SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 28
PENILAIAN RANAH AFEKTIF
 Kemampuan afektif merupakan bagian dari hasil belajar siswa yang sangat
penting. Keberhasilan pembelajaran pada ranah kognitif dan psikomotor sangat
ditentukan oleh kondisi afektif siswa.
 Karakteristik yang penting dalam ranah afektif adalah sikap, minat, konsep
diri, dan nilai.
 Lima tingkatan dalam ranah afektif (menurut Krathwohl):
1. Receiving  keinginan siswa untuk memperhatikan suatu gejala atau stimulus
misalnya aktivitas dalam kelas, buku, atau musik.
2. Responding  partisipasi aktif siswa untuk merespon gejala yang dipelajari.
3. Valuing  kemampuan siswa untuk memberikan nilai, keyakinan, atau sikap
dan menunjukkan suatu derajat internalisasi dan komitmen.
4. Organization  kemampuan anak untuk mengorganisasi nilai yang satu dengan
nilai yang lain dan konflik antarnilai mampu diselesaikan dan siswa mulai
membangun sistem nilai internal yang konsisten.
5. Characterization  level tertinggi dalam ranah afektif. Hasil belajar pada level
ini berkaitan dengan personal, emosi, dan sosial.
  Cara penilaian ranah afektif
1. Pengamatan langsung, yaitu dengan memperhatikan dan mencatat sikap
dan tingkah laku siswa terhadap sesuatu, benda, orang, gambar, atau kejadian.
2. Wawancara, dilakukan dengan memberikan pertanyaan terbuka atau
tertutup.
3. Angket atau kuesioner, merupakan suatu perangkat pertanyaan atau isian
yang sudah disediakan pilihan jawaban baik berupa pilihan pernyataan ataupun
pilihan bentuk angka.
4. Teknik proyektil, merupakan tugas atau pekerjaan atau objek yang belum
pernah dikenal siswa.
5. Pengukuran terselubung, merupakan pengamatan tentang sikap dan
tingkah laku seseorang di mana yang diamati tidak tahu bahwa ia sedang diamati.
 Langkah-langkah pengembangan instrumen afektif
1. Merumuskan Tujuan Pengukuran Afektif
Pengembangan alat ukur sikap bertujuan untuk mengetahui sikap siswa terhadap
sesuatu objek, misalnya sikap siswa terhadap kegiatan ekstrakurikuler di sekolah.
Sikap siswa terhadap sesuatu dapat positif atau negatif.
2. Mencari Definisi Konseptual dari Afektif yang Akan Diukur
Pencarian definisi konseptual dapat Anda lakukan dengan mencari pada buku-
buku teks yang relevan.
3. Menentukan Definisi Operasional dari Setiap Afektif yang Akan Diukur
Penentuan definisi operasional dimaksudkan untuk menentukan cara pengukuran
definisi konseptual.
4. Menjabarkan Definisi Operasional menjadi Sejumlah Indikator
Indikator merupakan petunjuk terukurnya definisi operasional. Dengan demikian
indikator harus operasional dan dapat diukur. Ketepatan pengukuran ranah afektif
sangat ditentukan oleh kemampuan penyusun instrumen (guru atau peneliti)
dalam membuat atau merumuskan indikator.
5. Menggunakan Indikator sebagai Acuan Menulis Pernyataan-pernyataan dalam
Instrumen
Penulisan instrumen atau alat ukur dapat dilakukan dengan menggunakan skala
pengukuran. Skala pengukuran yang paling banyak digunakan adalah skala
Liekert.
Kaidah-kaidah dalam merumuskan pernyataan-pernyataan dalam instrumen
afektif:
a. Hindari pernyataan yang mengarah pada peristiwa yang lalu.
b. Hindari pernyataan yang faktual.
c. Hindari pernyataan yang dapat ditafsirkan ganda.
d. Hindari pernyataan yang tidak berkaitan dengan afektif yang akan diukur.
e. Hindari pernyataan yang menyangkut keperluan semua orang atau pernyataan
yang tidak terkait dengan siapapun.
f. Upayakan kalimat pernyataan tersebut pendek, sederhana, jelas, dan langsung
pada permasalahannya.
g. Setiap pernyataan hanya mengandung satu pokok pikiran saja.
h. Hindari penggunaan kata asing atau lokal.
i. Hindari pernyataan negatif seperti tidak, kecuali, tanpa dan sejenisnya.
6. Meneliti Kembali Setiap Butir Pernyataan
Penelitian kembali instrumen yang selesai ditulis sebaiknya dilakukan oleh orang
yang memiliki banyak pengalaman dan minimal dua orang. Kepada dua orang
tersebut diberikan spesifikasi dari setiap butir (tujuan pengukuran, definisi
konseptual, definisi operasional, indikator, dan pernyataan yang dibuat) dan
rambu-rambu penulisan pernyataan yang baik. Kepada kedua penelaah tersebut
diminta untuk menilai kembali ketepatan instrumen afektif menggunakan
pengalaman keahlian masing-masing (expert judgment).
7. Melakukan Uji Coba
Perangkat instrumen yang telah ditelaah dan diperbaiki, disusun dan diperbanyak
untuk kemudian diujicobakan di lapangan. Tujuan uji coba adalah untuk
mengetahui apakah perangkat alat ukur tersebut sudah dapat memberikan hasil
pengukuran seperti yang kita inginkan.
8. Menyempurnakan Instrumen
Data yang diperoleh dari hasil uji coba selanjutnya kita olah untuk memperoleh
gambaran tentang validitas dan reliabilitas instrumen tersebut. Berdasarkan data
hasil uji coba kita akan dapat memperbaiki butir-butir pernyataan yang dianggap
lemah.
9. Mengadministrasikan Instrumen
Yang dimaksud dengan mengadministrasikan instrumen adalah melaksanakan
pengambilan data di lapangan.
Tinjauan Umum tentang Penilaian Afektif
Penilaian afektif, bagi sebagian guru lebih sulit dilakukan dibanding penilaian
kognitif atau penilaian psikomotor. Padahal dalam dunia pendidikan seperti
halnya di sekolah, ranah afektif juga sangat perlu mendapatkan perhatian.
Kenyataan selama ini di lapangan lebih menunjukkan penilaian afektif terkesan
bagai “anak tiri” dibanding penilaian kognitif maupun psikomotor. Ada juga
kasus-kasus di lapangan yang menunjukkan guru telah melakukan penilaian
afektif, tetapi tanpa panduan atau instrumen yang baik.
Pada tulisan kali ini, blog penelitian tindakan kelas (ptk) dan model-model
pembelajaran akan mencoba membahas mengenai penilaian afektif. Mari kita
simak.
Ranah afektif sangat menentukan keberhasilan belajar siswa. Beberapa komponen
penting ranah afektif misalnya minat dan sikap terhadap suatu mata pelajaran atau
materi pelajaran. Siswa bisa memiliki sikap positif terhadap mata pelajaran atau
materi pelajaran tertentu, bisa juga negatif, atau netral. Harapan semua guru
tentunya, siswa mereka memiliki sikap dan minat positif terhadap semua mata
pelajaran atau materi pelajaran. Melalui sikap yang positif ini kemudian dapat
diharapkan, siswa juga akan memiliki minat yang positif. Siswa yang mempunyai
sikap positif dan minat positif terhadap suatu mata pelajaran atau materi pelajaran
akan mempunyai kemungkinan yang lebih besar untuk berhasil dalam kegiatan
pembelajaran.
Langkah-Langkah Menyusun Instrumen Penilaian Afektif
Dalam kaitan untuk mengetahui sejauh mana sikap dan minat siswa terhadap
suatu mata pelajaran atau materi pelajaran, yang kedua termasuk bagian penting
dari ranah afektif, maka guru perlu menyusun instrumen penilaian afektif. Untuk
menyusun instrumen penilaian afektif, dapat dilakukan langkah-langkah sebagai
berikut:
1. Pemilihan ranah afektif yang ingin dinilai oleh guru, misalnya sikap dan
minat terhadap suatu materi pelajaran.
2. Penentuan indikator apa yang sekiranya dapat digunakan untuk
mengetahui bagaimana sikap dan minat siswa terhadap suatu materi
pelajaran
3. Beberapa contoh indikator yang misalnya dapat digunakan untuk
mengetahui bagaimana sikap dan minat siswa terhadap suatu materi
pelajaran, yaitu: (1) persentase kehadiran atau ketidakhadiran di kelas; (2)
aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung, misalnya
apakah suka bertanya, terlibat aktif dalam diskusi, aktif memperhatikan
penjelasan guru, dsb.; (3) penyelesaian tugas-tugas belajar yang diberikan,
seperti ketepatan waktu mengumpul PR atau tugas lainnya; (4) kerapian
buku catatan dan kelengkapan bahan belajar lainnya terkait materi
pelajaran tersebut.
4. Penentuan jenis skala yang digunakan, misalnya jika menggunakan skala
Likert, berarti ada 5 rentang skala, yaitu: (1) tidak berminat; (2) kurang
berminat; (3) netral; (4) berminat; dan (5) sangat berminat.
5. Penulisan draft instrumen penilaian afektif (misalnya dalam bentuk
kuisioner) berdasarkan indikator dan skala yang telah ditentukan.
6. Penelaahan dan meminta masukan teman sejawat (guru lain) mengenai
draft instrumen penilaian ranah afektif yang telah dibuat.
7. Revisi instrumen penilaian afektif berdasarkan hasil telaah dan masukan
rekan sejawat, bila memang diperlukan
8. Persiapan kuisioner untuk disebarkan kepada siswa beserta inventori
laporan diri yang diberikan siswa berdasarkan hasil kuisioner (angket)
tersebut.
9. Pemberian skor inventori kepada siswa
10. Analisis hasil inventori minat siswa terhadap materi pelajaran
Bagaimana memberikan skor dalam penilaian afektif
Teknik penskoran untuk penilaian ranah afektif dapat dilakukan secara sederhana.
Contoh, pada instrumen penilaian minat siswa terhadap suatu materi pelajaran
terdapat 10 item (berarti ada 10 indikator), maka bila skala yang digunakan adalah
skala Likert (1 sampai 5), berarti skor terendah yang mungkin diperoleh seorang
siswa adalah 10 (dari 10 item x 1) dan skor paling tinggiyang mungkin diperoleh
siswa adalah 50 (dari 10 item x 5). Maka kita dapat menetukan median-nya, yaitu
(10 + 50)/2 atau sama dengan 30. Bila kita membaginya menjadi 4 kategori, maka
skor 10 -20 termasuk tidak berminat; skor 21 – 30 termasuk kurang berminat; skor
32 – 40 berminat, dan skor 41 – 50 termasuk kategori sangat berminat.
Contoh Instrumen Penilaian Afektif
Berikut ini diberikan contoh instrumen penilaian sikap siswa terhadap materi
pelajaran evolusi pada mata pelajaran IPA di kelas IX
Contoh Instrumen Penilaian Afektif
Artikel Lain Yang Berhubungan dengan Penilaian Afektif :
Prinsip-Prinsip Penilaian
Kata Kerja Operasional untuk Ranah Afektif
Dalam penyusunan instrumen penilaian afektif, kita harus menggunakan kata
kerja operasional dalam indikatornya. Ini dilakukan (sama seperti instrumen
penilaian kognitif dan psikomotor) agar indikator dapat diamati / terukur. Menurut
taksonomi Bloom, ada 5 tingkatan ranah afektif yaitu: (1) A1 – menerima; (2) A2
– menanggapi; (3) A3- menilai; (4) A4 – mengelola; dan (5) A5 – menghayati.
Berikut ini disajikan contoh-contoh kata kerja operasional untuk kelima tingkatan
dalam ranah afektif.
A1 – Menerima
Contoh kata kerja operasional:
 Mempertanyakan
 Mengikuti
 Memberi
 Mematuhi
 Meminati
 menganut
A2 – menanggapi
Contoh kata kerja operasional:
 Menjawab
 Membantu
 Mengajukan
 Mengkompromikan
 Menyenangi
 Menyambut
 Mendukung
 Menyetujui
 Menampilkan
 Melaporkan
 Memilih
 Memilah
 Mengatakan
 Menolak
A3 – menilai
Contoh kata kerja operasional:
 Mengasumsikan
 Meyakini
 Melengkapi
 Meyakinkan
 Memperjelas
 Memprakarsai
 Mengimani
 Mengundang
 Menggabungkan
 Memperjelas
 Mengusulkan
 Menyumbang
A4 – mengelola
Contoh kata kerja operasional:
 Menganut
 Mengubah
 Menata
 Mengklasifikasikan
 Mengkombinasikan
 Mempertahankan
 Membangun
 Memadukan
 Mengelola
 Menegosiasikan
 Merembukkan
A4 – menghayati
Contoh kata kerja operasional:
 Mengubah perilaku
 Berakhlak mulia
 Mempengaruhi
 Mendengarkan
 Mengkualifikasi
 Melayani
 Menunjukkan
 Membuktikan
 Memecahkan
Artikel Terkait
 Pengertian Belajar dan Cara Meningkatkan Belajar
 Pengertian Evaluasi (Penilaian), Pengukuran, Tes,dan Asesmen
 Cara Menyusun Instrumen Penilaian Psikomotor
 Langkah-Langkah Menyusun dan Contoh Instrumen Penilaian Afektif
 Ciri-Ciri Metode Mengajar yang Efektif
 Pembagian Ranah (Domain) Kognitif Menurut Bloom
 Permasalahan di Kelas dan Hubungannya dengan Materi Prasyarat,
Perbaikan, serta Pengayaan
 Balikan (Feedback) dan Hubungannya dengan Motivasi Belajar Siswa
 Belajar Aktif : Ciri-Ciri Siswa dan Model Pembelajaran yang Dapat
Digunakan
 Manfaatkan Lingkungan Sebagai Sumber Belajar Siswa
 RANAH PENILAIAN KOGNITIF, AFEKTIF, DAN
PSIKOMOTORIK
 RANAH PENILAIAN KOGNITIF, AFEKTIF, DAN PSIKOMOTORIK
Penilaian adalah upaya atau tindakan untuk mengetahui sejauh mana
tujuan yang telah ditetapkan itu tercapai atau tidak. Dengan kata lain,
penilaian berfungsi sebagai alat untuk mengtahui keberhasilan proses dan
hasil belajar siswa. Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan
pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional,
menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara
garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah
afektif, dan ranah psikomotorik.
Salah satu prinsip dasar yang harus senantiasa diperhatikan dan dipegangi
dalam rangka evaluasi hasil belajar adalah prinsip kebulatan, dengan
prinsip evaluator dalam melaksanakan evaluasi hasil belajar dituntut untuk
mengevaluasi secara menyeluruh terhadap peserta didik, baik dari segi
pemahamannya terhadap materi atau bahan pelajaran yang telah diberikan
(aspek kognitif), maupun dari segi penghayatan (aspek afektif), dan
pengamalannya (aspek psikomotor).
Ketiga aspek atau ranah kejiwaan itu erat sekali dan bahkan tidak mungkin
dapat dilepaskan dari kegiatan atau proses evaluasi hasil belajar. Benjamin
S. Bloom dan kawan-kawannya itu berpendapat bahwa pengelompokkan
tujuan pendidikan itu harus senantiasa mengacu kepada tiga jenis domain
(daerah binaan atau ranah) yang melekat pada diri peserta didik, yaitu:
a) Ranah proses berfikir (cognitive domain)
b) Ranah nilai atau sikap (affective domain)
c) Ranah keterampilan (psychomotor domain)
Dalam konteks evaluasi hasil belajar, maka ketiga domain atau ranah
itulah yang harus dijadikan sasaran dalam setiap kegiatan evaluasi hasil
belajar. Ketiga ranah tersebut menjadi obyek penilaian hasil belajar.
Diantara ketiga ranah itu, ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai
oleh para guru disekolah karena berkaitan dengan kemampuan para siswa
dalam menguasai isi bahan pengajaran.
1. Pengertian Ranah Penilaian Kognitif
Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak).
