1. Analisa Kinerja Jaringan Jembatan Timbang Online Di Jawa Timur
Menggunakan Radio Link
Anugrah Robby
Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Kampus ITS, Sukolilo, Surabaya 60111, Indonesia
Abstrak - Pembangunan jaringan JT (Jembatan Timbang) disinggung mengenai pemakaian video untuk
online dengan radio link yang sebelumnya berbasis memonitoring jenis angkutan muatan barang.
komunikasi satelit oleh DLLAJ propinsi Jawa Timur,
merupakan salah satu metode untuk mengoptimalkan 2. Teori Dasar
investasi dengan cara menghemat biaya sewa tahunan 2.1 Komunikasi ISM Band 2.4 Ghz
perangkat satelit, dikonversikan menjadi investasi Pada tahun 1985 Federal Communication
peralatan milik sendiri, yang dalam jangka panjang lebih Commission (FCC) menetapkan peraturan dalam
menguntungkan dan peningkatan kinerja, efisiensi serta penggunaan ISM Band (Industrial, Scientific, and
efektivitas petugas di JT. Tugas akhir ini bertujuan untuk Medical), dengan pita frekuensi (902-928, 2400-
mengetahui dan menganalisa QoS serta mengetahui 2483.5, 5725-5850 MHz). Pada pita frekuensi 2400-
kualitas video pada radio link yang diaplikasikan pada JT 2483.5Ghz (yang lebih dikenal dengan band frekuensi
khususnya Trosobo dan Trowulan dengan Operation Room 2.4 GHz) saat ini telah meningkat penggunaannya
sebagai pusat server JT se Jawa Timur. Dari hasil dalam berbagai macam aplikasi, lihat gambar 1. Hal ini
penelitian terlihat bahwa jaringan radio link yang juga meliputi penggunaan Wireless Local Area
digunakan pada Jembatan Timbang adalah point to point Network (WLAN) atau radio link.[2] Peningkatan
sehingga disebut juga Connection Oriented yaitu suatu penggunaan band frekuensi ini memungkinkan
jenis komunikasi antar unit dalam jaringan yang terjadinya kongesti dan menyebabkan penurunan
transmisinya dilakukan pembentukan koneksi terlebih kualitas layanan.
dahulu, sehingga data terkirim dengan sempurna. Hasil Konsepnya, sebuah perangkat untuk
rata-rata delay dan jitter pada radio link tersebut masih melakukan komunikasi dengan perangkat lainnya,
dibawah standar nilai maksimal yang diperbolehkan ITU-T perangkat yang dituju harus menerima koneksi terlebih
G1010 untuk komunikasi, yaitu 60 ms. Oleh karena itu dahulu sebelum mengirimkan atau menerima data.
aplikasi radio link tersebut memenuhi syarat untuk Proses yang dilakukan sebelum pengiriman data,
menyelenggarakan komunikasi. Sedangkan kualitas seperti pada gambar 2.[3]
gambar yang dihasilkan pada radio link tersebut buruk § Pengirim (sender) mengirimkan sinyal
karena pengaruh jarak, cuaca, waktu, dan propagasinya Synchronize terlebih dulu ke tujuan
sehingga ketajaman gambarnya menjadi menurun. § Penerima (receiver) mengirimkan balasan
dengan sinyal Negotiate Connection
Kata Kunci : QoS, Connection Oriented § Penerima mengirimkan Synchronize ulang,
apa benar pengirim akan mengirimkan data
§ Pengirim membalas dengan sinyal
1. Pendahuluan Acknowledge dimana artinya sudah siap untuk
Implementasi dari IEEE 802.11 dalam lingkungan mengirimkan data.
perumahan, pusat perbelanjaan dan perkantoran § Connection establish
menyediakan layanan Wi-Fi untuk menigkatkan § Kemudian segmen dikirim
performansi, efisiensi dan efektivitas kinerja.
Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan memiliki
kewenangan desentralisasi di bidang pengendalian
kelebihan muatan dan penyelenggaraan Jembatan Timbang.
Disadari bahwa pengoperasian Jembatan Timbang memiliki
tingkat sensitivitas implikasi yang tinggi terhadap
pembangunan ekonomi regional Jawa Timur. Selain itu
untuk memberikan akurasi data yang maksimal, disamping Gambar 1. ISM Band
sebagai sebuah system terpadu dalam menyajikan data
dengan cepat dan akurat.[1]
Dalam tugas akhir ini akan dibahas mengenai
infrastruktur jaringan Jembatan Timbang online dan
dilakukan pengukuran, menganalisa dan mengetahui
kinerja jaringan Jembatan Timbang online. Parameter QoS
(Quality of Service) yang akan diukur, dianalisa dan
dibandingkan berdasarkan ITU-T G1010 adalah delay,
jitter, packet loss dan throughput. Selain QoS juga akan (a) (b)
Gambar 2. Proses pembentukan koneksi
1
2. 2.2 Topologi WLAN
Tiga bentuk utama dari topologi WLAN adalah
Basic Service Set (BSS), Independent Basic Service Set
(IBSS) dan Extended Service Set (ESS). Sebuah BSS terdiri
dari beberapa stasiun yang berada dibawah kontrol
langsung dari satu fungsi koordinat. Basic Service Area
(BSA) adalah area yang diliputi oleh BSS, atau bisa
dianalogikan dengan sebuah sel dalam jaringan komunikasi
seluler. Seluruh stasiun dalam sebuah BSS dapat Gambar 5. Konfigurasi LAN di Jembatan Timbang
berkomunikasi secara langsung dengan stasiun yang lain Online
dalam sebuah BSS, tetapi harus melalui jaringan
infrastruktur. Jaringan infrastruktur dibangun untuk
penyediaan bagi pelanggan wireless dengan layanan khusus
dan jarak yang jauh. Dalam IEEE 802.11 jaringan
infrastruktur yang dibangun menggunakan sejumlah
Access Point (AP). AP ini dianalogikan sebagai Base
Station dalam jaringan komunikasi seluler.
