2. BAB I
KAJIAN TEORI
1. Konsep Dasar Perekonomian Islam
Konsep dasar ekonomi Islam berangkat dari
pemahaman secara utuh dan mendalam terhadap filsafat
ekonomi Islam. Karena implikasi dari asas filsafat ini dapat
dijadikan sebagai kerangka konstruksi sosial dan tingkah
laku sistem, yaitu tentang organisasi
kepemilikan, pembatasan tingkah laku individual dan
norma pelaku ekonomi.
3. Nilai-nilai dasar daripada sistem
ekonomi Islam adalah
1. Nilai dasar kepemilikan. Kekhasan konsep Islam mengenai
kepemilikan ini terletak pada kenyataan bahwa dalam
Islam, legitimasi kepemilikan itu tergantung pada moral
2. Keseimbangan. Merupakan nilai dasar yang pengaruhnya
terlihat pada berbagai aspek tingkah laku ekonomi
muslim, misalnya kesederhanaan (moderation), hemat
(parsimony) dan menjauhi sifat pemborosan (extravagance).
3. Keadilan Sosial. Al-Qur’an merujuk pada konsep keadilan
yang merupakan istilah ketiga di antara istilah-istilah yang
paling sering digunakan setelah “Allah” dan “Ilmu
Pengetahuan”. Boleh jadi keadilan dianggap sebagai konsep
yang lebih luas dimana keadilan sosial memperoleh
kedudukan utama.
4. BAB III
KONSEP UANG DAN
SEJARAH KEBIJAKAN MONETER ISLAMI
A. PERANAN UANG DALAM EKONOMI
1. Uang
Dalam ekonomi, uang di definisikan sebagai “anything that
is
generally accepted as a medium of exchange” atau segala
sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai alat bantu
dalam pertukaran
2. Fungsi Uang
Uang pada dasarnya berfungsi sebagai alat transaksi yang
berguna sebagai refleksi dari nilai sebuah barang atau jasa
5. • Fungsi utama uang dalam teori ekonomi
konvensional adalah :
1. Sebagai alat tukar (medium of exchange) uang dapat
digunakan sebagai alat untuk mempermudah pertukaran.
2. Sebagai alat kesatuan hitung (unit of Account) untuk
menentukan nilai/ harga sejenis barang dan sebagai
perbandingan harga satu barang dengan barang lain.
3. Sebagai alat penyimpan/penimbun kekayaan (Store of
Value) dapat dalam bentuk uang atau barang.
6. 3. Teori Perilaku Uang
1. Teori Moneter Klasik. Teori permintaan uang klasik
tercermin dalam teori kuantitas uang (MV = PT).
Keberadaan uang tidak dipengaruhi oleh suku bunga, tetapi
ditentukan oleh kecepatan perputaran uang tersebut.
2. Teori Keynes. Menurut Keynes, motif seseorang untuk
memegang uang ada tiga tujuan yaitu: Transaction
motive, Precautionary motive (keperluan berjaga-jaga) dan
Speculative motive. Motif transaksi dan berjaga-jaga
ditentukan oleh tingkat pendapatan, sedangkan motif
spekulasi ditentukan oleh tingkat suku bunga.
3. Konsep Time Value of Money. Dua hal yang menjadi
alasan munculnya konsep ini adalah : presence of inflation
dan preference present consumption to future consumption.
7. 4. Teori Economic Value Of Time Vs Time
Value Of Money
Teori konvensional meyakini bahwa uang saat ini lebih
bernilai dibanding uang di masa depan (time value of money).
Teori ini berangkat dari pemahaman bahwa uang adalah
sesuatu yang sangat berharga dan dapat berkembang dalam
suatu waktu tertentu. Dengan memegang uang orang
dihadapkan pada risiko berkurangnya nilai uang akibat inflasi.
Sedangkan jika menyimpan uang dalam bentuk surat
berharga, pemilik uang akan mendapatkan bunga yang
diperkirakan diatas inflasi yang terjadi.
8. B. Perspektif Uang dalam Ekonomi
Islam
1. Pengertian Uang Menurut Ekonomi Islam
Uang dalam bahasa Arab disebut “Maal”, asal katanya
berarti condong, yang berarti menyondongkan mereka
kearah yang menarik, dimana uang sendiri mempunyai daya
penarik, yang terbuat dari logam misalnya-
tembaga, emas, dan perak.
