SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 42
Reading Report dan Review Jurnal
Oleh
Uswatun Nisa
Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga
Studi Disabilitas dan Pendidikan Inklusif
Jurnal ini berisi tentang kumpulan hasil berbagai macam
penelitian berkaitan dengan isu seputar pendidikan
inklusif yang telah diwacanakan sejak tahun 1975-an di
Amerika Serikat. Pembahasan ini mencakup tentang
bagaimana persepsi dan sikap anak didik -dengan ataupun
tanpa- disabilitas, guru dan para stakeholder serta orang tua
dalam menanggapi konsep atau ide pendidikan inklusif.
Kemudian tujuan pendidikan inklusif itu sendiri, kesiapan
dan kecakapan para guru terhadap sekolah inklusif dan
pembahasan antara teori, ideologi, praktek di lapangan,
dan tidak lupa pro-kontra pendidikan inklusif.
Pendahuluan

 Inklusi adalah sebuah gerakan untuk menciptakan sebuah
sekolah yang menggabungkan seluruh anak –dengan dan
tanpa- disabilitas dalam sebuah komunitas belajar atau
ruang kelas reguler untuk dididik secara bersama-sama.
 Diskusi tentang inklusi terus menjadi topik hangat oleh
sebab nilai filosofisnya. Sehingga perdebatan tidak hanya
terfokus pada kondisi dan keadaan anak difabel dengan
berbagai macam tipe dan levelnya, namun penekanannya
lebih kepada nilai filosofis dibalik inklusi itu sendiri untuk
menciptakan sebuah pendidikan untuk semua anak dalam
satu wadah pendidikan reguler atau pendidikan umum.
Apa itu Inklusi?

 Sejak tahun 1997, terhitung selama 25 tahun
lamanya, Amerika Serikat telah membuat sebuah
aturan dalam dunia pendidikan untuk menerapkan
‘pendidikan terintegrasi atau pendidikan terpadu’ di
semua jenjang sekolah. Pendidikan terintegrasi ini
95% menempatkan anak difabel dalam setting
pendidikan reguler. Kemudian menuju gerakan
yang lebih terintegrasi lagi, sehingga mengakibatkan
perubahan struktur yang signifikan terhadap
pendidikan khusus (Pendidikan Luar Biasa/Special
Education).
Perjalanan Panjang
Menuju Inklusi

 Sebelum melanjutkan pembahasan ‘Perjalanan
Panjang Menuju Inklusi’ ada baiknya terlebih
dahulu kita memahami dua sisi pandangan yang
berbeda.
 Secara garis besar ada dua visi atau pandangan yang
melatarbelakangi pro-kontra dalam pendidikan
inklusi itu sendiri.
Sebuah Pertentangan
Visi

1. Vision Of Benighted. Pandangan ini juga disebut sebagai
Individual/Medical Model of Disability. Secara singkat lebih
menekankan pada pemaknaan terhadap disabilitas
sebagai penyakit individu (individual pathology) atau
kekurangan fisik (impairment).
2. Vision Of Anointed. Pandangan ini juga disebut sebagai
Social Model Of Disability. Pandangan yang lebih
menitikberatkan pada pemberdayaan individu, pilihan
dan penegasan hak difabel sebagai warga negara.
Sebuah Pertentangan
Visi

 Vision Of Anointed lebih seperti landasan ideologis
yang belum memberikan definisi yang jelas,
argumen yang logis, dan bukti empirik. Fakta dari
penelitian di lapangan tidak menjadi faktor yang
utama dalam visi atau pandangan ini, oleh sebab
lebih menekankan pada ideologi filosofisnya dan
kepedulian sosial yang tinggi. Pandangan ini
berpendapat bahwa jika hanya fakta yang selalu
dicari tanpa adanya ideologi, maka tidak akan
pernah berjalan selamanya ide atau konsep tentang
pendidikan inklusi itu sendiri.
Sebuah Pertentangan
Visi

 Vision Of Benighted pun tidak kalah berdebat. Mereka
berpendapat bahwa selama ini kepedulian sosial
juga menjadi fokus perhatian mereka. Namun para
Benighted ini melakukan sesuatu berdasarkan fakta
empirik yang ilmiah dari hasil penelitian lapangan
sebagai pijakan dalam membuat pertimbangan,
kebijakan dan keputusan. Sehingga pada akhirnya
sesuai dengan kebutuhan, kebenaran dan
menunjang keberhasilan dalam prakteknya.
Sebuah Pertentangan
Visi

Ingat!

 Kembali lagi pada lanjutan slide sebelumnya (h. 4)
tentang perjalanan panjang menuju inklusi. Tentang
sejarah dan perspektif yang diawali dari Pendidikan
Khusus (Special Education) pada tahun 1980 an
mengalami perubahan struktur yang signifikan dan
memunculkan banyak gerakan yang menawarkan
berbagai solusi terkait aturan pemerintah Amerika
Serikat untuk ‘mengintegrasikan’ antara anak –
dengan dan tanpa- disabilitas dalam satu wadah
pendidikan yang sama (equal).
Perjalanan Panjang
Menuju Inklusi

 Menurut sejarah, pendidikan khusus (atau yang biasa kita
sebut sekarang dengan SLB/PLB) dalam sistem sekolah
umum telah dikembangkan sebagai program yang
dikhususkan terpisah dari pendidikan reguler atau
pendidikan umum, dan penempatannya pun dalam kelas
yang khusus.
 Kelas khusus pada waktu itu dipandang sebagai tahapan
kemajuan bagi kedekatan antara guru-murid, adanya
guru khusus yang terlatih, pengarahan dan bimbingan
individu yang lebih banyak dalam suasana ruang kelas
yang sama.
 Penekanan kurikulumnya ada pada kecakapan sosial dan
kecakapan kejuruan atau khusus.
Perjalanan Panjang
Menuju Inklusi
1. Mainstreaming (Tendensi/kecenderungan untuk
terintegrasi)
Merupakan sebuah gerakan yang ditujukan untuk
menciptakan suatu lingkungan dengan ‘keterbatasan’ yang
paling sedikit (Least Restrictive Environment/LRE). Sistem
dalam Mainstreaming ini berusaha untuk menyatukan anak
difabel dan non difabel ke dalam satu ruang kelas yang
sama, dengan syarat terpenuhinya pelayanan dan
kebutuhan mereka selama berada di kelas reguler atau kelas
umum. Pengecualian apabila segala bantuan dan layanan
tidak dapat menunjang pembelajaran bagi anak difabel,
maka dapat dipindah tempatkan pada ruang sumber belajar
yang berbeda namun tetap pada sekolah reguler yang sama.
Perjalanan Panjang
Menuju Inklusi

Mainstreaming atau LRE ini membawa perubahan besar
terhadap kerangka pendidikan khusus (Special
Education), dengan membuat suatu model ruang
sumber belajar sebagai pilihan penempatan yang
utama, disertai guru pendamping pendidikan khusus
yang bertugas memberikan arahan akademik untuk
jangka waktu tertentu bagi anak difabel. Setengah hari
mereka berada dalam kelas pendidikan reguler dan
setengah harinya lagi berada pada ruang sumber
belajar yang sedikit terbatas (LRE).
Perjalanan Panjang
Menuju Inklusi

2. REI (The Regular Education Initiative atau Inisitif
Pendidikan Reguler).
Asumsi yang melandasi gerakan ini adalah bahwasanya
setiap anak itu lebih banyak memiliki kemiripan daripada
perbedaan. Maka sejatinya ‘pengajaran ynag khusus’ itu
tidak dibutuhkan, sebab seorang guru yang baik akan dapat
mengajar semua jenis anak dengan layanan pendidikan
yang berkwalitas tanpa merujuk pada kategori pendidikan
khusus. Guru yang baik dapat mengatur ruang kelas
pendidikan reguler tanpa adanya pemisahan atau segregasi
yang secara fisk merupakan bentuk diskriminasi dan
ketidakadilan.
Perjalanan Panjang
Menuju Inklusi
 Meski demikian, REI menuai banyak kritik beserta pro dan
kontranya merujuk kepada fakta penelitian terhadap REI.
Sejumlah kekurangan dan kelebihan REI pun dipaparkan
berikut.
 Di dalam pelaksanaan REI di lapangan, didapati bahwa tugas
antara anak –dengan dan tanpa- disabilitas tidak dibedakan
standarnya, dalam artian semua disama-ratakan. Namun
demikian, beberapa anak difabel seperti LD (Learning
Disabilites/anak berkesulitan belajar) dan EBD (Emotional and
Behavioral Disabilities/anak dengan gangguan emosi dan prilaku)
ketika ditempatkan pada REI, ditemukan adanya kemajuan
akademik yang lebih baik. Meskipun tidak berlaku pada anak
difabel dengan tipe lainnya seperti MMR (Mild Mental
Retardation/anak dengan tunagrahita IQ di bawah rata-rata)
masih lebih baik jika ditempatkan dalam setting kelas
pendidikan khusus.
Perjalanan Panjang
Menuju Inklusi