Menurut Bloom, segala upaya yang menyangkut aktivitas otak adalah
termasuk dalam ranah kognitif. Ranah kognitif berhubungan dengan
kemampuan berfikir, termasuk didalamnya kemampuan menghafal,
memahami, mengaplikasi, menganalisis, mensintesis, dan kemampuan
mengevaluasi Dalam ranah kognitif itu terdapat enam aspek atau jenjang
proses berfikir, mulai dari jenjang terendah sampai dengan jenjang yang
paling tinggi. Keenam jenjang atau aspek yang dimaksud adalah:
• Pengetahuan/hafalan/ingatan (knowledge)
Adalah kemampuan seseorang untuk mengingat-ingat kembali (recall)
atau mengenali kembali tentang nama, istilah, ide, rumus-rumus, dan
sebagainya, tanpa mengharapkan kemampuan untuk menggunkannya.
Pengetahuan atau ingatan adalah merupakan proses berfikir yang paling
rendah.
• Pemahaman (comprehension)
Adalah kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu
setelah sesuatu itu diketahui dan diingat. Dengan kata lain, memahami
adalah mengetahui tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai
segi. Seseorang peserta didik dikatakan memahami sesuatu apabila ia
dapat memberikan penjelasan atau memberi uraian yang lebih rinci
tentang hal itu dengan menggunakan kata-katanya sendiri. Pemahaman
merupakan jenjang kemampuan berfikir yang setingkat lebih tinggi dari
ingatan atau hafalan.
• Penerapan (application)
Adalah kesanggupan seseorang untuk menerapkan atau menggunakan ide-
ide umum, tata cara ataupun metode-metode, prinsip-prinsip, rumus-
rumus, teori-teori dan sebagainya, dalam situasi yang baru dan kongkret.
Penerapan ini adalah merupakan proses berfikir setingkat lebih tinggi
ketimbang pemahaman.
• Analisis (analysis)
Adalah kemampuan seseorang untuk merinci atau menguraikan suatu
bahan atau keadaan menurut bagian-bagian yang lebih kecil dan mampu
memahami hubungan di antara bagian-bagian atau faktor-faktor yang satu
dengan faktor-faktor lainnya. Jenjang analisis adalah setingkat lebih tinggi
ketimbang jenjang aplikasi.
• Sintesis (syntesis)
Adalah kemampuan berfikir yang merupakan kebalikan dari proses
berfikir analisis. Sisntesis merupakan suatu proses yang memadukan
bagian-bagian atau unsur-unsur secara logis, sehingga menjelma menjadi
suatu pola yang yang berstruktur atau bebrbentuk pola baru. Jenjang
sintesis kedudukannya setingkat lebih tinggi daripada jenjang analisis.
Salah satu jasil belajar kognitif dari jenjang sintesis ini adalah: peserta
didik dapat menulis karangan tentang pentingnya kedisiplinan
sebagiamana telah diajarkan oleh islam.
• Penilaian/penghargaan/evaluasi (evaluation)
Adalah merupakan jenjang berpikir paling tinggi dalam ranah kognitif
dalam taksonomi Bloom. Penilian/evaluasi disini merupakan kemampuan
seseorang untuk membuat pertimbangan terhadap suatu kondisi, nilai atau
ide, misalkan jika seseorang dihadapkan pada beberapa pilihan maka ia
akan mampu memilih satu pilihan yang terbaik sesuai dengan patokan-
patokan atau kriteria yang ada.
1.2. Ciri-ciri Ranah Penilaian Kognitif
Aspek kognitif berhubungan dengan kemampuan berfikir termasuk di
dalamnya kemampuan memahami, menghafal, mengaplikasi,
menganalisis, mensistesis dan kemampuan mengevaluasi. Menurut
Taksonomi Bloom (Sax 1980), kemampuan kognitif adalah kemampuan
berfikir secara hirarki yang terdiri dari pengetahuan, pemahaman, aplikasi,
analisis, sintesis dan evaluasi.
Pada tingkat pengetahuan, peserta didik menjawab pertanyaan berdasarkan
hafalan saja. Pada tingkat pemahaman peserta didik dituntut juntuk
menyatakan masalah dengan kata-katanya sendiri, memberi contoh suatu
konsep atau prinsip. Pada tingkat aplikasi, peserta didik dituntut untuk
menerapkan prinsip dan konsep dalam situasi yang baru. Pada tingkat
analisis, peserta didik diminta untuk untuk menguraikan informasi ke
dalam beberapa bagian, menemukan asumsi, membedakan fakta dan
pendapat serta menemukan hubungan sebab—akibat. Pada tingkat sintesis,
peserta didik dituntut untuk menghasilkan suatu cerita, komposisi,
hipotesis atau teorinya sendiri dan mensintesiskan pengetahuannya. Pada
tingkat evaluasi, peserta didik mengevaluasi informasi seperti bukti,
sejarah, editorial, teori-teori yang termasuk di dalamnya judgement
terhadap hasil analisis untuk membuat kebijakan.
Tujuan aspek kognitif berorientasi pada kemampuan berfikir yang
mencakup kemampuan intelektual yang lebih sederhana, yaitu mengingat,
sampai pada kemampuan memecahkan masalah yang menuntut siswa
untuk menghubungkan dan menggabungkan beberapa ide, gagasan,
metode atau prosedur yang dipelajari untuk memecahkan masalah
tersebut.
Dengan demikian aspek kognitif adalah sub-taksonomi yang
mengungkapkan tentang kegiatan mental yang sering berawal dari tingkat
pengetahuan sampai ke tingkat yang paling tinggi yaitu evaluasi. Aspek
kognitif terdiri atas enam tingkatan dengan aspek belajar yang berbeda-
beda. Keenam tingkat tersebut yaitu:
1. Tingkat pengetahuan (knowledge), pada tahap ini menuntut siswa untuk
mampu mengingat (recall) berbagai informasi yang telah diterima
sebelumnya, misalnya fakta, rumus, terminologi strategi problem solving
dan lain sebagianya.
2. Tingkat pemahaman (comprehension), pada tahap ini kategori
pemahaman dihubungkan dengan kemampuan untuk menjelaskan
pengetahuan, informasi yang telah diketahui dengan kata-kata sendiri.
Pada tahap ini peserta didik diharapkan menerjemahkan atau menyebutkan
kembali yang telah didengar dengan kata-kata sendiri.
3. Tingkat penerapan (application), penerapan merupakan kemampuan
untuk menggunakan atau menerapkan informasi yang telah dipelajari
kedalam situasi yang baru, serta memecahlcan berbagai masalah yang
timbuldalam kehidupan sehari-hari.
4. Tingkat analisis (analysis), analisis merupakan kemampuan
mengidentifikasi, memisahkan dan membedakan komponen-komponen
atau elemen suatu fakta, konsep, pendapat, asumsi, hipotesa atau
kesimpulan, dan memeriksa setiap komponen tersebut untuk melihat ada
atau tidaknya kontradiksi. Dalam tingkat ini peserta didik diharapkan
menunjukkan hubungan di antara berbagai gagasan dengan cara
membandingkan gagasan tersebut dengan standar, prinsip atau prosedur
yang telah dipelajari.
5. Tingkat sintesis (synthesis), sintesis merupakan kemampuan seseorang
dalam mengaitkan dan menyatukan berbagai elemen dan unsur
pengetahuan yang ada sehingga terbentuk pola baru yang lebih
menyeluruh.
6. Tingkat evaluasi (evaluation), evaluasi merupakan level tertinggi yang
mengharapkan peserta didik mampu membuat penilaian dan keputusan
tentang nilai suatu gagasan, metode, produk atau benda dengan
menggunakan kriteria tertentu.
1.3. Contoh Pengukuran Ranah Penilaian Kognitif
Apabila melihat kenyataan yang ada dalam sistem pendidikan yang
diselenggarakan, pada umumnya baru menerapkan beberapa aspek
kognitif tingkat rendah, seperti pengetahuan, pemahaman dan sedikit
penerapan. Sedangkan tingkat analisis, sintesis dan evaluasi jarang sekali
diterapkan. Apabila semua tingkat kognitif diterapkan secara merata dan
terus-menerus maka hasil pendidikan akan lebih baik. Pengukuran hasil
belajar ranah kognitif dilakukan dengan tes tertulis.
Bentuk tes kognitif diantaranya;
• tes atau pertanyaan lisan di kelas,
• pilihan ganda,
• uraian obyektif,
• uraian non obyektif atau uraian bebas,
• jawaban atau isian singkat,
• menjodohkan,
• portopolio dan
• performans.
Cakupan yang diukur dalam ranah Kognitif adalah:
a. Ingatan (C1) yaitu kemampuan seseorang untuk mengingat. Ditandai
dengan kemampuan menyebutkan simbol, istilah, definisi, fakta, aturan,
urutan, metode.
b. Pemahaman (C2) yaitu kemampuan seseorang untuk memahami tentang
sesuatu hal. Ditandai dengan kemampuan menerjemahkan, menafsirkan,
memperkirakan, menentukan, menginterprestasikan.
c. Penerapan (C3), yaitu kemampuan berpikir untuk menjaring &
menerapkan dengan tepat tentang teori, prinsip, simbol pada situasi
baru/nyata. Ditandai dengan kemampuan menghubungkan, memilih,
mengorganisasikan, memindahkan, menyusun, menggunakan,
menerapkan, mengklasifikasikan, mengubah struktur.
d. Analisis (C4), Kemampuan berfikir secara logis dalam meninjau suatu
fakta/ objek menjadi lebih rinci. Ditandai dengan kemampuan
membandingkan, menganalisis, menemukan, mengalokasikan,
membedakan, mengkategorikan.
e. Sintesis (C5), Kemampuan berpikir untuk memadukan konsep-konsep
secara logis sehingga menjadi suatu pola yang baru. Ditandai dengan
kemampuan mensintesiskan, menyimpulkan, menghasilkan,
mengembangkan, menghubungkan, mengkhususkan.
f. Evaluasi (C6), Kemampuan berpikir untuk dapat memberikan
pertimbangan terhadap sustu situasi, sistem nilai, metoda, persoalan dan
pemecahannya dengan menggunakan tolak ukur tertentu sebagai patokan.
Ditandai dengan kemampuan menilai, menafsirkan, mempertimbangkan
dan menentukan.
2.1 Pengertian Ranah Penilaian Afektif
Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Ranah
afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, dan
nilai. Beberapa pakar mengatakan bahwa sikap seseorang dapat
diramalkan perubahannya bila seseorang telah memiliki kekuasaan
kognitif tingkat tinggi. Ciri-ciri hasil belajar afektif akan tampak pada
peserta didik dalam berbagai tingkah laku.
Ranah afektif menjadi lebih rinci lagi ke dalam lima jenjang, yaitu:
a) receiving
b) responding
c) valuing
d) organization
e) characterization by evalue or calue complex
Receiving atau attending ( menerima atua memperhatikan), adalah
kepekaan seseorang dalam menerima rangsangan (stimulus) dari luar yang
datang kepada dirinya dalam bentuk masalah, situasi, gejala dan lain-lain.
Termasuk dalam jenjang ini misalnya adalah: kesadaran dan keinginan
untuk menerima stimulus, mengontrol dan menyeleksi gejala-gejala atau
rangsangan yang datang dari luar. Receiving atau attenting juga sering di
beri pengertian sebagai kemauan untuk memperhatikan suatu kegiatan atau
suatu objek. Pada jenjang ini peserta didik dibina agar mereka bersedia
menerima nilai atau nilai-nilai yang di ajarkan kepada mereka, dan mereka
mau menggabungkan diri kedalam nilai itu atau meng-identifikasikan diri
dengan nilai itu. Contah hasil belajar afektif jenjang receiving , misalnya:
peserta didik bahwa disiplin wajib di tegakkan, sifat malas dan tidak di
siplin harus disingkirkan jauh-jauh.
Responding (menanggapi) mengandung arti “adanya partisipasi aktif”.
Jadi kemampuan menanggapi adalah kemampuan yang dimiliki oleh
seseorang untuk mengikut sertakan dirinya secara aktif dalam fenomena
tertentu dan membuat reaksi terhadapnya salah satu cara. Jenjang ini lebih
tinggi daripada jenjang receiving. Contoh hasil belajar ranah afektif
responding adalah peserta didik tumbuh hasratnya untuk mempelajarinya
lebih jauh atau menggeli lebih dalam lagi, ajaran-ajaran Islam tentang
kedisiplinan.
Valuing (menilai/menghargai). Menilai atau menghargai artinya mem-
berikan nilai atau memberikan penghargaan terhadap suatu kegiatan atau
obyek, sehingga apabila kegiatan itu tidak dikerjakan, dirasakan akan
membawa kerugian atau penyesalan. Valuing adalah merupakan tingkat
afektif yang lebih tinggi lagi daripada receiving dan responding. Dalam
kaitan dalam proses belajar mengajar, peserta didik disini tidak hanya mau
menerima nilai yang diajarkan tetapi mereka telah berkemampuan untuk
menilai konsep atau fenomena, yaitu baik atau buruk. Bila suatu ajaran
yang telah mampu mereka nilai dan mampu untuk mengatakan “itu adalah
baik”, maka ini berarti bahwa peserta didik telah menjalani proses
penilaian. Nilai itu mulai di camkan (internalized) dalam dirinya. Dengan
demikian nilai tersebut telah stabil dalam peserta didik. Contoh hasil
belajar efektif jenjang valuing adalah tumbuhnya kemampuan yang kuat
pada diri peseta didik untuk berlaku disiplin, baik disekolah, dirumah
maupun di tengah-tengah kehidupan masyarakat.
Organization (mengatur atau mengorganisasikan), artinya memper-
temukan perbedaan nilai sehingga terbentuk nilai baru yang universal,
yang membawa pada perbaikan umum. Mengatur atau mengorganisasikan
merupakan pengembangan dari nilai kedalam satu sistem organisasi,
termasuk didalamnya hubungan satu nilai denagan nilai lain., pemantapan
dan perioritas nilai yang telah dimilikinya.
Characterization by evalue or calue complex (karakterisasi dengan suatu
nilai atau komplek nilai), yakni keterpaduan semua sistem nilai yang telah
dimiliki oleh seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah
lakunya. Disini proses internalisasi nilai telah menempati tempat tertinggi
dalal suatu hirarki nilai. Nilai itu telah tertanam secara konsisten pada
sistemnya dan telah mempengaruhi emosinya. Ini adalah merupakan
tingkat efektif tertinggi, karena sikap batin peserta didik telah benar-benar
bijaksana. Ia telah memiliki phyloshopphy of life yang mapan. Jadi pada
jenjang ini peserta didik telah memiliki sistem nilai yang telah mengontrol
tingkah lakunya untuk suatu waktu yang lama, sehingga membentu
karakteristik “pola hidup” tingkah lakunya menetap, konsisten dan dapat
diramalkan.
Secara skematik kelima jenjang afektif sebagaimana telah di kemukakan
dalam pembicaraan diatas, menurut A.J Nitko (1983) dapat di gambarkan
sebagai berikut:
Ranah afektif tidak dapat diukur seperti halnya ranah kognitif, karena
dalam ranah afektif kemampuan yang diukur adalah: Menerima
(memperhatikan), Merespon, Menghargai, Mengorganisasi, dan
Karakteristik suatu nilai. Skala yang digunakan untuk mengukur ranah
afektif seseorang terhadap kegiatan suatu objek diantaranya skala sikap.
Hasilnya berupa kategori sikap, yakni mendukung (positif), menolak
(negatif), dan netral. Sikap pada hakikatnya adalah kecenderungan