2. Fungsi Uang dalam Ekonomi Syariah
1. Dalam penggunaannya sebagai alat pembayaran atau
media untuk pertukaran dalam melaksanakan transaksi
ekonomi, maka penggunaan uang sejalan dengan konsep
ekonomi syariah.
2. Dalam penggunaannya sebagai sarana untuk menyimpan
nilai maka penggunaan uang tidak bertentangan dengan
konsep ekonomi syariah, selama uang tersebut masih bisa
dipergunakan dalam kegiatan transaksi perniagaan.
9. Perbedaannya adalah ekonomi konvensional menambah
satu fungsi lagi yaitu Spekulasi. spekulasi sama sekali
bertentangan dengan Syariah Islam, baik karena spekulasi
tersebut tidak disukai maupun karena spekulasi umumnya
berkaitan dengan menghalangi terjadinya mekanisme
pasar yang wajar guna mendapatkan fluktuasi harga yang
abnormal. Spekulasi juga mengakibatkan ketidak stabilan
nilai dari mata uang itu sendiri karena fluktuasi harga pada
hakekatnya adalah fluktuasi nilai (daya beli) dari uang itu
sendiri.
10. BAB III
KEBIJAKAN MONETER DALAM
EKONOMI ISLAM
1. Pengertian Kebijakan Moneter
Kebijakan Moneter adalah kebijakan pemerintah untuk
memperbaiki keadaan perekonomian melalui pengaturan
jumlah uang beredar. Untuk mengatasi krisis ekonomi yang
hingga kini masih terus berlangsung. Bila dicermati, krisis
ekonomi yang melanda Indonesia, juga belahan dunia
lain, sesungguhnya dipicu oleh dua sebab utama, yang
semuanya terkait dengan masalah uang.
11. Dua sebab utama krisis ekonomi :
1. persoalan mata uang, dimana nilai mata uang suatu negara
saat ini pasti terikat dengan mata uang negara lain
(misalnya rupiah terhadap dolar AS), tidak pada dirinya
sendiri sedemikian sehingga nilainya tidak pernah stabil
karena bila nilai mata uang tertentu bergejolak, pasti akan
mempengaruhi kestabilan mata uang tersebut.
2. kenyataan bahwa uang tidak lagi dijadikan sebagai alat
tukar saja, tapi juga sebagai komoditi yang diperdagangkan
(dalam bursa valuta asing) dan ditarik keuntungan (interest)
alias bunga atau riba dari setiap transaksi peminjaman atau
penyimpanan uang.
12. Persoalan kedua relatif bisa selesai andai saja semua bentuk
transaksi yang di dalamnya terdapat unsur riba dinyatakan
dilarang. Lembaga keuangan syariah, termasuk bank
syariah, menjadi satu-satunya anak tunggal yang sah
beroperasi di negeri ini menggantikan bank-bank
konvensional.
Sementara itu, persoalan pertama diatasi dengan cara
mengkaji ulang mata uang kertas yng selama beberapa puluh
tahun terakhir diterima begitu saja tanpa reserve (taken for
granted), seolah tidak ada persoalan di dalamnya. Berapa
banyak diantara kita yang menyangka bahwa uang kertas
yang setiap hari ada di kantong kita menyimpan sebuah
persoalan begitu mendasar?
13. 2. Instrumen-instrumen Kebijakan
Moneter dalam Konvensional dan
Syari’ah.
Instrumen-instrumen pokok dari kebijakan moneter dalam
teori konvensional antara lain adalah:
1. Kebijakan Pasar terbuka. (Open Market Operation).
Kebijakan membeli atau menjual surat berharga atau
obligasi di pasar terbuka.
2. Penentuan Cadangan Wajib Minimum. (Reserve
Requirement). Bank sentral umumnya menentukan angka
rasio minimum antara uang tunai (reserve) dengan
kewajiban giral bank (demand deposits), yang biasa disebut
minimum legal reserve ratio
3. Penentuan Discount Rate. Bank sentral merupakan sumber
dana bagi bank-bank umum atau komersial dan sebagai
sumber dana yang terakhir (the last lender resort).
