SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 12
BAB I
Latar belakang
Dunia Islam telah mengalami masa keemasan dalam sejarah peradaban dunia, banyak dari sana muncul
ilumuan-ilmuan yang mendunia yang melahirkan karya-karyanya, baik dalam bidang politik, astronomi,
filsafat, kedokteran, fisika, biologi. namun masa keemasan itu berakhir atau mengalami kemunduran
setelah perang salib dan dihancurkannya pusat ilmu atau perpustakan kordoba yang mana pada saat itu
perpustakaan kordoba memiliki 70 perpustakaan dan 400.000 kitab.
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern mulai masuk ke dunia islam setelah pembukaan
abad ke sembilan belas. Yang dalam sejarah Islam di pandang sebagai awal permulaan abad Modern.
kontak dengan dunia Barat selanjutnya menimbulkan ide-ide baru ke dunia Islam seperti: rasionalisme,
nasionalisme, demokrasi dan sebagainya. Semua ini menimbulkan permasalahan-permasalahan baru
dan pemimpin-peminpin Islam pun mulai memikirkan cara mengatasi persoalan-persoalan ini.
Benturan-benturan antara Islam dan kekuatan Eropa telah menyadarkan Umat Islam, bahwa mereka
jauh tertinggal dari Eropa. Yang pertama merasakan hal ini adalah kerajaan turki Ustmani, karena
kerajaan ini yang pertama dan utama menghadapi kekuatan Eropa. Kesadaran itu memaksa pejuang-
pejuang Turki untuk banyak belajar dari Eropa.
Meskipun kehadiran Barat telah memicu timbulnya respon dikalangan terpelajar muslim, kontak dengan
Barat bukanlah satu-satunya faktor yang menyebabkan munculnya gerakan pembaruan dalam Islam. Di
samping dalam batang tubuh doktrin-doktrin Islam pembaharuan (tajdîd) merupakan sesuatu yang
intern, kondisi objektif umat Islam sendiri yang secara umum ditandai oleh semakin memudarnya
semangat keilmuan, kebekuan (jumûd), dibidang intelektual, dan berkembang pesatnya tradisi yang
mendekati syirik, merupakan faktor yang tidak bisa diabaikan begitu saja. Faktor-faktor itu sekaligus juga
merupakan tantangan kaum Muslim, tidak hanya dalam tataran intelektual tetapi juga pada tataran
empiris. Tantangan itu mencul di kalangan kaum Muslim hampir secara serentak. Hal ini menyebabkan
solusi yang diajukan sangat bervariasi, meski pada umumnya bertujuan sama, yaitu memajukan kembali
Islam seperti pada masa keemasan dulu. Walaupun variasi itu tidak selamanya disebabkan oleh kondisi
wilayah tempat munculnya gerakan pembaharuan, tetapi lebih-lebih merupakan implikasi dari
penafsiran yang berbeda atas teks-teks suci, baik dari al-Qur’an maupun sunnah Nabi. Dalam tentang
yang panjang, bentuk solusi ada yang merupakan penolakan yang membabi buta, dan adapula yang
menerima mentah-mentah.
Makalah ini akan menjelaskan pengertian pembaharuan Islam, konsep yang digunakan. Dari uraian
tentang masalah ini, variasi gerakan pembaharuan Islam akan tampak jelas. Ini tidak hanya akan
bermanfaat bagi kajian-kajian selanjutnya, tetapi juga dalam upaya mencari titik temu gerakan
pembaharuan Islam.
BAB II
B.1. Pengertian Pembaharuan dalam Islam
Kata yang lebih di kenal untuk pembaharuan adalah modernisasi. Kata modernisasi lahir dari dunia
barat, adanya sejak terkait dengan masalah agama. Dalam masyarakat barat kata modernisasi
mengandung pengertian pemikiran, aliran, gerakan, dan usaha untuk mengubah paham-paham, adat
istiadat, institusi-institusi lama dan sebagainya. Agar semua itu dapat disesuaikan dengan pendapat-
pendapat dan keadan baru yang ditimbulkan oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern.
Pembaharuan Islam adalah upaya untuk menyesuiakan paham keagamaan Islam dengan perkembangan
dan yang ditimbulkan kemajuan ilmu pengetahuan dan terknologi modern. Dengan demikian
pembaharuan dalam Islam ukan berarti mengubah, mengurangi atau menambahi teks Al-Quran maupun
Hadits, melainkan hanya menyesuaikan paham atas keduanya. Sesuai dengan perkembangannya zaman,
hal ini dilakukan karena betapapun hebatnya paham-paham yang dihasilkan para ulama atau pakar di
zaman lampau itu tetap ada kekurangannya dan selalu dipengaruhi oleh kecendrunagan, pengetahuan,
situasional, dan sebagainya. Paham-paham tersebut untuk di masa sekarang mungkin masih banyak
yang relevan dan madih dapat digunakan, tetapi mungkin sudah banyak yang tidak sesuai lagi.
Dalam kaitannya dengan itulah, Harun Nasution [1], mendefinisikan pembaharuan Islam sebagai “pikiran
dan gerakan untuk menyesuaikan faham-faham keagamaan Islam dengan perkembangan baru yang
ditimbulkan oleh pengetahuan dan teknologi modern”. Dengan pengertian itu tampaknya Nasution
mengidentik pembaharuan Islam dengan modernitas Islam. Kata “modern” berasal dari kata latin
modo, yang berarti “masa kini” atau “mutakhir” [2]. Dari pengertian modern demikian definisi yang
dikemukakan Nasution juga mengandung arti Islam harus mampu menjawab tantangan yang
diakibatkan oleh perkembangan zaman.
Sebagaimana diuraikan di awal tulisan ini bahwa pembaruan Islam merupakan suatu keharusan bagi
upaya aktualisasi dan kontekstualisasi Islam. Berkaitan dengan hal ini, maka persoalan yang perlu
dijawab adalah hal-hal apa saja yang dapat dijadikan pijakan (landasan) atau pemberi legitimasi bagi
gerakan pembaruan Islam (tajdid). Di antara landasan dasar yang dapat dijadikan pijakan bagi upaya
pembaruan Islam adalah landasan teologis, landasan normatif dan landasan historis.
B.2 Ladasan Pembaharuan dalam Islam
Pembaharuan dalam Islam merupakan keharusan bagi suatu upaya aktualisasi dan kontekstualisasi
Islam. Maka, berkaitan dengan hal ini persoalan yang perlu dijawab adalah hal-hal apa saja yang dapat
dijadikan pijakan (landasan) atau pemberi legitimasi bagi gerakan pembaruan Islam (tajdid). Di antara
landasan dasar yang dapat dijadikan pijakan bagi upaya pembaruan Islam adalah landasan teologis,
landasan normatif dan landasan historis.
Landasan Teologis
Menurut Achmad Jainuri dikatakan bahwa ide tajdid berakar pada warisan pengalaman sejarah kaum
muslimin. Warisan tersebut adalah landasan teologis yang mendorong munculnya berbagai gerakan
tajdid (pembaruan Islam)[3]. Selanjutnya masih menurut Achmad Jainuri bahwa landasan teologis itu
terformulasikan dalam dua bentuk keyakinan, yaitu:
Pertama, keyakinan bahwa Islam adalah agama universal (univer-salisme Islam). Sebagai agama
universal, Islam memiliki misi rahmah lil al-‘alamin, memberikan rahmat bagi seluruh alam.
Universalitas Islam ini dipahami sebagai ajaran yang mencakup semua aspek kehidupan, mengatur
seluruh ranah kehidupan umat manusia, baik berhubungan dengan hablu min Allah (hubungan dengan
sang khalik), habl min al-nas (hubungan dengan sesama umat manusia), serta habl min al-‘alam
(hubungan dengan alam lingkungan)[4]. Dengan terciptanya harmoni pada ketiga wilayah hubungan
tersebut, maka akan tercapai kebahagiaan hidup sejati di dunia dan di akherat, karena Islam bukan
hanya berorientasi duniawi semata, melainkan duniawi dan ukhrawi secara bersama-sama[5].
Konsep universalisme Islam itu meniscayakan bahwa ajaran Islam berlaku pada setiap waktu, tempat,
dan semua jenis manusia, baik bagi bangsa Arab, maupun non Arab dalam tingkat yang sama, dengan
tidak membatasi diri pada suatu bahasa, tempat, masa, atau kelompok tertentu. Dengan ungkapan lain
bahwa nilai universalisme itu tidak bisa dibatasi oleh formalisme dalam bentuk apapun [6].
Universalisme Islam juga memiliki makna bahwa Islam telah memberikan dasar-dasar yang sesuai
dengan perkembangan umat manusia. Namun demikian, tidak semua ajaran yang sifatnya universal itu
diformulasikan secara rinci dalam al-Qur’an dan al-Sunnah. Oleh karenanya, diperlukan upaya untuk
menginterpretasikannya agar sesuai dengan segala tuntutan perkembangan sehingga konsep
universalitas Islam yang mencakup semua bidang kehidupan dan semua jaman dapat diwujudkan, atau
diperlukan upaya rasionalisasi ajaran Islam.
Senada dengan hal di atas, Din Syamsudin mengatakan bahwa watak universalisme Islam meniscayakan
adanya pemahaman selalu baru untuk menyikapi perkembangan kehidupan manusia yang selalu
berubah. Islam yang universal —shalih li kulli zaman wa makan— menuntut aktualisasi nilai-nilai Islam
dalam konteks dinamika kebudayaan. Kontekstualisasi ini tidak lain dari upaya menemukan titik temu
antara hakikat Islam dan semangat jaman. Hakikat Islam yang rahmah li al-‘alamin berhubungan secara
simbiotik dengan semangat jaman, yaitu kecondongan kepada kebaruan dan kemajuan.
Selanjutnya juga dikatakan bahwa pencapaian cita-cita kerahmatan dan kesemestaan sangat tergantung
