Hakikat Pendidikan dan Perkembangan Peradaban Manusia
1. i | Pengantar Pendidikan
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehinggakami dapat
menyelesaikan makalah mengenai Hakikat Pendidikan dan Perkembangan
Peradaban Manusia.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah mengenai Hakikat Pendidikan
dan Perkembangan Peradaban Manusia ini dapat memberikan manfaat maupun
inpirasi terhadap pembaca.
Singkawang, September 2015
Penyusun
2. ii | Pengantar Pendidikan
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .....................................................................................................i
DAFTAR ISI ...............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN ..............................................................................................1
A. Latar Belakang ................................................................................................1
B. Tujuan ............................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN ...............................................................................................2
A. Pengantar Pendidikan.....................................................................................2
B. Hakikat Pendidikan .........................................................................................3
B.1 Pengertian Hakikat Pendidikan ............................................................3
B.2 Hakikat Pendidikan Menurut Islam ......................................................7
C. Tujuan Pendidikan .........................................................................................7
D. Makna Peradaban bangsa .............................................................................9
E. Pendidikan Sebagai Penyangga Peradaban Bangsa .....................................10
BAB III PENUTUP ....................................................................................................13
A. Kesimpulan ................................................................................................13
B. Saran ..........................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................14
3. 1 | Pengantar Pendidikan
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada dasarnya Hakikat Pendidikan sangatlah luas. Hakikat Pendidikan
bukanlah hanya sekedar pengertian serta definisipendidikan semata.Didalam
Hakikat Pendidikan banyak hal menarik untuk dipelajari contohnya saja
seperti objek ilmu pendidikan dan macam-macam ilmu pendidikan. Hal-hal
menarik inilah yang mendorong kami mempelajari lebih dalam mengenai
Hakikat Pendidikan diluar tugas yang telah ditentukan.
B. Tujuan
Tujuan dari makalah Hakikat Pendidikan ini adalah untuk memberi
pemahaman pada pembaca mengenai Hakikat Pendidikan serta hal-hal yang
terkandung didalamnya.
4. 2 | Pengantar Pendidikan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pendidikan
Makna Pendidikan secara sederhana dapat diartikan sebagai usaha
manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai didalam
masyarakat dan kebudayaan. Dengan demikian, bagaimanapun
sederhananya peradaban suatu masyarakat, didalamnya terjadi atau
berlangsung suatu proses pendidikan. Karena itulah sering dinyatakan
pendidikan telah ada sepanjang peradaban umat manusia. Pendidikan pada
hakikatnya merupakan usaha manusia melestarikan hidupnya.
Sekedar memperjelas pengertiannya, berikut ini kita kutip beberapa
definisi :
1. Raka Joni, Pendidikan merupakan proses interaksi manusia yang ditandai
oleh keseimbang antara kedaulatan subjek didik dengan kewibawaan
pendidikan.
2. Langeveld, Pendidikan itu sebagaisuatuilmu pengetahuan praktis, karena
ilmu itu membicarakan perbuatan atau perilaku manusia secara khusus,
yaitu perbuatan mendidik, meskipun didalamnya terdapat banyak
pembahasan mengenai hal-hal yang bersifat teoritis.
3. Garis Besar Haluan Negara, Usaha sadar untuk mengembangkan
kepribadian dengan kemampuan didalam dan diluar sekolah, dan
belangsung seumur hidup serta dilaksanakan dalam lingkungan keluarga,
sekolah dan masyarakat.
Terlepas dari berbagai macam definisi pendidikan yang diutarakan oleh
para ahli, dapat disimpulkan bahwa pendidikan mengandung unsur-unsur
sebagai berikut:
1. Usaha
Pendidikan mengandung unsur usaha. Hal ini dibutuhkan untuk mencapai
sebuah tujuan yang telah direncanakan.
2. Tujuan
Pendidikan harus memiliki sebuah tujuan yang jelas. Hal ini diperlukan
untuk terfokusnya sistem pendidikan yang berlangsung.
3. Lingkungan
Pendidikan harus memiliki suatu lingkungan tertentu. Tanpa adanya
lingkungan tersebut, maka pendidikan yang berlangsung akan berjalan
dengan tidak teratur.
4. Kesengajaan
Pendidikan adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara sengaja dan
sadar.
