SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 17
Downloaden Sie, um offline zu lesen
1. Gambaran umum masa perekonomian yang pernah berlaku di Indonesia
sampai dengan tahun 2008 dapat dibagi ke dalam beberapa bagian, yaitu masa
sebelum terjajah, masa penjajahan, masa sebelum tahun 1966, masa sesudah
tahun 1966, dan masa reformasi. a) Masa Sebelum Terjajah (sebelum tahun
1600) meliputi, Masa Pra Kerajaan, awalnya terbentuk komunitas-komunitas
kecil dari orang-orang, kemudian diantara mereka berkumpul membentuk
komunitas masyarakat yang lebih besar dari sebelumnya. komunitas
masyarakat terdiri atas dua golongan, yaitu masyarakat desa (paguyuban) dan
masyarakat kota (patembahan). Masa Kerajaan, pada masa ini perekonomian
lebih maju dari sebelumnya. Dalam lingkup regional, produk yang dihasilkan
oleh masyarakat desa didistribusikan dan dijual ke dalam kota raja, yaitu kota
tempat berdirinya kerajaan. Dalam kegiatan transaksi ekonomi masyarakat
mulai mengenal sistem barter bahkan lebih maju lagi mereka telah memulai
pemakaian uang sebagai alat tukar. b) Masa Penjajahan (1600 – 1945),
perkembangan perdagangan pelayaran pada masa merkantilisme di area Eropa
ditujukan untuk memperbesar ekspor negara-negara tersebut. Melalui
perdagangan mereka juga melakukan misi yang dikenal dengan gold, glory,
gospel. Namun, lambat laun justru berkembang imperialisme yang tujuannya
adalah mencari sumber-sumber ekonomi dari daerah jajahan. Cara-cara yang
dilakukan pun sudah seringkali menyimpang dan menyalahi batas
kemanusiaan. Melalui serikat dagang Hindia Belanda (VOC), penjajah
melakukan monopoli sehingga sangat tidak menguntungkan pihak pribumi
(bumi putera). c) Masa Sebelum Tahun 1966 (1945 – 1966), yang meliputi
Masa Kemerdekaan (1945-1949), Masa RIS (1949-1959), Masa Orde
Lama (1959-1965). Kondisi perekonomian setelah kemerdekaan bisa dibilang
sangat tidak stabil. Hal ini juga dipengaruhi oleh kondisi sosial politik yang
tidak stabil karena banyaknya pemberontakan di hampir seluruh wilayah
Indonesia. Salah satu awal mula permasalahannya adalah kesepakatan
Indonesia untuk membiarkan komunis masuk dan hidup di NKRI sebagai
imbas dari kesepakatan bantuan yang diberikan Uni Soviet di masa-masa
kemerdekaan. Sementara itu, defisit anggaran belanja pemerintah terus
membengkak dari tahun ke tahun, karena defisit-defisit tersebut dibiayai
terutama dengan pencetakan uang baru, tingkat harga tak henti-hentinya
membumbung dan mencapai puncaknya pada tahun 1966. Pada tahun terakhir
rejim orde lama ini, Indonesia menggoreskan catatan penting yang tak
diinginkan dalam catatan sejarah perekonomiannya: laju inflasi sekitar 650
persen. Selama dasawarsa 1950-an dan pertengahan pertama 1960-an
1
Indonesia kehilangan peranan pentingnya dalam perdagangan internasional.
Kedudukan sebagai produsen utama gula di dunia, terlepas. Begitu pula
kedudukan sebagai produsen utama karet alam, digantikan oleh Malaysia.
Ekspor komoditas-komoditas tradisional kopra, teh, biji kelapa sawit, lada dan
tembakau jauh lebih rendah dari pada yang dicapai sebelum perang dunia ke
dua. Sesudah pertengahan 1950-an penerimaan ekspor senantiasa kurang dari
10 persen produk domestik bruto. Semua ini satu sama lain mengakibatkan
kalangkaan akpital dan tekanan atas neraca pembayaran. d) Masa Sesudah
Tahun 1966, yang meliputi Masa Transisi (1966-1968), bekas-bekas kondisi
ekonomi yang terpuruk masih sangat mencolok pada masa ini, seperti
tumpukan utang luar negeri yang mencapai lebih dari US$ 2 milyar,
penerimaan ekspor yang hanya setengah dari pengeluaran untuk impor barang
dan jasa, ketidak berdayaan mengendalikan anggaran belanja dan memungut
pajak, laju inflasi secepat 30-50 persen per bulan, dan buruknya kondisi
prasarana perekonomian serta penurunan kapasitas produktif sektor industri
dan ekspor. Pada masa ini terjadi pergantian presiden, Soekarno digantikan
oleh Soeharto pada tahun 1968. Masa Orde Baru (1969-1997/98),
perekonomian berangsur-angsur mulai membaik. Pemerintah menjalankan
program pembangunan jangka pendek yang terdiri atas: tahap penyelamatan
(Juli-Desember 1966), tahap rehabilitasi (Januari-Juni 1967), tahap konsolidasi
(Juli-Desember 1967), dan tahap stabilisasi (Januari-Juni 1968). Program
jangka pendek ini juga diikuti dengan program jangka panjang, terdiri atas
rangkaian Rencana Pembangunan lima Tahun (Repelita) yang dimulai pada
bulan April 1969. Melalui program Pelita, pemerintah mulai merencanakan
pembangunan dengan lebih terarah. Ditargetkan pada tahun1992 Indonesia
akan melalui tahap tinggal landas. Namun hingga pengunduran diri Soeharto di
tahun 1998, masa tinggal landas yang dicita-citakan hanya tinggal masa lalu.
Semua tidak terlaksana. Masa Reformasi (1997/98 – 2008), pada tahun 1997
hingga 1998 terjadi krisis ekonomi. Dampak krisis ini sangat dirasakan oleh
BUMS dan BUMN. Guna memperbaiki situasi maka dikucurkan dana Bantuan
Likuiditas Bank Indonesia (BLBI), yang menjadi kasus tersendiri karena terjadi
penyalah gunaan. Hingga saat ini, kasus ini belum juga tuntas. Namun, pada
masa kepemimpinan presiden SBY direalisasikan berdirinya KPK (Komisi
Pemberantasan Korupsi) untuk menangani masalah-masalah penyalahgunaan
dana dari pemerintah yang seharusnya digunakan untuk pembangunan
nasional. Selain itu, pada masa kepemimpinannya, SBY juga mengeluarkan
kebijakan yang populer yaitu dengan mengurangi subsidi BBM yang
2
diakibatkan oleh naiknya harga minyak dunia sehingga membuat harga BBM di
masyarkat naik. Subsidi BBM ini dialihkan ke sektor lain yaitu sektor
pendidikan dan sektor lain yang mampu meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Hingga tahun 2008, pemerintah cukup mampu mengurangi inflasi hingga
bertahan 4-5% per tahun, selain itu pemerintah juga mampu mengatasi
terjangan krisis global yang melanda dunia pada tahun 2008.
2. Pendapatan Nasional merupakan jumlah seluruh pendapatan yang diterima
oleh masyarakat dalam suatu negara selama satu tahun. Pendapatan nasional
merupakan salah satu variabel penting untuk menghitung prestasi ekonomi
suatu negara karena kita dapat mengetahui bagaimana pertumbuhan ekonomi
suatu negara dari tahun ke tahun. Konsep pendapatan nasional di antaranya
adalah Produk Domestik Bruto (Gross Domestic Product, GDP) atau PDB,
Produk Nasional Bruto (Gross National Product, GNP) atau PNB, Pendapatan
Nasional Neto (Net National Income, NNI), Pendapatan Perseorangan (Personal
Income,PI), Pendapatan yang siap dibelanjakan (Disposable Income, DI).
Perhitungan pendapatan nasional dapat dihitung atau diukur dengan tiga
macam pendekatan, yaitu: 1) Pendekatan produksi, dengan cara
menjumlahkan nilai seluruh produk yang dihasilkan dari berbagai unit
produksi di wilayah suatu negara dalam jangka waktu satu tahun. Yang
dimaksud unit disini adalah 11 unit produksi yang meliputi pertanian,
pertambangan dan penggalian, industri pengolahan, listrik, gas dan air bersih,
bangunan, perdagangan, pengangkutan dan komunikasi, bank dan lembaga
bukan bank, sewa rumah, pemerintahan dan jasa-jasa. Dalam menghitung
pendapatan nasional metode produksi digunakan rumus yaitu Y = [(Q1 X P1) +
(Q2 X P2) + (Qn X Pn) ……]. Nilai produk yang dihitung dengan pendekatan ini
adalah nilai jasa dan barang jadi (bukan bahan mentah atau barang setengah
jadi). 2) Pendekatan pendapatan, dengan cara menjumlahkan seluruh
pendapatan (upah, sewa, bunga, dan laba) yang diterima rumah tangga
konsumsi dalam suatu negara selama satu periode tertentu sebagai imbalan
atas faktor-faktor produksi yang diberikan kepada perusahaan. Atau dapat
dituliskan dengan rumus sebagai berikut PDB = r+w+i+p. 3) Pendekatan
pengeluaran, dengan cara menghitung jumlah seluruh pengeluaran untuk
membeli barang dan jasa yang diproduksi dalam suatu negara selama satu
periode tertentu. Perhitungan dengan pendekatan ini dilakukan dengan
menghitung pengeluaran yang dilakukan oleh empat pelaku kegiatan ekonomi
negara, yaitu: Rumah Tangga (Consumption), Pemerintah (Government),

3
pengeluaran investasi (Investment), dan selisih antara nilai ekspor dikurangi
impor ( X – M ). Untuk itu dapat digunakan rumus PDB = C + I +G + (X-M).
3. Pertumbuhan ekonomi adalah proses perubahan kondisi perekonomian suatu
negara secara berkesinambungan menuju keadaan yang lebih baik selama
periode tertentu. Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan juga sebagai proses
kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam
bentuk kenaikan pendapatan nasional. Adanya pertumbuhan ekonomi
merupakan indikasi keberhasilan pembangunan ekonomi. Pertumbuhan
ekonomi memiliki sifat self-generating yaitu proses pertumbuhan itu sendiri
melahirkan kekuatan atau momentum bagi timbulnya kelanjutan pertumbuhan
tersebut dalam periode selanjutnya. Pertumbuhan ekonomi dalam suatu negara
dapat dikatakan sebgai peningkatan jumlah barang dan jasa yang diproduksi
oleh kegiatan ekonomi dari waktu ke waktu dalam suatu negara. Hal ini diukur
secara konvensional sebagai laju persen kenaikan dalam produk domestik
bruto riil, atau GDP riil. Pertumbuhan biasanya dihitung secara riil, yaitu
disesuaikan dengan hal inflasi, untuk output yang bersih dari efek inflasi pada
harga barang dan jasa yang dihasilkan. Pertumbuhan ekonomi biasanya
mengacu pada pertumbuhan output potensial, seperti: produksi di lapangan
kerja, yang disebabkan oleh pertumbuhan permintaan agregat atau output
yang diamati. Untuk menghitung berapa besarnya pertumbuhan ekonomi suatu
negara, maka data yang diperlukan dan dipergunakan adalah pendapatan
nasional suatu negara. Untuk negara yang sedang berkembang umumnya
menggunakan PDB, sedangkan untuk negara yang telah maju umumnya
menggunakan GNP. Menurut M. Suparko, pada negara berkembang, selain
dengan menghitung PDB pertumbuhan ekonomi suatu negara dapat pula
diketahui dengan melihat pendapatan perkapita dan pendapatan per jam kerja.
M. Suparko beralasan bahwa menghitung pendapatan per kapita merupakan
ukuran yang lebih tepat karena mempertimbangkan jumlah penduduk,
sedangkan pendapatan per jam kerja ia beralasan bahwa suatu negara dapat
dikatakan lebih maju dibanding negara lain bila mempunyai tingkat
pendapatan atau upah per jam kerja yang lebih tinggi dibanding upah per jam
kerja negara lain untuk jenis pekerjaan yang sama. Untuk menghitung tingkat
pertumbuhan ekonomi suatu negara dapat digunakan rumus sebagai berikut: g
= {(PDBs-PDBk)/PDBk} x 100%
g = tingkat pertumbuhan ekonomi PDBs = PDB riil tahun sekarang PDBk = PDB
riil tahun kemarin

