1. 1
MAKALAH
FARMAKOTERAPI
SKIZOFRENIA
DISUSUN OLEH :
Kelompok : II (Dua)
1. Andrean Revinaldy (12 01 01 003)
2. Annisa Gustina (12 01 01 005)
3. Deby Apriyanti (12 01 01 010)
4. Desi Trisiah (12 01 01 013)
5. Eka Sri Febriyanti (12 01 01 016)
6. Josafin Immanuel S. (12 01 01 025)
7. Lia Lestari (12 01 01 027)
8. M. May Endi (12 01 01 029)
9. Melsa Novi Daryanti (12 01 01 031)
10. Rena Apri Wulandari (12 01 01 040)
11. Sintya Lara Marista (12 01 01 046)
Kelas : S-1 Reg Far A
SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI (STIFI)
BHAKTI PERTIWI
PALEMBANG
2. 2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Skizofrenia dapat didefinisikan sebagai suatu sindrom dengan variasi
penyebab (banyak yang belum diketahui), dan perjalanan penyakit (tak selalu
bersifat kronis) yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada pengaruh
genetik, fisik, dan sosial budaya (Kaplan and Sadock, 2010).
Skizofrenia merupakan gangguan mental yang sangat berat. Penyakit ini
menyerang 4 sampai 7 dari 1000 orang (Saha et al, 2005). Skizofrenia biasanya
menyerang pasien dewasa yang berusia 15- 35 tahun. Diperkirakan terdapat 50
juta penderita di dunia, 50% dari penderita tidak menerima pengobatan yang
sesuai, dan 90% dari penderita yang tidak mendapat pengobatan tepat tersebut
terjadi di negara berkembang (WHO, 2011). Di Indonesia, prevalensi gangguan
jiwa berat (skizofrenia) sebesar 0,46%. Sulawesi Tengah menempati peringkat
pertama dari provinsi lain yang berada di Sulawesi dengan penderita skizofrenia
sebesar 0,53%. (RISKESDAS, 2008).
Skizofrenia biasanya berkembang pada masa remaja akhir atau dewasa
awal, tepat pada saat orang mulai keluar dari keluarga menuju dunia luar (Cowan
& Kandel, 2001; Harrop & Tower, 2001). Orang yang mengidap skizofrenia
semakin lama semakin terlepas dari masyarakat. Mereka gagal untuk berfungsi
sesuai peran yang diharapkan sebagai pelajar, pekerja, atau pasangan, dan
keluarga serta komunitas mereka menjadi kurang toleran terhadap perilaku
mereka yang menyimpang. Gangguan ini biasanya berkembang pada akhir masa
3. 3
remaja atau awal usia 20 tahun-an, pada masa di mana otak sudah mencapai
kematangan yang penuh. Pada sekitar tiga dari empat kasus, tanda-tanda pertama
dari skizofrenia tampak pada usia 25 tahun (Keith, Reiger & Rae, 1991).
1.2 Rumusan Masalah
a. Apakah pengertian skizofrenia ?
b. Apa saja etiologi, patofisiologi, gejala, klasifikasi, diagnosa dari
skizofrenia ?
c. Bagaimana terapi dan penatalaksanaan pasien skizofrenia ?
1.3 Tujuan
a. Untuk mengetahui pengertian skizofrenia.
b. Untuk mengetahui etiologi, patofisiologi, gejala, klasifikasi, diagnosa
dari skizofrenia
c. Untuk mengetahui bagaimana terapi dan penatalaksanaan pasien
skizofrenia.
4. 4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Skizofrenia
Skizofrenia berasal dari kata Yunani yang bermakna schizo artinya terbagi,
terpecah dan phrenia artinya pikiran. Jadi pikirannya terbagi atau terpecah.
(Rudyanto, 2007).
Menurut Eugene Bleuler, skizofrenia adalah suatu gambaran jiwa yang
terpecah belah, adanya keretakan atau disharmoni antara proses pikir, perasaan
dan perbuatan (Maramis, 1998 : 217).
