PENGENDALIAN MUTU prodi Blitar penting untuk dimiliki oleh masyarakat .pptx
Presentation1
1. KEBUDAYAAN DAN PERADABAN SUNGAI
HWANG HO
A. Letak Sungai Hwang Ho
Wilayah Pegunungan Cina terbagi menjadi 2 yaitu Pegunungan Cina
Utara dan Pegunungan Cina Selatan.
“Di dataran tinggi sebelah Utara mengalir sungai Hoang Ho, yang
berhulu di pegunungan Kwen Lun di Tibet dan bermuara di laut
Kuning . . .”
Sungai Hwang Ho memiliki panjang 5.464 km, sungai ini merupakan
sungai terpanjang kedua di Tiongkok setelah Sungai Panjang (Yang
Tse ). Sungai Hwang Ho berasal dari Cina barat, mengalir melalui
sembilan provinsi di Cina dan bermuara ke Laut Kuning.
2. B. Masyarakat Pendukung Kebudayaan dan Peradaban
Lembah Sungai Hwang Ho
Di Lembah Sungai Hwang-Ho yang subur ini, pada tahun 2500 SM,
tumbuh peradaban manusia yang didukung oleh bangsa Han. Bangsa
tersebut merupakan campuran ras Mongoloid dengan ras Kaukasoid.
Menurut cerita, pada sekitar 1800-1600 SM di Lembah Sungai Hwang-
Ho telah berdiri pemerintahan Dinasti Hsia dengan dasar budaya
perunggu, tetapi masyarakatnya belum mengenal tulisan.
Nama bangsa Han diambil dari nama dinasti yang pernah
memerintah pada 206 SM-221 M. Orang Cina juga menyebut dirinya
dengan bangsa Tang, mengambil dari nama dinasti yang pernah
memerintah pada 618 M-906 M dengan gilang gemilang.
3. C. Peradaban Lembah Sungai Kuning
Peradaban Lembah Sungai Kuning adalah peradaban bangsa Cina
yang muncul di lembah Sungai Kuning (Hwang Ho atau yang sekarang
disebut Huang He). Sungai Hwang Ho disebut sebagai Sungai Kuning
karena membawa lumpur kuning sepanjang alirannya. Sungai ini
bersumber dari Pegunungan Kwen-Lun di Tibet dan mengalir melalui
daerah Pegunungan Cina Utara hingga membentuk dataran rendah
dan bermuara di Teluk Tsii-Li, Laut Kuning. Pada daerah lembah
sungai yang subur inilah kebudayaan bangsa Cina berawal.
4. 1. Pengaruh Iklim Terhadap Tumbuh dan
Berkembangnya Kebudayaan dan
Peradaban di Lembah Sungai Hwang Ho
Kebudayaan tidak dapat dipisahkan dari respon atau jawaban terhadap alam,
di mana manusia yang menjadi pendukung sebuah kebudayaan itu. Iklim
merupakan salah satu fenomena alam yang turut memberikan sentuhan bagi
perkembangan kebudayaan di lembah sungai Hwang Ho.
“Iklim di Cina adalah iklim musim. Pada bulan Maret sampai bulan September,
Cina berada dalam musim penghujan. Sedang pada bulan September sampai
bulan Maret terjadi sebaliknya, yaitu musim kemarau.”
Di atas menunjukkan bahwa Cina merupakan negara dengan Iklim Tropis,
namun di bagian utara beriklim subtropis dan sebagian beriklim dingin.
Faktor iklim memberikan sentuhan bagi perkembangan kebudayaan dan
peradaban.
5. Air sungai Hwang Ho membeku ketika musim dingin, hal ini
memberikan andil bagi penghambatan terhadap aktivitas masyarakat.
Sesuai siklus iklim subtropis, musim dingin berganti dengan musim
semi. Kedinginan memudar, salju-salju yang mencair, dan ini
menjadikan air bah yang tentu menggenangi dataran rendah.