berperilaku pada seseorang. Ada tiga komponen sikap, yakni kognisi,
afeksi, dan konasi. Kognisi berkenaan dengan pengetahuan seseorang
tentang objek yang dihadapinya. Afeksi berkenaan dengan perasaan dalam
menanggapi objek tersebut, sedangkan konasi berkenaan dengan
kecenderungan berbuat terhadap objek tersebut. Oleh sebab itu, sikap
selalu bermakna bila dihadapkan kepada objek tertentu.
Skala sikap dinyatakan dalam bentuk pernyataan untuk dinilai oleh
responden, apakah pernyataan itu didukung atau ditolaknya, melalui
rentangan nilai tertentu. Oleh sebab itu, pernyataan yang diajukan dibagi
ke dalam dua kategori, yakni pernyataan positif dan pernyataan negatif.
Salah satu skala sikap yang sering digunakan adalah skala Likert. Dalam
skala Likert, pernyataan-pernyataan yang diajukan, baik pernyataan positif
maupun negatif, dinilai oleh subjek dengan sangat setuju, setuju, tidak
punya pendapat, tidak setuju, sangat tidak setuju.
2.2 Ciri-ciri Ranah Penilaian Afektif
Pemikiran atau perilaku harus memiliki dua kriteria untuk diklasifikasikan
sebagai ranah afektif (Andersen, 1981:4). Pertama, perilaku melibatkan
perasaan dan emosi seseorang. Kedua, perilaku harus tipikal perilaku
seseorang. Kriteria lain yang termasuk ranah afektif adalah intensitas,
arah, dan target. Intensitas menyatakan derajat atau kekuatan dari
perasaan. Beberapa perasaan lebih kuat dari yang lain, misalnya cinta lebih
kuat dari senang atau suka. Sebagian orang kemungkinan memiliki
perasaan yang lebih kuat dibanding yang lain. Arah perasaan berkaitan
dengan orientasi positif atau negatif dari perasaan yang menunjukkan
apakah perasaan itu baik atau buruk.
Ada 5 tipe karakteristik afektif yang penting berdasarkan tujuannya, yaitu
sikap, minat, konsep diri, nilai, dan moral.
1. Sikap
Menurut Fishbein dan Ajzen (1975) sikap adalah suatu predisposisi yang
dipelajari untuk merespon secara positif atau negatif terhadap suatu objek,
situasi, konsep, atau orang. Sikap peserta didik terhadap objek misalnya
sikap terhadap sekolah atau terhadap mata pelajaran. Sikap peserta didik
ini penting untuk ditingkatkan (Popham, 1999). Sikap peserta didik
terhadap mata pelajaran, misalnya bahasa Inggris, harus lebih positif
setelah peserta didik mengikuti pembelajaran bahasa Inggris dibanding
sebelum mengikuti pembelajaran. Perubahan ini merupakan salah satu
indikator keberhasilan pendidik dalam melaksanakan proses pembelajaran.
Untuk itu pendidik harus membuat rencana pembelajaran termasuk
pengalaman belajar peserta didik yang membuat sikap peserta didik
terhadap mata pelajaran menjadi lebih positif.
2. Minat
Menurut Getzel (1966), minat adalah suatu disposisi yang terorganisir
melalui pengalaman yang mendorong seseorang untuk memperoleh objek
khusus, aktivitas, pemahaman, dan keterampilan untuk tujuan perhatian
atau pencapaian. Sedangkan menurut kamus besar bahasa Indonesia
(1990: 583), minat atau keinginan adalah kecenderungan hati yang tinggi
terhadap sesuatu. Hal penting pada minat adalah intensitasnya. Secara
umum minat termasuk karakteristik afektif yang memiliki intensitas tinggi.
Penilaian minat dapat digunakan untuk:
• mengetahui minat peserta didik sehingga mudah untuk pengarahan dalam
pembelajaran,
• mengetahui bakat dan minat peserta didik yang sebenarnya,
• pertimbangan penjurusan dan pelayanan individual peserta didik,
• menggambarkan keadaan langsung di lapangan/kelas,
3. Konsep Diri
Menurut Smith, konsep diri adalah evaluasi yang dilakukan individu
terhadap kemampuan dan kelemahan yang dimiliki. Target, arah, dan
intensitas konsep diri pada dasarnya seperti ranah afektif yang lain. Target
konsep diri biasanya orang tetapi bisa juga institusi seperti sekolah. Arah
konsep diri bisa positif atau negatif, dan intensitasnya bisa dinyatakan
dalam suatu daerah kontinum, yaitu mulai dari rendah sampai tinggi.
Penilaian konsep diri dapat dilakukan dengan penilaian diri. Kelebihan
dari penilaian diri adalah sebagai berikut:
• Pendidik mampu mengenal kelebihan dan kekurangan peserta didik.
• Peserta didik mampu merefleksikan kompetensi yang sudah dicapai.
• Pernyataan yang dibuat sesuai dengan keinginan penanya.
o Memberikan motivasi diri dalam hal penilaian kegiatan peserta didik.
o Peserta didik lebih aktif dan berpartisipasi dalam proses pembelajaran.
o Dapat digunakan untuk acuan menyusun bahan ajar dan mengetahui
standar input peserta didik.
o Peserta didik dapat mengukur kemampuan untuk mengikuti
pembelajaran.
o Peserta didik dapat mengetahui ketuntasan belajarnya.
o Melatih kejujuran dan kemandirian peserta didik.
o Peserta didik mengetahui bagian yang harus diperbaiki.
o Peserta didik memahami kemampuan dirinya.
o Pendidik memperoleh masukan objektif tentang daya serap peserta didik.
o Mempermudah pendidik untuk melaksanakan remedial, hasilnya dapat
untuk instropeksi pembelajaran yang dilakukan.
o Peserta didik belajar terbuka dengan orang lain.
o Peserta didik mampu menilai dirinya.
o Peserta didik dapat mencari materi sendiri.
o Peserta didik dapat berkomunikasi dengan temannya.
4. Nilai
Nilai menurut Rokeach (1968) merupakan suatu keyakinan tentang
perbuatan, tindakan, atau perilaku yang dianggap baik dan yang dianggap
buruk. Selanjutnya dijelaskan bahwa sikap mengacu pada suatu organisasi
sejumlah keyakinan sekitar objek spesifik atau situasi, sedangkan nilai
mengacu pada keyakinan.
Definisi lain tentang nilai disampaikan oleh Tyler (1973:7), yaitu nilai
adalah suatu objek, aktivitas, atau ide yang dinyatakan oleh individu dalam
mengarahkan minat, sikap, dan kepuasan. Selanjutnya dijelaskan bahwa
manusia belajar menilai suatu objek, aktivitas, dan ide sehingga objek ini
menjadi pengatur penting minat, sikap, dan kepuasan. Oleh karenanya
satuan pendidikan harus membantu peserta didik menemukan dan
menguatkan nilai yang bermakna dan signifikan bagi peserta didik untuk
memperoleh kebahagiaan personal dan memberi konstribusi positif
terhadap masyarakat.
5. Moral
Piaget dan Kohlberg banyak membahas tentang per-kembangan moral
anak. Namun Kohlberg mengabaikan masalah hubungan antara judgement
moral dan tindakan moral. Ia hanya mempelajari prinsip moral seseorang
melalui penafsiran respon verbal terhadap dilema hipotetikal atau dugaan,
bukan pada bagaimana sesungguhnya seseorang bertindak.
Moral berkaitan dengan perasaan salah atau benar terhadap kebahagiaan
orang lain atau perasaan terhadap tindakan yang dilakukan diri sendiri.
Jadi moral berkaitan dengan prinsip, nilai, dan keyakinan seseorang.
Ranah afektif lain yang penting adalah:
• Kejujuran: peserta didik harus belajar menghargai kejujuran dalam
berinteraksi dengan orang lain.
• Integritas: peserta didik harus mengikatkan diri pada kode nilai, misalnya
moral dan artistik.
• Adil: peserta didik harus berpendapat bahwa semua orang mendapat
perlakuan yang sama dalam memperoleh pendidikan.
• Kebebasan: peserta didik harus yakin bahwa negara yang demokratis
memberi kebebasan yang bertanggung jawab secara maksimal kepada
semua orang.
2.3 Contoh Pengukuran Ranah Penilaian Afektif
Kompetensi siswa dalam ranah afektif yang perlu dinilai utamanya
menyangkut sikap dan minat siswa dalam belajar. Secara teknis penilaian
ranah afektif dilakukan melalui dua hal yaitu:
a) laporan diri oleh siswa yang biasanya dilakukan dengan pengisian
angket anonim,
b) pengamatan sistematis oleh guru terhadap afektif siswa dan perlu
lembar pengamatan.
Ranah afektif tidak dapat diukur seperti halnya ranah kognitif, karena
dalam ranah afektif kemampuan yang diukur adalah:
1. Menerima (memperhatikan), meliputi kepekaan terhadap kondisi,
gejala, kesadaran, kerelaan, mengarahkan perhatian
2. Merespon, meliputi merespon secara diam-diam, bersedia merespon,
merasa puas dalam merespon, mematuhi peraturan
3. Menghargai, meliputi menerima suatu nilai, mengutamakan suatu nilai,
komitmen terhadap nilai
4. Mengorganisasi, meliputi mengkonseptualisasikan nilai, memahami
hubungan abstrak, mengorganisasi sistem suatu nilai.
3.1 Pengertian Ranah Penilaian Psikomotor
Ranah psikomotor merupakan ranah yang berkaitan dengan keterampilan
(skill) tau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman
belajar tertentu. Ranah psikomotor adalah ranah yang berhubungan dengan
aktivitas fisik, misalnya lari, melompat, melukis, menari, memukul, dan
sebagainya. Hasil belajar ranah psikomotor dikemukakan oleh Simpson
(1956) yang menyatakan bahwa hasil belajar psikomotor ini tampak dalam
bentuk keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak individu. Hasil
belajar psikomotor ini sebenarnya merupakan kelanjutan dari hasil belajar
kognitif (memahami sesuatu) dan dan hasil belajar afektif (yang baru
tampak dalam bentuk kecenderungan-kecenderungan berperilaku). Hasi
belajar kognitif dan hasil belajar afektif akan menjadi hasil belajar
psikomotor apabila peserta didik telah menunjukkan perilaku atau
perbuatan tertentu sesuai dengan makna yang terkandung dalam ranah
kognitif dan ranah afektif.
3.2 Ciri-ciri Ranah Penilaian Psikomotor
Ranah psikomotor berhubungan dengan hasil belajar yang pencapaiannya
melalui keterampilan manipulasi yang melibatkan otot dan kekuatan fisik.
Ranah psikomotor adalah ranah yang berhubungan aktivitas fisik,
misalnya; menulis, memukul, melompat dan lain sebagainya.
3.3 Contoh Pengukuran Ranah Penilaian Psikomotor
Beberapa ahli yang menjelaskan cara menilai hasil belajar psikomotor.
Ryan (1980) menjelaskan bahwa hasil belajar keterampilan dapat diukur
melalui
a. pengamatan langsung dan penilaian tingkah laku peserta didik selama
proses pembelajaran praktik berlangsung,
b. sesudah mengikuti pembelajaran, yaitu dengan jalan memberikan tes
kepada peserta didik untuk mengukur pengetahuan, keterampilan, dan
sikap,
c. beberapa waktu sesudah pembelajaran selesai dan kelak dalam
lingkungan kerjanya. Sementara itu Leighbody (1968) berpendapat bahwa
penilaian hasil belajar psikomotor mencakup:
• kemampuan menggunakan alat dan sikap kerja,
• kemampuan menganalisis suatu pekerjaan dan menyusun urut-urutan
pengerjaan,
• kecepatan mengerjakan tugas,
• kemampuan membaca gambar dan atau simbol,
• keserasian bentuk dengan yang diharapkan dan atau ukuran yang telah
ditentukan.
Dari penjelasan di atas dapat dirangkum bahwa dalam penilaian hasil
belajar psikomotor atau keterampilan harus mencakup persiapan, proses,
dan produk. Penilaian dapat dilakukan pada saat proses berlangsung yaitu
pada waktu peserta didik melakukan praktik, atau sesudah proses
berlangsung dengan cara mengetes peserta didik.
Penilaian psikomotorik dapat dilakukan dengan menggunakan observasi
atau pengamatan. Observasi sebagai alat penilaian banyak digunakan
untuk mengukur tingkah laku individu ataupun proses terjadinya suatu
kegiatan yang dapat diamati, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun
dalam situasi buatan. Dengan kata lain, observasi dapat mengukur atau
menilai hasil dan proses belajar atau psikomotorik. Misalnya tingkah laku
peserta didik ketika praktik, kegiatan diskusi peserta didik, partisipasi
peserta didik dalam simulasi, dan penggunaan alins ketika belajar.
Observasi dilakukan pada saat proses kegiatan itu berlangsung. Pengamat
terlebih dahulu harus menetapkan kisi-kisi tingkah laku apa yang hendak
diobservasinya, lalu dibuat pedoman agar memudahkan dalam pengisian
observasi. Pengisian hasil observasi dalam pedoman yang dibuat
sebenarnya bisa diisi secara bebas dalam bentuk uraian mengenai tingkah
laku yang tampak untuk diobservasi, bisa pula dalam bentuk memberi
tanda cek (√) pada kolom jawaban hasil observasi
Contoh Tabel Penilaian Afektif
No
Jenis/Aspek
Sikap
Standar Pencapaian
Strategi Penilaian
Deskripsi Skor
1 Beriman dan
bertakwa
kepada Tuhan
Yang Maha
Esa
Melaksanakan kegiatan
keagaman sesuai agama
yang dipeluknya
Observasi
aktivitas
keagamaan siswa
Verifikasi jurnal
kegiatan
Rutin, tidak ada yang
tertinggal
5
Rutin, tidak
melaksanakan 20 %
4
Rutin, tidak
melaksanakan 40 %
3
Rutin, tidak
melaksanakan 60 %
2
Rutin, tidak
melaksanakan 80 %
1
2 Berakhlak
mulia
Berlaku hormat pada
masyarakat di
ingkungannya
Observasi
aktivitas siswa
dalam bermasya-
rakat di sekolahSelalu 5
Sering 4
kadang-kadang 3
Jarang 2
sangat jarang 1
3 Mandiri Melaksanakan
pekerjaan/tugas-tugas
siswa tanpa harus di
suruh/ditunggui
Observasi
aktivitas siswa
dalam melaksa-
nakan tugas
Verifikasi
rekaman
penyerahan
tugas-tugas
siswa.
Selalu 5
Sering 4
kadang-kadang 3
Jarang 2
sangat jarang 1
4 Menjadi warga
negara yang
demokratis
Mampu menghargai
pendapat orang lain
Observasi
aktivitas siswa
dalam berdiskusi,
bermasyarakat di
sekolah
Selalu 5
Sering 4
kadang-kadang 3
Jarang 2
sangat jarang 1
No
Jenis/Aspek
Sikap
Standar Pencapaian
Strategi
Penilaian
Deskripsi Skor
5 Bertanggung
jawab
Tidak menyontek dalam
ulangan Menyelesaikan
tugas sesuai dan tepat
waktu
Observasi
aktivitas siswa
dalam ulangan
Selalu 5
Sering 4
kadang-kadang 3
Jarang 2
sangat jarang 1
6 Sikap percaya
diri
Mampu tampil secara wajar
dalam kegiatan dengan
massa
Observasi
aktivitas siswa
dalam berdiskusi,
kegiatan massa di
sekolah/ber-
masyarakat
Selalu 5
Sering 4
kadang-kadang 3
Jarang 2
sangat jarang 1
7 Berpartisipasi
dalam
penegakan
aturan-aturan
sosial
Melaksanakan
pekerjaan/tugas-tugas
tanpa harus di
suruh/ditunggui
Observasi
ketaatan siswa
dalam mengikuti
peraturan tata
tertib sekolahSelalu 5
Sering 4
kadang-kadang 3
Jarang 2
sangat jarang 1
8 Kedisiplinan
masuk
sekolah
Kehadiran di sekolah /
presensi siswa
Verifikasi presensi
siswa
Selalu 5
Absensi 10 % 4
Absensi 10 % s.d 15 % 3
Absensi 15 % s.d 20 % 2
Absensi lebih dari 20 % 1
No
Jenis/Aspek
Sikap