5. 3 | Pengantar Pendidikan
B. Hakikat Pendidikan
B.1 Pengertian Hakikat Pendidikan
Hakikat pendidikan itu dapat dikategorisasikan dalam dua
pendapat yaitu pendekatan epistemologis dan pendekatan ontologi
atau metafisik. Kedua pendekatan tersebut tentunya dapat melahirkan
jawaban yang berbeda-beda mengenai apakah hakikat pendidikan itu.
Di dalam pendidikan epistemologis yang menjadi masalah adalah
akar atau kerangka ilmu pendidikan sebagai ilmu. Pendekatan tersebut
mencari makna pendidikan sebagai ilmu yaitu mempunyai objek yang
akan merupakan dasar analisis yang akan membangun ilmu
pengetahuan yang disebut ilmu pendidikan. Dari sudut pandang
pendidikan dilihat sebagai sesuatu proses yang interen dalam konsep
manusia. Artinya manusia hanya dapat dimanusiakan melalui proses
pendidikan.
Berbagai pendapat mengenai hakikat pendidikan dapat
digolongkan atas dua kelompok besar yaitu :
1. Pendekatan Redaksional
Teori-teori / pendekatan redaksional sangat banyak dikemukakan
di dalamkhazanah ilmu pendidikan. Dalamhal ini akan dibicarakan
berbagai pendekatan reduksionaisme sebagai berikut :
1. Pendekatan Pedagogis/Pedagogisme.
Titik tolak dari teori ini ialah anak yang akan di besarkan
menjadi manusia dewasa. Pandangan ini apakah berupa
pandangan nativisme schopenhouer serta menganut
penganutnya yang beranggapan bahwa anak telah mempunyai
kemampuan-kemampuan yang dilahirkan dan tinggal di
kembangkan saja.
2. Pendekatan Filosofis.
Anak manusia mempunyai hakikatnya sendiri dan berada
dengan hakikat orang dewasa. Oleh sebab itu, proses
pendewasaan anak bertitik-tolak dari anak sebagai anak
manusia yang mempunyai tingkat-tingkat perkembangan
sendiri.
3. Pendekatan Religius/Religionisme.
Pendekatan religius / religionisme dianut oleh pemikir-
pemikir yang melihat hakikat manusia sebagai makhluk yang
religius. Namun demikian kemajuan ilmu pengetahuan yang
sekuler tidak menjawab terhadap kehidupan yang bermoral.
6. 4 | Pengantar Pendidikan
4. Pendekatan Psikologis/Psikologisme.
Pandangan-pandangan pedagogisme seperti yang telah
diuraikan telah lebih memacu masuknya psikologi ke dalam
bidang ilmu pendidikan hal tersebut telah mempersempit
pandangan para pendidik seakan-akanilmu pendidikan terbatas
kepada ilmu mengajar saja.
5. Pendekatan Negativis/Negativism.
Pendidikan ialah menjaga pertumbuhan anak. Dengan
demikian pandangan negativisme ini melihat bahwa segala
sesuatu seakan-akan telah tersedia di dalam diri anak yang
bertumbuh dengan baik apabila tidak dipengaruhi oleh hal-hal
yang merugikan pertumbuhan tersebut.
6. Pendekatan Sosiologis.
Pandangan sosiologisme cenderung berlawanan arah
dengan pedagogisme. Titik-tolak dari pandangan ini ialah
prioritas kepada kebutuhan masyarakat dan bukan kepada
kebutuhan individu.
Peserta didik adalah anggota masyarakat. Dalam sejarah
perkembangan manusia kita lihat bahwa tuntutan masyarakat tidak
selalu etis. Versi yang lain dari pandangan ini ialah develop mentalisme.
Proses pendidikan diarahkan kepada pencapaian target-target tersebut
dan tidak jarang nilai-nilai kemanusiaan disubordinasikan untuk
mencapai target pembangunan. Pengalaman pembangunan Indonesia
selama Orde Baru telah mengarah kepada paham developmentalisme
yang menekan kepada pencapaian pertumbuhan yang tinggi, target
pemberantasan buta huruf, target pelaksanaan wajib belajar 9 dan 12
tahun.
Salah satu pandangan sosiologisme yang sangat populer adalah
konsiensialisme yang dikumandangkan oleh ahli pikir pendidikan
Ferkenal Paulo Freire.
