1. KESEHATAN LINGKUNGAN DAN KESEHATAN KERJA
Peran Serta Masyarakat Dalam Penanganan Sampah
Untuk Meningkatkan Mutu Lingkungan
(Disusun Oleh : Purdiyanto, SKM, MM, MKM)
BAB I
PENDAHULUAN
Dewasa ini masalah sampah merupakan salah satu masalah serius dalam
lingkungan hidup diseluruh dunia dan kaitannya sangat erat dengan kehidupan
manusia sehari-hari. Semua orang tidak bisa terlepas dengan masalah sampah,
sebagai pihak yang menghasilkan sampah. Maka boleh dikatakan masalah sampah
adalah masalah persepsi masyarakat mengenai sampah.
Dengan makin bertambahnya jumlah penduduk makin bertambah pula
volume sampah yang dihasilkannya. Dengan demikian, perlu lebih banyak tempat
pembuangan akhir (TPA). Ironosnya, jumlah penduduk yang semakin bertambah
justru mengurangi TPA karena konservasi lahan menjadi daerah pemukiman,
sementara penduduk atau pemerintah daerah kurang menaruh perhatian terhadap
masalah sampah tersebut. Keadaan tersebut diperburuk oleh kemajuan yang tidak
hanya menghasilkan jumlah sampah yang makin besar volumenya, tapi juga sifat
(characteristic) yang makin berbahaya.
Di negara-negara maju, kebanyakan sampah diolah dengan dibakar, supaya
meminimalkan volume sampah yang menuju ke TPA. Akan tetapi negar-negar
sedang berkembang seperti Indonesia, biasanya sampah yang dikumpulkan hanya
dibuang ke TPA tanpa diolah terlebih dahulu.
Penanganan sampah perkotaan pada prinsipnya adalah membersihkan kota
dari sampah yang dihasilkan dan mengamankan sampah tersebut di pembuangan
akhirnya agar tidak mencemari lingkungan. Sampah merupakan suatu penyakit
kronis, semakin lama akan semakin membahayakan. Semakin dini dilakukan upaya
penanggulangan masalah sampah maka semakin mudah dan murah (biaya).
2. 2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Dasar Mengenai Sampah, Daur Ulang dan Pemulung
1. Sampah
a. Sampah dan Limbah
Dilihat dari wujudnya, limbah dapat berupa padatan, cairan atau gas,
sedangkan sampah hanya berupa padatan atau setengah padatan.
Berbeda dengan sampah, limbah memerlukan pengelolaan khusus agar
tidak mencemari lingkungan.
b. Jenis-jenis Sampah
Sampah dapat dibagi menjadi 4 macam berdasarkan sumbernya, yaitu :
1) Sampah Rumah Tangga
Sampah yang berasal dari kegiatan rumah tangga.
2) Sampah Komersial
Sampah yang berasal dari kegiatan komersial seperti pasar,
pertokoan, rumah makan, tempat hiburan, penginapan, bengkel, kios
dan sebagainya. Demikian pula dari institusi seperti perkantoran,
tempat pendidikan, tempat ibadah, dan lembaga-lembaga komersial
dan nonkomersial lainya.
3) Sampah Bangunan
Sampah yang berasal dari kegiatan pembangunan termasuk
pemugaran dan pembongkaran suatu bangunan berupa semen, kayu,
batu bata, genting dan sebagainya.
4) Sampah Fasilitas Umum
Sampah yang berasal dari pembersihan dan penyapuan jalan, trotoar,
taman lapangan, tempat rekreasi dan fasilitas umum lainnya.
Sampah yang berasal dari kegiatan rumah tangga dapat terdiri dari
bermacam-macam jenis sampah yaitu :
1) Sampah Basah
3. 3
Sampah yang terdiri dari bahan-bahan organik yang mudah
membusuk.
2) Sampah kering
Sampah yang terdiri dari logam dan sampah kering non logam.
Sampah plastik termasuk sampah kering ini.
3) Sampah Lembut
Debu, penggergajian kayu, sisa pembakaran kayu, sampah rokok
dan sebagainya.
4) Sampah Besar
Sampah yang terdiri dari buangan rumah tangga yang besar-besar,
seperti lemari, kulkas, televisi dan sebagainya.