 REI berpendapat bahwa apabila dua sistem
pendidikan ‘umum dan khusus’ ini tidak disatukan,
maka hanya akan memberikan ‘label’ kepada anak
difabel terkait diri mereka yang tidak mampu untuk
selama-lamanya, baik dalam hal akademik maupun
bersosialisasi.
Perjalanan Panjang
Menuju Inklusi

3. Inklusi: Part Time To Full Time
Para inclusionist mengemukakan 3 hal yang mendorong
diperlukannya perubahan dalam sistem pendidikan
khusus:
1) Perlunya untuk mengubah perspektif ‘tempat’
(lingkungan) sebab akan berpengaruh pada outcome
(lulusan) anak difabel
2) Perlunya untuk memilih ide daripada sekedar
pencitraan
3) Untuk menghindari fanatisme
Perjalanan Panjang
Menuju Inklusi

 Pada dasarnya semua model dari inklusi ditujukan untuk
kembali membangun dan menyatukan sistem dari
pendidikan khusus ke dalam pendidikan reguler atau
pendidikan umum. Meski pada awalnya terjadi
pertentangan antara part time inclusion yang sebagian sisa
waktu luang anak dimanfaatkan untuk mengikuti pull-out
program, atau full time inclusion yang menempatkan anak
–dengan dan tanpa- difabel di dalam satu kelas reguler
sehari penuh. Kemudian yang menjadi fokus dalam
pendidikan inklusi adalah lebih menekankan pada aspek
keterampilan sosial yang pada akhirnya dapat menunjang
pencapaian akademik anak difabel yang lebih baik.
Perjalanan Panjang
Menuju Inklusi

Pendidikan
Khusus
(Special
Education; SLB
dll)
Pendidikan
Terintegrasi;
Mainstreaming
Atau LRE
Pendidikan
Reguler; REI
Pendidikan
Inklusif;
PartTime or
Full Time
Ingat!

 Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya,
bahwa penekanan dalam pendidikan khusus sebagai
sebuah wadah yang ditujukan bagi anak difabel
untuk dapat dididik secara khusus dan intensif.
 Jika pendidikan khusus ingin digabungkan dalam
sistem pendidikan reguler, maka harus ada bentuk
kebijakan yang menanggapi sikap, persepsi dan
keyakinan masing-masing individu di masyarakat.
Klise Pendidikan Khusus
(Antara Praktek dan Kenyataan)

Sikap dan Keyakinan
Berhasil atau tidaknya sebuah kebijakan pendidikan tidak
lepas dari sikap dan persepsi –pertama- yang ada dalam diri
dan mind-set guru. Sebagaimana penelitian yang pernah
dilakukan bahwasanya guru menerima ide dan konsep
pendidikan terintegrasi. Hanya saja sebagian praktisi guru
yang lainnya merasa tidak mampu ketika menghadapi dan
melayani anak difabel di dalam kelas, sebab tentu
membutuhkan tambahan tanggung jawab untuk mengurus
bagian dari mereka. Meski demikian ada saja guru yang
memberikan perhatian lebih terhadap anak difabel yang
memiliki kelambanan dalam belajar (akademik).
Klise Pendidikan Khusus
(Antara Praktek dan Kenyataan)

Kedua, tentang sikap para stakeholder administrasi
pendidikan, yang berperan dalam posisi kepemimpinan di
sekolah.
Ketiga, persepsi dan sikap para anak non difabel terhadap
anak difabel. Sebagian besar menunjukkan kecenderungan
sikap yang toleran ketika berkontak mata secara langsung
dengan mereka. Menunjukkan perhatian yang lebih, meski
pada sebagian anak ada saja yang merasa tidak nyaman
ketika mengalami kesulitan dalam komunikasi kepada
anak difabel. Kemudian anak difabel yang sulit dalam
kecakapan sosial atau beradaptasi dengan lingkungan
rentan untuk dimarginalkan.
Klise Pendidikan Khusus
(Antara Praktek dan Kenyataan)

 Keempat, sikap, persepsi dan keyakinan orang tua dalam
menanggapi pendidikan inklusif menunjukkan respon
yang positif. Meski sebagian orang tua yang memiliki
anak difabel mencemaskan dan meragukan tentang
kecocokan pendidikan inklusif dengan anaknya. Sebab
praktek di lapangan terkadang kehilangan layanan
pendidikan khusus-nya atau tidak seberhasil demikian.
Maka diperlukan adanya riset yang lebih banyak di
kemudian hari untuk menunjukkan kesesuaian
pendidikan inklusi guna mengokohkan konsep dan
idenya.
Klise Pendidikan Khusus
(Antara Praktek dan Kenyataan)

 Ada 4 hal yang harus diperhatikan dalam
pendidikan khusus:
1. Perhatian terhadap akademis anak
2. Perhatian terhadap sosio-emosional anak
3. Perhatian terhadap administrasi sekolah, dan
4. Perhatian terhadap peranan dan tanggung jawab
guru
Klise Pendidikan Khusus
(Antara Praktek dan Kenyataan)

Dari keempat hal tersebut, point no. 4 memberikan
pengaruh yang besar terhadap kesuksesan anak di dalam
kelas. Pertama, kepribadian atau tingkat kepercayaan diri
seorang guru untuk mengajar anak difabel. Guru yang
memiliki pengalaman mengajar yang terbatas akan
mengkhawatirkan dampak pengajaran mereka. Kedua,
pengaruh dari tipe dan level disabilitas itu sendiri.
Beberapa guru cenderung lebih nyaman dan memberikan
respon positif terhadap anak difabel dengan cacat fisik
dibandingkan dengan anak difabel yang mengalami
hambatan akademis dan perilaku.
Klise Pendidikan Khusus
(Antara Praktek dan Kenyataan)

Berdasarkan hasil survey penelitian yang dilakukan terhadap hampir 10.000
orang guru pendidikan reguler, ditemukan bahwa:
 2/3 guru pend. Reguler menerima ide dan konsep pend. Terintegrasi,
hanya sama sedikit sekali yang menerapkan dalam praktek nyatanya.
 1/3 guru meyakini bahwa ruang kelas pend. Reguler akan menghasilkan
manfaat dan keuntungan yang lebih besar dibanding penempatan ruang
sumber belajar lainnya (dengan syarat melihat tingkatan disabilitas anak).
 1/3 guru menolak secara keras penggabungan anak –dengan dan tanpa-
difabel. Mereka berasumsi bahwa peng-integrasi-an ini hanya anak
membawa dampak negatif di ruang kelas pend. Reguler.
 Dan hanya ¼ guru yang yakin dan mengusahakan terlaksananya pend.
Inklusif dengan baik. Mereka benar-benar mempersiapkan diri untuk
mengajar anak difabel, dan bersedia untuk mengikuti pelatihan pend.
Inklusif.
Singkatnya, para guru mendukung adanya pemberlakuan integrasi. Namun
untuk menuju inklusi itu sendiri harus ditujukkan pada perubahan kebijakan
pemerintah untuk mendukung keberhasilan pelaksanaanya.
Klise Pendidikan Khusus
(Antara Praktek dan Kenyataan)

 Ada apa dengan kelas pendidikan umum (reguler)?
Fakta di lapangan menunjukkan sebuah ruang kelas
pendidikan umum (reguler) yang menempatkan dan
mencakup beragam anak yang berbeda-beda; pengajaran
dalam jumlah atau scope yang luas; perhatian guru yang
lebih kepada cara mengajar dibandingkan materi yang
diajarkan terhadap individu -anak- yang memiliki
kemampuan yang berbeda pula.
Realitas Pendidikan Umum

