, disamping pengaruh lereng anterior dari fosa glenoid. Kenyataannya kondilus tidak hanya melintas sepanjang garis lurus seperti pada diagram dibawah ini. Pergerakannya justru membuat garis zig zag. Lintasan pergerakan TMJ yang sebenarnya memiliki bentuk non-linear dikarenakan sifat dari sendi itu sendiri –sendi tersebut sangat licin (sekitar 5x lebih licin dibanding es diatas lapisan es)- dan karena itu kondilus harus menahan setiap gaya yang bekerja pada gigi, di semua posisi memungkinkan dalam fossa glenoid. 29
  • 30. Bentuk kondilus dan fossa menandakan setiap gerakan maju dari mandibula disertai gerakan ke bawah pula, jika catatan oklusal ditempatkan ditengah insisivus dan kondilus pada permukaan datar, akan terpisah saat mandibula bergerak maju. (lihat Gambar 7). Bila IGA 100 dan SCGA 300 makan gigi ditempatkan pada dataran dengan sudut 200 dibentuk oleh distal cusp dari molar satu maksila 30
  • 31. Bila mandibula bergerak kedepan, maka lengkung menjadi lebih curam pada bagian posterior, dikarenakan pengaruh 30 ° dari SCGA, dibandingkan anterior yang hanya dipengaruhi 10° IGA (Gambar 10). Maka pada saat mandibula bergerak ke depan, pada suatu titik pertengahan di antara posterior dan anterior, gigi-geligi lainnya akan tetap berkontak sebagai hasil sudut cusp 20° . Namun, diantara anterior menuju pertengahan, begitu juga saat menuju posterior, gigi akan kembali kehilangan kontak karena sudut cusp perlu dibuat mendekati 10° untuk anterior, dan mendekati 30° ke daerah posterior. 31
  • 32. Jika semua ujung cusp terhubung, maka posisinya membentuk kurva yang harmonis dengan pergerakan mandibula. Compensating curve akan ditentukan oleh incisal dan condylar guidance angle. Kurva ini bervariasi bergantung pada lintasan mandibula selama pergerakannya. (Figure 13) 32
  • 33. Pergerakan Lateral • Ketika mandibula bergerak ke samping, sisi yang bergerak disebut sisi kerja (working side) sementara pada sisi berlawanan yang bergerak menuju midline disebut nonworking ataupun balancing site. • Pertimbangkan gerakan mandibula ke kiri. Seperti pada pergerakan protrusi, gerakan ini juga tidak semulus lintasan lurus melainkan dipengaruhi penuntun anterior dan posterior. • Penuntun anterior berupa overbite pada sudut lengkung yakni kaninus. Seperti pada IGA, sudut pembimbing kaninus dapat ditentukan oleh operator sehubungan estetika, bentuk lengkung, dll . Penuntun posterior tergantung kepada anatomi sendi itu sendiri berupa pertemuan kondilus dan disc. • Prinsip yang sama seperti pergerakan protrusif dapat menjelaskan perubahan yang diperlukan dalam morfologi gigi untuk memastikan berkontak selama pergerakan lateral. (Figure 14) Penuntun kondilus bagian medial ketika dilihat dari arah depan (Bennett angle) diperkirakan 400 dan penuntun kaninus dengan sudut 100. pada sisi nonworking sisi molar dibuatkan sudut cusp 200. Figure 15 menunjukkan cusp curam bagian mana yang akan mempertahankan kontak oklusi secara simultan ketika mandibula bergerak ke kiri. 33
  • 34. 34
  • 35. Dengan mempertimbangan persyaratan cusp pada sisi nonworking yang harus tetap berkontak ketika mandibula bergerak ke kiri. Sudut cusp dibuat 200 tetapi jika gigi ditempatkan pada pertengahan condylar guidance dan canine guidance maka sudut pertengah dibuat 250. sama seperti pada pergerakan protrusi, hal ini dapat diperoleh dengan melakukan tilting guna menyediakan sudut cusp inklinasi sisi nonworking yang efektif sebesar 250. Gambar 16. Jika hal ini dilakukan di kedua sisi dari lengkung tersebut, dan garis yang ditarik melalui ujung cusp, kurva lain dibuat, didapatkan pula compensating curve pada posisi lateral. 35
  • 36. 36
  • 37. • Lima konsep oklusal dasar saat ini yang digunakan adalah: a) Oklusi anatomis b) Oklusi non anatomis (nol derajat, non titik puncak, monoplane) c) Oklusi semi anatomis d) Oklusi lingualized (linear, organik) e) Oklusi neutrocentric 37
  • 38. A. Oklusi Anatomis • Gigi anatomis didefinisikan sebagai gigi dengan inklinasi cuspal 30 derajat atau lebih yang ditujukan untuk menduplikasi permukaan pengunyahan dari gigi alami. INDIKASI : 1. Untuk mencapai penampilan yang lebih estetis dan alami 2. Untuk mencapai stabilitas , kenyamanan dan fungsi dengan memiliki kontak gigi selama semua daerah gerakan fungsional dan non fungsional. 38
  • 39. Keunggulan Oklusi Anatomis Menurut Payne , Bascom , Brewer 1 . Memasuki makanan dengan mudah membutuhkan sedikit kekuatan pengunyahan sehingga mengurangi gaya vertikal pada ridge 2 . The interdigitation gigi tiruan gigi yang menolak rotasi gigi tiruan dengan mendorong lebih pola mengunyah vertikal ada dengan memberikan stabilitas gigi tiruan yang lebih besar selama gerakan parafunctional. 3 . Mencapai tampilan estetika yang lebih baik dan alami 4 . Bertindak sebagai patokan untuk penutupan rahang yang tepat 39
  • 40. Kekurangan Oklusi Anatomis 1 . Catatan direproduksi tepat yang diperlukan untuk menghasilkan oklusi ini pada artikulator yang yang memakan waktu. 2 . Dengan sedikit resorpsi ridge posisi oklusal gigi tiruan berubah dimana lebih sulit untuk disesuaikan. 3 . Oklusi anatomi menghasilkan daya lateral yang lebih besar melawan linggir sisa mengakibatkan resorpsi linggir. 4 . Oklusi anatomi menyebabkan gigi tiruan yang lebih besar yang didasarkan deformasi yang berarti gaya lateral yang lebih besar dihasilkan terhadap linggir sisa. 5 . Penggunaan oklusi anatomi dengan interdigitation yang ketat dari puncak membuat sulit untuk digunakan pada kelas II dan kelas III hubungan rahang. 6 . Keseimbangan oklusal dicapai benar-benar secara mekanis dan hanya ada di artikulator sebagai sebagian besar dari artikulator yang tidak digunakan untuk menghasilkan gerakan yang tepat dari mandibula dan itu hanya perkiraan. 40
  • 41. B. Oklusi Non Anatomis • INDIKASI : • 1 . Baik untuk kelas II dan kelas III maloklusi yang memegang rahang pada posisi depan • 2 . untuk pasien dengan cross bite • 3 . untuk pasien dengan gerakan parafunctional • Prosedur gigi tiruan kompleks menggunakan oklusi anatomi yang dihubungkan dengan penggunaan artikulator yang sangat adjustable dimana dulu dipakai oleh banyak orang tetapi semua artikulator tersebut tidak lagi digunakan. • Beberapa dokter gigi mengamati bahwa kenyamanan dan efisiensi gigi palsu tidak mengalami peningkatan pada puncak cuspal pada gigi posterior yang terlihat lebih alami tetapi dalam banyak kasus sebaliknya terjadi. • Gigi Non anatomi diatur dengan kompensating curve untuk menyediakan beberapa tingkat keseimbangan protrusive dan lateral dan inklinasi gigi dieliminasi dan balancing dicapai dengan menyeimbangkan jalan yang mengarah ke tiga titik keseimbangan. 41