kepada penemuan-penemuan baru akan metode dan teknik untuk mendorong kehidupan yang lebih
baik dan lebih maju. Din Samsudin mengatakan bahwa keuniversalan mengandung muatan
kemodernan. Islam menjadi universal justru karena mampu menampilkan ide dan lembaga modern
serta menawarkan etika modernisasi.
Kedua, keyakinan bahwa Islam adalah agama terakhir yang diturunkan Allah Swt, atau finalitas fungsi
kenabian Muhammad Saw sebagai seorang rasul Allah. Dalam keyakinan umat Islam, terpatri suatu
doktrin bahwa Islam adalah agama akhir jaman yang diturunkan Tuhan bagi umat manusia; yang berarti
paska Islam sudah tidak ada lagi agama yang diturunkan Tuhan; dan diyakini pula bahwa sebagai agama
terakhir, apa yang dibawa Islam sebagai suatu yang paling sempurna dan lengkap yang melingkupi
segalanya dan mencakup sekalian agama yang diturunkan sebelumnya[7]. Al-Qur’an adalah kitab yang
lengkap, sempurna, dan mencakup segala-galanya; tidak ada satupun persoalan yang terlupakan dalam
al-Qur’an. Keyakinan yang sama juga terhadap keberadaan Nabi Muhammad Saw sebagai Nabi akhir
jaman (khatam al-anbiya’), yang tidak akan lahir (diutus) lagi seorang pun Nabi setelah Nabi Muhammad
Saw, dan risalah yang dibawa Muhammad diyakini sebagai risalah yang lengkap dan sempurna.
Menurut Achmad Jainuri bahwa keyakinan akan Muhammad sebagai Nabi penutup hendaknya dipahami
bahwa berhentinya fungsi kenabian bukan berarti terputusnya petunjuk Tuhan kepada umat manusia.
Kondisi ini mengacu pada ide bahwa setelah fungsi ke-Nabi-an Muhammad selesai, secara fungsional,
peran ulama dipandang sangat penting untuk memelihara dinamika ajaran Islam. Hal ini dipandang
tidaklah berlebihan karena ulama adalah pewaris para nabi (al’ulama’ waratsah al-anbiya’). Dari
kalangan ulama itulah muncul para mujaddid yang secara fungsional memelihara dinamika ajaran Islam
yang dibawa oleh Muhammad Saw sebagai pengemban risalah terakhir dari Tuhan. Dengan perkataan
lain bahwa kontinuitas petunjuk agama Wahyu dari Nabi Adam hingga Muhammad melalui para Nabi,
sedangkan dari Muhammad ke penerusnya melalui para mujaddid yang secara institusional
dimanifestasikan dalam berbagai ragam pemikiran serta gerakan tajdid[8].
Landasan Normatif
Landasan normatif yang dimaksud dalam kajian ini adalah landasan yang diperoleh dari teks-teks nash,
baik al-Qur’an maupun al-Hadis. Banyak ayat al-Qur’an yang dapat dijadikan pijakan bagi pelak-sanaan
tajdid dalam Islam karena secara jelas mengandung muatan bagi keharusan melakukan pembaruan. Di
antaranya surat al-Dluha: 4. “Sesungguhnya yang kemudian itu lebih baik bagimu dari yang dahulu”,
Ayat lainnya adalah surat ar-Ra’d: 11, “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah apa yang ada pada
suatu kaum sehingga mengubah apa yang ada dalam diri mereka sendiri….”
Dari ayat di atas, nampak jelas bahwa untuk mengubah status umat dari situasi rendah menjadi mulia
dan terhormat, umat Islam sendiri harus berinisiatif dan berikhtiar mengubah sikap mereka, baik pola
pikirnya maupun perilakunya. Dengan demikian, maka kekuatan-kekuatan pembaru dalam masyarakat
harus selalu ada karena dengan itulah masyarakat dapat melakukan mekanisme penyesuaian dengan
derap langkah dinamika sejarah.
Sementara itu, dalam hadis Nabi dapat kita temukan adanya teks hadis yang menyatakan bahwa “Allah
akan mengutus kepada umat ini pada setiap awal abad seseorang yang akan memperbarui (pema-
haman) agamanya”. Menurut Achmad Jainuri, dikalangan para pakar terdapat perbedaan interpretasi
mengenai kata ‘ala ra’si kulli mi’ati sanah (setiap awal abad) ini berkaitan dengan saat munculnya sang
mujaddid. Sebagian lain mengkaitkan dengan tanggal kematian. Hal ini sesuai dengan tradisi penulisan
biografi dalam Islam yang biasanya hanya menunjuk tanggal kematian seseorang. Jika arti kata tersebut
dikaitkan dengan tanggal kelahiran, maka sulit dipahami karena sebagian mereka —yang disebutkan
dalam daftar literatur sejarah Islam— telah meninggal dunia pada awal abad, yang berarti bahwa
mereka belum melakukan pembaruan. Atas dasar ini, maka sebagian lagi memahami dalam pengertian
yang lebih longgar dan menyatakan bahwa yang penting mujaddid yang bersangkutan hidup dalam abad
yang dimaksud. Terlepas dari adanya perdebatan sebagaimana di atas (dalam memaknai awal abad),
yang jelas bahwa ide tajdid dalam Islam memiliki landasan normatif dalam teks hadis Nabi.
Landasan Historis
Di awal perkembangannya, sewaktu nabi Muhammad masih ada dan pengikutnya masih terbatas pada
bangsa Arab yang berpusat di Makkah dan Madinah, Islam diterima dan dipatuhi tanpa bantahan.
Semua penganutnya berkata: “sami’na wa atha’na”.
Dalam perkembangannya, Islam baik secara etnografis maupun geografis menyebar luas, dari segi
intelektual pun membuahkan umat yang mampu mengembangkan ajaran Islam itu menjadi berbagai
pengetahuan, mulai dari ilmu kalam, ilmu hadis, ilmu fikih, ilmu tafsir, filsafat, tasawuf, dan lainnya,
terutama dalam masa empat abad semenjak ia sempurna diturunkan. Umat Islam dalam periode itu
dengan segala ilmu yang dikembangkannya, berhasil mendominasi peradaban dunia yang cemerlang,
sampai mencapai puncaknya di abad XII-XIII M, di masa inilah, ilmu pengetahuan ke-Islaman
berkembang sampai puncaknya, baik dalam bidang agama maupun dalam bidang non agama. Di jaman
itu pula para pemikir muslim dihasilkan. Mereka telah bekerja sekuat-kuatnya melakukan ijtihad
sehingga terbina apa yang kemudian dikenal sebagai kebudayaan Islam.
Setelah melalui kurun waktu lebih kurang lima abad sampai ke puncak kejayaannya, sejarah kemajuan
Islam mengalami kemandekan; Islam menjadi statis atau dikatakan mengalami kemunduran. Masa demi
masa kemundurannya semakin terasa. Pintu ijtihad dinyatakan tertutup digantikan dengan taklid yang
merajalela sampai menenggelamkan umat Islam ke lubuk yang terdalam pada abad ke XVIII[9].
. Meskipun demikian, upaya pembaruan senantiasa terjadi, di mana dalam suasana seperti digambarkan
di atas, yaitu sejak abad XIII M (peralihan ke abad XIV M) Ibn Taimiyah telah tampil membendung-nya
(melakukan pembaruan).
Pembaruan yang dilakukan oleh Ibnu Taimiyah, ditujukan kepada tiga sasaran utama yaitu, sufisme,
filosof yang mendewakan rasionalisme, teologi asy’ariyah yang cenderung pasrah kepada kehendak
Tuhan dan totalistik. Ketiganya dipandang sebagai menyimpang dari ajaran Islam sehingga di dalam
memberikan kritik selalu dibarengi seruan kepada umat Islam agar kembali kepada al-Qur’an dan
Sunnah serta memahaminya[10].
Dalam perkembangan sejarahnya bahwa gerakan pembaruan pasca Ibnu Taimiyah terus mengalami
dinamisasi, dan kontinuitasnya, serta mengalami beberapa variasi corak dan penekanannya masing-
masing sesuai dengan konteks waktu, tempat, dan problem yang dihadapi. Gerakan-gerakan pembaruan
itu sendiri dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu gerakan pembaharuan pra-modern dan gerakan
pembaharuan pada masa modern.
Gerakan pembaharuan pra-modern (pasca Ibnu Taimiyah), mengambil bentuknya terutama pada abad
XVII dan XVIII M. Sementara itu, gerakan modern terutama dimulai pada saat jatuhnya Mesir di tangan
Napoleon Bonaparte (1798-1801 M), yang kemudian menginsafkan umat Islam tentang rendahnya
kebudayaan dan peradaban yang dimilikinya, serta memunculkan kesadaran akan kelemahan dan
keterbelakangan[11].
Walaupun gerakan pembaruan Islam secara garis besarnya terbagi dalam dua batasan dekade yaitu pra-
modern (abad XVII dan XVIII M) dan modern (mulai abad XIX M), tetapi sebagaimana dikemukakan oleh
Fazlur Rahman bahwa gerakan pembaruan yang dilancarkan pada abad tersebut pada dasarnya
menunjukkan karakteristik yang sama dengan gagasan pokok Ibnu Taimiyah yang dipandang sebagai
bapak tajdid, yaitu gerakan-gerakan pembaruan tersebut mengedepankan rekontruksi sosio-moral
masyarakat Islam sekaligus melakukan koreksi sufisme yang terlalu menekankan individu dan
mengabaikan masyarakat.
Adanya karakteristik yang sama pada gerakan-gerakan pembaruan Islam, baik pra-modern maupun
modern tersebut, dapat dilihat misalnya pada abad XVII M. Syaikh Ahmad Sirhindi telah meletakan dasar
teori reformasi yang sama dengan Ibnu Taimiyah, juga menekankan pelaksanaan ajaran syariah dalam
kehidupan sehari-hari. Kemudian gerakan wahabiah pada abad XVIII M yang dipelopori Muhammad bin
Abdul Wahab dipandang lebih radikal dan tidak mengenal kompromi terhadap semua pengaruh yang