Sebuah jaringan ad hoc/IBSS terdiri dari
sekumpulan stasiun-stasiun dalam sebuah BSS untuk tujuan
komunikasi internetwork tanpa bantuan dari infrastruktur
jaringan. Beberapa stasiun dapat membangun komunikasi
langsung dengan stasiun yang lain dalam BSS, tanpa Gambar 6. Konfigurasi LAN di Operation Room
membutuhkan penyaluran trafik melalui sebuah Access
Point(AP). 3. Perencanaan dan Implementasi
Extended Service Set (ESS) terdiri dari dua atau 3.1 Perecanaan Topologi Jaringan
lebih BSS yang membentuk satu subnetwork. Sebuah ESS Topologi jaringan radio link yang akan
dapat juga menyediakan akses gateway untuk pengguna digunakan berikut ini, terdiri dari 2 client (Jembatan
wireless ke jaringan wired misalnya internet. Alat yang Timbang Trosobo dan Jembatan Timbang Trowulan
menghubungkan pengguna wireless dan wired dikenal dan 1 server operation room (sebagai pusat server
dengan sebutan portal. Portal ini akan menghubungkan pengendalian dan monitoring seluruh JT se Jawa Timur
jaringan IEEE 802.11 dan jaringan non-IEEE 802.11. kantor DLLAJ di Surabaya) dengan menggunakan
Adapun Infrastructure Mode dan Ad-Hoc Mode seperti topologi ESS. Adapun topologi jaringan seperti terlihat
terlihat pada gambar 3. pada gambar 4. Pada gambar 4 dapat dilihat bahwa
jaringan tersebut terdiri dari 3 buah radio tower yang
mana radio trosobo sebagai repaeter antara radio tower
DLLAJ (JT Server) dengan radio tower JT Trowulan.
JT Trosobo sebagai client 1, sedangkan JT Trowulan
sebagai client 2). Konfigurasi Lokal Area Network
(LAN) di tiap-tiap Jembatan Timbang sama yaitu
terdiri dari PC Server dan 2 client, PC kamera,
hub/switch, kamera pemantau, seperti terlihat pada
gambar 5. Sedangkan konfigurasi LAN pada server di
operation room terdiri dari PC server, PC client (dua
PC untuk receive data JT dan satu PC untuk monitoring
kamera JT) topologi jaringan seperti terlihat pada
Gambar 3. Infrastructure Mode dan Ad-Hoc Mode gambar 6.
3.2 Instalasi pada Server
Instalasi pada bagian server ini terbagi atas 2
bagian yaitu instalasi hardware dan software.
• Instalasi hardware yang dilakukan adalah:
1. Instalasi Ethernet Card
Pada bagian ini Pc Server diinstal ethernet card
pada slot PCI jenis Realtek RTL8029(AS) PCI
Ethernet.
2. Penomoran IP (Internet Protocol)
Penomeran IP di Operation Room dan server JT
Trosobo dan Trowulan adalah sebagai berikut :
Gambar 4. Konfigurasi jaringan radio link Jembatan
Timbang Online
2
3. Ø IP Server di Operation Room adalah dengan eth0 : merekam semua aktifitas yang tampil di layar
172.16.1.3, eth1: 172.17.1.1 dan subnet mask : monitor. Proses instalasi dimulai dengan klik
255.255.255.0 (Kelas B) 2 kali pada icon camtasia studio 4.exe.
Ø IP Server JT Trosobo adalah dengan 2. Instalasi Software VNCviewer
eth0 : 172.19.25.85, eth1 : 172.17.1.33 dan Software VNCviewer digunakan untuk
subnet mask : 255.255.255.0 (Kelas B) meremote server lokasi Jembatan Timbang
Ø IP Server JT Trowulan adalah dengan sehingga software ini di instal pada client
eth0 : 172.19.25.89, eth1 : 172.17.1.35 dan yang ada di Operation Room.
subnet mask : 255.255.255.0 (Kelas B) 3. Instalasi Software Remote Administrator v2.1
• Instalasi software yang dilakukan adalah: Software remote administrator digunakan
Operating system yang digunakan baik di Operation untuk meremote antar client, sehingga
Room maupun server di lokasi Jembatan Timbang dalah komputer client yang ada di lokasi Jembatan
linux (Mandrake 9.2). Timbang dapat diremote dari Operation
Room. Proses instalasi dimulai dengan klik 2
3.3 Instalasi pada Client kali pada icon Radmin21.exe.
Instalasi pada bagian client ini terbagi atas 2 bagian
yaitu instalasi hardware dan software dan dilakukan pada 4. Analisa Data Dan Pembahasan
semua client yang ada, baik yang ada di lokasi JT maupun Pada pengukuran QoS dilakukan dengan
cilent yang ada di Operation Room yakni : mengubah perameter interval waktu ujicoba yang juga
v Instalasi hardware yang dilakukan adalah: berpengaruh pada jumlah paket yang dikirimkan.
