Keputusan Direktur Jenderal Tanaman Pangan menetapkan pedoman teknis sekolah lapangan pengelolaan tanaman terpadu padi dan jagung tahun 2013, yang mencakup strategi peningkatan produksi, komponen pengelolaan tanaman terpadu, mekanisme pelaksanaan sekolah lapangan, dan pembiayaan."
2. KEMENTERIAN PERTANIAN
DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN
DRAFT
KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL TANAMAN PANGAN
Nomor :
TENTANG
PEDOMAN TEKNIS
SEKOLAH LAPANGAN PENGELOLAAN TANAMAN
TERPADU
(SL-PTT) PADI DAN JAGUNG
TAHUN ANGGARAN 2013
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
DIREKTUR JENDERAL TANAMAN PANGAN,
Menimbang : a. bahwa dalam rangka ketahanan
pangan nasional untuk memenuhi
kebutuhan konsumsi maka perlu
diupayakan peningkatan produksi
tanaman pangan;
b. bahwa untuk mewujudkan
peningkatan produksi tanaman
pangan terutama padi dan jagung
tahun 2013 difokuskan melalui
pendekatan SL-PTT;
c. bahwa dalam DIPA Satuan Kerja
Dinas yang menangani Tanaman
Pangan di Provinsi dan
1
3. Kabupaten/Kota Tahun Anggaran
2013 terdapat Kegiatan Pengelolaan
Produksi Tanaman Serealia melalui
Pelaksanaan SL-PTT;
d. bahwa berdasarkan hal-hal tersebut
di atas, dipandang perlu menerbitkan
Pedoman Teknis SL-PTT Padi dan
Jagung Tahun Anggaran 2013;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun
1992 tentang Sistem Budidaya
Tanaman (Lembaran Negara Tahun
1992 Nomor 46, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3478);
2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun
2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional (Lembaran
Negara Tahun 2004 Nomor 104,
Tambahan Lembaran Negara Nomor
4421);
3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2004 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Tahun 2004
Nomor 125, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 4437) sebagaimana
telah diubah dengan Undang-Undang
Nomor 12 Tahun 2008 tentang
Perubahan Kedua atas Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah
Menjadi Undang-Undang (Lembaran
Negara Tahun 2008 Nomor 59,
Tambahan Lembaran Negara Nomor
4844);
4. Undang-Undang Nomor 33 Tahun
2004 tentang Perimbangan Keuangan
2
4. Antara Pemerintah Pusat dan Daerah
(Lembaran Negara Tahun 2004
Nomor 126, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 4438);
5. Undang-Undang Nomor 19 Tahun
2012 tentang Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara Tahun Anggaran
2013 (Lembaran Negara Tahun 2012
Nomor 228, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 5361);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 71
Tahun 2010 tentang Standar
Akuntansi Pemerintah (Lembaran
Negara Tahun 2010 Nomor 123,
Tambahan Lembaran Negara 5165);
7. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun
2010 tentang Kedudukan, Tugas,
dan Fungsi Kementerian Negara serta
Susunan Organisasi, Tugas, dan
Fungsi Eselon I Kementerian Negara;
8. Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun
2012 tentang Rencana Kerja
Pemerintah Tahun 2013;
9. Keputusan Presiden Nomor 42 Tahun
2002 tentang Pedoman Pelaksanaan
Anggaran Pendapatan Belanja
Negara, sebagamana telah diubah
beberapa kali, juncto Peraturan
Presiden Nomor 53 Tahun 2010
tentang Pedoman Pelaksanaan
Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara;
10. Keputusan Presiden Nomor
84/P/Tahun 2009 tentang
3
5. Pembentukan Kabinet Indonesia
Bersatu II Periode 2009 – 2014;
11. Keputusan Presiden Nomor 157/M
Tahun 2010 tentang Pengangkatan
Dalam Jabatan Struktural Eselon I di
lingkungan Kementerian Pertanian;
12. Peraturan Menteri Keuangan Nomor
134/PMK.06/2005 tentang Pedoman
Pembayaran Dalam Pelaksanaan
Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara;
13. Peraturan Menteri Keuangan Nomor
37/PMK.02/2012 tentang Standar
Biaya Tahun Anggaran 2013;
14. Peraturan Menteri Keuangan Nomor
112/PMK.02/2012 tentang Petunjuk
Penyusunan dan Penelaahan
Rencana Kerja dan Anggaran
Kementerian Negara/Lembaga Tahun
Anggaran 2013;
15. Peraturan Menteri Pertanian Nomor
61/Permentan/OT.140/10/2010
tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Pertanian;
Memperhatikan :
1. Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran
(DIPA) Induk Tahun Anggaran 2013
Satuan Kerja Direktorat Jenderal
Tanaman Pangan Nomor :
DIPA-018.03-0/2013 Tanggal 5
Desember 2012.
4
6. 2. Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran
(DIPA) Petikan Satuan Kerja
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Tahun Anggaran 2013 Nomor :
DIPA-018.03.1.238251/2013 Tanggal
5 Desember 2012.
M E M U T U S K A N:
Menetapkan :
KESATU : Pedoman Teknis SL-PTT Padi dan
Jagung Tahun Anggaran 2013, seperti
tercantum pada Lampiran yang
merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Keputusan ini.
KEDUA : Pedoman Teknis sebagaimana dimaksud
dalam diktum KESATU merupakan
acuan pelaksanaan kegiatan
Pengelolaan Produksi Tanaman
Serealia Melalui Pelaksanaan SL-PTT
Tahun Anggaran 2013.
KETIGA : Segala biaya yang diperlukan akibat
ditetapkannya Keputusan ini
dibebankan kepada DIPA Direktorat
Jenderal Tanaman Pangan.
KEEMPAT : Keputusan ini mulai berlaku pada
tanggal ditetapkan.
5
7. Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal
DIREKTUR JENDERAL TANAMAN PANGAN,
UDHORO KASIH ANGGORO
Nip. 19561106 198403 1 002
SALINAN Keputusan ini disampaikan kepada Yth:
1. Menteri Pertanian;
2. Wakil Menteri Pertanian;
3. Sekretaris Jenderal Kementerian Pertanian;
4. Inspektur Jenderal Kementerian Pertanian;
5. Gubernur Provinsi di seluruh Indonesia;
6. Bupati/Walikota di seluruh Indonesia;
7. Kepala Dinas Pertanian Provinsi yang membidangi
Tanaman Pangan di seluruh Indonesia;
8. Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota yang
membidangi Tanaman Pangan di seluruh Indonesia.
6
8. Lampiran
KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL TANAMAN PANGAN
NOMOR : Tanggal Januari 2013
DAFTAR ISI
Hal
DAFTAR ISI ................................................................................. i
DAFTAR TABEL .......................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR ...................................................................... v
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................. vi
I. PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A. Latar Belakang ........................................................................... 1
B. Tujuan dan Sasaran ................................................................... 5
C. Pengertian-Pengertian Dalam SL-PTT ...................................... 7
II. KERAGAAN, SASARAN DAN TANTANGAN
PRODUKSI TAHUN 2013 ................................................................. 14
A. Keragaan Produksi ..................................................................... 14
B. Sasaran Produksi Tahun 2013 ................................................... 15
C. Tantangan dan Peluang Peningkatan Produksi ......................... 16
III. STRATEGI DAN UPAYA PENCAPAIAN PRODUKSI
TAHUN 2013 ..................................................................................... 18
A. Strategi ....................................................................................... 18
B. Upaya Pencapaian Sasaran Produksi Tahun 2013 ................... 19
IV. PTT PADI DAN JAGUNG ................................................................. 27
A. Prinsip-prinsip PTT ..................................................................... 27
B. Tahapan Penerapan PTT ........................................................... 28
C. Komponen PTT Padi .................................................................. 28
D. Komponen PTT Jagung ............................................................. 30
E. Peran Komponen PTT................................................................ 31
F. Pemilihan Teknologi PTT ........................................................... 32
G. Keuntungan Penerapan Teknologi PTT ..................................... 33
V. SEKOLAH LAPANGAN PTT PADI DAN JAGUNG ......................... 34
A. Model Pemberdayaan Petani Melalui SL-PTT ........................... 34
B. Tipe, Kriteria dan Batasan Kawasan SL-PTT ............................ 38
C. Kriteria Kawasan ........................................................................ 40
D. Penentun Calon Lokasi .............................................................. 49
E. Ketentuan Pelaksana SL-PTT.................................................... 51
i
9. F. Persyaratan Kelompoktani Pelaksana SL-PTT .......................... 51
G. Bantuan SL-PTT......................................................................... 52
H. Mekanisme Pelaksanaan SL-PTT.............................................. 57
I. Pertemuan Kelompok SL-PTT ................................................... 57
VI. PENGORGANISASIAN DAN OPERASIONAL SL-PTT ................... 58
A. Pengorganisasian SL-PTT ......................................................... 58
B. Operasionalisasi SL-PTT ........................................................... 59
VII. PEMBIAYAAN MEKANISME PENCAIRAN DANA
DAN PENGADAAN ........................................................................... 60
A. Pembiayaan .............................................................................. 60
B. Mekanisme Pengajuan dan Penyaluran Dana
Bantuan Sosial SL-PTT .............................................................. 61
C. Mekanisme Pengadaan ............................................................. 61
VIII. BIMBINGAN / PEMBINAAN DAN PENDAMPINGAN ...................... 63
IX. MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN ............................... 65
X. PENUTUP .......................................................................................... 67
LAMPIRAN ................................................................................ 69
ii
10. DAFTAR TABEL
Hal
Tabel 1. Perkembangan Luas Panen, Produktivitas
dan Produksi Padi 2008-2012 (ARAM III BPS).............. 14
Tabel 2. Perkembangan Luas Panen, Produktivitas
dan Produksi Jagung 2008-2012 (ARAM III BPS) ......... 15
Tabel 3. Persentase Kenaikan Angka Sasaran 2013
Terhadap ARAM II Tahun 2012 .................................... 16
Tabel 4. Upaya Pencapaian Sasaran Produksi Padi
Tahun 2013................................................................... 20
Tabel 5. Upaya Pencapaian Sasaran Produksi Jagung
Tahun 2013................................................................... 24
Tabel 6. Komponen PTT Padi Dasar............................................. 29
Tabel 7. Komponen PTT Padi Pilihan ........................................... 29
Tabel 8. Tipe, Kriteria dan Orientasi Pengembangan Kawasan
Sentra Produksi Tanaman Pangan ............................... 39
Tabel 9. Batasan Pengembangan Kawasan Padi dan Jagung
Tahun 2013................................................................... 40
Tabel 10.Plafon Stimulan/Bantuan Saprodi SL-PTT Padi
dan Jagung Tahun 2013 ............................................... 54
iii
11. DAFTAR GAMBAR
Hal
Gambar 1. Sketsa Model Pemberdayaan Petani
Melalui SL-PTT ...................................................... 37
Gambar 2. Kriteria Kawasan 1.000 Ha .................................... 41
Gambar 3. Laboratorium Lapangan (LL) ................................. 42
Gambar 4. Pola SL-PTT Kawasan Pertumbuhan .................... 44
Gambar 5. Pola SL-PTT Kawasan Pengembangan................. 45
Gambar 6. Pola SL-PTT Kawasan Pemantapan ..................... 45
iv
12. DAFTAR LAMPIRAN
Hal
Lampiran 1. Sasaran Inidkatif Luas Tanam, Luas Panen,
Produktivitas dan Produksi Padi Tahun 2013 ..... 69
Lampiran 2. Sasaran Inidkatif Luas Tanam, Luas Panen,
Produktivitas dan Produksi Jagungi Tahun 2013 70
Lampiran 3. Alokasi SL-PTT Padi dan Jagung Tahun 2013... 71
Lampiran 4. Blangko Calon Lokasi Bantuan Sosial Budidaya
(SL-PTT/Kawasan) Tanaman Pangan
Tahun 2013........................................................ 120
Lampiran 5. Contoh SK Penetapan Kelompoktani ................. 123
Lampiran 6. Rencana Usaha Kelompok (RUK) ...................... 126
Lampiran 7. Surat Pernyataan Penerima dan Penggunaan
Dana Bansos ..................................................... 127
Lampiran 8. Mekanisme Pencairan Dana Bantuan SL-PTT ... 128
Lampiran 9. Rencana Jadwal Pelaksanaan SL-PTT Padi
Dan Jagung Tahun 2013.................................... 130
Lampiran 10. Blangko Laporan Bulanan Kecamatan
Realisasi SL-PTT Kawasan Pertumbuhan/
Pengembangan/Pemantapan ............................ 131
Lampiran 11. Blangko Laporan Bulanan Kabupaten
Realisasi SL-PTT Kawasan Pertumbuhan/
Pengembangan/Pemantapan ............................ 132
Lampiran 12. Blangko Laporan Bulanan Provinsi
Realisasi SL-PTT Kawasan Pertumbuhan/
Pengembangan/Pemantapan ............................ 133
Lampiran 13. Blangko Laporan Akhir Provinsi/Kabupaten
Realisasi SL-PTT Kawasan Pertumbuhan/
Pengembangan/Pemantapan ............................ 134
Lampiran 14. Form Isian Hasil Ubinan SL-PTT Padi/Jagung ... 135
v
13. I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.
Pengembangan sektor tanaman pangan merupakan salah
satu strategi kunci dalam memacu pertumbuhan ekonomi
pada masa yang akan datang. Selain berperan sebagai
sumber penghasil devisa yang besar, juga merupakan
sumber kehidupan bagi sebagian besar penduduk
Indonesia.