Kondisi ini memberikan tantangan bagi bangsa Cina untuk memberikan
respons terhadap keadaan ini. Bentuk responsnya di tunjukan dengan
dibangunnya tanggul-tanggul raksasa di sepanjang sungai. Sungai
Hwang Ho kemudian dapat ditaklukkan.
6. 2. Mata Pencaharian
Masyarakat Cina umumnya bercocok tanam gandum, padi, teh, jagung,
dan kedelai. Hilir sungai Hwang Ho (sungai kuning) yang subur tersebut
ditanami dengan gandum.
Kegiatan pertanian Cina Kuno memang sudah dikenal sejak
zaman Neolitikum (± 5000 SM) dan tanaman pangan utama yang
ditanam adalah padi. Pada zaman perunggu, prioritas pokok dalam
pertanian rakyat Cina adalah padi, teh, kacang kedelai, dll. Kegiatan
pertanian mengalami kemajuan pada bagian hilir dari Sungai Kuning,
terdapat dataran rendah Cina yang subur dan merupakan pusat
kehidupan bangsa sat dalam pemerintahan Dinasti Qin (221-206 SM). Di
masa itu, masyarakat Cina telah menerapkan sistem pertanian yang
intensif dengan penggunaan pupuk, irigasi yang baik, dan perluasan
lahan gandum.
7. 3. Realigi
Kepercayaan sebelum adanya Lao Tse dan Kong Fu Tse
Masyarakat lembah sungai kuning menganut polytheisme. Mereka
memuja dewa-dewi yang mempunyai kekuatan alam. Dewa yang
mereka sembah antara lain: Feng Pa (dewa angin ), Lei -Shih (dewa
angin topan yang digambarkan sebagai naga besar), Tai Shan (dewa yang
menguasai bukit suci ), Ho Po (dewa penguasa sungai Hoang-Ho). Untuk
memuja Ho Po setiap tahun diadakan upacara yang dipimpin oleh para
pendeta perempuan dengan memberi sesaji berupa gadis tercantik di
Cina yang diterjunkan di sungai Hoang Ho tersebut.
8. Dewa langit adalah dewa yang mendapat pemujaan tertinggi.
Masyarakat Cina memuja dewa langit yang disebut Syang, karena
langit adalah pemberi hujan dan panas matahari. Sedangkan bumi
sebagai lahan yang menerima sinar matahari dan hujan dari langit.
Sehingga masyarakat juga memuja dewi bumi. Selain pemujaan kepada
dewa-dewa masyarkat Cina juga memuja arwah leluhur. Upacara
pemujaan dilakukan oleh anak laki-laki tertua.
Pada masyarakat Cina di Indonesia sampai saat ini tradisi tersebut
terus dilestarikan. Sebagai contoh: adanya meja abu di tiap rumahnya.
Kepercayaan ini tidak langsung menghilang ketika muncul filsafat
seperti Lao Tse dan Kong Fu Tse yang mengajarkan berbagai tentang
norma dan nilai.
9. Lao Tse
Ajaran Lao Tse tercantum dalam bukunya “Tao Te Ching”. Lao Tse
percaya bahwa ada semangat keadilan dan kesejahteraan yang kekal
dan abadi, yaitu bernama Tao. Ajaran – Lao Tse disebut dengan
Taoisme. Taoisme mengajarkan orang supaya menerima nasib. Menurut
ajaran ini, suka dan duka adalah sama saja. Oleh karena itu, seorang
penganut Taoisme dapat memikul suatu penderitaan dengan hati yang
tidak terguncang.
Selanjutnya Taoisme juga mengajarkan bahwa di atas alam terdapat
kerajaan Langit yang diperintah oleh dewa langit atau Hoo Tsien. Di
bumi ada kerajaan bumi yang diperintah oleh Huang Ti. Bila raja yang
memerintah tidak baik maka Dewa Langit akan menegur dan memberi
hukuman melalui bencana alam atau pemberontakan. Jadi setiap orang
harus menghormati Dewa Langit, raja dan arwah nenek moyang, karena
nenek moyanglah yang menurunkan mereka.