“non Islam” terhadap amal ibadah.
Gerakan-gerakan serupa juga muncul di kawasan dunia Islam lainnya. Shah Waliyullah di India abad XVIII
M, juga melakukan hal yang sama dengan apa yang dilakukan oleh Syaikh Ahmad dalam sikapnya
terhadap ajaran sufi yang menyimpang. Namun, yang membedakannya dengan pendahulunya, gerakan
Shah Waliyullah juga memasuki dunia kehidupan sosial politik, di mana ia menentang ketidakadilan
sosial ekonomi yang menimpa rakyat, mengkritik beban pajak yang ditanggung oleh kaum petani, serta
menyerukan kaum muslimin untuk menegakkan sebuah negara teritorial di India yang menyatu ke
dalam bentuk sebuah kekaisaran yang bersifat internasional.
Gerakan pembaruan pra-modern dengan dasar “kembali kepada al-Qur’an dan al-Sunnah serta ijtihad”
sebagaimana di atas, juga me-warnai gerakan pembaruan pada era modern (abad XIX dan XX M).
Sebagai misal, gerakan pembaruan yang digerakkan dan dicetuskan oleh Muhammad Abduh, yang
dirumuskan dalam empat aspek yaitu: pertama, pemurnian Islam dari berbagai pengaruh ajaran dan
pengamalan yang tidak benar (bid’ah dan khufarat); kedua, pembaruan sistem pendidikan tinggi Islam;
ketiga, perumusan kembali doktrin Islam sejalan dengan semangat pemikiran modern; keempat,
pembelaan Islam terhadap pengaruh-pengaruh dan serangan-serangan Eropa[12].
Apa yang dilakukan oleh Abduh di atas, menunjukan adanya karakteristik yang sama dengan Era
sebelumnya, yaitu adanya purifikasionis-reformis. Apa yang dilakukan Abduh hanya sebagai salah satu
contoh, tentunya dapat ditemukan juga dalam gerakan dan pemikiran yang dilakukan oleh tokoh
lainnya.
Berkaitan dengan kesinambungan karakteristik gerakan pem-baruan Islam baik pra-modern dan
modern, menurut Voll dapat terlihat pula pada tiga bidang atau tema yang digelorakan, yaitu: pertama,
seruan untuk kembali kepada penerapan ketat al-Qur’an dan Sunnah Nabi; kedua, keharusan adanya
ijtihad; ketiga, penegasan kembali keaslian dan keunikan pengalaman Qur’an yang berbeda dengan
cara-cara sintesa dan keterbukaan pada tradisi Islam lainnya.
Uraian di atas menunjukan bahwa ide pembaruan Islam yang berlandaskan teologis dan normatif,
secara historis menunjukkan relevansi dengan kedua landasan tersebut (teologis dan normatif). Oleh
karenanya, gerakan tajdid (pembaruan Islam) memiliki akar historis yang kuat sebagai pijakan bagi
kontinuitas gerakan pembaruan Islam kini dan yang akan datang.
B.3. Faktor penyebab kemunduran umat islam:
Isu pintu ijtihad tertutup telah meluas dikalangan umat islam. Berpaling pikiran untuk menggali secara
langsung pada sumber pertama dan utama, yaitu Al-Qur’an dan Al-Hadits. Apabila mereka menemukan
persoalan baru, pikiran mereka hanya terpusat pada kepentingan mazhab. Praktek bermazhab dan
ta’assuk terhadap mazhab tertentu sangat marak dilakukan. Karena itulah ilmu pengetahuan mulai
berkurang, kehidupan berkelompok dengan pengaruh negatifnya tersebar hampir disemua tempat di
dunia islam.
Keutuhan umat islam dalam bidang politik mulai terpecah, kekuasaan khalifah menurun, masyarakat
islam yang berbentuk persatuan dan kesatuan dalam seiman telah pindah. Tidak ada satu ikatan di
dalamnya kecuali nama dan tatanan. Umat Islam terpecah belah dan saling bermusuhan, masyarakat
islam berubah dan kerajaan islam telah mewariskan kota-kota dan kerajaan yang telah bertikai selama
berabad-abad, dalam sekejap mata sejarah kemanusiaan telah dirobek-robek oleh kelemahan strategi
politik.
Adanya perang salib dibawah arahan gereja katolik Roma dan serbuan tentara barbar. Karena itu
khalifah sebagai lambang kesatuan politik umat islam hilang. Tentara salib ingin menguasai baitul
maqdis untuk menyebarkan pengaruhnya dan mengajak bersatu dalam keyakinan. Masa kemunduran
ini berlangsung berabad-abad lamanya hingga muncul gerakan yang dikumandangkan oleh pelopor-
pelopor pembaharuan seperti Ibnu Taimiyah, Muhammad Ibnu ‘Abdul Wahab, dan lain-lain.
B.4. Tokoh-tokoh Pembaharuan dalam Islam
Ibnu Taimiyah 6. Rasyid Ridho
Muhammad Bin Abdul Al-Wahhab 7. Muhammad Iqbal
Mustafa Kemal At-Tatturk 8. Sayyid Amir Ali
Jamaluddin Al-Afghani 9. Hasan Al-Bana
Muhammad Abduh 10. Sayyid Qutub
BAB III
PENUTUP
C.1. Simpulan
“Islam adalah agama yang mencakup berbagai macam aspek, baik itu ekonomi, politik, budaya, ibadah,
dan lain-lain.” Inilah ungkapan yang Jamaluddin Al-Afghani tegaskan dalam pemikiran dan gagasannya.
Bila memandang Islam dalam konteks kekinian, rasanya memang perjuangan atau usaha yang dilakukan
oleh para tokoh pembaharu islam belum sempurna. Perjuangan dan usaha mereka kami analogikan
sebagai sebuah ajang lari estafet, mereka—para tokoh pembaharu islam—berlari dan membawa
tongkat estafet kemajuan islam dengan susah payah dan penuh perjuangan agar sampai kepada kita—
umat saat ini—dengan harapan besar kita mampu melanjutkan tongkat estafet tersebut sampai pada
generasi selanjutnya hingga akhir zaman. Namun, potret umat islam saat ini bisa dikatakan amat
menyedihkan dari segi keilmuan dan persatuan. Umat islam saat ini tidak lagi dinamis, dan seperti tidak
memiliki pendirian. Hal ini terlihat dari mudahnya umat islam terprovokasi oleh oknum-oknum tertentu
yang tak bertanggung jawab.Hal ini menunjukkan kesadaran umat islam untuk melanjutkan tongkat
estafet kemajuan itu masih belum maksimal.
Semoga dengan hadirnya kajian ini, kita semakin menyadari kondisi islam yang masih terpuruk dan
masih tertinggal dari bangsa Eropa barat. saat ini, dan harapan besar kami adalah munculnya jiwa dan
semangat Al-Afghani, Muhammad Iqbal, dan lain-lain yang mampu kembali meneruskan tongkat estafet
perjuangan itu dan menanggalkan seluruh pengaruh Barat pada islam yang merupakan hambatan bagi
umat islam untuk maju dan diteruskan pula oleh generasi berikutnya.
Daftar Pustaka:
An-Na’im, Abdullah Ahmed, Dekonstruksi Syariah: Wacana Kebebasan, Hak Asasi Manusia dan
Hubungan International dalam Islam, terj. Ahmad Suaedy dan Amiruddin Arrani. Yogyakarta: LKiS, 1994.
Mubarok, Jaih, Sejarah Peradaban Islam, Bandung: CV. Pustaka Islamika, 2008.
Nasution, Harun, pembaharuan dalam Islam; sejarah pemikiran dan gerakan, Jakarta: Bulan Bintang,
1975.
Rachman, Budy Munawwar, Ensiklopedi Nurkholis Majdid jilid III, Ed Digital, Jakarta: Mizan, 2012.
Siddiqi, Amir Hasan, Studies In Islamic Historiy, Ed, Bahasa Indonesia, Bandung: Al-Ma’arif, 1997.
Syafe’i, Makhmud, Perkembangan Modern Dunia Islam, Bandung: CV. Yasindo Multi Aspek dan Value
Press, 2008.
Thohir, Ajid, Perkembangan Peradaban Di Kawasan Dunia Islam, Melacak akar-akar sejarah, sosial,
politik, dan budaya Umat Islam, Jakarta: Rajawali Press, 2004.
Yatim, Badri, pemikiran Modern dalam Islam, (Dirasah slamiah V) Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
1997.
Fauzi, Jurnal IBDA (Studi Islam dan Budaya), Pembaharuan Islam, Memahami Makna, Landasan, dan
Substansi Metode), P3M STAIN Purwekerto: Vol.2, No. 1, Jan-Jun 2004.
[1] Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam, Sejarah Pemikiran dan Gerakan, Jakarta: Bulan Bintang,
1994, h. 11-12
[2] David B.Guralnik, Websters New World Dictionary of the American Language, (New York: Warners
Book, 1987), h. 387
[3] Jainuri, Ahmad, Landasan Teologis Gerakan Pembaharuan Islam, dalam Jurnal Ulumul Qur’an, No. 3
Vol. VI. Tahun 1995, Hal. 38
[4] Ibid, hal 38
[5] Lihat, Misalnya, QS. 28: 77
[6] Lihat, Nurcholis madjid, Islam Doktrin dan Peradaban, Jakarta: Paramadina, 1992. Hal 360-362; Saiful
Mizani, (ed), Islam rasional gagasan dan Pemikiran, frop. Drs. Harun Nasution, Bandung: Mizan, 1996,
Hal. 32-33.
[7] Lihat, Maulana Muhammad Ali, The Religion Of Islam, Cairo: The Arab Writer Publisher & Printers, t.t,
Hal. 3
[8] Lihat, Jainuri, Ahmad, Landasan Teologis Gerakan Pembaharuan Islam, dalam Jurnal Ulumul Qur’an,
No. 3 Vol. VI. Tahun 1995, Hal. 39-40.
[9] Lihat, Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam, Sejarah Pemikiran dan Gerakan, Jakarta: Bulan
Bintang, 1994, h. 11
[10]Lihat, M. Amin Rais, “Kata Pengantar”, dalam Jhon J Donohue dan Jhon L. Esposito (eds), Islam dan
Pembaharuan: Ensiklopedi Masalah-masalah, terj. Machnun Husein. Jakarta: Rajawali Press, 1993, Hal. ix
[11] Lihat, Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam, Sejarah Pemikiran dan Gerakan, Jakarta: Bulan
Bintang, 1994, h. 14; Julbadri Idris, Pembaharuan Islam pada masa periode Modern, dalam Jurnal media
Dinamika, No. 29 tahun XIV/ 1998, Hal. 56
[12] Lihat, Ahmad Jainuri. Hal. 25-26.