Salah satu strategi yang dilakukan dalam upaya memacu
peningkatan produksi dan produktivitas usahatani padi dan
jagung adalah dengan mengintegrasikan antar sektor dan
antar wilayah dalam pengembangan usaha pertanian.
Seiring dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk di
Indonesia, telah memunculkan kerisauan akan terjadinya
keadaan “rawan pangan” di masa yang akan datang.
Selain itu, dengan semakin meningkatnya tingkat
pendidikan dan kesejahteraan masyarakat terjadi pula
peningkatan konsumsi per-kapita untuk berbagai jenis
pangan, akibatnya Indonesia membutuhkan tambahan
ketersediaan pangan guna mengimbangi laju pertambahan
penduduk yang masih cukup tinggi.
Komoditi tanaman pangan memiliki peranan pokok sebagai
pemenuh kebutuhan pangan, pakan dan industri dalam
negeri yang setiap tahunnya cenderung meningkat seiring
1
14. dengan pertambahan jumlah penduduk dan
berkembangnya industri pangan dan pakan sehingga dari
sisi Ketahanan Pangan Nasional fungsinya menjadi amat
penting dan strategis.
Sasaran produksi padi tahun 2013 sebesar 72.063.735 ton
GKG dan sasaran produksi jagung sebesar 19.831.047 ton
PK dengan rincian sasaran per provinsi seperti pada
Lampiran 1 dan Lampiran 2, diupayakan dapat dicapai
untuk memenuhi kebutuhan tersebut di atas. Karena itu
diperlukan upaya peningkatan produksi yang luar biasa
untuk mencapai sasaran tersebut. Berbagai upaya
peningkatan produksi dan produktivitas telah dilaksanakan
melalui Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu
(SL-PTT) sejak tahun 2008 maupun melalui PTT atau
peningkatan mutu intensifikasi pada tahun-tahun
sebelumnya. Pelaksanaan SL-PTT sebagai pendekatan
pembangunan tanaman pangan khususnya dalam
mendorong peningkatan produksi padi dan jagung nasional
telah terbukti, namun kedepan dengan tantangan yang
lebih beragam maka perlu penyempurnaan dan
peningkatan kualitas.
Oleh karena itu pada tahun 2013, upaya peningkatan
produksi melalui penerapan Sekolah Lapangan
Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) akan difokuskan
melalui pola pertumbuhan, pengembangan dan
2
15. pemantapan dengan pendekatan kawasan skala luas,
terintegrasi dari hulu sampai hilir, peningkatan jumlah
paket bantuan sebagai instrumen stimulan, serta dukungan
pendampingan dan pengawalan.
Kawasan pertumbuhan merupakan daerah yang tingkat
produktivitasnya masih di bawah rata-rata produktivitas
Provinsi (daerah-daerah sub-optimal), kawasan
pengembangan merupakan daerah yang tingkat
produktivitasnya sama dengan rata-rata produktivitas
Provinsi, sedangkan kawasan pemantapan adalah daerah
yang tingkat produktivitasnya di atas rata-rata produktivitas
Provinsi dan atau Nasional.
Luas SL-PTT Padi tahun 2013 adalah 4.625.000 ha, yang
dialokasikan pada kawasan pertumbuhan (padi pasang
surut, padi rawa lebak, padi lahan kering dan padi sawah)
seluas 297.900 ha, kawasan pengembangan (padi sawah,
padi hibrida dan padi lahan kering) seluas 589.700 ha dan
luas kawasan pemantapan (padi sawah dan padi lahan
kering) seluas 3.737.400 ha. Sedangkan SL-PTT Jagung
seluas 260.000 ha, dialokasikan pada kawasan
pertumbuhan (jagung hibrida dan jagung komposit) seluas
54.700 ha, kawasan pengembangan (jagung hibrida)
seluas 170.300 ha dan kawasan pemantapan (jagung
hibrida) seluas 35.000 ha. Lebih rinci dapat dilihat pada
Lampiran 3.
3
16. Dalam SL-PTT petani dapat belajar langsung di lapangan
melalui pembelajaran dan penghayatan langsung
(mengalami), mengungkapkan, menganalisis,
menyimpulkan dan menerapkan (melakukan/mengalami
kembali), menghadapi dan memecahkan masalah-masalah
terutama dalam hal teknik budidaya dengan mengkaji
bersama berdasarkan spesifik lokasi.
Melalui penerapan SL-PTT petani akan mampu mengelola
sumberdaya yang tersedia secara terpadu dalam
melakukan budidaya di lahan usahataninya berdasarkan
spesifik lokasi sehingga petani menjadi lebih terampil serta
mampu mengembangkan usahataninya dalam rangka
peningkatan produksi padi dan jagung. Namun demikian
wilayah di luar SL-PTT harus tetap dilakukan pembinaan,
pendampingan dan pengawalan sehingga produksi dan
produktivitas tetap dapat meningkat.
Dengan fasilitasi tersebut diharapkan pelaksanaan SL-PTT
berbasis kawasan skala luas dapat terlaksana dengan
baik dan tepat sasaran sehingga dapat memberikan
sumbangan terhadap peningkatan produktivitas dan
produksi tahun 2013.
Agar upaya pencapaian sasaran produksi padi dan jagung
melalui kegiatan SL-PTT tahun 2013 dapat tercapai, maka
perlu untuk menyusun Pedoman Teknis Sekolah Lapangan
Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) sebagai acuan
4
17. bagi semua pihak yang terkait dalam pelaksanaan kegiatan
tersebut di lapangan.
Dengan adanya pedoman teknis ini, semua pihak terkait
akan berkontribusi secara positif sehingga akhirnya
kegiatan ini menjadi salah satu kegiatan yang berkontribusi
terhadap pencapaian sasaran produksi padi dan jagung.
Mengingat tingginya keberagaman kondisi di masing-
masing daerah dan kemampuan adopsi inovasi, maka
pedoman teknis ini diharapkan dijabarkan oleh Dinas
Pertanian Kabupaten/Kota sesuai dengan kondisi spesifik
lokasi dalam bentuk Petunjuk Teknis Pelaksanaan
Lapangan agar lebih operasional sesuai kebutuhan di
lapangan dan tidak multitafsir sedangkan Dinas Pertanian
Provinsi menjabarkan dalam bentuk Petunjuk
Pelaksanaan, sehingga kegiatan tersebut dapat dilakukan
tepat waktu dan tepat sasaran.
B. Tujuan dan Sasaran.
1. Tujuan.
a. Menyediakan acuan pelaksanaan SL-PTT padi dan
jagung melalui pola pertumbuhan, pengembangan
dan pemantapan dengan pendekatan kawasan
skala luas untuk mendukung kegiatan peningkatan
produksi tahun 2013 di Provinsi dan
Kabupaten/Kota.
5
18. b. Meningkatkan koordinasi dan keterpaduan
pelaksanaan SL-PTT padi dan jagung melalui pola
pertumbuhan, pengembangan dan pemantapan
dengan pendekatan kawasan skala luas, antara
Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota.
c. Meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan
perubahan sikap petani guna mempercepat
penerapan komponen teknologi PTT padi dan
jagung dalam usahataninya agar
replikasi/penyebarluasan teknologi ke petani
sekitarnya berjalan lebih cepat.
d. Meningkatkan produktivitas, produksi dan
pendapatan serta kesejahteraan petani padi dan
jagung.
2. Sasaran.
a. Tersedianya acuan pelaksanaan SL-PTT padi dan
jagung melalui pola pertumbuhan, pengembangan
dan pemantapan dengan pendekatan kawasan
skala luas untuk mendukung kegiatan peningkatan
produksi tahun 2013 di provinsi dan kabupaten/kota.
b. Terkoordinasi dan terpadunya pelaksanaan SL-PTT
padi dan jagung melalui pola pertumbuhan,
pengembangan dan pemantapan dengan
6
19. pendekatan kawasan skala luas antara pusat,
provinsi dan kabupaten/kota.
c. Meningkatnya pengetahuan, keterampilan dan sikap
petani sehingga penerapan adopsi teknologi PTT
padi dan jagung berjalan lebih cepat, dan
keberlanjutan serta replikasi ke areal yang lebih luas
dapat terwujud.
d. Meningkatnya produktivitas padi inbrida sawah
0,75/ha, padi hibrida 2,0 ton/ha, padi pasang surut
0,3 ton/ha, padi rawa lebak 0,3 ton/ha dan padi
lahan kering/gogo 0,5 ton/ha pada areal SL-PTT
seluas 4,625 juta ha. Untuk jagung hibrida 2,5
ton/ha dan jagung komposit 1,0 ton/ha pada areal
SL-PTT seluas 260 ribu ha, untuk mendukung
sasaran produksi padi tahun 2013 sebesar 72,06
juta ton GKG dan produksi jagung sebesar 19,83
juta ton PK.
C. Pengertian – Pengertian dalam SL-PTT.
1. Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) adalah suatu
pendekatan inovatif dalam upaya meningkatkan
produktivitas dan efisiensi usahatani melalui perbaikan
sistem/pendekatan dalam perakitan paket teknologi
yang sinergis antar komponen teknologi, dilakukan
secara partisipatif oleh petani serta bersifat spesifik
lokasi. PTT merupakan inovasi baru untuk
7
20. memecahkan berbagai permasalahan dalam
peningkatan produktivitas padi. Teknologi intensifikasi
padi bersifat spesifik lokasi, bergantung pada masalah
yang akan diatasi (demand driven technology).
Komponen teknologi PTT ditentukan bersama-sama
petani melalui analisis kebutuhan teknologi (need
assessment). Komponen teknologi PTT
dasar/compulsory adalah teknologi yang dianjurkan
untuk diterapkan di semua lokasi. Komponen teknologi
PTT pilihan adalah teknologi pilihan disesuaikan
dengan kondisi, kemauan, dan kemampuan. Komponen
teknologi PTT pilihan dapat menjadi compulsory apabila
hasil KKP (Kajian Kebutuhan dan Peluang)
memprioritaskan komponen teknologi yang dimaksud
menjadi keharusan untuk pemecahan masalah utama
suatu wilayah, demikian pula sebaliknya bagi
komponen teknologi dasar.