4
4. Tinggi rendahnya pendapatan per kapita dipengaruhi oleh jumlah pendapatan
nasional dan jumlah penduduk. Jika pendapatan nasional sebuah negara
tinggi, tetapi jumlah penduduk juga besar, maka pendapatan per kapitanya
akan rendah. Sebaliknya, walaupun pendapatan nasional rendah, tetapi jumlah
penduduk kecil, pendapatan per kapitanya mungkin akan tinggi. Pendapatan
per kapita Indonesia masih rendah jika dibandingkan dengan negara-negara
tetangga sesama anggota ASEAN, hal itu disebabkan oleh jumlah penduduk
Indonesia yang besar dan tingginya laju pertumbuhan penduduk yang tinggi
setiap tahunnya. Dari jumlah penduduk yang besar tersebut, di Indonesia
masih banyak SDM yang berkualitas rendah sehingga penguasaan teknologi
pun juga masih rendah di kalangan penduduk Indonesia. Hal tersebut
menyebabkan kurang optimalnya pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya
alam yang pada akhirnya pendapatan nasional Indonesia pun ikut rendah.
Pertambahan jumlah penduduk yang ada di Indonesia saat ini tidak terlalu
memberikan kontribusi yang cukup berarti terhadap upaya penambahan
jumlah pendapatan nasional yang ada sekarang, karena sumber daya alam
yang dimiliki belum dapat sepenuhnya dikelola dan dimanfaatkan untuk
kesejahteraan rakyat (sebagai akibat dari rendahnya kualitas SDM dan
kurangnya penguasaan teknologi serta sumber daya yang ada). Kalau pun
pendapatan nasional Indonesia lumayan naik, tetapi dengan jumlah dan laju
pertumbuhan penduduk yang tinggi, pendapatan per kapita Indonesia pun
mungkin masih belum bisa dikatakan tinggi dibandingkan dengan Singapura
atau Brunai misalnya, hal ini disebabkan karena perhitungan pendapatan
perkapita harus membagi antara jumlah pendapatan nasional dengan jumlah
penduduk yang ada di Indonesia.
5. Sesuai ketentuan Undang-Undang No 13 Tahun 2003, kontrak kerja melalui
mekanisme perjanjian kerja maksimal bisa diperpanjang sampai 3 tahun.
Perjanjian kerja sendiri dibuat menurut ketentuan Undang-Undang No 13
Tahun 2003, ada empat kategori. Pertama, perjanjian kerja magang (pasal 22),
kedua, perjanjian kerja waktu tertentu (pasal 56-60) ketiga, perjanjian kerja
untuk waktu tidak tertentu (pasal 60) dan keempat, perjanjian kerja bersama
yang melibatkan serikat pekerja dan pihak manajemen perusahaan (pasal 116).
Namun peraturan dalam Undang-Undang No 13 Tahun 2003 tentang
Ketengakerjaan ditengarai sebagai palang pintu lahirnya sistem kerja
outsourcing yang sekarang dipraktekkan dimana-mana. Sebenarnya, didalam
undang-undang ini, tidak mengenal penyebutan istilah outsourcing. Akan
tetapi, pengertian dari outsourcing itu sendiri dapat dilihat dalam beberapa
5
ketentuan. Salah satunya adalah yang tertuang dalam pasal 64 undang-undang
ketengakerjaan ini, yang isinya menyatakan bahwa outsourcing merupakan
suatu perjanjian kerja yang dibuat antara pengusaha dengan tenaga kerja,
dimana perusahaan tersebut dapat menyerahkan sebagian
pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan lainnya melalui perjanjian
pemborongan pekerjaan yang dibuat secara tertulis. Praktek outsourcing dinilai
mampu menyerap lapangan kerja dan mengatasi pengangguran berdasarkan
asumsi bahwa jika pola system kerja outsourcing yang diterapkan, maka secara
langsung membuka kesempatan bagi siapa saja untuk berkompetisi. Bahkan
bagi mereka yang sebelumnya berada pada sektor informal, dapat terseret
kedalam sektor formal yang lebih terproteksi dan menjanjikan. Outsourcing
juga dianggap akan lebih mampu menyerap tenaga kerja tanpa diskriminasi.
Namun yang terjadi di lapangan adalah sebaliknya. Outsourcing
mengakibatkan semakin lemahnya posisi buruh dalam perusahaan. Hal
tersebut dilatar belakangi oleh status hubungan kerja yang sifatnya sementara
dengan masa kerja yang ditetapkan selama kurung waktu tertentu (1 tahun, 2
tahun, bahkan ada yang hanya berkisar 3-4 bulan). Hal ini berakibat semakin
kuatnya posisi pengusaha jika berhadapan dengan pekerja, sehingga
memberikan ruang yang sangat besar bagi pengusaha tersebut untuk menindas
buruh dalam perusahaannya. Pengusaha dapat dengan sewenang-wenang
memberhentikan buruh (melakukan PHK terhadap buruh) sesuai dengan
kemauannya. Ketakutan berserikat, berkumpul, menuntut perbaikan, serta
menyatakan pendapat pun menjadi terbatasi akibat posisi buruh yang lemah
ini, ditambah ancaman PHK yang sewaktu-waktu dapat dilakukan oleh
pengusaha. Kendati Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 mengisyaratkan agar
syarat perlindungan kerja dan syarat-syarat kerja bagi pekerja/buruh yang
dioutsourcing sekurang-kurangnya sama dengan perlindungan kerja dan
syarat-syarat kerja pada perusahaan pemberi kerja atau sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku, namun itu merupakan hal yang
sangat sulit untuk diwujudkan. Karena kalangan pengusaha melakukan pola
hubungan kerja seperti itu justru dengan pertimbangan bahwa biayanya lebih
murah dan resikonya lebih ringan. Jika praktek outsourcing ini terus terjadi,
dan bahkan semakin meluas, maka dapat dipastikan bahwa tingkat
pengangguran di Indonesia akan terus bertambah. Hal ini disebabkan oleh
syarat kerja outsourcing yang menekankan keterampilan kerja yang kompetitif,
sementara kondisi buruh di Indonesia sama sekali belum memadai untuk
memiliki keterampilan multi bidang. Misalnya saja seorang pekerja tekstil
6
dengan status outsourcing, tentu akan menjadi gagap ketika harus dengan
tiba-tiba disalurkan keperusahaan pertambangan atau alat berat. Pola ini
justru akan berakibat kontra produktif terhadap kinerja perusahaan. Pada
kenyataan sehari-hari outsourcing selama ini diakui lebih banyak merugikan
pekerja/buruh, karena hubungan kerja selalu dalam bentuk tidak
tetap/kontrak, upah lebih rendah, jaminan sosial kalaupun ada hanya sebatas
minimal, tidak adanya job security serta tidak adanya jaminan pengembangan
karir dan lain-lain sehingga memang benar, kalau dalam keadaan seperti itu
dikatakan, praktek outsourcing akan menyengsarakan pekerja/buruh. Hal lain
yang menyebabnya masih tingginya tingkat pengangguran di Indonesia adalah
banyaknya perusahaan nakal yang biasanya cenderung mengikat buruhnya
bekerja melalui mekanisme perjanjian kerja magang dan perjanjian kerja waktu
tertentu. Jika banyak perusahaan menggunakan cara tersebut untuk merekrut
pekerja, maka secara otomatis kerugian banyak diterima oleh si pekerja.
Apabila banyak perusahaan menggunakan perjanjian-perjanjian tersebut
berarti perusahaan hanya perlu menanggung gaji atau upah pekerja.
Sedangkan fasilitas pekerja seperti kesehatan, pesangon, dan lain-lain tidak
bisa di dapatkan oleh pekerja karena mereka masih berstatus buruh kontrak.
Dengan adanya sistem outsourcing yang banyak merugikan kaum
pekerja/buruh, tidak adanya sistem perekrutan pekerja yang bersifat tetap
dalam kurun waktu yang tak bisa ditentukan, semakin sempitnya lapangan
pekerjaan yang ada di Indonesia, ditambah lagi jumlah penduduk yang semakin
bertambah tiap tahunnya, membuat angkatan kerja kesulitan untuk mencari
pekerjaan yang tetap. Hal itulah yang menyebabkan semakin banyaknya angka
pengangguran meskipun sudah diterbitkannya Undang-Undang No 13 Tahun
2003 tentang ketenagakerjaan.
6. Permasalahan kependudukan yang dialami oleh Indonesia dikelompokkan
menjadi dua, yaitu permasalahan kuantitas penduduk dan permasalahan
kalitas penduduk. Adapun permasalahan kuantitas penduduk Indonesia
diantaranya adalah: Jumlah penduduk Indonesia, pertumbuhan penduduk
Indonesia, kepadatan penduduk Indonesia, dan susunan penduduk Indonesia.
Upaya pemerintah mengatasi permasalahan kuantitas penduduk antara lain,
dengan a) Pengendalian jumlah dan pertumbuhan penduduk : Dilakukan
dengan cara menekan angka kelahiran melalui pembatasan jumlah kelahiran,
menunda usia perkawinan muda, dan meningkatkan pendidikan. b)
Pemerataan persebaran penduduk : dilakukan dengan cara transmigrasi dan
pembangunan industri di wilayah yang jarang penduduknya. Untuk mencegah
7
migrasi penduduk dari desa kekota, pemerintah mengupayakan berbagai
program berupa pemerataan pembangunan hingga ke pelosok, perbaikan
sarana dan prasarana pedesaan, dan pemberdayaan ekonomi di pedesaan.
Sedangkan permasalahan kualitas penduduk di Indonesia antara lain: Tingkat
kesehatan, tingkat pendidikan, lama sekolah, tingkat melek huruf, dan tingkat
pendapatan per kapita. Adapun upaya yang dapat dilakukan pemerintah dalam
menangani masalah kualitas penduduk dapat dilakukan dengan beberapa cara
berikut: Masalah tingkat pendidikan, a) Pencanangan wajib belajar 12 tahun. b)
Mengadakan proyek belajar jarak jauh seperti SMP Terbuka dan Universitas
Terbuka. c) Meningkatkan sarana dan prasarana pendidikan (gedung sekolah,
perpustakaan, laboratorium, dll). d) Meningkatkan mutu guru melalui
penataran-penataran. e) Menyempurnakan kurikulum sesuai perkembangan
zaman. f) Mencanangkan gerakan orang tua asuh. g) Memberikan beasiswa bagi
siswa yang berprestasi. Masalah kesehatan: a) Mengadakan perbaikan gizi
masyarakat. b) Pencegahan dan pemberantasan penyakit menular. c)
Penyediaan air bersih dan sanitasi lingkungan. d) Membangun sarana-sarana
kesehatan, seperti puskesmas, rumah sakit, dll. e) Mengadakan program
pengadaan dan pengawasan obat dan makanan. f) Mengadakan penyuluhan
tentang kesehatan gizi dan kebersihan lingkungan. Masalah tingkat
penghasilan/pendapatan (pendapatan per kapita): a) Menekan laju
pertumbuhan penduduk. b) Merangsang kemauan berwiraswasta. c)
Menggiatkan usaha kerajinan rumah tangga/industrialisasi. d) Memperluas
kesempatan kerja. e) Meningkatkan GNP dengan cara meningkatkan barang
dan jasa.
7. Transformasi tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor industri pada
awalnya didasari dari pemikiran kaum petani yang menganggap di sektor
pertanian sudah tidak dapat menjanjikan kesejahteraan bagi para petani. Hal
ini sebenarnya merupakan akibat dari ketimpangan pemerataan pengembangan
antar sektor. Ini disebabkan karena pengembangan sektor industri kurang
tepat. Sektor industri yang seharusnya dikembangkan adalah industri yang
menopang pertanian dan mengolah hasil pertanian serta industri yang padat
tenaga kerja. Namun dalam kenyataannya industri yang dikembangkan
tidaklah demikian. Sampai saat ini Indonesia memiliki pabrik pupuk dan
pestisida yang tidak memadai, sehingga masih ada ketergantungan pada
import. Industri yang dikembangkan justru industri perakitan teknologi tinggi
seperti otomotif, komputer, pesawat terbang yang membutuhkan ketrampilan
tinggi, sehingga tidak dapat menyerap limpahan tenaga kerja sektor pertanian
8
yang umumnya kurang ketrampilan. Hal itu mengakibatkan semakin
banyaknya tenaga dari sektor pertanian yang menganggur. Selain itu,
pengembangan teknologi di bidang pertanian pun masih kurang memadai.
Kalau pun sudah ada pengembangan teknologi pertanian, harganya pun masih
relatif mahal sehingga banyak petani yang lebih memilih menggunakan cara
tradisional dalam mengolah lahan pertaniannya. Karena masih menggunakan
cara tradisional tersebut, maka para petani banyak yang belum mampu
mengoptimalkan produktifitasnya. Karena produktifitas belum optimal, maka
secara langsung pendapatan yang diperoleh petani juga belum mampu
meningkatkan kesejahteraan para petani tersebut. Penumpukan pengangguran
serta kurangnya kesejahteraan di sektor pertanian itu lah yang membuat
tenaga kerjanya memilih untuk berpindah ke sektor industri. Hal itu
memungkinkan tenaga kerja yang berkompetensi di bidang pertanian pun ikut
pindah ke sektor industri dikarenakan kurang optimalnya kesejahteraan yang
dapat dicapainya di sektor pertanian. Jika banyak pekerja yang berkompeten di
bidang pertanian ikut pindah ke sektor industri, hal itu akan menimbulkan
masalah baru, yaitu krisis pangan dalam negeri akibat kurangnya tenaga kerja
yang berkompeten di sektor pertanian. Seharusnya pengembangan sektor
industri diarahkan untuk mendukung perkembangan sektor pertanian sehingga
ketimpangan pendapatan antar sektor dapat dikurangi dan dapat
mengendalikan penumpukan tenaga kerja di sektor pertanian maupun industri.
Dampak yang timbul dari adanya transformasi tenaga kerja dari sektor
pertanian ke sektor industri adalah sebagai berikut: a) pembangunan sektor
pertanian tidak dapat dilaksanakan dengan tuntas, karena ketergantungan
material input dari luar yang tentunya membutuhkan biaya sangat besar. b)
Terjadinya krisis pangan dalam negeri karena produktifitas tanaman pengan
menurun. c) Semakin menurunnya produktifitas akan hasil pertanian yang
disebabkan oleh semakin berkurangnya tenaga kerja yang bekerja di bidang
pertanian. d) Semakin terpuruknya sektor pertanian Indonesia karena adanya
teransformasi tenaga kerja. e) Munculnya pengangguran struktural yang tidak
mungkin tertampung seluruhnya pada sektor industri dan jasa. f) limpahan
tenaga kerja sektor pertanian tidak terserap di sektor industri dan jasa akibat
rendahnya kualitas tenaga kerja, padahal sektor pertanian telah mengalami
kejenuhan. Akhirnya tenaga kerja lari ke sektor informal perkotaan dan
menimbulkan permasalahan baru di perkotaan.
8. Terjadinya kesenjangan spasial dalam pemerataan pendapatan antar
masyarakat pedesaan dengan masyarakat perkotaan antara lain disebabkan
9
oleh investasi yang sangat banyak dalam proyek-proyek yang padat modal yang
kebanyakan terkonsentrasi di sektor industri (perkotaan), masih terbatasnya
akses petani dan pelaku usaha kecil terhadap modal pengembangan usaha,
input produksi, dukungan teknologi, dan jaringan pemasaran dalam upaya
pengembangan peluang usaha dan kerjasama investasi, dan yang paling
menonjol adalah perbedaan tingkat pendapatan antar masyarakat kedua
wilayah tersebut. Di daerah perkotaan terdapat berbagai jenis pekerjaan dengan
tingkat pendapatan yang berbeda-beda pula, seperti direktur perusahaan,
pegawai bank, desainer, dll. Sementara di desa, umumnya masyarakatnya
mempunyai pekerjaan/ bermatapencaharian yang sama, yaitu sebagai petani,
kuli, serabutan, dan lain-lain yang mana pendapatannya biasanya hanya
cukup untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari saja dan untuk keperluan
mata mencahariannya. Dari perbedaan pekerjaan antara masyarakat desa
dengan masyarakat kota tersebut tentu dapat di lihat kesenjangan
pendapatannya. Misalnya, seorang desainer yang memiliki penghasilan ratarata 50 juta per bulan dengan seorang buruh tani yang rata-rata
penghasilannya hanya sekitar 400-600 ribu per bulan. Walaupun saat ini
banyak masyarakat desa yang mempunyai pekerjaan yang memberikan
penghasilan yang tidak sedikit, namun itu hanya sebagian kecil saja dari
masyarakat pedesaan. Jumlahnya tidak sebanding jika dibandingkan dengan
masyarakat perkotaan yang jauh lebih banyak masyarakatnya yang mempunyai
penghasilan tinggi, walaupun juga terdapat banyak orang-orang yang dapat
dikatakan miskin yang hidup di perkotaan (seperti pemulung atau orang-orang
yang tidak memiliki pekerjaan tetap di kota). Perbedaan tingkat pendapatan
antara masyarakat kota dengan masyarakat desa sudah tentu akan
menyebabkan perbedan pola atau prilaku konsumsi masyarakat. Pola
konsumsi masyarakat perkotaan jauh berbeda dengan masyarakat pedesaan.
Umumnya, bagi masyarakat perkotaan lebih menekankan kualitas dari pada
kuantitas. Selain itu, konsumsi masyarakat perkotaan tidak hanya sebatas
pemenuhan kebutuhan sehari-hari saja, namun juga untuk pemenuhan
aktualisasi diri dan kebutuhan barang mewah seperti mobil, rumah mewah, dll.
Konsumsi mayarakat perkotaan yang berpenghasilan tinggi tidak hanya sebatas
itu saja. Mereka biasanya mengalokasikan sebagian ari pendapatannya untuk
saving, investasi, asuransi, dan tunjangan hari tua lainnya. Berbeda dengan
pola/prilaku konsumsi masyarakat perkotaan, masyarakat pedesaan umumnya
didominasi oleh konsumsi kebutuhan primer, yaitu untuk pemenuhan
kebutuhan sehari-hari saja. Untuk selebihnya mereka gunakan untuk
10
pemenuhan kebutuhan yang berkaitan dengan mata pencahariannya, atau
ditabung. Namun seiring dengan perkembangan zaman dan teknologi, HP dan
sepeda motor saat ini bukan hanya menjadi barang penting bagi masyarakat
perkotaan, tetapi juga bagi masyarakat pedesaan.
9. Eksop-impor, memudahkan masyarakat untuk dapat mengkonsumsi barang-