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

sumber hukum islam & metode ijtihad
sumber hukum islam & metode ijtihadsumber hukum islam & metode ijtihad
sumber hukum islam & metode ijtihadcmata07
 
Masa keemasan dan kemunduran fiqh
Masa keemasan dan kemunduran fiqhMasa keemasan dan kemunduran fiqh
Masa keemasan dan kemunduran fiqhfriskacaca
 
Perkembamngan hadits pada masa rasulullah
Perkembamngan hadits pada masa rasulullahPerkembamngan hadits pada masa rasulullah
Perkembamngan hadits pada masa rasulullahjuniska efendi
 
PROPOSAL PKM -SIMOK ( SINGKONG MONTOK )
PROPOSAL PKM -SIMOK ( SINGKONG MONTOK )PROPOSAL PKM -SIMOK ( SINGKONG MONTOK )
PROPOSAL PKM -SIMOK ( SINGKONG MONTOK )adhyriyadi clever
 
Makalah sejarah munculnya teologi islam
Makalah sejarah munculnya teologi islamMakalah sejarah munculnya teologi islam
Makalah sejarah munculnya teologi islamsaiful anwar
 
Makalah ayat dan hadits ekonomi - harta dan hak kepemilikan
Makalah ayat dan hadits ekonomi - harta dan hak kepemilikanMakalah ayat dan hadits ekonomi - harta dan hak kepemilikan
Makalah ayat dan hadits ekonomi - harta dan hak kepemilikanMiftah Iqtishoduna
 
Laporan aum smp muh. bagelen
Laporan aum smp muh. bagelenLaporan aum smp muh. bagelen
Laporan aum smp muh. bagelen130422
 
Kebudayaan dalam islam
Kebudayaan dalam islamKebudayaan dalam islam
Kebudayaan dalam islamAbdul Hadi
 
Makalah maqamat dan ahwal
Makalah maqamat dan ahwalMakalah maqamat dan ahwal
Makalah maqamat dan ahwaljuniska efendi
 
Islam dan ilmu pengetahuan (by ilham)
Islam dan ilmu pengetahuan (by ilham)Islam dan ilmu pengetahuan (by ilham)
Islam dan ilmu pengetahuan (by ilham)Barang Antik
 
Macam-macam tarekat dan pemahamannya di Indonesia
Macam-macam tarekat dan pemahamannya di IndonesiaMacam-macam tarekat dan pemahamannya di Indonesia
Macam-macam tarekat dan pemahamannya di IndonesiaAlvie Mencarie Cahaya
 
Hubungan filsafat dan agama
Hubungan filsafat dan agamaHubungan filsafat dan agama
Hubungan filsafat dan agamaBuyung Iskandar
 
Makalah integrasi ilmu
Makalah integrasi ilmuMakalah integrasi ilmu
Makalah integrasi ilmuAbuy Thea
 
fiqh muamalah kontemporer (wadi'ah rahn qardh)
fiqh muamalah kontemporer (wadi'ah rahn qardh)fiqh muamalah kontemporer (wadi'ah rahn qardh)
fiqh muamalah kontemporer (wadi'ah rahn qardh)Marhamah Saleh
 

Was ist angesagt? (20)

sumber hukum islam & metode ijtihad
sumber hukum islam & metode ijtihadsumber hukum islam & metode ijtihad
sumber hukum islam & metode ijtihad
 
Masa keemasan dan kemunduran fiqh
Masa keemasan dan kemunduran fiqhMasa keemasan dan kemunduran fiqh
Masa keemasan dan kemunduran fiqh
 
Perkembamngan hadits pada masa rasulullah
Perkembamngan hadits pada masa rasulullahPerkembamngan hadits pada masa rasulullah
Perkembamngan hadits pada masa rasulullah
 
PROPOSAL PKM -SIMOK ( SINGKONG MONTOK )
PROPOSAL PKM -SIMOK ( SINGKONG MONTOK )PROPOSAL PKM -SIMOK ( SINGKONG MONTOK )
PROPOSAL PKM -SIMOK ( SINGKONG MONTOK )
 
Makalah sejarah munculnya teologi islam
Makalah sejarah munculnya teologi islamMakalah sejarah munculnya teologi islam
Makalah sejarah munculnya teologi islam
 
Makalah ayat dan hadits ekonomi - harta dan hak kepemilikan
Makalah ayat dan hadits ekonomi - harta dan hak kepemilikanMakalah ayat dan hadits ekonomi - harta dan hak kepemilikan
Makalah ayat dan hadits ekonomi - harta dan hak kepemilikan
 
Makalah qurban
Makalah qurbanMakalah qurban
Makalah qurban
 
Laporan aum smp muh. bagelen
Laporan aum smp muh. bagelenLaporan aum smp muh. bagelen
Laporan aum smp muh. bagelen
 
Kebudayaan dalam islam
Kebudayaan dalam islamKebudayaan dalam islam
Kebudayaan dalam islam
 
Makalah maqamat dan ahwal
Makalah maqamat dan ahwalMakalah maqamat dan ahwal
Makalah maqamat dan ahwal
 
Islam dan ilmu pengetahuan (by ilham)
Islam dan ilmu pengetahuan (by ilham)Islam dan ilmu pengetahuan (by ilham)
Islam dan ilmu pengetahuan (by ilham)
 
Macam-macam tarekat dan pemahamannya di Indonesia
Macam-macam tarekat dan pemahamannya di IndonesiaMacam-macam tarekat dan pemahamannya di Indonesia
Macam-macam tarekat dan pemahamannya di Indonesia
 
BAB III PENUTUP
BAB III PENUTUPBAB III PENUTUP
BAB III PENUTUP
 
Makalahku filsafat modern
Makalahku filsafat modernMakalahku filsafat modern
Makalahku filsafat modern
 
makalah filsafat
makalah filsafatmakalah filsafat
makalah filsafat
 
Hubungan filsafat dan agama
Hubungan filsafat dan agamaHubungan filsafat dan agama
Hubungan filsafat dan agama
 
Makalah integrasi ilmu
Makalah integrasi ilmuMakalah integrasi ilmu
Makalah integrasi ilmu
 
Makalah al yakin la yuzalu bi syak
Makalah al yakin la yuzalu bi syakMakalah al yakin la yuzalu bi syak
Makalah al yakin la yuzalu bi syak
 
fiqh muamalah kontemporer (wadi'ah rahn qardh)
fiqh muamalah kontemporer (wadi'ah rahn qardh)fiqh muamalah kontemporer (wadi'ah rahn qardh)
fiqh muamalah kontemporer (wadi'ah rahn qardh)
 
Misi ajaran islam
Misi ajaran islamMisi ajaran islam
Misi ajaran islam
 

Ähnlich wie Pembaharuan dalam islam

Kebijakan pendidikan diindonesia
Kebijakan pendidikan diindonesiaKebijakan pendidikan diindonesia
Kebijakan pendidikan diindonesiaHaubibBro
 
Kelompok 1 Islam dan ilmu pengetahuan.pptx
Kelompok 1 Islam dan ilmu pengetahuan.pptxKelompok 1 Islam dan ilmu pengetahuan.pptx
Kelompok 1 Islam dan ilmu pengetahuan.pptxrismarei36
 
Islam dan akulturasi budaya lokal
Islam dan akulturasi budaya lokalIslam dan akulturasi budaya lokal
Islam dan akulturasi budaya lokalAliem Masykur
 
Paradigma pendidikan agama islam
Paradigma pendidikan agama islamParadigma pendidikan agama islam
Paradigma pendidikan agama islamAnggie Pratiwi
 
JURNAL SONIA SEMBIRING_ISLAMIC WORLDVIEW.docx
JURNAL SONIA SEMBIRING_ISLAMIC WORLDVIEW.docxJURNAL SONIA SEMBIRING_ISLAMIC WORLDVIEW.docx
JURNAL SONIA SEMBIRING_ISLAMIC WORLDVIEW.docxSoniaSembiring
 
PEMIKIRAN TEOLOGI ISLAM MODERN.docx
PEMIKIRAN TEOLOGI ISLAM MODERN.docxPEMIKIRAN TEOLOGI ISLAM MODERN.docx
PEMIKIRAN TEOLOGI ISLAM MODERN.docxadammaulana49
 
18. edi susilo nim 1903018029 (review buku teologi islam dr.nasihun)
18. edi susilo  nim 1903018029 (review buku teologi islam dr.nasihun)18. edi susilo  nim 1903018029 (review buku teologi islam dr.nasihun)
18. edi susilo nim 1903018029 (review buku teologi islam dr.nasihun)EdiSusilo16
 
Gerakan pembaharuan islam di indonesia
Gerakan pembaharuan  islam di indonesiaGerakan pembaharuan  islam di indonesia
Gerakan pembaharuan islam di indonesiaIg Fandy Jayanto
 
GERAKAN PEMBAHARUAN DALAM ISLAM.pptx
GERAKAN PEMBAHARUAN DALAM ISLAM.pptxGERAKAN PEMBAHARUAN DALAM ISLAM.pptx
GERAKAN PEMBAHARUAN DALAM ISLAM.pptxfarzahalhubby
 
Klp 4 PAI.pptx
Klp 4 PAI.pptxKlp 4 PAI.pptx
Klp 4 PAI.pptxEgiKy
 
PPT Transformasi Y P R ke dunia Islam.pptx
PPT Transformasi Y P R ke dunia Islam.pptxPPT Transformasi Y P R ke dunia Islam.pptx
PPT Transformasi Y P R ke dunia Islam.pptxIzatKh
 