2. Kawasan adalah suatu daerah tertentu dengan ciri-
ciri tertentu. Dalam konteks pertanian kawasan yang
dimaksud adalah suatu areal (sawah, lahan kering,
tadah hujan, rawa lebak, rawa pasang surut) di lokasi
tertentu tanpa memperhitungkan batas-batas
administrasi wilayah (desa/kampung), sungai, jalan,
atau batas-batas lainnya.
8
21. 3. Kawasan Pertumbuhan merupakan daerah yang
tingkat produktivitasnya masih di bawah rata-rata
produktivitas Provinsi (daerah-daerah suboptimal),
pemanfaatan lahan belum optimal, tingkat kehilangan
hasil masih tinggi.
4. Kawasan Pengembangan merupakan daerah yang
tingkat produktivitasnya sama dengan rata-rata
produktivitas Provinsi, pemanfaatan lahan hampir
optimal, tingkat kehilangan hasil sedang tetapi mutu
hasil belum optimal.
5. Kawasan Pemantapan merupakan daerah yang
tingkat produktivitasnya di atas rata-rata produktivitas
provinsi dan atau nasional, mutu hasil belum optimal,
efisiensi usaha belum berkembang dan optimalisasi
pendapatan melalui produksi subsektor tanaman sudah
maksimal (kecuali ada introduksi teknologi baru).
6. Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman
Terpadu (SL-PTT) adalah suatu tempat pendidikan non
formal bagi petani untuk meningkatkan pengetahuan
dan keterampilan dalam mengenali potensi, menyusun
rencana usahatani, mengatasi permasalahan,
mengambil keputusan dan menerapkan teknologi yang
sesuai dengan kondisi sumberdaya setempat secara
sinergis dan berwawasan lingkungan sehingga
usahataninya menjadi efisien, berproduktivitas tinggi
9
22. dan berkelanjutan. Indikator keberhasilan SL-PTT dapat
dilihat dari peningkatan pengetahuan, keterampilan dan
perubahan sikap, penerapan budidaya yang baik dan
benar, peningkatan produktivitas dan keberlanjutan
serta replikasinya.
7. Laboratorium Lapangan (LL) adalah kawasan/area
yang terdapat dalam kawasan SL-PTT yang berfungsi
sebagai lokasi percontohan, temu lapang, tempat
belajar dan tempat praktek penerapan teknologi yang
disusun dan diaplikasikan bersama oleh
kelompoktani/petani.
8. Pemandu Lapangan (PL) adalah Penyuluh
Pertanian, Pengamat Organisme Pengganggu
Tanaman (POPT), Pengawas Benih Tanaman (PBT)
yang telah mengikuti pelatihan SL-PTT dan berperan
sebagai pendamping dan pengawal pelaksanaan SL-
PTT.
9. Pemahaman Masalah dan Peluang (PMP) atau
Kajian Kebutuhan dan Peluang (KKP) adalah
tahapan pendekatan PTT yang diawali dengan
kelompoktani melakukan identifikasi masalah di wilayah
setempat dan membahas peluang kemungkinan
mengatasi masalah tersebut.
10. POSKO I - V adalah Pos Simpul Koordinasi sebagai
tempat melaksanakan koordinasi dalam rangka
10
23. mendukung kelancaran pelaksanaan SL-PTT. POSKO
yang dimaksud adalah POSKO yang telah ada
misalnya POSKO P2BN.
11. Rencana Usahatani Kelompok (RUK) adalah
rencana kerja usahatani dari kelompoktani untuk satu
periode musim tanam yang disusun melalui
musyawarah dan kesepakatan bersama dalam
pengelolaan usahatani sehamparan wilayah
kelompoktani yang memuat uraian kebutuhan, jenis,
volume, harga satuan dan jumlah uang yang diajukan
untuk pembelian saprodi sesuai kebutuhan di lapangan
(spesifik lokasi).
12. Pupuk Organik adalah pupuk yang sebagian besar
atau seluruhnya terdiri atas bahan organik yang berasal
dari sisa tanaman, kotoran hewan, antara lain pupuk
kandang, pupuk hijau dan kompos (humus) berbentuk
padat yang telah mengalami dekomposisi.
13. Pengawalan dan Pendampingan oleh Petugas
Dinas adalah kegiatan yang dilakukan oleh petugas
Dinas Pertanian Provinsi dan Kabupaten/Kota termasuk
PPL, POPT, PBT, Mantri Tani dan atau petugas lainnya
sesuai dengan kebutuhan di lapangan dalam
melakukan pengawalan dan pendampingan, guna lebih
mengoptimalkan pelaksanaan kegiatan SL-PTT.
11
24. 14. Pengawalan dan Pendampingan oleh Aparat
adalah kegiatan yang dilakukan oleh TNI-AD beserta
jajarannya (Babinsa), Camat, Kades dan atau petugas
lainnya sesuai dengan kebutuhan di lapangan dalam
melakukan pengawalan dan pendampingan, guna lebih
mengoptimalkan pelaksanaan kegiatan SL-PTT.
15. Pengawalan dan Pendampingan oleh Peneliti
adalah kegiatan yang dilakukan oleh peneliti Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) didukung oleh
peneliti UK/UPT Lingkup Badan Litbang Pertanian
gunameningkatkan pemahaman dan akselerasi adopsi
PTT dengan menjadi narasumber pada pelatihan,
penyebaran informasi, melakukan uji adaptasi varietas
unggul baru, demplot, dan supervisi penerapan
teknologi.
16. Pengawalan dan Pendampingan oleh Penyuluh
adalah kegiatan yang dilakukan oleh Penyuluh guna
meningkatkan penerapan teknologi spesifik lokasi
sesuai rekomendasi BPTP dan secara berkala hadir di
lokasi LL dan SL dalam rangka pemberdayaan
kelompoktani sekaligus memberikan bimbingan kepada
kelompok dalam penerapan teknologi. Penyuluh
diharapkan hadir pada setiap pertemuan kelompoktani
di lapangan. Pada kawasan pertumbuhan, pertemuan
kelompok minimal 8 kali selama satu musim tanam,
12
25. pada kawasan pengembangan minimal 6 kali,
sedangkan pada kawasan pemantapan minimal 4 kali
selama satu musim tanam.
17. Pengawalan dan Pendampingan oleh POPT
(Pengawas Organisme Pengganggu Tanaman)
adalah kegiatan pendampingan oleh Pengawas OPT
dalam rangka pengendalian hama terpadu.
18. Pengawalan dan Pendampingan oleh PBT
(Pengawas Benih Tanaman) adalah kegiatan
pendampingan oleh Pengawas Benih dalam rangka
pengawasan benih.
19. Wilayah Fokus adalah lokasi peningkatan
produktivitas di areal SL-PTT.
20. Wilayah Non-Fokus adalah lokasi peningkatan
produktivitas di luar areal SL-PTT.
21. Carry Over adalah sisa pertanaman kegiatan tahun
berjalan tetapi produksi tidak berkontribusi pada tahun
tersebut, dan akan berkontribusi pada tahun berikutnya.
22. Kelompoktani adalah sejumlah petani yang
tergabung dalam satu hamparan/wilayah yang dibentuk
atas dasar kesamaan kepentingan untuk meningkatkan
usaha agribisnis dan memudahkan pengelolaan dalam
proses distribusi, baik itu benih, pestisida, sarana
produksi dan lain-lain.
13
26. 23. Swadaya adalah semua upaya yang berasal dari
modal petani sendiri.
24. Benih bersubsidi adalah sejumlah tertentu benih
varietas unggul bermutu padi inbrida, padi hibrida, padi
gogo/lahan kering, jagung hibrida dan jagung komposit
yang disalurkan oleh pemerintah dengan Harga Eceran
Tertinggi (HET) yang ditentukan oleh
Pemerintah/Menteri Pertanian dan digunakan untuk
mendukung pelaksanaan Program Pembangunan
Tanaman Pangan (SL-PTT dan Non SL-PTT).
25. Cadangan Benih Nasional (CBN) adalah sejumlah
tertentu benih padi dan jagung yang memenuhi
spesifikasi teknis, dan merupakan milik pemerintah
pusat yang pengadaannya bersumber dari dana APBN
dan pemanfaatnnya sesuai pedoman dan peraturan
perundang-undangan.
14
27. II. KERAGAAN, SASARAN DAN TANTANGAN SERTA
PELUANG PENINGKATAN PRODUKSI TAHUN 2013
A. Keragaan Produksi.
Produksi padi dalam 5 tahun terakhir meningkat rata-rata
3,44 %/tahun, dari 60,32 juta ton GKG pada tahun 2008
menjadi 68,96 juta ton GKG pada tahun 2012 (ARAM II)
sedangkan laju peningkatan produktivitas mencapai
1,14%/tahun dan luas panen meningkat rata-rata 2,26
%/tahun, sebagaimana terlihat dalam Tabel 1.
Tabel 1. Perkembangan Luas Panen, Produktivitas dan
Produksi Padi 2008-2012 (ARAM II BPS)
LUAS PANEN PRODUKTIVITAS PRODUKSI
TAHUN
Ha % Ku/Ha % Ton %
2008 12,327,425 48.94 60,325,925
2009 12,883,576 4.51 49.99 2.15 64,398,890 6.75
2010 13,253,450 2.87 50.15 0.32 66,469,394 3.22
2011 13,203,643 (0.38) 49.80 (0.70) 65,756,904 (1.07)
2012 13,471,653 2.03 51.19 2.79 68,956,292 4.87
Rata-Rata 2.26 1.14 3.44
Produksi jagung dalam 5 tahun terakhir meningkat rata-rata
3,94 %/tahun dari 16,32 juta ton PK pada tahun 2008
menjadi 18,96 juta ton PK pada tahun 2012 (ARAM II)
sedangkan laju peningkatan produktivitas mencapai
4,05%/tahun dan luas panen rata-rata menurun sebesar 0,14
%/tahun, sebagaimana terlihat dalam Tabel 2.
15
28. Tabel 2. Perkembangan Luas Panen, Produktivitas dan
Produksi Jagung 2008-2012 (ARAM II BPS)
LUAS PANEN PRODUKTIVITAS PRODUKSI
TAHUN
Ha % Ku/Ha % Ton %
2008 4,001,724 40.78 16,317,252
2009 4,160,659 3.97 42.37 3.90 17,629,748 8.04
2010 4,131,676 (0.70) 44.36 4.70 18,327,636 3.96
2011 3,864,692 (6.46) 45.65 2.91 17,643,250 (3.73)
2012 3,966,579 2.64 47.80 4.71 18,961,645 7.47
Rata-Rata -0.14 4.05 3.94
B. Sasaran Produksi Tahun 2013
1. Padi.
Sasaran produksi padi tahun 2013 adalah 72,06 juta ton
GKG atau meningkat 6,25 % dibanding sasaran produksi
tahun sebelumnya sebesar 67,82 ton GKG. Sasaran
tanam 14,59 juta ha, sasaran panen 14,09 juta ha,
sasaran produktivitas 51,15 ku/ha. Apabila dibandingkan
dengan pencapaian pada tahun 2012 (ARAM II), sasaran
produksi tahun 2013 adalah 4,51 % di atas produksi
ARAM II 2012 yaitu sebesar 68,96 juta ton GKG,
sedangkan produktivitas menurun sebesar 0,03 %
(provitas ARAM II 2012 sebesar 51,19 ku/ha). Untuk itu,
maka sasaran produktivitas tahun 2013 ditetapkan
sebesar 52,00 ku/ha atau meningkat 0,81 % dibanding
ARAM II 2012, sasaran tanam 14,36 juta ha dan sasaran
panen sebesar 13,86 juta ha.
16
29. 2. Jagung.
Sasaran produksi jagung tahun 2013 adalah 19,83 juta
ton PK atau 4,59 % diatas produksi tahun 2012 (ARAM II)
yaitu sebesar 18,96 juta ton PK. Sasaran tanam 4,5 juta
ha, sasaran panen 4,10 juta ha dan sasaran produktivitas
48,34 ku/ha.