  • 42. Keunggulan Oklusi Non Anatomis 1 . Hal ini sederhana dan memakan waktu kurang dari konsep oklusal lainnya 2 . Penyesuaian lebih baik menghindari perubahan negative pada ketinggian linggir yang terjadi dengan proses penuaan 3 . Hal ini lebih estetik dari oklusi neutrocentric karena beberapa derajat vertical yang tumpang tindih diperbolehkan pada posterior kurva kompensasi 42
  • 43. Kekurangan Oklusi Non Anatomis 1 . Penggunaan nol derajat gigi tidak selalu menghasilkan oklusi monoplane karena mereka mungkin diatur ke kurva atau mungkin diatur dengan unit balancing yang menghasilkan satu atau lebih banyak pesawat tambahan 2 . Kurva kompensasi bertindak sebagai salah satu titik cusp panjang oleh karena itu akan menghasilkan efek kerusakan yang sama pada inklinasi cuspal 3 . Karena tidak memiliki inklinasi cuspal penyeimbangan kontak dapat diperoleh dengan cara lain 4 . Penyesuaian tempat landai dari balancing harus ditempatkan di posterior mandibula paling distal molar untuk memberikan kontak dengan gigi tiruan rahang atas pada semua kunjungan 5 . Karena kehadiran kurva kompensasi sulit untuk penyesuaian 43
  • 44. C. Oklusi Semi Anatomis • Gigi semi anatomi memiliki inklinasi cuspal kurang dari 30 derajat • Hal ini diindikasikan untuk pasien yang menginginkan kuspal untuk estetika , efisiensi pengunyahan, keseimbangan dan mengurangi komponen daya lateral yang diperkenalkan oleh inklinasi cuspal • Oklusi Ini memiliki kelebihan dan kerugian sama dengan oklusi anatomi 44
  • 45. D. Oklusi Lingualized • Oklusi lingualized merupakan upaya untuk menjaga estetika dengan keuntungan dari bentuk anatomi tetap menjaga kebebasan mekanik pada bentuk non anatomi . Oklusi lingualized menggunakan gigi anatomis untuk gigi tiruan rahang atas dan dimodifikasi non gigi anatomi anatomi atau semi untuk gigi tiruan rahang bawah . • Batas payung oklusi lingualized dapat digunakan dalam berbagai cara yang meliputi linear , organik , seimbang , nonbalanced , oklusi rasional dan fungsional fungsional • Konsep dasar dari oklusi lingualized pertama kali diusulkan oleh Payne . Pound membahas sebuah konsep oklusal yang sama dan menggunakan istilah oklusi lingualized. 45
  • 46. Prinsip Oklusi Lingualized • Menurut Becker Prinsip lingualized oklusi adalah : 1 . Anatomi gigi posterior ( 30-33 derajat ) digunakan untuk gigi tiruan rahang atas 2 . Gigi Non anatomi atau semi anatomi digunakan untuk gigi tiruan rahang bawah 3 . Modifikasi mandibula gigi posterior dilakukan dengan grinding selektif 4 . Maksila lingual cusp kontak mandibular gigi dalam posisi oklusi sentrik 5 . Kontak penyeimbang dan kontak kerja harus terjadi hanya pada cusp lingual rahang atas . 6 . Kontak balancing protrusive harus terjadi hanya antara maksila lingual cusp dan gigi bawah 46
  • 47. Indikasi Oklusi Lingualized 1 . Pada pasien dengan memprioritaskan estetika tapi konsep non anatomi occlusal ditunjukkan pada kondisi oral seperti resorpsi alveolar berat dengan lingualized oklusi hasil estetik harus meningkat tetap mempertahankan keuntungan dari sistem non anatomi 2 . Pada kelas II dan kelas III dan kasus gigitan silang 3 . Pada pasien dengan pergantian dukungan jaringan 4 . Dapat digunakan secara efektif ketika gigitiruan lengkap menentang gigi tiruan sebagian lepasan seperti dalam kasus Sindrom Kombinasi(linear oklusi) 47
  • 48. Keunggulan Oklusi Lingualized 1. Sebagian besar keuntungan disebabkan oleh berbagai bentuk anatomi dan bentuk non anatomi yang dipertahankan. 2. Hal ini meningkatkan stabilitas basis protesa pada rahang atas dan rahang bawah yang diresorbsi pada linggir mandibula dengan menyediakan pusat daerah bantalan selama proses pencatatan. 3. Cusps memiliki kekuatan penetrasi lebih baik dan oleh karenanya mengurangi daya vertikal yang ditempatkan di linggir sisa. 4. Pengunyahan dalam bentuk oklusal ini adalah seperti memegang dan grinding motar dan jenis alu itu adalah tipe geser yang diberikan dengan anatomi oklusi seimbang. 5. Penggunaan bentuk cusp yang lebih alami dalam penampilan memberikan estetika yang lebih baik terutama jika oklusi seimbang digunakan yang memungkinkan beberapa insisal tumpang tindih. 6. Teknik sederhana membutuhkan pencatatan yang tepat 7. Tidak ada penyesuaian pasca penyisipan untuk jaringan iritasi yang diperlukan 48
  • 49. Oklusi Neutrosentrik • Oklusi ini memiliki perbedaan yang jelas dengan oklusi anatomi. Pada oklusi ini ditambahkan 2 istilah yang objektif yaitu neutralisasi dan sentralisasi dari tekanan. Pada oklusi ini ada 5 konsep: 1. Posisi 2. Proporsi (ukuran) 3. Penyusunan (kemiringan dan inklinasi) 4. Bentuk 5. Number (jumlah/urutan) 49
  • 50. 1. Posisi → Posisis pada oklusi ini didapatkan pada gigi posterior diletakkan di atas residual ridge bagian posterior kearah lingual bersamaan dengan posisi lidah yang memungkinkan, sehingga akan terjadi tekanan yang tegak lurus pada daerah pendukung. 2. Proporsi (ukuran) → Lebar gigi yang dikurangi dengan demikian akan mengurangi tekanan secara vertikal kearah tepi linggir dengan memperkecil bagian oklusal (pemilihan gigi yang kecil) 3. Penyusunan (kemiringan dan inklinasi) → Penyusunan gigi harus sesusai dengan dataran oklusal dan harus menyentuh bagian linggir dan berada nditengah- tengah bagian linggir tersebut sehingga tekanan langsung dengan posisi tegak lurus ke dasar tulang dan tidak ada kompensasi pada kurva dan penunjuk insisal 4. Bentuk → Bentuk gigi dikoreksi dengan menggunakan posisi gigi yang datar tanpa adanya sudut inklinasi 5. Number (jumlah/urutan) → Gigi posterior ukurannya diturunkan dari no 8-6 ini bertujuan untuk mengurangi tekanan yang besar dan posisi sentralisasi daerah premolar 2 dan molar 1. 50