Pendidikan yang dikumandangkan oleh Freire ini yang juga dikenal
sebagai pendidikan pembebasan pendidikan adalah proses
pembebasan. Konsiensialisme yang dikumandangkan Freire merupakan
suatu pandangan pendidikan yang sangat mempunyai kadar politis
karena dihubungkan dengan situasi kehidupan politik terutama di
negara-negara Amerika Latin. Paulo Freire di dalam pendidikan
pembebasan melihat fungsi atau hakikat pendidikan sebagai
pembebasan manusia dari berbagai penindasan. Sekolah adalah
lembagasosialyang pada umumnya mempresentasi kekuatan-kekuatan
7. 5 | Pengantar Pendidikan
sosial politik yang ada agar menjaga status quo hukum membebaskan
manusia dari tirani kekuasaan. Qua atau di dalam istilah Polo Freire
“kapitalisme yang licik”. Sekolah harus berfungsi membangkitkan
kesadaran bahwa manusia adalah bebas.
2. Pendekatan Holistik Integratif.
Pendekatan-pendekatan reduksionisme melihat proses
pendidikan peserta didik dan keseluruhan termasuk lembaga-
lembaga pendidikan, menampilkan pandangan ontologis maupun
metafisis tertentu mengenai hakikat pendidikan.
Teori-teori tersebut satu persatu sifatnya mungkin mendalam
secara Vertikal namun tidak melebar secara horizontal.
Peserta didik, anak manusia, tidak hidup secara terisolasi tetapi dia
hidup dan berkembang di dalam suatu masyarakat tertentu, yang
berbudaya, yang mempunyai visi terhadap kehidupan di masa
depan, termasuk kehidupan pasca kehidupan.
Pendekatan reduksionisme terhadap hakikat pendidikan, maka
dirumuskan suatu pengertian operasional mengenai hakikat
pendidikan. Hakikat pendidikan adalah suatu proses menumbuh
kembangkan eksistensi peserta didik yang memasyarakat,
membudaya, dalam tata kehidupan yang berdimensi lokal, nasional
dan global.
Rumusan operasional mengenai hakikat pendidikan tersebut di
atas mempunyai komponen-komponen sebagai berikut :
1. Pendidikan merupakan suatu proses berkesinambungan.
Proses berkesinambungan yang terus menerus dalam arti
adanya interaksi dalam lingkungannya. Lingkungan tersebut
berupa lingkungan manusia, lingkungan sosial, lingkungan
budayanya dan ekologinya. Proses pendidikan adalah proses
penyelamatan kehidupan sosial dan penyelamatan lingkungan
yang memberikan jaminan hidup yang berkesinambungan.
Proses pendidikan yang berkesinambungan berarti bahwa
manusia tidak pernah akan selesai.
2. Proses pendidikan berarti menumbuh kembangkan eksistensi
manusia.
Eksistensi atau keberadaan manusia adalah suatu
keberadaan interaktif. Eksistensi manusia selalu berarti dengan
hubungan sesama manusia baik yang dekat maupun dalam
ruang lingkup yang semakin luas dengan sesama manusia di
dalam planet bumi ini. Proses pendidikan bukan hanya
8. 6 | Pengantar Pendidikan
mempunyai dimensi lokal tetapi juga berdimensi nasional dan
global.
3. Eksistensi manusia yang memasyarakat.
Proses pendidikan adalah proses mewujudkan eksistensi
manusia yang memasyarakat. Jauh Dewey mengatakan bahwa
tujuan pendidikan tidak berada di luar proses pendidikan itu
tetapi di dalam pendidikan sendiri karena sekolah adalah bagian
dari masyarakat itu sendiri. Apabila pendidikan di letakkan di
dalamtempatnya yang sebenarnya ialahsebagaibagianyang tak
terpisahkan dari kehidupan manusia yang pada dasarnya adalah
kehidupan bermoral.
4. Proses pendidikan dalam masyarakat yang membudaya.
Inti dari kehidupan bermasyarakat adalah nilai-nilai. Nilai-
nilai tersebut perlu dihayati, dilestarikan, dikembangkan dan
dilaksanakanoleh seluruh anggotamasyarakatnya. Penghayatan
dan pelaksanaan nilai-nilai yang hidup, keteraturan dan disiplin
para anggotanya. Tanpa keteraturan dan disiplin maka suatu
kesatuan hidup akan bubar dengan sendirinya dan berarti pula
matinya suatu kebudayaan.