Beberapa fakta di lapangan selanjutnya menunjukkan
bahwa tidak semua kebutuhan anak difabel terpenuhi ketika
berada di dalam kelas (seperti tidak mendapatkan layanan
pendidikan khusus atau pendampingan); masih banyak
kondisi guru umum yang belum dilatih utnuk menghadapi
perbedaan cara mengajar (baik dari metode ataupun
strategi), sedikit sekali design atau bentuk variasi pengajaran
yang khusus yang diberikan pada anak difabel sesuia
keunikan mereka; tidak ditemukannya spesifikasi
pengajaran, individualisasi, intensif, dan remidial bagi anak
dengan akademik yang rendah.
Realitas Pendidikan Umum
Ada berbagai hal terkait gambaran keadaan atau situasi sosial di
dalam pendidikan umum:
1. Memunculkan rasa toleransi dan dukungan sosial dari anak non
difabel terhadap anak difabel.
2. Terdapat beberapa konsekuen yang negatif dalam diri anak
difabel, seperti terbatas atau rendahnya tingkat kepercayaan diri
anak, kurangnya konsep diri dan kemampuan yang kurang
memadai, memunculkan perasaan marah, malu, frustasi dan
pandangan yang tidak menyenangkan lainnya (terhadap anak
difabel).
3. Beberapa kondisi masih menunjukkan kurangnya interaksi
positif antara guru dengan anak difabel, antara anak difabel
dengan teman sebayanya yang terkadang ditolak kehadirannya
di lingkungan.
Realitas Pendidikan Umum
Kemampuan dan kecakapan guru:
1. Ada kekhawatiran dalam diri guru bahwa mereka akan
memberikan perhatian, waktu dan usaha yang lebih guna
memenuhi kebutuhan anak difabel, yang pada akhirnya hanya
akan membatasi kesediaan waktu yang optimal terhadap anak
non difabel (tanggung jawab yang berlebih).
2. Tidak semua sekolah siap untuk memutuskan rekonstruksi
untuk pendidikan inklusi, sebab masih menimbang-nimbang
dalam peranan persepsi, gaya mengajar, orientasi filosofis,
pengaturan waktu, koordinasi jadwal, dukungan administratif,
ketidakmampuan membangun komunikasi dan mengatasi
perbedaan pengajaran, kurangnya sumber daya untuk
mencukupi kebutuhan khusus anak difabel di dalam kelas
umum, dan kurangnya kesempatan berkolaborasi antara guru
umum dan guru khusus.
Realitas Pendidikan Umum

Ini merupakan landasan filosofis, dimana post-modernisme
menolak pandangan modern dari ilmu pengetahuan
sebagai sebuah sistem yang terfokus pada penyelesaian
masalah dengan konstruksi, evaluasi, dan pengujian
hipotesis yang berbeda terkait solusi yang optimal. Post-
modern menjauhkan diri dari batasan disiplin ilmu yang
kaku dan menantang kemungkinan dari penciptakan dunia
yang meliputi semua sudut pandang.
Post-Modernisme dan Inklusi

Ciri-ciri post-modernisme tertuju pada pemisahan elemen
yang terisolasi dari hubungan yang spesifik, dan
membentuk perpaduan dari hal-hal yang berlawanan atau
sebaliknya. Mereka menawarkan keadaan yang tidak dapat
dipastikan kepada sebuah penentuan, perbedaan keragaman
daripada kesatuan ragam, perbedaan daripada persatuan,
kompleksitas daripada penyederhanaan, mereka melihat
pada keunikan daripada hal-hal yang bersifat umum, lintas
tekstual daripada hubungan sebab akibat. Dengan adanya
perspektif postmodernisme ini, ilmu sosial menjadi lebih
subjektif.
Post-Modernisme dan Inklusi

Mendiskusikan tentang kemungkinan pendidikan inklusif
untuk dapat berada dalam konteks dunia nyata seakan
terhalang oleh bukti atau fakta empirik. Pada dasarnya
sistem pendidikan khusus merugikan anak, seperti halnya di
AS, keberadaan anak minoritas selalu terusir dari
masyarakat, dan dianggap berada dalam kasta yang rendah,
mereka diberi label terhadap citra diri mereka. Maka
pendidikan khusus dianggap sebagai hal yang mendorong
pada ketidakmungkinan untuk meraih keadilan. Oleh sebab
itu, situasi dapat diperbaiki hanya dengan menempatkan
semua anak dalam lingkup pendidikan umum.
Post-Modernisme dan Inklusi
Ideologi, Politik dan Keyakinan
Perbedaan konsep inklusi dengan yang lain ada pada hasil
ideologi, bukan pada penafsiran ilmiah. Ideologi pada dasarnya
tidak mempertimbangkan sikap ilmiah. Ide tentang paradigma
dan perkembangan ilmiah menekankan pada pelaksanaan
penelitian yang menggambarkan kemajuan dan kemunduran
ketika ada kekurangan validasi fakta dan bukti penelitian, dan
pengalaman percobaan teori yang gagal harus dimodifikasi
untuk mengakomodasi keberhasilan sejak dini. Tanpa adanya
bukti ilmiah, maka teori menjadi tidak ada. Bukti ilmiah
kemudian penting untuk menguatkan penelitian sehingga ia
maju.
Post-Modernisme dan Inklusi

Seperti halnya pendidikan khusus yang menekankan
pada kelas khusus dan menunjukkan beberapa
keberhasilan dalam pelaksanaannya melalui model
sumber belajar, model kolaboratif, pendidikan bina diri
(penyesuaian diri), tutor sebaya, strategi pendidikan
yang diindividualisasikan (IEP/PPI), dan strategi
inovatif, telah menunjukkan respon dari kemajuan
pendidikan khusus.
Post-Modernisme dan Inklusi
Sebaliknya para inclusionist gagal untuk menunjukkan kemajuan
dalam penelitiannya. Faktanya, bukti empirik gagal untuk
diidentifikasikan, argumen pendukung hanya sebatas studi kasus
dan testimoni, bukan berdasarkan fakta penelitian kuantitatif
(metodologis). Oleh sebab itu, ‘inklusi’ membutuhkan lebih banyak
penelitian, karena penyederhanaan hanya akan menggiring pada
sesuatu yang tidak teruji secara faktual. Ideologi boleh jadi berguna
untuk mengukuhkan tujuan dan sasaran. Namun praktek nyata
adalah hal yang terbaik dari penelitian ilmiah. Tidak heran jika
pendidikan khusus menjadi rujukan dalan kebijakan politik,
meskipun ideologi juga memerankan peranan yang utama dalam
sebuah aturan (sebelum diberlakukannya sebuah aturan atau
penetapan kebijakan).
Post-Modernisme dan Inklusi

Perdebatan pelik antara para inclusionist atau postmodernisme
atau sederhananya dapat disebut sebagai sosiolog pendidikan
dengan para praktisi pendidikan khusus menghasilkan
pandangan yang berbeda.
1. Para inclusonist menginginkan sebuah ‘inklusi’ itu menjadi
landasan ideologi, terwujud dalam sebuah gerakan nyata
secara menyeluruh dan menjadi rujukan kebijakan
pemerintah. Mereka berpendapat bahwa memperjuangkan
hak asasi para difabel sebagai warga negara tidak selalu
menuntut bukti empiris. Apabila tidak digalakkan secara
radikal maka tidak akan pernah tercapai sebuah ‘inklusi’ yang
diharapkan. Kecemasan para inclusionist ini ada pada stigma
atau labelling yang dikaitkan dengan tempat.
Ingat!

2. Para ilmuwan atau praktisi pendidikan khusus
menyebutkan bahwa perubahan yang progresif ke
arah kemajuan terjadi dalam sistem pendidikan
khusus. Mereka menantang kebermanfaatan praktek
inklusi dalam realita yang tidak hanya sebatas retorika
ideologi (fakta empiris terkait keberhasilan pendidikan
inklusif). Mereka menilai bahwa masih banyak sisi
kekurangan menghadapi inklusi itu sendiri, seperti;
perspektif guru yang tidak sepenuhnya positif,
kekhawatiran orang tua, dan tidak semua anak non
difabel akan menerima anak difabel level berat dsb.
Ingat!
Pembahasan integrasi anak –dengan dan tanpa- disabilitas bukan
sebuah hal yang baru lagi, hal ini sudah terjadi selama 25 tahun
yang lalu terhitung sejak 1970-an. Ketika aturan tentang LRE
ternyata tidak menunjukkan peningkatan hasil. Meskipun ada
dukungan ideologi dan politik untuk gerakan ‘inklusi’, namun tetap
saja bukti empirik kurang meyakinkan. Kenyataan di sekolah
reguler, masih belum menempatkan sikap, persepsi, akomodasi,
dan berbagai penyesuaian adaptif lainnya pada porsi dan
kebutuhannya. Maka diperlukan adanya penelitian lebih lanjut.
Oleh sebab itu, diantara dua pandangan yang berbeda, harus
ditengahi oleh pandangan yang logis. Belajar dari banyaknya
pengalaman sebelumnya, bahwa pendidikan khusus-lah yang
menjadi posisi terbaik (menurut penulis dalam artikel jurnal ini)
untuk mewujudkan misi keberhasilan dalam menyediakan
pendidikan terbaik bagi anak difabel.
Kesimpulan
1. Artikel jurnal ini menyuguhkan berbagai laporan hasil
penelitian terkait praktek penyelenggaraan pendidikan khusus
dan menuju inklusi di lapangan.
2. Penulis dalam artikel jurnal ini adalah praktisi dan pakar
pendidikan khusus di AS; Kenneth A. Kavale dan Steven R.
Forness.
3. Jarak spasial dalam artikel jurnal ini berkisar antara tahun 1970
an sampai 1985-an. Oleh sebab itu diperlukan adanya penelitian
lanjutan dan terbaru terkait antar keduanya; pendidikan
khusus dan pendidikan inklusif.
4. Pendidikan khusus secara esensi memang tidak dapat
dihilangkan, sebab keberadaan sebenarnya menunjang
keberhasilan pendidikan inklusi.
5. Pendidikan inklusi juga diperlukan penyelenggaraannya secara
menyeluruh, agar dampak positif dalam kacamata sosial lebih
terwujud.
Tanggapan, Kritik dan Saran

