SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 33
” Diskripsi Struktur dan Organisasi Sosial di Desa Tlumpu
Kelurahan Tlumpu Kota Blitar “
Untuk memenuhi tugas mata kuliah
STRUKTUR DAN ORGANISASI SOSIAL
Yang dibimbing oleh Prof.Dr.Kliwon Hidayat,MS
Oleh:
Novi Catur Muspita
Nim: 116040400111001
JURUSAN SOSIOLOGI
PASCASARJANA FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2011
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang
Rumusan Masalah
Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
BAB III KESIMPULAN
Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk individu yang tidak dapat melepaskan diri dari hubungan
dengan manusia lain. Sebagai akibat dari hubungan yang terjadi di antara individu-individu
(manusia) kemudian lahirlah kelompok-kelompok sosial (social group) yang dilandasi oleh
kesamaan-kesamaan kepentingan bersama. Namun bukan berarti semua himpunan manusia
dapat dikatakan kelompok sosial. Untuk dikatakan kelompok sosial terdapat persyaratan-
persyaratan tertentu. Dalam kelompok social yang telah tersusun susunan masyarakatnya
akan terjadinya sebuah perubahan dalam susunan tersebut merupakan sebuah keniscayaan.
Karena perubahan merupakan hal yang mutlak terjadi dimanapun tempatnya.
Perubahan sosial adalah perubahan dalam hubungan interaksi antar orang, organisasi
atau komunitas, ia dapat menyangkut “struktur sosial” atau “pola nilai dan norma” serta
“pran”. Dengan demikina, istilah yang lebih lengkap mestinya adalah “perubahan sosial-
kebudayaan” karena memang antara manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat dipisahkan
dengan kebudayaan itu sendiri. Cara yang paling sederhana untuk mengerti perubahan sosial
(masyarakat) dan kebudayaan itu, adalah dengan membuat rekapitulasi dari semua perubahan
yang terjadi di dalam masyarakat itu sendiri, bahkan jika ingin mendapatkan gambaran yang
lebih jelas lagi mengenai perubahan mayarakat dan kebudayaan itu, maka suatu hal yang
paling baik dilakukan adalah mencoba mengungkap semua kejadian yang sedang berlangsung
di tengah-tengah masyarakat itu sendiri. Kenyataan mengenai perubahan-perubahan dalam
masyarakat dapat dianalisa dari berbagai segi diantaranya: ke “arah” mana perubahan dalam
masyarakat itu “bergerak” (direction of change)”, yang jelas adalah bahwa perubahan itu
bergerak meninggalkan faktor yang diubah. Akan tetapi setelah meninggalkan faktor itu
mungkin perubahan itu bergerak kepada sesuatu bentuk yang baru sama sekali, akan tetapi
boleh pula bergerak kepada suatu bentuk yang sudah ada di dalam waktu yang lampau.
Di dalam masyarakat terdapat Struktur sosial ialah jalinan unsur-unsur sosial yang pokok
dalam masyarakat. Unsur-unsur sosial yang pokok meliputi antara lain:Kelompok social,
Kebudayaan, Lembaga sosial atau institusi social, Pelapisan sosial atau stratifikasi social,
dan Kekuasaan dan wewenang. Unsur-unsur sosial itu dapat berubah bentuknya.
Untuk itu penulis tertarik untuk mengkaji tentang struktur dan organisasi social di Desa
Tlumpu Kelurahan Tlumpu Kota Blitar.
B. Perumusan Masalah
Beberapa rumusan masalah yang dapat dikaji dari uraian-uraian di atas antara lain:
1. Bagaimana profil Desa Tlumpu Kelurahan Tlumpu Kota Blitar?
2. Bagaimana pelapisan sosial, kelompok dan organisasi social serta lembaga institusi/
pranata serta system budaya di Desa Tlumpu Keluarahan Tlumpu Kota Blitar?
C. Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk:
1. Mendiskripsikan profil Desa Tlumpu Kelurahan Tlumpu Kota Blitar?
2. Mendiskripsikan pelapisan social, kelompok dan organisasi social serta lembaga
institusi/ pranata serta system budaya di Desa Tlumpu Keluarahan Tlumpu Kota
Blitar.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Profil
.Desa Tlumpu merupakan salah satu Desa yang termasuk di Kelurahan Tlumpu
Kecamatan Sukorejo Kota Blitar. Secara geografis, Kota Blitar terletak di sebelah selatan
Provinsi Jawa Timur, berada di kaki Gunung Kelud dengan ketinggian 156 meter dari
permukaan laut. Kota Blitar terdiri dari 3 Kecamatan dan 21 Kelurahan. Di Desa Tlumpu
memiliki terdapat Kelurahan Tlumpu yang dipimpin oleh Lurah yaitu Bapak Muheni.
Secara geografis Desa Tlumpu terletak pada posisi yang sebelah timurnya adalah
Desa Purworejo Kecamatan Sanankulon Kabupaten Blitar, sebelah baratnya adalah Desa
Rembang Kelurahan Sananwetan Kecamatan Sananwetan Kota Blitar, sebelah utaranya Desa
Balapan Kelurahan Sukorejo Kecamatan Sukorejo Kota Blitar, sebelah selatannya Desa
Bendowulung Kelurahan Sanan Kulon Kabupaten Blitar. Dalam kegiatan masyarakatnya, di
Bidang sarana terdapat fasilitas lapangan olah raga, tempat ibadah berupa masjid sejumlah 1,
mushola sejumlah 3 buah, pertokoan besar ada 1 milik orang china, serta toko-toko penyedia
kebutuhan sehari-hari ada sekitar 12 buah. Di Bidang Sosial dan Agama Ada sejumlah
kelompok Yasinan, tahlil, yang tiap malam Jumat, malam Rabu dilaksanakan secara rutin, di
Bidang Pendidikan ada SDN Tlumpu, TK Al Hidayah, TK Dharma Wanita, Paud Al
Mukarromah, dan POS PAUD yg satu koordinasi dengan POSYANDU, ada Madrasah
Diniyah, di bidang Struktur Sosial. Masyarakat sebagian besar adalah muslim sebagian
selebihnya adalah beragama kristen.
Masyarakat Desa Tlumpu terlihat perhatian terhadap kegiatan religi, masjid, mushola
selalu penuh dalam setiap kegiatan ibadah, anak-anak, remaja banyak yang ikut pendidikan
non formal di Madrasah Diniyah, termasuk yang belajar di TK dan Paud juga banyak selain
itu juga kelompok pengajian, yasinan, dan tahlil juga banyak diikuti oleh masyarakat, baik
pada tingkat remaja putra dan putri juga pada tingkat dewasa bapak-bapak dan ibu-ibu.
B. Analisa Pelapisan sosial, kelompok dan organisasi social serta lembaga institusi/
pranata serta system budaya
Di Desa Tlumpu terdapat Kelompok Sosial seperti Kelompok Yasinan, Tahlilan baik
pada tingkat remaja putra dan putri serta pada tingkat dewasa bapak-bapak dan ibu-ibu, Club
Sepak Bola Tlumpu. Pada Kelompok social tersebut terdiri dari kelompok yang memiliki
kesamaan tujuan dan agama, seperti pada Kelompok Yasinan dan Tahlil baik pada tingkat
remaja putra dan putri serta pada tingkat dewasa bapak-bapak dan ibu-ibu yang memiliki
kesamaan Agama yaitu Islam untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Alloh
SWT dan meningkatkan hubungan silaturokhim antar tetangga karena ini dilaksanakan
dengan “anjang sana” berpindah-pindah dari rumah jaamaah ke rumah jamaah lainnya.
Adapun pada Club Sepak Bola adalah suatu kelompok yang memiliki satu kesamaan hobi
dan kegemaran yaitu sepak bola. Terdapat juga Budaya berupa Budaya “terbangan”
memukul alat musik berupa yang namanya terbangan untuk menyambut dan merayakan
Aqiqoh bayi. Di sana juga terdapat intitusi sosial yang mengatur tentang pernikahan,
perdagangan, dan hubungan atau berinteraksi sesama masyarakat, pelapisan sosial juga
terdapat yaitu masyarakat terdiri dari masyarakat petani, pegawai negeri, pengusaha/ swasta,
pada kekuasaan dan wewenang terdapat Kantor Kelurahan yang memiliki wewenang dan
kekuasaan secara hukum dalam mengelola dan mengatur masyarakat di kelurahannya. Hal ini
sesuai dengan yang telah disampaikan oleh Soejono Soekamto dan para sosiolog lainnya,
adalah sebagai berikut: Struktur sosial ialah jalinan unsur-unsur sosial yang pokok dalam
masyarakat. Unsur-unsur sosial yang pokok menurut Soerjono Soekanto (1988: 8-9) meliputi
antara lain:
1. Kelompok sosial.
2. Kebudayaan.
3. Lembaga sosial atau institusi sosial.
4. Pelapisan sosial atau stratifikasi sosial.
5. Kekuasaan dan wewenang.
Unsur-unsur sosial itu dapat berubah bentuknya. Proses perubahan unsur sosial tersebut
biasanya berjalan lambat, dapat mendadak berubah dengan cepat jika terjadi peristiwa-
peristiwa seperti perang atau revolusi.
Unsur-unsur struktur social menurut James W Vander (1983) , komponen utama
stuktur social adalah: (1) Status, (2) Peranan , (3) kelompok, (4) Institusi/ lembaga social.
Dan (5) Masyarakat (society).
Adapun menurut Alvin L Belttrand (1972) unsur-unsur struktur social adalah; (1) Norma, (2)
Peranan, (3) Status/ Posisi, (4) Kelompok social, (5) organisasi social, (6) komunitas
(community), (7) Masyarakat (society)
Apabila digambarkan dalam skema adalah sebagai berikut:
Unsure-unsur struktur social
1. Norm is way of life or rule of game, Norma adalah kaidah yang mengatur masyarakat
yang seharusnya dilakukan oleh individu dalam kelompok atau masyarakat dan tidak
tertulis.
1. A role is the behavior generally expected of one who accupies a particular status,
Peranan adalah adalah perilaku umumnya diharapkan dari orang yang menempati
status tertentu.
2. A Status is a socially recognized position in a social system. Status adalah posisi
sosial yang diakui dalam sistem social.
3. Social Groups is relatively small number of people who interact with one another
over time and there by establish patterns of interaction. Kelompok social adalah
sekelompok kecil orang yang saling berinteraksi satu dengan lainnya dan membentuk
suatu pola interaksi tertentu.
4. Organisasi social adalah satu set kelompok dan organisasi dengan norma dan nilai-
nilai yang-pusat di sekitar kebutuhan paling mendasar dari masyarakat. Lembaga-
lembaga utama adalah keluarga, pendidikan, ekonomi, kesehatan dan obat-obatan,
dan Negara
5. Community adalah a groub a people having in a contiguous geographic area, having
common centers interest and activities and functioning together in the chief concern
of life.
6. Masyarakat (society ) adalah masyarakat yang tinggal di suatu wilayah tertentu,
dengan struktur sosial, dan berbagi budaya.
Kaitan antara unsur-unsur social adalah
1) Norma merupakan satu yang unsur yang biasa disimbolkan dengan simbol
segitiga
2) Role/ Peranaan dibangun oleh kumpulan norma-norma, yang disimbulkan
sebagai kumpulan segitiga.
3) Status merupakan kumpulan dari role/ peran
4) Group merupakan kumpulan dari status
5) Organisasi merupakan kumpulan dari beberapa group
6, Community merupakan kumpulan dari beberapa organisasi
7) Society merupakan kumpulan dari beberapa community.
2. Unsur system social menurut Beltrand
1, Keyakinan (pengetahuan)
2, Perasaan (sentiment)
3.Tujuan, Sasaran, dan cita-cita
4. Norma
5.Kedudukan dan peranan (status dan role)
6.Tingkatan atau pangkat (rank)
7.Kekuasaaan/ pengaruh (power)
8.Sanksi
9. Sarana/ fasilitas
10. Tekanan ketegangan (strees strain)
keterkaitan antar unsur-unsur sosial tersebut dalam kehidupan social yang menggambarkan
suatu sistem adalah: misalnya dalam kehidupan keluarga, seseorang yang membangun
kehidupan keluarga agar berlangsung secara integratif, maka: (a) harus mendasarkan pada
sistem keyakinan atau pengetahuan yang baik tentang syarat-syarat membangun keluarga
bahagia (integratif); (b) proses sosialisasi dan interaksi antar anggota keluarga (ayah, ibu dan
anak) tersebut harus berdasarkan ikatan batin yang kuat, satu keyakinan, satu perasaan atau
didasarkan pada tindakan afektif; (c) semua anggota keluarga dalam menjalin interaksi dan
sosialisasi harus berdasarkan
pada tujuan atau sasaran atau cita-cita yang telah disepakati dalam keluarga, yaitu mencapai
keluarga bahagia (keluarga yang integratif); (d) dalam membangun keyakinan, interaksi dan
untuk mewujudkan cita-cita atau tujuan keluarga, harus mendasarkan pada nilai dan norma
yang telah disepakati dalam keluarga; (e) dalam upaya mewujudkan peran atau fungsi
anggota keluarga di atas, maka harus diperhatikan keberagaman kedudukan (status) atau
lapisan status dan peranan (role) masing-masing angggota dalam keluarga; (f) dalam upaya
merealisasikan tujuan terwujudkan integrasi keluarga, maka diperlukan figus orang tua yang
melaksanakan wewenang atau kekuasaan dalam keluarga secara demokrasi; dan (g) agar
pelaksanaan pemberian layanan pendidikan pada anaka dan anggota keluarga secara baik
maka diperlukan sarana dan prasarana dengan baik dan adanya sistem control yang tegas
tetapi mendidik.
Kaitan antara system social dengan struktur social, bahwa dalam setiap struktur social
terdapat system social yang mengatur dan membingkai anggota masyarakat untuk menaati
semua aturan atau system social yang memaksa dan mengikat seluruh struktur social yang
ada di masyarakat guna untuk mencukupi dan memenuhi kebutuhan bersama masyarakat.
C. Kelompok Sosial
Kelompok Yasinan, Tahlilan baik pada tingkat remaja putra dan putri serta pada
tingkat dewasa bapak-bapak dan ibu-ibu, Club Sepak Bola Tlumpu. Pada Kelompok
social tersebut terdiri dari kelompok yang memiliki kesamaan tujuan dan agama, seperti
pada Kelompok Yasinan dan Tahlil baik pada tingkat remaja putra dan putri serta pada
tingkat dewasa bapak-bapak dan ibu-ibu termasuk kelompok sosial karena terdiri dari
lebih satu individu yang memiliki rasa solidaritas, saling mempengaruhi, dan
berhubungan, dan memberikan bermanfaat bagi anggotanya. Hal ini sesuai dengan
definisi sebagai berikut:
1. Batasan Kelompok Sosial
Kelompok sosial atau social group adalah himpunan atau kesatuan manusia yang terdiri dari
dua atau lebih individu yang hidup bersama saling berhubungan, saling mempengaruhi
dengan suatu kesadaran untuk saling tolong menolong.
2. Persyaratan Kelompok Sosial
Setiap himpunan manusia belum tentu dapat disebut sebagai kelompok sosial, baru dapat
disebut kelompok sosial apabila telah memenuhi beberapa persyaratan tertentu, yaitu:
a. Setiap anggota kelompok tersebut harus sadar bahwa dia merupakan sebagian dari
kelompok yang bersangkutan.
b. Ada hubungan timbal balik antara anggota yang satu dengan anggota yang lainnya, dalam
kelompok itu.
c. Ada suatu faktor yang dimiliki bersama oleh anggota-anggota kelompok itu, sehingga
hubungan antara mereka bertambah erat. Faktor tadi dapat merupakan nasib yang sama,
kepentingan yang sama, tujuan yang sama, ideologi politik yang sama, dan lain
sebagainya. Mempunyai musuh yang sama dapat pula menjadi faktor
pengingat/pemersatu.
d. Berstruktur, berkaidah, dan mempunyai pola perilaku. (Soerjono Soekanto, 1982: 111)
3.Terbentuknya Kelompok Sosial dan Masyarakat Luas
Terbentuk atau terjadinya perpecahan kelompok sosial sebagai akibat dari interaksi
sosial melalui komunikasi. Terjadinya interaksi yang demikian disebabkan
karenasejakdilahirkan, manusiatelah memiliki keinginan untuk menjadi satu dengan manusia
yang lain di sekelilingnya, yaitu masyarakat dan keinginan untuk menjadi satu dengan
suasana alam sekelilingnya. Hal ini juga terjadi pada kelompok social di desa Tlumpu bahwa
individu-individu menjalin interaksi yang mana ada suatu kesamaan tujuan daalam
pemenuhan kebutuhan, bias kebutuhan spiritual, psikologis, maupun fisik/ kesehatan juga ada
kebutuhan eksistensi.
Untuk dapat menghadapi dan menyesuaikan diri dengan lingkungan tersebut, manusia
mempergunakan pikiran, perasaan, dan kehendaknya. Di dalam menghadapi alam
sekelilingnya seperti udara yang dingin, alam yang kejam dan lain sebagainya, manusia
menciptakan rumah, pakaian, dan lain sebagainya. Agar fisiknya tetap sehat manusia hams
makan, untuk dapat mengambil makanan sebagai hasil dari alam di sekitarnya ia
mempergunakan akalnya, di laut manusia menjadi nelayan penangkap ikan, di hutan ia
berburu, dan sebagainya. Semua itu menimbulkan kelompok-kelompok sosial karena pada
hakikatnya manusia tidaklah mungkin hidup sendiri terisolir, karena itu ia memerlukan
kelompoknya. Dengan jalan komunikasi terjadilah stimulasi dan respons yang mendekati
tujuan, dengan menggunakan ikatan-ikatan yang dibentuknya, kebutuhan hidupnya akan
terpenuhi. Hal demikian disebutkan bahwa kelompok sosial terbentuk karena adanya
kebutuhan sosial manusia karena ia mempunyai kebutuhan pribadi. Dalam kehidupan sehari-
hari, manusia dapat menyesuaikan dirinya dengan keadaan, sehingga perbedaan antara
kepentingan pribadi dan kepentingan sosial hampir bahkan kadang, sama sekali- tidak
tampak. Karena manusia yang bekerja adalah manusia yang sekurang-kurangnya berusaha
untuk mempertahankan hidupnya, sedangkan jumlah terbesar kebutuhannya terletak di luar
dirinya, maka manusia menjadi makluk sosial dan karenanya berkomunikasi. Sebagai
konsentrasinya, maka terjadilalah integrasi atau pembentukan kelompok sosial dengan
kehidupan yang lebih langgeng.
Emile Durkehim melihat pengelompokan manusia dari segi organisatorik fungsional.
Bentuk mekanik merupakan bentuk yang naluriah ditentukan oleh pengaruh-pengaruh
pertama terhadap manusia, yaitu ditentukan oleh ikatan geografik, biogenetik, dan keturunan
lebih lanjut. Ikatan pengelompokan dalam bentuk ini hanya mencapai taraf solidaritas
mekanik. Berbeda halnya dengan ikatan pengelompokan bentuk kedua, yaitu bentuk
organisatorik fungsional yang merupakan hasil dari kesadaran manusia, hasil dari keinginan
yang rasional. Dalam bentuk pertama ditemukan integrasi normatif (berdasarkan ikatan
norma); dalam bentuk kedua terbentuk integrasi yang merupakan hasil dari disiplin,
peraturan-peraturan resmi bahkan undang-undang. Ferdinand Toennies menyebutkan bentuk
pertama Geminschaft dan bentuk yang kedua Gesellscaft (Doyle Paul Johnson, 1988:181).
Selain daripada bentuk kelompok sesuai dengan ikatan naluriah otomatik dan organisatorik
fungsional, masih dikenal bentuk-bentuk kelompok yang etnosenthk dan xenosentrik.
Kelompok etnosentrik dimaksudkan adalah kelompok yang memegang teguh norma-
normanya, mengusahakan penjauhan dari kelompok-kelompok lain agar interpenetrasi dari
kebudayaan dapat dihindari sebanyak mungkin. Biasanya kelompok yang etnosentrik,
merupakan kelompok yang statis dan hidup dalam isolasi. sebaliknya kelompok xenosentrik
ialah kelompok lawan ekstrim dari kelompok etnosentrik, sehingga lebih menyukai
kebudayaan dari luar kelompok daripada dari kelompoknya sendiri. Keadaan hidup pada
umumnya menunjukkan keadaan kelompok di antara kedua kutub ekstrim ini.
Alvin Boskoff (1962: 3) melihat kelompok terutama dalam ikatan kehidupan kota,
berpendapat bahwa setiap bentuk ikatan ditentukan oleh keadaan lingkungan serta
penyesuaian diri manusia dengan lingkungan hidup ini. Dengan demikian, setiap
pembentukan kelompok merupakan hasil eksperimen masyarakat/kelompok yang
bersangkutan, yaitu hasil dari pengalaman yang dapat digolongkan kedalam bidang-bidang
praktikal, intelektual, dan emosi. Terbentuknya masyarakat luas atau komunitas dapat terjadi
karena adanya interaksi sosial antara anggota atau kelompok sosial melalui beberapa hal,
antara lain:
a. Melalui pertukaran pengalaman tentang pengetahuan, keterampilan teknikal,
organisasi sosial dan mengenai wilayah mereka masing-masing.
b. Melalui adanya kebutuhan yang sama dalam bentuk biologi, nilai-nilai, dan tujuan
yang diajarkan oleh kebudayaan.
Sehubungan dengan faktor pertukaran pengalaman yang dapat membentuk masyarakat luas
atau komunitas. Alvin Boskoff (1962: 4) menyebutkan bahwa setiap interaksi akan berjalan
sesuai dengan sifat karakter dari kelompok asalnya. Di lihat dari proses pembentuka
masyarakat luas ini, dari kelopok aslinya terjadilah bentuk-bentuk dan fase perluasan
kelompok, yaitu:
a. Tingkat kelompok kecil {=group level).
b. Tingkat community level (=regional level).
c. Tingkat regional {=regional level).
d. Tingkat nasional (=societal level).
4.Intra-planetery society (=masyarakat dunia).
Klasifikasi tentang tahap-tahap terbentuknya masyarakat luas atau komunitas melalui
proses pembentukan kelompok-kelompok dan sub kelompok, Mc Iver dalam bukunya The