10. Kong Fu Tse
Menurut ajaran Kung Fu Tse, Tao adalah sesuatu kekuatan yang mengatur
segala-galanya dalam alam semesta ini sehingga tercapai keselarasan. Manusia
merupakan bagian dari masyarakat yang bagian dari alam semesta, maka tata
cara hidup manusia diatur oleh Tao. Oleh karena itu, setiap orang harus
menyesuaikan diri dengan Tao, agar dalam kehidupan masyarakat terdapat
keselarasan dan keseimbangan. Penganut aliran ini percaya bahwa segala
bencana yang terjadi di muka bumi ini karena manusia menyalahi aturan Tao.
Ajaran Kung Fu Tse meliputi bidang pemerintahan dan keluarga.
Ajaran Kung Fu Tse menekankan bahwa akhlak yang bobrok dapat diperbaiki
dengan membangun kembali keselarasan dalam masyarakat sebagaimana
telah dialami oleh leluhur. Keselarasan meliputi semua pihak artinya
pemerintah maupun rakyat, tua maupun muda.
Masyarakat terdiri atas keluarga. Dalam keluarga bapaklah yang menjadi
pusatnya. Seorang bapak harus mengurus anak-anaknya dengan baik.
Sebaliknya anak-anak harus hormat dan patuh terhadap orang tuanya. Negara
dipandang sebagai keluarga besar dengan raja sebagai bapaknya. Oleh karena
itu raja harus memerintah rakyatnya dengan baik dan bijaksana.
Sebaliknya rakyat harus hormat dan taat kepada rajanya seperti anak kepada
bapaknya.
11. Meng Tse
Ajaran Meng Tse merupakan kelanjutan dari ajaran Kung Fu Tse.
Meskipun demikian ajaran Meng Tse bertentangan dengan Kung Fu
Tse. Meng Tse tidak memberikan pelajaran kepada kaum bangsawan,
tetapi memberikan pengetahuan kepada rakyat jelata. Menurutnya
rakyatlah yang terpenting dalam suatu negara. Apabila raja bertindak
sewenang-wenang terhadap rakyat, maka tugas para menteri untuk
memperingatkannya. Apabila raja mengabaikannya peringatan-
peringatan itu para menteri wajib menurunkan raja dari tahtanya.
12. 4. Kebudayaan
Masyarakat Cina kuno telah mengenal tulisan sejak 1500 SM yang ditulis pada
kulit penyu atau bambu. Pada awalnya huruf Cina yang dibuat sangat
sederhana, yaitu satu lambang untuk satu pengertian. Pada masa
pemerintahan Dinasti Han, seni sastra Cina kuno berkembang pesat seiring
dengan ditemukannya kertas. Ajaran Lao Zi, Kong Fu Zi, dan Meng Z banyak
dibukukan baik oleh filsuf itu sendiri maupun para pengikutnya. Pada masa
pemerintahan Dinasti Tang, hidup dua orang pujangga terkemuka yang banyak
menulis puisi kuno, yaitu Li Tai Po dan Tu Fu.
Selain berupa sastra, kebudayaan Cina yang muncul dan berkembang di
lembah Sungai Kuning adalah seni lukis, keramik, kuil,
dan istana. Perkembangan seni lukis terlihat dari banyaknya lukisan hasil karya
tokoh ternama yang menghiasi istana dan kuil. Lukisan yang dipajang
umumnya berupa lukisan alam semesta, lukisan dewa-dewa, dan lukisan raja
yang pernah memerintah. Keramik Cina merupakan hasil kebudayaan rakyat
yang bernilai sangat tinggi dan menjadi salah satu komoditi perdagangan saat
itu. Rakyat Cina menganggap bahwa kaisar atau raja merupakan
penjelmaan dewa sehingga istana untuk sang raja dibangun dengan indah dan
megah. Hasil kebudayaan Cina yang sangat terkenal hingga saat ini
adalah Tembok Besar Cina.