Islam Sebagai Sasaran Study
Islam Sebagai Sasaran Study Islam Sebagai Sasaran Study
Islam Sebagai Sasaran Study LBB. Mr. Q
 
FKI tugas mandiri EKO SRI SULASTRI 2205056044.docx
FKI tugas mandiri EKO SRI SULASTRI 2205056044.docxFKI tugas mandiri EKO SRI SULASTRI 2205056044.docx
FKI tugas mandiri EKO SRI SULASTRI 2205056044.docxEkoSulastri
 
Islam historis dan normatif
Islam historis dan normatif Islam historis dan normatif
Islam historis dan normatif LBB. Mr. Q
 
PENGERTIAN & RUANG LINGKUP SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM.pdf
PENGERTIAN & RUANG LINGKUP SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM.pdfPENGERTIAN & RUANG LINGKUP SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM.pdf
PENGERTIAN & RUANG LINGKUP SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM.pdfIdrusLatif2
 
Komparasi Filsuf muslim klasik dan filsuf muslim modern.pdf
Komparasi Filsuf muslim klasik dan filsuf muslim modern.pdfKomparasi Filsuf muslim klasik dan filsuf muslim modern.pdf
Komparasi Filsuf muslim klasik dan filsuf muslim modern.pdfIrfan Pathurahman
 
PENGERTIAN & RUANG LINGKUP SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM.pptx
PENGERTIAN & RUANG LINGKUP SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM.pptxPENGERTIAN & RUANG LINGKUP SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM.pptx
PENGERTIAN & RUANG LINGKUP SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM.pptxIdrusLatif2
 

Ähnlich wie Pembaharuan dalam islam (20)

Kebijakan pendidikan diindonesia
Kebijakan pendidikan diindonesiaKebijakan pendidikan diindonesia
Kebijakan pendidikan diindonesia
 
Islam modern
Islam modernIslam modern
Islam modern
 
Kelompok 1 Islam dan ilmu pengetahuan.pptx
Kelompok 1 Islam dan ilmu pengetahuan.pptxKelompok 1 Islam dan ilmu pengetahuan.pptx
Kelompok 1 Islam dan ilmu pengetahuan.pptx
 
Islam dan akulturasi budaya lokal
Islam dan akulturasi budaya lokalIslam dan akulturasi budaya lokal
Islam dan akulturasi budaya lokal
 
Paradigma pendidikan agama islam
Paradigma pendidikan agama islamParadigma pendidikan agama islam
Paradigma pendidikan agama islam
 
JURNAL SONIA SEMBIRING_ISLAMIC WORLDVIEW.docx
JURNAL SONIA SEMBIRING_ISLAMIC WORLDVIEW.docxJURNAL SONIA SEMBIRING_ISLAMIC WORLDVIEW.docx
JURNAL SONIA SEMBIRING_ISLAMIC WORLDVIEW.docx
 
PEMIKIRAN TEOLOGI ISLAM MODERN.docx
PEMIKIRAN TEOLOGI ISLAM MODERN.docxPEMIKIRAN TEOLOGI ISLAM MODERN.docx
PEMIKIRAN TEOLOGI ISLAM MODERN.docx
 
18. edi susilo nim 1903018029 (review buku teologi islam dr.nasihun)
18. edi susilo  nim 1903018029 (review buku teologi islam dr.nasihun)18. edi susilo  nim 1903018029 (review buku teologi islam dr.nasihun)
18. edi susilo nim 1903018029 (review buku teologi islam dr.nasihun)
 
Gerakan pembaharuan islam di indonesia
Gerakan pembaharuan  islam di indonesiaGerakan pembaharuan  islam di indonesia
Gerakan pembaharuan islam di indonesia
 
GERAKAN PEMBAHARUAN DALAM ISLAM.pptx
GERAKAN PEMBAHARUAN DALAM ISLAM.pptxGERAKAN PEMBAHARUAN DALAM ISLAM.pptx
GERAKAN PEMBAHARUAN DALAM ISLAM.pptx
 
Klp 4 PAI.pptx
Klp 4 PAI.pptxKlp 4 PAI.pptx
Klp 4 PAI.pptx
 
PPT Transformasi Y P R ke dunia Islam.pptx
PPT Transformasi Y P R ke dunia Islam.pptxPPT Transformasi Y P R ke dunia Islam.pptx
PPT Transformasi Y P R ke dunia Islam.pptx
 
Islam Sebagai Sasaran Study
Islam Sebagai Sasaran Study Islam Sebagai Sasaran Study
Islam Sebagai Sasaran Study
 
FKI tugas mandiri EKO SRI SULASTRI 2205056044.docx
FKI tugas mandiri EKO SRI SULASTRI 2205056044.docxFKI tugas mandiri EKO SRI SULASTRI 2205056044.docx
FKI tugas mandiri EKO SRI SULASTRI 2205056044.docx
 
Islam historis dan normatif
Islam historis dan normatif Islam historis dan normatif
Islam historis dan normatif
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
PENGERTIAN & RUANG LINGKUP SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM.pdf
PENGERTIAN & RUANG LINGKUP SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM.pdfPENGERTIAN & RUANG LINGKUP SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM.pdf
PENGERTIAN & RUANG LINGKUP SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM.pdf
 
Komparasi Filsuf muslim klasik dan filsuf muslim modern.pdf
Komparasi Filsuf muslim klasik dan filsuf muslim modern.pdfKomparasi Filsuf muslim klasik dan filsuf muslim modern.pdf
Komparasi Filsuf muslim klasik dan filsuf muslim modern.pdf
 
PENGERTIAN & RUANG LINGKUP SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM.pptx
PENGERTIAN & RUANG LINGKUP SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM.pptxPENGERTIAN & RUANG LINGKUP SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM.pptx
PENGERTIAN & RUANG LINGKUP SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM.pptx
 

Kürzlich hochgeladen

Panduan Liturgi untuk sekolah minggu 2024
Panduan Liturgi untuk sekolah minggu 2024Panduan Liturgi untuk sekolah minggu 2024
Panduan Liturgi untuk sekolah minggu 2024milliantefraim
 
ALIRAN ALIRAN ILMU KALAMyang ada di indonesia .pptx
ALIRAN ALIRAN ILMU KALAMyang ada di indonesia .pptxALIRAN ALIRAN ILMU KALAMyang ada di indonesia .pptx
ALIRAN ALIRAN ILMU KALAMyang ada di indonesia .pptxPutrielza1
 
SIAPAKAH KITA DI DALAM KRISTUS.pptx BULAN MEI
SIAPAKAH KITA DI DALAM KRISTUS.pptx BULAN MEISIAPAKAH KITA DI DALAM KRISTUS.pptx BULAN MEI
SIAPAKAH KITA DI DALAM KRISTUS.pptx BULAN MEIGilbertFibriyantAdan
 
Hadits Arbain 35 tentang Sesama Muslim Bersaudara.pptx
Hadits Arbain 35 tentang Sesama Muslim Bersaudara.pptxHadits Arbain 35 tentang Sesama Muslim Bersaudara.pptx
Hadits Arbain 35 tentang Sesama Muslim Bersaudara.pptxHerman022
 
Pelajaran Masa Lalu (Sekolah Sabat Dewasa, 10 Mac 2024)
Pelajaran Masa Lalu (Sekolah Sabat Dewasa, 10 Mac 2024)Pelajaran Masa Lalu (Sekolah Sabat Dewasa, 10 Mac 2024)
Pelajaran Masa Lalu (Sekolah Sabat Dewasa, 10 Mac 2024)ErnestBeardly1
 
APA YANG TERJADI SEKARANG NEW.pptx BULAN MEI 2024
APA YANG TERJADI SEKARANG NEW.pptx BULAN MEI 2024APA YANG TERJADI SEKARANG NEW.pptx BULAN MEI 2024
APA YANG TERJADI SEKARANG NEW.pptx BULAN MEI 2024GilbertFibriyantAdan
 
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 6
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 6Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 6
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 6Adam Hiola
 

Kürzlich hochgeladen (7)

Panduan Liturgi untuk sekolah minggu 2024
Panduan Liturgi untuk sekolah minggu 2024Panduan Liturgi untuk sekolah minggu 2024
Panduan Liturgi untuk sekolah minggu 2024
 
ALIRAN ALIRAN ILMU KALAMyang ada di indonesia .pptx
ALIRAN ALIRAN ILMU KALAMyang ada di indonesia .pptxALIRAN ALIRAN ILMU KALAMyang ada di indonesia .pptx
ALIRAN ALIRAN ILMU KALAMyang ada di indonesia .pptx
 
SIAPAKAH KITA DI DALAM KRISTUS.pptx BULAN MEI
SIAPAKAH KITA DI DALAM KRISTUS.pptx BULAN MEISIAPAKAH KITA DI DALAM KRISTUS.pptx BULAN MEI
SIAPAKAH KITA DI DALAM KRISTUS.pptx BULAN MEI
 
Hadits Arbain 35 tentang Sesama Muslim Bersaudara.pptx
Hadits Arbain 35 tentang Sesama Muslim Bersaudara.pptxHadits Arbain 35 tentang Sesama Muslim Bersaudara.pptx
Hadits Arbain 35 tentang Sesama Muslim Bersaudara.pptx
 
Pelajaran Masa Lalu (Sekolah Sabat Dewasa, 10 Mac 2024)
Pelajaran Masa Lalu (Sekolah Sabat Dewasa, 10 Mac 2024)Pelajaran Masa Lalu (Sekolah Sabat Dewasa, 10 Mac 2024)
Pelajaran Masa Lalu (Sekolah Sabat Dewasa, 10 Mac 2024)
 
APA YANG TERJADI SEKARANG NEW.pptx BULAN MEI 2024
APA YANG TERJADI SEKARANG NEW.pptx BULAN MEI 2024APA YANG TERJADI SEKARANG NEW.pptx BULAN MEI 2024
APA YANG TERJADI SEKARANG NEW.pptx BULAN MEI 2024
 
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 6
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 6Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 6
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 6
 