elements of Social Sciences (1956) menyebutkan bahwa perkembangan yang dilalui oleh
setiap masyarakat (luas) adalah melalui tahap pembentukan kebudayaan. Sebagai tahap
terendah adalah masyarakat desa (village community) yang telah melalui suatu tahap proses
pematangan dan mencapai tingkat kebudayaan yang cukup tinggi. Pada fase berikutnya, ialah
fase pembentukan ikatan kota (city community) dan fase pembentukan masyarakat bangsa
(nation community) yang memudahkan pengertian dalam ikatan-ikatan internasional (Astrid
Susanto, 1985:46). Menurut Mc Iver (Astrid Susanto, 1985: 47) ciri-ciri khas dari ikatan
hidup pedesaan sebagai tahap terendah dari perkembangan yang dilalui suatu masyarakat luas
atau koinunitas adalah:
Bentuk kesatuan lebih jelas apabila diadakan perbedaan antara hak milik (apa yang ada dalam
rumah seseorang) pribadi dan milik penggunaan (biasanya tanah). Walaupun tanah sering
merupakan milik desa, akan tetapi kepada penduduknya diberikan hak pakai, selama
dipergunakan. Selanjutnya dalam ikatan desa anggota masyarakat sudah dapat mengharapkan
adanya perlindungan dari sesama anggota masyarakatnya, dan inilah permulaan dari awal
prinsip kegotong-royongan sebagaimana dikenal di Indonesia yang terjadi dari adanya hak
pakai atas tanah/milik desa.
Mulai adanya ikatan politik (dalam arti luas) dimana dalam ikatan desa biasanya
kepala keluarga menjadi anggota dari rapat desa. Dalam masyarakat desa pemerintahannya
memiliki batas-batas tertentu yang berusaha untuk memenuhi kebutuhan anggotanya secara
mandiri. Kemudian adat ditentukan oleh sesepuh setempat, demikian pula tentang hal-hal
yang diperlukan para anggota masyarakat sehari-harinya.
Struktur ekonomi desa biasanya terisolasi dari lingkungan ekonomisekitarnya
walaupun gejala ini semakin hari semakin berkurang. Desa yang satu secara ekonomik
biasanya terpisahkan dari desa yang lain tetapi tetap merupakan satu kesatuan. Mengenai
pembagian pekerjaan sedikit sekali, kecuali pekerjaan bertani, sehingga terbanyak pekerjaan
yang dilakukan adalah di rumah sendiri. Kesadaran akan nilai uang masih minim, biasanya
yang terjadi adalah sifat barter, sistem perkreditan kurang dipahami oleh penduduk desa;
peningkatan taraf hidup desa biasanya terjadi apabila suatu desa dengan mendadak
dihubungkan dan menikmati kemajuan teknologi melalui hubungan transportasi dan
kemunikasi dengan kota-kota terdekat.
Berdasarkan penilaian historik, sosiologik, ekonomik, dan politik diketahui bahwa
pembentukan masyarakat dengan kelompoknya terjadi secara bertahap, yaitu:
(a) Ikatan darah, (b) Ikatan desa, (c) Ikatan feudal, (d) Ikatan kota, (e) Ikatan
bangsa/Negara. Hal tersebut juga berlaku pada kelompok social yang ada di Desa Tlumpu
individu-individu bersama dalam suatu kelompok social dengan ikatan desa, ikatan se agama,
ikatan memiliki hobi/ kegemaran yang sama seperti club sepak bola.
Pembagian (perkembangan) ikatan ini tidak begitu berbeda dengan Plato yang melihat
masyarakat serta perkembangannya melalui tahap-tahap:
a) Masyarakat pengembara
b) Masyarakat ikatan desa
c) Masyarakat ikatan negara-kota
Menurut Plato ikatan masyarakat negara-kota (dahulu negara hanya terbatas pada satu kota
perdagangan saja), mencerminkan tingkat kebudayaan manusia yang tinggi, tersempurna dan
yang paling mungkin dicapai di dunia ini. Berbeda dengan Mac Iver yang hidup dalam abad
ke-20, Plato berpendapat bahwa tujuan negara ialah mendekatkan manusia dengan Eidos,
sedangkan Mac Iver melihatnya dari segi ekonomi dan politik.
Sehubungan dengan pembentukan masyarakat di atas, berikutnya Mac Iver dalam tulisannya
The Elements of Social Sciences (1956) menjelaskan bahwa pada masyarakat modern, ikatan
masyarakatnya terbagi pada:
a) Ikatan komunitas (kelompok kecil).
b) Ikatan asosiasi.
c) Ikatan institusi (lembaga). (Astrid Susanto, 1985: 50)
Ikatan komunitas ialah ikatan berdasarkan hal-hal yang mencakup dan memenuhi sebuah
kehidupan dan kebutuhan sosial manusia; ikatan asosiasi merupakan suatu ikatan
yangdifokuskan pada beberapa/satu tujuan tertentu.
Ikatan institusi merupakan ikatan yang terjadi karena peraturan-peraturan yang telah
dilembagakan, hal mana berarti bahwa mungkin saja perangkat peraturan dibuat oleh suatu
lembaga ataupun karena suatu kebiasaan menjadi suatu lembaga/kebiasaan.
Dengan demikian, ikatan komunitas merupakan ikatan utama manusia dan unsur
kehidupan manusia. Dalam masyarakat/komunitas manusia merasa diri sebagai integral
daripadanya. Berbeda dengan ikatan komunitas, katan asosiasi merupakan suatu ikatan
dengan usaha memenuhi kebutuhan-kebutuhan tertentu (dan terbatas) dalam masyarakat.
Tanpa asosiasi kebutuhan-kebutuhan ini serta tujuan biasanya kurang jelas dan disadari
manusia atau sukar direalisasikan oleh komunitas, justru karena sifatnya yang terlalu umum
dan mencakupi segala-galanya. Sehubungan dengan ini, ikatan institusi merupakan ikatan-
ikatan berdasarkan peraturan-peraturan tertentu, peraturan mana biasanya sudah melembaga
(kebiasaan) karena telah lama berlaku dan ditaati suatu masyarakat. Lembaga biasanya
merupakan alat untuk memberi wewenang kepada seseorang atau suatu badan untuk
menjalankan atau mengawai suatu kegiatan, khususnya untuk menjamin agar tujuan dari
asosiasi atau komunitas terjamin.
Dengan demikian, institusi merupakan kumpulan peraturan atau badan yang mengurusi
pelaksanaan dan usaha realisasi tujuan yang telah ditentukan oleh kelompok/komunitas
maupun asosiasi. Inilah pembagian yang dewasa ini biasanya dianut sebagai bentuk
pengelompokan dan ikatan dalam suatu masyarakat luas yang modern.
5.Berakhir dan Berlangsungnya Kelompok Sosial
Hal yang dapat menyebabkan berakhirnya kelompok sosial dapat disebutkan apabila telah
berakhirnya interaksi mental di antara anggota-anggota kelompok sosial tersebut. Interaksi
yang demikian dapat terjadi karena semakin besarnya perbedaan daripada persamaan tujuan
dan kepentingan anggota-anggota kelompok sosial. Demikian pula sebaliknya, bahwa
kelompok sosial dapat terns berlangsung apabila terdapat ikatan tujuan dan kepentingan yang
lebih besar daripada perbedaan yang terjadi di antara anggota kelompok sosial.
Interaksi mental bukan berarti masing-masing anggota kelompok harus selalu dalam
keseragaman pendapat atau persesuaian di antara mereka, tetapi yang pokok adalah antara
ketidaksepahaman dengan persamaan pendapat di antara mereka masih terdapat adanya
keseimbangan. Pada umumnya para ahli berpendapat bahwa dasarnya ialah interaksi sosial.
Harold Lasswell (1969) menyebutkan bahwa unsur-unsur integritas anggota kelompok
terhadap kelompoknya dapat diukur menurut derajat keterlibatannya dalam kelompok melalui
perasaannya terhadap kelompoknya. Dalam suatu organisasi dengan kesadaran kelompoknya
yang tinggi terdapat perasaan kerjasama, berpikir dan rasa kebersamaan di antara masing-
masing anggota kelompoknya. Perasaan akan persatuan di antara masing-masing anggota
kelompok timbul apabila anggota kelompok masing-masing mempunyai pandangan yang
sama tentang masa depan bersama, dengan sadar mengetahui bahwa dalam mewujudkannya
mereka memiliki tugas demi merealisasikan tujuan dan kepentingan bersama. Oleh karena
itu, dasar pembentukan kelompok tersebut didasarkan pada adanya keyakinan bersama,
harapan bersama, tujuan yang sama yang dihayati masing-masing dari anggota kelompok
tersebut serta adanya ideologi bersama yang mengikat semua anggota kelompok. Karena itu
pula, akhirnya, masing-masing akan sadar untuk turut berpartisipasi dalam mencapai harapan
bersama dalam kelompok.
Munculnya partisipasi anggota kelompok dalam aktivitasnya pada kehidupan kelompok
sosial dimulai dari adanya kebiasaan bekerja sama di antara masing-masing anggota
kelompok serta adanya rasa solidaritas. Derajat partisipasi ini merupakan derajat intensitas
kesediaan mereka bekerja sama dalam kelompok sosial ini. Kemudian, moral kerja kelompok
secara keseluruhan merupakan derajat totalitas partisipasi dari masing-masing anggota
kelompoknya. Oleh kerena itu, beberapa para ahli mendefinisikan partisipasi secara aktif
sebagai adanya aktivitas atau kegiatan. Untuk jelasnya dapat terlihat dalam urian berikut:
a. Gordon W. Allport (R.A. Santoso Sastropoetro, 1988:12) menyebutkan bahwa
partisipasi adalah keterlibatan ego atau diri sendiri/ pribadi/ personalitas kejiwaan lebih
daripada hanya jasmaniah/ fisik saja.
b. Keith Davis (R.A. Santoso Sastropoetro, 1988:51) menyebutkan bahwa partisipasi adalah
keterlibatan mental dan emosional yang mendorong untuk memberikan sumbangan
kepada tujuan/cita-cita kelompok dan turut bertanggung jawab terhadapnya.
c. R. A. Santoso Sastropoetro (1988: 52) menyebutkan bahwa partisipasi adalah
keterlibatan spontan dengan kesadaran disertai tanggung jawab terhadap kepentingan
kelompok untuk mencapai tujuan bersama.
d. Margono Slamet (1980:1) menyebutkan bahwa partisipasi adalah ikut serta mengambil
bagian dalam suatu kegiatan dan ikut memanfaatkan serta menikmati hasil yang dicapai
dengan persyaratan, meskipun seseorang itu memiliki suatu kemampuan dan adanya
suatu kesempatan. Penekanan segi manfaat dan menikmati hasil dimaksudkan adalah
mengerjakan sesuatu ikutterlibat, menikmati hasil sebagai hasil dari satu partisipasi
apakah dalam bentuk fisik ataupun non fisik.
Berdasarkan batasan-batasan di atas, jelaslah bahwa partisipasi itu memiliki empat unsur
pokok, yaitu adanya keterlibatan mental dan perasaan, menikmati hasil partisipasi, kesediaan
memberikan sumbangan dan adanya rasa tanggung jawab.
Jenis partisipasi ini meliputi pikiran, tenaga, keahlian, barang, dan uang. Turut
berpartisipasinya seseorang dalam suatu kegiatan, dapatterjadi karena kegiatan tersebut
mengandung ide-ide baru yang dirasakan berguna bagi dirinya. Ide-ide baru sebagai inovasi
merupakan gagasan, tindakan atau barang yang dianggap baru oleh seorang yang dapat
menjadi pangkal terjadinya perubahan sosial yang merupakan inti dalam pembangunan
masyarakat. Ide baru itu menyebar ke dalam masyarakat karena terjadinyaproses komunkasi,
yaitu proses dimana pesan-pesan dioperasikan dari sumber ke penerima. Oleh karena itu,
partisipasi dapat terjadi didahului oleh adanya proses komunikasi melalui interaksi antara
individu dalam masyarakat yang bersangkutan.
6. Teori dan Gagasan tentang Kelompok Sosial, Sifat, serta Klasifikasi
Tipe kelompok-kelompok sosial dapat diklasifikasikan clari beberapa sudut atau dasar
kriteria ukuran yaitu:
a) Berdasarkan besar kecilnya jumlah anggota kelompok, bagaimana individu
mempengaruhi kelompoknya serta interaksi sosial dalam kelompok tersebut. Ukuran yang
demikian ini dikemukakan oleh sosiolog Jerman, yaitu Georg Simmel. Dalam analisisnya
mengenai kelompok-kelompok sosial, Simmel mulai dengan bentuk terkecil yang terdiri dari
satu orang sebagai fokus hubungan sosial yang dinamakannya “monand” kemudian
dikembangkan dengan meneliti kelompok-kelompok yang terdiri dari dua atau tiga orang,
yaitu “dyad” serta “triad” dan kelompok-kelompok kecil lainnya. Di samping itu sebagai
perbandingan, ditelaahnya kelompok-kelompok yang lebih besar.
b) Berdasarkan derajat interaksi sosial dalam kelompok sosial. Beberapa sosiolog dalam hal
ini memperhatikan pembagian atas dasar kelompok-kelompok yang anggota-anggotanya sal
ing kenal mengenal seperti keluarga, rukun keluarga dan desa. Begitu pula sebaliknya
kelompok-kelompok sosial seperti di kota-kota, korporasi, dan negara, yang anggota-
anggotanya tidak memiliki pertalian hubungan yang erat. Ukuran ini kemudian oleh para
sosiolog di antaranya F. Stuart Chapin dikembangkan dengan memperhatikan tinggi
rendahnya derajat keeratan hubungan antara anggota-anggota kelompok tersebut.
c) Berdasarkan ukuran kepentingan dan wilayah. Misalnya, suatu community (masyarakat
setempat) yang merupakan kelompok-kelompok atau kesatuan-kesatuan sosial atas dasar
wilayah yang anggotanya tidak mempunyai kepentingan-kepentingan yang khusus/ tertentu.
Berlangsungnya suatu kepentingan, merupakan ukuran lain bagi klasifikasi tipe-tipe sosial.
Suatu kerumunan misalnya merupakan kelompok yang hidupnya sebentar, oleh karena
kepentingannya pun tidak berlangsung dengan lama. Lain halnya dengan community yang
kepentingannya secara relatif bersifat permanen.
d) Berdasarkan ukuran derajat organisasi. Dalam hal ini kelompok sosial terdiri dari
kelompok-kelompok yang terorganisir. Kelompok sosial yang terorganisir dengan baik,
adalah negara, sedangkan kelompok sosial yang tidak terorganisir misalnya adalah suatu
kerumunan.
Berikutnya Soerjono Soekanto (1982: 117) menambahkan bahwa tipe-tipe umum dari
kelornpok-kelompok sosial dalam pula disebutkan, yaitu berdasarkan:
a. Kategori statistik
Kategori statistik adalah pengelompokan oleh ilmuwan atas dasar ciri tertentu yang sama,
seperti misalnya, kelompok umur.
b. Kategori sosial
Kategori sosial merupakan kelompok individu-individu yang sadar akan ciri-ciri yang
dimiliki bersama, misalnya Ikatan Dokter Indonesia.
D. Kebudayaan
Dalam kehidupan sehari-hari orang begitu sering membicarakan tentang kebudayaan dan tak
mungkin orang menghidar dan” kebudayaan, karena tak seorang pun yang tidak berurusan
dengan hasil-hasil kebudayaan. Setiap orang melihat, mempergunakan atau merusak
kebudayaan. Beberapa definisi tentang kebudayaan dapat dilihat di bawah ini.
Dalam karya berjudul The Reality of Culture, Milville J. Herskovits (1955) menyatakan
bahwa ada lebih dari seratus enam puluh definisi tentang kebudayaan. Pengertian kebudayaan
meliputi bidang yang luasnya seolah-olah tidak berbatas, sehingga sukarsekali mendapatkan
suatu definisi yang tegas dan terperinci mencakup segala sesuatu yang termasuk dalam
pengertian itu.
Dalam pengertian umum, istilah kebudayaan sering diartikan sama dengan kesenian, terutama
istilah kebudayaan diartikan menurut ilmu-ilmu pengetahuan kemasyarakatan maka kesenian
merupakan hanya salah satu bagian dari kebudayaan.
Apabila pengertian kebudayaan hendak dirumuskan dengan istilah-istilah dalam
bahasa Indonesia, Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi (1964: 113) mengusulkan
rumusan definisi kebudayaan adalah semua hasil dari karya, rasa, dan cipta masyarakat.
Karya masyarakat menghasilkan terknologi dan kebudayaan kebendaan {material culture)
yang diperlukan oleh masyarakat untuk menguasai alam di sekitarnya agar kekuatan serta
hasilnya dapat diabdikan bagi keperluan masyarakat. Rasa yang meliputi jiwa manusia
mewujudkan segala norma-norma dan nilai-nilai kemasyarakatan yang perlu untuk mengatur
masalah-masalah kemasyarakatan dalam arti luas. Di dalamnya termasuk misalnya saja
agama, ideologi, kebatinan, kesenian, dan semua unsur yang merupakan hasil ekspresi jiwa
manusia yang hidup sebagai anggota masyarakat.
Selanjutnya, cipta merupakan kemampuan mental, kemampun berpikir dari orang-orang yang
hidup bermasyarakat dan antara lain menghasilkan filsafat serta ilmu-ilmu pengetahuan, baik
yang berwujud teori murni maupun yang telah disusun untuk diamalkan dalam kehidupan
masyarakat. Semua karya, rasa, dan cipta dikuasai oleh karsa dari orang orang yang
menentukan kegunaannya agar sesuai dengan kepentingan sebagian besar atau seluruh
masyarakat.
Kebudayaan yang diberi arti demikian dimiliki oleh setiap masyarakat Tidak ada
suatu masyarakat pun yang masih hidup tidak mempunyai kebudayaan. Perbedaannya bahwa
kebudayaan masyarakat yang satu lebih sempurna dari kebudayaan masyarakat lain dalam
perkembangannya untuk memenuhi segala kepentingan. Dalam hubungan ini, maka biasa
diberikan nama “peradaban” (civilization) kepada kebudayaan yang telah mencapai taraf
perkembangan yang tinggi.
Tiga definisi tentang kebudayaan akan lebih memperjelas yang dimaksudkan dengan
kebudayaan, yaitu:Definisi klasik kebudayaan yang disusun oleh Sir Edwar Taylor (1871
menyebutkan bahwa kebudayaan adalah komplek keseluruhan dari pengetahuan, keyakinan,
kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan semua kemampuan serta kebiasaan yang lain
diperoleh seseorang sebagai anggota masyarakat (Paul B. Horton dan Chester L. Hunt,
1987:58).
William A. Haviland (1988: 331) menyebutkan bahwa kebudayaan terdiri dari nilai-nilai,
kepercayaan, dan persepsi abstrak tentang jagat raya yang berada di balik perilaku manusia
dan yang tercermin dalam perilaku. Semua itu adalah milik bersama para anggota
masyarakat, apabila orang berbuat sesuai dengan itu, maka perilaku mereka dianggap dapat
diterima di dalam masyarakat. Kebudayaan dipelajari melalui sarana bahasa bukan
diwariskan secara biologis dan unsur-unsur kebudayaan yang berfungsi sebagai suatu
keseluruhan yang terpadu.
Robert L. Sutherland (1961: 30-31) menyebutkan bahwa kebudayaan terdiri dari segala
sesuatu yang dipelajari dari pola-pola perikelakuan yang normatif mencakup semua cara atau
pola-pola berpikir,merasakan, dan bertindak. Sesuai dengan konsep dan definisi tentang
budaya oleh sejumlah pakar maka di Desa Tlumpu juga dapat kita jumpai budaya yang
merupakan hasil cipta, kreasi, adat, seperti budaya musik terbangan pada saat menyambut
aqiqoh kelahiran anak sambil membaca sholawat nabi ini menjadli budaya di masyarakat
Tlumpu.
E. Lembaga Sosial atau Institusi Sosial
Dalam Kamus Bahasa Indonesia sampai sekarang belum terdapat istilah yang mendapat
pengakuan umum dari kalangan para sarjana sosiologi untuk menerjemahkan istilah Inggris,
“Social Institution”. Ada yang mencoba menerjemahkannya dengan istilah “pranata” dengan
alasan bahwa “Social Institution” mengandung unsur-umof yang mengatur perikelakuan para
anggota masyarakat. Adapulayang menggunakan istilah “Bangunan Sosial”, istilah ini diduga
merupakan terjemahan dari istilah “Sociale Gebilde” dalam bahasa Jerman yang lebih jelas
menggambarkan bentuk serta susunan dari “Social Institution”. Selo Soemardjan dan
Soelaeman Soemardi (1964: 61) menggunakan istilah “Lembaga Kemasyarakatan” sebagai
terjemahan dari “Social Institution”. Bukan karena terjemahan itu yang dianggap paling tepat,
tetapi istilah lembaga selain menunjuk pada suatu bentuk, juga mengadung pengertian yang
abstrak tentang adanya norma-norma dan peraturan-peraturan tertentu yang menjadi ciri dari
suatu lembaga.
Di Desa Tlumpu ada lembaga sosial yang telah terbingkai dalam dalam kehidupan
masyarakat, baik itu norma kesusilaan, norma hukum, dan yang sangat kental adalah norma
religius ajaran agama Islam. Kontrol social di Desa Tlumpu termasuk ketat ketika ada
anggota masyarakatnya yang melanggar norma langsung ada perhatian dan peringatan dari
tetangga atau anggota masyarakat lainnya, biasanya juga peran Ketua RT, Ketua Rw sangat
besar tarkala ada pelanggaran norma, akan ada perhatian, peringatan, dan sanksi. Adapau
ketentuan yang terbaru adalah Ketua RW bekerja sama dengan Polsek dalam hal penanganan
ketertiban dan keamanan masyarakat.
Seperti tersebut di atas, Koentjaraningrat (1964: 113) menggunakan istilah “Pranata
Sosial” untuk terjemahan istilah “Social Institution” dengan alasan menunjuk kepada adanya
unsur-unsur yang mengatur perikelakuan para anggota masyarakat. Pranata sosial adalah
suatu sistem tata kelakuan dan hubungan yang berpusat pada aktivitas-aktivitas untuk
memenuhi kompleks-kompleks kebutuhan khusus dalam kehidupan masyarakat.
Para ahli memberikan beberapa batasan mengenai lembaga sosial dalam uraian berikut:
Alvin L. Bertrand (1980: 120) menyatakan bahwa, institusi-institusi sosial pada
hakikatnya adalah kumpulan-kumpulan dari norma-norma sosial (struktur-struktur sosial)