  • 51. Indikasi Oklusi Neutrosentrik 1. Untuk relasi hubungan rahang klas II dan klas III dan untuk kasus crossbite. 2. Untuk kasus yang dimana keadaan linggirnya buruk dengan tujuan stabilisasi tekanan dengan cara melakukan sentralisasi dan neutralisasi. 3. Pada pasien geriatric dengan keadaan linggir yang buruk dengan ada kemungkinan ketidaksesuaian hubungan rahang adalah dengan peningkatan oklusi neutrosentik dengan saling timpang tindih secara horizontal yang lebih besar dan kurangnya interdiginitas secara spesifik sehingga membuatnya ideal untuk pasien seperti ini. 4. Pada pasien dengan jarak/ ruang yang berlebihan maka tekanan lateral akan berkurang. 5. Ideal dengan pasien yang mengalami kesulitan untuk membuat catatan yang lengkap (catatan oklusal). 51
  • 52. Keuntungan Oklusi Neutrosentrik • Teknik ini sangat sederhana dan membutuhkan sedikit pencatatan yang tepat maka sangat membantu untuk pasien yang mengalami kesulitan atau tidak mungkin untuk membuat catatan yang tepat. • Teknik ini menyediakan tempat untuk menutup dan tidak memberi kuncian pada satu sisi mandibula jadi ini sangat berfungsi untuk pasien yang geriatrik dengan keterbatasan pada mulut. • Mudah untuk menyesuaikan keseluruhan gigi • Penurunan tekanan lateral dengan mengurangi sudut inklinasi dengan demikian mencegah resorpsi linggir alveolaris lebih lanjut dan membantu pada pasien dengan kelebihan antar linggir dengan mengurangi tekanan lateral. 52
  • 53. Kerugian Oklusi Neutrosentrik • Tipe oklusi yang datar tidak memiliki keseimbangan dan berkurangnya cusp secara berlebihan sehingga mendorong sistem pengunyahan kearah lateral dan menyebabkan kebiasaan bruxism, sakit pada linggir alveolaris, dan gangguan TMJ. • Pada kasus klas II pasien umumnya cenderung memilih posisi rahang kedepan dari relasi sentrik menyebabkan disoklusi pada gigi posterior yang disebabkan oleh christensen’s phenomenon mengakibatkan sakit didaerah anterior mulut karena tekanan yang tidak tegak lurus lagi. • Sedikit estetik yang didapatkan dari 5 konsep tersebut, karena tidak ada hubungan yang baik pada daerah mesial dan tidak ada cusp pada posterior. Namun beberapa menyebutkan kurangnya cusp atau incisal guidence sebagai masalah kecuali dari drg itu sendiri menunjukkan bahwa itu masalah. • Datarnya dataran oklusal secara alami dapat merusak sistem pengunyahan karena buruknya tekanan pengunyahan pada makanan sebagai hasilnya tekanan vertical pada linggir menjadi berkurang. Pasien umumnya mengeluhkan giginya seperti “feel bull”. • Tidak ada stabilisasi pada gigi tiruan selama pergerakan parafungsional. 53
  • 54. 54
  • 55. Occlusal Scheme For Edentulous Patient • Oklusi  salah satu prinsip esensial untuk keberhasilan gigi tiruan penuh • Biomekanika GTP berbeda dengan gigi asli, karena GTP bekerja sebagai satu unit, dimana gaya pada satu anasir/bagian gigi tiruan akan langsung ditransfer pada seluruh bagian gigi tiruan • Gigi posterior -> diatur sesuai dengan konsep oklusi yang dipilih, memenuhi filosofi oklusi, dan estetisnya baik. 55
  • 56. Syarat Ideal Konsep Oklusi • Setiap konsep oklusi  memiliki 3 karakteristik : • - incisal units  termasuk keempat insisivus • - working units  termasuk kaninus dan gigi posterior pada sisi mandibula digerakkan • - balancing units  termasuk kaninus dan gigi posterior sisi yang berlawanan dengan working unit 56
  • 57. Incisal Units • Bagian yang tajam untuk meningkatkan efisiensi memotong • Bagian ini tidak berkontak selama mastikasi  berkontak hanya saat protusi • Meningkatkan horizontal overlap untuk menghindari gangguan selama settling (the mandibular denture may slide anteriorly as it settles ) 57
  • 58. Working Units • Cusps untuk efisiensi pemotongan dan penggilingan • Lebar bukolingual yang lebih kecil  menurunkan beban oklusal yang ditransfer ke jaringan • Beban pengunyahan harus diarahkan ke tengah anteroposterior gigi tiruan • Dataran oklusal harus paralel dengan pertengahan dataran penyangga linggir 58
  • 59. Balancing Units • Molar kedua harus kontak selama gerakan protrusif • Harus kontak bersamaan dengan working side di akhir siklus pengunyahan 59
  • 60. • Ada 3 konsep oklusi yang paling sering digunakan untuk bentuk oklusal gigi posterior yaitu : Bilateral Balance Monoplane or Nonanatomical Lingualized Articulations 60
  • 62. Bilateral Balanced Occlusion • Bilateral balanced occlusion (oklusi seimbang) merupakan kontak oklusal gigi anterior dan posterior secara simultan dan bilateral pada posisi sentrik dan eksentrik. Selama gerakan lateral gigi geligi posterior saling berkontak pada working side dan non-working side (balancing side). 62
  • 63. Pentingnya balanced occlusion Oklusi seimbang adalah salah satu faktor penting yang mempengaruhi stabilitas gigi tiruan Tidak ada keseimbangan oklusal  mempengaruhi gigi tiruan selama pergerakan rahang bawah 63
  • 64. (Brewer) Rata-rata seorang individu melakukan kontak gigi hanya selama 10 menit dalam satu hari penuh saat pengunyahan dan 4 jam untuk fungsi lainnya. Dalam 4 jam ini oklusi seimbang penting untuk menjaga stabilitas gigi tiruan dan lebih penting selama gerakan parafungsional 64
  • 65. Pertimbangan umum untuk balanced occlusion • Oklusi seimbang yang ideal dapat dicapai pada kasus ridge yang luas dan besar pada gigi tiruan penuh, dengan cara gigi diatur didekat linggir • Gigi tiruan penuh yang giginya diatur jauh dari linggir dan those that rest in lingggir yang sempit dan pendek akan memiliki oklusi buruk • Gigi yang memiliki lebar bukolingual sempit dan those that rest on linggir yang lebar memberikan oklusi seimbang yang ideal • Keseimbangan yang ideal dicapai dengan mengatur gigi sedikit ke lingual dari puncak linggir • Gigi tiruan penuh harus dirancang sedemikian rupa sehingga tekanan oklusi berpusat di anteroposterior gigi tiruan 65
  • 66. Faktor yang mempengaruhi keseimbangan oklusi 5 faktor dasar yang menentukan keseimbangan oklusi : • Inklinasi kondilar atau kondilar guidance • Insisal guidance • Orientasi bidang oklusi atau oklusal • Angulasi cuspal • Keseimbangan curves 66
  • 67. Dari kelima faktor ini harus ada keseimbangan.  Pada insisal dan kondilar guidance menghasilkan dampak yang sama pada oklusi seimbang (mereka meningkatkan separasi gigi posterior)  Tiga faktor lainnya memiliki efek umum dari oklusi seimbang (mereka mengurangi separasi gigi posterior) 67
  • 68. Efek dari insisal dan condylar guidance harus dinetralkan oleh ketiga faktor lain untuk mendapatkan oklusi seimbang Tidak ada mekanisme penetralan  keseimbangan oklusi hilang 68
  • 69. Penyusunan Gigi Anatomis sebagai Balanced articulation Penyusunan gigi anterior : • overlap vertikal minimal 0.5 mm – 1 mm • overlap horizontal minimal 1 mm -2 mm Ada kemungkinan gigi akan rotasi, tipping, overlap atau berjarak, sehingga dalam menyusun gigi anterior sebaiknya dimulai dari rahang bawah terlebih dahulu 69