Tabel 3. Persentase Kenaikan Angka Sasaran 2013
Terhadap ARAM II Tahun 2012
ARAM II SASARAN
KOMODITAS URAIAN %
2012 2013
Luas Tanam (jt Ha) 13.95 14.36 2.94
Luas Panen (jt Ha) 13.47 13.86 2.90
PADI Produktivitas (Ku/Ha) 51.19 52.00 1.58
Produksi (jt ton GKG) 68.96 72.06 4.50
Luas Tanam (jt Ha) 4.10 4.25 3.66
Luas Panen (jt Ha) 3.96 4.10 3.54
JAGUNG Produktivitas (Ku/Ha) 47.80 48.34 1.13
Produksi (jt ton PK) 18.96 19.83 4.59
Sasaran produksi padi dan jagung tahun 2013, disajikan
pada Lampiran 1 dan Lampiran 2.
C. Tantangan dan Peluang Peningkatan Produksi.
Kendala antar sektoral dalam peningkatan produksi tanaman
pangan yang semakin kompleks karena berbagai perubahan
dan perkembangan lingkungan strategis diluar sektor
17
30. pertanian berpengaruh dalam peningkatan produksi
tanaman pangan.
Tantangan utama yang dihadapi dalam upaya peningkatan
produksi tanaman pangan adalah : 1). Meningkatnya
permintaan beras sesuai dengan peningkatan jumlah
penduduk, 2). Terbatasnya ketersediaan beras dunia, dan
3).Kecenderungan meningkatnya harga pangan.
Disamping tantangan, upaya peningkatan produksi tanaman
juga dihadapi oleh sejumlah permasalahan, yaitu antara lain
: 1). Dampak Perubahan Iklim (DPI) dan serangan
organisme pengganggu tumbuhan (OPT), 2). Rusaknya
infrastruktur irigasi, lingkungan dan semakin terbatasnya
sumber air, 3). Konversi lahan sawah, 4). Keterbatasan
akses petani terhadap sumber-sumber pembiayaan, 5).
Kompetisi antar komoditas, 6). Tingginya konsumsi beras
sebagai pangan pokok sumber karbohidrat dan 7). Belum
sinerginya antar sektor dan Pusat–Daerah dalam menunjang
pembangunan pertanian khususnya produksi padi dan
jagung.
Disamping tantangan dan permasalahan yang dihadapi
dalam upaya peningatan produksi tanaman pangan, terdapat
sejumlah peluang yang apabila dimanfaatkan dengan baik
akan memberikan kontribusi pada upaya peningkatan
produksi. Peluang tersebut antara lain : 1). Kesenjangan
hasil antara potensi dan kondisi di lapangan masih tinggi, 2).
18
31. Tersedia teknologi untuk meningkatkan produktivitas, 3).
Potensi sumberdaya lahan sawah, rawa/lebak, lahan kering
(perkebunan, kehutanan) yang masih luas, 4).
Pengetahuan/Keterampilan SDM (Petani, PPL, POPT,
Pengawas Benih Tanaman, dan Petugas Pertanian Lainnya)
masih dapat dikembangkan, 5). Tersedianya potensi
pengembangan produksi berbagai pangan pilihan selain
beras, 6). Dukungan Pemerintah Daerah dan 7).
Ketersediaan sumber genetik.
19
32. III. STRATEGI DAN UPAYA PENCAPAIAN
PRODUKSI TAHUN 2013
A. Strategi.
Strategi peningkatan produksi tanaman serealia tahun 2013
adalah sebagai berikut:
1. Peningkatan Produktivitas.
Peningkatan produktivitas dilakukan melalui pemakaian
benih varietas unggul bermutu produktivitas tinggi
termasuk benih padi hibrida dan jagung hibrida, sistem
jarak tanam jajar legowo, pemupukan berimbang dan
pemakaian pupuk organik serta pupuk bio-hayati,
pengelolaan pengairan dan perbaikan budidaya disertai
pengawalan, pendampingan, pemantauan dan
koordinasi, dll. Strategi ini terutama dilaksanakan di
wilayah dimana perluasan areal sudah sulit dilakukan,
sehingga dengan penerapan teknologi spesifik lokasi
diharapkan masih dapat ditingkatkan produktivitasnya.
Hal lain yang dapat diterapkan adalah dengan
mengurangi potensi kehilangan hasil melalui penanganan
panen danpasca panen yang lebih baik.
2. Perluasan Areal Tanam dan Pengelolaan Lahan.
20
33. Perluasan areal dilakukan melalui upaya optimalisasi
lahanmelalui upaya perbaikan seperti JITUT, JIDES, dan
Tata Air Mikro, pompanisasi dan penambahan baku
lahan sawah (cetak sawah baru), disertai konservasi
lahan yang berkelanjutan serta peningkatan indeks
pertanaman, pengelolaan air irigasi, dll.
3. Pengamanan Produksi.
Pengamanan produksi dimaksudkan untuk mengurangi
dampak perubahan iklim seperti kebanjiran dan
kekeringan serta pengendalian Organisme Pengganggu
Tumbuhan (OPT), dan pengamanan kualitas produksi
dari residu pestisida serta mengurangi kehilangan hasil
pada saat penanganan panen dan pasca panen yang
masih cukup besar.
4. Penyempurnaan Manajemen.
Manajemen yang telah ada dan berjalan saat ini perlu
lebih disempurnakan agar pelaksanaan program dapat
berjalan sesuai rencana. Penyempurnaan manajemen
tersebut berupa dukungan kebijakan dan regulasi,
penyempurnaan manajemen teknis serta
penyempurnaan data dan informasi.
Dengan kegiatan penyempurnaan diharapkan
pelaksanaan peningkatan produksi tanaman pangan
dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan dan pada
akhirnya dapat mendukung pencapaian sasaran produksi
21
34. tahun 2013 dan surplus beras 10 juta ton pada tahun
2014.
B. Upaya Pencapaian Sasaran Produksi Tahun 2013
Upaya pencapaian sasaran produksi padi dan jagung tahun
2013 adalah sebagai berikut :
1. Upaya Pencapaian Sasaran Produksi Padi Tahun
2013
Fokus Utama pencapaian sasaran produksi padi tahun
2013 adalah peningkatan produktivitas padi melalui
peningkatan kualitas SL-PTT berbasis pola pertumbuhan,
pengembangan dan pemantapan dengan pendekatan
kawasan skala luas, terintegrasi dari hulu sampai hilir,
peningkatan jumlah paket bantuan sebagai instrument
stimulan, serta dukungan pendampingan dan
pengawalan pada areal seluas 4,625 juta ha. Sedangkan
di luar fokus utama melalui upaya peningkatan produksi
lainnya pada kawasan areal tanam seluas 9,17 juta ha,
dan perluasan areal tanam seluas 567 ribu ha
sebagaimana terlihat dalam Tabel 4 berikut ini :
22
35. Tabel 4. Upaya Pencapaian Sasaran Produksi Padi Tahun 2013
Luas Tanam Luas Panen Produktivitas
No Uraian Produksi (Ton)
(Ha) (Ha) (Ku/Ha)
1 Peningkatan Produktivitas 8,295,000 8,007,993 54.88 43,950,494
a. Kegiatan SL-PTT 4,625,000 4,464,975 55.21 24,651,127
b. Kegiatan SRI 200,000 193,080 58.10 1,121,795
c. GP3K 3,200,000 3,089,280 58.77 18,155,697
d. Pengamanan Pasca Panen 270,000 260,658 0.84 21,875
2 Perluasan Areal Tanam 566,939 547,323 34.81 1,905,144
a. Pencetakan Sawah Baru 100,000 96,540 30.00 289,620
b. Pencetakan Sawah Baru (BUMN) 100,000 96,540 30.00 289,620
c. Penyiapan Lahan Beririgasi (PLPB) - - -
d. Optimasi Lahan 80,273 77,496 11.25 87,183
e. Pengelolaan Air (Kementan & Kemen PU) 286,666 276,747 44.76 1,238,721
3 Pengurangan 382,000 368,783 56.82 2,095,270
a. Serangan OPT 132,000 127,433 56.82 724,020
b. Konversi Lahan 250,000 241,350 56.82 1,371,250
4 Swadaya Murni Petani 5,112,203 4,935,321 48.86 24,112,827
Jumlah 14,356,142 13,859,420 52.00 72,063,735
a. Fokus utama peningkatan
produktivitas padi melalui SL-PTT berbasis
kawasan adalah upaya pencapaian sasaran produksi
padi tahun 2013 yang difokuskan pada kegiatan
peningkatan produktivitas di kawasan areal tanam
padi seluas 4,625 juta ha, yang terdiri dari:
1) Kawasan Pertumbuhan seluas : 297.900 ha.
a. Padi inbrida sawah seluas 61.800 ha yang
dialokasikan di 45 Kabupaten/Kota pada 17
Provinsi.
b. Padi inbrida pasang surut seluas 96.000 ha
yang dialokaikan di 17 Kabupaten/Kota pada 8
Provinsi.
23
36. c. Padi inbrida rawa lebak seluas 26.000 ha yang
dialokasikan di 12 Kabupaten/Kota pada 5
Provinsi.
d. Padi inbrida lahan kering seluas 114.100 ha
yang dialokasikan di 83 Kabupaten/Kota pada
13 Provinsi.
2) Kawasan Pengembangan seluas : 589.700 ha.
a. Padi inbrida sawah seluas seluas 272.500 ha
yang dialokasikan di 178 Kabupaten/Kota pada
27 Provinsi.
b. Padi hibrida seluas 200.000 ha yang
dialokasikan di 120 Kabupaten/Kota pada 13
Provinsi.
c. Padi inbrida lahan kering seluas 117.200 ha
yang dialokasikan di 60 Kabupaten/Kota pada
8 Provinsi.
3) Kawasan Pemantapan seluas : 3.737.400 ha.
a. Padi inbrida sawah seluas 3.417.000 ha yang
dialokasikan di 345 Kabupaten/Kota pada 27
Provinsi.
b. Padi inbrida lahan kering seluas 320.400 ha
yang dialokasikan di 113 Kabupaten/Kota pada
13 Provinsi.
Alokasi SL-PTT Padi Tahun 2013, per Provinsi dan
Kabupaten/Kota, disajikan pada Lampiran 2.
24
37. b. Upaya peningkatan produksi padi di luar wilayah
fokus
Upaya peningkatan produksi dan produktivitas padi
areal di luar wilayah fokus dilakukan melalui
serangkaian pembinaan, pengawalan, pendampingan
dan bimbingan yang terkoordinasi dan terintegrasi
dengan memanfaatkan benih bersubsidi, benih non
subsidi dan atau benih dari sumber-sumber lain,
pupuk bersubsidi (urea, ZA, SP-36/Superphos, NPK
dan pupuk organik), alsintan, SRI, fasilitas
penyuluhan melalui Demfarm, GP3K, penanganan
pasca panen, cetak sawah baru, optimasi lahan,
pengelolaan air dan swadaya murni petani. Areal
yang dikelola dengan pola ini seluas 9,74 juta ha
dengan kontribusi produksi sebesar 47,41 juta ton
GKG.
Agar upaya ini dapat berhasil maka dukungan dari
berbagai pihak sangat diperlukan melalui dukungan
dan gerakanyang luar biasa antara lain :(1). gerakan
pengolahan tanah,(2). gerakan tanam dan panen
serentak,(3). gerakan pemupukan berimbang, 4).
gerakan penerapan teknologi,(5). gerakan
pengendalian OPT,(6). gerakan penanganan panen
dan pasca panen, dan (7). gerakan lainnya dengan
25
38. dukungan dana APBN maupun APBD I dan APBD II
serta dana masyarakat dan stakeholder.
Petugas Pertanian/Penyuluh Pertanian, POPT dan
PBT tetap harus melakukan pengawalan dan
pendampingan pada areal tanam di luar SL-PTT.