yang telah diciptakan untuk dapat melaksanakan fungsi masyarakat. Institusi-institusi ini
meliputi kumpulan-kumpulan norma-norma dan bukan norma-norma yang berdiri sendiri-
sendiri.
Menurut Joseph S. Roucek dan Roland L. Waren (1984: 93) institusi adalah pola-pola
{patterns) yang telah mempunyai kedudukan tetap atau pasti untuk mempertemukan
bermacam-macam kebutuhan manusia yang muncul dari kebiasaan-kebiasaan dengan
mendapatkan persetujuan dari cara-cara yang sudah tidak dipungkiri lagi, untuk memenuhi
konsep kesejahtaran masyarakat dan menghasilkan suatu struktur.
Paul B. Horton dan Chester L. Hunt (1987: 224-245) menyebutkan bahwa lembaga yang
digunakan dalam konsep sosiologi berbeda dengan yang digunakan oleh konsep umum
lainnya. Sebuah lembaga bukanlah sebuah bangunan, bukan sekelompok orang dan juga
bukan sebuah organisasi. Lembaga (institusi) adalah suatu sistem norma untuk mencapai
suatu tujuan atau kegiatan yang oleh masyarakat dipandang penting, atau secara formal,
lembaga adalah sekumpulan kebiasaan dan tata kelakuan yang berkisar pada suatu kegiatan
pokok manusia. Lembaga adalah proses-proses terstruktur (tersusun) untuk melaksanakan
berbagai kegiatan tertentu.
J.B.A.F. Mayor Polak (1966: 253) memberikan batasan tentang lembaga sosial yaitu
suatu kompleks atau sistem peraturan-peraturan dan adat istiadat yang mempertahankan nilai-
nilai yang penting, sedangkan lembaga mempunyai tujuan untuk mengatur antar-hubungan
yang diadakan untuk memenuhi kebutuhan manusia yang paling penting.
Robert Mac Iver dan Charles H. Page (1965: 19) mengartikan lembaga sosial sebagai tata
cara atau prosedur yang telah diciptakan untuk mengatur hubungan antar-manusia yang
berkelompok dalam suatu kelompok kemasyarakatan yang dinamakan association.
Leopold von Wiese dan Howard Becker (Soerjono Soekanto, 1982: 193) melihat lembaga
sosial dari sudut fungsinya yang menyebutkan bahwa lembaga sosial adalah suatu jaringan
proses-proses hubungan antar manusia dan antar-kelompok manusia yang berfungsi untuk
memelihara hubungan-hubungan tersebut serta pola-polanya sesuai dengan kepentingan-
kepentingan manusia dan kelompoknya.
Soerjono Soekanto (1982: 192) menyatakan bahwa lembaga sosial adalah merupakan
himpunan daripada norma-norma dari segala tingkatan yang berkisar pada suatu kebutuhan
pokok di dalam kehidupan masyarakat. wujud yang konkret dari lembaga sosial ini adalah
asosiasi. Sebagai contoh, universitas merupakan lembaga sosial atau lembaga
kemasyarakatan, sedangkan Universitas Indonesia, Universitas Padjadjaran, Universitas
Gadjah Mada, Universitas Airlangga dan Iain-Iain adalah contoh-contoh asosiasi.
E. STRATIFIKASI SOSIAL
1.Pengertian
Stratifikasi sosial merupakan suatu konsep dalam sosiologi yang melihat bagaimana
anggota masyarakat dibedakan berdasarkan status yang dimilikinya. Status yang dimiliki oleh
setiap anggota masyarakat ada yang didapat dengan suatu usaha (achievement status) dan ada
yang didapat tanpa suatu usaha (ascribed status). Stratifikasi berasal dari kata stratum yang
berarti strata atau lapisan dalam bentuk jamak.
Pitirim A. Sorokin ( Soekanto, 2006; 197) mengatakan bahwa sistem lapisan sosial
merupakan ciri yang tetap dan umum dalam setiap masyarakat yang hidup teratur. Barang
siapa yang memiliki sesuatu yang berharga dalam jumlah yang sangat banyak dianggap
masyarakat memiliki kedudukan dalam lapisan atas. Mereka hanya memiliki sedikit sekali
atau tidak memiliki sesuatu yang berharga dalam pandangan masyarakat mempunyai
kedudukan yang rendah. Menurut Pitirim A. Sorokin (Soekanto, 2006:198) stratifikasi
berasal dari kata stratum yang berari lapisan. Lebih lanjut Sorokin menjelaskan bahwa
stratifikasi sosial adalah pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara
bertingkat/ hierarkis. Dasar dari pembedaan ini adalah tidak adanya keseimbangan dalam
distribusi hak dan kewajiban. Sedangkan menurut Bruce J. Cohen sistem stratifikasi akan
menempatkan setiap individu pada kelas sosial yang sesuai berdasarkan kualitas yang
dimiliki.Stratifikasi dapat terjadi dengan sendirinya sebagai bagian dari proses pertumbuhan
masyarakat, juga dapat dibentuk untuk tercapainya tujuan bersama. Faktor yang
menyebabkan stratifikasi sosial dapat tumbuh dengan sendirinya adalah kepandaian, usia,
sistem kekerabatan, dan harta dalam batas-batas tertentu.
Mobilitas sosial merupakan perubahan status individu atau kelompok dalam
stratifikasi sosial. Mobilitas dapat terbagi atas mobilitas vertikal dan mobilitas horizontal.
Mobilitas vertikal juga dapat terbagi dua, mobilitas vertikal intragenerasi, dan mobilitas
antargenerasi. Berkaitan dengan mobilitas ini maka stratifikasi sosial memiliki dua sifat, yaitu
stratifikasi terbuka dan stratifikasi tertutup. Pada stratifikasi terbuka kemungkinan terjadinya
mobilitas sosial cukup besar, sedangkan pada stratifikasi tertutup kemungkinan terjadinya
mobilitas sosial sangat kecil.
Mobilitas stratifikasi social di Masyarakat Tlumpu terbuka bagi siapa saja yang
mampu memilki dan mencapai symbol-simbol kekayaan maupun mencapai posisi jabatan
strategis .
2.Dimensi Stratifikasi Sosial
Untuk menjelaskan stratifikasi sosial ada tiga dimensi yang dapat dipergunakan
yaitu : privilege, prestise, dan power. Ketiga dimensi ini dapat dipergunakan sendiri-sendiri,
namun juga dapat didigunakan secara bersama. Karl Marx menggunakan satu dimensi, yaitu
privilege atau ekonomi untuk membagi masyarakat industri menjadi dua kelas, yaitu kelas
Borjuis dan Proletar. Sedangkan Max Weber, Peter Berger, Jeffries dan Ransford
mempergunakan ketiga dimensi tersebut. Dari penggunaan ketiga dimensi tersebut Max
Weber memperkenalkan konsep : kelas, kelompok status, dan partai. Kelas sosial merupakan
suatu pembedaan individu atau kelompok berdasarkan kriteria ekonomi.
Untuk mendalami kelas sosial ini Soerjono Soekanto memberikan 6 kriteria
tradisional. Menurut Horton and Hunt keberadaan kelas sosial dalam masyarakat berpengaruh
terhadap beberapa hal, diantaranya adalah identifikasi diri dan kesadaran kelas sosial, pola-
pola keluarga, dan munculnya simbol status dalam masyarakat. Bentuk stratifikasi dapat
dibedakan menjadi bentuk lapisan bersusun yang diantaranya dapat berbentuk piramida,
piramida terbalik, dan intan. Selain lapisan bersusun bentuk stratifikasi dapat juga
diperlihatkan dalam bentuk melingkar. Bentuk stratifikasi melingkar ini terutama berkaitan
dengan dimensi kekuasaan.
Ada tiga cara yang dapat kita lakukan untuk bisa mengetahui bentuk dari stratifikasi sosial.
Ketiga cara tersebut adalah dengan pendekatan objektif, pendekatan subyektif, dan
pendekatan reputasional.
Stratifikasi merupakan suatu fenomena sosial yang telah menjadi ciri dari setiap masyarakat
di manapun dan dari dulu sampai sekarang. Plato (Russell, 2004:147) seorang filsuf klasik
Yunani misalnya membagi warga negara menjadi tiga kelas yakni rakyat biasa, kaum serdadu
dan golongan para pemimpin. Golongan para pemimpin memiliki kekuasaan politik.
Jumlahnya lebih sediri dari dua golongan di bawahnya. Golongan para pemimpin ini pada
mulanya dipilih oleh legislator, tetapi kemudian diganti berdasarkan keturunan. Seorang
filsuf yang lain – masih dari Yunani – Aristoteles (Russell, 2004; 236) menagatakan bahwa
setiap orang harus dicintai sesuai dengan kelebihannya, yang lebih rendah harus mencintai
yang lebih tinggi dari pada yang tinggi mencintai yang lebih rendah; para isteri, anak-anak,
rakyat, harus memberikan cinta kepada suami, orang tua, monarkhi secara lebih dari pada
suami, orang tua, monarkhi berikan kepada mereka.
Bahwa Masyarakat Desa Tlumpu memiliki stratifikasi kelas yang beragam, apabila kita
melihat berdasarkan kekayaaan, ada 3 golongan masyarakat, 1. Masyarakat yang tergolong
kaya, 2. Masyarakat yang tergolong sedang, 3. Masyarakat yang tergolong miskin. Ini bias
dilihat dari bentuk rumah, kelengkapan sarana di rumah, kepemilikan mobil, serta gaya hidup
. Hak tersebut yang bias membedakan stratifikasi social di masyarakat. Selain itu juga bias
dilihat dari jenis pekerjaannya, orang pegawai bank, pengusaha besar, pemiliki toko besar,
pemiliki sawah yang luas, mendapat posisi tertinggi atau golongan orang kaya, sedangkan
PNS, wiraswasta menempati posisi ke dua yaitu pada golongan sedang, adapun para buruh
tani, pembantu di rumah orang, tukang menempati posisi terbawah.
3. Sifat Stratifikasi Sosial
Sifat dalam stratifikasi sosial dapat bersifat tertutup dan terbuka (Soekanto, 2006:202).
Lapisan tertutup membatasi kemungkinan pindahnya seseorang dari satu lapisan ke lapisan
yang lain baik yang perpindahan horisontal maupun vertikal. Sebaliknya dalam lapisan yang
terbuka setiap masyarakat mempunyai kesempatan untuk berusaha sesuai dengan
kecakapannya sendiri untuk naik ke lapisan atas. Lapisan tertutup lebih didasarkan pada
faktor-faktor yang bersifat ascribed, suatu lapisan yang terjadi bukan karena usaha atau
kegagalan seseorang melainkan karena berdasarkan kelahiran. Menjadi putra mahkota di
Jepang, pangeran di Inggris atau di kerajaan Yogyakarta bukan karena pendidikan, melainkan
karena kelahiran berdasarkan tradisi masyarakat itu sendiri. Ini berarti bahwa tidak setiap
warga negara Inggris dapat menjadi pangeran Inggris, dan tidak setiap warga Jepang akan
dapat menjadi putra mahkota Jepang. Lapisan sosial yang tertutup ini banyak dijumpai dalam
sistem kasta. Lapisan terbuka lebih didasarkan oleh faktor-faktor prestasi atau usaha
seseorang. Lapisan terbuka dianuti oleh hampir semua masyarakat modern dewasa ini.
4. Kelas-Kelas Dalam Masyarakat
Kelas sosial (Soekanto, 2006:207) adalah semua orang dan keluarga yang sadar akan
kedudukannya di dalam suatu lapisan, dan kedudukan mereka itu diketahui serta diakui oleh
masyarakat umum. Kelas sosial ini bisa didasari oleh ukuran kekayaan, ukuran kekuasaan,
kehormatan dan penguasaan terhadap ilmu pengetahuan. Ada pula yang menggunakan istilah
kelas hanya untuk lapisan yang berdasarkan atas unsur ekonomis. Sementara itu, lapisan yang
berdasarkan atas kehormatan dinamakan kelompok kedudukan (status group). Menurut
Joseph Schumpeter, kelas-kelas dalam masyarakat terbentuk karena diperlukan untuk
menyesuaikan masyarakat dengan keperluan-keperluan yang nyata.
Berdasarkan hal tersebut di atas, kelas memberikan fasilitas-fasilitas hidup yang tertentu bagi
anggotanya. Misalnya, keselematan atas hidup dan harta benda, kebebasan, standar hidup
yang tinggi sesuai dengan kedudukan yang dalam arti tertentu tidak dipunyai oleh warga
kelas yang lainnya.
Selain itu, kelas juga memengaruhi gaya dan tingkah laku hidup masing-masing
warganya karena kelas-kelas yang ada dalam masyarakat mempunyai perbedaan dalam
kesempatan-kesempatan menjalani jenis pendidikan atau rekreasi tertentu
5. Kriteria Menggolongkan Anggota Masyarakat Dalam Suatu Lapisan
a. Ukuran Kekayaan
Barang siapa yang memiliki kekayaan paling banyak termasuk dalam lapisan atas. Kekayaan
tersebut dapat dilihat pada bentuk rumah, mobil pribadi, cara menggunakan pakaian dan
kebiasaan-kebiasaan lainnya.
b. Ukuran Kekuasaan
Barang siapa memiliki kekuasaan atau mempunyai wewenang terbesar menempati lapisan
atas.
c. Ukuran Khormatan
Ukuran kehormatan tersebut mungkin terlepas dari ukuran kekayaan dan kekuasaan. Orang
yang paling disegani dan dihormati, mendapat tempat teratas. Ukuran ini banyak dijumpai
dalam masyarakat-masyarakat tradisional. Biasanya mereka adalah golongan tua atau yang
pernah berjasa.
Sesuai dengan definisi diatas bahwa dalam stratifikasi social ada yang berdasarkan
kehormatan menempati posisi stratifikasi yang tertinggi seperti kyai, sesepuh desa, tokoh
masyarakat, tokoh pemuda yang aktif mengelola desa dan banyak berjasa dalam
pengembangan desanya. Seperti halnya berdasarkan kekuasaannya maka siapa yang memiliki
kewenangan dan pangkat atau memiliki kedudukan d Desa mendapat posisi teratas, seperti
Kepala Kelurahan, Anggota DPR, Kepala Sekolah.
6. Prinsip-prinsip Umum Stratifikasi Sosial
1. Stratifikasi sosial merupakan karakter dari setiap komunitas masyarakat.
2. Stratifikasi sosial bersifat universal dan berubah-ubah
3. Stratifikasi sosial akan selalu ada pada setia generasi
4. Stratifikasi sosial didukung oleh pola-pola kepercayaan.
7, Distribusi Kekuasaan
Hak-Hak Istimewa dan Prestise yang Tidak Merata. Kekuasaan didefenisikan sebagai
kemungkinan individu atau kelompok untuk memaksakan keinginan meraka kepada yang
lainnya, bahkan bila mendapat penolakan dan pertentangan dari orang lain. Pada saat anda
memaksakan keinginan anda terhadap orang lain yang tidak ingin dikontrol oleh anda, anda
berarti memiliki kekuasaan. Penggunaan paksaan merupakan manifenstasi yang paling nyata
dari kepemilikan kekuasaan
a.Privilege
Privilege mengacu pada hak, keuntungan dan kekebalan yang diasosiasikan dengan suatu
posisi hirarki. Distribusi privilege membagi masyarakat ke dalam kelompok yang memiliki
dan yang tidak memiliki. Kelompok strata atas memiliki kekebalan, pendapatan, dan hak-hak
prerogatif, kebebasan, dan pilihan-pilihan yang kurang sesuai dengan strata bawah. Privilege
memiliki dua aspek utama yakni ekonomi dan kultural.
1. Beberapa privilege secara langsung dihubungkan dengan posisi ekonomi individual.
Orang-orang dengan kesejahteraan yang lebih besar dapat memperoleh banyak
keuntungan seperti pelayanan kesehatan yang baik dan dapat menghindari setiap
kesulitan hidup.
2. Norma-norma budaya dapat meberikan keuntungan atau ketidakberuntungan kepada
orang-orang tertentu
b.Prestige
Prestige mengacu pada distribusi kehormatan dan status sosial. Dalam masyarakat pada
umumnya ada kelompok yang memiliki prestige yang tinggi, namun ada pula kelompok
masyarakat dengan prestige yang rendah.
8.Macam-macam / Jenis-jenis Status Sosial
1. Ascribed Status
Ascribed status adalah tipe status yang didapat sejak lahir seperti jenis kelamin, ras,
kasta, golongan, keturunan, suku, usia, dan lain sebagainya.
2. Achieved Status
Achieved status adalah status sosial yang didapat sesorang karena kerja keras dan
usaha yang dilakukannya. Contoh achieved status yaitu seperti harta kekayaan, tingkat
pendidikan, pekerjaan, dll.
3. Assigned Status
Assigned status adalah status sosial yang diperoleh seseorang di dalam lingkungan
masyarakat yang bukan didapat sejak lahir tetapi diberikan karena usaha dan
kepercayaan masyarakat. Contohnya seperti seseorang yang dijadikan kepala suku,
ketua adat, sesepuh, dan sebagainya.
9.Sifat Stratifikasi Sosial
a.Stratifikasi Sosial Tertutup
Stratifikasi tertutup adalah stratifikasi di mana tiap-tiap anggota masyarakat tersebut tidak
dapat pindah ke strata atau tingkatan sosial yang lebih tinggi atau lebih rendah.
Contoh stratifikasi sosial tertutup yaitu seperti sistem kasta di India dan Bali serta di Jawa ada
golongan darah biru dan golongan rakyat biasa. Tidak mungkin anak keturunan orang biasa
seperti petani miskin bisa menjadi keturunan ningrat / bangsawan darah biru
b.Stratifikasi Sosial Terbuka
Stratifikasi sosial terbuka adalah sistem stratifikasi di mana setiap anggota masyarakatnya
dapat berpindah-pindah dari satu strata / tingkatan yang satu ke tingkatan yang lain.
Misalnya seperti tingkat pendidikan, kekayaan, jabatan, kekuasaan dan sebagainya.
Seseorang yang tadinya miskin dan bodoh bisa merubah penampilan serta strata sosialnya
menjadi lebih tinggi karena berupaya sekuat tenaga untuk mengubah diri menjadi lebih baik
dengan sekolah, kuliah, kursus dan menguasai banyak keterampilan sehingga dia
mendapatkan pekerjaan tingkat tinggi dengan bayaran / penghasilan yang tinggi.
c.Stratifikasi Sosial Campuran
Hal ini bisa terjadi bila stratifikasi sosial terbuka bertemu dengan stratifikasi sosial tertutup.
Anggotanya kemudian menjadi anggota dua stratifikasi sekaligus. Ia harus menyesuaikan diri
terhadap dua stratifikasi yang ia anut
10.Bentuk-bentuk Mobilitas Sosial:
a.Mobilitas Sosial Horizontal
Di sini, perpindahan yang terjadi tidak mengakibatkan berubahnya status dan kedudukan
individu yang melakukan mobilitas.
b.Mobilitas Sosial Vertikal
Mobilitas sosial yang terjadi mengakibatkan terjadinya perubahan status dan kedudukan
individu. Mobilitas sosial vertikal terbagi menjadi
a.Vertikal naik
Status dan kedudukan individu naik setelah terjadinya mobilitas sosial tipe ini.
b.Vertikal turun
Status dan kedudukan individu turun setelah terjadinya mobilitas sosial tipe ini.
c.Mobilitas antar generasi
Ini bisa terjadi bila melibatkan dua individu yang berasal dari dua generasi yang berbeda.
BAB III
KESIMPULAN
1. Profil
.Desa Tlumpu merupakan salah satu Desa yang termasuk di Kelurahan Tlumpu
Kecamatan Sukorejo Kota Blitar. Secara geografis, Kota Blitar terletak di sebelah selatan
Provinsi Jawa Timur, berada di kaki Gunung Kelud dengan ketinggian 156 meter dari
permukaan laut. Kota Blitar terdiri dari 3 Kecamatan dan 21 Kelurahan. Di Desa Tlumpu
memiliki terdapat Kelurahan Tlumpu yang dipimpin oleh Lurah yaitu Bapak Muheni.
2. Kelompok Sosial
Kelompok Yasinan, Tahlilan baik pada tingkat remaja putra dan putri serta pada tingkat
dewasa bapak-bapak dan ibu-ibu, Club Sepak Bola Tlumpu. Pada Kelompok social tersebut
terdiri dari kelompok yang memiliki kesamaan tujuan dan agama, seperti pada Kelompok
Yasinan dan Tahlil baik pada tingkat remaja putra dan putri serta pada tingkat dewasa bapak-
bapak dan ibu-ibu termasuk kelompok sosial karena terdiri dari lebih satu individu yang
memiliki rasa solidaritas, saling mempengaruhi, dan berhubungan, dan memberikan
bermanfaat bagi anggotanya.
3. Budaya
di Desa Tlumpu juga dapat kita jumpai budaya yang merupakan hasil cipta, kreasi, adat,
seperti budaya musik terbangan pada saat menyambut aqiqoh kelahiran anak sambil
membaca sholawat nabi ini menjadli budaya di masyarakat Tlumpu.
4. Lembaga Sosial/ institusi sosial
Di Desa Tlumpu ada lembaga sosial yang telah terbingkai dalam dalam kehidupan
masyarakat, baik itu norma kesusilaan, norma hukum, dan yang sangat kental adalah norma
religius ajaran agama Islam. Kontrol social di Desa Tlumpu termasuk ketat ketika ada
anggota masyarakatnya yang melanggar norma langsung ada perhatian dan peringatan dari
tetangga atau anggota masyarakat lainnya, biasanya juga peran Ketua RT, Ketua Rw sangat
besar tarkala ada pelanggaran norma, akan ada perhatian, peringatan, dan sanksi
5. Stratifikasi Sosial
Bahwa Masyarakat Desa Tlumpu memiliki stratifikasi kelas yang beragam, apabila kita
melihat berdasarkan kekayaaan, ada 3 golongan masyarakat, 1. Masyarakat yang tergolong
kaya, 2. Masyarakat yang tergolong sedang, 3. Masyarakat yang tergolong miskin. Ini bias
dilihat dari bentuk rumah, kelengkapan sarana di rumah, kepemilikan mobil, serta gaya hidup
. Hak tersebut yang bias membedakan stratifikasi social di masyarakat. Selain itu juga bias
dilihat dari jenis pekerjaannya, orang pegawai bank, pengusaha besar, pemiliki toko besar,
pemiliki sawah yang luas, mendapat posisi tertinggi atau golongan orang kaya, sedangkan
PNS, wiraswasta menempati posisi ke dua yaitu pada golongan sedang, adapun para buruh
tani, pembantu di rumah orang, tukang menempati posisi terbawah.
PUSTAKA
Soekanto, S. 2010. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Grafindo.
———-. Struktur dan Stratifikasi Sosial. http:// www.g-
excess.com/id/pages/strukturdanstratifikasisosiall.html [10 September 2011]
Suwarno, 1994. Perubahan Sosial dan Pembangunan. Jakarta.LP3ES

