SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 49
ABLASIO
RETINA
KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT MATA
RUMAH SAKIT ANGKATAN DARAT GATOT SOEBROTO
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI
PERIODE 28 JANUARI 2019 – 1 MARET 2019
PRESENTASI KASUS
PEMBIMBING
Niken Larasati (110.2014.193)
STATUS PASIEN
1. IDENTITAS
 Nama :
 Umur :
 Jenis Kelamin :
 Agama :
 Pekerjaan :
 Alamat :
 Diambil secara autoanamnesa & alloanamnesa
dengan
 Hari :
 Tanggal :
Keluhan utama :
2. ANAMNESA
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
1/28/19
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
A. Status Generalis :
Keadaan umum :
Kesadaran :
Tanda – Tanda Vital :
- Tekanan Darah :
- Nadi :
- Suhu :
- Pernapasan :
Kepala :
THT :
Leher :
Jantung/Paru – paru :
Abdomen :
3.PEMERIKSAAN FISIK
B. Status Oftalmologis
1) Pemeriksaan visus
PEMERIKSAAN FISIK (2)
KETERANGAN OD OS
Tajam penglihatan
Koreksi
Addisi
Distansia Pupil
Kacamata lama
2) Kedudukan bola mata
KETERANGAN OD OS
Eksoftamus
Enoftalmus
Deviasi
Gerakan bola mata
KETERANGAN OD OS
Warna
Letak
3) Super Silia
4) Palpebra Superior dan Inferior
KETERANGAN OD OS
Edema
Nyeri tekan
Ektropion
Entropion
Blefarospasme
Trikiasis
Sikatriks
Fissura palpebra
Ptosis
Hordeolum
Kalazion
Pseudoptosis
5) Konjungtiva Tarsalis Superior dan Inferior
KETERANGAN OD OS
Hiperemis Tidak ada Tidak ada
Folikel Tidak ada Tidak ada
Papil Tidak ada Tidak ada
Sikatriks Tidak ada Tidak ada
Anemia Tidak ada Tidak ada
Kemosis Tidak ada Tidak ada
6. Konjungtiva bulbi
KETERANGAN OD OS
Injeksi konjungtiva Tidak ada Tidak ada
Injeksi Siliar Tidak ada Tidak ada
Perdarahan subkonjungtiva Tidak ada Tidak ada
Pterigium Tidak ada Tidak ada
Pinguekula Tidak ada Tidak ada
Nevus Pigmentosus Tidak ada Tidak ada
Kista dermoid Tidak ada Tidak ada
Kemosis Tidak ada Tidak ada
7) Sistem Lakrimalis
8) Sklera
KETERANGAN OD OS
Punctum Lacrimal Terbuka Terbuka
Epifora Tidak ada Tidak ada
Tes anel Tidak diperiksa Tidak diperiksa
KETERANGAN OD OS
Warna Putih Putih
Ikterik Tidak ada Tidak ada
9) Kornea
KETERANGAN OD OS
Kejernihan
Permukaan
Ukuran
Sensibilitas
Infiltrat dan Dendrit
Ulkus
Perforasi
Arkus senilis
Edema
Tes Placido
10) Bilik Mata Depan
11. Iris
KETERANGAN OD OS
Kedalaman Dangkal Dangkal
Kejernihan Jernih Jernih
Hifema Tidak ada Tidak ada
Hipopion Tidak ada Tidak ada
Efek Tyndall Tidak dilakukan Tidak dilakukan
KETERANGAN OD OS
Warna Cokelat Cokelat
Kriptae Jelas Jelas
Bentuk Bulat Bulat
Sinekia Tidak ada Tidak ada
Koloboma Tidak ada Tidak ada
12) Pupil
KETERANGAN OD OS
Letak
Bentuk
Ukuran
Refleks cahaya langsung
Refleks cahaya tidak
langsung
13) Lensa
14) Badan Kaca
KETERANGAN OD OS
Kejernihan
Letak
Shadow Test
KETERANGAN OD OS
Kejernihan
15. Funduskopi
KETERANGAN OD OS
Reflex Fundus
Papil
- Bentuk
- Warna
- Batas
- CD Ratio
Arteri Vena
Retina
- Perdarahan
- Exudat
- Sikatrik
Makula Lutea
- Reflex Fovea
16) Palpasi
17) Lapang pandang
KETERANGAN OD OS
Tes Konfrontasi
KETERANGAN OD OS
Nyeri Tekan
Massa Tumor
Tensi digital
Tonometri non contact
1/28/19
4. RESUME
1/28/19
5. DIAGNOSIS KERJA
1/28/19
6. DIAGNOSIS BANDING
Anjuran pemeriksaan penunjang meliputi :
 Pemeriksaan laboratorium: darah lengkap, fungsi ginjal, glukosa darah,
profil lipid
 Pemeriksaan biometri ODS
 OCT (Optical Coherence Tomography)
 Fundus Photography (foto fundus)
 Pemeriksaan X-Foto thorax PA
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1/28/19
8. PENATALAKSANAAN
9. PROGNOSIS
OD OS
1. Ad vitam
2. Ad fungsionam
3. Ad sanationam
TINJAUAN PUSTAKA
ABLASIO RETINA
PENDAHULUAN
Retina
merupakan
lapisan
membran
neurosensoris
dan merupakan
lapisan ketiga
bola mata
Bola mata
dilapisi oleh 3
lapisan jaringan:
sklera, uvea dan
retina
Retina manusia
terdiri dari lapisan
– lapisan badan
sel dan prosesus
sinaptik.
Terdapat rongga
yang potensial
antara retina &
koroid sehingga
retina dapat
terlepas dari
koroid  Ablasio
retina
Ablasio retina
adalah pemisahan
sel – sel sensoris
retina (lapisan
fotoreseptor) dan
sel epitel pigmen
retina
Ablasio retina banyak terjadi
pada usia 40 – 70 tahun, paling
sering pada usia 45 tahun
Laki – laki (60%) > perempuan
(40%)
40 – 50 %  mempunyai
myopia (sering pada usia 25 –
45 th)
30 – 40%  mengalami
pengangkatan katarak
10 – 20%  mengalami trauma
okuli (sering terjadi pada orang
ANATOMI MATA
•
ANATOMI BOLA
MATA
• Mata berbentuk bulat dengan panjang maksimal 24
cm
• Bola mata dilapisi oleh 3 lapisan jaringan:
• Sklera  Jaringan ikat kenyal, memberi bentuk pada
mata, bagian terluar yang melindungi bola mata
• Jaringan uvea  Jaringan vaskular, terdiri atas: iris,
badan siliar, dan koroid. Pupil berfungsi untuk mengatur
jumlah sinar masuk ke dalam bola mata.
• Retina 
• Terletak paling dalam, merupakan lapisan neurosensoris,
fungsinya mengubah sinar menjadi rangsangan pada saraf
optic dan diteruskan ke otak.
• Terdapat rongga yang potensial antara retina & koroid
sehingga retina dapat terlepas dari koroid  Ablasio
retina
ANATOMI RETINA
• retina  selembar tipis jaringan saraf semitransparan
• Melapisi 2/3 posterior bagian dalam bola mata
• Membentang kedepan hampir sama jauhnya dengan korpus siliar &