barang dari luar negeri. Dan sebaliknya, masyarakat dalam negeri juga dapat
memasarkan produk usahanya ke luar negeri. Modernisasi dan globalisasi
mendorong perkembangan industri yang pesat untuk penyediaan barang
kebutuhan masyarakat sehingga tingkat konsumsi masyarakat juga akan
meningkat. Dengan adanya perdagangan bebas (ekspor-impor) maka tentunya
akan mempunyai pengaruh terhadap pola konsumsi masyarakat Indonesia.
Semakin banyak produk-produk luar negeri yang masuk ke Indonesia, maka
semakin banyak pula pilihan barang-barang yang akan dikonsumsi oleh
masyarakat di Indonesia. Hal tersebut akan membuka kemungkinan bagi
masyarakat Indonesia untuk memperoleh barang-barang baru, dan bahkan
barang-barang yang sebelumnya tak terbayangkan bisa terjangkau oleh
mereka. Dengan tersedianya banyak pilihan untuk memenuhi kebutuhan
hidup, maka masyarakat pun akan semakin konsumtif. Karena dengan adanya
perdagangan bebas, produk yang ada di pasaran lebih beragam, sehingga
memudahkan masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya. Selain itu,
masyarakat bisa melakukan konsumsi dalam jumlah yang lebih besar dari pada
sebelum adanya perdagangan bebas. Hal tersebut menunjukkan bahwa dengan
adanya perdangangan bebas maka pendapatan riil masyarakat (yaitu,
pendapatan yang diukur dari berapa jumlah barang yang bisa dibeli oleh
jumlah uang tersebut), telah mengalami peningkatan. Dibukanya hubungan
luar negeri merangsang kebiasaan hidup yang individualistis dan pola
konsumsi yang mewah. Mayarakat (dimulai dari golongan yang berpenghasilan
tinggi) cenderung untuk meniru gaya dan kebiasaan hidup dari negara-negara
maju lewat contoh-contoh yang ditunjukkan lewat media dan film, televisi,
majalah-majalah dan sebagainya. Akibatnya ada kecenderungan bagi
masyarakat tersebut untuk berkonsumsi yang berlebihan (masyarakat menjadi
lebih konsumtif). Mereka cenderung untuk lebih memilih barang-barang impor
karena dinilai kualitasnya yang lebih bagus. Padahal belum tentu barangabarang import itu memiliki kualitas yang bagus. Banyak juga barang-barang
produksi dalam negeri yang tidak kalah kualitasnya dibandingkan dengan
barang import. Karena itu, masyarakat seharusnya lebih bisa selektif dalam
memilih produk untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Jika pasar global
11
tidak diimbangi dengan sikap selektif dan bijaksana konsumen, maka sikap
konsumtif masyarakat dikhawatirkan akan semakin parah akibat mereka
terlalu dimanjakan oleh produk-produk luar negeri.
10. Pangsa pasar investasi sektor pertanian terhadap total investai PMDN pada 2
tahun terakhir hanya sekitar 10%, mengalami penurunan dibanding tahun
2006 sebesar 17,12%. Hal ini, akibat return dan payback di sektor pertanian
yang lebih rendah dibandingkan dengan sektor lain. Investasi pertanian
terhadap total investasi PMA menyumbang 2,5%, mengalami penurunan
dibanding tahun 2006 sebesar 6.2%. Investasi PMA yang rendah dipicu
kurangnya bibit unggul komoditi pertanian di Indonesia. Seperti di peternakan,
investor asing yang menggeluti usaha penggemukkan ternak, melakukan impor
ternak dari negara yang memiliki bibit-bibit ternak unggul. Dengan biaya
transportasi besar, investor asing kurang tertarik atas investasi di pertanian.
Hal lain yang menyebabkan para investor kurang tertarik untuk menanamkan
modalnya pada sub sektor pertanian adalah karena masih rendahnya
pertumbuhan output pertanian di Indonesia, yang disebabkan oleh rendahnya
kualitas SDM , semakin menyempitnya lahan garapan petani, dan masih
rendahnya penguasaan teknologi oleh para petani. Selain itu, sektor pertanian
(khususnya sub sektor tanaman pangan) memiliki resiko yang sangat tinggi
karena sangat tergantung pada kondisi musim. Indonesia yang mempunyai
iklim tropis, sehingga pada saat terjadi kemarau panjang, tentu akan
berpengaruh terhadap output pertanian. Hal lain yang juga berpengaruh
terhadap rendahnya minat investor untuk menanamkan modal di bidang
pertanian salah satunya karena tidak ada konsistensi kebijakan pemerintah.
Investor kerap ragu mengambil keputusan sebab kebijakan pemerintah kerap
berubah sewaktu-waktu. Masalah infrasruktur yang rendah juga
memepengaruhi minat investor untuk menanamkan modalnya pada sektor ini.
Melihat dari kondisi tersebut di atas, maka diperlukan upaya pemerintah guna
melindungi dan meningkatkan kemakmuran petani tanaman pangan. Adapun
upaya/kebijakan yang dapat dilakukan pemerintah adalah sebagai berikut: a)
Memperluas dan meningkatkan basis produksi secara berkelanjutan.
Arah kebijakan ini adalah meningkatkan investasi swasta, penggunaan lahan,
pewilayahan komoditas dan penataan pemanfaatan lahan pertanian. b)
Meningkatkan diversifikasi pangan. Meliputi pengembangan pangan sesuai
sumber daya lokal, meningkatkan diversifikasi konsumsi pangan yang beragam,
bergizi dan seimbang serta meningkatkan kualitas pangan yang aman dan
halal. c) Meningkatkan kapasitas dan pemberdayaan SDM pertanian. Meliputi
12
revitalisasi penyuluhan, pendampingan petani, pendidikan dan pelatihan
pertanian, meningkatkan peran serta masyarakat, meningkatkan kompetensi
dan moral aparatur dan pengembangan kelembagaan petani. d) Meningkatkan
ketersediaan sarana dan prasarana pertanian. Kebijakan ini meliputi
pengembangan sarana dan prasarana usaha pertanian, pengembangan sarana
pengolahan dan pemasaran serta pengembangan lembaga keuangan mikro
pedesaan. e) Meningkatkan inovasi dan diseminasi teknologi tepat guna.
Kebijakan ini diarahkan untuk merespon permasalahan dan kebutuhan
pengguna , mendukung optimasi pemanfaatan sumber daya spesifik lokasi,
pengembangan produk berdaya saing, percepatan proses dan perluasan
jaringan diseminasi dan penyaringan umpan balik inovasi pertanian. f)
Meningkatkan promosi dan pengembangan komoditas pertanian. Meliputi
kebijakan subsisdi tepat sasaran dalam sarana produksi, harga out put dan
bunga kredit untuk modal usaha tani; peningkatan ekspor; peningkatan
produktivitas dan efisiensi usaha; perbaikan kualitas dan standarisasi produk;
serta penguatan sistim pemasaran dan perlindungan usaha. Selain kebijakan
tsb. diatas, diperlukan juga kebijakan yang terkait dengan pembangunan
pertanian, namun perlu dukungan dan koordinasi dengan instansi terkait
yaitu: a) Pembangunan infrastruktur pertanian meliputi pembanguanan
jaringan irigasi, pencegahan konversi lahan, pengembangan jalan produksi
serta infrastruktur lainnya. b) Kebijakan pembiayaan pertanian untuk
mengembangkan lembaga keuangan yang khusus menangani sektor pertanian.
c) Kebijakan perdagangan yang memfasilitasi kelancaran pemasaran baik di
pasar dalam negeri maupun ekspor. d) Kebijakan pengembangan industri yang
lebih menekankan pada agroindustri (skala kecil) di pedesaan dalam rangka
meningkatkan nilai tambah dan pendapatan petani. e) Kebijakan investasi yang
kondusif untuk lebih mendorong minat investor dalam sektor pertanian. f)
Pembiayaan pembangunan yang lebih memprioritaskan anggaran sektor
pertanian. Perhatian pemerintah kabupaten/kota pada pembangunan pertanian
meliputi: infrastruktur pertanian, pemberdayaan penyuluh pertanian,
menghilangkan berbagai pungutan yang mengurangi daya saing produk
pertanian, serta alokasi dana yang memadai. g) Peran swasta dalam
menampung hasil pertanian dan investasi di sektor pertanian melalui CSR
(Corporate Social Responsibility ).
11. a) Berpengaruh terhadap APBN-RI. Melihat kebutuhan MIGAS yang lebih
banyak dari produksi MIGAS di Indonesia per harinya, maka secara otomatis
Indonesia akan mengimpor MIGAS, dimana harga MIGAS di pasar Internasional
13
mencapai $103,20 per barrel sedangkan harga MIGAS di Indonesia dipatok
$90/barrel. Dengan demikian harga tersebut akan menambah pengeluaran
APBN-RI pada saat kita mengimpor MIGAS. Jika hal ini terus terjadi maka
APBN-RI akan mengalami defisit dengan harga dollar yang tinggi yaitu $1 = Rp
10.000. b) Berpengaruh terhadap Ekspor Impor BBM. Indonesia keluar dari
OPEC tahun 2007, dan Indonesia sejak saat itu tidak pernah ekspor MIGAS,
karena kebutuhan dalam negeri belum tercukupi. Produksi MIGAS Indonesia
yang lebih kecil dari kebutuhan MIGAS tiap harinya, maka secara otomatis
akan menaikan impor MIGAS. Apabila keadaan ini berlanjut maka akan terjadi
defisit pada APBN karena impor>ekspor. c) Yang harus dibayar pemerintah
dalam memenuhi kebutuhan MIGAS dalam negeri adalah sebesar: ( 1,5 juta
barrel/hari – 916 ribu barrel/hari = 584.000 barrel/hari impor MIGAS x $
103,20 = $ 60.268.800 x Rp 10.000 = Rp 602.688.000.000 )maka jumlah
itulah yang harus dibayar pemerintah dalam pemenuhan MIGAS tiap harinya.
d) Subsidi yang diberikan pemerintah adalah: ($103,20 - $90=$ 13,20= harga
yang harus disubsidi pemerintah per harinya) ($13,20 x Rp 10.000 = Rp
132.000 x 584.000 barrel = Rp 77.088.000.000) jika dihitung dengan rupiah.
12. a) Krisis keuangan yang terjadi di Amerika Serikat sudah terlihat tandatandanya beberapa waktu yang lalu, tetapi baru dianggap serius oleh
pemerintah Indonesia sejak tanggal 8 Oktober 2008 saat IHSG di BEI turun
tajam sampai 10,38 % dan mengharuskan pemerintah menghentikan kegiatan
di pasar bursa modal beberapa hari. Krisis keuangan global yang berlangsung
hingga hari ini, gejala awalnya bisa dirujuk semenjak bangkrutnya perusahanperusahaan keuangan raksasa di AS seperti Merrill Lynch dan Lehman Brothers
pada 2008, yang kemudian mendorong juga terjadinya krisis ekonomi, terutama
di Amerika Serikat (AS) dan Eropa. Indonesia pun sempat terkena dampaknya,
berupa anjloknya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek
Indonesia (BEI), dan juga terus melemahnya nila tukar Rupiah terhadap mata
uang US$ Dollar. Pada waktu itu, BEI sendiri sempat ditutup beberapa hari
untuk menghindari semakin tajamnya penurunan IHSG yang telah mencapai
10,08% dalam waktu kurang dari dua jam. Penutupan sementara kinerja BEI
itu dilakukan untuk menghindari dan mencegah semakin terpuruknya bursa
akibat sentiment negatif. Karena yang bertransaksi di Bursa Efek Indonesia
tidak hanya investor lokal melainkan juga investor asing, maka ketika investor
asing yang sedang membutuhkan likuiditas untuk kepentingan perusahaannya
mau tidak mau menjual saham-saham yang ada di Indonesia juga untuk
mendapatkan dana, begitu banyaknya saham yang dijual maka tentu saja
14
harga-harga saham jadi turun tajam. Bagi Investor lokal yang tidak tahan dan
mempunyai kebiasaan mengikuti investor asing turut menjual juga saham
mereka, sehingga menambah laju jatuhnya harga saham di Bursa Efek
Indonesia. Jika semua investor baik asing maupun lokal banyak yang menjual
sahamnya, maka secara otomatis akan menghambat laju pembangunan di
Indonesia. Itulah alasan mengapa pada saat itu Pemerintah menutup
sementara Bursa Efek Indonesia (BEI). b) Pada saat itu konversi rupiah
terhadap dollar merosot dikarenakan adanya aliran keluar modal asing akibat
kepanikan yang berlebihan terhadap krisis keuangan. Banyak investor dan
pemilik uang dollar yang menukarkan uang mereka dengan rupiah. Mereka
takut nilai tukar dollar akan semakin turun. Dengan semakin banyak orang
yang menukarkan dollarnya dengan rupiah dan banyak investor asing yang
menarik dananya dari Indonesia maka membuat nilai rupiah menjadi turun. c)
Indonesia merupakan negara yang masih sangat bergantung dengan aliran
dana dari investor asing, dengan adanya krisis global ini secara otomatis para
investor asing tersebut menarik dananya dari Indonesia. Aliran dana asing yang
tadinya akan digunakan untuk pembangunan ekonomi dan untuk menjalankan
perusahaan-perusahaan hilang. Banyak perusahaan menjadi tidak berdaya,
yang pada ujungnya negara kembalilah yang harus menanggung hutang
perbankan dan perusahaan swasta. Dampak lain dari krisis global ini adalah
semakin banyak perusahaan yang mengurangi jumlah tenaga kerjanya.
Diperkirakan 200 ribu jiwa akan menjadi pengangguran pada tahun 2009.
Dengan bertambahnya angka pengangguran maka pendapatan per kapita juga
akan berkurang dan angka kemiskinan akan semakin bertambah. Karena krisis
yang terjadi adalah krisis global, maka tenaga kerja Indonesia yang ada di luar
negeri juga akan merasakan imbasnya. Hal tersebut tentu saja sangat
mempengaruhi roda perekonomian Indonesia. Semakin terintegrasinya
perekonomian global dan semakin dalamnya krisis menyebabkan perekonomian
di seluruh negara akan mengalami perlambatan pada tahun 2009. Indonesia
tak terkecuali. Bank Indonesia memperkirakan perekonomian Indonesia di
tahun 2009 akan tumbuh melemah menjadi sekitar 4,0%, dengan risiko ke
bawah terutama apabila pelemahan ekonomi global lebih besar dari yang
diperkirakan. Penurunan pertumbuhan ekonomi Indonesia tersebut bukan
sesuatu yang buruk apabila dibandingkan dengan banyak negara-negara lain
yang diperkirakan tumbuh negatif. Oleh karenanya, upaya Pemerintah dan
Bank Indonesia untuk mencegah dampak krisis ini meluas lebih dalam, melalui

