SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 121
4-1
Gambaran Umum
Wilayah
Kabupaten/Kota
4-2
4.1 GAMBARAN UMUM PROVINSI KALIMANTAN TIMUR
4.1.1 Administrasi dan Geografi
Daerah Kalimantan Timur yang terdiri dari luas wilayah daratan 127.267,52 km2 dan luas
pengelolaan laut 25.656 km2
, terletak antara 113o
44' dan 119o
00' Bujur Timur, dan antara 2o
33
'Lintang Utara dan 2o
25' Lintang Selatan. Dengan adanya perkembangan dan pemekaran
wilayah, Kalimantan Timur yang merupakan provinsi terluas ketiga setelah Papua dan
Kalimantan Tengah, dibagi menjadi 7 (tujuh) kabupaten, 3 (tiga) Kota, 103 kecamatan dan
1.032 desa/kelurahan.
Tujuh Kabupaten tersebut adalah Paser denga ibu kota Tanah Grogot, Kutai Barat denga
ibukota Sendawar, Kutai Kartanegara dengan ibukota Tenggarong, Kutai Timur denga ibukota
Sangatta, Berau dengan ibukota Tanjung Redeb, Penajam Paser Utara dengan ibukota
Penajam, dan Mahakam Ulu dengan ibukota Long Bagun (pemekaran dari Kabupaten Kutai
Barat). Sedangkan tiga kota adalah Balikpapan, Samarinda dan Bontang.
Kalimantan Timur merupakan salah satu pintu gerbang utama di wilayah Indonesia bagian
Timur. Daerah yang juga dikenal sebagai gudang kayu dan hasil pertambangan ini mempunyai
ratusan sungai yang tersebar pada hampir semua kabupaten/kota dan merupakan sarana
angkutan utama di samping angkutan darat, dengan sungai yang terpanjang Sungai Mahakam.
Provinsi Kalimantan Timur terletak di paling timur Pulau Kalimantan. Tepatnya provinsi ini
berbatasan langsung dengan Kalimantan Utara di sebelah Utara, Laut Sulawesi dan Selat
Makasar di sebelah Timur, Kalimantan Selatan di sebelah Selatan, dan Kalimantan Barat,
Kalimantan Tengah serta Malaysia di sebelah barat.
Daratan Kalimantan Timur tidak terlepas dari perbukitan yang terdapat hampir di seluruh
kabupaten. Jumlah danau di provinsi ini juga cukup banyak yaitu sekitar 18 buah. Sebagian
danau-danau tersebut berada di Kabupaten Kutai Kartanegara dengan danau yang paling luas
yaitu Danau Semayang dan Melintang yang masing-masing mempunyai luas area 13.000 ha dan
11.000 ha.
Tabel 4.1
Luas Wilayah dan Jarak Beberapa Kota dari Samarinda Menurut Kabupaten/Kota
Tahun 2014
No Kabupaten/Kota Kota
Luas
Daratan
(Ha)
Luas
Perairan
Darat (Ha)
Luas
Wilayah
Darat (Ha)
Luas
Pengelolaan
Laut 0-4 Mil
(Km2
)
Jarak
(Km)
1. Paser Tanah Grogot 1.074.526 44.767 1.119.293 8.200 260
2. Kutai Barat Sendawar 1.537.890 25.170 1.563.060 - 334
3. Kutai Kartanegara Tenggarong 2.571.641 63.254 2.634.895 1.891 31
4-3
No Kabupaten/Kota Kota
Luas
Daratan
(Ha)
Luas
Perairan
Darat (Ha)
Luas
Wilayah
Darat (Ha)
Luas
Pengelolaan
Laut 0-4 Mil
(Km2
)
Jarak
(Km)
4. Kutai Timur Sangatta 3.173.519 16.130 3.189.649 2.641 176
5. Berau Tanjung Redeb 2.195.171 24.862 2.220.033 11.962 547
6. Penajam Paser Utara Penajam Paser Utara 313.195 7.960 321.155 400 130
7. Balikpapan Balikpapan 50.432 5.696 56.128 287 112
8. Samarinda Samarinda 69.496 2.287 71.783 - -
9. Bontang Bontang 16.311 2.945 19.256 275 108
10. Mahakam Ulu Long Bagun 1.531.500 - 1.531.500 - -
Jumlah 12.533.681 193.071 12.726.752 25.656 1.398
Sumber: Kalimantan Dalam Angka Tahun 2015
Dari sebanyak 1.032 desa definitif terdapat 797 desa yang masih berstatus swadaya, 202 desa
swakarya dan 33 desa swasembada. Sedangkan dari sejumlah desa definitif tersebut, terdapat
198 LPM kategori I, 414 LPM kategori II dan 533 LPM kategori III.
Tabel 4.2
Banyaknya Kecamatan, Desa/Kelurahan dan Luas Wilayah Menurut Kabupaten/Kota
Tahun 2014
No Kabupaten/Kota
Banyaknya
Kecamatan
Banyaknya
Desa/
Kelurahan
Luas Wilayah Daratan
(Km2
) %
1. Paser 10 144 11.192,93 8,79
2. Kutai Barat 16 194 15.630,60 12,28
3. Kutai Kartanegara 18 237 26.348,95 20,70
4. Kutai Timur 18 135 31.896,49 25,06
5. Berau 13 110 22.200,33 17,44
6. Penajam Paser Utara 4 54 3.211,55 2,52
7. Mahakam Ulu 5 50 15.315,00 12,03
8. Balikpapan 6 34 561,28 0,44
9. Samarinda 10 59 717,83 0,56
10. Bontang 3 15 192,56 0,15
Jumlah 2014 103 1032 127.267,52 100,00
2013 102 1013 127.267,52 100,00
Sumber: Kalimantan Timur Dalam Angka Tahun 2015
Untuk lebih jelasnya, wilayah administrasi Propinsi Kalimantan Timur dapat dilihat pada
gambar 2.1 berikut.
4-4
Gambar 4.1 Peta Administrasi Provinsi Kalimantan Timur
4.1.2 Kawasan Strategis Provinsi Kalimantan Timur
Kawasan strategis Provinsi Kalimantan Timur terdiri dari:
1. Rencana pengembangan KSP meliputi Kawasan Andalan Nasional dan Kawasan Strategis
Nasional yang ditetapkan dalam RTRW Nasional yang terkait dengan wilayah provinsi dan
KSP;
2. Rencana pengembangan KSP adalah penetapan kawasan yang mampu mendorong
pertumbuhan ekonomi, pemerataan pembangunan dan memperhatikan aspek sosial
budaya serta pelestarian lingkungan;
3. Kawasan Andalan Nasional meliputi Kawasan Sangkulirang, Sangatta, dan Muara Wahau
(SASAMAWA); Kawasan Bontang – Samarinda – Tenggarong – Balikpapan – Penajam
(BOSAMTEBAJAM) dan sekitarnya; dan Kawasan Andalan Laut Bontang dan sekitarnya dan
Kawasan Tanjung Redeb dan sekitarnya.;
4. Kawasan Strategis Nasional (KSN) meliputi KSN Perbatasan Darat Republik Indonesia dan
Jantung Kalimantan (Heart Of Borneo) Kalimantan Timur– Sarawak; KSN Perbatasan Laut
Republik Indonesia di sekitar pulau-pulau kecil terluar Provinsi Kalimantan Timur meliputi
Gosong Makasar, Pulau Maratua, dan Pulau Sambit; KAPET Samarinda – Sanga-sanga –
4-5
Muara Jawa – Balikpapan (SASAMBA); dan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Maloy Batuta
Trans Kalimantan (MBTK) di Kabupaten Kutai Timur;
5. Kawasan strategis provinsi terdiri atas:
- kawasan yang memiliki nilai strategis dari sudut kepentingan ekonomi yang
berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi provinsi meliputi:
6. Kawasan Industri Manufaktur Kariangau dan Buluminung di Kota Balikpapan dan
Kabupaten Penajam Paser Utara;
7. Kawasan Industri Perdagangan dan Jasa di Kota Samarinda;
8. Kawasan Industri Petrokimia berbasis Migas dan Kondensat di Kota Bontang;
9. Kawasan Industri Oleochemical Maloy di Kabupaten Kutai Timur;
10. Kawasan Industri Pertanian di Kabupaten Paser dan Kabupaten Penajam Paser
Utara;
11. Kawasan Industri Pertanian di Kabupaten Kutai Kartanegara dan Kabupaten Kutai
Barat;
12. Kawasan Industri Pertanian di Kabupaten Mahakam Ulu;
13. Kawasan Agropolitan Regional di Kabupaten Kutai Timur.
- Kawasan strategis dari sudut kepentingan sosial dan budaya di dalam wilayah provinsi,
meliputi:
14. Museum Mulawarman di Kabupaten Kutai Kartanegara;
15. Desa Budaya Pampang di Kota Samarinda;
16. Kawasan Koridor Sungai Mahakam; dan
- Kawasan yang memiliki nilai strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung
lingkungan hidup di dalam wilayah provinsi meliputi:
17. Kawasan 3 (tiga) danau (Danau Semayang, Danau Jempang, Danau Melintang dan
sekitarnya);
18. Kawasan Teluk Balikpapan (Sepaku – Penajam – Balikpapan);
19. Kawasan Delta Mahakam;
20. Kawasan Pesisir dan Laut Kepulauan Derawan dan sekitarnya.
21. Kawasan Ekosistem Karst Sangkulirang Mangkalihat;
22. Kawasan Pesisir dan Laut Kepulauan Balabalagan
- Kawasan yang memiliki nilai strategis dari sudut kepentingan mempercepat pertumbuhan
kawasan tertinggal di dalam wilayah provinsi meliputi: Kawasan Permukiman Perbatasan Long
Pahangai dan Long Apari di Kabupaten Mahakam
Ulu.
4-6
4.1.3 Kondisi Fisik Dasar
1. Kondisi Topografi
Berdasarkan kelerengan atau kemiringan lahan dan ketinggian tempat, karakteristik topografi
Provinsi Kalimantan Timur didominasi oleh lahan-lahan dengan kelerengan di atas 40 persen
dan ketinggian kurang dari 500 meter dpl. Kondisi demikian akan mempunyai pengaruh sangat
besar dalam rangka pemanfaatan lahan sesuai dengan rencana tata ruang wilayah.
Lahan datar (0-2%) di Provinsi Kalimantan Timur pada umumnya hanya terdapat di daerah
pantai dan daerah aliran sungai-sungai besar yang luasnya sekitar 10,70 persen dari total
wilayah. Sedangkan lahan dengan tingkat kelerengan landai (2-15%) luasnya mencapai 16,16
persen. Sisanya, lahan berbukit dengan tingkat kelerengan > 15% dengan luasnya mencapai
sekitar 73,14 persen dari luas wilayah Provinsi Kalimantan Timur.
Pengembangan tanaman pangan hanya mungkin dilakukan di daerah yang datar hingga landai
atau wilayah dengan kemiringan 0-15 persen. Sedangkan lahan dengan tingkat kelerengan
yang lebih tinggi (>15 persen) hanya cocok untuk tanaman tahunan dan kawasan konservasi.
Tabel 4.3
Luas Wilayah Menurut Kelas Lereng/Kemiringan dan Kabupaten/Kota (Ha) di Provinsi
Kalimantan Timur Tahun 2014
No Kabupaten/Kota
Kelas Lereng/kemiringan (Ha)
Jumlah
0-2% 2-15% 15-40% >40%
1. Paser 258.899 228.121 151.770 435.738 1.074.526
2. Kutai Barat*) 146.730 413.130 963.815 1.545.715 3.069.390
3. Kutai Kartanegara 581.179 802.253 692.104 496.106 2.571.641
4. Kutai Timur 151.165 197.965 1.212.195 1.612.195 3.173.519
5. Berau 136.757 329.099 485.704 1.243.612 2.195.171
6. Penajam Paser Utara 29.609 31.409 184.727 67.451 313.195
7. Balikpapan 7.075 3.350 21.331 18.675 50.432
8. Samarinda 25.411 17.699 17.284 9.102 69.496
9. Bontang 4.190 2.926 4.222 4.974 16.311
10. Mahakam Ulu*) - - - - -
Jumlah 1.341.015 2.025.952 3.733.152 5.433.568 12.533.681
Sumber: Kalimantan Timur Dalam Angka, 2015
*)Data Mahakam Ulu masih bergabung dengan Kutai Barat
4-7
Gambar 4.2
Karakteristik Topografi Wilayah Berdasarkan Tingkat Kelerangan Lahan
Provinsi Kalimantan Timur
Sumber: Kalimantan Timur Dalam Angka, 2015
Berdasarkan ketinggian tempat di atas permukaan laut, 51,51 persen lahan di Provinsi
Kalimantan Timur mempunyai ketinggian di bawah 100 mdpl. Sedangkan luas lahan yang
terletak pada ketinggian antara 100 dan 500 mdpl mencapai 26,94 persen.
Selebihnya terletak pada ketinggian di atas 500 mdpl sekitar 21,55 persen. Berdasarkan data
ketinggian tempat tersebut, diketahui bahwa wilayah Provinsi Kalimantan Timur sekitar 21,55
persen termasuk daerah yang berhawa sejuk dengan ketinggian di atas 500
mdpl. Wilayah yang suhunya relatif lebih rendah ini cocok untuk tempat pengembangan
tanaman hortikultura, terutama sayuran dan buah-buahan.
Tabel 4.4
Luas Wilayah Menurut Kelas Ketinggian dan Permukaan Laut dan Kabupaten/Kota (Ha) di
Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2013
No Kabupaten/Kota
Kelas Ketinggian (Ha)
0-7 M 7-25 M 25-100 M 100-500 500-1000 >1000 M
1. Paser 202.632 214.251 366.115 246.851 47.523 277
2. Kutai Barat*) 49.008 885.453 692.421 581.421 673.451 281.116
3. Kutai Kartanegara 64.314 654.717 543.211 565.313 604.064 180.071
4. Kutai Timur 74.492 163.342 658.394 593.218 135.389 59.927
5. Berau 79.544 175.629 561.534 897.881 345.550 63.860
6. Penajam Paser Utara 21.445 74.203 90.627 103.828 24 -
7. Balikpapan 6.980 17.260 26.091 - - -
8. Samarinda 15.747 33.486 29.029 38 - -
9. Bontang 1.493 6.061 7.226 - - -
10. Mahakam Ulu*) - - - - - -
Jumlah 515.655 2.224.402 2.974.648 2.988.550 1.806.001 585.251
Sumber: Kalimantan Timur Dalam Angka, 2015
*)Data Mahakam Ulu masih bergabung dengan Kutai Barat
11.70%
16.16%
29.78%
43.35%
Kelas Lereng/Kemiringan
0-2%
2-15%
15-40%
>40%
4-8
Gambar 4.3
Karakteristik Topografi Wilayah Berdasarkan Ketinggian Tempat (mdpl)
Provinsi Kalimantan Timur
Sumber: Kalimantan Timur Dalam Angka, 2015
2. Kondisi Geologi
Jenis tanah di wilayah daratan Provinsi Kalimantan Timur didominasi oleh tanah podsolik
merah kuning latosol dan litosol yang tersebar di bagian Tengah dan Utara Provinsi
Kalimantan Timur. Jenis tanah lainnya adalah aluvial, organosol, latosol, podsol, dan podsolik
merah kuning dengan tingkat kesuburan yang rendah. Jenis tanah ini sesuai untuk usaha
pertanian, kebun campuran, pertanian sayur-sayuran, dan hutan.
3. Kondisi Hidrologi
Jumlah sungai yang terdapat di Provinsi Kalimantan Timur sebanyak 157 sungai besar dan
kecil di antaranya adalah Sungai Mahakam yang memiliki panjang 920 km dengan luas Daerah
Pengaliran Sungai (DPS) 77.913 km². Tedapat juga Sungai Kelay dengan panjang 254 km.
Sedang jumlah danau yang ada sebanyak 18 (delapan belas) buah, dengan 3 (tiga) danau
terbesar adalah Danau Melintang seluas 11.000 Ha, Danau Semayang seluas 13.000 Ha dan
Danau Jempang seluas 15.000 Ha. Selain dimanfaatkan sebagai prasarana transportasi dan
sumber air baku, sungai-sungai tersebut juga dapat digunakan sebagai Pembangkitan Listrik
Tenaga Air (PLTA) seperti Sungai Kelay, Sungai Telen, dan Sungai Medang.
Sesuai dengan Permen PU No. 11 A/PRT/M/2006 tentang Pembagian Wilayah Sungai, sungai-
sungai di Provinsi Kalimantan Timur (termasuk Kaltara) dikelompokkan dalam 6 (enam) Satuan
Wilayah Sungai (SWS), yaitu SWS Mahakam (Strategis Nasional) yang terdiri dari Sungai-sungai
Besar antara lain Sungai Mahakam, Samboja, Senipah, dan Semoi; SWS Berau-Kelay (Lintas
Kabupaten) yang terdiri dari sungai-sungai besar antara
4-9
lain Sungai Kuning, Bakau, Berau, Pangkung, dan Sungai Pantai; SWS Karangan (Lintas
Kabupaten) yang terdiri dari sungai-sungai besar antara lain Sungai Karangan, Sangata,
Bengalon,dan Santan.
4. Kondisi Iklim
Seperti iklim wilayah Indonesia pada umumnya, Provinsi Kalimantan Timur beriklim tropik dan
mempunyai dua musim yaitu musim kemarau dan musim penghujan. Musim kemarau biasanya
terjadi pada bulan Mei sampai dengan bulan Oktober, sedang musim penghujan terjadi pada
bulan November sampai dengan bulan April. Keadaan ini terus berlangsung setiap tahun yang
diselingi dengan musim peralihan/pancaroba pada bulan-bulan tertentu. Selain itu, karena
letaknya di daerah khatulistiwa maka iklim di Provinsi
Kalimantan Timur juga dipengaruhi oleh angin Muson, yaitu angin Muson Barat (November-
April) dan angin Muson Timur (Mei-Oktober). Namun dalam tahun-tahun terakhir ini, keadaan
musim di Provinsi Kalimantan Timur kadang tidak menentu. Pada bulan-bulan yang seharusnya
turun hujan dalam kenyataannya tidak ada hujan sama sekali, atau sebaliknya pada bulan-
bulan yang seharusnya kemarau justru terjadi hujan dengan musim yang jauh lebih panjang.
Suhu udara pada suatu tempat di daerah tropik antara lain ditentukan oleh ketinggian tempat
terhadap permukaan laut. Secara umum, Provinsi Kalimantan Timur beriklim tropik dengan
suhu udara pada tahun 2014 berkisar dari 21,17ºC (Stasiun Meteorologi Tanjung Redeb) sampai
dengan 35,0ºC (Stasiun Meteorologi Samarinda dan Tanjung Redeb).
Suhu udara rata-rata terendah adalah 22,6ºC dan rata-rata tertinggi adalah 35,0ºC.
Kelemaban udara rata-rata terendah adalah 81% dan rata-rata tertinggi adalah sekitar 86%.
Rata-rata curah hujan tertinggi tercatat pada Stasiun Meteorologi Samarinda sebesar 210,2
mm dan terendah selama tahun 2014 tercatat pada stasiun Meteorologi Berau yaitu 142,9 mm.
Pada beberapa stasiun pengamat memantau kondisi angin di Kalimantan Timur pada tahun
2014. Pengamatan menunjukkan bahwa kecepatan angin di Provinsi Kalimantan Timur pada
tahun 2014 di semua stasiun pengamatan adalah berkisar 4 knot. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada Tabel 2.5.
4-10
Tabel 4.5
Rata-rata Suhu Udara, Kelembaban, Tekanan Udara, Kecepatan Angin,Curah Hujan dan
Penyinaran Matahari Melalui Stasiun Prov. Kalimantan Timur Tahun 2014
U r a i a n
S t a s i u n
Samarinda Balikpapan
Tanjung
Redeb
1. Suhu Udara (o
C)
- Minimum 23.0 22.6 21.17
- Maksimum 35.0 33.3 35.0
2. Kelembaban Udara (%) 81 83 86
3. Tekanan Udara (mbs) 1011.9 1011.0 1013.5
4. Kecepatan Angin (Knot) 4 4 4
5. Curah Hujan Bulanan (mm) 210.2 200.1 149.2
6. Penyinaran Matahari (%) 41 50 51
Sumber: Kalimantan Timur Dalam Angka, 2015
4.1.4 Kependudukan
Penduduk Kalimantan Timur dari tahun ke tahun mengalami kenaikan yang cukup berarti. Hal
ini dapat dilihat dari jumlah Penduduk 2012, 2013 sampai dengan 2014. Jumlah penduduk
pada tahun 2012 sebesar 3.199.696 jiwa, meningkat menjadi 3.275.844 jiwa pada tahun 2013
dan meningkat lagi menjadi 3.351.432 di tahun 2014. Berarti dalam periode tersebut
penduduk Kalimantan Timur telah bertambah hampir 100 ribu jiwa setiap tahunnya.
Gambar 4.4
Jumlah Penduduk Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2014
Sumber: Kalimantan Timur Dalam Angka Tahun 2015
4-11
Tabel 4.6
Jumlah Penduduk Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2012-2014
No Kabupaten/Kota
Jumlah Penduduk (jiwa)
2012 2013 2014
1. Paser 244.111 249.991 256.175
2. Kutai Barat 143.101 144.018 144.892
3. Kutai Kartanegara 665.489 683.131 700.439
4. Kutai Timur 281.594 294.216 306.974
5. Berau 191.576 197.388 203.223
6. Penajam Paser Utara 148.034 150.205 152.119
7. Mahakam Ulu 25.522 25.678 25.894
8. Balikpapan 583.272 594.322 605.096
9. Samarinda 764.908 781.015 797.006
10. Bontang 152.089 155.880 159.614
Jumlah 3.199.696 3.275.844 3.351.432
Sumber: Kalimantan Timur Dalam Angka Tahun 2015
Pada periode 2013-2014 pertumbuhan penduduk di Kalimantan Timur sebesar 2,31 persen.
Kabupaten/kota yang mengalami pertumbuhan tertinggi adalah Kabupaten Kutai Timur
sebesar 4,34 persen, sedangkan kabupaten/ kota lainnya pertumbuhannya berkisar 0,61–2,96
persen.
Sebagaimana pertumbuhan penduduk, persebaran penduduk di Kalimantan Timur juga tidak
merata. Pada tahun 2014 porsi terbesar penduduk Kalimantan Timur berada di Kota
Samarinda (23,78%), yang merupakan ibukota Provinsi di Kalimantan Timur. Selebihnya berada
di Kabupaten Kutai Kartanegara (20,90%), Kota Balikpapan (18,05%) dan tersebar di
kabupaten/kota lain berkisar 0,77-9,16 persen. Pola persebaran penduduk seperti ini sejak
tahun 2012 tidak banyak berubah.
Tabel 4.7
Penyebaran dan Laju Pertumbuhan Penduduk Menurut Kabupaten/Kota
Tahun 2012-2014
No Kabupaten/Kota
Penyebaran Penduduk (%) Laju
Pertumbuhan
Penduduk
(%)
2012 2013 2014
1. Paser 7,63 7,63 7,64 2,47
2. Kutai Barat 4,47 4,40 4,32 0,61
3. Kutai Kartanegara 20,80 20,85 20,90 2,53
4. Kutai Timur 8,80 8,98 9,16 4,34
5. Berau 5,99 6,03 6,06 2,96
6. Penajam Paser Utara 4,63 4,59 4,54 1,27
7. Mahakam Ulu 0,80 0,78 0,77 0,84
8. Balikpapan 18,23 18,14 18,05 1,81
9. Samarinda 23,91 23,84 23,78 2,05
10. Bontang 4,75 4,76 4,76 2,40
Jumlah 100,00 100,00 100,00 2,31
Sumber: Kalimantan Timur Dalam Angka Tahun 2015
4-12
Pola persebaran penduduk Kalimantan Timur menurut luas wilayah sangat timpang, sehingga
menyebabkan terjadinya perbedaan tingkat kepadatan penduduk yang mencolok antar daerah,
terutama antar kabupaten dengan kota. Wilayah dengan luas 98,91 persen dari wilayah
Kalimantan Timur dihuni oleh sekitar 52,86 persen dari total penduduk Kalimantan Timur.
Sedangkan selebihnya, yaitu 47,14 persen menetap di kota yang luasnya hanya 1,09 persen
dari luas wilayah Kalimantan Timur.
Akibatnya kepadatan penduduk di kabupaten hanya berkisar 1-49 jiwa/km², sementara
kepadatan penduduk di Kota Balikpapan sebanyak 1.199,83 jiwa/km², Kota Samarinda
1.146,84 jiwa/km², dan Kota Bontang 978,57 jiwa/km². Sedangkan kepadatan penduduk
Kalimantan Timur adalah 26,14 jiwa/km².
Tabel 4.8
Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk Menurut Kabupaten/Kota
Tahun 2014
No Kabupaten/Kota
Luas Wilayah Daratan Kepadatan
Penduduk Per
Km2(Km2
) %
1. Paser 10.745,26 8,57 22,3
2. Kutai Barat 15.378,90 12,27 9,42
3. Kutai Kartanegara 25.716,41 20,52 27,24
4. Kutai Timur 31.735,19 25,32 9,67
5. Berau 21.951,71 17,51 9,26
6. Penajam Paser Utara 3.131,95 2,50 48,57
7. Mahakam Ulu 15.315,00 0,13 1,68
8. Balikpapan 504,32 12,22 1.199,83
9. Samarinda 694,96 0,40 1.146,84
10. Bontang 163,11 0,55 978,57
Jumlah 125.336,81 100,00 26,14
Sumber: Kalimantan Timur Dalam Angka Tahun 2015
Tabel 4.9
Jumlah Penduduk Menurut Kabupaten/Kota, Jenis Kelamin, dan Rasio Jenis Kelamin
Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2014
No Kabupaten/Kota Laki-laki Perempuan Jumlah
Rasio Jenis
Kelamin
1. Paser 135925 120250 256175 113,04
2. Kutai Barat 76610 68282 144892 112,20
3. Kutai Kartanegara 368100 332339 700439 110,76
4. Kutai Timur 165513 140461 306974 118,55
5. Berau 109288 93935 203223 116,34
6. Penajam Paser Utara 79601 72518 152119 109,77
7. Balikpapan 312633 292463 605096 106,90
8. Samarinda 411996 385010 797006 107,01
9. Bontang 83640 75974 159614 110,09
10. Mahakam Ulu 13767 12127 25894 113,52
4-13
No Kabupaten/Kota Laki-laki Perempuan Jumlah
Rasio Jenis
Kelamin
Jumlah 1758073 1593359 3351432 110,34
1718918 1556926 3275844 110,40
1678863 1488140 3131964 110,46
1639261 1484108 3123369 110,45
Sumber: Kalimantan Timur Dalam Angka Tahun 2015
4.1.5 Transportasi
A. Jalan Raya
Jalan merupakan prasarana pengangkutan yang penting untuk memperlancar kegiatan
perekonomian. Makin meningkatnya usaha pembangunan menuntut pula peningkatan
pembangunan jalan guna memudahkan mobilitas penduduk dan memperlancar lalu lintas
barang dari satu daerah ke daerah lain.
Panjang jalan negara di seluruh wilayah Provinsi Kalimantan Timur pada tahun 2014 mencapai
1.493,68 km. Panjang jalan di bawah wewenang Provinsi 1.596,38 km, sedang jalan di bawah
wewenang Kabupaten/Kota mencapai 9.005,18 km.
Tabel 4.10
Panjang Jalan Negara Menurut Jenis Permukaan Jalan dan Kabupaten/Kota (Km)
Tahun 2014
Sumber: Kalimantan Timur Dalam Angka Tahun 2015
4-14
Tabel 4.11
Panjang Jalan Negara Menurut Kondisi Jalan dan Kabupaten/Kota (Km)
Tahun 2014
Sumber: Kalimantan Timur Dalam Angka Tahun 2015
Tabel 4.12
Panjang Jalan Negara Menurut Kelas Jalan dan Kabupaten/Kota (Km)
Tahun 2014
Sumber: Kalimantan Timur Dalam Angka Tahun 2015
4-15
Tabel 4.13
Panjang Jalan Provinsi Menurut Jenis Permukaan Jalan dan Kabupaten/Kota (Km)
Tahun 2014
Sumber: Kalimantan Timur Dalam Angka Tahun 2015
Tabel 4.14
Panjang Jalan Provinsi Menurut Kondisi Jalan dan Kabupaten/Kota (Km)
Tahun 2014
Sumber: Kalimantan Timur Dalam Angka Tahun 2015
4-16
Tabel 4.15
Panjang Jalan Kabupaten/Kota Menurut Jenis Permukaan Jalan (Km)
Tahun 2014
Sumber: Kalimantan Timur Dalam Angka Tahun 2015
B. Angkutan Darat
Untuk memenuhi transportasi darat, kendaraan angkutan utama yang harus tersedia adalah
kendaraan bermotor. Menurut data yang dikeluarkan oleh Kepolisian Negara RI Daerah
Kalimantan Timur pada tahun 2014, jumlah kendaraan bermotor sebanyak 2.233.278 buah
dengan jumlah terbesar terdapat di Kota Samarinda (29,41 persen).
Dilihat dari jenis kendaraan untuk mobil penumpang pada tahun 2014 jumlah terbanyak
adalah jenis Station Wagon yaitu 49.553 unit.
Untuk jenis kendaraan mobil barang terbanyak adalah kendaraan jenis pick up sebanyak
89.011 sedangkan jenis mobil bus terbanyak jenis mini/microbus sebanyak 21.997 unit. Jenis
kendaraan sepeda motor yang terbanyak jenis Sepeda Motor Solo sebanyak 1.971.629 unit.
Pada tahun 2014 jumlah kecelakaan lalu lintas menurun dibandingkan dengan tahun
sebelumnya yaitu dari 1.094 menjadi 1.041. Jumlah kerugian material dan korban juga
mengalami penurunan dibanding tahun sebelumnya. Jumlah kecelakaan tertinggi terjadi di
Kabupaten Kutai Kartanegara yang mencapai 32,11 persen dari total kecelakaan di Provinsi
Kalimantan Timur.
4-17
Tabel 4.16
Banyaknya Kendaraan Bermotor Menurut Kabupaten/Kota (Unit) Tahun 2011-2014
Sumber: Kalimantan Timur Dalam Angka Tahun 2015
Tabel 4.17
Banyaknya Kendaraan Bermotor Menurut Jenis Kendaraan (Unit) Tahun 2014
4-18
Sumber: Kalimantan Timur Dalam Angka Tahun 2015
Tabel 4.18
Banyaknya Kecelakaan Lalu lintas Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2014
Sumber: Kalimantan Timur Dalam Angka Tahun 2015
4-19
C. Angkutan Laut
Lalu lintas kapal antar pulau tahun 2013 melalui lebih dari lima belas pelabuhan yang ada di
wilayah Kalimantan Timur. Kapal tiba sebanyak 31.726 kapal dengan jumlah penumpang
sebanyak 369.779 orang dan kapal berangkat 31.726 kapal dengan jumlah penumpang 290.611
orang. Bila diamati dari lalu lintas kapal maka terbesar melalui pelabuhan di Samarinda,
namun bila diamati dari lalu lintas penumpang terbesar melalui pelabuhan Balikpapan.
Tabel 4.19
Banyaknya Kapal dan Penumpang Angkutan Kapal Menurut Kabupaten/Kota
Tahun 2013
Sumber: Kalimantan Timur Dalam Angka Tahun 2015
D. Angkutan Udara
Sektor perhubungan udara selain dominan dalam melaksanakan mobilitas manusia dari suatu
tempat ke tempat lain, juga merupakan salah satu sektor yang terkait erat dengan sektor
pariwisata dalam mendukung perjalanan wisatawan ke suatu tempat.
Saat ini, transportasi melalui udara sangat memegang peranan penting. Di Kalimantan Timur,
dimana di beberapa daerah merupakan daerah pengeboran minyak, batubara dan lainnya,
memerlukan mobilitas angkutan udara yang tinggi antar daerah terutama untuk tujuan
Jakarta. Dengan demikian, fungsi transportasi udara untuk kegiatan tersebut sangat vital.
4-20
Di Kalimantan Timur, terdapat 12 Pelabuhan Udara seperti Sepinggan Balikpapan, Temindung
Samarinda, dan Kalimarau Berau. Bandar Udara Internasional Balikpapan, pada tahun 2014 ini
telah memberangkatkan dan menurunkan penumpang paling banyak. Pada tahun 2014 telah
memberangkatkan sebanyak 3,95 juta lebih penumpang dan telah menurunkan sekitar 3,79
juta penumpang.
Tabel 4.20
Lalu Lintas Angkutan Udara Menurut Pelabuhan Udara
Tahun 2014
Sumber: Kalimantan Timur Dalam Angka Tahun 2015
4.1.6 Sarana dan Prasarana
A. Sarana dan Prasrana Air Minum
Pada tahun 2011 rumah tangga yang menggunakan air layak untuk diminum paling tinggi
berada di Berau dan itupun hanya 48,98 persen. Sedangkan pengguna paling minim air minum
yang layak adalah Kutai Timur sebesar 19,68 persen. Untuk rumah dengan sanitasi layak di
Provinsi Kalimantan Timur didominasi di daerah perkotaan. Kota Balikpapan menempati
urutan pertama dengan 94,46 persen rumah dengan sanitasi layak kemudian disusul oleh
4-21
Bontang dan Samarinda, sedangkan persentase terendah berada di Kutai Barat dengan
persentase 42,08 persen.
Gambar 4.5
Presentase RT Dengan Air Minum dan Sanitasi Yang layak
Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2011 (%)
Semua Kabupaten/Kota di Kalimantan Timur telah memiliki instalasi air bersih dengan
kapasitas yang beragam. Pada tahun 2002 di Kota Balikpapan telah direalisasikan
pembangunan instalasi air bersih baru dengan kapasitas 20 liter/detik. Sebelumnya, instalasi
air bersih di Teritip diperbesar kapasitasnya dari 20 liter/detik menjadi 40 liter/detik.
Gambar 4.6
Salah Satu Contoh Prasarana Jaringan Air Minum Di Kota Samarinda
Provinsi Kalimantan Timur
Sumber : Dinas PDAM Kota Samarinda
4-22
B. Sarana dan Prasarana Persampahan
Kegiatan pengelolaan persampahan ditujukan untuk mengendalikan pengumpulan dan
pembuangan/ penumpukan sampah untuk menghasilkan lingkungan yang bersih, sehat dan
aman. Kegiatan pengelolaan penanganan persampahan dilakukan di daerah permukiman,
perdagangan dan jasa, pendidikan, sarana umum dan industri.
Timbunan sampah yang berada di setiap Kabupaten/Kota Propinsi Kalimantan Timur berasal
dari beberapa sumber kegiatan dan aktivitas masyarat pada umumnya seiring dengan
kemajuan industri pembangunan di era globalisasi ini. Pengelolaan persampahan di Propinsi
Kalimantan Timur dilakukan dengan cara mengembangkan sistem pengelolaan setempat dan
sistem terpusat; perbaikan pola operasional pelayanan yang meliputi pewadahan,
pengumpulan, pemindahan, pengangkutan dan pembuangan akhir.
C. Sarana dan Prasarana Air Limbah
Untuk kebutuhan sanitasi masyarakat Kabupaten/Kota di Propinsi Kalimantan Timur belum
sebagian kecil Kota/Kabupaten memiliki sanitasi terpusat, akan tetapi pada beberapa
Kabupaten/Kota yang lainnya sudah memiliki sanitasi komunal dengan sistem MCK Plus
Biogester. Sisanya menggunanan MCK atau langsung dibuang ke sungai serta di bibir pantai.
Limbah cair industri (dari industri besar maupun kecil) masih sering dibuang ke lingkungan
tanpa pengolahan.
Pelayanan pengurasan tanki septik atau cubluk biasanya dilakukan oleh oleh Dinas PMK
dengan truk tinja atau secara manual. Biasanya lumpur dari tangki septik/cubluk rumah
tangga (RT) baru disedot kalau fasilitasnya sudah buntu. Arahan Pengembangan yang
digunakan untuk menunjang pelayanan air limbah di Propinsi Kalimantan Timur, adalah
sebagai berikut :
1. Arahan Pengembangan Sanitasi Individual
Arahan pengembangan sanitasi individual dilakukan pada tiap-tiap Kabupaten/Kota
khususnya pada kawasan permukiman yang berada di pusat kota. Pengembangan ini
dilakukan dengan peningkatan akses pelayanan dan peningkatan prasarana dan sarana
pendukung guna pengelolaan air limbah permukiman.
2. Arahan Pengembangan Sanitasi Komunal MCK Plus
Arahan pengembangan sanitasi komunal ini dilakukan pada kawasan-kawasan permukiman
pesisir. hal ini dilakukan mengingat kondisi sanitasi yang ada sebagian besar tidak layak
sehingga limbah air langsung dibuang ke bawah tanah, rawa-rawa badan air tanpa
4-23
pengelolahan sehingga limbahnya mencemari rawa-rawa atau pantai. Sehingga kampung
menjadi tidak sehat dan bau.
Arahan Pengembangan Fasilitas Sanitasi IPAL
Fasilitas pengolahan air limbah terpusat di Kabupaten/Kota Propinsi Kalimantan Timur
perlu ada peningkatan kinerja yang lebih baik.
D. Sarana dan Prasarana Drainase
Pada saat ini sistem drainase di Propinsi Kalimantan Timur tidak terlalu baik. Pada musim
hujan sering terjadi genangan pada sebagian wilayah Kabupaten/Kota terutama pada daerah
yang mempunyai topografi relatif datar. Genangan juga disebabkan oleh luapan dari sungai-
sungai yang ada. Sistem jaringan yang ada saat ini masih belum ada pemisahan antara
drainase untuk air hujan dan air limbah.
Pengelolaan drainase perkotaan yang berkelanjutan sangatlah penting dalam peningkatan
kualitas permukiman dimana drainase merupakan pengaliran dari buangan limbah cair yang
bersumber dari limbah rumah tangga, air buangan dan pengaruh pasang surutnya air sungai
yang kesemuanya diatur dalam suatu sistem pengaliran dengan mengutamakan tinggi
permukaan tanah (kontur tanah) sehingga pengaliran air limbah dapat mengalir dengan baik
kesaluran drainase pembuang dengan semaksimalmungkin.
Pasang surut mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap sistem drainase di wilayah
perkotaan yang terletak di kawasan pantai, khususnya untuk daerah yang datar dengan
elevasi muka tanah yang tidak cukup tinggi masalah yang dihadapi antara lain:
1. Terjadinya genangan di kawasan-kawasan yang elevasinya berada di bawah muka air
pasang
2. Terhambatnya aliran-aliran air/banjir pada saluran yang langsung berhubungan dengan
sungai (yang berpengaruh terhadap pasang surut) akibat naiknya permukaan air pada saat
air pasang
3. Drainase sistem tidak dapat bekerja dengan penuh sehingga perlu bantuan pompa dan
pada outlet-outlet yang berfungsi untuk mencegah masuknya air sungai pada saat pasang
sehingga biaya kontruksi maupun operasi dan pemeliharaan sistem drainase menjadi
mahal
4. Bangunan untuk air khususnya terbuat dari metal mudah berkarat dan rusak akibat
terkena air sungai hal ini meningkatkan biaya pemerliharaan
5. Tidak adanya pintu-pintu air untuk mengatasi pengaliran sungai (DAS).
4-24
E. Sarana dan Prasarana Permukiman
Salah satu kebutuhan pokok manusia selain sandang dan pangan adalah papan (perumahan),
namun rumah yang dibutuhkan tidak hanya sekedar rumah tetapi rumah yang layak huni.
Gambaran kondisi kesejahteraan penduduk dari sisi perumahan adalah status kepemilikan
rumah. Status kepemilikan rumah merupakan salah satu indikator perumahan yang
menunjukkan penguasaan rumah tangga terhadap rumah yang ditempatinya. Masih cukup
besarnya persentase rumah tangga yang menyewa /mengontrak kemungkinan besar
disebabkan bahwa sebagian besar penduduk tersebut adalah pendatang yang memang belum
lama tinggal di Propinsi Kalimantan Timur.
Selain kondisi bangunan maupun status kepemilikan rumah, sarana dan prasarana perumahan
juga sangat berpengaruh dalam menentukan kelayakan sebuah rumah maupun tingkat
kesejahteraan masyarakat. Rumah yang layak selain dilihat dari kondisinya juga dari
ketersediaan fasilitas penunjang perumahan yang utama diantaranya adalah sumber
penerangan utama yang digunakan, kepemilikkan fasilitas air minum dan kepemilikan fasilitas
jamban sendiri dengan tangki septik.
Jumlah rumah layak huni, cakupan ketersediaan rumah layak huni, cakupan layanan rumah
layak huni yang terjangkau dan cakupan lingkungan yang sehat dan aman didukung prasarana,
sarana dan utilitas umum dapat dilihat pada table berikut ini:
Tabel 4.21
Perumahan di Kalimantan Timur Tahun 2010-2013
Perumahan yang tidak terencana ini sering kali menjadi masalah umum perkotaan karena
selain kumuh juga merusak keindahan dan estetika kota, sehingga diperlukan langkah-langkah
penyelesaian, baik berupa penataan ulang maupun pemindahan penduduk perumahan
tersebut ke kawasan perumahan yang lebih baik. Namun, terkadang hal ini sulit dilakukan
karena tinggal di perumahan tersebut sudah seperti menjadi sebuah budaya, sehingga sulit
untuk dihilangkan.
4-25
4.1.7 Perekonomian
Laju pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Kalimantan Timur atas
dasar harga konstan 2010 Menurut Lapangan Usaha pada tahun 2014 sebesar 2,02 persen
dengan migas dan non migas sebesar 4,02 persen. Jika dibandingkan dengan tahun
sebelumnya sebesar 2,72 persen dengan migas dan non migas 5,77 persen, maka pada tahun
2014, laju pertumbuhan PDRB dengan migas dan tanpa migas mengalami penurunan.
Gambar 4.7
Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2010
Menurut Lapangan Usaha (%) Tahun 2014
Struktur ekonomi Kalimantan Timur tahun 2014 dengan migas maupun non migas tidak jauh
berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. PDRB dengan migas menunjukkan bahwa sector
ekonomi yang sangat berperan dalam pembentukan PDRB Kalimantan Timur adalah sektor
Pertambangan (47,98 persen), Industri Pengolahan (18,45 persen), Konstruksi (8,00 persen),
serta sektor Pertanian (7,96 persen).
4-26
Gambar 4.8
Distribusi Persentase Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut
Lapangan Usaha (%) Tahun 2014
Sumber: Kalimantan Timur Dalam Angka Tahun 2015
PDRB Kalimantan Timur menurut pengeluaran pada tahun 2014, masih didominasi oleh
komponen ekspor impor dengan kontribusi 65,24 persen (net ekspor). Disusul pengeluaran
