1. ARTIKEL
KEARIFAN LOKAL DALAM PEMBANGUNAN LINGKUNGAN DI DESA
NGADISARI KAB. PROBOLINGGO DAN DESA WONOKITRI KAB. PASURUAN
ABSTRACT
Local wisdom covered many aspects of human lives, including environment. And also
environment are divided into three section, there is abiotic, biotic and cultural environment.
At the end, the preservation of nature are really influenced by human as the local wisdom
creator and adapted from environment they were lived.
Keyword : local wisdom, environment, human
ABSTRAK
Kearifan lokal mencakup berbagai aspek kehidupan, diantaranya lingkungan. Lingkungan
sendiri terbagi atas lingkungan abiotik, biotik dan kultural. Maka pada akhirnya, kelestarian
alam sangat dipengaruhi oleh manusia sebagai penggagas kearifan lokal yang menjadi
adaptasi dari lingkungan kehidupan mereka.
Kata Kunci : kearifan lokal, lingkungan, manusia
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia merupakan Negara multikultural yang tersebar di seluruh pulau dan terbesar
di dunia. Wilayah NKRI yang berbentuk kepulauan ini memperkaya kebudayaan yang
berbeda satu sama lainnya. Manusia Indonesia terisolasi secara alamiah oleh keadaan
alamnya yang beragam mulai dari pegunungan, dataran tinggi, dataran rendah, hingga pesisir.
Semuanya lengkap menjadi sebuah keanekagaraman alam yang tak ternilai harganya.
Keadaan alam yang demikianlah yang menciptakan keanekaragaman antara manusia
dengan budayanya dari satu daerah dengan daerah lain di Indonesia. Tercatat lebih dari 300
suku dan 500 bahasa ditemukan dari 1700-an pulau di Negara bekas jajahan Belanda ini.
Manusia Indonesia memang telah dikenal luas oleh para petualang dunia. Tidak terhitung lagi
berapa banyak catatan mengenai budaya, nilai dan adat juga kecerdasan nenek moyang kita.
Maka keanekaragaman dan kekayaan budaya beserta karya mereka dalam bentuk fisik,
menjadi warisan kebudayaan yang tinggi dan harus dilestarikan. Untuk mencapai usaha
pelestarian tersebut, kita sebagai warga Indonesia dan intelektual muda, memiliki keharusan
untuk mempelajari kebudayaan bangsa ini secara komprehensif dan terintegrasi sehingga
menjadi arsip dan catatan sejarah nantinya. Mempelajari budaya bangsa berarti mempelajari
diri sendiri dan berperan aktif dalam upaya pelestarian kebudayaan itu sendiri sehingga akan
lahir pemahaman untuk dapat bersikap toleransi terhadap perbedaan-perbedaan kebudayaan
yang ada.
Budaya tersebut berwujud pada nilai dan norma yang diakui dan dianut oleh
masyarakat sebagai suatu kebenaran. Kebudayaan kemudian menghasilkan kearifan lokal.
Kearifan lokal mencakup gagasan-gagasan, nilai-nilai, pandangan-pandangan setempat yang
bersifat bijaksana, penuh kearifan, bernilai baik, yang tertanam dan diikuti anggota
masyarakatnya atau dalam bahasa Inggris disebut Local wisdom.
2. Dari sekian banyak budaya dan kearifanlokal, yang dapat kita jangkau dan cukup
populer di masyarakat luas adalah budaya Suku Tengger di Bromo, Jawa Timur. Suku
Tengger mendiami 3 wilayah Kabupaten di Jawa Timur yaitu Kabupaten Pasuruan,
Probolinggo dan Malang. Wilayah ini dibatasi oleh topografi pegunungan Tengger dengan
puncak tertinggi yaitu Gunung Semeru. Gunung Semeru juga merupakan gunung tertinggi di
pulau Jawa. Selain itu gunung yang terkenal adalah Gunung Bromo. Bromo merupakan
trademark kekayaan dan keunikan alam Jawa Timur dimana terdapat gunung tandus dengan
lautan pasir yang mengelilinginya.