Eugene Bleuler juga mengemukakan bahwa manifestasi primer skizofrenia
ialah gangguan pikiran, emosi menumpul dan terganggu. Ia menganggap bahwa
gangguan pikiran dan menumpulnya emosi sebagai gejala utama daripada
skizofrenia dan adanya halusinasi atau delusi (waham) merupakan gejala sekunder
atau tambahan terhadap ini (Lumbantobing, 2007).
2.2 Etiologi
Penyebab skizofrenia tidak diketahui. Kemungkinan besar, setidaknya ada 2
faktor risiko, yaitu genetik dan perinatal. Selain itu, faktor lingkungan sosial juga
dapat meningkatkan resiko penyakit ini.
a. Faktor genetik
Resiko skizofrenia meningkat pada keluarga biologis penderita
schizophrenia. Resiko schizophrenia di keluarga inti dari penderita skizofrenia
5. 5
adalah 10%. Jika kedua orang tua memiliki skizofrenia, resiko skizofrenia pada
anak mereka adalah 40%. Kesesuaian untuk skizofrenia adalah sekitar 10% untuk
kembar dizigot dan 40-50% untuk kembar monozigot.
b. Faktor perinatal
Wanita yang kekurangan gizi atau yang memiliki penyakit virus tertentu
selama kehamilan mereka mungkin berada pada resiko lebih besar melahirkan
anak yang kemudian mengembangkan skizofrenia.
c. Penggunaan Narkoba
Sebuah studi baru menunjukkan bahwa penggunaan ganja berat pada remaja
berusia 15-17 tahun dapat mempercepat timbulnya psikosis pada mereka yang
beresiko tinggi untuk pengembangan gangguan psikotik.
d. Epidemiologi
Amerika Serikat dan statistik internasional
Prevalensi seumur hidup skizofrenia secara umum telah diperkirakan sekitar
1% di seluruh dunia. Perkiraan prevalensi dari negara dianggap paling maju
secara signifikan lebih rendah dibandingkan dari negara digolongkan sebagai
negara berkembang atau dikembangkan.
e. Demografi usia
Timbulnya skizofrenia biasanya terjadi antara remaja akhir dan pertengahan
30-an. Untuk laki-laki, usia puncak onset untuk episode psikotik pertama adalah
pada awal dan pertangahan 20-an, untuk wanita, pada 20-an akhir. Pada awal 5-10
tahun penyakit dapat memuncak, tapi periode awal ini biasanya diikuti oleh
6. 6
banyak gejala. Gejala positif berlebihan dapat menimbulkan gejala kognitif dan
gejala negative.
f. Demografi jenis kelamin
Prevalensi skizofrenia sama pada pria dan wanita. Manifestasi klinis pada
wanita lebih rendah dibandingkan pria, ini disebabkan karena adanya pegaruh
antidopaninergik dari esterogen.
2.3 Patofisiologi
Patofisiologi skizofrenia adalah sebagai berikut :
a. Kelainan anatomi
Studi neuroimaging menunjukkan adanya perbedaan antara otak pasien
skizofrenia dan yang tidak mengidap skizofrenia. Misalnya, ventrikel yang agak
lebih besar, ada penurunan volume otak di daerah medial temporal, dan perubahan
terlihat pada hippocampus.
b. Kelainan sistem neurotransmitter
Diperkirakan terjadi pada skizofrenia. Obat antipsikotik yang efektif,
adaalah klorpromazin dan reserpin, yang secara struktural berbeda satu sama lain,
tetapi keduanya bersifat antidopaminergic. Obat-obatan yang mengurangi tingkat
penembakan dopamin mesolimbic D2 neuron yang antipsikotik, dan obat-obatan
yang merangsang neuron ini (misalnya, amfetamin) memperburuk gejala psikotik.
c. Peradangan dan fungsi kekebalan tubuh
Fungsi kekebalan terganggu dalam skizofrenia. Aktivitas berlebih dari
sistem kekebalan tubuh (misalnya, dari infeksi prenatal atau stres setelah
7. 7
melahirkan) dapat mengakibatkan kelebihan sitokin inflamasi dan perubahan
struktur dan fungsi otak.