Pembentukan Modal Tetap Bruto sebesar 27,14 persen dan pengeluaran untuk konsumsi
rumahtangga yaitu 16,30 persen.
PDRB tanpa dengan migas Menurut Kabupaten/Kota pada tahun 2014 terbesar ada di
Kabupaten Kutai Kartanegara dengan nilai PDRB sebesar 128,28 triliun rupiah disusul
Kabupaten Kutai Timur dengan nilai 83,60 triliun rupiah, dan Kota Bontang dengan nilai 41,54
triliun rupiah. Sedang pertumbuhan ekonomi tertinggi menurut kabupaten/kota pada tahun
2014 adalah di Kabupaten Berau sebesar 7,92%.
Gambar 4.9
PDRB Perkapita Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Kabupaten/Kota (000.000 Rp)
Tahun 2014
Sumber: Kalimantan Timur Dalam Angka Tahun 2015
4-27
Gambar 4.10
Distribusi Persentase Produk Domestik Regional Bruto Non Migas Atas Dasar Harga Berlaku
Menurut Kabupaten/Kota (%) Tahun 2014
Sumber: Kalimantan Timur Dalam Angka Tahun 2015
4.2 GAMBARAN UMUM KOTA SAMARINDA
4.2.1 Administrasi dan Geografi
Kota Samarinda merupakan ibukota Provinsi Kalimatan Timur dan berbatasan langsung dengan
Kabupaten Kutai Kertanegara. Luas wilayah Kota Samarinda adalah 718,00 km² dan terletak
antara 117º03’00” Bujur Timur dan 117º18’14” Bujur Timur serta diantara 00º19’02” Lintang
Selatan dan 00º42’34” Lintang Selatan.
Akhir tahun 2010 Kota Samarinda dibagi menjadi 10 kecamatan yaitu, Kecamatan Palaran,
Samarinda Ilir, Samarinda Kota, Sambutan, Samarinda Seberang, Loa Janan Ilir, Sungai
Kunjang, Samarinda Ulu, Samarinda Utara dan Sungai Pinang. Sedangkan jumlah kelurahan di
Kota Samarinda sebanyak 53 Desa. Pada awal 2015, sesuai Perda Nomor 000 Tahun 2014,
jumlah kelurahan dimekarkan menjadi 59 kelurahan.
Adapun batas Administrasi Kota Samarinda, yaitu:
 Sebelah Utara : Kec. Muara Badak (Kabupaten Kutai Kartanegara);
 Sebelah Timur : Kecamatan Angganadan Sanga-Sanga (Kabupaten Kutai Kartanegara);
 Sebelah Selatan : Kec Loa Janan (Kabupaten Kutai Kartanegara);
 Sebelah Barat : Kec. Muara Badak Tenggarong Seberang (Kabupaten Kutai Kartanegara)
4-28
Tabel 4.22
Luas Wilayah dan Jumlah Kelurahan Menurut Kecamatan di Kota Samarinda Tahun 2015
No Kecamatan Luas (km2
) Persentase Jumlah
Kelurahan
1. Palaran 221,29 30,82 5
2. Samarinda Ilir 17,18 2,39 5
3. Samarinda Kota 11,12 1,55 5
4. Sambutan 100,95 14,06 5
5. Samarinda Seberang 12,49 1,74 6
6. Loa Janan Ilir 26,13 3,64 5
7. Sungai Kunjung 43,04 5,99 7
8. Samarinda Ulu 22,12 3,08 8
9. Samarinda Utara 229,52 31,97 8
10. Sungai Pinang 34,16 4,76 5
Samarinda 718,00 100,00 59
Sumber: Samarinda Dalam Angka Tahun 2016
Gambar 4.11
Peta Administrasi Kota Samarinda
4-29
4.2.2 Kondisi Fisik Dasar
A. Kondisi Topografi
Berdasarkan topografinya , maka wilayah Kota Samarinda berada di ketinggian antara 0 - 200
dpl dan hampir 24,17 % berada di ketinggian 0 - 7 dpl, umumnya terletak di dekat Sungai
Mahakam sekitar 41,10% berada dalam ketinggian 7 – 25 dpl dan 32,48 % berada di ketinggian
25 - 100 dpl. Jika mengacu pada gambar di atas, orientasi pengembangan wilayah berada
pada kemiringan lereng < 15 % dan kemiringan lereng 15 – 40 %.
Tabel 4.23
Kondisi Ketinggian Tanah di Kota Samarinda
Tabel 4.24
Kemiringan Lereng di Kota Samarinda
Gambar 4.13 Kriteria Pemanfaatan Lahan
(The Urban and Ruler Regional Planning Field)
4-30
Sumber: RTRW Kota Samarinda, 2014
Gambar 4.14 Peta Kelerengan Kota Samarinda
4-31
B. Kondisi Geologi
Struktur geologi di wilayah Kota Samarinda diketahui berdasarkan hasil survey dan atau
pemetaan geologi yang dimuat dalam buku "Geology of Indonesia, Volume IA". Oleh R.W. Van
Bemmelen, 1949, pada umumnya berumur Praktertier hingga Kwarter. Beberapa formasi
geologi yang terdapat di wilayah Kota Samarinda diantaranya adalah :
 Kampung Baru Beds;
 Balikpapan Beds;
 Pulau Balang Beds;
 Pemaluan Beds;
Beberapa Wilayah geologi telah mengalami perubahan yang ditandai dengan adanya patahan.
Formasi ini terdiri dari Grewake, batu pasir kwarsa, batu gamping, batu lempeng dan tufa
dasitik dengan sisipan batu bara.
Untuk lebih jelas mengenai data geologi Kota Samarinda dapat dilihat pada tabel 2.34,
gambar 2.28 di bawah ini.
Tabel 4.25
Luas masing-masing Formasi Geologi Kota Samarinda
4-32
Sumber: RTRW Kota Samarinda, 2014
Gambar 4.28 Peta Geologi Kota Samarinda
4-33
B. Kondisi Hidrologi dan Klimatologi
Berdasarkan kondisi hidrologinya Kota Samarinda dipengaruhi oleh sekitar 20 Daerah Aliran
Sungai (DAS). Sungai Mahakam adalah sungai utama yang membelah Kota Samarinda dengan
lebar antara 300-500 meter, sungai – sungai lainnya adalah anak-anak sungai yang bermuara di
Sungai Mahakam yang meliputi:
 Sungai Karang Mumus dengan luas DAS sekitar 218,60 Km;
 Sungai Palaran dengan luas DAS 67,68 Km;
 Anak sungai lainnya antara lain , Sungai Loa Bakung, Lao Bahu, Bayur, Betepung, Muang,
Pampang, Kerbau, Sambutan, Lais, Tas, Anggana, Loa Janan, Handil Bhakti, Loa Hui,
Rapak Dalam, Mangkupalas, Bukuan, Ginggang, Pulung, Payau, Balik Buaya, Banyiur, dan
Sungai Bantuas.
Pemanfaatan air sungai yang terbesar di Kota Samarinda adalah untuk bahan baku air minum
dan mengairi lahan pertanian serta perikanan dan sebagian besar penduduk Kota Samarinda
menggunakan air sungai untuk kegiatan MCK.
4-34
Tabel 4.26
Inventarisasi Sungai di Kota Samarinda Tahun 2009
Iklim merupakan suatu kumpulan dari kondisi atmosfir yang meliputi panas, kelembaban dan
gerakan udara. Kota Samarinda yang beriklim tropis mempunyai musim yang hampir sama
dengan wilayah Indonesia pada umumnya, yaitu adanya musim kemarau dan musim penghujan.
Selain itu, karena letaknya di daerah khatulistiwa maka iklim di Kota Samarinda juga
dipengaruhi oleh angin Muson, yaitu angin Muson Barat November-April dan angin Muson
Timur Mei-Oktober. Namun dalam tahun-tahun terakhir ini, keadaan musim kadang tidak
menentu. Pada bulan-bulan yang seharusnya turun hujan dalam kenyataannya tidak ada hujan
sama sekali, atau sebaliknya pada bulan-bulan yang seharusnya musim kemarau bahkan
terjadi hujan dengan musim yang jauh lebih panjang.
4-35
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di Stasiun Meteorologi Kota Samarinda pada tahun
2013, Samarinda mengalami iklim panas dengan suhu udara rata-rata 27,40C. Suhu udara
terendah 23,90C terjadi pada bulan Januari dan tertinggi 32,70C pada bulan Januari. Kota
Samarinda mempunyai kelembaban udara dan curah hujan yang relatif tinggi. Pada tahun
2013 kelembaban udara berkisar antara 82% sampai dengan 84%. Sedangkan rata-rata curah
hujan mencapai 237,8 mm, dengan curah hujan tertinggi 363,1 mm pada bulan November dan
terendah 90,2 mm pada bulan Agustus. Persentase penyinaran matahari di Kota Samarinda
rata-rata 42%, dan jumlah hari hujan rata-rata tahun 2013 adalah 22 HH.
Tabel 4.27
Kondisi Kelembaban dan Suhu Udara di Kota Samarinda
Tabel 4.28
Rata-rata Curah Hujan, Penyinaran Matahari dan Hari Hujan
Kota Samarinda Tahun 2013
Sumber Data: Kota Samarinda Dalam Angka, 2014
4-36
4.2.3 Kependudukan
Penduduk Kota Samarinda dari tahun ke tahun mencatat kenaikan yang cukup berarti. Pada
tahun 2014, jumlah penduduk Kota Samarinda sebanyak 830.676 jiwa, sebagian besar berada
di Kecamatan Samarinda Ulu sebanyak 138.836 jiwa atau 16,71% dari total penduduk Kota
Samarinda.
Tabel 4.29
Jumlah Penduduk dan Laju Pertumbuhan Penduduk Menurut Kecamatan di Kota
Samarinda Tahun 2010, 2014, dan 2015
No Kecamatan
Jumlah Penduduk (ribu)
Laju Pertumbuhan
Penduduk Per tahun (%)
2010 2014 2015 2010-2015 2014-2015
1 Palaran 49,079 53,767 54,819 11.695 1.957
2 Samarinda Ilir 66,261 72,591 74,012 11.698 1.958
3 Samarinda Kota 33,052 36,210 36,919 11.700 1.958
4 Sambutan 43,651 47,822 48,756 11.695 1.953
5 Samarinda Seberang 57,532 63,029 64,262 11.698 1.956
6 Loa Janan Ilir 56,651 62,064 63,280 11.701 1.959
7 Sungai Kunjang 114,044 124,942 127,384 11.697 1.955
8 Samarinda Ulu 121,591 133,208 135,814 11.697 1.956
9 Samarinda Utara 90,202 98,817 100,750 11.694 1.956
10 Sungai Pinang 95,437 104,556 106,601 11.698 1.956
Samarinda 727,500 797,006 812,597 11.697 1.956
Sumber: Samarinda Dalam Angka Tahun 2016
Tingkat kepadatan penduduk di Kota Samarinda pada tahun 2014 adalah 1.157 jiwa/km².
Kepadatan penduduk pada setiap kecamatan menggambarkan pola persebaran penduduk
secara keseluruhan. Berdasarkan pola persebaran dan luas wilayahnya, terlihat belum merata,
sehingga terlihat adanya perbedaan kepadatan penduduk yang mencolok antar kecamatan.
Dari sepuluh kecamatan yang ada terlihat bahwa Kecamatan Samarinda Ulu memiliki
kepadatan penduduk tertinggi, yaitu 6.276 jiwa/km2 diikuti oleh Kecamatan Samarinda
Seberang dengan kepadatan 5.260 jiwa/km2. Sedangkan untuk Kecamatan Samarinda Utara
dan Palaran yang mempunyai wilayah lebih luas, kepadatan penduduk hanya 475 jiwa/km2
dan 253 jiwa/km2.
Tabel 4.30
Distribusi dan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan di Kota Samarinda Tahun 2015
No Kecamatan
Persentase
Penduduk
Kepadatan Penduduk
per Km2
1 Palaran 6,75 248
2 Samarinda Ilir 9,11 4.308
3 Samarinda Kota 4,54 3.320
4 Sambutan 6,00 483
5 Samarinda Seberang 7,91 5.145
4-37
No Kecamatan
Persentase
Penduduk
Kepadatan Penduduk
per Km2
6 Loa Janan Ilir 7,79 2.422
7 Sungai Kunjang 15,68 2.960
8 Samarinda Ulu 16,71 6.140
9 Samarinda Utara 12,40 439
10 Sungai Pinang 13,12 3.121
Samarinda 100,00 1.132
Sumber: Samarinda Dalam Angka Tahun 2016
Ditinjau dari komposisi penduduk menurut jenis kelamin menunjukkan bahwa jumlah
penduduk laki-laki di Kota Samarinda masih lebih banyak dibanding perempuan. Ini terlihat
dari rasio jenis kelamin yang lebih besar dari 100, yaitu sebesar 107,26.
Tabel 4.31
Jumlah Penduduk dan Rasio Jenis Kelamin Menurut Kecamatan di Kota Samarinda
Tahun 2015
No Kecamatan
Jenis Kelamin Rasio Jenis
KelaminLaki-laki Perempuan Jumlah
1 Palaran 28,486 26,333 54,819 108.18
2 Samarinda Ilir 38,230 35,782 74,012 106.84
3 Samarinda Kota 19,074 17,845 36,919 106.89
4 Sambutan 25,207 23,549 48,756 107.04
5 Samarinda Seberang 33,256 31,006 64,262 107.26
6 Loa Janan Ilir 32,538 30,742 63,280 105.84
7 Sungai Kunjang 65,658 61,726 127,384 106.37
8 Samarinda Ulu 70,106 65,708 135,814 106.69
9 Samarinda Utara 52,581 48,169 100,750 109.16
10 Sungai Pinang 55,005 51,596 106,601 106.61
Samarinda 420,141 392,456 812,597 1.07
Sumber: Samarinda Dalam Angka Tahun 2016
4.2.4 Transportasi
Dari tahun 2009 hingga 2012, panjang jalan keseluruhan Nasional, Provinsi dan Kota
mengalami peningkatan panjang jalan hingga mencapai 883,99 km pada tahun 2012. Namun
pada tahun-tahun berikutnya, panjang jalan menurun hingga mencapai 721,34 km pada tahun
2014. Hal yang perlu dicermati lebih lanjut berkenaan dengan data diatas adalah adanya
kecenderungan peningkatan jumlah jalan dengan kondisi rusak dan penurunan jumlah jalan
dengan kondisi jalan baik. Hal ini dapat disebabkan oleh kurangnya atau tidak ada
pemeliharaan jalan yang baik, sehingga kondisi jalan yang sebelumnya baik dapat menjadi
rusak dan sedang.
4-38
Panjang jalan secara keseluruhan berdasarkan kewenangan jalan yang dibagi menjadi tiga
jenis yaitu, Jalan Nasional, Jalan Provinsi, dan Jalan Kota. Dilihat dari tabel dibawah ini,
jalan Nasional mengalami kenaikan pada tahun 2014 yaitu 54,740 km sedangkan di tahun 2013
sebesar 43,00 km.
4.2.5 Sarana dan Prasarana
A. Sarana dan Prasarana Air Bersih dan Air Limbah
Kota Samarinda terus menunjukkan perkembangan yang positif terhadap jumlah persentase
penduduk yang memiliki akses air minum bersih dan jamban dengan tanki septik.
Untuk jamban dengan tanki septik, Kota Samarinda telah meningkat dari 85,35 persen di
tahun 2009 menjadi 95,36 persen atau meningkat sebesar 10,01 persen dalam 5 (lima)
tahun.Hal ini akan terus diprediksikan meningkat pada tahun 2014 menjadi 96,62 persen atau
meningkat 1,26 persen dari tahun 2013, sehingga rata-rata peningkatan persentase selama 6
(enam) tahun adalah 1,88 persen/tahun.
Hal serupa terjadi pula pada persentase air bersih yang terus mengalami peningkatan selama
5 (lima) tahun terakhir dimana data dari tahun 2009 yaitu 94,32 persen meningkat menjadi
99,07 persen pada tahun 2013 atau meningkat sebanyak 4,75 persen. Penggunaan air minum
bersih ini akan diprediksikan terus meningkat ke angka 99,42 persen di tahun 2014 atau
meningkat sebesar 0,35 persen dari tahun 2013, sehingga rata-rata peningkatan persentase
selama 6 (enam) tahun adalah 0,5 persen/tahun.
Tabel 4.32
Persentase Rumah Tinggal Bersanitasi
Kota Samarinda, 2009-2014
Kota Samarinda berhasil dalam memberikan pelayanan di bidang akses air bersih. Hal ini
terlihat dari terus meningkatnya persentase penduduk yang memiliki akses air bersih seiring
dengan peningkatan jumlahpenduduk di tiap tahunnya. Tercatat dengan jumlah penduduk
607.675 jiwa di tahun 2009, persentase pelayanan air bersih yaitu 94,32 persen meningkat ke
4-39
angka 99,07 persen di tahun 2013 (atau sekitar 4,75 persen) dengan jumlah penduduk yang
meningkat sebanyak 223.001 jiwa (jumlah penduduk 805.688 jiwa di tahun 2013). Pada tahun
2014 terjadi peningkatan jumlah penduduk menjadi 830.676 jiwa, tingkat persentase
terhadap akses air minum dan jumlah penduduk akhirnya meningkat ke angka 99,40 persen
atau sekitar 0,35 persen dari tahun 2013, sehingga rata-rata peningkatan persentase selama 6
(enam) tahun adalah 0,5 persen/tahun.
B. Permukiman Kumuh
Pertambahan jumlah penduduk menyebabkan bertambahnya kebutuhan perumahan yang
berbanding lurus dengan peningkatan kebutuhan sarana dan prasarananya.
Hal tersebut akan berdampak pada peningkatan permasalahan pemukiman jika dalam
pemenuhan perumahan layak tidak segera direalisasikan bagi seluruh warga. Permasalahan
pemukiman pada intinya disebabkan karena kemampuan lahan yang timbal balik dengan daya
kemampuan warga, sehingga menimbulkan harga yang tidak terjangkau oleh masyarakat
berpenghasilan rendah serta tidak adanya sinkronisasi antara pendapatan rakyat per kapita
dengan kemampuan beli/sewa dan perbaikan rumah.
Kondisi ini menyebabkan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan perumahan berusaha
memaksimalkan lahan tanpa memperhatikan keamanan, kesehatan, kenyamanan yang pada
akhirnya menjadikan kawasan tersebut menjadi daerah permukiman kumuh.Kawasan
permukiman kumuh yang ada di Kota Samarinda pada umumnya disebabkan karena
peningkatan aktivitas perdagangan dan jasa yang berada di sekitar bandaran sungai. Kondisi
tata bangunan di kawasan ini tidak teratur dan fungsi sungai menjadi orientasi kawasan
menjadi hilang. Selain itu, massa bangunan berhimpitan, berderet, dan belum
memperlihatkan penerapan GSB sehingga tidak memenuhi standar kenyamanan dan
persyaratan dasar kesehatan rumah. Akhirnya berbagai permasalahan timbul mulai dari
masalah kesehatan, bencana kebakaran, hingga kontroversi lahan yang menyebabkan
ketidaknyamanan dalam bermukim di Kota Samarinda.
C. Persampahan
Selama 4 (empat) tahun awal data (2009-2013) jumlah produksi sampah Kota Samarinda
mengalami peningkatan paling besar di tahun 2012 yaitu sebanyak 995.449 m3 dengan jumlah
persentase volume sampah yang ditangani mengalami penurunan sebanyak 22,33 persen dari
87 (2009) ke 64,67 persen (2012). Hal ini dapat disebabkan oleh peningkatan jumlah penduduk
4-40
dan peningkatan aktivitas penggunaan lahan seperti perdagangan dan jasa, industri,dan
sebagainya pada tahun tersebut.
Dengan terus meningkatnya jumlah penduduk dan aktivitas penggunaan lahan di Kota
Samarinda, di prediksikan volume sampah pada tahun 2014 meningkat sebanyak 932.025 m3,
sehingga presentase sampah yang dapat ditangani oleh Pemerintah Kota Samarinda
diharapkan setidaknya meningkat dari tahun sebelumnya yaitu 88,07 persen menjadi 93,73
persen atau naik sebesar 5,66 persen. Dengan demikian, rata-rata peningkatan persentase
volume sampah yang dapat ditangani selama 6 (enam) tahun adalah 1,12 persen/tahun.
D. Sistem Jaringan Listrik
Persentase Rumah Tangga yang menggunakan listrik di Kota Samarinda menyentuh angka
paling tinggi berada pada tahun 2012 dengan 99,85 persen. Tetapi, angka ini mengalami
penurunan seiring dengan meningkatnya jumlah RT di Kota Samarinda yang belum terlayani
oleh listrik menjadi 99,36 persen di tahun 2013 atau sebanyak 0,49 persen dibandingkan tahun
sebelumnya. Tren positif ditunjukkan juga pada tahun 2014, terjadi kenaikan menjadi 99,81
persen ditahun 2014 atau menaikkan sebesar 0,10 persen sebagai bagian dari usaha perbaikan
kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana listrik wilayah.
Tabel 4.33
Persentase Rumah Tangga yang Menggunakan Listrik Kota Samarinda, 2009-2014
4.2.6 Perekonomian
PDRB Kota Samarinda memiliki pergerakan positif di setiap tahunnya sehingga dapat dikatakan
bahwa pergerakan perekonomian Kota Samarinda mengalami kenaikan dimana pada tahun
2014, nilai PDRB mencapai 46.983.548,22 juta rupiah.
Nilai tambah juga merupakan balas jasa faktor produksi, tenaga kerja, tanah, modal, dan
entrepreneurship yang digunakan untuk memproduksi barang dan jasa. Pertumbuhan ekonomi
4-41
yang dihitung dari PDRB hanya mempertimbangkan domestik, yang tidak memperhatikan
kepemilikan faktor produksi. Dari penjelasan diatas terlihat bahwa pertumbuhan Ekonomi
Daerah Kota Samarinda baik melalui harga yang berlaku maupun harga konstant, baik dengan
sektor migas maupun non migas yang dapat dilihat pada tabel tabel berikut ini:
Tabel 4.34
PDRB dan Laju Pertumbuhan PDRB Tahun 2011-2014
Dari tabel tersebut di atas terlihat bahwa pertumbuhan ekonomi Kota Samarinda, apabila
memasukkan unsur migas dengan harga berlaku pada periode waktu 2011 – 2014, rata-rata
tumbuh sebesar 12.51% sedangkan apabila dilihat dengan harga konstant, rata-rata tumbuh
sebesar 6.40% per tahun. Umumnya untuk melihat pertumbuhan Ekonomi Daerah harus dilihat
dengan harga konstant.
Apabila dilihat dari sisi pertumbuhan ekonomi tanpa migas maka dapat diikuti pada tabel
berikut ini:
Tabel 4.35
PDRB dan Pertumbuhan Ekonomi Kota Samarinda Tanpa Migas Tahun 2011 – 2014
4-42
Apabila ditinjau dari sisi PDRB tanpa migas, maka dalam kurun waktu 4 tahun terakhir yaitu
dari tahun 2011 sampai 2014 terlihat rata-rata pertumbuhan ekonomi Kota Samarinda tumbuh
sebesar 12.45% dengan harga berlaku dan 6.37% dengan harga konstant.
Kalau di bandingkan dengan pertumbuhan berdasarkan migas maka pertumbuhan ekonomi
Kota Samarinda tanpa migas jauh lebih kecil, ada perbedaan nilai pertumbuhan jika PDRB di
lihat tanpa migas, sesungguhnya pertumbuhan ekonomi tanpa migas inilah yang dapat
dijadikan rujukan dan analisis karena Kota Samarinda memang termasuk kota yang bukan
penghasil migas atau jasa bukan pula kota pengolah migas, Samarinda dalam visi dan misinya
lebih berorientasi pada kota jasa dan perdagangan, hal ini dapat dilihat pada pertumbuhan
sektoral sebagai berikut:
4.3 GAMBARAN UMUM KOTA BALIKPAPAN
4.3.1 Administrasi dan Geografi
Secara administratif luas keseluruhan Kota Balikpapan menurut RTRW Tahun 2012-2032 adalah
81.495 Ha, yang terdiri dari luas daratan 50.330,57 Ha dan luas lautan 31.164,03 Ha. Secara
geografis Kota Balikpapan terletak pada posisi 116,50
Bujur Timur dan 117,00
Bujur Timur
serta diantara 1,00
Lintang Selatan dan 1,50
Lintang Selatan dengan batas-batas sebagai
berikut :
 Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Kutai Kertanegara.
 Sebelah Selatan berbatasan dengan Selat Makassar.
 Sebelah Timur berbatasan dengan Selat Makassar.
 Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Penajam Paser Utara.
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 1996 tentang Pembentukan 13
Kecamatan di Wilayah Kabupaten Dati II Kutai, Berau, Bulungan, Pasir, Kotamadya Dati II
Samarinda dan Balikpapan dalam Wilayah Provinsi Dati I Kalimantan Timur, Kota Balikpapan
terdiri dari 5 (lima) Kecamatan dan 27 (dua puluh tujuh) Kelurahan. Berdasarkan Peraturan
Daerah Nomor 7 Tahun 2012 tentang Pembentukan Tujuh Kelurahan dalam wilayah Kota
Balikpapan dan Peraturan Daerah Kota Balikpapan Nomor 8 Tahun 2012 tentang Pembentukan
Kecamatan Balikpapan Kota Dalam Wilayah Kota Balikpapan, secara administratif wilayah
Kota Balikpapan terdiri dari 6 (enam) Kecamatan dan 34 (tiga puluh empat) Kelurahan.
4-43
Tabel 4.36
Luas Wilayah Kota Balikpapan Dirinci per Kecamatan dan Kelurahan
No Kecamatan/ Kelurahan
Luas Daerah
(km²)
Jumlah
RT
A. Kec. Balikpapan Timur
1. Manggar
2. Manggar Baru
3. Lamaru
4. Teritip
35,255
3,836
48,555
49,512
30
26
13
24
B. Kec. Balikpapan Selatan
1. Damai Baru
2. Damai Bahagia
3. Sepinggan Baru
4. Sungai Nangka
5. Sepinggan Raya
6. Gunung Bahagia
7. Sepinggan
2,149
3,708
10,618
3,204
6,588
3,735
7,812
33
43
40
27
31
50
45
C. Kec. Balikpapan Tengah
1. Gunung Sari Ilir
2. Gunung Sari Ulu
3. Mekarsari
4. Karang Rejo
5. Sumber Rejo
6. Karang Jati
1,410
1,8252
1,2866
1,2050
2,205
3,411
69
34
35
66
44
37
D. Kec. Balikpapan Utara
1. Gunung Samarinda
2. Muara Rapak
3. Batu Ampar
4. Karang Joang
5. Gunung Samarinda Baru
6. Graha Indah
2,703
3,5272
10,553
93,0904
3,035
19,254
47
87
58
42
20
36
E Kec. Balikpapan Barat
1. Baru Ilir
2. Margo Mulyo
3. Marga Sari
4. Baru Tengah
5. Baru Ulu
6. Karingau
0,589
1,8453
0,665
0,5704
0,9548
175,3275
62
39
30
43
40
9
F Kec. Balikpapan Kota
1. Prapatan
2. Telaga Sari
3. Klandasan Ulu
4. Klandasan Ilir
5. Damai
3,1412
2,538
0,89
1,435
2,221
36
38
53
57
16
Untuk lebih jelasnya, wilayah administrasi Kota Balikpapan dapat dilihat pada gambar 4.28
berikut.
4-44
Gambar 4.29 Peta Administrasi Kota Balikpapan
4.3.2 Kondisi Fisik Dasar
A. Topografi
Secara umum Kota Balikpapan berada pada ketinggian 0 sampai 100 meter di atas permukaan
laut. Klasifikasi terbesar yaitu berada pada ketinggian 20-100 mdpl dengan luas 20.090,57 ha
atau 51,66 % dari luas wilayah, ketinggian >10-20 mdpl seluas 17.260 ha atau 34,17% dari luas
wilayah dan ketinggian 0-10 mdpl seluas 6.980 Ha atau 13 % dari luas wilayah. Berikut tabel
luas wilayah Kota Balikpapan dirinci menurut topografi (ketinggian).
Tabel 4.37 Luas Wilayah Kota Balikpapan Dirinci
Menurut Topografi (Ketinggian)
No
Ketinggian
mdpl
Luas Wilayah
(Ha) (%)
1. 0-10 6.980,00 13,64
2. >10-20 17.260,00 34,70
3. >20-100 26.090,57 51,66
Jumlah 50.330,57 100,00
Sumber: Kota Balikpapan dalam Angka, 2014
4-45
Lereng menggambarkan sudut kemiringan permukaan tanah terhadap bidang horisontal.
Besaran lereng merupakan faktor penting yang menentukan mudah tidaknya tanah untuk
diusahakan/ digunakan. Tanah dengan medan datar lebih mudah diusahakan daripada tanah
berlereng terjal. Kemiringan tanah juga menentukan sifat tanah yang lain, yaitu menentukan
kepekaan erosi dan drainase permukaan. Pada lereng yang besar maka drainase
permukaannya lebih cepat/ baik tetapi tanah lebih peka terhadap erosi. Dari sisi topografis
sebagian besar wilayah Kota Balikpapan berada pada kemiringan lereng antara 15-40% yaitu
seluas seluas 21.305,57 Ha atau 42,33% dari luas wilayah keseluruhan. Tabel 2.2 berikut ini
menunjukkan rincian luas wilayah Kota Balikpapan berdasarkan kelerengan.
Tabel 4.38 Luas Wilayah Kota Balikpapan
Dirinci Menurut Kelerengan
No
Kelas
Lereng
Luas Wilayah
(Ha) (%)
1. 0-2 7.050,00 14,01
2. > 2-15 3.325,00 6,61
3. > 15-40 21.305,57 42,33
4. > 40 18. 650,00 37,05
Jumlah 50.330,57
100,00
Sumber: Kota Balikpapan dalam Angka, 2014
Secara morfologis Kota Balikpapan terdiri dari 85% kawasan perbukitan dengan jenis tanah
podsolik merah kuning yang memiliki karakter topsoil tipis, struktur tanah mudah tererosi.
Sedangkan 15% lainnya merupakan daerah dataran yang terletak di sepanjang pantai timur
dan selatan wilayah Kota Balikpapan dengan jenis tanah umumnya adalah alluvial.
Untuk mengetahui kondisi keleregan Kota Balikpapan berikut merupakan visualisasi dari
kondisi kelerengan Kota Balikpapan dalam bentuk peta kelerengan pada gambar 4.29 di
bawah ini:
4-46
Gambar 4.30 Peta Kelerengan Kota Balikpapan
B. Geohidrologi
Berdasarkan peta Hidrogeologi Lembar Balikpapan, Kota Balikpapan secara umum dapat
dilihat dari komposisi litologi batuan dan kelulusannya serta keterdapatan air tanah dan
produktivitas akuifer. Berdasarkan kondisi tersebut, Kota Balikpapan dapat dijelaskan sebagai
berikut
1. Komposisi Litologi Batuan dan Kelulusannya.
Berdasarkan komposisi litologi dan kelulusannya Kota Balikpapan seluruhnya masuk dalam
kategori batu pasir, batu lempung pasiran, serpih dan konglomerat dengan sisipan napsi,
batubara dan batu gamping.
2. Keterdapatan Airtanah dan Produktivitas Akuifer.
Berdasarkan keterdapatan airtanah dan produktivitas akuifer, Kota Balikpapan dapat
dikelompokkan dalam 2 (dua) kategori besar, yaitu :
a. Akuifer dengan aliran melalui celahan dan ruang antar butir, yaitu :
 Akuifer produktif sedang dengan penyebaran luas
Akuifer dengan keterusan beragam, muka air tanah umumnya kurang dari 3 meter di
bawah muka tanah setempat, debit maair umumnya kurang dari 10 l/detik. Akuifer
ini umumnya tersebar di Kecamatan Balikpapan Utara, sebagian kecil dari Kecamatan
4-47
Balikpapan Barat, Balikpapan Tengah dan di bagian selatan dari, Kecamatan
Balikpapan Selatan
 Setempat, Akuifer produktif
Akuifer dengan keterusan sangat beragam, umumnya muka airtanahnya dalam,
dibeberapa tempat matair dengan debit kurang dari 2 liter/detik. Akuifer ini pada
umumnya terdapat di Kecamatan Balikpapan Timur, sebagian Kecamatan Balikpapan
Selatan dan Tengah
b. Akuifer bercelah atau jarang, produktif kecil dan daerah air tanah langka, yaitu akuifer
produktif kecil, setempat berarti.
Akuifer ini umumnya keterusan rendah, setempat airtanah dangkal dalam jumlah
terbatas dapat diperoleh di lembah-lembah dan zona pelapukan batuan padu. Akuifer
ini pada umumnya terdapat di Kecamatan Balikpapan Barat, sebagian kecil di
Kecamatan Balikpapan Utara, Barat dan Timur
C. Geologi
Berdasarkan struktur geologi, Kota Balikpapan dapat dibagi menjadi tiga satuan geomorfik,
yaitu satuan perbukitan bergelombang sedang, satuan perbukitan bergelombang lemah dan
satuan dataran aluvial. Berikut merupakan penjelasan lebih lanjut mengenai struktur geologi
Kota Balikpapan.
1. Satuan geomorfik Perbukitan bergelombang Sedang
Satuan geomorfik ini menempati area dengan luas kurang lebih 55%, mempunyai
kemiringan lereng rata-rata 15-40% dengan beda tinggi kurang lebih 10-30 meter. Satuan
geomorfik ini menempati sebagian besar Kota Balikpapan terutama di bagian Utara - Barat
Laut yang merupakan daerah hutan lindung, sebagian di timur laut meliputi sebagian dari
Kecamatan Balikpapan Barat, Kecamatan Balikpapan Utara, Kecamatan Balikpapan tengah,
Kecamatan Balikpapan Selatan dan Kecamatan Balikpapan Timur. Litologi penyusunan
satuan geomorfik ini adalah perselingan antara batupasir kuarsa, batu pasir, batu lempung,
serpih dan sisipan batubara dengan dikontrol struktur geologi berupa antiklin dan siklin
dengan kemiringan sayap-sayapnya yang relatif landai sampai sedang.
2. Satuan geomorfik Perbukitan bergelombang lemah
Satuan geomorfik ini membentuk pola selingan dengan perbukitan bergelombang sedang
yang membujur barat daya - timur laut dengan luas kurang lebih 30%, umumnya
mempunyai kemiringan lereng 5-15% dengan beda tinggi kurang lebih 3-15 meter. Satuan
4-48
geomorfik ini menempati bagian tengah Kota Balikpapan tepatnya di lembah Sungai Wain,
Daerah Gunung Bahagia sampai Gunung Binjai yang masuk ke dalam wilayah Kecamatan
Balikpapan Barat, Kecamatan Balikpapan Utara, Kecamatan Balikpapan Tengah, Kecamatan
Balikpapan Selatan, Kecamatan Balikpapan Timur dengan litologi penyusunan batu pasir
kuarsa, batupasir dengan konkresi/nodul besi, serpih, batu lanau, sisipan batubara dan
dikontrol struktur geologi berupa homoklin yang merupakan sayap antiklin atau siklin
dengan kemiringan landai sehingga membentuk suatu lembah homoklin.
3. Satuan Dataran Alluvial
Satuan ini tersebar sebagian besar di pinggir pantai dan lembah-lembah sungai dengan luas
kurang lebih 15%, material penyusunnya merupakan endapan kerakal - lempung yang belum
terkonsolidasi atau bersifat lepas-lepas yang merupakan hasil pengendapan aktivitas sungai
dan air laut. Kemiringan lereng umumnya 0-5% dengan beda tinggi kurang lebih 0-2 meter.
Menempati pantai sebelah timur dari Sepinggan hingga teritip, lembah-lembah disekitar S.
Wain, S. Somber dan S. Manggar Besar dan sebagian pantai di Teluk Balikpapan.
Berdasarkan stratigrafi menururt Hidayat dan Umar (1994), wilayah Kota Balikpapan
tersusun atas empat satuan batuan, yaitu :
a. Satuan Endapan Pasir (Endapan Alluvial)
Satuan ini sebagian besar tersebar disepanpang pantai timur dari Kota Balikpapan,
terutama daerah Manggar, Lamaru, Teritip demikian juga di kiri-kanan Sungai Wien dan
Sungai Somber.
b. Formasi Kampung Baru
Satuan ini terdiri dari perselingan batulempung, batulanau, batupasir kuarsa, serpih
dengan sisipan batubara, lignit dan napal. Singkapan batubara yang cukup tebal (> 3 m)
dapat dijumpai di Dusun Gunung Binjai. Adapun penyebarannya meliputi wilayah di
bagian utara dan tengah tepatnya Kecamatan Balikpapan Barat, Balikpapan Utara,
Balikpapan tengah dan Balikpapan Timur.
c. Formasi Balikpapan
Bagian atas dari satuan ini didominasi oleh batupasir kuarsa dengan sisipan-sisipan
batulempung, batulanau, batupasir dan batulempung dengan sisipan napal, batupasir
gampingan, batu bara. Formasi Balikpapan sebagian besar tersebar di bagian barat laut
dan barat daya wilayah Kota Balikpapan, meliputi Kecamatan Balikpapan Selatan,
Kecamatan Balikpapan Tengah' dan sebgaian Kecamatan Balikpapan Barat.
d. Formasi P. Balang
4-49
Satuan ini secara regional terdiri dari batupasir kuarsa, batupasir gampingan, batulanau
dengan sisipan batubara. Satuan ini tersingkap di P. Balang serta bagian ujung barat laut
wilayah Kota Balikpapan, yang berbatasan dengan wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara.
Tabel 4.39 Luas Wilayah Kota Balikpapan Menurut Jenis Batuan (Geologi)
No Jenis
Luas Wilayah
(Ha) (%)
1 Satuan Endapan Pasir
(Alluvial)
9.994,40 19,86
2 Formasi Kampung Baru 31.100,76 61,79
3 Formasi Balikpapan 8,561,16 17,01
4 Formasi Pulau Balang 671,25 1,33
Jumlah 50.330,57 100,00
Sumber: RTRW Kota Balikpapan, 2012 – 2032
Gambar 4.31 Peta Geologi Kota Balikpapan
D. Klimatologi
1. Iklim
Kota Balikpapan beriklim tropis, mempunyai musim yang hampir sama dengan wilayah
yang ada di Kalimantan Timur pada umumnya., yaitu adanya musim kemarau dan musim
penghujan. Musim kemarau biasanya terjadi pada Bulan Mei sampai Bulan Oktober,
4-50
sedang musim penghujan terjadi pada Bulan Nopember sampai dengan Bulan April.
Keadaan ini terus berlangsung setiap tahun yang diselingi dengan musim peralihan pada
bulan-bulan tertentu. Seiain itu, karena letaknya di daerah katulistiwa maka ikiim di
Kalimantan Timur juga dipengaruhi oleh angin Muson, yaitu angin Muson barat Nopember
- April dan Angin Muson Timur Mei - Oktober.
Namun dalam tahun-tahun terakhir ini, keadaan musim di Balikpapan kadang tidak
menentu. Pada bulan-bulan yang seharusnya turun hujan dalam kenyataannya tidak ada
hujan sama sekali, atau sebaliknya pada bulan-bulan yang seharusnya kemarau bahkan
terjadi hujan dengan musim yang jauh lebih panjang.
2. Suhu dan Kelembaban
Secara umurn Kota Balikpapan beriklim panas dengan suhu udara sepanjang tahun
berkisar dari 22,4oC sampai 34,70C. Selain itu, sebagai daerah beriklim tropis, Kota
Balikpapan mempunyai kelembaban udara relatif tinggi dengan rata-rata berkisar antara
82-93%.
3. Curah Hujan dan Keadaan Angin
Curah hujan di Kota Balikpapan sangat beragam menurut bulan. Catalan curah hujan
bulanan sepanjang tahun 2010 terjadi pada Bulan Oktober sebesar 279,5 mm dan rata-
rata curah hujan paling rendah terjadi pada Bulan September yang hanya mencapai 35,9
mm.
Keadaan angin di Kota Balikpapan pada tahun 2010 yang dipantau dari Stasiun
Meteorologi dan Geofisika Kota Balikpapan, menunjukkan bahwa kecepatan angin berkisar
antara. 4 sampai 7 knot. Kecepatan angin paling tinggi 7 knot terjadi pada bulan
September sedang terendah 4 knot terjadi pada bulan April dan Desember.
4.3.3 Kependudukan
A. Persebaran Penduduk
Penduduk Kota Balikpapan pada akhir tahun 2014 berjumlah 610.313 jiwa, yang terdiri atas
315.299 penduduk laki-laki dan 295.014 penduduk perempuan, sehingga Rasio Jenis Kelamin
mencapai 107 (lihat Tabel DE-2 Buku Data SLHD). Pertumbuhan penduduk dibandingkan tahun
2013 mencapai 1,77 persen yang berasal dari pertambahan penduduk sebesar 10.628 jiwa dan
paling banyak dipengaruhi oleh faktor migrasi masuk. Kota Balikpapan memiliki daya tarik
yang besar bagi pendatang terutama karena alasan ekonomi. Mereka datang ke Balikpapan
untuk alasan pekerjaan, dengan asumsi Balikpapan sebagai kota minyak, industri dan jasa
4-51
yang menjanjikan banyak lapangan pekerjaan. Berikut Grafik jumlah penduduk Kota
Balikpapan sejak tahun 2010.
Gambar 4.32 Grafik Pemkembangan Jumlah Penduduk Kota Balikpapan
Sumber : Balikpapan Dalam Angka 2014
Sesuai Tabel DE-1 Buku Data SLHD, pertumbuhan penduduk menurut kecamatan menunjukkan
bahwa Kecamatan Balikpapan Selatan merupakan kecamatan dengan pertumbuhan penduduk
tertinggi yang mencapai 3,74 persen, salah satunya sebagai dampak dari pembangunan
kawasan perumahan baru yang cukup pesat di wilayah kecamatan ini dalam beberapa tahun
terakhir, sedangkan pertumbuhan terendah tercatat di Kecamatan Balikpapan Kota dan
Balikpapan Tengah, hal ini wajar karena kedua kecamatan tersebut relatif sudah jenuh, dan
merupakan dua kecamatan terpadat di Kota Balikpapan.
Tabel 4.40 Pertumbuhan Penduduk MenurutKecamatan di Kota Balikpapan, 2014
No Kecamatan
Jumlah
Penduduk 2013
(jiwa)
Jumlah Penduduk
2014 (jiwa)
Pertumbuhan (%)
(1) (2) (3) (4) (5)
1 Balikpapan Timur 67.597 70.105 3,71
2 Balikpapan Barat 90.183 90.412 0,25
3 Balikpapan Utara 130.698 133.946 2,49
4 Balikpapan Tengah 103.529 103.599 0,07
5 Balikpapan Selatan 121.323 125.862 3,74
6 Balikpapan Kota 86.355 86.389 0,04
Total 599.685 610.313 1,77
4-52
Persebaran penduduk menunjukkan bahwa Balikpapan Utara merupakan Kecamatan dengan
penduduk terbanyak, mencapai 21,95 persen dari total penduduk. Dalam 10 tahun terakhir