berakhir di tepi oraserata
• Permukaan luar retina sensorik bertumpuk dengan lapisan epitel
pigmen retina dan juga dengan membrane Bruch’s, koroid dan
sklera
• Disebagian besar tempat, retina dan epitelium pigmen retina
mudah terlepas hingga membentuk ruangan subretina (ablasio
retina)
• Pada diskus optikus dan oraserata, retina dan epitelium pigmen
retina saling melekat kuat. Bila terjadi ablasio  akan membatasi
perluasan cairan subretina
Lapisan Keterangan
Membran limitan interna lapisan paling dalam, memisahkan retina dengan vitreous
Lapisan serabut saraf
Mengandung akson – akson sel ganglion yng berjalan
nervus optikus
Lapisan sel ganglion Mengandung badan sel ganglion
Lapisan pleksiformis dalam
Mengandung sambungan” sel ganglion dengan sel amakrin
dan sel bipolar
Lapisan inti (nukleus)
dalam badan sel bipolar,
amakrin dan sel horizontal
Sel bipolar
Sel amakrin
Sel horizontal
Pleksiformis luar
Mengandung sambungan – sambungan sel bipolar dan sel
horizontal dengan foto reseptor
Lapisan nucleus luar Susunan lapisan sel batang dan kerucut
Membran limitan eksterna Membran maya
Lapisan foto reseptor
Terdiri atas sel batang dan kerucut, fungsinya mengubah
rangsang cahaya menjadi impuls saraf yg dihantarakan oleh
jaras pengelihatan ke korteks pengelihatan ( oksipital)
Epitel pigmen retina
Mengandung pigmen, terdiri dari sel basal yang melekat
membrane bruch dari koroid. Membentuk sawar antara
dan koroid
• Tebal retina 0,1 mm dari oraserata dan 0,23
mm pada kutub posterior
• Ditengah dari retina posterior terdapat:
• Makula  daerah pigmentasi kekuningan
yang disebabkan oleh pigmen luteal (xantofil)
yang berdiameter 1,5 mm
• Fovea  zona avaskuler terletak ditengah –
tengah dari macula sekitar 3,5 mm disebelah
lateral diskus optikus (memberi pantulan
khusu bila dilihat dengan oftalmoskop
PERDARAHAN DAN PERSARAFAN RETINA
ABLASIO RETINA
• Ablasio retina (retinal detachment) adalah suatu
keadaan terpisahnya sel kerucut dan sel batang
retina dari sel epitel pigmen retina, pada keadaan
ini sel epitel pigmen masih melekat erat dengan
membrana Bruch.
• Antara sel kerucut dan sel batang retina tidak
terdapat suatu perlengketan struktural dengan
koroid atau pigmen epitel, sehingga merupakan titik
lemah yang potensial untuk lepas.
• Mengakibatkan gangguan nutrisi retina dari
pembuluh darah koroid yang bila berlangsung
lama akan mengakibatkan gangguan fungsi
penglihatan yang menetap.
FAKTOR PREDISPOSISI
 Adapun faktor-faktor penyebab ablasio retina yang paling umum adalah
miopia 40% -50%
 Operasi katarak dengan implan lensa (pseudofakia) 30-40%
 Trauma okuli 10-20%.
 Diperkirakan 15 % pasien dengan ablasio retina pada salah satu mata akan
mengalami ablasio pada mata lainnya.(bilateral)
 Risiko ablasio bilateral meningkat (25-30%) pada pasien yang telah menjalani
ekstraksi katarak bilateral.
PATOGENESIS &
KLASIFIKASIA
 Ablasio jenis ini termasuk yang
paling sering ditemukan di
 Proses lepasnya retina didahui
oleh suatu proses yang kompleks
dengan faktor predisposisi
berupa
 Defek seluruh ketebalan pada
retina (hole atau robekan)
 Pencairan vitreus (vitreous
liquefaction)
 Defek retina dapat disebabkan.
Pertama, yaitu degenerasi perifer
berupa penipisan retina
didaerah perifer disertai
hole. Kedua, robekan retina
yang timbul akibat tarikan
jaringan vitreus pada retina
(vitreo-retinal traction).
 Defek ini memungkinkan vitreus
yang sudah mencair
memperoleh akses keruang
subretinal sehingga terjadi
 Merupakan kondisi sekunder dari
kelainan retina yang berkaitan
dengan proliferasi membrane
neovascular, sebagai respons dari
kasus retinopati diabetic, oklusi
vena retina sentral atau cabang,
uveitis posterior.
 Proliferasi membrane neovascular
dapat terjadi di atas papil saraf
optic (NVD, neovascularization on
the disk) atau pada permukaan
retina (NVE, neovascularization
elsewhere.
 Membran ini dalam
perkembangannya dapat
berkontraksi dan membuat
tarikan pada permukaan retina
sehingga terjadi ablasio retina.
 Lokasi ablasio traksional dapat
terjadi di berbagai area retina,
tetap umumnya didaerah polus
posterior (macula serta papil
 Ablasio jenis ini merupakan
kondisi sekunder yang
umumnya terjadi akibat
proses inflamasi di jaringan
uvea posterior.
 Proses inflamasi akan
menyebabkan permeabilitas
dinding vascular dikedua
laoisan tersebut meningkat
dan menyebabkan eksudasi
cairan ekstravaskular.
 Eksudasi cairan tersebut akan
berkumulasi di ruang
subretina dan menyebabkan
pemisahan lapisan retina
dari epitel pigmen sehingga
terjadi ablasio retina.
 Uveitis posterior yang dapat
menyebabkan ablasio retina
retina eksudatif adalah
penyakit Harada, Khoroiditis,
tuberculosis ocular, vasculitis
ABLASIO RETINA
REGMATOGEN
ABLASIO RETINA
TRAKSIONAL
ABLASIO RETINA
EKSUDATIF
PATOGENESIS & KLASIFIKASI
• Jika terjadi robekan pada retina, sehingga
vitreus yang mengalami likuifikasi dapat
memasuki ruangan subretina dan
menyebabkan ablasio progresif (ablasio
regmatogenosa)
• Jika retina tertarik oleh serabut jaringan
kontraktil pada permukaan retina (misalnya
seperti pada retinopati proliferatif pada
diabetes mellitus (ablasio retina traksional)