Pada prinsipnya semua dana yang ada dikelola oleh
Dinas Pertanian dan Bakorluh/Bapeluh ditujukan
untuk meningkatkan produksi padi dan jagung baik di
areal SL-PTT maupun di luar areal SL-PTT.
Posko I P2BN di Pusat, Posko II di Provinsi, Posko III
di Kabupaten/Kota, Posko IV di Kecamatan/BPP, dan
Posko V di Desa agar dioperasionalkan secara
optimal sesuai dengan Permentan Nomor 45 Tahun
2011 mengenai Tata Hubungan Kerja Antar
Kelembagaan Teknis, Penelitian dan Pengembangan,
dan Penyuluhan Pertanian Dalam Mendukung
Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN).
2. Upaya Pencapaian Sasaran Produksi Jagung Tahun
2013
Fokus utama pencapaian sasaran produksi jagung tahun
2013 adalah peningkatan produktivitas melalui SL-PTT
berbasis kawasan seluas 260 ribu Ha. Sedangkan di luar
fokus utama melalui upaya peningkatan produksi lainnya
pada kawasan areal tanam seluas 3,82 juta ha dan
26
39. perluasan areal tanam seluas 173,50 ribu ha,
sebagaimana padaTabel 5 berikut ini :
Tabel 5. Upaya Pencapaian Sasaran Produksi Jagung
Tahun 2013
Luas Tanam Provitas
No Uraian Luas Panen (Ha) Produksi (Ton)
(Ha) (Ku/Ha)
1 Peningkatan Produktivitas 450,000 416,700 65.86 2,744,460
a. SLPTT 260,000 240,760 67.00 1,681,030
b. GP3K & Swasta 190,000 175,940 58.00 1,063,430
2 Perluasan Areal 173,500 160,661 52.11 837,138
a. Optimalisasi Pengembangan Luas Areal 80,000 74,080 50.00 386,000
b. Cadangan Benih Nasional (CBN) 93,500 86,581 50.00 451,138
3 Pengamanan Produksi 70,190 64,996 52.11 338,667
a. Pengamanan OPT 35,000 32,410 50.00 168,875
b. Pengamanan Susut Hasil 35,190 32,586 50.00 169,792
4 Swadaya Murni Petani 3,557,123 3,459,678 45.99 15,910,783
Jumlah 4,250,813 4,102,035 48.34 19,831,047
a. Fokus utama peningkatan produktivitas jagung
melalui SL-PTT berbasis kawasan adalah upaya
pencapaian sasaran produksi jagung tahun 2013 yang
difokuskan pada kegiatan peningkatan produktivitas
jagung di kawasan areal tanam seluas 260 ribu Ha
yang terdiri dari :
1) Kawasan Pertumbuhan seluas : 54.700 ha.
a. Jagung hibrida seluas 9.000 ha yang
dialokasikan di 9 Kabupaten/Kota pada 5
Provinsi.
b. Jagung komposit seluas 45.700 ha yang
dialokasikan di 60 Kabupaten/Kota pada 13
Provinsi.
27
40. 2) Kawasan Pengembangan seluas : 170.300 ha.
a. Jagung hibrida seluas 170.300 ha yang
dialokasikan di 148 Kabupaten/Kota pada 23
Provinsi.
3) Kawasan Pemantapan seluas : 35.000 ha.
a. Jagung hibrida seluas 35.000 ha yang
dialokasikan di 31 Kabupaten/Kota pada 10
Provinsi.
Alokasi SL-PTT Jagung Tahun 2013, per Provinsi dan
Kabupaten/Kota, disajikan pada Lampiran 2.
b. Upaya peningkatan produksi jagung di luar fokus
utama peningkatan produktivitas dan produksi
dilakukan dengan pembinaan, pendampingan dan
bimbingan yang terkoordinasi dan terintegrasi dengan
memanfaatkan benih bersubsidi, benih non subsidi
dan atau benih dari sumber-sumber lainnya, pupuk
bersubsidi, GP3K, dan swadaya murni petani. Upaya
ini diperkirakan mampu menyumbangkan produksi
pada tahun 2013 sebesar 18,15 juta ton PK dari areal
tanam seluas 3,99 juta ha.
Upaya peningkatan produktivitas jagung agar
dilakukan dengan perluasan penggunaan benih
jagung hibrida produktivitas tinggi disamping
peningkatan pemupukan berimbang. Lokasi-lokasi
yang masih menggunakan varietas lokal dan varietas
28
41. komposit produktivitas rendah agar diupayakan dapat
diganti dengan jagung hibrida atau jagung komposit
produktivitas tinggi.
Upaya penggunaan benih jagung hibrida atau jagung
komposit produktivitas tinggi, antara lain dapat
dilakukan dengan : 1). mendekatkan para produsen
benih jagung hibrida atau jagung komposit
produktivitas tinggi kepada para petani, 2).
memotivasi produsen benih tersebut melakukan
demonstrasi di lokasi-lokasi sasaran, 3). mendorong
kemitraan petani dengan produsen benih atau dengan
pengusaha pakan ternak (konsumen jagung). Dengan
demikian penggunaan benih jagung hibrida
diharapkan dapat meningkat.
Upaya perluasan areal tanam jagung agar diupayakan
pula dengan peningkatan indeks pertanaman (IP) di
lahan yang masih mempunyai potensi atau perluasan
pada lokasi/lahan baru (bukaan baru, lahan
perkebunan, lahan kehutanan, dan lain-lain).
29
42. IV. PTT PADI DAN JAGUNG
Pengelolaan tanaman terpadu (PTT) merupakan inovasi baru
untuk memecahkan berbagai permasalahan dalam peningkatan
produktivitas. Teknologi intensifikasi bersifat spesifik lokasi,
tergantung pada masalah yang akan diatasi (demand driven
technology). Komponen teknologi PTT ditentukan bersama-
sama petani melalui analisis kebutuhan teknologi (need
assessment).
PTT sebagai suatu pendekatan inovatif dalam upaya
meningkatkan produktivitas dan efisiensi usahatani serta
sebagai suatu pendekatan pembangunan tanaman pangan
khususnya dalam mendorong peningkatan produksi padi dan
jagung melalui SL-PTT telah dilaksanakan secara Nasional
mulai tahun 2008 dan berlanjut hingga sekarang dengan
berbagai perbaikan dan penyempurnaan dari sisi perencanaan,
pelaksanaan dan pengawalan serta pendampingan.
A. Prinsip-prinsip PTT.
1. Terpadu : PTT merupakan suatu pendekatan agar
sumber daya tanaman, tanah dan air dapat dikelola
dengan sebaik-baiknya secara terpadu.
2. Sinergis : PTT memanfaatkan teknologi pertanian terbaik,
dengan memperhatikan keterkaitan yang saling
mendukung antar komponen teknologi.
30
43. 3. Spesifik lokasi : PTT memperhatikan kesesuaian
teknologi dengan lingkungan fisik maupun sosial budaya
dan ekonomi petani setempat.
4. Partisipatif : Petani turut berperan serta dalam memilih
dan menguji teknologi yang sesuai dengan kondisi
setempat dan kemampuan petani melalui proses
pembelajaran dalam bentuk laboratorium lapangan (LL).
B. Tahapan Penerapan PTT.
1. Langkah pertama penerapan PTT adalah pemandu
lapangan bersama petani melakukan Pemahaman
Masalah dan Peluang (PMP) atau Kajian Kebutuhan dan
Peluang (KKP). Identifikasi masalah peningkatan hasil di
wilayah setempat dan membahas peluang mengatasi
masalah tersebut, berdasarkan cara pengelolaan
tanaman, analisis iklim/curah hujan, kesuburan tanah,
luas pemilikan lahan, lingkungan sosial ekonomi.
2. Langkah kedua adalah merakit berbagai komponen
teknologi PTT berdasarkan kesepakatan kelompok untuk
diterapkan di lahan usahataninya.
3. Langkah ketiga adalah penyusunan RUK berdasarkan
kesepakatan kelompok.
4. Langkah keempat adalah penerapan PTT.
5. Langkah kelima adalah pengembangan/replikasi PTT ke
petani lainnya.
31
44. C. Komponen PTT Padi.
Komponen dasar/compulsory dan pilihan disesuaikan
spesifik wilayah setempat yang paling tepat diterapkan.
Komponen teknologi pilihan dapat menjadi compulsory
apabila hasil KKP memprioritaskan komponen teknologi
dimaksud menjadi keharusan untuk pemecahan masalah
utama suatu wilayah, demikian pula sebaliknya bagi
komponen teknologi dasar. Adapun komponen PTT padi
dasar/compulsory, dikemukakan pada Tabel 6 sedangkan
komponen pilihan pada Tabel 7 berikut.
Tabel 6. Komponen PTT Padi Dasar
Padi sawah Padi sawah Padi rawa
Padi gogo
irigasi tadah hujan lebak
Varietas moderen Varietas moderen Pergiliran varietas Varietas moderen
(VUB, PH, PTB) (VUB, PTB) (VUB, PTB) (VUB, PTB)
Bibit bermutu dan Benih bermutu Benih bermutu dan Bibit bermutu dan
sehat dan sehat sehat sehat
Pengaturan cara Pengelolaan hara Pemberian bahan Pemupukan N
tanam (jajar legowo) P dan K berdasar organik granul, P dan K
Pemupukan PUTS Pemupukan berdasarkan PUTS
berimbang dan efisien Pemberian bahan berdasar status PHT sesuai OPT
menggunakan BWD organik kesuburan tanah sasaran.
dan PUTS/petak Pengendalian Konservasi tanah
omisi/Permentan No. gulma terpadu dan air
40/2007
PHT sesuai OPT
sasaran.
Tabel 7. Komponen PTT Padi Pilihan
Padi sawah
Padi sawah irigasi Padi gogo Padi rawa lebak
tadah hujan
Bahan organik/pupuk
kandang/amelioran** Pengelolaan tanaman Pengelolaan tanaman Pengelolaan tanaman
yang meliputi populasi yang meliputi populasi yang meliputi populasi
Umur bibit
dan cara tanam dan cara tanam dan cara tanam
Pengolahan tanah yang
(legowo, larikan, dll) (legowo, larikan, dll) (legowo, larikan, dll)
baik
Pengelolaan air optimal Cara tanam dilarik PHT sesuai OPT Umur bibit
(pengairan berselang)
dengan populasi setempat Pengelolaan air,
tanaman tinggi Pengendalian gulma pembuatan saluran/
Pupuk cair (PPC, ppk menggunakan alat terpadu caren keliling
organik, pupuk bio-
tanam row seeding Pola tanam berbasis Pengendalian gulma
hayati)/ZPT pupuk
,
mikro)
PHT sesuai OPT sasaran padi gogo terpadu
Penanganan panen dan Penanganan panen dan Penanganan panen dan Penanganan panen dan
pasca panen pasca panen pasca panen
pasca panen
*: Komponen teknologi pilihan dapat menjadi compulsory apabila hasil KKP memprioritaskan
komponen teknologi yang dimaksud menjadi keharusan untuk pemecahan masalah utama suatu
wilayah, demikian pula sebaliknya bagi komponen teknologi dasar.
**: Prioritas
(Sumber : Puslitbang Tanaman Pangan, Badan Litbang 2012 dan Analisis)
32
45. Adapun PTT padi di lahan pasang surut yaitu :
1).Penggunaan varietas unggul adaptif, 2). Pemupukan
spesifik lokasi, 3). Amelioran (digunakan abu dan/atau kapur
untuk meningkatkan pH), 4). Pengendalian terpadu untuk
hama, penyakit dan gulma dan 5). Menggunakan alsin untuk
pra dan pasca panen. Pengolahan tanah sempurna
dimaksudkan untuk pencucian racun dan meratakan tanah.
(Sumber : Puslitbang Tanaman Pangan, Badan Litbang, 2012).