TERIMA KASIH
#pendidikanuntuksemua
#educationforall
#menujuinklusi
#towardsinclusion
#kitasetara
#ramahdifabel

Weitere ähnliche Inhalte

Andere mochten auch

Aksiologi pba kelompok 3
Aksiologi pba kelompok 3Aksiologi pba kelompok 3
Aksiologi pba kelompok 3raghibazrik
 
Social media strategic planning
Social media strategic planningSocial media strategic planning
Social media strategic planningAnnisa Purbandari
 
Review jurnal sdm
Review jurnal sdmReview jurnal sdm
Review jurnal sdmAzis Badara
 
M09 Resilient Tourism
M09 Resilient TourismM09 Resilient Tourism
M09 Resilient TourismSapto Siswoyo
 
Ppt filsafat olahraga corry widya
Ppt filsafat olahraga corry widyaPpt filsafat olahraga corry widya
Ppt filsafat olahraga corry widyaCorry Widya
 
How to Create a Digital Offline Marketing Platform
How to Create a Digital Offline Marketing PlatformHow to Create a Digital Offline Marketing Platform
How to Create a Digital Offline Marketing PlatformPaul Guy
 
Logical fallacy dan kerangka berpikir
Logical fallacy dan kerangka berpikirLogical fallacy dan kerangka berpikir
Logical fallacy dan kerangka berpikirMoh Hasan Rizal
 
Asesmen bagi anak berkebutuhan khusus
Asesmen bagi anak berkebutuhan khususAsesmen bagi anak berkebutuhan khusus
Asesmen bagi anak berkebutuhan khususAgus Wagianto
 
M01 Pengantar Filsafat dan Pariwisata
M01 Pengantar Filsafat dan PariwisataM01 Pengantar Filsafat dan Pariwisata
M01 Pengantar Filsafat dan PariwisataSapto Siswoyo
 
Pengambilan keputusan
Pengambilan keputusanPengambilan keputusan
Pengambilan keputusanmateri-x2
 
Digital Marketing VS. Social Media Marketing
Digital Marketing VS. Social Media MarketingDigital Marketing VS. Social Media Marketing
Digital Marketing VS. Social Media MarketingMaria Rica Lotik
 
Pengantar filsafat,pandangan kefilsafatan
Pengantar filsafat,pandangan kefilsafatanPengantar filsafat,pandangan kefilsafatan
Pengantar filsafat,pandangan kefilsafatanKuliahMandiri.org
 
Etika profesi - pertemuan 1
Etika profesi - pertemuan 1Etika profesi - pertemuan 1
Etika profesi - pertemuan 1Abrianto Nugraha
 

Andere mochten auch (20)

Teknik Assesmen
Teknik AssesmenTeknik Assesmen
Teknik Assesmen
 
Digital / Online Marketing
Digital / Online MarketingDigital / Online Marketing
Digital / Online Marketing
 
Soskom 5 BUDAYA
Soskom 5 BUDAYASoskom 5 BUDAYA
Soskom 5 BUDAYA
 
Aksiologi pba kelompok 3
Aksiologi pba kelompok 3Aksiologi pba kelompok 3
Aksiologi pba kelompok 3
 
Social media strategic planning
Social media strategic planningSocial media strategic planning
Social media strategic planning
 
Review jurnal sdm
Review jurnal sdmReview jurnal sdm
Review jurnal sdm
 
M09 Resilient Tourism
M09 Resilient TourismM09 Resilient Tourism
M09 Resilient Tourism
 
Ppt filsafat olahraga corry widya
Ppt filsafat olahraga corry widyaPpt filsafat olahraga corry widya
Ppt filsafat olahraga corry widya
 
How to Create a Digital Offline Marketing Platform
How to Create a Digital Offline Marketing PlatformHow to Create a Digital Offline Marketing Platform
How to Create a Digital Offline Marketing Platform
 
Logical fallacy dan kerangka berpikir
Logical fallacy dan kerangka berpikirLogical fallacy dan kerangka berpikir
Logical fallacy dan kerangka berpikir
 
3 Principles of Digital Marketing
3 Principles of Digital Marketing3 Principles of Digital Marketing
3 Principles of Digital Marketing
 
Asesmen bagi anak berkebutuhan khusus
Asesmen bagi anak berkebutuhan khususAsesmen bagi anak berkebutuhan khusus
Asesmen bagi anak berkebutuhan khusus
 
M01 Pengantar Filsafat dan Pariwisata
M01 Pengantar Filsafat dan PariwisataM01 Pengantar Filsafat dan Pariwisata
M01 Pengantar Filsafat dan Pariwisata
 
Pengambilan keputusan
Pengambilan keputusanPengambilan keputusan
Pengambilan keputusan
 
Digital Marketing VS. Social Media Marketing
Digital Marketing VS. Social Media MarketingDigital Marketing VS. Social Media Marketing
Digital Marketing VS. Social Media Marketing
 
Pengantar filsafat,pandangan kefilsafatan
Pengantar filsafat,pandangan kefilsafatanPengantar filsafat,pandangan kefilsafatan
Pengantar filsafat,pandangan kefilsafatan
 
Filsafat etika
Filsafat etikaFilsafat etika
Filsafat etika
 
Etika profesi - pertemuan 1
Etika profesi - pertemuan 1Etika profesi - pertemuan 1
Etika profesi - pertemuan 1
 
Konsep Dasar Etika
Konsep Dasar EtikaKonsep Dasar Etika
Konsep Dasar Etika
 
Rene descartes
Rene descartesRene descartes
Rene descartes
 

Ähnlich wie Review Jurnal Pendidikan Inklusif

Strategi pembelajaran anak berkebutuhan khusus di mis mon malem
Strategi pembelajaran anak berkebutuhan khusus di mis mon malemStrategi pembelajaran anak berkebutuhan khusus di mis mon malem
Strategi pembelajaran anak berkebutuhan khusus di mis mon malemTjoetnyak Izzatie
 
Strategi pembelajaran anak berkebutuhan khusus di mis mon malem
Strategi pembelajaran anak berkebutuhan khusus di mis mon malemStrategi pembelajaran anak berkebutuhan khusus di mis mon malem
Strategi pembelajaran anak berkebutuhan khusus di mis mon malemTjoetnyak Izzatie
 
Makalah Hakikat dan Fungsi Pendidikan Kelas Khusus Bagi Anak Berkebutuhan Khusus
Makalah Hakikat dan Fungsi Pendidikan Kelas Khusus Bagi Anak Berkebutuhan KhususMakalah Hakikat dan Fungsi Pendidikan Kelas Khusus Bagi Anak Berkebutuhan Khusus
Makalah Hakikat dan Fungsi Pendidikan Kelas Khusus Bagi Anak Berkebutuhan KhususDedy Wiranto
 
Risa Zakiatul H. Teknik, hambatan dan solusi dalam Pendidikan Inklusif
Risa Zakiatul H. Teknik, hambatan dan solusi dalam Pendidikan InklusifRisa Zakiatul H. Teknik, hambatan dan solusi dalam Pendidikan Inklusif
Risa Zakiatul H. Teknik, hambatan dan solusi dalam Pendidikan Inklusifrisa zakiatul
 
Pendidikan Inklusif: Materi Pengantar untuk Penerapan di PAUD
Pendidikan Inklusif: Materi Pengantar untuk Penerapan di PAUDPendidikan Inklusif: Materi Pengantar untuk Penerapan di PAUD
Pendidikan Inklusif: Materi Pengantar untuk Penerapan di PAUDWiwin Hendriani
 
Makalah pengantar komputer
Makalah pengantar komputerMakalah pengantar komputer
Makalah pengantar komputerWarnet Raha
 
Pendidikan Inklusi.pptx
Pendidikan Inklusi.pptxPendidikan Inklusi.pptx
Pendidikan Inklusi.pptxgumgumgumelar1
 