Standar Pencapaian
Strategi
PenilaianDeskripsi Skor
9 Menjaga
kebersihan
lingkungan
Membuang sampah pada
tempatnya, tidak mengotori
lingkungan
Observasi perilaku
siswa dalam
kehidupan di
sekolahSelalu 5
Sering 4
Kadang-kadang 3
Jarang 2
Jarang sekali 1
10 Menjaga
kesehatan dan
keamanan diri,
Menggunakan alat
keselamatan kerja dalam
kegiatan pembelajaran
praktik
Observasi
terhadap
kebiasaan siswa
menggunakan
keselamatan kerja
dalam kegiatan
praktik.
Selalu 5
Sering 4
kadang-kadang 3
Jarang 2
sangat jarang 1
11 Memahami
hak dan
kewajiban diri
dan orang lain
dalam
pergaulan di
masyarakat
Menghargai hak orang lain,
memenuhi kewajiban,
bersikap tegas dalam
kebenaran
Observasi perilaku
siswa dalam
kehidupan
bermasyarakat
(penegakan
aturan)
Selalu 5
Sering 4
Kadang-kadang 3
Jarang 2
Jarang sekali 1
12 Berempati
terhadap
orang lain
Perduli terhadap
masyarakat sekolah
Observasi perilaku
siswa dalam
keperdulian
terhadap sesame
Selalu 5
Sering 4
Kadang-kadang 3
Jarang 2
Jarang sekali 1
artikel ini akan membahas mengenai kata kerja operasional kognitif, afektif dan
psikomotor. Sebelumnya kita bahas dulu pengertiannya
a. Kecakapan Koqnitif
Upaya pengembangan fungsi koqnitif akan berdampak positif bukan hanya
terhadap koqnitif sendiri, melainkan terhadap afektif dan psikomotor. Ada dua
macam kecakapan koqnitif siswa yang perlu dikembangkan secara khusu oleh
guru yaitu:
 Strategi belajar memahami isi materi pelajaran
 Strategi menyakini arti penting isi materi pelajaran dan aplikasinya serta
menyerap pesan-pesan moral yang terkandung didalam materi tersebut.
Strategi adalah prosedur mental yang berbentuk tatanan tahapan yang memerlukan
upaya yang bersifat koqnitif dan selalu dipengaruhi oleh pilihan koqnitif atau
kebiasaan belajar. Pilihan tersebut yaitu menghafal prinsip yang ada dalam materi
dana mengaplikasikan prinsip-prinsip tersebut.
Ada dua prefensi koqnitif
 Dorongan dari luar (motif ekstrinsik) yang mengakibatkan siswa
menggarap belajar hanya sebagai alat pencegah ketidakstabilan atau
ketidaknaikkan. Aspirasi yang dimilikinya bukan ingin menguasai materi
secara mendalam tetapi hanya sekedar lulus atau naik kelas semata
 Dorongan dari dalam (motif Intrinsik), dalam arti siswa tertarik dan
membutuhkan materi-materi yang disajikan gurunya.
Guru dituntut untuk mengembangkan dengan kecakapan koqnitif siswa dalam
memecahkan masalah dengan pengetahuan yang dimilikinya dan keyakinan
terhadap pesan moral yang terkandung dan menyatu dalam pengetahuan.
b. Kecakapan Afektif
Kebersihan pengembangan koqnitif tidak hanya membuahkan kecakapan koqnitif
akan tetapi membuahkan kecakapan afektif. Pemahaman yang mendalam terhadap
arti penting materi serta preferensi. Koqnitif mementingkan aplikasi prinsip atau
meningkatkan kecakapan afektif para siswa. Peningkatan-peningkatan afektif ini
antara lain, berupa kesadaran beragama yang mantap
c. Kecakapan psikomotor
Keberhasilan pengembangan koqnitif berdampak positif pada perkembangan
psikomotor. Kecakapan psikomotor adalah segala amal jasmaniah yang konkrit
dan mudah diamati baik kuantitasnya maupun kualitasnya. Kecakapan psikomotor
merupakan manifestasi wawasan pengetahuan dan kesadaran serta sikap
mentalnya
Ketiga aspek atau ranah kejiwaan itu erat sekali dan bahkan tidak mungkin dapat
dilepaskan dari kegiatan atau proses evaluasi hasil belajar. Benjamin S. Bloom
dan kawan-kawannya itu berpendapat bahwa pengelompokkan tujuan pendidikan
itu harus senantiasa mengacu kepada tiga jenis domain (daerah binaan atau ranah)
yang melekat pada diri peserta didik, yaitu:
a) Ranah proses berfikir (cognitive domain)
b) Ranah nilai atau sikap (affective domain)
c) Ranah keterampilan (psychomotor domain)
CONTOH DAFTAR KATA KERJA RANAH KOGNITIF (Cl – C6)
Pengetahua
n (Cl)
Pemahaman
(C2)
Penerapan
(C3)
Analisis
(C4)
Sintesis (C5)
Penilaian
(C6)
Mengutip
Memperkira
kan
Menugaskan
Menganalisi
s
Mengabstraksi
Membandin
gkan
Menyebutka
n
Menjelaskan
Mengurutka
n
Mengaudit Mengatur
Menyimpulk
an
Menjelaska
n
Mengkatego
rikan
Menentukan
Memecahka
n
Menganimasi Menilai
Menggamba
r
Mencirikan Menerapkan Menegaskan
Mengumpulka
n
Mengarahka
n
Membilang Merinci
Menyesuaik
an
Mendeteksi
Mengkategori
kan
Mengkritik
Mengidentif
lkasi
Mengasosias
ikan
Mengkalkula
si
Mendiagnos
is
Mengkode Menimbang
Mendaftar
Membandin
gkan
Memodifika
si
Menyeleksi
Mengkombina
sikan
Memutuska
n
Menunjukka
n
Menghitung
Mengklasifi
kasi
Memerinci Menyusun Memisahkan
Memberi
label
Mengkontra
sikan
Menghitung
Menominasi
kan
Mengarang
Memprediks
i
Memberi
indek
Mengubah Membangun
Mendiagram
kan
Membangun
Memperjela
s
Memasangk
an
Mempertaha
nkan
Mengurutka
n
Mengkorela
sikan
Menanggulan
gi
Menugaskan
Menamai
Menguraika
n
Membiasaka
n
Merasionalk
an
Menghubungk
an
Menafsirkan
Menandai Menjalin Mencegah Menguji Menciptakan Mempertaha
nkan
Membaca
Membedaka
n
Menentukan
Mencerahka
n
Mengkreasika
n
Memerinci
Menyadap
Mendiskusik
an
Menggamba
rkan
Menjelajah Mengoreksi Mengukur
Menghafal Menggali
Menggunaka
n
Membagank
an
Merancang Merangkum
Menim
Mencontohk
an
Menilai
Menyimpulk
an
Merencanakan
Membuktika
n
Mencatat
Menerangka
n
Melatih Menemukan Mendikte
Memvalidas
i
Mengulang
Mengemuka
kan
Menggali Menelaah Meningkatkan Mengetes
Mereproduk
si
Mempolaka
n
Mengemuka
kan
Memaksima
lkan
Memperjelas Mendukung
Meninjau Memperluas
Mengadapta
si
Memerintah
kan
Memfasilitasi Memilih
Memilih
Menyimpulk
an
Menyelidiki Mengedit Membentuk
Memproyek
sikan
Menyatakan Meramalkan
Mengoperasi
kan
Mengaitkan Merumuskan
Mempelajar
i
Merangkum
Mempersoal
kan
Memilih
Menggenerali
sasi
Mentabulasi
Menjabarka
n
Mengkonsep
kan
Mengukur
Menggabungk
an
Memberi
kode
Melaksanaka
n
Melatih Memadukan
Menelusuri Meramalkan Mentransfer Membatasi
Menulis
Memproduk
si
Mereparasi
Memproses
Mengaitkan Menampilkan
Mensuimula
sikan
Menyiapkan
Memecahka
n
Memproduksi
Mel.akukan Merangkum
Mentabulasi
Merekonstruk
si
Menyusun
Memproses
meramalkan
Dalam ranah kognitif itu terdapat enam aspek atau jenjang proses berfikir, mulai
dari jenjang terendah sampai dengan jenjang yang paling tinggi. Keenam jenjang
atau aspek yang dimaksud adalah:
 Pengetahuan/hafalan/ingatan (knowledge)
Adalah kemampuan seseorang untuk mengingat-ingat kembali (recall) atau
mengenali kembali tentang nama, istilah, ide, rumus-rumus, dan sebagainya, tanpa
mengharapkan kemampuan untuk menggunkannya. Pengetahuan atau ingatan
adalah merupakan proses berfikir yang paling rendah.
Salah satu contoh hasil belajar kognitif pada jenjang pengetahuan adalah dapat
menghafal surat al-’Ashar, menerjemahkan dan menuliskannya secara baik dan
benar, sebagai salah satu materi pelajaran kedisiplinan yang diberikan oleh guru
Pendidikan Agama Islam di sekolah.
 Pemahaman (comprehension)
Adalah kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah
sesuatu itu diketahui dan diingat. Dengan kata lain, memahami adalah mengetahui
tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai segi. Seseorang peserta didik
dikatakan memahami sesuatu apabila ia dapat memberikan penjelasan atau
memberi uraian yang lebih rinci tentang hal itu dengan menggunakan kata-
katanya sendiri. Pemahaman merupakan jenjang kemampuan berfikir yang
setingkat lebih tinggi dari ingatan atau hafalan.
Salah satu contoh hasil belajar ranah kognitif pada jenjang pemahaman ini
misalnya: Peserta didik atas pertanyaan Guru Pendidikan Agama Islam dapat
menguraikan tentang makna kedisiplinan yang terkandung dalam surat al-’Ashar
secara lancar dan jelas.
 Penerapan (application)
Adalah kesanggupan seseorang untuk menerapkan atau menggunakan ide-ide
umum, tata cara ataupun metode-metode, prinsip-prinsip, rumus-rumus, teori-teori
dan sebagainya, dalam situasi yang baru dan kongkret. Penerapan ini adalah
merupakan proses berfikir setingkat lebih tinggi ketimbang pemahaman.
Salah satu contoh hasil belajar kognitif jenjang penerapan misalnya: Peserta didik
mampu memikirkan tentang penerapan konsep kedisiplinan yang diajarkan Islam
dalam kehidupan sehari-hari baik dilingkungan keluarga, sekolah, maupun
masyarakat.
 Analisis (analysis)
Adalah kemampuan seseorang untuk merinci atau menguraikan suatu bahan atau
keadaan menurut bagian-bagian yang lebih kecil dan mampu memahami
hubungan di antara bagian-bagian atau faktor-faktor yang satu dengan faktor-
faktor lainnya. Jenjang analisis adalah setingkat lebih tinggi ketimbang jenjang
aplikasi.
Contoh: Peserta didik dapat merenung dan memikirkan dengan baik tentang
wujud nyata dari kedisiplinan seorang siswa dirumah, disekolah, dan dalam
kehidupan sehari-hari di tengah-tengah masyarakat, sebagai bagian dari ajaran
Islam.
 Sintesis (syntesis)
Adalah kemampuan berfikir yang merupakan kebalikan dari proses berfikir
analisis. Sisntesis merupakan suatu proses yang memadukan bagian-bagian atau
unsur-unsur secara logis, sehingga menjelma menjadi suatu pola yang yang
berstruktur atau bebrbentuk pola baru. Jenjang sintesis kedudukannya setingkat
lebih tinggi daripada jenjang analisis. Salah satu jasil belajar kognitif dari jenjang
sintesis ini adalah: peserta didik dapat menulis karangan tentang pentingnya
kedisiplinan sebagiamana telah diajarkan oleh islam.
 Penilaian/penghargaan/evaluasi (evaluation)
Adalah merupakan jenjang berpikir paling tinggi dalam ranah kognitif dalam
taksonomi Bloom. Penilian/evaluasi disini merupakan kemampuan seseorang
untuk membuat pertimbangan terhadap suatu kondisi, nilai atau ide, misalkan jika
seseorang dihadapkan pada beberapa pilihan maka ia akan mampu memilih satu
pilihan yang terbaik sesuai dengan patokan-patokan atau kriteria yang ada.
CONTOH DAFTAR KATA KERJA OPERASIONAL UNTUK RANAH
AFEKTIF (A1-A5)
Menerima (Al)
Menanggapi
(A2)
Menilai (A3) Mengelola (A4)
Menghayati
(A5)
Memilih Menjawab
Mengasumsik
an
Menganut
Mengubah
prilaku
Mempertanyak
an
Mem bantu Meyakini Mengubah
Berakhlak
mulia
Mengikuti Mengajukan Melengkapi Menata
Mempengaru
hi
Memberi
Mengkompromik
an
Meyakinkan
Mengklasifikasik
an
Mendengarka
n
Menganut Menyenangi Memperjelas
Mengkombinasik
an
Mengkualifik
asi
Mematuhi Menyambut Memprakarsai Mempertahankan Melayani
Meminati Mendukung Mengimani Membangun Menunjukkan
Mendukung Mengundang
Membentuk
pendapat
Membuktikan
Menyetujui
Menggabungk
an
Memadukan memecahkan
Menampilkan Memperjelas Mengelola
Melaporkan Mengusulkan Menegosiasi
Memilih Menekankan Merembuk
Mengatakan Menyumbang
Memilah
Menolak
Menurut Krathwol (1964) klasifikasi tujuan domain afektif terbagi lima kategori :
a. Penerimaan (recerving)
Mengacu kepada kemampuan memperhatikan dan memberikan respon terhadap
sitimulasi yang tepat. Penerimaan merupakan tingkat hasil belajar terendah dalam
domain afektif.
b. Pemberian respon atau partisipasi (responding)
Satu tingkat di atas penerimaan. Dalam hal ini siswa menjadi terlibat secara
afektif, menjadi peserta dan tertarik.
c. Penilaian atau penentuan sikap (valung)
Mengacu kepada nilai atau pentingnya kita menterikatkan diri pada objek atau
kejadian tertentu dengan reaksi-reaksi seperti menerima, menolak atau tidak
menghiraukan. Tujuan-tujuan tersebut dapat diklasifikasikan menjadi “sikap dan
opresiasi”.
d. Organisasi (organization)
Mengacu kepada penyatuan nilai, sikap-sikap yang berbeda yang membuat lebih
konsisten dapat menimbulkan konflik-konflik internal dan membentuk suatu
sistem nilai internal, mencakup tingkah laku yang tercermin dalam suatu filsafat
hidup.
e. Karakterisasi / pembentukan pola hidup (characterization by a value or
value complex)
Mengacu kepada karakter dan daya hidup sesorang. Nilai-nilai sangat berkembang
nilai teratur sehingga tingkah laku menjadi lebih konsisten dan lebih mudah
diperkirakan. Tujuan dalam kategori ini ada hubungannya dengan keteraturan
pribadi, sosial dan emosi jiwa
CONTOH KATA KERJA OPERASIONAL UNTUK RANAH
PSIKOMOTOR (P1-P4)
PENIRUAN (PI) MANIPULASI (P2) KETETAPAN (P3) ARTIKULASI (P4)
Mengaktifkan Mengoreksi Mengalihkan Mengalihkan
Menyesuaikan Mendemonstrasikan Menggantikan Mempertajam
Menggabungkan Merancang Memutar Membentuk
Melamar Memilah Mengirim Memadankan
Mengatur Melatih Memindahkan Menggunakan
Mengumpulkan Memperbaiki Mendorong Memulai
Menimbang Mengidentifikasikan Menarik Menyetir
Memperkecil Mengisi Memproduksi Menjelaskan
Membangun Menempatkan Mencampur Menempel
Mengubah Membuat Mengoperasikan Menskestsa
Membersihkan Memanipulasi Mengemas Mendengarkan
Memposisikan Mereparasi Membungkus Menimbang
Mengkonstruksi Mencampur
Menurut Davc (1970) klasifikasi tujuan domain psikomotor terbagi lima kategori
yaitu :
a. Peniruan
terjadi ketika siswa mengamati suatu gerakan. Mulai memberi respons serupa
dengan yang diamati. Mengurangi koordinasi dan kontrol otot-otot saraf. Peniruan
ini pada umumnya dalam bentuk global dan tidak sempurna.
b. Manipulasi
Menekankan perkembangan kemampuan mengikuti pengarahan, penampilan,
gerakan-gerakan pilihan yang menetapkan suatu penampilan melalui latihan. Pada
tingkat ini siswa menampilkan sesuatu menurut petunjuk-petunjuk tidak hanya
meniru tingkah laku saja.
c. Ketetapan
memerlukan kecermatan, proporsi dan kepastian yang lebih tinggi dalam
penampilan. Respon-respon lebih terkoreksi dan kesalahan-kesalahan dibatasi
sampai pada tingkat minimum.
d. Artikulasi
Menekankan koordinasi suatu rangkaian gerakan dengan membuat urutan yang
tepat dan mencapai yang diharapkan atau konsistensi internal di natara gerakan-
gerakan yang berbeda.
e. Pengalamiahan
Menurut tingkah laku yang ditampilkan dengan paling sedikit mengeluarkan
energi fisik maupun psikis. Gerakannya dilakukan secara rutin. Pengalamiahan
merupakan tingkat kemampuan tertinggi dalam domain psikomotorik