• Walaupun jarang terjadi, bila cairan
berakumulasi dalam ruangan subretina
akibat proses eksudasi, yang dapat terjadi
selama toksemia pada kehamilan (ablasio
retina eksudatif)
DIAGNOSIS •Anamnesis
• Gejala yang sering dikeluhkan penderita adalah:
 Fotopsia/ light flashes (kilatan cahaya). Fotopsia terjadi akibat tarikan vitreus terhadap retina.
 Floaters (Sensasi melihat objek berwarna coklat kehitaman dengan berbagai bentuk serta ukuran). Robekan
pada retina, menyebabkan terlepasnya pigmen RPE dan masuk kedalam rongga vitreus sehingga
menimbulkan gejala floaters.
 Penurunan tajam penglihatan. Pasien mengeluh penglihatannya sebagian seperti tertutup tirai yang semakin
lama semakin luas.
 Pemeriksaan oftalmologi
– Pemeriksaan visus
Dapat terjadi penurunan tajam penglihatan akibat terlibatnya makula lutea ataupun terjadi kekeruhan media penglihatan atau badan
kaca yang menghambat sinar masuk. Tajam penglihatan akan sangat menurun bila makula lutea ikut terangkat.
– Pemeriksaan tekanan bola mata
Kadang cenderung rendah <10 mmhg atau normal
– Pemeriksaan lapangan pandang
– Pemeriksaan funduskopi
Yaitu salah satu cara terbaik untuk mendiagnosis ablasio retina dengan menggunakan binokuler indirek oftalmoskopi.
 Bila ablasio hanya melibatkan retina perifer (dengan bagian sentral/macula intak), tajam penglihatan sentral
pasien biasanya normal (visus 6/6), tetapi dengan lapang pandangan terganggu sengan kesan seperti
tertutup tirai.
 Apabila sudah mengenai macula, pasien akan mengalami penurunan tajam penglihatan drastic, yang dapat
mencapai 1/60 sampai 1/~
FUNDUSKOPI PADA
ABLASIO RETINA
• Hilangnya refleks fundus.
• Retina yang mengalami ablasio tampak sebagai membran abu
– abu terangkat yang menutupi gambaran vaskuler koroid.
• Jika terdapat akumulasi cairan pada ruang subretina,
didapatkan pergerakkan undulasi retina ketika mata bergerak.
• Pembuluh darah retina yang terlepas dari dasarnya berwarna
gelap, berkelok – kelok dan membengkok di tepi ablasio.
• Pada retina yang terjadi ablasio telihat lipatan – lipatan halus.
• Satu robekan pada retina terlihat agak merah muda karena
terdapat pembuluh koroid dibawahnya.
Funduskopi dilakukan dalam keadaan pupil didilatasi agar
pemeriksaan dapat mencapai retina bagian perifer. Diarahkan
sampai bagian perifer retina secara sistemik kesetiap kuadran
untuk mencari robekan atau lubang retina.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Electroretinography (ERG) adalah dibawah normal atau tidak ada
• Ultrasonography mengkonfirmasikan diagnosis. Jika terdapat kekeruhan media seperti
katarak matur, pedarahan vitreus atau vitritis berat, diperlukan pemeriksaan khsus
menggunakan USG mata.
Penatalaksanaan
Penanganan inisial yang bisa dilakukan dokter umum dalam proses merujuk adalah
menganjurkan agar pasien mengurangi mobilisasi atau (bedrest), dan apabila
memungkinkan sebaiknya berbarng kesisi “tirai” yang dikeluhkan.
PENATALAKSANAAN: SCLERAL
BUCKLE
Terdapat 2 pilihan tindakan scleral buckle vitrektomi, atau kombinasi keduanya.
Scleral buckle Vitrektomi
Sebuah gelang yang lentur ditempatkan diseputar bola mata untuk
menetralkan kekuatan yang menarik retina dari dasarnya. Seringkali
dokter mata mengeluarkan cairan yang ada dibawah bagian retina
yang lepas, dan menarik retina ke posisi normal, prosedur ini
dilaksanakan di kamar bedah.
enentukan lokasi robekan retina dan menggunakan
laser atau cryotherapy untuk mematri robekan.
PENATALAKSANAAN: RETINOPEKSI
PNEUMATIK
Dokter mata akan memasukkan
sejenis gas khusus ke dalam rongga
vitreus untuk mendorong retina yang
lepas untuk kembali ke posisi semula.
Setelah tindakan, sambil menunggu
proses hilangnya gas, penderita akan
diminta untuk menjaga kepala pada
posisi tertentu selama beberapa
hari.
Dengan posisi kepala yang benar gas
akan menekan retina yang lepas
kembali ke asalnya.
PENATALAKSANAAN:
VITREKTOMI
Dengan beberapa tambahan tindakan.
Penggunaan Laser
Endotamponade dengan gas
atau silicone oil
Tatalaksana pada jenis ablasio eksudatif adalah dengan medika mentosa sesuai degan etiologi
ablasio. Pasien harus menjalani pemeriksaan lengkap seperti, laboratorium darah, foto toraks, tes
imunologi, dan fundus fluorescent angiography dan lain – lain sesuai indikasi.
Menentukan lokasi robekan retina dan menggunakan
laser atau cryotherapy untuk mematri robekan. .
KOMPLIKASI
• Penurunan ketajaman penglihatan dan kebutaan merupakan komplikasi yang
paling umum terjadi pada ablasio retina.
• Penurunan penglihatan terhadap gerakan tangan atau persepsi cahaya adalah
komplikasi yang sering dari ablasio retina yang melibatkan makula
PROGNOSIS
 Prognosis tergantung luasnya robekan retina, jarak waktu terjadinya ablasio,
diagnosisnya dan tindakan bedah yang dilakukan.
 Terapi yang cepat dapat memberikan prognosis lebih baik.
 Prognosis lebih buruk bila mengenai makula atau jika telah berlangsung lama
Prognosis functionam dan sanactionam kasus ablasio retina bergantung pada
beberapa faktor, dengan yang terpenting diantaranya adalah durasi ablasio, semakin
segera dilakukan tindakan pembedahan prognosis akan semakian baik.