2. Daur Ulang
Daur ulang atau Recycling adalah proses pengembalian suatu produk yang
sudah dipakai atau sisa ke dalam siklus produksi. Dengan kata lain produk
yang sudah dipakai mestinya dibuang dipakai lagi. Daur ulang dibedakan
menjadi 3 jenis :
a. Menggunakan ulang (Reuse)
Menggunakan kembali suatu produk untuk bertujuan yang sama,
misalnya tabung gas, botol dan sebagainya.
b. Menggunakan lagi (Reutilization)
Menggunakan buangan untuk keperluan yang berbeda dari konsep awal.
Untuk itu diperlukan perlakuan fisi, kimia atau biologis misalnya
mengubah dari bekas menjadi granulat sebagai bahan pengisi materi
bangunan atau menjadi sandal.
c. Mendapatkan bahan dasar kemblai (Recovery)
Misalnya mendapatkan bahan dasar lagi dari peleburan mobil bekar.
Keterbatasan sumber daya alam, pelestarian lingkungan, penghematan
energi, penghematan biaya dan penerimaan masyarakat merupakan faktor
yang sangat menentukan terselenggaranya program recyling.
3. Pemulung
4. 4
Pemulung berasal dari bahasa Sunda yaitu “mulung” yang berarti
memungut sesuatu barang, sedangkan pemulung adalah orang yang
memungut suatu benda/barang.
Menurut jenis sampah yang dikumpulkan, pemulung terbagi dalam:
a. Pemulung puntung rokok
b. Pemulung rongsokan
c. Pemulung sambilan
Dalam masyarakat internasional, pemulung dikenal sebagai
scanvenger. Scanvenger menjadi terkenal di dunia, karena adanya insiden
tanah longsor di Smoky Mountain manila Filipina. Smoky Mountain ini
juga dikenal sebgai kampung kumuh terbesar di Asia (seluas 29 hektare).
Sejak tahun 1954, suatu daerah yang terletak di sebelah utara kota
Manila di tetapkan sebagai TPA. Selama itu, ditempat tersebut ditumpuh
sampah sehingga menjadi gunung sampah seluas 21 hektar denga tinggi 30
meter. Karena ga dari sampah selalu terbakar dan mengeluarkan asap,
dinamakan smoky Mountain.
Daerah tersebut dihuni oleh lebih dari 3.000 keluarga (21 ribu
orang). Mereka mencari barang-barang yang dapat dijual seperti botol kaca,
aluminium dan besi dari sampah yang dibawah oleh truk. Mereka itulah
yang dinamakan scavenger.
Pemerintah Filipina menganggap daerah ini sebagai daerah yang
memalukan. Oleh karena itu, sejak tahun 1994, pemerintah mengeluarkan
larangan membaung sampah di daerah tersebut. Hal ini menyebabkan
konflik antara pemerintah dan penghuni. Akhirnya pada tanggal 27
Nopember 1995, pemerintah mengeluarkan perintah untuk mengosongkan
daerah itu. Orang-orang yang diusir dari smoky mountain pindah ke
perumahan yang disediakan pemerintah, namun pada Januari 2000, kira-
kira 60% dari penduduk itu hidup sebagai pemulung di TPA yang ada di
sebelah Smoky Mountain.
5. 5
BAB III
HASIL OBSERVASI DAN EVALUASI SERTA PEMBAHASAN
A. Hasil Observasi dan Evaluasi
Kota Jambi merupakan salah satu kota yang sedang mengalami
perkembangan. Hal ini dapat dilihat semakin padatnya kendaraan pada jalur lalu
lintas. Berkembangnya komplek-komplek perubahan dan semakin luasnya daerah
pemukiman yang dibuka didekat pinggiran kota. Dengan jumlah penduduk 500.000
jiwa dan dengan asumsi penghasilan sampah 2-3 l/orang/hari maka dapat
diperkirakan jumlah sampah yang dihasilkan dalam satu hari sebesar 1.500.000
l/hari atau 1.500 m3.
Penanganan sampah dilakukan melalui system pengelolaan yang terdiri dari
:
1. Pengumpulan dari timbulan baik dari rumah tangga, tempat umum, perkantoran
dan pertokoan serta kawasan industri.
2. Pengangkutan dari tempat pengumpulan ke tempat pengolahan/tempat
pembuangan akhir.