kecamatan Balikpapan Utara merupakan salah satu wilayah yang paling pesat pertumbuhan
penduduknya, terutama di daerah kelurahan Batu Ampar, hal ini sangat wajar karena wilayah
ini selain dilewati oleh jalur utama menuju Kutai Kartanegara dan Samarinda, juga masih
banyak lahan yang potensial dikembangkan menjadi kawasan perumahan dibandingkan dengan
wilayah Balikpapan Tengah yang relatif sudah jenuh dan tidak banyak lahan tersisa untuk
pengembangan kawasan pemukiman baru.
Secara persentase, distribusi penduduk Kota Balikpapan terlihat cukup merata, berkisar
antara 11 hingga 22 persen di masing-masing kecamatan, akan tetapi apabila dibandingkan
dengan luas wilayahnya,maka akan terlihat bahwa kepadatan di masing-masing wilayah
tersebut sangat timpang.
Gambar 4.33 Persentase Persebaran Penduduk Menurut Kecamatan, 2014
Sumber : Balikpapan Dalam Angka 2014
B. Kepadatan Penduduk
Sesuai Tabel DE-1 Buku Data SLHD, kepadatan penduduk adalah jumlah penduduk yang
mendiami suatu wilayah tertentu dengan satuan per kilometer persegi. Rata-rata kepadatan
penduduk di Kota Balikpapan tahun 2014 mencapai 1.200 jiwa/km2, dengan kepadatan
tertinggi di wilayah Balikpapan Utara yang mencapai 145.672 jiwa/km2, sedangkan kepadatan
terendah di wilayah Balikpapan Timur yang hanya mencapai 75.371 jiwa/km2.
4-53
Balikpapan Tengah menjadi kecamatan dengan angka kepadatan tertinggi, dengan luas
wilayah yang hanya sekitar 2 persen dari total wilayah, dihuni sekitar 17 persen dari total
penduduk, menyebabkan angka kepadatan penduduk di kecamatan ini jauh diatas wilayah
lainnya. Balikpapan Barat dengan luas wilayah 179,95 km2 atau sekitar 35,40 persen dari total
wilayah Balikpapan hanya dihuni sekitar 15 persen dari total penduduk, menjadikan
Balikpapan Barat sebagai kecamatan dengan kepadatan terendah, mencapai 502 jiwa/km2.
Sedangkan Kecamatan Balikpapan Timur merupakan kecamatan dengan kepadatan terendah
kedua, mencapai 511 jiwa/km2, namun pertumbuhan penduduknya tercatat sebagai yang
tertinggi kedua setelah Kecamatan Balikpapan Selatan, yang mencapai 3,71 persen setahun
terakhir, sehingga diharapkan dalam beberapa tahun kedepan kecamatan ini mencapai kondisi
kepadatan yang ideal, yang berperan terhadap pemerataan penduduk Balikpapan. Wilayah ini
merupakan wilayah pantai sehingga sekitar 60 persen dari penduduk Balikpapan yang bekerja
di lapangan usaha perikanan berada di wilayah ini. Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah
Balikpapan 2011-2031, Kelurahan Teritip di Balikpapan Timur menjadi wilayah rencana
pengembangan pusat pelayanan kota ke-3, ini merupakan salah satu usaha untuk
mengembangkan wilayah Balikpapan Timur.
Balikpapan Selatan merupakan kecamatan dengan pertumbuhan penduduk terbesar, mencapai
3,74 persen dalam setahun terakhir, dengan luas wilayah sekitar 7 persen dari total wilayah,
dan dihuni sekitar 21 persen penduduk Balikpapan. Dari segi kepadatan penduduk, Kecamatan
Balikpapan Utara merupakan kecamatan dengan kondisi yang mendekati ideal, dimana
persentase wilayah dan jumlah penduduk mendekati seimbang, dengan wilayah meliputi 26,00
persen dari total wilayah dan total penduduk sekitar 22 persen. Kelurahan Karang Joang di
wilayah Balikpapan Utara ditetapkan dalam RTRW Balikpapan menjadi rencana pusat kota ke-
2, setelah Balikpapan Selatan, dalam rangka mengembangkan wilayah ini.
4-54
Gambar 4.34 Peta Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan, 2014
Pada gambar peta diatas dapat ditampilkan visualisasi kepadatan penduduk dengan gradasi
warna, semakin tua warnanya menandakan wilayah tersebut semakin padat penduduknya.
Tabel 4.41 Kepadatan Penduduk per Kecamatan di Kota Balikpapan Tahun 2014
No. Kecamatan
Luas Wilayah Jumlah
Penduduk (jiwa)
Kepadatan
(Jiwa/Km2)Km2 %
1 Balikpapan Timur 137,16 26,98 70.105 511
2 Balikpapan Barat 179,95 35,40 90.412 502
3 Balikpapan Utara 132,17 26,00 133.946 1.013
4
Balikpapan
Tengah
11,07 2,18 103.599 9.355
5
Balikpapan
Selatan
37,82 7.44 125.862 3.328
6 Balikpapan Kota 10,22 2,01 863.89 8.455
Total 508,39 100,00 610.313 1.200
Dari tabel diatas terlihat bahwa distribusi penduduk di Balikpapan tidak merata, kepadatan
penduduk di wilayah pusat kota tujuh kali lipat dibanding kepadatan rata-rata Balikpapan.
Kecamatan Balikpapan Kota yang merupakan pecahan dari Balikpapan Selatan merupakan
kecamatan terpadat kedua setelah Balikpapan Tengah, mencapai 8.455 jiwa/km2. Dua
kecamatan dengan wilayah terkecil, yang masing-masing hanya sekitar 2 persen dari total luas
4-55
Balikpapan, yaitu Balikpapan Tengah dan Balikpapan Kota, merupakan pusat pemerintahan
dan perekonomian dihuni sekitar 30 persen penduduk. Balikpapan Selatan merupakan
kecamatan terpadat ketiga dan masih berpotensi dalam pengembangan wilayah pemukiman
baru, terutama di kelurahan Sepinggan yang dalam sepuluh tahun terakhir merupakan
kelurahan yang pertumbuhan jumlah penduduknya terbesar kedua setelah Batu Ampar.
Kecamatan Balikpapan Timur dan Balikpapan Utara yang luas wilayahnya relatif sama tercatat
memiliki kepadatan yang jauh berbeda, kepadatan penduduk di Balikpapan Utara dua kali
lipat lebih tinggi dibandingkan di Balikpapan Timur, walaupun demikian wilayah pemukiman
di Balikpapan Timur masih berpotensi untuk dikembangkan, terutama di kelurahan Lemaru
yang dalam sepuluh tahun terakhir tercatat sebagai kelurahan dengan pertumbuhan penduduk
tertinggi ketiga setelah Batu Ampar dan Sepinggan.
4.3.4 Transportasi
A. Jalan
Jaringan Jalan di Kota Balikpapan menurut
statusnya dapat diklasifikasikan menjadi 3 yaitu
Jalan Negara, Jalan Propinsi dan Jalan Kota.
Secara keseluruhan panjang jalan di Kota
Balikpapan berdasarkan Data BPS pada Tahun
2013 adalah 466,07 km, yeng terdiri dari jalan
negara di wilayah Kota Balikpapan mencapai
340,37 km, jalan provinsi mencapai 67,35 km
dan jalan yang dikuasai pemerintah kota
mencapai 58,35 km.
Tabel 4.42 Jaringan Jalan di Kota Balikpapan menurut statusnya, Tahun 2013
No Keadaan Negara Provinsi Kota Jumlah
1 Jenis Permukaan
Aspal 58,35 36,35 340,37 435,07
Kerikil - - - -
Tanah - 31,00 - 31,00
Tidak dirinci - - - -
Jumlah 58,35 67,35 340,37 466,07
2 Kondisi Jalan
Baik 39,5 27,25 265,37 332,12
Sedang 18,85 20,00 50,00 88,85
Rusak - 20,10 25,00 45,00
4-56
No Keadaan Negara Provinsi Kota Jumlah
Rusak Berat - - - -
Jumlah 58,35 67,35 340,37 465,97
3 Kelas Jalan
Kelas I - 13,00 - 13,00
Kelas II - - - -
Kelas III 58,35 54,35 340,37 435,07
Kelas III A - - - -
Kelas III B - - - -
Kelas III C - - - -
Kelas Tidak
Dirinci
- - - -
Jumlah 58,35 67,35 340,37 466,07
Sumber : Balikpapan Dalam Angka Tahun 2014.
B. Sarana Transportasi
a. Bandara Sepinggan
Bandara Sepinggan (Sepinggan International Airport) adalah bandara domestik dan
internasional untuk Balikpapan, Kalimantan Timur. Bandara ini dioperasikan oleh PT.
Angkasa Pura I dan dibuka pada tanggal 6 Agustus 1997. Bandara ini memiliki luas 300
hektare dan merupakan bandar udara ke-4 terbesar dari 13 bandara yang dikelola PT.
Angkasa Pura I. Dengan posisi yang strategis di kawasan Indonesia Bagian Tengah, maka
diharapkan bandara ini dapat menjadi penghubung kawasan Indonesia Bagian Barat
dengan kawasan Indonesia Bagian Timur. Dengan posisi yang strategis dan didukung oleh
potensi alam Kalimantan Timur sehingga menjadi daya tarik bagi para pelaku bisnis dan
wisatawan baik domestik maupun mancanegara. Keberadaan Bandar Udara Sepinggan
diharapkan akan dapat mendorong pertumbuhan perekonomian di Kalimantan Timur dan
wilayah Kalimantan lainnya.
Rencana pengembangan pada lahan-lahan yang tersedia di sekitar bandara ini terus
dilaksanakan, antara lain hotel transit, business center, pusat informasi investasi,
warehousing, meeting room, restoran dan mini market termasuk pengembangan terminal
penumpang dan perpanjangan landasan pacu (Runway). Sedangkan pada lahan seluas
70.000 m2 di sekitar pantai di selatan Bandara Udara dapat pula dikembangkan menjadi
lapangan golf, cotteges, pantai wisata dan lain-lain.
4-57
Gambar 4.35 Sarana Transportasi Udara Kota Balikpapan
b. Pelabuhan Laut
Pelabuhan Balikpapan terletak pada teluk Balikpapan merupakan pintu gerbang
Kalimantan Timur yang menunjang kegiatan perekonomian daerah dan mendorong
pertumbuhan pembangunan wilayah. Sesuai dengan Keputusan Bersama Menteri
Perhubungan dan Menteri Keuangan Nomor 885/Kpb/VII/1985, Nomor 667/KMK.05/1985
tanggal 26 Juli 1985, Pelabuhan Balikpapan dinyatakan sebagai salah satu pelabuhan Laut
yang terbuka untuk perdagangan luar negeri. Pada awal tahun 1958 pelabuhan umum
Balikpapan baru memiliki fasilitas dermaga sepanjang 84 m dan 1 gudang penumpukan
seluas 1000 M2. Sejalan dengan perkembangan lajunya pembangunan di daerah
Balikpapan dan sekitarnya, maka pembangunan di daerah Balikpapan dan sekitarnya,
maka pembangunan sarana dan prasarana fasilitas pelabuhan setahap demi setahap
mengikuti perkembangan pembangunan tersebut, hingga saat ini Pelabuhan Balikpapan
sudah memiliki dermaga sepanjang 489 M2 dan gudang seluas 2.450 m2.
Gambar 4.36 Sarana Transportasi Laut Kota Balikpapan
4-58
c. Angkutan Darat
Untuk melayani transportasi darat, Kota
Balikpapan memiliki 2 (dua) terminal
angkutan darat yaitu Terminal Batu Ampar
dan Terminal Damai, dengan layanan tujuan
sebagai berikut.
Tabel 4.43 Nama Terminal dan Jenis Pelayanan
Teminal Jenis Pelayanan
Batu Ampar Angkutan Umum
Balikpapan-Samarinda (Bus)
Balikpapan-Bontang (Bus)
Balikpapan-Banjarmasin(Bus)
Balikpapan-Sepaku/Semoi (Mini
Bus)
Damai Angkutan Umum
Balikpapan-Handil II (Mini Bus)
Sumber : Balikpapan Dalam Angka, Tahun 2014.
d. Angkutan Sungai
Berdasarkan data Balikpapan Dalam Angka 2014, untuk melayani transportasi sungai, Kota
Balikpapan memiliki 42 (empat puluh dua) kapal motor dan 99 speed boat. Pelayanan
angkutan sungai melalui pelabuhan yang ada di kota Balikpapan seperti pelabuhan Sungai
Wain, Pelabuhan Speed Baru Tengah, Pelabuhan Rakyat Margasari, Pelabuhan Speed di
Semayang dan Pelabuhan Sungai Manggar.
Gambar 4.37 Sarana Transportasi Sungai Kota Balikpapan
4-59
4.3.5 Sarana dan Prasarana
A. Sarana Sanitasi / Sarana Pengolahan Air Limbah
Terdapat 3 (tiga) instalasi pengolah limbah di Kota Balikpapan, yaitu:
1. Instalasi Pengolah Lumpur Tinja (IPLT) yang berada di TPA Manggar, Kecamatan
Balikpapan Timur.
IPLT dibangun di TPA Manggar untuk mengolah lumpur tinja dari septic tank. Lumpur tinja
dari septic tank dibawa ke IPLT dengan menggunakan truk tinja. Kota Balikpapan
memiliki satu unit truk tinja, tetapi sudah tidak dapat beroperasi lagi karena rusak.
Sedangkan truk tinja yang beroperasi di Balikpapan adalah milik swasta. Belum diketahui
dengan pasti nama pemilik/pengusaha truk tinja dan jumlah yang pasti beroperasi di
Balikpapan.
2. Instalasi Pengolah Air Lindi yang berada di TPA Manggar Kecamatan balikpapan Timur
3. Instalasi Pengolah Air Limbah (IPAL) yang berada di Kelurahan Margasari Kecamatan
Balikpapan Barat, terpusat dibangun melalui Kalimantan Urban Development Project
(KUDP) di danai oleh Bank Dunia (IBRD — Loan 3854 — IND).
Gambar 4.38 Fasilitas IPAL Margasari
Instalasi ini mulai dioperasikan pada bulan September 2002 dengan jumlah jam operasi selama
24 jam/hari dengan volume limbah yang masuk mencapai ± 250 m3/hr. Standar mutu air
olahan (effluent) yang digunakan dalam perencanaan adalah SK Gubernur Kalimantan Timur
Tahun 1995 mengenai Kualitas Air Buangan Kelas C.
Limbah yang diolah dalam IPAL ini adalah limbah padat cair yang berasal dari WC, kamar
mandi, dan dapur.
4-60
Ketiga instalasi pengolah limbah di atas, dikelola oleh dua institusi yang berbeda. IPLT dan
IPAL Sampah dikelola oleh Dinas Kebersihan, Pertamanan dan Pemakaman (DKPP) Kota
Balikpapan. Sedangkan pengelolaan sistem air limbah terpusat dan IPAL Margasari dilakukan
oleh PDAM Kota Balikpapan.
Jumlah sambungan rumah yang telah terlayani dengan sistem on site sebanyak 168 sambungan
rumah yaitu di Perumahan Total melayani 48 sambungan rumah, Chevron sebanyak 50 rumah,
dan Vilabeta yang mengelola air limbah dari 50 rumah. Sedangkan untuk sistem off site yang
saat ini hanya ada di Margasari hanya melayani 1.361 KK.
C. Sarana Persampahan
Pada saat ini pengelolaan sampah di Kota Balikpapan dikelola oleh DKPP. Tapi sebagian besar
sampah masih dibuang secara langsung ke sungai-sungai, ditanam maupun dibakar.
Pengelolaan sampah di Kota Balikpapan, khususnya di kawasan yang merupakan pusat-pusat
perkotaan dilakukan dengan proses berikut:
1. Proses pengumpulan sampah
Proses pengumpulan sampah dilakukan baik
secara individual maupun secara komunal
melalui bak-bak penampungan yang di
sediakan di setiap unit lingkungan perumahan
maupun pada unit kegiatan komersial dan
perkantoran. Proses pengumpulan sampah ini
dapat dilakukan dengan sistem door to door
dengan menggunakan gerobak sampah yang
selanjutnya dikumpulkan di bak-bak
penampungan yang pelaksanaannya dapat
dilakukan oleh masing-masing unit lingkungan.
Proses ini telah berjalan dengan baik,
khususnya di lingkungan perumahan seperti
Kompleks Perumahan Pemerintah Kota,
Kompleks Perumahan Balikpapan Baru,
Perumahan Korpri, dan lain-lain.
4-61
2. Proses pengangkutan sampah ke TPS/TPA
Proses pengangkutan sampah dilakukan dari bak-bak penampungan ke TPS atau Transfer
Depo, selanjutnya diangkut dengan menggunakan truck/dump truck menuju TPA. TPA yang
masih layak digunakan untuk menampung sampah buangan rumah tangga di Kota
Balikpapan berada di Kelurahan Manggar Baru.
Berikut data fasilitas persampahan kota Balikpapan
Tabel 4.44 Jumlah TPS Sarana Angkutan Gerobak
No Kecamatan
TPS
Transfe
r Depo
TPS
Pejalan
Kaki
Container
(m3)
Geroba
kKayu
Keramik &
Bata
1
Balikpapan Timur &
Selatan
5 175 3 - 56 67
2
Balikpapan Utara &
Tengah
5 87 1 - 39 16
3 Balikpapan Barat 3 25 2 45 17 52
Jumlah 13 287 6 45 112 135
Sumber : Buku Putih Sanitasi Kota Balikpapan Tahun 2010
D. Drainase
Terdapat 86 (delapan puluh enam) saluran atau sungai yang langsung bermuara di teluk
Balikpapan atau di Selat Makasar yang melayani pamatusan kota Balikpapan. Tidak ada
saluran primer drainase buatan yang dibuat khusus untuk mengalirkan air pematusan dan air
buangan keluar daerah perkotaan. Semua saluran primer drainase yang ada sekarang
merupakan saluran alam yang disesuaikan untuk kebutuhan saluran drainase. Karena berasal
dari saluran alam maka sebagian besar trase saluran berbelok-belok (meandering), baik yang
berada pada daerah datar maupun yang berada pada daerah yang mempunyai kemiringan
tinggi.
Jaringan sistem drainase kota Balikpapan belum tertata dengan baik dalam hal hirarki dan
fungsinya. Apabila dilihat dari kondsi fisik saluran yang ada, masih memanfaatkan saluran
yang ada dengan penampang saluran sempit dan tak beraturan serta dipenuhi tumbuhan liar.
Sifat tanah setempat yang rawan terhadap erosi, sehingga mudah terbentuk alur yang
berbelok-belok. Kemiringan curam di daerah hulu dan di daerah perbukitan mengasilkan
kecepatan tinggi (aliran kritis) ditambah dengan perkembangan kota dengan pembukaan lahan
untuk permukiman dengan cara pengeprasan perbukitan. Hal ini akan berdampak pada
lingkungan yaitu meningkatkan erosi permukaan dan menyebabkan angkutan sedimentasi pada
saluran dan sungai semakin bertambah. Selanjutnya pengendapan sedimen mengakibatkan
4-62
pendangkalan sengai dan saluran-saluran alam, sehingga tidak mampu lagi menampung
limpasan hujan.
Gambar 4.39 Kondisi Saluran Drainase Kota Balikpapan
Adapun Sungai-sungai besar yang ada di kota Balikpapan adalah sebagai berikut :
Tabel 4.45 Daftar Sungai di Kota Balikpapan
No Nama Sungai
Wilayah
Administrasi
Panjang (m)
1 S. Wain Balikpapan Barat 11.200
2 S. Somber Balikpapan Barat 7.100
3 S. Klandasan Kecil Balikpapan Selatan 3.800
4 S. Klandasan Besar /
Ampal
Balikpapan Selatan 4.900
5. S. Sepinggan Balikpapan Selatan 5.600
6. S. Batakan Kecil Balikpapan Timur 5.100
7. S. Batakan Besar Balikpapan Timur 9.500
8. S. Manggar Kecil Balikpapan Timur 7.200
9. S. Manggar Besar Balikpapan Timur 19.400
10. S. Lamaru Balikpapan Timur 2.300
11. S. Ajiraden Balikpapan Timur 2.100
12. S. Teritip Balikpapan Timur 4.200
13. S. Selok Api Balikpapan Timur 6.700
Sumber : Buku Putih Sanitasi Kota Balikpapan Tahun 2010
Kondisi umum saluran/sungai yang ada di Kota Balikpapan adalah sebagai berikut :
1. Sungai-sungai yang ada di wilayah Kota Balikpapan difungsikan sebagai pembuangan akhir
sistem drainase, sebagai saluran primer atau saluran sekunder.
2. Secara umum dapat dikatakan bahwa sistem drainase kota belum memadai ditinjau dari
segi jumlah (panjang) saluran yang dibutuhkan, kapasitas saluran dan kondisi salurannya.
4-63
3. Drainase Primer adalah aliran-aliran sungai utama yang ada di Balikpapan yaitu: Sungai
Pandan Sari, Klandasan Kecil, Sungai Klandasan Besar / Ampal, Sungai Sepinggan, Sungai
Batakan, Sungai Manggar Kecil, Sungai Lamaru, Sungai Ajiraden, Sungai Teritip, Sungai
Selok Api.
4. Drainase Sekunder adalah wadah pengaliran dari drainase tersier sebelum ke drainase
Primer. Drainase sekunder tersebut dapat berupa anak-anak sungai dari drainase primer.
5. Drainase Tersier adalah drainase yang merupakan wadah pengaliran yang umumnya
merupakan saluran pembuangan limbah rumah tangga yang berada di lingkungan
pemukiman maupun perkotaan.
6. Wilayah perumahan, perkantoran atau pertokoan belum semuanya memiliki sistem
drainase tersier yang baik dan mencukupi untuk menampung dan mengalirkan limpasan
hujan.
7. Pemeliharaan saluran kurang mendapat perhatian dari masyarakat sekitarnya. Hal ini
terlihat dari banyaknya pasir dan sampah yang mengurangi fungsi saluran.
E. Listrik
Listrik menjadi salah satu penopang berjalannya
roda pembangunan Kota Balikpapan. Sebagian
besar kebutuhan listrik Kota Balikpapan, baik
untuk rumah tangga maupun untuk usaha masih
dipasok oleh PLN.
Selama Tahun 2013, tenaga listrik yang
diproduksi sebesar 955.999.470 Kwh, jika
dibandingkan dengan Tahun 2011 produksinya
mengalami kenaikan sebesar 10,37%. Sedangkan
tenaga listrik terjual 889.030.178 Kwh naik
sebesar 11,90% dari tahun sebelumnya.
4-64
Gambar 4.40 Grafik Perkembangan Tenaga Listrik yang diproduksi dan Terjual Cabang
Balikpapan, Tahun 2006 - 2013
F. Sarana Perekonomian
Jumlah pasar di kota Balikpapan sebanyak 24
buah yang tersebar di 5 kecamatan dengan
konsentrasi pasar terletak di Kecamatan
Balikpapan Selatan dan Balikpapan barat yaitu
sebanyak 9 pasar. Di Kota Balikpapan terdapat
pasar modern dan pasar tradisional. Terdapat 10
pasar modern dan 14 pasar tradisional.
Gambar 4.41 Sarana Perekonomian Kota Balikpapan
4-65
Sarana Pendidikan
Sarana pendidikan di Kota Balikpapan tersedia mulai dari
pendidikan Taman Kanan-Kanak (TK) sampai ke
Perguruan Tinggi. Sektor pendidikan mengalami
perkembangan setiap tahunnya, diindikasikan dengan
penambahan jumlah murid yang diiringi dengan
penambahan jumlah sekolah, jumlah guru dan jumlah
kelas. Penambahan jumlah sekolah, guru dan kelas
merupakan upaya pertama dari pemerintah dalam
rangka pemerataan kesempatan mengenyam pendidikan
bagi warga negara. Hal ini sesuai dengan amanat
Undang-undang Dasar 1945 yang dijabarkan pada UU
Pendidikan Nasional. Program wajib belajar pun
disesuaikan dari 9 tahun menjadi 12 tahun.
Tabel 4.46
Fasilitas Pendidikan TK s/d SMA di Kota Balikpapan Tahun 2013
No
Tingkat
Pendidikan
Negeri Swasta Jumlah
1 TK 1 146 147
2 SD 138 57 195
3 SMP 24 45 69
4 SMA 15 37 52
Sumber : Balikpapan Dalam Angka Tahun 2014.
Kota Balikpapan pada tahun 2013 memiliki 5 perguruan tinggi/akademi yang terdiri dari: 5
perguruan tinggi. Sedangkan akademi yang di tahun 2012 masih berjumlah 5 pada tahun 2013
sudah tidak ada. Semua perguruan tinggi yang ada di Kota Balikpapan diselenggarakan atau
dikelola oleh pihak swasta.
Tabel 4.47 Fasilitas Pendidikan Perguruan Tinggi/ Akademi dan Mahasiswa
di Kota Balikpapan Tahun 2003/2004-2013/2014
Tahun Perguruan Tinggi
Mahasiswa/
Akademi
Mahasiswa/
Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan
-1 -2 -3 -4 -5 -6 -7
2003 5 1 687 1 275 4 297 679
2004 5 1 585 1 645 5 528 883
2005 6 2 300 1 649 5 497 867
4-66
Tahun Perguruan Tinggi
Mahasiswa/
Akademi
Mahasiswa/
Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan
2006 6 3 098 1 916 5 107 403
2007 4 2 165 1 133 2 119 233
2008 5 2 803 1 975 6 697 1 358
2009 6 3 721 3 080 2 7 618
2010 9 1 2 328
2011 7 3 940 3 063 3 504 565
2012 5 3 374 3 218 5 634 819
2013 5 6 203 3 737 - - -
Sumber: Balikpapan Dalam Angka Tahun 2014
G. Sarana Kesehatan
Selama tahun 2013 pasien yang tercatat di Dinas Kesehatan sebanyak 169.088 orang dengan
penyakit terbanyak diderita yaitu Nasofaringitis Akut (common cold) sebanyak 71.720 orang.
Sementara itu fasilitas kesehatan yang berhasil dibangun sampai dengan tahun 2013 sebanyak
149 unit meliputi 8 Rumah Sakit (Negeri dan Swasta), 50 Balai pengobatan, 3 Rumah Sakit
Bersalin, 19 Lab Klinik, 27 Puskesmas yang didukung oleh 14 Puskesmas Pembantu, 25
Puskesmas Keliling dan 3 Rumah Sakit Bersalin. Sedangkan fasilitasi pendukung kesehatan
lainnya di Kota Balikpapan adalah 139 Apotek, 77 Toko Obat, dan 16 Farmasi.
Gambar 4.42 Sarana Rumah Sakit Kota Balikpapan
Tabel 4.48 Fasilitas Kesehatan di Kota Balikpapan Tahun 2013
No Kecamatan
Rumah Sakit
Puskesmas Pustu
Balai
Pengobatan
BKIAUmum
Negeri
Swasta/
BUMN
1
Balikpapan
Selatan
1 2 4 1
2 Balikpapan Timur - - 4 3
4-67
No Kecamatan
Rumah Sakit
Puskesmas Pustu
Balai
Pengobatan
BKIAUmum
Negeri
Swasta/
BUMN
3 Balikpapan Utara 1 - 4 5
4
Balikpapan
Tengah
- 1 6 -
5 Balikpapan Barat - - 7 2
6 Balikpapan Kota 2 1 2 -
Jumlah 4 4 27 11
Sumber: Balikpapan Dalam Angka Tahun 2014.
H. Sarana Peribadatan
Mayoritas agama yang dipeluk oleh
penduduk Kota Balikpapan sebagaimana
disampaikan diatas adalah agama Islam,
oleh karenanya keberadaan tempat
peribadatan di Kota Balikpapan mayoritas
adalah tempat peribadatan umat Islam
seperti mesjid, langgar, dan mushola.
Mengenai jumlah fasilitas peribadatan di
Kota Balikpapan menurut jenisnya dapat
dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 4.49 Jumlah Tempat Peribadatan di Kota Balikpapan Tahun 2013
No
Jenis Tempat
Peribadatan
Jumlah
1 Mesjid 347
2 Langgar 283
3 Gereja 113
4 Kelenteng 1
5 Pura 2
6 Vihara 7
7 Musholla 136
Jumlah 889
Sumber: Balikpapan Dalam Angka Tahun 2014.
I. Sarana Sosial : Olahraga
Di kota Balikpapan juga banyak terdapat fasilitas olah raga baik outdoor maupun
indoor. Fasilitas olah raga tersebut baik milik pemerintah kota maupun milik swasta.
Berbagai jenis fasilitas olahraga ini untuk memfasilitasi berbagai cabang olah raga yang
ada.
4-68
Salah satu fasilitas olahraga indoor di Kota Balikpapan yang populer adalah Dome
Balikpapan. Dome Balikpapan, merupakan julukan Gedung Olahraga dan Promosi yang
dibangun oleh Pemerintah Kota Balikpapan. Gedung ini yang berada di Jl. Syarifuddin
Yoes Balikpapan ini dibagian atapnya merupakan kubah besar (dome). Gedung olahraga
dan Promosi kebanggaan warga Balikpapan ini juga dikenal dengan nama Balikpapan
Sport and Convention Center (BSCC). Kota Balikpapan juga sedang membangun stadion
olah raga (outdoor) yang berstandar internasional di Kawasan Manggar.
4.3.6 Perekonomian
1. PDRB Harga Berlaku
Di antara sektor–sektor pembentuk PDRB di Kota Balikpapan, bahwa kontribusi sektor
Bangunan dan sektor Perdagangan, Hotel dan restoran memberikan kontribusi yang besar bagi
pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Kota Balikpapan, perkembangan kedua sektor
tersebut menunjukan bahwa kota Balikpapan sedang giat membangun yang mengindikasi
meningkatnya pertumbuhan perekonomian di Balikpapan dengan kata lain semakin
menggeliatnya perkembangan perekonomian kota. Sektor bangunan merupakan sektor yang
mengalami kenaikan Berdasarkan Harga berlaku, pada tahun 2013 sektor ini mempunyai nilai
sebesar Rp.10.961.496,08 juta, sektor ini mengalami pertumbuhan sebesar 37,69% dari tahun
sebelumnya sebesar 35,43%. Diproyeksi nilai sektor ini pada tahun 2014 dan 2015 sebesar Rp.
12,014,875,43 juta, dan Rp. 13,430,324,17 juta. Sektor Perdagangan Hotel dan restoran pada
tahun 2013 mempunyai nilai sebesar Rp. 8.302.663,84 Juta atau mengalami pertumbuhan
sebesar 28,55% dari tahun sebelumnya sebesar 29,62% dan di proyeksikan nilai sektor ini pada
tahun 2014 dan 2015 sebesar Rp. 8,911,410,27 Juta dan Rp. 9,495,018,41. Juta.
Sektor ketiga penyumbang PDRB kota Balikpapan adalah sektor pengangkutan dan komunikasi
tahun 2013 adalah sebesar 4.155.198,64 juta rupiah, sehingga andilnya mencapai 14,29 %
Sektor ini mengalami pertumbuhan setiap tahunnya dan cenderung stabil dengan
pertumbuhan rata-rata dari tahun 2008-2013 sebesar 14,38 %. Apabila dilihat dari komponen
penyusunnya, Nilai Tambah Bruto (NTB) yang disumbangkan dari sektor ini adalah berasal dari
Sub Sektor Angkutan khususnya angkutan udara dimana sub sektor angkutan udara pada tahun
2013 memberi kontribusi kepada sektor pengangkutan dan telekomunikasi sebesar 3,86% dan
proyeksi meningkat pada tahun 2014 dan 2015 sebesar 50,84% dan 53,29%.
4-69
2. PDRB Harga Konstan
Sama halnya dengan PDRB harga berlaku, sampai dengan tahun 2013 sektor Bangunan dan
sektor Perdagangan, Hotel dan restoran masih merupakan sektor dominan dalam
pembentukan PDRB di Kota Balikpapan dengan peranannya sekitar 23,20% dan 26,64%
berdasarkan harga konstan. Pada urutan ketiga adalah sektor angkutan dan komunikasi
dengan peranannya sebesar 14,29%.
Secara keseluruhan PDRB berdasarkan harga konstan pada tahun 2013 sebesar Rp.
18.779.453,86 juta atau mengalami pertumbuhan sebesar 7,06%. Diproyeksikan pada tahun
2014 PDRB Kota Balikpapan berdasarkan harga Konstan sebesar 19,321,404,34 juta rupiah
pada tahun 2015 sebesar 20,165,003,41juta rupiah.
4.4 GAMBARAN UMUM KOTA BONTANG
4.4.1 Administrasi dan Geografi
Kota Bontang merupakan salah satu kota di Provinsi Kalimantang Timur yang terletak sekitar
120 km dari Kota Samarinda Ibukota Provinsi Kalimantan Timur. Kota Bontang terletak
diantara 0001’ Lintang Utara – 0012’ Lintang Utara dan 117028’ Bujur Timur dengan luas
wilayah seluas 49.757 ha yang didominasi oleh lautan, yaitu seluas 34.977 ha (70,30%)
sedangkan wilayah daratannya hanya seluas 14.780 ha (29,70%). Wilayah Kota Bontang
terletak di bagian tengah wilayah Provinsi Kalimantan Timur, berada di pesisir pantai timur.
Batas wilayah Kota Bontang sebagai berikut :
 Batas Utara : Kecamatan Teluk Pandan, Kabupaten Kutai Timur
 Batas Timur : Selat Makassar
 Batas Selatan : Kecamatan Marang Kayu, Kabupaten Kutai Kertanegara
 Batas Barat : Kecamatan Teluk Pandan, Kabupaten Kutai Timur
Wilayah administratif Kota Bontang terdiri dari 3 (tiga) Kecamatan yaitu Kecamatan Bontang
Utara, Kecamatan Bontang Selatan dan Kecamatan Bontang Barat. Kecamatan Bontang Utara
terdiri dari 6 Kelurahan yaitu Kelurahan Guntung, Kelurahan Loktuan, Kelurahan Gunung Elai,
Kelurahan Api-api, Kelurahan Bontang Baru, dan Kelurahan Bontang Kuala. Kecamatan
Bontang Selatan terdiri dari 6 Kelurahan yaitu Kelurahan Satimpo, Kelurahan Tanjung Laut,
Kelurahan Berbas Pantai, Kelurahan Berebas Tengah, Kelurahan Tanjung Laut Indah dan
Kelurahan Bontang Lestari. Kecamatan Bontang Barat terdiri dari 3 Kelurahan yaitu Kelurahan
Belimbing, Kelurahan Gunung Telihan dan Kelurahan Kanaan. Berdasarkan prosentasi tersebut
wilayah adimistratif berdasarkan Kecamatan bahwa Kecamatan Bontang Selatan memiliki
4-70
luasan terbesar 10.440 ha di bandingkan Kecamatan Bontang Utara 2.620 ha dan Bontang
Barat 1.720 ha.
Gambar 4.43
Prosentasi Luas Wilayah Administratif Kota Bontang Berdasarkan Kecamatan
Gambar 4.44
Peta Administrasi Kota Bontang
4-71
4.4.2 Kondisi Fisik Dasar
A. Morfologi dan Topografi
Morfologi wilayah Kota Bontang berupa permukaan tanah yang datar, landai dan berbukit dan
bergelombang. Topografi kawasan Bontang memiliki ketinggian antara 1-120 meter dpl
dengan kemiringan lereng yang bervariasi dari Pantai Timur dan Selatan hingga bagian Barat.
Kemiringan lahan Kota Bontang dengan kemiringan 0-2% (datar) mempunyai luasan 7.211 ha
atau 48,79 %. Kemiringan lahan bergelombang (3-15%) seluas 4.001 ha atau 27,07%. Proporsi
luas lahan dengan kemiringan yang curam (16-40%) hampir sama dengan yang bergelombang
yaitu 24,14 % atau 3.568 ha.
Tabel 4.50
Luas Kemiringan Lahan (Rata-rata) Kota Bontang
4-72
Gambar 4.45
Peta Topografi Kota Bontang
4-73
Gambar 4.46
Peta Kemiringan Lereng Kota Bontang
B. Geologi
Ditinjau dari aspek geologi, Kota Bontang termasuk dalam sub bagian cekungan Kutai dengan
batas fisik di sebelah Timur Selat Makasar, sebelah Selatan Sungai Santan, sebelah Barat
Gunung Lobang Batik dan sebelah Utara Sungai Temputuk. Dari aspek litologi, formasi batuan
di Kota Bontang terdiri dari :
- Endapan Alluvium, yang tersusun oleh kerakal, kerikil, lempung, dan lumpur sebagai
endapan sungai, rawa, pantai dan delta.
- Formasi Kampung baru, yang tersusun atas batu pasir kuarsa dengan sisipan lempung,
lanau dan serpih dengan sifat lunak dan mudah hancur. Formasi ini memiliki aquifer
potensial di daerah Bontang dengan jenis batuan yang bertindak sebagai aquifer berupa
kerikil, pasir kuarsa yang bersifat lepas, batu pasir dan pasir lempung.
- Formasi Balikpapan, yang terdiri atas perselingan batu pasir kuarsa, batu lempung lanauan
dan serpih dengan sisipan napal, batu gamping dan batu bara. Formasi Balikpapan
merupakan formasi terbesar di Kawasan Pesisir Bontang dengan arah Utara Selatan.
- Formasi Pulau balang, merupakan perselingan batu pasir kuarsa, batu pasir dan batu
lempung dengan sisipan batu bara.
4-74
- Formasi Bebulu, merupakan formasi batuan kecil-kecil di Kawasan Pesisir Bontang yang
tersusun atas batu gamping dengan sisipan lempung, lanauan dan sedikit napal.
- Formasi Pamaluan, tersusun atas batu lempung dan serpih dengan sedikit napal, batu pasir
dan batu gamping.
Jenis tanah didominasi oleh podsolid merah kuning, aluvial dan komplek latosol. Jenis tanah
ini memiliki lapisan kuning (top soid) yang tipis, peka erosi dan miskin unsur hara. Untuk
pemanfaatan lahan pertanian dan perkebunan dibutuhkan pengolahan awal berupa perbaikan
tanah (soil stabilization) dan pengamanan hutan, sehingga kestabilan tanah dan ketersediaan
air tanah tetap terjaga.
Gambar 4.47
Jenis Tanah Padsolik Merah Kuning di Kota Bontang
Gambar 4.48
Peta Geologi Kota Bontang
4-75
Gambar 4.49
Peta Jenis Tanah Kota Bontang
C. Geohidrologi
Daerah Aliran Sungai (DAS) yang menempati wilayah Kota Bontang merupakan bagian dari Sub
DAS Santan Ilir. Sungai-sungai yang mengalir di wilayah adalah Sungai Guntung, Sungai
Bontang, Sungai Busuh, Sungai Nyerakat Kanan dan Sungai Nyerakat Kiri yang semuanya
bermuara di Selat Makasar. Sungai-sungai tersebut berhulu di bagian barat wilayah Kota
Bontang atau di wilayah Kabupaten Kutai Timur. Sungai-sungai tersebut juga mengalirkan air
yang berasal dari mata air, terutama air yang keluar dari batuan pasir halus, pasir kasar dan
lempung pasiran yang berasal dari formasi Balikpapan.
Secara administratif DAS Bontang terletak di Kecamatan Sangatta Kabupaten Kutai Timur (DAS
Bontang hulu), Kecamatan Bontang Barat (DAS Bontang Tengah), Kecamatan Bontang Selatan
(DAS Bontang Tengah), Kecamatan Bontang Utara (DAS Bontang Tengah) dan Kecamatan
Bontang Baru (DAS Bontang Hilir). DAS Bontang memiliki luas 59,710 km2 dan panjang sungai
utama 41,173 km dengan alur berkelok-kelok (meandering). DAS Bontang yang melintasi Kota
Bontang memiliki luas kurang lebih 300 Km2 dan panjang sungai utama 17 km.
4-76
Tabel 4.51
Sistem Hidrologi (DAS) di Kota Bontang
Wilayah Kota Bontang terletak di daerah khatulistiwa sehingga memiliki iklim tropis basah
dengan ciri-ciri khas hujan terjadi disepanjang tahun dengan suhu rata-rata 240 -330C. Oleh
karena itu, di wilayah ini hampir tidak memiliki perbedaan pergantian musim hujan dan
kemarau.
Gambar 4.50
Kondisi DAS Bontang
Gambar 4.51
Kondisi Hidrologi (DAS)
di Kota Bontang
4-77
Gambar 4.52
Peta DAS Kota Bontang
4-78
Gambar 4.53
Peta Hidrologi Kota Bontang
Bab 4 gambaran umum wilayah kabupaten kota 1
Bab 4 gambaran umum wilayah kabupaten kota 1
Bab 4 gambaran umum wilayah kabupaten kota 1
Bab 4 gambaran umum wilayah kabupaten kota 1
Bab 4 gambaran umum wilayah kabupaten kota 1
Bab 4 gambaran umum wilayah kabupaten kota 1
Bab 4 gambaran umum wilayah kabupaten kota 1
Bab 4 gambaran umum wilayah kabupaten kota 1
Bab 4 gambaran umum wilayah kabupaten kota 1
Bab 4 gambaran umum wilayah kabupaten kota 1
Bab 4 gambaran umum wilayah kabupaten kota 1
Bab 4 gambaran umum wilayah kabupaten kota 1
Bab 4 gambaran umum wilayah kabupaten kota 1
Bab 4 gambaran umum wilayah kabupaten kota 1
Bab 4 gambaran umum wilayah kabupaten kota 1
Bab 4 gambaran umum wilayah kabupaten kota 1
Bab 4 gambaran umum wilayah kabupaten kota 1
Bab 4 gambaran umum wilayah kabupaten kota 1
Bab 4 gambaran umum wilayah kabupaten kota 1
Bab 4 gambaran umum wilayah kabupaten kota 1
Bab 4 gambaran umum wilayah kabupaten kota 1
Bab 4 gambaran umum wilayah kabupaten kota 1
Bab 4 gambaran umum wilayah kabupaten kota 1
Bab 4 gambaran umum wilayah kabupaten kota 1
Bab 4 gambaran umum wilayah kabupaten kota 1
Bab 4 gambaran umum wilayah kabupaten kota 1
Bab 4 gambaran umum wilayah kabupaten kota 1
Bab 4 gambaran umum wilayah kabupaten kota 1
Bab 4 gambaran umum wilayah kabupaten kota 1
Bab 4 gambaran umum wilayah kabupaten kota 1
Bab 4 gambaran umum wilayah kabupaten kota 1
Bab 4 gambaran umum wilayah kabupaten kota 1
Bab 4 gambaran umum wilayah kabupaten kota 1
Bab 4 gambaran umum wilayah kabupaten kota 1
Bab 4 gambaran umum wilayah kabupaten kota 1
Bab 4 gambaran umum wilayah kabupaten kota 1
Bab 4 gambaran umum wilayah kabupaten kota 1
Bab 4 gambaran umum wilayah kabupaten kota 1
Bab 4 gambaran umum wilayah kabupaten kota 1
Bab 4 gambaran umum wilayah kabupaten kota 1
Bab 4 gambaran umum wilayah kabupaten kota 1
Bab 4 gambaran umum wilayah kabupaten kota 1
Bab 4 gambaran umum wilayah kabupaten kota 1