Keindahan tersebut ditambah dengan kearifan lokalnya yang sangat unik untuk kita
pelajari. Fakta-fakta, berita-berita sampai visualisasi kawasan Tengger di media massa telah
menjadi penarik hati untuk semua orang agar langsung mendatangi dan melihat sendiri
keluhuran budaya Tengger.
Pada rangkaian Praktek Kerja Lapangan ini, perjalanan kami menuju Bromo – Tengger
membawa sebuah tujuan, yaitu dapat mengenali kearifan lokal disana dan menyerap segala
nilai-nilai luhur masyarakatnya sehingga kita dapat menambah perbendaharaan pengetahuan
yang luas mengenai kearifan lokal masyarakat Tengger. Fokus utama pada kearifan lokal ini
diarahkan pada pembangunan masyarakat untuk Bangsa Indonesia dalam perspektif
lingkungan.
Dalam hal ini, nilai dan norma yang mereka yakini, akan digunakan searif dan
sebijaksana mungkin dalam melihat dan memperlakukan alam. Bagaimana suku tradisional
ini dapat selaras dengan alam, sehingga kehidupan mereka dapat tercukupi walaupun jauh
dari modernitas.
Tujuan
1.)Untuk dapat mengetahui perbedaan lingkungan abiotik di Desa Ngadisari dan Desa
Wonokitri 2.)Untuk dapat mengetahui perbedaan lingkungan biotik di Desa Ngadisari dan
Desa Wonokitri 3.) Untuk dapat mengetahui perbedaan lingkungan kultural di Desa
Ngadisari dan Desa Wonokitri.
Metode Penelitian
Bahan yang digunakan
1. Peta RBI
2. GPS
3. Instrument
4. Digital Camera
5. Alat tulis
6. Program SPSS ver.16
Metode Penelitian
Populasi dan Sampel
Populasi
Populasi dalam objek penelitian kami yaitu Masyarakat Suku Tengger Di Desa
Wonokitri dan Desa Ngadisari.
Sampel
Sampel dalam objek penelitian kami yaitu 103 responden masyarakat Suku Tengger
di Desa Ngadisari Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo dan 48 responden
3. masyarakat Suku Tengger di Desa Winokitri Kecamatan Tosari, Kabupaten Pasuruan.
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Metode wawancara atau Interview
Dalam melakukan wawancara atau interview kami melibatkan seluruh anggota
kelompok untuk melakukan wawancara kepada masyarakat sekitar dengan
menggunakan pedoman wawancara atau intrumen
2. Studi literatur
Studi literatur digunakan untuk mencari data sekunder yang mendukung
permasalahan penelitian yang bersumber dari buku-buku dan data dari lembaga
maupun sumber lain yang terkait.
Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Dalam penenelitian ini langkah-langkah teknik pengolahan data yang kami lakukan
yaitu:
1. Editing
Dalam tahap ini kami meneliti kembali data yang telah terkumpul untuk
mengetahui data yang ada cukup baik dan dapat segera disiapkan untuk keperluan
proses selanjutnya.
2. Pengkelompokan
Dalam tahap ini apabila editing sudah selesai, dan dapat dikatakan bahwa data
dipandang cukup rapi untuk menghasilkan data yang baik dan lengkap, selanjutnya
dilakukan pemberian pengelompokan pada setiap data yang termasuk dalam kategori
kelompok yang sama
HASIL DAN PEMBAHASAN
Lingkungan Biotik
Lingkungan biotik merupakan unsur ekologi yang bersifat hidup dan terdiri dari
mahluk hidup (hewan, tumbuhan dan manusia). Lingkungan biotik merupakan lingkungan
yang keberadaannya bersifat ditentukan, atau terikat oleh kondisi lingkungan abiotik yang
terbentuk disuatu daerah. Namun juga keberadaan unsur biotik ini persebarannya bisa
dilakukan oleh unsur biotik lainnya, denga syarat kondisi lingkungan abiotiknya hampir sama
dengan kondisi sebelumnya.