D. Komponen PTT Jagung.
Komponen dasar dan pilihan disesuaikan spesifik wilayah
setempat yang paling tepat diterapkan. Komponen PTT
Jagung dasar yaitu : 1). Varietas unggul baru, hibrida atau
komposit, 2). Benih bermutu dan berlabel, 3). Populasi
66.000 - 75.000 tanaman/ha dan 4). Pemupukan
berdasarkan kebutuhan tanaman dan status hara tanah.
Sedangkan komponen PTT Jagung pilihan adalah :
1). Penyiapan lahan, 2). Pemberian pupuk organik, 3).
Pembuatan saluran drainase pada lahan kering, atau saluran
irigasi pada lahan sawah, 4). Pembumbunan, 5).
Pengendalian gulma secara mekanis atau dengan herbisida
kontak, 6). Pengendalian hama dan penyakit, dan 7). Panen
tepat waktu dan pengeringan segera.
Dalam rangka peningkatan Indeks Pertanaman (IP) 400
jagung, persyaratan yang harus dipenuhi adalah : 1). Lokasi
tersedia cukup air saat diperlukan, terutama saat musim
33
46. kemarau, 2).Lahan bebas genangan air saat musin hujan,
3).Tenaga kerja cukup tersedia stiap saat dan 4). Umur
varietas yang ditanam tidak lebih 100 hari.
E. Peran Komponen PTT.
Penggunaan benih varietas unggul bermutu akan
menghasilkan daya perkecambahan yang tinggi dan
seragam, tanaman yang sehat dengan perakaran yang baik,
tanaman tumbuh lebih cepat, tahan terhadap hama dan
penyakit, berpotensi hasil tinggi dan mutu hasil yang lebih
baik.
Penanaman yang tepat waktu, serentak dan jumlah
populasi yang optimal dapat menghindari serangan hama
dan penyakit, menekan pertumbuhan gulma, terhindar dari
kelebihan dan kekurangan air, memberikan pertumbuhan
tanaman yang sehat dan seragam serta hasil yang tinggi.
Pemberian pupuk secara berimbang berdasarkan
kebutuhan tanaman dan ketersediaan hara tanah dengan
prinsip tepat jumlah, jenis, cara, dan waktu aplikasi sesuai
dengan jenis tanaman akan memberikan pertumbuhan yang
baik dan meningkatkan kemampuan tanaman mencapai
hasil tinggi.
Pemberian air pada tanaman secara efektif dan efisien
sesuai dengan kebutuhan tanaman dan kondisi tanah
merupakan faktor penting bagi pertumbuhan dan hasil
tanaman yaitu air sebagai pelarut sekaligus pengangkut hara
34
47. dari tanah ke bagian tanaman. Kebutuhan akan air disetiap
stadia tanaman berbeda-beda, pemberian air secara tepat
akan meningkatkan hasil dan menekan terjadinya stres pada
tanaman yang diakibatkan karena kekurangan dan kelebihan
air.
Perlindungan tanaman dilaksanakan untuk mengantisipasi
dan mengendalikan serangan OPT dan DPI dengan
meminimalkan kerusakan atau penurunan produksi akibat
serangan OPT. Pengendalian dilakukan berdasarkan prinsip
dan strategi Pengendalian Hama Terpadu (PHT). Khususnya
pengendalian dengan pestisida merupakan pilihan terakhir
bila serangan OPT berada diatas ambang ekonomi.
Penggunaan pestisida harus memperhatikan jenis, jumlah
dan cara penggunaannya sesuai dengan ketentuan dan
peraturan yang berlaku sehingga tidak menimbulkan
resurjensi atau resistensi OPT atau dampak lain yang
merugikan lingkungan.
Penanganan panen dan pasca panen akan memberikan
hasil yang optimal jika panen dilakukan pada waktu dan cara
yang tepat yaitu tanaman dipanen pada masak fisiologis
berdasarkan umur tanaman, kadar air dan penampakan
visual hasil sesuai dengan diskripsi varietas. Pemanenan
dilakukan dengan sistem kelompok yang dilengkapi dengan
peralatan dan mesin yang cocok sehingga menekan
kehilangan hasil. Hasil panen dikemas dalam wadah dan
35
48. disimpan ditempat penyimpanan yang aman dari OPT dan
perusak hasil lainnya sehingga mutu hasil tetap terjaga dan
tidak tercecer.
F. Pemilihan Teknologi PTT.
Komponen teknologi yang dipilih dan diterapkan oleh petani
dalam melaksanakan SL-PTT adalah komponen teknologi
PTT. Perakitan komponen teknologi budidaya dilakukan
dengan cara penelusuran setiap alternatif komponen
teknologi, jumlah yang mempengaruhi dan yang dipengaruhi.
Apabila hal tersebut telah diketahui maka antar komponen
teknologi dan aspek lingkungan dapat disinergiskan.
Pemilihan teknologi budidaya yang optimal dapat dilakukan
dengan memaksimalkan komponen teknologi yang saling
sinergis dan meminimalkan komponen teknologi yang saling
antagonis (berlawanan) sehingga diperoleh teknik budidaya
dalam pendekatan PTT yang spesifik lokasi.
Kombinasi komponen teknologi yang digunakan pada lokasi
tertentu dapat berbeda dengan lokasi lainnya, karena
beragamnya kondisi lingkungan pertanaman. Setiap
teknologi dan kombinasi teknologi yang sedang
dikembangkan pada suatu lokasi dapat berubah sejalan
dengan perkembangan ilmu dan pengalaman petani di lokasi
setempat. Untuk menetapkan paket teknologi SL-PTT yang
akan dilaksanakan di setiap unit agar dikonsultasikan
36
49. dengan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) di
masing–masing wilayah.
G. Keuntungan Penerapan Teknologi PTT.
1. Meningkatkan kuantitas dan kualitas hasil usahatani
2. Efisiensi biaya usahatani dengan penggunaan teknologi
yang tepat untuk masing-masing lokasi.
3. Kesehatan lingkungan tumbuh pertanaman dan
lingkungan kehidupan secara keseluruhan akan terjaga.
37
50. V. SEKOLAH LAPANGAN PTT PADI DAN JAGUNG
A. Model Pemberdayaan Petani Melalui SL-PTT.
SL-PTT berfungsi sebagai pusat belajar pengambilan
keputusan para petani/kelompoktani, sekaligus tempat tukar
menukar informasi dan pengalaman lapangan, pembinaan
manajemen kelompok serta sebagai percontohan bagi
kawasan lainnya.
Untuk itu, melalui SL-PTT diharapkan petani/kelompok tani
nantinya akan mampu mengambil keputusan atas dasar
pertimbangan teknis dan ekonomis dalam setiap tahapan
budidaya usahataninya serta mampu mengaplikasikan
teknologi secara benar sehingga meningkatkan produksi dan
pendapatannya.
Sekolah Lapangan PTT tidak terikat dengan ruang kelas,
sehingga belajar dapat dilakukan di saung dan tempat-
tempat lain yang berdekatan dengan lahan belajar.
Dalam SL-PTT terdapat satu unit Laboratorium Lapangan
(LL) yang merupakan bagian dari kegiatan SL-PTT sebagai
tempat bagi petani anggota kelompoktani dapat
melaksanakan seluruh tahapan SL-PTT pada lahan tersebut.
Dalam melaksanakan LL kelompoktani dapat mengacu pada
rekomendasi teknologi setempat.
SL-PTT dilaksanakan oleh kelompoktani yang sudah
terbentuk dan masih aktif. Kelompoktani yang dimaksud
38
51. diupayakan kelompoktani yang dibentuk berdasarkan
hamparan, atau lokasi lahan usahataninya diupayakan
masih dalam satu hamparan setiap kelompok. Hal ini perlu
untuk mempermudah interaksi antar anggota karena mereka
saling mengenal satu sama lainnya dan diharapkan tinggal
saling berdekatan sehingga bila teknologi SL-PTT sudah
diadopsi secara individu akan mudah ditiru petani lainnya.
Tiap unit SL-PTT terdiri dari petani peserta yang berasal dari
satu kelompoktani yang sama dan atau dengan
kelompoktani lain terdekat. Dalam setiap unit SL-PTT perlu
ditetapkan seorang ketua yang bertugas mengkoordinasikan
aktivitas anggota kelompok, seorang sekretaris yang
bertugas sebagai pencatat kegiatan–kegiatan yang
dilaksanakan pada setiap pertemuan dan seorang
bendahara yang bertugas mengurusi masalah yang
berhubungan dengan keuangan.
Untuk menjamin kelangsungan dinamika kelompok dalam
kelas SL-PTT, perlu diusahakan paling tidak satu orang dari
kelompoktani sebagai motivator yang mampu memberikan
respon yang cepat terhadap inovasi dan mampu mendorong
anggota kelompok lainnya dapat memberikan respon yang
sama.
Peserta SL-PTT akan mengadakan pengamatan bersama–
sama di petak percontohan/Laboratorium Lapangan (LL),
mendiskripsikan dan membahas temuan–temuan lapangan.
39
52. Pemandu Lapangan berperan sebagai fasilitator untuk
mengarahkan jalannya diskusi kelompok.
Peserta SL-PTT wajib mengikuti setiap tahap pertanaman
dan mengaplikasikan kombinasi komponen teknologi yang
sesuai spesifik lokasi mulai dari pengolahan tanah,
budidaya, penanganan panen dan pasca panen. Pada setiap
tahapan pelaksanaan, petani peserta diharapkan melakukan
serangkaian kegiatan yang sudah direncanakan dan
dijadwalkan, baik dipetak LL maupun di lahan usahataninya.
Sketsa model pemberdayaan petani melalui SL-PTT, seperti
pada Gambar 1 berikut ini.
40
54. B. Tipe, Kriteria dan Batasan Kawasan SL-PTT.
Fokus kegiatan peningkatan produktivitas tanaman serealia
tahun 2013 dilaksanakan melalui peningkatan kualitas SL-
PTT melalui pola pertumbuhan, pengembangan dan
pemantapan dengan pendekatan kawasan skala luas,
terintegrasi dari hulu sampai hilir, peningkatan jumlah paket
bantuan sebagai instrumen stimulan, dukungan dan
pengawalan serta pendampingan.
Untuk itu, lokasi SL-PTT tahun 2013 akan lebih difokuskan
kedalam 3 kawasan, yaitu kawasan pertumbuhan, kawasan
pengembangan dan kawasan pemantapan. Luas 1 (satu)
kawasan untuk padi inbrida, padi hibrida, jagung hibrida dan
jagung komposit 1.000 ha kecuali padi rawa lebak seluas
500 ha. Luas 1 (satu) kawasan 1.000 ha, untuk beberapa
provinsi seperti NTT, Maluku, Maluku Utara, Papua, Papua
Barat dan Kabupaten di daerah perbatasan disesuaikan
dengan kondisi geografis setempat. Untuk jelasnya tipe,
kriteria dan orientasi pengembangan serta batasan
pengembangan kawasan dikemukakan pada Tabel 8 dan
Tabel 9.
