SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 114
FILSAFAT PENDIDIKAN
OLEH
PROF. DR. MUHMIDAYELI, M.AG
DESKRIPSI MATA KULIAH
• Mata kuliah ini memberikan diskusinya tentang berbagai
problem yang berkenaan dengan pendidikan Islam melalui
pendekatan filsafat praktis guna untuk mencarikan
pemecahannya secara mendalam, sistematis, logis,
metodis dan komprehensif, sehingga terbentuk
pengetahuan ideal tentang pendidikan Islam. Oleh karena
itu, diskusi-diskusi penting dalam mata kuliah ini mencakup
permasalahan tentang konsepsi manusia, pendidikan dan
nilai dalam konteks Islam sebagai pemahaman awal yang
akan menjadi landasan bagi pemikiran system strategi dan
tehnik pendidikan yang dapat ditempuh untuk
mengembangkan sumber daya insaniah. Ini juga
memperkenalkan aliran-aliran dan tokoh-tokoh dalam
filsafat pendidikan sebagai model berpikir filsafat dalam
memecahkan masalah-masalah pendidikan.
TUJUAN
“ Mata kuliah ini bertujuan untuk melatih
mahasiswa berpikir logis, sistematis dan
mendalam tentang masalah-masalah yang
berhubungan dengan pendidikan Islam,
sehingga memiliki pemahaman yang tajam
dan terlatih menggunakan tata pikir filsafat
untuk melahirkan pemikiran yang kreatif,
konstruktif dan inovatif tentang pendidikan
Islam.”
TOPIK INTI
I.

Pengertian, Kegunaan Filsafat
Pendidikan
II. Objek, Sumber dan Ruang Lingkup
Filsafat Pendidikan
III. Hakikat dan Kedudukan Manusia di
Dunia
sambungan
IV.

Pengetahuan dan Nilai dalam ragam Aliran Filsafat
A.Nilai dan Pendidikan
B.Etika dan Pendidikan
C.Estetika dan Pendidikan
D.Strategi Pembinaan Nilai

V.

Teori-Teori Pengembangan Sumber Daya Manusia
A.Teori Pengembangan SDM dalam Islam
B.Idealisme
C.Rasionalistis
D.Realisme
E.Pragmatisme-Eksprimentalisme
F.Eksistensialisme

VI.

Aliran-Aliran dalam Filsafat Pendidikan
A.Progresivisme
B.Essensialisme
C.Perenialisme
D.Rekonstrusionisme
E.Tradisionalisme
F.Rasionalisme
G.Neo-rasionalisme
H.Neo-tradisionalisme
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•

REFRENSI POKOK
Kingsley Price, Education and Philosophical Thought
John S. Brubacher, Modern Philosophy of Education, Mc.Graw Hill Publishing
Company, New York, 1978.
George F. Kneller, Introduction To The Philosophy of Education, John Wiley &
Sons, Inc, New York, 1971.
Muhmidayeli, Pemuikiran Etika J.J.Rousseau dan Ibn Miskawaih, Suska Press,
Pekanbaru, 2000
Muhmidayeli, Filsafat Pendidikan Islam, Adtya, Yogyakarta, 2005
Muhmidayeli, Teori-Teori Pengembangan SDM, PPs UIN Suska, Pekanbaru,
2007
Muhmidayeli et al., Membangun Paradigma Pendidikan Islam, PPs UIN Suska
Press, Pekanbaru, 2007
Zuhairini, Filsafat Pendidikan Islam, Bumi Aksara, Jakarta, 1992.
Al-Syaibany, Omar Muhammad al-Toumy, Falsafah Pendidikan Islam, Bulan
Bintang, Jakarta, 1979.
`Ali Khalil Abu al-`Ainain, Falsafah al-Tarbiyah al-Islamiyah fi al-Qur’an alKarim, Dar al-Fikr al-`Arabiy, 1980
Imam Barnadib, Filsafat Pendidikan Sistem dan Metode, Andi Offset,
Yogyakarta, 1990.
Imam Barnadib, Ke Arah Perspektif Baru Pendidikan, Dep. Pendidikan dan
Kebudayaan, Direkto0rat Perguruan Tinggi, Jakarta, 1988.
Titus, H. Hornorld, dkk., Persoalan-Persoalan Filsafat, Terj. Rasyidi, Bulan
Bintang
REFRENSI PENUNJANG
•

Sir Thomson Gudfrey, A Modern Philosophy of Education, George Allen & Unwin,
London, 1975.

•

Uyoh Sadullah, Pengantar Filsafat Pendidikan, Al-fabeta, Bandung, 2003.

•

Hasan bin `Ali al-Hijaziy, Manhaj Tarbiyah Ibn Qayyum, edisi terjemahan, Pustaka,
Bandung, 2001.
Zulkarnaini, Filasafat Pendidikan Islam, Bumi Aksara, Jakarta, 1991.
Richard Pratte, Contemporary Theories of Education, Educational Publishers, Scranton,
1971.
Sayyed Husein Nasr, Tradisional Islam in The Modern World, Terj. Lukman Hakim,
Pustaka, Bandung.
………. Knowledge and The Sacred, Terj. Suharsono, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1997.
Jalaluddin dan Abdullah Idi, Filsafat Pendidikan, Gaya Media Pratama, Jakarta, 1997.
B.Hamdani Ali, Filsafat Pendidikan,, Kota Kembang, Yogyakarta, 1993.
Arthur K. Ellis dkk., Introduction To The Foundations of Education, Prentice Hall, New
Jersey, 1986.
Joe Park, Selected Reading in the Philosophy of Education, Mac Millan Publishing, Co.
Inc., New York, 1974.
Theodore Bramel, Philophies of Education in Cultural Perspektive, HO. It Renehart and
Wiston, 1955.
Muhammad Iqbal, Asrar I Khudi, Terj. Bahrum Rangkuti, Bulan Bintang, Jakarta, t.t.
Muhammad Iqbal, The Reconstruction of Religious Thought in Islam, Terj. Ali Audah dkk.,
Tinta Mas, Jakarta, 1966.
John Dewey, Budaya dan Kebebasan, Terj. A.Rahman Zainuddin, Yayasan Obor
Indonesia, 1998.
Steven M. Chan (ed), New Studies in The Philosophy of John Dewey, The University
Press of New England, New Hamesphire, 1977.

•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
STRATEGI PEMBELAJARAN
• 1.Metode
• Metode yang digunakan dalam pembelajaran mata kuliah
ini adalah metode diskusi/dialog yang diaksentuasikan
model berpikir filsafat. Penekanaan penggunaan metode
dengan memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada
mahasiswa untuk mengembangkan pola berpikir analisiskritis, kreatif, reflektif dan inovatif terhadap berbagai
problem pendidikan.
• 2. Media
• Untuk membantu pelaksanaan pembelajaran selain
menggunakan media yang lazim digunakan di kelas, juga
dengan menggunakan LCD Proyektor.
EVALUASI
• Evaluasi yang digunakan adalah dengan
menggunakan
tes lisan, tulisan, dan studi kasus.
Pengertian, Kegunaan, dan Ruang
Lingkup Filsafat Pendidikan
FILSAFAT?

Kata filsafat berasal dari kata philosophia (bahasa Yunani) yang
terdiri dari kata philo yang berarti cinta dan kata sophia yang
berarti hikmah, kebijaksanaan, keputusan ataupun pengetahuan
yang benar.
Filsafat bukanlah hikmah atau kebijaksanaan itu sendiri, tetapi
lebih pada cinta akan kebijaksanaan yang tentu ditunjukkan pada
upaya hati-hati dan serius seseorang dalam menggunakan daya
pikirnya guna untuk meraih kebenaran dan kebaikan sejati.
Berfilsafat adalah upaya berpikir dan bertindak dengan
menggunakan rasio sebagai instrumen utama untuk mengetahui
secara murni berbagai realita dan nilai-nilai dalam hidup dan
kehidupan manusia dan segala sesuatu yang ada dan mungkin
ada di dunia ini.
Makna Filsafat
• Filsafat adalah suatu proses berpikir logis,
kritis dan sistematis tentang segala realitas
yang ada dan yang mungkin ada yang akan
menjadi sikap dan keyakinan yang sangat
dijunjung tinggi oleh subjeknya.
• Filsafat adalah upaya yang dilakukan
seseorang untuk mendapatkan pemahaman
dan gambaran makna yang jelas dan benar
tentang sesuatu dalam keseluruhan
hakikatnya.
Sambungan
• Filsafat adalah analisis yang diarahkan untuk
mencari makna kata dan kalimat dalam suatu
pemikiran, sehingga ditemukan apa yang
dikehendaki oleh pemikirnya.
• Filsafat adalah upaya sungguh-sungguh untuk
memahami berbagai persoalan yang ada dalam
keseluruhan realita.
• Filsafat adalah mencari jawaban atas berbagai
problema yang menjadi perhatian khusus
manusia dalam kehidupannya.
Fils. Pendidikan?
• Upaya filosofis diarahkan pada suatu bidang
kajian yang dalam hal ini adalah problem
kependidikan sebagai sebuah realitas.
• Upaya kependidikan tidak lain adalah usahausaha terprogram dan sistematis yang dilakukan
seseorang atau sekelompok orang kepada
orang lain agar kapasitas dan abilitas dasarnya
dapat meningkat secara kontinus dan terkontrol
melalui proses pembelajaran, sehingga potensipotensi yang dimilikinya pun dapat berkembang
sesuai kodrat kemanusiaannya.
Sambungan
• filsafat pendidikan mengandung makna
berpikir kritis, sistematis dan radikal
tentang berbagai problem kependidikan
guna pencarian konsep-konsep dan
gagasan-gagasan yang dapat
mengarahkan manusia dalam rancangan
yang integral agar pendidikan benar-benar
dapat menjawab kebutuhan masyarakat
dalam rangka kemajuan-kemajuan.
Definisi Para Ahli
• Omar Muhammad al-Toumy al-Syaibany
menyebutkan, bahwa Filsafat Pendidikan adalah
pelaksanaan pandangan filsafat dan kaedahkaedah filsafat dalam bidang pengalaman
kemanusiaan yang disebut dengan pendidikan.
• M. Arifin M.Ed mengemukakan bahwa Filsafat
pendidikan adalah upaya memikirkan
permasalahan pendidikan.
• Ali Khalil Abu al-`Ainain mengemukakan pula,
bahwa filsafat pendidikan adalah upaya berpikir
filosofis tentang realitas kependidikan dalam
segala lini, sehingga melahirkan teori-teori
pendidikan yang beguna bagi kemajuan aktivitas
pendidikan itu sendiri.
Kegunaan
• Meletakkan kualitas pendidikan bukan
tugas ringan. Pengambil kebijakan
pendidikan mesti menerapkan berpikir
filsafat untuk menetapkan suatu
keputusan agar segala aktivitas yang akan
dilakukan dunia kependidikan benar-benar
menjawab persoalan dan kebutuhan
manusia pada masanya dan masa
generasinya.
sambungan
• Upaya filsafat pendidikan merupakan
sesuatu yang tidak dapat dilepaskan dari
keseluruhan proses kependidikan, baik
dalam pencarian orientasi, aplikasi
maupun evaluasi dan pengembangan.
Pendidikan dan filsafat pendidikan
merupakan dua mata uang yang menyatu
dalam satu unit yang mengikat.
OBJEK FILSAFAT PENDD.
ISLAM

REALITAS KEPENDIDIKAN
Bidang Pengembangan
Pendidikan
• Bidang Humanistic education
mengacu wilayah pengembangan
akademik, ilmu-ilmu murni dan nilainilai
• Bidang Man power education
pengembangan keterampilan dan
pengetahuan teknologik dan ilmu-ilmu
terapan

Tujuan
Isi
Metode
prosedur
Ruang Lingkup Filsafat Pendidikan
•
•
•
•
•
•
•
•

Hakikat manusia ideal sebagai acuan pokok bagi pengembangan
dan penyempurnaan.
Hakikat tujuan kependidikan Islam sebagai arah bangun
pengembangan pola pendidikan.
Hakikat pendidik dan anak didik sebagai subjek-subjek yang
terlihat langsung dalam pelaksanaan proses edukasi.
Hakikat pengetahuan dan nilai sebagai aspek penting yang
dikembangkan dalam aktivitas pendidikan
Hakikat kurikulum sebagai tahapan-tahapan yang akan dilalui
dalam proses kependidikan menuju peraihan tujuan-tujuan
Hakikat metode dan strategi pembelajaran yang memungkinkan
penumbuh-kembangan potensi subjek didik.
Alternatif-alternatif yang mungkin dilalui dalam pengembangan
sumber daya manusia baik menyangkut prinsip-prinsip, metode
maupun alat-alat pendukung peraihan tujuan.
Aliran-aliran filsafat yang tumbuh dan berkembang dalam
memecahkan problem kependidikan.
Hakikat Manusia
• Manusia secara sederhana adalah makhluk Tuhan
yang unik yang bermukim di bumi dan memiliki
karakteristik tersendiri yang membedakan dirinya
dari
makhluk-makhluk
lain.
Ini
belum
menggambarkan hakikat manusia secara utuh,
karena ada banyak varian yang bersemayam
dalam sebutannya.
• Plato: manusia adalah pribadi yang tidak terbatas
pada saat bersatunya jiwa dengan raga. Jiwa dan
raga bukan diciptakan secara bersamaan. Jiwa
telah ada jauh sebelum ia muncul ke dunia,
sehingga esensi anusia adalah jiwa. Raga manusia
hanyalah sebatas instrumen bagi penyempurnaan
jiwa. Manusia lahir ke dunia telah membawa ide
kebaikan (innate idea).
Sambungan
• Aristoteles
•
manusia adalah makhluk organis yang
fungsionalisasinya tergantung pada jiwanya.
• Dengan menitikberatkan fungsi humanitas itu pada jiwa
menjadikan pandangannya berhadapan dengan
kesulitan-kesulitan ketika manusia memperlihatkan
fungsi motoriknya, padahal unsur kreativitas manusia
memiliki hubungan yang signifikan dengan daya motorik
ini.
• Rene Descartes (w. 1650 M)
•
jiwa adalah terpadu, rasional dan konsisten yang
dalam aktivitasnya selalu terjadi interaksi dengan tubuh.
Interaksi jiwa dan tubuh ini dapat mengubah makna
nafsu yang dimaknai dengan pengalaman-pengalaman
sadar yang disertai dengan emosi jasmaniah.
• Ini berarti hakikat manusia ada pada aspek kesadaran
yang eksistensinya ada pada daya intelek sebagai
hakikat jiwa.
Sambungan
• Schopenhauer mengatakan, bahwa kesadaran dan intelek
bermukim di permukaan jiwa kita, di bawah intelek itu ada suatu
kehendak yang tidak sadar yang merupakan daya kekuatan
hidup dan sifatnya abadi.
• Kehendak baginya adalah suatu kekuatan yang menggerakkan
intelek kita untuk dirinya. Karena memang kehendak dan
keinginan selalu melebihi dari apa yang dapat dilakukan dalam
alam realitas, maka hidup tentulah merupakan penderitaan, dan
di sinilah diperlukan kebijasanaan.
• Dapatkah kebijaksanaan muncul begitu saja tanpa
pendayagunaan daya intelek manusia? Jika demikian,
Schopenhauer mesti pula mengakui bahwa eksistensi manusia
adalah tarik menarik kehendak dan intelek dan bahwa hakikat
manusia ada pada kehendak dan realisasinya tergantung pada
intelek.
• Implikasinya, eksistensi manusia ada pada intelek. Inteleklah
yang menentukan humanitas manusia di dunia.
Hakikat Manusia dalam Islam
• Kata-kata ‫ السنسان‬dari asal kata ‫ =أسنس‬melihat,
mengetahui, minta izin, = kemampuan penalaran
yang tampak dari aktivitas mengamati, mencermati,
menangkap, mengidentifikasi dan menganalisis
berbagai kasus menuju pengambilan suatu
kesimpulan yang akan menjadi pelajaran dan hikmah
yang berguna bagi kehidupannya.
• Manusia mampu melihat dan membedakan mana
yang baik dan mana yang buruk, apa-apa yang benar
dan apa-apa yang salah dan dengannya dapat
membuat keputusan-keputusan yang berharga untuk
dirinya.
• Dalam konteks ini manusia harus banyak belajar,
menelaah realitas secara jujur dan konsekuen
SAMBUNGAN

• Asal katanya al-uns atau anisa yang berarti jinak
menunjukkan manusia memiliki potensi beradaptasi
dan menyesuaikan diri dengan berbagai lingkungan
realitasnya. Artnya manusia dapat mengatur, dan
dapat pula diatur.
• Manusia di sini adalah makhluk sosial yang
ditunjukkan dengan sikap ingin hidup berkelompok
dan bermasyarakat, menata kehidupan dalam suatu
komunitas, di samping juga ingin bersahabat dengan
orang lain di luar diri dan kelompoknya serta berlaku
ramah dengan lingkungan dan alam yang
mengelilinginya. Jika demikian, maka manusia dalam
konteks ini, adalah makhluk yang memiliki potensi
untuk saling menghormati, menghargai, hidup rukun,
cinta kedamaian dan keharmonisan. Perselisihan dan
pertengkaran di antara manusia adalah semacam
penyimpangan natural kemanusiaan
SAMBUNGAN

 Dari asal katanya nasiya yang berarti “lupa” menunjukkan,
bahwa adanya kaitan kesadaran diri manusia dengan
aktualisasi fungsionalnya sebagai manusia, karena manusia
yang lupa adalah manusia yang lalai, lengah dan kehilangan
kesadaran terhadap sesuatu.
 Kesadaran erat pula kaitannya dengan fungsionalitas akal,
hati dan kehendak manusia dalam memandang suatu
realitas. Oleh karena itu mesti, dibina dan dipelihara agar
tidak terjadi kelalaian, kealfaan dan kecerobohan dalam
memilih berbagai tingkah laku dalam kehidupannya.
 Dalam konteks ini terlihat bahwa al-Qur’an menunjuk
manusia di sini sebagai makhluk psikis yang memiliki
potensi ruhaniah, karena memang kesadaran diri yang
memiliki kaitan dengan fungsionalitas akal, hati dan syahwat
yang merupakan lambang ruhaniah manusia. Akal, hati dan
syahwat merupakan tiga kekuatan jiwa yang tidak dapat
dilepaskan begitu saja untuk menunjuk makna dan hakikat
manusia dalam berbagai dimensi.
Hub akal, hati dan syahwat dengan
Kebebasan
 Fungsionalitas ketiga unsur jiwa ini sangat tergantung pada aspek
kebebasan. Jadi, akal, hati, syahwat dan kebebasan merupakan hal
yang esensial dalam pengembangan humanitas manusia.
 Akal sangat berguna untuk membuat analisis factual-historisrasional guna pencarian kebenaran;
 hati untuk pemberian pengukuhan dan istiqamah dengan kebenaran
yang telah ditemukan;
 syahwat untuk memotivasi keingintahuan dan mengangkat
kecemasan-kecemasan intelektual agar gigih berjuang; dan
 kebebasan adalah untuk menetralisasi berbagai kondisi jiwa agar
tetap berada pada jalur natural. Penyimpangan dari jalur natural
menjadikan manusia zalim Dan fasiq
 firman Allah dalam surah Ali Imran ayat 86 yang mengatakan bahwa
“Allah tidak akan memberi petunjuk kaum yang zalim”.
Tugas dan Fungsi Manusia
• mu`abbid, Lihat al-Qur`an surah alDzariyat ayat 56, yang artinya: Tidak Aku
ciptakan jin dan manusia kecuali untuk
beribadah kepadaKu”
• khalīfah fī al-ardh: Lihat surah al-Baqarah
ayat 30, Shad ayat 26, al-An`am ayatb
65, dan Yunus ayat 14. dan
• `imārah fī al-ardh: Lihat surah al-Rum
ayat 9 dan Hud ayat 61
• KESEMUANYA BERDIMENSI MORAL.
Sebagai mu`abbid
manusia dituntut tidak hanya untuk
beribadah yang wajib seperti shalat, puasa,
zakat dan lain sebagainya, tetapi juga
segala aktivitas yang bernilai baik dalam
kehidupan manusia yang bertujuan untuk
mendekatkan diri pada Tuhan.
Identitas mu’abbid ada pada perwujudan
rasa syukur dan tawakkal yang terjelma
dalam peribadatan-peribadatan yang akan
menggerakkan manusia ke arah muttaqin
Yg perlu dilakukan manusia
mengembangkan sifat Tuhan yang
diberikannya kepada manusia berupa
potensi-potensi yang bersumber dari
Tuhan.
Manusia mesti mampu merefleksikan
sifat-sifat Tuhan ke dalam dirinya dan
menjadikan sifat-sifat itu aktual dalam
berbagai tindakannya.
Sebagai khalifah fi al-ardh,
manusia bertugas menata dunia agar dapat
hidup sejahtera, damai sentosa dan bahagia.
Fungsi khalifah ini tergantung pada fungsi
pertama manusia sebagai mu`abbid.
Sebagai khalifah Allah SWT di muka bumi,
manusia memegang tugas menjalankan misi
Tuhannya di muka bumi.
Manusia mesti menyadari sepenuhnya tentang
hubungan yang erat antara dirinya, Tuhan dan
alam sebagai unsur-unsur penting dalam
kekhalifahannya.
sebagai imarah fi al-ardh
 lebih berkonotasi pada pengembang ilmu
pengetahuan yang berguna bagi
kehidupan manusia, tidak saja di dunia,
tetapi juga untuk akhirat.
 manusia diperintahkan untuk senantiasa
menelaah dan menguak rahasia ciptaan
Tuhan dan mengambil hikmah dari
padanya, sehingga berbagai kebutuhan
kehidupannya dapat terisi dengan baik
dan sempurna.
Implikasi Fungsional Manusia di
dunia
bahwa tugas dan fungsi utama manusia tidak

lain menegakkan dan merealisasikan
moralitas dalam kehidupannya. Setiap
aktivitas yang dilakukan manusia mesti selalu
berdimensi moral.
Moralitas dalam hal ini dapat dikatakan
sebagai wujud dan bukti bagi kemanusiaan
manusia sebagai makhluk yang utama yang
memang diberi potensi moral.
Jika tidak ada lagi penegakan nilai-nilai moral
dalam kehidupan manusia, berarti juga
manusia telah kehilangan hal yang esensial
dalam dirinya.
Iman dan Moral
• iman sebagai realisasi ketauhidan manusia
memiliki implikasi dan konsekuensi terhadap
penegakan nilai-nilai moral yang tinggi dan mulia.
• Penumbuhkembangan perilaku moral manusia
selalu berkenaaan dengan sejauh mana ia
menyadari, bahwa perilaku itu harus ia lakukan.
• Kesadaran dalam hal ini adalah bukti nyata dari
sebuah keyakinan mendalam seseorang atas
sesuatu yang dalam bahasa agama disebut
dengan iman.
• Manusia yang menyadari bahwa dirinya, alam
jagad raya dan Tuhannya merupakan tiga bagian
yang terkait dengan segala aktivitas
kehidupannya,
Implikasi praktis dalam Pendidikan
• Pendidikan mesti bergerak pada upaya metodologisaplikatif akan pentransferan berbagai ilmu
pengetahuan dan pembentukan skill an sich yang
hakekatnya akan selalu berubah dan berkembang,
tetapi juga pada upaya pentransferan nilai-nilai moral
ke-Ilahi-an yang bersumber dari al-Qur’an dan sunah
Nabi muhamad SAW.
• Pendidikan Islam secara kategoris, tidak dapat
dilepaskan dari dimensi ke-Ilahi-an sebagai wujud dari
ketauhidannya.
• Apa pun yang dilakukan manusia termasuk persoalan
moral mesti selalu terkait dengan Allah SWT.
Raghib al-Isfahani dan juga kebanyakan filsuf muslim
mengemukakan, bahwa
manusia tersusun oleh unsur bahimah dan
malakiyan. Bahimah: syahwat badani yang biasanya
terlihat dari aktivitas-aktivitas seperti makan, minum,
nikah dan bentuk-bentuk kelezatan badan lainnya.
Malakiyan adalah potensi ruhaniah seperti hikma
`adala, jūd, `ilm, nâtiq dan fahm.
Potensi-potensi inilah yang menggerakkan manusia
untuk selalu berbuat baik untuk dirinya,
masyarakatnya dan alam semesta.
Jenis-jenis Kebutuhan Manusia
•
•
•
•
•
•
•
•
•

Kebenaran
Kebebasan berkehendak
Pendidikan
Hidup Bersosial
Bahasa
Prinsip Keseimbangan
Pengembangan Ilmu Pengetahuan
Moralitas
Seni
1. Manusia dan Kebenaran
• Manusia ketika berhadapan dengan dirinya dan di
luar dirinya, akan menempatkan dirinya sebagai
pencari kebenaran,
• Hanya manusia yang suka akan kebenaran dan
mampu mencari dan menegakkannya dalam realitas
kehidupannya di dunia.
• Manusia dalam mengembangkan pengetahuannya,
adalah ekspresi kesukaannya pada kebenaran dan
kebaikan dan bahkan menghabiskan waktunya
berhari-hari, berminggu-minggu, berbulan-bulan dan
bahkan bertahun-tahun tanpa henti hanya untuk
berjuang mewujudkan berbagai impian dan
keinginannya meraih apa yang selalu disebut dengan
kebenaran itu, walaupun penggunaannya selalu
dalam makna ganda.
• manusia dan kebenaran selalu merupakan dua yang
identik.
Fungsi Kebenaran dalam
Kehidupan Manusia
•