5. Proses bermasyarakat dan membudaya mempunyai dimensi-
dimensi waktu dan ruang.
Dengan dimensi waktu, proses tersebut mempunyai aspek-
aspek historisitas, kekinian dan visi masa depan. Aspek
historisitas berarti bahwa suatu masyarakat telah berkembang
di dalam proses waktu, yang menyejarah, berarti bahwa
kekuatan-kekuatan historis telah menumpuk dan berasimilasi di
dalam suatu proses kebudayaan. Proses pendidikan adalah
proses pembudayaan. Dan proses pembudayaan adalah proses
pendidikan.
Menggugurkan pendidikan dari proses pembudayaan
merupakan alienasi dari hakikat manusia dan dengan demikian
alienasi dari proses humanisasi. Alienasi proses pendidikan dari
kebudayaan berarti menjauhkan pendidikan dari perwujudan
nilai-nilai moral di dalam kehidupan manusia.
9. 7 | Pengantar Pendidikan
B.2 Hakikat Pendidikan Menurut Islam
Pendidikan secarasemantik menunjukkan padasuatu kegiatan atau
proses yang berhubungan dengan pembinaan yang dilakukan seseorang
kepada orang lain. Pengertian tersebut belum menunjukkan adanya
program, sistem, metoda yang lazimnya digunakan dalam melakukan
pendidikan ataau pengajaran.
Ada 3 pengerian hakikat pendidikan di dalam islam yaitu :
1. Ta’lim : Pembinaan/Pengarahan (Ilmu Pengetahuan)
2. Tarbiyah : Pengajaran
3. Ta’dib : Pembinaan/Pengarahan (moral dan esetika)
Pendidikan menurut islam adalah keseluruhan pengertian yang
terkandung didalam ketiga istilah tersebut. Namun demikian, ketiga
istilahtersebut sebenarnya memberi kesan bahwa antara satu dan yang
lainnya berbeda. Beda istilah ta’lim mengesankan memberikan proses
pemberian bekal pengetahuan. Sedangkan istilah tarbiyah, proses
pembinaan dan pengarahan bagi pembentukan kepribadian dan sikap
mental. Sementara istilah ta’dib proses pembinaan dan pengarahan
bagi pembentukan kepribadian dan sikap mental, sedangkan sitilah
ta’dib mengesankan proses pembinaan terhadap sikap moral dan
estetika dalam kehidupan yang lebih mengacu pada peningkatan
martabat manusia.
C. Tujuan Pendidikan
Pada dasarnya, pendidikan di semua institusi dan tingkat pendidikan
mempunyai muara tujuan yang sama,yaitu ingin mengantarkan anak manusia
menjadi manusia paripurna yang mandiri dan dapat bertanggung jawab atas
dirinya sendiri dan lingkungannya. Dalam sistem pendidikan di Indonesia,
tujuan pendidikan tersebut secaraeksplisitdapatdilihat pada Undang-undang
RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional beserta
peraturan-peraturan pemerintah yang berkaitan dengan undang-undang
tersebut.
Dalam UU Sisdiknas tersebut dinyatakan bahwa pendidikan nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalamrangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.
Tujuan pendidikan tersebut kemudian diperinci dalam PP RI Nomor 19
Tahun 2005 tentang Stándar Nasional Pendidikan berdasarkan jenjang
10. 8 | Pengantar Pendidikan
pendidikan. Tujuan pendidikan di tingkat pendidikan dasar, menengah, dan
kejuruan relatif sama hanya mempunyai penekanan yang berbeda-beda.
Tujuan pendidikan yang dimaksud adalah untuk meletakkan dasar
kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, ahklak mulia, serta keterampilan
untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
Di tingkat pendidikan dasar, yaitu SD dan SMP, tujuan pendidikan lebih
dititikberatkan pada upaya untuk mendasari hidupnya atau sebagai peletak
dasar nilai-nilaiyang diharapkan. DiSMA tujuan tersebut diorientasikan untuk
melanjutkan atau meningkatkan apa yang telah dicapai di tingkat dasar.
Tujuan pendidikan di SMK sudah memperhatikan vokasi-vokasi atau jenis-
jenis keterampilan yang diharapkan. Hal itu tampak pada tujuan pendidikan
yang berbunyi mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya.