15
kebijakan di bidang fiskal, moneter, dan sektor riil, menjadi penting untuk
dilakukan di tahun 2009.

16
17

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Bab. 1 Pembangunan Ekonomi & Pertumbuhan Ekonomi (Kelas XI, Kurikulum 2013)
Bab. 1 Pembangunan Ekonomi & Pertumbuhan Ekonomi (Kelas XI, Kurikulum 2013)Bab. 1 Pembangunan Ekonomi & Pertumbuhan Ekonomi (Kelas XI, Kurikulum 2013)
Bab. 1 Pembangunan Ekonomi & Pertumbuhan Ekonomi (Kelas XI, Kurikulum 2013)Yuni Tri Retnani Sardi, S.Pd
 
Handouts pie makro 2012
Handouts pie makro 2012Handouts pie makro 2012
Handouts pie makro 2012bwfitri
 
Pertumbuhan dan Pembangunan Ekonomi
Pertumbuhan dan Pembangunan EkonomiPertumbuhan dan Pembangunan Ekonomi
Pertumbuhan dan Pembangunan EkonomiLisa Fransisca
 
Teori Pertumbuhan Ekonomi
Teori Pertumbuhan EkonomiTeori Pertumbuhan Ekonomi
Teori Pertumbuhan Ekonomimsahuleka
 
Tugas 4. pertumbuhan ekonomi
Tugas 4. pertumbuhan ekonomiTugas 4. pertumbuhan ekonomi
Tugas 4. pertumbuhan ekonomisiti aisah
 
Ppt gambaran dasar perekonomian indonesia
Ppt gambaran dasar perekonomian indonesiaPpt gambaran dasar perekonomian indonesia
Ppt gambaran dasar perekonomian indonesiaR Anggara
 
Pertumbuhan Ekonomi (Pengertian, Unsur Pertumbuhan Ekonomi, Perbedaan dengan ...
Pertumbuhan Ekonomi (Pengertian, Unsur Pertumbuhan Ekonomi, Perbedaan dengan ...Pertumbuhan Ekonomi (Pengertian, Unsur Pertumbuhan Ekonomi, Perbedaan dengan ...
Pertumbuhan Ekonomi (Pengertian, Unsur Pertumbuhan Ekonomi, Perbedaan dengan ...SMA BRUDERAN PURWOREJO
 
Pendapatan nasional keseimbangan 4 faktor
Pendapatan nasional keseimbangan 4 faktorPendapatan nasional keseimbangan 4 faktor
Pendapatan nasional keseimbangan 4 faktorAchmad Agung Ferrianto
 
Resume makro ekonomi (KULIAH)
Resume makro ekonomi (KULIAH)Resume makro ekonomi (KULIAH)
Resume makro ekonomi (KULIAH)Heiha Tambun
 
Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi
Pembangunan dan Pertumbuhan EkonomiPembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi
Pembangunan dan Pertumbuhan EkonomiHisyam Lingga
 
Cara mengukur pertumbuhan ekonomi dan teori pertumbuhan ekonomi
Cara mengukur pertumbuhan ekonomi dan teori pertumbuhan ekonomiCara mengukur pertumbuhan ekonomi dan teori pertumbuhan ekonomi
Cara mengukur pertumbuhan ekonomi dan teori pertumbuhan ekonomiNur Huda
 
Perbezaan pertumbuhan dan pembangunan ekonomi
Perbezaan pertumbuhan dan pembangunan ekonomiPerbezaan pertumbuhan dan pembangunan ekonomi
Perbezaan pertumbuhan dan pembangunan ekonomiannisa ulhusna
 
201512409 ekonomi-pembangunan-pdf
201512409 ekonomi-pembangunan-pdf201512409 ekonomi-pembangunan-pdf
201512409 ekonomi-pembangunan-pdfSigit Wahyudi
 
Bab 3 pertumbuhan ekonomi
Bab 3 pertumbuhan ekonomiBab 3 pertumbuhan ekonomi
Bab 3 pertumbuhan ekonomixNet8
 
Sistem Perekonomian dan Analisa Pengaruh Kondisi Perekonomian terhadap Bisnis
Sistem Perekonomian dan Analisa Pengaruh Kondisi Perekonomian terhadap BisnisSistem Perekonomian dan Analisa Pengaruh Kondisi Perekonomian terhadap Bisnis
Sistem Perekonomian dan Analisa Pengaruh Kondisi Perekonomian terhadap BisnisMuhammad Hermawansyah
 
Bab i-pembangunan-ekonomi
Bab i-pembangunan-ekonomiBab i-pembangunan-ekonomi
Bab i-pembangunan-ekonomiagusmulyana41
 
Perubahan struktural
Perubahan strukturalPerubahan struktural
Perubahan strukturalifa_talita
 

Was ist angesagt? (19)

Bab. 1 Pembangunan Ekonomi & Pertumbuhan Ekonomi (Kelas XI, Kurikulum 2013)
Bab. 1 Pembangunan Ekonomi & Pertumbuhan Ekonomi (Kelas XI, Kurikulum 2013)Bab. 1 Pembangunan Ekonomi & Pertumbuhan Ekonomi (Kelas XI, Kurikulum 2013)
Bab. 1 Pembangunan Ekonomi & Pertumbuhan Ekonomi (Kelas XI, Kurikulum 2013)
 
Handouts pie makro 2012
Handouts pie makro 2012Handouts pie makro 2012
Handouts pie makro 2012
 
Pertumbuhan dan Pembangunan Ekonomi
Pertumbuhan dan Pembangunan EkonomiPertumbuhan dan Pembangunan Ekonomi
Pertumbuhan dan Pembangunan Ekonomi
 
Makalah pertumbuhan ekonimi STIP WUNA
Makalah pertumbuhan ekonimi STIP WUNA Makalah pertumbuhan ekonimi STIP WUNA
Makalah pertumbuhan ekonimi STIP WUNA
 
4 pertumbuhan ekonomi
4 pertumbuhan ekonomi4 pertumbuhan ekonomi
4 pertumbuhan ekonomi
 
Teori Pertumbuhan Ekonomi
Teori Pertumbuhan EkonomiTeori Pertumbuhan Ekonomi
Teori Pertumbuhan Ekonomi
 
Tugas 4. pertumbuhan ekonomi
Tugas 4. pertumbuhan ekonomiTugas 4. pertumbuhan ekonomi
Tugas 4. pertumbuhan ekonomi
 
Ppt gambaran dasar perekonomian indonesia
Ppt gambaran dasar perekonomian indonesiaPpt gambaran dasar perekonomian indonesia
Ppt gambaran dasar perekonomian indonesia
 
Pertumbuhan Ekonomi (Pengertian, Unsur Pertumbuhan Ekonomi, Perbedaan dengan ...
Pertumbuhan Ekonomi (Pengertian, Unsur Pertumbuhan Ekonomi, Perbedaan dengan ...Pertumbuhan Ekonomi (Pengertian, Unsur Pertumbuhan Ekonomi, Perbedaan dengan ...
Pertumbuhan Ekonomi (Pengertian, Unsur Pertumbuhan Ekonomi, Perbedaan dengan ...
 
Pendapatan nasional keseimbangan 4 faktor
Pendapatan nasional keseimbangan 4 faktorPendapatan nasional keseimbangan 4 faktor
Pendapatan nasional keseimbangan 4 faktor
 
Resume makro ekonomi (KULIAH)
Resume makro ekonomi (KULIAH)Resume makro ekonomi (KULIAH)
Resume makro ekonomi (KULIAH)
 
Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi
Pembangunan dan Pertumbuhan EkonomiPembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi
Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi
 
Cara mengukur pertumbuhan ekonomi dan teori pertumbuhan ekonomi
Cara mengukur pertumbuhan ekonomi dan teori pertumbuhan ekonomiCara mengukur pertumbuhan ekonomi dan teori pertumbuhan ekonomi
Cara mengukur pertumbuhan ekonomi dan teori pertumbuhan ekonomi
 
Perbezaan pertumbuhan dan pembangunan ekonomi
Perbezaan pertumbuhan dan pembangunan ekonomiPerbezaan pertumbuhan dan pembangunan ekonomi
Perbezaan pertumbuhan dan pembangunan ekonomi
 
201512409 ekonomi-pembangunan-pdf
201512409 ekonomi-pembangunan-pdf201512409 ekonomi-pembangunan-pdf
201512409 ekonomi-pembangunan-pdf
 
Bab 3 pertumbuhan ekonomi
Bab 3 pertumbuhan ekonomiBab 3 pertumbuhan ekonomi
Bab 3 pertumbuhan ekonomi
 
Sistem Perekonomian dan Analisa Pengaruh Kondisi Perekonomian terhadap Bisnis
Sistem Perekonomian dan Analisa Pengaruh Kondisi Perekonomian terhadap BisnisSistem Perekonomian dan Analisa Pengaruh Kondisi Perekonomian terhadap Bisnis
Sistem Perekonomian dan Analisa Pengaruh Kondisi Perekonomian terhadap Bisnis
 
Bab i-pembangunan-ekonomi
Bab i-pembangunan-ekonomiBab i-pembangunan-ekonomi
Bab i-pembangunan-ekonomi
 
Perubahan struktural
Perubahan strukturalPerubahan struktural
Perubahan struktural
 

Ähnlich wie Perekonomian Indonesia-Fakultas Ekonomi UM

Gambaran umum perekonomian indonesia
Gambaran umum perekonomian indonesiaGambaran umum perekonomian indonesia
Gambaran umum perekonomian indonesiaMUHAMAD ZAKY MUJAHID
 
Presentation1.pptx gambaran umum perekon omian indonesia
Presentation1.pptx gambaran umum perekon omian indonesiaPresentation1.pptx gambaran umum perekon omian indonesia
Presentation1.pptx gambaran umum perekon omian indonesiaiswah yuni
 
Bab 2 sejarah ekonomi indonesia
Bab 2 sejarah ekonomi indonesiaBab 2 sejarah ekonomi indonesia
Bab 2 sejarah ekonomi indonesiaxNet8
 
Gambaran umum ekonomi indonesia
Gambaran umum ekonomi indonesiaGambaran umum ekonomi indonesia
Gambaran umum ekonomi indonesiarosita puspa
 
Gambaran umum ekonomi indonesia
Gambaran umum ekonomi indonesiaGambaran umum ekonomi indonesia
Gambaran umum ekonomi indonesiarosita puspa
 
Rosita puspa 5x ma
Rosita puspa 5x maRosita puspa 5x ma
Rosita puspa 5x marosita puspa
 
2.2 gambaran umum perekonomian indonesia
2.2 gambaran umum perekonomian indonesia2.2 gambaran umum perekonomian indonesia
2.2 gambaran umum perekonomian indonesiavia ultuflia
 
Tugas 2. ppt sejarah perekonomian indonesia
Tugas 2. ppt sejarah perekonomian indonesiaTugas 2. ppt sejarah perekonomian indonesia
Tugas 2. ppt sejarah perekonomian indonesiasiti aisah
 