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Contoh rubrik penilaian psikomotorik
Contoh rubrik penilaian psikomotorikContoh rubrik penilaian psikomotorik
Contoh rubrik penilaian psikomotorikMuhammad Idris
 
instrumen lembar penilaian antar peserta didik (sikap)
instrumen lembar penilaian antar peserta didik (sikap)instrumen lembar penilaian antar peserta didik (sikap)
instrumen lembar penilaian antar peserta didik (sikap)Pristiadi Utomo
 
Lembar observasi siswa
Lembar observasi siswaLembar observasi siswa
Lembar observasi siswaAlby Alyubi
 
TES, PENGUKURAN, PENILAIAN DAN EVALUASI (DINI&ORNELA)
TES, PENGUKURAN, PENILAIAN DAN EVALUASI (DINI&ORNELA)TES, PENGUKURAN, PENILAIAN DAN EVALUASI (DINI&ORNELA)
TES, PENGUKURAN, PENILAIAN DAN EVALUASI (DINI&ORNELA)vina serevina
 
Format Penilaian Keterampilan Peserta Didik Diskusi dan Presentasi
Format Penilaian Keterampilan Peserta Didik Diskusi dan PresentasiFormat Penilaian Keterampilan Peserta Didik Diskusi dan Presentasi
Format Penilaian Keterampilan Peserta Didik Diskusi dan PresentasiMuhamad Yogi
 
Contoh rpp kurikulum 2013
Contoh rpp kurikulum 2013Contoh rpp kurikulum 2013
Contoh rpp kurikulum 2013Nia Piliang
 
Portofolio UKIN PPG Dlajab.docx
Portofolio UKIN PPG Dlajab.docxPortofolio UKIN PPG Dlajab.docx
Portofolio UKIN PPG Dlajab.docxRatnaSarum
 
teknik dan Instrumen Penilaian NON TES
teknik dan Instrumen Penilaian NON TES teknik dan Instrumen Penilaian NON TES
teknik dan Instrumen Penilaian NON TES Andina Aulia Rachma
 
Laporan Observasi Sekolah Dasar
Laporan Observasi Sekolah DasarLaporan Observasi Sekolah Dasar
Laporan Observasi Sekolah Dasaraudiasls
 
Lembar observasi guru 1
Lembar observasi guru 1Lembar observasi guru 1
Lembar observasi guru 1Rudy Restanto
 
penilaian acuan norma (PAN) dan penilaian acuan patokan (PAP)
penilaian acuan norma (PAN) dan penilaian acuan patokan (PAP)penilaian acuan norma (PAN) dan penilaian acuan patokan (PAP)
penilaian acuan norma (PAN) dan penilaian acuan patokan (PAP)universitas negeri padang
 
9. lembar penilaian keterampilan
9. lembar penilaian keterampilan9. lembar penilaian keterampilan
9. lembar penilaian keterampilanJiehan Liya
 
Angket keaktifan siswa fix
Angket keaktifan siswa fixAngket keaktifan siswa fix
Angket keaktifan siswa fixAnnissawati Caca
 