•
•

kebenaran indektik dengan manusia itu sendiri, maka akan
berkenaan dengan apa-apa yang berguna dan atau dapat
membantu manusia dalam menjalankan tugas dan fungsi
humanitasnya di dunia.
kebenaran berkenaan dengan unsur pragmatisasinya dalam
kehidupan nyata sehingga bersentuhan dengan persoalan
historisitas manusia.
Selain itu, kebenaran adalah sesuatu yang datang dari Tuhan,
sehingga eksistensinya tidak dapat diraih begitu saja jika hanya
dengan menempuh intres dan rasio semata, tetapi mesti juga
melalui standar pewahyuan yang sifatnya tentu akan berlaku
sepanjang sejarah manusia.
Kebenaran dalam aktivitas
humanitas
• sebagai langkah awal untuk menentuan nilai
kebaikan, SEBAB pengakuan akan kebenaran
suatu realitas akan melahirkan sebuah keyakinan
yang memaksa SUBJEK untuk memilih,
menentukan dan berupaya merealisasikannya
dalam tindakan nyata
• Kenyataan subjek memilih dan berbuat ketidakbenaran dan atau kesalahan-kesalahan, adalah
tindakan penyimpangan kemanusiaan karena
kehendak-kehendak di luar kontrol akal fitrinya, di
mana dorongan syahwiah melampaui naturalnya,
Jika manusia telah membuat sebuah kesalahan,
maka ia pun akan selalu berusaha untuk
menutupinya walaupun itu melahirkan kejahatan
dan atau kekeliruan yang jauh lebih besar dan
bahkan mungkin saja akan terjadi kejahatan
beruntun.
2. Manusia dan Kebebasan
• dalam membuat pilihan dan keputusan untuk menjalani
kehidupannya, manusia membutuhkan kebebasan
berkehendak,
• Dengan kebebasan, maka keputusan yang diambil datang
dari diri manusia yang sejati,
• tidak ada satu pun yang dapat mempertanggung jawabkan
perilakunya kecuali diri yang bebas
• Kebebasan yang dimaksudkan di sini bukanlah kebebasan
syahwiyah yang selalu memiliki kecenderungan untuk
berbuat melampaui alam natural manusia yang sejati,
• Kebebasan tetapi lebih pada yang rasional yang memang
memiliki watak kebenaran, kebaikan dan kebajikan, di mana
ketika mencari dan mengupayakan kebenaran, kebaikan dan
kebajikan itu, ia tidak dipengaruhi oleh kepentingankepentingan di luar objek kajiannya, termasuk kepentingan
dan kecenderungan dirinya sendiri.
• Kebebasan adalah jiwa independensi manusia dalam
menentukan pilihan dan sikap
Makna Kebebasan
• Kebebasan manusia ini tentu bermakna bahwa manusia mesti
mengaktualisasikan potensi humanitasnya sedemikian rupa
agar apa yang ia putuskan dan ia lakukan benar-benar didasari
oleh pertimbangan yang dapat dipertanggungjawabkan secara
syar`iy, ilmu dan moral.
• Orang-orang zalim apalagi jika ia mendustai data dan informasi
yang ada adalah orang-orang yang dalam gerak langkah
kehidupannya tidak menempatkan dirinya pada prinsip-prinsip
keadilan yang berjalan sesuai dengan gerak humanitas yang
stabil sesuai dengan hukum-hukum natural manusia yang telah
ditetapkan, sehingga tidak mungkin ia akan menemukan
kebenaran dan kebaikan untuk dirinya.
• Jadi, orang-orang yang zalim, orang-orang pendusta dan
orang-orang peingkar realitas karena lebih mengutamakan
kepentingan diri dan atau pun kelompoknya dari pada
kebenaran, kebaikan dan kebajikan yang sejati, maka mereka
itu tidak mungkin memperoleh kebenaran, kebaikan dan
kebajikan sejati yang tentu akan berguna bagi manusia dalam
mengisi kehidupannya di dunia
Urgensi Kebebasan
• Sebagai makhluk rasional, manusia memiliki pemikiran yang
lebih tepat dan benar yang akan dapat menentukan pemilihan
berbagai nilai dalam keseluruhan realitas yang dihadapinya dan
inilah karakteristik utama manusia ideal. Kualitas manusia
dalam merealisasikan fungsi dirinya seperti ini erat kaitannya
dengan pola dan caranya memilih dan menentukan moral
untuk dirinya. Hal ini menunjukkan bahwa sommun bonum
manusia sepenuhnya akan ditentukan oleh dirinya sendiri.
• Dalam surah al-Kahfi ayat 29 umpamanya, Allah SWT
menegaskan:
• “Dan katakanlah; Kebenaran itu dari Tuhanmu, maka
barangsiapa yang menghendaki (beriman) ia akan beriman dan
barangsiapa yang menhendaki (kafir) ia pun akan kafir”
Konsekuensi Kebebasan
•
•
•
•

Sebagai wujud dari kebebasan ini, memestikan manusia itu
bertanggung jawab atas apa saja yang telah menjadi pilihannya,
Ujung dari sebuah kebebasan adalah ketidak-bebasan atau
keterikatan terhadap apa yang telah dipilihnya sebagai suatu nilai.
Karena memang manusia diciptakan untuk kebaikan, “moral”, maka
meraih moral merupakan sebuah keniscayaan dalam
pengaktualisasian kebebasan
Konsekuensinya, tindakan moral erat kaitannya dengan kualitas diri
seorang individu yang tidak mungkin terlepas dari situasi dan kondisi
masyarakat yang mengitarinya, sehingga menjadikan nilai moralitas
pun bersifat relatif subjektif.

Pertanyaan penting yang muncul di sini
adalah bagaimana nilai moralitas itu
ketika dikaitkan dengan normativitas
Agama yang selalu diandaikan
sebagai sesuatu yang mapan dan
finish?
Kebenaran Mensyaratkan
Kebebasan
•

Manusia secara bebas dapat mencari dan menentukan nilai-nilai
moral untuk dirinya yang memang menjadi lambang bagi
kesempurnaannya. Adapun mengenai firman Allah SWT yang
sering menjadi dalil bagi pandangan yang berpegang pada sikap
predentinasi (keterpaksaan manusia berbuat) seperti surah al-A`rāf
ayat 101:
• “Negeri-negeri (yang Telah kami binasakan) itu, kami ceritakan
sebagian dari berita-beritanya kepadamu. dan sungguh Telah
datang kepada mereka rasul-rasul mereka dengan membawa buktibukti yang nyata, Maka mereka (juga) tidak beriman kepada apa
yang dahulunya mereka telah mendustakannya. Demikianlah Allah
mengunci mata hati orang-orang kafir”.
• Mereka ini adalah orang-orang yang zalim, pendusta dan
pengingkar. Inilah yang dimaksud dengan firman Allah seperti
dalam surah al-A`rāf ayat 101di atas, karena memang Allah
memberi hidayahnya bukan tanpa mengikuti hukum-hukum
ciptaannya seperti dalam firmanNya pada surah al-A`lā ayat 3.
3. Manusia dan Pendidikan
•

•
•
•

Sebagai hamba yang dianugerahkan kelengkapan potensi psikis berupa
akal, kesadaran, kemauan dan perasaan agar ia mampu berkreativitas dan
berimajinasi dalam kehidupannya dengan berlandaskan pada iman dan
moralitas yang tinggi yang sangat berguna bagi kemanusiaan manusia tidak
dapat hidup subur dan terarah dengan baik jika tidak dipelihara dan
dikembangkan oleh manusia itu sendiri melalui penyiapan berbagai
perangkat pendukung lahirnya perilaku moral potensial itu menjadi perilaku
moral aktual.
surah al-Nahl ayat 78 yang artinya:
“Dan Allah mengeluarkan kamu (manusia) dari perut ibumu belum
mengetahui sesuatu apa pun. Dan Dia menciptakan bagi kamu
pendengaran, penglihatan dan hati agar kamu bersyukur”.
Ayat di atas memberikan pemahaman bahwa manusia tidak akan dapat
menjadi manusia utuh yang memiliki ilmu pengetahuan yang berguna bagi
kemudahan kehidupannya, jika ia belum mampu memaksimalkan fungsi
instrumen-instrumen jasmani dan ruhaninya. Hanya dengan cara demikian
seseorang menjadi lebih baik dan memiliki nilai-nilai kemanusiaan sebagai
lambang bagi dirinya.[1] Hal yang sedemikian itu memerlukan
pengkondisian yang terarah dan tertata rapi, sehingga dua potensi manusia
itu dapat berkembang dan terbina untuk melahirkan berbagai pengetahuan
yang akan membentuk pemikirannya yang selanjutnya akan menjadi sikap
diri yang menunjuk pada jati diri manusia itu sendiri. Upaya pengaturan
kondisi inilah yang disebut dengan pendidikan.
Fungsi Pdd
•

•
•

•

Pendidikan dalam hal ini dapat dilihat sebagai tindakan pengupayaan
manusia sejatinya, disengaja, terarah dan tertata sedemikian rupa menuju
pembentukan manusia-manusia yang ideal bagi kehidupannya, atau dengan
kata lain, pendidikan tidak lain adalah segala pengupayaan yang dilakukan
secara sadar dan terarah untuk menjadikan manusia sebagai manusia yang
baik dan ideal.
Mengingat esensi kemanusiaan sepenuhnya berada pada yang ruhaniah,
maka pengembangan kemanusiaan semestinya pulalah diarahkan pada
pengembangan ruhaniah manusia.
Pendidikan adalah tugas atau kewajiban bersama manusia dalam
merealisasikan misi kemanusiaan. Oleh karena itu pendidikan mesti diatur
berdasarkan hubungan intersubjektif dan interrelasional, sehingga semua
komponen benar-benar berjalan secara fungsional struktural dalam
kerangka yang jelas dan terarah pada peraihan tujuan-tujuan yang
diinginkan.
Pendidikan sebagai lembaga pembinaan dan penanaman nilai-nilai
humanitas memang memiliki korelasi yang positif dengan proses
modernisasi dan transformasi dalam kehidupan sosial masyarakat.
Pendidikan merupakan sarana penting yang sangat diperlukan dalam
proses perubahan sistem sosial, ekonomi dan politik.
• Pendidikan memiliki kaitan yang signifikan dengan
kualitas suatu masyarakat.
• Pembangunan kualitas sumber daya manusia banyak
bertumpu pada kualitas pendidikan sekolah.
• Penyelenggaraan pendidikan tidaklah berdiri sendiri,
karena ada banyak varian yang bergelayut di atasnya,
baik dari subjek, maupun dari varian-varian lain yang
berada di luar dirinya.
• Pengendalian kesemuanya itu tergantung pada keikutsertaan semua pihak dalam jalinan kerjasama yang
harmonis.
4. Manusia dan Hidup Bersosial
•

•
•
•
•

Seorang anak manusia dalam mengembangkan dan mengaktualisasikan
kemampuan insaniyahnya, selain beradaptasi dengan dirinya, ia pun mesti
beradaptasi dengan sesuatu di luar dirinya termasuk individu-individu atau
kelompok-kelompok masyarakat di luar dirinya.
Jiwa kolektif dalam banyak hal memiliki satu kepentingan sehingga gerakan
sosial mana pun selalu untuk memperjuangkan kesamaan pandangan dan
keyakinan.
Semangat kolektivitas manusia bisa saja membuat masyarakat baru dalam
tipe yang selaras dengan kepentingan mereka dalam kehidupan sosial.
Kebutuhan akan hidup sosial ini mesti dikembangkan sedemikian rupa agar
antara individu dengan individu lain terjalin hubungan persaudaraan, bukan
hubungan persaingan yang saling menjatuhkan.
Penumbuh-kembangan sikap sosial akan memunculkan sikap kooperatif
dari pada sikap kompetitif.
Manusia dan Bahasa
•
•

•

•

berbahasa adalah wujud aktivitas berpikir, maka bahasa adalah kondisi
yang tidak yang tidak dapat dilepaskan dari sebutan manusia.
Ketika manusia mengamati benda-benda yang ada disekelilingnya,
maka ia akan berupaya mendeskripsikan apa yang ia lihat. Tidak hanya
itu, bahkan ia juga akan berupaya untuk mengingat benda-benda,
membuat perbedaan antar benda, mengelompokkan dan kemudian
mengadakan analisis. Kesemua aktivitas ini memestikan manusia untuk
mengungkapkan kembali apa yang ia lihat yang tentu hanya dengan
bahasa. Inilah kenapa ada banyak tokoh yang kemudian menempatkan
bahasa sebagai salah satu instrumen penting dalam diri manusia dalam
menciptakan prestasi insaniah di dunia.
Dengan bahasa manusia membentuk konsep atas berbagai realitas
yang ada, baik realitas faktuil maupun historis. Bahkan manusia mampu
mengingat dan menceritakan kembali apa yang dialaminya sebelumnya,
dan mampu pula memproyeksi kondisi-kondisi yang mungkin terjadi
berdasarkan analisis historis terhadap berbagai kondisi yang telah
berlangsung.
Manusia memiliki keinginan, hasrat, cita-cita yang dalam banyak hal
berhubungan dengan orang di luar dirinya, sehingga ia butuh
berkomunikasi satu sama lain yang memestikan ia berbahasa. Tanpa
bahasa, dapat dikatakan bahwa seseorang itu tidak akan dapat
mengutarakan keinginan dan hasratnya.
Manusia dan Prinsip
Keseimbangan
• manusia bersifat material dan spritual
yang yang berwatakkan intelektualitas,
moralitas dan relijuisitas. Ini memestikan
manusia membangun humanitasnya
selalu dengan mengacu pada
pengembangan-pengembangan yang
akan memperhatikan aspek
keseimbangan antara kedua unsur ini.
Manusia dan Pengembangan
Ilmu Pengetahuan
•

•

•

Manusia yang bertugas sebagai `immarah fi al-ardh meniscayakan dirinya
mengadakan pencarian terus-menerus nilai-nilai ilmu pengetahuan yang
bermakna dalam konteks kemudahan kehidupannya di dunia dan di akhirat.
Manusia sebagai makhluk yang memiliki kecenderungan untuk selalu
berada dalam kebaikan dan kebajikan, sehingga adalah suatu niscayaan
bagi manusia untuk senantiasa mencari dan mempertahankannya sebagai
miliknya yang hakiki dalam rupa kepribadian.
Pengetahuan merupakan instrumen penting bagi manusia untuk menjalani
kehidupannya di dunia dan akhirat, sehingga dapat dikatatakan bahwa
kualitas humanitas manusia banyak tergantung pada kualitas pengetahuan
yang dimilikinya.[1] Oleh karena itu, ilmu pengetahuan ilmu pengetahuan
merupakan kebutuhan pokok manusia yang tidak dapat dilepaskan dari
sebutan dirinya sebagai manusia.
Manusia dan Moralitas
• Moral/akhlak adalah nilai-nilai dan norma-norma yang
menjadi pegangan bagi seseorang atau kelompok dalam
mengatur tingkah lakunya. Moral berkenaan dengan
kegiatan-kegiatan manusia yang dipandang sebagai baik
/ buruk, benar/salah, tepat/tidak tepat, atau menyangkut
cara seseorang bertingkah laku dalam hubungan dengan
orang lain.
• Moral adalah nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi
pegangan bagi seseorang atau kelompok dalam
mengatur tingkah lakunya. Moral berkenaan dengan
kegiatan-kegiatan manusia yang dipandang sebagai baik
/ buruk, benar/salah, tepat/tidak tepat, atau menyangkut
cara seseorang bertingkah laku dalam hubungan dengan
orang lain.
•

•

Kualitas kemanusiaan selalu berkenaan dengan nilai-nilai moralitas yang
teraplikasi dalam kehidupan nyata, baik dalam kehidupan individual dan
sosial, maupun dalam bentuk hubungan dengan alam dan penciptanya.
Eksistensi moralitas ini pun sangat menentukan bagi kualitas manusia
sebagai agen perubahan atau pembuat sejarah. Hal ini semakin bermakna
jika dihubungkan dengan sasaran fundamental setiap aspek relijius dan
psikososial manusia yang memang bersentuhan langsung dengan
persoalan moral. Bahkan Islam sendiri memberikan keyakinan bahwa tugas
pokok kenabian sendiri tidak lain adalah untuk memperbaiki dan
menyempurnakan moral manusia.[1]
Sebagai standar perilaku, nilai-nilai moral pun membantu subjeknya
menentukan pengertian sederhana terhadap suatu jenis perilaku. Dalam
pengertian yang lebih kompleks nilai akan membantu subjek moral untuk
mengidentifikasi apakah sesuatu perilaku itu perlu atau tidak, apakah ia
baik atau buruk serta mendorongnya untuk membuat analisis dalam
konteks moral reasoning dari suatu perilaku moral tertentu yang menuju
pada penyimpulan-penyimpulan sebagai landasan suatu kecenderungan
yang akan menjadi sikap yang akan menentukan corak suatu kepribadian.
• Upaya pemanusiaan dalam aktivitas pendidikan secara luas
dianggap sebagai usaha moral. Pendidik harus selalu
memberikan perhatian apa yang harus dikatakan dan dilakukan
dan bagaimana subjek didik mesti berperilaku.
• Bangunan pendidikan mestilah diarahkan pada pembentukan
hidup yang baik yang tergambar pada prinsip keadilan.
Harmonisasi fungsi-fungsi jiwa rasio, emosi dan syahwat
mestilah menjadi perhatian utama di dalam mengembangkan
kepribadian manusia
• Nilai-nilai ilahiyah (amar ma`ruf, nahi munkar dan iman)
menjadi tumpuan bagi aktivitas manusia dalam membentuk
sejarahnya,
• Kesadaran dalam konteks Islam selalu berorientasi pada
kesadaran ilahiyah yang berbeda dengan kesadaran dalam
konteks lainnya.
• Dalam konteks inilah maka banyak filsuf Muslim yang
menyebutkan bahwa moralitas manusia pada dasarnya adalah
perefleksian sifat-sifat Tuhan ke dalam diri manusia yang
menjadikannya sebagai bagian yang tidak terlepaskan dari
dirinya.
•

•

Sebagai subjek dan objek moral, manusia dituntut memainkan peran proaktifnya
dalam rangka menumbuhkembangkan perilaku moral dalam setiap aktivitas
kehidupannya, terlebih lagi pada aktivitas pembelajaran di sekolah yang memang
memiliki fungsi untuk itu. Untuk lebih meningkatkan fungsi utama sekolah seperti ini,
diperlukan adanya upaya peningkatan pendidikan melalui rekonstruksi metodologis
aplikatif pembelajaran dalam upaya menumbuhkembangkan moralitas subjek didik
agar ianya menjadi landasan bagi segala tindak-tanduk dan perilakunya dalam
kehidupan individu dan sosial kemasyarakatan.
Mengingat Islam memandang bahwa tujuan kemanusiaan sarat dengan nilai-nilai
moral seperti diuraikan pada bagian sebelumnya, maka memfungsikan pendidikan
sekolah sebagai suatu usaha aplikatif-kolektif untuk mewujudkan menumbuh
kembangkan perilaku moral subjek didik hendaklah menjadi orientasi bagi setiap
aktivitas kependidikannya. Jack R. Fraenkel dalam hal ini menyebutkan, bahwa
pendidikan moral mesti berlangsung pada setiap waktu di sekolah, tidak saja dalam
kurikulum, tetapi juga dalam interaksi keseharian di sekolah, baik antara siswa
dengan guru maupun dengan staf sekolah.[4]
•
•
•
•
•
•

Kendatipun dalam sejarah lahirnya pendidikan sekolah tidak lain adalah
dalam rangka penumbuhkembangan perilaku moral, namun di era sekarang
semangatnya kurang terasa atau bahkan ditinggalkan.
Robert L.Ebel Mengungkapkan, bahwa beberapa penyebab tepinggirkannya
perhatian pendidikan sekolah terhadap penumbuh kembangan perilaku
moral subjek didiknya diantaranya:
bahwa dalam masyarakat telah terjadi penekanan yang amat kuat terhadap
kebebasan individu dari pada tanggung jawab personal,
lebih mementingkan hak-hak sipil dari pada kewajiban sipil
adanya semacam kecendrungan dalam masyarakat yang melihat
perubahan dan inovasi sebagai sesuatu yang lebih baik dari tradisi dan
stabilitas di dalam kehidupan.[5]
Seni
–
–

–

–
–

–

Manusia dan Seni
John Dewey berpendapat, bahwa seseorang dapat memahami segala sesuatu
sebagai sains melalui penggunaan intelegensinya, namun hal itu akan lebih
mendalam jika ianya disentuhkan dengan praktik lain, yaitu seni. Bahkan dengan
tegas Dewey mengatakan bahwa hanya orang yang menempatkan imaji seni
dalam titik fokus argumentasinyalah yang akan dapat mengembangkan kleimkleim scientific inquiry.[1]
Seni dalam diri manusia merupakan suatu kebutuhan dalam berbagai aktivitas
agar ia merasa betah, nyaman dan senang dalam melakukannya, sehingga
hasilnya pun dapat maksimal. Realitas seni selalu berorientasi pada kecantikan,
keelokan dan atau keindahan.
Nilai-nilai seni dalam konteks ini selalu menjadi nilai milik personal dan subjektif
dalam diri manusia. Karya seni tertentu umpamanya memunculkan banyak
respon dari berbagai orang dan kelompok yang berbeda.
Siapa pun orangnya, jika ia meyakini, bahwa ada nilai estetika yang objektif,
tentulah ia dapat menentukan keputusan-keputusan yang mengarah pada seni
yang baik. Keindahan dapat diputuskan melalui penggunaan kriteria-kriteria yang
jelas dan tegas tentang suatu seni yang biasanya dapat ditentukan oleh pihak
yang berwewenang. Dan siapa pun dapat pula mengklaim bahwa setiap karya
seni yang memiliki skor rendah dalam suatu kriteria, maka sejarahlah yang akan
membuktikan kualitas nilainya. Kriteria objektif ditujukan kepada pendatang baru
di mana mereka menjadi standar baku kritisisme. Buku-buku teks literatur, seni
dan musik diarahkan pada standar-standar ketika materi-materi penilaian dan
apresiasinya diberitahukan kepada subjek-subjek tertentu yang memang
berkepentingan dalam proses internalisasi, seperti dalam proses belajar dan
mengajar di sebuah lembaga pendidikan.
Sesungguhnya bagaimanapun juga bahwa kritik otoritatif dapat saja berbeda
secara luas ketika menilai suatu karya seni yang memaksa kita kembali pada
persoalan kita semula. Siapa yang mengatakan bahwa respon mana yang paling
pantas untuk melihat sebuah karya?. Sayangnya kita tidak dapat melacak
kepada sain untuk menjawab persoalan ini. Pengetahuan saintifik secara luas
tidak relevan untuk memutuskan karya seni.
– Menurut kedua pandangan ini, persoalan yang tampil adalah berkaitan tentang
apa subjek matters yang lebih baik dan pantas dan apa skop seni itu sendiri.
Sebagaian orang berpendapat bahwa jika seni itu merupakan ekspressi
kehidupan, maka tentulah berkaitan dengan semua kehidupan. Sementara
yang lain berpendapat bahwa seni itu mesti memerankan fungsi sosial.
Seniman harus berbicara pada semua manusia tentang massanya, kendatipun
masih ada sekelompok orang yang merasa skeptis akan tanggung jawab
sosial dari seniman. Bagi Dewey, kehadiran seni itu sendiri menjadi alat bagi
akal untuk memandang dunia yang satu dengan yang lain. Bahkan secara
tegas ia menyatakan bahwa keseluruhan aktivitas intelek manusia baik dalam
proses produktivitas, konsumsi maupun pada level kritik sesungguhnya
merupakan seni.
– Manusia dalam segala aktivitasnya selalu terkait dengan seni, karena memang
mendidik itu sendiri adalah seni. Bahkan tidaklah salah jika dikatakan bahwa
hampir keseluruhan aktivitas manusia ditentukan oleh kualitas seni yang
ditampilkannya. Pekerjaan apa saja yang dilakukan dengan mengikutkan seni
sebagai sesuatu yang penting dalam setiap setiap gerak langkahnya,
menjadikan aktivitasnya hidup dalam suasana yang nyaman dan
menyenangkan, sehingga subjeknya akan betah dalam menjalankan kegiatan
itu, karena memang tidak tersentuh oleh watak keterpaksaan yang akan
menyiksa dirinya. Hampir setiap saat manusia berhadapan dengan seni dalam
aktivitas kesehariannya, karena manusia memang cenderung pada yang
tampak indah dan teratur, sehingga wajar jika ada yang mengatakan tiada
hidup tanpa seni.
– Dalam keseluruhan aspek kehidupan memang bernilai seni. Seni dapat dapat
melahirkan suasana yang tidak menjenuhkan dan menegangkan yang akan
memunculkan kecemasan-kecemasan yang mengganggu proses pelaksanaan
aktivitas itu sendiri. Pendeknya, seni dan manusia merupakan sesuatu yang
tidak dapat dipisahkan begitu saja, tidak saja karena aktivitasnya yang
membutuhkan nilai estetis, tetapi juga mengingat entitasnya yang memang
juga akan membangun semangat kerja dalam diri subjek didik.
EPISTEMOLOGI DAN
PENDIDIKAN
• Pengembangan ilmu pengetahuan dan pendidikan
persekolahan selalu dikatakan memiliki hubungan
signifikan, karena sekolah adalah lembaga tempat
memberikan bimbingan, pengarahan dan
pembentukan kepribadian melalui pentransferan
ilmu pengetahuan, pembinaan sikap mental dan
keterampilan kepada subjek didiknya.
• pendidik mestilah memiliki pengetahuan dasar
mengenai seluk beluk, sistem, metode dan segala
sesuatu yang terkait dengan pengetahuan yang akan
diajarkannya, sehingga guru tersebut benar-benar
memilki sikap dan pandangan yang jelas terhadap
pengetahuan tersebut
sambungan
• Memahami epistemologi guru dapat menjiwai
profesi keguruannya yang tentunya akan
menjadikan dirinya pun tidak sukar
mengembangkan keilmuan yang diajarkan pada
anak didiknya
• Dengan begitu Guru juga tidak akan mengalami
hambatan epistemologis, psikologis dan
aksiologis untuk memotivasi subjek didiknya
tertarik dan senang dengan materi-materi
keilmuan yang diberikannya.
FOKUS TELAAH
EPISTEMOLOGIS
 hakikat pengetahuan, seperti persoalan apakah ada ianya;
 persoalan-persoalan aktivitas apa saja yang berkaitan dengan
persolan mengetahui, perbedaan mendasar antara
‘mengetahui’ dengan ‘mempercayai’?
 apakah dapat mengetahui sesuatu yang melampaui informasi
indra? apakah kaitan perbuatan ‘mengetahui’ dengan sesuatu
yang diketahui?
 bagaimana membuktikan bahwa pengetahuan itu benar?