(1) GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA
(1) GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA(1) GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA
(1) GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIABakhrul Ulum
 
Gambaran umum perekonomian indonesia
Gambaran umum perekonomian indonesiaGambaran umum perekonomian indonesia
Gambaran umum perekonomian indonesiaSuhanda Handa
 
Bahan Ajar Sistem Eko.Powerpoint.05
Bahan Ajar Sistem Eko.Powerpoint.05Bahan Ajar Sistem Eko.Powerpoint.05
Bahan Ajar Sistem Eko.Powerpoint.05Daryono Soebagiyo
 
Bahan Ajar Sistem Eko.Powerpoint.05
Bahan Ajar Sistem Eko.Powerpoint.05Bahan Ajar Sistem Eko.Powerpoint.05
Bahan Ajar Sistem Eko.Powerpoint.05Daryono Soebagiyo
 
Gambaran Ekonomi Indonesia
Gambaran Ekonomi IndonesiaGambaran Ekonomi Indonesia
Gambaran Ekonomi IndonesiaEem Masitoh
 
Gambaran umum perekonomian indonesia
Gambaran umum perekonomian indonesiaGambaran umum perekonomian indonesia
Gambaran umum perekonomian indonesiaifa_talita
 
2 gambaran umum perekonomian indonesia
2 gambaran umum perekonomian indonesia2 gambaran umum perekonomian indonesia
2 gambaran umum perekonomian indonesiabayuajinugraha21
 

Ähnlich wie Perekonomian Indonesia-Fakultas Ekonomi UM (20)

Gambaran umum perekonomian indonesia
Gambaran umum perekonomian indonesiaGambaran umum perekonomian indonesia
Gambaran umum perekonomian indonesia
 
Presentation1.pptx gambaran umum perekon omian indonesia
Presentation1.pptx gambaran umum perekon omian indonesiaPresentation1.pptx gambaran umum perekon omian indonesia
Presentation1.pptx gambaran umum perekon omian indonesia
 
Bab 2 sejarah ekonomi indonesia
Bab 2 sejarah ekonomi indonesiaBab 2 sejarah ekonomi indonesia
Bab 2 sejarah ekonomi indonesia
 
Gambaran umum ekonomi indonesia
Gambaran umum ekonomi indonesiaGambaran umum ekonomi indonesia
Gambaran umum ekonomi indonesia
 
Gambaran umum ekonomi indonesia
Gambaran umum ekonomi indonesiaGambaran umum ekonomi indonesia
Gambaran umum ekonomi indonesia
 
Tugas 1
Tugas 1Tugas 1
Tugas 1
 
Rosita puspa 5x ma
Rosita puspa 5x maRosita puspa 5x ma
Rosita puspa 5x ma
 
2.2 gambaran umum perekonomian indonesia
2.2 gambaran umum perekonomian indonesia2.2 gambaran umum perekonomian indonesia
2.2 gambaran umum perekonomian indonesia
 
Tugas 2. ppt sejarah perekonomian indonesia
Tugas 2. ppt sejarah perekonomian indonesiaTugas 2. ppt sejarah perekonomian indonesia
Tugas 2. ppt sejarah perekonomian indonesia
 
(1) GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA
(1) GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA(1) GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA
(1) GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA
 
MATERI PEREKONOMIAN INDONESIA
MATERI PEREKONOMIAN INDONESIAMATERI PEREKONOMIAN INDONESIA
MATERI PEREKONOMIAN INDONESIA
 
Gambaran umum perekonomian indonesia
Gambaran umum perekonomian indonesiaGambaran umum perekonomian indonesia
Gambaran umum perekonomian indonesia
 
147090394 perekonomian-soeharto
147090394 perekonomian-soeharto147090394 perekonomian-soeharto
147090394 perekonomian-soeharto
 
Bahan Ajar Sistem Eko.Powerpoint.05
Bahan Ajar Sistem Eko.Powerpoint.05Bahan Ajar Sistem Eko.Powerpoint.05
Bahan Ajar Sistem Eko.Powerpoint.05
 
Bahan Ajar Sistem Eko.Powerpoint.05
Bahan Ajar Sistem Eko.Powerpoint.05Bahan Ajar Sistem Eko.Powerpoint.05
Bahan Ajar Sistem Eko.Powerpoint.05
 
Bab 1
Bab 1Bab 1
Bab 1
 
Gambaran Ekonomi Indonesia
Gambaran Ekonomi IndonesiaGambaran Ekonomi Indonesia
Gambaran Ekonomi Indonesia
 
Gambaran umum perekonomian indonesia
Gambaran umum perekonomian indonesiaGambaran umum perekonomian indonesia
Gambaran umum perekonomian indonesia
 
2 gambaran umum perekonomian indonesia
2 gambaran umum perekonomian indonesia2 gambaran umum perekonomian indonesia
2 gambaran umum perekonomian indonesia
 
Bab 2
Bab 2Bab 2
Bab 2
 

Mehr von Mas Mito

Risalah aswaja
Risalah aswajaRisalah aswaja
Risalah aswajaMas Mito
 
Aqidah Ahlus Sunnah Karya Hadratush Syaikh Hasyim Asyari
Aqidah Ahlus Sunnah Karya Hadratush Syaikh Hasyim AsyariAqidah Ahlus Sunnah Karya Hadratush Syaikh Hasyim Asyari
Aqidah Ahlus Sunnah Karya Hadratush Syaikh Hasyim AsyariMas Mito
 
25 quotes-on-managing-change
25 quotes-on-managing-change25 quotes-on-managing-change
25 quotes-on-managing-changeMas Mito
 
Born to win
Born to winBorn to win
Born to winMas Mito
 
10 kesalahpahaman-tentang-sukses
10 kesalahpahaman-tentang-sukses10 kesalahpahaman-tentang-sukses
10 kesalahpahaman-tentang-suksesMas Mito
 
Konsep memperkenalkan diri dalam bahasa inggris
Konsep memperkenalkan diri dalam bahasa inggrisKonsep memperkenalkan diri dalam bahasa inggris
Konsep memperkenalkan diri dalam bahasa inggrisMas Mito
 
buku Ekonomi islam
buku Ekonomi islambuku Ekonomi islam
buku Ekonomi islamMas Mito
 
Uts makro lanjut
Uts makro lanjutUts makro lanjut
Uts makro lanjutMas Mito
 
Keseimbangan pasar tenaga kerja
Keseimbangan pasar tenaga kerjaKeseimbangan pasar tenaga kerja
Keseimbangan pasar tenaga kerjaMas Mito
 
Bentuk bentuk perusahaan
Bentuk bentuk perusahaanBentuk bentuk perusahaan
Bentuk bentuk perusahaanMas Mito
 
Legalitas-perekonomian indonesia
Legalitas-perekonomian indonesiaLegalitas-perekonomian indonesia
Legalitas-perekonomian indonesiaMas Mito
 
Makalah bursa perdagangan dan pasar modal
Makalah bursa perdagangan dan pasar modalMakalah bursa perdagangan dan pasar modal
Makalah bursa perdagangan dan pasar modalMas Mito
 
Sejarah pemikiran ekonomi dari dunia kuno
Sejarah pemikiran ekonomi dari dunia kunoSejarah pemikiran ekonomi dari dunia kuno
Sejarah pemikiran ekonomi dari dunia kunoMas Mito
 
Karya ilmiah
Karya ilmiahKarya ilmiah
Karya ilmiahMas Mito
 
Presentasi bab 11 korelasi linear
Presentasi bab 11 korelasi linearPresentasi bab 11 korelasi linear
Presentasi bab 11 korelasi linearMas Mito
 
Aspek hukum ekonomi bisnis (done)
Aspek hukum ekonomi bisnis (done)Aspek hukum ekonomi bisnis (done)
Aspek hukum ekonomi bisnis (done)Mas Mito
 

Mehr von Mas Mito (16)

Risalah aswaja
Risalah aswajaRisalah aswaja
Risalah aswaja
 
Aqidah Ahlus Sunnah Karya Hadratush Syaikh Hasyim Asyari
Aqidah Ahlus Sunnah Karya Hadratush Syaikh Hasyim AsyariAqidah Ahlus Sunnah Karya Hadratush Syaikh Hasyim Asyari
Aqidah Ahlus Sunnah Karya Hadratush Syaikh Hasyim Asyari
 
25 quotes-on-managing-change
25 quotes-on-managing-change25 quotes-on-managing-change
25 quotes-on-managing-change
 
Born to win
Born to winBorn to win
Born to win
 
10 kesalahpahaman-tentang-sukses
10 kesalahpahaman-tentang-sukses10 kesalahpahaman-tentang-sukses
10 kesalahpahaman-tentang-sukses
 
Konsep memperkenalkan diri dalam bahasa inggris
Konsep memperkenalkan diri dalam bahasa inggrisKonsep memperkenalkan diri dalam bahasa inggris
Konsep memperkenalkan diri dalam bahasa inggris
 
buku Ekonomi islam
buku Ekonomi islambuku Ekonomi islam
buku Ekonomi islam
 
Uts makro lanjut
Uts makro lanjutUts makro lanjut
Uts makro lanjut
 
Keseimbangan pasar tenaga kerja
Keseimbangan pasar tenaga kerjaKeseimbangan pasar tenaga kerja
Keseimbangan pasar tenaga kerja
 
Bentuk bentuk perusahaan
Bentuk bentuk perusahaanBentuk bentuk perusahaan
Bentuk bentuk perusahaan
 
Legalitas-perekonomian indonesia
Legalitas-perekonomian indonesiaLegalitas-perekonomian indonesia
Legalitas-perekonomian indonesia
 
Makalah bursa perdagangan dan pasar modal
Makalah bursa perdagangan dan pasar modalMakalah bursa perdagangan dan pasar modal
Makalah bursa perdagangan dan pasar modal
 
Sejarah pemikiran ekonomi dari dunia kuno
Sejarah pemikiran ekonomi dari dunia kunoSejarah pemikiran ekonomi dari dunia kuno
Sejarah pemikiran ekonomi dari dunia kuno
 
Karya ilmiah
Karya ilmiahKarya ilmiah
Karya ilmiah
 
Presentasi bab 11 korelasi linear
Presentasi bab 11 korelasi linearPresentasi bab 11 korelasi linear
Presentasi bab 11 korelasi linear
 
Aspek hukum ekonomi bisnis (done)
Aspek hukum ekonomi bisnis (done)Aspek hukum ekonomi bisnis (done)
Aspek hukum ekonomi bisnis (done)
 

Kürzlich hochgeladen

Diskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdf
Diskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdfDiskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdf
Diskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdfHendroGunawan8
 
aksi nyata - aksi nyata refleksi diri dalam menyikapi murid.pdf
aksi nyata - aksi nyata refleksi diri dalam menyikapi murid.pdfaksi nyata - aksi nyata refleksi diri dalam menyikapi murid.pdf
aksi nyata - aksi nyata refleksi diri dalam menyikapi murid.pdfwalidumar
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxLK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxPurmiasih
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...Kanaidi ken
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxIrfanAudah1
 
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarantugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarankeicapmaniez
 
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...asepsaefudin2009
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxssuser50800a
 
PPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptx
PPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptxPPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptx
PPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptxSaefAhmad
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BAbdiera
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..ikayogakinasih12
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxsukmakarim1998
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxssuser35630b
 
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdfModul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdfanitanurhidayah51
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7IwanSumantri7
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxRizkyPratiwi19
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfirwanabidin08
 
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMAKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMIGustiBagusGending
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfDimanWr1
 

Kürzlich hochgeladen (20)

Diskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdf
Diskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdfDiskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdf
Diskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdf
 
aksi nyata - aksi nyata refleksi diri dalam menyikapi murid.pdf
aksi nyata - aksi nyata refleksi diri dalam menyikapi murid.pdfaksi nyata - aksi nyata refleksi diri dalam menyikapi murid.pdf
aksi nyata - aksi nyata refleksi diri dalam menyikapi murid.pdf
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxLK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
 
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarantugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
 
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
 
PPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptx
PPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptxPPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptx
PPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptx
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
 
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdfModul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
 
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMAKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
 