  • 70. Jumlah gigi posterior Jumlah gigi yang ditentukan bergantung ruang yang tersedia pada gigi posterior dari distal kaninus sampai ke retromolar pad. • Kebanyakan  terbatas 3 gigi • Lebih mudah menyusun : P2, M1, M2 pada ruang yang tersedia • Eliminasi P1 merupakan pilihan karena gigi ini memiliki sedikit permukaan oklusal yang berguna untuk mengunyah makanan 70
  • 71. Penyusunan Gigi mandibula • Peletakan premolar pertama mengikuti bentuk linggir yang tersisa • Groove sentral P1 dan P2 diposisikan segaris dari canine tip 1 mm – 2 mm dibawah puncak retromolar pad (figure 17-17) • Ketika gigi bawah telah diatur, oklusal rim di rahang atas dibuang sebagai tempat premolar rahang atas • Kedua premolar mandibula disusun mencapai interkuspal maksimum dengan premolar maksila • Penyusunan M1 mandibula : groove sentral ditempatkan pada kaninus sampai ke retromolar pad • M1 maksila diartikulasikan dengan M1 mandibula 71
  • 73. Penyusunan gigi maksila • Dimulai dari P1 maksila dilanjutkan hingga gigi M2 • Lingual cusp maksila disesuaikan dari kaninus tip mandibula sampai ke tengah dari retromolar pad • Posisikan gigi maksila dengan pembukaan sedikit titik kontak antar gigi  posisi mesiodistal mandibula akan terinterdigitasi dengan posterior rahang atas • Penyusunan P1 mandibular dilakukan di akhir untuk mendapatkan variasi overlap vertical dan horizontal pada gigi anterior • M2 disusun setelah M1  memastikan ketepatan anteroposterior 73
  • 74. Evaluasi Artikulasi Bilateral Balanced • Diperiksa setelah semua gigi rahang atas dan rahang bawah disusun • Walaupun gigi yang diposisikan dengan lokasi yang sama seperti bentuk awal di artikulator, mereka tidak akan bisa sama • Pergerakan artikulator dalam arah lateral saat dilakukan evaluasi harus minimal  hubungan end to end antara caninus maksila dan mandibula cukup 74
  • 75. Penyusunan Gigi Posterior Nonanatomis Mandibula untuk Balanced Articulation • Penyusunan gigi  mandibula, lalu maksila • Kontur  dibuat di wax oklusal rim • penggunaan beberapa garis dan petunjuk referensi yang dikembangkan untuk penyusunan anatomis juga digunakan pada penyusunan gigi nonanatomis. • Perbedaan besar  posisi gigi posterior mandibula 75
  • 76. Jumlah Gigi Posterior (non anatomical teeth) • Kebanyakan  terbatas 3 gigi • Lebih mudah menyusun : gigi P2, M1 dan M2 pada ruang yang tersedia • Mengeliminasi P1 merupakan pilihan karena gigi ini memiliki lebih sedikit permukaan oklusal untuk pengunyahan makanan. 76
  • 77. Anteroposterior Compensating Curve • kurva  dimulai dari distal marginal ridge dari gigi posterior pertama yang digantikan (biasanya gigi P2) dan berlanjut melewati molar kedua (figure 17-18). • Besar kurva  tergantung kecuraman condylar guidance • kurva anteroposterior  menyediakan struktur gigi yang dibutuhkan untuk balancing contacts pada pergerakan protrusif 77
  • 79. Mediolateral Compensating Curve • Mencapai balanced articulation  pergerakan lateral • Dimulai dengan gigi pengganti pertama  ke gigi molar kedua. • Derajat dari cusp facial ke cusp lingual untuk membentuk kurva ini akan bervariasi sesuai dengan condylar dan incisal guidances. • kurva biasanya tidak melebihi 5-10 derajat dari orientasi horizontal plane ketika dilihat dari frontal plane (figure 17-19) 79
  • 81. • Premolar Pertama Posisi gigi pertama pengganti mandibula (gigi P2) akan ditentukan oleh posisi gigi anterior RB. • Gigi P2 di sebelah kaninus, tanpa celah untuk kepentingan estetis. • Molar Pertama • Posisi  disebelah premolar, dengan mesial marginal ridge molar pada tinggi yang sama dengan distal marginal ridge premolar dan distal marginal ridge molar sedikit tinggi • Molar Kedua • Posisi  di sebelah molar pertama dengan mesial marginal ridge molar kedua sama tinggi dengan distal marginal ridge molar pertama • Cusp fasial kedua gigi molar pertama dan kedua harus segaris lurus ketika dilihat dari permukaan oklusal. 81
  • 82. Penyusunan Gigi Posterior Nonanatomis Maksila untuk Balanced Articulation • Premolar Pertama • Kebanyakan pasien  3 gigi posterior RA digunakan (1 premolar dan 2 molar) • Premolar  premolar 1 RA, karena lebih tinggi pada oklusal-servikal  lebih estetik • Sebaiknya  sekitar 1-2 mm horizontal overlap dari cusp fasial maksila dengan cusp fasial mandibula  cegah tergigitnya pipi dan menambah tercapainya balanced articulation • Molar pertama • Posisi  sebelah premolar, sejajar marginal ridge dan permukaan fasial. • Molar kedua • Posisi  sebelah molar pertama 82
  • 83. • Evaluasi  kontak yang dibutuhkan antara permukaan okusal maksila dan fossa sentral dan marginal ridges mandibular antagonis. 83
  • 84. Monoplane or Anatomical Occlusion • Monoplane occlusion adalah pengaturan oklusal dimana gigi posterior memiliki permukaan pengunyahan yang tidak memiliki tinggi cuspal. 84
  • 85. Pertimbangan umum pada konsep Monoplane occlusion • Gigi tiruan yang berlawanan tidak berkontak ketika rahang dalam relasi eksentrik  karena adanya kemungkinan memberikan tekanan yang tidak stabil ke basal seat area. • Kontak gigi terjadi hanya ketika mandibula pada relasi sentrik dengan rahanga tas • Pasien  mengulang gerakan mandibula sampai tidak ada lagi ketidaknyamanan pada relasi sentrik 85
  • 86. Penyusunan Gigi Nonanatomis Pada Artikulasi Monoplane • Untuk hasil estetik yang optimal dibutuhkan overlap vertikal pada gigi anterior  overlap horizontal harus cukup pada anterior dan pergerakan lateral tanpa kontak gigi anterior • Ketika gigi nonanatomis disusun untuk mencukupi konsep monoplane oklusal, inklinasi kondilus pada artikulator di set 0o • Gigi posterior maksila diposisikan sekaligus dengan oklusal rim mandibula sebagai petunjuk penempatan gigi • Gigi maksila diposisikan agar menutupi permukaan datar wax oklusal rim mandibula dan mendekati posisi dari kontur oklusal rim yang telah ditentukan 86
  • 87. • Harus mendekati 1 – 2 mm dari horizontal overlap pada permukaan cusp maksila yang berhubungan dengan wax oklusal rim mandibula • Permukaan oklusal gigi posterior maksila harus kembali datar dengan wax oklusal rim mandibula • Gigi disusun hingga terjadi kontak maksimum antara cusp lingual yang datar pada gigi maksila dengan area groove sentral pada gigi posterior mandibular yang datar • Hubungan anteroposterior pada gigi atas dan bawah tidak kritis karena tidak memiliki cusp 87