Aliran aliran pendidikan
Aliran aliran pendidikanAliran aliran pendidikan
Aliran aliran pendidikanzaza29
 
Pengantar pendidikan unhalu
Pengantar pendidikan unhaluPengantar pendidikan unhalu
Pengantar pendidikan unhaluFKIP UHO
 
Konseppendidikan 121010031652-phpapp02
Konseppendidikan 121010031652-phpapp02Konseppendidikan 121010031652-phpapp02
Konseppendidikan 121010031652-phpapp02Wan Azmanan Wan Yusoff
 

Ähnlich wie Review Jurnal Pendidikan Inklusif (20)

Strategi pembelajaran anak berkebutuhan khusus di mis mon malem
Strategi pembelajaran anak berkebutuhan khusus di mis mon malemStrategi pembelajaran anak berkebutuhan khusus di mis mon malem
Strategi pembelajaran anak berkebutuhan khusus di mis mon malem
 
Strategi pembelajaran anak berkebutuhan khusus di mis mon malem
Strategi pembelajaran anak berkebutuhan khusus di mis mon malemStrategi pembelajaran anak berkebutuhan khusus di mis mon malem
Strategi pembelajaran anak berkebutuhan khusus di mis mon malem
 
LIRP0-2016
LIRP0-2016LIRP0-2016
LIRP0-2016
 
Makalah Hakikat dan Fungsi Pendidikan Kelas Khusus Bagi Anak Berkebutuhan Khusus
Makalah Hakikat dan Fungsi Pendidikan Kelas Khusus Bagi Anak Berkebutuhan KhususMakalah Hakikat dan Fungsi Pendidikan Kelas Khusus Bagi Anak Berkebutuhan Khusus
Makalah Hakikat dan Fungsi Pendidikan Kelas Khusus Bagi Anak Berkebutuhan Khusus
 
Risa Zakiatul H. Teknik, hambatan dan solusi dalam Pendidikan Inklusif
Risa Zakiatul H. Teknik, hambatan dan solusi dalam Pendidikan InklusifRisa Zakiatul H. Teknik, hambatan dan solusi dalam Pendidikan Inklusif
Risa Zakiatul H. Teknik, hambatan dan solusi dalam Pendidikan Inklusif
 
Pendidikan Inklusif: Materi Pengantar untuk Penerapan di PAUD
Pendidikan Inklusif: Materi Pengantar untuk Penerapan di PAUDPendidikan Inklusif: Materi Pengantar untuk Penerapan di PAUD
Pendidikan Inklusif: Materi Pengantar untuk Penerapan di PAUD
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Makalah pengantar komputer
Makalah pengantar komputerMakalah pengantar komputer
Makalah pengantar komputer
 
Pendidikan Inklusi.pptx
Pendidikan Inklusi.pptxPendidikan Inklusi.pptx
Pendidikan Inklusi.pptx
 
Aliran aliran pendidikan
Aliran aliran pendidikanAliran aliran pendidikan
Aliran aliran pendidikan
 
Konsep pendidikan
Konsep pendidikanKonsep pendidikan
Konsep pendidikan
 
Makalah pengantar komputer
Makalah pengantar komputerMakalah pengantar komputer
Makalah pengantar komputer
 
Karya ilmiah3
Karya ilmiah3Karya ilmiah3
Karya ilmiah3
 
Konsep Pendidikan Inklusif
Konsep Pendidikan InklusifKonsep Pendidikan Inklusif
Konsep Pendidikan Inklusif
 
Makalah pengantar komputer
Makalah pengantar komputerMakalah pengantar komputer
Makalah pengantar komputer
 
Makalah pengantar komputer
Makalah pengantar komputerMakalah pengantar komputer
Makalah pengantar komputer
 
Makalah pengantar komputer
Makalah pengantar komputerMakalah pengantar komputer
Makalah pengantar komputer
 
Makalah pengantar komputer
Makalah pengantar komputerMakalah pengantar komputer
Makalah pengantar komputer
 
Pengantar pendidikan unhalu
Pengantar pendidikan unhaluPengantar pendidikan unhalu
Pengantar pendidikan unhalu
 
Konseppendidikan 121010031652-phpapp02
Konseppendidikan 121010031652-phpapp02Konseppendidikan 121010031652-phpapp02
Konseppendidikan 121010031652-phpapp02
 

Mehr von Uswatun Nisa

Pengertian Keprotokolan
Pengertian Keprotokolan Pengertian Keprotokolan
Pengertian Keprotokolan Uswatun Nisa
 
Peran dan Tanggung Jawab MC #2
Peran dan Tanggung Jawab MC #2Peran dan Tanggung Jawab MC #2
Peran dan Tanggung Jawab MC #2Uswatun Nisa
 
Peran dan Tanggung Jawab MC #1
Peran dan Tanggung Jawab MC #1Peran dan Tanggung Jawab MC #1
Peran dan Tanggung Jawab MC #1Uswatun Nisa
 
Filsafat Pendidikan Islam Antasari
Filsafat Pendidikan Islam Antasari Filsafat Pendidikan Islam Antasari
Filsafat Pendidikan Islam Antasari Uswatun Nisa
 
Media dan Teknik Pembelajaran Antasari
Media dan Teknik Pembelajaran Antasari Media dan Teknik Pembelajaran Antasari
Media dan Teknik Pembelajaran Antasari Uswatun Nisa
 
Pengantar Studi Islam Antasari
Pengantar Studi Islam Antasari Pengantar Studi Islam Antasari
Pengantar Studi Islam Antasari Uswatun Nisa
 

Mehr von Uswatun Nisa (12)

Hadits 2 Antasari
Hadits 2 Antasari Hadits 2 Antasari
Hadits 2 Antasari
 
Audio Mixer
Audio MixerAudio Mixer
Audio Mixer
 
Master of Ceremony
Master of Ceremony Master of Ceremony
Master of Ceremony
 
Komunikasi Efektif
Komunikasi Efektif Komunikasi Efektif
Komunikasi Efektif
 
Pengertian Keprotokolan
Pengertian Keprotokolan Pengertian Keprotokolan
Pengertian Keprotokolan
 
Teknik Pengutaraan
Teknik Pengutaraan Teknik Pengutaraan
Teknik Pengutaraan
 
Peran dan Tanggung Jawab MC #2
Peran dan Tanggung Jawab MC #2Peran dan Tanggung Jawab MC #2
Peran dan Tanggung Jawab MC #2
 
Peran dan Tanggung Jawab MC #1
Peran dan Tanggung Jawab MC #1Peran dan Tanggung Jawab MC #1
Peran dan Tanggung Jawab MC #1
 
Filsafat Pendidikan Islam Antasari
Filsafat Pendidikan Islam Antasari Filsafat Pendidikan Islam Antasari
Filsafat Pendidikan Islam Antasari
 
Tafsir 2 Antasari
Tafsir 2 Antasari Tafsir 2 Antasari
Tafsir 2 Antasari
 
Media dan Teknik Pembelajaran Antasari
Media dan Teknik Pembelajaran Antasari Media dan Teknik Pembelajaran Antasari
Media dan Teknik Pembelajaran Antasari
 
Pengantar Studi Islam Antasari
Pengantar Studi Islam Antasari Pengantar Studi Islam Antasari
Pengantar Studi Islam Antasari
 

Kürzlich hochgeladen

Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BAbdiera
 
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSLatsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSdheaprs
 
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...asepsaefudin2009
 
aksi nyata sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
aksi nyata sosialisasi  Profil Pelajar Pancasila.pdfaksi nyata sosialisasi  Profil Pelajar Pancasila.pdf
aksi nyata sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfsdn3jatiblora
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTIndraAdm
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxsukmakarim1998
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSovyOktavianti
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxssuser50800a
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikaAtiAnggiSupriyati
 
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxMODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxSlasiWidasmara1
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7IwanSumantri7
 
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajaraksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajarHafidRanggasi
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDNurainiNuraini25
 
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...MetalinaSimanjuntak1
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...Kanaidi ken
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CAbdiera
 
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)PUNGKYBUDIPANGESTU1
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxdpp11tya
 
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxMembuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxNurindahSetyawati1
 

Kürzlich hochgeladen (20)

Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
 
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSLatsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
 
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
 
aksi nyata sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
aksi nyata sosialisasi  Profil Pelajar Pancasila.pdfaksi nyata sosialisasi  Profil Pelajar Pancasila.pdf
aksi nyata sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxMODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
 
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajaraksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
 
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
 
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxMembuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
 