Perekonomian Indonesia-Fakultas Ekonomi UM

  • 1. 1. Gambaran umum masa perekonomian yang pernah berlaku di Indonesia sampai dengan tahun 2008 dapat dibagi ke dalam beberapa bagian, yaitu masa sebelum terjajah, masa penjajahan, masa sebelum tahun 1966, masa sesudah tahun 1966, dan masa reformasi. a) Masa Sebelum Terjajah (sebelum tahun 1600) meliputi, Masa Pra Kerajaan, awalnya terbentuk komunitas-komunitas kecil dari orang-orang, kemudian diantara mereka berkumpul membentuk komunitas masyarakat yang lebih besar dari sebelumnya. komunitas masyarakat terdiri atas dua golongan, yaitu masyarakat desa (paguyuban) dan masyarakat kota (patembahan). Masa Kerajaan, pada masa ini perekonomian lebih maju dari sebelumnya. Dalam lingkup regional, produk yang dihasilkan oleh masyarakat desa didistribusikan dan dijual ke dalam kota raja, yaitu kota tempat berdirinya kerajaan. Dalam kegiatan transaksi ekonomi masyarakat mulai mengenal sistem barter bahkan lebih maju lagi mereka telah memulai pemakaian uang sebagai alat tukar. b) Masa Penjajahan (1600 – 1945), perkembangan perdagangan pelayaran pada masa merkantilisme di area Eropa ditujukan untuk memperbesar ekspor negara-negara tersebut. Melalui perdagangan mereka juga melakukan misi yang dikenal dengan gold, glory, gospel. Namun, lambat laun justru berkembang imperialisme yang tujuannya adalah mencari sumber-sumber ekonomi dari daerah jajahan. Cara-cara yang dilakukan pun sudah seringkali menyimpang dan menyalahi batas kemanusiaan. Melalui serikat dagang Hindia Belanda (VOC), penjajah melakukan monopoli sehingga sangat tidak menguntungkan pihak pribumi (bumi putera). c) Masa Sebelum Tahun 1966 (1945 – 1966), yang meliputi Masa Kemerdekaan (1945-1949), Masa RIS (1949-1959), Masa Orde Lama (1959-1965). Kondisi perekonomian setelah kemerdekaan bisa dibilang sangat tidak stabil. Hal ini juga dipengaruhi oleh kondisi sosial politik yang tidak stabil karena banyaknya pemberontakan di hampir seluruh wilayah Indonesia. Salah satu awal mula permasalahannya adalah kesepakatan Indonesia untuk membiarkan komunis masuk dan hidup di NKRI sebagai imbas dari kesepakatan bantuan yang diberikan Uni Soviet di masa-masa kemerdekaan. Sementara itu, defisit anggaran belanja pemerintah terus membengkak dari tahun ke tahun, karena defisit-defisit tersebut dibiayai terutama dengan pencetakan uang baru, tingkat harga tak henti-hentinya membumbung dan mencapai puncaknya pada tahun 1966. Pada tahun terakhir rejim orde lama ini, Indonesia menggoreskan catatan penting yang tak diinginkan dalam catatan sejarah perekonomiannya: laju inflasi sekitar 650 persen. Selama dasawarsa 1950-an dan pertengahan pertama 1960-an 1
  • 2. Indonesia kehilangan peranan pentingnya dalam perdagangan internasional. Kedudukan sebagai produsen utama gula di dunia, terlepas. Begitu pula kedudukan sebagai produsen utama karet alam, digantikan oleh Malaysia. Ekspor komoditas-komoditas tradisional kopra, teh, biji kelapa sawit, lada dan tembakau jauh lebih rendah dari pada yang dicapai sebelum perang dunia ke dua. Sesudah pertengahan 1950-an penerimaan ekspor senantiasa kurang dari 10 persen produk domestik bruto. Semua ini satu sama lain mengakibatkan kalangkaan akpital dan tekanan atas neraca pembayaran. d) Masa Sesudah Tahun 1966, yang meliputi Masa Transisi (1966-1968), bekas-bekas kondisi ekonomi yang terpuruk masih sangat mencolok pada masa ini, seperti tumpukan utang luar negeri yang mencapai lebih dari US$ 2 milyar, penerimaan ekspor yang hanya setengah dari pengeluaran untuk impor barang dan jasa, ketidak berdayaan mengendalikan anggaran belanja dan memungut pajak, laju inflasi secepat 30-50 persen per bulan, dan buruknya kondisi prasarana perekonomian serta penurunan kapasitas produktif sektor industri dan ekspor. Pada masa ini terjadi pergantian presiden, Soekarno digantikan oleh Soeharto pada tahun 1968. Masa Orde Baru (1969-1997/98), perekonomian berangsur-angsur mulai membaik. Pemerintah menjalankan program pembangunan jangka pendek yang terdiri atas: tahap penyelamatan (Juli-Desember 1966), tahap rehabilitasi (Januari-Juni 1967), tahap konsolidasi (Juli-Desember 1967), dan tahap stabilisasi (Januari-Juni 1968). Program jangka pendek ini juga diikuti dengan program jangka panjang, terdiri atas rangkaian Rencana Pembangunan lima Tahun (Repelita) yang dimulai pada bulan April 1969. Melalui program Pelita, pemerintah mulai merencanakan pembangunan dengan lebih terarah. Ditargetkan pada tahun1992 Indonesia akan melalui tahap tinggal landas. Namun hingga pengunduran diri Soeharto di tahun 1998, masa tinggal landas yang dicita-citakan hanya tinggal masa lalu. Semua tidak terlaksana. Masa Reformasi (1997/98 – 2008), pada tahun 1997 hingga 1998 terjadi krisis ekonomi. Dampak krisis ini sangat dirasakan oleh BUMS dan BUMN. Guna memperbaiki situasi maka dikucurkan dana Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI), yang menjadi kasus tersendiri karena terjadi penyalah gunaan. Hingga saat ini, kasus ini belum juga tuntas. Namun, pada masa kepemimpinan presiden SBY direalisasikan berdirinya KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) untuk menangani masalah-masalah penyalahgunaan dana dari pemerintah yang seharusnya digunakan untuk pembangunan nasional. Selain itu, pada masa kepemimpinannya, SBY juga mengeluarkan kebijakan yang populer yaitu dengan mengurangi subsidi BBM yang 2
  • 3. diakibatkan oleh naiknya harga minyak dunia sehingga membuat harga BBM di masyarkat naik. Subsidi BBM ini dialihkan ke sektor lain yaitu sektor pendidikan dan sektor lain yang mampu meningkatkan kesejahteraan rakyat. Hingga tahun 2008, pemerintah cukup mampu mengurangi inflasi hingga bertahan 4-5% per tahun, selain itu pemerintah juga mampu mengatasi terjangan krisis global yang melanda dunia pada tahun 2008. 2. Pendapatan Nasional merupakan jumlah seluruh pendapatan yang diterima oleh masyarakat dalam suatu negara selama satu tahun. Pendapatan nasional merupakan salah satu variabel penting untuk menghitung prestasi ekonomi suatu negara karena kita dapat mengetahui bagaimana pertumbuhan ekonomi suatu negara dari tahun ke tahun. Konsep pendapatan nasional di antaranya adalah Produk Domestik Bruto (Gross Domestic Product, GDP) atau PDB, Produk Nasional Bruto (Gross National Product, GNP) atau PNB, Pendapatan Nasional Neto (Net National Income, NNI), Pendapatan Perseorangan (Personal Income,PI), Pendapatan yang siap dibelanjakan (Disposable Income, DI). Perhitungan pendapatan nasional dapat dihitung atau diukur dengan tiga macam pendekatan, yaitu: 1) Pendekatan produksi, dengan cara menjumlahkan nilai seluruh produk yang dihasilkan dari berbagai unit produksi di wilayah suatu negara dalam jangka waktu satu tahun. Yang dimaksud unit disini adalah 11 unit produksi yang meliputi pertanian, pertambangan dan penggalian, industri pengolahan, listrik, gas dan air bersih, bangunan, perdagangan, pengangkutan dan komunikasi, bank dan lembaga bukan bank, sewa rumah, pemerintahan dan jasa-jasa. Dalam menghitung pendapatan nasional metode produksi digunakan rumus yaitu Y = [(Q1 X P1) + (Q2 X P2) + (Qn X Pn) ……]. Nilai produk yang dihitung dengan pendekatan ini adalah nilai jasa dan barang jadi (bukan bahan mentah atau barang setengah jadi). 2) Pendekatan pendapatan, dengan cara menjumlahkan seluruh pendapatan (upah, sewa, bunga, dan laba) yang diterima rumah tangga konsumsi dalam suatu negara selama satu periode tertentu sebagai imbalan atas faktor-faktor produksi yang diberikan kepada perusahaan. Atau dapat dituliskan dengan rumus sebagai berikut PDB = r+w+i+p. 3) Pendekatan pengeluaran, dengan cara menghitung jumlah seluruh pengeluaran untuk membeli barang dan jasa yang diproduksi dalam suatu negara selama satu periode tertentu. Perhitungan dengan pendekatan ini dilakukan dengan menghitung pengeluaran yang dilakukan oleh empat pelaku kegiatan ekonomi negara, yaitu: Rumah Tangga (Consumption), Pemerintah (Government), 3
  • 4. pengeluaran investasi (Investment), dan selisih antara nilai ekspor dikurangi impor ( X – M ). Untuk itu dapat digunakan rumus PDB = C + I +G + (X-M). 3. Pertumbuhan ekonomi adalah proses perubahan kondisi perekonomian suatu negara secara berkesinambungan menuju keadaan yang lebih baik selama periode tertentu. Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan juga sebagai proses kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional. Adanya pertumbuhan ekonomi merupakan indikasi keberhasilan pembangunan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi memiliki sifat self-generating yaitu proses pertumbuhan itu sendiri melahirkan kekuatan atau momentum bagi timbulnya kelanjutan pertumbuhan tersebut dalam periode selanjutnya. Pertumbuhan ekonomi dalam suatu negara dapat dikatakan sebgai peningkatan jumlah barang dan jasa yang diproduksi oleh kegiatan ekonomi dari waktu ke waktu dalam suatu negara. Hal ini diukur secara konvensional sebagai laju persen kenaikan dalam produk domestik bruto riil, atau GDP riil. Pertumbuhan biasanya dihitung secara riil, yaitu disesuaikan dengan hal inflasi, untuk output yang bersih dari efek inflasi pada harga barang dan jasa yang dihasilkan. Pertumbuhan ekonomi biasanya mengacu pada pertumbuhan output potensial, seperti: produksi di lapangan kerja, yang disebabkan oleh pertumbuhan permintaan agregat atau output yang diamati. Untuk menghitung berapa besarnya pertumbuhan ekonomi suatu negara, maka data yang diperlukan dan dipergunakan adalah pendapatan nasional suatu negara. Untuk negara yang sedang berkembang umumnya menggunakan PDB, sedangkan untuk negara yang telah maju umumnya menggunakan GNP. Menurut M. Suparko, pada negara berkembang, selain dengan menghitung PDB pertumbuhan ekonomi suatu negara dapat pula diketahui dengan melihat pendapatan perkapita dan pendapatan per jam kerja. M. Suparko beralasan bahwa menghitung pendapatan per kapita merupakan ukuran yang lebih tepat karena mempertimbangkan jumlah penduduk, sedangkan pendapatan per jam kerja ia beralasan bahwa suatu negara dapat dikatakan lebih maju dibanding negara lain bila mempunyai tingkat pendapatan atau upah per jam kerja yang lebih tinggi dibanding upah per jam kerja negara lain untuk jenis pekerjaan yang sama. Untuk menghitung tingkat pertumbuhan ekonomi suatu negara dapat digunakan rumus sebagai berikut: g = {(PDBs-PDBk)/PDBk} x 100% g = tingkat pertumbuhan ekonomi PDBs = PDB riil tahun sekarang PDBk = PDB riil tahun kemarin 4
  • 5. 4. Tinggi rendahnya pendapatan per kapita dipengaruhi oleh jumlah pendapatan nasional dan jumlah penduduk. Jika pendapatan nasional sebuah negara tinggi, tetapi jumlah penduduk juga besar, maka pendapatan per kapitanya akan rendah. Sebaliknya, walaupun pendapatan nasional rendah, tetapi jumlah penduduk kecil, pendapatan per kapitanya mungkin akan tinggi. Pendapatan per kapita Indonesia masih rendah jika dibandingkan dengan negara-negara tetangga sesama anggota ASEAN, hal itu disebabkan oleh jumlah penduduk Indonesia yang besar dan tingginya laju pertumbuhan penduduk yang tinggi setiap tahunnya. Dari jumlah penduduk yang besar tersebut, di Indonesia masih banyak SDM yang berkualitas rendah sehingga penguasaan teknologi pun juga masih rendah di kalangan penduduk Indonesia. Hal tersebut menyebabkan kurang optimalnya pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya alam yang pada akhirnya pendapatan nasional Indonesia pun ikut rendah. Pertambahan jumlah penduduk yang ada di Indonesia saat ini tidak terlalu memberikan kontribusi yang cukup berarti terhadap upaya penambahan jumlah pendapatan nasional yang ada sekarang, karena sumber daya alam yang dimiliki belum dapat sepenuhnya dikelola dan dimanfaatkan untuk kesejahteraan rakyat (sebagai akibat dari rendahnya kualitas SDM dan kurangnya penguasaan teknologi serta sumber daya yang ada). Kalau pun pendapatan nasional Indonesia lumayan naik, tetapi dengan jumlah dan laju pertumbuhan penduduk yang tinggi, pendapatan per kapita Indonesia pun mungkin masih belum bisa dikatakan tinggi dibandingkan dengan Singapura atau Brunai misalnya, hal ini disebabkan karena perhitungan pendapatan perkapita harus membagi antara jumlah pendapatan nasional dengan jumlah penduduk yang ada di Indonesia. 5. Sesuai ketentuan Undang-Undang No 13 Tahun 2003, kontrak kerja melalui mekanisme perjanjian kerja maksimal bisa diperpanjang sampai 3 tahun. Perjanjian kerja sendiri dibuat menurut ketentuan Undang-Undang No 13 Tahun 2003, ada empat kategori. Pertama, perjanjian kerja magang (pasal 22), kedua, perjanjian kerja waktu tertentu (pasal 56-60) ketiga, perjanjian kerja untuk waktu tidak tertentu (pasal 60) dan keempat, perjanjian kerja bersama yang melibatkan serikat pekerja dan pihak manajemen perusahaan (pasal 116). Namun peraturan dalam Undang-Undang No 13 Tahun 2003 tentang Ketengakerjaan ditengarai sebagai palang pintu lahirnya sistem kerja outsourcing yang sekarang dipraktekkan dimana-mana. Sebenarnya, didalam undang-undang ini, tidak mengenal penyebutan istilah outsourcing. Akan tetapi, pengertian dari outsourcing itu sendiri dapat dilihat dalam beberapa 5