  • 88. Lingualized Articulations • Lingualized occlusion adalah bentuk oklusi gigi tiruan yang mengartikulasikan cusp lingual maxilla dengan permukaan oklusal mandibula dalam posisi working dan nonworking mandibula. • Tipe oklusi ini  menggunakan cusp palatal gigi RA yang lebih besar terhadap central fossa gigi RB yang lebih lebar • Pada konsep ini  cusp bukal gigi RA dan RB tidak berkontak satu sama lain 88
  • 89. Penyusunan Gigi Posterior Mandibula untuk Lingualized Articulation • Lingualized articulation  diusulkan banyak praktisi lebih dari 70 tahun lalu • Kekurangan  cetakan gigi di desain spesifik • Cetakan Myerson Lingualized Integration (MLI) menggambarkan susunan oklusi yang didesain pada konsep ini • Cetakan MLI  maksimum interkuspasi, tidak adanya kontak oklusal yang bisa berubah, tinggi cusp adekuat untuk selective occlusal reshaping, tampilan natural 89
  • 90. • MLI tersedia 2 cetakan gigi posterior: • 1. Controlled Contact (CC) • 2. Maximum Contact (MC) • Perbedaan utama  gigi posterior maksila • Gigi mandibula didesain dengan tinggi cusp lebih rendah dan multiple occlusal spill-ways untuk membantu pengunyahan. • Pemilihan CC atau MC  tergantung kemampuan pasien memposisikan sentrik relasi rahang secara konsisten 90
  • 91. • Pasien dengan posisi sentrik relasi rahang tidak pasti  cetakan CC menyediakan kebebasan lebih besar dalam pergerakan saat maksimum interkuspasi • Pasien dengan kontrol otot bukan masalah, dan rekaman relasi rahang mudah diulang  cetakan MC 91
  • 92. • Cetakan MC • Gigi maksila  lebih anatomis, cusp lebih tinggi • Lingualized intergrasi berdasarkan dari cusp lingual maksila yang berfungsi sebagai cusp pendukung utama • Cetakan CC • Cusp maksila  lebih rendah dan lebih fleksibel saat interkuspasi maksimum. 92
  • 93. Jumlah Gigi Posterior • Tergantung ruang gigi posterior yang tersedia. • Kebanyakan  terbatas 3 gigi • Gigi P2  permukaan oklusal lebih lebar • Gigi M1 dan M2 93
  • 94. Buccolingual positioning of the teeth • Sebuah garis  tip canine ke tengah retromolar pad  bantu menentukan posisi buccolingual gigi. • Eliminasi sebuah premolar  posisi gigi molar lebih ke anterior • Molar pertama lebih lebar  dapat berjejal dengan lidah • Molar pertama dan kedua  posisi lebih ke fasial dari garis referensi untuk memberi ruangan pada lidah 94
  • 95. Anteroposterior Compensating Curve • Dimulai  distal marginal ridge gigi premolar pertama melalui gigi molar kedua. • Lengkung anteroposterior  balanced articulation ketika pergerakan protrusif 95
  • 96. Mediolateral Compensating Curve • Lengkung mediolateral  balanced articuation selama pergerakan lateral • Dimulai  gigi pengganti pertama (gigi P2) di lengkung mandibula dan berlanjut sampai M2. • Dengan memposisikan cusp fasial sedikit lebih ke arah cusp lingual • Tidak lebih 5-10 derajat dari horizontal plane ketika dilihat dari frontal plane 96
  • 97. • Premolar • Gigi premolar pertama  kontak dengan kaninus, panjang aksis perpendikular dengan occlusal plane. • Permukaan oklusal  diposisikan pada occlusal plane • Cusp fasial sedikit diatas lingual cusp • Premolar kedua tidak digunakan 97
  • 98. • Molar pertama • Mesial marginal ridge molar pertama kontak dengan distal margin premolar • Distal marginal ridge  sedikit lebih tinggi dari mesial marginal ridge  anteroposterior compensating curve • Mediolateral compensating curve  meninggikan cusp fasial dibandingkan lingual cusp 98
  • 99. • Molar kedua • Mesial marginal ridge molar kedua sama tinggi dengan distal molar pertama • Anteroposterior compensating curve  berlanjut dengan meninggikan distal marginal ridge • Mediolateral compensating curve  meninggikan cusp fasial diatas lingual cusp 99
  • 100. Penyusungan gigi posterior Maksila pada Lingualized Articulation • Premolar • Dipilih gigi premolar pertama  cusp tip ke margin servikal tinggi, lebih estetis • Posisi  kontak dengan kaninus, panjang aksis perpendikular dengan occlusal plane • Cusp lingual  kontak dengan marginal ridge atau occlusal fossa mandibula antagonis 100
  • 101. • Molar pertama • Mesial marginal ridge kontak dengan distal margin premolar. • Lingual cusp  di central fossa gigi mandibula dan menjamin maksimum interdigitasi • Klas I hubungan molar tidak akan terjadi • Intergritas cusp lingual dengan marginal ridge atau fossa mandibular antagonis adalah pertimbangan utama 101
  • 102. • Molar kedua • Mesial marginal ridge  sama tinggi dengan distal molar pertama. • Anteroposterior compensating curve  dilanjutkan ketika gigi dikontakkan dengan gigi mandibula. • Maksimum interkuspasi  menjaga mediolateral compensating curve 102
  • 103. 103
  • 104. PROTRUSIVE AND LATERAL MOVEMENTS Tujuan: 1. Mendapatkan oklusi yang seimbang pada gigi tiruan penuh 104
  • 105. GERAKAN PROTRUSIF 2 hal yang menentukan pergerakan mandibula ke arah depan: INCISAL GUIDANCE ANGLE (IGA) SAGITTAL CONDYLAR GUIDANCE ANGLE (SCGA) 105
  • 106. INCISAL GUIDANCE ANGLE (IGA) • Dibentuk oleh overlap vertikal (overbite) gigi geligi • Pada gigi asli overbite dan overjet ditentukan oleh posisi gigi geligi • Pada GTP hal tersebut juga ditentukan oleh faktor lain seperti estetik, fonetik, dan fungsi • Artinya drg yang dapat mengontrol dimensi tersebut dengan memperhatikan posisi gigi secara keseluruhan 106
  • 108. SAGITTAL CONDYLAR GUIDANCE ANGLE (SCGA) • SCGA dikendalikan oleh biomekanik dari sendi temporomandibular • Hal ini disebabkan  kontak diskus dan prosesus kondiloid yang bergerak ke depan dan ke bawah adanya kemiringan fossa glenoid • Faktanya kondilus tidak bergerak lurus seperti yang digambarkan pada gambar di bawah ini  namun “shaky zigzag pathway” 108
  • 110. SAGITTAL CONDYLAR GUIDANCE ANGLE (SCGA) • Anatomi dari kondilus dan fossa glenoid menyebabkan RB juga akan bergerak ke bawah saat bergerak ke depan • Sehingga jika oklusal rim ditempatkan di tengah antara gigi-gigi insisivus dan kondilus oklusal rim akan terpisah saat RB digerakkan ke depan 110
  • 113. SAGITTAL CONDYLAR GUIDANCE ANGLE (SCGA) Misalnya, besar IGA 10° dan SCGA 30°. Gigi telah diposisikan pada tempatnya, dimana tonjol gigi membentuk sudut 20° 113