Desa Ngadisari
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa desa Ngadisari ini dulunya
meupakan kawasan hutan campuran yang didominasi oleh pohon cermara, namun setelah
dijadikan kawasan aktivitas manusia, maka sekarang ini daerah dengan luas keseluruhan
775,3 Ha itu hanya memiliki kawasan hutan seluas 276 Ha. Sebagian besar wilayah di desa
Ngadisari ini digunakan untuk tegalan, yaitu seluas 456 Ha. Keberadaan tegalan yang begitu
luas ini, memang berkorelasi dengan sumber matapencaharian utama di daerah ini, yaitu
4. sebagai petani. Dari jumlah penduduk yang sebanyak 1548 penduduk, sekitar 1151 penduduk
atau sekitar 74,35 % -nya merupkan petani, dengan rincian, petani sekaligus pemilik lahan
sebanyak 1114 penduduk dan buruh tani sebanyak 37 penduduk. Hal tersebut menunjukan
bahwa kesejahteraan cukup terbangun dari pemanfaatan lahan sebagai lahan tanam tanaman.
Desa Wonokitri
Tidak jauh berbeda dengan daesa Ngadisari, pada awalnya desa Wonokitri juga
merupakan kawasan hutan campur yang didominasi oleh pohon cemara. Hal tersebut
memang jelas terlihat ketika melakukan perjalanan ke Wonokitri, disepanjang jalan terlihat
pohon cemara. Namun, agak berbeda dengan desa Ngadisari, lahan hutan di daerah
Wonokitri ini memang masih mendomonasi, yaitu seluas 887,20 Ha dari total luas wilayah
Wonokitri, yaitu 1.120,98 Ha. Dari jumlah responden yang ada, yaitu sekitar 48 penduduk,
sekitar 85,42 % -nya adalah petani atau berjumlah sekitar 41 penduduk. Sebagai pembanding,
dari data monografi ada sekitar 95 % dari jumlah penduduk bermtapencaharian petani dan
buruh tani.
Lingkungan Abiotik
Desa Ngadisari
Iklim
Faktor abiotik yang sangat berpengaruh terhadap suatu daerah adalah faktor klimatis karena
menjadi medium atau substrat dalam keberlangsungan makhluk hidup.
Adapun penggolongan iklim menurut Junghuhn, dimana faktor altitude menjadi
parameternya. Berdasarkan hasil pengukuran data ketinggian menggunakan Global
Positioning System (GPS), desa Ngadisari terletak di ketinggian ± 2.211 mdpl, dengan data
tersebut maka dapat disimpulkan daerah Ngadisari termasuk ke dalam daerah beriklim sejuk
dengan vegetasi yang lazim di temukan seperti sayuran yang di manfaatkan oleh warga
sekitar sebagai mata pencaharian mereka sebagai petani sayuran. Berikut gambar penampang
secara horizontal daerah Ngadisari.
Tanah
Secara Edafis, dalam hal ini tanah, daerah Ngadisari termasuk ke dalam zona daerah
tanah vulkanik dengan jenis Andosol, karena terkait oleh kondisi fisis (geologis) dimana
faktor gunung api memegang kunci penting dalam pembentukkan tanah.Faktor tanah ini
sangat mempengaruhi faktor kesuburan tanah, dimana nutrien serta mineral-mineral yang
terkandung dalam tanah sangat diperlukan oleh tanaman. Tanah vulkanik biasanya banyak
mengandung mineral yang mudah lapuk dan kaya akan unsur hara makro (K, Ca, Mg, dsb)
yang dibutuhkan banyak oleh tanaman. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika di daerah
Ngadisari, penggunaan lahan yang dominan adalah pertanian.
Topografi
Ditinjau dari Topografi, daerah desa Ngadisari di dominasi oleh dataran tinggi karena
berada dalam kaldera Gunung Tengger. Selain daripada itu, daerah perbukitan pun
mendominasi di desa Ngadisari.Pengaruh topografi di daerah desa Ngadisari ini adalah
berkaitan dengan sarana transportasi. Kuda, mobil hard-top, serta motor adalah mayoritas
sarana transportasi yang banyak ditemukan di daerah desa Ngadisari. Tujuan utamanya
5. adalah sarana transportasi tersebut merupakan sarana transportasi yang kuat untuk medan di
desa Ngadisari pada khususnya.