1. Instalasi Ethernet Card Waktu ujicoba tersebut di bagi menjadi 3 (tiga) bagian,
Pada bagian ini Pc client diinstal ethernet card pada yaitu ujicoba pertama pada jam 08.00 – 13.00 WIB,
slot PCI jenis Realtek RTL8169/8110 Ethernet ujicoba kedua pada jam 13.00 – 17.00 WIB sedangkan
2. Penomoran IP (Internet Protocol) untuk ujicoba yang ketiga di atas jam 17.00 WIB.
Setelah Ethernet card terinstal dan agar client bisa Masing-masing ujicoba diambil 6 (enam) kali data atau
berkomunikasi dengan computer lain, selanjutnya paket pengamatan. Ujicoba dilakukan saat mulai
dilakukan setting nomor IP pada ethernet card dengan melakukan koneksi sampai saat mengakhiri koneksi
konfigurasi sebagai berikut : tersebut.
v Client di Operation Room Parameter-parameter QoS yang diberlakukan
Client 1 IP-nya adalah 172.19.25.11 untuk mengetahui performansi dari radio link ini
Client 2 IP-nya adalah 172.19.25.12 meliputi pengamatan delay, jitter, paket loss dan
Client 3 IP-nya adalah 172.19.25.13 throughput.
Dengan masing-masing subnet mask
255.255.255.0 (Kelas B) v Pengukuran Delay
v Client di JT Trosobo Sebagai waktu yang dibutuhkan untuk
Client 1 IP-nya adalah 172.19.25.50 mengirimkan data dari sumber (pengirim) ke
Client 2 IP-nya adalah 172.19.25.51 tujuan (penerima).
Client 3 IP-nya adalah 172.19.25.52 v Pengukuran Jitter
Kamera doom IP-nya adalah 172.19.25.105 Variasi delay yang terjadi akibat adanya
Dengan masing-masing subnet mask selisih waktu atau interval antar kedatangan paket
255.255.255.0 (Kelas B) di penerima, variasi- variasi dalam panjang antrian,
v Client di JT Trowulan dalam waktu pengolahan data, dalam waktu yang
Client 1 IP-nya adalah 172.19.25.60 dibutuhkan untuk retransmisi data (karena jalur
Client 2 IP-nya adalah 172.19.25.61 yang digunakan juga berbeda), dan juga dalam
Client 3 IP-nya adalah 172.19.25.62 waktu penghimpunan ulang paket-paket di akhir
Kamera doom IP-nya adalah 172.19.25.121 perjalanan.
Dengan masing-masing subnet mask v Pengukuran Paket Loss
255.255.255.0 (Kelas B) Pengamatan paket ini dilakukan dengan cara
v Instalasi Software yang di lakukan adalah : mengamati jumlah paket yang dikirimkan
1. Instalasi Software Wireshark[4] maupun yang diterima oleh masing-masing
Wireshark merupakan perangkat lunak untuk Jembatan Timbang.
melakukan analisa jaringan komputer, karena v Pengukuran Throughput
dapat digunkan untuk mengcapture dengan Throughput adalah bandwidth aktual yang
lengkap semua data yang terjadi pada jaringan yang terukur pada suatu ukuran waktu tertentu
yang meliputi packet loss, delay, jitter dan pada sisi penerima. Throughput diukur setelah
throughput serta protocol yang digunakan. transmisi data (host/client) karena suatu sistem
2. Instalasi Software Camtasia Studio 4 akan menambah delay yang disebabkan topologi
Software ini di instal pada client baik yang ada di jaringan.
JT maupun di Operation Room. Camtasia Studio 4
ini merupakan perangkat lunak yang dapat
3
4. 4.1 Pengukuran pada ujicoba antara Jembatan
Rata-Rata Delay
Timbang Trosobo dengan Operation Room
Setelah dilakukan pengukuran, maka didapatkan
0.0053 0.0051988
hasil delay, jitter packet loss dan throughput sebagai 0.0052
berikut : 0.0051
0.005
0.0049 0.0047948 0.004765
0.0048
4.1.1 Hasil Pengukuran Delay 0.0047
Dari tabel 1 dapat diketahui bahwa nilai rata-rata 0.0046
0.0045
delay dari awal pengamatan sampai akhir pengamatan 1 2 3
0.0047948 ms dan dari tabel 2 yaitu 0.0051988 ms U j i co ba
sedangkan dari tabel 3 yaitu 0.004765 ms. Dari nilai rata-
rata di atas maka dapat di diperoleh perbandingan grafik Gambar 7. Grafik perbandingan rata-rata delay
seperti terlihat pada gambar 7. ujicoba pertama, kedua dan ketiga
Tabel 1. Pengukuran rata-rata delay pada ujicoba pertama
Rata-rata 4.1.2 Hasil Pengukuran Jitter
Waktu (s) Asal Tujuan
Delay(ms)
Tabel 4. Pengukuran rata-rata jitter pada ujicoba
10:09:27.265755 s/d JT Operation
Trosobo Room
0.002146 pertama
10:11:43.486950 Rata-rata
Waktu (s) Asal Tujuan
10:18:53.714988 s/d JT Operation Delay(ms)
0.005344
10:20:53.177435 Trosobo Room 10:09:27.265755 s/d JT Operation
0.002675
10:11:43.486950 Trosobo Room
10:25:16.318097 s/d JT Operation
0.005561 10:18:53.714988 s/d JT Operation
10:27:25.441668 Trosobo Room 0.009439
10:20:53.177435 Trosobo Room
10:36:11.500913 s/d JT Operation 10:25:16.318097 s/d JT Operation