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt? (20)

Ablatio retina
Ablatio retinaAblatio retina
Ablatio retina
 
Tumor Orbita
Tumor OrbitaTumor Orbita
Tumor Orbita
 
Sistem penglihatan
Sistem penglihatanSistem penglihatan
Sistem penglihatan
 
Sistem penglihatan pada manusia
Sistem penglihatan pada manusiaSistem penglihatan pada manusia
Sistem penglihatan pada manusia
 
Hipertensi okuli
Hipertensi okuliHipertensi okuli
Hipertensi okuli
 
Power point anatomi_&amp;_fisio._mata
Power point anatomi_&amp;_fisio._mataPower point anatomi_&amp;_fisio._mata
Power point anatomi_&amp;_fisio._mata
 
Indra penglihatan (mata)
Indra penglihatan (mata)Indra penglihatan (mata)
Indra penglihatan (mata)
 
Sistem penglihatan manusia
Sistem penglihatan manusiaSistem penglihatan manusia
Sistem penglihatan manusia
 
Tinjauan pustaka ektropion sikatrik
Tinjauan pustaka ektropion sikatrikTinjauan pustaka ektropion sikatrik
Tinjauan pustaka ektropion sikatrik
 
Mata
MataMata
Mata
 
Sistem Penglihatan
Sistem PenglihatanSistem Penglihatan
Sistem Penglihatan
 
Anatomi dan fisiologi mata
Anatomi dan fisiologi mataAnatomi dan fisiologi mata
Anatomi dan fisiologi mata
 
Persepsi dan Mekanisme penglihatan
Persepsi dan Mekanisme penglihatanPersepsi dan Mekanisme penglihatan
Persepsi dan Mekanisme penglihatan
 
Mata
MataMata
Mata
 
Alat Eksresi : Indra Penglihatan Mata
Alat Eksresi : Indra Penglihatan MataAlat Eksresi : Indra Penglihatan Mata
Alat Eksresi : Indra Penglihatan Mata
 
Indra Pada Manusia
Indra Pada ManusiaIndra Pada Manusia
Indra Pada Manusia
 
Makalah retina blastoma
Makalah retina blastomaMakalah retina blastoma
Makalah retina blastoma
 
5 indera
5 indera5 indera
5 indera
 
Indra Mata dan Kulit
Indra Mata dan KulitIndra Mata dan Kulit
Indra Mata dan Kulit
 
Kelompok 5 (indra penglihatan)
Kelompok 5 (indra penglihatan)Kelompok 5 (indra penglihatan)
Kelompok 5 (indra penglihatan)
 

Ähnlich wie Preskas ablasio

Ultrasonografi Okular yang Difokuskan pada Segmen Posterior Mata.pptx
Ultrasonografi Okular yang Difokuskan pada Segmen Posterior Mata.pptxUltrasonografi Okular yang Difokuskan pada Segmen Posterior Mata.pptx
Ultrasonografi Okular yang Difokuskan pada Segmen Posterior Mata.pptxAditya70651
 
Tumor Palpebra.docx
Tumor Palpebra.docxTumor Palpebra.docx
Tumor Palpebra.docxMonitaTonapa
 
PPT_KATARAK_pptx.pptx
PPT_KATARAK_pptx.pptxPPT_KATARAK_pptx.pptx
PPT_KATARAK_pptx.pptxDiasPradika1
 
Tinjauan pustaka macular hole 1
Tinjauan pustaka macular hole 1Tinjauan pustaka macular hole 1
Tinjauan pustaka macular hole 1prastika1
 
anatomy and physiology personal notes.pptx
anatomy and physiology personal notes.pptxanatomy and physiology personal notes.pptx
anatomy and physiology personal notes.pptxAthar Shaikh
 
Penyakit mata anak
Penyakit mata anakPenyakit mata anak
Penyakit mata anakRizal_mz
 
Pengenalan sistem tubuh dan penyakitnya
Pengenalan sistem tubuh dan penyakitnyaPengenalan sistem tubuh dan penyakitnya
Pengenalan sistem tubuh dan penyakitnyaEn Rezan
 
