Teks tersebut membahas manfaat menjadi ketua organisasi NTUST-ISA di Taiwan. Menurut teks, menjadi ketua organisasi tersebut akan membuka banyak peluang untuk mendapatkan pengalaman dan keterampilan non-akademik (soft skills), seperti kesempatan bekerja paruh waktu di stasiun radio untuk mempromosikan Indonesia, terlibat di kantor tenaga kerja asing untuk memahami kondisi pekerja Indonesia di Taiwan, serta membantu lemb
1. kata mereka soal menjadi
President NTUST-ISA
what they say about being the
president of ISA
2. Berapa persen ilmu akademis kita terpakai waktu bekerja/ bermasyarakat?
10%? 20%? Mungkin 50%? Sisanya apa? Tentunya soft skills yang tidak kita pelajari di sekolah/ universitas.
Dengan menjadi ketua NTUST-ISA, Anda akan mendapatkan soft skills tersebut lebih dari sekedar menjadi
anggota.
Contoh nyata yang saya rasakan sewaktu menjadi ketua NTUST-ISA periode 2009-2010:
1. Karena menjadi ketua NTUST-ISA, saya mendapat kesempatan part-time di radio station sehingga bisa
memperkenalkan Indonesia kepada orang Taiwan.
2. Karena menjadi ketua NTUST-ISA, saya mendapat kesempatan terlibat di Dinas Tenaga Kerja Asing (外
勞局) untuk melihat kondisi internal instansi pemerintahan di Taiwan, sambil memahami kondisi dan
permasalahan saudara-saudara kita di Taiwan dan memikirkan solusinya. Akhirnya saya mendapat ide
untuk membuat Housekeeping service provider agar mereka tidak perlu jauh-jauh ke Taiwan, bisa
bekerja di Indonesia dengan pemasukan yang cukup.
3. Karena menjadi ketua NTUST-ISA, saya mendapat kesempatan membantu NTUST-OIA dan MOE Taiwan
sehingga setelah lulus dapat langsung tergabung di Taiwan Education Center Indonesia, dan lain
sebagainya.
Lihat, manfaat itu tidak hanya untuk Anda pribadi, tetapi juga untuk teman-teman yang Anda layani, dan
Indonesia yang Anda promosikan.
Selamat melayani teman-teman Indonesia di NTUST dan mengharumkan nama Indonesia di Taiwan, selamat
menjadi calon ketua NTUST-ISA!
-Ivan Arista
3. Katanya menjadi pemimpin itu sebuah kebanggaan. Ada yang berujar tanggung jawab itu semakin
besar ketika berada di depan. Tidak sedikit pula yang mempertanyakan, bahkan meragukan.
Pemimpin bisa saja dilahirkan, tapi juga sebuah pilihan. Dan ketika menjadi pilihan, ada banyak hal
yang dipertimbangkan, dipikirkan, serta harus dilakukan. Berat, tidak diemban dalam waktu yang
singkat, membuat jadwal semakin padat, terkadang pula membuat hati tercekat. Bagi
saya, menjadi pemimpin adalah rangkaian panjang perjalanan dan pelajaran hidup yang
dikondensasi. Dipekatkan dalam isi dan substansi. Saya belajar berlari, belajar menangisi, belajar
dicaci, belajar peduli, belajar berinteraksi. Diundang kesana kemari, dikenalkan dengan kepala
bidang ini itu dan professor ternama universitas di lain negeri. Di lain sisi, gelombang
ketidaksetujuan, ketidakpuasan, tentu saja bukan sesuatu yang bisa sepenuhnya dihindari.
Pemimpin tidak selalu disukai. Saya belajar banyak. Dari sebuah organisasi yang yakin dirinya
adalah keluarga. Dari Anda semua. Yang membuat saya yakin bahwa saya tidak berjalan tanpa
teman dan tujuan. Satu tahun dibilang singkat atau lama itu relatif. Berat atau tidak juga relatif.
Pencapaian rendah atau tinggi juga sama, relatif. Apalagi soal enak atau tidak, tambah subjektif.
Sekarang mau atau tidak, niat atau tidak.Bonus terkenal itu pasti. Lalu menambah daftar organisasi
di CV. Gitu aja kalau ndak mau repot.
-Citra
4. Sebenarnya menjadi pemimpin itu tidak ada enaknya sama sekali. Apalagi menjadi pemimpin
asosiasi seperti NTUST-ISA yang sudah dikenal cukup mentereng di Taiwan. Sekali kita
mengembannya, itu berarti harus siap keluar dari zona nyaman. Namun, dengan keluar dari zona
nyaman itu kita bisa jadi banyak belajar. Belajar tentang bagaimana harus menjadi bijak dalam
mengambil keputusan penting, bagaimana menjadi cerdas dalam menginspirasi rekan pelajar yang
lain, dan bagaimana menjadi arif dalam bersosialisasi dengan berbagai macam entitas. Memimpin
NTUST-ISA itu serasa memimpin miniatur Indonesia. Banyak pengalaman yang didapatkan dan
kenangan yang tak terlupakan. Semakin luas jaringan pertemanan dan kesempatan untuk
mengenal figur-figur penting di kampus, KDEI, dan di sekitaran.
-Hadziq