2.4 Gejala
Gejala-gejala skizofrenia adalah sebagai berikut :
a. Gejala positif
Ialah gejala psikotik, seperti halusinasi, masalah pendengaran, delusi dan
bicara serta berperilaku tidak teratur.
b. Gejala negatif
Ialah penurunan emosi, sedikit berbicara (banyak diam), dan kehilangan
minat dan semangat serta memiliki inersia yang luar biasa.
c. Gejala kognitif
Ialah berkurangnya neurokognitif (misalnya, berkurangnya ingatan
(memori), perhatian dan berkurangnya fungsi eksekutif, seperti kemampuan untuk
mengatur dan menyimpulkan, pasien juga merasa sulit untuk memahami nuansa ,
syarat interpersonal dan hubungan.
d. Gejala mood
Ialah sering tampak ceria atau sedih dengan cara yang sulit dimengerti dan
sering mengalami depresi.
2.5 Klasifikasi
Menurut Manual Diagnostik dan Statistik Gangguan Mental, Edisi Keempat
(DSM-IV) Skizofrenia dapat dibedakan menjadi 5 tipe yaitu sebagai berikut :
8. 8
a. Tipe Disorganisasi (DSM-IV Hal. 288, 295.10)
Pada pasien ditemukan :
- Efek tumpul, ketolol-tololan atau tidak serasi
- Sering inkoheren
- Waham tidak sistematis, menyeringai dan manerisme yang aneh sangat
sering ditemui.
b. Tipe Katatonik (DSM-IV Hal. 289, 295.20)
Pasien mempunyai paling sedikit satu (atau kombinasi) dari beberapa
bentuk karatonia :
- Stupor katatonik atau mutisme : Pasien tidak berespons terhadap lingkungan
atau orang. Walaupun penampilan klinisnya demikian, pasien sering
menyadari hal-hal yang sedang berlangsung di sekitarnya.
- Negativesme katatonik : Pasien melawan semua perintah-perintah atau
usaha-usaha fisik untuk menggerakkan dirinya.
- Rigiditas katatonik : Pasien secara fisik sangat kaku.
- Postur katatonik : Pasien mempertahankan posisi yang tidak biasa atau aneh.
- Kegembiraan katatonik : Pasien sangat aktif dan gembira. Mungkin dapat
mengancam jiwanya (misal, karena kelelahan).
c. Tipe Paranoid (DSM-IV Hal. 287, 295.30)
Tipe ini paling stabil dan paling sering dan biasanya terjadi lebih lambat
dibandingkan dengan bentuk-bentuk skizofrenia lain. Pasien harus menunjukkan
danya waham yang konsisten, sering berupa waham paranoid, bisa atau tidak
bertindak terhadap waham tersebut. Pasien sering tidak kooperatif dan sulit untuk
9. 9
bekerjasama, dan dapat menjadi agresif, marah, atau ketakutan, tetapi pasien
jarang sekali memperlihatkan perilaku inkoheren atau disorganisasi.
d. Tipe yang Tidak Terdiferensiasi (DSM-IV Hal. 289, 295.90)
Pasien mempunyai halusinasi yang menonjol, waham, dan gejala-gejala
psikosis aktif yang menonjol (misal, kebingungan, inkoheren), tetapi tidak
terdapat gambaran spesifik tiga subtype sebelumnya.
e. Tipe Residual (DSM-IV Hal. 290, 295.60)
Pasien dalam keadaan remisi dari psikosis akut tetapi masih memperlihatkan
gejala-gejala residual (misal, penarikan diri secara sosial, afek datar atau tidak
serasi, perilaku eksentrik, asosiasi melonggar, dan pikiran tidak logis).
2.6 Diagnosa
Skizofrenia tidak terkait dengan hasil laboratorium yang khas.
Kriteria diagnostik :
Menurut Manual Diagnostik dan Statistik Gangguan Mental, Edisi Kelima,
(DSM-V), memenuhi kriteria untuk diagnosis skizofrenia, pasien harus
mengalami setidaknya 2 dari gejala berikut :
- Delusi
- Halusinasi
- Bicara tidak teratur
- Perilaku tidak terorganisir atau katatonik
- Gejala Negatif
10. 10
Setidaknya 1 dari gejala harus adanya delusi, halusinasi atau bicara tidak
teratur. Tanda-tanda gangguan tersebut terus menerus harus bertahan selama
minimal 6 bulan, di mana pasien harus mengalami setidaknya 1 bulan gejala aktif
(atau kurang jika berhasil diobati), dengan masalah kerusakan sosial atau
pekerjaan yang terjadi sangat sering. Masalah-masalah ini harus tidak disebabkan
kondisi lain.