3. Pengolahan, yaitu memproses sampah menjadi bernilai ekonomis berupa :
pembuatan kompos, pengecilan volume, dan pemanfaatan hasil pengolahan.
4. Pembuangan akhir.
Dalam penanganan sampah, aspek pembiayaan merupakan faktor yang
menentukan terhadap keberhasilan. Komponen utama dalam pembiayaan
pengelolaan sampah meliputi biaya pengadaan kendaraan pengangkutan (truk dan
gerobak), operasional dan perawatan kendaraan, tenaga kerja (sopir, penyapu jalan,
pengangkut sampah, pengawas dan pegawai administrasi) serta sistem pembuangan
akhir sampah. Jumlah kendaraan dan tenaga kerja sangat tergantung dari luasnya
lokasi dan volume sampah yang dikelola serta kondisi TPS (Tempat Pengumpulan
Sementara)
Penyusunan rotasi jadwal pengangkutan sampah yang tepat dapat menjamin
terangkutnya semua sampah tepat pada waktunya, sampah yang tidak berserakan
6. 6
akan mempermudah tenaga pengangkut untuk melaksanakan pengosongan dan
pembersihan TPS dari tempat sampah, adanya pemisahan antara sampah organik
dengan sampah non-organik akan meningkatkan efisiensi dan efektifitas
pembuangan akhir sampah.
Masyarakat sebagai penghasil sampah mempunyai kemampuan untuk
menekan biaya penangangan sampah kota melalui beberapa tindakan dan kegiatan
yang sederhana yang dapat dilakukan di tiap rumah tangga. Ketertiban dan
kedisiplinan masyarakat didalam pembuangan sampah seperti memisahkan sampah
basah dan sampah kering dan membuang sampah pada tempatnya (TPS) tidak
berserakan.
Upaya memperkecil pengelolaan sampah yang baik perlu melibatkan
masyarakat sehingga akan didapatkan efisiensi dan ketepatan dalam pengelolaan
sampah. Penanganan sampah yang buruk akan berdampak terjadinya perubahan
iklim, hal ini terutama diakibatkan oleh kebakaran sampah, gas Metana (CH4),
pengaruh terhadap kesehatan berupa penyebaran penyakit menular, gangguan
pernapasan akibat dari kualitas udara yang rendah dan lain sebagainya.
B. Pembahasan
Berdasarkan pola penanganan sampah yang dilakukan pada daerah
perkotaan bahwa tanggung jawab pengelolaan sampah adalah menjagi tanggung
jawab pemerintah daerah (PEMDA), untuk itu PEMDA berkewajiban untuk
melaksanakan :
1. Perbaikan manajemen serta peraturan daerah.
2. Promosi dan meningkatkan peran serta masyarakat
3. Mengembangkan program persampahan sesuai dengan kondisi daerah masing-
masing demi terciptanya lingkungan bersih dan sehat.
4. Exploitasi dan pemeliharaan peralatan persampahan secara terus menerus
dengan penuh tanggung jawab, antara lain berkaitan dengan besarnya investasi
yang tertanam dalam sarana persampahan.
Dalam penanganan persampahan hendaknya pihak PEMDA melibatkan
masyarakat khususnya dari segi teknis pengumpulan dan pengelolaan setempat.
7. 7
Masalah utama dibidang persampahan yang dewasa ini umum dihadapi diberbagai
kota di Indonesia adalah :
1. Aspek teknis/fisik
Keterbatasan kemampuan PEMDA dalam menyediakan sarana fisik untuk
memenuhi tingkat pelayanan sesuai peningkatan jumlah sampah yang
dihasilkan penduduk dari waktu ke waktu berkaitan dengan tata ruang kota dan
memberikan dampak pada lingkungan seperti gangguan adanya lalat dan
estetika sehingga banyaknya TPA dan pengelola yang didemo bahkan sampai
berakibat anarkhi oleh masyarakat.
2. Aspek Pengelolaan
Menyangkut keterbatasan PEMDA dalam melaksanakan pengelolaan seperti
masalah organisasi tenaga kerja dan pendanaan.
Kasus-kasus yang dijumpai pada penanganan sampah yang berhubungan
dengan pengelolaan adalah :
a. Belum baiknya planning dan programming jangka pendek maupun jangka
panjang.
b. Retribusi yang terkumpul pada umumnya sangat terbatas tidak sebanding
dengan biaya operasional dan pemeliharaan.