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Laporan fieldtrip karsam
Laporan fieldtrip karsamLaporan fieldtrip karsam
Laporan fieldtrip karsam
4211410001
 
Disposal Pertambangan
Disposal PertambanganDisposal Pertambangan
Disposal Pertambangan
heny novi
 
Rekayasa lalu lintas dan persimpangan jalan
Rekayasa lalu lintas dan persimpangan jalanRekayasa lalu lintas dan persimpangan jalan
Rekayasa lalu lintas dan persimpangan jalan
Ali Asnan
 

Was ist angesagt? (20)

Materi Teknis RTRW Kota Cilegon
Materi Teknis RTRW Kota CilegonMateri Teknis RTRW Kota Cilegon
Materi Teknis RTRW Kota Cilegon
 
Laporan fieldtrip karsam
Laporan fieldtrip karsamLaporan fieldtrip karsam
Laporan fieldtrip karsam
 
Disposal Pertambangan
Disposal PertambanganDisposal Pertambangan
Disposal Pertambangan
 
Presentation of tras
Presentation of trasPresentation of tras
Presentation of tras
 
AEOLIAN(.ppt
AEOLIAN(.pptAEOLIAN(.ppt
AEOLIAN(.ppt
 
MATERI 1 HIDROGEOLOGI (Manajemen Pertambangan & Energi) STEM Akamigas
MATERI 1 HIDROGEOLOGI (Manajemen Pertambangan & Energi) STEM AkamigasMATERI 1 HIDROGEOLOGI (Manajemen Pertambangan & Energi) STEM Akamigas
MATERI 1 HIDROGEOLOGI (Manajemen Pertambangan & Energi) STEM Akamigas
 
Panduan Pemetaan dan Perencanaan Tata Guna Lahan Secara Partisipatif Berbasis...
Panduan Pemetaan dan Perencanaan Tata Guna Lahan Secara Partisipatif Berbasis...Panduan Pemetaan dan Perencanaan Tata Guna Lahan Secara Partisipatif Berbasis...
Panduan Pemetaan dan Perencanaan Tata Guna Lahan Secara Partisipatif Berbasis...
 