2.7 Obat Golongan Antipsikotik
Obat golongan antipsikotik terbagi menjadi 2 generasi adalah sebagai
berikut :
a. Obat Golongan Antipskotik Generasi Pertama
Obat golongan antipskotik generasi pertama adalah sebagai berikut :
1) Klorpromazin Hidroklorida
Indikasi :
Skizofrenia dan psikosis lain, mania, terapi tambahan jangka pendek pada
ansietas berat, agitasi psikomotor, eksitasi dan perilaku kekerasan dan
impulsive yang berbahaya, antiemetik, penggunaan prabedah.
Kontra Indikasi :
Koma karena depresan SSP, depresi sumsum tulang belakang, hindari
feokromositoma, gangguan hepar dan ginjal berat.
Peringatan :
Penyakit kardiovaskular dan serebovaskuler, penyakit pernafasan,
parkinsonisme, epilepsi, infeksi akut, hamil, menyusui, gangguan hepar dan
ginjal, riwayat sakit kuning, leucopenia, hipotiroidisme, miastenia gravis,
11. 11
hipertrovi prostat, glaucoma sudut sempit, hati-hati pda usia lanjut, hindari
pemutusan obat tiba-tiba, setelah injeksi intramuskuler pasien harus tetap
tidur selama 30 menit.
Efek Samping :
Gejala ektrapiramidal, tardive diskinesia, hipertermia (kadang-kadang
panas), mengantuk, apatis, pucat, mimpi buruk, insomnia, depresi, agitasi,
perubahan pola EKG, kejang, gejala antimuskarinik yang terdiri atas : mulut
kering, hidung tersumbat konstipasi, kesulitan buang air kecil, dan
pandangan kabur, gejala kardiovaskuler yang meliputi : hipotensi, takikardia
dan aritmia. Terjadi perubahan EKG, pengaruh endokrin seperti gangguan
menstruasi, galktore, ginekomasti, impotensia, dan perubahan berat badan.
Terjadi reaksi sensitivitas seperti agranulositosis, leucopenia, leukositosis
dan anemia hemolitik, fotosensitisasi, sensitisasi kontak dan ruam, sakit
kuning dan perubahan fungsi hepar, sindrom neuroleptik maligna, sindrom
menyerupai lupus eritematosus juga dilaporkan. Perubahan pada lensa dan
kornea, pigmentasi kulit, korne, konjungtiva dan retina. Pigmentasi
keunguan pada kulit, kornea, konjungtiva dan retina. Injeksi intramuskuler
mungkin nyeri, menyebabkan hipotensi dan takikardia.
Sediaan Beredar :
Klorpromazin (generic) Tablet 25mg, 100mg. Largactik (Rhone Poulene
Indonesia) Tablet 25mg, 100mg, Largazine (Soho) Tablet 25mg,100mg.
Meprosetil ( Meprofarm) Tablet 25mg, 100mg, Promactil ( Combiphar)
Tablet 25mg, 100mg.
12. 12
2) Flufenazin Hidroklorida
Indikasi :
Skizofrenia dan psikosis lain, mania, terapi tambahan jangka pendek pada
ansietas berat, agitasi psikomotor, eksitasi dan perilaku kekerasan dan
impulsive yang berbahaya.
Kontra Indikasi :
Koma, depresi, gejala kardiovaskuler, hipersensitif, diskrasia darah.
Peringatan :
Gejala kardiovaskuler, asma, hipoglikemik, hipertrofi prostat, gejala
parkinson.
Efek Samping :
Gejala ektrapiramidal terutama distonia dan akatisia lebih sering.
Sediaan Beredar :
Anatensol (squibb Indonesia ) Tablet 2,5mg, 5mg.