Was ist angesagt? (20)

Pedoman penskoran
Pedoman penskoranPedoman penskoran
Pedoman penskoran
 
Format RPP Kurikulum 2013
Format RPP Kurikulum 2013Format RPP Kurikulum 2013
Format RPP Kurikulum 2013
 
Contoh rubrik penilaian psikomotorik
Contoh rubrik penilaian psikomotorikContoh rubrik penilaian psikomotorik
Contoh rubrik penilaian psikomotorik
 
Rubrik penilaian
Rubrik penilaianRubrik penilaian
Rubrik penilaian
 
instrumen lembar penilaian antar peserta didik (sikap)
instrumen lembar penilaian antar peserta didik (sikap)instrumen lembar penilaian antar peserta didik (sikap)
instrumen lembar penilaian antar peserta didik (sikap)
 
Lembar observasi siswa
Lembar observasi siswaLembar observasi siswa
Lembar observasi siswa
 
TEST DIAGNOSTIK
TEST DIAGNOSTIKTEST DIAGNOSTIK
TEST DIAGNOSTIK
 
Penilaian Afektif
Penilaian AfektifPenilaian Afektif
Penilaian Afektif
 
TES, PENGUKURAN, PENILAIAN DAN EVALUASI (DINI&ORNELA)
TES, PENGUKURAN, PENILAIAN DAN EVALUASI (DINI&ORNELA)TES, PENGUKURAN, PENILAIAN DAN EVALUASI (DINI&ORNELA)
TES, PENGUKURAN, PENILAIAN DAN EVALUASI (DINI&ORNELA)
 
Format Penilaian Keterampilan Peserta Didik Diskusi dan Presentasi
Format Penilaian Keterampilan Peserta Didik Diskusi dan PresentasiFormat Penilaian Keterampilan Peserta Didik Diskusi dan Presentasi
Format Penilaian Keterampilan Peserta Didik Diskusi dan Presentasi
 
Contoh rpp kurikulum 2013
Contoh rpp kurikulum 2013Contoh rpp kurikulum 2013
Contoh rpp kurikulum 2013
 
Portofolio UKIN PPG Dlajab.docx
Portofolio UKIN PPG Dlajab.docxPortofolio UKIN PPG Dlajab.docx
Portofolio UKIN PPG Dlajab.docx
 
teknik dan Instrumen Penilaian NON TES
teknik dan Instrumen Penilaian NON TES teknik dan Instrumen Penilaian NON TES
teknik dan Instrumen Penilaian NON TES
 
Laporan Observasi Sekolah Dasar
Laporan Observasi Sekolah DasarLaporan Observasi Sekolah Dasar
Laporan Observasi Sekolah Dasar
 
Lembar observasi guru 1
Lembar observasi guru 1Lembar observasi guru 1
Lembar observasi guru 1
 
penilaian acuan norma (PAN) dan penilaian acuan patokan (PAP)
penilaian acuan norma (PAN) dan penilaian acuan patokan (PAP)penilaian acuan norma (PAN) dan penilaian acuan patokan (PAP)
penilaian acuan norma (PAN) dan penilaian acuan patokan (PAP)
 
9. lembar penilaian keterampilan
9. lembar penilaian keterampilan9. lembar penilaian keterampilan
9. lembar penilaian keterampilan
 
Penilaian Kompetensi Sikap pada Kurikulum 2013
Penilaian Kompetensi Sikap pada Kurikulum 2013Penilaian Kompetensi Sikap pada Kurikulum 2013
Penilaian Kompetensi Sikap pada Kurikulum 2013
 
Lembar observasi siswa
Lembar observasi siswaLembar observasi siswa
Lembar observasi siswa
 
Angket keaktifan siswa fix
Angket keaktifan siswa fixAngket keaktifan siswa fix
Angket keaktifan siswa fix
 

Ähnlich wie RANAH AFEKTIF

ASESMEN pembelajran).pptx
ASESMEN pembelajran).pptxASESMEN pembelajran).pptx
ASESMEN pembelajran).pptximam6shofwan
 
Soal dan Kunci Jawaban Evaluasi Pembelajaran
Soal dan Kunci Jawaban Evaluasi PembelajaranSoal dan Kunci Jawaban Evaluasi Pembelajaran
Soal dan Kunci Jawaban Evaluasi PembelajaranAndy Saputra
 
Seminar proposal pengembangan perangkat pembelajaran ipa smp
Seminar proposal pengembangan perangkat pembelajaran ipa smpSeminar proposal pengembangan perangkat pembelajaran ipa smp
Seminar proposal pengembangan perangkat pembelajaran ipa smpMardiah Ahmad
 
Bab 6,7,12 metpen.pdf
Bab 6,7,12 metpen.pdfBab 6,7,12 metpen.pdf
Bab 6,7,12 metpen.pdfIdafidia
 
Bab 1 2 evaluasi pembelajaran
Bab 1 2 evaluasi pembelajaranBab 1 2 evaluasi pembelajaran
Bab 1 2 evaluasi pembelajaranRatihSiwi
 
P19 MERANCANG EVALUASI PEMBELAJARAN YANG KOMPERHENSIF.pptx
P19 MERANCANG EVALUASI PEMBELAJARAN YANG KOMPERHENSIF.pptxP19 MERANCANG EVALUASI PEMBELAJARAN YANG KOMPERHENSIF.pptx
P19 MERANCANG EVALUASI PEMBELAJARAN YANG KOMPERHENSIF.pptxIbnuNizamSoamole1
 
Strategi pengembangan pbk
Strategi pengembangan pbkStrategi pengembangan pbk
Strategi pengembangan pbkEgi Ramadah
 
Evaluasi pendidikan
Evaluasi pendidikanEvaluasi pendidikan
Evaluasi pendidikan33335
 
Konsep Penilaian
Konsep PenilaianKonsep Penilaian
Konsep Penilaianlichuen2885
 
EVALUASI PEMBELAJARAN BAHASA ARAB.ppt
EVALUASI PEMBELAJARAN BAHASA ARAB.pptEVALUASI PEMBELAJARAN BAHASA ARAB.ppt
EVALUASI PEMBELAJARAN BAHASA ARAB.pptKPMSukapura
 
MODUL 3. EVALUASI PEMBELAJARAN DI SD.docx
MODUL 3. EVALUASI PEMBELAJARAN DI SD.docxMODUL 3. EVALUASI PEMBELAJARAN DI SD.docx
MODUL 3. EVALUASI PEMBELAJARAN DI SD.docxSDN5sukosono
 
Makalah Statistika : Skala Pengukuran
Makalah Statistika : Skala PengukuranMakalah Statistika : Skala Pengukuran
Makalah Statistika : Skala PengukuranMamah Rohimah Sardin
 
INSTRUMEN PENILAIAN AUTENTIK (tasya).pptx
INSTRUMEN PENILAIAN AUTENTIK (tasya).pptxINSTRUMEN PENILAIAN AUTENTIK (tasya).pptx
INSTRUMEN PENILAIAN AUTENTIK (tasya).pptxna113
 

Ähnlich wie RANAH AFEKTIF (20)

Taksonomi krathwohl
Taksonomi krathwohlTaksonomi krathwohl
Taksonomi krathwohl
 
Ppt pkn sd
Ppt pkn sd Ppt pkn sd
Ppt pkn sd
 
ASESMEN pembelajran).pptx
ASESMEN pembelajran).pptxASESMEN pembelajran).pptx
ASESMEN pembelajran).pptx
 
Soal dan Kunci Jawaban Evaluasi Pembelajaran
Soal dan Kunci Jawaban Evaluasi PembelajaranSoal dan Kunci Jawaban Evaluasi Pembelajaran
Soal dan Kunci Jawaban Evaluasi Pembelajaran
 
Seminar proposal pengembangan perangkat pembelajaran ipa smp
Seminar proposal pengembangan perangkat pembelajaran ipa smpSeminar proposal pengembangan perangkat pembelajaran ipa smp
Seminar proposal pengembangan perangkat pembelajaran ipa smp
 
Bab 6,7,12 metpen.pdf
Bab 6,7,12 metpen.pdfBab 6,7,12 metpen.pdf
Bab 6,7,12 metpen.pdf
 
Bab 1 2 evaluasi pembelajaran
Bab 1 2 evaluasi pembelajaranBab 1 2 evaluasi pembelajaran
Bab 1 2 evaluasi pembelajaran
 
P19 MERANCANG EVALUASI PEMBELAJARAN YANG KOMPERHENSIF.pptx
P19 MERANCANG EVALUASI PEMBELAJARAN YANG KOMPERHENSIF.pptxP19 MERANCANG EVALUASI PEMBELAJARAN YANG KOMPERHENSIF.pptx
P19 MERANCANG EVALUASI PEMBELAJARAN YANG KOMPERHENSIF.pptx
 
Strategi pengembangan pbk
Strategi pengembangan pbkStrategi pengembangan pbk
Strategi pengembangan pbk
 
Evaluasi pendidikan
Evaluasi pendidikanEvaluasi pendidikan
Evaluasi pendidikan
 
Ppp04 unjuk kerja
Ppp04 unjuk kerjaPpp04 unjuk kerja
Ppp04 unjuk kerja
 
Ppp04 unjuk kerja
Ppp04 unjuk kerjaPpp04 unjuk kerja
Ppp04 unjuk kerja
 
Konsep Penilaian
Konsep PenilaianKonsep Penilaian
Konsep Penilaian
 
Makalah pp baru fix
Makalah pp baru fixMakalah pp baru fix
Makalah pp baru fix
 
Makalah pp baru fix
Makalah pp baru fixMakalah pp baru fix
Makalah pp baru fix
 
EVALUASI PEMBELAJARAN BAHASA ARAB.ppt
EVALUASI PEMBELAJARAN BAHASA ARAB.pptEVALUASI PEMBELAJARAN BAHASA ARAB.ppt
EVALUASI PEMBELAJARAN BAHASA ARAB.ppt
 
MODUL 3. EVALUASI PEMBELAJARAN DI SD.docx
MODUL 3. EVALUASI PEMBELAJARAN DI SD.docxMODUL 3. EVALUASI PEMBELAJARAN DI SD.docx
MODUL 3. EVALUASI PEMBELAJARAN DI SD.docx
 
Makalah Statistika : Skala Pengukuran
Makalah Statistika : Skala PengukuranMakalah Statistika : Skala Pengukuran
Makalah Statistika : Skala Pengukuran
 
ppt merancang penilain sikap.pptx
ppt merancang penilain sikap.pptxppt merancang penilain sikap.pptx
ppt merancang penilain sikap.pptx
 
INSTRUMEN PENILAIAN AUTENTIK (tasya).pptx
INSTRUMEN PENILAIAN AUTENTIK (tasya).pptxINSTRUMEN PENILAIAN AUTENTIK (tasya).pptx
INSTRUMEN PENILAIAN AUTENTIK (tasya).pptx
 

Kürzlich hochgeladen

Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfbibizaenab
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapsefrida3
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxssuser50800a
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfDimanWr1
 
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)MustahalMustahal
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..ikayogakinasih12
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxIrfanAudah1
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7IwanSumantri7
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxJamhuriIshak
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSovyOktavianti
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfirwanabidin08
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdfsdn3jatiblora
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5ssuserd52993
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxazhari524
 
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarantugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarankeicapmaniez
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxRizkyPratiwi19
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxmawan5982
 

Kürzlich hochgeladen (20)

Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
 
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
 
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarantugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
 