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Makalah pendidikan pancasila penerapan nilai pancasila sebagai pendidikan kar...
Makalah pendidikan pancasila penerapan nilai pancasila sebagai pendidikan kar...Makalah pendidikan pancasila penerapan nilai pancasila sebagai pendidikan kar...
Makalah pendidikan pancasila penerapan nilai pancasila sebagai pendidikan kar...Nia Khusnul Chotimah
 
Fp filsafat pancasila kelompok
Fp filsafat pancasila kelompokFp filsafat pancasila kelompok
Fp filsafat pancasila kelompokPia Rohdina
 
Struktur majemuk masyarakat indonesia
Struktur majemuk masyarakat indonesiaStruktur majemuk masyarakat indonesia
Struktur majemuk masyarakat indonesiaHIMA KS FISIP UNPAD
 
Makalah pendidikan pancasila (kajian nilai nilai pancasila)
Makalah pendidikan pancasila (kajian nilai nilai pancasila)Makalah pendidikan pancasila (kajian nilai nilai pancasila)
Makalah pendidikan pancasila (kajian nilai nilai pancasila)Irvan Berutu
 
Ppt perubahan sosial
Ppt perubahan sosialPpt perubahan sosial
Ppt perubahan sosialAchmady1
 
konsep dasar ilmu-ilmu sosial
konsep dasar ilmu-ilmu sosialkonsep dasar ilmu-ilmu sosial
konsep dasar ilmu-ilmu sosialridz kika
 
Makalah filsafat ilmu
Makalah filsafat ilmuMakalah filsafat ilmu
Makalah filsafat ilmuWarnet Raha
 
Ppt materi sosiologi kelas x bab 1. sosiologi sebagai ilmu tentang masyarakat...
Ppt materi sosiologi kelas x bab 1. sosiologi sebagai ilmu tentang masyarakat...Ppt materi sosiologi kelas x bab 1. sosiologi sebagai ilmu tentang masyarakat...
Ppt materi sosiologi kelas x bab 1. sosiologi sebagai ilmu tentang masyarakat...Daniel Arie
 
Buku ajar mata kuliah wajib umum pendidikan pancasila perguruan tinggi mahasiswa
Buku ajar mata kuliah wajib umum pendidikan pancasila perguruan tinggi mahasiswaBuku ajar mata kuliah wajib umum pendidikan pancasila perguruan tinggi mahasiswa
Buku ajar mata kuliah wajib umum pendidikan pancasila perguruan tinggi mahasiswaPajeg Lempung
 
Contoh Artikel Penelitian
Contoh Artikel PenelitianContoh Artikel Penelitian
Contoh Artikel PenelitianUwes Chaeruman
 
Pancasila sebagai-ideologi-terbuka
Pancasila sebagai-ideologi-terbukaPancasila sebagai-ideologi-terbuka
Pancasila sebagai-ideologi-terbukaRizki Rizki
 
Hakekat Keragaman dan Kesetaraan Manusia - ISBD
Hakekat Keragaman dan Kesetaraan Manusia - ISBDHakekat Keragaman dan Kesetaraan Manusia - ISBD
Hakekat Keragaman dan Kesetaraan Manusia - ISBDFox Broadcasting
 
Makalah perubahan sosial_budaya
Makalah perubahan sosial_budayaMakalah perubahan sosial_budaya
Makalah perubahan sosial_budayaippangnakmambi
 
Makalah Globalisasi
Makalah GlobalisasiMakalah Globalisasi
Makalah GlobalisasiRizki Puji
 
Makalah perubahan sosial masyarakat terhadap pendidikan
Makalah perubahan sosial masyarakat terhadap pendidikan Makalah perubahan sosial masyarakat terhadap pendidikan
Makalah perubahan sosial masyarakat terhadap pendidikan symons12
 
Stratifikasi sosial
Stratifikasi sosialStratifikasi sosial
Stratifikasi sosialChaerul Uman
 
Buku Paket Kelas 10 - PPKN
Buku Paket Kelas 10 - PPKNBuku Paket Kelas 10 - PPKN
Buku Paket Kelas 10 - PPKNStraw Hat
 
Makalah metafisika
Makalah metafisikaMakalah metafisika
Makalah metafisikaErna Mariana
 

Was ist angesagt? (20)

Makalah pendidikan pancasila penerapan nilai pancasila sebagai pendidikan kar...
Makalah pendidikan pancasila penerapan nilai pancasila sebagai pendidikan kar...Makalah pendidikan pancasila penerapan nilai pancasila sebagai pendidikan kar...
Makalah pendidikan pancasila penerapan nilai pancasila sebagai pendidikan kar...
 
Fp filsafat pancasila kelompok
Fp filsafat pancasila kelompokFp filsafat pancasila kelompok
Fp filsafat pancasila kelompok
 
Struktur majemuk masyarakat indonesia
Struktur majemuk masyarakat indonesiaStruktur majemuk masyarakat indonesia
Struktur majemuk masyarakat indonesia
 
Mobilitas sosial
Mobilitas sosialMobilitas sosial
Mobilitas sosial
 
Makalah pendidikan pancasila (kajian nilai nilai pancasila)
Makalah pendidikan pancasila (kajian nilai nilai pancasila)Makalah pendidikan pancasila (kajian nilai nilai pancasila)
Makalah pendidikan pancasila (kajian nilai nilai pancasila)
 
Ppt perubahan sosial
Ppt perubahan sosialPpt perubahan sosial
Ppt perubahan sosial
 
konsep dasar ilmu-ilmu sosial
konsep dasar ilmu-ilmu sosialkonsep dasar ilmu-ilmu sosial
konsep dasar ilmu-ilmu sosial
 
Makalah filsafat ilmu
Makalah filsafat ilmuMakalah filsafat ilmu
Makalah filsafat ilmu
 
Ppt materi sosiologi kelas x bab 1. sosiologi sebagai ilmu tentang masyarakat...
Ppt materi sosiologi kelas x bab 1. sosiologi sebagai ilmu tentang masyarakat...Ppt materi sosiologi kelas x bab 1. sosiologi sebagai ilmu tentang masyarakat...
Ppt materi sosiologi kelas x bab 1. sosiologi sebagai ilmu tentang masyarakat...
 
Buku ajar mata kuliah wajib umum pendidikan pancasila perguruan tinggi mahasiswa
Buku ajar mata kuliah wajib umum pendidikan pancasila perguruan tinggi mahasiswaBuku ajar mata kuliah wajib umum pendidikan pancasila perguruan tinggi mahasiswa
Buku ajar mata kuliah wajib umum pendidikan pancasila perguruan tinggi mahasiswa
 
Contoh Artikel Penelitian
Contoh Artikel PenelitianContoh Artikel Penelitian
Contoh Artikel Penelitian
 
Pancasila sebagai-ideologi-terbuka
Pancasila sebagai-ideologi-terbukaPancasila sebagai-ideologi-terbuka
Pancasila sebagai-ideologi-terbuka
 
Hakekat Keragaman dan Kesetaraan Manusia - ISBD
Hakekat Keragaman dan Kesetaraan Manusia - ISBDHakekat Keragaman dan Kesetaraan Manusia - ISBD
Hakekat Keragaman dan Kesetaraan Manusia - ISBD
 
Tugas makalah ketahanan nasional
Tugas makalah ketahanan nasionalTugas makalah ketahanan nasional
Tugas makalah ketahanan nasional
 
Makalah perubahan sosial_budaya
Makalah perubahan sosial_budayaMakalah perubahan sosial_budaya
Makalah perubahan sosial_budaya
 
Makalah Globalisasi
Makalah GlobalisasiMakalah Globalisasi
Makalah Globalisasi
 
Makalah perubahan sosial masyarakat terhadap pendidikan
Makalah perubahan sosial masyarakat terhadap pendidikan Makalah perubahan sosial masyarakat terhadap pendidikan
Makalah perubahan sosial masyarakat terhadap pendidikan
 
Stratifikasi sosial
Stratifikasi sosialStratifikasi sosial
Stratifikasi sosial
 
Buku Paket Kelas 10 - PPKN
Buku Paket Kelas 10 - PPKNBuku Paket Kelas 10 - PPKN
Buku Paket Kelas 10 - PPKN
 
Makalah metafisika
Makalah metafisikaMakalah metafisika
Makalah metafisika
 

Andere mochten auch

MAKALAH SISTEM DAN STRUKTUR ORGANISASI SEKOLAH
MAKALAH SISTEM DAN STRUKTUR ORGANISASI SEKOLAHMAKALAH SISTEM DAN STRUKTUR ORGANISASI SEKOLAH
MAKALAH SISTEM DAN STRUKTUR ORGANISASI SEKOLAHAYANAH SEPTIANITA
 
Kelompok Sosial
Kelompok Sosial Kelompok Sosial
Kelompok Sosial leohggi
 
Kelompok dan organisasi sosial
Kelompok dan organisasi sosialKelompok dan organisasi sosial
Kelompok dan organisasi sosialRinta Rachmawati
 
Tugas makalah sosiologi pedesaan
Tugas makalah sosiologi pedesaanTugas makalah sosiologi pedesaan
Tugas makalah sosiologi pedesaanIrlan Vigier
 
Organisasi pendidikan
Organisasi pendidikanOrganisasi pendidikan
Organisasi pendidikanhoza imah
 
Struktur organisasi sekolah dan tugasnya
Struktur organisasi sekolah dan tugasnyaStruktur organisasi sekolah dan tugasnya
Struktur organisasi sekolah dan tugasnyaSaifuz Zuhri
 
Bab 1 struktur sosial
Bab 1 struktur sosialBab 1 struktur sosial
Bab 1 struktur sosialmirna hiroshi
 
Sosiologi Pedesaan: Proses dan Interaksi Sosial Masyarakat Desa
Sosiologi Pedesaan: Proses dan Interaksi Sosial Masyarakat DesaSosiologi Pedesaan: Proses dan Interaksi Sosial Masyarakat Desa
Sosiologi Pedesaan: Proses dan Interaksi Sosial Masyarakat DesaYaser Lopekabausirah
 

Andere mochten auch (11)

Organisasi sosial
Organisasi sosialOrganisasi sosial
Organisasi sosial
 
MAKALAH SISTEM DAN STRUKTUR ORGANISASI SEKOLAH
MAKALAH SISTEM DAN STRUKTUR ORGANISASI SEKOLAHMAKALAH SISTEM DAN STRUKTUR ORGANISASI SEKOLAH
MAKALAH SISTEM DAN STRUKTUR ORGANISASI SEKOLAH
 
Kelompok Sosial
Kelompok Sosial Kelompok Sosial
Kelompok Sosial
 
Makalah perubahan sosial yogyakarta
Makalah perubahan sosial yogyakartaMakalah perubahan sosial yogyakarta
Makalah perubahan sosial yogyakarta
 
Kelompok dan organisasi sosial
Kelompok dan organisasi sosialKelompok dan organisasi sosial
Kelompok dan organisasi sosial
 
Tugas makalah sosiologi pedesaan
Tugas makalah sosiologi pedesaanTugas makalah sosiologi pedesaan
Tugas makalah sosiologi pedesaan
 
Makalah organisasi
Makalah organisasiMakalah organisasi
Makalah organisasi
 
Organisasi pendidikan
Organisasi pendidikanOrganisasi pendidikan
Organisasi pendidikan
 
Struktur organisasi sekolah dan tugasnya
Struktur organisasi sekolah dan tugasnyaStruktur organisasi sekolah dan tugasnya
Struktur organisasi sekolah dan tugasnya
 
Bab 1 struktur sosial
Bab 1 struktur sosialBab 1 struktur sosial
Bab 1 struktur sosial
 
Sosiologi Pedesaan: Proses dan Interaksi Sosial Masyarakat Desa
Sosiologi Pedesaan: Proses dan Interaksi Sosial Masyarakat DesaSosiologi Pedesaan: Proses dan Interaksi Sosial Masyarakat Desa
Sosiologi Pedesaan: Proses dan Interaksi Sosial Masyarakat Desa
 

Ähnlich wie Makalah struktur dan organisasi sosial novi catur muspitahttp://Cash4Visits.com/ref.php?refId=339243

Kelembagaan sosial q
Kelembagaan sosial qKelembagaan sosial q
Kelembagaan sosial qHenry Henry
 
Lembaga Sosial.pptx
Lembaga Sosial.pptxLembaga Sosial.pptx
Lembaga Sosial.pptxmunawar42
 
Lapisan lapisan struktur-sosial
Lapisan lapisan struktur-sosialLapisan lapisan struktur-sosial
Lapisan lapisan struktur-sosialKania Jatnika
 
PRANATA SOSIAL.pptx
PRANATA SOSIAL.pptxPRANATA SOSIAL.pptx
PRANATA SOSIAL.pptxuznexgen
 
Pranata Sosial IPS kelompok IV (SKK-1 Jakarta Pusat)
Pranata Sosial IPS kelompok IV (SKK-1 Jakarta Pusat)Pranata Sosial IPS kelompok IV (SKK-1 Jakarta Pusat)
Pranata Sosial IPS kelompok IV (SKK-1 Jakarta Pusat)Ceriscan
 
Pranata sosial ips (skk 1) kelompok abigail.amadea
Pranata sosial ips (skk 1) kelompok abigail.amadeaPranata sosial ips (skk 1) kelompok abigail.amadea
Pranata sosial ips (skk 1) kelompok abigail.amadeaCeriscan
 
manusia sebagai anggota masyarakat
manusia sebagai anggota masyarakatmanusia sebagai anggota masyarakat
manusia sebagai anggota masyarakatAlifya Sasmi
 
Lembaga (kelompok 3 agb b)
Lembaga (kelompok 3 agb b)Lembaga (kelompok 3 agb b)
Lembaga (kelompok 3 agb b)helenapakpahan
 
tatanan sosial dan pengendalian sosial
 tatanan sosial dan pengendalian sosial tatanan sosial dan pengendalian sosial
tatanan sosial dan pengendalian sosialsuher lambang
 
Ips presentasi
Ips presentasiIps presentasi
Ips presentasiHardy Hard
 
Kelompok 2 masyarakat perkotaan
Kelompok 2 masyarakat perkotaanKelompok 2 masyarakat perkotaan
Kelompok 2 masyarakat perkotaannancysabella
 
Lembaga sosial
Lembaga sosialLembaga sosial
Lembaga sosialRizky Aji
 
kelompok sosial
kelompok sosialkelompok sosial
kelompok sosialabd_
 
Institusi Sosial.pdf
Institusi Sosial.pdfInstitusi Sosial.pdf
Institusi Sosial.pdfodinmr
 

Ähnlich wie Makalah struktur dan organisasi sosial novi catur muspitahttp://Cash4Visits.com/ref.php?refId=339243 (20)

Kelembagaan sosial q
Kelembagaan sosial qKelembagaan sosial q
Kelembagaan sosial q
 
Lembaga Sosial.pptx
Lembaga Sosial.pptxLembaga Sosial.pptx
Lembaga Sosial.pptx
 
Bab ii
Bab iiBab ii
Bab ii
 
Lapisan lapisan struktur-sosial
Lapisan lapisan struktur-sosialLapisan lapisan struktur-sosial
Lapisan lapisan struktur-sosial
 
Struktur sosial
Struktur sosialStruktur sosial
Struktur sosial
 
Ciri dan Syarat Kelompok Sosial
Ciri dan Syarat Kelompok SosialCiri dan Syarat Kelompok Sosial
Ciri dan Syarat Kelompok Sosial
 