3) Metotrimeprazin / Levomepromazin
Indikasi :
Psikosis, neurisis, melankolia, konndisi depresi, skizofrenia, halusinasi
kronik, agitasi psikomotor, binggung, nyeri berat yang sulit diobati,
premedikasi anestesi, sedasi paska operassi.
Kontra Indikasi :
Koma, depresi SSP, diskrasia darah, gangguan hepar berat.
Peringatan :
Kelainan Kardiovaskuler, glaukoma, hipertrofi prostat, dapat meggangu
mekanisme regulasi teperatur.
13. 13
Efek Samping :
Mengantuk, gejala ektrapiramidal, agranulositosis, sakit kuning kolestatik,
fotosensitisasi, reaksi alergi.
Sediaan Beredar :
Nozinan (Rhone Indonesia) Cairan injeksi 25mg/ml, Tablet 25mg, 100mg.
b. Obat Golongan Antipskotik Generasi Kedua
Obat golongan antipskotik generasi kedua adalah sebagai berikut :
1) Klozapina
Indikasi :
Skizofrenia pada pasien yang tidak bereaksi, atau intoleran, terhadap obat-
obat antipsikotika konvensional.
Kontra Indikasi :
Penyakit jantung berat, riwayat netropenia atau agranulositosis yang
diinduksi oleh obat, gangguan sumsum tulang, alkoholik dan psikosis toksik
intoksikasi obat, koma atau depresi SSP berat, epilepsi yang tidak
terkontrol, kehamilan dan menyusui.
Peringatan :
Pemberian awal harus diberikan kepada pasien rawat inap di rumah sakit.
Jumlah leukosit dan darah difensial harus normal sebelum pengobatan dan
harus dipantau setiap minggu selama 18minggu pertama, kemudian
setidaknya 2minggu sekali. Pasien yang telah menggunakan klozapin
selama 1tahun atau lebih dan hitung darahnya stabil, pemantauan darah bias
dikurangi menjadi 4minggu sekali, hindari obat-obat yang menekan
leukopoesis seperti kotrimoksazol dan karbamazepin (secara berangsur
14. 14
kurangi neuroleptika konvensional sebelum memulai pengobatan dengan
klozapin). Hentikan pengobatan jika jika jumlah leukosit dibawah
3000/mm3 atau jumlah netrofil mutlak dibawah 1500/ mm3, pasien harus
melaporkan adanya infeksi apapun.
Efek Samping :
Dengan efek sedasi yang lebih rendah dan sering timbul gejala
antimuskarinik, gejala ekstrapiramidal mungkin jarang terjadi, neutropenia
dan agranulositosis yang bias berakibat fatal, demam, sakit kepala, pusing,
hipersalivasi, tidak bias menaan buang air kecil, priapismus, perikarditis,
miokarditis, delirium, hipotensi jarang terjadi, jantung dan pernapasan
(tetapi dilaporkan terjadinya hipertensi).
Sediaan Beredar :
Clozaril (Novartis Indonesia) Tablet 100 mg.
2) Risperidon
Indikasi :
Skizofrenia akut dan kronik.
Peringatan :
Penyakit kardiovaskuler, bila terjadi hipotensi, dosis diturunkan, infusiensi
ginjal dan hepar, usia lanjut, parkinsonisme, epilepsy, mengemudi atau
menjalankan mesin, hamil, menyusui.
Efek Samping :
Insomnia, agitasi, asietas, nyeri kepala, pusing somnelens, lesu, dispesia,
mual, nyeri abdomen, gejal ekstrapiramidal.
15. 15
Sediaan Beredar :
Risperdal (Johnson & Johnson Indonesia) Tablet 1 mg, 2 mg, 3 mg.
2.8 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pasien skizofrenia dapat dilakukan dengan terapi sebagai
berikut :
a. Terapi Awal
Tujuan terapi selama 7 hari pertama adalah menurunkan agitasi, rasa
curiga, kecemasan dan agresi serta mengembalikan pola makan dan
tidur.
Setelah 1 minggu diberi dosis yang stabil, dapat dipertimbangkan
untuk dilakukan peningkatan dosis. Jika tidak ada perbaikan terapi
pada rentang dosis terapeutik selama 3-4minggu maka harus
dipertimbangkan pemberian alternatif antipsikotik lainnya.