13. Tembok Besar Cina, salah satu hasil kebudayaan Sungai Kuning.
The Great Wall Of China
The Great Wall Of China atau biasa disebut Tembok Besar Cina
dibangun pada masa pemerintahan Dinasti Chin (namun ada sumber
lain yang menyatakan tembok cina didirikan pada Dinasti Yin). Pada
masa pemerintahan kaisar Shih Huang Ti dengan tujuan untuk
menghalang-halangi gerakan-gerakan dari bangsa pengembara yang
berada di sebelah utara negeri Cina.
Shih Huang Ti memerintahkan untuk membangun tembok besar
yang dikerjakan selama kira-kira 18 abad dan berakhir pada zaman
Dinasti Ming (abad ke-17 M). Namun sebelumnya di daerah Cina utara
sudah dibangun dinding terpisah untuk menangkal serangan yang
dilakukan oleh suku di sebelah utara Cina. Dinding-dinding itu
dihubungkan menjadi tembok raksasa yang panjangnya 7000 Km dan
tingginya 16 m serta lebarnya 8 m.
14. C. Pemerintahan
Model Pemerintahan
Ada dua macam sistem pemerintahan yang pernah dianut dalam
kehidupan kenegaraan Cina kuno, yaitu:
- Sistem Pemerintahan Feodal, dalam masa pemerintahan ini, kaisar
tidak menangani langsung urusan kenegaraan. Kondisi ini berlatar
belakang bahwa kedudukan kaisar bersifat sakral. Kaisar dihormati
sebagai utusan atau bahkan anak dewa langit, sehingga tidak layak
mengurusi politik praktis.
- Sistem Pemerintahan Unitaris, kaisar berkuasa mutlak dalam
memerintah. Kekuasaan negara berpusat di tangan kaisar, sehingga
kaisar campur tangan dalam segala urusan politik praktis.
15. Sejarah mencatat terdapat banyak dinasti yang membangun Cina
menjadi bangsa besar, di antaranya adalah Dinasti Shang, Dinasti
Chou, Dinasti Qin, Dinasti Han, dan Dinasti Tang. Dinasti Shang
(Hsia) merupakan dinasti tertua di Cina walaupun tidak banyak
peninggalan tertulis mengenai dinasti ini. Berdasarkan cerita rakyat
Cina kuno, pada masa ini telah berkembang sistem kepercayaan
terhadap Dewa Shang-Ti.
16. Dinasti Chou (1066 SM-221 SM) adalah dinasti terakhir sebelum Cina resmi
disatukan di bawah Dinasti Qin. Dinasti Chou adalah dinasti yang bertahan
paling lama dibandingkan dengan dinasti lainnya dalam sejarah Cina, dan
penggunaan besi mulai diperkenalkan pada zaman ini. Pada masa ini
diterapkan prinsip feodalisme dengan pembagian kekuasaan pemerintahan.
Pemerintah pusat yang dipimpin kaisar dibagi menjadi daerah-daerah
pemerintahan yang dipimpin oleh raja bawahan.
Pada masa dinasti Chou hiduplah para filosof yang terkenal yaitu Lao Tze,
Kung Fu Tze dan Meng Tze. Ajaran Kung Fu Tze mengenai kesusilaan menjadi
dasar perkembangan kebudayaan Cina.
Pada masa pemerintahan Dinasti Qin, sistem tersebut berubah karena Raja
Cheng yang bergelar Qin Shi Huang membentuk Cina menjadi negara
kesatuan yang hanya diperintah oleh satu orang pemimpin. Dalam
pemerintahan Qin Shi Huang, dunia pendidikan dan ilmu pengetahuan Cina
berkembang. Sayangnya saat beliau meninggal terjadi kekacauan karena
perebutan kekuasan yang pada akhirnya berhasil diatasi oleh Liu-Pa.