Lembaga sosial
Lembaga sosialLembaga sosial
Lembaga sosial
 
PRANATA SOSIAL.pptx
PRANATA SOSIAL.pptxPRANATA SOSIAL.pptx
PRANATA SOSIAL.pptx
 
Pranata Sosial IPS kelompok IV (SKK-1 Jakarta Pusat)
Pranata Sosial IPS kelompok IV (SKK-1 Jakarta Pusat)Pranata Sosial IPS kelompok IV (SKK-1 Jakarta Pusat)
Pranata Sosial IPS kelompok IV (SKK-1 Jakarta Pusat)
 
Pranata sosial ips (skk 1) kelompok abigail.amadea
Pranata sosial ips (skk 1) kelompok abigail.amadeaPranata sosial ips (skk 1) kelompok abigail.amadea
Pranata sosial ips (skk 1) kelompok abigail.amadea
 
PPt.pptx
PPt.pptxPPt.pptx
PPt.pptx
 
manusia sebagai anggota masyarakat
manusia sebagai anggota masyarakatmanusia sebagai anggota masyarakat
manusia sebagai anggota masyarakat
 
Lembaga (kelompok 3 agb b)
Lembaga (kelompok 3 agb b)Lembaga (kelompok 3 agb b)
Lembaga (kelompok 3 agb b)
 
tatanan sosial dan pengendalian sosial
 tatanan sosial dan pengendalian sosial tatanan sosial dan pengendalian sosial
tatanan sosial dan pengendalian sosial
 
Ips presentasi
Ips presentasiIps presentasi
Ips presentasi
 
Kelompok 2 masyarakat perkotaan
Kelompok 2 masyarakat perkotaanKelompok 2 masyarakat perkotaan
Kelompok 2 masyarakat perkotaan
 
Lembaga sosial
Lembaga sosialLembaga sosial
Lembaga sosial
 
SOSIOLOGI.pptx
SOSIOLOGI.pptxSOSIOLOGI.pptx
SOSIOLOGI.pptx
 
kelompok sosial
kelompok sosialkelompok sosial
kelompok sosial
 
Institusi Sosial.pdf
Institusi Sosial.pdfInstitusi Sosial.pdf
Institusi Sosial.pdf
 

Mehr von Universitas Islam Balitar

Pengantar Psikologi_ Konsep Dasar Psikologi_meeting 2 Novi Catur Muspita
Pengantar Psikologi_ Konsep Dasar Psikologi_meeting 2 Novi Catur MuspitaPengantar Psikologi_ Konsep Dasar Psikologi_meeting 2 Novi Catur Muspita
Pengantar Psikologi_ Konsep Dasar Psikologi_meeting 2 Novi Catur MuspitaUniversitas Islam Balitar
 
Manusia dan budaya ( Pengantar Sosiologi), Novi Catur Muspita, S. Pd., M. Si
Manusia dan budaya ( Pengantar Sosiologi), Novi Catur Muspita, S. Pd., M. SiManusia dan budaya ( Pengantar Sosiologi), Novi Catur Muspita, S. Pd., M. Si
Manusia dan budaya ( Pengantar Sosiologi), Novi Catur Muspita, S. Pd., M. SiUniversitas Islam Balitar
 
Pengantar sosiologi, proses sosial & interaksi sosial (meeting 3), Novi Catur...
Pengantar sosiologi, proses sosial & interaksi sosial (meeting 3), Novi Catur...Pengantar sosiologi, proses sosial & interaksi sosial (meeting 3), Novi Catur...
Pengantar sosiologi, proses sosial & interaksi sosial (meeting 3), Novi Catur...Universitas Islam Balitar
 
Pengantar sosiologi, sejarah sosiologi (meeting 2)
Pengantar sosiologi, sejarah sosiologi  (meeting 2)Pengantar sosiologi, sejarah sosiologi  (meeting 2)
Pengantar sosiologi, sejarah sosiologi (meeting 2)Universitas Islam Balitar
 
Pengantar sosiologi, sejarah sosiologi (meeting 2)
Pengantar sosiologi, sejarah sosiologi  (meeting 2)Pengantar sosiologi, sejarah sosiologi  (meeting 2)
Pengantar sosiologi, sejarah sosiologi (meeting 2)Universitas Islam Balitar
 
Pengantar sosiologi, pengertian dan konsep awal Sosiologi (meeting 1) Novi Ca...
Pengantar sosiologi, pengertian dan konsep awal Sosiologi (meeting 1) Novi Ca...Pengantar sosiologi, pengertian dan konsep awal Sosiologi (meeting 1) Novi Ca...
Pengantar sosiologi, pengertian dan konsep awal Sosiologi (meeting 1) Novi Ca...Universitas Islam Balitar
 
Teori perilaku-organisasi_Novi Catur Muspita
Teori perilaku-organisasi_Novi Catur MuspitaTeori perilaku-organisasi_Novi Catur Muspita
Teori perilaku-organisasi_Novi Catur MuspitaUniversitas Islam Balitar
 
Bab 7 nilai, sikap, dan kepuasaan kerja http://Cash4Visits.com/ref.php?refId=...
Bab 7 nilai, sikap, dan kepuasaan kerja http://Cash4Visits.com/ref.php?refId=...Bab 7 nilai, sikap, dan kepuasaan kerja http://Cash4Visits.com/ref.php?refId=...
Bab 7 nilai, sikap, dan kepuasaan kerja http://Cash4Visits.com/ref.php?refId=...Universitas Islam Balitar
 
Bab 6 kepemimpinan dan kekuasaan, Novi Catur Muspita
Bab 6 kepemimpinan dan kekuasaan, Novi Catur MuspitaBab 6 kepemimpinan dan kekuasaan, Novi Catur Muspita
Bab 6 kepemimpinan dan kekuasaan, Novi Catur MuspitaUniversitas Islam Balitar
 
Bab 5 persepsi dan komunikasi_Novi Catur Muspita
Bab 5 persepsi dan komunikasi_Novi Catur MuspitaBab 5 persepsi dan komunikasi_Novi Catur Muspita
Bab 5 persepsi dan komunikasi_Novi Catur MuspitaUniversitas Islam Balitar
 
Bab 4 perilaku kelompok dalam organisasi_Novi Catur Muspita
Bab 4  perilaku kelompok dalam organisasi_Novi Catur MuspitaBab 4  perilaku kelompok dalam organisasi_Novi Catur Muspita
Bab 4 perilaku kelompok dalam organisasi_Novi Catur MuspitaUniversitas Islam Balitar
 
Bab 3 perilaku individu dalam kelompok_Novi catur Muspita
Bab 3 perilaku individu dalam kelompok_Novi catur MuspitaBab 3 perilaku individu dalam kelompok_Novi catur Muspita
Bab 3 perilaku individu dalam kelompok_Novi catur MuspitaUniversitas Islam Balitar
 
Kepemimpinan & Kekuasaan novi catur muspita perilaku organisasi
Kepemimpinan & Kekuasaan novi catur muspita perilaku organisasiKepemimpinan & Kekuasaan novi catur muspita perilaku organisasi
Kepemimpinan & Kekuasaan novi catur muspita perilaku organisasiUniversitas Islam Balitar
 

Mehr von Universitas Islam Balitar (20)

Meeting 3 Dasar-Dasar Logika.pdf
Meeting 3 Dasar-Dasar Logika.pdfMeeting 3 Dasar-Dasar Logika.pdf
Meeting 3 Dasar-Dasar Logika.pdf
 
Meeting 3 konsep perilaku
Meeting 3 konsep perilakuMeeting 3 konsep perilaku
Meeting 3 konsep perilaku
 
Pengantar Psikologi_ Konsep Dasar Psikologi_meeting 2 Novi Catur Muspita
Pengantar Psikologi_ Konsep Dasar Psikologi_meeting 2 Novi Catur MuspitaPengantar Psikologi_ Konsep Dasar Psikologi_meeting 2 Novi Catur Muspita
Pengantar Psikologi_ Konsep Dasar Psikologi_meeting 2 Novi Catur Muspita
 
Manusia dan budaya ( Pengantar Sosiologi), Novi Catur Muspita, S. Pd., M. Si
Manusia dan budaya ( Pengantar Sosiologi), Novi Catur Muspita, S. Pd., M. SiManusia dan budaya ( Pengantar Sosiologi), Novi Catur Muspita, S. Pd., M. Si
Manusia dan budaya ( Pengantar Sosiologi), Novi Catur Muspita, S. Pd., M. Si
 
Pengertian sosiologi pendidikan
Pengertian sosiologi pendidikanPengertian sosiologi pendidikan
Pengertian sosiologi pendidikan
 
Pengantar sosiologi, proses sosial & interaksi sosial (meeting 3), Novi Catur...
Pengantar sosiologi, proses sosial & interaksi sosial (meeting 3), Novi Catur...Pengantar sosiologi, proses sosial & interaksi sosial (meeting 3), Novi Catur...
Pengantar sosiologi, proses sosial & interaksi sosial (meeting 3), Novi Catur...
 
Pengantar sosiologi, sejarah sosiologi (meeting 2)
Pengantar sosiologi, sejarah sosiologi  (meeting 2)Pengantar sosiologi, sejarah sosiologi  (meeting 2)
Pengantar sosiologi, sejarah sosiologi (meeting 2)
 
Pengantar sosiologi, sejarah sosiologi (meeting 2)
Pengantar sosiologi, sejarah sosiologi  (meeting 2)Pengantar sosiologi, sejarah sosiologi  (meeting 2)
Pengantar sosiologi, sejarah sosiologi (meeting 2)
 
Pengantar sosiologi, pengertian dan konsep awal Sosiologi (meeting 1) Novi Ca...
Pengantar sosiologi, pengertian dan konsep awal Sosiologi (meeting 1) Novi Ca...Pengantar sosiologi, pengertian dan konsep awal Sosiologi (meeting 1) Novi Ca...
Pengantar sosiologi, pengertian dan konsep awal Sosiologi (meeting 1) Novi Ca...
 
Sosiologi keluarga_novi catur muspita
Sosiologi keluarga_novi catur muspitaSosiologi keluarga_novi catur muspita
Sosiologi keluarga_novi catur muspita
 
Teori perilaku-organisasi_Novi Catur Muspita
Teori perilaku-organisasi_Novi Catur MuspitaTeori perilaku-organisasi_Novi Catur Muspita
Teori perilaku-organisasi_Novi Catur Muspita
 
Bab 9 budaya organisasi_Novi Catur Muspita
Bab 9 budaya organisasi_Novi Catur MuspitaBab 9 budaya organisasi_Novi Catur Muspita
Bab 9 budaya organisasi_Novi Catur Muspita
 
Bab 8 motivasi_Novi Catur Muspita
Bab 8 motivasi_Novi Catur MuspitaBab 8 motivasi_Novi Catur Muspita
Bab 8 motivasi_Novi Catur Muspita
 
Bab 7 nilai, sikap, dan kepuasaan kerja http://Cash4Visits.com/ref.php?refId=...
Bab 7 nilai, sikap, dan kepuasaan kerja http://Cash4Visits.com/ref.php?refId=...Bab 7 nilai, sikap, dan kepuasaan kerja http://Cash4Visits.com/ref.php?refId=...
Bab 7 nilai, sikap, dan kepuasaan kerja http://Cash4Visits.com/ref.php?refId=...
 
Bab 6 kepemimpinan dan kekuasaan, Novi Catur Muspita
Bab 6 kepemimpinan dan kekuasaan, Novi Catur MuspitaBab 6 kepemimpinan dan kekuasaan, Novi Catur Muspita
Bab 6 kepemimpinan dan kekuasaan, Novi Catur Muspita
 
Bab 5 persepsi dan komunikasi_Novi Catur Muspita
Bab 5 persepsi dan komunikasi_Novi Catur MuspitaBab 5 persepsi dan komunikasi_Novi Catur Muspita
Bab 5 persepsi dan komunikasi_Novi Catur Muspita
 
Bab 4 perilaku kelompok dalam organisasi_Novi Catur Muspita
Bab 4  perilaku kelompok dalam organisasi_Novi Catur MuspitaBab 4  perilaku kelompok dalam organisasi_Novi Catur Muspita
Bab 4 perilaku kelompok dalam organisasi_Novi Catur Muspita
 
Bab 3 perilaku individu dalam kelompok_Novi catur Muspita
Bab 3 perilaku individu dalam kelompok_Novi catur MuspitaBab 3 perilaku individu dalam kelompok_Novi catur Muspita
Bab 3 perilaku individu dalam kelompok_Novi catur Muspita
 
Persepsi novi catur muspita
Persepsi novi catur muspitaPersepsi novi catur muspita
Persepsi novi catur muspita
 
Kepemimpinan & Kekuasaan novi catur muspita perilaku organisasi
Kepemimpinan & Kekuasaan novi catur muspita perilaku organisasiKepemimpinan & Kekuasaan novi catur muspita perilaku organisasi
Kepemimpinan & Kekuasaan novi catur muspita perilaku organisasi
 

Kürzlich hochgeladen

MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
Aksi Nyata Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdf
Aksi Nyata Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdfAksi Nyata Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdf
Aksi Nyata Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdfsubki124
 
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan BerkelanjutanTopik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan BerkelanjutanAyuApriliyanti6
 
PPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptx
PPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptxPPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptx
PPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptxJawahirIhsan
 
.....................Swamedikasi 2-2.pptx
.....................Swamedikasi 2-2.pptx.....................Swamedikasi 2-2.pptx
.....................Swamedikasi 2-2.pptxfurqanridha
 
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docxKisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docxFitriaSarmida1
 
PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptx
PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptxPPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptx
PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptxMaskuratulMunawaroh
 
Program Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - PerencanaanProgram Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - PerencanaanAdePutraTunggali
 
Prakarsa Perubahan dan kanvas ATAP (1).pptx
Prakarsa Perubahan dan kanvas ATAP (1).pptxPrakarsa Perubahan dan kanvas ATAP (1).pptx
Prakarsa Perubahan dan kanvas ATAP (1).pptxHaryKharismaSuhud
 
,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,Swamedikasi 3.pptx
,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,Swamedikasi 3.pptx,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,Swamedikasi 3.pptx
,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,Swamedikasi 3.pptxfurqanridha
 
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...Kanaidi ken
 
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 20241. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024DessyArliani
 
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).pptKenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).pptnovibernadina
 
RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".
RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".
RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".Kanaidi ken
 
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Abdiera
 
sistem digesti dan ekskresi pada unggas ppt
sistem digesti dan ekskresi pada unggas pptsistem digesti dan ekskresi pada unggas ppt
sistem digesti dan ekskresi pada unggas ppthidayatn24
 
Materi Modul 1.4_Fitriani Program guru penggerak
Materi Modul 1.4_Fitriani Program guru penggerakMateri Modul 1.4_Fitriani Program guru penggerak
Materi Modul 1.4_Fitriani Program guru penggerakAjiFauzi8
 

Kürzlich hochgeladen (20)

MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Aksi Nyata Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdf
Aksi Nyata Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdfAksi Nyata Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdf
Aksi Nyata Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdf
 
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan BerkelanjutanTopik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
 
PPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptx
PPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptxPPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptx
PPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptx
 
.....................Swamedikasi 2-2.pptx
.....................Swamedikasi 2-2.pptx.....................Swamedikasi 2-2.pptx
.....................Swamedikasi 2-2.pptx
 
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docxKisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
 
PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptx
PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptxPPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptx
PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptx
 
Program Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - PerencanaanProgram Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - Perencanaan
 
Prakarsa Perubahan dan kanvas ATAP (1).pptx
Prakarsa Perubahan dan kanvas ATAP (1).pptxPrakarsa Perubahan dan kanvas ATAP (1).pptx
Prakarsa Perubahan dan kanvas ATAP (1).pptx
 
,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,Swamedikasi 3.pptx
,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,Swamedikasi 3.pptx,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,Swamedikasi 3.pptx
,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,Swamedikasi 3.pptx
 
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
 
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 20241. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
 
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).pptKenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
 
RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".
RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".
RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".
 
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
sistem digesti dan ekskresi pada unggas ppt
sistem digesti dan ekskresi pada unggas pptsistem digesti dan ekskresi pada unggas ppt
sistem digesti dan ekskresi pada unggas ppt
 
Materi Modul 1.4_Fitriani Program guru penggerak
Materi Modul 1.4_Fitriani Program guru penggerakMateri Modul 1.4_Fitriani Program guru penggerak
Materi Modul 1.4_Fitriani Program guru penggerak
 

Makalah struktur dan organisasi sosial novi catur muspitahttp://Cash4Visits.com/ref.php?refId=339243