RANAH AFEKTIF

  • 1. PENILAIAN RANAH AFEKTIF  Kemampuan afektif merupakan bagian dari hasil belajar siswa yang sangat penting. Keberhasilan pembelajaran pada ranah kognitif dan psikomotor sangat ditentukan oleh kondisi afektif siswa.  Karakteristik yang penting dalam ranah afektif adalah sikap, minat, konsep diri, dan nilai.  Lima tingkatan dalam ranah afektif (menurut Krathwohl): 1. Receiving  keinginan siswa untuk memperhatikan suatu gejala atau stimulus misalnya aktivitas dalam kelas, buku, atau musik. 2. Responding  partisipasi aktif siswa untuk merespon gejala yang dipelajari. 3. Valuing  kemampuan siswa untuk memberikan nilai, keyakinan, atau sikap dan menunjukkan suatu derajat internalisasi dan komitmen. 4. Organization  kemampuan anak untuk mengorganisasi nilai yang satu dengan nilai yang lain dan konflik antarnilai mampu diselesaikan dan siswa mulai membangun sistem nilai internal yang konsisten. 5. Characterization  level tertinggi dalam ranah afektif. Hasil belajar pada level ini berkaitan dengan personal, emosi, dan sosial.   Cara penilaian ranah afektif 1. Pengamatan langsung, yaitu dengan memperhatikan dan mencatat sikap dan tingkah laku siswa terhadap sesuatu, benda, orang, gambar, atau kejadian. 2. Wawancara, dilakukan dengan memberikan pertanyaan terbuka atau tertutup. 3. Angket atau kuesioner, merupakan suatu perangkat pertanyaan atau isian yang sudah disediakan pilihan jawaban baik berupa pilihan pernyataan ataupun pilihan bentuk angka. 4. Teknik proyektil, merupakan tugas atau pekerjaan atau objek yang belum pernah dikenal siswa. 5. Pengukuran terselubung, merupakan pengamatan tentang sikap dan tingkah laku seseorang di mana yang diamati tidak tahu bahwa ia sedang diamati.  Langkah-langkah pengembangan instrumen afektif 1. Merumuskan Tujuan Pengukuran Afektif Pengembangan alat ukur sikap bertujuan untuk mengetahui sikap siswa terhadap sesuatu objek, misalnya sikap siswa terhadap kegiatan ekstrakurikuler di sekolah. Sikap siswa terhadap sesuatu dapat positif atau negatif. 2. Mencari Definisi Konseptual dari Afektif yang Akan Diukur Pencarian definisi konseptual dapat Anda lakukan dengan mencari pada buku- buku teks yang relevan.
  • 2. 3. Menentukan Definisi Operasional dari Setiap Afektif yang Akan Diukur Penentuan definisi operasional dimaksudkan untuk menentukan cara pengukuran definisi konseptual. 4. Menjabarkan Definisi Operasional menjadi Sejumlah Indikator Indikator merupakan petunjuk terukurnya definisi operasional. Dengan demikian indikator harus operasional dan dapat diukur. Ketepatan pengukuran ranah afektif sangat ditentukan oleh kemampuan penyusun instrumen (guru atau peneliti) dalam membuat atau merumuskan indikator. 5. Menggunakan Indikator sebagai Acuan Menulis Pernyataan-pernyataan dalam Instrumen Penulisan instrumen atau alat ukur dapat dilakukan dengan menggunakan skala pengukuran. Skala pengukuran yang paling banyak digunakan adalah skala Liekert. Kaidah-kaidah dalam merumuskan pernyataan-pernyataan dalam instrumen afektif: a. Hindari pernyataan yang mengarah pada peristiwa yang lalu. b. Hindari pernyataan yang faktual. c. Hindari pernyataan yang dapat ditafsirkan ganda. d. Hindari pernyataan yang tidak berkaitan dengan afektif yang akan diukur. e. Hindari pernyataan yang menyangkut keperluan semua orang atau pernyataan yang tidak terkait dengan siapapun. f. Upayakan kalimat pernyataan tersebut pendek, sederhana, jelas, dan langsung pada permasalahannya. g. Setiap pernyataan hanya mengandung satu pokok pikiran saja. h. Hindari penggunaan kata asing atau lokal. i. Hindari pernyataan negatif seperti tidak, kecuali, tanpa dan sejenisnya. 6. Meneliti Kembali Setiap Butir Pernyataan Penelitian kembali instrumen yang selesai ditulis sebaiknya dilakukan oleh orang yang memiliki banyak pengalaman dan minimal dua orang. Kepada dua orang tersebut diberikan spesifikasi dari setiap butir (tujuan pengukuran, definisi konseptual, definisi operasional, indikator, dan pernyataan yang dibuat) dan rambu-rambu penulisan pernyataan yang baik. Kepada kedua penelaah tersebut diminta untuk menilai kembali ketepatan instrumen afektif menggunakan pengalaman keahlian masing-masing (expert judgment). 7. Melakukan Uji Coba Perangkat instrumen yang telah ditelaah dan diperbaiki, disusun dan diperbanyak untuk kemudian diujicobakan di lapangan. Tujuan uji coba adalah untuk mengetahui apakah perangkat alat ukur tersebut sudah dapat memberikan hasil pengukuran seperti yang kita inginkan. 8. Menyempurnakan Instrumen Data yang diperoleh dari hasil uji coba selanjutnya kita olah untuk memperoleh gambaran tentang validitas dan reliabilitas instrumen tersebut. Berdasarkan data hasil uji coba kita akan dapat memperbaiki butir-butir pernyataan yang dianggap lemah.
  • 3. 9. Mengadministrasikan Instrumen Yang dimaksud dengan mengadministrasikan instrumen adalah melaksanakan pengambilan data di lapangan. Tinjauan Umum tentang Penilaian Afektif Penilaian afektif, bagi sebagian guru lebih sulit dilakukan dibanding penilaian kognitif atau penilaian psikomotor. Padahal dalam dunia pendidikan seperti halnya di sekolah, ranah afektif juga sangat perlu mendapatkan perhatian. Kenyataan selama ini di lapangan lebih menunjukkan penilaian afektif terkesan bagai “anak tiri” dibanding penilaian kognitif maupun psikomotor. Ada juga kasus-kasus di lapangan yang menunjukkan guru telah melakukan penilaian afektif, tetapi tanpa panduan atau instrumen yang baik. Pada tulisan kali ini, blog penelitian tindakan kelas (ptk) dan model-model pembelajaran akan mencoba membahas mengenai penilaian afektif. Mari kita simak. Ranah afektif sangat menentukan keberhasilan belajar siswa. Beberapa komponen penting ranah afektif misalnya minat dan sikap terhadap suatu mata pelajaran atau materi pelajaran. Siswa bisa memiliki sikap positif terhadap mata pelajaran atau materi pelajaran tertentu, bisa juga negatif, atau netral. Harapan semua guru tentunya, siswa mereka memiliki sikap dan minat positif terhadap semua mata pelajaran atau materi pelajaran. Melalui sikap yang positif ini kemudian dapat diharapkan, siswa juga akan memiliki minat yang positif. Siswa yang mempunyai sikap positif dan minat positif terhadap suatu mata pelajaran atau materi pelajaran akan mempunyai kemungkinan yang lebih besar untuk berhasil dalam kegiatan pembelajaran. Langkah-Langkah Menyusun Instrumen Penilaian Afektif Dalam kaitan untuk mengetahui sejauh mana sikap dan minat siswa terhadap suatu mata pelajaran atau materi pelajaran, yang kedua termasuk bagian penting dari ranah afektif, maka guru perlu menyusun instrumen penilaian afektif. Untuk menyusun instrumen penilaian afektif, dapat dilakukan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Pemilihan ranah afektif yang ingin dinilai oleh guru, misalnya sikap dan minat terhadap suatu materi pelajaran.
  • 4. 2. Penentuan indikator apa yang sekiranya dapat digunakan untuk mengetahui bagaimana sikap dan minat siswa terhadap suatu materi pelajaran 3. Beberapa contoh indikator yang misalnya dapat digunakan untuk mengetahui bagaimana sikap dan minat siswa terhadap suatu materi pelajaran, yaitu: (1) persentase kehadiran atau ketidakhadiran di kelas; (2) aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung, misalnya apakah suka bertanya, terlibat aktif dalam diskusi, aktif memperhatikan penjelasan guru, dsb.; (3) penyelesaian tugas-tugas belajar yang diberikan, seperti ketepatan waktu mengumpul PR atau tugas lainnya; (4) kerapian buku catatan dan kelengkapan bahan belajar lainnya terkait materi pelajaran tersebut. 4. Penentuan jenis skala yang digunakan, misalnya jika menggunakan skala Likert, berarti ada 5 rentang skala, yaitu: (1) tidak berminat; (2) kurang berminat; (3) netral; (4) berminat; dan (5) sangat berminat. 5. Penulisan draft instrumen penilaian afektif (misalnya dalam bentuk kuisioner) berdasarkan indikator dan skala yang telah ditentukan. 6. Penelaahan dan meminta masukan teman sejawat (guru lain) mengenai draft instrumen penilaian ranah afektif yang telah dibuat. 7. Revisi instrumen penilaian afektif berdasarkan hasil telaah dan masukan rekan sejawat, bila memang diperlukan 8. Persiapan kuisioner untuk disebarkan kepada siswa beserta inventori laporan diri yang diberikan siswa berdasarkan hasil kuisioner (angket) tersebut. 9. Pemberian skor inventori kepada siswa 10. Analisis hasil inventori minat siswa terhadap materi pelajaran Bagaimana memberikan skor dalam penilaian afektif Teknik penskoran untuk penilaian ranah afektif dapat dilakukan secara sederhana. Contoh, pada instrumen penilaian minat siswa terhadap suatu materi pelajaran terdapat 10 item (berarti ada 10 indikator), maka bila skala yang digunakan adalah skala Likert (1 sampai 5), berarti skor terendah yang mungkin diperoleh seorang siswa adalah 10 (dari 10 item x 1) dan skor paling tinggiyang mungkin diperoleh siswa adalah 50 (dari 10 item x 5). Maka kita dapat menetukan median-nya, yaitu (10 + 50)/2 atau sama dengan 30. Bila kita membaginya menjadi 4 kategori, maka skor 10 -20 termasuk tidak berminat; skor 21 – 30 termasuk kurang berminat; skor 32 – 40 berminat, dan skor 41 – 50 termasuk kategori sangat berminat. Contoh Instrumen Penilaian Afektif Berikut ini diberikan contoh instrumen penilaian sikap siswa terhadap materi pelajaran evolusi pada mata pelajaran IPA di kelas IX
  • 5. Contoh Instrumen Penilaian Afektif Artikel Lain Yang Berhubungan dengan Penilaian Afektif : Prinsip-Prinsip Penilaian Kata Kerja Operasional untuk Ranah Afektif Dalam penyusunan instrumen penilaian afektif, kita harus menggunakan kata kerja operasional dalam indikatornya. Ini dilakukan (sama seperti instrumen penilaian kognitif dan psikomotor) agar indikator dapat diamati / terukur. Menurut taksonomi Bloom, ada 5 tingkatan ranah afektif yaitu: (1) A1 – menerima; (2) A2
  • 6. – menanggapi; (3) A3- menilai; (4) A4 – mengelola; dan (5) A5 – menghayati. Berikut ini disajikan contoh-contoh kata kerja operasional untuk kelima tingkatan dalam ranah afektif. A1 – Menerima Contoh kata kerja operasional:  Mempertanyakan  Mengikuti  Memberi  Mematuhi  Meminati  menganut A2 – menanggapi Contoh kata kerja operasional:  Menjawab  Membantu  Mengajukan  Mengkompromikan  Menyenangi  Menyambut  Mendukung  Menyetujui  Menampilkan  Melaporkan  Memilih  Memilah  Mengatakan  Menolak A3 – menilai Contoh kata kerja operasional:  Mengasumsikan  Meyakini  Melengkapi  Meyakinkan  Memperjelas  Memprakarsai  Mengimani
  • 7.  Mengundang  Menggabungkan  Memperjelas  Mengusulkan  Menyumbang A4 – mengelola Contoh kata kerja operasional:  Menganut  Mengubah  Menata  Mengklasifikasikan  Mengkombinasikan  Mempertahankan  Membangun  Memadukan  Mengelola  Menegosiasikan  Merembukkan A4 – menghayati Contoh kata kerja operasional:  Mengubah perilaku  Berakhlak mulia  Mempengaruhi  Mendengarkan  Mengkualifikasi  Melayani  Menunjukkan  Membuktikan  Memecahkan Artikel Terkait  Pengertian Belajar dan Cara Meningkatkan Belajar  Pengertian Evaluasi (Penilaian), Pengukuran, Tes,dan Asesmen  Cara Menyusun Instrumen Penilaian Psikomotor  Langkah-Langkah Menyusun dan Contoh Instrumen Penilaian Afektif  Ciri-Ciri Metode Mengajar yang Efektif  Pembagian Ranah (Domain) Kognitif Menurut Bloom  Permasalahan di Kelas dan Hubungannya dengan Materi Prasyarat, Perbaikan, serta Pengayaan
  • 8.  Balikan (Feedback) dan Hubungannya dengan Motivasi Belajar Siswa  Belajar Aktif : Ciri-Ciri Siswa dan Model Pembelajaran yang Dapat Digunakan  Manfaatkan Lingkungan Sebagai Sumber Belajar Siswa  RANAH PENILAIAN KOGNITIF, AFEKTIF, DAN PSIKOMOTORIK  RANAH PENILAIAN KOGNITIF, AFEKTIF, DAN PSIKOMOTORIK Penilaian adalah upaya atau tindakan untuk mengetahui sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan itu tercapai atau tidak. Dengan kata lain, penilaian berfungsi sebagai alat untuk mengtahui keberhasilan proses dan hasil belajar siswa. Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik. Salah satu prinsip dasar yang harus senantiasa diperhatikan dan dipegangi dalam rangka evaluasi hasil belajar adalah prinsip kebulatan, dengan prinsip evaluator dalam melaksanakan evaluasi hasil belajar dituntut untuk mengevaluasi secara menyeluruh terhadap peserta didik, baik dari segi pemahamannya terhadap materi atau bahan pelajaran yang telah diberikan (aspek kognitif), maupun dari segi penghayatan (aspek afektif), dan pengamalannya (aspek psikomotor). Ketiga aspek atau ranah kejiwaan itu erat sekali dan bahkan tidak mungkin dapat dilepaskan dari kegiatan atau proses evaluasi hasil belajar. Benjamin S. Bloom dan kawan-kawannya itu berpendapat bahwa pengelompokkan tujuan pendidikan itu harus senantiasa mengacu kepada tiga jenis domain (daerah binaan atau ranah) yang melekat pada diri peserta didik, yaitu: a) Ranah proses berfikir (cognitive domain) b) Ranah nilai atau sikap (affective domain) c) Ranah keterampilan (psychomotor domain) Dalam konteks evaluasi hasil belajar, maka ketiga domain atau ranah itulah yang harus dijadikan sasaran dalam setiap kegiatan evaluasi hasil belajar. Ketiga ranah tersebut menjadi obyek penilaian hasil belajar. Diantara ketiga ranah itu, ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh para guru disekolah karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai isi bahan pengajaran. 1. Pengertian Ranah Penilaian Kognitif Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak). Menurut Bloom, segala upaya yang menyangkut aktivitas otak adalah termasuk dalam ranah kognitif. Ranah kognitif berhubungan dengan kemampuan berfikir, termasuk didalamnya kemampuan menghafal, memahami, mengaplikasi, menganalisis, mensintesis, dan kemampuan mengevaluasi Dalam ranah kognitif itu terdapat enam aspek atau jenjang proses berfikir, mulai dari jenjang terendah sampai dengan jenjang yang paling tinggi. Keenam jenjang atau aspek yang dimaksud adalah: • Pengetahuan/hafalan/ingatan (knowledge)