Desa Wonokitri
Iklim
Faktor abiotik yang sangat berpengaruh terhadap suatu wilayah adalah faktor klimatis
karena sangat mempengaruhi dalam keberlangsungan makhluk hidup. Berdasarkan data curah
hujan yang diperoleh dari data monografi desa Wonokitri curah hujan per tahun yaitu
2200mm / tahun dengan suhu maksimal mencapai 23°C dan suhu minimum mencapai 16°C.
desa Wonokitri berada pada ketinggian 1900 mdpl sehingga dapat disimpulkan daerah
Wonokitri termasuk pada daerah yang beriklim sejuk yang sangat cocok untuk kegiatan
pertanian terutama sayuran.
Tanah
Secara Edafis, dalam hal ini tanah, daerah Wonokitri termasuk ke dalam zona daerah
tanah vulkanik dengan jenis Andosol, karena terkait oleh kondisi fisis (geologis) dimana
faktor gunung api memegang kunci penting dalam pembentukkan tanah tersebut. Faktor
tanah ini sangat mempengaruhi kesuburan tanah, dimana nutrien serta mineral-mineral yang
terkandung dalam tanah sangat diperlukan oleh tanaman. Tanah vulkanik biasanya banyak
mengandung mineral yang mudah lapuk dan kaya akan unsur hara makro (K, Ca, Mg, dsb)
yang dibutuhkan banyak oleh tanaman. Oleh karena itu, pengunaan lahan yang terdapat di
daerah Wonokitri banyak di dominasi oleh hutan dan areal pertanian.
Topografi
Ditinjau dari Topografi, daerah desa Wonokitri di dominasi oleh dataran tinggi dan berbukit
sampai bergunung dengan kemiringan lereng ± 40% karena berada pada kawasan gunung
Bromo. desa Wonokitri ini adalah berkaitan dengan sarana transportasi. Kuda, mobil hard-
top, serta motor adalah mayoritas sarana transportasi yang banyak ditemukan didesa
wonokitri. Tujuan utama transportasi tersebut untuk memudahkan masyrakat setempat dalam
melakukan perjalanan dan sesuai dengan kondisi topografis di desa Wonokitri pada
khususnya.
Lingkungan Kultural
Desa Ngadisari
Bentuk-bentuk kearifan lokalyang terdapat di Desa Ngadisari dapat berupa: nilai,
norma, etika, kepercayaan, adat-istiadat, hukum adat, dan aturan-aturan khusus. Sistem nilai
kehidupan sehari-hari yang ada di desa Ngadisari diatur oleh ketentuan adat berupa aturan-
aturan adat dan hukum adat yang berfungsi sebagai sistem pengendalian sosial dalam
masyarakat. Aturan-aturan adat yang harus ditaati masyarakat Suku Tengger antara lain: 1.
Tidak boleh menyakiti atau membunuh binatang (kecuali untuk korban dan dimakan); 2.
Tidak boleh mencuri; 3. Tidak boleh melakukan perbuatan jahat; 4. Tidak boleh berdusta;
dan 5. Tidak boleh minum minuman yang memabukkan, masyarakat yang meminum
6. minuman memabukkan hanya digunakan sebagai penghangat tubuh saja, masyarakat
mengkonsumsinya tidak sampai menimbulkan efek mabuk.
Kegiatan gotong royong di desa Ngadisari berupa Kegiatan dalam mempersiapkan
upacara adat; kerja bakti; kegiatan dalam membangun fasilitas umum; membangun rumah
tetangga.
Kepercayaan yang dianut oleh masyarakat Desa Ngadisari adalah agama Hindu, Budha
dan Islam. Menurut penduduk yang kami wawancara mayoritas agama yang di anut di Desa
Ngadisari adalah Hindu. Bila dibandingkan jumalahnya berkisar 100:1, 100 yang beragama
Hindu sedangkan 1 yang beragama Budha atau islam.