Standar kompetensi lulusan pada jenjang pendidikan tinggi bertujuan
untuk mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang
berakhlak mulia, memiliki pengetahuan, keterampilan, kemandirian, dan
sikap untuk menemukan, mengembangkan, serta menerapkan ilmu,
teknologi, dan seni, yang bermanfaat bagi kemanusiaan. Tujuan di perguruan
tinggi sudah komprehensif karena sudah mencakup ranah afeksi, psikomotor,
dan kognitif serta dilengkapi dengan kemampuan mandiri menjadi ilmuwan.
Secara umum tujuan pendidikan di Indonesia sudah mencakup tiga
ranah perkembangan manusia, yaitu perkembangan afektif, psikomotor, dan
kognitif. Tiga ranah ini harus dikembangkan secara seimbang, optimal, dan
integratif. Berimbang artinya ketiga ranah tersebut dikembangkan dengan
intensitas yang sama, proporsional dan tidak berat sebelah. Optimal
maksudnya dikembangkan secara maksimal sesuai dengan potensinya.
Integratif artinya pengembangan ketiga ranah tersebut dilakukan secara
terpadu.
Dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan nasional dan cita-cita
mencerdaskan kehidupan bangsa serta sejalan dengan visi pendidikan
nasional, Kemendiknas mempunyai visi 2025 untuk menghasilkan Insan
Indonesia Cerdas dan Kompetitif (Insan Kamil/Insan Paripurna). Yang
dimaksud dengan insan Indonesia cerdas adalah insan yang cerdas
komprehensif, yaitu cerdas spiritual, cerdas emosional, cerdas sosial, cerdas
intelektual, dan cerdas kinestetis.
11. 9 | Pengantar Pendidikan
D. Makna Peradaban Bangsa
Peradaban adalah bentuk budaya paling tinggi dari suatu kelompok
masyarakat yang dibedakan secaranyata dari makhluk-makhluk lainnya.Salah
satu upaya untuk membangun peradaban Bangsa Indonesia adalah melalui
pendidikan yang bermutu. Pendidikan yang bermutu adalah pendidikan yang
mampu mengantarkan peserta didik memenuhi kebutuhannya, baik saat ini
maupun di masa yang akan datang. Kebutuhan peserta didik ini merupakan
atribut-atribut yang menjadi dasar standar mutu pendidikan. Atribut
kebutuhan peserta didik ini tercantum dalam Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 yang menjelaskan bahwa: “Pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.”
Atribut kebutuhan peserta didik itu dipertegas lagi dalam fungsi dan
Tujuan Pendidikan Nasional yang menjelaskan bahwa: Pendidikan nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalamrangka mencerdaskan kehidupan
bagsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Sekaitan dengan atribut mutu pendidikan Daulat P. Tampubolon (2001:
122) menjelaskan bahwa atribut-atribut pokok mutu pendidikan adalah
sebagai berikut ini.
1. Relevansi yaitu kesesuaian dengan kebutuhan.
2. Efesiensi yaitu kehematan dalam penggunaan sumber daya (dana,
tenaga, waktu) untuk menghasilkan dan menyajikan jasa-jasa dari
lembaga pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan pelanggan.
3. Efetivitas yaitu kesesuaian perencanaan dengan hasil yang dicapai, atau
ketepatan sistem, metode, dan atau proses/prosedur yang digunakan
untuk menghasilkan jasa yang direncanakan.
4. Akuntabilitas yaitu dapat tidaknya kinerja dan produk lembaga
pendidikan, termasuk perilaku para pengelola, dipertanggung jawabkan
secara agama, hukum, etika akademik, dan nilai budaya.
5. Kreativitas yaitu kemampuan lembaga pendidikan untuk mengadakan
inovasi, pembaharuan, atau menciptakan sesuatu yang sesuai dengan
perkembangan zaman, termasuk kemampuan evaluasi diri.
12. 10 | Pengantar Pendidikan
6. Situasi menang-menang, suasana yang menyenangkan dan memotivasi
dalam lembaga pendidikan sehingga semua orang melaksanakan
tugasnya dengan senang hati, tulus, dan penuh semangat.
7. Penampilan, kerapian, kebersihan, keindahan, dan keharmonisan fisik
lembaga pendidikan, terutama para pengelola (pimpinan, pendidik,
pegawai administrasi), yang membuat situasi dan pelayanan semakin
menarik.
8. Empati, kemampuan lembaga pendidikan, khususnya para pengelola,
memberikan pelayanan sepenuh dan setulus hati kepada semua
pelanggannya.