0.005653 0.010224
10:38:12.271725 Trosobo Room 10:27:25.441668 Trosobo Room
10:46:59.344748 s/d JT Operation 10:36:11.500913 s/d JT Operation
0.005270 0.009685
Trosobo Room 10:38:12.271725 Trosobo Room
10:48:45.582469
10:46:59.344748 s/d JT Operation
0.009032
10:48:45.582469 Trosobo Room
Tabel 2. Pengukuran rata-rata delay pada ujicoba kedua
Rata-rata
Tabel 5. Pengukuran rata-rata jitter pada ujicoba kedua
Waktu (s) Asal Tujuan
Delay(ms) Rata-rata
Waktu (s) Asal Tujuan
13:10:55.607339 s/d JT Operation Jitter(ms)
0.005797
13:13:04.934326 Trosobo Room 13:10:55.607339 s/d JT Operation
0.003523
13:13:04.934326 Trosobo Room
13:29:14.196944 s/d JT Operation
0.005385
13:31:08.889987 Trosobo Room 13:29:14.196944 s/d JT Operation 0.009556
13:31:08.889987 Trosobo Room
13:42:28.659292 s/d JT Operation
0.004198
13:44:31.547335 Trosobo Room 13:42:28.659292 s/d JT Operation 0.007596
13:44:31.547335 Trosobo Room
13:54:17.347912 s/d JT Operation
0.006359
13:56:14.957474 Trosobo Room 13:54:17.347912 s/d JT Operation 0.011044
13:56:14.957474 Trosobo Room
13:58:59.064991 s/d JT Operation
0.004255 13:58:59.064991 s/d JT Operation
14:00:53.562697 Trosobo Room 0.007023
14:00:53.562697 Trosobo Room
Tabel 3. Pengukuran rata-rata delay pada ketiga
Tabel 6. Pengukuran rata-rata jitter pada ujicoba kedua
Rata-rata Rata-rata
Waktu (s) Asal Tujuan Waktu (s) Asal Tujuan
Delay(ms) Jitter(ms)
17:27:27.950248 s/d JT Operation 17:27:27.950248 s/d JT Operation
0.002103 0.002663
17:29:29.713581 Trosobo Room 17:29:29.713581 Trosobo Room
17:39:55.657826 s/d JT Operation 17:39:55.657826 s/d JT Operation
0.003813 0.005332
Trosobo Room 17:41:52.982444 Trosobo Room
17:41:52.982444
17:52:54.095993 s/d 17:52:54.095993 s/d JT Operation
JT Operation 0.006617 0.010873
17:54:54.005603 Trosobo Room
17:54:54.005603 Trosobo Room
17:59:19.563336 s/d 17:59:19.563336 s/d JT Operation
JT Operation 0.004337 0.005565
18:01:34.080943 Trosobo Room
18:01:34.080943 Trosobo Room
18:12:06.647055 s/d JT Operation 18:12:06.647055 s/d JT Operation
0.006955 0.009015
Trosobo Room 18:14:07.264060 Trosobo Room
18:14:07.264060
4
5. Perbandingan Rata-Rata Jitter di diperoleh perbandingan grafik seperti terlihat pada
gambar 11.
0.01 0.008211 0.007748
0.008 0.006689
0.006 Tabel 7. Pengukuran rata-rata jitter pada ujicoba
0.004
pertama
0.002
Rata-rata
0 Waktu (s) Asal Tujuan
1 2 3 Delay(ms)
Ujicoba
10:29:53.806646 s/d JT Operation
0.009141
10:32:01.671291 Trowulan Room
Gambar 8. Grafik perbendingan rata-rata jitter ujicoba
10:40:41.495089 s/d JT Operation
pertama, kedua dan ketiga Trowulan Room
0.008138
10:42:54.523063
10:53:45.663014 s/d JT Operation
4.1.3 Hasil Pengukuran Throughput Trowulan Room
0.008341
10:56:31.791861
Perbandingan Rata-Rata Throughput
11:02:26.747499 s/d JT Operation
0.007271
7000 6958.237286 11:04:31.685775 Trowulan Room
Throughput (Kbps)
6950
11:07:15.605613 s/d JT Operation
6900 0.009613
6850
6845.852326
11:09:24.709976 Trowulan Room
6787.725343
6800
6750
Tabel 8. Pengukuran rata-rata jitter pada ujicoba kedua
6700
1 2 3
Rata-rata
Ujicoba Waktu (s) Asal Tujuan
Delay(ms)
Gambar 9. Grafik perbendingan rata-rata throughput 13:49:55.179579 s/d JT Operation
0.093023
ujicoba pertama, kedua dan ketiga 13:52:33.687213 Trowulan Room
14:13:20.016902 s/d JT Operation
0.010877
4.1.4 Hasil Pengukuran Paket Loss 14:15:52.098251 Trowulan Room
Perbandingan Paket Loss
14:29:59.336983 s/d JT Operation
0.050688
14:33:18.302714 Trowulan Room
1
0.8 15:05:53.493453 s/d JT Operation
ss
0.010536
Pak Lo
0.6
15:08:44.790764 Trowulan Room
et
0.4
0.2 15:21:49.194915 s/d JT Operation
0.011638
0 15:24:45.472235 Trowulan Room
1 2 3
Ujicoba
Gambar 10. Grafik perbendingan paket loss ujicoba
pertama, kedua dan ketiga Tabel 9. Pengukuran rata-rata jitter pada ujicoba ketiga
Rata-rata
Dari tabel 4 dapat diketahui bahwa nilai rata-rata Waktu (s) Asal Tujuan
Delay(ms)
jitter dari awal sampai akhir pengamatan 0.008211 ms 17:21:03.694408 s/d JT Operation
0.015953
dan dari tabel 5 yaitu 0.007748 ms sedangkan dari tabel 6 17:24:09.853609 Trowulan Room
yaitu 0.006689 ms. Dari nilai rata-rata di atas maka dapat 17:31:53.297942 s/d JT Operation
0.015371
17:34:54.480627 Trowulan Room
di diperoleh perbandingan grafik seperti terlihat pada
17:47:28.981717 s/d JT Operation
gambar 8. Adapun hasil rata-rata throughput baik pada 17:50:17.908566 Trowulan Room