Penutupan dan Rehabilitasi TPA
Penutupan dan Rehabilitasi TPAPenutupan dan Rehabilitasi TPA
Penutupan dan Rehabilitasi TPA
 
Deskripsi core
Deskripsi coreDeskripsi core
Deskripsi core
 
INTERPRETASI CITRA.ppt
INTERPRETASI CITRA.pptINTERPRETASI CITRA.ppt
INTERPRETASI CITRA.ppt
 
Tahapan pemetaan geologi
Tahapan pemetaan geologiTahapan pemetaan geologi
Tahapan pemetaan geologi
 
Endapan Placer
Endapan PlacerEndapan Placer
Endapan Placer
 
eksplorasi batubara
eksplorasi batubaraeksplorasi batubara
eksplorasi batubara
 
Pedoman Praktis Tahap Implementasi/Pembangunan Sanitasi Permukiman
Pedoman Praktis Tahap Implementasi/Pembangunan Sanitasi PermukimanPedoman Praktis Tahap Implementasi/Pembangunan Sanitasi Permukiman
Pedoman Praktis Tahap Implementasi/Pembangunan Sanitasi Permukiman
 
Manajemen tambang materi 1
Manajemen tambang materi 1Manajemen tambang materi 1
Manajemen tambang materi 1
 
Rekayasa lalu lintas dan persimpangan jalan
Rekayasa lalu lintas dan persimpangan jalanRekayasa lalu lintas dan persimpangan jalan
Rekayasa lalu lintas dan persimpangan jalan
 
limpasan air hujan dan pengukurannya
limpasan air hujan dan pengukurannyalimpasan air hujan dan pengukurannya
limpasan air hujan dan pengukurannya
 
Rehabilitasi dan Penutupan TPA (Tempat Pemrosesan Akhir) Sampah
Rehabilitasi dan Penutupan TPA (Tempat Pemrosesan Akhir) SampahRehabilitasi dan Penutupan TPA (Tempat Pemrosesan Akhir) Sampah
Rehabilitasi dan Penutupan TPA (Tempat Pemrosesan Akhir) Sampah
 
Tahapan Pelaksanaan SANIMAS (Sanitasi Berbasis Masyarakat)
Tahapan Pelaksanaan SANIMAS (Sanitasi Berbasis Masyarakat)Tahapan Pelaksanaan SANIMAS (Sanitasi Berbasis Masyarakat)
Tahapan Pelaksanaan SANIMAS (Sanitasi Berbasis Masyarakat)
 
Migrasi hidrokarbon
Migrasi hidrokarbonMigrasi hidrokarbon
Migrasi hidrokarbon
 

Ähnlich wie Bab 4 gambaran umum wilayah kabupaten kota 1

Master plan KSPO of baduy and old banten
Master plan KSPO of baduy and old banten Master plan KSPO of baduy and old banten
Master plan KSPO of baduy and old banten
TPRP Strategic Partner
 
PPT STUDIO PERANCANGAN KELOMPOK 11 MORUT.pptx
PPT STUDIO PERANCANGAN KELOMPOK 11 MORUT.pptxPPT STUDIO PERANCANGAN KELOMPOK 11 MORUT.pptx
PPT STUDIO PERANCANGAN KELOMPOK 11 MORUT.pptx
RizaldyPutra2
 
Profil sumatera barat ditinjau dari astagatra
Profil sumatera barat ditinjau dari astagatraProfil sumatera barat ditinjau dari astagatra
Profil sumatera barat ditinjau dari astagatra
Rossiana Fazri
 
karakteristik wilayah kabupaten sukabumi
karakteristik wilayah kabupaten  sukabumikarakteristik wilayah kabupaten  sukabumi
karakteristik wilayah kabupaten sukabumi
Yandi H Lukman
 
Pembangunan dan Pengelolaan Infrastruktur Wilayah, an Fieldwork Report study ...
Pembangunan dan Pengelolaan Infrastruktur Wilayah, an Fieldwork Report study ...Pembangunan dan Pengelolaan Infrastruktur Wilayah, an Fieldwork Report study ...
Pembangunan dan Pengelolaan Infrastruktur Wilayah, an Fieldwork Report study ...
bramantiyo marjuki
 
Potensi dan Peluang Investasi Kabupaten Tapanuli Tengah
Potensi dan Peluang Investasi Kabupaten Tapanuli TengahPotensi dan Peluang Investasi Kabupaten Tapanuli Tengah
Potensi dan Peluang Investasi Kabupaten Tapanuli Tengah
Brhu Corp
 
Profil kesiapsiagaan kabupaten bantul
Profil kesiapsiagaan kabupaten bantulProfil kesiapsiagaan kabupaten bantul
Profil kesiapsiagaan kabupaten bantul
Sapik Bubud
 

Ähnlich wie Bab 4 gambaran umum wilayah kabupaten kota 1 (20)

Kapupaten Kota Baru Kalimantan Selatan
Kapupaten Kota Baru Kalimantan SelatanKapupaten Kota Baru Kalimantan Selatan
Kapupaten Kota Baru Kalimantan Selatan
 
Potensi dan Pengembangan SDA di Provinsi Kalimantan Tengah
Potensi dan Pengembangan SDA di Provinsi Kalimantan TengahPotensi dan Pengembangan SDA di Provinsi Kalimantan Tengah
Potensi dan Pengembangan SDA di Provinsi Kalimantan Tengah
 
Master plan KSPO of baduy and old banten
Master plan KSPO of baduy and old banten Master plan KSPO of baduy and old banten
Master plan KSPO of baduy and old banten
 
Bab 3 gambaran
Bab 3   gambaranBab 3   gambaran
Bab 3 gambaran
 
PPT STUDIO PERANCANGAN KELOMPOK 11 MORUT.pptx
PPT STUDIO PERANCANGAN KELOMPOK 11 MORUT.pptxPPT STUDIO PERANCANGAN KELOMPOK 11 MORUT.pptx
PPT STUDIO PERANCANGAN KELOMPOK 11 MORUT.pptx
 
Profil sumatera barat ditinjau dari astagatra
Profil sumatera barat ditinjau dari astagatraProfil sumatera barat ditinjau dari astagatra
Profil sumatera barat ditinjau dari astagatra
 
Analisis Struktur Ruang, Pola Ruang.pptx
Analisis Struktur Ruang, Pola Ruang.pptxAnalisis Struktur Ruang, Pola Ruang.pptx
Analisis Struktur Ruang, Pola Ruang.pptx
 
karakteristik wilayah kabupaten sukabumi
karakteristik wilayah kabupaten  sukabumikarakteristik wilayah kabupaten  sukabumi
karakteristik wilayah kabupaten sukabumi
 
3 bab 2 deskripsi umum lokasi studi
3 bab 2 deskripsi umum lokasi studi3 bab 2 deskripsi umum lokasi studi
3 bab 2 deskripsi umum lokasi studi
 
RENCANA ZONASI RINCI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL
RENCANA ZONASI RINCI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL RENCANA ZONASI RINCI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL
RENCANA ZONASI RINCI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL
 
Bab 4 rev 02
Bab 4 rev 02Bab 4 rev 02
Bab 4 rev 02
 
Pembangunan dan Pengelolaan Infrastruktur Wilayah, an Fieldwork Report study ...
Pembangunan dan Pengelolaan Infrastruktur Wilayah, an Fieldwork Report study ...Pembangunan dan Pengelolaan Infrastruktur Wilayah, an Fieldwork Report study ...
Pembangunan dan Pengelolaan Infrastruktur Wilayah, an Fieldwork Report study ...
 
Bab 2 Gambaran Kondisi Daerah - RKPD Kab. Garut 2023
Bab 2 Gambaran Kondisi Daerah - RKPD Kab. Garut 2023Bab 2 Gambaran Kondisi Daerah - RKPD Kab. Garut 2023
Bab 2 Gambaran Kondisi Daerah - RKPD Kab. Garut 2023
 
Lap tahunan 2012 oke deh!
Lap tahunan 2012 oke deh!Lap tahunan 2012 oke deh!
Lap tahunan 2012 oke deh!
 
Profil daerah
Profil daerahProfil daerah
Profil daerah
 
Potensi dan Peluang Investasi Kabupaten Tapanuli Tengah
Potensi dan Peluang Investasi Kabupaten Tapanuli TengahPotensi dan Peluang Investasi Kabupaten Tapanuli Tengah
Potensi dan Peluang Investasi Kabupaten Tapanuli Tengah
 
Profil kesiapsiagaan kabupaten bantul
Profil kesiapsiagaan kabupaten bantulProfil kesiapsiagaan kabupaten bantul
Profil kesiapsiagaan kabupaten bantul
 
SALINAN INMENDAGRI NOMOR 51 TAHUN 2022 TENTANG PPKM LUAR JAWA DAN BALI.pdf
SALINAN INMENDAGRI NOMOR 51 TAHUN 2022 TENTANG PPKM LUAR JAWA DAN BALI.pdfSALINAN INMENDAGRI NOMOR 51 TAHUN 2022 TENTANG PPKM LUAR JAWA DAN BALI.pdf
SALINAN INMENDAGRI NOMOR 51 TAHUN 2022 TENTANG PPKM LUAR JAWA DAN BALI.pdf
 
Kajian Buku III RPJMN 2015-2019 Nusa Tenggara Timur
Kajian Buku III RPJMN 2015-2019 Nusa Tenggara TimurKajian Buku III RPJMN 2015-2019 Nusa Tenggara Timur
Kajian Buku III RPJMN 2015-2019 Nusa Tenggara Timur
 
Bahan Paparan Kepala BAPPEDA.ppt
Bahan Paparan Kepala BAPPEDA.pptBahan Paparan Kepala BAPPEDA.ppt
Bahan Paparan Kepala BAPPEDA.ppt
 

Kürzlich hochgeladen

Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
pipinafindraputri1
 
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptxContoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
IvvatulAini
 
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
JarzaniIsmail
 
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).pptKenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
novibernadina
 

Kürzlich hochgeladen (20)

Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptxMemperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
 
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
 
TEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptx
TEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptxTEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptx
TEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptx
 
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHANTUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
 
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptxPPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
 
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
 
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptxBab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
 
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptxMateri Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
 
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
 
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptxContoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
 
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
 
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, FigmaPengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
 
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptxAKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
 
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptxOPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
 
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptLATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
 
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTXAKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
 
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).pptKenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
 