Anatomi dan fisiologi alat penglihatan
Anatomi dan fisiologi alat penglihatanAnatomi dan fisiologi alat penglihatan
Anatomi dan fisiologi alat penglihatanSeptian Muna Barakati
 
RETINOBLASTOMA.pptx
RETINOBLASTOMA.pptxRETINOBLASTOMA.pptx
RETINOBLASTOMA.pptxalvinkiha1
 
Makalah anatomi dan fisiologi indra penglihatan
Makalah anatomi dan fisiologi indra  penglihatanMakalah anatomi dan fisiologi indra  penglihatan
Makalah anatomi dan fisiologi indra penglihatanWulan Yulian
 

Ähnlich wie Preskas ablasio (20)

Ultrasonografi Okular yang Difokuskan pada Segmen Posterior Mata.pptx
Ultrasonografi Okular yang Difokuskan pada Segmen Posterior Mata.pptxUltrasonografi Okular yang Difokuskan pada Segmen Posterior Mata.pptx
Ultrasonografi Okular yang Difokuskan pada Segmen Posterior Mata.pptx
 
Ablasio retina
Ablasio retinaAblasio retina
Ablasio retina
 
Tumor Palpebra.docx
Tumor Palpebra.docxTumor Palpebra.docx
Tumor Palpebra.docx
 
Referat mata
Referat mataReferat mata
Referat mata
 
Anatomi fisiologi retina AKPER MUNA
Anatomi fisiologi retina AKPER MUNA Anatomi fisiologi retina AKPER MUNA
Anatomi fisiologi retina AKPER MUNA
 
PPT_KATARAK_pptx.pptx
PPT_KATARAK_pptx.pptxPPT_KATARAK_pptx.pptx
PPT_KATARAK_pptx.pptx
 
TIPUS 1 draft.docx
TIPUS 1 draft.docxTIPUS 1 draft.docx
TIPUS 1 draft.docx
 
Opthalmologi
OpthalmologiOpthalmologi
Opthalmologi
 
Opthalmologi
OpthalmologiOpthalmologi
Opthalmologi
 
Tinjauan pustaka macular hole 1
Tinjauan pustaka macular hole 1Tinjauan pustaka macular hole 1
Tinjauan pustaka macular hole 1
 
anatomy and physiology personal notes.pptx
anatomy and physiology personal notes.pptxanatomy and physiology personal notes.pptx
anatomy and physiology personal notes.pptx
 
Penyakit mata anak
Penyakit mata anakPenyakit mata anak
Penyakit mata anak
 
Makalah alat indra
Makalah alat indraMakalah alat indra
Makalah alat indra
 
Pengenalan sistem tubuh dan penyakitnya
Pengenalan sistem tubuh dan penyakitnyaPengenalan sistem tubuh dan penyakitnya
Pengenalan sistem tubuh dan penyakitnya
 
Sap katarak
Sap katarakSap katarak
Sap katarak
 
Anatomi dan fisiologi alat penglihatan
Anatomi dan fisiologi alat penglihatanAnatomi dan fisiologi alat penglihatan
Anatomi dan fisiologi alat penglihatan
 
RETINOBLASTOMA.pptx
RETINOBLASTOMA.pptxRETINOBLASTOMA.pptx
RETINOBLASTOMA.pptx
 
Alat indra
Alat indraAlat indra
Alat indra
 
Papilitis.pptx
Papilitis.pptxPapilitis.pptx
Papilitis.pptx
 
Makalah anatomi dan fisiologi indra penglihatan
Makalah anatomi dan fisiologi indra  penglihatanMakalah anatomi dan fisiologi indra  penglihatan
Makalah anatomi dan fisiologi indra penglihatan
 

Kürzlich hochgeladen

PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptxPPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptxriscacriswanda
 
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdfKanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdfAkhyar33
 
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdfModul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdfKartiniIndasari
 
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...Kanaidi ken
 
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAYSOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAYNovitaDewi98
 
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"baimmuhammad71
 
Program Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - PerencanaanProgram Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - PerencanaanAdePutraTunggali
 
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMA
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMAE-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMA
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMAAmmar Ahmad
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).pptKenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).pptnovibernadina
 
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptnabilafarahdiba95
 
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024editwebsitesubdit
 
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptLATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptPpsSambirejo
 
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptxOPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptxDedeRosza
 
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.ppt
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.pptSEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.ppt
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.pptAlfandoWibowo2
 
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptxSusanSanti20
 
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptxBab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptxrizalhabib4
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfProv.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfIwanSumantri7
 

Kürzlich hochgeladen (20)

PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptxPPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
 
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdfKanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
 
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdfModul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
 
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
 
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
 
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAYSOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
 
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
 
Program Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - PerencanaanProgram Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - Perencanaan
 
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMA
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMAE-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMA
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMA
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).pptKenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
 
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
 
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024
 
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptLATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
 
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptxOPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
 
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.ppt
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.pptSEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.ppt
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.ppt
 
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
 
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptxBab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfProv.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
 