  • 1. ” Diskripsi Struktur dan Organisasi Sosial di Desa Tlumpu Kelurahan Tlumpu Kota Blitar “ Untuk memenuhi tugas mata kuliah STRUKTUR DAN ORGANISASI SOSIAL Yang dibimbing oleh Prof.Dr.Kliwon Hidayat,MS Oleh: Novi Catur Muspita Nim: 116040400111001 JURUSAN SOSIOLOGI PASCASARJANA FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
  • 3. DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan BAB II PEMBAHASAN BAB III KESIMPULAN Pustaka
  • 4. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk individu yang tidak dapat melepaskan diri dari hubungan dengan manusia lain. Sebagai akibat dari hubungan yang terjadi di antara individu-individu (manusia) kemudian lahirlah kelompok-kelompok sosial (social group) yang dilandasi oleh kesamaan-kesamaan kepentingan bersama. Namun bukan berarti semua himpunan manusia dapat dikatakan kelompok sosial. Untuk dikatakan kelompok sosial terdapat persyaratan- persyaratan tertentu. Dalam kelompok social yang telah tersusun susunan masyarakatnya akan terjadinya sebuah perubahan dalam susunan tersebut merupakan sebuah keniscayaan. Karena perubahan merupakan hal yang mutlak terjadi dimanapun tempatnya. Perubahan sosial adalah perubahan dalam hubungan interaksi antar orang, organisasi atau komunitas, ia dapat menyangkut “struktur sosial” atau “pola nilai dan norma” serta “pran”. Dengan demikina, istilah yang lebih lengkap mestinya adalah “perubahan sosial- kebudayaan” karena memang antara manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat dipisahkan dengan kebudayaan itu sendiri. Cara yang paling sederhana untuk mengerti perubahan sosial (masyarakat) dan kebudayaan itu, adalah dengan membuat rekapitulasi dari semua perubahan yang terjadi di dalam masyarakat itu sendiri, bahkan jika ingin mendapatkan gambaran yang lebih jelas lagi mengenai perubahan mayarakat dan kebudayaan itu, maka suatu hal yang paling baik dilakukan adalah mencoba mengungkap semua kejadian yang sedang berlangsung di tengah-tengah masyarakat itu sendiri. Kenyataan mengenai perubahan-perubahan dalam masyarakat dapat dianalisa dari berbagai segi diantaranya: ke “arah” mana perubahan dalam masyarakat itu “bergerak” (direction of change)”, yang jelas adalah bahwa perubahan itu bergerak meninggalkan faktor yang diubah. Akan tetapi setelah meninggalkan faktor itu mungkin perubahan itu bergerak kepada sesuatu bentuk yang baru sama sekali, akan tetapi boleh pula bergerak kepada suatu bentuk yang sudah ada di dalam waktu yang lampau. Di dalam masyarakat terdapat Struktur sosial ialah jalinan unsur-unsur sosial yang pokok dalam masyarakat. Unsur-unsur sosial yang pokok meliputi antara lain:Kelompok social,
  • 5. Kebudayaan, Lembaga sosial atau institusi social, Pelapisan sosial atau stratifikasi social, dan Kekuasaan dan wewenang. Unsur-unsur sosial itu dapat berubah bentuknya. Untuk itu penulis tertarik untuk mengkaji tentang struktur dan organisasi social di Desa Tlumpu Kelurahan Tlumpu Kota Blitar. B. Perumusan Masalah Beberapa rumusan masalah yang dapat dikaji dari uraian-uraian di atas antara lain: 1. Bagaimana profil Desa Tlumpu Kelurahan Tlumpu Kota Blitar? 2. Bagaimana pelapisan sosial, kelompok dan organisasi social serta lembaga institusi/ pranata serta system budaya di Desa Tlumpu Keluarahan Tlumpu Kota Blitar? C. Tujuan Makalah ini bertujuan untuk: 1. Mendiskripsikan profil Desa Tlumpu Kelurahan Tlumpu Kota Blitar? 2. Mendiskripsikan pelapisan social, kelompok dan organisasi social serta lembaga institusi/ pranata serta system budaya di Desa Tlumpu Keluarahan Tlumpu Kota Blitar.
  • 6. BAB II PEMBAHASAN A. Profil .Desa Tlumpu merupakan salah satu Desa yang termasuk di Kelurahan Tlumpu Kecamatan Sukorejo Kota Blitar. Secara geografis, Kota Blitar terletak di sebelah selatan Provinsi Jawa Timur, berada di kaki Gunung Kelud dengan ketinggian 156 meter dari permukaan laut. Kota Blitar terdiri dari 3 Kecamatan dan 21 Kelurahan. Di Desa Tlumpu memiliki terdapat Kelurahan Tlumpu yang dipimpin oleh Lurah yaitu Bapak Muheni. Secara geografis Desa Tlumpu terletak pada posisi yang sebelah timurnya adalah Desa Purworejo Kecamatan Sanankulon Kabupaten Blitar, sebelah baratnya adalah Desa Rembang Kelurahan Sananwetan Kecamatan Sananwetan Kota Blitar, sebelah utaranya Desa Balapan Kelurahan Sukorejo Kecamatan Sukorejo Kota Blitar, sebelah selatannya Desa Bendowulung Kelurahan Sanan Kulon Kabupaten Blitar. Dalam kegiatan masyarakatnya, di Bidang sarana terdapat fasilitas lapangan olah raga, tempat ibadah berupa masjid sejumlah 1, mushola sejumlah 3 buah, pertokoan besar ada 1 milik orang china, serta toko-toko penyedia kebutuhan sehari-hari ada sekitar 12 buah. Di Bidang Sosial dan Agama Ada sejumlah kelompok Yasinan, tahlil, yang tiap malam Jumat, malam Rabu dilaksanakan secara rutin, di Bidang Pendidikan ada SDN Tlumpu, TK Al Hidayah, TK Dharma Wanita, Paud Al Mukarromah, dan POS PAUD yg satu koordinasi dengan POSYANDU, ada Madrasah Diniyah, di bidang Struktur Sosial. Masyarakat sebagian besar adalah muslim sebagian selebihnya adalah beragama kristen. Masyarakat Desa Tlumpu terlihat perhatian terhadap kegiatan religi, masjid, mushola selalu penuh dalam setiap kegiatan ibadah, anak-anak, remaja banyak yang ikut pendidikan non formal di Madrasah Diniyah, termasuk yang belajar di TK dan Paud juga banyak selain itu juga kelompok pengajian, yasinan, dan tahlil juga banyak diikuti oleh masyarakat, baik pada tingkat remaja putra dan putri juga pada tingkat dewasa bapak-bapak dan ibu-ibu.
  • 7. B. Analisa Pelapisan sosial, kelompok dan organisasi social serta lembaga institusi/ pranata serta system budaya Di Desa Tlumpu terdapat Kelompok Sosial seperti Kelompok Yasinan, Tahlilan baik pada tingkat remaja putra dan putri serta pada tingkat dewasa bapak-bapak dan ibu-ibu, Club Sepak Bola Tlumpu. Pada Kelompok social tersebut terdiri dari kelompok yang memiliki kesamaan tujuan dan agama, seperti pada Kelompok Yasinan dan Tahlil baik pada tingkat remaja putra dan putri serta pada tingkat dewasa bapak-bapak dan ibu-ibu yang memiliki kesamaan Agama yaitu Islam untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Alloh SWT dan meningkatkan hubungan silaturokhim antar tetangga karena ini dilaksanakan dengan “anjang sana” berpindah-pindah dari rumah jaamaah ke rumah jamaah lainnya. Adapun pada Club Sepak Bola adalah suatu kelompok yang memiliki satu kesamaan hobi dan kegemaran yaitu sepak bola. Terdapat juga Budaya berupa Budaya “terbangan” memukul alat musik berupa yang namanya terbangan untuk menyambut dan merayakan Aqiqoh bayi. Di sana juga terdapat intitusi sosial yang mengatur tentang pernikahan, perdagangan, dan hubungan atau berinteraksi sesama masyarakat, pelapisan sosial juga terdapat yaitu masyarakat terdiri dari masyarakat petani, pegawai negeri, pengusaha/ swasta, pada kekuasaan dan wewenang terdapat Kantor Kelurahan yang memiliki wewenang dan kekuasaan secara hukum dalam mengelola dan mengatur masyarakat di kelurahannya. Hal ini sesuai dengan yang telah disampaikan oleh Soejono Soekamto dan para sosiolog lainnya, adalah sebagai berikut: Struktur sosial ialah jalinan unsur-unsur sosial yang pokok dalam masyarakat. Unsur-unsur sosial yang pokok menurut Soerjono Soekanto (1988: 8-9) meliputi antara lain: 1. Kelompok sosial. 2. Kebudayaan. 3. Lembaga sosial atau institusi sosial. 4. Pelapisan sosial atau stratifikasi sosial. 5. Kekuasaan dan wewenang. Unsur-unsur sosial itu dapat berubah bentuknya. Proses perubahan unsur sosial tersebut biasanya berjalan lambat, dapat mendadak berubah dengan cepat jika terjadi peristiwa- peristiwa seperti perang atau revolusi.
  • 8. Unsur-unsur struktur social menurut James W Vander (1983) , komponen utama stuktur social adalah: (1) Status, (2) Peranan , (3) kelompok, (4) Institusi/ lembaga social. Dan (5) Masyarakat (society). Adapun menurut Alvin L Belttrand (1972) unsur-unsur struktur social adalah; (1) Norma, (2) Peranan, (3) Status/ Posisi, (4) Kelompok social, (5) organisasi social, (6) komunitas (community), (7) Masyarakat (society) Apabila digambarkan dalam skema adalah sebagai berikut: Unsure-unsur struktur social 1. Norm is way of life or rule of game, Norma adalah kaidah yang mengatur masyarakat yang seharusnya dilakukan oleh individu dalam kelompok atau masyarakat dan tidak tertulis. 1. A role is the behavior generally expected of one who accupies a particular status, Peranan adalah adalah perilaku umumnya diharapkan dari orang yang menempati status tertentu. 2. A Status is a socially recognized position in a social system. Status adalah posisi sosial yang diakui dalam sistem social. 3. Social Groups is relatively small number of people who interact with one another over time and there by establish patterns of interaction. Kelompok social adalah sekelompok kecil orang yang saling berinteraksi satu dengan lainnya dan membentuk suatu pola interaksi tertentu. 4. Organisasi social adalah satu set kelompok dan organisasi dengan norma dan nilai- nilai yang-pusat di sekitar kebutuhan paling mendasar dari masyarakat. Lembaga- lembaga utama adalah keluarga, pendidikan, ekonomi, kesehatan dan obat-obatan, dan Negara 5. Community adalah a groub a people having in a contiguous geographic area, having common centers interest and activities and functioning together in the chief concern of life.
  • 9. 6. Masyarakat (society ) adalah masyarakat yang tinggal di suatu wilayah tertentu, dengan struktur sosial, dan berbagi budaya. Kaitan antara unsur-unsur social adalah 1) Norma merupakan satu yang unsur yang biasa disimbolkan dengan simbol segitiga 2) Role/ Peranaan dibangun oleh kumpulan norma-norma, yang disimbulkan sebagai kumpulan segitiga. 3) Status merupakan kumpulan dari role/ peran 4) Group merupakan kumpulan dari status 5) Organisasi merupakan kumpulan dari beberapa group 6, Community merupakan kumpulan dari beberapa organisasi 7) Society merupakan kumpulan dari beberapa community. 2. Unsur system social menurut Beltrand 1, Keyakinan (pengetahuan) 2, Perasaan (sentiment) 3.Tujuan, Sasaran, dan cita-cita 4. Norma 5.Kedudukan dan peranan (status dan role) 6.Tingkatan atau pangkat (rank) 7.Kekuasaaan/ pengaruh (power) 8.Sanksi 9. Sarana/ fasilitas 10. Tekanan ketegangan (strees strain) keterkaitan antar unsur-unsur sosial tersebut dalam kehidupan social yang menggambarkan suatu sistem adalah: misalnya dalam kehidupan keluarga, seseorang yang membangun kehidupan keluarga agar berlangsung secara integratif, maka: (a) harus mendasarkan pada sistem keyakinan atau pengetahuan yang baik tentang syarat-syarat membangun keluarga bahagia (integratif); (b) proses sosialisasi dan interaksi antar anggota keluarga (ayah, ibu dan anak) tersebut harus berdasarkan ikatan batin yang kuat, satu keyakinan, satu perasaan atau
  • 10. didasarkan pada tindakan afektif; (c) semua anggota keluarga dalam menjalin interaksi dan sosialisasi harus berdasarkan pada tujuan atau sasaran atau cita-cita yang telah disepakati dalam keluarga, yaitu mencapai keluarga bahagia (keluarga yang integratif); (d) dalam membangun keyakinan, interaksi dan untuk mewujudkan cita-cita atau tujuan keluarga, harus mendasarkan pada nilai dan norma yang telah disepakati dalam keluarga; (e) dalam upaya mewujudkan peran atau fungsi anggota keluarga di atas, maka harus diperhatikan keberagaman kedudukan (status) atau lapisan status dan peranan (role) masing-masing angggota dalam keluarga; (f) dalam upaya merealisasikan tujuan terwujudkan integrasi keluarga, maka diperlukan figus orang tua yang melaksanakan wewenang atau kekuasaan dalam keluarga secara demokrasi; dan (g) agar pelaksanaan pemberian layanan pendidikan pada anaka dan anggota keluarga secara baik maka diperlukan sarana dan prasarana dengan baik dan adanya sistem control yang tegas tetapi mendidik. Kaitan antara system social dengan struktur social, bahwa dalam setiap struktur social terdapat system social yang mengatur dan membingkai anggota masyarakat untuk menaati semua aturan atau system social yang memaksa dan mengikat seluruh struktur social yang ada di masyarakat guna untuk mencukupi dan memenuhi kebutuhan bersama masyarakat. C. Kelompok Sosial Kelompok Yasinan, Tahlilan baik pada tingkat remaja putra dan putri serta pada tingkat dewasa bapak-bapak dan ibu-ibu, Club Sepak Bola Tlumpu. Pada Kelompok social tersebut terdiri dari kelompok yang memiliki kesamaan tujuan dan agama, seperti pada Kelompok Yasinan dan Tahlil baik pada tingkat remaja putra dan putri serta pada tingkat dewasa bapak-bapak dan ibu-ibu termasuk kelompok sosial karena terdiri dari lebih satu individu yang memiliki rasa solidaritas, saling mempengaruhi, dan berhubungan, dan memberikan bermanfaat bagi anggotanya. Hal ini sesuai dengan definisi sebagai berikut: 1. Batasan Kelompok Sosial
  • 11. Kelompok sosial atau social group adalah himpunan atau kesatuan manusia yang terdiri dari dua atau lebih individu yang hidup bersama saling berhubungan, saling mempengaruhi dengan suatu kesadaran untuk saling tolong menolong. 2. Persyaratan Kelompok Sosial Setiap himpunan manusia belum tentu dapat disebut sebagai kelompok sosial, baru dapat disebut kelompok sosial apabila telah memenuhi beberapa persyaratan tertentu, yaitu: a. Setiap anggota kelompok tersebut harus sadar bahwa dia merupakan sebagian dari kelompok yang bersangkutan. b. Ada hubungan timbal balik antara anggota yang satu dengan anggota yang lainnya, dalam kelompok itu. c. Ada suatu faktor yang dimiliki bersama oleh anggota-anggota kelompok itu, sehingga hubungan antara mereka bertambah erat. Faktor tadi dapat merupakan nasib yang sama, kepentingan yang sama, tujuan yang sama, ideologi politik yang sama, dan lain sebagainya. Mempunyai musuh yang sama dapat pula menjadi faktor pengingat/pemersatu. d. Berstruktur, berkaidah, dan mempunyai pola perilaku. (Soerjono Soekanto, 1982: 111) 3.Terbentuknya Kelompok Sosial dan Masyarakat Luas Terbentuk atau terjadinya perpecahan kelompok sosial sebagai akibat dari interaksi sosial melalui komunikasi. Terjadinya interaksi yang demikian disebabkan karenasejakdilahirkan, manusiatelah memiliki keinginan untuk menjadi satu dengan manusia yang lain di sekelilingnya, yaitu masyarakat dan keinginan untuk menjadi satu dengan suasana alam sekelilingnya. Hal ini juga terjadi pada kelompok social di desa Tlumpu bahwa individu-individu menjalin interaksi yang mana ada suatu kesamaan tujuan daalam pemenuhan kebutuhan, bias kebutuhan spiritual, psikologis, maupun fisik/ kesehatan juga ada kebutuhan eksistensi.
  • 12. Untuk dapat menghadapi dan menyesuaikan diri dengan lingkungan tersebut, manusia mempergunakan pikiran, perasaan, dan kehendaknya. Di dalam menghadapi alam sekelilingnya seperti udara yang dingin, alam yang kejam dan lain sebagainya, manusia menciptakan rumah, pakaian, dan lain sebagainya. Agar fisiknya tetap sehat manusia hams makan, untuk dapat mengambil makanan sebagai hasil dari alam di sekitarnya ia mempergunakan akalnya, di laut manusia menjadi nelayan penangkap ikan, di hutan ia berburu, dan sebagainya. Semua itu menimbulkan kelompok-kelompok sosial karena pada hakikatnya manusia tidaklah mungkin hidup sendiri terisolir, karena itu ia memerlukan kelompoknya. Dengan jalan komunikasi terjadilah stimulasi dan respons yang mendekati tujuan, dengan menggunakan ikatan-ikatan yang dibentuknya, kebutuhan hidupnya akan terpenuhi. Hal demikian disebutkan bahwa kelompok sosial terbentuk karena adanya kebutuhan sosial manusia karena ia mempunyai kebutuhan pribadi. Dalam kehidupan sehari- hari, manusia dapat menyesuaikan dirinya dengan keadaan, sehingga perbedaan antara kepentingan pribadi dan kepentingan sosial hampir bahkan kadang, sama sekali- tidak tampak. Karena manusia yang bekerja adalah manusia yang sekurang-kurangnya berusaha untuk mempertahankan hidupnya, sedangkan jumlah terbesar kebutuhannya terletak di luar dirinya, maka manusia menjadi makluk sosial dan karenanya berkomunikasi. Sebagai konsentrasinya, maka terjadilalah integrasi atau pembentukan kelompok sosial dengan kehidupan yang lebih langgeng. Emile Durkehim melihat pengelompokan manusia dari segi organisatorik fungsional. Bentuk mekanik merupakan bentuk yang naluriah ditentukan oleh pengaruh-pengaruh pertama terhadap manusia, yaitu ditentukan oleh ikatan geografik, biogenetik, dan keturunan lebih lanjut. Ikatan pengelompokan dalam bentuk ini hanya mencapai taraf solidaritas mekanik. Berbeda halnya dengan ikatan pengelompokan bentuk kedua, yaitu bentuk organisatorik fungsional yang merupakan hasil dari kesadaran manusia, hasil dari keinginan yang rasional. Dalam bentuk pertama ditemukan integrasi normatif (berdasarkan ikatan norma); dalam bentuk kedua terbentuk integrasi yang merupakan hasil dari disiplin, peraturan-peraturan resmi bahkan undang-undang. Ferdinand Toennies menyebutkan bentuk pertama Geminschaft dan bentuk yang kedua Gesellscaft (Doyle Paul Johnson, 1988:181). Selain daripada bentuk kelompok sesuai dengan ikatan naluriah otomatik dan organisatorik fungsional, masih dikenal bentuk-bentuk kelompok yang etnosenthk dan xenosentrik. Kelompok etnosentrik dimaksudkan adalah kelompok yang memegang teguh norma-
  • 13. normanya, mengusahakan penjauhan dari kelompok-kelompok lain agar interpenetrasi dari kebudayaan dapat dihindari sebanyak mungkin. Biasanya kelompok yang etnosentrik, merupakan kelompok yang statis dan hidup dalam isolasi. sebaliknya kelompok xenosentrik ialah kelompok lawan ekstrim dari kelompok etnosentrik, sehingga lebih menyukai kebudayaan dari luar kelompok daripada dari kelompoknya sendiri. Keadaan hidup pada umumnya menunjukkan keadaan kelompok di antara kedua kutub ekstrim ini. Alvin Boskoff (1962: 3) melihat kelompok terutama dalam ikatan kehidupan kota, berpendapat bahwa setiap bentuk ikatan ditentukan oleh keadaan lingkungan serta penyesuaian diri manusia dengan lingkungan hidup ini. Dengan demikian, setiap pembentukan kelompok merupakan hasil eksperimen masyarakat/kelompok yang bersangkutan, yaitu hasil dari pengalaman yang dapat digolongkan kedalam bidang-bidang praktikal, intelektual, dan emosi. Terbentuknya masyarakat luas atau komunitas dapat terjadi karena adanya interaksi sosial antara anggota atau kelompok sosial melalui beberapa hal, antara lain: a. Melalui pertukaran pengalaman tentang pengetahuan, keterampilan teknikal, organisasi sosial dan mengenai wilayah mereka masing-masing. b. Melalui adanya kebutuhan yang sama dalam bentuk biologi, nilai-nilai, dan tujuan yang diajarkan oleh kebudayaan. Sehubungan dengan faktor pertukaran pengalaman yang dapat membentuk masyarakat luas atau komunitas. Alvin Boskoff (1962: 4) menyebutkan bahwa setiap interaksi akan berjalan sesuai dengan sifat karakter dari kelompok asalnya. Di lihat dari proses pembentuka masyarakat luas ini, dari kelopok aslinya terjadilah bentuk-bentuk dan fase perluasan kelompok, yaitu: a. Tingkat kelompok kecil {=group level). b. Tingkat community level (=regional level). c. Tingkat regional {=regional level). d. Tingkat nasional (=societal level). 4.Intra-planetery society (=masyarakat dunia).