42
55. Tabel 8. Tipe, Kriteria dan Orientasi Pengembangan Kawasan Sentra
Produksi Tanaman Pangan
TIPE KAWASAN KRITERIA KAWASAN ORIENTASI PENGUATAN
PRODUKTIVITAS LEBIH RENDAH DARI RATA-RATA
- - PENINGKATAN PRODUKTIVITAS
PROVINSI
PERTUMBUHAN
- PEMANFAATAN LAHAN BELUM OPTIMAL - PENINGKATAN INDEKS PERTANAMAN (IP)
- TINGKAT KEHILANGAN HASIL MASIH TINGGI - PENURUNAN TINGKAT KEHILANGAN HASIL
PRODUKTIVITAS HAMPIR SAMA DENGAN
- - PENINGKATAN PRODUKTIVITAS
PRODUKTIVITAS RATA-RATA PROVINSI
PENGEMBANGAN - PEMANFAATAN LAHAN HAMPIR OPTIMAL - PENURUNAN TINGKAT KEHILANGAN HASIL
- TINGKAT KEHILANGAN HASIL SEDANG - PENINGKATAN MUTU HASIL
- MUTU HASIL BELUM OPTIMAL
PRODUKTIVITAS SUDAH LEBIH TINGGI DARI
- - PENGENALAN TEKNOLOGI BARU
PRODUKTIVITAS RATA-RATA PROVINSI
- MUTU HASIL BELUM OPTIMAL - PENINGKATAN MUTU HASIL
EFISIENSI USAHA MELALUI PEMANFAATAN
- EFISIENSI USAHA BELUM BERKEMBANG -
LIMBAH LINGKUNGAN
PEMANTAPAN OPTIMALISASI PENDAPATAN MELALUI PRODUKSI
- SUBSEKTOR TANAMAN SUDAH MAKSIMAL (KECUALI - DIVERSIFIKASI PRODUK TANAMAN PANGAN
ADA INTRODUKSI TEKNOLOGI BARU)
- PENGATURAN HARGA DAN MARGIN
DIVERSIFIKASI PENDAPATAN MELALUI
-
SUBSEKTOR LAIN
Keterangan:
1. Pemerintah memiliki keterbatasan anggaran
2. Sasaran pembangunan yang ditargetkan adalah peningkatan
produksi dan peningkatan pendapatan.
3. Pada setiap kawasan, diperlukan dukungan setiap Eselon I mengacu
target orientasi.
43
56. Tabel 9. Batasan Pengembangan Kawasan Padi dan Jagung
Tahun 2013
Faktor Pertimbangan Luasan 1
Komoditi Jenis Lahan Komponen Model 1 Kawasan
Kawasan Kawasan (Ha)
1 SL-PTT Padi Inbrida 1,000
2 SL-PTT Padi Inbrida Spesifik Lokasi 1,000
3 SL-PTT Padi Inbrida Peningkatan IP 1,000
4 SL-PTT Padi Inbrida Lahan Rawa
1 Lahan Sawah
PADI Baku Lahan - Rawa Lebak 500
- Pasang Surut 1,000
5 SL-PTT Pengembangan Padi Hibrida 1,000
6 Demfarm Padi Hibrida 1,000
2 Lahan Kering 7 SL-PTT Padi Lahan Kering 1,000
1 SL-PTT Jagung Hibrida 1,000
Lahan Sawah/Lahan
JAGUNG Baku Lahan 2 SL-PTT Jagung Komposit 1,000
Kering
3 Optimasi Jagung Hibrida 1,000
Catatan :
1. Faktor pertimbangan baku lahan sangat diperhatikan
2. Alokasi jenis model kawasan agar memperhatikan tingkat
produktivitas, indeks pertanaman, dan pengembangan jaringan
irigasi (Kesepakatan dengan Kementerian PU).
3. Apabila ada lahan yang dapat diperluas lagi maka akan dilakukan
melalui instrumen Cadangan Benih Nasional (CBN).
4. Dukungan dari Eselon 1 lain terutama Ditjen PSP, PPHP, Badan
Litbang, dan BPPSDMP diletakkan sesuai dengan kebutuhan
komponen dan permasalahan yang ada.
C. Kriteria Kawasan.
Luas 1 (satu) kawasan 1.000 ha diutamakan dalam 1 desa
dalam satu kecamatan dan penuhi terlebih dahulu areal
dalam satu desa dalam satu kecamatan. Namun apabila
areal di desa tersebut belum mencukupi, maka
kekurangannya dapat ditambah/dipenuhi dari desa terdekat,
44
57. dan seterusnya hingga kawasan seluas 1.000 ha dapat
terpenuhi. Apabila kawasan 1.000 ha belum dapat dipenuhi
dari satu kecamatan, maka kekurangannya dapat dipenuhi
dari kecamatan terdekat, dan seterusnya hingga kawasan
seluas 1.000 ha terpenuhi. Untuk lebih jelasnya dikemukakan
pada Gambar 2
berikut. KRITERIA KAWASAN 1.000 HA
KABUPATEN A
Kecamatan A Kecamatan B
Desa A
1000 ha/ Alt 3
desa
Desa
Alt 1 A 1000 ha
Desa A
Desa B
800 ha
200
Alt 2 ha Desa B
1. Alternatif 1 : 1000 ha dlm 1 Desa
2. Alternatif 2 : 1000 ha dlm beberapa Desa dalam 1 Kec
3. Alternatif 3 : 1000 ha dlm beberapa desa dalam 2 kecamatan atau lebih
Keterangan:
1. Penuhi areal dalam satu desa, bila areal belum mencukupi di desa tersebut maka kekurangannya dapat
ditambah dari desa terdekat.
2. Apabila kawasan 1.000 ha belum dapat dipenuhi dari satu kecamatan, maka kekurangannya dapat
dipenuhi dari kecamatan terdekat.
3. Transfer Bantuan Sosial (Bansos) ke Rekening Kelompoktani
Gambar 2. Kriteria Kawasan 1.000 Ha
45
58. Pada setiap 25 ha dalam kawasan seluas 1.000 ha,
dilaksanakan 1 unit Laboratorium Lapangan (LL) seluas 1 ha
sehingga jumlah LL dalam kawasan 1.000 ha sebanyak 40
unit (40 ha LL). LL merupakan tempat
pembelajaran/pertemuan petani di lapangan. Pertemuan
kelompok dilaksanakan pada areal LL dalam SL
hamparan/kawasan 25 ha. Untuk lebih jelasnya
dikemukakan pada Gambar 3 berikut.
KAWASAN = 1.000 HA
(SL = 960 HA & LL = 40 HA/40 Unit)
SL
LL
...
Keterangan :
: 1 Ha LL Laboratorium Lapang /25 Ha SL
1. Pada setiap 25 ha dalam kawasan 1.000 ha dilaksanakan 1 unit LL
seluas 1 ha, sehingga jumlah LL dalam 1000 ha terdapat sebanyak 40
unit LL (40 Ha LL).
2. Pertemuan kelompok dilaksanakan pada areal LL dalam hamparan/
kawasan 25 ha
Gambar 3. Laboratorium Lapangan (LL)
Dalam LL dilakukan percontohan penerapan teknologi paket
anjuran secara sempurna, sebagai arena belajar para petani.
46
59. Dalam LL diharapkan dapat pula dilakukan petak-petak
percontohan pengenalan varietas-varietas unggul baru atau
paket-paket teknologi baru lainnya atas persetujuan BPTP
setempat.
Jenis sarana produksi dan dosis yang digunakan pada areal
SL maupun LL disesuaikan dengan kondisi spesifik lokasi
dan dicantumkan dalam Rencana Usahatani Kelompok/RUK
masing-masing kelompoktani. Untuk lebih jelasnya agar
dikonsultasikan dengan Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian (BPTP) di masing-masing daerah.
Besarnya bantuan saprodi sebagai salah satu instrumen
perangsang/stimulan baik pada areal SL maupun LL
disesuaikan dengan kawasan dimana SL-PTT tersebut
dialokasikan dan disesuaikan pula dengan komoditi yang
diusahakan kelompoktani peserta SL-PTT. Bantuan sarana
produksi dan pertemuan kelompok merupakan Belanja
Sosial (BANSOS) dan penggunaannya dengan mekanisme
transfer langsung ke rekening kelompoktani dalam bentuk
uang dan sesuai pedoman serta peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Sedangkan insentif/bantuan
transport bagi petugas pendamping (petugas dinas dan
aparat) dan papan nama merupakan Belanja Barang Non
Operasional (BBNOL) dan penggunaannya disesuaikan
dengan kondisi di lapangan dan pedoman serta peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
47
60. Seperti telah dikemukakan diatas bahwa pada setiap 25 ha
SL dalam kawasan seluas 1.000 ha, akan terdapat 1 unit
Laboratorium Lapangan (LL) seluas 1 ha sehingga jumlah LL
dalam kawasan 1.000 ha terdapat sebanyak 40 unit LL (40
ha LL), berarti sisanya seluas 960 ha berupa areal SL.
Sebagai contoh, apabila satu kelompoktani mempunyai areal
50 ha maka kelompoktani tersebut akan mendapatkan 2 unit
LL dan seterusnya. Jika areal tidak mencukupi 25 ha, maka
dapat digabung dengan kelompoktani lainnya yang
berdekatan dan lokasi pelaksanaan pertemuan kelompoktani
disepakati oleh kelompoktani tersebut.
Pola SL-PTT Padi dan Jagung pada satu kawasan
dikemukakan pada Gambar 4, 5 dan 6 berikut :
SL-PTT Kawasan Pertumbuhan dengan penggunaan benih varietas
FOKUS KEGITAN unggul bermutu pada :
1. Padi Inbrida Sawah 61.800 ha
PENAMBAHAN 2. Padi Inbrida Pasang Surut 96.000 ha
PRODUKSI 3. Padi Inbrida Rawa Lebak 26.000 ha
4. Padi Inbrida Lahan Kering 114.100 ha
5. Jagung Hibrida 9.000 ha
6. Jagung Komposit 45.700 ha
KAWASAN PERTUMBUHAN 1.000 HA Pendampingan oleh
Penyuluh Pertanian,
40 UNIT SL Peneliti, POPT, PBT, dan
Aparat
(1 Unit / 24 Ha)
Bantuan (disesuaikan dengan rekomendasi spesifik lokasi):
1. Pupuk Urea
2. Pupuk NPK
3. Pupuk Organik
40 Unit LL
4. Herbisida
5. Kaptan
(1 Unit/1 Ha)
6. Pertemuan Kelompok
Gambar 4. Pola SL-PTT Kawasan Pertumbuhan
48
61. SL-PTT Kawasan Pengembangan dengan penggunaan benih varietas
FOKUS KEGITAN unggul bermutu pada :
1. Padi Inbrida Sawah 272.500 ha
PENAMBAHAN 2. Padi Hibrida 200.000 ha
PRODUKSI 3. Padi Inbrida Lahan Kering 117.200 ha
4. Jagung Hibrida 170.300 ha
KAWASAN PENGEMBANGAN1.000 HA Pendampingan oleh
40 UNIT SL Penyuluh Pertanian,
Peneliti, POPT, PBT, Aparat
(1 Unit / 24 Ha)
Bantuan (disesuaikan dengan rekomendasi spesifik lokasi):
1. Pupuk Urea 40 Unit LL
2. Pupuk NPK
3. Pupuk Organik (1 Unit/1 Ha)
4. Pertemuan Kelompok
Gambar 5. Pola SL-PTT Kawasan Pengembangan
FOKUS KEGITAN SL-PTT Kawasan Pemantapan dengan penggunaan benih varietas
unggul bermutu pada :
PENAMBAHAN 1. Padi Inbrida Sawah 3.417.500 ha
PRODUKSI 2. Padi Inbrida Lahan Kering 320.400 ha
3. Jagung Hibrida 35.000 ha
KAWASAN PEMANTAPAN 1.000 HA Pendampingan oleh
Penyuluh Pertanian,
40 UNIT SL Peneliti, POPT, PBT, dan
Aparat
(1 Unit / 24 Ha)
Bantuan (disesuaikan dengan
rekomendasi spesifik lokasi):
1. Pupuk Urea
Pertemuan Kelompok
40 Unit LL
2. Pupuk NPK (1 Unit/1 Ha)
3. Pupuk Organik
Gambar 6. Pola SL-PTT Kawasan Pemantapan
49
62. Kebutuhan sarana produksi dan pendukung lainnya (papan
nama dan lainnya) yang tidak dibantu pemerintah maupun
kekurangannya, maka penyediaannya agar ditanggung
dan diusahakan secara swadana oleh anggota
kelompoktani atau berasal dari sumber lainnya. Hal ini
dimaksudkan agar petani/kelompoktani ikut merasa
memiliki sehingga mempunyai tanggungjawab moral untuk
mensukseskan SL-PTT Padi dan Jagung dalam rangka
mendukung pencapaian sasaran produksi tahun 2013.