Preskas ablasio

  • 1. ABLASIO RETINA KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT MATA RUMAH SAKIT ANGKATAN DARAT GATOT SOEBROTO FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI PERIODE 28 JANUARI 2019 – 1 MARET 2019 PRESENTASI KASUS PEMBIMBING Niken Larasati (110.2014.193)
  • 3. 1. IDENTITAS  Nama :  Umur :  Jenis Kelamin :  Agama :  Pekerjaan :  Alamat :
  • 4.  Diambil secara autoanamnesa & alloanamnesa dengan  Hari :  Tanggal : Keluhan utama : 2. ANAMNESA
  • 8. A. Status Generalis : Keadaan umum : Kesadaran : Tanda – Tanda Vital : - Tekanan Darah : - Nadi : - Suhu : - Pernapasan : Kepala : THT : Leher : Jantung/Paru – paru : Abdomen : 3.PEMERIKSAAN FISIK
  • 9. B. Status Oftalmologis 1) Pemeriksaan visus PEMERIKSAAN FISIK (2) KETERANGAN OD OS Tajam penglihatan Koreksi Addisi Distansia Pupil Kacamata lama
  • 10. 2) Kedudukan bola mata KETERANGAN OD OS Eksoftamus Enoftalmus Deviasi Gerakan bola mata KETERANGAN OD OS Warna Letak 3) Super Silia
  • 11. 4) Palpebra Superior dan Inferior KETERANGAN OD OS Edema Nyeri tekan Ektropion Entropion Blefarospasme Trikiasis Sikatriks Fissura palpebra Ptosis Hordeolum Kalazion Pseudoptosis
  • 12. 5) Konjungtiva Tarsalis Superior dan Inferior KETERANGAN OD OS Hiperemis Tidak ada Tidak ada Folikel Tidak ada Tidak ada Papil Tidak ada Tidak ada Sikatriks Tidak ada Tidak ada Anemia Tidak ada Tidak ada Kemosis Tidak ada Tidak ada
  • 13. 6. Konjungtiva bulbi KETERANGAN OD OS Injeksi konjungtiva Tidak ada Tidak ada Injeksi Siliar Tidak ada Tidak ada Perdarahan subkonjungtiva Tidak ada Tidak ada Pterigium Tidak ada Tidak ada Pinguekula Tidak ada Tidak ada Nevus Pigmentosus Tidak ada Tidak ada Kista dermoid Tidak ada Tidak ada Kemosis Tidak ada Tidak ada
  • 14. 7) Sistem Lakrimalis 8) Sklera KETERANGAN OD OS Punctum Lacrimal Terbuka Terbuka Epifora Tidak ada Tidak ada Tes anel Tidak diperiksa Tidak diperiksa KETERANGAN OD OS Warna Putih Putih Ikterik Tidak ada Tidak ada
  • 15. 9) Kornea KETERANGAN OD OS Kejernihan Permukaan Ukuran Sensibilitas Infiltrat dan Dendrit Ulkus Perforasi Arkus senilis Edema Tes Placido
  • 16. 10) Bilik Mata Depan 11. Iris KETERANGAN OD OS Kedalaman Dangkal Dangkal Kejernihan Jernih Jernih Hifema Tidak ada Tidak ada Hipopion Tidak ada Tidak ada Efek Tyndall Tidak dilakukan Tidak dilakukan KETERANGAN OD OS Warna Cokelat Cokelat Kriptae Jelas Jelas Bentuk Bulat Bulat Sinekia Tidak ada Tidak ada Koloboma Tidak ada Tidak ada
  • 17. 12) Pupil KETERANGAN OD OS Letak Bentuk Ukuran Refleks cahaya langsung Refleks cahaya tidak langsung
  • 18. 13) Lensa 14) Badan Kaca KETERANGAN OD OS Kejernihan Letak Shadow Test KETERANGAN OD OS Kejernihan
  • 19. 15. Funduskopi KETERANGAN OD OS Reflex Fundus Papil - Bentuk - Warna - Batas - CD Ratio Arteri Vena Retina - Perdarahan - Exudat - Sikatrik Makula Lutea - Reflex Fovea
  • 20. 16) Palpasi 17) Lapang pandang KETERANGAN OD OS Tes Konfrontasi KETERANGAN OD OS Nyeri Tekan Massa Tumor Tensi digital Tonometri non contact
  • 24. Anjuran pemeriksaan penunjang meliputi :  Pemeriksaan laboratorium: darah lengkap, fungsi ginjal, glukosa darah, profil lipid  Pemeriksaan biometri ODS  OCT (Optical Coherence Tomography)  Fundus Photography (foto fundus)  Pemeriksaan X-Foto thorax PA 7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
  • 26. 9. PROGNOSIS OD OS 1. Ad vitam 2. Ad fungsionam 3. Ad sanationam
  • 28. PENDAHULUAN Retina merupakan lapisan membran neurosensoris dan merupakan lapisan ketiga bola mata Bola mata dilapisi oleh 3 lapisan jaringan: sklera, uvea dan retina Retina manusia terdiri dari lapisan – lapisan badan sel dan prosesus sinaptik. Terdapat rongga yang potensial antara retina & koroid sehingga retina dapat terlepas dari koroid  Ablasio retina Ablasio retina adalah pemisahan sel – sel sensoris retina (lapisan fotoreseptor) dan sel epitel pigmen retina Ablasio retina banyak terjadi pada usia 40 – 70 tahun, paling sering pada usia 45 tahun Laki – laki (60%) > perempuan (40%) 40 – 50 %  mempunyai myopia (sering pada usia 25 – 45 th) 30 – 40%  mengalami pengangkatan katarak 10 – 20%  mengalami trauma okuli (sering terjadi pada orang
  • 30. ANATOMI BOLA MATA • Mata berbentuk bulat dengan panjang maksimal 24 cm • Bola mata dilapisi oleh 3 lapisan jaringan: • Sklera  Jaringan ikat kenyal, memberi bentuk pada mata, bagian terluar yang melindungi bola mata • Jaringan uvea  Jaringan vaskular, terdiri atas: iris, badan siliar, dan koroid. Pupil berfungsi untuk mengatur jumlah sinar masuk ke dalam bola mata. • Retina  • Terletak paling dalam, merupakan lapisan neurosensoris, fungsinya mengubah sinar menjadi rangsangan pada saraf optic dan diteruskan ke otak. • Terdapat rongga yang potensial antara retina & koroid sehingga retina dapat terlepas dari koroid  Ablasio retina