4. Moral Suasion atau Kebijakan Bank Sentral yang bersifat
persuasif berupa himbauan/bujukan moral kepada bank.
14. Adapun instrumen moneter syariah adalah hukum syariah.
Hampir semua instrumen moneter pelaksanaan kebijakan
moneter konvensional maupun surat berharga yang menjadi
underlying-nya mengandung unsur bunga. Oleh karena itu
instrumen-instrumen konvensional yang mengandung unsur
bunga (bank rates, discount rate, open market operation
dengan sekuritas bunga tidak dapat digunakan pada
pelaksanaan kebijakan moneter berbasis Islam. . Tetapi
sejumlah instrument kebijakan moneter konvensional
menurut sejumlah pakar ekonomi Islam masih dapat
digunakan untuk mengontrol uang dan kredit, seperti Reserve
Requirement, overall and selecting credit ceiling, moral
suasion and change in monetary base.
15. Secara mendasar, terdapat beberapa instrumen kebijakan
moneter dalam ekonomi Islam, antara lain :
1. Reserve Ratio adalah suatu presentase tertentu dari
simpanan bank yang harus dipegang oleh bank sentral.
2. Moral Suassion adalah Bank sentral dapat membujuk
bank-bank untuk meningkatkan permintaan kredit sebagai
tanggung jawab mereka ketika ekonomi berada dalam
keadaan depresi.
3. Lending Ratio adalah Dalam ekonomi Islam, tidak ada
istilah Lending (meminjamkan), lending ratio dalam hal ini
berarti Qardhul Hasan (pinjaman kebaikan).
16. 4. Refinance Ratio adalah Adalah sejumlah proporsi dari
pinjaman bebas bunga. Ketika refinance ratio
meningkat, pembiayaan yang diberikan meningkat, dan ketika
refinance ratio turun, bank komersial harus hati-hati karena
mereka tidak di dorong untuk memberikan pinjaman.
5. Profit Sharing Ratio adalah Ratio bagi keuntungan (profit
sharing ratio) harus ditentukan sebelum memulai suatu
bisnis. Bank sentral dapat menggunakan profit sharing ratio
sebagai instrumen moneter, dimana ketika bank sentral ingin
meningkatkan jumlah uang beredar, maka ratio keuntungan
untuk nasabah akan ditingkatkan.
6. Islamic Sukuk adalah obligasi pemerintah, di mana ketika
terjadi inflasi, pemerintah akanmengeluarkan sukuk lebih
banyak sehingga uang akan mengalir ke bank sentral dan
jumlah uang beredar akan tereduksi. Jadi sukuk memiliki
kapasitas untuk menaikkan atau menurunkan jumlah uang
beredar. Government Investment Certificate.
17. Saat ini terdapat beberapa bank sentral, baik yang
menggunakan single banking (bank Islam saja) maupun dual
banking system yang telah menciptakan dan menggunakan
instrumen pengendalian moneter ataupun menggunakan surat
berharga dengan underlying pada transaksi-transaksi syariah.
Prinsip transaksi syariah yang digunakan antara lain adalah
1. Prinsip Wadiah Digunakan di Indonesia berupa Sertifikat
Wadiah Bank Indonesia (SWBI)
2. Prinsip Musyarakah Negara yang menggunakan mekanisme
ini adalah Sudan yang dikenal sebagai Government
Musharakah Certificate (GMC) dan Central Bank Musharakah
Certificate (CMC).
3. Prinsip Mudharabah Negara yang menggunakan adalah
Republik Iran dikenal dengan National Participation Paper
(NPP)
4. Prinsip Al Ijarah Instrumen pengendalian moneter yang
digunakan antara lain Sukuk Al Ijarah
18. 3. Strategi Kebijakan Ekonomi Islam
Permintaan terhadap uang karena motif spekulatif pada
dasarnya didorong oleh fluktuasi suku bunga pada
perekonomian kapitalis. Suatu penurunan dalam suku bunga
dibarengi dengan harapan tentang kenaikannya akan
mendorong individu dan perusahaan untuk meningkatkan
jumlah uang yang dipegang.
Penghapusan bunga dan kewajiban membayar zakat dengan
laju 2,5 persen per tahun tidak saja akan meminimalkan
permintaan spekulatif terhadap uang dan mengurangi efek
suku bunga ”terkunci”, tetapi juga akan memberikan stabilitas
yang lebih besar bagi permintaan total terhadap uang.