0.015716
ujicoba pertama, ujicoba kedua dan ujicoba ketiga dapat 18:05:13.228554 s/d JT Operation
dilihat pada gambar 9. Pada gambar 10 terlihat bahwa 0.047291
18:08:55.315451 Trowulan Room
hasil paket loss dari semua ujicoba bernilai 0, ini 18:18:48.020006 s/d JT Operation
0.011007
dikarenakan jaringan radio link yang dipakai pada 18:23:13.048916 Trowulan Room
Jembatan Timbang point to point dan disebut juga
connection oriented, sehingga data terkirim dengan
sempurna. Perbandingan Rata-Rata Delay
0.04
4.2 Pengukuran pada ujicoba antara Jembatan 0.035
0.035352
Timbang Trowulan dengan Operation Room 0.03
Delay (ms)
0.025 0.021068
Setelah dilakukan pengukuran, maka didapatkan 0.02
hasil delay, jitter packet loss dan throughput sebagai 0.015
0.01
0.008501
berikut : 0.005
0
1 2 3
4.2.2 Hasil Pengukuran Delay Ujicoba
Dari tabel 7, tabel 8 dan tabel 9 secara berurutan
dapat diketahui bahwa nilai rata-rata delay dari awal Gambar 11. Grafik perbendingan delay ujicoba
pengamatan sampai akhir pengamatan 0.008501 ms, pertama, kedua dan ketiga
0.035352 ms dan 0.021068. Dari nilai rata-rata di atas dapat
5
6. 4.2.3 Hasil Pengukuran Jitter Perbandingan Rata-Rata Throughput
Dari tabel 10, tabel 11 dan tabel 12 secara berurutan 7000 6176.061802
dapat diketahui bahwa nilai rata-rata jitter dari awal
K p)
( bs
6000
5000 4585.459768
pengamatan sampai akhir pengamatan 0.012236 ms, 4000
4174.290156
ho g p t
Tr uhu
0.034225 ms dan 0.020883 ms. Sehingga Dari nilai rata- 3000
2000
rata jitter di atas dapat di diperoleh perbandingan grafik 1000
seperti terlihat pada gambar 12. 0
1 2 3
ujicoba
Tabel 10. Pengukuran rata-rata jitter pada ujicoba pertama
Gambar 13. Grafik perbendingan throughput ujicoba
Waktu (s) Asal Tujuan
Rata-rata pertama, kedua dan ketiga
Jitter(ms)
10:29:53.806646 s/d JT Operation
0.015573 Perbandingan Paket Loss
10:32:01.671291 Trowulan Room
10:40:41.495089 s/d JT Operation
0.012883 1
10:42:54.523063 Trowulan Room
0.8
Paket Loss
10:53:45.663014 s/d JT Operation
0.013021 0.6
10:56:31.791861 Trowulan Room
0.4
11:02:26.747499 s/d JT Operation
0.010406 0.2
11:04:31.685775 Trowulan Room
0
11:07:15.605613 s/d JT Operation 1 2 3
0.009295 Ujicoba
11:09:24.709976 Trowulan Room
Gambar 14. Grafik perbendingan paket loss ujicoba
Tabel 11. Pengukuran rata-rata jitter pada ujicoba kedua pertama, kedua dan ketiga
Rata-rata 4.2.4 Hasil Pengukuran Throughput
Waktu (s) Asal Tujuan
Jitter(ms)
13:49:55.179579 s/d JT Operation
Dari perolehan pengukuran maka rata-rata
0.075805 throughput dari ujicoba pertama, kedua dan ketiga
13:52:33.687213 Trowulan Room
14:13:20.016902 s/d JT Operation dapat diperoleh perbandingan grafik seperti terlihat
0.013579
14:15:52.098251 Trowulan Room pada gambar 13. Sedangkan pada gambar 14
14:29:59.336983 s/d JT Operation merupakan hasil paket loss dari semua ujicoba bernilai
0.051726
14:33:18.302714 Trowulan Room
15:05:53.493453 s/d JT Operation
0, ini dikarenakan jaringan radio link yang dipakai pada
0.013856 Jembatan Timbang point to point dan disebut juga
15:08:44.790764 Trowulan Room
15:21:49.194915 s/d JT Operation connection oriented, sehingga data terkirim dengan
0.016158
15:24:45.472235 Trowulan Room sempurna.
Tabel 12. Pengukuran rata-rata jitter pada ujicoba kedua 4.3 Perbandingan Kualitas Gambar Monitoring
Rata-rata
antara Jembatan Timbang Trowulan dan
Waktu (s) Asal Tujuan Trosobo
Jitter(ms)
17:21:03.694408 s/d JT Operation Pada perencanaan ini, dilakukan uji MOS
0.017235
17:24:09.853609 Trowulan Room untuk mengetahui kualitas hasil rekaman gambar
17:31:53.297942 s/d JT Operation monitoring di lokasi Jembatan Timbang Trowulan dan
0.016410
17:34:54.480627 Trowulan Room
Trosobo dengan hasil rekaman di Operation Room
17:47:28.981717 s/d JT Operation
17:50:17.908566 Trowulan Room
0.013907 melalui jaringan radio link yang telah dibangun. MOS
18:05:13.228554 s/d JT Operation tersebut melibatkan 5 orang responden yang akan
0.042992
18:08:55.315451 Trowulan Room memberikan penilian secara subyektif dengan kategori
18:18:48.020006 s/d JT Operation
0.013871 penilaian pada MOS tersebut adalah 6 skala, dengan
18:23:13.048916 Trowulan Room angka 1.0-2.6 untuk kualitas tidak direkomendasikan
dan angka 4.3-5.0 sebagai kualitas seperti terlihat pada
Perbandingan Rata-Rata Jitter
tabel 13. Prosedur pengukuran MOS didasarkan ITU-T
P.911.