 dll yang berkenaan dengan sistem dan metode
bangunan suatu ilmu pengetahuan.
URGENSI KAJIAN
EPISTEMOLOGI
• Epistemologi merupakan sesuatu yang amat penting
dalam pengembangan humanitas manusia.
• Berbagai aliran dan ideologi berlandaskan pada
bagaimana pola dan caranya memandang realitas,
baik hakikat maupun strategi dan sistem yang
digunakan yang kesemua berdasarkan pada
epistemologi.
 Dari sudut pandang guru, yang paling penting dalam
epistemologi ini adalah bagaimana membedakan
antara tipe-tipe pengetahuan yang berbeda-beda
baik dalam hakikat maupun prosedur.
Tipe-Tipe Pengetahuan
•
•
•
•
•

Pengetahuan Wahyu.
Pengetahuan Intuitif
Pengetahuan Rasional
Pengetahuan empiris
Pengetahuan otoritatif
Pengetahuan Wahyu
• Pengetahuan wahyu adalah pengetahuan yang
diberikan Tuhan, Sang Penguasa alam kepada
manusia dalam kemahakuasaan-Nya melalui
perantaraan para Rasul-Nya. agar apa pun keputusan
dan perilaku manusia benar-benar didasari pada
kebenaran yang bersumber pada Tuhan Yang Mutlak.
• Pengetahuan wahyu adalah kajian terhadap firman
Tuhan yang memiliki kebenaran sejati yang akan
selalu benar, tanpa terikat oleh ruang dan waktu.
Sehingga eksistensinya pun tentu akan selalu diterima
secara apriori. Walaupun kebenaran pengetahuan
wahyu itu dianggap sebagai suatu yang supernatural,
tetapi ketika pengetahuan itu disentuhkan pada
manusia, maka apakah hal ini meniscayakannya tetap
bernilai mutlak?
Sifat pengetahuan wahyu
• Pengetahuan wahyu tidak bernilai mutlak, karena bersentuhan
dengan pemahaman manusia yang terikat dengan cara
pandang, kepentingan, wawasan, pendekatan dan lain
sebagainya
• Menjadikan nilai-nilai qur`anik sebagai data ataupun informasi
yang menjadi fostulat untuk membangun kerangka pikir
ataupun teori-teori meniscayakan bersintuhan pada wilayah
objektif empiris.
• Pengetahuan wahyu tidak terlepas dari realitas empiris
manusia sebagai pencari kebenaran.
• Bagaimanapun prosesnya, pemahaman terhadap kalam
Tuhan, selalu melibatkan diri manusia yang terkungkung oleh
eksistensi wawasan dan pengetahuannya tentang realitas baik
dalam metode, prosedur maupun dalam sistem yang terbatas
oleh ruang dan waktu.
• Tesis menjadikan para ahli berupaya memetakan antara wahyu
dan pengetahuan wahyu.
Pengetahuan Intuitif
• Pengetahuan intuitif adalah pengetahuan tentang
kebenaran yang dianugerahkan Tuhan dari dalam diri
manusia yang paling dalam yang melibatkan integritas
akal dan hati sebagai dua yang tidak terpisahkan.
• Pengetahuan intuitif adalah pengetahuan di mana
seseorang mendapatkan di dalam dirinya suatu
peristiwa insight.
• Insight itu merupakan peristiwa yang tiba-tiba tentang
sesuatu ide atau kesimpulan yang dihasilkan melalui
proses ketidaksadaran yang panjang yang kemunian
kita melihat adanya solusi terhadap suatu problem.
• Pada dasarnya pristiwa insight ini adalah ragam
aktivitas keseharian kita yang telah mengkristal dalam
diri melalui alam ketidaksadaran kita yang telah
menangkapnya berhari-hari, berminggu-minggu,
berbulan-bulan dan bahkan bertahun-tahuan.
Sambungan
• Pengetahuan intuitif berhubungan dengan masalah ilham
yang biasanya berhubungan dengan tasawuf. Kondisi ini
berhubungan dengan orang yang memiliki kepekaan imajinasi
terhadap peristiwa yang dilaluinya sehingga melahirkan suatu
keyakinan mendalam akan adanya sesuatu yang terlihat
dalam alam batinnya.
• Pengetahuan intuitif merupakan pengetahuan yang diajukan
dan diterima oleh seseorang berdasarkan kekuatan imajinatif
atau pengalaman personal dari pribadi orang yang
mengajukannya. Kebenarannya dapat dilihat seumpama
karya seni yang merupakan bentuk dari pengetahuan intuitif
itu. Kecuali itu dapat pula dilihat dari pristiwa insight dalam diri
seseorang yang menjadikan dirinya mampu melihat sesuatu
yang mungkin tidak mengikuti alur berpikir rasional. Ekspresi
tingkah laku pun banyak merupakan wujud dari pengetahuan
intuisi ini.
Pengetahuan Rasional
• Pengetahuan rasional: pengetahuan yang diperoleh melalui
latihan akal baik melalui atau tanpa observasi empiris.
• Prinsip logika formal dan material maupun matematika murni
merupakan paradigma pengetahuan rasional. Kebenarannya
dapat ditunjukkan melalui pendeskripsian alasan yang abstrak
dengan menggunakan tata logik.
• Pengetahuan rasional sepenuhnya menerima prinsip dasar
logika bahwa dua statement yang kontradiktif tidak dapat
keduanya menjadi benar. Contoh Mopi adalah seekor anjing
dan Mopi adalah bukan seekor anjing, tidak dapat keduanya
disebut sebagai objek yang sama pada saat yang sama. Atau
menjadikan suatu prinsip bahwa jika A lebih besar dari B, dan B
lebih besar dari C, kemudian A lebih besar dari C. Kedua
prinsip ini dapat diilustrasikan melalui bentuk yang aktual
namun keduanya betul-betul terpisah dengan yang lain.
• Pembenaran pengetahuan rasional dapat diterapkan pada
pengalaman indra tetapi tidak dapat direduksi darinya.
• Pengetahuan rasional terkait dengan hubungan-hubungan logis
dan arti-arti impersonal dan kebutuhan emosional dan keadaan
Pengetahuan Empiris
• pengetahuan
empiris
adalah
pengetahuan
yang
dikompirmasi
melalui bukti-bukti indrawi. Dengan
melihat,
mendengar,
senyum,
merasakan
dan
mencicipi,
kita
membentuk konsepsi kita tentang dunia
sekitar
kita.
Dengan
demikian
pengetahuan dalam konteks ini terdiri
dari ide-ide yang terbentuk sesuai
dengan observasi fakta.
PENGETAHUAN OTORITATIF
• Pengetahuan otoritatif adalah suatu pengetahuan
dianggap baik dan benar bukanlah karena kita telah
membuktikannya sendiri sebagai suatu yang benar,
tetapi lebih dikarenakan oleh bukti-bukti yang
diperoleh melalui otoritas para ahli dalam bidangnya.
• Contoh:
• Saya menerima tanpa ragu-ragu, bahwa Jakarta
adalah ibu kota negara Indonesia, bahwa bahasanya
adalah juga bahasa Indonesia.
• Saya menerima bahwa 1km sama dengan 1000 m
dan lain sebagainya hanya berdasarkan informasi
dari bahan-bahan bacaan dan laporan-laporan
Epistemologi Idealisme
tentang Pendidikan
• Pengetahuan yang diterima melalui indra berada pada ketidak-pastian
dan ketidak-komplekan. Dunia materi adalah pantulan dari being yang
lebih sempurna dan dalam realitanya selalu tidak mencerminkan
keseluruhan substansi yang sesungguhnya. Keberadaan idea tidak
tampak dalam wujud lahiriah, tetapi gambaran yang asli hanya dapat
dipotret oleh jiwa murni manusia.
• Realitas sejati adalah roh, bukan materi. Pengetahuan yang diperoleh
melaui panca indera tidak pasti,. Apa yang ditangkap indra manusia
hanya sebatas apa yang ia lihat, ia raba, ia rasa, ia cium dan yang ia
dengar. Sesuatu yang jelas dan pasti adalah sesuatu yang ada dalam
ruang ide. Pengetahuan indrawi menurutnya tidak dapat memproduks
pengetahuan yang sesungguhnya karena uji validitasnya tidak lengkap.
• Alam adalah gambaran dari dunia idea, sebab posisinya tidak menetap.
Idea adalah hakikat murni dan asli yang memiliki watak tetap dan
konstan. Keberadaannya sangat absolut dan kesempurnaannya sangat
mutlak, tidak bisa dijangkau oleh dunia material.
Makna Pengt bagi Idealisme
•

•

•

•

Pengetahuan adalah produk akal an sich, karena akal merupakan
kemampuan melihat secara tajam bentuk-bentuk spritual murni dari sesuatu
yang melampaui bentuk materialnya. Pengetahuan indra tidak akan dapat
menjadi pengetahuan yang sebenarnya tanpa membiarkan akalnya bekerja
untuk menyusun pengetahuan yang memadai tentang apa yang ia lihat.
Idea memiliki relasi penting dalam alam kosmos. Idea di sini lebih berarti
sebagai wilayah mental semata. Secara esensial idea-lah yang
memberikan bentuk bagi dunia kosmos. Dunia kosmos tidak akan berarti
apa-apa, tanpa dibangun oleh dunia idea manusia.
Konsep Platonik ini kemudian dielaborasi secara metodololgis oleh Hegel
dengan mengatakan, bahwa pengetahuan itu hanya valid sepanjang
pengetahuan itu membentuk sebuah sistem. Hal ini mengingat bahwa
realitas yang sesungguhnya tidak lain adalah bersifat rasional dan
sistematis.
Berdasarkan tesis ini, selanjutnya Hegel dengan tegas mengatakan, bahwa
pengetahuan kita tentang realitas adalah benar sesuai dengan sistematika
rasio kita untuk itu. Semakin komprehensif sistem pengetahuan kita dan
semakin konsisten ide-ide yang melingkupi tentang pengetahuan itu, maka
dapat dikatakan pengetahuan itu semakin benar.
Bangunan Pengetahuan Idealisme
• Pengetahuan merupakan suatu bahagian dari pemikiran
manusia yang dikategorisasikan melalui alam objektif yang
ditangkap melalui indra manusia. Oleh karena itu, objek
pengetahuan mestilah melalui idea-idea yang keseluruhan
koneksitasnya bersifat sistematis.
• Pengetahuan adalah suatu keadaan yang berhubungan dengan
dengan pikiran yang ditunjukkan oleh alam dan objek-objeknya.
• Dunia observasi adalah suatu sistem konferhensif dari dunia
ide yang akan menjelaskan dunia itu. Hasil pandangan inilah
yang secara nyata membawa perubahan bagi dunia partikular.
• Pengetahuan dalam bentuk ini adalah ketika imaji-imaji ide
membatasi lingkupnya dan menghubung-hubungkan bahagian
yang satu dengan yang lainnya sehingga ia masuk pada dunia
nyata yang diobservasi lewat indra.
sambungan
•
•

•

•
•

•

Pengetahuan berada dalam dua tingkatan, yaitu hipotesis dan kepastian
absolut.
Pengetahuan adalah kesadaran dunia idea manusia bahwa yang diajukan
dalam kesadarannya memiliki hubungan sistematis dengan keseluruhan
ideanya tentang kebaikan yang mutlak sebagai prinsip tertinggi dalam
kehidupan manusia.
Teori tentang forma mana pun baru bisa dibenarkan, jika argumennya
koheren dengan satu prinsip kebaikan tertinggi yang disebutnya sebagai
”The Beautiful” (Yang Indah) karena ”Yang Indah” merupakan sumber dari
segala eidos; sumber segala pengetahuan manusia. Pengetahuan yang
ditumbuhkan oleh manusia mesti selalu dilandasi oleh idea-ideanya tentang
kebaikan sebagai somum bomun kehidupannya di dunia.
Konsep ‘the idea of the good’ ini adalah dasar idealisme dalam
mengembangkan konsepnya tentang pendidikan.
Filsafat idea ini memberikan keyakinan bahwa idea dapat meningkatkan
kemampuan rasio manusia. Idea memiliki hubungan langsung dengan
putusan rasio yang mengarah pada pembentukan sikap. Fakta empiris dan
tingkah laku manusia tidak lain adalah refleksi dari dunia innet idea.
Metode pembelajaran apa pun dalam keseluruhan variannya mesti
berorientasi pada upaya memampukan subjek didik dengan berkontemplasi
dan memposisikan pengetahuan hipotesis sebagai awal gerak
pengembangan keilmuan mereka.
Hakikat belajar mengajar
• Belajar bukanlah didasarkan pada pengetahuan empiris, tetapi
hendaklah melalui pembinaan rasio. Rasio adalah sesuatu yang laten
dalam tahun-tahun pertama kehidupan manusia dan bahkan selama
perjalanan kehidupan manusia di dunia. Oleh karena itu, pembinaan
rasio merupakan tugas utama dunia pendidikan. Hal ini penting
mengingat aspek imajinasi, kreativitas, inisiatif pengetahuan, dan dan
bahkan semua aktivitas yang bermuara pada lahirnya beragam
inovasi dalam keseluruhan lini kehidupan bertolak dari aspek
kematangan rasio ini.
• Esesnsi pengetahuan adalah imposisi maknawi dan bentuk yang
dikumpulkan melalui informasi yang diambil melalui indrawi.Oleh
karena itu, inti pendidikan terletak pada pengajaran dan pelatihan.
• Idealisme mengemukakan, bahwa tujuan mengajar bukanlah sekedar
menghadirkan sebanyak-banyaknya pengetahuan kepada siswa
tetapi bagaimana siswa harus dapat mengaitkan pengetahuan itu
pada pengalaman yang mereka miliki sebelumnya sehingga apa
yang mereka pelajari memiliki arti baginya secara personal.
sambungan
• Perkembangan normal belajar manusia dimulai dari persepsi,
terus melalui konveksi dan pemahaman maka akan diperoleh
pemenuhan aktivitas akal.
• Semua orang dapat membentuk pemahaman yang benar
tentang dunia dan moral. Oleh karena itu belajar adalah
pembiasaan.
• Tahap pertama dan kedua perkembangan psikologis anak
menunjukkan kontemplasinya sebatas apa yang dapat
diobservasinya secara indrawi, maka semua aspek
pembelajaran pada masa ini mesti diarahkan pada pembiasaan
moral.
• Pendidikan lebih ditujukan untuk pembentukan kepribadian
individual dalam kehidupan bermakna yang ditandai dengan
munculnya kepribadian yang harmonis dan sarat dengan
kebahagiaan, mampu menahan berbagai tekanan hidup, yang
memampukannya hidup lebih baik dalam bingkai hubungan
kemanusiaan.
sambungan
• Guru di samping sebagai seorang spesialis dalam suatu ilmu
pengetahuan dengan penguasaan teknik mengajar secara baik; guru
juga mesti berfungsi sebagai subjek yang mampu menjadi sosok
teladan dan personifikasi dari kenyataan si anak didik.
• Guru dalam hal ini selain mesti menjadi pribadi terbaik yang akan
dicontoh muridnya, juga mesti dapat menjadi teman bagi para
muridnya dalam gerak membangkitkan gairah dan semangat belajar
mereka.
• Guru mesti menghargai kebebasan berpikir muridnya agar
berkembang menuju ke arah yang diinginkan, karena dalam
pengembangannya rasio memestikan keleluasaan dalam gerak
perhatian dan analisisnya untuk dapat mencerna dan memahami
realitas sesuai dengan konteks keabadian.
• Epistemologi idealisme ini meniscayakan kurikulum yang digunakan
dalam pendidikan pun lebih berfokus pada isi yang objektif dengan
menyediakan pengalaman belajar sebanyak-banyaknya pada siswa
untuk mampu menggerakkan jiwanya pada ragam realitas yang akan
Dasar Teori Pdd Idealisme
• Teori yang berkenaan dengan jiwa
dan yang menyangkut kesemua
varian personality manusia
• Teori tentang masyarakat
• Hubungan individu dan
masyarakat
• Pendasaran pendidikan pada halhal sebelumnya.
Epistemologi Realisme
tentang Pendidikan
•

•

•

Suatu yang riil adalah sesuatu yang bersifat fisik dan psikis. Realisme
melihat adanya hubungan dealektis antara realitas subjek yang menyadari
dan mengetahui di satu pihak dan di pihak lainnya adalah adanya realitas
lain yang berada di luar dirinya sebagai sesuatu yang dijadikan objek
pengetahuan.
Dunia yang kita terima ini bukanlah sebuah dunia yang kita ciptakan kembali
secara mental, tetapi merupakan sebuah dunia apa adanya.
Substansialitas, kausalitas dan bentuk-bentuk alam bukanlah semacam
proyeksi dan pikiran, tetapi lebih merupakan segi-segi dari benda-benda itu
sendiri. Sain natural mengembangkan sebuah gambaran yang berbeda
tentang dunia dari pengalaman keseharian kita.
Ide atau proposisi adalah benar ketika eksistensinya berhubungan dengan
segi-segi dunia. Sebuah hipotesis tentang dunia tidak dapat dikatakan benar
semata-mata karena ia koheren dengan pengetahuan. Jika pengetahuan
baru itu berhubungan dengan yang lama, maka hal itu hanyalah lantaran
“yang lama” itu memang benar, yaitu disebabkan pengetahuan lama
koresponden dengan apa yang terjadi dengan kasus itu. Jadi koherensi
tidak melahirkan kebenaran. Ketika dua atau lebih teori tentang keterkaitan
segi-segi dunia berhubungan pada segi-segi yang mereka gambarkan,
maka secara natural mereka pun secara nyata akan mendukung satu
sambungan
•
•
•

•

•

Pengetahuan yang benar adalah pengetahuan yang koresponden dengan dunia
sebagaimana apa adanya.
Menanamkan pengetahuan tertentu kepada anak yang sedang tumbuh dan
berkembang merupakan tugas paling penting di sekolah.
Oleh karena itu, inisiatif dalam dunia pendidikan terletak pada guru sebagai
pengalihan warisan budaya bukan pada siswa. Guru yang mesti memutuskan ke
arah mana subjek didik mau diarahkan dan apa saja subjek matters yang mesti
dipelajari di kelas. Jika subjek matters ini dapat dibuat untuk memuaskan kebutuhankebutuhan personal atau kepentingan anak, maka ianya semakin baik. Tetapi
memuaskan siswa secara personal jauh kurang penting dari pada menanamkan
subjek matters yang benar.
Mengajarkan pengetahuan pada siswa merupakan tujuan yang paling sesungguhnya
dalam pendidikan. Bagi aliran realisme, memuaskan siswa hanyalah sebagai
instrumen untuk peraihan tujuan pendidikan, bukan sebagai fokus aktivitas
pembelajaran. Hal ini diperlukan dalam implementasi setiap strategi mengajar yang
telah ditetapkan guru sebagai langkah penting dalam pencapaian tujuan yang telah
ditentukan.
Epistemologi realisme tentang pendidikan seperti dikemukan di depan meniscayakan
bahwa proses pembelajaran mesti didekati dengan pendekatan induktif, bukan
deduktif. Pendekatan ini baginya adalah cara yang relevan untuk menanamkan
pengetahuan dan nilai ke dalam diri. Hal ini sejalan dengan watak manusia dalam
memperoleh pengetahuan yang memang bersentuhan dengan sendi-sendi dunia
yang secara nyata berhubungan satu dengan yang lainnya.
Epistemologi Pragmatisme
tentang Pendidikan
•

•

•

Kaum pragmatis meyakini bahwa pikiran mestilah lebih bersifat aktif dan berhubungan
dengan penyelidikan dan penemuan dari pada pasif dan menerima. Pikiran manusia
tidak mengkonfrontasikan dunia yang ianya terpisah dari aktivitas penyelidikan dan
penemuan itu. Pengetahuan dunia dibentuk melalui pikiran yang mengetahuinya.
Kebenaran tidak tergantung sepenuhnya melulu pada korenpondensi ide manusia
dengan realitas eksternal, karena realitas bagi manusia tergantung pada bagian dalam
ide yang menjelaskannya. Pengetahuan adalah produk transaksi antara manusia dan
lingkungannya dan kebenaran adalah suatu proferti bagi pengetahuan. Lantas, apakah
nilai kebenaran suatu pengetahuan itu sama?
Kelompok pragmatis mengklaim bahwa suatu ide adalah benar jika bisa diterapkan.
Hanya Willeam James yang menyebutkan, bahwa ide benar jika memberikan
konsekuensi bernilai bagi personnya. Sedangkan Peirce dan Dewey memandang
bahwa suatu ide benar hanya jika ianya memiliki konsekuensi memuaskan ketika
secara objektif dan secara saitifik mungkin dipraktikkan. Jadi pragmatisme memandang
kebenaran suatu ide tergantung pada konsekuensi yang muncul ketika ide itu
dioperasikan.
John Dewey menyebutkan, bahwa pikiran bukanlah suatu yang ultimate, absolut, tetapi
merupakan suatu bentuk proses alamiah dimana ia muncul sebagai hasil dari
hubungan aktif antara organisme yang hidup dengan lingkungannya. Pikiran terawal
dari pengalaman dan untuk kembali ke pengalaman. Ada hubungan interdependensi
antara pikiran dan pengalaman empiris yang meniscayakan perubahan-perubahan.
Tidaklah dikatakan pengetahuan jika tidak membawa pada perubahan bagi kehidupan
manusia. Jadi, nilai pengetahuan dilihat dari kadar instrumentalisnya yang akan
membawa pada akibat-akibat baik yang telah atau yang akan dihasilkan oleh ide/
sambungan
•
•
•
•
•
•

•

Method of intellegence adalah cara yang ideal untuk mendapatkan pengetahuan.
Kita menangkap sesuatu yang terbaik melalui melokalisasi problem sedemikian rupa
dan memecahkannya.
Menghadapi sebuah problem, intellegence mengajukan hipotesis tentang problem
itu. Hipotesis yang memecahkan problem, secara sukses merupakan hipotesis yang
menjelaskan fakta-fakta dri problem itu.
Guru harus mengkonstruk situasi belajar mengenai problem-problem tertentu yang
pemecahannya akan membawa siswa kepada pemahaman yang lebih baik akan
lingkungan sosial dan fisik mereka.
Subjek matters harus memberikan manfaat dalam pemecahan dalam problem
tertentu yang sedang mereka diskusikan seperti transfortasi sepanjang sejarah,
persoalan-persoalan seksual saat ini.
Semua materi pelajaran ini menjadi lebih bermakna bagi siswa dan akan semakin
mudah dikuasai ketika siswa dapat memanfaatkannya sebagai alat untuk
memuaskan kebutuhan dan kepentingan diri siswa.
Seorang anak adalah pelajar yang alamiah ingin tahu secara natural. Ia akan
mempelajari semua dari apa yang dia rasakan atau apa yanhg ia pikirkan. Guru
harus menghidupkan spirit inquiri. Mengajar siswa dalam subjek matters telah
menjadi jelas baginya oleh orang lain.
Guru harus menolong siswa mempelajari apa yang dirasakan, seperti sain, sastra
dan sejarah. Jadi point bagi kaum pragmatis adalah bahwa siswa harus belajar dari
keingintahuan, semesntara guru mesti merangsang keingintahuan itu dari subjek
tertentu yang akan memenuhi keinginan tersebut.
Nilai dan Pendidikan
•

•
•
•

HAKIKAT NILAI
Nilai adalah gambaran tentang sesuatu yang indah
dan menarik, yang mempesona, yang menakjubkan,
yang membuat kita bahagia, senang dan ingin
memilikinya.
Nilai itu merupakan dasar bagi sebuah persoalan
pilihan dan pembuatan keputusan.
Nilai dapat diartikan dalam makna benar dan salah;
baik dan buruk; manfaat atau berguna; indah dan jelek
dan lain sebagainya.
Kualitas nilai biasanya terlihat pada rasa puasnya
seseorang dalam melihat hasil karyanya.
Nilai Bagi Manusia
•
•
•