9. Ketanggapan, kemampuan lembaga pendidikan, khususnya para
pengelola, dalam memperhatikan dan memberikan respons terhadap
keadaan serta kebutuhan pelanggan dengan cepat dan tepat.
10. Produktivitas, kemampuan lembaga pendidikan dan seluruh staf
pengelola untuk menghasilkan produk yang sesuai dengan kebutuhan
pelanggan menurut rencana yang telah ditetapkan, baik secara
kuantitatif maupun kualitatif.
11. Kemampuan Akademik, penguasaan peserta didik atas bidang studi
yang diambilnya.
E. Pendidikan Sebagai Penyangga Peradaban Bangsa
Pendidikan pada hakekatnya merupakan suatu upaya pewarisan nilai,
yang akan menjadi penolong dan menuntun umat manusia dalam menjalani
kehidupan dan sekaligus untuk memperbaiki nasib dan perdaban umat
manusia. Tanpa pendidikan maka diyakini manusia sekarang tidak berbeda
dengan generasi masa lampau yang dibanding dengan manusia masa
sekarang jelas sangat tertinggal baik kualitas kehidupan maupun proses-
proses merancang masa depannya. Secara ekstrim bahkan dapat dikatakan,
maju mundurnya baik buruknya beradaban suatu bangsa atau masyarakat
akan ditentukan oleh bagaimana pendidikan yang dijalani oleh masyarakat
bangsa tertentu. Dalam kontek ini, maka kemajuan peradaban yang dicapai
umat manusia dewasa ini sudah barang tentu tidak terlepas dari peran-peran
pendidikannya. Dengan demikian pendidikan merupakan tumpuan setiap
bangsa dan meraih masa depannya.
Untuk membangun peradaban bangsa yang berdampak kepada
kehidupan bangsa yang cerdas, diperlukan manusia yang memiliki
kemampuan (intelektual, dan vokasional/professional) dan berkarakter
(berkepribadian mantap dan mandiri, memiliki rasa tanggung jawab, dan
demokratis). Untuk itulah diperlukan suatu proses pendidikan yang bermakna
proses pembudayaan kemampuan, nilai, dan sikap. Membangun peradaban
13. 11 | Pengantar Pendidikan
sebuah bangsa pada hakikatnya adalah pengembangan watak dan karakter
manusia unggul dari sisi intelektual, spiritual, emosional, dan fisikal yang
dilandasi oleh fitrah kemanusiaan. Fitrah adalah titik tolak kemuliaan
manusia, baik sebagai bawaan seseorang sejak lahir atau sebagai hasil proses
pendidikan.
Fungsi pendidikan menurut UU Republik Indonesia Nomor 20 Tahun
2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 3, adalah mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara demokratis serta
bertanggungjawab.
Adapun kriterianya adalah:
1. Pendidikan hendaknya ditekankan untuk membangun manusia dan
masyarakat Indonesia yang beradab, yang mempunyain indentitas,
berdasarkan budaya bangsa.
Untuk mencapai perlu didasarkan pada paradigma-paradigama baru
yang bertujuan untuk membentuk suatu masyarakat madani yang
dekokratis. Pendidikan harus bertolah dari pengembangan manusia yang
berbudaya dan berperadaban, merdeka bertaqwa, bermoral dan
berakhlak, berpengatahuan dan berketrampilan, inovatif dan kompotitif
sehingga dapat berkarya secara profesional dalam kehidupan global.
2. Pendidikan diarahkan kepada kemandirian
Hakikat kemandirian adalah kemampuan peserta didik membuat
keputusan bagi diri sendiri. Kemandirian berarti memperhitungkan semua
faktor yang relevan dalam menentukan arah tindakanyang terbaik bagi
semua yang berkepentingan, tidak ada ukuran baik buruk kalau orang
hanya memertimbangkan pandangan sendiri.
3. Pendidikan diarahkan untuk membentuk watak peradaban sebuah
bangsa yang beradab dan bermartabat.