  • 6. ketentuan. Salah satunya adalah yang tertuang dalam pasal 64 undang-undang ketengakerjaan ini, yang isinya menyatakan bahwa outsourcing merupakan suatu perjanjian kerja yang dibuat antara pengusaha dengan tenaga kerja, dimana perusahaan tersebut dapat menyerahkan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan lainnya melalui perjanjian pemborongan pekerjaan yang dibuat secara tertulis. Praktek outsourcing dinilai mampu menyerap lapangan kerja dan mengatasi pengangguran berdasarkan asumsi bahwa jika pola system kerja outsourcing yang diterapkan, maka secara langsung membuka kesempatan bagi siapa saja untuk berkompetisi. Bahkan bagi mereka yang sebelumnya berada pada sektor informal, dapat terseret kedalam sektor formal yang lebih terproteksi dan menjanjikan. Outsourcing juga dianggap akan lebih mampu menyerap tenaga kerja tanpa diskriminasi. Namun yang terjadi di lapangan adalah sebaliknya. Outsourcing mengakibatkan semakin lemahnya posisi buruh dalam perusahaan. Hal tersebut dilatar belakangi oleh status hubungan kerja yang sifatnya sementara dengan masa kerja yang ditetapkan selama kurung waktu tertentu (1 tahun, 2 tahun, bahkan ada yang hanya berkisar 3-4 bulan). Hal ini berakibat semakin kuatnya posisi pengusaha jika berhadapan dengan pekerja, sehingga memberikan ruang yang sangat besar bagi pengusaha tersebut untuk menindas buruh dalam perusahaannya. Pengusaha dapat dengan sewenang-wenang memberhentikan buruh (melakukan PHK terhadap buruh) sesuai dengan kemauannya. Ketakutan berserikat, berkumpul, menuntut perbaikan, serta menyatakan pendapat pun menjadi terbatasi akibat posisi buruh yang lemah ini, ditambah ancaman PHK yang sewaktu-waktu dapat dilakukan oleh pengusaha. Kendati Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 mengisyaratkan agar syarat perlindungan kerja dan syarat-syarat kerja bagi pekerja/buruh yang dioutsourcing sekurang-kurangnya sama dengan perlindungan kerja dan syarat-syarat kerja pada perusahaan pemberi kerja atau sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, namun itu merupakan hal yang sangat sulit untuk diwujudkan. Karena kalangan pengusaha melakukan pola hubungan kerja seperti itu justru dengan pertimbangan bahwa biayanya lebih murah dan resikonya lebih ringan. Jika praktek outsourcing ini terus terjadi, dan bahkan semakin meluas, maka dapat dipastikan bahwa tingkat pengangguran di Indonesia akan terus bertambah. Hal ini disebabkan oleh syarat kerja outsourcing yang menekankan keterampilan kerja yang kompetitif, sementara kondisi buruh di Indonesia sama sekali belum memadai untuk memiliki keterampilan multi bidang. Misalnya saja seorang pekerja tekstil 6
  • 7. dengan status outsourcing, tentu akan menjadi gagap ketika harus dengan tiba-tiba disalurkan keperusahaan pertambangan atau alat berat. Pola ini justru akan berakibat kontra produktif terhadap kinerja perusahaan. Pada kenyataan sehari-hari outsourcing selama ini diakui lebih banyak merugikan pekerja/buruh, karena hubungan kerja selalu dalam bentuk tidak tetap/kontrak, upah lebih rendah, jaminan sosial kalaupun ada hanya sebatas minimal, tidak adanya job security serta tidak adanya jaminan pengembangan karir dan lain-lain sehingga memang benar, kalau dalam keadaan seperti itu dikatakan, praktek outsourcing akan menyengsarakan pekerja/buruh. Hal lain yang menyebabnya masih tingginya tingkat pengangguran di Indonesia adalah banyaknya perusahaan nakal yang biasanya cenderung mengikat buruhnya bekerja melalui mekanisme perjanjian kerja magang dan perjanjian kerja waktu tertentu. Jika banyak perusahaan menggunakan cara tersebut untuk merekrut pekerja, maka secara otomatis kerugian banyak diterima oleh si pekerja. Apabila banyak perusahaan menggunakan perjanjian-perjanjian tersebut berarti perusahaan hanya perlu menanggung gaji atau upah pekerja. Sedangkan fasilitas pekerja seperti kesehatan, pesangon, dan lain-lain tidak bisa di dapatkan oleh pekerja karena mereka masih berstatus buruh kontrak. Dengan adanya sistem outsourcing yang banyak merugikan kaum pekerja/buruh, tidak adanya sistem perekrutan pekerja yang bersifat tetap dalam kurun waktu yang tak bisa ditentukan, semakin sempitnya lapangan pekerjaan yang ada di Indonesia, ditambah lagi jumlah penduduk yang semakin bertambah tiap tahunnya, membuat angkatan kerja kesulitan untuk mencari pekerjaan yang tetap. Hal itulah yang menyebabkan semakin banyaknya angka pengangguran meskipun sudah diterbitkannya Undang-Undang No 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan. 6. Permasalahan kependudukan yang dialami oleh Indonesia dikelompokkan menjadi dua, yaitu permasalahan kuantitas penduduk dan permasalahan kalitas penduduk. Adapun permasalahan kuantitas penduduk Indonesia diantaranya adalah: Jumlah penduduk Indonesia, pertumbuhan penduduk Indonesia, kepadatan penduduk Indonesia, dan susunan penduduk Indonesia. Upaya pemerintah mengatasi permasalahan kuantitas penduduk antara lain, dengan a) Pengendalian jumlah dan pertumbuhan penduduk : Dilakukan dengan cara menekan angka kelahiran melalui pembatasan jumlah kelahiran, menunda usia perkawinan muda, dan meningkatkan pendidikan. b) Pemerataan persebaran penduduk : dilakukan dengan cara transmigrasi dan pembangunan industri di wilayah yang jarang penduduknya. Untuk mencegah 7
  • 8. migrasi penduduk dari desa kekota, pemerintah mengupayakan berbagai program berupa pemerataan pembangunan hingga ke pelosok, perbaikan sarana dan prasarana pedesaan, dan pemberdayaan ekonomi di pedesaan. Sedangkan permasalahan kualitas penduduk di Indonesia antara lain: Tingkat kesehatan, tingkat pendidikan, lama sekolah, tingkat melek huruf, dan tingkat pendapatan per kapita. Adapun upaya yang dapat dilakukan pemerintah dalam menangani masalah kualitas penduduk dapat dilakukan dengan beberapa cara berikut: Masalah tingkat pendidikan, a) Pencanangan wajib belajar 12 tahun. b) Mengadakan proyek belajar jarak jauh seperti SMP Terbuka dan Universitas Terbuka. c) Meningkatkan sarana dan prasarana pendidikan (gedung sekolah, perpustakaan, laboratorium, dll). d) Meningkatkan mutu guru melalui penataran-penataran. e) Menyempurnakan kurikulum sesuai perkembangan zaman. f) Mencanangkan gerakan orang tua asuh. g) Memberikan beasiswa bagi siswa yang berprestasi. Masalah kesehatan: a) Mengadakan perbaikan gizi masyarakat. b) Pencegahan dan pemberantasan penyakit menular. c) Penyediaan air bersih dan sanitasi lingkungan. d) Membangun sarana-sarana kesehatan, seperti puskesmas, rumah sakit, dll. e) Mengadakan program pengadaan dan pengawasan obat dan makanan. f) Mengadakan penyuluhan tentang kesehatan gizi dan kebersihan lingkungan. Masalah tingkat penghasilan/pendapatan (pendapatan per kapita): a) Menekan laju pertumbuhan penduduk. b) Merangsang kemauan berwiraswasta. c) Menggiatkan usaha kerajinan rumah tangga/industrialisasi. d) Memperluas kesempatan kerja. e) Meningkatkan GNP dengan cara meningkatkan barang dan jasa. 7. Transformasi tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor industri pada awalnya didasari dari pemikiran kaum petani yang menganggap di sektor pertanian sudah tidak dapat menjanjikan kesejahteraan bagi para petani. Hal ini sebenarnya merupakan akibat dari ketimpangan pemerataan pengembangan antar sektor. Ini disebabkan karena pengembangan sektor industri kurang tepat. Sektor industri yang seharusnya dikembangkan adalah industri yang menopang pertanian dan mengolah hasil pertanian serta industri yang padat tenaga kerja. Namun dalam kenyataannya industri yang dikembangkan tidaklah demikian. Sampai saat ini Indonesia memiliki pabrik pupuk dan pestisida yang tidak memadai, sehingga masih ada ketergantungan pada import. Industri yang dikembangkan justru industri perakitan teknologi tinggi seperti otomotif, komputer, pesawat terbang yang membutuhkan ketrampilan tinggi, sehingga tidak dapat menyerap limpahan tenaga kerja sektor pertanian 8
  • 9. yang umumnya kurang ketrampilan. Hal itu mengakibatkan semakin banyaknya tenaga dari sektor pertanian yang menganggur. Selain itu, pengembangan teknologi di bidang pertanian pun masih kurang memadai. Kalau pun sudah ada pengembangan teknologi pertanian, harganya pun masih relatif mahal sehingga banyak petani yang lebih memilih menggunakan cara tradisional dalam mengolah lahan pertaniannya. Karena masih menggunakan cara tradisional tersebut, maka para petani banyak yang belum mampu mengoptimalkan produktifitasnya. Karena produktifitas belum optimal, maka secara langsung pendapatan yang diperoleh petani juga belum mampu meningkatkan kesejahteraan para petani tersebut. Penumpukan pengangguran serta kurangnya kesejahteraan di sektor pertanian itu lah yang membuat tenaga kerjanya memilih untuk berpindah ke sektor industri. Hal itu memungkinkan tenaga kerja yang berkompetensi di bidang pertanian pun ikut pindah ke sektor industri dikarenakan kurang optimalnya kesejahteraan yang dapat dicapainya di sektor pertanian. Jika banyak pekerja yang berkompeten di bidang pertanian ikut pindah ke sektor industri, hal itu akan menimbulkan masalah baru, yaitu krisis pangan dalam negeri akibat kurangnya tenaga kerja yang berkompeten di sektor pertanian. Seharusnya pengembangan sektor industri diarahkan untuk mendukung perkembangan sektor pertanian sehingga ketimpangan pendapatan antar sektor dapat dikurangi dan dapat mengendalikan penumpukan tenaga kerja di sektor pertanian maupun industri. Dampak yang timbul dari adanya transformasi tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor industri adalah sebagai berikut: a) pembangunan sektor pertanian tidak dapat dilaksanakan dengan tuntas, karena ketergantungan material input dari luar yang tentunya membutuhkan biaya sangat besar. b) Terjadinya krisis pangan dalam negeri karena produktifitas tanaman pengan menurun. c) Semakin menurunnya produktifitas akan hasil pertanian yang disebabkan oleh semakin berkurangnya tenaga kerja yang bekerja di bidang pertanian. d) Semakin terpuruknya sektor pertanian Indonesia karena adanya teransformasi tenaga kerja. e) Munculnya pengangguran struktural yang tidak mungkin tertampung seluruhnya pada sektor industri dan jasa. f) limpahan tenaga kerja sektor pertanian tidak terserap di sektor industri dan jasa akibat rendahnya kualitas tenaga kerja, padahal sektor pertanian telah mengalami kejenuhan. Akhirnya tenaga kerja lari ke sektor informal perkotaan dan menimbulkan permasalahan baru di perkotaan. 8. Terjadinya kesenjangan spasial dalam pemerataan pendapatan antar masyarakat pedesaan dengan masyarakat perkotaan antara lain disebabkan 9
  • 10. oleh investasi yang sangat banyak dalam proyek-proyek yang padat modal yang kebanyakan terkonsentrasi di sektor industri (perkotaan), masih terbatasnya akses petani dan pelaku usaha kecil terhadap modal pengembangan usaha, input produksi, dukungan teknologi, dan jaringan pemasaran dalam upaya pengembangan peluang usaha dan kerjasama investasi, dan yang paling menonjol adalah perbedaan tingkat pendapatan antar masyarakat kedua wilayah tersebut. Di daerah perkotaan terdapat berbagai jenis pekerjaan dengan tingkat pendapatan yang berbeda-beda pula, seperti direktur perusahaan, pegawai bank, desainer, dll. Sementara di desa, umumnya masyarakatnya mempunyai pekerjaan/ bermatapencaharian yang sama, yaitu sebagai petani, kuli, serabutan, dan lain-lain yang mana pendapatannya biasanya hanya cukup untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari saja dan untuk keperluan mata mencahariannya. Dari perbedaan pekerjaan antara masyarakat desa dengan masyarakat kota tersebut tentu dapat di lihat kesenjangan pendapatannya. Misalnya, seorang desainer yang memiliki penghasilan ratarata 50 juta per bulan dengan seorang buruh tani yang rata-rata penghasilannya hanya sekitar 400-600 ribu per bulan. Walaupun saat ini banyak masyarakat desa yang mempunyai pekerjaan yang memberikan penghasilan yang tidak sedikit, namun itu hanya sebagian kecil saja dari masyarakat pedesaan. Jumlahnya tidak sebanding jika dibandingkan dengan masyarakat perkotaan yang jauh lebih banyak masyarakatnya yang mempunyai penghasilan tinggi, walaupun juga terdapat banyak orang-orang yang dapat dikatakan miskin yang hidup di perkotaan (seperti pemulung atau orang-orang yang tidak memiliki pekerjaan tetap di kota). Perbedaan tingkat pendapatan antara masyarakat kota dengan masyarakat desa sudah tentu akan menyebabkan perbedan pola atau prilaku konsumsi masyarakat. Pola konsumsi masyarakat perkotaan jauh berbeda dengan masyarakat pedesaan. Umumnya, bagi masyarakat perkotaan lebih menekankan kualitas dari pada kuantitas. Selain itu, konsumsi masyarakat perkotaan tidak hanya sebatas pemenuhan kebutuhan sehari-hari saja, namun juga untuk pemenuhan aktualisasi diri dan kebutuhan barang mewah seperti mobil, rumah mewah, dll. Konsumsi mayarakat perkotaan yang berpenghasilan tinggi tidak hanya sebatas itu saja. Mereka biasanya mengalokasikan sebagian ari pendapatannya untuk saving, investasi, asuransi, dan tunjangan hari tua lainnya. Berbeda dengan pola/prilaku konsumsi masyarakat perkotaan, masyarakat pedesaan umumnya didominasi oleh konsumsi kebutuhan primer, yaitu untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari saja. Untuk selebihnya mereka gunakan untuk 10