Bab 4 gambaran umum wilayah kabupaten kota 1

  • 2. 4-2 4.1 GAMBARAN UMUM PROVINSI KALIMANTAN TIMUR 4.1.1 Administrasi dan Geografi Daerah Kalimantan Timur yang terdiri dari luas wilayah daratan 127.267,52 km2 dan luas pengelolaan laut 25.656 km2 , terletak antara 113o 44' dan 119o 00' Bujur Timur, dan antara 2o 33 'Lintang Utara dan 2o 25' Lintang Selatan. Dengan adanya perkembangan dan pemekaran wilayah, Kalimantan Timur yang merupakan provinsi terluas ketiga setelah Papua dan Kalimantan Tengah, dibagi menjadi 7 (tujuh) kabupaten, 3 (tiga) Kota, 103 kecamatan dan 1.032 desa/kelurahan. Tujuh Kabupaten tersebut adalah Paser denga ibu kota Tanah Grogot, Kutai Barat denga ibukota Sendawar, Kutai Kartanegara dengan ibukota Tenggarong, Kutai Timur denga ibukota Sangatta, Berau dengan ibukota Tanjung Redeb, Penajam Paser Utara dengan ibukota Penajam, dan Mahakam Ulu dengan ibukota Long Bagun (pemekaran dari Kabupaten Kutai Barat). Sedangkan tiga kota adalah Balikpapan, Samarinda dan Bontang. Kalimantan Timur merupakan salah satu pintu gerbang utama di wilayah Indonesia bagian Timur. Daerah yang juga dikenal sebagai gudang kayu dan hasil pertambangan ini mempunyai ratusan sungai yang tersebar pada hampir semua kabupaten/kota dan merupakan sarana angkutan utama di samping angkutan darat, dengan sungai yang terpanjang Sungai Mahakam. Provinsi Kalimantan Timur terletak di paling timur Pulau Kalimantan. Tepatnya provinsi ini berbatasan langsung dengan Kalimantan Utara di sebelah Utara, Laut Sulawesi dan Selat Makasar di sebelah Timur, Kalimantan Selatan di sebelah Selatan, dan Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah serta Malaysia di sebelah barat. Daratan Kalimantan Timur tidak terlepas dari perbukitan yang terdapat hampir di seluruh kabupaten. Jumlah danau di provinsi ini juga cukup banyak yaitu sekitar 18 buah. Sebagian danau-danau tersebut berada di Kabupaten Kutai Kartanegara dengan danau yang paling luas yaitu Danau Semayang dan Melintang yang masing-masing mempunyai luas area 13.000 ha dan 11.000 ha. Tabel 4.1 Luas Wilayah dan Jarak Beberapa Kota dari Samarinda Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2014 No Kabupaten/Kota Kota Luas Daratan (Ha) Luas Perairan Darat (Ha) Luas Wilayah Darat (Ha) Luas Pengelolaan Laut 0-4 Mil (Km2 ) Jarak (Km) 1. Paser Tanah Grogot 1.074.526 44.767 1.119.293 8.200 260 2. Kutai Barat Sendawar 1.537.890 25.170 1.563.060 - 334 3. Kutai Kartanegara Tenggarong 2.571.641 63.254 2.634.895 1.891 31
  • 3. 4-3 No Kabupaten/Kota Kota Luas Daratan (Ha) Luas Perairan Darat (Ha) Luas Wilayah Darat (Ha) Luas Pengelolaan Laut 0-4 Mil (Km2 ) Jarak (Km) 4. Kutai Timur Sangatta 3.173.519 16.130 3.189.649 2.641 176 5. Berau Tanjung Redeb 2.195.171 24.862 2.220.033 11.962 547 6. Penajam Paser Utara Penajam Paser Utara 313.195 7.960 321.155 400 130 7. Balikpapan Balikpapan 50.432 5.696 56.128 287 112 8. Samarinda Samarinda 69.496 2.287 71.783 - - 9. Bontang Bontang 16.311 2.945 19.256 275 108 10. Mahakam Ulu Long Bagun 1.531.500 - 1.531.500 - - Jumlah 12.533.681 193.071 12.726.752 25.656 1.398 Sumber: Kalimantan Dalam Angka Tahun 2015 Dari sebanyak 1.032 desa definitif terdapat 797 desa yang masih berstatus swadaya, 202 desa swakarya dan 33 desa swasembada. Sedangkan dari sejumlah desa definitif tersebut, terdapat 198 LPM kategori I, 414 LPM kategori II dan 533 LPM kategori III. Tabel 4.2 Banyaknya Kecamatan, Desa/Kelurahan dan Luas Wilayah Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2014 No Kabupaten/Kota Banyaknya Kecamatan Banyaknya Desa/ Kelurahan Luas Wilayah Daratan (Km2 ) % 1. Paser 10 144 11.192,93 8,79 2. Kutai Barat 16 194 15.630,60 12,28 3. Kutai Kartanegara 18 237 26.348,95 20,70 4. Kutai Timur 18 135 31.896,49 25,06 5. Berau 13 110 22.200,33 17,44 6. Penajam Paser Utara 4 54 3.211,55 2,52 7. Mahakam Ulu 5 50 15.315,00 12,03 8. Balikpapan 6 34 561,28 0,44 9. Samarinda 10 59 717,83 0,56 10. Bontang 3 15 192,56 0,15 Jumlah 2014 103 1032 127.267,52 100,00 2013 102 1013 127.267,52 100,00 Sumber: Kalimantan Timur Dalam Angka Tahun 2015 Untuk lebih jelasnya, wilayah administrasi Propinsi Kalimantan Timur dapat dilihat pada gambar 2.1 berikut.
  • 4. 4-4 Gambar 4.1 Peta Administrasi Provinsi Kalimantan Timur 4.1.2 Kawasan Strategis Provinsi Kalimantan Timur Kawasan strategis Provinsi Kalimantan Timur terdiri dari: 1. Rencana pengembangan KSP meliputi Kawasan Andalan Nasional dan Kawasan Strategis Nasional yang ditetapkan dalam RTRW Nasional yang terkait dengan wilayah provinsi dan KSP; 2. Rencana pengembangan KSP adalah penetapan kawasan yang mampu mendorong pertumbuhan ekonomi, pemerataan pembangunan dan memperhatikan aspek sosial budaya serta pelestarian lingkungan; 3. Kawasan Andalan Nasional meliputi Kawasan Sangkulirang, Sangatta, dan Muara Wahau (SASAMAWA); Kawasan Bontang – Samarinda – Tenggarong – Balikpapan – Penajam (BOSAMTEBAJAM) dan sekitarnya; dan Kawasan Andalan Laut Bontang dan sekitarnya dan Kawasan Tanjung Redeb dan sekitarnya.; 4. Kawasan Strategis Nasional (KSN) meliputi KSN Perbatasan Darat Republik Indonesia dan Jantung Kalimantan (Heart Of Borneo) Kalimantan Timur– Sarawak; KSN Perbatasan Laut Republik Indonesia di sekitar pulau-pulau kecil terluar Provinsi Kalimantan Timur meliputi Gosong Makasar, Pulau Maratua, dan Pulau Sambit; KAPET Samarinda – Sanga-sanga –
  • 5. 4-5 Muara Jawa – Balikpapan (SASAMBA); dan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Maloy Batuta Trans Kalimantan (MBTK) di Kabupaten Kutai Timur; 5. Kawasan strategis provinsi terdiri atas: - kawasan yang memiliki nilai strategis dari sudut kepentingan ekonomi yang berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi provinsi meliputi: 6. Kawasan Industri Manufaktur Kariangau dan Buluminung di Kota Balikpapan dan Kabupaten Penajam Paser Utara; 7. Kawasan Industri Perdagangan dan Jasa di Kota Samarinda; 8. Kawasan Industri Petrokimia berbasis Migas dan Kondensat di Kota Bontang; 9. Kawasan Industri Oleochemical Maloy di Kabupaten Kutai Timur; 10. Kawasan Industri Pertanian di Kabupaten Paser dan Kabupaten Penajam Paser Utara; 11. Kawasan Industri Pertanian di Kabupaten Kutai Kartanegara dan Kabupaten Kutai Barat; 12. Kawasan Industri Pertanian di Kabupaten Mahakam Ulu; 13. Kawasan Agropolitan Regional di Kabupaten Kutai Timur. - Kawasan strategis dari sudut kepentingan sosial dan budaya di dalam wilayah provinsi, meliputi: 14. Museum Mulawarman di Kabupaten Kutai Kartanegara; 15. Desa Budaya Pampang di Kota Samarinda; 16. Kawasan Koridor Sungai Mahakam; dan - Kawasan yang memiliki nilai strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup di dalam wilayah provinsi meliputi: 17. Kawasan 3 (tiga) danau (Danau Semayang, Danau Jempang, Danau Melintang dan sekitarnya); 18. Kawasan Teluk Balikpapan (Sepaku – Penajam – Balikpapan); 19. Kawasan Delta Mahakam; 20. Kawasan Pesisir dan Laut Kepulauan Derawan dan sekitarnya. 21. Kawasan Ekosistem Karst Sangkulirang Mangkalihat; 22. Kawasan Pesisir dan Laut Kepulauan Balabalagan - Kawasan yang memiliki nilai strategis dari sudut kepentingan mempercepat pertumbuhan kawasan tertinggal di dalam wilayah provinsi meliputi: Kawasan Permukiman Perbatasan Long Pahangai dan Long Apari di Kabupaten Mahakam Ulu.
  • 6. 4-6 4.1.3 Kondisi Fisik Dasar 1. Kondisi Topografi Berdasarkan kelerengan atau kemiringan lahan dan ketinggian tempat, karakteristik topografi Provinsi Kalimantan Timur didominasi oleh lahan-lahan dengan kelerengan di atas 40 persen dan ketinggian kurang dari 500 meter dpl. Kondisi demikian akan mempunyai pengaruh sangat besar dalam rangka pemanfaatan lahan sesuai dengan rencana tata ruang wilayah. Lahan datar (0-2%) di Provinsi Kalimantan Timur pada umumnya hanya terdapat di daerah pantai dan daerah aliran sungai-sungai besar yang luasnya sekitar 10,70 persen dari total wilayah. Sedangkan lahan dengan tingkat kelerengan landai (2-15%) luasnya mencapai 16,16 persen. Sisanya, lahan berbukit dengan tingkat kelerengan > 15% dengan luasnya mencapai sekitar 73,14 persen dari luas wilayah Provinsi Kalimantan Timur. Pengembangan tanaman pangan hanya mungkin dilakukan di daerah yang datar hingga landai atau wilayah dengan kemiringan 0-15 persen. Sedangkan lahan dengan tingkat kelerengan yang lebih tinggi (>15 persen) hanya cocok untuk tanaman tahunan dan kawasan konservasi. Tabel 4.3 Luas Wilayah Menurut Kelas Lereng/Kemiringan dan Kabupaten/Kota (Ha) di Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2014 No Kabupaten/Kota Kelas Lereng/kemiringan (Ha) Jumlah 0-2% 2-15% 15-40% >40% 1. Paser 258.899 228.121 151.770 435.738 1.074.526 2. Kutai Barat*) 146.730 413.130 963.815 1.545.715 3.069.390 3. Kutai Kartanegara 581.179 802.253 692.104 496.106 2.571.641 4. Kutai Timur 151.165 197.965 1.212.195 1.612.195 3.173.519 5. Berau 136.757 329.099 485.704 1.243.612 2.195.171 6. Penajam Paser Utara 29.609 31.409 184.727 67.451 313.195 7. Balikpapan 7.075 3.350 21.331 18.675 50.432 8. Samarinda 25.411 17.699 17.284 9.102 69.496 9. Bontang 4.190 2.926 4.222 4.974 16.311 10. Mahakam Ulu*) - - - - - Jumlah 1.341.015 2.025.952 3.733.152 5.433.568 12.533.681 Sumber: Kalimantan Timur Dalam Angka, 2015 *)Data Mahakam Ulu masih bergabung dengan Kutai Barat
  • 7. 4-7 Gambar 4.2 Karakteristik Topografi Wilayah Berdasarkan Tingkat Kelerangan Lahan Provinsi Kalimantan Timur Sumber: Kalimantan Timur Dalam Angka, 2015 Berdasarkan ketinggian tempat di atas permukaan laut, 51,51 persen lahan di Provinsi Kalimantan Timur mempunyai ketinggian di bawah 100 mdpl. Sedangkan luas lahan yang terletak pada ketinggian antara 100 dan 500 mdpl mencapai 26,94 persen. Selebihnya terletak pada ketinggian di atas 500 mdpl sekitar 21,55 persen. Berdasarkan data ketinggian tempat tersebut, diketahui bahwa wilayah Provinsi Kalimantan Timur sekitar 21,55 persen termasuk daerah yang berhawa sejuk dengan ketinggian di atas 500 mdpl. Wilayah yang suhunya relatif lebih rendah ini cocok untuk tempat pengembangan tanaman hortikultura, terutama sayuran dan buah-buahan. Tabel 4.4 Luas Wilayah Menurut Kelas Ketinggian dan Permukaan Laut dan Kabupaten/Kota (Ha) di Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2013 No Kabupaten/Kota Kelas Ketinggian (Ha) 0-7 M 7-25 M 25-100 M 100-500 500-1000 >1000 M 1. Paser 202.632 214.251 366.115 246.851 47.523 277 2. Kutai Barat*) 49.008 885.453 692.421 581.421 673.451 281.116 3. Kutai Kartanegara 64.314 654.717 543.211 565.313 604.064 180.071 4. Kutai Timur 74.492 163.342 658.394 593.218 135.389 59.927 5. Berau 79.544 175.629 561.534 897.881 345.550 63.860 6. Penajam Paser Utara 21.445 74.203 90.627 103.828 24 - 7. Balikpapan 6.980 17.260 26.091 - - - 8. Samarinda 15.747 33.486 29.029 38 - - 9. Bontang 1.493 6.061 7.226 - - - 10. Mahakam Ulu*) - - - - - - Jumlah 515.655 2.224.402 2.974.648 2.988.550 1.806.001 585.251 Sumber: Kalimantan Timur Dalam Angka, 2015 *)Data Mahakam Ulu masih bergabung dengan Kutai Barat 11.70% 16.16% 29.78% 43.35% Kelas Lereng/Kemiringan 0-2% 2-15% 15-40% >40%
  • 8. 4-8 Gambar 4.3 Karakteristik Topografi Wilayah Berdasarkan Ketinggian Tempat (mdpl) Provinsi Kalimantan Timur Sumber: Kalimantan Timur Dalam Angka, 2015 2. Kondisi Geologi Jenis tanah di wilayah daratan Provinsi Kalimantan Timur didominasi oleh tanah podsolik merah kuning latosol dan litosol yang tersebar di bagian Tengah dan Utara Provinsi Kalimantan Timur. Jenis tanah lainnya adalah aluvial, organosol, latosol, podsol, dan podsolik merah kuning dengan tingkat kesuburan yang rendah. Jenis tanah ini sesuai untuk usaha pertanian, kebun campuran, pertanian sayur-sayuran, dan hutan. 3. Kondisi Hidrologi Jumlah sungai yang terdapat di Provinsi Kalimantan Timur sebanyak 157 sungai besar dan kecil di antaranya adalah Sungai Mahakam yang memiliki panjang 920 km dengan luas Daerah Pengaliran Sungai (DPS) 77.913 km². Tedapat juga Sungai Kelay dengan panjang 254 km. Sedang jumlah danau yang ada sebanyak 18 (delapan belas) buah, dengan 3 (tiga) danau terbesar adalah Danau Melintang seluas 11.000 Ha, Danau Semayang seluas 13.000 Ha dan Danau Jempang seluas 15.000 Ha. Selain dimanfaatkan sebagai prasarana transportasi dan sumber air baku, sungai-sungai tersebut juga dapat digunakan sebagai Pembangkitan Listrik Tenaga Air (PLTA) seperti Sungai Kelay, Sungai Telen, dan Sungai Medang. Sesuai dengan Permen PU No. 11 A/PRT/M/2006 tentang Pembagian Wilayah Sungai, sungai- sungai di Provinsi Kalimantan Timur (termasuk Kaltara) dikelompokkan dalam 6 (enam) Satuan Wilayah Sungai (SWS), yaitu SWS Mahakam (Strategis Nasional) yang terdiri dari Sungai-sungai Besar antara lain Sungai Mahakam, Samboja, Senipah, dan Semoi; SWS Berau-Kelay (Lintas Kabupaten) yang terdiri dari sungai-sungai besar antara
  • 9. 4-9 lain Sungai Kuning, Bakau, Berau, Pangkung, dan Sungai Pantai; SWS Karangan (Lintas Kabupaten) yang terdiri dari sungai-sungai besar antara lain Sungai Karangan, Sangata, Bengalon,dan Santan. 4. Kondisi Iklim Seperti iklim wilayah Indonesia pada umumnya, Provinsi Kalimantan Timur beriklim tropik dan mempunyai dua musim yaitu musim kemarau dan musim penghujan. Musim kemarau biasanya terjadi pada bulan Mei sampai dengan bulan Oktober, sedang musim penghujan terjadi pada bulan November sampai dengan bulan April. Keadaan ini terus berlangsung setiap tahun yang diselingi dengan musim peralihan/pancaroba pada bulan-bulan tertentu. Selain itu, karena letaknya di daerah khatulistiwa maka iklim di Provinsi Kalimantan Timur juga dipengaruhi oleh angin Muson, yaitu angin Muson Barat (November- April) dan angin Muson Timur (Mei-Oktober). Namun dalam tahun-tahun terakhir ini, keadaan musim di Provinsi Kalimantan Timur kadang tidak menentu. Pada bulan-bulan yang seharusnya turun hujan dalam kenyataannya tidak ada hujan sama sekali, atau sebaliknya pada bulan- bulan yang seharusnya kemarau justru terjadi hujan dengan musim yang jauh lebih panjang. Suhu udara pada suatu tempat di daerah tropik antara lain ditentukan oleh ketinggian tempat terhadap permukaan laut. Secara umum, Provinsi Kalimantan Timur beriklim tropik dengan suhu udara pada tahun 2014 berkisar dari 21,17ºC (Stasiun Meteorologi Tanjung Redeb) sampai dengan 35,0ºC (Stasiun Meteorologi Samarinda dan Tanjung Redeb). Suhu udara rata-rata terendah adalah 22,6ºC dan rata-rata tertinggi adalah 35,0ºC. Kelemaban udara rata-rata terendah adalah 81% dan rata-rata tertinggi adalah sekitar 86%. Rata-rata curah hujan tertinggi tercatat pada Stasiun Meteorologi Samarinda sebesar 210,2 mm dan terendah selama tahun 2014 tercatat pada stasiun Meteorologi Berau yaitu 142,9 mm. Pada beberapa stasiun pengamat memantau kondisi angin di Kalimantan Timur pada tahun 2014. Pengamatan menunjukkan bahwa kecepatan angin di Provinsi Kalimantan Timur pada tahun 2014 di semua stasiun pengamatan adalah berkisar 4 knot. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.5.
  • 10. 4-10 Tabel 4.5 Rata-rata Suhu Udara, Kelembaban, Tekanan Udara, Kecepatan Angin,Curah Hujan dan Penyinaran Matahari Melalui Stasiun Prov. Kalimantan Timur Tahun 2014 U r a i a n S t a s i u n Samarinda Balikpapan Tanjung Redeb 1. Suhu Udara (o C) - Minimum 23.0 22.6 21.17 - Maksimum 35.0 33.3 35.0 2. Kelembaban Udara (%) 81 83 86 3. Tekanan Udara (mbs) 1011.9 1011.0 1013.5 4. Kecepatan Angin (Knot) 4 4 4 5. Curah Hujan Bulanan (mm) 210.2 200.1 149.2 6. Penyinaran Matahari (%) 41 50 51 Sumber: Kalimantan Timur Dalam Angka, 2015 4.1.4 Kependudukan Penduduk Kalimantan Timur dari tahun ke tahun mengalami kenaikan yang cukup berarti. Hal ini dapat dilihat dari jumlah Penduduk 2012, 2013 sampai dengan 2014. Jumlah penduduk pada tahun 2012 sebesar 3.199.696 jiwa, meningkat menjadi 3.275.844 jiwa pada tahun 2013 dan meningkat lagi menjadi 3.351.432 di tahun 2014. Berarti dalam periode tersebut penduduk Kalimantan Timur telah bertambah hampir 100 ribu jiwa setiap tahunnya. Gambar 4.4 Jumlah Penduduk Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2014 Sumber: Kalimantan Timur Dalam Angka Tahun 2015
  • 11. 4-11 Tabel 4.6 Jumlah Penduduk Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2012-2014 No Kabupaten/Kota Jumlah Penduduk (jiwa) 2012 2013 2014 1. Paser 244.111 249.991 256.175 2. Kutai Barat 143.101 144.018 144.892 3. Kutai Kartanegara 665.489 683.131 700.439 4. Kutai Timur 281.594 294.216 306.974 5. Berau 191.576 197.388 203.223 6. Penajam Paser Utara 148.034 150.205 152.119 7. Mahakam Ulu 25.522 25.678 25.894 8. Balikpapan 583.272 594.322 605.096 9. Samarinda 764.908 781.015 797.006 10. Bontang 152.089 155.880 159.614 Jumlah 3.199.696 3.275.844 3.351.432 Sumber: Kalimantan Timur Dalam Angka Tahun 2015 Pada periode 2013-2014 pertumbuhan penduduk di Kalimantan Timur sebesar 2,31 persen. Kabupaten/kota yang mengalami pertumbuhan tertinggi adalah Kabupaten Kutai Timur sebesar 4,34 persen, sedangkan kabupaten/ kota lainnya pertumbuhannya berkisar 0,61–2,96 persen. Sebagaimana pertumbuhan penduduk, persebaran penduduk di Kalimantan Timur juga tidak merata. Pada tahun 2014 porsi terbesar penduduk Kalimantan Timur berada di Kota Samarinda (23,78%), yang merupakan ibukota Provinsi di Kalimantan Timur. Selebihnya berada di Kabupaten Kutai Kartanegara (20,90%), Kota Balikpapan (18,05%) dan tersebar di kabupaten/kota lain berkisar 0,77-9,16 persen. Pola persebaran penduduk seperti ini sejak tahun 2012 tidak banyak berubah. Tabel 4.7 Penyebaran dan Laju Pertumbuhan Penduduk Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2012-2014 No Kabupaten/Kota Penyebaran Penduduk (%) Laju Pertumbuhan Penduduk (%) 2012 2013 2014 1. Paser 7,63 7,63 7,64 2,47 2. Kutai Barat 4,47 4,40 4,32 0,61 3. Kutai Kartanegara 20,80 20,85 20,90 2,53 4. Kutai Timur 8,80 8,98 9,16 4,34 5. Berau 5,99 6,03 6,06 2,96 6. Penajam Paser Utara 4,63 4,59 4,54 1,27 7. Mahakam Ulu 0,80 0,78 0,77 0,84 8. Balikpapan 18,23 18,14 18,05 1,81 9. Samarinda 23,91 23,84 23,78 2,05 10. Bontang 4,75 4,76 4,76 2,40 Jumlah 100,00 100,00 100,00 2,31 Sumber: Kalimantan Timur Dalam Angka Tahun 2015
  • 12. 4-12 Pola persebaran penduduk Kalimantan Timur menurut luas wilayah sangat timpang, sehingga menyebabkan terjadinya perbedaan tingkat kepadatan penduduk yang mencolok antar daerah, terutama antar kabupaten dengan kota. Wilayah dengan luas 98,91 persen dari wilayah Kalimantan Timur dihuni oleh sekitar 52,86 persen dari total penduduk Kalimantan Timur. Sedangkan selebihnya, yaitu 47,14 persen menetap di kota yang luasnya hanya 1,09 persen dari luas wilayah Kalimantan Timur. Akibatnya kepadatan penduduk di kabupaten hanya berkisar 1-49 jiwa/km², sementara kepadatan penduduk di Kota Balikpapan sebanyak 1.199,83 jiwa/km², Kota Samarinda 1.146,84 jiwa/km², dan Kota Bontang 978,57 jiwa/km². Sedangkan kepadatan penduduk Kalimantan Timur adalah 26,14 jiwa/km². Tabel 4.8 Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2014 No Kabupaten/Kota Luas Wilayah Daratan Kepadatan Penduduk Per Km2(Km2 ) % 1. Paser 10.745,26 8,57 22,3 2. Kutai Barat 15.378,90 12,27 9,42 3. Kutai Kartanegara 25.716,41 20,52 27,24 4. Kutai Timur 31.735,19 25,32 9,67 5. Berau 21.951,71 17,51 9,26 6. Penajam Paser Utara 3.131,95 2,50 48,57 7. Mahakam Ulu 15.315,00 0,13 1,68 8. Balikpapan 504,32 12,22 1.199,83 9. Samarinda 694,96 0,40 1.146,84 10. Bontang 163,11 0,55 978,57 Jumlah 125.336,81 100,00 26,14 Sumber: Kalimantan Timur Dalam Angka Tahun 2015 Tabel 4.9 Jumlah Penduduk Menurut Kabupaten/Kota, Jenis Kelamin, dan Rasio Jenis Kelamin Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2014 No Kabupaten/Kota Laki-laki Perempuan Jumlah Rasio Jenis Kelamin 1. Paser 135925 120250 256175 113,04 2. Kutai Barat 76610 68282 144892 112,20 3. Kutai Kartanegara 368100 332339 700439 110,76 4. Kutai Timur 165513 140461 306974 118,55 5. Berau 109288 93935 203223 116,34 6. Penajam Paser Utara 79601 72518 152119 109,77 7. Balikpapan 312633 292463 605096 106,90 8. Samarinda 411996 385010 797006 107,01 9. Bontang 83640 75974 159614 110,09 10. Mahakam Ulu 13767 12127 25894 113,52
  • 13. 4-13 No Kabupaten/Kota Laki-laki Perempuan Jumlah Rasio Jenis Kelamin Jumlah 1758073 1593359 3351432 110,34 1718918 1556926 3275844 110,40 1678863 1488140 3131964 110,46 1639261 1484108 3123369 110,45 Sumber: Kalimantan Timur Dalam Angka Tahun 2015 4.1.5 Transportasi A. Jalan Raya Jalan merupakan prasarana pengangkutan yang penting untuk memperlancar kegiatan perekonomian. Makin meningkatnya usaha pembangunan menuntut pula peningkatan pembangunan jalan guna memudahkan mobilitas penduduk dan memperlancar lalu lintas barang dari satu daerah ke daerah lain. Panjang jalan negara di seluruh wilayah Provinsi Kalimantan Timur pada tahun 2014 mencapai 1.493,68 km. Panjang jalan di bawah wewenang Provinsi 1.596,38 km, sedang jalan di bawah wewenang Kabupaten/Kota mencapai 9.005,18 km. Tabel 4.10 Panjang Jalan Negara Menurut Jenis Permukaan Jalan dan Kabupaten/Kota (Km) Tahun 2014 Sumber: Kalimantan Timur Dalam Angka Tahun 2015
  • 14. 4-14 Tabel 4.11 Panjang Jalan Negara Menurut Kondisi Jalan dan Kabupaten/Kota (Km) Tahun 2014 Sumber: Kalimantan Timur Dalam Angka Tahun 2015 Tabel 4.12 Panjang Jalan Negara Menurut Kelas Jalan dan Kabupaten/Kota (Km) Tahun 2014 Sumber: Kalimantan Timur Dalam Angka Tahun 2015
  • 15. 4-15 Tabel 4.13 Panjang Jalan Provinsi Menurut Jenis Permukaan Jalan dan Kabupaten/Kota (Km) Tahun 2014 Sumber: Kalimantan Timur Dalam Angka Tahun 2015 Tabel 4.14 Panjang Jalan Provinsi Menurut Kondisi Jalan dan Kabupaten/Kota (Km) Tahun 2014 Sumber: Kalimantan Timur Dalam Angka Tahun 2015
  • 16. 4-16 Tabel 4.15 Panjang Jalan Kabupaten/Kota Menurut Jenis Permukaan Jalan (Km) Tahun 2014 Sumber: Kalimantan Timur Dalam Angka Tahun 2015 B. Angkutan Darat Untuk memenuhi transportasi darat, kendaraan angkutan utama yang harus tersedia adalah kendaraan bermotor. Menurut data yang dikeluarkan oleh Kepolisian Negara RI Daerah Kalimantan Timur pada tahun 2014, jumlah kendaraan bermotor sebanyak 2.233.278 buah dengan jumlah terbesar terdapat di Kota Samarinda (29,41 persen). Dilihat dari jenis kendaraan untuk mobil penumpang pada tahun 2014 jumlah terbanyak adalah jenis Station Wagon yaitu 49.553 unit. Untuk jenis kendaraan mobil barang terbanyak adalah kendaraan jenis pick up sebanyak 89.011 sedangkan jenis mobil bus terbanyak jenis mini/microbus sebanyak 21.997 unit. Jenis kendaraan sepeda motor yang terbanyak jenis Sepeda Motor Solo sebanyak 1.971.629 unit. Pada tahun 2014 jumlah kecelakaan lalu lintas menurun dibandingkan dengan tahun sebelumnya yaitu dari 1.094 menjadi 1.041. Jumlah kerugian material dan korban juga mengalami penurunan dibanding tahun sebelumnya. Jumlah kecelakaan tertinggi terjadi di Kabupaten Kutai Kartanegara yang mencapai 32,11 persen dari total kecelakaan di Provinsi Kalimantan Timur.
  • 17. 4-17 Tabel 4.16 Banyaknya Kendaraan Bermotor Menurut Kabupaten/Kota (Unit) Tahun 2011-2014 Sumber: Kalimantan Timur Dalam Angka Tahun 2015 Tabel 4.17 Banyaknya Kendaraan Bermotor Menurut Jenis Kendaraan (Unit) Tahun 2014
  • 18. 4-18 Sumber: Kalimantan Timur Dalam Angka Tahun 2015 Tabel 4.18 Banyaknya Kecelakaan Lalu lintas Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2014 Sumber: Kalimantan Timur Dalam Angka Tahun 2015
  • 19. 4-19 C. Angkutan Laut Lalu lintas kapal antar pulau tahun 2013 melalui lebih dari lima belas pelabuhan yang ada di wilayah Kalimantan Timur. Kapal tiba sebanyak 31.726 kapal dengan jumlah penumpang sebanyak 369.779 orang dan kapal berangkat 31.726 kapal dengan jumlah penumpang 290.611 orang. Bila diamati dari lalu lintas kapal maka terbesar melalui pelabuhan di Samarinda, namun bila diamati dari lalu lintas penumpang terbesar melalui pelabuhan Balikpapan. Tabel 4.19 Banyaknya Kapal dan Penumpang Angkutan Kapal Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2013 Sumber: Kalimantan Timur Dalam Angka Tahun 2015 D. Angkutan Udara Sektor perhubungan udara selain dominan dalam melaksanakan mobilitas manusia dari suatu tempat ke tempat lain, juga merupakan salah satu sektor yang terkait erat dengan sektor pariwisata dalam mendukung perjalanan wisatawan ke suatu tempat. Saat ini, transportasi melalui udara sangat memegang peranan penting. Di Kalimantan Timur, dimana di beberapa daerah merupakan daerah pengeboran minyak, batubara dan lainnya, memerlukan mobilitas angkutan udara yang tinggi antar daerah terutama untuk tujuan Jakarta. Dengan demikian, fungsi transportasi udara untuk kegiatan tersebut sangat vital.
  • 20. 4-20 Di Kalimantan Timur, terdapat 12 Pelabuhan Udara seperti Sepinggan Balikpapan, Temindung Samarinda, dan Kalimarau Berau. Bandar Udara Internasional Balikpapan, pada tahun 2014 ini telah memberangkatkan dan menurunkan penumpang paling banyak. Pada tahun 2014 telah memberangkatkan sebanyak 3,95 juta lebih penumpang dan telah menurunkan sekitar 3,79 juta penumpang. Tabel 4.20 Lalu Lintas Angkutan Udara Menurut Pelabuhan Udara Tahun 2014 Sumber: Kalimantan Timur Dalam Angka Tahun 2015 4.1.6 Sarana dan Prasarana A. Sarana dan Prasrana Air Minum Pada tahun 2011 rumah tangga yang menggunakan air layak untuk diminum paling tinggi berada di Berau dan itupun hanya 48,98 persen. Sedangkan pengguna paling minim air minum yang layak adalah Kutai Timur sebesar 19,68 persen. Untuk rumah dengan sanitasi layak di Provinsi Kalimantan Timur didominasi di daerah perkotaan. Kota Balikpapan menempati urutan pertama dengan 94,46 persen rumah dengan sanitasi layak kemudian disusul oleh
  • 21. 4-21 Bontang dan Samarinda, sedangkan persentase terendah berada di Kutai Barat dengan persentase 42,08 persen. Gambar 4.5 Presentase RT Dengan Air Minum dan Sanitasi Yang layak Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2011 (%) Semua Kabupaten/Kota di Kalimantan Timur telah memiliki instalasi air bersih dengan kapasitas yang beragam. Pada tahun 2002 di Kota Balikpapan telah direalisasikan pembangunan instalasi air bersih baru dengan kapasitas 20 liter/detik. Sebelumnya, instalasi air bersih di Teritip diperbesar kapasitasnya dari 20 liter/detik menjadi 40 liter/detik. Gambar 4.6 Salah Satu Contoh Prasarana Jaringan Air Minum Di Kota Samarinda Provinsi Kalimantan Timur Sumber : Dinas PDAM Kota Samarinda
  • 22. 4-22 B. Sarana dan Prasarana Persampahan Kegiatan pengelolaan persampahan ditujukan untuk mengendalikan pengumpulan dan pembuangan/ penumpukan sampah untuk menghasilkan lingkungan yang bersih, sehat dan aman. Kegiatan pengelolaan penanganan persampahan dilakukan di daerah permukiman, perdagangan dan jasa, pendidikan, sarana umum dan industri. Timbunan sampah yang berada di setiap Kabupaten/Kota Propinsi Kalimantan Timur berasal dari beberapa sumber kegiatan dan aktivitas masyarat pada umumnya seiring dengan kemajuan industri pembangunan di era globalisasi ini. Pengelolaan persampahan di Propinsi Kalimantan Timur dilakukan dengan cara mengembangkan sistem pengelolaan setempat dan sistem terpusat; perbaikan pola operasional pelayanan yang meliputi pewadahan, pengumpulan, pemindahan, pengangkutan dan pembuangan akhir. C. Sarana dan Prasarana Air Limbah Untuk kebutuhan sanitasi masyarakat Kabupaten/Kota di Propinsi Kalimantan Timur belum sebagian kecil Kota/Kabupaten memiliki sanitasi terpusat, akan tetapi pada beberapa Kabupaten/Kota yang lainnya sudah memiliki sanitasi komunal dengan sistem MCK Plus Biogester. Sisanya menggunanan MCK atau langsung dibuang ke sungai serta di bibir pantai. Limbah cair industri (dari industri besar maupun kecil) masih sering dibuang ke lingkungan tanpa pengolahan. Pelayanan pengurasan tanki septik atau cubluk biasanya dilakukan oleh oleh Dinas PMK dengan truk tinja atau secara manual. Biasanya lumpur dari tangki septik/cubluk rumah tangga (RT) baru disedot kalau fasilitasnya sudah buntu. Arahan Pengembangan yang digunakan untuk menunjang pelayanan air limbah di Propinsi Kalimantan Timur, adalah sebagai berikut : 1. Arahan Pengembangan Sanitasi Individual Arahan pengembangan sanitasi individual dilakukan pada tiap-tiap Kabupaten/Kota khususnya pada kawasan permukiman yang berada di pusat kota. Pengembangan ini dilakukan dengan peningkatan akses pelayanan dan peningkatan prasarana dan sarana pendukung guna pengelolaan air limbah permukiman. 2. Arahan Pengembangan Sanitasi Komunal MCK Plus Arahan pengembangan sanitasi komunal ini dilakukan pada kawasan-kawasan permukiman pesisir. hal ini dilakukan mengingat kondisi sanitasi yang ada sebagian besar tidak layak sehingga limbah air langsung dibuang ke bawah tanah, rawa-rawa badan air tanpa
  • 23. 4-23 pengelolahan sehingga limbahnya mencemari rawa-rawa atau pantai. Sehingga kampung menjadi tidak sehat dan bau. Arahan Pengembangan Fasilitas Sanitasi IPAL Fasilitas pengolahan air limbah terpusat di Kabupaten/Kota Propinsi Kalimantan Timur perlu ada peningkatan kinerja yang lebih baik. D. Sarana dan Prasarana Drainase Pada saat ini sistem drainase di Propinsi Kalimantan Timur tidak terlalu baik. Pada musim hujan sering terjadi genangan pada sebagian wilayah Kabupaten/Kota terutama pada daerah yang mempunyai topografi relatif datar. Genangan juga disebabkan oleh luapan dari sungai- sungai yang ada. Sistem jaringan yang ada saat ini masih belum ada pemisahan antara drainase untuk air hujan dan air limbah. Pengelolaan drainase perkotaan yang berkelanjutan sangatlah penting dalam peningkatan kualitas permukiman dimana drainase merupakan pengaliran dari buangan limbah cair yang bersumber dari limbah rumah tangga, air buangan dan pengaruh pasang surutnya air sungai yang kesemuanya diatur dalam suatu sistem pengaliran dengan mengutamakan tinggi permukaan tanah (kontur tanah) sehingga pengaliran air limbah dapat mengalir dengan baik kesaluran drainase pembuang dengan semaksimalmungkin. Pasang surut mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap sistem drainase di wilayah perkotaan yang terletak di kawasan pantai, khususnya untuk daerah yang datar dengan elevasi muka tanah yang tidak cukup tinggi masalah yang dihadapi antara lain: 1. Terjadinya genangan di kawasan-kawasan yang elevasinya berada di bawah muka air pasang 2. Terhambatnya aliran-aliran air/banjir pada saluran yang langsung berhubungan dengan sungai (yang berpengaruh terhadap pasang surut) akibat naiknya permukaan air pada saat air pasang 3. Drainase sistem tidak dapat bekerja dengan penuh sehingga perlu bantuan pompa dan pada outlet-outlet yang berfungsi untuk mencegah masuknya air sungai pada saat pasang sehingga biaya kontruksi maupun operasi dan pemeliharaan sistem drainase menjadi mahal 4. Bangunan untuk air khususnya terbuat dari metal mudah berkarat dan rusak akibat terkena air sungai hal ini meningkatkan biaya pemerliharaan 5. Tidak adanya pintu-pintu air untuk mengatasi pengaliran sungai (DAS).
  • 24. 4-24 E. Sarana dan Prasarana Permukiman Salah satu kebutuhan pokok manusia selain sandang dan pangan adalah papan (perumahan), namun rumah yang dibutuhkan tidak hanya sekedar rumah tetapi rumah yang layak huni. Gambaran kondisi kesejahteraan penduduk dari sisi perumahan adalah status kepemilikan rumah. Status kepemilikan rumah merupakan salah satu indikator perumahan yang menunjukkan penguasaan rumah tangga terhadap rumah yang ditempatinya. Masih cukup besarnya persentase rumah tangga yang menyewa /mengontrak kemungkinan besar disebabkan bahwa sebagian besar penduduk tersebut adalah pendatang yang memang belum lama tinggal di Propinsi Kalimantan Timur. Selain kondisi bangunan maupun status kepemilikan rumah, sarana dan prasarana perumahan juga sangat berpengaruh dalam menentukan kelayakan sebuah rumah maupun tingkat kesejahteraan masyarakat. Rumah yang layak selain dilihat dari kondisinya juga dari ketersediaan fasilitas penunjang perumahan yang utama diantaranya adalah sumber penerangan utama yang digunakan, kepemilikkan fasilitas air minum dan kepemilikan fasilitas jamban sendiri dengan tangki septik. Jumlah rumah layak huni, cakupan ketersediaan rumah layak huni, cakupan layanan rumah layak huni yang terjangkau dan cakupan lingkungan yang sehat dan aman didukung prasarana, sarana dan utilitas umum dapat dilihat pada table berikut ini: Tabel 4.21 Perumahan di Kalimantan Timur Tahun 2010-2013 Perumahan yang tidak terencana ini sering kali menjadi masalah umum perkotaan karena selain kumuh juga merusak keindahan dan estetika kota, sehingga diperlukan langkah-langkah penyelesaian, baik berupa penataan ulang maupun pemindahan penduduk perumahan tersebut ke kawasan perumahan yang lebih baik. Namun, terkadang hal ini sulit dilakukan karena tinggal di perumahan tersebut sudah seperti menjadi sebuah budaya, sehingga sulit untuk dihilangkan.
  • 25. 4-25 4.1.7 Perekonomian Laju pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Kalimantan Timur atas dasar harga konstan 2010 Menurut Lapangan Usaha pada tahun 2014 sebesar 2,02 persen dengan migas dan non migas sebesar 4,02 persen. Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya sebesar 2,72 persen dengan migas dan non migas 5,77 persen, maka pada tahun 2014, laju pertumbuhan PDRB dengan migas dan tanpa migas mengalami penurunan. Gambar 4.7 Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Lapangan Usaha (%) Tahun 2014 Struktur ekonomi Kalimantan Timur tahun 2014 dengan migas maupun non migas tidak jauh berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. PDRB dengan migas menunjukkan bahwa sector ekonomi yang sangat berperan dalam pembentukan PDRB Kalimantan Timur adalah sektor Pertambangan (47,98 persen), Industri Pengolahan (18,45 persen), Konstruksi (8,00 persen), serta sektor Pertanian (7,96 persen).