Selanjutnya agar kegiatan SL-PTT berbasis kawasan
tersebut berkontribusi nyata pada produksi tahun 2013,
maka pertanaman di areal SL-PTT diharapkan sudah
dilaksanakan pada awal tahun 2013 (Akhir MH 2012/2013
sampai MK II 2013), kecuali secara teknis maupun
adminstrasi tidak memungkinkan dilaksanakan seperti
halnya padi gogo/lahan kering maka dapat dilaksanakan
pada awal MH 2013/2014 (Oktober-Desember 2013).
Untuk itu, sedini mungkin diambil langkah-langkah dan
disiapkan secara terencana, akurat dan efektif melalui
koordinasi dengan instansi terkait antara lain Dinas
Pengairan, BMKG, Penyedia Benih, Pupuk, Alsintan dan
lain sebagainya agar pelaksanaan tepat waktu dan
sasaran.
Guna mengetahui tingkat produktivitas pada areal SL-PTT
maka pada tahun 2013 direncanakan mendapat bantuan
50
63. dana untuk pendataan ubinan pada setiap kabupaten/kota
pelaksana SL-PTT yang besarnya antara 1 – 50 unit
dengan total areal ubinan padi 14.973 unit dan jagung
2.345 unit. Untuk memperoleh data ubinan yang optimal
ada areal SL-PTT Padi dan Jagung yang telah ditentukan
oleh Dinas Kabupaten/Kota, maka diharapkan ubinan
dilaksanakan paling lambat pada bulan Desember 2013.
Untuk itu perlu diambil langkah-langkah guna penyusunan
jadwal tanam/panen yang tepat. Kegiatan ini dilakukan
oleh petugas ubinan pada Dinas Pertanian
Kabupaten/Kota (Mantri Tani/ Mantri Statistik).
Sebagai bentuk peningkatan kualitas SL-PTT Padi dan
Jagung di lapangan, maka dukungan pendampingan dan
pengawalan perlu lebih dioptimalkan.
Pendampingan dan pengawalan dilakukan oleh Petugas
Dinas Provinsi dan Kabupaten/Kota termasuk PPL, POPT,
PBT, KCD, Mantri Tani atau petugas lain sesuai kebutuhan
di masing-masing lokasi dan Aparat (TNI-AD beserta
jajarannya/BABINSA, Camat dan Kades atau lainnya) serta
petugas Pusat. Pengawalan SL-PTT dilakukan pula oleh
para Peneliti BPTP di masing-masing lokasi SL/LL yang
penugasannya melalui Surat Keputusan Kepala Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Pendampingan dan pengawalan oleh petugas dinas dan
aparat, dilakukan pula pada seluruh areal tanam/panen
51
64. baik SL-PTT maupun pertanaman Reguler (Non SL-PTT)
melalui Gerakan Pengembangan Kawasan Padi dan
Jagung. Untuk itu Posko P2BN pada setiap tingkatan
(Kecamatan, Kabupaten/Kota dan Provinsi) harus lebih
diaktifkan guna melakukan koordinasi dengan berbagai
pihak dan instansi terkait untuk turun ke lapangan
memantau kondisi di lapangan, menggerakkan percepatan
tanam/panen serentak, pemeliharaan tanaman dan
mengetahui segala permasalahannya untuk selanjutnya
diselesaikan.
Pendampingan kegiatan SL-PTT oleh Pemandu Lapangan
khususnya Penyuluh Lapangan, POPT, PBT dan Peneliti
mempunyai sebagai :
1. Pemandu yang paham terhadap permasalahan,
kebutuhan dan kekuatan yang ada di lapangan dan
desa.
2. Dinamisator proses latihan SL-PTT sehingga
menimbulkan ketertarikan dan lebih menghidupkan
latihan.
3. Motivator yang kaya akan pengalaman dalam berolah
tanam dan dapat membantu membangkitkan
kepercayaan diri para peserta SL-PTT
4. Konsultan bagi petani peserta SL-PTT untuk
mempermudah menentukan langkah-langkah
52
65. selanjutnya dalam melaksanakan kegiatan
usahataninya setelah kegiatan SL-PTT selesai.
Dalam rangka memberikan apresiasi kepada petugas
lapangan yang telah melaksanakan pengawalan dan
pendampingan SL-PTT/P2BN, maka kepada petugas
tersebut akan diberikan penghargaan berupa uang yang
besarannya disesuaikan dengan dana yang tersedia.
Penghargaan diberikan kepada tiga orang petugas per
kabupaten/kota. Untuk itu Dinas Pertanian Kabupaten/Kota
perlu merumuskan kriteria penilaian yang disesuaikan
dengan kondisi masing-masing daerah.
D. Penentuan Calon Lokasi.
Pemilihan penempatan calon lokasi SL-PTT dengan
prioritas luasan areal sesuai dengan ketentuan batasan
kawasan, produktivitas dan indeks pertanamannya masih
berpotensi untuk ditingkatkan dan petaninya responsif
terhadap teknologi.
Pemilihan letak petak LL yang berada di dalam areal SL-
PTT terpilih dengan prioritas pertimbangan terletak di bagian
pinggir areal SL-PTT sehingga berbatasan langsung dengan
areal di luar SL-PTT diharapkan penerapan teknologi SL-
PTT mudah dilihat dan ditiru oleh petani di luar SL-PTT.
Format CL dan CPCL disajikan pada Lampiran 4.
53
66. 1. Penentuan Calon Lokasi.
a. Lokasi dapat berupa persawahan yang beririgasi,
sawah tadah hujan, lahan kering dan pasang surut
yang produktivitas dan/atau indeks pertanamannya
masih dapat ditingkatkan. Prioritas pertama lokasi SL-
PTT tahun anggaran 2013 ditempatkan pada lokasi
yang IP (Indeks Pertanaman) paling rendah dan/atau
pada lokasi yang produktivitasnya paling rendah serta
areal sawah bukaan/cetakan baru. Oleh karena itu
Dinas Pertanian Provinsi dan Dinas Pertanian
Kabupaten/Kota harus melakukan identifikasi lokasi-
lokasi yang produktivitas dan/atau IP-nya masih dapat
ditingkatkan.
b. Diprioritaskan bukan daerah endemis hama dan
penyakit, bebas dari bencana kekeringan, kebanjiran
dan sengketa.
c. Unit SL-PTT, diusahakan agar berada dalam satu
hamparan/kawasan yang strategis dan mudah
dijangkau petani atau disesuaikan dengan kondisi di
lapangan.
d. Lokasi SL-PTT setiap 25 ha, diberi papan nama
sebagai tanda lokasi pelaksanaan SL/LL.
e. Letak Laboratorium Lapangan (LL) pada SL-PTT
diutamakan ditempatkan pada lokasi yang sering
dilewati petani sehingga mudah dijangkau dan dilihat
54
67. oleh petani sekitarnya untuk dicontoh dalam
usahataninya.
2. Penentuan Calon Petani/Kelompoktani SL-PTT.
a. Kelompoktani/petani yang dinamis dan bertempat
tinggal dalam satu desa/wilayah yang berdekatan dan
diusulkan oleh Kepala Desa, KCD dan atau Penyuluh
Lapangan.
b. Petani yang dipilih adalah petani aktif yang memiliki
lahan ataupun penggarap/penyewa dan mau menerima
teknologi baru.
c. Bersedia mengikuti seluruh rangkaian kegiatan SL-
PTT.
d. Kelompoktani SL-PTT ditetapkan dengan Surat
Keputusan Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota
yang membidangi tanaman pangan, sebagaimana
contoh pada Lampiran 5.
E. KetentuanPelaksana SL-PTT.
Ketentuan pelaksana SL-PTT sebagai berikut :
1. Lokasi SL-PTT diusahakan berada pada satu hamparan
atau kawasan, mempunyai potensi untuk ditingkatkan
produktivitas dan/atau IP-nya, serta anggota
kelompoktaninya respons terhadap penerapan teknologi.
55
68. 2. Luas satu unit SL-PTT padi dan jagung adalah 25 ha
yang di dalamnya terdapat satu unit LL seluas 1 ha.
3. Peserta tiap unit SL-PTT diupayakan para petani yang
berasal dari hamparan seluas 25 ha.
4. Memiliki Pemandu Lapangan.
F. Persyaratan Kelompoktani Pelaksana SL-PTT.
1. Kelompoktani tersebut masih aktif dan mempunyai
kepengurusan yang lengkap yaitu Ketua, Sekretaris dan
Bendahara.
2. Menyusun RUK sebagaimana terlihat dalam Lampiran 6.
3. Kelompoktani penerima bantuan SL-PTT ditetapkan
dengan Surat Keputusan Kepala Dinas Pertanian
Kabupaten/Kota.
4. Memiliki rekening yang masih berlaku/masih aktif di Bank
Pemerintah (BUMN atau BUMD/Bank Daerah) yang
terdekat dan bagi Kelompoktani yang belum memiliki,
harus membuka rekening di bank.
5. Rekening bank diutamakan berupa rekening bank setiap
kelompoktani namun dapat pula rekening gabungan
kelompoktani (Gapoktan). Jika menggunakan rekening
gapoktan, mekanisme pengaturan antar kelompoktani
agar diatur lebih lanjut oleh Kepala Dinas Pertanian
Kabupaten/Kota.
56
69. 6. Membuat surat pernyataan bersedia dan sanggup
menggunakan dana bantuan SL-PTT sesuai
peruntukannya (RUK) dan sanggup mengembalikan dana
apabila tidak sesuai peruntukannya sebagaimana terlihat
dalam Lampiran 7.
7. Bersedia menambah biaya pembelian sarana produksi
dan pendukung lainnya, bilamana bantuan pemerintah
tersebut tidak mencukupi/kurang.
8. Bersedia mengikuti seluruh rangkaian kegiatan SL-PTT.
G. Bantuan SL-PTT.
Guna mendukung pelaksanaan SL-PTT padi inbrida sawah,
padi pasang surut, padi rawa lebak, padi hibrida, padi inbrida
lahan kering, jagung hibrida dan jagung komposit, sebagai
stimulan direncanakan mendapat sarana produksi (pupuk
urea, pupuk NPK, pupuk organik, kapur pertanian,
herbisida), sedangkan pertemuan kelompoktani,
insentif/bantuan transport bagi petugas pendamping
(petugas dinas dan aparat) dan papan nama diberikan pada
setiap 25 ha dalam kawasan 1.000 ha baik kawasan
pertumbuhan, pengembangan dan pemantapan.
Adapun plafon bantuan saprodi secara rinci sebagai berikut :
1. Areal Laboratorium Lapangan (LL) pada kawasan
pertumbuhan, pengembangan, dan pemantapan
57
70. mendapatkan bantuan saprodi (urea, NPK, pupuk
organik, herbisida dan kapur pertanian).
2. Areal SL di luar LL pada kawasan pertumbuhan dan
pengembangan mendapatkan bantuan saprodi yang
volume dan jenisnya tidak sebesar pada lokasi LL.
Kekurangan saprodi agar dapat dipenuhi secara
swadana.
3. Areal SL di luar LL pada kawasan pemantapan tidak
mendapatkan bantuan saprodi. Untuk itu saprodi pada
areal tersebut diharapkan dapat disediakan melalui
swadana dan/atau dari sumber-sumber lainnya.
Pengunaan saprodi (volume dan jenisnya) di tingkat
lapangan disesuaikan dengan kondisi di masing-masing
daerah (spesifik lokasi) dan telah disetujui oleh PPL, BPTP,
Dinas Pertanian Kabupaten/Kota dan BPTP Provinsi
setempat.
Untuk lebih jelasnya, plafon stimulan/bantuan saprodi untuk
pelaksanaan SL-PTT Padi dan Jagung Tahun 2013 dapat
dilihat pada Tabel 10 berikut ini :
58