Pembaharuan dalam islam

  • 1. BAB I Latar belakang Dunia Islam telah mengalami masa keemasan dalam sejarah peradaban dunia, banyak dari sana muncul ilumuan-ilmuan yang mendunia yang melahirkan karya-karyanya, baik dalam bidang politik, astronomi, filsafat, kedokteran, fisika, biologi. namun masa keemasan itu berakhir atau mengalami kemunduran setelah perang salib dan dihancurkannya pusat ilmu atau perpustakan kordoba yang mana pada saat itu perpustakaan kordoba memiliki 70 perpustakaan dan 400.000 kitab. kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern mulai masuk ke dunia islam setelah pembukaan abad ke sembilan belas. Yang dalam sejarah Islam di pandang sebagai awal permulaan abad Modern. kontak dengan dunia Barat selanjutnya menimbulkan ide-ide baru ke dunia Islam seperti: rasionalisme, nasionalisme, demokrasi dan sebagainya. Semua ini menimbulkan permasalahan-permasalahan baru dan pemimpin-peminpin Islam pun mulai memikirkan cara mengatasi persoalan-persoalan ini. Benturan-benturan antara Islam dan kekuatan Eropa telah menyadarkan Umat Islam, bahwa mereka jauh tertinggal dari Eropa. Yang pertama merasakan hal ini adalah kerajaan turki Ustmani, karena kerajaan ini yang pertama dan utama menghadapi kekuatan Eropa. Kesadaran itu memaksa pejuang- pejuang Turki untuk banyak belajar dari Eropa. Meskipun kehadiran Barat telah memicu timbulnya respon dikalangan terpelajar muslim, kontak dengan Barat bukanlah satu-satunya faktor yang menyebabkan munculnya gerakan pembaruan dalam Islam. Di samping dalam batang tubuh doktrin-doktrin Islam pembaharuan (tajdîd) merupakan sesuatu yang intern, kondisi objektif umat Islam sendiri yang secara umum ditandai oleh semakin memudarnya semangat keilmuan, kebekuan (jumûd), dibidang intelektual, dan berkembang pesatnya tradisi yang mendekati syirik, merupakan faktor yang tidak bisa diabaikan begitu saja. Faktor-faktor itu sekaligus juga merupakan tantangan kaum Muslim, tidak hanya dalam tataran intelektual tetapi juga pada tataran empiris. Tantangan itu mencul di kalangan kaum Muslim hampir secara serentak. Hal ini menyebabkan solusi yang diajukan sangat bervariasi, meski pada umumnya bertujuan sama, yaitu memajukan kembali Islam seperti pada masa keemasan dulu. Walaupun variasi itu tidak selamanya disebabkan oleh kondisi wilayah tempat munculnya gerakan pembaharuan, tetapi lebih-lebih merupakan implikasi dari penafsiran yang berbeda atas teks-teks suci, baik dari al-Qur’an maupun sunnah Nabi. Dalam tentang yang panjang, bentuk solusi ada yang merupakan penolakan yang membabi buta, dan adapula yang menerima mentah-mentah. Makalah ini akan menjelaskan pengertian pembaharuan Islam, konsep yang digunakan. Dari uraian tentang masalah ini, variasi gerakan pembaharuan Islam akan tampak jelas. Ini tidak hanya akan bermanfaat bagi kajian-kajian selanjutnya, tetapi juga dalam upaya mencari titik temu gerakan pembaharuan Islam. BAB II
  • 2. B.1. Pengertian Pembaharuan dalam Islam Kata yang lebih di kenal untuk pembaharuan adalah modernisasi. Kata modernisasi lahir dari dunia barat, adanya sejak terkait dengan masalah agama. Dalam masyarakat barat kata modernisasi mengandung pengertian pemikiran, aliran, gerakan, dan usaha untuk mengubah paham-paham, adat istiadat, institusi-institusi lama dan sebagainya. Agar semua itu dapat disesuaikan dengan pendapat- pendapat dan keadan baru yang ditimbulkan oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern. Pembaharuan Islam adalah upaya untuk menyesuiakan paham keagamaan Islam dengan perkembangan dan yang ditimbulkan kemajuan ilmu pengetahuan dan terknologi modern. Dengan demikian pembaharuan dalam Islam ukan berarti mengubah, mengurangi atau menambahi teks Al-Quran maupun Hadits, melainkan hanya menyesuaikan paham atas keduanya. Sesuai dengan perkembangannya zaman, hal ini dilakukan karena betapapun hebatnya paham-paham yang dihasilkan para ulama atau pakar di zaman lampau itu tetap ada kekurangannya dan selalu dipengaruhi oleh kecendrunagan, pengetahuan, situasional, dan sebagainya. Paham-paham tersebut untuk di masa sekarang mungkin masih banyak yang relevan dan madih dapat digunakan, tetapi mungkin sudah banyak yang tidak sesuai lagi. Dalam kaitannya dengan itulah, Harun Nasution [1], mendefinisikan pembaharuan Islam sebagai “pikiran dan gerakan untuk menyesuaikan faham-faham keagamaan Islam dengan perkembangan baru yang ditimbulkan oleh pengetahuan dan teknologi modern”. Dengan pengertian itu tampaknya Nasution mengidentik pembaharuan Islam dengan modernitas Islam. Kata “modern” berasal dari kata latin modo, yang berarti “masa kini” atau “mutakhir” [2]. Dari pengertian modern demikian definisi yang dikemukakan Nasution juga mengandung arti Islam harus mampu menjawab tantangan yang diakibatkan oleh perkembangan zaman. Sebagaimana diuraikan di awal tulisan ini bahwa pembaruan Islam merupakan suatu keharusan bagi upaya aktualisasi dan kontekstualisasi Islam. Berkaitan dengan hal ini, maka persoalan yang perlu dijawab adalah hal-hal apa saja yang dapat dijadikan pijakan (landasan) atau pemberi legitimasi bagi gerakan pembaruan Islam (tajdid). Di antara landasan dasar yang dapat dijadikan pijakan bagi upaya pembaruan Islam adalah landasan teologis, landasan normatif dan landasan historis. B.2 Ladasan Pembaharuan dalam Islam Pembaharuan dalam Islam merupakan keharusan bagi suatu upaya aktualisasi dan kontekstualisasi
  • 3. Islam. Maka, berkaitan dengan hal ini persoalan yang perlu dijawab adalah hal-hal apa saja yang dapat dijadikan pijakan (landasan) atau pemberi legitimasi bagi gerakan pembaruan Islam (tajdid). Di antara landasan dasar yang dapat dijadikan pijakan bagi upaya pembaruan Islam adalah landasan teologis, landasan normatif dan landasan historis. Landasan Teologis Menurut Achmad Jainuri dikatakan bahwa ide tajdid berakar pada warisan pengalaman sejarah kaum muslimin. Warisan tersebut adalah landasan teologis yang mendorong munculnya berbagai gerakan tajdid (pembaruan Islam)[3]. Selanjutnya masih menurut Achmad Jainuri bahwa landasan teologis itu terformulasikan dalam dua bentuk keyakinan, yaitu: Pertama, keyakinan bahwa Islam adalah agama universal (univer-salisme Islam). Sebagai agama universal, Islam memiliki misi rahmah lil al-‘alamin, memberikan rahmat bagi seluruh alam. Universalitas Islam ini dipahami sebagai ajaran yang mencakup semua aspek kehidupan, mengatur seluruh ranah kehidupan umat manusia, baik berhubungan dengan hablu min Allah (hubungan dengan sang khalik), habl min al-nas (hubungan dengan sesama umat manusia), serta habl min al-‘alam (hubungan dengan alam lingkungan)[4]. Dengan terciptanya harmoni pada ketiga wilayah hubungan tersebut, maka akan tercapai kebahagiaan hidup sejati di dunia dan di akherat, karena Islam bukan hanya berorientasi duniawi semata, melainkan duniawi dan ukhrawi secara bersama-sama[5]. Konsep universalisme Islam itu meniscayakan bahwa ajaran Islam berlaku pada setiap waktu, tempat, dan semua jenis manusia, baik bagi bangsa Arab, maupun non Arab dalam tingkat yang sama, dengan tidak membatasi diri pada suatu bahasa, tempat, masa, atau kelompok tertentu. Dengan ungkapan lain bahwa nilai universalisme itu tidak bisa dibatasi oleh formalisme dalam bentuk apapun [6]. Universalisme Islam juga memiliki makna bahwa Islam telah memberikan dasar-dasar yang sesuai dengan perkembangan umat manusia. Namun demikian, tidak semua ajaran yang sifatnya universal itu diformulasikan secara rinci dalam al-Qur’an dan al-Sunnah. Oleh karenanya, diperlukan upaya untuk menginterpretasikannya agar sesuai dengan segala tuntutan perkembangan sehingga konsep universalitas Islam yang mencakup semua bidang kehidupan dan semua jaman dapat diwujudkan, atau diperlukan upaya rasionalisasi ajaran Islam.