  • 14. Klasifikasi tentang tahap-tahap terbentuknya masyarakat luas atau komunitas melalui proses pembentukan kelompok-kelompok dan sub kelompok, Mc Iver dalam bukunya The elements of Social Sciences (1956) menyebutkan bahwa perkembangan yang dilalui oleh setiap masyarakat (luas) adalah melalui tahap pembentukan kebudayaan. Sebagai tahap terendah adalah masyarakat desa (village community) yang telah melalui suatu tahap proses pematangan dan mencapai tingkat kebudayaan yang cukup tinggi. Pada fase berikutnya, ialah fase pembentukan ikatan kota (city community) dan fase pembentukan masyarakat bangsa (nation community) yang memudahkan pengertian dalam ikatan-ikatan internasional (Astrid Susanto, 1985:46). Menurut Mc Iver (Astrid Susanto, 1985: 47) ciri-ciri khas dari ikatan hidup pedesaan sebagai tahap terendah dari perkembangan yang dilalui suatu masyarakat luas atau koinunitas adalah: Bentuk kesatuan lebih jelas apabila diadakan perbedaan antara hak milik (apa yang ada dalam rumah seseorang) pribadi dan milik penggunaan (biasanya tanah). Walaupun tanah sering merupakan milik desa, akan tetapi kepada penduduknya diberikan hak pakai, selama dipergunakan. Selanjutnya dalam ikatan desa anggota masyarakat sudah dapat mengharapkan adanya perlindungan dari sesama anggota masyarakatnya, dan inilah permulaan dari awal prinsip kegotong-royongan sebagaimana dikenal di Indonesia yang terjadi dari adanya hak pakai atas tanah/milik desa. Mulai adanya ikatan politik (dalam arti luas) dimana dalam ikatan desa biasanya kepala keluarga menjadi anggota dari rapat desa. Dalam masyarakat desa pemerintahannya memiliki batas-batas tertentu yang berusaha untuk memenuhi kebutuhan anggotanya secara mandiri. Kemudian adat ditentukan oleh sesepuh setempat, demikian pula tentang hal-hal yang diperlukan para anggota masyarakat sehari-harinya. Struktur ekonomi desa biasanya terisolasi dari lingkungan ekonomisekitarnya walaupun gejala ini semakin hari semakin berkurang. Desa yang satu secara ekonomik biasanya terpisahkan dari desa yang lain tetapi tetap merupakan satu kesatuan. Mengenai pembagian pekerjaan sedikit sekali, kecuali pekerjaan bertani, sehingga terbanyak pekerjaan yang dilakukan adalah di rumah sendiri. Kesadaran akan nilai uang masih minim, biasanya yang terjadi adalah sifat barter, sistem perkreditan kurang dipahami oleh penduduk desa; peningkatan taraf hidup desa biasanya terjadi apabila suatu desa dengan mendadak dihubungkan dan menikmati kemajuan teknologi melalui hubungan transportasi dan kemunikasi dengan kota-kota terdekat.
  • 15. Berdasarkan penilaian historik, sosiologik, ekonomik, dan politik diketahui bahwa pembentukan masyarakat dengan kelompoknya terjadi secara bertahap, yaitu: (a) Ikatan darah, (b) Ikatan desa, (c) Ikatan feudal, (d) Ikatan kota, (e) Ikatan bangsa/Negara. Hal tersebut juga berlaku pada kelompok social yang ada di Desa Tlumpu individu-individu bersama dalam suatu kelompok social dengan ikatan desa, ikatan se agama, ikatan memiliki hobi/ kegemaran yang sama seperti club sepak bola. Pembagian (perkembangan) ikatan ini tidak begitu berbeda dengan Plato yang melihat masyarakat serta perkembangannya melalui tahap-tahap: a) Masyarakat pengembara b) Masyarakat ikatan desa c) Masyarakat ikatan negara-kota Menurut Plato ikatan masyarakat negara-kota (dahulu negara hanya terbatas pada satu kota perdagangan saja), mencerminkan tingkat kebudayaan manusia yang tinggi, tersempurna dan yang paling mungkin dicapai di dunia ini. Berbeda dengan Mac Iver yang hidup dalam abad ke-20, Plato berpendapat bahwa tujuan negara ialah mendekatkan manusia dengan Eidos, sedangkan Mac Iver melihatnya dari segi ekonomi dan politik. Sehubungan dengan pembentukan masyarakat di atas, berikutnya Mac Iver dalam tulisannya The Elements of Social Sciences (1956) menjelaskan bahwa pada masyarakat modern, ikatan masyarakatnya terbagi pada: a) Ikatan komunitas (kelompok kecil). b) Ikatan asosiasi. c) Ikatan institusi (lembaga). (Astrid Susanto, 1985: 50) Ikatan komunitas ialah ikatan berdasarkan hal-hal yang mencakup dan memenuhi sebuah kehidupan dan kebutuhan sosial manusia; ikatan asosiasi merupakan suatu ikatan yangdifokuskan pada beberapa/satu tujuan tertentu.
  • 16. Ikatan institusi merupakan ikatan yang terjadi karena peraturan-peraturan yang telah dilembagakan, hal mana berarti bahwa mungkin saja perangkat peraturan dibuat oleh suatu lembaga ataupun karena suatu kebiasaan menjadi suatu lembaga/kebiasaan. Dengan demikian, ikatan komunitas merupakan ikatan utama manusia dan unsur kehidupan manusia. Dalam masyarakat/komunitas manusia merasa diri sebagai integral daripadanya. Berbeda dengan ikatan komunitas, katan asosiasi merupakan suatu ikatan dengan usaha memenuhi kebutuhan-kebutuhan tertentu (dan terbatas) dalam masyarakat. Tanpa asosiasi kebutuhan-kebutuhan ini serta tujuan biasanya kurang jelas dan disadari manusia atau sukar direalisasikan oleh komunitas, justru karena sifatnya yang terlalu umum dan mencakupi segala-galanya. Sehubungan dengan ini, ikatan institusi merupakan ikatan- ikatan berdasarkan peraturan-peraturan tertentu, peraturan mana biasanya sudah melembaga (kebiasaan) karena telah lama berlaku dan ditaati suatu masyarakat. Lembaga biasanya merupakan alat untuk memberi wewenang kepada seseorang atau suatu badan untuk menjalankan atau mengawai suatu kegiatan, khususnya untuk menjamin agar tujuan dari asosiasi atau komunitas terjamin. Dengan demikian, institusi merupakan kumpulan peraturan atau badan yang mengurusi pelaksanaan dan usaha realisasi tujuan yang telah ditentukan oleh kelompok/komunitas maupun asosiasi. Inilah pembagian yang dewasa ini biasanya dianut sebagai bentuk pengelompokan dan ikatan dalam suatu masyarakat luas yang modern. 5.Berakhir dan Berlangsungnya Kelompok Sosial Hal yang dapat menyebabkan berakhirnya kelompok sosial dapat disebutkan apabila telah berakhirnya interaksi mental di antara anggota-anggota kelompok sosial tersebut. Interaksi yang demikian dapat terjadi karena semakin besarnya perbedaan daripada persamaan tujuan dan kepentingan anggota-anggota kelompok sosial. Demikian pula sebaliknya, bahwa kelompok sosial dapat terns berlangsung apabila terdapat ikatan tujuan dan kepentingan yang lebih besar daripada perbedaan yang terjadi di antara anggota kelompok sosial. Interaksi mental bukan berarti masing-masing anggota kelompok harus selalu dalam keseragaman pendapat atau persesuaian di antara mereka, tetapi yang pokok adalah antara ketidaksepahaman dengan persamaan pendapat di antara mereka masih terdapat adanya keseimbangan. Pada umumnya para ahli berpendapat bahwa dasarnya ialah interaksi sosial.
  • 17. Harold Lasswell (1969) menyebutkan bahwa unsur-unsur integritas anggota kelompok terhadap kelompoknya dapat diukur menurut derajat keterlibatannya dalam kelompok melalui perasaannya terhadap kelompoknya. Dalam suatu organisasi dengan kesadaran kelompoknya yang tinggi terdapat perasaan kerjasama, berpikir dan rasa kebersamaan di antara masing- masing anggota kelompoknya. Perasaan akan persatuan di antara masing-masing anggota kelompok timbul apabila anggota kelompok masing-masing mempunyai pandangan yang sama tentang masa depan bersama, dengan sadar mengetahui bahwa dalam mewujudkannya mereka memiliki tugas demi merealisasikan tujuan dan kepentingan bersama. Oleh karena itu, dasar pembentukan kelompok tersebut didasarkan pada adanya keyakinan bersama, harapan bersama, tujuan yang sama yang dihayati masing-masing dari anggota kelompok tersebut serta adanya ideologi bersama yang mengikat semua anggota kelompok. Karena itu pula, akhirnya, masing-masing akan sadar untuk turut berpartisipasi dalam mencapai harapan bersama dalam kelompok. Munculnya partisipasi anggota kelompok dalam aktivitasnya pada kehidupan kelompok sosial dimulai dari adanya kebiasaan bekerja sama di antara masing-masing anggota kelompok serta adanya rasa solidaritas. Derajat partisipasi ini merupakan derajat intensitas kesediaan mereka bekerja sama dalam kelompok sosial ini. Kemudian, moral kerja kelompok secara keseluruhan merupakan derajat totalitas partisipasi dari masing-masing anggota kelompoknya. Oleh kerena itu, beberapa para ahli mendefinisikan partisipasi secara aktif sebagai adanya aktivitas atau kegiatan. Untuk jelasnya dapat terlihat dalam urian berikut: a. Gordon W. Allport (R.A. Santoso Sastropoetro, 1988:12) menyebutkan bahwa partisipasi adalah keterlibatan ego atau diri sendiri/ pribadi/ personalitas kejiwaan lebih daripada hanya jasmaniah/ fisik saja. b. Keith Davis (R.A. Santoso Sastropoetro, 1988:51) menyebutkan bahwa partisipasi adalah keterlibatan mental dan emosional yang mendorong untuk memberikan sumbangan kepada tujuan/cita-cita kelompok dan turut bertanggung jawab terhadapnya. c. R. A. Santoso Sastropoetro (1988: 52) menyebutkan bahwa partisipasi adalah keterlibatan spontan dengan kesadaran disertai tanggung jawab terhadap kepentingan kelompok untuk mencapai tujuan bersama. d. Margono Slamet (1980:1) menyebutkan bahwa partisipasi adalah ikut serta mengambil bagian dalam suatu kegiatan dan ikut memanfaatkan serta menikmati hasil yang dicapai
  • 18. dengan persyaratan, meskipun seseorang itu memiliki suatu kemampuan dan adanya suatu kesempatan. Penekanan segi manfaat dan menikmati hasil dimaksudkan adalah mengerjakan sesuatu ikutterlibat, menikmati hasil sebagai hasil dari satu partisipasi apakah dalam bentuk fisik ataupun non fisik. Berdasarkan batasan-batasan di atas, jelaslah bahwa partisipasi itu memiliki empat unsur pokok, yaitu adanya keterlibatan mental dan perasaan, menikmati hasil partisipasi, kesediaan memberikan sumbangan dan adanya rasa tanggung jawab. Jenis partisipasi ini meliputi pikiran, tenaga, keahlian, barang, dan uang. Turut berpartisipasinya seseorang dalam suatu kegiatan, dapatterjadi karena kegiatan tersebut mengandung ide-ide baru yang dirasakan berguna bagi dirinya. Ide-ide baru sebagai inovasi merupakan gagasan, tindakan atau barang yang dianggap baru oleh seorang yang dapat menjadi pangkal terjadinya perubahan sosial yang merupakan inti dalam pembangunan masyarakat. Ide baru itu menyebar ke dalam masyarakat karena terjadinyaproses komunkasi, yaitu proses dimana pesan-pesan dioperasikan dari sumber ke penerima. Oleh karena itu, partisipasi dapat terjadi didahului oleh adanya proses komunikasi melalui interaksi antara individu dalam masyarakat yang bersangkutan. 6. Teori dan Gagasan tentang Kelompok Sosial, Sifat, serta Klasifikasi Tipe kelompok-kelompok sosial dapat diklasifikasikan clari beberapa sudut atau dasar kriteria ukuran yaitu: a) Berdasarkan besar kecilnya jumlah anggota kelompok, bagaimana individu mempengaruhi kelompoknya serta interaksi sosial dalam kelompok tersebut. Ukuran yang demikian ini dikemukakan oleh sosiolog Jerman, yaitu Georg Simmel. Dalam analisisnya mengenai kelompok-kelompok sosial, Simmel mulai dengan bentuk terkecil yang terdiri dari satu orang sebagai fokus hubungan sosial yang dinamakannya “monand” kemudian dikembangkan dengan meneliti kelompok-kelompok yang terdiri dari dua atau tiga orang, yaitu “dyad” serta “triad” dan kelompok-kelompok kecil lainnya. Di samping itu sebagai perbandingan, ditelaahnya kelompok-kelompok yang lebih besar. b) Berdasarkan derajat interaksi sosial dalam kelompok sosial. Beberapa sosiolog dalam hal ini memperhatikan pembagian atas dasar kelompok-kelompok yang anggota-anggotanya sal
  • 19. ing kenal mengenal seperti keluarga, rukun keluarga dan desa. Begitu pula sebaliknya kelompok-kelompok sosial seperti di kota-kota, korporasi, dan negara, yang anggota- anggotanya tidak memiliki pertalian hubungan yang erat. Ukuran ini kemudian oleh para sosiolog di antaranya F. Stuart Chapin dikembangkan dengan memperhatikan tinggi rendahnya derajat keeratan hubungan antara anggota-anggota kelompok tersebut. c) Berdasarkan ukuran kepentingan dan wilayah. Misalnya, suatu community (masyarakat setempat) yang merupakan kelompok-kelompok atau kesatuan-kesatuan sosial atas dasar wilayah yang anggotanya tidak mempunyai kepentingan-kepentingan yang khusus/ tertentu. Berlangsungnya suatu kepentingan, merupakan ukuran lain bagi klasifikasi tipe-tipe sosial. Suatu kerumunan misalnya merupakan kelompok yang hidupnya sebentar, oleh karena kepentingannya pun tidak berlangsung dengan lama. Lain halnya dengan community yang kepentingannya secara relatif bersifat permanen. d) Berdasarkan ukuran derajat organisasi. Dalam hal ini kelompok sosial terdiri dari kelompok-kelompok yang terorganisir. Kelompok sosial yang terorganisir dengan baik, adalah negara, sedangkan kelompok sosial yang tidak terorganisir misalnya adalah suatu kerumunan. Berikutnya Soerjono Soekanto (1982: 117) menambahkan bahwa tipe-tipe umum dari kelornpok-kelompok sosial dalam pula disebutkan, yaitu berdasarkan: a. Kategori statistik Kategori statistik adalah pengelompokan oleh ilmuwan atas dasar ciri tertentu yang sama, seperti misalnya, kelompok umur. b. Kategori sosial Kategori sosial merupakan kelompok individu-individu yang sadar akan ciri-ciri yang dimiliki bersama, misalnya Ikatan Dokter Indonesia. D. Kebudayaan
  • 20. Dalam kehidupan sehari-hari orang begitu sering membicarakan tentang kebudayaan dan tak mungkin orang menghidar dan” kebudayaan, karena tak seorang pun yang tidak berurusan dengan hasil-hasil kebudayaan. Setiap orang melihat, mempergunakan atau merusak kebudayaan. Beberapa definisi tentang kebudayaan dapat dilihat di bawah ini. Dalam karya berjudul The Reality of Culture, Milville J. Herskovits (1955) menyatakan bahwa ada lebih dari seratus enam puluh definisi tentang kebudayaan. Pengertian kebudayaan meliputi bidang yang luasnya seolah-olah tidak berbatas, sehingga sukarsekali mendapatkan suatu definisi yang tegas dan terperinci mencakup segala sesuatu yang termasuk dalam pengertian itu. Dalam pengertian umum, istilah kebudayaan sering diartikan sama dengan kesenian, terutama istilah kebudayaan diartikan menurut ilmu-ilmu pengetahuan kemasyarakatan maka kesenian merupakan hanya salah satu bagian dari kebudayaan. Apabila pengertian kebudayaan hendak dirumuskan dengan istilah-istilah dalam bahasa Indonesia, Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi (1964: 113) mengusulkan rumusan definisi kebudayaan adalah semua hasil dari karya, rasa, dan cipta masyarakat. Karya masyarakat menghasilkan terknologi dan kebudayaan kebendaan {material culture) yang diperlukan oleh masyarakat untuk menguasai alam di sekitarnya agar kekuatan serta hasilnya dapat diabdikan bagi keperluan masyarakat. Rasa yang meliputi jiwa manusia mewujudkan segala norma-norma dan nilai-nilai kemasyarakatan yang perlu untuk mengatur masalah-masalah kemasyarakatan dalam arti luas. Di dalamnya termasuk misalnya saja agama, ideologi, kebatinan, kesenian, dan semua unsur yang merupakan hasil ekspresi jiwa manusia yang hidup sebagai anggota masyarakat. Selanjutnya, cipta merupakan kemampuan mental, kemampun berpikir dari orang-orang yang hidup bermasyarakat dan antara lain menghasilkan filsafat serta ilmu-ilmu pengetahuan, baik yang berwujud teori murni maupun yang telah disusun untuk diamalkan dalam kehidupan masyarakat. Semua karya, rasa, dan cipta dikuasai oleh karsa dari orang orang yang menentukan kegunaannya agar sesuai dengan kepentingan sebagian besar atau seluruh masyarakat. Kebudayaan yang diberi arti demikian dimiliki oleh setiap masyarakat Tidak ada suatu masyarakat pun yang masih hidup tidak mempunyai kebudayaan. Perbedaannya bahwa
  • 21. kebudayaan masyarakat yang satu lebih sempurna dari kebudayaan masyarakat lain dalam perkembangannya untuk memenuhi segala kepentingan. Dalam hubungan ini, maka biasa diberikan nama “peradaban” (civilization) kepada kebudayaan yang telah mencapai taraf perkembangan yang tinggi. Tiga definisi tentang kebudayaan akan lebih memperjelas yang dimaksudkan dengan kebudayaan, yaitu:Definisi klasik kebudayaan yang disusun oleh Sir Edwar Taylor (1871 menyebutkan bahwa kebudayaan adalah komplek keseluruhan dari pengetahuan, keyakinan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan semua kemampuan serta kebiasaan yang lain diperoleh seseorang sebagai anggota masyarakat (Paul B. Horton dan Chester L. Hunt, 1987:58). William A. Haviland (1988: 331) menyebutkan bahwa kebudayaan terdiri dari nilai-nilai, kepercayaan, dan persepsi abstrak tentang jagat raya yang berada di balik perilaku manusia dan yang tercermin dalam perilaku. Semua itu adalah milik bersama para anggota masyarakat, apabila orang berbuat sesuai dengan itu, maka perilaku mereka dianggap dapat diterima di dalam masyarakat. Kebudayaan dipelajari melalui sarana bahasa bukan diwariskan secara biologis dan unsur-unsur kebudayaan yang berfungsi sebagai suatu keseluruhan yang terpadu. Robert L. Sutherland (1961: 30-31) menyebutkan bahwa kebudayaan terdiri dari segala sesuatu yang dipelajari dari pola-pola perikelakuan yang normatif mencakup semua cara atau pola-pola berpikir,merasakan, dan bertindak. Sesuai dengan konsep dan definisi tentang budaya oleh sejumlah pakar maka di Desa Tlumpu juga dapat kita jumpai budaya yang merupakan hasil cipta, kreasi, adat, seperti budaya musik terbangan pada saat menyambut aqiqoh kelahiran anak sambil membaca sholawat nabi ini menjadli budaya di masyarakat Tlumpu. E. Lembaga Sosial atau Institusi Sosial Dalam Kamus Bahasa Indonesia sampai sekarang belum terdapat istilah yang mendapat pengakuan umum dari kalangan para sarjana sosiologi untuk menerjemahkan istilah Inggris, “Social Institution”. Ada yang mencoba menerjemahkannya dengan istilah “pranata” dengan
  • 22. alasan bahwa “Social Institution” mengandung unsur-umof yang mengatur perikelakuan para anggota masyarakat. Adapulayang menggunakan istilah “Bangunan Sosial”, istilah ini diduga merupakan terjemahan dari istilah “Sociale Gebilde” dalam bahasa Jerman yang lebih jelas menggambarkan bentuk serta susunan dari “Social Institution”. Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi (1964: 61) menggunakan istilah “Lembaga Kemasyarakatan” sebagai terjemahan dari “Social Institution”. Bukan karena terjemahan itu yang dianggap paling tepat, tetapi istilah lembaga selain menunjuk pada suatu bentuk, juga mengadung pengertian yang abstrak tentang adanya norma-norma dan peraturan-peraturan tertentu yang menjadi ciri dari suatu lembaga. Di Desa Tlumpu ada lembaga sosial yang telah terbingkai dalam dalam kehidupan masyarakat, baik itu norma kesusilaan, norma hukum, dan yang sangat kental adalah norma religius ajaran agama Islam. Kontrol social di Desa Tlumpu termasuk ketat ketika ada anggota masyarakatnya yang melanggar norma langsung ada perhatian dan peringatan dari tetangga atau anggota masyarakat lainnya, biasanya juga peran Ketua RT, Ketua Rw sangat besar tarkala ada pelanggaran norma, akan ada perhatian, peringatan, dan sanksi. Adapau ketentuan yang terbaru adalah Ketua RW bekerja sama dengan Polsek dalam hal penanganan ketertiban dan keamanan masyarakat. Seperti tersebut di atas, Koentjaraningrat (1964: 113) menggunakan istilah “Pranata Sosial” untuk terjemahan istilah “Social Institution” dengan alasan menunjuk kepada adanya unsur-unsur yang mengatur perikelakuan para anggota masyarakat. Pranata sosial adalah suatu sistem tata kelakuan dan hubungan yang berpusat pada aktivitas-aktivitas untuk memenuhi kompleks-kompleks kebutuhan khusus dalam kehidupan masyarakat. Para ahli memberikan beberapa batasan mengenai lembaga sosial dalam uraian berikut: Alvin L. Bertrand (1980: 120) menyatakan bahwa, institusi-institusi sosial pada hakikatnya adalah kumpulan-kumpulan dari norma-norma sosial (struktur-struktur sosial) yang telah diciptakan untuk dapat melaksanakan fungsi masyarakat. Institusi-institusi ini meliputi kumpulan-kumpulan norma-norma dan bukan norma-norma yang berdiri sendiri- sendiri. Menurut Joseph S. Roucek dan Roland L. Waren (1984: 93) institusi adalah pola-pola {patterns) yang telah mempunyai kedudukan tetap atau pasti untuk mempertemukan