0.04
0.034225
0.035
0.03 Tabel 13. Mean Opinion Score[5]
s)
0.025
Opini Pengguna MOS Score
Jitter (m
0.020883
0.02
0.015 0.012236 Sangat memuaskan 4.3-5.0
0.01
0.005 Memuaskan 4.0-4.3
0
1 2 3
Baik 3.6-4.0
Ujicoba Banyak yang tidak puas 3.1-3.6
Buruk 2.6-3.1
Gambar 12. Grafik perbendingan Jitter ujicoba pertama,
kedua dan ketiga Tidak direkomendasikan 1.0-2.6
6
7. § Jembatan Timbang Trosobo Tabel 14. Hasil penilaian responden pada Jembatan
Hasil Rekaman JT Trosobo pada Lokasi Jembatan Timbang Trosobo
Timbang
Lokasi
Nama Responden Operation
JT Trosobo
Room
Aam 4 2.5
Angga 4 3
Arif 3.5 2.5
Robby 3.5 3
Zainul 4.5 2.5
Rata-Rata 3.9 2.7
Tabel 15. Hasil penilaian responden pada Jembatan
Timbang Trowulan
Gambar 15. Hasil Rekaman JT Trosobo pada Lokasi
Jembatan Timbang Lokasi
Nama Responden JT Operation
Trowulan Room
Aam 4 3
Angga 4 3
Arif 3 3
Robby 4.5 3
Zainul 4.5 2.5
Rata-Rata 4 2.9
Dari tabel 14 dapat di ketahui bahwa hasil
penilaian responden pada lokasi Jembatan Timbang
Trosobo didapatkan rata-rata penilaian responden
Gambar 16. Hasil Rekaman JT Trosobo di Operation Room secara keseluruhan sebesar 3.9 MOS dari nilai tersebut
melalui radio link dapat dikatakan kualitas gambar yang dihasilkan
“Baik” dan hasil rekaman di Operation Room sebesar
§ Jembatan Timbang Trowulan 2.7 MOS dari nilai tersebut dapat dikatakan kualitas
Hasil Rekaman JT Trowulan pada Lokasi Jembatan gambar yang dihasilkan adalah “Buruk”,
Timbang Dari tabel 15 dapat di ketahui bahwa hasil
penilaian responden pada lokasi Jembatan Timbang
Trowulan didapatkan rata-rata penilaian responden
secara keseluruhan sebesar 4 MOS dari nilai tersebut
dapat dikatakan kualitas gambar yang dihasilkan
“Baik” dan hasil rekaman di Operation Room sebesar
2.9 MOS dari nilai tersebut dapat dikatakan kualitas
gambar yang dihasilkan adalah “Buruk”,
5. Kesimpulan
Dari analisa yang telah dilakukan atas kinerja
Gambar 17. Hasil Rekaman JT Trowulan pada Lokasi jaringan Jembatan Timbang online di Jawa Timur
Jembatan Timbang khususnya pada Jembatan Timbang Trosobo dan
Trowulan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut:
v Paket loss yang terjadi pada Jembatan Timbang
baik Trosobo maupun Trowulan bernilai 0, ini
disebabkan karena jaringan radio link yang
digunakan pada Jembatan Timbang adalah point to
point sehingga disebut juga Connection Oriented
yaitu suatu jenis komunikasi antar unit dalam
jaringan yang transmisinya dilakukan
pembentukan koneksi terlebih dahulu. Sehingga
Gambar 18. Hasil Rekaman JT Trowulan di Operation komunikasi antara Jembatan Timbang dengan
Room melalui radio link Operation Room dapat berlangsung dengan sangat
baik tanpa ada data yang hilang.
v Secara umum kualitas gambar yang dihasilkan
pada lokasi Jembatan Timbang Trosobo dan
Trowulan baik dan hasil rekaman di Operation
7
8. Room melalui radio link/wireless buruk, karena
banyak faktor yang mempengaruhi hasil rekaman
melalui radio link/wireless, selain spesifikasi kamera
dan VGA card yang dipakai pengaruh lainnya adalah
jarak, cuaca, waktu pengamatan, dan propagasinya
sehingga ketajaman gambarnya menjadi menurun.
v Adapun nilai rata-rata delay dan jitter tertinggi pada JT
Trosobo secara berurutan adalah 0.0051988 ms dan
0.008211 ms sedangkan JT Trowulan adalah
dihasilkan pada jaringan Jembatan Timbang dengan
mengguanakan radio link masih dibawah standar nilai
maksimal yang diperbolehkan ITU-T G1010 untuk
komunikasi, yaitu 60 ms. Oleh karena itu aplikasi
radio link tersebut memenuhi syarat untuk
menyelenggarakan komunikasi.
DAFTAR PUSTAKA
[1] PP 25 Tahun 2000 Tentang Kewenangan Pemerintah
dan Kewenangan Propinsi Sebagai Daerah Otonom,
pasal 3 ayat (5) angka 15 huruf h dan huruf l
[2] Anonymous. “Wireless Local Area Network “.
http://www.wlana.org/
[3] Sukaridhoto, Sritusta. “Buku Jaringan Komputer“.