  • 4. Senada dengan hal di atas, Din Syamsudin mengatakan bahwa watak universalisme Islam meniscayakan adanya pemahaman selalu baru untuk menyikapi perkembangan kehidupan manusia yang selalu berubah. Islam yang universal —shalih li kulli zaman wa makan— menuntut aktualisasi nilai-nilai Islam dalam konteks dinamika kebudayaan. Kontekstualisasi ini tidak lain dari upaya menemukan titik temu antara hakikat Islam dan semangat jaman. Hakikat Islam yang rahmah li al-‘alamin berhubungan secara simbiotik dengan semangat jaman, yaitu kecondongan kepada kebaruan dan kemajuan. Selanjutnya juga dikatakan bahwa pencapaian cita-cita kerahmatan dan kesemestaan sangat tergantung kepada penemuan-penemuan baru akan metode dan teknik untuk mendorong kehidupan yang lebih baik dan lebih maju. Din Samsudin mengatakan bahwa keuniversalan mengandung muatan kemodernan. Islam menjadi universal justru karena mampu menampilkan ide dan lembaga modern serta menawarkan etika modernisasi. Kedua, keyakinan bahwa Islam adalah agama terakhir yang diturunkan Allah Swt, atau finalitas fungsi kenabian Muhammad Saw sebagai seorang rasul Allah. Dalam keyakinan umat Islam, terpatri suatu doktrin bahwa Islam adalah agama akhir jaman yang diturunkan Tuhan bagi umat manusia; yang berarti paska Islam sudah tidak ada lagi agama yang diturunkan Tuhan; dan diyakini pula bahwa sebagai agama terakhir, apa yang dibawa Islam sebagai suatu yang paling sempurna dan lengkap yang melingkupi segalanya dan mencakup sekalian agama yang diturunkan sebelumnya[7]. Al-Qur’an adalah kitab yang lengkap, sempurna, dan mencakup segala-galanya; tidak ada satupun persoalan yang terlupakan dalam al-Qur’an. Keyakinan yang sama juga terhadap keberadaan Nabi Muhammad Saw sebagai Nabi akhir jaman (khatam al-anbiya’), yang tidak akan lahir (diutus) lagi seorang pun Nabi setelah Nabi Muhammad Saw, dan risalah yang dibawa Muhammad diyakini sebagai risalah yang lengkap dan sempurna. Menurut Achmad Jainuri bahwa keyakinan akan Muhammad sebagai Nabi penutup hendaknya dipahami bahwa berhentinya fungsi kenabian bukan berarti terputusnya petunjuk Tuhan kepada umat manusia. Kondisi ini mengacu pada ide bahwa setelah fungsi ke-Nabi-an Muhammad selesai, secara fungsional, peran ulama dipandang sangat penting untuk memelihara dinamika ajaran Islam. Hal ini dipandang tidaklah berlebihan karena ulama adalah pewaris para nabi (al’ulama’ waratsah al-anbiya’). Dari kalangan ulama itulah muncul para mujaddid yang secara fungsional memelihara dinamika ajaran Islam yang dibawa oleh Muhammad Saw sebagai pengemban risalah terakhir dari Tuhan. Dengan perkataan lain bahwa kontinuitas petunjuk agama Wahyu dari Nabi Adam hingga Muhammad melalui para Nabi, sedangkan dari Muhammad ke penerusnya melalui para mujaddid yang secara institusional dimanifestasikan dalam berbagai ragam pemikiran serta gerakan tajdid[8]. Landasan Normatif
  • 5. Landasan normatif yang dimaksud dalam kajian ini adalah landasan yang diperoleh dari teks-teks nash, baik al-Qur’an maupun al-Hadis. Banyak ayat al-Qur’an yang dapat dijadikan pijakan bagi pelak-sanaan tajdid dalam Islam karena secara jelas mengandung muatan bagi keharusan melakukan pembaruan. Di antaranya surat al-Dluha: 4. “Sesungguhnya yang kemudian itu lebih baik bagimu dari yang dahulu”, Ayat lainnya adalah surat ar-Ra’d: 11, “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah apa yang ada pada suatu kaum sehingga mengubah apa yang ada dalam diri mereka sendiri….” Dari ayat di atas, nampak jelas bahwa untuk mengubah status umat dari situasi rendah menjadi mulia dan terhormat, umat Islam sendiri harus berinisiatif dan berikhtiar mengubah sikap mereka, baik pola pikirnya maupun perilakunya. Dengan demikian, maka kekuatan-kekuatan pembaru dalam masyarakat harus selalu ada karena dengan itulah masyarakat dapat melakukan mekanisme penyesuaian dengan derap langkah dinamika sejarah. Sementara itu, dalam hadis Nabi dapat kita temukan adanya teks hadis yang menyatakan bahwa “Allah akan mengutus kepada umat ini pada setiap awal abad seseorang yang akan memperbarui (pema- haman) agamanya”. Menurut Achmad Jainuri, dikalangan para pakar terdapat perbedaan interpretasi mengenai kata ‘ala ra’si kulli mi’ati sanah (setiap awal abad) ini berkaitan dengan saat munculnya sang mujaddid. Sebagian lain mengkaitkan dengan tanggal kematian. Hal ini sesuai dengan tradisi penulisan biografi dalam Islam yang biasanya hanya menunjuk tanggal kematian seseorang. Jika arti kata tersebut dikaitkan dengan tanggal kelahiran, maka sulit dipahami karena sebagian mereka —yang disebutkan dalam daftar literatur sejarah Islam— telah meninggal dunia pada awal abad, yang berarti bahwa mereka belum melakukan pembaruan. Atas dasar ini, maka sebagian lagi memahami dalam pengertian yang lebih longgar dan menyatakan bahwa yang penting mujaddid yang bersangkutan hidup dalam abad yang dimaksud. Terlepas dari adanya perdebatan sebagaimana di atas (dalam memaknai awal abad), yang jelas bahwa ide tajdid dalam Islam memiliki landasan normatif dalam teks hadis Nabi. Landasan Historis Di awal perkembangannya, sewaktu nabi Muhammad masih ada dan pengikutnya masih terbatas pada bangsa Arab yang berpusat di Makkah dan Madinah, Islam diterima dan dipatuhi tanpa bantahan. Semua penganutnya berkata: “sami’na wa atha’na”. Dalam perkembangannya, Islam baik secara etnografis maupun geografis menyebar luas, dari segi intelektual pun membuahkan umat yang mampu mengembangkan ajaran Islam itu menjadi berbagai pengetahuan, mulai dari ilmu kalam, ilmu hadis, ilmu fikih, ilmu tafsir, filsafat, tasawuf, dan lainnya, terutama dalam masa empat abad semenjak ia sempurna diturunkan. Umat Islam dalam periode itu dengan segala ilmu yang dikembangkannya, berhasil mendominasi peradaban dunia yang cemerlang,
  • 6. sampai mencapai puncaknya di abad XII-XIII M, di masa inilah, ilmu pengetahuan ke-Islaman berkembang sampai puncaknya, baik dalam bidang agama maupun dalam bidang non agama. Di jaman itu pula para pemikir muslim dihasilkan. Mereka telah bekerja sekuat-kuatnya melakukan ijtihad sehingga terbina apa yang kemudian dikenal sebagai kebudayaan Islam. Setelah melalui kurun waktu lebih kurang lima abad sampai ke puncak kejayaannya, sejarah kemajuan Islam mengalami kemandekan; Islam menjadi statis atau dikatakan mengalami kemunduran. Masa demi masa kemundurannya semakin terasa. Pintu ijtihad dinyatakan tertutup digantikan dengan taklid yang merajalela sampai menenggelamkan umat Islam ke lubuk yang terdalam pada abad ke XVIII[9]. . Meskipun demikian, upaya pembaruan senantiasa terjadi, di mana dalam suasana seperti digambarkan di atas, yaitu sejak abad XIII M (peralihan ke abad XIV M) Ibn Taimiyah telah tampil membendung-nya (melakukan pembaruan). Pembaruan yang dilakukan oleh Ibnu Taimiyah, ditujukan kepada tiga sasaran utama yaitu, sufisme, filosof yang mendewakan rasionalisme, teologi asy’ariyah yang cenderung pasrah kepada kehendak Tuhan dan totalistik. Ketiganya dipandang sebagai menyimpang dari ajaran Islam sehingga di dalam memberikan kritik selalu dibarengi seruan kepada umat Islam agar kembali kepada al-Qur’an dan Sunnah serta memahaminya[10]. Dalam perkembangan sejarahnya bahwa gerakan pembaruan pasca Ibnu Taimiyah terus mengalami dinamisasi, dan kontinuitasnya, serta mengalami beberapa variasi corak dan penekanannya masing- masing sesuai dengan konteks waktu, tempat, dan problem yang dihadapi. Gerakan-gerakan pembaruan itu sendiri dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu gerakan pembaharuan pra-modern dan gerakan pembaharuan pada masa modern. Gerakan pembaharuan pra-modern (pasca Ibnu Taimiyah), mengambil bentuknya terutama pada abad XVII dan XVIII M. Sementara itu, gerakan modern terutama dimulai pada saat jatuhnya Mesir di tangan Napoleon Bonaparte (1798-1801 M), yang kemudian menginsafkan umat Islam tentang rendahnya kebudayaan dan peradaban yang dimilikinya, serta memunculkan kesadaran akan kelemahan dan keterbelakangan[11]. Walaupun gerakan pembaruan Islam secara garis besarnya terbagi dalam dua batasan dekade yaitu pra- modern (abad XVII dan XVIII M) dan modern (mulai abad XIX M), tetapi sebagaimana dikemukakan oleh