Pemberian antipsikotik secara intramuskuler, IM (missal : ziprasidone
10-20mg, olanzapine 2,5-10mg atau haloperidol 2-5mg) dapat
digunakan untuk menurunkan agitasi pada penderita. Namun
pendekatan ini tidak memperbaiki respon terapi, waktu penyembuhan
atau lamanya tinggal di rumah sakit.
Lorazepam intramuskuler 2mg, jika diperlukan dikombinasi dengan
antipsikotik penjagaan dapat lebih efektif dalam mengendalikan
agitasi daripada dilakukan peningkatan dosis antipsikotik.
16. 16
b. Terapi Stabilisasi
Selama minggu ke 2 dan ke 3, tujuan terapi adalah untuk
meningkatankan sosialisasi, kebiasaan untuk merawat diri sendiri dan
kestabilan suasana hati. Perbaikan dalam hal gangguan pemikiran
formal dapat memerlukan tambahan waktu 6 hingga 8 minggu
Kebanyakan penderita memerlukan dosis harian 300 – 1000 mg
ekuivalen klorpromazine (AGP) atau AGK yang biasanya digunakan
pada dosis yang tertera.
Jika gejala tidak menunjukan perbaikan yang memuaskan setelah 8
hingga 12 minggu, maka perlu dicoba strategi yang berbeda.
c. Terapi Penjagaan
Pengobatan harus tetap dilanjutkan setidaknya untuk 12 bulan setelah
membaiknya episode pertama psikotik.
Antipsikotik (khususnya AGP dan klozapin ) harus dikurangi secara
perlahan-lahan sebelum terapi dihentikan untuk menghindari gejala
putus obat yang menyebabkan munculnya efek kolinergik.
Secara umum, ketika hendak mengganti suatu antipsikotik yang satu
ke antipsikotik yang lainnya, antipsikotik yang pertama harus
dikurangi secara bertahap dan dihentikan 1 hingga 2 miggu setelah
antipsikotik yang kedua mulai digunakan sebagai terapi.
Obat antipsikotik mengurangi gejala positif skizofrenia dan mencegah
kambuh. Tidak ada obat antipsikotik yang jelas pilihan untuk skizofrenia.
Clozapine adalah obat yang paling efektif tetapi tidak dianjurkan sebagai terapi
pertama.
17. 17
Pengobatan psikososial sangat penting. Perawatan psikososial terbaik-
dipelajari adalah pelatihan keterampilan sosial, terapi kognitif-perilaku, remediasi
kognitif, dan pelatihan kognisi sosial.
Perawatan psikososial saat ini berorientasi sesuai dengan model pemulihan.
Menurut model ini, tujuan pengobatan untuk orang dengan skizofrenia adalah
sebagai berikut :
• Untuk memiliki sedikit atau stabil gejala
• Tidak dirawat di rumah sakit
• Untuk mengelola dana dan obat-obatan sendiri
• Untuk bekerja atau di sekolah setidaknya setengah-waktu
19. 19
1. Medscape ( http://emedicine.medscape.com/article/288259-
overview#aw2aab6b2b4 ) diakses tanggal 24 mei 2015 pukul 14:00
2. Iso Farmakoterapi buku 1 tentang skizofrenia (hal.266-276)
3. First M.B, Tasman A. Schizophrenia. In: DSM-IV-TR Classification.
London : Wiley, 2004.
4. Maramis, W. F. (2005). Ilmu Kedokteran Jiwa. Edisi 9., Surabaya:
Airlangga University Press.
5. Lumbantobing. (2007). Skizofrenia. Jakarta : FKUI
6. - Kaplan H.I, Sadock B.J, Grebb J.A. 2010. Sinopsis Psikiatri Jilid 2.
Terjemahan Widjaja Kusuma. Jakarta: Binarupa Aksara.
- Wagner KD, Brent DA. Depressive Disorders and Suicide. In : Sadock BJ,
Sadock VA. Kaplan & Sadock’s Comprehensive Textbook of Psychiatry
7. RISKESDAS belum dapat
8. Rudyanto, 2007 belum dapat