  • 26. 4-26 Gambar 4.8 Distribusi Persentase Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha (%) Tahun 2014 Sumber: Kalimantan Timur Dalam Angka Tahun 2015 PDRB Kalimantan Timur menurut pengeluaran pada tahun 2014, masih didominasi oleh komponen ekspor impor dengan kontribusi 65,24 persen (net ekspor). Disusul pengeluaran Pembentukan Modal Tetap Bruto sebesar 27,14 persen dan pengeluaran untuk konsumsi rumahtangga yaitu 16,30 persen. PDRB tanpa dengan migas Menurut Kabupaten/Kota pada tahun 2014 terbesar ada di Kabupaten Kutai Kartanegara dengan nilai PDRB sebesar 128,28 triliun rupiah disusul Kabupaten Kutai Timur dengan nilai 83,60 triliun rupiah, dan Kota Bontang dengan nilai 41,54 triliun rupiah. Sedang pertumbuhan ekonomi tertinggi menurut kabupaten/kota pada tahun 2014 adalah di Kabupaten Berau sebesar 7,92%. Gambar 4.9 PDRB Perkapita Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Kabupaten/Kota (000.000 Rp) Tahun 2014 Sumber: Kalimantan Timur Dalam Angka Tahun 2015
  • 27. 4-27 Gambar 4.10 Distribusi Persentase Produk Domestik Regional Bruto Non Migas Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Kabupaten/Kota (%) Tahun 2014 Sumber: Kalimantan Timur Dalam Angka Tahun 2015 4.2 GAMBARAN UMUM KOTA SAMARINDA 4.2.1 Administrasi dan Geografi Kota Samarinda merupakan ibukota Provinsi Kalimatan Timur dan berbatasan langsung dengan Kabupaten Kutai Kertanegara. Luas wilayah Kota Samarinda adalah 718,00 km² dan terletak antara 117º03’00” Bujur Timur dan 117º18’14” Bujur Timur serta diantara 00º19’02” Lintang Selatan dan 00º42’34” Lintang Selatan. Akhir tahun 2010 Kota Samarinda dibagi menjadi 10 kecamatan yaitu, Kecamatan Palaran, Samarinda Ilir, Samarinda Kota, Sambutan, Samarinda Seberang, Loa Janan Ilir, Sungai Kunjang, Samarinda Ulu, Samarinda Utara dan Sungai Pinang. Sedangkan jumlah kelurahan di Kota Samarinda sebanyak 53 Desa. Pada awal 2015, sesuai Perda Nomor 000 Tahun 2014, jumlah kelurahan dimekarkan menjadi 59 kelurahan. Adapun batas Administrasi Kota Samarinda, yaitu:  Sebelah Utara : Kec. Muara Badak (Kabupaten Kutai Kartanegara);  Sebelah Timur : Kecamatan Angganadan Sanga-Sanga (Kabupaten Kutai Kartanegara);  Sebelah Selatan : Kec Loa Janan (Kabupaten Kutai Kartanegara);  Sebelah Barat : Kec. Muara Badak Tenggarong Seberang (Kabupaten Kutai Kartanegara)
  • 28. 4-28 Tabel 4.22 Luas Wilayah dan Jumlah Kelurahan Menurut Kecamatan di Kota Samarinda Tahun 2015 No Kecamatan Luas (km2 ) Persentase Jumlah Kelurahan 1. Palaran 221,29 30,82 5 2. Samarinda Ilir 17,18 2,39 5 3. Samarinda Kota 11,12 1,55 5 4. Sambutan 100,95 14,06 5 5. Samarinda Seberang 12,49 1,74 6 6. Loa Janan Ilir 26,13 3,64 5 7. Sungai Kunjung 43,04 5,99 7 8. Samarinda Ulu 22,12 3,08 8 9. Samarinda Utara 229,52 31,97 8 10. Sungai Pinang 34,16 4,76 5 Samarinda 718,00 100,00 59 Sumber: Samarinda Dalam Angka Tahun 2016 Gambar 4.11 Peta Administrasi Kota Samarinda
  • 29. 4-29 4.2.2 Kondisi Fisik Dasar A. Kondisi Topografi Berdasarkan topografinya , maka wilayah Kota Samarinda berada di ketinggian antara 0 - 200 dpl dan hampir 24,17 % berada di ketinggian 0 - 7 dpl, umumnya terletak di dekat Sungai Mahakam sekitar 41,10% berada dalam ketinggian 7 – 25 dpl dan 32,48 % berada di ketinggian 25 - 100 dpl. Jika mengacu pada gambar di atas, orientasi pengembangan wilayah berada pada kemiringan lereng < 15 % dan kemiringan lereng 15 – 40 %. Tabel 4.23 Kondisi Ketinggian Tanah di Kota Samarinda Tabel 4.24 Kemiringan Lereng di Kota Samarinda Gambar 4.13 Kriteria Pemanfaatan Lahan (The Urban and Ruler Regional Planning Field)
  • 30. 4-30 Sumber: RTRW Kota Samarinda, 2014 Gambar 4.14 Peta Kelerengan Kota Samarinda
  • 31. 4-31 B. Kondisi Geologi Struktur geologi di wilayah Kota Samarinda diketahui berdasarkan hasil survey dan atau pemetaan geologi yang dimuat dalam buku "Geology of Indonesia, Volume IA". Oleh R.W. Van Bemmelen, 1949, pada umumnya berumur Praktertier hingga Kwarter. Beberapa formasi geologi yang terdapat di wilayah Kota Samarinda diantaranya adalah :  Kampung Baru Beds;  Balikpapan Beds;  Pulau Balang Beds;  Pemaluan Beds; Beberapa Wilayah geologi telah mengalami perubahan yang ditandai dengan adanya patahan. Formasi ini terdiri dari Grewake, batu pasir kwarsa, batu gamping, batu lempeng dan tufa dasitik dengan sisipan batu bara. Untuk lebih jelas mengenai data geologi Kota Samarinda dapat dilihat pada tabel 2.34, gambar 2.28 di bawah ini. Tabel 4.25 Luas masing-masing Formasi Geologi Kota Samarinda
  • 32. 4-32 Sumber: RTRW Kota Samarinda, 2014 Gambar 4.28 Peta Geologi Kota Samarinda
  • 33. 4-33 B. Kondisi Hidrologi dan Klimatologi Berdasarkan kondisi hidrologinya Kota Samarinda dipengaruhi oleh sekitar 20 Daerah Aliran Sungai (DAS). Sungai Mahakam adalah sungai utama yang membelah Kota Samarinda dengan lebar antara 300-500 meter, sungai – sungai lainnya adalah anak-anak sungai yang bermuara di Sungai Mahakam yang meliputi:  Sungai Karang Mumus dengan luas DAS sekitar 218,60 Km;  Sungai Palaran dengan luas DAS 67,68 Km;  Anak sungai lainnya antara lain , Sungai Loa Bakung, Lao Bahu, Bayur, Betepung, Muang, Pampang, Kerbau, Sambutan, Lais, Tas, Anggana, Loa Janan, Handil Bhakti, Loa Hui, Rapak Dalam, Mangkupalas, Bukuan, Ginggang, Pulung, Payau, Balik Buaya, Banyiur, dan Sungai Bantuas. Pemanfaatan air sungai yang terbesar di Kota Samarinda adalah untuk bahan baku air minum dan mengairi lahan pertanian serta perikanan dan sebagian besar penduduk Kota Samarinda menggunakan air sungai untuk kegiatan MCK.
  • 34. 4-34 Tabel 4.26 Inventarisasi Sungai di Kota Samarinda Tahun 2009 Iklim merupakan suatu kumpulan dari kondisi atmosfir yang meliputi panas, kelembaban dan gerakan udara. Kota Samarinda yang beriklim tropis mempunyai musim yang hampir sama dengan wilayah Indonesia pada umumnya, yaitu adanya musim kemarau dan musim penghujan. Selain itu, karena letaknya di daerah khatulistiwa maka iklim di Kota Samarinda juga dipengaruhi oleh angin Muson, yaitu angin Muson Barat November-April dan angin Muson Timur Mei-Oktober. Namun dalam tahun-tahun terakhir ini, keadaan musim kadang tidak menentu. Pada bulan-bulan yang seharusnya turun hujan dalam kenyataannya tidak ada hujan sama sekali, atau sebaliknya pada bulan-bulan yang seharusnya musim kemarau bahkan terjadi hujan dengan musim yang jauh lebih panjang.
  • 35. 4-35 Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di Stasiun Meteorologi Kota Samarinda pada tahun 2013, Samarinda mengalami iklim panas dengan suhu udara rata-rata 27,40C. Suhu udara terendah 23,90C terjadi pada bulan Januari dan tertinggi 32,70C pada bulan Januari. Kota Samarinda mempunyai kelembaban udara dan curah hujan yang relatif tinggi. Pada tahun 2013 kelembaban udara berkisar antara 82% sampai dengan 84%. Sedangkan rata-rata curah hujan mencapai 237,8 mm, dengan curah hujan tertinggi 363,1 mm pada bulan November dan terendah 90,2 mm pada bulan Agustus. Persentase penyinaran matahari di Kota Samarinda rata-rata 42%, dan jumlah hari hujan rata-rata tahun 2013 adalah 22 HH. Tabel 4.27 Kondisi Kelembaban dan Suhu Udara di Kota Samarinda Tabel 4.28 Rata-rata Curah Hujan, Penyinaran Matahari dan Hari Hujan Kota Samarinda Tahun 2013 Sumber Data: Kota Samarinda Dalam Angka, 2014
  • 36. 4-36 4.2.3 Kependudukan Penduduk Kota Samarinda dari tahun ke tahun mencatat kenaikan yang cukup berarti. Pada tahun 2014, jumlah penduduk Kota Samarinda sebanyak 830.676 jiwa, sebagian besar berada di Kecamatan Samarinda Ulu sebanyak 138.836 jiwa atau 16,71% dari total penduduk Kota Samarinda. Tabel 4.29 Jumlah Penduduk dan Laju Pertumbuhan Penduduk Menurut Kecamatan di Kota Samarinda Tahun 2010, 2014, dan 2015 No Kecamatan Jumlah Penduduk (ribu) Laju Pertumbuhan Penduduk Per tahun (%) 2010 2014 2015 2010-2015 2014-2015 1 Palaran 49,079 53,767 54,819 11.695 1.957 2 Samarinda Ilir 66,261 72,591 74,012 11.698 1.958 3 Samarinda Kota 33,052 36,210 36,919 11.700 1.958 4 Sambutan 43,651 47,822 48,756 11.695 1.953 5 Samarinda Seberang 57,532 63,029 64,262 11.698 1.956 6 Loa Janan Ilir 56,651 62,064 63,280 11.701 1.959 7 Sungai Kunjang 114,044 124,942 127,384 11.697 1.955 8 Samarinda Ulu 121,591 133,208 135,814 11.697 1.956 9 Samarinda Utara 90,202 98,817 100,750 11.694 1.956 10 Sungai Pinang 95,437 104,556 106,601 11.698 1.956 Samarinda 727,500 797,006 812,597 11.697 1.956 Sumber: Samarinda Dalam Angka Tahun 2016 Tingkat kepadatan penduduk di Kota Samarinda pada tahun 2014 adalah 1.157 jiwa/km². Kepadatan penduduk pada setiap kecamatan menggambarkan pola persebaran penduduk secara keseluruhan. Berdasarkan pola persebaran dan luas wilayahnya, terlihat belum merata, sehingga terlihat adanya perbedaan kepadatan penduduk yang mencolok antar kecamatan. Dari sepuluh kecamatan yang ada terlihat bahwa Kecamatan Samarinda Ulu memiliki kepadatan penduduk tertinggi, yaitu 6.276 jiwa/km2 diikuti oleh Kecamatan Samarinda Seberang dengan kepadatan 5.260 jiwa/km2. Sedangkan untuk Kecamatan Samarinda Utara dan Palaran yang mempunyai wilayah lebih luas, kepadatan penduduk hanya 475 jiwa/km2 dan 253 jiwa/km2. Tabel 4.30 Distribusi dan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan di Kota Samarinda Tahun 2015 No Kecamatan Persentase Penduduk Kepadatan Penduduk per Km2 1 Palaran 6,75 248 2 Samarinda Ilir 9,11 4.308 3 Samarinda Kota 4,54 3.320 4 Sambutan 6,00 483 5 Samarinda Seberang 7,91 5.145
  • 37. 4-37 No Kecamatan Persentase Penduduk Kepadatan Penduduk per Km2 6 Loa Janan Ilir 7,79 2.422 7 Sungai Kunjang 15,68 2.960 8 Samarinda Ulu 16,71 6.140 9 Samarinda Utara 12,40 439 10 Sungai Pinang 13,12 3.121 Samarinda 100,00 1.132 Sumber: Samarinda Dalam Angka Tahun 2016 Ditinjau dari komposisi penduduk menurut jenis kelamin menunjukkan bahwa jumlah penduduk laki-laki di Kota Samarinda masih lebih banyak dibanding perempuan. Ini terlihat dari rasio jenis kelamin yang lebih besar dari 100, yaitu sebesar 107,26. Tabel 4.31 Jumlah Penduduk dan Rasio Jenis Kelamin Menurut Kecamatan di Kota Samarinda Tahun 2015 No Kecamatan Jenis Kelamin Rasio Jenis KelaminLaki-laki Perempuan Jumlah 1 Palaran 28,486 26,333 54,819 108.18 2 Samarinda Ilir 38,230 35,782 74,012 106.84 3 Samarinda Kota 19,074 17,845 36,919 106.89 4 Sambutan 25,207 23,549 48,756 107.04 5 Samarinda Seberang 33,256 31,006 64,262 107.26 6 Loa Janan Ilir 32,538 30,742 63,280 105.84 7 Sungai Kunjang 65,658 61,726 127,384 106.37 8 Samarinda Ulu 70,106 65,708 135,814 106.69 9 Samarinda Utara 52,581 48,169 100,750 109.16 10 Sungai Pinang 55,005 51,596 106,601 106.61 Samarinda 420,141 392,456 812,597 1.07 Sumber: Samarinda Dalam Angka Tahun 2016 4.2.4 Transportasi Dari tahun 2009 hingga 2012, panjang jalan keseluruhan Nasional, Provinsi dan Kota mengalami peningkatan panjang jalan hingga mencapai 883,99 km pada tahun 2012. Namun pada tahun-tahun berikutnya, panjang jalan menurun hingga mencapai 721,34 km pada tahun 2014. Hal yang perlu dicermati lebih lanjut berkenaan dengan data diatas adalah adanya kecenderungan peningkatan jumlah jalan dengan kondisi rusak dan penurunan jumlah jalan dengan kondisi jalan baik. Hal ini dapat disebabkan oleh kurangnya atau tidak ada pemeliharaan jalan yang baik, sehingga kondisi jalan yang sebelumnya baik dapat menjadi rusak dan sedang.
  • 38. 4-38 Panjang jalan secara keseluruhan berdasarkan kewenangan jalan yang dibagi menjadi tiga jenis yaitu, Jalan Nasional, Jalan Provinsi, dan Jalan Kota. Dilihat dari tabel dibawah ini, jalan Nasional mengalami kenaikan pada tahun 2014 yaitu 54,740 km sedangkan di tahun 2013 sebesar 43,00 km. 4.2.5 Sarana dan Prasarana A. Sarana dan Prasarana Air Bersih dan Air Limbah Kota Samarinda terus menunjukkan perkembangan yang positif terhadap jumlah persentase penduduk yang memiliki akses air minum bersih dan jamban dengan tanki septik. Untuk jamban dengan tanki septik, Kota Samarinda telah meningkat dari 85,35 persen di tahun 2009 menjadi 95,36 persen atau meningkat sebesar 10,01 persen dalam 5 (lima) tahun.Hal ini akan terus diprediksikan meningkat pada tahun 2014 menjadi 96,62 persen atau meningkat 1,26 persen dari tahun 2013, sehingga rata-rata peningkatan persentase selama 6 (enam) tahun adalah 1,88 persen/tahun. Hal serupa terjadi pula pada persentase air bersih yang terus mengalami peningkatan selama 5 (lima) tahun terakhir dimana data dari tahun 2009 yaitu 94,32 persen meningkat menjadi 99,07 persen pada tahun 2013 atau meningkat sebanyak 4,75 persen. Penggunaan air minum bersih ini akan diprediksikan terus meningkat ke angka 99,42 persen di tahun 2014 atau meningkat sebesar 0,35 persen dari tahun 2013, sehingga rata-rata peningkatan persentase selama 6 (enam) tahun adalah 0,5 persen/tahun. Tabel 4.32 Persentase Rumah Tinggal Bersanitasi Kota Samarinda, 2009-2014 Kota Samarinda berhasil dalam memberikan pelayanan di bidang akses air bersih. Hal ini terlihat dari terus meningkatnya persentase penduduk yang memiliki akses air bersih seiring dengan peningkatan jumlahpenduduk di tiap tahunnya. Tercatat dengan jumlah penduduk 607.675 jiwa di tahun 2009, persentase pelayanan air bersih yaitu 94,32 persen meningkat ke
  • 39. 4-39 angka 99,07 persen di tahun 2013 (atau sekitar 4,75 persen) dengan jumlah penduduk yang meningkat sebanyak 223.001 jiwa (jumlah penduduk 805.688 jiwa di tahun 2013). Pada tahun 2014 terjadi peningkatan jumlah penduduk menjadi 830.676 jiwa, tingkat persentase terhadap akses air minum dan jumlah penduduk akhirnya meningkat ke angka 99,40 persen atau sekitar 0,35 persen dari tahun 2013, sehingga rata-rata peningkatan persentase selama 6 (enam) tahun adalah 0,5 persen/tahun. B. Permukiman Kumuh Pertambahan jumlah penduduk menyebabkan bertambahnya kebutuhan perumahan yang berbanding lurus dengan peningkatan kebutuhan sarana dan prasarananya. Hal tersebut akan berdampak pada peningkatan permasalahan pemukiman jika dalam pemenuhan perumahan layak tidak segera direalisasikan bagi seluruh warga. Permasalahan pemukiman pada intinya disebabkan karena kemampuan lahan yang timbal balik dengan daya kemampuan warga, sehingga menimbulkan harga yang tidak terjangkau oleh masyarakat berpenghasilan rendah serta tidak adanya sinkronisasi antara pendapatan rakyat per kapita dengan kemampuan beli/sewa dan perbaikan rumah. Kondisi ini menyebabkan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan perumahan berusaha memaksimalkan lahan tanpa memperhatikan keamanan, kesehatan, kenyamanan yang pada akhirnya menjadikan kawasan tersebut menjadi daerah permukiman kumuh.Kawasan permukiman kumuh yang ada di Kota Samarinda pada umumnya disebabkan karena peningkatan aktivitas perdagangan dan jasa yang berada di sekitar bandaran sungai. Kondisi tata bangunan di kawasan ini tidak teratur dan fungsi sungai menjadi orientasi kawasan menjadi hilang. Selain itu, massa bangunan berhimpitan, berderet, dan belum memperlihatkan penerapan GSB sehingga tidak memenuhi standar kenyamanan dan persyaratan dasar kesehatan rumah. Akhirnya berbagai permasalahan timbul mulai dari masalah kesehatan, bencana kebakaran, hingga kontroversi lahan yang menyebabkan ketidaknyamanan dalam bermukim di Kota Samarinda. C. Persampahan Selama 4 (empat) tahun awal data (2009-2013) jumlah produksi sampah Kota Samarinda mengalami peningkatan paling besar di tahun 2012 yaitu sebanyak 995.449 m3 dengan jumlah persentase volume sampah yang ditangani mengalami penurunan sebanyak 22,33 persen dari 87 (2009) ke 64,67 persen (2012). Hal ini dapat disebabkan oleh peningkatan jumlah penduduk
  • 40. 4-40 dan peningkatan aktivitas penggunaan lahan seperti perdagangan dan jasa, industri,dan sebagainya pada tahun tersebut. Dengan terus meningkatnya jumlah penduduk dan aktivitas penggunaan lahan di Kota Samarinda, di prediksikan volume sampah pada tahun 2014 meningkat sebanyak 932.025 m3, sehingga presentase sampah yang dapat ditangani oleh Pemerintah Kota Samarinda diharapkan setidaknya meningkat dari tahun sebelumnya yaitu 88,07 persen menjadi 93,73 persen atau naik sebesar 5,66 persen. Dengan demikian, rata-rata peningkatan persentase volume sampah yang dapat ditangani selama 6 (enam) tahun adalah 1,12 persen/tahun. D. Sistem Jaringan Listrik Persentase Rumah Tangga yang menggunakan listrik di Kota Samarinda menyentuh angka paling tinggi berada pada tahun 2012 dengan 99,85 persen. Tetapi, angka ini mengalami penurunan seiring dengan meningkatnya jumlah RT di Kota Samarinda yang belum terlayani oleh listrik menjadi 99,36 persen di tahun 2013 atau sebanyak 0,49 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Tren positif ditunjukkan juga pada tahun 2014, terjadi kenaikan menjadi 99,81 persen ditahun 2014 atau menaikkan sebesar 0,10 persen sebagai bagian dari usaha perbaikan kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana listrik wilayah. Tabel 4.33 Persentase Rumah Tangga yang Menggunakan Listrik Kota Samarinda, 2009-2014 4.2.6 Perekonomian PDRB Kota Samarinda memiliki pergerakan positif di setiap tahunnya sehingga dapat dikatakan bahwa pergerakan perekonomian Kota Samarinda mengalami kenaikan dimana pada tahun 2014, nilai PDRB mencapai 46.983.548,22 juta rupiah. Nilai tambah juga merupakan balas jasa faktor produksi, tenaga kerja, tanah, modal, dan entrepreneurship yang digunakan untuk memproduksi barang dan jasa. Pertumbuhan ekonomi
  • 41. 4-41 yang dihitung dari PDRB hanya mempertimbangkan domestik, yang tidak memperhatikan kepemilikan faktor produksi. Dari penjelasan diatas terlihat bahwa pertumbuhan Ekonomi Daerah Kota Samarinda baik melalui harga yang berlaku maupun harga konstant, baik dengan sektor migas maupun non migas yang dapat dilihat pada tabel tabel berikut ini: Tabel 4.34 PDRB dan Laju Pertumbuhan PDRB Tahun 2011-2014 Dari tabel tersebut di atas terlihat bahwa pertumbuhan ekonomi Kota Samarinda, apabila memasukkan unsur migas dengan harga berlaku pada periode waktu 2011 – 2014, rata-rata tumbuh sebesar 12.51% sedangkan apabila dilihat dengan harga konstant, rata-rata tumbuh sebesar 6.40% per tahun. Umumnya untuk melihat pertumbuhan Ekonomi Daerah harus dilihat dengan harga konstant. Apabila dilihat dari sisi pertumbuhan ekonomi tanpa migas maka dapat diikuti pada tabel berikut ini: Tabel 4.35 PDRB dan Pertumbuhan Ekonomi Kota Samarinda Tanpa Migas Tahun 2011 – 2014
  • 42. 4-42 Apabila ditinjau dari sisi PDRB tanpa migas, maka dalam kurun waktu 4 tahun terakhir yaitu dari tahun 2011 sampai 2014 terlihat rata-rata pertumbuhan ekonomi Kota Samarinda tumbuh sebesar 12.45% dengan harga berlaku dan 6.37% dengan harga konstant. Kalau di bandingkan dengan pertumbuhan berdasarkan migas maka pertumbuhan ekonomi Kota Samarinda tanpa migas jauh lebih kecil, ada perbedaan nilai pertumbuhan jika PDRB di lihat tanpa migas, sesungguhnya pertumbuhan ekonomi tanpa migas inilah yang dapat dijadikan rujukan dan analisis karena Kota Samarinda memang termasuk kota yang bukan penghasil migas atau jasa bukan pula kota pengolah migas, Samarinda dalam visi dan misinya lebih berorientasi pada kota jasa dan perdagangan, hal ini dapat dilihat pada pertumbuhan sektoral sebagai berikut: 4.3 GAMBARAN UMUM KOTA BALIKPAPAN 4.3.1 Administrasi dan Geografi Secara administratif luas keseluruhan Kota Balikpapan menurut RTRW Tahun 2012-2032 adalah 81.495 Ha, yang terdiri dari luas daratan 50.330,57 Ha dan luas lautan 31.164,03 Ha. Secara geografis Kota Balikpapan terletak pada posisi 116,50 Bujur Timur dan 117,00 Bujur Timur serta diantara 1,00 Lintang Selatan dan 1,50 Lintang Selatan dengan batas-batas sebagai berikut :  Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Kutai Kertanegara.  Sebelah Selatan berbatasan dengan Selat Makassar.  Sebelah Timur berbatasan dengan Selat Makassar.  Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Penajam Paser Utara. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 1996 tentang Pembentukan 13 Kecamatan di Wilayah Kabupaten Dati II Kutai, Berau, Bulungan, Pasir, Kotamadya Dati II Samarinda dan Balikpapan dalam Wilayah Provinsi Dati I Kalimantan Timur, Kota Balikpapan terdiri dari 5 (lima) Kecamatan dan 27 (dua puluh tujuh) Kelurahan. Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2012 tentang Pembentukan Tujuh Kelurahan dalam wilayah Kota Balikpapan dan Peraturan Daerah Kota Balikpapan Nomor 8 Tahun 2012 tentang Pembentukan Kecamatan Balikpapan Kota Dalam Wilayah Kota Balikpapan, secara administratif wilayah Kota Balikpapan terdiri dari 6 (enam) Kecamatan dan 34 (tiga puluh empat) Kelurahan.
  • 43. 4-43 Tabel 4.36 Luas Wilayah Kota Balikpapan Dirinci per Kecamatan dan Kelurahan No Kecamatan/ Kelurahan Luas Daerah (km²) Jumlah RT A. Kec. Balikpapan Timur 1. Manggar 2. Manggar Baru 3. Lamaru 4. Teritip 35,255 3,836 48,555 49,512 30 26 13 24 B. Kec. Balikpapan Selatan 1. Damai Baru 2. Damai Bahagia 3. Sepinggan Baru 4. Sungai Nangka 5. Sepinggan Raya 6. Gunung Bahagia 7. Sepinggan 2,149 3,708 10,618 3,204 6,588 3,735 7,812 33 43 40 27 31 50 45 C. Kec. Balikpapan Tengah 1. Gunung Sari Ilir 2. Gunung Sari Ulu 3. Mekarsari 4. Karang Rejo 5. Sumber Rejo 6. Karang Jati 1,410 1,8252 1,2866 1,2050 2,205 3,411 69 34 35 66 44 37 D. Kec. Balikpapan Utara 1. Gunung Samarinda 2. Muara Rapak 3. Batu Ampar 4. Karang Joang 5. Gunung Samarinda Baru 6. Graha Indah 2,703 3,5272 10,553 93,0904 3,035 19,254 47 87 58 42 20 36 E Kec. Balikpapan Barat 1. Baru Ilir 2. Margo Mulyo 3. Marga Sari 4. Baru Tengah 5. Baru Ulu 6. Karingau 0,589 1,8453 0,665 0,5704 0,9548 175,3275 62 39 30 43 40 9 F Kec. Balikpapan Kota 1. Prapatan 2. Telaga Sari 3. Klandasan Ulu 4. Klandasan Ilir 5. Damai 3,1412 2,538 0,89 1,435 2,221 36 38 53 57 16 Untuk lebih jelasnya, wilayah administrasi Kota Balikpapan dapat dilihat pada gambar 4.28 berikut.
  • 44. 4-44 Gambar 4.29 Peta Administrasi Kota Balikpapan 4.3.2 Kondisi Fisik Dasar A. Topografi Secara umum Kota Balikpapan berada pada ketinggian 0 sampai 100 meter di atas permukaan laut. Klasifikasi terbesar yaitu berada pada ketinggian 20-100 mdpl dengan luas 20.090,57 ha atau 51,66 % dari luas wilayah, ketinggian >10-20 mdpl seluas 17.260 ha atau 34,17% dari luas wilayah dan ketinggian 0-10 mdpl seluas 6.980 Ha atau 13 % dari luas wilayah. Berikut tabel luas wilayah Kota Balikpapan dirinci menurut topografi (ketinggian). Tabel 4.37 Luas Wilayah Kota Balikpapan Dirinci Menurut Topografi (Ketinggian) No Ketinggian mdpl Luas Wilayah (Ha) (%) 1. 0-10 6.980,00 13,64 2. >10-20 17.260,00 34,70 3. >20-100 26.090,57 51,66 Jumlah 50.330,57 100,00 Sumber: Kota Balikpapan dalam Angka, 2014
  • 45. 4-45 Lereng menggambarkan sudut kemiringan permukaan tanah terhadap bidang horisontal. Besaran lereng merupakan faktor penting yang menentukan mudah tidaknya tanah untuk diusahakan/ digunakan. Tanah dengan medan datar lebih mudah diusahakan daripada tanah berlereng terjal. Kemiringan tanah juga menentukan sifat tanah yang lain, yaitu menentukan kepekaan erosi dan drainase permukaan. Pada lereng yang besar maka drainase permukaannya lebih cepat/ baik tetapi tanah lebih peka terhadap erosi. Dari sisi topografis sebagian besar wilayah Kota Balikpapan berada pada kemiringan lereng antara 15-40% yaitu seluas seluas 21.305,57 Ha atau 42,33% dari luas wilayah keseluruhan. Tabel 2.2 berikut ini menunjukkan rincian luas wilayah Kota Balikpapan berdasarkan kelerengan. Tabel 4.38 Luas Wilayah Kota Balikpapan Dirinci Menurut Kelerengan No Kelas Lereng Luas Wilayah (Ha) (%) 1. 0-2 7.050,00 14,01 2. > 2-15 3.325,00 6,61 3. > 15-40 21.305,57 42,33 4. > 40 18. 650,00 37,05 Jumlah 50.330,57 100,00 Sumber: Kota Balikpapan dalam Angka, 2014 Secara morfologis Kota Balikpapan terdiri dari 85% kawasan perbukitan dengan jenis tanah podsolik merah kuning yang memiliki karakter topsoil tipis, struktur tanah mudah tererosi. Sedangkan 15% lainnya merupakan daerah dataran yang terletak di sepanjang pantai timur dan selatan wilayah Kota Balikpapan dengan jenis tanah umumnya adalah alluvial. Untuk mengetahui kondisi keleregan Kota Balikpapan berikut merupakan visualisasi dari kondisi kelerengan Kota Balikpapan dalam bentuk peta kelerengan pada gambar 4.29 di bawah ini:
  • 46. 4-46 Gambar 4.30 Peta Kelerengan Kota Balikpapan B. Geohidrologi Berdasarkan peta Hidrogeologi Lembar Balikpapan, Kota Balikpapan secara umum dapat dilihat dari komposisi litologi batuan dan kelulusannya serta keterdapatan air tanah dan produktivitas akuifer. Berdasarkan kondisi tersebut, Kota Balikpapan dapat dijelaskan sebagai berikut 1. Komposisi Litologi Batuan dan Kelulusannya. Berdasarkan komposisi litologi dan kelulusannya Kota Balikpapan seluruhnya masuk dalam kategori batu pasir, batu lempung pasiran, serpih dan konglomerat dengan sisipan napsi, batubara dan batu gamping. 2. Keterdapatan Airtanah dan Produktivitas Akuifer. Berdasarkan keterdapatan airtanah dan produktivitas akuifer, Kota Balikpapan dapat dikelompokkan dalam 2 (dua) kategori besar, yaitu : a. Akuifer dengan aliran melalui celahan dan ruang antar butir, yaitu :  Akuifer produktif sedang dengan penyebaran luas Akuifer dengan keterusan beragam, muka air tanah umumnya kurang dari 3 meter di bawah muka tanah setempat, debit maair umumnya kurang dari 10 l/detik. Akuifer ini umumnya tersebar di Kecamatan Balikpapan Utara, sebagian kecil dari Kecamatan
  • 47. 4-47 Balikpapan Barat, Balikpapan Tengah dan di bagian selatan dari, Kecamatan Balikpapan Selatan  Setempat, Akuifer produktif Akuifer dengan keterusan sangat beragam, umumnya muka airtanahnya dalam, dibeberapa tempat matair dengan debit kurang dari 2 liter/detik. Akuifer ini pada umumnya terdapat di Kecamatan Balikpapan Timur, sebagian Kecamatan Balikpapan Selatan dan Tengah b. Akuifer bercelah atau jarang, produktif kecil dan daerah air tanah langka, yaitu akuifer produktif kecil, setempat berarti. Akuifer ini umumnya keterusan rendah, setempat airtanah dangkal dalam jumlah terbatas dapat diperoleh di lembah-lembah dan zona pelapukan batuan padu. Akuifer ini pada umumnya terdapat di Kecamatan Balikpapan Barat, sebagian kecil di Kecamatan Balikpapan Utara, Barat dan Timur C. Geologi Berdasarkan struktur geologi, Kota Balikpapan dapat dibagi menjadi tiga satuan geomorfik, yaitu satuan perbukitan bergelombang sedang, satuan perbukitan bergelombang lemah dan satuan dataran aluvial. Berikut merupakan penjelasan lebih lanjut mengenai struktur geologi Kota Balikpapan. 1. Satuan geomorfik Perbukitan bergelombang Sedang Satuan geomorfik ini menempati area dengan luas kurang lebih 55%, mempunyai kemiringan lereng rata-rata 15-40% dengan beda tinggi kurang lebih 10-30 meter. Satuan geomorfik ini menempati sebagian besar Kota Balikpapan terutama di bagian Utara - Barat Laut yang merupakan daerah hutan lindung, sebagian di timur laut meliputi sebagian dari Kecamatan Balikpapan Barat, Kecamatan Balikpapan Utara, Kecamatan Balikpapan tengah, Kecamatan Balikpapan Selatan dan Kecamatan Balikpapan Timur. Litologi penyusunan satuan geomorfik ini adalah perselingan antara batupasir kuarsa, batu pasir, batu lempung, serpih dan sisipan batubara dengan dikontrol struktur geologi berupa antiklin dan siklin dengan kemiringan sayap-sayapnya yang relatif landai sampai sedang. 2. Satuan geomorfik Perbukitan bergelombang lemah Satuan geomorfik ini membentuk pola selingan dengan perbukitan bergelombang sedang yang membujur barat daya - timur laut dengan luas kurang lebih 30%, umumnya mempunyai kemiringan lereng 5-15% dengan beda tinggi kurang lebih 3-15 meter. Satuan
  • 48. 4-48 geomorfik ini menempati bagian tengah Kota Balikpapan tepatnya di lembah Sungai Wain, Daerah Gunung Bahagia sampai Gunung Binjai yang masuk ke dalam wilayah Kecamatan Balikpapan Barat, Kecamatan Balikpapan Utara, Kecamatan Balikpapan Tengah, Kecamatan Balikpapan Selatan, Kecamatan Balikpapan Timur dengan litologi penyusunan batu pasir kuarsa, batupasir dengan konkresi/nodul besi, serpih, batu lanau, sisipan batubara dan dikontrol struktur geologi berupa homoklin yang merupakan sayap antiklin atau siklin dengan kemiringan landai sehingga membentuk suatu lembah homoklin. 3. Satuan Dataran Alluvial Satuan ini tersebar sebagian besar di pinggir pantai dan lembah-lembah sungai dengan luas kurang lebih 15%, material penyusunnya merupakan endapan kerakal - lempung yang belum terkonsolidasi atau bersifat lepas-lepas yang merupakan hasil pengendapan aktivitas sungai dan air laut. Kemiringan lereng umumnya 0-5% dengan beda tinggi kurang lebih 0-2 meter. Menempati pantai sebelah timur dari Sepinggan hingga teritip, lembah-lembah disekitar S. Wain, S. Somber dan S. Manggar Besar dan sebagian pantai di Teluk Balikpapan. Berdasarkan stratigrafi menururt Hidayat dan Umar (1994), wilayah Kota Balikpapan tersusun atas empat satuan batuan, yaitu : a. Satuan Endapan Pasir (Endapan Alluvial) Satuan ini sebagian besar tersebar disepanpang pantai timur dari Kota Balikpapan, terutama daerah Manggar, Lamaru, Teritip demikian juga di kiri-kanan Sungai Wien dan Sungai Somber. b. Formasi Kampung Baru Satuan ini terdiri dari perselingan batulempung, batulanau, batupasir kuarsa, serpih dengan sisipan batubara, lignit dan napal. Singkapan batubara yang cukup tebal (> 3 m) dapat dijumpai di Dusun Gunung Binjai. Adapun penyebarannya meliputi wilayah di bagian utara dan tengah tepatnya Kecamatan Balikpapan Barat, Balikpapan Utara, Balikpapan tengah dan Balikpapan Timur. c. Formasi Balikpapan Bagian atas dari satuan ini didominasi oleh batupasir kuarsa dengan sisipan-sisipan batulempung, batulanau, batupasir dan batulempung dengan sisipan napal, batupasir gampingan, batu bara. Formasi Balikpapan sebagian besar tersebar di bagian barat laut dan barat daya wilayah Kota Balikpapan, meliputi Kecamatan Balikpapan Selatan, Kecamatan Balikpapan Tengah' dan sebgaian Kecamatan Balikpapan Barat. d. Formasi P. Balang
  • 49. 4-49 Satuan ini secara regional terdiri dari batupasir kuarsa, batupasir gampingan, batulanau dengan sisipan batubara. Satuan ini tersingkap di P. Balang serta bagian ujung barat laut wilayah Kota Balikpapan, yang berbatasan dengan wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara. Tabel 4.39 Luas Wilayah Kota Balikpapan Menurut Jenis Batuan (Geologi) No Jenis Luas Wilayah (Ha) (%) 1 Satuan Endapan Pasir (Alluvial) 9.994,40 19,86 2 Formasi Kampung Baru 31.100,76 61,79 3 Formasi Balikpapan 8,561,16 17,01 4 Formasi Pulau Balang 671,25 1,33 Jumlah 50.330,57 100,00 Sumber: RTRW Kota Balikpapan, 2012 – 2032 Gambar 4.31 Peta Geologi Kota Balikpapan D. Klimatologi 1. Iklim Kota Balikpapan beriklim tropis, mempunyai musim yang hampir sama dengan wilayah yang ada di Kalimantan Timur pada umumnya., yaitu adanya musim kemarau dan musim penghujan. Musim kemarau biasanya terjadi pada Bulan Mei sampai Bulan Oktober,
  • 50. 4-50 sedang musim penghujan terjadi pada Bulan Nopember sampai dengan Bulan April. Keadaan ini terus berlangsung setiap tahun yang diselingi dengan musim peralihan pada bulan-bulan tertentu. Seiain itu, karena letaknya di daerah katulistiwa maka ikiim di Kalimantan Timur juga dipengaruhi oleh angin Muson, yaitu angin Muson barat Nopember - April dan Angin Muson Timur Mei - Oktober. Namun dalam tahun-tahun terakhir ini, keadaan musim di Balikpapan kadang tidak menentu. Pada bulan-bulan yang seharusnya turun hujan dalam kenyataannya tidak ada hujan sama sekali, atau sebaliknya pada bulan-bulan yang seharusnya kemarau bahkan terjadi hujan dengan musim yang jauh lebih panjang. 2. Suhu dan Kelembaban Secara umurn Kota Balikpapan beriklim panas dengan suhu udara sepanjang tahun berkisar dari 22,4oC sampai 34,70C. Selain itu, sebagai daerah beriklim tropis, Kota Balikpapan mempunyai kelembaban udara relatif tinggi dengan rata-rata berkisar antara 82-93%. 3. Curah Hujan dan Keadaan Angin Curah hujan di Kota Balikpapan sangat beragam menurut bulan. Catalan curah hujan bulanan sepanjang tahun 2010 terjadi pada Bulan Oktober sebesar 279,5 mm dan rata- rata curah hujan paling rendah terjadi pada Bulan September yang hanya mencapai 35,9 mm. Keadaan angin di Kota Balikpapan pada tahun 2010 yang dipantau dari Stasiun Meteorologi dan Geofisika Kota Balikpapan, menunjukkan bahwa kecepatan angin berkisar antara. 4 sampai 7 knot. Kecepatan angin paling tinggi 7 knot terjadi pada bulan September sedang terendah 4 knot terjadi pada bulan April dan Desember. 4.3.3 Kependudukan A. Persebaran Penduduk Penduduk Kota Balikpapan pada akhir tahun 2014 berjumlah 610.313 jiwa, yang terdiri atas 315.299 penduduk laki-laki dan 295.014 penduduk perempuan, sehingga Rasio Jenis Kelamin mencapai 107 (lihat Tabel DE-2 Buku Data SLHD). Pertumbuhan penduduk dibandingkan tahun 2013 mencapai 1,77 persen yang berasal dari pertambahan penduduk sebesar 10.628 jiwa dan paling banyak dipengaruhi oleh faktor migrasi masuk. Kota Balikpapan memiliki daya tarik yang besar bagi pendatang terutama karena alasan ekonomi. Mereka datang ke Balikpapan untuk alasan pekerjaan, dengan asumsi Balikpapan sebagai kota minyak, industri dan jasa