PENS-ITS, Surabaya. 2005
[4] www.wiresahark.com
[5] VoIP Quality and Bandwidth Calculator,
http://www.voiptroubleshooter.com/diagnosis/emodel.
html, Juli 2007
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Anugrah Robby, lahir di kampung
Kebun Laut Sangkapura tepatnya di
pulau Bawean Kabupaten Gresik pada 31
Agustus 1981. Putra dari Ibu Farida dan
Bapak Mawardi. Menempuh pendidikan
dasar di SDN Sawahmulya I Sangkapura
Bawean (1988-1994), dilanjutkan dengan
SLTP I Sangkapura Bawean (19941997),
dilanjutkan di SMU Khadijah Surabaya (1997-2000),
kemudian melanjutkan pendidikan di PENS-ITS Surabaya
Jurusan Teknik Telekomunikasi (2000-2003) dan
selanjutnya diterima di Jurusan Teknik Elektro FTI – ITS
pada tahun 2004 dengan mengambil program studi
Telekomunikasi Multimedia. Dan sampai tugas akhir ini
disusun penulis masih menjadi mahasiswa di jurusan
Teknik Elektro ITS.
8
9. Analisa Kinerja Jaringan Jembatan Timbang Online
Di Jawa Timur Menggunakan Radio Link
oleh :
Anugrah Robby (2204109604)
Pembimbing : BIDANG STUDI TELEKOMUNIKASI MULTIMEDIA
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
1. Istas Pratomo, ST. MT. FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
ITS – SURABAYA
2. Ir. Djoko Suprajitno Rahardjo 2008
10. LATAR BELAKANG
Menaikkan performansi sistem dalam mendukung upaya-upaya
1 peningkatan efisiensi dan efektivitas kinerja
Mengurangi proses manual sehingga memperkecil peluang terjadinya
2 praktek-praktek non prosedural oleh petugas Jembatan Timbang
Meningkatnya jumlah lalu lintas oleh kendaraan berat mengakibatkan
3 terjadinya kemacetan, kecelakaan dan kerusakan jalan
Mengoptimalkan investasi dengan cara menghemat biaya sewa
4 tahunan perangkat satelit, dikonversikan menjadi investasi peralatan
milik sendiri
11. PERMASALAHAN
Bagaimana jaringan Jembatan Timbang online diimplementasikan
1
Bagaimana cara melakukan pengukuran kinerjanya (QoS) kemudian
2 menganalisanya
Bagaimana mengetahui jaringan dan kualitas video yang dipasang
3 pada Jembatan Timbang online yang bertujuan untuk memonitoring
jenis angkutan muatan barang yang lewat
12. TUJUAN
Mengetahui dan menganalisa Quality of Service (paket loss,
1 jitter, throughput dan delay) pada radio link yang diaplikasikan
di jaringan Jembatan Timbang Online
Mengetahui kualitas videonya
2
13. BATASAN MASALAH
Koneksi antara Operation Room di Surabaya dengan 2 (dua)
1 Jembatan Timbang yaitu Trosobo dan Trowulan.
Pengukuran QoS (Quality of service) dari performansi jaringan
2 radio link Jembatan Timbang dengan hanya dibatasi pada :
packet loss, delay, jitter dan throughput
14. DASAR TEORI 1
KELEBIHAN Tx Antena Rx Antena
Clear Line of Sight
Mobilitas, fleksibilitas, mudah dalam
1 instalasinya dan menghemat biaya
untuk pengadaan kabel
Kecepatan transmisi radio Link/Wireless
2 LAN yaitu antara 1 Mbps – 11 Mbps
sedangkan satelit 19,2 Kbps – 32 Kbps.
KEKURANGAN
Hanya bisa menghubungkan dua titik Connection Not Possible
1 yang ada pada jarak pandang bebas
(line of sight)
Membutuhkan pemasangan tower
2
Membutuhkan repeater
3
15. DASAR TEORI 2
Proses yang dilakukan sebelum pengiriman data dari sender ke receiver
1
2
3
4
5
6
16. Jenis Antena dan Kamera Doom
Antena GRID Tipe NM100
Frekuensi 2,4 Ghz Image Size: JPEG VGA (640 x 480),
QVGA (320 x 240),
QQVGA (160 x 120)
18. KONFIGURASI LAN
♣ Konfigurasi LAN antara JT Trososbo
dan JT Trowulan dengan Operation
Romm
Sebagai pusat server
pengendalian &
monitoring seluruh JT
se Jawa Timur
♣ Konfigurasi LAN di Jembatan Timbang ♣ Konfigurasi LAN di Operation
Room
19. METODELOGI PENGUKURAN DAN PENGAMBILAN DATA
DARI LOKASI JT KE OPERATION ROOM
Software Wireshark
Dijalankan
Softweare Remote
Administrator v2.1
Dijalankan
NEXT
20. HASIL DATA DARI WIRESHARK
Pengiriman paket pertama
Pengiriman paket ke dua
IP Penerima IP Pengirim
Waktu pengamatan paket
DELAY JITTER THROUGHPUT PAKET LOSS
BACK
21. HASIL MONITORING JT TROWULAN
LOKASI JT TROWULAN LOKASI OP MELALUI RADIO LINK
23. KESIMPULAN 1
Pada JT Trowulan
1 Rata-rata delay tertinggi = 0.0353524 ms pada ujicoba 2
Waktu pengamatan = 13:49:55.179579 WIB - 15:24:45.472235 WIB
Rata-rata Jitter = 0.034225 ms pada ujicoba 2
waktu pengamatan = 13:49:55.179579 WIB - 15:24:45.472235 WIB
Rata-rata Throughput = 6176.061802 Kbps pada ujicoba 1
waktu pengamatan = 10:29:53.806646 WIB - 11:09:24.709976 WIB
Pada JT Trosobo
2 Rata-rata delay tertinggi = 0.0051988 ms pada ujicoba 2
Waktu pengamatan = 13:10:55.607339 WIB - 14:00:53.562697 WIB
Rata-rata Jitter = 0.008211 ms pada ujicoba 1
waktu pengamatan = 10:09:27.265755 WIB - 10:48:45.582469 WIB
Rata-rata Throughput = 69858.237286 Kbps pada ujicoba 2
waktu pengamatan = 13:10:55.607339 WIB - 14:00:53.562697 WIB.