•
•

Seseorang akan merasa bahagia jika telah berbuat yang benar dan
merasa gelisah jika tidak dapat merealisasikan apa yang
dianggapnya benar.
Seseorang akan merasakan bermakna dalam hidupnya jika ia telah
dapat mewujudkan kebaikan tertinggi dalam hidupnya.
Orang akan senantiasa mengarahkan matanya, pikirannya dan
karyanya pada sesuatu yang indah dan nyaman, bukan pada
sesuatu yang tidak indah dan tidak nyaman untuk diliuhat dan
dinikmati.
Oleh karena itu, nilai selalu dihubungkan pada penunjukan kualitas
sesuatu benda ataupun perilaku dalam berbagai realitas.
Nilai adalah perwujudan dari watak hakiki manusia yang memang
akan senantiasa memuarakan semua aktivitasnya pada hal yang
terbaik dan bernilai.
KLASIFIKASI NILAI
• Agama = bicara nilai dari sudut benar –
salah
• Etika = bicara nilai dari sudut baik –
buruk
• Estetika = bicara nilai dari sudut indah jelek
Nilai dan Pendidikan Menurut
Kaum Idealisme
• Kaum idealisme dengan pahamnya bahwa somum
bonum (ide kebaikan tertinggi) kehidupan manusia
sesunguhnya telah ada bersamaan dengan kemunculan
dirinya ke dunia.
• Oleh karena itu, nilai apa pun selalu tetap dan tidak
berubah-ubah, absolut.
• Idealisme percaya bahwa nilai sesungguhnya bukanlah
produk dari manusia, tetapi lebih merupakan bahagian
dari alam jagad raya.
• Tugas manusia adalah bagimana agar nilai-nilai
kebaikan itu teraplikasi dalam keseluruhan realitas
aktivitasnya di dunia.
Implikasi Tindakan Edukasi
•
•
•

•
•
•

Merealisasikan nilai-nilai dalam konteks innate idea itu ke dalam kehidupan
nyata diperlukan berbagai perangkat pendukung agar ianya menjadi nilai
sejati dalam dirinya.
Subjek didik harus diajarkan bagaimana meraih nilai-nilai dan bagaimana
mereka dapat hidup dengan nilai-nilai itu.
Mengingat perealisasian nilai erat kaitannya dengan keseluruhan aktivitas
spritual manusia, maka dalam upaya pendidikan nilai, subjek didik mesti
diposisikan sebagai makhluk spritual yang sepenuhnya mesti menyadari
bahwa dirinya mesti mengupayakan nilai-nilai kebaikan itu dalam realitas.
Realisasi nilai absolut dalam diri manusia memerlukan pengupayaanpengupayaan atau sokongan dari unsur-unsur lain di luar individu itu agar
ianya tampil dalam tindakan.
Nilai tidak dapat diajarkan, tetapi lebih merupakan gerakan penyadaran
yang dilakukan semua orang yang terkait
Nilai lebih pada pembiasaan-pembiasaan dan penyontohan-penyontohan
antar individu dalam masyarakat.
Tindakan Nilai di Sekolah
• Tidak ada murid yang benar-benar jelek, dan
atau tidak baik tetapi hanya ada orang-orang
yang telah menggelincirkan dirinya dari tatanan
moral yang fundamental dari alam jagad raya
ini.
• Oleh karena itu, pendidikan persekolahan mesti
ditata dalam sistem rasional dan teratur sesuai
dengan jalur natural yang ada dalam alam jagad
raya.
• Kehidupan yang baik hanya dapat dalam
masyarakat (keluarga, sekolah dan lingkungan)
yang baik
Nilai dan Pendidikan Menurut
Kelompok Realisme
• Realisme sependapat dengan idealisme yang
menyatakan bahwa nilai fundamental dalam diri
manusia bersifat permanen dan absolut,
• Jika idealisme berpendirian bahwa absolutisme
nilai hanya karena memang ia bukan produks
manusia tetapi bahagian dari alam jagad raya
dan dibawa manusia sejak ia dilahirkan ke
dunia, maka realisme melihat absolutisme nilai
semata-mata karena akal yang dianugerahkan
kepada manusia mampu menempuh ruang nilai
yang ditentukan Tuhan.
Pandangan Fils. Realisme
• Suatu yang riil atau sesuatu yang benar adalah
sesuatu yang merupakan gambaran nyata atau
salinan sebenarnya dari dunia realitas.
• Pengetahuan manusia tentang sesuatu tidak lain
adalah jelmaan jelas dari gambaran dunuia yang
direduksi oleh akal dalam dirinya.
• Sesuatu bernilai benar dan tepat bila sesuai dengan
kenyataan.
• Kita dapat memahami banyak dari hukum-hukum
moral universal ini melalui akal kita dalam
memandang realitas faktual
Pembelajaran Nilai
• Anak harus diajarkan untuk hidup dengan
standar moral yang absolut dan universal,
karena apa yang benar itu adalah juga benar
bagi semua orang secara umum bukan hanya
untuk sekelompok ras dan masyarakat tertentu
saja.
• Penting bagi anak untuk menerima kebiasaan
yang baik dari lingkungannya. Perilaku yang
baik dan bajik itu tidak akan datang kepada
manusia secara otomatis, tetapi harus dipelajari.
• Pengembangan kemampuan individu mesti
diarahkan untuk mencapai nilai di dalam realitas
pengalaman intelektual maupun realitas
pengalaman moral
Nilai dan Pendidikan Menurut
Kelompok Pragmatis
• Nilai itu relativ.
• Etika dan aturan-aturan moral tidak permanen
tetapi tampil karena perubahan budaya dan
masyarakat.
• Menguji ketingian nilai seiring dengan menguji
kebenaran idea-idea kita.
• Kita mesti memperhatikan problema kehidupan
manusia baik secara keseluruhan maupun
saintifik dan memilih nilai-nilai mana yang
kelihatannya dapat memecahkan problematika
manusia.
Dasar Bangunan Nilai
• Sejauh mana sesuatu itu memiliki nilai
guna…. Fungsional ….. Praktis dalam
kehidupan… dilihat dari tingkat
manfaatnya
• Nilai dilihat dari konsekuensinya dalam
kehidupan
NILAI DAN PENDIDIKAN DALAM
KONTEKS ISLAM
•

•

•

Nilai terkait dengan keyakinan
seseorang atas sesuatu yang
mewajibkan dirinya untuk
melestarikannya.
Nilai teraplikasi dalam tindakan praktis,
artinya nilai sangat berkaitan dengan
aktivitas seseorang.
Amal adalah bukti nyata bahwa
seseorang telah memiliki nilai.
KLASIFIKASI NILAI
• MUTLAK
• MUQAYYAD
Etika dan Pendidikan
•

•
•

Kajian etika biasanya mencermati bentukbentuk sistem yang konsisten dari normanorma yang ditunjukkan validitasnya bagi
semua manusia secara rasional
Pendidikan secara luas dianggap sebagai
usaha moral
Sikap guru terhadap tugasnya tergantung
pada sikap etis yang dimilikinya.
Etika dan Tugas Profesi Keguruan
• Etika merupakan studi nilai dalam realita perilaku dan
tindakan manusia. Ia meliputi pertanyaan-pertanyaan
seperti kehidupan yang bagaimana bagi seseorang yang
disebut baik? bagaimana kita harus berperilaku dalam
kehidupan? bagaimana memilih dan menentukan bahwa
perilaku kita itu baik atau tidak baik? Kecuali itu, etika
juga terkait dengan persoalan-persoalan nilai benar
sebagai basis bagi tindakan yang benar.
• Guru yang memiliki etika akan memiliki sikap
profesionalisme yang tinggi, karena kerjanya didasarkan
pada prinsip-prinsip yang tinggi
Estetika dan Pendidikan
 Estetika merupakan studi nilai dalam realitas
keindahan. Nilai estetika biasanya sukar untuk
dinilai, karena nilai-nilai ini menjadi nilai milik
personal dan subjektif. Estetika berkenaan dengan
seni
 Seseorang dapat memahami segala sesuatu sebagai
sains melalui penggunaan intelegensinya, namun
hal itu akan lebih mendalam jika ianya disentuhkan
dengan praktik lain, yaitu seni.
 Upaya apa pun yang tidak disentuhkan dengan seni
akan menjadikan sesuatu itu dipahami secara kaku,
rigit dan statis
Sambungan
• Pendidikan yang mengikutkan estetika sebagai sesuatu
yang penting dalam setiap setiap gerak langkahnya,
menjadikan aktivitasnya hidup dalam suasana yang
nyaman dan menyenangkan, sehingga subjek didiknya
akan betah dalam menjalankan proses belajar, karena
memang tidak tersentuh oleh watak keterpaksaan yang
akan menyiksa dirinya.
• Estetika dan pendidikan merupakan sesuatu yang tidak
dapat dipisahkan begitu saja, tidak saja karena
aktivitasnya yang membutuhkan nilai estetis, tetapi juga
mengingat entitasnya yang memang juga akan
membangun nilai-nilai estetis dalam diri subjek didik.
Teori-Teori Pengembangan SDM
(Idealisme)
 Aliran ini memiliki suatu keyakinan, bahwa realitas
ini terdiri dari substansi sebagaimana ide-ide atau
spirit. Alam nyata tergantung pada Tuhan sebagai
Jiwa Universal. Alam nyata ini adalah pancaran dan
ekspresi dari Jiwa Universal itu. Realita yang
sesungguhnya bukanlah terletak pada bendanya,
tetapi pada sesuatu yang berada di dalam dan
mengikat zat tersebut, sehingga ia menjadi wujud.
 Filsafat idealis mengklaim, bahwa realitas tertinggi yang
berada pada spritual melebihi yang fisik, mental melebihi
yang material.
Dasar Filosofi
•
•
•
•
•

•

•

Manusia lahir ke dunia dengan membawa ide atau yang disebutnya dengan
innate idea (ide bawaan).
Manusia lahir telah membawa nilai-nilai kebaikan dan kebenaran yang
dengannya manusia mesti memeliharanya agar apa yang telah dibawanya
menjadi nyata dalam alam realitas.
Idealis tidak menolak pengalaman fisik manusia, namun kesemua itu
bukanlah merupakan sesuatu realitas yang ultimet, pengalaman material itu
tidak lain adalah manifestasi dari suatu realitas yang paling fundamental
realitas yang sesungguhnya bukan berada pada kebenaran indrawi manusia
yang terbatas pada hal-hal yang terlihat dan terukur saja.
Apa yang ada dalam wujud materi hanyalah sebagai refleksi atas kebenaran
hakiki yang berada di ruang ide manusia. Wujudnya merupakan
keseluruhan totalitas yang tersusun secara logis dan spritual yang telah ada
dan tertata rapi dalam alam ide manusia.
Manusia akan dapat melihat dan berpikir tentang sesuatu dengan objektif,
bila mana ia berada di luarnya. Mesti ada jarak antara subjek dengan objek.
Hanya dengan cara demikian akan muncul rasa ta`ajjub dan bertanya-tanya
tentang sesuatu yang adalah suatu bukti awal aktivitas akal manusia
sebagai realisasi dunia ide ke permukaan.
Dunia idea inilah sebagai awal gerak pengembangan manusia, karena
pengetahuan yang subjektif-parsial sangat tergantung pada sinaran
intelektualitas dunia idea.
Teori-Teori Pengembangan SDM
(Rasionalisme)
 Rasionalisme adalah suatu aliran filsafat yang muncul pada zaman
moderen yang menekankan, bahwa dunia luar adalah sesuatu yang
riil.
 Realitas merupakan pertemuan jiwa dan dunia luar sebagai objeknya.
 Sumber pengetahuan terletak rasio manusia melalui persentuhannnya
dengan dunia nyata di dalam berbagai pengalaman empirisnya.
 Kesempurnaan kemanusiaan tergantung pada kualitas rasionya,
sedangkan kualitas rasio manusia tergantung kepada penyediaan kondisi
yang memungkinkan berkembangnya rasio ke arah yang memadai untuk
mencerna berbagai permasalahan kehidupan menuju penyempurnaan dan
kemajuan
 Pribadi-pribadi yang rasional adalah pribadi-pribadi yang mempunyai suatu
keyakinan atas dasar kesimpulan yang berlandaskan pada analisis
mendalam terhadap berbagai bukti yang dapat dipercaya, sehingga
terdapat hubungan rasional antara ide dan kenyataan empiri
Tendensi Pengembangan
• Pengembangan sumber daya manusia tidak lain adalah
dengan pendekatan mental dicipline, yaitu suatu
pendekatan yang berupaya melatih pola dan sistematika
berpikir seseorang atau sekelompok orang melalui tata
logik yang tersistematisasi.
• Pendidikan adalah upaya memampukan anak didik
dalam menghubungkan berbagai data atau fakta yang
ada melalui tata pikir logik sistematik menuju
pengambilan suatu kesimpulan yang baik pula.
• Proses semacam ini memerlukan penguatan-penguatan
(reinforcement) melalui pendekatan individualistis yang
mengacu pada latihan intelektualistis.
Instrumen Pengembangan
• Kesadaran
• Kebebasan: dalam berbahasa
•
dalam berpendapat
Teori Pengb SDM Realisme
Merupakan filsafat yang memandang realitas secara dualitis.
Realisme berpendapat bahwa hakekat realitas ialah terdiri atas
dunia fisik dan dunia ruhani.
Realisme membagi realitas menjadi dua bagian, yaitu subjek
yang menyadari dan mengetahui di satu pihak dan di pihak lainnya
adalah adanya realita di luar manusia, yang dapat dijadikan objek
pengetahuan manusia.
Beberapa tokoh yang beraliran realisme: Aristoteles, Johan
Amos Comenius, Wiliam Mc Gucken, Francis Bacon, John Locke,
Galileo, David Hume, John Stuart Mill.
Teori-Teori Pengembangan SDM
Pragmatisme-Eksprimentalis
 Kehidupan tidak memiliki makna finis.
 Ketika suatu tujuan telah tercapai dan suatu
kebutuhan telah dipenuhi, maka hal ini menjadi
instrumen bagi pengujian dan penemuan
selanjutnya.
 Realitas yang nyata adalah perubahan dan hanya
dapat diketahui melalui pengalaman praktis.
 Yang riil adalah segala sesuatu yang dapat dialami
dan dialami oleh panca indra.
 Realitas adalah interaksi manusia dengan
lingkungannya.
 Sesuatu dikatakan benar apabila dapat dibuktikan
secara nyata dalam kehidupan praktis manusia.
lanjutan
•

hidup adalah perubahan dan perubahan terjadi melalui pemikiran
cerdas manusia dalam menyelesaikan berbagai rintangan dan
problem yang ada.
• Penyelesaian problem sangat tergantung pada penyesuain diri
dengan berbagai realitas dalam pengalaman-pengalaman.
• Pendidikan bukan semata-mata memberikan materi pelajaran yang
dapat membawa subjek didik ke arah kemampuan menyesuaikan
diri dengan situasi kondisi kehidupan nyata saja, tetapi yang lebih
penting dari itu adalah bagaimana agar subjek didik itu
meningkatkan kualitasnya melalui upaya memperkuat dan
meningkatkan pengalaman-pengalaman moral.
• Peranan rasio manusia mesti menjadi perhatian dalam
pengembangan sumber daya manusia, karena fungsinya yang
dapat menjembatani relasi individu-individu dengan lingkungannya.
Pengb SDM Eksistensialisme
Memfokuskan pada pengalaman-pengalaman individu.
Secara umum, eksistensialisme menekankn pilihan kreatif,
subjektifitas pengalaman manusia dan tindakan konkrit dari
keberadaan manusia atas setiap skema rasional untuk hakekat
manusia atau realitas.
Beberapa tokoh dalam aliran ini: Jean Paul Satre, Soren
Kierkegaard, Martin Buber, Martin Heidegger, Karl Jasper, Gabril
Marcel, Paul Tillich
Filsafat Pendidikan
Progresivisme
• Bukan merupakan bangunan filsafat atau aliran
filsafat yang berdiri sendiri, melainkan merupakan
suatu gerakan dan perkumpulan yang didirikan
pada tahun 1918.
• Aliran ini berpendapat bahwa pengetahuan yang
benar pada masa kini mungkin tidak benar di masa
mendatang.
• Pendidikan harus terpusat pada anak bukannya
memfokuskan pada guru atau bidang muatan.
• Beberapa tokoh dalam aliran ini : George Axtelle,
william O. Stanley, Ernest Bayley, Lawrence
B.Thomas, Frederick C. Neff
Filsafat Pendidikan
Esensialisme
•
Adalah suatu filsafat pendidikan
konservatif yang pada mulanya
dirumuskan sebagai suatu kritik pada
trend-trend progresif di sekolahsekolah. Mereka berpendapat bahwa
pergerakan progresif telah merusak
standar-standar intelektual dan moral
di antara kaum muda. Beberapa tokoh
dalam aliran ini: william C. Bagley,
Thomas Briggs, Frederick Breed dan
Isac L. Kandell.
Filsafat Pendidikan Perenialisme
Merupakan suatu aliran dalam pendidikan yang
lahir pada abad kedua puluh. Perenialisme lahir
sebagai suatu reaksi terhadap pendidikan
progresif. Mereka menentang pandangan
progresivisme yang menekankan perubahan
dan sesuatu yang baru. Perenialisme
memandang situasi dunia dewasa ini penuh
kekacauan, ketidakpastian, dan
ketidakteraturan, terutama dalam kehidupan
moral, intelektual dan sosio kultual. Oleh karena
itu perlu ada usaha untuk mengamankan
ketidakberesan tersebut, yaitu dengan jalan
menggunakan kembali nilai-nilai atau prinsipprinsip umum yang telah menjadi pandangan
hidup yang kukuh, kuat dan teruji. Beberapa
AliranFilsafat
Rekonstrusionisme
• Pendidikan dapat memunculkan kesadaran para subjek didik untuk
senantiasa memperhatikan persoalan sosial, ekonomi dan politik dan
menjelaskan kepada mereka bahwa memecahkan kesemua problem itu
hanya melalui keterampilan memecahkan problem. Tujuan aliran ini tidak
lain adalah untuk membangun masyarakat baru, yakni suatu masyarakat
global yang memiliki hubungan interdependensi
• Manusia memiliki potensi fleksibel dan kukuh baik dalam sikap maupun
dalam tindakan. Adalah suatu hal yang paling berharga dalam kehidupan
manusia itu, jika ia memiliki kesempatan yang cukup untuk mengembangkan
potensi naturalnya secara sempurna. Pendidikan dalam hal ini adalah
jawaban atas keinginan potensial manusia itu.
• Tujuan pendidikan adalah mampu membangun dunia bagi masyarakat
dengan menggunakan kemampuan akal, indra dan intuisi. Oleh karena itu
ketiga aspek ini mesti tertuang dalam kurikulum pendidikan itu. Pendidikan
harus menjadikan subjek didiknya mampu menggunakan ilmu pengetahuan
yang diperolehnya sebagai wahana bagi perealisasian nilai-nilai spritual.
lanjutan
•

•

•
•

Pendidikan menurutnya mesti mampu memandang situasi aktual dengan tidak
melihat manusia secara sebahagian-bagian. Pendidikan baru harus mampu
menjadikan ilmu-ilmu pengetahuan sebagai wahana bagi realisasi nilai-nilai spritual.
Untuk itu perlu adanya upaya integrasi intelektual dan cinta, sebab hidup bukanlah
rutinitas, tetapi seni yang kreatif, konstruktif dan inovatif.
Pengembangan watak manusia ini selalu berinteraksi dengan kondisi-kondisi yang
mengelilinginya dalam menghasilkan budaya. Oleh karena itu manusia selalu
beradaptasi dengan lingkungan masyarakatnya. Manusia adalah bagian terpenting
dalam sebuah masyarakat, sehingga apa pun yang ia lakukan selalu bekenaan
dengan pembentukan kebudayaannya. Masalah perbedaan biologis dan perbedaan
individu berfungsi dalam suatu bentuk sosial namun itu bukanlah sifat asli yang dapat
memisahkan suatu bangsa, kelompok dan kelas tertentu dari yang lainnya. Lebih
lanjut, ia mengatakan bahwa kebebasan adalah hak esensial manusia, namun dalam
pengembangannya memerlukan hubungan dengan sesuatu yang berada di luar
dirinya dan di sinilah manusia mesti menjadi bagian dalam suatu masyarakat.[3]
Mengingat manusia adalah bagian masyarakat, maka pendidikan secara efisiensi
mesti mengacu pada kepentingan rekonstruksi masyarakat.

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Filsafat, ilmu pengetahuan dan agama.ppt
Filsafat, ilmu pengetahuan dan agama.pptFilsafat, ilmu pengetahuan dan agama.ppt
Filsafat, ilmu pengetahuan dan agama.pptari susanto
 
Makalah aliran filsafat idealisme materialisme pluralisme dualisme monisme ek...
Makalah aliran filsafat idealisme materialisme pluralisme dualisme monisme ek...Makalah aliran filsafat idealisme materialisme pluralisme dualisme monisme ek...
Makalah aliran filsafat idealisme materialisme pluralisme dualisme monisme ek...DIANTO IRAWAN
 
Tugas filsafat 14 teori kebenran
Tugas filsafat 14 teori kebenranTugas filsafat 14 teori kebenran
Tugas filsafat 14 teori kebenranSusi Yanti
 
Kebenaran ilmiah 2
Kebenaran ilmiah 2Kebenaran ilmiah 2
Kebenaran ilmiah 2Toni Isbandi
 
Filsafat administrasi
Filsafat administrasiFilsafat administrasi
Filsafat administrasiAndi Irawan
 
Pertanyaan filsafat umum
Pertanyaan filsafat umum Pertanyaan filsafat umum
Pertanyaan filsafat umum Dion tomy
 
Metafizik (ontologi)
Metafizik (ontologi)Metafizik (ontologi)
Metafizik (ontologi)chenta_miamor
 
problematika filsafat, epistimologi, ontologi aksiologi
problematika filsafat, epistimologi, ontologi aksiologiproblematika filsafat, epistimologi, ontologi aksiologi
problematika filsafat, epistimologi, ontologi aksiologiLtfltf
 
Makalah metafisika
Makalah metafisikaMakalah metafisika
Makalah metafisikaErna Mariana
 
Makalah Pengertian Filsafat
Makalah Pengertian FilsafatMakalah Pengertian Filsafat
Makalah Pengertian Filsafatsayid bukhari
 
Filsafat materialisme untuk materi kuliah
Filsafat materialisme untuk materi kuliahFilsafat materialisme untuk materi kuliah
Filsafat materialisme untuk materi kuliahMeylinLagi
 
Positivisme dalam Pendidikan
Positivisme dalam PendidikanPositivisme dalam Pendidikan
Positivisme dalam Pendidikanalvianica nanda
 
Tanya Jawab Materi Pengantar Filsafat Ilmu Dari Sudut Pandang Ontologi, Epist...
Tanya Jawab Materi Pengantar Filsafat Ilmu Dari Sudut Pandang Ontologi, Epist...Tanya Jawab Materi Pengantar Filsafat Ilmu Dari Sudut Pandang Ontologi, Epist...
Tanya Jawab Materi Pengantar Filsafat Ilmu Dari Sudut Pandang Ontologi, Epist...YuliaKartika6
 

Was ist angesagt? (20)

Filsafat, ilmu pengetahuan dan agama.ppt
Filsafat, ilmu pengetahuan dan agama.pptFilsafat, ilmu pengetahuan dan agama.ppt
Filsafat, ilmu pengetahuan dan agama.ppt
 
Makalah aliran filsafat idealisme materialisme pluralisme dualisme monisme ek...
Makalah aliran filsafat idealisme materialisme pluralisme dualisme monisme ek...Makalah aliran filsafat idealisme materialisme pluralisme dualisme monisme ek...
Makalah aliran filsafat idealisme materialisme pluralisme dualisme monisme ek...
 
Tugas filsafat 14 teori kebenran
Tugas filsafat 14 teori kebenranTugas filsafat 14 teori kebenran
Tugas filsafat 14 teori kebenran
 
Filsafat umum
Filsafat umumFilsafat umum
Filsafat umum
 
Filsafat ilmu
Filsafat ilmuFilsafat ilmu
Filsafat ilmu
 
Pengertian filsafat
Pengertian filsafatPengertian filsafat
Pengertian filsafat
 
Kebenaran ilmiah 2
Kebenaran ilmiah 2Kebenaran ilmiah 2
Kebenaran ilmiah 2
 
Filsafat administrasi
Filsafat administrasiFilsafat administrasi
Filsafat administrasi
 
Pertanyaan filsafat umum
Pertanyaan filsafat umum Pertanyaan filsafat umum
Pertanyaan filsafat umum
 
Metafizik (ontologi)
Metafizik (ontologi)Metafizik (ontologi)
Metafizik (ontologi)
 
problematika filsafat, epistimologi, ontologi aksiologi
problematika filsafat, epistimologi, ontologi aksiologiproblematika filsafat, epistimologi, ontologi aksiologi
problematika filsafat, epistimologi, ontologi aksiologi
 
Makalah metafisika
Makalah metafisikaMakalah metafisika
Makalah metafisika
 
Bab i.aliran filsafat
Bab i.aliran filsafatBab i.aliran filsafat
Bab i.aliran filsafat
 
Makalah Pengertian Filsafat
Makalah Pengertian FilsafatMakalah Pengertian Filsafat
Makalah Pengertian Filsafat
 
Filsafat materialisme untuk materi kuliah
Filsafat materialisme untuk materi kuliahFilsafat materialisme untuk materi kuliah
Filsafat materialisme untuk materi kuliah
 
Filsafat mistik
Filsafat mistikFilsafat mistik
Filsafat mistik
 
Peta minda kaedah epistemologi
Peta minda kaedah epistemologiPeta minda kaedah epistemologi
Peta minda kaedah epistemologi
 
Positivisme dalam Pendidikan
Positivisme dalam PendidikanPositivisme dalam Pendidikan
Positivisme dalam Pendidikan
 
Tanya Jawab Materi Pengantar Filsafat Ilmu Dari Sudut Pandang Ontologi, Epist...
Tanya Jawab Materi Pengantar Filsafat Ilmu Dari Sudut Pandang Ontologi, Epist...Tanya Jawab Materi Pengantar Filsafat Ilmu Dari Sudut Pandang Ontologi, Epist...
Tanya Jawab Materi Pengantar Filsafat Ilmu Dari Sudut Pandang Ontologi, Epist...
 