  • 7. Fazlur Rahman bahwa gerakan pembaruan yang dilancarkan pada abad tersebut pada dasarnya menunjukkan karakteristik yang sama dengan gagasan pokok Ibnu Taimiyah yang dipandang sebagai bapak tajdid, yaitu gerakan-gerakan pembaruan tersebut mengedepankan rekontruksi sosio-moral masyarakat Islam sekaligus melakukan koreksi sufisme yang terlalu menekankan individu dan mengabaikan masyarakat. Adanya karakteristik yang sama pada gerakan-gerakan pembaruan Islam, baik pra-modern maupun modern tersebut, dapat dilihat misalnya pada abad XVII M. Syaikh Ahmad Sirhindi telah meletakan dasar teori reformasi yang sama dengan Ibnu Taimiyah, juga menekankan pelaksanaan ajaran syariah dalam kehidupan sehari-hari. Kemudian gerakan wahabiah pada abad XVIII M yang dipelopori Muhammad bin Abdul Wahab dipandang lebih radikal dan tidak mengenal kompromi terhadap semua pengaruh yang “non Islam” terhadap amal ibadah. Gerakan-gerakan serupa juga muncul di kawasan dunia Islam lainnya. Shah Waliyullah di India abad XVIII M, juga melakukan hal yang sama dengan apa yang dilakukan oleh Syaikh Ahmad dalam sikapnya terhadap ajaran sufi yang menyimpang. Namun, yang membedakannya dengan pendahulunya, gerakan Shah Waliyullah juga memasuki dunia kehidupan sosial politik, di mana ia menentang ketidakadilan sosial ekonomi yang menimpa rakyat, mengkritik beban pajak yang ditanggung oleh kaum petani, serta menyerukan kaum muslimin untuk menegakkan sebuah negara teritorial di India yang menyatu ke dalam bentuk sebuah kekaisaran yang bersifat internasional. Gerakan pembaruan pra-modern dengan dasar “kembali kepada al-Qur’an dan al-Sunnah serta ijtihad” sebagaimana di atas, juga me-warnai gerakan pembaruan pada era modern (abad XIX dan XX M). Sebagai misal, gerakan pembaruan yang digerakkan dan dicetuskan oleh Muhammad Abduh, yang dirumuskan dalam empat aspek yaitu: pertama, pemurnian Islam dari berbagai pengaruh ajaran dan pengamalan yang tidak benar (bid’ah dan khufarat); kedua, pembaruan sistem pendidikan tinggi Islam; ketiga, perumusan kembali doktrin Islam sejalan dengan semangat pemikiran modern; keempat, pembelaan Islam terhadap pengaruh-pengaruh dan serangan-serangan Eropa[12]. Apa yang dilakukan oleh Abduh di atas, menunjukan adanya karakteristik yang sama dengan Era sebelumnya, yaitu adanya purifikasionis-reformis. Apa yang dilakukan Abduh hanya sebagai salah satu contoh, tentunya dapat ditemukan juga dalam gerakan dan pemikiran yang dilakukan oleh tokoh lainnya. Berkaitan dengan kesinambungan karakteristik gerakan pem-baruan Islam baik pra-modern dan
  • 8. modern, menurut Voll dapat terlihat pula pada tiga bidang atau tema yang digelorakan, yaitu: pertama, seruan untuk kembali kepada penerapan ketat al-Qur’an dan Sunnah Nabi; kedua, keharusan adanya ijtihad; ketiga, penegasan kembali keaslian dan keunikan pengalaman Qur’an yang berbeda dengan cara-cara sintesa dan keterbukaan pada tradisi Islam lainnya. Uraian di atas menunjukan bahwa ide pembaruan Islam yang berlandaskan teologis dan normatif, secara historis menunjukkan relevansi dengan kedua landasan tersebut (teologis dan normatif). Oleh karenanya, gerakan tajdid (pembaruan Islam) memiliki akar historis yang kuat sebagai pijakan bagi kontinuitas gerakan pembaruan Islam kini dan yang akan datang. B.3. Faktor penyebab kemunduran umat islam: Isu pintu ijtihad tertutup telah meluas dikalangan umat islam. Berpaling pikiran untuk menggali secara langsung pada sumber pertama dan utama, yaitu Al-Qur’an dan Al-Hadits. Apabila mereka menemukan persoalan baru, pikiran mereka hanya terpusat pada kepentingan mazhab. Praktek bermazhab dan ta’assuk terhadap mazhab tertentu sangat marak dilakukan. Karena itulah ilmu pengetahuan mulai berkurang, kehidupan berkelompok dengan pengaruh negatifnya tersebar hampir disemua tempat di dunia islam. Keutuhan umat islam dalam bidang politik mulai terpecah, kekuasaan khalifah menurun, masyarakat islam yang berbentuk persatuan dan kesatuan dalam seiman telah pindah. Tidak ada satu ikatan di dalamnya kecuali nama dan tatanan. Umat Islam terpecah belah dan saling bermusuhan, masyarakat islam berubah dan kerajaan islam telah mewariskan kota-kota dan kerajaan yang telah bertikai selama berabad-abad, dalam sekejap mata sejarah kemanusiaan telah dirobek-robek oleh kelemahan strategi politik. Adanya perang salib dibawah arahan gereja katolik Roma dan serbuan tentara barbar. Karena itu khalifah sebagai lambang kesatuan politik umat islam hilang. Tentara salib ingin menguasai baitul maqdis untuk menyebarkan pengaruhnya dan mengajak bersatu dalam keyakinan. Masa kemunduran ini berlangsung berabad-abad lamanya hingga muncul gerakan yang dikumandangkan oleh pelopor- pelopor pembaharuan seperti Ibnu Taimiyah, Muhammad Ibnu ‘Abdul Wahab, dan lain-lain. B.4. Tokoh-tokoh Pembaharuan dalam Islam
  • 9. Ibnu Taimiyah 6. Rasyid Ridho Muhammad Bin Abdul Al-Wahhab 7. Muhammad Iqbal Mustafa Kemal At-Tatturk 8. Sayyid Amir Ali Jamaluddin Al-Afghani 9. Hasan Al-Bana Muhammad Abduh 10. Sayyid Qutub BAB III PENUTUP C.1. Simpulan “Islam adalah agama yang mencakup berbagai macam aspek, baik itu ekonomi, politik, budaya, ibadah, dan lain-lain.” Inilah ungkapan yang Jamaluddin Al-Afghani tegaskan dalam pemikiran dan gagasannya. Bila memandang Islam dalam konteks kekinian, rasanya memang perjuangan atau usaha yang dilakukan oleh para tokoh pembaharu islam belum sempurna. Perjuangan dan usaha mereka kami analogikan sebagai sebuah ajang lari estafet, mereka—para tokoh pembaharu islam—berlari dan membawa tongkat estafet kemajuan islam dengan susah payah dan penuh perjuangan agar sampai kepada kita— umat saat ini—dengan harapan besar kita mampu melanjutkan tongkat estafet tersebut sampai pada generasi selanjutnya hingga akhir zaman. Namun, potret umat islam saat ini bisa dikatakan amat menyedihkan dari segi keilmuan dan persatuan. Umat islam saat ini tidak lagi dinamis, dan seperti tidak memiliki pendirian. Hal ini terlihat dari mudahnya umat islam terprovokasi oleh oknum-oknum tertentu yang tak bertanggung jawab.Hal ini menunjukkan kesadaran umat islam untuk melanjutkan tongkat estafet kemajuan itu masih belum maksimal. Semoga dengan hadirnya kajian ini, kita semakin menyadari kondisi islam yang masih terpuruk dan masih tertinggal dari bangsa Eropa barat. saat ini, dan harapan besar kami adalah munculnya jiwa dan semangat Al-Afghani, Muhammad Iqbal, dan lain-lain yang mampu kembali meneruskan tongkat estafet perjuangan itu dan menanggalkan seluruh pengaruh Barat pada islam yang merupakan hambatan bagi umat islam untuk maju dan diteruskan pula oleh generasi berikutnya.
  • 10. Daftar Pustaka: An-Na’im, Abdullah Ahmed, Dekonstruksi Syariah: Wacana Kebebasan, Hak Asasi Manusia dan Hubungan International dalam Islam, terj. Ahmad Suaedy dan Amiruddin Arrani. Yogyakarta: LKiS, 1994. Mubarok, Jaih, Sejarah Peradaban Islam, Bandung: CV. Pustaka Islamika, 2008. Nasution, Harun, pembaharuan dalam Islam; sejarah pemikiran dan gerakan, Jakarta: Bulan Bintang, 1975. Rachman, Budy Munawwar, Ensiklopedi Nurkholis Majdid jilid III, Ed Digital, Jakarta: Mizan, 2012. Siddiqi, Amir Hasan, Studies In Islamic Historiy, Ed, Bahasa Indonesia, Bandung: Al-Ma’arif, 1997. Syafe’i, Makhmud, Perkembangan Modern Dunia Islam, Bandung: CV. Yasindo Multi Aspek dan Value Press, 2008. Thohir, Ajid, Perkembangan Peradaban Di Kawasan Dunia Islam, Melacak akar-akar sejarah, sosial, politik, dan budaya Umat Islam, Jakarta: Rajawali Press, 2004. Yatim, Badri, pemikiran Modern dalam Islam, (Dirasah slamiah V) Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1997. Fauzi, Jurnal IBDA (Studi Islam dan Budaya), Pembaharuan Islam, Memahami Makna, Landasan, dan Substansi Metode), P3M STAIN Purwekerto: Vol.2, No. 1, Jan-Jun 2004. [1] Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam, Sejarah Pemikiran dan Gerakan, Jakarta: Bulan Bintang, 1994, h. 11-12
  • 11. [2] David B.Guralnik, Websters New World Dictionary of the American Language, (New York: Warners Book, 1987), h. 387 [3] Jainuri, Ahmad, Landasan Teologis Gerakan Pembaharuan Islam, dalam Jurnal Ulumul Qur’an, No. 3 Vol. VI. Tahun 1995, Hal. 38 [4] Ibid, hal 38 [5] Lihat, Misalnya, QS. 28: 77 [6] Lihat, Nurcholis madjid, Islam Doktrin dan Peradaban, Jakarta: Paramadina, 1992. Hal 360-362; Saiful Mizani, (ed), Islam rasional gagasan dan Pemikiran, frop. Drs. Harun Nasution, Bandung: Mizan, 1996, Hal. 32-33. [7] Lihat, Maulana Muhammad Ali, The Religion Of Islam, Cairo: The Arab Writer Publisher & Printers, t.t, Hal. 3 [8] Lihat, Jainuri, Ahmad, Landasan Teologis Gerakan Pembaharuan Islam, dalam Jurnal Ulumul Qur’an, No. 3 Vol. VI. Tahun 1995, Hal. 39-40. [9] Lihat, Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam, Sejarah Pemikiran dan Gerakan, Jakarta: Bulan Bintang, 1994, h. 11 [10]Lihat, M. Amin Rais, “Kata Pengantar”, dalam Jhon J Donohue dan Jhon L. Esposito (eds), Islam dan Pembaharuan: Ensiklopedi Masalah-masalah, terj. Machnun Husein. Jakarta: Rajawali Press, 1993, Hal. ix [11] Lihat, Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam, Sejarah Pemikiran dan Gerakan, Jakarta: Bulan Bintang, 1994, h. 14; Julbadri Idris, Pembaharuan Islam pada masa periode Modern, dalam Jurnal media
  • 12. Dinamika, No. 29 tahun XIV/ 1998, Hal. 56 [12] Lihat, Ahmad Jainuri. Hal. 25-26.