Review Jurnal Pendidikan Inklusif

  • 1. Reading Report dan Review Jurnal Oleh Uswatun Nisa Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Studi Disabilitas dan Pendidikan Inklusif
  • 2. Jurnal ini berisi tentang kumpulan hasil berbagai macam penelitian berkaitan dengan isu seputar pendidikan inklusif yang telah diwacanakan sejak tahun 1975-an di Amerika Serikat. Pembahasan ini mencakup tentang bagaimana persepsi dan sikap anak didik -dengan ataupun tanpa- disabilitas, guru dan para stakeholder serta orang tua dalam menanggapi konsep atau ide pendidikan inklusif. Kemudian tujuan pendidikan inklusif itu sendiri, kesiapan dan kecakapan para guru terhadap sekolah inklusif dan pembahasan antara teori, ideologi, praktek di lapangan, dan tidak lupa pro-kontra pendidikan inklusif. Pendahuluan
  • 3.   Inklusi adalah sebuah gerakan untuk menciptakan sebuah sekolah yang menggabungkan seluruh anak –dengan dan tanpa- disabilitas dalam sebuah komunitas belajar atau ruang kelas reguler untuk dididik secara bersama-sama.  Diskusi tentang inklusi terus menjadi topik hangat oleh sebab nilai filosofisnya. Sehingga perdebatan tidak hanya terfokus pada kondisi dan keadaan anak difabel dengan berbagai macam tipe dan levelnya, namun penekanannya lebih kepada nilai filosofis dibalik inklusi itu sendiri untuk menciptakan sebuah pendidikan untuk semua anak dalam satu wadah pendidikan reguler atau pendidikan umum. Apa itu Inklusi?
  • 4.   Sejak tahun 1997, terhitung selama 25 tahun lamanya, Amerika Serikat telah membuat sebuah aturan dalam dunia pendidikan untuk menerapkan ‘pendidikan terintegrasi atau pendidikan terpadu’ di semua jenjang sekolah. Pendidikan terintegrasi ini 95% menempatkan anak difabel dalam setting pendidikan reguler. Kemudian menuju gerakan yang lebih terintegrasi lagi, sehingga mengakibatkan perubahan struktur yang signifikan terhadap pendidikan khusus (Pendidikan Luar Biasa/Special Education). Perjalanan Panjang Menuju Inklusi
  • 5.   Sebelum melanjutkan pembahasan ‘Perjalanan Panjang Menuju Inklusi’ ada baiknya terlebih dahulu kita memahami dua sisi pandangan yang berbeda.  Secara garis besar ada dua visi atau pandangan yang melatarbelakangi pro-kontra dalam pendidikan inklusi itu sendiri. Sebuah Pertentangan Visi
  • 6.  1. Vision Of Benighted. Pandangan ini juga disebut sebagai Individual/Medical Model of Disability. Secara singkat lebih menekankan pada pemaknaan terhadap disabilitas sebagai penyakit individu (individual pathology) atau kekurangan fisik (impairment). 2. Vision Of Anointed. Pandangan ini juga disebut sebagai Social Model Of Disability. Pandangan yang lebih menitikberatkan pada pemberdayaan individu, pilihan dan penegasan hak difabel sebagai warga negara. Sebuah Pertentangan Visi
  • 7.   Vision Of Anointed lebih seperti landasan ideologis yang belum memberikan definisi yang jelas, argumen yang logis, dan bukti empirik. Fakta dari penelitian di lapangan tidak menjadi faktor yang utama dalam visi atau pandangan ini, oleh sebab lebih menekankan pada ideologi filosofisnya dan kepedulian sosial yang tinggi. Pandangan ini berpendapat bahwa jika hanya fakta yang selalu dicari tanpa adanya ideologi, maka tidak akan pernah berjalan selamanya ide atau konsep tentang pendidikan inklusi itu sendiri. Sebuah Pertentangan Visi
  • 8.   Vision Of Benighted pun tidak kalah berdebat. Mereka berpendapat bahwa selama ini kepedulian sosial juga menjadi fokus perhatian mereka. Namun para Benighted ini melakukan sesuatu berdasarkan fakta empirik yang ilmiah dari hasil penelitian lapangan sebagai pijakan dalam membuat pertimbangan, kebijakan dan keputusan. Sehingga pada akhirnya sesuai dengan kebutuhan, kebenaran dan menunjang keberhasilan dalam prakteknya. Sebuah Pertentangan Visi
  • 10.   Kembali lagi pada lanjutan slide sebelumnya (h. 4) tentang perjalanan panjang menuju inklusi. Tentang sejarah dan perspektif yang diawali dari Pendidikan Khusus (Special Education) pada tahun 1980 an mengalami perubahan struktur yang signifikan dan memunculkan banyak gerakan yang menawarkan berbagai solusi terkait aturan pemerintah Amerika Serikat untuk ‘mengintegrasikan’ antara anak – dengan dan tanpa- disabilitas dalam satu wadah pendidikan yang sama (equal). Perjalanan Panjang Menuju Inklusi
  • 11.   Menurut sejarah, pendidikan khusus (atau yang biasa kita sebut sekarang dengan SLB/PLB) dalam sistem sekolah umum telah dikembangkan sebagai program yang dikhususkan terpisah dari pendidikan reguler atau pendidikan umum, dan penempatannya pun dalam kelas yang khusus.  Kelas khusus pada waktu itu dipandang sebagai tahapan kemajuan bagi kedekatan antara guru-murid, adanya guru khusus yang terlatih, pengarahan dan bimbingan individu yang lebih banyak dalam suasana ruang kelas yang sama.  Penekanan kurikulumnya ada pada kecakapan sosial dan kecakapan kejuruan atau khusus. Perjalanan Panjang Menuju Inklusi
  • 12. 1. Mainstreaming (Tendensi/kecenderungan untuk terintegrasi) Merupakan sebuah gerakan yang ditujukan untuk menciptakan suatu lingkungan dengan ‘keterbatasan’ yang paling sedikit (Least Restrictive Environment/LRE). Sistem dalam Mainstreaming ini berusaha untuk menyatukan anak difabel dan non difabel ke dalam satu ruang kelas yang sama, dengan syarat terpenuhinya pelayanan dan kebutuhan mereka selama berada di kelas reguler atau kelas umum. Pengecualian apabila segala bantuan dan layanan tidak dapat menunjang pembelajaran bagi anak difabel, maka dapat dipindah tempatkan pada ruang sumber belajar yang berbeda namun tetap pada sekolah reguler yang sama. Perjalanan Panjang Menuju Inklusi
  • 13.  Mainstreaming atau LRE ini membawa perubahan besar terhadap kerangka pendidikan khusus (Special Education), dengan membuat suatu model ruang sumber belajar sebagai pilihan penempatan yang utama, disertai guru pendamping pendidikan khusus yang bertugas memberikan arahan akademik untuk jangka waktu tertentu bagi anak difabel. Setengah hari mereka berada dalam kelas pendidikan reguler dan setengah harinya lagi berada pada ruang sumber belajar yang sedikit terbatas (LRE). Perjalanan Panjang Menuju Inklusi
  • 14.  2. REI (The Regular Education Initiative atau Inisitif Pendidikan Reguler). Asumsi yang melandasi gerakan ini adalah bahwasanya setiap anak itu lebih banyak memiliki kemiripan daripada perbedaan. Maka sejatinya ‘pengajaran ynag khusus’ itu tidak dibutuhkan, sebab seorang guru yang baik akan dapat mengajar semua jenis anak dengan layanan pendidikan yang berkwalitas tanpa merujuk pada kategori pendidikan khusus. Guru yang baik dapat mengatur ruang kelas pendidikan reguler tanpa adanya pemisahan atau segregasi yang secara fisk merupakan bentuk diskriminasi dan ketidakadilan. Perjalanan Panjang Menuju Inklusi
  • 15.  Meski demikian, REI menuai banyak kritik beserta pro dan kontranya merujuk kepada fakta penelitian terhadap REI. Sejumlah kekurangan dan kelebihan REI pun dipaparkan berikut.  Di dalam pelaksanaan REI di lapangan, didapati bahwa tugas antara anak –dengan dan tanpa- disabilitas tidak dibedakan standarnya, dalam artian semua disama-ratakan. Namun demikian, beberapa anak difabel seperti LD (Learning Disabilites/anak berkesulitan belajar) dan EBD (Emotional and Behavioral Disabilities/anak dengan gangguan emosi dan prilaku) ketika ditempatkan pada REI, ditemukan adanya kemajuan akademik yang lebih baik. Meskipun tidak berlaku pada anak difabel dengan tipe lainnya seperti MMR (Mild Mental Retardation/anak dengan tunagrahita IQ di bawah rata-rata) masih lebih baik jika ditempatkan dalam setting kelas pendidikan khusus. Perjalanan Panjang Menuju Inklusi