Makalah filsafat 4
Makalah filsafat 4Makalah filsafat 4
Makalah filsafat 4
 

Andere mochten auch

Andere mochten auch (11)

Manusia dan kebenaran
Manusia dan kebenaranManusia dan kebenaran
Manusia dan kebenaran
 
Konseling realita
Konseling realita Konseling realita
Konseling realita
 
Bab 3 a
Bab 3 aBab 3 a
Bab 3 a
 
Cinta
CintaCinta
Cinta
 
Filsafat dan ilmu
Filsafat dan  ilmuFilsafat dan  ilmu
Filsafat dan ilmu
 
Hubungan antara ilmu dengan kebudayaan
Hubungan antara ilmu dengan kebudayaanHubungan antara ilmu dengan kebudayaan
Hubungan antara ilmu dengan kebudayaan
 
Kepastian dan kebenaran ilmu pengetahuan
Kepastian dan kebenaran ilmu pengetahuanKepastian dan kebenaran ilmu pengetahuan
Kepastian dan kebenaran ilmu pengetahuan
 
Hubungan antara kebudayaan dengan ilmu dan tekhnologi
Hubungan antara kebudayaan dengan ilmu dan tekhnologiHubungan antara kebudayaan dengan ilmu dan tekhnologi
Hubungan antara kebudayaan dengan ilmu dan tekhnologi
 
Suara hati
Suara hatiSuara hati
Suara hati
 
Perkembangan Drama
Perkembangan DramaPerkembangan Drama
Perkembangan Drama
 
Manusia sebagai mahluk tuhan
Manusia sebagai mahluk tuhanManusia sebagai mahluk tuhan
Manusia sebagai mahluk tuhan
 

Ähnlich wie Kuliah fils pdd s2

Pengertian, Tujuan dan Ruang Lingkup Filsafat Pendidikan dan Filsafat Pendidi...
Pengertian, Tujuan dan Ruang Lingkup Filsafat Pendidikan dan Filsafat Pendidi...Pengertian, Tujuan dan Ruang Lingkup Filsafat Pendidikan dan Filsafat Pendidi...
Pengertian, Tujuan dan Ruang Lingkup Filsafat Pendidikan dan Filsafat Pendidi...Ndya2
 
Pengertian Tujuan dan Ruang Lingkup filsafat pendidikan Islam
Pengertian Tujuan dan Ruang Lingkup  filsafat pendidikan Islam Pengertian Tujuan dan Ruang Lingkup  filsafat pendidikan Islam
Pengertian Tujuan dan Ruang Lingkup filsafat pendidikan Islam Ikram ishadila (202127050)
 
paper mk filsafat pendidikan kelompok 1.docx
paper mk filsafat pendidikan kelompok 1.docxpaper mk filsafat pendidikan kelompok 1.docx
paper mk filsafat pendidikan kelompok 1.docxALABDALI2
 
paper mk filsafat pendidikan kelompok 1.pdf
paper mk filsafat pendidikan kelompok 1.pdfpaper mk filsafat pendidikan kelompok 1.pdf
paper mk filsafat pendidikan kelompok 1.pdfirnayunita2
 
1_Konsep Asas Falsafah dan Falsafah Pendidikan.pptx
1_Konsep Asas Falsafah dan Falsafah Pendidikan.pptx1_Konsep Asas Falsafah dan Falsafah Pendidikan.pptx
1_Konsep Asas Falsafah dan Falsafah Pendidikan.pptxMOHDHARIESBINABDRAHM
 
resume kepompok 1.pdf
resume kepompok 1.pdfresume kepompok 1.pdf
resume kepompok 1.pdfMuksal Mina
 
Implikasi dan implementasi Filsafat Ilmu
Implikasi dan implementasi Filsafat IlmuImplikasi dan implementasi Filsafat Ilmu
Implikasi dan implementasi Filsafat Ilmusayid bukhari
 
PP3 Landasan dan Asas-asas Pendidikan.pptx
PP3 Landasan dan Asas-asas Pendidikan.pptxPP3 Landasan dan Asas-asas Pendidikan.pptx
PP3 Landasan dan Asas-asas Pendidikan.pptxFirmanRengel
 
Kegunaan memahami-filsafat-bagi-guru-pertemuan-4
Kegunaan memahami-filsafat-bagi-guru-pertemuan-4Kegunaan memahami-filsafat-bagi-guru-pertemuan-4
Kegunaan memahami-filsafat-bagi-guru-pertemuan-4Universitas Jember
 
PP MAT 3B 22 (089650921876)
PP MAT 3B   22 (089650921876)PP MAT 3B   22 (089650921876)
PP MAT 3B 22 (089650921876)Erlita Sari
 
Filsafat pendidikan
Filsafat pendidikanFilsafat pendidikan
Filsafat pendidikanAnjunfdl
 
Landasan filosofik pendidikan
Landasan filosofik pendidikanLandasan filosofik pendidikan
Landasan filosofik pendidikanAghnia Rahmawati
 
Cut Iza Hafizah resume judul kelompok 1.docx
Cut Iza Hafizah resume judul kelompok 1.docxCut Iza Hafizah resume judul kelompok 1.docx
Cut Iza Hafizah resume judul kelompok 1.docxssuser7e718f
 
Makalah filsafat pendidikan
Makalah filsafat pendidikanMakalah filsafat pendidikan
Makalah filsafat pendidikanWarnet Raha
 

Ähnlich wie Kuliah fils pdd s2 (20)

Pengertian, Tujuan dan Ruang Lingkup Filsafat Pendidikan dan Filsafat Pendidi...
Pengertian, Tujuan dan Ruang Lingkup Filsafat Pendidikan dan Filsafat Pendidi...Pengertian, Tujuan dan Ruang Lingkup Filsafat Pendidikan dan Filsafat Pendidi...
Pengertian, Tujuan dan Ruang Lingkup Filsafat Pendidikan dan Filsafat Pendidi...
 
Pengertian Tujuan dan Ruang Lingkup filsafat pendidikan Islam
Pengertian Tujuan dan Ruang Lingkup  filsafat pendidikan Islam Pengertian Tujuan dan Ruang Lingkup  filsafat pendidikan Islam
Pengertian Tujuan dan Ruang Lingkup filsafat pendidikan Islam
 
paper mk filsafat pendidikan kelompok 1.docx
paper mk filsafat pendidikan kelompok 1.docxpaper mk filsafat pendidikan kelompok 1.docx
paper mk filsafat pendidikan kelompok 1.docx
 
paper mk filsafat pendidikan kelompok 1.pdf
paper mk filsafat pendidikan kelompok 1.pdfpaper mk filsafat pendidikan kelompok 1.pdf
paper mk filsafat pendidikan kelompok 1.pdf
 
1_Konsep Asas Falsafah dan Falsafah Pendidikan.pptx
1_Konsep Asas Falsafah dan Falsafah Pendidikan.pptx1_Konsep Asas Falsafah dan Falsafah Pendidikan.pptx
1_Konsep Asas Falsafah dan Falsafah Pendidikan.pptx
 
Landasan Filosofis Pendidikan
Landasan Filosofis PendidikanLandasan Filosofis Pendidikan
Landasan Filosofis Pendidikan
 
resume kepompok 1.pdf
resume kepompok 1.pdfresume kepompok 1.pdf
resume kepompok 1.pdf
 
Implikasi dan implementasi Filsafat Ilmu
Implikasi dan implementasi Filsafat IlmuImplikasi dan implementasi Filsafat Ilmu
Implikasi dan implementasi Filsafat Ilmu
 
PP3 Landasan dan Asas-asas Pendidikan.pptx
PP3 Landasan dan Asas-asas Pendidikan.pptxPP3 Landasan dan Asas-asas Pendidikan.pptx
PP3 Landasan dan Asas-asas Pendidikan.pptx
 
Kegunaan memahami-filsafat-bagi-guru-pertemuan-4
Kegunaan memahami-filsafat-bagi-guru-pertemuan-4Kegunaan memahami-filsafat-bagi-guru-pertemuan-4
Kegunaan memahami-filsafat-bagi-guru-pertemuan-4
 
PP MAT 3B 22 (089650921876)
PP MAT 3B   22 (089650921876)PP MAT 3B   22 (089650921876)
PP MAT 3B 22 (089650921876)
 
Filsafat 7
Filsafat 7Filsafat 7
Filsafat 7
 
Asas Falsafah
Asas FalsafahAsas Falsafah
Asas Falsafah
 
Filsafat pendidikan
Filsafat pendidikanFilsafat pendidikan
Filsafat pendidikan
 
Landasan filosofik pendidikan
Landasan filosofik pendidikanLandasan filosofik pendidikan
Landasan filosofik pendidikan
 
Makalah filsafat pendidikan
Makalah filsafat pendidikanMakalah filsafat pendidikan
Makalah filsafat pendidikan
 
filsafat
filsafat filsafat
filsafat
 
Cut Iza Hafizah resume judul kelompok 1.docx
Cut Iza Hafizah resume judul kelompok 1.docxCut Iza Hafizah resume judul kelompok 1.docx
Cut Iza Hafizah resume judul kelompok 1.docx
 
Makalah filsafat pendidikan
Makalah filsafat pendidikanMakalah filsafat pendidikan
Makalah filsafat pendidikan
 
Makalah filsafat pendidikan
Makalah filsafat pendidikanMakalah filsafat pendidikan
Makalah filsafat pendidikan
 