  • 51. 4-51 yang menjanjikan banyak lapangan pekerjaan. Berikut Grafik jumlah penduduk Kota Balikpapan sejak tahun 2010. Gambar 4.32 Grafik Pemkembangan Jumlah Penduduk Kota Balikpapan Sumber : Balikpapan Dalam Angka 2014 Sesuai Tabel DE-1 Buku Data SLHD, pertumbuhan penduduk menurut kecamatan menunjukkan bahwa Kecamatan Balikpapan Selatan merupakan kecamatan dengan pertumbuhan penduduk tertinggi yang mencapai 3,74 persen, salah satunya sebagai dampak dari pembangunan kawasan perumahan baru yang cukup pesat di wilayah kecamatan ini dalam beberapa tahun terakhir, sedangkan pertumbuhan terendah tercatat di Kecamatan Balikpapan Kota dan Balikpapan Tengah, hal ini wajar karena kedua kecamatan tersebut relatif sudah jenuh, dan merupakan dua kecamatan terpadat di Kota Balikpapan. Tabel 4.40 Pertumbuhan Penduduk MenurutKecamatan di Kota Balikpapan, 2014 No Kecamatan Jumlah Penduduk 2013 (jiwa) Jumlah Penduduk 2014 (jiwa) Pertumbuhan (%) (1) (2) (3) (4) (5) 1 Balikpapan Timur 67.597 70.105 3,71 2 Balikpapan Barat 90.183 90.412 0,25 3 Balikpapan Utara 130.698 133.946 2,49 4 Balikpapan Tengah 103.529 103.599 0,07 5 Balikpapan Selatan 121.323 125.862 3,74 6 Balikpapan Kota 86.355 86.389 0,04 Total 599.685 610.313 1,77
  • 52. 4-52 Persebaran penduduk menunjukkan bahwa Balikpapan Utara merupakan Kecamatan dengan penduduk terbanyak, mencapai 21,95 persen dari total penduduk. Dalam 10 tahun terakhir kecamatan Balikpapan Utara merupakan salah satu wilayah yang paling pesat pertumbuhan penduduknya, terutama di daerah kelurahan Batu Ampar, hal ini sangat wajar karena wilayah ini selain dilewati oleh jalur utama menuju Kutai Kartanegara dan Samarinda, juga masih banyak lahan yang potensial dikembangkan menjadi kawasan perumahan dibandingkan dengan wilayah Balikpapan Tengah yang relatif sudah jenuh dan tidak banyak lahan tersisa untuk pengembangan kawasan pemukiman baru. Secara persentase, distribusi penduduk Kota Balikpapan terlihat cukup merata, berkisar antara 11 hingga 22 persen di masing-masing kecamatan, akan tetapi apabila dibandingkan dengan luas wilayahnya,maka akan terlihat bahwa kepadatan di masing-masing wilayah tersebut sangat timpang. Gambar 4.33 Persentase Persebaran Penduduk Menurut Kecamatan, 2014 Sumber : Balikpapan Dalam Angka 2014 B. Kepadatan Penduduk Sesuai Tabel DE-1 Buku Data SLHD, kepadatan penduduk adalah jumlah penduduk yang mendiami suatu wilayah tertentu dengan satuan per kilometer persegi. Rata-rata kepadatan penduduk di Kota Balikpapan tahun 2014 mencapai 1.200 jiwa/km2, dengan kepadatan tertinggi di wilayah Balikpapan Utara yang mencapai 145.672 jiwa/km2, sedangkan kepadatan terendah di wilayah Balikpapan Timur yang hanya mencapai 75.371 jiwa/km2.
  • 53. 4-53 Balikpapan Tengah menjadi kecamatan dengan angka kepadatan tertinggi, dengan luas wilayah yang hanya sekitar 2 persen dari total wilayah, dihuni sekitar 17 persen dari total penduduk, menyebabkan angka kepadatan penduduk di kecamatan ini jauh diatas wilayah lainnya. Balikpapan Barat dengan luas wilayah 179,95 km2 atau sekitar 35,40 persen dari total wilayah Balikpapan hanya dihuni sekitar 15 persen dari total penduduk, menjadikan Balikpapan Barat sebagai kecamatan dengan kepadatan terendah, mencapai 502 jiwa/km2. Sedangkan Kecamatan Balikpapan Timur merupakan kecamatan dengan kepadatan terendah kedua, mencapai 511 jiwa/km2, namun pertumbuhan penduduknya tercatat sebagai yang tertinggi kedua setelah Kecamatan Balikpapan Selatan, yang mencapai 3,71 persen setahun terakhir, sehingga diharapkan dalam beberapa tahun kedepan kecamatan ini mencapai kondisi kepadatan yang ideal, yang berperan terhadap pemerataan penduduk Balikpapan. Wilayah ini merupakan wilayah pantai sehingga sekitar 60 persen dari penduduk Balikpapan yang bekerja di lapangan usaha perikanan berada di wilayah ini. Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Balikpapan 2011-2031, Kelurahan Teritip di Balikpapan Timur menjadi wilayah rencana pengembangan pusat pelayanan kota ke-3, ini merupakan salah satu usaha untuk mengembangkan wilayah Balikpapan Timur. Balikpapan Selatan merupakan kecamatan dengan pertumbuhan penduduk terbesar, mencapai 3,74 persen dalam setahun terakhir, dengan luas wilayah sekitar 7 persen dari total wilayah, dan dihuni sekitar 21 persen penduduk Balikpapan. Dari segi kepadatan penduduk, Kecamatan Balikpapan Utara merupakan kecamatan dengan kondisi yang mendekati ideal, dimana persentase wilayah dan jumlah penduduk mendekati seimbang, dengan wilayah meliputi 26,00 persen dari total wilayah dan total penduduk sekitar 22 persen. Kelurahan Karang Joang di wilayah Balikpapan Utara ditetapkan dalam RTRW Balikpapan menjadi rencana pusat kota ke- 2, setelah Balikpapan Selatan, dalam rangka mengembangkan wilayah ini.
  • 54. 4-54 Gambar 4.34 Peta Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan, 2014 Pada gambar peta diatas dapat ditampilkan visualisasi kepadatan penduduk dengan gradasi warna, semakin tua warnanya menandakan wilayah tersebut semakin padat penduduknya. Tabel 4.41 Kepadatan Penduduk per Kecamatan di Kota Balikpapan Tahun 2014 No. Kecamatan Luas Wilayah Jumlah Penduduk (jiwa) Kepadatan (Jiwa/Km2)Km2 % 1 Balikpapan Timur 137,16 26,98 70.105 511 2 Balikpapan Barat 179,95 35,40 90.412 502 3 Balikpapan Utara 132,17 26,00 133.946 1.013 4 Balikpapan Tengah 11,07 2,18 103.599 9.355 5 Balikpapan Selatan 37,82 7.44 125.862 3.328 6 Balikpapan Kota 10,22 2,01 863.89 8.455 Total 508,39 100,00 610.313 1.200 Dari tabel diatas terlihat bahwa distribusi penduduk di Balikpapan tidak merata, kepadatan penduduk di wilayah pusat kota tujuh kali lipat dibanding kepadatan rata-rata Balikpapan. Kecamatan Balikpapan Kota yang merupakan pecahan dari Balikpapan Selatan merupakan kecamatan terpadat kedua setelah Balikpapan Tengah, mencapai 8.455 jiwa/km2. Dua kecamatan dengan wilayah terkecil, yang masing-masing hanya sekitar 2 persen dari total luas
  • 55. 4-55 Balikpapan, yaitu Balikpapan Tengah dan Balikpapan Kota, merupakan pusat pemerintahan dan perekonomian dihuni sekitar 30 persen penduduk. Balikpapan Selatan merupakan kecamatan terpadat ketiga dan masih berpotensi dalam pengembangan wilayah pemukiman baru, terutama di kelurahan Sepinggan yang dalam sepuluh tahun terakhir merupakan kelurahan yang pertumbuhan jumlah penduduknya terbesar kedua setelah Batu Ampar. Kecamatan Balikpapan Timur dan Balikpapan Utara yang luas wilayahnya relatif sama tercatat memiliki kepadatan yang jauh berbeda, kepadatan penduduk di Balikpapan Utara dua kali lipat lebih tinggi dibandingkan di Balikpapan Timur, walaupun demikian wilayah pemukiman di Balikpapan Timur masih berpotensi untuk dikembangkan, terutama di kelurahan Lemaru yang dalam sepuluh tahun terakhir tercatat sebagai kelurahan dengan pertumbuhan penduduk tertinggi ketiga setelah Batu Ampar dan Sepinggan. 4.3.4 Transportasi A. Jalan Jaringan Jalan di Kota Balikpapan menurut statusnya dapat diklasifikasikan menjadi 3 yaitu Jalan Negara, Jalan Propinsi dan Jalan Kota. Secara keseluruhan panjang jalan di Kota Balikpapan berdasarkan Data BPS pada Tahun 2013 adalah 466,07 km, yeng terdiri dari jalan negara di wilayah Kota Balikpapan mencapai 340,37 km, jalan provinsi mencapai 67,35 km dan jalan yang dikuasai pemerintah kota mencapai 58,35 km. Tabel 4.42 Jaringan Jalan di Kota Balikpapan menurut statusnya, Tahun 2013 No Keadaan Negara Provinsi Kota Jumlah 1 Jenis Permukaan Aspal 58,35 36,35 340,37 435,07 Kerikil - - - - Tanah - 31,00 - 31,00 Tidak dirinci - - - - Jumlah 58,35 67,35 340,37 466,07 2 Kondisi Jalan Baik 39,5 27,25 265,37 332,12 Sedang 18,85 20,00 50,00 88,85 Rusak - 20,10 25,00 45,00
  • 56. 4-56 No Keadaan Negara Provinsi Kota Jumlah Rusak Berat - - - - Jumlah 58,35 67,35 340,37 465,97 3 Kelas Jalan Kelas I - 13,00 - 13,00 Kelas II - - - - Kelas III 58,35 54,35 340,37 435,07 Kelas III A - - - - Kelas III B - - - - Kelas III C - - - - Kelas Tidak Dirinci - - - - Jumlah 58,35 67,35 340,37 466,07 Sumber : Balikpapan Dalam Angka Tahun 2014. B. Sarana Transportasi a. Bandara Sepinggan Bandara Sepinggan (Sepinggan International Airport) adalah bandara domestik dan internasional untuk Balikpapan, Kalimantan Timur. Bandara ini dioperasikan oleh PT. Angkasa Pura I dan dibuka pada tanggal 6 Agustus 1997. Bandara ini memiliki luas 300 hektare dan merupakan bandar udara ke-4 terbesar dari 13 bandara yang dikelola PT. Angkasa Pura I. Dengan posisi yang strategis di kawasan Indonesia Bagian Tengah, maka diharapkan bandara ini dapat menjadi penghubung kawasan Indonesia Bagian Barat dengan kawasan Indonesia Bagian Timur. Dengan posisi yang strategis dan didukung oleh potensi alam Kalimantan Timur sehingga menjadi daya tarik bagi para pelaku bisnis dan wisatawan baik domestik maupun mancanegara. Keberadaan Bandar Udara Sepinggan diharapkan akan dapat mendorong pertumbuhan perekonomian di Kalimantan Timur dan wilayah Kalimantan lainnya. Rencana pengembangan pada lahan-lahan yang tersedia di sekitar bandara ini terus dilaksanakan, antara lain hotel transit, business center, pusat informasi investasi, warehousing, meeting room, restoran dan mini market termasuk pengembangan terminal penumpang dan perpanjangan landasan pacu (Runway). Sedangkan pada lahan seluas 70.000 m2 di sekitar pantai di selatan Bandara Udara dapat pula dikembangkan menjadi lapangan golf, cotteges, pantai wisata dan lain-lain.
  • 57. 4-57 Gambar 4.35 Sarana Transportasi Udara Kota Balikpapan b. Pelabuhan Laut Pelabuhan Balikpapan terletak pada teluk Balikpapan merupakan pintu gerbang Kalimantan Timur yang menunjang kegiatan perekonomian daerah dan mendorong pertumbuhan pembangunan wilayah. Sesuai dengan Keputusan Bersama Menteri Perhubungan dan Menteri Keuangan Nomor 885/Kpb/VII/1985, Nomor 667/KMK.05/1985 tanggal 26 Juli 1985, Pelabuhan Balikpapan dinyatakan sebagai salah satu pelabuhan Laut yang terbuka untuk perdagangan luar negeri. Pada awal tahun 1958 pelabuhan umum Balikpapan baru memiliki fasilitas dermaga sepanjang 84 m dan 1 gudang penumpukan seluas 1000 M2. Sejalan dengan perkembangan lajunya pembangunan di daerah Balikpapan dan sekitarnya, maka pembangunan di daerah Balikpapan dan sekitarnya, maka pembangunan sarana dan prasarana fasilitas pelabuhan setahap demi setahap mengikuti perkembangan pembangunan tersebut, hingga saat ini Pelabuhan Balikpapan sudah memiliki dermaga sepanjang 489 M2 dan gudang seluas 2.450 m2. Gambar 4.36 Sarana Transportasi Laut Kota Balikpapan
  • 58. 4-58 c. Angkutan Darat Untuk melayani transportasi darat, Kota Balikpapan memiliki 2 (dua) terminal angkutan darat yaitu Terminal Batu Ampar dan Terminal Damai, dengan layanan tujuan sebagai berikut. Tabel 4.43 Nama Terminal dan Jenis Pelayanan Teminal Jenis Pelayanan Batu Ampar Angkutan Umum Balikpapan-Samarinda (Bus) Balikpapan-Bontang (Bus) Balikpapan-Banjarmasin(Bus) Balikpapan-Sepaku/Semoi (Mini Bus) Damai Angkutan Umum Balikpapan-Handil II (Mini Bus) Sumber : Balikpapan Dalam Angka, Tahun 2014. d. Angkutan Sungai Berdasarkan data Balikpapan Dalam Angka 2014, untuk melayani transportasi sungai, Kota Balikpapan memiliki 42 (empat puluh dua) kapal motor dan 99 speed boat. Pelayanan angkutan sungai melalui pelabuhan yang ada di kota Balikpapan seperti pelabuhan Sungai Wain, Pelabuhan Speed Baru Tengah, Pelabuhan Rakyat Margasari, Pelabuhan Speed di Semayang dan Pelabuhan Sungai Manggar. Gambar 4.37 Sarana Transportasi Sungai Kota Balikpapan
  • 59. 4-59 4.3.5 Sarana dan Prasarana A. Sarana Sanitasi / Sarana Pengolahan Air Limbah Terdapat 3 (tiga) instalasi pengolah limbah di Kota Balikpapan, yaitu: 1. Instalasi Pengolah Lumpur Tinja (IPLT) yang berada di TPA Manggar, Kecamatan Balikpapan Timur. IPLT dibangun di TPA Manggar untuk mengolah lumpur tinja dari septic tank. Lumpur tinja dari septic tank dibawa ke IPLT dengan menggunakan truk tinja. Kota Balikpapan memiliki satu unit truk tinja, tetapi sudah tidak dapat beroperasi lagi karena rusak. Sedangkan truk tinja yang beroperasi di Balikpapan adalah milik swasta. Belum diketahui dengan pasti nama pemilik/pengusaha truk tinja dan jumlah yang pasti beroperasi di Balikpapan. 2. Instalasi Pengolah Air Lindi yang berada di TPA Manggar Kecamatan balikpapan Timur 3. Instalasi Pengolah Air Limbah (IPAL) yang berada di Kelurahan Margasari Kecamatan Balikpapan Barat, terpusat dibangun melalui Kalimantan Urban Development Project (KUDP) di danai oleh Bank Dunia (IBRD — Loan 3854 — IND). Gambar 4.38 Fasilitas IPAL Margasari Instalasi ini mulai dioperasikan pada bulan September 2002 dengan jumlah jam operasi selama 24 jam/hari dengan volume limbah yang masuk mencapai ± 250 m3/hr. Standar mutu air olahan (effluent) yang digunakan dalam perencanaan adalah SK Gubernur Kalimantan Timur Tahun 1995 mengenai Kualitas Air Buangan Kelas C. Limbah yang diolah dalam IPAL ini adalah limbah padat cair yang berasal dari WC, kamar mandi, dan dapur.
  • 60. 4-60 Ketiga instalasi pengolah limbah di atas, dikelola oleh dua institusi yang berbeda. IPLT dan IPAL Sampah dikelola oleh Dinas Kebersihan, Pertamanan dan Pemakaman (DKPP) Kota Balikpapan. Sedangkan pengelolaan sistem air limbah terpusat dan IPAL Margasari dilakukan oleh PDAM Kota Balikpapan. Jumlah sambungan rumah yang telah terlayani dengan sistem on site sebanyak 168 sambungan rumah yaitu di Perumahan Total melayani 48 sambungan rumah, Chevron sebanyak 50 rumah, dan Vilabeta yang mengelola air limbah dari 50 rumah. Sedangkan untuk sistem off site yang saat ini hanya ada di Margasari hanya melayani 1.361 KK. C. Sarana Persampahan Pada saat ini pengelolaan sampah di Kota Balikpapan dikelola oleh DKPP. Tapi sebagian besar sampah masih dibuang secara langsung ke sungai-sungai, ditanam maupun dibakar. Pengelolaan sampah di Kota Balikpapan, khususnya di kawasan yang merupakan pusat-pusat perkotaan dilakukan dengan proses berikut: 1. Proses pengumpulan sampah Proses pengumpulan sampah dilakukan baik secara individual maupun secara komunal melalui bak-bak penampungan yang di sediakan di setiap unit lingkungan perumahan maupun pada unit kegiatan komersial dan perkantoran. Proses pengumpulan sampah ini dapat dilakukan dengan sistem door to door dengan menggunakan gerobak sampah yang selanjutnya dikumpulkan di bak-bak penampungan yang pelaksanaannya dapat dilakukan oleh masing-masing unit lingkungan. Proses ini telah berjalan dengan baik, khususnya di lingkungan perumahan seperti Kompleks Perumahan Pemerintah Kota, Kompleks Perumahan Balikpapan Baru, Perumahan Korpri, dan lain-lain.
  • 61. 4-61 2. Proses pengangkutan sampah ke TPS/TPA Proses pengangkutan sampah dilakukan dari bak-bak penampungan ke TPS atau Transfer Depo, selanjutnya diangkut dengan menggunakan truck/dump truck menuju TPA. TPA yang masih layak digunakan untuk menampung sampah buangan rumah tangga di Kota Balikpapan berada di Kelurahan Manggar Baru. Berikut data fasilitas persampahan kota Balikpapan Tabel 4.44 Jumlah TPS Sarana Angkutan Gerobak No Kecamatan TPS Transfe r Depo TPS Pejalan Kaki Container (m3) Geroba kKayu Keramik & Bata 1 Balikpapan Timur & Selatan 5 175 3 - 56 67 2 Balikpapan Utara & Tengah 5 87 1 - 39 16 3 Balikpapan Barat 3 25 2 45 17 52 Jumlah 13 287 6 45 112 135 Sumber : Buku Putih Sanitasi Kota Balikpapan Tahun 2010 D. Drainase Terdapat 86 (delapan puluh enam) saluran atau sungai yang langsung bermuara di teluk Balikpapan atau di Selat Makasar yang melayani pamatusan kota Balikpapan. Tidak ada saluran primer drainase buatan yang dibuat khusus untuk mengalirkan air pematusan dan air buangan keluar daerah perkotaan. Semua saluran primer drainase yang ada sekarang merupakan saluran alam yang disesuaikan untuk kebutuhan saluran drainase. Karena berasal dari saluran alam maka sebagian besar trase saluran berbelok-belok (meandering), baik yang berada pada daerah datar maupun yang berada pada daerah yang mempunyai kemiringan tinggi. Jaringan sistem drainase kota Balikpapan belum tertata dengan baik dalam hal hirarki dan fungsinya. Apabila dilihat dari kondsi fisik saluran yang ada, masih memanfaatkan saluran yang ada dengan penampang saluran sempit dan tak beraturan serta dipenuhi tumbuhan liar. Sifat tanah setempat yang rawan terhadap erosi, sehingga mudah terbentuk alur yang berbelok-belok. Kemiringan curam di daerah hulu dan di daerah perbukitan mengasilkan kecepatan tinggi (aliran kritis) ditambah dengan perkembangan kota dengan pembukaan lahan untuk permukiman dengan cara pengeprasan perbukitan. Hal ini akan berdampak pada lingkungan yaitu meningkatkan erosi permukaan dan menyebabkan angkutan sedimentasi pada saluran dan sungai semakin bertambah. Selanjutnya pengendapan sedimen mengakibatkan
  • 62. 4-62 pendangkalan sengai dan saluran-saluran alam, sehingga tidak mampu lagi menampung limpasan hujan. Gambar 4.39 Kondisi Saluran Drainase Kota Balikpapan Adapun Sungai-sungai besar yang ada di kota Balikpapan adalah sebagai berikut : Tabel 4.45 Daftar Sungai di Kota Balikpapan No Nama Sungai Wilayah Administrasi Panjang (m) 1 S. Wain Balikpapan Barat 11.200 2 S. Somber Balikpapan Barat 7.100 3 S. Klandasan Kecil Balikpapan Selatan 3.800 4 S. Klandasan Besar / Ampal Balikpapan Selatan 4.900 5. S. Sepinggan Balikpapan Selatan 5.600 6. S. Batakan Kecil Balikpapan Timur 5.100 7. S. Batakan Besar Balikpapan Timur 9.500 8. S. Manggar Kecil Balikpapan Timur 7.200 9. S. Manggar Besar Balikpapan Timur 19.400 10. S. Lamaru Balikpapan Timur 2.300 11. S. Ajiraden Balikpapan Timur 2.100 12. S. Teritip Balikpapan Timur 4.200 13. S. Selok Api Balikpapan Timur 6.700 Sumber : Buku Putih Sanitasi Kota Balikpapan Tahun 2010 Kondisi umum saluran/sungai yang ada di Kota Balikpapan adalah sebagai berikut : 1. Sungai-sungai yang ada di wilayah Kota Balikpapan difungsikan sebagai pembuangan akhir sistem drainase, sebagai saluran primer atau saluran sekunder. 2. Secara umum dapat dikatakan bahwa sistem drainase kota belum memadai ditinjau dari segi jumlah (panjang) saluran yang dibutuhkan, kapasitas saluran dan kondisi salurannya.
  • 63. 4-63 3. Drainase Primer adalah aliran-aliran sungai utama yang ada di Balikpapan yaitu: Sungai Pandan Sari, Klandasan Kecil, Sungai Klandasan Besar / Ampal, Sungai Sepinggan, Sungai Batakan, Sungai Manggar Kecil, Sungai Lamaru, Sungai Ajiraden, Sungai Teritip, Sungai Selok Api. 4. Drainase Sekunder adalah wadah pengaliran dari drainase tersier sebelum ke drainase Primer. Drainase sekunder tersebut dapat berupa anak-anak sungai dari drainase primer. 5. Drainase Tersier adalah drainase yang merupakan wadah pengaliran yang umumnya merupakan saluran pembuangan limbah rumah tangga yang berada di lingkungan pemukiman maupun perkotaan. 6. Wilayah perumahan, perkantoran atau pertokoan belum semuanya memiliki sistem drainase tersier yang baik dan mencukupi untuk menampung dan mengalirkan limpasan hujan. 7. Pemeliharaan saluran kurang mendapat perhatian dari masyarakat sekitarnya. Hal ini terlihat dari banyaknya pasir dan sampah yang mengurangi fungsi saluran. E. Listrik Listrik menjadi salah satu penopang berjalannya roda pembangunan Kota Balikpapan. Sebagian besar kebutuhan listrik Kota Balikpapan, baik untuk rumah tangga maupun untuk usaha masih dipasok oleh PLN. Selama Tahun 2013, tenaga listrik yang diproduksi sebesar 955.999.470 Kwh, jika dibandingkan dengan Tahun 2011 produksinya mengalami kenaikan sebesar 10,37%. Sedangkan tenaga listrik terjual 889.030.178 Kwh naik sebesar 11,90% dari tahun sebelumnya.
  • 64. 4-64 Gambar 4.40 Grafik Perkembangan Tenaga Listrik yang diproduksi dan Terjual Cabang Balikpapan, Tahun 2006 - 2013 F. Sarana Perekonomian Jumlah pasar di kota Balikpapan sebanyak 24 buah yang tersebar di 5 kecamatan dengan konsentrasi pasar terletak di Kecamatan Balikpapan Selatan dan Balikpapan barat yaitu sebanyak 9 pasar. Di Kota Balikpapan terdapat pasar modern dan pasar tradisional. Terdapat 10 pasar modern dan 14 pasar tradisional. Gambar 4.41 Sarana Perekonomian Kota Balikpapan
  • 65. 4-65 Sarana Pendidikan Sarana pendidikan di Kota Balikpapan tersedia mulai dari pendidikan Taman Kanan-Kanak (TK) sampai ke Perguruan Tinggi. Sektor pendidikan mengalami perkembangan setiap tahunnya, diindikasikan dengan penambahan jumlah murid yang diiringi dengan penambahan jumlah sekolah, jumlah guru dan jumlah kelas. Penambahan jumlah sekolah, guru dan kelas merupakan upaya pertama dari pemerintah dalam rangka pemerataan kesempatan mengenyam pendidikan bagi warga negara. Hal ini sesuai dengan amanat Undang-undang Dasar 1945 yang dijabarkan pada UU Pendidikan Nasional. Program wajib belajar pun disesuaikan dari 9 tahun menjadi 12 tahun. Tabel 4.46 Fasilitas Pendidikan TK s/d SMA di Kota Balikpapan Tahun 2013 No Tingkat Pendidikan Negeri Swasta Jumlah 1 TK 1 146 147 2 SD 138 57 195 3 SMP 24 45 69 4 SMA 15 37 52 Sumber : Balikpapan Dalam Angka Tahun 2014. Kota Balikpapan pada tahun 2013 memiliki 5 perguruan tinggi/akademi yang terdiri dari: 5 perguruan tinggi. Sedangkan akademi yang di tahun 2012 masih berjumlah 5 pada tahun 2013 sudah tidak ada. Semua perguruan tinggi yang ada di Kota Balikpapan diselenggarakan atau dikelola oleh pihak swasta. Tabel 4.47 Fasilitas Pendidikan Perguruan Tinggi/ Akademi dan Mahasiswa di Kota Balikpapan Tahun 2003/2004-2013/2014 Tahun Perguruan Tinggi Mahasiswa/ Akademi Mahasiswa/ Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan -1 -2 -3 -4 -5 -6 -7 2003 5 1 687 1 275 4 297 679 2004 5 1 585 1 645 5 528 883 2005 6 2 300 1 649 5 497 867
  • 66. 4-66 Tahun Perguruan Tinggi Mahasiswa/ Akademi Mahasiswa/ Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan 2006 6 3 098 1 916 5 107 403 2007 4 2 165 1 133 2 119 233 2008 5 2 803 1 975 6 697 1 358 2009 6 3 721 3 080 2 7 618 2010 9 1 2 328 2011 7 3 940 3 063 3 504 565 2012 5 3 374 3 218 5 634 819 2013 5 6 203 3 737 - - - Sumber: Balikpapan Dalam Angka Tahun 2014 G. Sarana Kesehatan Selama tahun 2013 pasien yang tercatat di Dinas Kesehatan sebanyak 169.088 orang dengan penyakit terbanyak diderita yaitu Nasofaringitis Akut (common cold) sebanyak 71.720 orang. Sementara itu fasilitas kesehatan yang berhasil dibangun sampai dengan tahun 2013 sebanyak 149 unit meliputi 8 Rumah Sakit (Negeri dan Swasta), 50 Balai pengobatan, 3 Rumah Sakit Bersalin, 19 Lab Klinik, 27 Puskesmas yang didukung oleh 14 Puskesmas Pembantu, 25 Puskesmas Keliling dan 3 Rumah Sakit Bersalin. Sedangkan fasilitasi pendukung kesehatan lainnya di Kota Balikpapan adalah 139 Apotek, 77 Toko Obat, dan 16 Farmasi. Gambar 4.42 Sarana Rumah Sakit Kota Balikpapan Tabel 4.48 Fasilitas Kesehatan di Kota Balikpapan Tahun 2013 No Kecamatan Rumah Sakit Puskesmas Pustu Balai Pengobatan BKIAUmum Negeri Swasta/ BUMN 1 Balikpapan Selatan 1 2 4 1 2 Balikpapan Timur - - 4 3
  • 67. 4-67 No Kecamatan Rumah Sakit Puskesmas Pustu Balai Pengobatan BKIAUmum Negeri Swasta/ BUMN 3 Balikpapan Utara 1 - 4 5 4 Balikpapan Tengah - 1 6 - 5 Balikpapan Barat - - 7 2 6 Balikpapan Kota 2 1 2 - Jumlah 4 4 27 11 Sumber: Balikpapan Dalam Angka Tahun 2014. H. Sarana Peribadatan Mayoritas agama yang dipeluk oleh penduduk Kota Balikpapan sebagaimana disampaikan diatas adalah agama Islam, oleh karenanya keberadaan tempat peribadatan di Kota Balikpapan mayoritas adalah tempat peribadatan umat Islam seperti mesjid, langgar, dan mushola. Mengenai jumlah fasilitas peribadatan di Kota Balikpapan menurut jenisnya dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 4.49 Jumlah Tempat Peribadatan di Kota Balikpapan Tahun 2013 No Jenis Tempat Peribadatan Jumlah 1 Mesjid 347 2 Langgar 283 3 Gereja 113 4 Kelenteng 1 5 Pura 2 6 Vihara 7 7 Musholla 136 Jumlah 889 Sumber: Balikpapan Dalam Angka Tahun 2014. I. Sarana Sosial : Olahraga Di kota Balikpapan juga banyak terdapat fasilitas olah raga baik outdoor maupun indoor. Fasilitas olah raga tersebut baik milik pemerintah kota maupun milik swasta. Berbagai jenis fasilitas olahraga ini untuk memfasilitasi berbagai cabang olah raga yang ada.
  • 68. 4-68 Salah satu fasilitas olahraga indoor di Kota Balikpapan yang populer adalah Dome Balikpapan. Dome Balikpapan, merupakan julukan Gedung Olahraga dan Promosi yang dibangun oleh Pemerintah Kota Balikpapan. Gedung ini yang berada di Jl. Syarifuddin Yoes Balikpapan ini dibagian atapnya merupakan kubah besar (dome). Gedung olahraga dan Promosi kebanggaan warga Balikpapan ini juga dikenal dengan nama Balikpapan Sport and Convention Center (BSCC). Kota Balikpapan juga sedang membangun stadion olah raga (outdoor) yang berstandar internasional di Kawasan Manggar. 4.3.6 Perekonomian 1. PDRB Harga Berlaku Di antara sektor–sektor pembentuk PDRB di Kota Balikpapan, bahwa kontribusi sektor Bangunan dan sektor Perdagangan, Hotel dan restoran memberikan kontribusi yang besar bagi pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Kota Balikpapan, perkembangan kedua sektor tersebut menunjukan bahwa kota Balikpapan sedang giat membangun yang mengindikasi meningkatnya pertumbuhan perekonomian di Balikpapan dengan kata lain semakin menggeliatnya perkembangan perekonomian kota. Sektor bangunan merupakan sektor yang mengalami kenaikan Berdasarkan Harga berlaku, pada tahun 2013 sektor ini mempunyai nilai sebesar Rp.10.961.496,08 juta, sektor ini mengalami pertumbuhan sebesar 37,69% dari tahun sebelumnya sebesar 35,43%. Diproyeksi nilai sektor ini pada tahun 2014 dan 2015 sebesar Rp. 12,014,875,43 juta, dan Rp. 13,430,324,17 juta. Sektor Perdagangan Hotel dan restoran pada tahun 2013 mempunyai nilai sebesar Rp. 8.302.663,84 Juta atau mengalami pertumbuhan sebesar 28,55% dari tahun sebelumnya sebesar 29,62% dan di proyeksikan nilai sektor ini pada tahun 2014 dan 2015 sebesar Rp. 8,911,410,27 Juta dan Rp. 9,495,018,41. Juta. Sektor ketiga penyumbang PDRB kota Balikpapan adalah sektor pengangkutan dan komunikasi tahun 2013 adalah sebesar 4.155.198,64 juta rupiah, sehingga andilnya mencapai 14,29 % Sektor ini mengalami pertumbuhan setiap tahunnya dan cenderung stabil dengan pertumbuhan rata-rata dari tahun 2008-2013 sebesar 14,38 %. Apabila dilihat dari komponen penyusunnya, Nilai Tambah Bruto (NTB) yang disumbangkan dari sektor ini adalah berasal dari Sub Sektor Angkutan khususnya angkutan udara dimana sub sektor angkutan udara pada tahun 2013 memberi kontribusi kepada sektor pengangkutan dan telekomunikasi sebesar 3,86% dan proyeksi meningkat pada tahun 2014 dan 2015 sebesar 50,84% dan 53,29%.
  • 69. 4-69 2. PDRB Harga Konstan Sama halnya dengan PDRB harga berlaku, sampai dengan tahun 2013 sektor Bangunan dan sektor Perdagangan, Hotel dan restoran masih merupakan sektor dominan dalam pembentukan PDRB di Kota Balikpapan dengan peranannya sekitar 23,20% dan 26,64% berdasarkan harga konstan. Pada urutan ketiga adalah sektor angkutan dan komunikasi dengan peranannya sebesar 14,29%. Secara keseluruhan PDRB berdasarkan harga konstan pada tahun 2013 sebesar Rp. 18.779.453,86 juta atau mengalami pertumbuhan sebesar 7,06%. Diproyeksikan pada tahun 2014 PDRB Kota Balikpapan berdasarkan harga Konstan sebesar 19,321,404,34 juta rupiah pada tahun 2015 sebesar 20,165,003,41juta rupiah. 4.4 GAMBARAN UMUM KOTA BONTANG 4.4.1 Administrasi dan Geografi Kota Bontang merupakan salah satu kota di Provinsi Kalimantang Timur yang terletak sekitar 120 km dari Kota Samarinda Ibukota Provinsi Kalimantan Timur. Kota Bontang terletak diantara 0001’ Lintang Utara – 0012’ Lintang Utara dan 117028’ Bujur Timur dengan luas wilayah seluas 49.757 ha yang didominasi oleh lautan, yaitu seluas 34.977 ha (70,30%) sedangkan wilayah daratannya hanya seluas 14.780 ha (29,70%). Wilayah Kota Bontang terletak di bagian tengah wilayah Provinsi Kalimantan Timur, berada di pesisir pantai timur. Batas wilayah Kota Bontang sebagai berikut :  Batas Utara : Kecamatan Teluk Pandan, Kabupaten Kutai Timur  Batas Timur : Selat Makassar  Batas Selatan : Kecamatan Marang Kayu, Kabupaten Kutai Kertanegara  Batas Barat : Kecamatan Teluk Pandan, Kabupaten Kutai Timur Wilayah administratif Kota Bontang terdiri dari 3 (tiga) Kecamatan yaitu Kecamatan Bontang Utara, Kecamatan Bontang Selatan dan Kecamatan Bontang Barat. Kecamatan Bontang Utara terdiri dari 6 Kelurahan yaitu Kelurahan Guntung, Kelurahan Loktuan, Kelurahan Gunung Elai, Kelurahan Api-api, Kelurahan Bontang Baru, dan Kelurahan Bontang Kuala. Kecamatan Bontang Selatan terdiri dari 6 Kelurahan yaitu Kelurahan Satimpo, Kelurahan Tanjung Laut, Kelurahan Berbas Pantai, Kelurahan Berebas Tengah, Kelurahan Tanjung Laut Indah dan Kelurahan Bontang Lestari. Kecamatan Bontang Barat terdiri dari 3 Kelurahan yaitu Kelurahan Belimbing, Kelurahan Gunung Telihan dan Kelurahan Kanaan. Berdasarkan prosentasi tersebut wilayah adimistratif berdasarkan Kecamatan bahwa Kecamatan Bontang Selatan memiliki
  • 70. 4-70 luasan terbesar 10.440 ha di bandingkan Kecamatan Bontang Utara 2.620 ha dan Bontang Barat 1.720 ha. Gambar 4.43 Prosentasi Luas Wilayah Administratif Kota Bontang Berdasarkan Kecamatan Gambar 4.44 Peta Administrasi Kota Bontang
  • 71. 4-71 4.4.2 Kondisi Fisik Dasar A. Morfologi dan Topografi Morfologi wilayah Kota Bontang berupa permukaan tanah yang datar, landai dan berbukit dan bergelombang. Topografi kawasan Bontang memiliki ketinggian antara 1-120 meter dpl dengan kemiringan lereng yang bervariasi dari Pantai Timur dan Selatan hingga bagian Barat. Kemiringan lahan Kota Bontang dengan kemiringan 0-2% (datar) mempunyai luasan 7.211 ha atau 48,79 %. Kemiringan lahan bergelombang (3-15%) seluas 4.001 ha atau 27,07%. Proporsi luas lahan dengan kemiringan yang curam (16-40%) hampir sama dengan yang bergelombang yaitu 24,14 % atau 3.568 ha. Tabel 4.50 Luas Kemiringan Lahan (Rata-rata) Kota Bontang
  • 73. 4-73 Gambar 4.46 Peta Kemiringan Lereng Kota Bontang B. Geologi Ditinjau dari aspek geologi, Kota Bontang termasuk dalam sub bagian cekungan Kutai dengan batas fisik di sebelah Timur Selat Makasar, sebelah Selatan Sungai Santan, sebelah Barat Gunung Lobang Batik dan sebelah Utara Sungai Temputuk. Dari aspek litologi, formasi batuan di Kota Bontang terdiri dari : - Endapan Alluvium, yang tersusun oleh kerakal, kerikil, lempung, dan lumpur sebagai endapan sungai, rawa, pantai dan delta. - Formasi Kampung baru, yang tersusun atas batu pasir kuarsa dengan sisipan lempung, lanau dan serpih dengan sifat lunak dan mudah hancur. Formasi ini memiliki aquifer potensial di daerah Bontang dengan jenis batuan yang bertindak sebagai aquifer berupa kerikil, pasir kuarsa yang bersifat lepas, batu pasir dan pasir lempung. - Formasi Balikpapan, yang terdiri atas perselingan batu pasir kuarsa, batu lempung lanauan dan serpih dengan sisipan napal, batu gamping dan batu bara. Formasi Balikpapan merupakan formasi terbesar di Kawasan Pesisir Bontang dengan arah Utara Selatan. - Formasi Pulau balang, merupakan perselingan batu pasir kuarsa, batu pasir dan batu lempung dengan sisipan batu bara.
  • 74. 4-74 - Formasi Bebulu, merupakan formasi batuan kecil-kecil di Kawasan Pesisir Bontang yang tersusun atas batu gamping dengan sisipan lempung, lanauan dan sedikit napal. - Formasi Pamaluan, tersusun atas batu lempung dan serpih dengan sedikit napal, batu pasir dan batu gamping. Jenis tanah didominasi oleh podsolid merah kuning, aluvial dan komplek latosol. Jenis tanah ini memiliki lapisan kuning (top soid) yang tipis, peka erosi dan miskin unsur hara. Untuk pemanfaatan lahan pertanian dan perkebunan dibutuhkan pengolahan awal berupa perbaikan tanah (soil stabilization) dan pengamanan hutan, sehingga kestabilan tanah dan ketersediaan air tanah tetap terjaga. Gambar 4.47 Jenis Tanah Padsolik Merah Kuning di Kota Bontang Gambar 4.48 Peta Geologi Kota Bontang
  • 75. 4-75 Gambar 4.49 Peta Jenis Tanah Kota Bontang C. Geohidrologi Daerah Aliran Sungai (DAS) yang menempati wilayah Kota Bontang merupakan bagian dari Sub DAS Santan Ilir. Sungai-sungai yang mengalir di wilayah adalah Sungai Guntung, Sungai Bontang, Sungai Busuh, Sungai Nyerakat Kanan dan Sungai Nyerakat Kiri yang semuanya bermuara di Selat Makasar. Sungai-sungai tersebut berhulu di bagian barat wilayah Kota Bontang atau di wilayah Kabupaten Kutai Timur. Sungai-sungai tersebut juga mengalirkan air yang berasal dari mata air, terutama air yang keluar dari batuan pasir halus, pasir kasar dan lempung pasiran yang berasal dari formasi Balikpapan. Secara administratif DAS Bontang terletak di Kecamatan Sangatta Kabupaten Kutai Timur (DAS Bontang hulu), Kecamatan Bontang Barat (DAS Bontang Tengah), Kecamatan Bontang Selatan (DAS Bontang Tengah), Kecamatan Bontang Utara (DAS Bontang Tengah) dan Kecamatan Bontang Baru (DAS Bontang Hilir). DAS Bontang memiliki luas 59,710 km2 dan panjang sungai utama 41,173 km dengan alur berkelok-kelok (meandering). DAS Bontang yang melintasi Kota Bontang memiliki luas kurang lebih 300 Km2 dan panjang sungai utama 17 km.
  • 76. 4-76 Tabel 4.51 Sistem Hidrologi (DAS) di Kota Bontang Wilayah Kota Bontang terletak di daerah khatulistiwa sehingga memiliki iklim tropis basah dengan ciri-ciri khas hujan terjadi disepanjang tahun dengan suhu rata-rata 240 -330C. Oleh karena itu, di wilayah ini hampir tidak memiliki perbedaan pergantian musim hujan dan kemarau. Gambar 4.50 Kondisi DAS Bontang Gambar 4.51 Kondisi Hidrologi (DAS) di Kota Bontang