  • 114. SAGITTAL CONDYLAR GUIDANCE ANGLE (SCGA) • Jika RB digerakkan ke depan lengkung akan lebih curam di posterior daripada di anterior • Hal ini disebabkan sudut SCGA lebih besar dari ICG • Gigi geligi akan tetap berkontak jika sudut yang dibentuk oleh kemiringan cusp berada pada pertengahan dari jumlah ICG dan SCGA (di pertengahan lengkung) 114
  • 115. Bagaimana Bila Sudut Tonjol Berubah? • Misalnya: gigi tilting 5⁰ sudut tonjol yang efektif akan berubah menjadi 25⁰ pada satu sisi dan 15⁰ pada sisi lainnya 115
  • 116. Bagaimana Bila Sudut Tonjol Berubah? (Cont…) • Andaikata: ICG dan SCGA yang dibutuhkan untuk sudut tonjol efektif sebesar 10⁰ pada P1 dan 30⁰ pada M2, dan actual cusp angle sebesar 20⁰ • Sehingga: sudut P1 dikurangi menjadi 10⁰ dan sudut M2 menjadi 30⁰ 116
  • 117. Bagaimana Bila Sudut Tonjol Berubah? (Cont…) 117
  • 118. Bagaimana Bila Sudut Tonjol Berubah? (Cont…) Keterangan: • Jika semua tonjol dihubungkan  terbentuk kurvatura, bukan lagi garis lurus • Kurva tersebut akan harmonis saat pergerakan lengkung RB kurva kompensasi • Kurva kompensasi ini akan bervariasi tergantung sudut incisal guidance dan condylar guidance 118
  • 119. Bagaimana Bila Sudut Tonjol Berubah? (Cont…) 119
  • 120. Adjusting the Protrusive Contacts • Merupakan hasil dari tonjol palatal gigi RA meluncur di atas tonjol lingual gigi RB • Kontak protrusif yang prematur harus diperhatikan ada bagian yang tebal pada kertas artikulasi perbaiki! • Kontak protrusif yang prematur dapat terjadi antara inklinasi palatal tonjol fasial gigi RA dengan inklinasi fasial tonjol fasial gigi RB • Solusi: eliminasi dengan pengasahan tonjol fasial gigi RB menggunakan Brasseler bur 120
  • 121. • Kontak prematur pada tonjol fasial gigi RA pengasahan pada gigi RB jangan mengganggu kontak pada pergerakan lainnya • Setelah reshaping pada interkuspasi maksimum, sisi kerja, sisi non-kerja, gerakan protrusif periksa relasi sentrik • Periksa pula relasi eksentriknya Adjusting the Protrusive Contacts (Cont…) 121
  • 122. • Saat RB bergerak ke lateral sisi dimana RB bergerak working side, sisi sebelahnya  balancing side • Penentu anterior vertical overlap pada sudut lengkung, contoh: gigi kaninus • Sudut canine guidance ditentukan oleh operator dengan mempertimbangkan estetis, bentuk lengkung, dsb • Penentu posterior anatomi sendi, dimana pertemuan kondilus-diskus tergantung angulasi medial wall fossa glenoid GERAKAN LATERAL 122
  • 123. GERAKAN LATERAL (Cont…) • Prinsipnya sama dengan gerakan protrusif • Contoh: -Sudut medial condylar guidance (Bennet angle) sebesar 40⁰ dilihat dari frontal -Sudut canine guidance sebesar 10⁰ -Pada sisi non-kerja, sudut gigi molar 20⁰ 123
  • 126. GERAKAN LATERAL (Cont…) • Jika kita ingin gigi tetap berkontak pada sisi non kerja  sudut tonjol seharusnya menjadi 25⁰ • Prinsip: sudut yang dibentuk oleh kemiringan cusp berada pada pertengahan dari sudut condylar guidance dan canine guidance • Jika hal ini diterapkan pada kedua sisi terbentuk kurva • Kurva tersebut akan menjadi kurva kompensasi gerakan RB ke arah lateral 126
  • 129. Adjusting the Working and Balancing Contact • Working side kontak antara inklinasi palatal tonjol fasial gigi RA dengan inklinasi fasial tonjol fasial gigi RB saat gerakan lateral • Balancing side terjadi antara tonjol palatal gigi RA dengan tonjol fasial gigi RB saat gerakan lateral • Untuk mendapat oklusi yang harmonis butuh grinding pada working side 129
  • 130. Adjusting the Working and Balancing Contact(Cont…) • Setelah sisi kerja dan sisi non-kerja ditandai lakukan selective grinding dengan hati-hati • Mengatur sisi kerja dan non kerja dilakukan setelah GTP ditempatkan di atas linggir Cara: • Letakkan kertas artikulasi di gigi posterior secara bilateral • Bantu pasien untuk menggerakan RB ke lateral • Perluasan pergerakan 2-3 mm pada regio molar 130
  • 131. Adjusting the Working and Balancing Contact(Cont…) • Ada hambatan di sisi kerja reshaping oklusal dengan Brasseler carbide trimming dan finishing bur no. 7010 • Grinding dengan hati-hati pada inklinasi lingual tonjol fasial yang menunjukan adanya hambatan • Ada hambatan di sisi non-kerja hati-hati dalam mengasahnya hanya di bagian fasial gigi yang ditandai saja • Pengasahan selektif pada seluruh area kontak hilangnya interkuspasi maksimum 131
  • 132. Pergerakan Lateral • Saat mandibula bergerak ke arah samping, sisi arah pergerakan disebut working side, dan sisi berlawanan pada rahang yang sama, yang bergerak ke arah midline disebut nonworking atau balancing side • Seperti pergerakan ke depan / protusi, pergerakan lateral juga dipengaruhi oleh diterminan posterior dan anterior. • Penentu anterior dalam hal ini yaitu vertical overlap pada sudut lengkung rahang, contohnya pada gigi kaninus. Sudut yang dibentuk incisal guidance dapat diubah operator, namun juga perlu memperhatikan estetik, dan bentuk lengkung
  • 133. …Pergerakan Lateral • Penentu posterior, seperti pergerakan protusif, juga bergantung pada anatomi sendi, karena pergerakan kondilus dipengaruhi oleh angulasi medial wall daripada glenoid fossa • Prinsip yang sama seperti pergerakan protusif digunakan untuk pengubahan morfologi gigi untuk memastikan adanya kontak gigi saat pergerakan mandibula secara lateral
  • 135. • Perlu diperhatikan bahwa kondilus pada working side selain berotasi (disebut “orbiting” condyle), juga bergerak ke samping saat mandibula bergerak lateral, yang dipengaruhi lereng dinding lateral fossa glenoid • Sudut lateral condyle guidance ini akan mempengaruhi inklinasi lereng working side dari cusp yang harus tetap kontak NWS : Non working side WS : Working side
  • 136. • Perlu diperhatikan bahwa kondilus pada working side selain berotasi (disebut “orbiting” condyle), juga bergerak ke samping saat mandibula bergerak lateral, yang dipengaruhi lereng dinding lateral fossa glenoid • Sudut lateral condyle guidance ini akan mempengaruhi inklinasi lereng working side dari cusp yang harus tetap kontak NWS : Non working side WS : Working side
  • 137. 137
  • 139. Skeletal kelas II bisa dibagi atas 2 kategori berdasarkan sudut frankfort-mandibular / FMA (Frankfort-Mandibular Angle): • High FMA • Low FMA (A) FMA normal 26° (B) FMA tinggi (C) FMA kecil Besar FMA bervariasi tergantung hubungan pertumbuhan rahang dari vertikal ke posterior 139