Yusuf al-Qardlawi mengatakan peradaban adalah akumulasi
fenomena kemajuan materi, keilmuan, seni, sastra, dan sosial pada suatu
kelompok masyarakat, atau pada beberapa masyarakat yang mempunyai
kesamaan. Masyarakat Indonensia adalah masyarakat yang majemuk
namun mempunyai kesamaan yaitu bangsa dan Negara yang
berKetuhanan Yang Maha Esa. Falsafah peradaban bangsa Indonesia
mengandung unsur-unsur transendensi sebagai nilai-nilai bangsa yang
berbudaya dan beradab, bangsa yang menjunjung tinggi nilai-nilai
kebenaran dan keadilan. Dan untuk membangun peradaban bangsa yang
14. 12 | Pengantar Pendidikan
beradab diperlukan entitas social yang terdidik sebagai subyek
perubahannya. Manusia yang terdidik adalah mereka yang berilmu
pengetahuan, bertanggung jawab, penyayang dan tidak kasar.
4. Meningkatkan Profesionalisme Guru
Dalam konteks pembangunan sektor pendidikan, guru merupakan
pemegang peran yang amat sentral dalam proses pendidikan. Karena itu,
upaya meningkatkan profesionalisme para pendidik adalah suatu
keniscayaan. Guru harus mendapatkan program-program pelatihan
secara tersistem agar tetap memiliki profesionalisme yang tinggi dan siap
melakukan adopsi inovasi. Guru juga harus mendapatkan penghargaan
dan kesejahteraan yang layak atas pengabdian dan jasanya. Sehingga,
setiap inovasi dan pembaruan dalam bidang pendidikan dapat diterima
dan dijalaninya dengan baik.
5. Sifat pendidikan harus bersifat fungsional
Yaitu berfungsi untuk kepentingan kelembagaan masyarakat menuju
perkembangan kehidupan bangsa yang menyangkut pengembangan
pribadi dan watak bangsa.
Secara mendasar pengembangan bangsa tersebut dapat dilihat dan
difahami melalui proklamasi kemerdekaan bangsa Indonesia sedangkan
pancasila dan pembukaan UUD 1945 merupakan pandangan hidup,
keperibadian dan tujuan hidup nasional. Sedangkan penjabaran secara
konstitusionalnya dapat dilihat UUD 1945 dalamrangka mewujudkan cita-
cita nasional. Dari keseluruhan tersebut hanya dapat diwujudkan secara
konkrit dengan usaha pembangunan nasional baik lahir maupun batin.
Itulah semua yang menjadikan amanat bangsa Indonesia untuk
mengembangkan bangsanya, terutama melalui pendidikan nasional.
Pengembangan sumberdaya manusia adalah yang paling penting dan
utama jika dibandingkan dengan pengembangan sumber daya alamdemi
pembangunan bangsa, meskipun keduanya saling berkaitan. Maka
pengembangan sumber daya manusia pada hakekatnya adalah proses
kebudayaan.
Oleh karena itu pembangunan manusia seutuhnya perlu diwujudkan
dengan sebaik-baiknya sehingga diperlukan pendektan-pendekatan yang
baik. Untuk itu pendekatan yang dipakai dalam pendidikan nasional guna
pengembangan kebudayaan adalah pendekatan kultural. Pendidikan
kultural ini harus memperhatikan perkembangan sejarah dan kemajuan
bangsa, dengan memperhatikan ruang lingkup, baik secara nasional
maupun internasional.
15. 13 | Pengantar Pendidikan
BAB III
PENUTUPAN
A. Kesimpulan
1. Hakikat pendidikan adalah upaya sadar memanusiakan manusia muda
untuk mencapai kedewasaan atau menemukan jati dirinya yang
berlangsung seumur hidup atau sepanjang hayat.
2. Tujuan pendidikan adalah mengantarkan anak manusia menjadi manusia
paripurna yang mandiri dan dapat bertanggung jawab atas dirinya sendiri
dan lingkungannya.
B. Saran
Pengelola pendidikan harus memperhatikan hakikat manusia sebagai
subjek pendidikan. Kesalahan dalam memilih pendekatan pendidikan yang
tidak sesuai dengan hakikat manusia akan membawa kerusakan dan kesia-
siaan.
16. 14 | Pengantar Pendidikan
DAFTAR PUSTAKA
http://www.mediapustaka.com/2014/10/makalah-hakikat-pendidikan.html
http://rifkiadhazain.blogspot.co.id/2011/07/hakekat-sosial-dari-pendidikan.html
Din Wahyudi, Ishak Abduhak, Supriadi. 2001. “Pengantar Pendidikan”. Jakarta:
Universitas Terbuka.