19. Hal ini lebih jauh akan diperkuat oleh sejumlah faktor antara
lain sebagai berikut :
1. Aset pembawa bunga tidak akan tersedia dalam sebuah
perekonomian Islam, sehingga orang yang hanya
memegang dana likuid menghadapi pilihan apakah tidak
mau terlibat dengan resiko dan tetap memegang uangnya
dalam bentuk cash tanpa memperolah keuntungan, atau
turut berbagi resiko dan menginvestasikan uangnya pada
aset bagi hasil sehingga mendapatkan keuntungan.
2. Peluang investasi jangka pendek dan panjang dengan
berbagai tingkatan resiko akan tersedia bagi para investor
tanpa memandang apakah mereka adalah pengambil resiko
tinggi atau rendah,
20. 3. Barangkali dapat diasumsikan bahwa --kecuali dalam
keadaan resesi-- tak akan ada pemegang dana yang cukup
irasional untuk menyimpan sisa uangnya setelah dikurangi
oleh keperluan-keperluan transaksi dan berjaga-jaga
selama ia dapat menggunakan sisanya yang menganggur
untuk melakukan investasi pada aset bagi hasil untuk
menggantikan paling tidak sebagian efek erosif zakat dan
inflasi, sejauh dimungkinkan dalam sebuah perekonomian
Islam.
4. Laju keuntungan --berbeda dari laju suku bunga-- tidak
akan ditentukan di depan
21. 4. Kebijakan Moneter Pada Masa
Rasulullah
Pada masa pemerintahan Nabi Muhammad SAW ini, kedua
mata uang tersebut diimpor, dinar dari Romawi dan dirham
dari Persia. . Besarnya volume dinar dan dirham yang
diimpor dan juga barang-barang komoditas bergantung
kepada volume komoditas yang diekspor ke dua negara
tersebut.
Karena tidak adanya pemberlakuan tarif dan bea masuk pada
barang impor, uang diimpor dalam jumlah yang cukup untuk
memenuhi permintaan internal.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pada awal
periode Islam, penawaran uang (money suply) terhadap
pendapatan , sangat elastis.
22. Ketika penduduk arab banyak yang memeluk agama
islam, jumlah populasi kaum muslimin berkembang dengan
pesat. Disamping itu, harta rampasan perang (ghonimah)
dibagikan kepada seluruh kaum muslimin, sehingga standar
hidup dan pendapatan mereka meningkat.
Berdasarkan semua ini, Nabi Muhammad SAW, melalui
kebijakan khususnya, meningkatkan kemampuan produksi dan
ketenaga kerjaan kaum muslimin secara terus menerus.
Keseluruhan faktor ini meningkatkan permintaan transaksi
terhadap uang dalam perekonomian periode awal islam.
Disamping itu, penawaran uang tetap elastis karena tidak ada
hambatan terhadap impor uang ketika permintaan terhadapnya
mengalami kenaikan. Disisi lain, ketika penawaran akan
naik, penawaran berlebih (exces supply) akan diubah secara
mudah menjadi ornament emas atau perak. Akibatnya, tidak ada
penawaran atau permintaan berlebih terhadap mata uang emas
dan perak sehinga pasar akan selalu tetap pada keseimbangan
(equilibrium). Oleh karena itu, nilai uang tetap stabil.
23. DAFTAR PUSTAKA
Al-Quran
A. Karim, Adiwarman, 2007, Ekonomi Makro Islami, Jakarta : PT
Raja Grafindo Persada.
Chapra, M. Umer, 2000, Sistem Ekonomi Islam. Jakarta: Gema
Insani.
Kajian Pengembangan Instrumen OPT Dalam Rangka Pelaksanaan
Pengendalian Moneter Melalui Perbankan Syariah, Direktorat
Pengembangan Moneter Bank Indonesia, 2006
Masyhuri, 2005, Teori Ekonomi Dalam Islam, Yogyakarta: Kreasi
Wacana,.
Muhammad, 2002, Kebijakan Fiskal dan Moneter Dalam Ekonomi
Islami, Jakarta: Penerbit Salemba Empat, Jakarta 2002