  • 23. bermacam-macam kebutuhan manusia yang muncul dari kebiasaan-kebiasaan dengan mendapatkan persetujuan dari cara-cara yang sudah tidak dipungkiri lagi, untuk memenuhi konsep kesejahtaran masyarakat dan menghasilkan suatu struktur. Paul B. Horton dan Chester L. Hunt (1987: 224-245) menyebutkan bahwa lembaga yang digunakan dalam konsep sosiologi berbeda dengan yang digunakan oleh konsep umum lainnya. Sebuah lembaga bukanlah sebuah bangunan, bukan sekelompok orang dan juga bukan sebuah organisasi. Lembaga (institusi) adalah suatu sistem norma untuk mencapai suatu tujuan atau kegiatan yang oleh masyarakat dipandang penting, atau secara formal, lembaga adalah sekumpulan kebiasaan dan tata kelakuan yang berkisar pada suatu kegiatan pokok manusia. Lembaga adalah proses-proses terstruktur (tersusun) untuk melaksanakan berbagai kegiatan tertentu. J.B.A.F. Mayor Polak (1966: 253) memberikan batasan tentang lembaga sosial yaitu suatu kompleks atau sistem peraturan-peraturan dan adat istiadat yang mempertahankan nilai- nilai yang penting, sedangkan lembaga mempunyai tujuan untuk mengatur antar-hubungan yang diadakan untuk memenuhi kebutuhan manusia yang paling penting. Robert Mac Iver dan Charles H. Page (1965: 19) mengartikan lembaga sosial sebagai tata cara atau prosedur yang telah diciptakan untuk mengatur hubungan antar-manusia yang berkelompok dalam suatu kelompok kemasyarakatan yang dinamakan association. Leopold von Wiese dan Howard Becker (Soerjono Soekanto, 1982: 193) melihat lembaga sosial dari sudut fungsinya yang menyebutkan bahwa lembaga sosial adalah suatu jaringan proses-proses hubungan antar manusia dan antar-kelompok manusia yang berfungsi untuk memelihara hubungan-hubungan tersebut serta pola-polanya sesuai dengan kepentingan- kepentingan manusia dan kelompoknya. Soerjono Soekanto (1982: 192) menyatakan bahwa lembaga sosial adalah merupakan himpunan daripada norma-norma dari segala tingkatan yang berkisar pada suatu kebutuhan pokok di dalam kehidupan masyarakat. wujud yang konkret dari lembaga sosial ini adalah asosiasi. Sebagai contoh, universitas merupakan lembaga sosial atau lembaga kemasyarakatan, sedangkan Universitas Indonesia, Universitas Padjadjaran, Universitas Gadjah Mada, Universitas Airlangga dan Iain-Iain adalah contoh-contoh asosiasi.
  • 24. E. STRATIFIKASI SOSIAL 1.Pengertian Stratifikasi sosial merupakan suatu konsep dalam sosiologi yang melihat bagaimana anggota masyarakat dibedakan berdasarkan status yang dimilikinya. Status yang dimiliki oleh setiap anggota masyarakat ada yang didapat dengan suatu usaha (achievement status) dan ada yang didapat tanpa suatu usaha (ascribed status). Stratifikasi berasal dari kata stratum yang berarti strata atau lapisan dalam bentuk jamak. Pitirim A. Sorokin ( Soekanto, 2006; 197) mengatakan bahwa sistem lapisan sosial merupakan ciri yang tetap dan umum dalam setiap masyarakat yang hidup teratur. Barang siapa yang memiliki sesuatu yang berharga dalam jumlah yang sangat banyak dianggap masyarakat memiliki kedudukan dalam lapisan atas. Mereka hanya memiliki sedikit sekali atau tidak memiliki sesuatu yang berharga dalam pandangan masyarakat mempunyai kedudukan yang rendah. Menurut Pitirim A. Sorokin (Soekanto, 2006:198) stratifikasi berasal dari kata stratum yang berari lapisan. Lebih lanjut Sorokin menjelaskan bahwa stratifikasi sosial adalah pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat/ hierarkis. Dasar dari pembedaan ini adalah tidak adanya keseimbangan dalam distribusi hak dan kewajiban. Sedangkan menurut Bruce J. Cohen sistem stratifikasi akan menempatkan setiap individu pada kelas sosial yang sesuai berdasarkan kualitas yang dimiliki.Stratifikasi dapat terjadi dengan sendirinya sebagai bagian dari proses pertumbuhan masyarakat, juga dapat dibentuk untuk tercapainya tujuan bersama. Faktor yang menyebabkan stratifikasi sosial dapat tumbuh dengan sendirinya adalah kepandaian, usia, sistem kekerabatan, dan harta dalam batas-batas tertentu. Mobilitas sosial merupakan perubahan status individu atau kelompok dalam stratifikasi sosial. Mobilitas dapat terbagi atas mobilitas vertikal dan mobilitas horizontal. Mobilitas vertikal juga dapat terbagi dua, mobilitas vertikal intragenerasi, dan mobilitas antargenerasi. Berkaitan dengan mobilitas ini maka stratifikasi sosial memiliki dua sifat, yaitu stratifikasi terbuka dan stratifikasi tertutup. Pada stratifikasi terbuka kemungkinan terjadinya mobilitas sosial cukup besar, sedangkan pada stratifikasi tertutup kemungkinan terjadinya mobilitas sosial sangat kecil.
  • 25. Mobilitas stratifikasi social di Masyarakat Tlumpu terbuka bagi siapa saja yang mampu memilki dan mencapai symbol-simbol kekayaan maupun mencapai posisi jabatan strategis . 2.Dimensi Stratifikasi Sosial Untuk menjelaskan stratifikasi sosial ada tiga dimensi yang dapat dipergunakan yaitu : privilege, prestise, dan power. Ketiga dimensi ini dapat dipergunakan sendiri-sendiri, namun juga dapat didigunakan secara bersama. Karl Marx menggunakan satu dimensi, yaitu privilege atau ekonomi untuk membagi masyarakat industri menjadi dua kelas, yaitu kelas Borjuis dan Proletar. Sedangkan Max Weber, Peter Berger, Jeffries dan Ransford mempergunakan ketiga dimensi tersebut. Dari penggunaan ketiga dimensi tersebut Max Weber memperkenalkan konsep : kelas, kelompok status, dan partai. Kelas sosial merupakan suatu pembedaan individu atau kelompok berdasarkan kriteria ekonomi. Untuk mendalami kelas sosial ini Soerjono Soekanto memberikan 6 kriteria tradisional. Menurut Horton and Hunt keberadaan kelas sosial dalam masyarakat berpengaruh terhadap beberapa hal, diantaranya adalah identifikasi diri dan kesadaran kelas sosial, pola- pola keluarga, dan munculnya simbol status dalam masyarakat. Bentuk stratifikasi dapat dibedakan menjadi bentuk lapisan bersusun yang diantaranya dapat berbentuk piramida, piramida terbalik, dan intan. Selain lapisan bersusun bentuk stratifikasi dapat juga diperlihatkan dalam bentuk melingkar. Bentuk stratifikasi melingkar ini terutama berkaitan dengan dimensi kekuasaan. Ada tiga cara yang dapat kita lakukan untuk bisa mengetahui bentuk dari stratifikasi sosial. Ketiga cara tersebut adalah dengan pendekatan objektif, pendekatan subyektif, dan pendekatan reputasional. Stratifikasi merupakan suatu fenomena sosial yang telah menjadi ciri dari setiap masyarakat di manapun dan dari dulu sampai sekarang. Plato (Russell, 2004:147) seorang filsuf klasik Yunani misalnya membagi warga negara menjadi tiga kelas yakni rakyat biasa, kaum serdadu dan golongan para pemimpin. Golongan para pemimpin memiliki kekuasaan politik. Jumlahnya lebih sediri dari dua golongan di bawahnya. Golongan para pemimpin ini pada mulanya dipilih oleh legislator, tetapi kemudian diganti berdasarkan keturunan. Seorang filsuf yang lain – masih dari Yunani – Aristoteles (Russell, 2004; 236) menagatakan bahwa
  • 26. setiap orang harus dicintai sesuai dengan kelebihannya, yang lebih rendah harus mencintai yang lebih tinggi dari pada yang tinggi mencintai yang lebih rendah; para isteri, anak-anak, rakyat, harus memberikan cinta kepada suami, orang tua, monarkhi secara lebih dari pada suami, orang tua, monarkhi berikan kepada mereka. Bahwa Masyarakat Desa Tlumpu memiliki stratifikasi kelas yang beragam, apabila kita melihat berdasarkan kekayaaan, ada 3 golongan masyarakat, 1. Masyarakat yang tergolong kaya, 2. Masyarakat yang tergolong sedang, 3. Masyarakat yang tergolong miskin. Ini bias dilihat dari bentuk rumah, kelengkapan sarana di rumah, kepemilikan mobil, serta gaya hidup . Hak tersebut yang bias membedakan stratifikasi social di masyarakat. Selain itu juga bias dilihat dari jenis pekerjaannya, orang pegawai bank, pengusaha besar, pemiliki toko besar, pemiliki sawah yang luas, mendapat posisi tertinggi atau golongan orang kaya, sedangkan PNS, wiraswasta menempati posisi ke dua yaitu pada golongan sedang, adapun para buruh tani, pembantu di rumah orang, tukang menempati posisi terbawah. 3. Sifat Stratifikasi Sosial Sifat dalam stratifikasi sosial dapat bersifat tertutup dan terbuka (Soekanto, 2006:202). Lapisan tertutup membatasi kemungkinan pindahnya seseorang dari satu lapisan ke lapisan yang lain baik yang perpindahan horisontal maupun vertikal. Sebaliknya dalam lapisan yang terbuka setiap masyarakat mempunyai kesempatan untuk berusaha sesuai dengan kecakapannya sendiri untuk naik ke lapisan atas. Lapisan tertutup lebih didasarkan pada faktor-faktor yang bersifat ascribed, suatu lapisan yang terjadi bukan karena usaha atau kegagalan seseorang melainkan karena berdasarkan kelahiran. Menjadi putra mahkota di Jepang, pangeran di Inggris atau di kerajaan Yogyakarta bukan karena pendidikan, melainkan karena kelahiran berdasarkan tradisi masyarakat itu sendiri. Ini berarti bahwa tidak setiap warga negara Inggris dapat menjadi pangeran Inggris, dan tidak setiap warga Jepang akan dapat menjadi putra mahkota Jepang. Lapisan sosial yang tertutup ini banyak dijumpai dalam sistem kasta. Lapisan terbuka lebih didasarkan oleh faktor-faktor prestasi atau usaha seseorang. Lapisan terbuka dianuti oleh hampir semua masyarakat modern dewasa ini. 4. Kelas-Kelas Dalam Masyarakat Kelas sosial (Soekanto, 2006:207) adalah semua orang dan keluarga yang sadar akan kedudukannya di dalam suatu lapisan, dan kedudukan mereka itu diketahui serta diakui oleh
  • 27. masyarakat umum. Kelas sosial ini bisa didasari oleh ukuran kekayaan, ukuran kekuasaan, kehormatan dan penguasaan terhadap ilmu pengetahuan. Ada pula yang menggunakan istilah kelas hanya untuk lapisan yang berdasarkan atas unsur ekonomis. Sementara itu, lapisan yang berdasarkan atas kehormatan dinamakan kelompok kedudukan (status group). Menurut Joseph Schumpeter, kelas-kelas dalam masyarakat terbentuk karena diperlukan untuk menyesuaikan masyarakat dengan keperluan-keperluan yang nyata. Berdasarkan hal tersebut di atas, kelas memberikan fasilitas-fasilitas hidup yang tertentu bagi anggotanya. Misalnya, keselematan atas hidup dan harta benda, kebebasan, standar hidup yang tinggi sesuai dengan kedudukan yang dalam arti tertentu tidak dipunyai oleh warga kelas yang lainnya. Selain itu, kelas juga memengaruhi gaya dan tingkah laku hidup masing-masing warganya karena kelas-kelas yang ada dalam masyarakat mempunyai perbedaan dalam kesempatan-kesempatan menjalani jenis pendidikan atau rekreasi tertentu 5. Kriteria Menggolongkan Anggota Masyarakat Dalam Suatu Lapisan a. Ukuran Kekayaan Barang siapa yang memiliki kekayaan paling banyak termasuk dalam lapisan atas. Kekayaan tersebut dapat dilihat pada bentuk rumah, mobil pribadi, cara menggunakan pakaian dan kebiasaan-kebiasaan lainnya. b. Ukuran Kekuasaan Barang siapa memiliki kekuasaan atau mempunyai wewenang terbesar menempati lapisan atas. c. Ukuran Khormatan Ukuran kehormatan tersebut mungkin terlepas dari ukuran kekayaan dan kekuasaan. Orang yang paling disegani dan dihormati, mendapat tempat teratas. Ukuran ini banyak dijumpai dalam masyarakat-masyarakat tradisional. Biasanya mereka adalah golongan tua atau yang pernah berjasa. Sesuai dengan definisi diatas bahwa dalam stratifikasi social ada yang berdasarkan kehormatan menempati posisi stratifikasi yang tertinggi seperti kyai, sesepuh desa, tokoh
  • 28. masyarakat, tokoh pemuda yang aktif mengelola desa dan banyak berjasa dalam pengembangan desanya. Seperti halnya berdasarkan kekuasaannya maka siapa yang memiliki kewenangan dan pangkat atau memiliki kedudukan d Desa mendapat posisi teratas, seperti Kepala Kelurahan, Anggota DPR, Kepala Sekolah. 6. Prinsip-prinsip Umum Stratifikasi Sosial 1. Stratifikasi sosial merupakan karakter dari setiap komunitas masyarakat. 2. Stratifikasi sosial bersifat universal dan berubah-ubah 3. Stratifikasi sosial akan selalu ada pada setia generasi 4. Stratifikasi sosial didukung oleh pola-pola kepercayaan. 7, Distribusi Kekuasaan Hak-Hak Istimewa dan Prestise yang Tidak Merata. Kekuasaan didefenisikan sebagai kemungkinan individu atau kelompok untuk memaksakan keinginan meraka kepada yang lainnya, bahkan bila mendapat penolakan dan pertentangan dari orang lain. Pada saat anda memaksakan keinginan anda terhadap orang lain yang tidak ingin dikontrol oleh anda, anda berarti memiliki kekuasaan. Penggunaan paksaan merupakan manifenstasi yang paling nyata dari kepemilikan kekuasaan a.Privilege Privilege mengacu pada hak, keuntungan dan kekebalan yang diasosiasikan dengan suatu posisi hirarki. Distribusi privilege membagi masyarakat ke dalam kelompok yang memiliki dan yang tidak memiliki. Kelompok strata atas memiliki kekebalan, pendapatan, dan hak-hak prerogatif, kebebasan, dan pilihan-pilihan yang kurang sesuai dengan strata bawah. Privilege memiliki dua aspek utama yakni ekonomi dan kultural. 1. Beberapa privilege secara langsung dihubungkan dengan posisi ekonomi individual. Orang-orang dengan kesejahteraan yang lebih besar dapat memperoleh banyak keuntungan seperti pelayanan kesehatan yang baik dan dapat menghindari setiap kesulitan hidup.
  • 29. 2. Norma-norma budaya dapat meberikan keuntungan atau ketidakberuntungan kepada orang-orang tertentu b.Prestige Prestige mengacu pada distribusi kehormatan dan status sosial. Dalam masyarakat pada umumnya ada kelompok yang memiliki prestige yang tinggi, namun ada pula kelompok masyarakat dengan prestige yang rendah. 8.Macam-macam / Jenis-jenis Status Sosial 1. Ascribed Status Ascribed status adalah tipe status yang didapat sejak lahir seperti jenis kelamin, ras, kasta, golongan, keturunan, suku, usia, dan lain sebagainya. 2. Achieved Status Achieved status adalah status sosial yang didapat sesorang karena kerja keras dan usaha yang dilakukannya. Contoh achieved status yaitu seperti harta kekayaan, tingkat pendidikan, pekerjaan, dll. 3. Assigned Status Assigned status adalah status sosial yang diperoleh seseorang di dalam lingkungan masyarakat yang bukan didapat sejak lahir tetapi diberikan karena usaha dan kepercayaan masyarakat. Contohnya seperti seseorang yang dijadikan kepala suku, ketua adat, sesepuh, dan sebagainya. 9.Sifat Stratifikasi Sosial a.Stratifikasi Sosial Tertutup Stratifikasi tertutup adalah stratifikasi di mana tiap-tiap anggota masyarakat tersebut tidak dapat pindah ke strata atau tingkatan sosial yang lebih tinggi atau lebih rendah. Contoh stratifikasi sosial tertutup yaitu seperti sistem kasta di India dan Bali serta di Jawa ada golongan darah biru dan golongan rakyat biasa. Tidak mungkin anak keturunan orang biasa seperti petani miskin bisa menjadi keturunan ningrat / bangsawan darah biru b.Stratifikasi Sosial Terbuka
  • 30. Stratifikasi sosial terbuka adalah sistem stratifikasi di mana setiap anggota masyarakatnya dapat berpindah-pindah dari satu strata / tingkatan yang satu ke tingkatan yang lain. Misalnya seperti tingkat pendidikan, kekayaan, jabatan, kekuasaan dan sebagainya. Seseorang yang tadinya miskin dan bodoh bisa merubah penampilan serta strata sosialnya menjadi lebih tinggi karena berupaya sekuat tenaga untuk mengubah diri menjadi lebih baik dengan sekolah, kuliah, kursus dan menguasai banyak keterampilan sehingga dia mendapatkan pekerjaan tingkat tinggi dengan bayaran / penghasilan yang tinggi. c.Stratifikasi Sosial Campuran Hal ini bisa terjadi bila stratifikasi sosial terbuka bertemu dengan stratifikasi sosial tertutup. Anggotanya kemudian menjadi anggota dua stratifikasi sekaligus. Ia harus menyesuaikan diri terhadap dua stratifikasi yang ia anut 10.Bentuk-bentuk Mobilitas Sosial: a.Mobilitas Sosial Horizontal Di sini, perpindahan yang terjadi tidak mengakibatkan berubahnya status dan kedudukan individu yang melakukan mobilitas. b.Mobilitas Sosial Vertikal Mobilitas sosial yang terjadi mengakibatkan terjadinya perubahan status dan kedudukan individu. Mobilitas sosial vertikal terbagi menjadi a.Vertikal naik Status dan kedudukan individu naik setelah terjadinya mobilitas sosial tipe ini. b.Vertikal turun Status dan kedudukan individu turun setelah terjadinya mobilitas sosial tipe ini. c.Mobilitas antar generasi Ini bisa terjadi bila melibatkan dua individu yang berasal dari dua generasi yang berbeda.
  • 31. BAB III KESIMPULAN 1. Profil .Desa Tlumpu merupakan salah satu Desa yang termasuk di Kelurahan Tlumpu Kecamatan Sukorejo Kota Blitar. Secara geografis, Kota Blitar terletak di sebelah selatan Provinsi Jawa Timur, berada di kaki Gunung Kelud dengan ketinggian 156 meter dari permukaan laut. Kota Blitar terdiri dari 3 Kecamatan dan 21 Kelurahan. Di Desa Tlumpu memiliki terdapat Kelurahan Tlumpu yang dipimpin oleh Lurah yaitu Bapak Muheni. 2. Kelompok Sosial Kelompok Yasinan, Tahlilan baik pada tingkat remaja putra dan putri serta pada tingkat dewasa bapak-bapak dan ibu-ibu, Club Sepak Bola Tlumpu. Pada Kelompok social tersebut terdiri dari kelompok yang memiliki kesamaan tujuan dan agama, seperti pada Kelompok Yasinan dan Tahlil baik pada tingkat remaja putra dan putri serta pada tingkat dewasa bapak- bapak dan ibu-ibu termasuk kelompok sosial karena terdiri dari lebih satu individu yang
  • 32. memiliki rasa solidaritas, saling mempengaruhi, dan berhubungan, dan memberikan bermanfaat bagi anggotanya. 3. Budaya di Desa Tlumpu juga dapat kita jumpai budaya yang merupakan hasil cipta, kreasi, adat, seperti budaya musik terbangan pada saat menyambut aqiqoh kelahiran anak sambil membaca sholawat nabi ini menjadli budaya di masyarakat Tlumpu. 4. Lembaga Sosial/ institusi sosial Di Desa Tlumpu ada lembaga sosial yang telah terbingkai dalam dalam kehidupan masyarakat, baik itu norma kesusilaan, norma hukum, dan yang sangat kental adalah norma religius ajaran agama Islam. Kontrol social di Desa Tlumpu termasuk ketat ketika ada anggota masyarakatnya yang melanggar norma langsung ada perhatian dan peringatan dari tetangga atau anggota masyarakat lainnya, biasanya juga peran Ketua RT, Ketua Rw sangat besar tarkala ada pelanggaran norma, akan ada perhatian, peringatan, dan sanksi 5. Stratifikasi Sosial Bahwa Masyarakat Desa Tlumpu memiliki stratifikasi kelas yang beragam, apabila kita melihat berdasarkan kekayaaan, ada 3 golongan masyarakat, 1. Masyarakat yang tergolong kaya, 2. Masyarakat yang tergolong sedang, 3. Masyarakat yang tergolong miskin. Ini bias dilihat dari bentuk rumah, kelengkapan sarana di rumah, kepemilikan mobil, serta gaya hidup . Hak tersebut yang bias membedakan stratifikasi social di masyarakat. Selain itu juga bias dilihat dari jenis pekerjaannya, orang pegawai bank, pengusaha besar, pemiliki toko besar, pemiliki sawah yang luas, mendapat posisi tertinggi atau golongan orang kaya, sedangkan PNS, wiraswasta menempati posisi ke dua yaitu pada golongan sedang, adapun para buruh tani, pembantu di rumah orang, tukang menempati posisi terbawah.
  • 33. PUSTAKA Soekanto, S. 2010. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Grafindo. ———-. Struktur dan Stratifikasi Sosial. http:// www.g- excess.com/id/pages/strukturdanstratifikasisosiall.html [10 September 2011] Suwarno, 1994. Perubahan Sosial dan Pembangunan. Jakarta.LP3ES