  • 140. Karakterisik skeletal kelas II High FMA • Tinggi wajah anterior lebih besar daripada tinggi wajah posterior  profil konveks • Dataran oklusal terjal • Smile line yang tinggi dengan bibir atas yang pendek • Maksila yang sempit dengan palatum sempit • Susah memperoleh lip seal tanpa adanya aktivitas mentalis Low FMA • Perbedaan tinggi wajah anterior dan posterior sedikit  profil kurang konveks • Dataran oklusal rata • Bibir atas panjang dan smile line rendah • Maksila lebar dan palatum yang luas dan datar 140
  • 141. Permasalahan pada Kelas II Anterior: Penyusunan gigi ke posisi semula, dengan pengurangan overbite Overjet tetap dipertahankan Posterior: Perbedaan ukuran lengkung rahang Lengkung rahang bawah jauh lebih kecil daripada lenkung rahang atas  Penyempitan di daerah premolar karena lengkung ranhang bawah harus artikulasi dengan lengkung rahang atas yang lebih lebar 141
  • 142. Permasalahan pada Kelas II.. Condylar guidance  lebih terjal pada high FMA dengan dataran oklusal yang terjal (steep) Hubungan linggir alveolar High FMA  divergen satu sama lain, dan tidak akan pernah paralel Low FMA  hampir selalu paralel antara rahang atas dengan bawah 142
  • 143. Permasalahan pada Kelas II.. Secara fungsional High FMA  Saat pengunyahan, dekat ke relasi sentrik Saat istirahat dan berbicara, lebih ke anterior dari posisi relasi sentrik Variasi posisi akan menyulitkan dalam memperoleh prosedur registrasi rahang yang akurat dan konsisten Low FMA  deep overbite dan minimal overjet  mandibula rotasi dengan ekstensif untuk dapat mengatasi overbite sebelum bisa translasi ke depan Dataran oklusal yang lebih datar  pergerakan lateral lebih besar (akan memungkinkan jika overbite pada kaninus tidak terlalu besar) 143
  • 144. Solusi Penyusunan Gigi pada Kelas II Anterior Pengurangan overbite  menyusun gigi anterior sedikit lebih tinggi Tidak boleh menyusun kembali ke Kelas I  menimbulkan masalah estetis (kolaps bibir atas) dan masalah fungsional (terbatasnya pergerakan mandibula ke depan) 26 ses where the overjet is quite large. If the overjet is not too great, then it can be at at centric relation position there will be no contact on the lower incisors, but ontact the uppers on forward movements of the mandible. However, in cases verjet is so great that functional forward movements still do not bring the ether, then contact can be created on the palate of the denture. This can be hat the lower incisors maintain contact in protrusion (Figure 31). 31: When the overjet is so great that incisor contact is impossible, then contact can be made with the palate, which is adjusted to harmonise with the cuspal guidance in protrusive (after Watt and McGregor 1976). A cases, anterior tooth positioning becomes slightly more of a compromise ared to the original tooth positions, the classic appearance of which is that of Untuk mendapatkan fully balanced articulation (kontak pada semua tempat di rahang dalam segala posisi)  Sulit bila overjet besar Jika overjet sangat besar, dan bahkan saat pergerakan fungsional ke depan juga tidak bisa mendapatkan kontak antar insisal edge  kontak dapat dibuat pada palatum, dengan mengharmonisasikan dengan cuspal guidance High FMA Angle’s Class II division 1, dengan overbite dan overjet yang besar 144
  • 145. Solusi penyusunan gigi pada Kelas II.. High FMA.. Posterior • Penting untuk memperoleh keadaan seimbang dalam berbagai posisi • Sulit diperoleh jika overjet lebih besar dari lebar cusp gigi posterior  karena adanya dataran oklusal yang curam sudut condylar guidance yang besar Menggunakan anasir dengan sudut cusp yang besar Diusahakan didapatkan kontak pada setiap posisi yang memungkinkan Menggunakan artikulator yang dapat menghasilkan sudut conylar guidance dan sudut cusp yang curam 145
  • 146. Solusi penyusunan gigi pada Kelas II.. Low FMA Angle’s Class II division 2, dengan overbite besar dan overjet minimal Anterior Reposisi gigi dengan mengurangi overbite sebanyak mungkin sejauh tidak mengganggu estetis Jika untuk menjaga estetis, overbite mesti dipertahankan, maka sulit untuk mencapai keseimbangan protrusif  Pasien adaptasi dengan menggunakan pergerakan lateral yang lebih ekstensif Untuk memungkinkan keseimbangan lateral  Kaninus disusun sedikit lebih tinggi Posterior  Menggunakan anasir gigi dengan sudut yang lebih kecil  mengurangi kurva kompensasi  tercapainya artikulasi lateral yang seimbang 146
  • 147. Solusi penyusunan gigi pada Kelas II.. Pada kasus skeletal kelas II, adanya diskrepansi rahang dalam arah antero-posterior dan medio-lateral Diskrepansi antero-posterior Tidak menggunakan premolar atau molar dua pada rahang bawah Menambahkan premolar pada distal dari molar dua rahang atas Diskrepansi medio-lateral Lebih sulit diatasi  perlu penyempitan pada lengkung, yaitu pada daerah premolar Jika diperlukan, untuk menyusun tetap dapat menyusun gigi pada neutral zone  perlu penyusunan kondisi cross-bite, yaitu anasir gigi mandibula disusun lebih ke buccal (bukan lingual) daripada maksila 147
  • 148. Solusi penyusunan gigi pada Kelas II.. Komplikasi lain  rahang atas jauh lebih lebar dari rahang bawah Penyusunan anasir pada masing-masing rahang, sesuai dengan lengkung rahang Rahang atas yang mengalami penyempitan pada daerah premolar, akan mengurangi estetis (A) Penyusunan yang kurang estetis karena penyempitan di daerah premolar (B) Penambahan veneer pada daerah buccal untuk meningkatkan estetis 148
  • 150. Permasalahan pada Kelas III Anterior Requirement: menyusun anasir sesuai dengan letak gigi asli  Keadaan reverse overjet sulit diterima pasien Posterior Diskrepansi ukuran lengkung rahang Ridge alveolar rahang bawah lebih lebar daripada rahang atas Fungsional Kontak di anterior sebelum kontak posterior  anterior slide ke interkuspasi maksimum Jika keadaan dipertahankan dalam keadaan edentulus, sulit untuk menentukan hubungan rahang dan OVD 150
  • 151. Solusi penyusunan gigi pada Kelas III Anterior Reverse overjet sulit diterima pasien Menyusun anasir gigi rahang atas pada posisi edge-to-edge dengan anasir gigi rahang bawah Jika pada keadaan gigi asli pasien edge-to-edge, maka bisa mempertimbangkan penyusunan dengan Kelas I *Perlu diperhatikan bahwa dalam penyusunan, sudut dari tepi insisal harmonis dengan kurva kompensasi antero-posterior 151
  • 152. Solusi penyusunan gigi pada Kelas III.. Posterior Jika rahang atas berada dalam rahang bawah, penyusunan gigi ke hubungan normal Anasir posterior rahang atas disusun jauh ke buccal dan anasir rahang bawah jauh ke lingual  menimbulkan masalah Sehingga, perlu tetap menyusun anasir gigi pada neutral zone (cross-bite) 152