17. Liu-Pa mendirikan Dinasti Han yang mencapai kejayaannya pada masa
pemerintahan Han Wudi. Pemerintahan dinasti Han kembali menjalankan
sistem feodalisme dan mengijinkan kembali filsafat konfusianisme. Bahkan
ajaran konfusianisme menjadi salah satu mata ujian bagi calon penghuni
negeri. Pada masa pemerintahan Han Wudi, wilayah kekaisaran Cina mencapai
Asia Tengah (Turkistan), Korea, Mansyuria Selatan, Anam, dan Sinkiaing
(daerah utara Tibet). Selain wilayahnya yang luas, kaisar Cina juga menjalin
hubungan dengan mancanegara.
Setelah kaisar Han Wudi meninggal, dinasti Han mengalami kemunduran dan
runtuh tahun 221 M. Negeri Cina mengalami kekacauan bahkan pernah
dikuasai oleh bangsa Tar-Tar, sehingga masa ini disebut masa kegelapan.
Pada abad 7 muncul dinasti baru di Cina yaitu Dinasti Tang dari tahun 618 M –
906 M. Sejak masa dinasti Tang terjalinlah hubungan dagang antara negeri
Cina dengan kerajaan-kerajaan Nusantara. Hal ini ditandai dengan kunjungan
para musafir dari Cina misalnya I Tsing di Sriwijaya. Laksamana Cheng Ho dan
Ma Huan berkunjung ke Majapahit.
18. D. Ilmu pengetahuan dan teknologi
Masyarakat Cina kuno memiliki banyak ahli astronomi (ilmu
perbintangan) yang dapat membantu masyarakat dalam
pembuatan sistem penanggalan. Berkembangan
ilmu astronomi merupakan dasar dari berbagai aktivitas kehidupan
bangsa Cina karena sistem pertanian, pelayaran, dan usaha lainnya
memerlukan informasi tentang pergantian dan perputaran musim.
Perkembangan teknologi masyarakat Cina kuno terlihat dari pembuatan
barang-barang perdagangan seperti barang tambang dan hasil
olahannya berupa perabot rumah tangga, senjata, perhiasan, dan alat
pertanian. Cina kaya akan barang tambang seperti batu
bara, besi, timah, emas, dan tembaga.
19. E. Karakteristik Sungai Hwang Ho
Sungai Hwang Ho adalah sungai yang paling berlumpur di dunia dan
lumpurnya merupakan tanah yang subur, karena banyak mengandung zat
organik dan anorganik di dalamnya. Berdasarkan penelitian para ahli maka
lumpur yang mengendap di lembah sungai itu berasal dari tanah loss Gurun
Gobi yang diterbangkan angin dan terbawa air sampai ke lembah sungai
Hwang Ho dan berwarna kuning.
Akibatnya, air sungai Hwang Ho kekuning-kuningan dan lembah sepanjang
alirannya menjadi tanah yang subur.
Sungai ini sering diasosiasikan dengan naga, sebuah kiasan tidak hanya saja
berliku-liku, tetapi juga dengan alam yang tidak terkendali, dan perilakunya,
secara bergantian jinak - memberikan irigasi ke daerah yang kering dan tidak
ramah - dan jahat - yang mengakibatkan banjir dan kerusakan - . Sungai
Hwang Ho (Sungai Kuning) kadang-kadang disebut sebagai "Kesedihan Cina".
20. F. Pembangunan Ekonomi Sungai Hwang Ho
Sumber daya air di cekungan Hwang Ho telah dikelola oleh irigasi dan
pengendalian banjir dari ukuran yang signifikan sejak abad ke-3 SM.
Modern rekayasa hidrolik teknik telah diterapkan sejak tahun 1920,
sementara upaya pengembangan multiguna telah berlangsung sejak
pertengahan 1950-an. Pencapaian utama dari program yang telah
memasukkan bendungan tenaga air raksasa di Gorge Liujia dan ngarai
lainnya dekat Lanzhou dan irigasi utama proyek-beberapa dengan
tenaga air yang lebih kecil- di beberapa lokasi yang lebih jauh dari
hilir. Di dataran, tanggul telah diperkuat dan sistem pengendalian banjir
dirasionalisasi dan terintegrasi dengan waduk dan dengan Grand Canal.