- Penelitian ini membahas tentang analisis hazard yang dihadapi oleh tukang bangunan dalam pekerjaannya. Terdapat 6 hazard utama yang diidentifikasi yaitu kurang istirahat, cuaca panas, jamur/bakteri, debu, asap, dan tergores alat tajam.
- Berdasarkan analisis risiko secara semikualitatif, hazard yang memiliki risiko tinggi adalah mengangkat bahan bangunan secara manual yang dapat menyebabkan cedera berat.
- U
6. BAB V
PENUTUP
KESIMPULAN
• Dari hasil penelitian, pekerjaan seorang tukang bangunan
mempunyai 6 hazard. Berdasarkan tabel bentuk analisa
semikualitarif, hazard yang paling tinggi memiliki skor 15 yang
berarti berakibat fatal dan dapat mengakibatkan kematian.
Sedangkan skor yang terendah adalah 8 yaitu kurang istirahat .
• kita harus menghargai setiappekerjaan yang ada, tidak ada
pekerjaan yang rendah di dunia ini
• Jadi kita harus bersyukur karena orangtua kita dapat bekerja
dengan baik.
• jadi pekerjaan jadi tukang bangunan sunguh mulia, karena telah
membantu orang untuk mendirikan rumah ataupun gedung yang
nyaman
• pekerjaan ini banyak mendapat resiko bagi tukang bangunan
karena perlu ketelitian dan kondisi fisik yang kuat dalam bekerjan
dan sealu berhati-hati
8. • Saya memilih anlisis tentang pekerjaan tukang
bangunan karena saya tertarik terhadap
pekerjaan yang membutuhkan tenaga fisik yang
lebih ini. Ada sebuah bangunan rumah yang
sedang dibangun di sebelah rumah saya, maka
dari itu saya tertarik untuk membuat suatu
makalah mengenai bagaimana seorang tukang
bangunan bekerja dan kemungkinan-
kemungkinan apa saja yang akan terjadi saya
ingin mengetahui lebih jauh mengenai
pekerjaan unu, sehingga saya dapat mengetahui
bagaimana beratnya menjadi seorang tukang
bangunan. Dengan mencari informasi mengenai
pekerjaan tukang bangunan saya juga mencari
hazard dari pekerjaan tersebut.
BAB I
9. • Objek penelitian : Pekerjaan Tukang bangunan
• Latar penelitian : Jl. Cucut No.6
BAB I
10. • Untuk mengetahui segala proses dari pekerjaan
tukang bangunan yang ada resiko dan masalah dari
pekerjaan tersebut
• Untuk mengetahui analisa risiko dalam manajemen
risiko pada pekerjaan tukang bangunan
• Untuk mengetahui evaluasi risiko dalam
manajemen risiko pada pekerjaan tukang bangunan
• Untuk mengetahui pengendalian risiko dalam
manajemem risiko pada pekerjaan tukang bangunan
BAB I
11. • bagi penulis dan pembaca , dapat mnegetahui mengenai
hazard yang ada pada pekeraan tukang
bangunan, sehingga dengan mengetahui dan memiliki
pengetahuan tersebut dapat meminimalisir resiko yang
dihadapi seorang tukang bangunan. Penulis dan
pembaca juga dapat memahami mengenai pekerjaan
tukang bangunan yang biasanya dipandang sebelah mata
oleh masyarakat. Selain itu, pemnulis dan pembaca
mendapatkan amanat moril, yaitu setiap pekerjaan itu
memiliki hazardnya masing-masing, jadi apapun
pekerjaan mereka, kita harus menghargai setiap orang.
• BAB I
12. • Bangunan : konstruksi teknik yang ditanam atau
dilekatkan secara tetap pada tanahdan/atau
perairan.menurut UU No 28/2002 : Bangunan
gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaan
konstruksiyang menyatu dengan tempat
kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada di
atasdan/atau di dalam tanah dan/atau air, yang
berfungsi sebagai tempat manusia
melakukankegiatannya, baik untuk hunian atau
tempat tinggal, kegiatan keagamaan, kegiatan
usaha,kegiatan sosial, budaya, maupun kegiatan
khusus.
• Tukang bangunan adalah orang yang melakukan
pekerjaan untuk membangun sebuah bangunan
agar berdiri kokoh dan tegap
BAB II
13. • Pengertian Singkat Acuan
• Acuan adalah Suatu konstruksi pembantu yang bersifat
sementara yang merupakan cetakan / mal ( beserta
pelengkapnya ) pada bagian samping dan bawah dari
suatu konstruksi beton yang dikehendaki.
• Syarat Acuan Suatu Konstruksi
• stabil
• Tidak bocor
• Mudah dibongkar
• Ekonomis
• Bersih BAB II
14. • Tebal selimut beton minimal 2 cm, bagian luar
2,5 cm dan bagianyang tak terlihat 3 cm
• Jarak bebas tulanglebh dari ø tulangan sama
atau lebih dari 4/3 ø butir kricak yang
digunakan
• Jaarak dari sumbu batang sama atau lebih kecil
dari 15 cm
• Garis tengah tulang membujur minimal 12 mm
dan ø begal 6 mm
• Jarank begel harus lebih kecil 2/3 tinggi balok
dan maksimum 30 c
BAB II
15. • Seorang pengawas proyek di lapangan dituntut untuk memiliki kecakapan
dan kemampuan untuk merencanakan, mengatur, mengarahkan dan
mengkoordinasikan para pekerja. Seorang pengawas proyek juga harus
memiliki kemampuan memilih, mengawasi, melatih, dan mengevaluasi
staf, mendelegasikan otoritas dan tanggung jawab. Serta mampu
membaca, menafsirkan, menganalisis rencana konstruksi, maupun
mengidentifikasi konsekuensi alternative solusi proyek. Kesemua hal
tersebut adalah hanya sebagian dari kemampuan yang harus dimiliki oleh
seorang pengawas proyek konstruksi di lapangan.