  • 153. Solusi penyusunan gigi pada Kelas III.. Alternatif penyusunan: • Penggunaan anasir dengan cusp normal  penyusunan dengan reverse overjet dan inklinasi cusp disusun dengan memungkinkan pergerakan yang ekstensif  Sulit dicapai dan perlu modifikasi pada anasir • Untuk membantu memperbaiki intedigitasi  Penyusunan terbalik rahang atas dengan rahang bawah (kuadrat 1  3, Kuadran 2  4)  Anasir premolar rahang bawah yang disusun pada rahang atas tampak kurang sesuai  bisa diatasi dengan menggunakan anasir dengan ukuran lebih besar • Penggunaan gigi non-anatomis dan menyesuaikan dengan kurva kompensasi untuk mencapai keseimbangan bilateral dan antero-posterior  Solusi yang paling mudah, terutama dalam mencapai hubungan statis. Tetapi kurang memuaskan jika pasien mengharapkan pergerakan mandibular yang memerlukan fully balanced articulation 153
  • 154. Hubungan rahang abnormal.. Fully balanced articulation  konsep oklusi ideal pada complete denture • Sulit dicapai (time-consuming) • Keadaan tertentu sehingga tidak mungkin mencapai keseimbangan sempurna dengan menggunakan cusped teeth  Lingualised articulation Bisa digunakan sebagai alternatif sehingga mendapatkan hasil lebih baik 154
  • 155. Lingualised occlusion for skeletal Class II Pada Kelas II dengan high FMA, dalam keadaan fungsional, rahang berada dalam posisi anterior dari sentrik relasi yang bervariasi  sulit untuk mendapatkan keseimbangan protrusif jika menggunakan cusped teeth Konsep lingual Menyusun anasir gigi rahang bawah sesuai dengan kurva kompensasi kemudian menyesuaikan dataran oklusal untuk semua gerakan protrusi 155
  • 156. Lingualised occlusion for Class III Pada kasus kelas III, terjadi diskrepansi medio-lateral  perlu penyusunan dengan cross-bite Pada kasus ini, konsep lingualised menjadi “buccalised”  Cusp bukal rahang atas kontak dengan permukaan oklusal rahang bawah dan cusp palatal rahang atas tidak berkontak 156
  • 157. 157
  • 158. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STABILISASI DAN PERTIMBANGAN UMUM DALAM MEMPEROLEH STABILISASI PADA GTP 158
  • 159. Digunakan saat berfungsi seperti mengunyah dan bicara • Stabilitas Gigi Tiruan adalah kemampuan gigi tiruan untuk tetap stabil atau konstan melawan pergerakan horizontal pada saat digunakan. DEFENISI STABILISASI 159
  • 160. STABILISASI • Stabilisasi atau tekanan terhadap gerakan horizontal dapat berkurang kurangnya tinggi prossesus alveolaris atau bertambahnya jaringan mukosa yang mudah bergerak atau flabby. • Kehilangan stabilisasi menyebabkan gigitiruan bergerak bila menerima tekanan horizontal secara bertahap akan menyababkan kerusakn jaringan lunak dan perubahan tulang dibawahnya. 160
  • 161. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STABILISASI: • Ukuran dan bentuk basal ridge • Kualitas jaringan lunak yang menutupi linggir • Kualitas hasil pencetakan • Kontur permukaan yang halus • Susunan elemen gigi tiruan yang baik dan tepat. 161
  • 162. Ukuran dan bentuk basal ridge • Kehilangan linggir vertikal yang banyak dan meningkatnya jaringan yang kendor (flabby) menurunkan stabilitas gigi tiruan penuh. • Bentuk linggir yang persegi (square) -> lebih retentif, stabil dan juga mendukung untuk meningkatkan cakupan luas permukaan. • Bentuk linggir yang oval dan tapered -> mengurangi retensi dan stabilisasi. 162
  • 163. Kualitas Jaringan Lunak yang Menutupi Linggir • Syarat stabilisasi gigi tiruan yang optimal adalah jaringan tersebut memberikan tahanan terhadap tekanan horizontal dengan baik. • Jaringan lunak yang tegas dengan sub-mucosa yang adekuat memberikan stabilitas yang baik, sedangkan sub-musoca yang lunak memberikan stabilitas yang buruk. 163
  • 164. Kualitas Hasil Pencetakan • Cetakan negatif dari seluruh jaringan pendukung dan daerah tepi rahang atas dan rahang bawah pada pasien yang telah kehilangan semua gigi geligi , yang nantinya akan menjadi pendukung bagi gigi tiruan lengkap. • Hasil pencetakan yang baik dan akurat memberikan stabilisasi yang baik pada gigitiruan. 164
  • 165. Kontur Permukaan yang Halus • Pemolishan gigi tiruan berkontribusi terhadap retensi dan stabilisasi gigi tiruan. • Permukaan oklusal, permukaan palatal, bukal dan lingual gigi geligi tiruan (yang berkontak dengan bibir, pipi dan lidah) merupakan bagian yang biasanya di poles. 165
  • 166. Struktur Elemen Gigi Tiruan yang Baik dan Tepat • Ukuran, bentuk, tekstur permukaan, warna dan bahan elemen harus diperhatikan dengan baik agar stabilisasi tiruan pun baik. 166
  • 167. Pertimbangan Umum dalam Memperoleh Stabilisasi GTP • Perubahan Fisiologis Secara umum, proses penuaan akan mengakibatkan kemunduran pertumbuhan tulang dan tulang rahang, resorbsi terjadi merata pada rahang atas dan bawah yang akan mempengaruhi stabilisasi dari GTP. • Resorpsi Linggir Alveolar yang Cepat -> mempengaruhi pemilihan anarsir gigi tiruan yang berhubungan dengan stabilisasi GTP. gigi tiruan harus didesain tidak memperparah beban linggir alveolus dan dipilih yang relatif lebih kecil dari gigi asli agar tepat diatas linggir dan tercapai keseimbangan oklusi yang menambah stabilisasi GTP. 167
  • 169. 1. Zarb GA, Bolender CL. Prosthodontic treatment for edentulous patients. 12th Ed. St. Louis: The C.V. Mosby Company, 2003: 314-328. 2. The Academy of Prosthodontics. Glossary of Prosthodontics Terms. J Prosthodontics dentistry 2005; 94(1): 17,49,53. 3. Nallaswamy D. Textbook of Prosthodontics. New Delhi: Jaypee Brothers Medical Publishers, 2003: 183-198. 4. CP Owen. Occlusion on complete dentures. < http://www.4everlearning.com/pdfs/occlusionandcompletedentures.pdf> (02 April 2014). 5. Lontar UI. <http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/127517-R17-PRO-175- Kedalaman%20ruang-Literatur.pdf> (08 April 2014). 6. Faten. Success of complete denture. <http://www.slideshare.net/Hisham99/success-of-complete-denture#> (08 April 2014). 7. Indian Dental Academy. Stability in Complete Dentures Prothesis. <http://www.slideshare.net/indiandentalacademy/stability-31880718#> (08 April 2014). 8. Tarigan S. Pertimbangan Prostodonsia Lanjut Usia: Beberapa Pertimbangan dalam Perawatan <http://library.usu.ac.id/download/e- book/prof.%20S.Tarigan.pdf> (08 April 2014). 169