Kuliah fils pdd s2

  • 2. DESKRIPSI MATA KULIAH • Mata kuliah ini memberikan diskusinya tentang berbagai problem yang berkenaan dengan pendidikan Islam melalui pendekatan filsafat praktis guna untuk mencarikan pemecahannya secara mendalam, sistematis, logis, metodis dan komprehensif, sehingga terbentuk pengetahuan ideal tentang pendidikan Islam. Oleh karena itu, diskusi-diskusi penting dalam mata kuliah ini mencakup permasalahan tentang konsepsi manusia, pendidikan dan nilai dalam konteks Islam sebagai pemahaman awal yang akan menjadi landasan bagi pemikiran system strategi dan tehnik pendidikan yang dapat ditempuh untuk mengembangkan sumber daya insaniah. Ini juga memperkenalkan aliran-aliran dan tokoh-tokoh dalam filsafat pendidikan sebagai model berpikir filsafat dalam memecahkan masalah-masalah pendidikan.
  • 3. TUJUAN “ Mata kuliah ini bertujuan untuk melatih mahasiswa berpikir logis, sistematis dan mendalam tentang masalah-masalah yang berhubungan dengan pendidikan Islam, sehingga memiliki pemahaman yang tajam dan terlatih menggunakan tata pikir filsafat untuk melahirkan pemikiran yang kreatif, konstruktif dan inovatif tentang pendidikan Islam.”
  • 4. TOPIK INTI I. Pengertian, Kegunaan Filsafat Pendidikan II. Objek, Sumber dan Ruang Lingkup Filsafat Pendidikan III. Hakikat dan Kedudukan Manusia di Dunia
  • 5. sambungan IV. Pengetahuan dan Nilai dalam ragam Aliran Filsafat A.Nilai dan Pendidikan B.Etika dan Pendidikan C.Estetika dan Pendidikan D.Strategi Pembinaan Nilai V. Teori-Teori Pengembangan Sumber Daya Manusia A.Teori Pengembangan SDM dalam Islam B.Idealisme C.Rasionalistis D.Realisme E.Pragmatisme-Eksprimentalisme F.Eksistensialisme VI. Aliran-Aliran dalam Filsafat Pendidikan A.Progresivisme B.Essensialisme C.Perenialisme D.Rekonstrusionisme E.Tradisionalisme F.Rasionalisme G.Neo-rasionalisme H.Neo-tradisionalisme
  • 6. • • • • • • • • • • • • • REFRENSI POKOK Kingsley Price, Education and Philosophical Thought John S. Brubacher, Modern Philosophy of Education, Mc.Graw Hill Publishing Company, New York, 1978. George F. Kneller, Introduction To The Philosophy of Education, John Wiley & Sons, Inc, New York, 1971. Muhmidayeli, Pemuikiran Etika J.J.Rousseau dan Ibn Miskawaih, Suska Press, Pekanbaru, 2000 Muhmidayeli, Filsafat Pendidikan Islam, Adtya, Yogyakarta, 2005 Muhmidayeli, Teori-Teori Pengembangan SDM, PPs UIN Suska, Pekanbaru, 2007 Muhmidayeli et al., Membangun Paradigma Pendidikan Islam, PPs UIN Suska Press, Pekanbaru, 2007 Zuhairini, Filsafat Pendidikan Islam, Bumi Aksara, Jakarta, 1992. Al-Syaibany, Omar Muhammad al-Toumy, Falsafah Pendidikan Islam, Bulan Bintang, Jakarta, 1979. `Ali Khalil Abu al-`Ainain, Falsafah al-Tarbiyah al-Islamiyah fi al-Qur’an alKarim, Dar al-Fikr al-`Arabiy, 1980 Imam Barnadib, Filsafat Pendidikan Sistem dan Metode, Andi Offset, Yogyakarta, 1990. Imam Barnadib, Ke Arah Perspektif Baru Pendidikan, Dep. Pendidikan dan Kebudayaan, Direkto0rat Perguruan Tinggi, Jakarta, 1988. Titus, H. Hornorld, dkk., Persoalan-Persoalan Filsafat, Terj. Rasyidi, Bulan Bintang
  • 7. REFRENSI PENUNJANG • Sir Thomson Gudfrey, A Modern Philosophy of Education, George Allen & Unwin, London, 1975. • Uyoh Sadullah, Pengantar Filsafat Pendidikan, Al-fabeta, Bandung, 2003. • Hasan bin `Ali al-Hijaziy, Manhaj Tarbiyah Ibn Qayyum, edisi terjemahan, Pustaka, Bandung, 2001. Zulkarnaini, Filasafat Pendidikan Islam, Bumi Aksara, Jakarta, 1991. Richard Pratte, Contemporary Theories of Education, Educational Publishers, Scranton, 1971. Sayyed Husein Nasr, Tradisional Islam in The Modern World, Terj. Lukman Hakim, Pustaka, Bandung. ………. Knowledge and The Sacred, Terj. Suharsono, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1997. Jalaluddin dan Abdullah Idi, Filsafat Pendidikan, Gaya Media Pratama, Jakarta, 1997. B.Hamdani Ali, Filsafat Pendidikan,, Kota Kembang, Yogyakarta, 1993. Arthur K. Ellis dkk., Introduction To The Foundations of Education, Prentice Hall, New Jersey, 1986. Joe Park, Selected Reading in the Philosophy of Education, Mac Millan Publishing, Co. Inc., New York, 1974. Theodore Bramel, Philophies of Education in Cultural Perspektive, HO. It Renehart and Wiston, 1955. Muhammad Iqbal, Asrar I Khudi, Terj. Bahrum Rangkuti, Bulan Bintang, Jakarta, t.t. Muhammad Iqbal, The Reconstruction of Religious Thought in Islam, Terj. Ali Audah dkk., Tinta Mas, Jakarta, 1966. John Dewey, Budaya dan Kebebasan, Terj. A.Rahman Zainuddin, Yayasan Obor Indonesia, 1998. Steven M. Chan (ed), New Studies in The Philosophy of John Dewey, The University Press of New England, New Hamesphire, 1977. • • • • • • • • • • • • •
  • 8. STRATEGI PEMBELAJARAN • 1.Metode • Metode yang digunakan dalam pembelajaran mata kuliah ini adalah metode diskusi/dialog yang diaksentuasikan model berpikir filsafat. Penekanaan penggunaan metode dengan memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada mahasiswa untuk mengembangkan pola berpikir analisiskritis, kreatif, reflektif dan inovatif terhadap berbagai problem pendidikan. • 2. Media • Untuk membantu pelaksanaan pembelajaran selain menggunakan media yang lazim digunakan di kelas, juga dengan menggunakan LCD Proyektor.
  • 9. EVALUASI • Evaluasi yang digunakan adalah dengan menggunakan tes lisan, tulisan, dan studi kasus.
  • 10. Pengertian, Kegunaan, dan Ruang Lingkup Filsafat Pendidikan FILSAFAT? Kata filsafat berasal dari kata philosophia (bahasa Yunani) yang terdiri dari kata philo yang berarti cinta dan kata sophia yang berarti hikmah, kebijaksanaan, keputusan ataupun pengetahuan yang benar. Filsafat bukanlah hikmah atau kebijaksanaan itu sendiri, tetapi lebih pada cinta akan kebijaksanaan yang tentu ditunjukkan pada upaya hati-hati dan serius seseorang dalam menggunakan daya pikirnya guna untuk meraih kebenaran dan kebaikan sejati. Berfilsafat adalah upaya berpikir dan bertindak dengan menggunakan rasio sebagai instrumen utama untuk mengetahui secara murni berbagai realita dan nilai-nilai dalam hidup dan kehidupan manusia dan segala sesuatu yang ada dan mungkin ada di dunia ini.
  • 11. Makna Filsafat • Filsafat adalah suatu proses berpikir logis, kritis dan sistematis tentang segala realitas yang ada dan yang mungkin ada yang akan menjadi sikap dan keyakinan yang sangat dijunjung tinggi oleh subjeknya. • Filsafat adalah upaya yang dilakukan seseorang untuk mendapatkan pemahaman dan gambaran makna yang jelas dan benar tentang sesuatu dalam keseluruhan hakikatnya.
  • 12. Sambungan • Filsafat adalah analisis yang diarahkan untuk mencari makna kata dan kalimat dalam suatu pemikiran, sehingga ditemukan apa yang dikehendaki oleh pemikirnya. • Filsafat adalah upaya sungguh-sungguh untuk memahami berbagai persoalan yang ada dalam keseluruhan realita. • Filsafat adalah mencari jawaban atas berbagai problema yang menjadi perhatian khusus manusia dalam kehidupannya.
  • 13. Fils. Pendidikan? • Upaya filosofis diarahkan pada suatu bidang kajian yang dalam hal ini adalah problem kependidikan sebagai sebuah realitas. • Upaya kependidikan tidak lain adalah usahausaha terprogram dan sistematis yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang kepada orang lain agar kapasitas dan abilitas dasarnya dapat meningkat secara kontinus dan terkontrol melalui proses pembelajaran, sehingga potensipotensi yang dimilikinya pun dapat berkembang sesuai kodrat kemanusiaannya.
  • 14. Sambungan • filsafat pendidikan mengandung makna berpikir kritis, sistematis dan radikal tentang berbagai problem kependidikan guna pencarian konsep-konsep dan gagasan-gagasan yang dapat mengarahkan manusia dalam rancangan yang integral agar pendidikan benar-benar dapat menjawab kebutuhan masyarakat dalam rangka kemajuan-kemajuan.
  • 15. Definisi Para Ahli • Omar Muhammad al-Toumy al-Syaibany menyebutkan, bahwa Filsafat Pendidikan adalah pelaksanaan pandangan filsafat dan kaedahkaedah filsafat dalam bidang pengalaman kemanusiaan yang disebut dengan pendidikan. • M. Arifin M.Ed mengemukakan bahwa Filsafat pendidikan adalah upaya memikirkan permasalahan pendidikan. • Ali Khalil Abu al-`Ainain mengemukakan pula, bahwa filsafat pendidikan adalah upaya berpikir filosofis tentang realitas kependidikan dalam segala lini, sehingga melahirkan teori-teori pendidikan yang beguna bagi kemajuan aktivitas pendidikan itu sendiri.
  • 16. Kegunaan • Meletakkan kualitas pendidikan bukan tugas ringan. Pengambil kebijakan pendidikan mesti menerapkan berpikir filsafat untuk menetapkan suatu keputusan agar segala aktivitas yang akan dilakukan dunia kependidikan benar-benar menjawab persoalan dan kebutuhan manusia pada masanya dan masa generasinya.
  • 17. sambungan • Upaya filsafat pendidikan merupakan sesuatu yang tidak dapat dilepaskan dari keseluruhan proses kependidikan, baik dalam pencarian orientasi, aplikasi maupun evaluasi dan pengembangan. Pendidikan dan filsafat pendidikan merupakan dua mata uang yang menyatu dalam satu unit yang mengikat.
  • 19. Bidang Pengembangan Pendidikan • Bidang Humanistic education mengacu wilayah pengembangan akademik, ilmu-ilmu murni dan nilainilai • Bidang Man power education pengembangan keterampilan dan pengetahuan teknologik dan ilmu-ilmu terapan Tujuan Isi Metode prosedur
  • 20. Ruang Lingkup Filsafat Pendidikan • • • • • • • • Hakikat manusia ideal sebagai acuan pokok bagi pengembangan dan penyempurnaan. Hakikat tujuan kependidikan Islam sebagai arah bangun pengembangan pola pendidikan. Hakikat pendidik dan anak didik sebagai subjek-subjek yang terlihat langsung dalam pelaksanaan proses edukasi. Hakikat pengetahuan dan nilai sebagai aspek penting yang dikembangkan dalam aktivitas pendidikan Hakikat kurikulum sebagai tahapan-tahapan yang akan dilalui dalam proses kependidikan menuju peraihan tujuan-tujuan Hakikat metode dan strategi pembelajaran yang memungkinkan penumbuh-kembangan potensi subjek didik. Alternatif-alternatif yang mungkin dilalui dalam pengembangan sumber daya manusia baik menyangkut prinsip-prinsip, metode maupun alat-alat pendukung peraihan tujuan. Aliran-aliran filsafat yang tumbuh dan berkembang dalam memecahkan problem kependidikan.
  • 21. Hakikat Manusia • Manusia secara sederhana adalah makhluk Tuhan yang unik yang bermukim di bumi dan memiliki karakteristik tersendiri yang membedakan dirinya dari makhluk-makhluk lain. Ini belum menggambarkan hakikat manusia secara utuh, karena ada banyak varian yang bersemayam dalam sebutannya. • Plato: manusia adalah pribadi yang tidak terbatas pada saat bersatunya jiwa dengan raga. Jiwa dan raga bukan diciptakan secara bersamaan. Jiwa telah ada jauh sebelum ia muncul ke dunia, sehingga esensi anusia adalah jiwa. Raga manusia hanyalah sebatas instrumen bagi penyempurnaan jiwa. Manusia lahir ke dunia telah membawa ide kebaikan (innate idea).
  • 22. Sambungan • Aristoteles • manusia adalah makhluk organis yang fungsionalisasinya tergantung pada jiwanya. • Dengan menitikberatkan fungsi humanitas itu pada jiwa menjadikan pandangannya berhadapan dengan kesulitan-kesulitan ketika manusia memperlihatkan fungsi motoriknya, padahal unsur kreativitas manusia memiliki hubungan yang signifikan dengan daya motorik ini. • Rene Descartes (w. 1650 M) • jiwa adalah terpadu, rasional dan konsisten yang dalam aktivitasnya selalu terjadi interaksi dengan tubuh. Interaksi jiwa dan tubuh ini dapat mengubah makna nafsu yang dimaknai dengan pengalaman-pengalaman sadar yang disertai dengan emosi jasmaniah. • Ini berarti hakikat manusia ada pada aspek kesadaran yang eksistensinya ada pada daya intelek sebagai hakikat jiwa.
  • 23. Sambungan • Schopenhauer mengatakan, bahwa kesadaran dan intelek bermukim di permukaan jiwa kita, di bawah intelek itu ada suatu kehendak yang tidak sadar yang merupakan daya kekuatan hidup dan sifatnya abadi. • Kehendak baginya adalah suatu kekuatan yang menggerakkan intelek kita untuk dirinya. Karena memang kehendak dan keinginan selalu melebihi dari apa yang dapat dilakukan dalam alam realitas, maka hidup tentulah merupakan penderitaan, dan di sinilah diperlukan kebijasanaan. • Dapatkah kebijaksanaan muncul begitu saja tanpa pendayagunaan daya intelek manusia? Jika demikian, Schopenhauer mesti pula mengakui bahwa eksistensi manusia adalah tarik menarik kehendak dan intelek dan bahwa hakikat manusia ada pada kehendak dan realisasinya tergantung pada intelek. • Implikasinya, eksistensi manusia ada pada intelek. Inteleklah yang menentukan humanitas manusia di dunia.
  • 24. Hakikat Manusia dalam Islam • Kata-kata ‫ السنسان‬dari asal kata ‫ =أسنس‬melihat, mengetahui, minta izin, = kemampuan penalaran yang tampak dari aktivitas mengamati, mencermati, menangkap, mengidentifikasi dan menganalisis berbagai kasus menuju pengambilan suatu kesimpulan yang akan menjadi pelajaran dan hikmah yang berguna bagi kehidupannya. • Manusia mampu melihat dan membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, apa-apa yang benar dan apa-apa yang salah dan dengannya dapat membuat keputusan-keputusan yang berharga untuk dirinya. • Dalam konteks ini manusia harus banyak belajar, menelaah realitas secara jujur dan konsekuen
  • 25. SAMBUNGAN • Asal katanya al-uns atau anisa yang berarti jinak menunjukkan manusia memiliki potensi beradaptasi dan menyesuaikan diri dengan berbagai lingkungan realitasnya. Artnya manusia dapat mengatur, dan dapat pula diatur. • Manusia di sini adalah makhluk sosial yang ditunjukkan dengan sikap ingin hidup berkelompok dan bermasyarakat, menata kehidupan dalam suatu komunitas, di samping juga ingin bersahabat dengan orang lain di luar diri dan kelompoknya serta berlaku ramah dengan lingkungan dan alam yang mengelilinginya. Jika demikian, maka manusia dalam konteks ini, adalah makhluk yang memiliki potensi untuk saling menghormati, menghargai, hidup rukun, cinta kedamaian dan keharmonisan. Perselisihan dan pertengkaran di antara manusia adalah semacam penyimpangan natural kemanusiaan
  • 26. SAMBUNGAN  Dari asal katanya nasiya yang berarti “lupa” menunjukkan, bahwa adanya kaitan kesadaran diri manusia dengan aktualisasi fungsionalnya sebagai manusia, karena manusia yang lupa adalah manusia yang lalai, lengah dan kehilangan kesadaran terhadap sesuatu.  Kesadaran erat pula kaitannya dengan fungsionalitas akal, hati dan kehendak manusia dalam memandang suatu realitas. Oleh karena itu mesti, dibina dan dipelihara agar tidak terjadi kelalaian, kealfaan dan kecerobohan dalam memilih berbagai tingkah laku dalam kehidupannya.  Dalam konteks ini terlihat bahwa al-Qur’an menunjuk manusia di sini sebagai makhluk psikis yang memiliki potensi ruhaniah, karena memang kesadaran diri yang memiliki kaitan dengan fungsionalitas akal, hati dan syahwat yang merupakan lambang ruhaniah manusia. Akal, hati dan syahwat merupakan tiga kekuatan jiwa yang tidak dapat dilepaskan begitu saja untuk menunjuk makna dan hakikat manusia dalam berbagai dimensi.
  • 27. Hub akal, hati dan syahwat dengan Kebebasan  Fungsionalitas ketiga unsur jiwa ini sangat tergantung pada aspek kebebasan. Jadi, akal, hati, syahwat dan kebebasan merupakan hal yang esensial dalam pengembangan humanitas manusia.  Akal sangat berguna untuk membuat analisis factual-historisrasional guna pencarian kebenaran;  hati untuk pemberian pengukuhan dan istiqamah dengan kebenaran yang telah ditemukan;  syahwat untuk memotivasi keingintahuan dan mengangkat kecemasan-kecemasan intelektual agar gigih berjuang; dan  kebebasan adalah untuk menetralisasi berbagai kondisi jiwa agar tetap berada pada jalur natural. Penyimpangan dari jalur natural menjadikan manusia zalim Dan fasiq  firman Allah dalam surah Ali Imran ayat 86 yang mengatakan bahwa “Allah tidak akan memberi petunjuk kaum yang zalim”.
  • 28. Tugas dan Fungsi Manusia • mu`abbid, Lihat al-Qur`an surah alDzariyat ayat 56, yang artinya: Tidak Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepadaKu” • khalīfah fī al-ardh: Lihat surah al-Baqarah ayat 30, Shad ayat 26, al-An`am ayatb 65, dan Yunus ayat 14. dan • `imārah fī al-ardh: Lihat surah al-Rum ayat 9 dan Hud ayat 61 • KESEMUANYA BERDIMENSI MORAL.
  • 29. Sebagai mu`abbid manusia dituntut tidak hanya untuk beribadah yang wajib seperti shalat, puasa, zakat dan lain sebagainya, tetapi juga segala aktivitas yang bernilai baik dalam kehidupan manusia yang bertujuan untuk mendekatkan diri pada Tuhan. Identitas mu’abbid ada pada perwujudan rasa syukur dan tawakkal yang terjelma dalam peribadatan-peribadatan yang akan menggerakkan manusia ke arah muttaqin
  • 30. Yg perlu dilakukan manusia mengembangkan sifat Tuhan yang diberikannya kepada manusia berupa potensi-potensi yang bersumber dari Tuhan. Manusia mesti mampu merefleksikan sifat-sifat Tuhan ke dalam dirinya dan menjadikan sifat-sifat itu aktual dalam berbagai tindakannya.
  • 31. Sebagai khalifah fi al-ardh, manusia bertugas menata dunia agar dapat hidup sejahtera, damai sentosa dan bahagia. Fungsi khalifah ini tergantung pada fungsi pertama manusia sebagai mu`abbid. Sebagai khalifah Allah SWT di muka bumi, manusia memegang tugas menjalankan misi Tuhannya di muka bumi. Manusia mesti menyadari sepenuhnya tentang hubungan yang erat antara dirinya, Tuhan dan alam sebagai unsur-unsur penting dalam kekhalifahannya.
  • 32. sebagai imarah fi al-ardh  lebih berkonotasi pada pengembang ilmu pengetahuan yang berguna bagi kehidupan manusia, tidak saja di dunia, tetapi juga untuk akhirat.  manusia diperintahkan untuk senantiasa menelaah dan menguak rahasia ciptaan Tuhan dan mengambil hikmah dari padanya, sehingga berbagai kebutuhan kehidupannya dapat terisi dengan baik dan sempurna.
  • 33. Implikasi Fungsional Manusia di dunia bahwa tugas dan fungsi utama manusia tidak lain menegakkan dan merealisasikan moralitas dalam kehidupannya. Setiap aktivitas yang dilakukan manusia mesti selalu berdimensi moral. Moralitas dalam hal ini dapat dikatakan sebagai wujud dan bukti bagi kemanusiaan manusia sebagai makhluk yang utama yang memang diberi potensi moral. Jika tidak ada lagi penegakan nilai-nilai moral dalam kehidupan manusia, berarti juga manusia telah kehilangan hal yang esensial dalam dirinya.
  • 34. Iman dan Moral • iman sebagai realisasi ketauhidan manusia memiliki implikasi dan konsekuensi terhadap penegakan nilai-nilai moral yang tinggi dan mulia. • Penumbuhkembangan perilaku moral manusia selalu berkenaaan dengan sejauh mana ia menyadari, bahwa perilaku itu harus ia lakukan. • Kesadaran dalam hal ini adalah bukti nyata dari sebuah keyakinan mendalam seseorang atas sesuatu yang dalam bahasa agama disebut dengan iman. • Manusia yang menyadari bahwa dirinya, alam jagad raya dan Tuhannya merupakan tiga bagian yang terkait dengan segala aktivitas kehidupannya,
  • 35. Implikasi praktis dalam Pendidikan • Pendidikan mesti bergerak pada upaya metodologisaplikatif akan pentransferan berbagai ilmu pengetahuan dan pembentukan skill an sich yang hakekatnya akan selalu berubah dan berkembang, tetapi juga pada upaya pentransferan nilai-nilai moral ke-Ilahi-an yang bersumber dari al-Qur’an dan sunah Nabi muhamad SAW. • Pendidikan Islam secara kategoris, tidak dapat dilepaskan dari dimensi ke-Ilahi-an sebagai wujud dari ketauhidannya. • Apa pun yang dilakukan manusia termasuk persoalan moral mesti selalu terkait dengan Allah SWT.
  • 36. Raghib al-Isfahani dan juga kebanyakan filsuf muslim mengemukakan, bahwa manusia tersusun oleh unsur bahimah dan malakiyan. Bahimah: syahwat badani yang biasanya terlihat dari aktivitas-aktivitas seperti makan, minum, nikah dan bentuk-bentuk kelezatan badan lainnya. Malakiyan adalah potensi ruhaniah seperti hikma `adala, jūd, `ilm, nâtiq dan fahm. Potensi-potensi inilah yang menggerakkan manusia untuk selalu berbuat baik untuk dirinya, masyarakatnya dan alam semesta.
  • 37. Jenis-jenis Kebutuhan Manusia • • • • • • • • • Kebenaran Kebebasan berkehendak Pendidikan Hidup Bersosial Bahasa Prinsip Keseimbangan Pengembangan Ilmu Pengetahuan Moralitas Seni
  • 38. 1. Manusia dan Kebenaran • Manusia ketika berhadapan dengan dirinya dan di luar dirinya, akan menempatkan dirinya sebagai pencari kebenaran, • Hanya manusia yang suka akan kebenaran dan mampu mencari dan menegakkannya dalam realitas kehidupannya di dunia. • Manusia dalam mengembangkan pengetahuannya, adalah ekspresi kesukaannya pada kebenaran dan kebaikan dan bahkan menghabiskan waktunya berhari-hari, berminggu-minggu, berbulan-bulan dan bahkan bertahun-tahun tanpa henti hanya untuk berjuang mewujudkan berbagai impian dan keinginannya meraih apa yang selalu disebut dengan kebenaran itu, walaupun penggunaannya selalu dalam makna ganda. • manusia dan kebenaran selalu merupakan dua yang identik.
  • 39. Fungsi Kebenaran dalam Kehidupan Manusia • • • kebenaran indektik dengan manusia itu sendiri, maka akan berkenaan dengan apa-apa yang berguna dan atau dapat membantu manusia dalam menjalankan tugas dan fungsi humanitasnya di dunia. kebenaran berkenaan dengan unsur pragmatisasinya dalam kehidupan nyata sehingga bersentuhan dengan persoalan historisitas manusia. Selain itu, kebenaran adalah sesuatu yang datang dari Tuhan, sehingga eksistensinya tidak dapat diraih begitu saja jika hanya dengan menempuh intres dan rasio semata, tetapi mesti juga melalui standar pewahyuan yang sifatnya tentu akan berlaku sepanjang sejarah manusia.
  • 40. Kebenaran dalam aktivitas humanitas • sebagai langkah awal untuk menentuan nilai kebaikan, SEBAB pengakuan akan kebenaran suatu realitas akan melahirkan sebuah keyakinan yang memaksa SUBJEK untuk memilih, menentukan dan berupaya merealisasikannya dalam tindakan nyata • Kenyataan subjek memilih dan berbuat ketidakbenaran dan atau kesalahan-kesalahan, adalah tindakan penyimpangan kemanusiaan karena kehendak-kehendak di luar kontrol akal fitrinya, di mana dorongan syahwiah melampaui naturalnya, Jika manusia telah membuat sebuah kesalahan, maka ia pun akan selalu berusaha untuk menutupinya walaupun itu melahirkan kejahatan dan atau kekeliruan yang jauh lebih besar dan bahkan mungkin saja akan terjadi kejahatan beruntun.
  • 41. 2. Manusia dan Kebebasan • dalam membuat pilihan dan keputusan untuk menjalani kehidupannya, manusia membutuhkan kebebasan berkehendak, • Dengan kebebasan, maka keputusan yang diambil datang dari diri manusia yang sejati, • tidak ada satu pun yang dapat mempertanggung jawabkan perilakunya kecuali diri yang bebas • Kebebasan yang dimaksudkan di sini bukanlah kebebasan syahwiyah yang selalu memiliki kecenderungan untuk berbuat melampaui alam natural manusia yang sejati, • Kebebasan tetapi lebih pada yang rasional yang memang memiliki watak kebenaran, kebaikan dan kebajikan, di mana ketika mencari dan mengupayakan kebenaran, kebaikan dan kebajikan itu, ia tidak dipengaruhi oleh kepentingankepentingan di luar objek kajiannya, termasuk kepentingan dan kecenderungan dirinya sendiri. • Kebebasan adalah jiwa independensi manusia dalam menentukan pilihan dan sikap
  • 42. Makna Kebebasan • Kebebasan manusia ini tentu bermakna bahwa manusia mesti mengaktualisasikan potensi humanitasnya sedemikian rupa agar apa yang ia putuskan dan ia lakukan benar-benar didasari oleh pertimbangan yang dapat dipertanggungjawabkan secara syar`iy, ilmu dan moral. • Orang-orang zalim apalagi jika ia mendustai data dan informasi yang ada adalah orang-orang yang dalam gerak langkah kehidupannya tidak menempatkan dirinya pada prinsip-prinsip keadilan yang berjalan sesuai dengan gerak humanitas yang stabil sesuai dengan hukum-hukum natural manusia yang telah ditetapkan, sehingga tidak mungkin ia akan menemukan kebenaran dan kebaikan untuk dirinya. • Jadi, orang-orang yang zalim, orang-orang pendusta dan orang-orang peingkar realitas karena lebih mengutamakan kepentingan diri dan atau pun kelompoknya dari pada kebenaran, kebaikan dan kebajikan yang sejati, maka mereka itu tidak mungkin memperoleh kebenaran, kebaikan dan kebajikan sejati yang tentu akan berguna bagi manusia dalam mengisi kehidupannya di dunia
  • 43. Urgensi Kebebasan • Sebagai makhluk rasional, manusia memiliki pemikiran yang lebih tepat dan benar yang akan dapat menentukan pemilihan berbagai nilai dalam keseluruhan realitas yang dihadapinya dan inilah karakteristik utama manusia ideal. Kualitas manusia dalam merealisasikan fungsi dirinya seperti ini erat kaitannya dengan pola dan caranya memilih dan menentukan moral untuk dirinya. Hal ini menunjukkan bahwa sommun bonum manusia sepenuhnya akan ditentukan oleh dirinya sendiri. • Dalam surah al-Kahfi ayat 29 umpamanya, Allah SWT menegaskan: • “Dan katakanlah; Kebenaran itu dari Tuhanmu, maka barangsiapa yang menghendaki (beriman) ia akan beriman dan barangsiapa yang menhendaki (kafir) ia pun akan kafir”
  • 44. Konsekuensi Kebebasan • • • • Sebagai wujud dari kebebasan ini, memestikan manusia itu bertanggung jawab atas apa saja yang telah menjadi pilihannya, Ujung dari sebuah kebebasan adalah ketidak-bebasan atau keterikatan terhadap apa yang telah dipilihnya sebagai suatu nilai. Karena memang manusia diciptakan untuk kebaikan, “moral”, maka meraih moral merupakan sebuah keniscayaan dalam pengaktualisasian kebebasan Konsekuensinya, tindakan moral erat kaitannya dengan kualitas diri seorang individu yang tidak mungkin terlepas dari situasi dan kondisi masyarakat yang mengitarinya, sehingga menjadikan nilai moralitas pun bersifat relatif subjektif. Pertanyaan penting yang muncul di sini adalah bagaimana nilai moralitas itu ketika dikaitkan dengan normativitas Agama yang selalu diandaikan sebagai sesuatu yang mapan dan finish?
  • 45. Kebenaran Mensyaratkan Kebebasan • Manusia secara bebas dapat mencari dan menentukan nilai-nilai moral untuk dirinya yang memang menjadi lambang bagi kesempurnaannya. Adapun mengenai firman Allah SWT yang sering menjadi dalil bagi pandangan yang berpegang pada sikap predentinasi (keterpaksaan manusia berbuat) seperti surah al-A`rāf ayat 101: • “Negeri-negeri (yang Telah kami binasakan) itu, kami ceritakan sebagian dari berita-beritanya kepadamu. dan sungguh Telah datang kepada mereka rasul-rasul mereka dengan membawa buktibukti yang nyata, Maka mereka (juga) tidak beriman kepada apa yang dahulunya mereka telah mendustakannya. Demikianlah Allah mengunci mata hati orang-orang kafir”. • Mereka ini adalah orang-orang yang zalim, pendusta dan pengingkar. Inilah yang dimaksud dengan firman Allah seperti dalam surah al-A`rāf ayat 101di atas, karena memang Allah memberi hidayahnya bukan tanpa mengikuti hukum-hukum ciptaannya seperti dalam firmanNya pada surah al-A`lā ayat 3.