24. KESIMPULAN 2
3 Masih dibawah standar nilai maksimal yang diperbolehkan ITU-T G1010
untuk komunikasi, yaitu 60 ms. Oleh karena itu aplikasi radio link tersebut
memenuhi syarat untuk menyelenggarakan komunikasi.
Paket loss yang terjadi pada Jembatan Timbang baik Trosobo maupun Trowulan
4 bernilai 0, karena jaringan radio link yang digunakan pada Jembatan Timbang
adalah point to point sehingga disebut juga Connection Oriented
Secara umum kualitas gambar yang dihasilkan pada Jembatan Timbang Trosobo (nilai
5 MOS 2.7) dan Trowulan (nilai MOS 2.9) menggunakan radio link adalah buruk karena
banyak faktor yang mempengaruhi hasil rekaman melalui radio link/wireless,
diantaranya jarak, cuaca, waktu, dan propagasinya sehingga ketajaman gambarnya
menjadi menurun.
25. S A R A N
Karena radio link Jembatan Timbang tersebut menghasilkan
1 throughput yang tinggi dan delay yang kecil untuk pengembangan
lebih lanjut perlu dilakukan pengembangan untuk komunikasi
VoIP antar Jembatan Timbang.
Untuk aplikasi video tidak hanya untuk memonitoring terhadap jenis
2 angkutan muatan barang tetapi juga memonitoring para petugas
Jembatan Timbang yang ada diruangan operator sehingga kecurangan
para petugas dapat diminimalisir.
27. Connection Oriented
Suatu jenis komunikasi antar unit dalam jaringan yang transmisinya
dilakukan pembentukan koneksi terlebih dahulu
TCP biasa disebut juga sebagai protokol berbasis connection
oriented.
Karena TCP memberikan error recovery, flow control, dan reliabilitas
untuk aplikasi dibandingkan UDP,
BACK
34. Proses Yang Dilakukan Sebelum Pengiriman Data
- Pengirim (sender) mengirimkan sinyal Synchronize terlebih
dulu ke tujuan
- Penerima (receiver) mengirimkan balasan dengan sinyal
Negotiate Connection
- Penerima mengirimkan Synchronize ulang, apa benar
pengirim akan mengirimkan data
- Pengirim membalas dengan sinyal Acknowledge dimana
artinya sudah siap untuk mengirimkan data
- Connection establish
- Kemudian segmen dikirim
35. Daya Antena
Daya yg keluar di ujung antena = power transmite – loos kabel
– Loss Konektor + gain antena
36. PEBAGIAN IP
Dimana :
• Kelas A : Menggunakan 7 bit alamat network dan 24 bit untuk alamat host. Dengan
ini memungkinkan adanya 27-2 (126) jaringan dengan 224-2 (16777214) host, atau
lebih dari 2 juta alamat.
• Kelas B : Menggunakan 14 bit alamat network dan 16 bit untuk alamat host. Dengan
ini memungkinkan adanya 214-2 (16382) jaringan dengan 216-2 (65534) host, atau
sekitar 1 juga alamat.
• Kelas C : Menggunakan 21 bit alamat network dan 8 bit untuk alamat host. Dengan
ini memungkin adanya 221-2 (2097150) jaringan dengan 28-2 (254) host, atau sekitar
setengah juta alamat.
• Kelas D : Alamat ini digunakan untuk multicast
• Kelas E : Digunakan untuk selanjutnya.
Kelas A digunakan untuk jaringan yang memiliki jumlah host yang sangat banyak.
Sedangkan kelas C digunakan untuk jaringan kecil dengan jumlah host tidak sampai 254.
sedangkan untuk jaringan dengan jumlah host lebih dari 254 harus menggunakan kelas B.
37. UDP
Lapisan UDP merupakan sebuah transport layer yang berkomunikasi
dengan IP layer. Protocol TCP/IP merupakan kombinasi protocol TCP di atas protocol
IP. UDP berperan sebagai fungsi ekivalen TCP yang memberikan servis di atas
protocol IP.
Lapisan UDP tidak memiliki sambungan dan tidak memberikan jaminan
pengirimanan paket data. Tapi mengapa servis ini kok berguna ? Jawabannya adalah
ada dua palikasi Internet yang memakai servis UDP yaitu SNMP (simple network
management protocol) dan NFS (network file system).
Lapisan UDP memakai algorima pengecekan untuk memberikan integritas
paket data yang diterima. Lapisan UDP juga membuat servis model layer OSI melalui
penggunaan port. Setiap nomor port mencirikan sebuah servis khusus yang diberikan
melalui host host, seperti SNMP yang memakai port 161. Bagaimana sebuah host
mengetahui kalau sebuah port digunakan oleh sesuatu servis ? Angka port biasanya
merupakan hasil persetujuan dari komunitas pengembang software servis khusus
yang kemudian diregistrasi untuk pemakaian di Internet. Dalam hal ini port 161 sudah
diketahui masyarakat sebagai angka port yang telah terdaftar dan digunakan untuk
servis SNMP.