  • 16.   REI berpendapat bahwa apabila dua sistem pendidikan ‘umum dan khusus’ ini tidak disatukan, maka hanya akan memberikan ‘label’ kepada anak difabel terkait diri mereka yang tidak mampu untuk selama-lamanya, baik dalam hal akademik maupun bersosialisasi. Perjalanan Panjang Menuju Inklusi
  • 17.  3. Inklusi: Part Time To Full Time Para inclusionist mengemukakan 3 hal yang mendorong diperlukannya perubahan dalam sistem pendidikan khusus: 1) Perlunya untuk mengubah perspektif ‘tempat’ (lingkungan) sebab akan berpengaruh pada outcome (lulusan) anak difabel 2) Perlunya untuk memilih ide daripada sekedar pencitraan 3) Untuk menghindari fanatisme Perjalanan Panjang Menuju Inklusi
  • 18.   Pada dasarnya semua model dari inklusi ditujukan untuk kembali membangun dan menyatukan sistem dari pendidikan khusus ke dalam pendidikan reguler atau pendidikan umum. Meski pada awalnya terjadi pertentangan antara part time inclusion yang sebagian sisa waktu luang anak dimanfaatkan untuk mengikuti pull-out program, atau full time inclusion yang menempatkan anak –dengan dan tanpa- difabel di dalam satu kelas reguler sehari penuh. Kemudian yang menjadi fokus dalam pendidikan inklusi adalah lebih menekankan pada aspek keterampilan sosial yang pada akhirnya dapat menunjang pencapaian akademik anak difabel yang lebih baik. Perjalanan Panjang Menuju Inklusi
  • 20.   Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa penekanan dalam pendidikan khusus sebagai sebuah wadah yang ditujukan bagi anak difabel untuk dapat dididik secara khusus dan intensif.  Jika pendidikan khusus ingin digabungkan dalam sistem pendidikan reguler, maka harus ada bentuk kebijakan yang menanggapi sikap, persepsi dan keyakinan masing-masing individu di masyarakat. Klise Pendidikan Khusus (Antara Praktek dan Kenyataan)
  • 21.  Sikap dan Keyakinan Berhasil atau tidaknya sebuah kebijakan pendidikan tidak lepas dari sikap dan persepsi –pertama- yang ada dalam diri dan mind-set guru. Sebagaimana penelitian yang pernah dilakukan bahwasanya guru menerima ide dan konsep pendidikan terintegrasi. Hanya saja sebagian praktisi guru yang lainnya merasa tidak mampu ketika menghadapi dan melayani anak difabel di dalam kelas, sebab tentu membutuhkan tambahan tanggung jawab untuk mengurus bagian dari mereka. Meski demikian ada saja guru yang memberikan perhatian lebih terhadap anak difabel yang memiliki kelambanan dalam belajar (akademik). Klise Pendidikan Khusus (Antara Praktek dan Kenyataan)
  • 22.  Kedua, tentang sikap para stakeholder administrasi pendidikan, yang berperan dalam posisi kepemimpinan di sekolah. Ketiga, persepsi dan sikap para anak non difabel terhadap anak difabel. Sebagian besar menunjukkan kecenderungan sikap yang toleran ketika berkontak mata secara langsung dengan mereka. Menunjukkan perhatian yang lebih, meski pada sebagian anak ada saja yang merasa tidak nyaman ketika mengalami kesulitan dalam komunikasi kepada anak difabel. Kemudian anak difabel yang sulit dalam kecakapan sosial atau beradaptasi dengan lingkungan rentan untuk dimarginalkan. Klise Pendidikan Khusus (Antara Praktek dan Kenyataan)
  • 23.   Keempat, sikap, persepsi dan keyakinan orang tua dalam menanggapi pendidikan inklusif menunjukkan respon yang positif. Meski sebagian orang tua yang memiliki anak difabel mencemaskan dan meragukan tentang kecocokan pendidikan inklusif dengan anaknya. Sebab praktek di lapangan terkadang kehilangan layanan pendidikan khusus-nya atau tidak seberhasil demikian. Maka diperlukan adanya riset yang lebih banyak di kemudian hari untuk menunjukkan kesesuaian pendidikan inklusi guna mengokohkan konsep dan idenya. Klise Pendidikan Khusus (Antara Praktek dan Kenyataan)
  • 24.   Ada 4 hal yang harus diperhatikan dalam pendidikan khusus: 1. Perhatian terhadap akademis anak 2. Perhatian terhadap sosio-emosional anak 3. Perhatian terhadap administrasi sekolah, dan 4. Perhatian terhadap peranan dan tanggung jawab guru Klise Pendidikan Khusus (Antara Praktek dan Kenyataan)
  • 25.  Dari keempat hal tersebut, point no. 4 memberikan pengaruh yang besar terhadap kesuksesan anak di dalam kelas. Pertama, kepribadian atau tingkat kepercayaan diri seorang guru untuk mengajar anak difabel. Guru yang memiliki pengalaman mengajar yang terbatas akan mengkhawatirkan dampak pengajaran mereka. Kedua, pengaruh dari tipe dan level disabilitas itu sendiri. Beberapa guru cenderung lebih nyaman dan memberikan respon positif terhadap anak difabel dengan cacat fisik dibandingkan dengan anak difabel yang mengalami hambatan akademis dan perilaku. Klise Pendidikan Khusus (Antara Praktek dan Kenyataan)
  • 26.  Berdasarkan hasil survey penelitian yang dilakukan terhadap hampir 10.000 orang guru pendidikan reguler, ditemukan bahwa:  2/3 guru pend. Reguler menerima ide dan konsep pend. Terintegrasi, hanya sama sedikit sekali yang menerapkan dalam praktek nyatanya.  1/3 guru meyakini bahwa ruang kelas pend. Reguler akan menghasilkan manfaat dan keuntungan yang lebih besar dibanding penempatan ruang sumber belajar lainnya (dengan syarat melihat tingkatan disabilitas anak).  1/3 guru menolak secara keras penggabungan anak –dengan dan tanpa- difabel. Mereka berasumsi bahwa peng-integrasi-an ini hanya anak membawa dampak negatif di ruang kelas pend. Reguler.  Dan hanya ¼ guru yang yakin dan mengusahakan terlaksananya pend. Inklusif dengan baik. Mereka benar-benar mempersiapkan diri untuk mengajar anak difabel, dan bersedia untuk mengikuti pelatihan pend. Inklusif. Singkatnya, para guru mendukung adanya pemberlakuan integrasi. Namun untuk menuju inklusi itu sendiri harus ditujukkan pada perubahan kebijakan pemerintah untuk mendukung keberhasilan pelaksanaanya. Klise Pendidikan Khusus (Antara Praktek dan Kenyataan)
  • 27.   Ada apa dengan kelas pendidikan umum (reguler)? Fakta di lapangan menunjukkan sebuah ruang kelas pendidikan umum (reguler) yang menempatkan dan mencakup beragam anak yang berbeda-beda; pengajaran dalam jumlah atau scope yang luas; perhatian guru yang lebih kepada cara mengajar dibandingkan materi yang diajarkan terhadap individu -anak- yang memiliki kemampuan yang berbeda pula. Realitas Pendidikan Umum
  • 28.  Beberapa fakta di lapangan selanjutnya menunjukkan bahwa tidak semua kebutuhan anak difabel terpenuhi ketika berada di dalam kelas (seperti tidak mendapatkan layanan pendidikan khusus atau pendampingan); masih banyak kondisi guru umum yang belum dilatih utnuk menghadapi perbedaan cara mengajar (baik dari metode ataupun strategi), sedikit sekali design atau bentuk variasi pengajaran yang khusus yang diberikan pada anak difabel sesuia keunikan mereka; tidak ditemukannya spesifikasi pengajaran, individualisasi, intensif, dan remidial bagi anak dengan akademik yang rendah. Realitas Pendidikan Umum
  • 29. Ada berbagai hal terkait gambaran keadaan atau situasi sosial di dalam pendidikan umum: 1. Memunculkan rasa toleransi dan dukungan sosial dari anak non difabel terhadap anak difabel. 2. Terdapat beberapa konsekuen yang negatif dalam diri anak difabel, seperti terbatas atau rendahnya tingkat kepercayaan diri anak, kurangnya konsep diri dan kemampuan yang kurang memadai, memunculkan perasaan marah, malu, frustasi dan pandangan yang tidak menyenangkan lainnya (terhadap anak difabel). 3. Beberapa kondisi masih menunjukkan kurangnya interaksi positif antara guru dengan anak difabel, antara anak difabel dengan teman sebayanya yang terkadang ditolak kehadirannya di lingkungan. Realitas Pendidikan Umum