  • 46. 3. Manusia dan Pendidikan • • • • Sebagai hamba yang dianugerahkan kelengkapan potensi psikis berupa akal, kesadaran, kemauan dan perasaan agar ia mampu berkreativitas dan berimajinasi dalam kehidupannya dengan berlandaskan pada iman dan moralitas yang tinggi yang sangat berguna bagi kemanusiaan manusia tidak dapat hidup subur dan terarah dengan baik jika tidak dipelihara dan dikembangkan oleh manusia itu sendiri melalui penyiapan berbagai perangkat pendukung lahirnya perilaku moral potensial itu menjadi perilaku moral aktual. surah al-Nahl ayat 78 yang artinya: “Dan Allah mengeluarkan kamu (manusia) dari perut ibumu belum mengetahui sesuatu apa pun. Dan Dia menciptakan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati agar kamu bersyukur”. Ayat di atas memberikan pemahaman bahwa manusia tidak akan dapat menjadi manusia utuh yang memiliki ilmu pengetahuan yang berguna bagi kemudahan kehidupannya, jika ia belum mampu memaksimalkan fungsi instrumen-instrumen jasmani dan ruhaninya. Hanya dengan cara demikian seseorang menjadi lebih baik dan memiliki nilai-nilai kemanusiaan sebagai lambang bagi dirinya.[1] Hal yang sedemikian itu memerlukan pengkondisian yang terarah dan tertata rapi, sehingga dua potensi manusia itu dapat berkembang dan terbina untuk melahirkan berbagai pengetahuan yang akan membentuk pemikirannya yang selanjutnya akan menjadi sikap diri yang menunjuk pada jati diri manusia itu sendiri. Upaya pengaturan kondisi inilah yang disebut dengan pendidikan.
  • 47. Fungsi Pdd • • • • Pendidikan dalam hal ini dapat dilihat sebagai tindakan pengupayaan manusia sejatinya, disengaja, terarah dan tertata sedemikian rupa menuju pembentukan manusia-manusia yang ideal bagi kehidupannya, atau dengan kata lain, pendidikan tidak lain adalah segala pengupayaan yang dilakukan secara sadar dan terarah untuk menjadikan manusia sebagai manusia yang baik dan ideal. Mengingat esensi kemanusiaan sepenuhnya berada pada yang ruhaniah, maka pengembangan kemanusiaan semestinya pulalah diarahkan pada pengembangan ruhaniah manusia. Pendidikan adalah tugas atau kewajiban bersama manusia dalam merealisasikan misi kemanusiaan. Oleh karena itu pendidikan mesti diatur berdasarkan hubungan intersubjektif dan interrelasional, sehingga semua komponen benar-benar berjalan secara fungsional struktural dalam kerangka yang jelas dan terarah pada peraihan tujuan-tujuan yang diinginkan. Pendidikan sebagai lembaga pembinaan dan penanaman nilai-nilai humanitas memang memiliki korelasi yang positif dengan proses modernisasi dan transformasi dalam kehidupan sosial masyarakat. Pendidikan merupakan sarana penting yang sangat diperlukan dalam proses perubahan sistem sosial, ekonomi dan politik.
  • 48. • Pendidikan memiliki kaitan yang signifikan dengan kualitas suatu masyarakat. • Pembangunan kualitas sumber daya manusia banyak bertumpu pada kualitas pendidikan sekolah. • Penyelenggaraan pendidikan tidaklah berdiri sendiri, karena ada banyak varian yang bergelayut di atasnya, baik dari subjek, maupun dari varian-varian lain yang berada di luar dirinya. • Pengendalian kesemuanya itu tergantung pada keikutsertaan semua pihak dalam jalinan kerjasama yang harmonis.
  • 49. 4. Manusia dan Hidup Bersosial • • • • • Seorang anak manusia dalam mengembangkan dan mengaktualisasikan kemampuan insaniyahnya, selain beradaptasi dengan dirinya, ia pun mesti beradaptasi dengan sesuatu di luar dirinya termasuk individu-individu atau kelompok-kelompok masyarakat di luar dirinya. Jiwa kolektif dalam banyak hal memiliki satu kepentingan sehingga gerakan sosial mana pun selalu untuk memperjuangkan kesamaan pandangan dan keyakinan. Semangat kolektivitas manusia bisa saja membuat masyarakat baru dalam tipe yang selaras dengan kepentingan mereka dalam kehidupan sosial. Kebutuhan akan hidup sosial ini mesti dikembangkan sedemikian rupa agar antara individu dengan individu lain terjalin hubungan persaudaraan, bukan hubungan persaingan yang saling menjatuhkan. Penumbuh-kembangan sikap sosial akan memunculkan sikap kooperatif dari pada sikap kompetitif.
  • 50. Manusia dan Bahasa • • • • berbahasa adalah wujud aktivitas berpikir, maka bahasa adalah kondisi yang tidak yang tidak dapat dilepaskan dari sebutan manusia. Ketika manusia mengamati benda-benda yang ada disekelilingnya, maka ia akan berupaya mendeskripsikan apa yang ia lihat. Tidak hanya itu, bahkan ia juga akan berupaya untuk mengingat benda-benda, membuat perbedaan antar benda, mengelompokkan dan kemudian mengadakan analisis. Kesemua aktivitas ini memestikan manusia untuk mengungkapkan kembali apa yang ia lihat yang tentu hanya dengan bahasa. Inilah kenapa ada banyak tokoh yang kemudian menempatkan bahasa sebagai salah satu instrumen penting dalam diri manusia dalam menciptakan prestasi insaniah di dunia. Dengan bahasa manusia membentuk konsep atas berbagai realitas yang ada, baik realitas faktuil maupun historis. Bahkan manusia mampu mengingat dan menceritakan kembali apa yang dialaminya sebelumnya, dan mampu pula memproyeksi kondisi-kondisi yang mungkin terjadi berdasarkan analisis historis terhadap berbagai kondisi yang telah berlangsung. Manusia memiliki keinginan, hasrat, cita-cita yang dalam banyak hal berhubungan dengan orang di luar dirinya, sehingga ia butuh berkomunikasi satu sama lain yang memestikan ia berbahasa. Tanpa bahasa, dapat dikatakan bahwa seseorang itu tidak akan dapat mengutarakan keinginan dan hasratnya.
  • 51. Manusia dan Prinsip Keseimbangan • manusia bersifat material dan spritual yang yang berwatakkan intelektualitas, moralitas dan relijuisitas. Ini memestikan manusia membangun humanitasnya selalu dengan mengacu pada pengembangan-pengembangan yang akan memperhatikan aspek keseimbangan antara kedua unsur ini.
  • 52. Manusia dan Pengembangan Ilmu Pengetahuan • • • Manusia yang bertugas sebagai `immarah fi al-ardh meniscayakan dirinya mengadakan pencarian terus-menerus nilai-nilai ilmu pengetahuan yang bermakna dalam konteks kemudahan kehidupannya di dunia dan di akhirat. Manusia sebagai makhluk yang memiliki kecenderungan untuk selalu berada dalam kebaikan dan kebajikan, sehingga adalah suatu niscayaan bagi manusia untuk senantiasa mencari dan mempertahankannya sebagai miliknya yang hakiki dalam rupa kepribadian. Pengetahuan merupakan instrumen penting bagi manusia untuk menjalani kehidupannya di dunia dan akhirat, sehingga dapat dikatatakan bahwa kualitas humanitas manusia banyak tergantung pada kualitas pengetahuan yang dimilikinya.[1] Oleh karena itu, ilmu pengetahuan ilmu pengetahuan merupakan kebutuhan pokok manusia yang tidak dapat dilepaskan dari sebutan dirinya sebagai manusia.
  • 53. Manusia dan Moralitas • Moral/akhlak adalah nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi pegangan bagi seseorang atau kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Moral berkenaan dengan kegiatan-kegiatan manusia yang dipandang sebagai baik / buruk, benar/salah, tepat/tidak tepat, atau menyangkut cara seseorang bertingkah laku dalam hubungan dengan orang lain. • Moral adalah nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi pegangan bagi seseorang atau kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Moral berkenaan dengan kegiatan-kegiatan manusia yang dipandang sebagai baik / buruk, benar/salah, tepat/tidak tepat, atau menyangkut cara seseorang bertingkah laku dalam hubungan dengan orang lain.
  • 54. • • Kualitas kemanusiaan selalu berkenaan dengan nilai-nilai moralitas yang teraplikasi dalam kehidupan nyata, baik dalam kehidupan individual dan sosial, maupun dalam bentuk hubungan dengan alam dan penciptanya. Eksistensi moralitas ini pun sangat menentukan bagi kualitas manusia sebagai agen perubahan atau pembuat sejarah. Hal ini semakin bermakna jika dihubungkan dengan sasaran fundamental setiap aspek relijius dan psikososial manusia yang memang bersentuhan langsung dengan persoalan moral. Bahkan Islam sendiri memberikan keyakinan bahwa tugas pokok kenabian sendiri tidak lain adalah untuk memperbaiki dan menyempurnakan moral manusia.[1] Sebagai standar perilaku, nilai-nilai moral pun membantu subjeknya menentukan pengertian sederhana terhadap suatu jenis perilaku. Dalam pengertian yang lebih kompleks nilai akan membantu subjek moral untuk mengidentifikasi apakah sesuatu perilaku itu perlu atau tidak, apakah ia baik atau buruk serta mendorongnya untuk membuat analisis dalam konteks moral reasoning dari suatu perilaku moral tertentu yang menuju pada penyimpulan-penyimpulan sebagai landasan suatu kecenderungan yang akan menjadi sikap yang akan menentukan corak suatu kepribadian.
  • 55. • Upaya pemanusiaan dalam aktivitas pendidikan secara luas dianggap sebagai usaha moral. Pendidik harus selalu memberikan perhatian apa yang harus dikatakan dan dilakukan dan bagaimana subjek didik mesti berperilaku. • Bangunan pendidikan mestilah diarahkan pada pembentukan hidup yang baik yang tergambar pada prinsip keadilan. Harmonisasi fungsi-fungsi jiwa rasio, emosi dan syahwat mestilah menjadi perhatian utama di dalam mengembangkan kepribadian manusia • Nilai-nilai ilahiyah (amar ma`ruf, nahi munkar dan iman) menjadi tumpuan bagi aktivitas manusia dalam membentuk sejarahnya, • Kesadaran dalam konteks Islam selalu berorientasi pada kesadaran ilahiyah yang berbeda dengan kesadaran dalam konteks lainnya. • Dalam konteks inilah maka banyak filsuf Muslim yang menyebutkan bahwa moralitas manusia pada dasarnya adalah perefleksian sifat-sifat Tuhan ke dalam diri manusia yang menjadikannya sebagai bagian yang tidak terlepaskan dari dirinya.
  • 56. • • Sebagai subjek dan objek moral, manusia dituntut memainkan peran proaktifnya dalam rangka menumbuhkembangkan perilaku moral dalam setiap aktivitas kehidupannya, terlebih lagi pada aktivitas pembelajaran di sekolah yang memang memiliki fungsi untuk itu. Untuk lebih meningkatkan fungsi utama sekolah seperti ini, diperlukan adanya upaya peningkatan pendidikan melalui rekonstruksi metodologis aplikatif pembelajaran dalam upaya menumbuhkembangkan moralitas subjek didik agar ianya menjadi landasan bagi segala tindak-tanduk dan perilakunya dalam kehidupan individu dan sosial kemasyarakatan. Mengingat Islam memandang bahwa tujuan kemanusiaan sarat dengan nilai-nilai moral seperti diuraikan pada bagian sebelumnya, maka memfungsikan pendidikan sekolah sebagai suatu usaha aplikatif-kolektif untuk mewujudkan menumbuh kembangkan perilaku moral subjek didik hendaklah menjadi orientasi bagi setiap aktivitas kependidikannya. Jack R. Fraenkel dalam hal ini menyebutkan, bahwa pendidikan moral mesti berlangsung pada setiap waktu di sekolah, tidak saja dalam kurikulum, tetapi juga dalam interaksi keseharian di sekolah, baik antara siswa dengan guru maupun dengan staf sekolah.[4]
  • 57. • • • • • • Kendatipun dalam sejarah lahirnya pendidikan sekolah tidak lain adalah dalam rangka penumbuhkembangan perilaku moral, namun di era sekarang semangatnya kurang terasa atau bahkan ditinggalkan. Robert L.Ebel Mengungkapkan, bahwa beberapa penyebab tepinggirkannya perhatian pendidikan sekolah terhadap penumbuh kembangan perilaku moral subjek didiknya diantaranya: bahwa dalam masyarakat telah terjadi penekanan yang amat kuat terhadap kebebasan individu dari pada tanggung jawab personal, lebih mementingkan hak-hak sipil dari pada kewajiban sipil adanya semacam kecendrungan dalam masyarakat yang melihat perubahan dan inovasi sebagai sesuatu yang lebih baik dari tradisi dan stabilitas di dalam kehidupan.[5]
  • 58. Seni – – – – – – Manusia dan Seni John Dewey berpendapat, bahwa seseorang dapat memahami segala sesuatu sebagai sains melalui penggunaan intelegensinya, namun hal itu akan lebih mendalam jika ianya disentuhkan dengan praktik lain, yaitu seni. Bahkan dengan tegas Dewey mengatakan bahwa hanya orang yang menempatkan imaji seni dalam titik fokus argumentasinyalah yang akan dapat mengembangkan kleimkleim scientific inquiry.[1] Seni dalam diri manusia merupakan suatu kebutuhan dalam berbagai aktivitas agar ia merasa betah, nyaman dan senang dalam melakukannya, sehingga hasilnya pun dapat maksimal. Realitas seni selalu berorientasi pada kecantikan, keelokan dan atau keindahan. Nilai-nilai seni dalam konteks ini selalu menjadi nilai milik personal dan subjektif dalam diri manusia. Karya seni tertentu umpamanya memunculkan banyak respon dari berbagai orang dan kelompok yang berbeda. Siapa pun orangnya, jika ia meyakini, bahwa ada nilai estetika yang objektif, tentulah ia dapat menentukan keputusan-keputusan yang mengarah pada seni yang baik. Keindahan dapat diputuskan melalui penggunaan kriteria-kriteria yang jelas dan tegas tentang suatu seni yang biasanya dapat ditentukan oleh pihak yang berwewenang. Dan siapa pun dapat pula mengklaim bahwa setiap karya seni yang memiliki skor rendah dalam suatu kriteria, maka sejarahlah yang akan membuktikan kualitas nilainya. Kriteria objektif ditujukan kepada pendatang baru di mana mereka menjadi standar baku kritisisme. Buku-buku teks literatur, seni dan musik diarahkan pada standar-standar ketika materi-materi penilaian dan apresiasinya diberitahukan kepada subjek-subjek tertentu yang memang berkepentingan dalam proses internalisasi, seperti dalam proses belajar dan mengajar di sebuah lembaga pendidikan. Sesungguhnya bagaimanapun juga bahwa kritik otoritatif dapat saja berbeda secara luas ketika menilai suatu karya seni yang memaksa kita kembali pada persoalan kita semula. Siapa yang mengatakan bahwa respon mana yang paling pantas untuk melihat sebuah karya?. Sayangnya kita tidak dapat melacak kepada sain untuk menjawab persoalan ini. Pengetahuan saintifik secara luas tidak relevan untuk memutuskan karya seni.
  • 59. – Menurut kedua pandangan ini, persoalan yang tampil adalah berkaitan tentang apa subjek matters yang lebih baik dan pantas dan apa skop seni itu sendiri. Sebagaian orang berpendapat bahwa jika seni itu merupakan ekspressi kehidupan, maka tentulah berkaitan dengan semua kehidupan. Sementara yang lain berpendapat bahwa seni itu mesti memerankan fungsi sosial. Seniman harus berbicara pada semua manusia tentang massanya, kendatipun masih ada sekelompok orang yang merasa skeptis akan tanggung jawab sosial dari seniman. Bagi Dewey, kehadiran seni itu sendiri menjadi alat bagi akal untuk memandang dunia yang satu dengan yang lain. Bahkan secara tegas ia menyatakan bahwa keseluruhan aktivitas intelek manusia baik dalam proses produktivitas, konsumsi maupun pada level kritik sesungguhnya merupakan seni. – Manusia dalam segala aktivitasnya selalu terkait dengan seni, karena memang mendidik itu sendiri adalah seni. Bahkan tidaklah salah jika dikatakan bahwa hampir keseluruhan aktivitas manusia ditentukan oleh kualitas seni yang ditampilkannya. Pekerjaan apa saja yang dilakukan dengan mengikutkan seni sebagai sesuatu yang penting dalam setiap setiap gerak langkahnya, menjadikan aktivitasnya hidup dalam suasana yang nyaman dan menyenangkan, sehingga subjeknya akan betah dalam menjalankan kegiatan itu, karena memang tidak tersentuh oleh watak keterpaksaan yang akan menyiksa dirinya. Hampir setiap saat manusia berhadapan dengan seni dalam aktivitas kesehariannya, karena manusia memang cenderung pada yang tampak indah dan teratur, sehingga wajar jika ada yang mengatakan tiada hidup tanpa seni. – Dalam keseluruhan aspek kehidupan memang bernilai seni. Seni dapat dapat melahirkan suasana yang tidak menjenuhkan dan menegangkan yang akan memunculkan kecemasan-kecemasan yang mengganggu proses pelaksanaan aktivitas itu sendiri. Pendeknya, seni dan manusia merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan begitu saja, tidak saja karena aktivitasnya yang membutuhkan nilai estetis, tetapi juga mengingat entitasnya yang memang juga akan membangun semangat kerja dalam diri subjek didik.
  • 60. EPISTEMOLOGI DAN PENDIDIKAN • Pengembangan ilmu pengetahuan dan pendidikan persekolahan selalu dikatakan memiliki hubungan signifikan, karena sekolah adalah lembaga tempat memberikan bimbingan, pengarahan dan pembentukan kepribadian melalui pentransferan ilmu pengetahuan, pembinaan sikap mental dan keterampilan kepada subjek didiknya. • pendidik mestilah memiliki pengetahuan dasar mengenai seluk beluk, sistem, metode dan segala sesuatu yang terkait dengan pengetahuan yang akan diajarkannya, sehingga guru tersebut benar-benar memilki sikap dan pandangan yang jelas terhadap pengetahuan tersebut
  • 61. sambungan • Memahami epistemologi guru dapat menjiwai profesi keguruannya yang tentunya akan menjadikan dirinya pun tidak sukar mengembangkan keilmuan yang diajarkan pada anak didiknya • Dengan begitu Guru juga tidak akan mengalami hambatan epistemologis, psikologis dan aksiologis untuk memotivasi subjek didiknya tertarik dan senang dengan materi-materi keilmuan yang diberikannya.
  • 62. FOKUS TELAAH EPISTEMOLOGIS  hakikat pengetahuan, seperti persoalan apakah ada ianya;  persoalan-persoalan aktivitas apa saja yang berkaitan dengan persolan mengetahui, perbedaan mendasar antara ‘mengetahui’ dengan ‘mempercayai’?  apakah dapat mengetahui sesuatu yang melampaui informasi indra? apakah kaitan perbuatan ‘mengetahui’ dengan sesuatu yang diketahui?  bagaimana membuktikan bahwa pengetahuan itu benar?  dll yang berkenaan dengan sistem dan metode bangunan suatu ilmu pengetahuan.
  • 63. URGENSI KAJIAN EPISTEMOLOGI • Epistemologi merupakan sesuatu yang amat penting dalam pengembangan humanitas manusia. • Berbagai aliran dan ideologi berlandaskan pada bagaimana pola dan caranya memandang realitas, baik hakikat maupun strategi dan sistem yang digunakan yang kesemua berdasarkan pada epistemologi.  Dari sudut pandang guru, yang paling penting dalam epistemologi ini adalah bagaimana membedakan antara tipe-tipe pengetahuan yang berbeda-beda baik dalam hakikat maupun prosedur.
  • 64. Tipe-Tipe Pengetahuan • • • • • Pengetahuan Wahyu. Pengetahuan Intuitif Pengetahuan Rasional Pengetahuan empiris Pengetahuan otoritatif
  • 65. Pengetahuan Wahyu • Pengetahuan wahyu adalah pengetahuan yang diberikan Tuhan, Sang Penguasa alam kepada manusia dalam kemahakuasaan-Nya melalui perantaraan para Rasul-Nya. agar apa pun keputusan dan perilaku manusia benar-benar didasari pada kebenaran yang bersumber pada Tuhan Yang Mutlak. • Pengetahuan wahyu adalah kajian terhadap firman Tuhan yang memiliki kebenaran sejati yang akan selalu benar, tanpa terikat oleh ruang dan waktu. Sehingga eksistensinya pun tentu akan selalu diterima secara apriori. Walaupun kebenaran pengetahuan wahyu itu dianggap sebagai suatu yang supernatural, tetapi ketika pengetahuan itu disentuhkan pada manusia, maka apakah hal ini meniscayakannya tetap bernilai mutlak?
  • 66. Sifat pengetahuan wahyu • Pengetahuan wahyu tidak bernilai mutlak, karena bersentuhan dengan pemahaman manusia yang terikat dengan cara pandang, kepentingan, wawasan, pendekatan dan lain sebagainya • Menjadikan nilai-nilai qur`anik sebagai data ataupun informasi yang menjadi fostulat untuk membangun kerangka pikir ataupun teori-teori meniscayakan bersintuhan pada wilayah objektif empiris. • Pengetahuan wahyu tidak terlepas dari realitas empiris manusia sebagai pencari kebenaran. • Bagaimanapun prosesnya, pemahaman terhadap kalam Tuhan, selalu melibatkan diri manusia yang terkungkung oleh eksistensi wawasan dan pengetahuannya tentang realitas baik dalam metode, prosedur maupun dalam sistem yang terbatas oleh ruang dan waktu. • Tesis menjadikan para ahli berupaya memetakan antara wahyu dan pengetahuan wahyu.
  • 67. Pengetahuan Intuitif • Pengetahuan intuitif adalah pengetahuan tentang kebenaran yang dianugerahkan Tuhan dari dalam diri manusia yang paling dalam yang melibatkan integritas akal dan hati sebagai dua yang tidak terpisahkan. • Pengetahuan intuitif adalah pengetahuan di mana seseorang mendapatkan di dalam dirinya suatu peristiwa insight. • Insight itu merupakan peristiwa yang tiba-tiba tentang sesuatu ide atau kesimpulan yang dihasilkan melalui proses ketidaksadaran yang panjang yang kemunian kita melihat adanya solusi terhadap suatu problem. • Pada dasarnya pristiwa insight ini adalah ragam aktivitas keseharian kita yang telah mengkristal dalam diri melalui alam ketidaksadaran kita yang telah menangkapnya berhari-hari, berminggu-minggu, berbulan-bulan dan bahkan bertahun-tahuan.
  • 68. Sambungan • Pengetahuan intuitif berhubungan dengan masalah ilham yang biasanya berhubungan dengan tasawuf. Kondisi ini berhubungan dengan orang yang memiliki kepekaan imajinasi terhadap peristiwa yang dilaluinya sehingga melahirkan suatu keyakinan mendalam akan adanya sesuatu yang terlihat dalam alam batinnya. • Pengetahuan intuitif merupakan pengetahuan yang diajukan dan diterima oleh seseorang berdasarkan kekuatan imajinatif atau pengalaman personal dari pribadi orang yang mengajukannya. Kebenarannya dapat dilihat seumpama karya seni yang merupakan bentuk dari pengetahuan intuitif itu. Kecuali itu dapat pula dilihat dari pristiwa insight dalam diri seseorang yang menjadikan dirinya mampu melihat sesuatu yang mungkin tidak mengikuti alur berpikir rasional. Ekspresi tingkah laku pun banyak merupakan wujud dari pengetahuan intuisi ini.
  • 69. Pengetahuan Rasional • Pengetahuan rasional: pengetahuan yang diperoleh melalui latihan akal baik melalui atau tanpa observasi empiris. • Prinsip logika formal dan material maupun matematika murni merupakan paradigma pengetahuan rasional. Kebenarannya dapat ditunjukkan melalui pendeskripsian alasan yang abstrak dengan menggunakan tata logik. • Pengetahuan rasional sepenuhnya menerima prinsip dasar logika bahwa dua statement yang kontradiktif tidak dapat keduanya menjadi benar. Contoh Mopi adalah seekor anjing dan Mopi adalah bukan seekor anjing, tidak dapat keduanya disebut sebagai objek yang sama pada saat yang sama. Atau menjadikan suatu prinsip bahwa jika A lebih besar dari B, dan B lebih besar dari C, kemudian A lebih besar dari C. Kedua prinsip ini dapat diilustrasikan melalui bentuk yang aktual namun keduanya betul-betul terpisah dengan yang lain. • Pembenaran pengetahuan rasional dapat diterapkan pada pengalaman indra tetapi tidak dapat direduksi darinya. • Pengetahuan rasional terkait dengan hubungan-hubungan logis dan arti-arti impersonal dan kebutuhan emosional dan keadaan
  • 70. Pengetahuan Empiris • pengetahuan empiris adalah pengetahuan yang dikompirmasi melalui bukti-bukti indrawi. Dengan melihat, mendengar, senyum, merasakan dan mencicipi, kita membentuk konsepsi kita tentang dunia sekitar kita. Dengan demikian pengetahuan dalam konteks ini terdiri dari ide-ide yang terbentuk sesuai dengan observasi fakta.
  • 71. PENGETAHUAN OTORITATIF • Pengetahuan otoritatif adalah suatu pengetahuan dianggap baik dan benar bukanlah karena kita telah membuktikannya sendiri sebagai suatu yang benar, tetapi lebih dikarenakan oleh bukti-bukti yang diperoleh melalui otoritas para ahli dalam bidangnya. • Contoh: • Saya menerima tanpa ragu-ragu, bahwa Jakarta adalah ibu kota negara Indonesia, bahwa bahasanya adalah juga bahasa Indonesia. • Saya menerima bahwa 1km sama dengan 1000 m dan lain sebagainya hanya berdasarkan informasi dari bahan-bahan bacaan dan laporan-laporan
  • 72. Epistemologi Idealisme tentang Pendidikan • Pengetahuan yang diterima melalui indra berada pada ketidak-pastian dan ketidak-komplekan. Dunia materi adalah pantulan dari being yang lebih sempurna dan dalam realitanya selalu tidak mencerminkan keseluruhan substansi yang sesungguhnya. Keberadaan idea tidak tampak dalam wujud lahiriah, tetapi gambaran yang asli hanya dapat dipotret oleh jiwa murni manusia. • Realitas sejati adalah roh, bukan materi. Pengetahuan yang diperoleh melaui panca indera tidak pasti,. Apa yang ditangkap indra manusia hanya sebatas apa yang ia lihat, ia raba, ia rasa, ia cium dan yang ia dengar. Sesuatu yang jelas dan pasti adalah sesuatu yang ada dalam ruang ide. Pengetahuan indrawi menurutnya tidak dapat memproduks pengetahuan yang sesungguhnya karena uji validitasnya tidak lengkap. • Alam adalah gambaran dari dunia idea, sebab posisinya tidak menetap. Idea adalah hakikat murni dan asli yang memiliki watak tetap dan konstan. Keberadaannya sangat absolut dan kesempurnaannya sangat mutlak, tidak bisa dijangkau oleh dunia material.
  • 73. Makna Pengt bagi Idealisme • • • • Pengetahuan adalah produk akal an sich, karena akal merupakan kemampuan melihat secara tajam bentuk-bentuk spritual murni dari sesuatu yang melampaui bentuk materialnya. Pengetahuan indra tidak akan dapat menjadi pengetahuan yang sebenarnya tanpa membiarkan akalnya bekerja untuk menyusun pengetahuan yang memadai tentang apa yang ia lihat. Idea memiliki relasi penting dalam alam kosmos. Idea di sini lebih berarti sebagai wilayah mental semata. Secara esensial idea-lah yang memberikan bentuk bagi dunia kosmos. Dunia kosmos tidak akan berarti apa-apa, tanpa dibangun oleh dunia idea manusia. Konsep Platonik ini kemudian dielaborasi secara metodololgis oleh Hegel dengan mengatakan, bahwa pengetahuan itu hanya valid sepanjang pengetahuan itu membentuk sebuah sistem. Hal ini mengingat bahwa realitas yang sesungguhnya tidak lain adalah bersifat rasional dan sistematis. Berdasarkan tesis ini, selanjutnya Hegel dengan tegas mengatakan, bahwa pengetahuan kita tentang realitas adalah benar sesuai dengan sistematika rasio kita untuk itu. Semakin komprehensif sistem pengetahuan kita dan semakin konsisten ide-ide yang melingkupi tentang pengetahuan itu, maka dapat dikatakan pengetahuan itu semakin benar.
  • 74. Bangunan Pengetahuan Idealisme • Pengetahuan merupakan suatu bahagian dari pemikiran manusia yang dikategorisasikan melalui alam objektif yang ditangkap melalui indra manusia. Oleh karena itu, objek pengetahuan mestilah melalui idea-idea yang keseluruhan koneksitasnya bersifat sistematis. • Pengetahuan adalah suatu keadaan yang berhubungan dengan dengan pikiran yang ditunjukkan oleh alam dan objek-objeknya. • Dunia observasi adalah suatu sistem konferhensif dari dunia ide yang akan menjelaskan dunia itu. Hasil pandangan inilah yang secara nyata membawa perubahan bagi dunia partikular. • Pengetahuan dalam bentuk ini adalah ketika imaji-imaji ide membatasi lingkupnya dan menghubung-hubungkan bahagian yang satu dengan yang lainnya sehingga ia masuk pada dunia nyata yang diobservasi lewat indra.
  • 75. sambungan • • • • • • Pengetahuan berada dalam dua tingkatan, yaitu hipotesis dan kepastian absolut. Pengetahuan adalah kesadaran dunia idea manusia bahwa yang diajukan dalam kesadarannya memiliki hubungan sistematis dengan keseluruhan ideanya tentang kebaikan yang mutlak sebagai prinsip tertinggi dalam kehidupan manusia. Teori tentang forma mana pun baru bisa dibenarkan, jika argumennya koheren dengan satu prinsip kebaikan tertinggi yang disebutnya sebagai ”The Beautiful” (Yang Indah) karena ”Yang Indah” merupakan sumber dari segala eidos; sumber segala pengetahuan manusia. Pengetahuan yang ditumbuhkan oleh manusia mesti selalu dilandasi oleh idea-ideanya tentang kebaikan sebagai somum bomun kehidupannya di dunia. Konsep ‘the idea of the good’ ini adalah dasar idealisme dalam mengembangkan konsepnya tentang pendidikan. Filsafat idea ini memberikan keyakinan bahwa idea dapat meningkatkan kemampuan rasio manusia. Idea memiliki hubungan langsung dengan putusan rasio yang mengarah pada pembentukan sikap. Fakta empiris dan tingkah laku manusia tidak lain adalah refleksi dari dunia innet idea. Metode pembelajaran apa pun dalam keseluruhan variannya mesti berorientasi pada upaya memampukan subjek didik dengan berkontemplasi dan memposisikan pengetahuan hipotesis sebagai awal gerak pengembangan keilmuan mereka.