  • 31. ANATOMI RETINA • retina  selembar tipis jaringan saraf semitransparan • Melapisi 2/3 posterior bagian dalam bola mata • Membentang kedepan hampir sama jauhnya dengan korpus siliar & berakhir di tepi oraserata • Permukaan luar retina sensorik bertumpuk dengan lapisan epitel pigmen retina dan juga dengan membrane Bruch’s, koroid dan sklera • Disebagian besar tempat, retina dan epitelium pigmen retina mudah terlepas hingga membentuk ruangan subretina (ablasio retina) • Pada diskus optikus dan oraserata, retina dan epitelium pigmen retina saling melekat kuat. Bila terjadi ablasio  akan membatasi perluasan cairan subretina
  • 32. Lapisan Keterangan Membran limitan interna lapisan paling dalam, memisahkan retina dengan vitreous Lapisan serabut saraf Mengandung akson – akson sel ganglion yng berjalan nervus optikus Lapisan sel ganglion Mengandung badan sel ganglion Lapisan pleksiformis dalam Mengandung sambungan” sel ganglion dengan sel amakrin dan sel bipolar Lapisan inti (nukleus) dalam badan sel bipolar, amakrin dan sel horizontal Sel bipolar Sel amakrin Sel horizontal Pleksiformis luar Mengandung sambungan – sambungan sel bipolar dan sel horizontal dengan foto reseptor Lapisan nucleus luar Susunan lapisan sel batang dan kerucut Membran limitan eksterna Membran maya Lapisan foto reseptor Terdiri atas sel batang dan kerucut, fungsinya mengubah rangsang cahaya menjadi impuls saraf yg dihantarakan oleh jaras pengelihatan ke korteks pengelihatan ( oksipital) Epitel pigmen retina Mengandung pigmen, terdiri dari sel basal yang melekat membrane bruch dari koroid. Membentuk sawar antara dan koroid
  • 33. • Tebal retina 0,1 mm dari oraserata dan 0,23 mm pada kutub posterior • Ditengah dari retina posterior terdapat: • Makula  daerah pigmentasi kekuningan yang disebabkan oleh pigmen luteal (xantofil) yang berdiameter 1,5 mm • Fovea  zona avaskuler terletak ditengah – tengah dari macula sekitar 3,5 mm disebelah lateral diskus optikus (memberi pantulan khusu bila dilihat dengan oftalmoskop
  • 35. ABLASIO RETINA • Ablasio retina (retinal detachment) adalah suatu keadaan terpisahnya sel kerucut dan sel batang retina dari sel epitel pigmen retina, pada keadaan ini sel epitel pigmen masih melekat erat dengan membrana Bruch. • Antara sel kerucut dan sel batang retina tidak terdapat suatu perlengketan struktural dengan koroid atau pigmen epitel, sehingga merupakan titik lemah yang potensial untuk lepas. • Mengakibatkan gangguan nutrisi retina dari pembuluh darah koroid yang bila berlangsung lama akan mengakibatkan gangguan fungsi penglihatan yang menetap.
  • 36. FAKTOR PREDISPOSISI  Adapun faktor-faktor penyebab ablasio retina yang paling umum adalah miopia 40% -50%  Operasi katarak dengan implan lensa (pseudofakia) 30-40%  Trauma okuli 10-20%.  Diperkirakan 15 % pasien dengan ablasio retina pada salah satu mata akan mengalami ablasio pada mata lainnya.(bilateral)  Risiko ablasio bilateral meningkat (25-30%) pada pasien yang telah menjalani ekstraksi katarak bilateral.
  • 37. PATOGENESIS & KLASIFIKASIA  Ablasio jenis ini termasuk yang paling sering ditemukan di  Proses lepasnya retina didahui oleh suatu proses yang kompleks dengan faktor predisposisi berupa  Defek seluruh ketebalan pada retina (hole atau robekan)  Pencairan vitreus (vitreous liquefaction)  Defek retina dapat disebabkan. Pertama, yaitu degenerasi perifer berupa penipisan retina didaerah perifer disertai hole. Kedua, robekan retina yang timbul akibat tarikan jaringan vitreus pada retina (vitreo-retinal traction).  Defek ini memungkinkan vitreus yang sudah mencair memperoleh akses keruang subretinal sehingga terjadi  Merupakan kondisi sekunder dari kelainan retina yang berkaitan dengan proliferasi membrane neovascular, sebagai respons dari kasus retinopati diabetic, oklusi vena retina sentral atau cabang, uveitis posterior.  Proliferasi membrane neovascular dapat terjadi di atas papil saraf optic (NVD, neovascularization on the disk) atau pada permukaan retina (NVE, neovascularization elsewhere.  Membran ini dalam perkembangannya dapat berkontraksi dan membuat tarikan pada permukaan retina sehingga terjadi ablasio retina.  Lokasi ablasio traksional dapat terjadi di berbagai area retina, tetap umumnya didaerah polus posterior (macula serta papil  Ablasio jenis ini merupakan kondisi sekunder yang umumnya terjadi akibat proses inflamasi di jaringan uvea posterior.  Proses inflamasi akan menyebabkan permeabilitas dinding vascular dikedua laoisan tersebut meningkat dan menyebabkan eksudasi cairan ekstravaskular.  Eksudasi cairan tersebut akan berkumulasi di ruang subretina dan menyebabkan pemisahan lapisan retina dari epitel pigmen sehingga terjadi ablasio retina.  Uveitis posterior yang dapat menyebabkan ablasio retina retina eksudatif adalah penyakit Harada, Khoroiditis, tuberculosis ocular, vasculitis ABLASIO RETINA REGMATOGEN ABLASIO RETINA TRAKSIONAL ABLASIO RETINA EKSUDATIF
  • 38.
  • 39. PATOGENESIS & KLASIFIKASI • Jika terjadi robekan pada retina, sehingga vitreus yang mengalami likuifikasi dapat memasuki ruangan subretina dan menyebabkan ablasio progresif (ablasio regmatogenosa) • Jika retina tertarik oleh serabut jaringan kontraktil pada permukaan retina (misalnya seperti pada retinopati proliferatif pada diabetes mellitus (ablasio retina traksional) • Walaupun jarang terjadi, bila cairan berakumulasi dalam ruangan subretina akibat proses eksudasi, yang dapat terjadi selama toksemia pada kehamilan (ablasio retina eksudatif)