• Seorang pengawas proyek di lapangan selain berfungsi untuk mengawasi
jalannya pembangunan proyek, juga harus melaporkan setiap
perkembangan dan kemajuan proyek kepada owner atau pihak yang
berkepentingan lainnya. Oleh sebab itu, kemampuan untuk berkomunikasi
dan mempersiapkan laporan yang jelas dan ringkas yang dapat dengan
mudah dimengerti oleh owner maupun pihak yang berkepentingan lainnya
merupakan hal mutlak dimiliki oleh seorang pengawas proyek. Dalam
setiap kegiatan proyek konstruksiseorang pengawas proyek banyak
dihadapkan pada masalah-masalah yang terkait dengan kegiatan
pembangunan ataupun kegiatan konstruksi. Masalah-masalah yang muncul
pada setiap tahapan kegiatan konstruksi tersebut berbeda-beda sesuai
dengan tahapan dalam kegiatan konstruksi.
BAB III
17. Jenis bahaya Resiko Konsekuasi
Faktor Fisik
Cuaca yang berubah-ubah (panas
dingin)
Dehidrasi
Biang keringat pada kulit
Mudah terserang penyakit
Kelelahan, lemah
Gatal-gatal, kudis
Batk, pilek
Faktor Biologis
Jamur
Bakteri
Infeksi
Infeksi
Gatal-gatal pada tubuh, panu
Muncul penyakit : bersin
Faktor Ergonomik
Mengangkat bahan-bahan
bangunan dengan tangan
Menyemen tanoa menggunakan alas
kaki
Otot tegang dan kaku
Masuknya cacing
Kaki menjadi tegang
Sulit beraktivitas
Pegal-pegal
Cacingan
Faktor Kimia
Debu yang berasal dari bahan-
bahan bangunan
Asap dari mesin bangunan
Batuk
Asma
Mata berair
Dada sesak
Sakit mata/katarak
Faktor Psikososial
Kurangnya istirahat karena jam
kerja yang terlalu lama
Stress Tidak fokus dalam bekerja
Alat perlindungan diri
Tergores oleh alat –alat bangunan
Jatuh saat pengecekkan loteng
Jatuh saat mengecat dinding
Kecelakaan
Terkena alat yang tajam
Kulit terluka
Pendarahan
Patah tulang
kram
BAB IV
18. Tingkat Keparahan Kemungkinan Terjadi
Jarang Terjadi
(1)
Kurang mungkin
terjadi (2)
Mungkin terjadi
(3)
Sangat Mungkin
terjadi (4)
Hampir Pasti terjadi
(5)
(1)
Tidak ada pengaruh
(2)
Pengaruh sangat
ringan
Kurangnya
istirahat karena jam
kerja yg terlalu
lama
(8)
Cuaca
Panas (8)
(3)
Pengaruh ringan
Debu yang
berasal dari bahan-
bahan bangunan
Asap dari
mesin bangunan
(9)
Mengangkat
bahan-bahan
bangunan dengan
tangan
(15)
(4)
Pengaruh serius
Jamur
Bakteri
Tergores oleh
alat-alat tajam
(12)
T
(5)
Pengaruh fatal
BAB IV
19. NO HAZARD SKOR TAFSIRAN
1. Kurangnya istirahat karena jam
kerja yg terlalu lama
8 Sangat mungkin terjadi
Pengaruh sangat ringan
2. Cuaca panas 8 Sangat mungkin terjadi
Pengaruh ringan
3. Debu yang berasal dari bahan
bangunan
9 Mungkin terjadi
Pengaruh ringan
4. Asap dari mesin bangunan 9 Mungkin terjadi
Pengaruh ringan
5. Jamur dan Bakteri 12 Mungkin terjadi
Pengaruh serius
6. Tergores oleh alat-alat
bangunan
12 Mungkin terjadi
Pengaruh serius
7. Mengangkat bahan-bahan
bangunan dengan tangan
15 Hampir pasti terjadi
Pengaruh ringan
BAB IV
20. No hazard Pengendalian
1 kurangnya istirahat karna Jam kerja terlalu
lama
Adanya jam istirahat di sela pekerjaan
Tidur yang cukup
2 Cuaca panas Memakai topi
Meminum air mineral
3 Jamur dan bakteri Memakai alas kaki saat bekerja
Mencuci kaki dan tangan setelah bekerja
4 Mengangkat bahan-bahan bangunan tanpa alas Memakai alat bantu kerja berupa gerobak
Mengangkat bersama-sama
5 Debu Memakai masker/penutup mulut dan hidung
Mencuci muka
6 Asap Memakai masker/penutup hidung dan
mulut
Jarak antara pekerja dengan mesin jangan
terlalu dekat
7 Tergores/luka karena alat-alat bangunan Memakai baju atau pelindung tubuh
Berhati – hati saat bekerja
BAB IV