  • 76. Hakikat belajar mengajar • Belajar bukanlah didasarkan pada pengetahuan empiris, tetapi hendaklah melalui pembinaan rasio. Rasio adalah sesuatu yang laten dalam tahun-tahun pertama kehidupan manusia dan bahkan selama perjalanan kehidupan manusia di dunia. Oleh karena itu, pembinaan rasio merupakan tugas utama dunia pendidikan. Hal ini penting mengingat aspek imajinasi, kreativitas, inisiatif pengetahuan, dan dan bahkan semua aktivitas yang bermuara pada lahirnya beragam inovasi dalam keseluruhan lini kehidupan bertolak dari aspek kematangan rasio ini. • Esesnsi pengetahuan adalah imposisi maknawi dan bentuk yang dikumpulkan melalui informasi yang diambil melalui indrawi.Oleh karena itu, inti pendidikan terletak pada pengajaran dan pelatihan. • Idealisme mengemukakan, bahwa tujuan mengajar bukanlah sekedar menghadirkan sebanyak-banyaknya pengetahuan kepada siswa tetapi bagaimana siswa harus dapat mengaitkan pengetahuan itu pada pengalaman yang mereka miliki sebelumnya sehingga apa yang mereka pelajari memiliki arti baginya secara personal.
  • 77. sambungan • Perkembangan normal belajar manusia dimulai dari persepsi, terus melalui konveksi dan pemahaman maka akan diperoleh pemenuhan aktivitas akal. • Semua orang dapat membentuk pemahaman yang benar tentang dunia dan moral. Oleh karena itu belajar adalah pembiasaan. • Tahap pertama dan kedua perkembangan psikologis anak menunjukkan kontemplasinya sebatas apa yang dapat diobservasinya secara indrawi, maka semua aspek pembelajaran pada masa ini mesti diarahkan pada pembiasaan moral. • Pendidikan lebih ditujukan untuk pembentukan kepribadian individual dalam kehidupan bermakna yang ditandai dengan munculnya kepribadian yang harmonis dan sarat dengan kebahagiaan, mampu menahan berbagai tekanan hidup, yang memampukannya hidup lebih baik dalam bingkai hubungan kemanusiaan.
  • 78. sambungan • Guru di samping sebagai seorang spesialis dalam suatu ilmu pengetahuan dengan penguasaan teknik mengajar secara baik; guru juga mesti berfungsi sebagai subjek yang mampu menjadi sosok teladan dan personifikasi dari kenyataan si anak didik. • Guru dalam hal ini selain mesti menjadi pribadi terbaik yang akan dicontoh muridnya, juga mesti dapat menjadi teman bagi para muridnya dalam gerak membangkitkan gairah dan semangat belajar mereka. • Guru mesti menghargai kebebasan berpikir muridnya agar berkembang menuju ke arah yang diinginkan, karena dalam pengembangannya rasio memestikan keleluasaan dalam gerak perhatian dan analisisnya untuk dapat mencerna dan memahami realitas sesuai dengan konteks keabadian. • Epistemologi idealisme ini meniscayakan kurikulum yang digunakan dalam pendidikan pun lebih berfokus pada isi yang objektif dengan menyediakan pengalaman belajar sebanyak-banyaknya pada siswa untuk mampu menggerakkan jiwanya pada ragam realitas yang akan
  • 79. Dasar Teori Pdd Idealisme • Teori yang berkenaan dengan jiwa dan yang menyangkut kesemua varian personality manusia • Teori tentang masyarakat • Hubungan individu dan masyarakat • Pendasaran pendidikan pada halhal sebelumnya.
  • 80. Epistemologi Realisme tentang Pendidikan • • • Suatu yang riil adalah sesuatu yang bersifat fisik dan psikis. Realisme melihat adanya hubungan dealektis antara realitas subjek yang menyadari dan mengetahui di satu pihak dan di pihak lainnya adalah adanya realitas lain yang berada di luar dirinya sebagai sesuatu yang dijadikan objek pengetahuan. Dunia yang kita terima ini bukanlah sebuah dunia yang kita ciptakan kembali secara mental, tetapi merupakan sebuah dunia apa adanya. Substansialitas, kausalitas dan bentuk-bentuk alam bukanlah semacam proyeksi dan pikiran, tetapi lebih merupakan segi-segi dari benda-benda itu sendiri. Sain natural mengembangkan sebuah gambaran yang berbeda tentang dunia dari pengalaman keseharian kita. Ide atau proposisi adalah benar ketika eksistensinya berhubungan dengan segi-segi dunia. Sebuah hipotesis tentang dunia tidak dapat dikatakan benar semata-mata karena ia koheren dengan pengetahuan. Jika pengetahuan baru itu berhubungan dengan yang lama, maka hal itu hanyalah lantaran “yang lama” itu memang benar, yaitu disebabkan pengetahuan lama koresponden dengan apa yang terjadi dengan kasus itu. Jadi koherensi tidak melahirkan kebenaran. Ketika dua atau lebih teori tentang keterkaitan segi-segi dunia berhubungan pada segi-segi yang mereka gambarkan, maka secara natural mereka pun secara nyata akan mendukung satu
  • 81. sambungan • • • • • Pengetahuan yang benar adalah pengetahuan yang koresponden dengan dunia sebagaimana apa adanya. Menanamkan pengetahuan tertentu kepada anak yang sedang tumbuh dan berkembang merupakan tugas paling penting di sekolah. Oleh karena itu, inisiatif dalam dunia pendidikan terletak pada guru sebagai pengalihan warisan budaya bukan pada siswa. Guru yang mesti memutuskan ke arah mana subjek didik mau diarahkan dan apa saja subjek matters yang mesti dipelajari di kelas. Jika subjek matters ini dapat dibuat untuk memuaskan kebutuhankebutuhan personal atau kepentingan anak, maka ianya semakin baik. Tetapi memuaskan siswa secara personal jauh kurang penting dari pada menanamkan subjek matters yang benar. Mengajarkan pengetahuan pada siswa merupakan tujuan yang paling sesungguhnya dalam pendidikan. Bagi aliran realisme, memuaskan siswa hanyalah sebagai instrumen untuk peraihan tujuan pendidikan, bukan sebagai fokus aktivitas pembelajaran. Hal ini diperlukan dalam implementasi setiap strategi mengajar yang telah ditetapkan guru sebagai langkah penting dalam pencapaian tujuan yang telah ditentukan. Epistemologi realisme tentang pendidikan seperti dikemukan di depan meniscayakan bahwa proses pembelajaran mesti didekati dengan pendekatan induktif, bukan deduktif. Pendekatan ini baginya adalah cara yang relevan untuk menanamkan pengetahuan dan nilai ke dalam diri. Hal ini sejalan dengan watak manusia dalam memperoleh pengetahuan yang memang bersentuhan dengan sendi-sendi dunia yang secara nyata berhubungan satu dengan yang lainnya.
  • 82. Epistemologi Pragmatisme tentang Pendidikan • • • Kaum pragmatis meyakini bahwa pikiran mestilah lebih bersifat aktif dan berhubungan dengan penyelidikan dan penemuan dari pada pasif dan menerima. Pikiran manusia tidak mengkonfrontasikan dunia yang ianya terpisah dari aktivitas penyelidikan dan penemuan itu. Pengetahuan dunia dibentuk melalui pikiran yang mengetahuinya. Kebenaran tidak tergantung sepenuhnya melulu pada korenpondensi ide manusia dengan realitas eksternal, karena realitas bagi manusia tergantung pada bagian dalam ide yang menjelaskannya. Pengetahuan adalah produk transaksi antara manusia dan lingkungannya dan kebenaran adalah suatu proferti bagi pengetahuan. Lantas, apakah nilai kebenaran suatu pengetahuan itu sama? Kelompok pragmatis mengklaim bahwa suatu ide adalah benar jika bisa diterapkan. Hanya Willeam James yang menyebutkan, bahwa ide benar jika memberikan konsekuensi bernilai bagi personnya. Sedangkan Peirce dan Dewey memandang bahwa suatu ide benar hanya jika ianya memiliki konsekuensi memuaskan ketika secara objektif dan secara saitifik mungkin dipraktikkan. Jadi pragmatisme memandang kebenaran suatu ide tergantung pada konsekuensi yang muncul ketika ide itu dioperasikan. John Dewey menyebutkan, bahwa pikiran bukanlah suatu yang ultimate, absolut, tetapi merupakan suatu bentuk proses alamiah dimana ia muncul sebagai hasil dari hubungan aktif antara organisme yang hidup dengan lingkungannya. Pikiran terawal dari pengalaman dan untuk kembali ke pengalaman. Ada hubungan interdependensi antara pikiran dan pengalaman empiris yang meniscayakan perubahan-perubahan. Tidaklah dikatakan pengetahuan jika tidak membawa pada perubahan bagi kehidupan manusia. Jadi, nilai pengetahuan dilihat dari kadar instrumentalisnya yang akan membawa pada akibat-akibat baik yang telah atau yang akan dihasilkan oleh ide/
  • 83. sambungan • • • • • • • Method of intellegence adalah cara yang ideal untuk mendapatkan pengetahuan. Kita menangkap sesuatu yang terbaik melalui melokalisasi problem sedemikian rupa dan memecahkannya. Menghadapi sebuah problem, intellegence mengajukan hipotesis tentang problem itu. Hipotesis yang memecahkan problem, secara sukses merupakan hipotesis yang menjelaskan fakta-fakta dri problem itu. Guru harus mengkonstruk situasi belajar mengenai problem-problem tertentu yang pemecahannya akan membawa siswa kepada pemahaman yang lebih baik akan lingkungan sosial dan fisik mereka. Subjek matters harus memberikan manfaat dalam pemecahan dalam problem tertentu yang sedang mereka diskusikan seperti transfortasi sepanjang sejarah, persoalan-persoalan seksual saat ini. Semua materi pelajaran ini menjadi lebih bermakna bagi siswa dan akan semakin mudah dikuasai ketika siswa dapat memanfaatkannya sebagai alat untuk memuaskan kebutuhan dan kepentingan diri siswa. Seorang anak adalah pelajar yang alamiah ingin tahu secara natural. Ia akan mempelajari semua dari apa yang dia rasakan atau apa yanhg ia pikirkan. Guru harus menghidupkan spirit inquiri. Mengajar siswa dalam subjek matters telah menjadi jelas baginya oleh orang lain. Guru harus menolong siswa mempelajari apa yang dirasakan, seperti sain, sastra dan sejarah. Jadi point bagi kaum pragmatis adalah bahwa siswa harus belajar dari keingintahuan, semesntara guru mesti merangsang keingintahuan itu dari subjek tertentu yang akan memenuhi keinginan tersebut.
  • 84. Nilai dan Pendidikan • • • • HAKIKAT NILAI Nilai adalah gambaran tentang sesuatu yang indah dan menarik, yang mempesona, yang menakjubkan, yang membuat kita bahagia, senang dan ingin memilikinya. Nilai itu merupakan dasar bagi sebuah persoalan pilihan dan pembuatan keputusan. Nilai dapat diartikan dalam makna benar dan salah; baik dan buruk; manfaat atau berguna; indah dan jelek dan lain sebagainya. Kualitas nilai biasanya terlihat pada rasa puasnya seseorang dalam melihat hasil karyanya.
  • 85. Nilai Bagi Manusia • • • • • Seseorang akan merasa bahagia jika telah berbuat yang benar dan merasa gelisah jika tidak dapat merealisasikan apa yang dianggapnya benar. Seseorang akan merasakan bermakna dalam hidupnya jika ia telah dapat mewujudkan kebaikan tertinggi dalam hidupnya. Orang akan senantiasa mengarahkan matanya, pikirannya dan karyanya pada sesuatu yang indah dan nyaman, bukan pada sesuatu yang tidak indah dan tidak nyaman untuk diliuhat dan dinikmati. Oleh karena itu, nilai selalu dihubungkan pada penunjukan kualitas sesuatu benda ataupun perilaku dalam berbagai realitas. Nilai adalah perwujudan dari watak hakiki manusia yang memang akan senantiasa memuarakan semua aktivitasnya pada hal yang terbaik dan bernilai.
  • 86. KLASIFIKASI NILAI • Agama = bicara nilai dari sudut benar – salah • Etika = bicara nilai dari sudut baik – buruk • Estetika = bicara nilai dari sudut indah jelek
  • 87. Nilai dan Pendidikan Menurut Kaum Idealisme • Kaum idealisme dengan pahamnya bahwa somum bonum (ide kebaikan tertinggi) kehidupan manusia sesunguhnya telah ada bersamaan dengan kemunculan dirinya ke dunia. • Oleh karena itu, nilai apa pun selalu tetap dan tidak berubah-ubah, absolut. • Idealisme percaya bahwa nilai sesungguhnya bukanlah produk dari manusia, tetapi lebih merupakan bahagian dari alam jagad raya. • Tugas manusia adalah bagimana agar nilai-nilai kebaikan itu teraplikasi dalam keseluruhan realitas aktivitasnya di dunia.
  • 88. Implikasi Tindakan Edukasi • • • • • • Merealisasikan nilai-nilai dalam konteks innate idea itu ke dalam kehidupan nyata diperlukan berbagai perangkat pendukung agar ianya menjadi nilai sejati dalam dirinya. Subjek didik harus diajarkan bagaimana meraih nilai-nilai dan bagaimana mereka dapat hidup dengan nilai-nilai itu. Mengingat perealisasian nilai erat kaitannya dengan keseluruhan aktivitas spritual manusia, maka dalam upaya pendidikan nilai, subjek didik mesti diposisikan sebagai makhluk spritual yang sepenuhnya mesti menyadari bahwa dirinya mesti mengupayakan nilai-nilai kebaikan itu dalam realitas. Realisasi nilai absolut dalam diri manusia memerlukan pengupayaanpengupayaan atau sokongan dari unsur-unsur lain di luar individu itu agar ianya tampil dalam tindakan. Nilai tidak dapat diajarkan, tetapi lebih merupakan gerakan penyadaran yang dilakukan semua orang yang terkait Nilai lebih pada pembiasaan-pembiasaan dan penyontohan-penyontohan antar individu dalam masyarakat.
  • 89. Tindakan Nilai di Sekolah • Tidak ada murid yang benar-benar jelek, dan atau tidak baik tetapi hanya ada orang-orang yang telah menggelincirkan dirinya dari tatanan moral yang fundamental dari alam jagad raya ini. • Oleh karena itu, pendidikan persekolahan mesti ditata dalam sistem rasional dan teratur sesuai dengan jalur natural yang ada dalam alam jagad raya. • Kehidupan yang baik hanya dapat dalam masyarakat (keluarga, sekolah dan lingkungan) yang baik
  • 90. Nilai dan Pendidikan Menurut Kelompok Realisme • Realisme sependapat dengan idealisme yang menyatakan bahwa nilai fundamental dalam diri manusia bersifat permanen dan absolut, • Jika idealisme berpendirian bahwa absolutisme nilai hanya karena memang ia bukan produks manusia tetapi bahagian dari alam jagad raya dan dibawa manusia sejak ia dilahirkan ke dunia, maka realisme melihat absolutisme nilai semata-mata karena akal yang dianugerahkan kepada manusia mampu menempuh ruang nilai yang ditentukan Tuhan.
  • 91. Pandangan Fils. Realisme • Suatu yang riil atau sesuatu yang benar adalah sesuatu yang merupakan gambaran nyata atau salinan sebenarnya dari dunia realitas. • Pengetahuan manusia tentang sesuatu tidak lain adalah jelmaan jelas dari gambaran dunuia yang direduksi oleh akal dalam dirinya. • Sesuatu bernilai benar dan tepat bila sesuai dengan kenyataan. • Kita dapat memahami banyak dari hukum-hukum moral universal ini melalui akal kita dalam memandang realitas faktual
  • 92. Pembelajaran Nilai • Anak harus diajarkan untuk hidup dengan standar moral yang absolut dan universal, karena apa yang benar itu adalah juga benar bagi semua orang secara umum bukan hanya untuk sekelompok ras dan masyarakat tertentu saja. • Penting bagi anak untuk menerima kebiasaan yang baik dari lingkungannya. Perilaku yang baik dan bajik itu tidak akan datang kepada manusia secara otomatis, tetapi harus dipelajari. • Pengembangan kemampuan individu mesti diarahkan untuk mencapai nilai di dalam realitas pengalaman intelektual maupun realitas pengalaman moral
  • 93. Nilai dan Pendidikan Menurut Kelompok Pragmatis • Nilai itu relativ. • Etika dan aturan-aturan moral tidak permanen tetapi tampil karena perubahan budaya dan masyarakat. • Menguji ketingian nilai seiring dengan menguji kebenaran idea-idea kita. • Kita mesti memperhatikan problema kehidupan manusia baik secara keseluruhan maupun saintifik dan memilih nilai-nilai mana yang kelihatannya dapat memecahkan problematika manusia.
  • 94. Dasar Bangunan Nilai • Sejauh mana sesuatu itu memiliki nilai guna…. Fungsional ….. Praktis dalam kehidupan… dilihat dari tingkat manfaatnya • Nilai dilihat dari konsekuensinya dalam kehidupan
  • 95. NILAI DAN PENDIDIKAN DALAM KONTEKS ISLAM • • • Nilai terkait dengan keyakinan seseorang atas sesuatu yang mewajibkan dirinya untuk melestarikannya. Nilai teraplikasi dalam tindakan praktis, artinya nilai sangat berkaitan dengan aktivitas seseorang. Amal adalah bukti nyata bahwa seseorang telah memiliki nilai.
  • 97. Etika dan Pendidikan • • • Kajian etika biasanya mencermati bentukbentuk sistem yang konsisten dari normanorma yang ditunjukkan validitasnya bagi semua manusia secara rasional Pendidikan secara luas dianggap sebagai usaha moral Sikap guru terhadap tugasnya tergantung pada sikap etis yang dimilikinya.
  • 98. Etika dan Tugas Profesi Keguruan • Etika merupakan studi nilai dalam realita perilaku dan tindakan manusia. Ia meliputi pertanyaan-pertanyaan seperti kehidupan yang bagaimana bagi seseorang yang disebut baik? bagaimana kita harus berperilaku dalam kehidupan? bagaimana memilih dan menentukan bahwa perilaku kita itu baik atau tidak baik? Kecuali itu, etika juga terkait dengan persoalan-persoalan nilai benar sebagai basis bagi tindakan yang benar. • Guru yang memiliki etika akan memiliki sikap profesionalisme yang tinggi, karena kerjanya didasarkan pada prinsip-prinsip yang tinggi
  • 99. Estetika dan Pendidikan  Estetika merupakan studi nilai dalam realitas keindahan. Nilai estetika biasanya sukar untuk dinilai, karena nilai-nilai ini menjadi nilai milik personal dan subjektif. Estetika berkenaan dengan seni  Seseorang dapat memahami segala sesuatu sebagai sains melalui penggunaan intelegensinya, namun hal itu akan lebih mendalam jika ianya disentuhkan dengan praktik lain, yaitu seni.  Upaya apa pun yang tidak disentuhkan dengan seni akan menjadikan sesuatu itu dipahami secara kaku, rigit dan statis
  • 100. Sambungan • Pendidikan yang mengikutkan estetika sebagai sesuatu yang penting dalam setiap setiap gerak langkahnya, menjadikan aktivitasnya hidup dalam suasana yang nyaman dan menyenangkan, sehingga subjek didiknya akan betah dalam menjalankan proses belajar, karena memang tidak tersentuh oleh watak keterpaksaan yang akan menyiksa dirinya. • Estetika dan pendidikan merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan begitu saja, tidak saja karena aktivitasnya yang membutuhkan nilai estetis, tetapi juga mengingat entitasnya yang memang juga akan membangun nilai-nilai estetis dalam diri subjek didik.
  • 101. Teori-Teori Pengembangan SDM (Idealisme)  Aliran ini memiliki suatu keyakinan, bahwa realitas ini terdiri dari substansi sebagaimana ide-ide atau spirit. Alam nyata tergantung pada Tuhan sebagai Jiwa Universal. Alam nyata ini adalah pancaran dan ekspresi dari Jiwa Universal itu. Realita yang sesungguhnya bukanlah terletak pada bendanya, tetapi pada sesuatu yang berada di dalam dan mengikat zat tersebut, sehingga ia menjadi wujud.  Filsafat idealis mengklaim, bahwa realitas tertinggi yang berada pada spritual melebihi yang fisik, mental melebihi yang material.
  • 102. Dasar Filosofi • • • • • • • Manusia lahir ke dunia dengan membawa ide atau yang disebutnya dengan innate idea (ide bawaan). Manusia lahir telah membawa nilai-nilai kebaikan dan kebenaran yang dengannya manusia mesti memeliharanya agar apa yang telah dibawanya menjadi nyata dalam alam realitas. Idealis tidak menolak pengalaman fisik manusia, namun kesemua itu bukanlah merupakan sesuatu realitas yang ultimet, pengalaman material itu tidak lain adalah manifestasi dari suatu realitas yang paling fundamental realitas yang sesungguhnya bukan berada pada kebenaran indrawi manusia yang terbatas pada hal-hal yang terlihat dan terukur saja. Apa yang ada dalam wujud materi hanyalah sebagai refleksi atas kebenaran hakiki yang berada di ruang ide manusia. Wujudnya merupakan keseluruhan totalitas yang tersusun secara logis dan spritual yang telah ada dan tertata rapi dalam alam ide manusia. Manusia akan dapat melihat dan berpikir tentang sesuatu dengan objektif, bila mana ia berada di luarnya. Mesti ada jarak antara subjek dengan objek. Hanya dengan cara demikian akan muncul rasa ta`ajjub dan bertanya-tanya tentang sesuatu yang adalah suatu bukti awal aktivitas akal manusia sebagai realisasi dunia ide ke permukaan. Dunia idea inilah sebagai awal gerak pengembangan manusia, karena pengetahuan yang subjektif-parsial sangat tergantung pada sinaran intelektualitas dunia idea.
  • 103. Teori-Teori Pengembangan SDM (Rasionalisme)  Rasionalisme adalah suatu aliran filsafat yang muncul pada zaman moderen yang menekankan, bahwa dunia luar adalah sesuatu yang riil.  Realitas merupakan pertemuan jiwa dan dunia luar sebagai objeknya.  Sumber pengetahuan terletak rasio manusia melalui persentuhannnya dengan dunia nyata di dalam berbagai pengalaman empirisnya.  Kesempurnaan kemanusiaan tergantung pada kualitas rasionya, sedangkan kualitas rasio manusia tergantung kepada penyediaan kondisi yang memungkinkan berkembangnya rasio ke arah yang memadai untuk mencerna berbagai permasalahan kehidupan menuju penyempurnaan dan kemajuan  Pribadi-pribadi yang rasional adalah pribadi-pribadi yang mempunyai suatu keyakinan atas dasar kesimpulan yang berlandaskan pada analisis mendalam terhadap berbagai bukti yang dapat dipercaya, sehingga terdapat hubungan rasional antara ide dan kenyataan empiri
  • 104. Tendensi Pengembangan • Pengembangan sumber daya manusia tidak lain adalah dengan pendekatan mental dicipline, yaitu suatu pendekatan yang berupaya melatih pola dan sistematika berpikir seseorang atau sekelompok orang melalui tata logik yang tersistematisasi. • Pendidikan adalah upaya memampukan anak didik dalam menghubungkan berbagai data atau fakta yang ada melalui tata pikir logik sistematik menuju pengambilan suatu kesimpulan yang baik pula. • Proses semacam ini memerlukan penguatan-penguatan (reinforcement) melalui pendekatan individualistis yang mengacu pada latihan intelektualistis.
  • 105. Instrumen Pengembangan • Kesadaran • Kebebasan: dalam berbahasa • dalam berpendapat
  • 106. Teori Pengb SDM Realisme Merupakan filsafat yang memandang realitas secara dualitis. Realisme berpendapat bahwa hakekat realitas ialah terdiri atas dunia fisik dan dunia ruhani. Realisme membagi realitas menjadi dua bagian, yaitu subjek yang menyadari dan mengetahui di satu pihak dan di pihak lainnya adalah adanya realita di luar manusia, yang dapat dijadikan objek pengetahuan manusia. Beberapa tokoh yang beraliran realisme: Aristoteles, Johan Amos Comenius, Wiliam Mc Gucken, Francis Bacon, John Locke, Galileo, David Hume, John Stuart Mill.
  • 107. Teori-Teori Pengembangan SDM Pragmatisme-Eksprimentalis  Kehidupan tidak memiliki makna finis.  Ketika suatu tujuan telah tercapai dan suatu kebutuhan telah dipenuhi, maka hal ini menjadi instrumen bagi pengujian dan penemuan selanjutnya.  Realitas yang nyata adalah perubahan dan hanya dapat diketahui melalui pengalaman praktis.  Yang riil adalah segala sesuatu yang dapat dialami dan dialami oleh panca indra.  Realitas adalah interaksi manusia dengan lingkungannya.  Sesuatu dikatakan benar apabila dapat dibuktikan secara nyata dalam kehidupan praktis manusia.
  • 108. lanjutan • hidup adalah perubahan dan perubahan terjadi melalui pemikiran cerdas manusia dalam menyelesaikan berbagai rintangan dan problem yang ada. • Penyelesaian problem sangat tergantung pada penyesuain diri dengan berbagai realitas dalam pengalaman-pengalaman. • Pendidikan bukan semata-mata memberikan materi pelajaran yang dapat membawa subjek didik ke arah kemampuan menyesuaikan diri dengan situasi kondisi kehidupan nyata saja, tetapi yang lebih penting dari itu adalah bagaimana agar subjek didik itu meningkatkan kualitasnya melalui upaya memperkuat dan meningkatkan pengalaman-pengalaman moral. • Peranan rasio manusia mesti menjadi perhatian dalam pengembangan sumber daya manusia, karena fungsinya yang dapat menjembatani relasi individu-individu dengan lingkungannya.
  • 109. Pengb SDM Eksistensialisme Memfokuskan pada pengalaman-pengalaman individu. Secara umum, eksistensialisme menekankn pilihan kreatif, subjektifitas pengalaman manusia dan tindakan konkrit dari keberadaan manusia atas setiap skema rasional untuk hakekat manusia atau realitas. Beberapa tokoh dalam aliran ini: Jean Paul Satre, Soren Kierkegaard, Martin Buber, Martin Heidegger, Karl Jasper, Gabril Marcel, Paul Tillich
  • 110. Filsafat Pendidikan Progresivisme • Bukan merupakan bangunan filsafat atau aliran filsafat yang berdiri sendiri, melainkan merupakan suatu gerakan dan perkumpulan yang didirikan pada tahun 1918. • Aliran ini berpendapat bahwa pengetahuan yang benar pada masa kini mungkin tidak benar di masa mendatang. • Pendidikan harus terpusat pada anak bukannya memfokuskan pada guru atau bidang muatan. • Beberapa tokoh dalam aliran ini : George Axtelle, william O. Stanley, Ernest Bayley, Lawrence B.Thomas, Frederick C. Neff
  • 111. Filsafat Pendidikan Esensialisme • Adalah suatu filsafat pendidikan konservatif yang pada mulanya dirumuskan sebagai suatu kritik pada trend-trend progresif di sekolahsekolah. Mereka berpendapat bahwa pergerakan progresif telah merusak standar-standar intelektual dan moral di antara kaum muda. Beberapa tokoh dalam aliran ini: william C. Bagley, Thomas Briggs, Frederick Breed dan Isac L. Kandell.
  • 112. Filsafat Pendidikan Perenialisme Merupakan suatu aliran dalam pendidikan yang lahir pada abad kedua puluh. Perenialisme lahir sebagai suatu reaksi terhadap pendidikan progresif. Mereka menentang pandangan progresivisme yang menekankan perubahan dan sesuatu yang baru. Perenialisme memandang situasi dunia dewasa ini penuh kekacauan, ketidakpastian, dan ketidakteraturan, terutama dalam kehidupan moral, intelektual dan sosio kultual. Oleh karena itu perlu ada usaha untuk mengamankan ketidakberesan tersebut, yaitu dengan jalan menggunakan kembali nilai-nilai atau prinsipprinsip umum yang telah menjadi pandangan hidup yang kukuh, kuat dan teruji. Beberapa
  • 113. AliranFilsafat Rekonstrusionisme • Pendidikan dapat memunculkan kesadaran para subjek didik untuk senantiasa memperhatikan persoalan sosial, ekonomi dan politik dan menjelaskan kepada mereka bahwa memecahkan kesemua problem itu hanya melalui keterampilan memecahkan problem. Tujuan aliran ini tidak lain adalah untuk membangun masyarakat baru, yakni suatu masyarakat global yang memiliki hubungan interdependensi • Manusia memiliki potensi fleksibel dan kukuh baik dalam sikap maupun dalam tindakan. Adalah suatu hal yang paling berharga dalam kehidupan manusia itu, jika ia memiliki kesempatan yang cukup untuk mengembangkan potensi naturalnya secara sempurna. Pendidikan dalam hal ini adalah jawaban atas keinginan potensial manusia itu. • Tujuan pendidikan adalah mampu membangun dunia bagi masyarakat dengan menggunakan kemampuan akal, indra dan intuisi. Oleh karena itu ketiga aspek ini mesti tertuang dalam kurikulum pendidikan itu. Pendidikan harus menjadikan subjek didiknya mampu menggunakan ilmu pengetahuan yang diperolehnya sebagai wahana bagi perealisasian nilai-nilai spritual.
  • 114. lanjutan • • • • Pendidikan menurutnya mesti mampu memandang situasi aktual dengan tidak melihat manusia secara sebahagian-bagian. Pendidikan baru harus mampu menjadikan ilmu-ilmu pengetahuan sebagai wahana bagi realisasi nilai-nilai spritual. Untuk itu perlu adanya upaya integrasi intelektual dan cinta, sebab hidup bukanlah rutinitas, tetapi seni yang kreatif, konstruktif dan inovatif. Pengembangan watak manusia ini selalu berinteraksi dengan kondisi-kondisi yang mengelilinginya dalam menghasilkan budaya. Oleh karena itu manusia selalu beradaptasi dengan lingkungan masyarakatnya. Manusia adalah bagian terpenting dalam sebuah masyarakat, sehingga apa pun yang ia lakukan selalu bekenaan dengan pembentukan kebudayaannya. Masalah perbedaan biologis dan perbedaan individu berfungsi dalam suatu bentuk sosial namun itu bukanlah sifat asli yang dapat memisahkan suatu bangsa, kelompok dan kelas tertentu dari yang lainnya. Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa kebebasan adalah hak esensial manusia, namun dalam pengembangannya memerlukan hubungan dengan sesuatu yang berada di luar dirinya dan di sinilah manusia mesti menjadi bagian dalam suatu masyarakat.[3] Mengingat manusia adalah bagian masyarakat, maka pendidikan secara efisiensi mesti mengacu pada kepentingan rekonstruksi masyarakat.