  • 30. Kemampuan dan kecakapan guru: 1. Ada kekhawatiran dalam diri guru bahwa mereka akan memberikan perhatian, waktu dan usaha yang lebih guna memenuhi kebutuhan anak difabel, yang pada akhirnya hanya akan membatasi kesediaan waktu yang optimal terhadap anak non difabel (tanggung jawab yang berlebih). 2. Tidak semua sekolah siap untuk memutuskan rekonstruksi untuk pendidikan inklusi, sebab masih menimbang-nimbang dalam peranan persepsi, gaya mengajar, orientasi filosofis, pengaturan waktu, koordinasi jadwal, dukungan administratif, ketidakmampuan membangun komunikasi dan mengatasi perbedaan pengajaran, kurangnya sumber daya untuk mencukupi kebutuhan khusus anak difabel di dalam kelas umum, dan kurangnya kesempatan berkolaborasi antara guru umum dan guru khusus. Realitas Pendidikan Umum
  • 31.  Ini merupakan landasan filosofis, dimana post-modernisme menolak pandangan modern dari ilmu pengetahuan sebagai sebuah sistem yang terfokus pada penyelesaian masalah dengan konstruksi, evaluasi, dan pengujian hipotesis yang berbeda terkait solusi yang optimal. Post- modern menjauhkan diri dari batasan disiplin ilmu yang kaku dan menantang kemungkinan dari penciptakan dunia yang meliputi semua sudut pandang. Post-Modernisme dan Inklusi
  • 32.  Ciri-ciri post-modernisme tertuju pada pemisahan elemen yang terisolasi dari hubungan yang spesifik, dan membentuk perpaduan dari hal-hal yang berlawanan atau sebaliknya. Mereka menawarkan keadaan yang tidak dapat dipastikan kepada sebuah penentuan, perbedaan keragaman daripada kesatuan ragam, perbedaan daripada persatuan, kompleksitas daripada penyederhanaan, mereka melihat pada keunikan daripada hal-hal yang bersifat umum, lintas tekstual daripada hubungan sebab akibat. Dengan adanya perspektif postmodernisme ini, ilmu sosial menjadi lebih subjektif. Post-Modernisme dan Inklusi
  • 33.  Mendiskusikan tentang kemungkinan pendidikan inklusif untuk dapat berada dalam konteks dunia nyata seakan terhalang oleh bukti atau fakta empirik. Pada dasarnya sistem pendidikan khusus merugikan anak, seperti halnya di AS, keberadaan anak minoritas selalu terusir dari masyarakat, dan dianggap berada dalam kasta yang rendah, mereka diberi label terhadap citra diri mereka. Maka pendidikan khusus dianggap sebagai hal yang mendorong pada ketidakmungkinan untuk meraih keadilan. Oleh sebab itu, situasi dapat diperbaiki hanya dengan menempatkan semua anak dalam lingkup pendidikan umum. Post-Modernisme dan Inklusi
  • 34. Ideologi, Politik dan Keyakinan Perbedaan konsep inklusi dengan yang lain ada pada hasil ideologi, bukan pada penafsiran ilmiah. Ideologi pada dasarnya tidak mempertimbangkan sikap ilmiah. Ide tentang paradigma dan perkembangan ilmiah menekankan pada pelaksanaan penelitian yang menggambarkan kemajuan dan kemunduran ketika ada kekurangan validasi fakta dan bukti penelitian, dan pengalaman percobaan teori yang gagal harus dimodifikasi untuk mengakomodasi keberhasilan sejak dini. Tanpa adanya bukti ilmiah, maka teori menjadi tidak ada. Bukti ilmiah kemudian penting untuk menguatkan penelitian sehingga ia maju. Post-Modernisme dan Inklusi
  • 35.  Seperti halnya pendidikan khusus yang menekankan pada kelas khusus dan menunjukkan beberapa keberhasilan dalam pelaksanaannya melalui model sumber belajar, model kolaboratif, pendidikan bina diri (penyesuaian diri), tutor sebaya, strategi pendidikan yang diindividualisasikan (IEP/PPI), dan strategi inovatif, telah menunjukkan respon dari kemajuan pendidikan khusus. Post-Modernisme dan Inklusi
  • 36. Sebaliknya para inclusionist gagal untuk menunjukkan kemajuan dalam penelitiannya. Faktanya, bukti empirik gagal untuk diidentifikasikan, argumen pendukung hanya sebatas studi kasus dan testimoni, bukan berdasarkan fakta penelitian kuantitatif (metodologis). Oleh sebab itu, ‘inklusi’ membutuhkan lebih banyak penelitian, karena penyederhanaan hanya akan menggiring pada sesuatu yang tidak teruji secara faktual. Ideologi boleh jadi berguna untuk mengukuhkan tujuan dan sasaran. Namun praktek nyata adalah hal yang terbaik dari penelitian ilmiah. Tidak heran jika pendidikan khusus menjadi rujukan dalan kebijakan politik, meskipun ideologi juga memerankan peranan yang utama dalam sebuah aturan (sebelum diberlakukannya sebuah aturan atau penetapan kebijakan). Post-Modernisme dan Inklusi
  • 37.  Perdebatan pelik antara para inclusionist atau postmodernisme atau sederhananya dapat disebut sebagai sosiolog pendidikan dengan para praktisi pendidikan khusus menghasilkan pandangan yang berbeda. 1. Para inclusonist menginginkan sebuah ‘inklusi’ itu menjadi landasan ideologi, terwujud dalam sebuah gerakan nyata secara menyeluruh dan menjadi rujukan kebijakan pemerintah. Mereka berpendapat bahwa memperjuangkan hak asasi para difabel sebagai warga negara tidak selalu menuntut bukti empiris. Apabila tidak digalakkan secara radikal maka tidak akan pernah tercapai sebuah ‘inklusi’ yang diharapkan. Kecemasan para inclusionist ini ada pada stigma atau labelling yang dikaitkan dengan tempat. Ingat!
  • 38.  2. Para ilmuwan atau praktisi pendidikan khusus menyebutkan bahwa perubahan yang progresif ke arah kemajuan terjadi dalam sistem pendidikan khusus. Mereka menantang kebermanfaatan praktek inklusi dalam realita yang tidak hanya sebatas retorika ideologi (fakta empiris terkait keberhasilan pendidikan inklusif). Mereka menilai bahwa masih banyak sisi kekurangan menghadapi inklusi itu sendiri, seperti; perspektif guru yang tidak sepenuhnya positif, kekhawatiran orang tua, dan tidak semua anak non difabel akan menerima anak difabel level berat dsb. Ingat!
  • 39. Pembahasan integrasi anak –dengan dan tanpa- disabilitas bukan sebuah hal yang baru lagi, hal ini sudah terjadi selama 25 tahun yang lalu terhitung sejak 1970-an. Ketika aturan tentang LRE ternyata tidak menunjukkan peningkatan hasil. Meskipun ada dukungan ideologi dan politik untuk gerakan ‘inklusi’, namun tetap saja bukti empirik kurang meyakinkan. Kenyataan di sekolah reguler, masih belum menempatkan sikap, persepsi, akomodasi, dan berbagai penyesuaian adaptif lainnya pada porsi dan kebutuhannya. Maka diperlukan adanya penelitian lebih lanjut. Oleh sebab itu, diantara dua pandangan yang berbeda, harus ditengahi oleh pandangan yang logis. Belajar dari banyaknya pengalaman sebelumnya, bahwa pendidikan khusus-lah yang menjadi posisi terbaik (menurut penulis dalam artikel jurnal ini) untuk mewujudkan misi keberhasilan dalam menyediakan pendidikan terbaik bagi anak difabel. Kesimpulan
  • 40. 1. Artikel jurnal ini menyuguhkan berbagai laporan hasil penelitian terkait praktek penyelenggaraan pendidikan khusus dan menuju inklusi di lapangan. 2. Penulis dalam artikel jurnal ini adalah praktisi dan pakar pendidikan khusus di AS; Kenneth A. Kavale dan Steven R. Forness. 3. Jarak spasial dalam artikel jurnal ini berkisar antara tahun 1970 an sampai 1985-an. Oleh sebab itu diperlukan adanya penelitian lanjutan dan terbaru terkait antar keduanya; pendidikan khusus dan pendidikan inklusif. 4. Pendidikan khusus secara esensi memang tidak dapat dihilangkan, sebab keberadaan sebenarnya menunjang keberhasilan pendidikan inklusi. 5. Pendidikan inklusi juga diperlukan penyelenggaraannya secara menyeluruh, agar dampak positif dalam kacamata sosial lebih terwujud. Tanggapan, Kritik dan Saran