3. Aspek Sosial
Menyangkut keterbatasan pengetahuan dan kesadaran masyarakat dalam
berperan serta selaku warga kota dan sekaligus penghasil sampah, yang
memiliki hak dan kewajiban dalam menikmati serta mendukung pelayanan kota
hal ini dengan sendirinya mengakibatkan rendahnya tingkat pelayanan
perkotaan, sehingga sampah menumpuk akibat tidak terangkut.
4. Aspek Pengaturan Hukum
Menyangkut kurang lengkapnya peraturan yang ada atau telah kedaluwarsa dan
tidak tegasnya sanksi sehingga peraturan tersebut menjadi mandul.
5. Aspek Lingkungan.
Menyangkut dampak negatifnya dari masalah sampah terhadap lingkungan
perkotaan, seperti adanya banjir dan bau.
8. 8
BAB IV
SARAN DAN REKOMENDASI
A. Dari permasalahan diatas maka penangan sampah merupakan bagian dari
tanggung jawab masyarakat dan terletak pada komitmen pemerintah kota atau
kabupaten. Adapun konsep dasar penanganan sampah mencakup dari aspek :
1. Aspek Teknis/Fisik
a. Penetapan standar pelayanan, sehingga adanya dukungan dan peran
serta masyarakat.
b. Pemilihan teknologi tepat guna, mudah dilakukan pemanfaatan dan
bernilai ekonomis.
c. Perencanaan prasarana fisik sesuai dengan master kota yang
berwawasan lingkungan.
2. Aspek Pengelolaan
a. Komitmen dari pemerintah kota atau kabupaten dalam pengelolaan
b. Pembinaan mekanisme dan pengelolaan dengan konsep manajemen
yang baik
c. Penetapan organisasi dan prosedur.
d. Pembinaan tenaga kerja yang terampil dan produktif.
e. Penggalian sumber dana dan pembinaan system pembiayaan.
3. Aspek Sosial
a. Penyuluhan pada masyarakat yang terprogram dengan baik dan terus
menerus
b. Penciptaan iklim pengelolaan kebersihan yang terpadu dengan kegiatan
masyarakat.
c. Peran serta dan dukungan masyarakat.
4. Aspek Pengaturan Hukum
a. Melengkapi peraturan yang dibutuhkan sehingga dapat dijadikan dasar
hukum yang tegas.
b. Enforcement dari peraturan.
9. 9
5. Aspek Swadaya Masyarakat
a. Pembinaan sector formal instansi pemerintah dan swasta berperan
dalam pengelolaan sampah.
b. Pembinaan sector informasi, karang taruna dan organisasi masyarakat.
6. Aspek Lingkungan
a. Pembinaan kesehatan masyarakat, dengan melakukan penyuluhan
b. Penyehatan lingkungan pemukiman, perbaikan dan peningkatan sarana.
B. Boleh dikatakan masalah sampah adalah masalah persepsi masyarakat
mengenai sampah, maka dalam upaya mengatasi masalah sampah, salah satu
upaya yang penting adalah merubah persepsi masyarakat terhadap sampah dan
menimbulkan kesadaran peran serta masyarakat dalam penanganan sampah.
Kelompok masyarakat dan swasta yang terlibat dalam penanganan sampah
adalah:
1. Konsultan
Konsultan menangani perencanaan, perencanaan ini meliputi perencanaan
sampah pada jangka panjang tidak hanya jangka pendek seperti dalam
pembebasan lahan jangan berorientasi pada jangka pendek sehingga
beberapa tahun kondisi di TPA bermasalah akibat keresahan (gangguan bau
dan lalat)
2. Sector swasta adanya keterlibatan sector informal dalam mengumpulkan
sampah memperdagangkan dan memanfaatkan barang-barang bekas. Para
pemulung (scavengers) mereka dari berpendidikan rendah sampai dengan
pendidikan menengah, bekerja dari pagi bahkan ada yang bekerja sampai
dengan jam 21.00 WIB mengumpulkan barang bekas, rata-rata pendapatan
mereka berkisar antara 30.000 – 60.000 perhari dan mereka menjual kepada
perantara atau pembeli lain, suatu bentuk lapangan kerja dan perlu
dilakukan pembinaan tentang dampak sampah terhadap kesehatan.