Adapun Upacara adat yang kami peroleh dari para penduduk Desa Ngadisari yaitu
sebagai berikut :
1) Upacara Adat Karo : Dilakukan pada bulan Puso, yang merupakan hari raya
terbesar masyarakat Tengger, tujuan penyelenggaraan upacara karo adalah
Mengadakan pemujaan terhadap Sang Hyang Widi Wasa dan menghormati
leluhurnya, memperingati asal usul manusia, untuk kembali pada kesucian.
2) Upacara Pujan Kapat : Jatuh pada bulan keempat menurut tahun saka, bertujuan
untuk memohon berkah keselamatan serta selamat kiblat, yaitu pemujaan terhadap
arah mata angin.
3) Upacara Pujan Kawolu : Jatuh pada bulan kedelapan tahun saka. Masyarakat
mengirimkan sesaji ke kepala desa, dengan tujuan untuk keselamatan bumi, air, api,
angin, matahari, bulan dan bintang.
4) Upacara Pujan Kasanga : Jatuh pada bulan sembilan tahun saka. Masyarakat
berkeliling desa dengan membunyikan kentongan dengan membawa obor. Tujuan
upacara ini adalah memohon kepada Sang Hyang Widi Wasa untuk keselamatan
Masyarakat Tengger.
5) Upacara Pujan Kasada : Upacara ini disebut juga sebagai Hari Raya Kurban.
Biasanya lima hari sebelum upacara Yadnya Kasada.
6) Upacara Bari’an : Upacara ini dilakukan setelah terjadi bencana alam, dilaksanakan
5-7 hari setelah bencana itu terjadi. Upacara Bari’an juga dilaksanakan sebagai
wujud ungkapan syukur kepada Sang Hyang Widi.
7) Upacara Unan-unan : Diadakan hanya setiap lima tahun sekali. Tujuannya untuk
melalukakan penghormatan terhadap Roh Leluhur. Dalam upacara ini selalu
diadakan penyembelihan binatang ternak yaitu Kerbau. Kepala Kerbau dan kulitnya
diletakkan diatas ancak besar yang terbuat dari bambu, diarak ke sanggar pamujan.
8) Upacara Entas-entas : Dimaksudkan untuk menyucikan arwah (roh) orang yang
telah meninggal dunia supaya orang tersebut masuk surga, dilakukan pada hari ke
1000 setelah orang tersebut meninggal.
Jenis kesenian yang ada di Desa Ngadisari yaitu orkes, jaran kepang, tayob, reog
singamata, kuda lumping, tari sodoran, tarian roro anteng dan joko seger, dan kupang.
Untuk pakaian adat mereka menggunakan beskap,celan panjang hitam,dua kain
berwarna kuning (Kampuh).
Desa Wonokitri
7. Pola kehidupan sosial budaya masyarakat Suku Tengger Desa Wonokitri
bersumber dari nilai budaya, religi dan adat-istiadat setempat yang merupakan bentuk
nilai-nilai kearifan lokal, salah satunya adalah kearifan lokal dalam pemanfaatan ruang
dan upaya pemeliharaan lingkungan. Dengan adanya kearifan lokal yang masih relevan
diaplikasikan untuk melestarikan dan menjaga keberlanjutan Desa Wonokitri
menjadikan Desa Wonokitri menarik untuk ditelaah lebih lanjut.
Partisipasi mengikuti kegiatan adat di desa wonokitri penduduknya bisa di
datakan sangat berpartisipasi, karena dari 48 responden, 45 responden menyatakan
bahwa mereka ikut berpartisipasi dalam kegiatan adat atau dengan kata lain 93.75%
penduduknya ikut berpartisipasi dalam kegiatan adat sitiadat, kegiatan adat istiadat
yang mereka ikuti beragam seperti:adat Pujan, Tari Sodoran, Karo Kasadha, dan Hari
Raya Nyepi.
Jenis Upacara adat yang bias terlihat di desa wonokitri diantaranya adalah
Kosodo, Karo, Entas-entas/Ngaben, Kasadha, Gulungan kuningan, Seraswati, Bucan,
Yadhya Kasadha, Tabur benih, dan Hari Raya Nyepi.