  • 11. pemenuhan kebutuhan yang berkaitan dengan mata pencahariannya, atau ditabung. Namun seiring dengan perkembangan zaman dan teknologi, HP dan sepeda motor saat ini bukan hanya menjadi barang penting bagi masyarakat perkotaan, tetapi juga bagi masyarakat pedesaan. 9. Eksop-impor, memudahkan masyarakat untuk dapat mengkonsumsi barang- barang dari luar negeri. Dan sebaliknya, masyarakat dalam negeri juga dapat memasarkan produk usahanya ke luar negeri. Modernisasi dan globalisasi mendorong perkembangan industri yang pesat untuk penyediaan barang kebutuhan masyarakat sehingga tingkat konsumsi masyarakat juga akan meningkat. Dengan adanya perdagangan bebas (ekspor-impor) maka tentunya akan mempunyai pengaruh terhadap pola konsumsi masyarakat Indonesia. Semakin banyak produk-produk luar negeri yang masuk ke Indonesia, maka semakin banyak pula pilihan barang-barang yang akan dikonsumsi oleh masyarakat di Indonesia. Hal tersebut akan membuka kemungkinan bagi masyarakat Indonesia untuk memperoleh barang-barang baru, dan bahkan barang-barang yang sebelumnya tak terbayangkan bisa terjangkau oleh mereka. Dengan tersedianya banyak pilihan untuk memenuhi kebutuhan hidup, maka masyarakat pun akan semakin konsumtif. Karena dengan adanya perdagangan bebas, produk yang ada di pasaran lebih beragam, sehingga memudahkan masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya. Selain itu, masyarakat bisa melakukan konsumsi dalam jumlah yang lebih besar dari pada sebelum adanya perdagangan bebas. Hal tersebut menunjukkan bahwa dengan adanya perdangangan bebas maka pendapatan riil masyarakat (yaitu, pendapatan yang diukur dari berapa jumlah barang yang bisa dibeli oleh jumlah uang tersebut), telah mengalami peningkatan. Dibukanya hubungan luar negeri merangsang kebiasaan hidup yang individualistis dan pola konsumsi yang mewah. Mayarakat (dimulai dari golongan yang berpenghasilan tinggi) cenderung untuk meniru gaya dan kebiasaan hidup dari negara-negara maju lewat contoh-contoh yang ditunjukkan lewat media dan film, televisi, majalah-majalah dan sebagainya. Akibatnya ada kecenderungan bagi masyarakat tersebut untuk berkonsumsi yang berlebihan (masyarakat menjadi lebih konsumtif). Mereka cenderung untuk lebih memilih barang-barang impor karena dinilai kualitasnya yang lebih bagus. Padahal belum tentu barangabarang import itu memiliki kualitas yang bagus. Banyak juga barang-barang produksi dalam negeri yang tidak kalah kualitasnya dibandingkan dengan barang import. Karena itu, masyarakat seharusnya lebih bisa selektif dalam memilih produk untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Jika pasar global 11
  • 12. tidak diimbangi dengan sikap selektif dan bijaksana konsumen, maka sikap konsumtif masyarakat dikhawatirkan akan semakin parah akibat mereka terlalu dimanjakan oleh produk-produk luar negeri. 10. Pangsa pasar investasi sektor pertanian terhadap total investai PMDN pada 2 tahun terakhir hanya sekitar 10%, mengalami penurunan dibanding tahun 2006 sebesar 17,12%. Hal ini, akibat return dan payback di sektor pertanian yang lebih rendah dibandingkan dengan sektor lain. Investasi pertanian terhadap total investasi PMA menyumbang 2,5%, mengalami penurunan dibanding tahun 2006 sebesar 6.2%. Investasi PMA yang rendah dipicu kurangnya bibit unggul komoditi pertanian di Indonesia. Seperti di peternakan, investor asing yang menggeluti usaha penggemukkan ternak, melakukan impor ternak dari negara yang memiliki bibit-bibit ternak unggul. Dengan biaya transportasi besar, investor asing kurang tertarik atas investasi di pertanian. Hal lain yang menyebabkan para investor kurang tertarik untuk menanamkan modalnya pada sub sektor pertanian adalah karena masih rendahnya pertumbuhan output pertanian di Indonesia, yang disebabkan oleh rendahnya kualitas SDM , semakin menyempitnya lahan garapan petani, dan masih rendahnya penguasaan teknologi oleh para petani. Selain itu, sektor pertanian (khususnya sub sektor tanaman pangan) memiliki resiko yang sangat tinggi karena sangat tergantung pada kondisi musim. Indonesia yang mempunyai iklim tropis, sehingga pada saat terjadi kemarau panjang, tentu akan berpengaruh terhadap output pertanian. Hal lain yang juga berpengaruh terhadap rendahnya minat investor untuk menanamkan modal di bidang pertanian salah satunya karena tidak ada konsistensi kebijakan pemerintah. Investor kerap ragu mengambil keputusan sebab kebijakan pemerintah kerap berubah sewaktu-waktu. Masalah infrasruktur yang rendah juga memepengaruhi minat investor untuk menanamkan modalnya pada sektor ini. Melihat dari kondisi tersebut di atas, maka diperlukan upaya pemerintah guna melindungi dan meningkatkan kemakmuran petani tanaman pangan. Adapun upaya/kebijakan yang dapat dilakukan pemerintah adalah sebagai berikut: a) Memperluas dan meningkatkan basis produksi secara berkelanjutan. Arah kebijakan ini adalah meningkatkan investasi swasta, penggunaan lahan, pewilayahan komoditas dan penataan pemanfaatan lahan pertanian. b) Meningkatkan diversifikasi pangan. Meliputi pengembangan pangan sesuai sumber daya lokal, meningkatkan diversifikasi konsumsi pangan yang beragam, bergizi dan seimbang serta meningkatkan kualitas pangan yang aman dan halal. c) Meningkatkan kapasitas dan pemberdayaan SDM pertanian. Meliputi 12
  • 13. revitalisasi penyuluhan, pendampingan petani, pendidikan dan pelatihan pertanian, meningkatkan peran serta masyarakat, meningkatkan kompetensi dan moral aparatur dan pengembangan kelembagaan petani. d) Meningkatkan ketersediaan sarana dan prasarana pertanian. Kebijakan ini meliputi pengembangan sarana dan prasarana usaha pertanian, pengembangan sarana pengolahan dan pemasaran serta pengembangan lembaga keuangan mikro pedesaan. e) Meningkatkan inovasi dan diseminasi teknologi tepat guna. Kebijakan ini diarahkan untuk merespon permasalahan dan kebutuhan pengguna , mendukung optimasi pemanfaatan sumber daya spesifik lokasi, pengembangan produk berdaya saing, percepatan proses dan perluasan jaringan diseminasi dan penyaringan umpan balik inovasi pertanian. f) Meningkatkan promosi dan pengembangan komoditas pertanian. Meliputi kebijakan subsisdi tepat sasaran dalam sarana produksi, harga out put dan bunga kredit untuk modal usaha tani; peningkatan ekspor; peningkatan produktivitas dan efisiensi usaha; perbaikan kualitas dan standarisasi produk; serta penguatan sistim pemasaran dan perlindungan usaha. Selain kebijakan tsb. diatas, diperlukan juga kebijakan yang terkait dengan pembangunan pertanian, namun perlu dukungan dan koordinasi dengan instansi terkait yaitu: a) Pembangunan infrastruktur pertanian meliputi pembanguanan jaringan irigasi, pencegahan konversi lahan, pengembangan jalan produksi serta infrastruktur lainnya. b) Kebijakan pembiayaan pertanian untuk mengembangkan lembaga keuangan yang khusus menangani sektor pertanian. c) Kebijakan perdagangan yang memfasilitasi kelancaran pemasaran baik di pasar dalam negeri maupun ekspor. d) Kebijakan pengembangan industri yang lebih menekankan pada agroindustri (skala kecil) di pedesaan dalam rangka meningkatkan nilai tambah dan pendapatan petani. e) Kebijakan investasi yang kondusif untuk lebih mendorong minat investor dalam sektor pertanian. f) Pembiayaan pembangunan yang lebih memprioritaskan anggaran sektor pertanian. Perhatian pemerintah kabupaten/kota pada pembangunan pertanian meliputi: infrastruktur pertanian, pemberdayaan penyuluh pertanian, menghilangkan berbagai pungutan yang mengurangi daya saing produk pertanian, serta alokasi dana yang memadai. g) Peran swasta dalam menampung hasil pertanian dan investasi di sektor pertanian melalui CSR (Corporate Social Responsibility ). 11. a) Berpengaruh terhadap APBN-RI. Melihat kebutuhan MIGAS yang lebih banyak dari produksi MIGAS di Indonesia per harinya, maka secara otomatis Indonesia akan mengimpor MIGAS, dimana harga MIGAS di pasar Internasional 13
  • 14. mencapai $103,20 per barrel sedangkan harga MIGAS di Indonesia dipatok $90/barrel. Dengan demikian harga tersebut akan menambah pengeluaran APBN-RI pada saat kita mengimpor MIGAS. Jika hal ini terus terjadi maka APBN-RI akan mengalami defisit dengan harga dollar yang tinggi yaitu $1 = Rp 10.000. b) Berpengaruh terhadap Ekspor Impor BBM. Indonesia keluar dari OPEC tahun 2007, dan Indonesia sejak saat itu tidak pernah ekspor MIGAS, karena kebutuhan dalam negeri belum tercukupi. Produksi MIGAS Indonesia yang lebih kecil dari kebutuhan MIGAS tiap harinya, maka secara otomatis akan menaikan impor MIGAS. Apabila keadaan ini berlanjut maka akan terjadi defisit pada APBN karena impor>ekspor. c) Yang harus dibayar pemerintah dalam memenuhi kebutuhan MIGAS dalam negeri adalah sebesar: ( 1,5 juta barrel/hari – 916 ribu barrel/hari = 584.000 barrel/hari impor MIGAS x $ 103,20 = $ 60.268.800 x Rp 10.000 = Rp 602.688.000.000 )maka jumlah itulah yang harus dibayar pemerintah dalam pemenuhan MIGAS tiap harinya. d) Subsidi yang diberikan pemerintah adalah: ($103,20 - $90=$ 13,20= harga yang harus disubsidi pemerintah per harinya) ($13,20 x Rp 10.000 = Rp 132.000 x 584.000 barrel = Rp 77.088.000.000) jika dihitung dengan rupiah. 12. a) Krisis keuangan yang terjadi di Amerika Serikat sudah terlihat tandatandanya beberapa waktu yang lalu, tetapi baru dianggap serius oleh pemerintah Indonesia sejak tanggal 8 Oktober 2008 saat IHSG di BEI turun tajam sampai 10,38 % dan mengharuskan pemerintah menghentikan kegiatan di pasar bursa modal beberapa hari. Krisis keuangan global yang berlangsung hingga hari ini, gejala awalnya bisa dirujuk semenjak bangkrutnya perusahanperusahaan keuangan raksasa di AS seperti Merrill Lynch dan Lehman Brothers pada 2008, yang kemudian mendorong juga terjadinya krisis ekonomi, terutama di Amerika Serikat (AS) dan Eropa. Indonesia pun sempat terkena dampaknya, berupa anjloknya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), dan juga terus melemahnya nila tukar Rupiah terhadap mata uang US$ Dollar. Pada waktu itu, BEI sendiri sempat ditutup beberapa hari untuk menghindari semakin tajamnya penurunan IHSG yang telah mencapai 10,08% dalam waktu kurang dari dua jam. Penutupan sementara kinerja BEI itu dilakukan untuk menghindari dan mencegah semakin terpuruknya bursa akibat sentiment negatif. Karena yang bertransaksi di Bursa Efek Indonesia tidak hanya investor lokal melainkan juga investor asing, maka ketika investor asing yang sedang membutuhkan likuiditas untuk kepentingan perusahaannya mau tidak mau menjual saham-saham yang ada di Indonesia juga untuk mendapatkan dana, begitu banyaknya saham yang dijual maka tentu saja 14
  • 15. harga-harga saham jadi turun tajam. Bagi Investor lokal yang tidak tahan dan mempunyai kebiasaan mengikuti investor asing turut menjual juga saham mereka, sehingga menambah laju jatuhnya harga saham di Bursa Efek Indonesia. Jika semua investor baik asing maupun lokal banyak yang menjual sahamnya, maka secara otomatis akan menghambat laju pembangunan di Indonesia. Itulah alasan mengapa pada saat itu Pemerintah menutup sementara Bursa Efek Indonesia (BEI). b) Pada saat itu konversi rupiah terhadap dollar merosot dikarenakan adanya aliran keluar modal asing akibat kepanikan yang berlebihan terhadap krisis keuangan. Banyak investor dan pemilik uang dollar yang menukarkan uang mereka dengan rupiah. Mereka takut nilai tukar dollar akan semakin turun. Dengan semakin banyak orang yang menukarkan dollarnya dengan rupiah dan banyak investor asing yang menarik dananya dari Indonesia maka membuat nilai rupiah menjadi turun. c) Indonesia merupakan negara yang masih sangat bergantung dengan aliran dana dari investor asing, dengan adanya krisis global ini secara otomatis para investor asing tersebut menarik dananya dari Indonesia. Aliran dana asing yang tadinya akan digunakan untuk pembangunan ekonomi dan untuk menjalankan perusahaan-perusahaan hilang. Banyak perusahaan menjadi tidak berdaya, yang pada ujungnya negara kembalilah yang harus menanggung hutang perbankan dan perusahaan swasta. Dampak lain dari krisis global ini adalah semakin banyak perusahaan yang mengurangi jumlah tenaga kerjanya. Diperkirakan 200 ribu jiwa akan menjadi pengangguran pada tahun 2009. Dengan bertambahnya angka pengangguran maka pendapatan per kapita juga akan berkurang dan angka kemiskinan akan semakin bertambah. Karena krisis yang terjadi adalah krisis global, maka tenaga kerja Indonesia yang ada di luar negeri juga akan merasakan imbasnya. Hal tersebut tentu saja sangat mempengaruhi roda perekonomian Indonesia. Semakin terintegrasinya perekonomian global dan semakin dalamnya krisis menyebabkan perekonomian di seluruh negara akan mengalami perlambatan pada tahun 2009. Indonesia tak terkecuali. Bank Indonesia memperkirakan perekonomian Indonesia di tahun 2009 akan tumbuh melemah menjadi sekitar 4,0%, dengan risiko ke bawah terutama apabila pelemahan ekonomi global lebih besar dari yang diperkirakan. Penurunan pertumbuhan ekonomi Indonesia tersebut bukan sesuatu yang buruk apabila dibandingkan dengan banyak negara-negara lain yang diperkirakan tumbuh negatif. Oleh karenanya, upaya Pemerintah dan Bank Indonesia untuk mencegah dampak krisis ini meluas lebih dalam, melalui 15
  • 16. kebijakan di bidang fiskal, moneter, dan sektor riil, menjadi penting untuk dilakukan di tahun 2009. 16
  • 17. 17