3. Sangat penting pula dalam dukungan masyarakat yang sudah ada dewasa
ini kegiatan pengumpulan sampah melalui koordinasi RT atau organisasi
kemasyarakatan dan karang taruna disamping adanya peran swasta dalam
10. 10
teknis operasional penanganan persampahan juga peran swasta dalam
pembiayaan.
4. Pertokoan yang ada hendaknya menyediakan tempat penampungan sampah
sementara baik individual atau kelompok dan pihak pedagang juga
menangani pengelolaan seperti sampah diadakan pemisahan antara sampai
organic dan anorganic.
11. 11
BAB V
KESIMPULAN
A. Dari keseluruhan aspek pengelolaan sampah mencakup aspek teknis/fisik,
pengelolaan, social peraturan / hukum, swadaya masyarakat dan lingkungan
yang dapat diserahkan kepada pihak swasta aspek teknis operasional dari
system pengelolaan persampahan tetap ditangani oleh PEMDA yang perlu
menjamin bahwa hasil restribusi secara optimal dipergunakan untuk mengelola
seluruh tahap dalam pengelolaan sampah.
B. Agar peran serta masyarakat dapat optimal hendaknya masyarakat telah
mengelola sampah dirumah masing-masing dengan cara mengemas sampah dan
memisahkan antara sampah basah dan kering atau sampah organic dan
anorganic, sehingga petugas pengumpul dari segi waktu lebih efisien.
C. Agar pelaksanaan pengelolaan sampah lebih efisien maka dilakukan kegiatan
seperti :
1. Kegiatan sub system pengumpulan, hendaknya mengaktifkan kembali peran
RT dengan memakai mekanisme swadaya masyarakat.
2. Sub system angkut, kegiatan yang berjalan sekarang melalui pihak swasta
dapat dipetahankan.
3. Sub sistem pembuangan akhir, dapat diserahkan kepada pihak swasta atas
dasar perhitungan nilai ekonomis.
4. Pada penataan dan penentuan lahan TPA hendaknya dalam pembebasan
bukan hanya sesuai dengan kebutuhan. Pembuangan sampah jangka pendek
tetapi pembebasan memperhatikan aspek akan bermunculannya pemukiman
baru sehingga TPA menjadi masalah dengan masyarakat yang ada di
sekitarnya, metode pembuangan yang baik adalah sanitary landfill.
5. Hendaknya para pengusaha yang memusnahkan sampah dari produk yang
sudah kadarluarsa lebih memikirkan akibat dari produk yang dibuang ke
TPA apabila diambil oleh pemulung dan dijual kepada oknum diganti
kemasan sehingga merugikan terhadap kesehatan masyarakat.
12. 12
DAFTAR PUSTAKA
Dit. Jen. Cipta Karya, Departemen PU. Persampahan, Petunjuk Penyusunan
Perencanaan Teknis dan Manajemen. Jakarta : Sub. Dit. Persampahan
Direktorat PLP. Departemen PU.
Journal Teknik. Penyehatan Persamaan Perkotaan, Analisa dan Fakta, Edisi Mei
1988. Jakarta : Penerbit Resmi Ikatan Ahli Teknik Penyehatan Indonesia,
1988.
Office Four (http://www4.justnet.ne.ip/offifour/smoky.htm)
Pusat Penelitian Sumberdaya Manusia dan Lingkungan. Kumpulan Makalah
Lokakarya Pengembangan Pengelolaan Limbah Sebagai Sumber Daya.
Jakarta : Pusat Penelitian Sumberdaya Manusia dan Lingkungan, 1986.
Retno Soetaryono. Masalah Penanganan Sampah Perkotaan, Suatu Tinjauan
Sosial Ekonomi. Jakarta : Pusat Penelitian Sumberdaya Manusia dan
Lingkungan Universitas Indonesia, 1988.
Sri Martiningsih. Pengaruh Organisasi Usaha Pemulung Terhadap Kerja
Pemulung / Studi Kasus : di Lokasi Pembuangan Akhir (LPA) Sampah
Cakung Cilincing, Jakarta : 1990.
Widyatmoko. Sintorini. Menghindari, Mengolah dan Menyingkirkan Sampah,
Jakarta : PT. Dinastindo Adiperkasa Internasional, 2002.
Yudistira Garna dkk. Masyarakat Sampah di Bandung. Bandung : PSLH, 1982.