6. Kebenaran adalah…
adalah…
• Kata Yunani untuk kebenaran
adalah alètheia, yang artinya:
alètheia, artinya:
“ketaktersembunyian adanya”
atau ”ketersingkapan adanya”.
”ketersingkapan adanya”.
• Kita belum berjumpa pada
kebenaran jika “adanya” masih
adanya”
tersembunyi.
tersembunyi.
7. Perlu untuk dipahami…
• Salah satu ciri umum dari “yang-ada” ialah bahwa
“yang-ada“ itu benar.
• “Yang-ada” memiliki kebenaran sebagai sifat
transendental.
• “Yang-ada” dalam hubungan dengan intelek atau akal
budi, menjelma menjadi kebenaran.
• Kebenaran merupakan atribut atau sifat dari yang-ada
dalam kaitan dengan pemahaman.
• Kebenaran tidak ada artinya lagi jika dilepaskan dari
subyek yang mengetahui.
• Jadi kebenaran merupakan atribut yang bersifat relatif.
8.
9. “ens et verum convertuntur”
• Truth and reality are convertible
• Kalau ada sejauh yang-ada itu benar,
maka yang-ada dan kebenaran itu identik.
Lalu bagaimana
dengan misalnya
uang palsu?
Semua yang-ada
benar, dengan
determinasinya dan
dasar keberadaannya.
Yang-ada tidak ada
yang palsu.
10. Tiga rumusan tentang kebenaran
dari Thomas Aquinas:
• Adaequatio rei et intellectus
– Adekuasi atau kesesuaian antara realitas
dan intelek.
• Convenientia entis ad intellectum
– Konveniensi yang-ada pada intelek..
• Cognitio est veritatis effectus
– Pengetahuan atau pernyataan merupakan
akibat dari kebenaran.
11. Apakah ini benar sapi?
Ya benar, karena ada kesesuaian antara realitas dan intelek
13. Apakah ini benar kereta api?
Tidak benar, karena tidak ada kesesuaian antara
realitas dan intelek. Intelek anda merasa tidak sesuai
jika saya menyatakan ini adalah kereta api, karena
Anda punya pengetahuan tentang kereta api.
14. Convenientia entis ad intellectum
UFO? Itu
adalah balon
udara…
Tidak terjadi kecocokan Tidak benar
15. Cognitio est veritatis effectus
• Pengetahuan atau pernyataan merupakan
akibat dari kebenaran.
Kemarin saya
melihat sundel
bolong..!
Sungguh, itu
Saya sekarang
benar dan saya mengetahui dan
tidak bohong menyatakan bahwa
sundel bolong itu
benar ada
16. Kebenaran dan Pengetahuan
Realitas Intelek
Benar
Tahu
Jika Anda tahu, maka Anda tahu mana yang benar
18. Realitas terbuka untuk dikenal
• Omne ens est intelligibile, tiap
kenyataan terbuka untuk dikenal.
• Sifatnya transendental yang berarti
seluas segala kenyataan
19. Dua sikap ekstrem
Pertanyaan mengenai kebenaran berkaitan
dengan dua sikap ekstrem:
• 1. Pesimisme: Orang tidak percaya akan
kemampuan akal budi manusia untuk
memahami kebenaran.
– Bentuk pesimisme: skeptisisme, fenomenisme dan
agnostisme.
• 2. Optimisme yang berlebihan: sikap yang
menekankan bahwa kita mengetahui kebenaran
secara tuntas, total, langsung, jelas.
20. Cinta dan kecongkakan
• Cinta membuka dan menyediakan kehendak untuk
mendengar apa yang dinyatakan oleh kenyataan
sehingga bersedia menaati tuntutan dan kenyataan.
– Cinta membiarkan kenyataan untuk menyatakan
dirinya.
• Kecongkakan tidak bersedia mendengar apa yang
dikatakan oleh kenyataan dan memberi isi menurut
keinginannya sendiri, menolak pengabdian, menolak
ketaatan dan kebaktian terhadap kenyataan serta
cenderung untuk menguasainya.
– Sikap ini membahayakan keterbukaan bagi
kenyataan yang menyatakan diri.
22. Tiga macam kebenaran
• Kebenaran yang berkaitan
dengan etika
• Kebenaran yang berkaitan
dengan logika
• Kebenaran yang berkaitan
dengan yang-ada
23. Pengertian Benar
• Kelakuan benar kalau sesuai dengan batin
• Pengetahuan benar kalau sesuai dengan
kenyataan
• Kenyataan disebut benar karena terbuka
untuk dikenal
Gara-gara kenyataanku tidak
terbuka untuk dikenal, maka
kebenaranku dipertanyakan.
24. Kekeliruan dan kesalahan
• Kekeliruan dan kesalahan terdapat pada keputusan
(terletak pada penilaian manusia, bukan pada bendanya
sendiri). Manusialah yang membuat penilaian secara
gegabah.
• Dengan keputusan, kita mengadakan afirmasi atau
negasi mengenai sesuatu, dan bisa jatuh dalam
kekeliruan.
• Kesalahan adalah hasil dari tindakan tersebut.
• Menyadari kekeliruan belum dengan sendirinya
menemukan yang benar. Menyadari kekeliruan dan
kesalahan merupakan langkah yang tepat untuk menuju
kebenaran.
25. Sebagai penutup….
Everything depends on grasping
and expressing the ultimate
truth not as Substance but as
Subject as well.
Hegel (1807), Preface to the
Phenomenology of Spirit.