Jenis Kesenian yang memiliki nilai adat di desa wonokitri diantaranya adalah
kesenian yang dipentaskan pada upacara karo, entes-entesan, kasodo, tumpang hasil
panen, tari sodoran, lalu tumpeng hasil panen, ujung-ujung, seni tayub, sodor. Reog,
tari kepang, kuda lumping, pukul rotan.
Jenis makanan adat yang di miliki atau ada di desa wonokitri antara lain seperti
Tumpeng, Janur, kupat, tompo, aron atau nasi jagung, sayur semen, olahan babi, nasi
empok, serundeng, mondol, canang dan sesaji.
Pakaian adat yang ada di desa wonokitri tentu terkait kegiatan adat istiadat yang
ada di desa tersebut, adapun pakaian adat yang tersedia yaitu: kebaya, baju hitam,
sarung, ikat kepala, seweyan, sempetan, udeg, kampo, juri juri, pakaian lurik.
Benda sakral yang ada di desa wonokitrai antara lain keris, patung-patung pura,
puden, blangkon, rotan panjang, gayung (tanduk kerbau), tombak.
Tata kelola (kelembagaan) pada suatu masyarakat merupakan salah satu bentuk
kearifan lokal, berperan sebagai sistem kemasyarakatan yang mengatur struktur hirarki
sosial dan kelompok masyarakat. Tata kelola (kelembagaan) pada suatu masyarakat
tertentu dapat berupa organisasi adat yang terdiri dari beberapa kelompok adat.
Demikian halnya yang terdapat pada Suku Tengger Desa Wonokitri, dimana terdapat
organisasi adat yang bertugas mengelola kehidupan masyarakat yaitu lembaga pemuka
agama dan lembaga dukun adat.
KESIMPULAN
Terdapat perubahan pada keadaan lingkungan di Desa Ngadisari dan Desa Wonokitri dari
lingkungan biotik asli ke lingkungan biotik buatannya dan tidak terdapat perbedaan yang
signifikan antara lingkungan abiotik, biotik serta kultural di kedua desa tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
_______. Budaya. [Online]. Tersedia: http://id.wikipedia.org [Juni 2012]
_______.(2011). Budaya Suku Tengger. [online]. Tersedia:
http://wartawarga.gunadarma.ac.id [ Juni 2012]
_______.(2009). Konteks Ekolgi Kebudayaan Manusia. [online]. Tersedia:
8. http://konsultasikehidupan.wordpress.com [Juni 2012]
_______. (2011). Lingkungan Hidup. [online]. Tersedia: : http:// Geografi.blogspot.com
[ Juni 2012]
_______ Lingkungan Hidup. [online]. Tersedia : http://ameliamesmerised.blogspot.com
[ Juni 2012]
_______. Lingkungan alam dan buatan. [online]. Tersedia: www.crayonpedia.org
[Juni 2012]
_______. (2011). Pengertian Lingkungan Sosial. [Online]. Tersedia:
http://riowinestu.blogspot.com [Juni 2012]
_______. (2011). Pengertian Kearifan Lokal. [online]. Tersedia:
http://naninorhandayani.blogspot.com [Juni 2012]
_______. Seni Budaya Jawa Timur. [online]. Tersedia : http://infosenijatim.blogspot.com [
Juni 2012]
_______ Suku Tengger. [online]. Tersedia: http://eka-yunita-ekayunita.blogspot.com [Juni
2012]
_______. Suku Tengger. [online] Tersedia http://id.wikipedia.org [Juni 2012]. [Online].
Tersedia : http:// arisnsz.wordpress.com[ Juni 2012]
_______. (2010).Suku Tengger. [Online]. Tersedia: http://d16do.blogdetik.com/about-suku-
tengger/ [ Juni 2012]
_______. (2012). Teori Determinase Lingkungan dalam Ekologi Budaya. [online]. Tersedia
http://muhsholeh.blogspot.com [Juni 2012]
_______. Tersedia: http://ariefsz.blogspot.com [Juni 2012]
_______. Tersedia:http://www.pustakasekolah.com [ Juni 2012 ]
_______. Tersedia: http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Tengger [ Juni 2012 ]