  • 40. DIAGNOSIS •Anamnesis • Gejala yang sering dikeluhkan penderita adalah:  Fotopsia/ light flashes (kilatan cahaya). Fotopsia terjadi akibat tarikan vitreus terhadap retina.  Floaters (Sensasi melihat objek berwarna coklat kehitaman dengan berbagai bentuk serta ukuran). Robekan pada retina, menyebabkan terlepasnya pigmen RPE dan masuk kedalam rongga vitreus sehingga menimbulkan gejala floaters.  Penurunan tajam penglihatan. Pasien mengeluh penglihatannya sebagian seperti tertutup tirai yang semakin lama semakin luas.  Pemeriksaan oftalmologi – Pemeriksaan visus Dapat terjadi penurunan tajam penglihatan akibat terlibatnya makula lutea ataupun terjadi kekeruhan media penglihatan atau badan kaca yang menghambat sinar masuk. Tajam penglihatan akan sangat menurun bila makula lutea ikut terangkat. – Pemeriksaan tekanan bola mata Kadang cenderung rendah <10 mmhg atau normal – Pemeriksaan lapangan pandang – Pemeriksaan funduskopi Yaitu salah satu cara terbaik untuk mendiagnosis ablasio retina dengan menggunakan binokuler indirek oftalmoskopi.
  • 41.  Bila ablasio hanya melibatkan retina perifer (dengan bagian sentral/macula intak), tajam penglihatan sentral pasien biasanya normal (visus 6/6), tetapi dengan lapang pandangan terganggu sengan kesan seperti tertutup tirai.  Apabila sudah mengenai macula, pasien akan mengalami penurunan tajam penglihatan drastic, yang dapat mencapai 1/60 sampai 1/~
  • 42. FUNDUSKOPI PADA ABLASIO RETINA • Hilangnya refleks fundus. • Retina yang mengalami ablasio tampak sebagai membran abu – abu terangkat yang menutupi gambaran vaskuler koroid. • Jika terdapat akumulasi cairan pada ruang subretina, didapatkan pergerakkan undulasi retina ketika mata bergerak. • Pembuluh darah retina yang terlepas dari dasarnya berwarna gelap, berkelok – kelok dan membengkok di tepi ablasio. • Pada retina yang terjadi ablasio telihat lipatan – lipatan halus. • Satu robekan pada retina terlihat agak merah muda karena terdapat pembuluh koroid dibawahnya. Funduskopi dilakukan dalam keadaan pupil didilatasi agar pemeriksaan dapat mencapai retina bagian perifer. Diarahkan sampai bagian perifer retina secara sistemik kesetiap kuadran untuk mencari robekan atau lubang retina.
  • 43. PEMERIKSAAN PENUNJANG • Electroretinography (ERG) adalah dibawah normal atau tidak ada • Ultrasonography mengkonfirmasikan diagnosis. Jika terdapat kekeruhan media seperti katarak matur, pedarahan vitreus atau vitritis berat, diperlukan pemeriksaan khsus menggunakan USG mata. Penatalaksanaan Penanganan inisial yang bisa dilakukan dokter umum dalam proses merujuk adalah menganjurkan agar pasien mengurangi mobilisasi atau (bedrest), dan apabila memungkinkan sebaiknya berbarng kesisi “tirai” yang dikeluhkan.
  • 44. PENATALAKSANAAN: SCLERAL BUCKLE Terdapat 2 pilihan tindakan scleral buckle vitrektomi, atau kombinasi keduanya. Scleral buckle Vitrektomi Sebuah gelang yang lentur ditempatkan diseputar bola mata untuk menetralkan kekuatan yang menarik retina dari dasarnya. Seringkali dokter mata mengeluarkan cairan yang ada dibawah bagian retina yang lepas, dan menarik retina ke posisi normal, prosedur ini dilaksanakan di kamar bedah. enentukan lokasi robekan retina dan menggunakan laser atau cryotherapy untuk mematri robekan.
  • 45. PENATALAKSANAAN: RETINOPEKSI PNEUMATIK Dokter mata akan memasukkan sejenis gas khusus ke dalam rongga vitreus untuk mendorong retina yang lepas untuk kembali ke posisi semula. Setelah tindakan, sambil menunggu proses hilangnya gas, penderita akan diminta untuk menjaga kepala pada posisi tertentu selama beberapa hari. Dengan posisi kepala yang benar gas akan menekan retina yang lepas kembali ke asalnya.
  • 47. Dengan beberapa tambahan tindakan. Penggunaan Laser Endotamponade dengan gas atau silicone oil Tatalaksana pada jenis ablasio eksudatif adalah dengan medika mentosa sesuai degan etiologi ablasio. Pasien harus menjalani pemeriksaan lengkap seperti, laboratorium darah, foto toraks, tes imunologi, dan fundus fluorescent angiography dan lain – lain sesuai indikasi. Menentukan lokasi robekan retina dan menggunakan laser atau cryotherapy untuk mematri robekan. .
  • 48. KOMPLIKASI • Penurunan ketajaman penglihatan dan kebutaan merupakan komplikasi yang paling umum terjadi pada ablasio retina. • Penurunan penglihatan terhadap gerakan tangan atau persepsi cahaya adalah komplikasi yang sering dari ablasio retina yang melibatkan makula
  • 49. PROGNOSIS  Prognosis tergantung luasnya robekan retina, jarak waktu terjadinya ablasio, diagnosisnya dan tindakan bedah yang dilakukan.  Terapi yang cepat dapat memberikan prognosis lebih baik.  Prognosis lebih buruk bila mengenai makula atau jika telah berlangsung lama Prognosis functionam dan sanactionam kasus ablasio retina bergantung pada beberapa faktor, dengan yang terpenting diantaranya adalah durasi ablasio, semakin segera dilakukan tindakan pembedahan prognosis akan semakian baik.