  • 9. Adalah kemampuan seseorang untuk mengingat-ingat kembali (recall) atau mengenali kembali tentang nama, istilah, ide, rumus-rumus, dan sebagainya, tanpa mengharapkan kemampuan untuk menggunkannya. Pengetahuan atau ingatan adalah merupakan proses berfikir yang paling rendah. • Pemahaman (comprehension) Adalah kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat. Dengan kata lain, memahami adalah mengetahui tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai segi. Seseorang peserta didik dikatakan memahami sesuatu apabila ia dapat memberikan penjelasan atau memberi uraian yang lebih rinci tentang hal itu dengan menggunakan kata-katanya sendiri. Pemahaman merupakan jenjang kemampuan berfikir yang setingkat lebih tinggi dari ingatan atau hafalan. • Penerapan (application) Adalah kesanggupan seseorang untuk menerapkan atau menggunakan ide- ide umum, tata cara ataupun metode-metode, prinsip-prinsip, rumus- rumus, teori-teori dan sebagainya, dalam situasi yang baru dan kongkret. Penerapan ini adalah merupakan proses berfikir setingkat lebih tinggi ketimbang pemahaman. • Analisis (analysis) Adalah kemampuan seseorang untuk merinci atau menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian yang lebih kecil dan mampu memahami hubungan di antara bagian-bagian atau faktor-faktor yang satu dengan faktor-faktor lainnya. Jenjang analisis adalah setingkat lebih tinggi ketimbang jenjang aplikasi. • Sintesis (syntesis) Adalah kemampuan berfikir yang merupakan kebalikan dari proses berfikir analisis. Sisntesis merupakan suatu proses yang memadukan bagian-bagian atau unsur-unsur secara logis, sehingga menjelma menjadi suatu pola yang yang berstruktur atau bebrbentuk pola baru. Jenjang sintesis kedudukannya setingkat lebih tinggi daripada jenjang analisis. Salah satu jasil belajar kognitif dari jenjang sintesis ini adalah: peserta didik dapat menulis karangan tentang pentingnya kedisiplinan sebagiamana telah diajarkan oleh islam. • Penilaian/penghargaan/evaluasi (evaluation) Adalah merupakan jenjang berpikir paling tinggi dalam ranah kognitif dalam taksonomi Bloom. Penilian/evaluasi disini merupakan kemampuan seseorang untuk membuat pertimbangan terhadap suatu kondisi, nilai atau ide, misalkan jika seseorang dihadapkan pada beberapa pilihan maka ia akan mampu memilih satu pilihan yang terbaik sesuai dengan patokan- patokan atau kriteria yang ada. 1.2. Ciri-ciri Ranah Penilaian Kognitif Aspek kognitif berhubungan dengan kemampuan berfikir termasuk di dalamnya kemampuan memahami, menghafal, mengaplikasi,
  • 10. menganalisis, mensistesis dan kemampuan mengevaluasi. Menurut Taksonomi Bloom (Sax 1980), kemampuan kognitif adalah kemampuan berfikir secara hirarki yang terdiri dari pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Pada tingkat pengetahuan, peserta didik menjawab pertanyaan berdasarkan hafalan saja. Pada tingkat pemahaman peserta didik dituntut juntuk menyatakan masalah dengan kata-katanya sendiri, memberi contoh suatu konsep atau prinsip. Pada tingkat aplikasi, peserta didik dituntut untuk menerapkan prinsip dan konsep dalam situasi yang baru. Pada tingkat analisis, peserta didik diminta untuk untuk menguraikan informasi ke dalam beberapa bagian, menemukan asumsi, membedakan fakta dan pendapat serta menemukan hubungan sebab—akibat. Pada tingkat sintesis, peserta didik dituntut untuk menghasilkan suatu cerita, komposisi, hipotesis atau teorinya sendiri dan mensintesiskan pengetahuannya. Pada tingkat evaluasi, peserta didik mengevaluasi informasi seperti bukti, sejarah, editorial, teori-teori yang termasuk di dalamnya judgement terhadap hasil analisis untuk membuat kebijakan. Tujuan aspek kognitif berorientasi pada kemampuan berfikir yang mencakup kemampuan intelektual yang lebih sederhana, yaitu mengingat, sampai pada kemampuan memecahkan masalah yang menuntut siswa untuk menghubungkan dan menggabungkan beberapa ide, gagasan, metode atau prosedur yang dipelajari untuk memecahkan masalah tersebut. Dengan demikian aspek kognitif adalah sub-taksonomi yang mengungkapkan tentang kegiatan mental yang sering berawal dari tingkat pengetahuan sampai ke tingkat yang paling tinggi yaitu evaluasi. Aspek kognitif terdiri atas enam tingkatan dengan aspek belajar yang berbeda- beda. Keenam tingkat tersebut yaitu: 1. Tingkat pengetahuan (knowledge), pada tahap ini menuntut siswa untuk mampu mengingat (recall) berbagai informasi yang telah diterima sebelumnya, misalnya fakta, rumus, terminologi strategi problem solving dan lain sebagianya. 2. Tingkat pemahaman (comprehension), pada tahap ini kategori pemahaman dihubungkan dengan kemampuan untuk menjelaskan pengetahuan, informasi yang telah diketahui dengan kata-kata sendiri. Pada tahap ini peserta didik diharapkan menerjemahkan atau menyebutkan kembali yang telah didengar dengan kata-kata sendiri. 3. Tingkat penerapan (application), penerapan merupakan kemampuan untuk menggunakan atau menerapkan informasi yang telah dipelajari kedalam situasi yang baru, serta memecahlcan berbagai masalah yang timbuldalam kehidupan sehari-hari. 4. Tingkat analisis (analysis), analisis merupakan kemampuan mengidentifikasi, memisahkan dan membedakan komponen-komponen atau elemen suatu fakta, konsep, pendapat, asumsi, hipotesa atau kesimpulan, dan memeriksa setiap komponen tersebut untuk melihat ada atau tidaknya kontradiksi. Dalam tingkat ini peserta didik diharapkan
  • 11. menunjukkan hubungan di antara berbagai gagasan dengan cara membandingkan gagasan tersebut dengan standar, prinsip atau prosedur yang telah dipelajari. 5. Tingkat sintesis (synthesis), sintesis merupakan kemampuan seseorang dalam mengaitkan dan menyatukan berbagai elemen dan unsur pengetahuan yang ada sehingga terbentuk pola baru yang lebih menyeluruh. 6. Tingkat evaluasi (evaluation), evaluasi merupakan level tertinggi yang mengharapkan peserta didik mampu membuat penilaian dan keputusan tentang nilai suatu gagasan, metode, produk atau benda dengan menggunakan kriteria tertentu. 1.3. Contoh Pengukuran Ranah Penilaian Kognitif Apabila melihat kenyataan yang ada dalam sistem pendidikan yang diselenggarakan, pada umumnya baru menerapkan beberapa aspek kognitif tingkat rendah, seperti pengetahuan, pemahaman dan sedikit penerapan. Sedangkan tingkat analisis, sintesis dan evaluasi jarang sekali diterapkan. Apabila semua tingkat kognitif diterapkan secara merata dan terus-menerus maka hasil pendidikan akan lebih baik. Pengukuran hasil belajar ranah kognitif dilakukan dengan tes tertulis. Bentuk tes kognitif diantaranya; • tes atau pertanyaan lisan di kelas, • pilihan ganda, • uraian obyektif, • uraian non obyektif atau uraian bebas, • jawaban atau isian singkat, • menjodohkan, • portopolio dan • performans. Cakupan yang diukur dalam ranah Kognitif adalah: a. Ingatan (C1) yaitu kemampuan seseorang untuk mengingat. Ditandai dengan kemampuan menyebutkan simbol, istilah, definisi, fakta, aturan, urutan, metode. b. Pemahaman (C2) yaitu kemampuan seseorang untuk memahami tentang sesuatu hal. Ditandai dengan kemampuan menerjemahkan, menafsirkan, memperkirakan, menentukan, menginterprestasikan. c. Penerapan (C3), yaitu kemampuan berpikir untuk menjaring & menerapkan dengan tepat tentang teori, prinsip, simbol pada situasi baru/nyata. Ditandai dengan kemampuan menghubungkan, memilih, mengorganisasikan, memindahkan, menyusun, menggunakan, menerapkan, mengklasifikasikan, mengubah struktur. d. Analisis (C4), Kemampuan berfikir secara logis dalam meninjau suatu fakta/ objek menjadi lebih rinci. Ditandai dengan kemampuan membandingkan, menganalisis, menemukan, mengalokasikan, membedakan, mengkategorikan. e. Sintesis (C5), Kemampuan berpikir untuk memadukan konsep-konsep secara logis sehingga menjadi suatu pola yang baru. Ditandai dengan
  • 12. kemampuan mensintesiskan, menyimpulkan, menghasilkan, mengembangkan, menghubungkan, mengkhususkan. f. Evaluasi (C6), Kemampuan berpikir untuk dapat memberikan pertimbangan terhadap sustu situasi, sistem nilai, metoda, persoalan dan pemecahannya dengan menggunakan tolak ukur tertentu sebagai patokan. Ditandai dengan kemampuan menilai, menafsirkan, mempertimbangkan dan menentukan. 2.1 Pengertian Ranah Penilaian Afektif Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai. Beberapa pakar mengatakan bahwa sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya bila seseorang telah memiliki kekuasaan kognitif tingkat tinggi. Ciri-ciri hasil belajar afektif akan tampak pada peserta didik dalam berbagai tingkah laku. Ranah afektif menjadi lebih rinci lagi ke dalam lima jenjang, yaitu: a) receiving b) responding c) valuing d) organization e) characterization by evalue or calue complex Receiving atau attending ( menerima atua memperhatikan), adalah kepekaan seseorang dalam menerima rangsangan (stimulus) dari luar yang datang kepada dirinya dalam bentuk masalah, situasi, gejala dan lain-lain. Termasuk dalam jenjang ini misalnya adalah: kesadaran dan keinginan untuk menerima stimulus, mengontrol dan menyeleksi gejala-gejala atau rangsangan yang datang dari luar. Receiving atau attenting juga sering di beri pengertian sebagai kemauan untuk memperhatikan suatu kegiatan atau suatu objek. Pada jenjang ini peserta didik dibina agar mereka bersedia menerima nilai atau nilai-nilai yang di ajarkan kepada mereka, dan mereka mau menggabungkan diri kedalam nilai itu atau meng-identifikasikan diri dengan nilai itu. Contah hasil belajar afektif jenjang receiving , misalnya: peserta didik bahwa disiplin wajib di tegakkan, sifat malas dan tidak di siplin harus disingkirkan jauh-jauh. Responding (menanggapi) mengandung arti “adanya partisipasi aktif”. Jadi kemampuan menanggapi adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk mengikut sertakan dirinya secara aktif dalam fenomena tertentu dan membuat reaksi terhadapnya salah satu cara. Jenjang ini lebih tinggi daripada jenjang receiving. Contoh hasil belajar ranah afektif responding adalah peserta didik tumbuh hasratnya untuk mempelajarinya lebih jauh atau menggeli lebih dalam lagi, ajaran-ajaran Islam tentang kedisiplinan. Valuing (menilai/menghargai). Menilai atau menghargai artinya mem- berikan nilai atau memberikan penghargaan terhadap suatu kegiatan atau obyek, sehingga apabila kegiatan itu tidak dikerjakan, dirasakan akan membawa kerugian atau penyesalan. Valuing adalah merupakan tingkat afektif yang lebih tinggi lagi daripada receiving dan responding. Dalam
  • 13. kaitan dalam proses belajar mengajar, peserta didik disini tidak hanya mau menerima nilai yang diajarkan tetapi mereka telah berkemampuan untuk menilai konsep atau fenomena, yaitu baik atau buruk. Bila suatu ajaran yang telah mampu mereka nilai dan mampu untuk mengatakan “itu adalah baik”, maka ini berarti bahwa peserta didik telah menjalani proses penilaian. Nilai itu mulai di camkan (internalized) dalam dirinya. Dengan demikian nilai tersebut telah stabil dalam peserta didik. Contoh hasil belajar efektif jenjang valuing adalah tumbuhnya kemampuan yang kuat pada diri peseta didik untuk berlaku disiplin, baik disekolah, dirumah maupun di tengah-tengah kehidupan masyarakat. Organization (mengatur atau mengorganisasikan), artinya memper- temukan perbedaan nilai sehingga terbentuk nilai baru yang universal, yang membawa pada perbaikan umum. Mengatur atau mengorganisasikan merupakan pengembangan dari nilai kedalam satu sistem organisasi, termasuk didalamnya hubungan satu nilai denagan nilai lain., pemantapan dan perioritas nilai yang telah dimilikinya. Characterization by evalue or calue complex (karakterisasi dengan suatu nilai atau komplek nilai), yakni keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki oleh seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya. Disini proses internalisasi nilai telah menempati tempat tertinggi dalal suatu hirarki nilai. Nilai itu telah tertanam secara konsisten pada sistemnya dan telah mempengaruhi emosinya. Ini adalah merupakan tingkat efektif tertinggi, karena sikap batin peserta didik telah benar-benar bijaksana. Ia telah memiliki phyloshopphy of life yang mapan. Jadi pada jenjang ini peserta didik telah memiliki sistem nilai yang telah mengontrol tingkah lakunya untuk suatu waktu yang lama, sehingga membentu karakteristik “pola hidup” tingkah lakunya menetap, konsisten dan dapat diramalkan. Secara skematik kelima jenjang afektif sebagaimana telah di kemukakan dalam pembicaraan diatas, menurut A.J Nitko (1983) dapat di gambarkan sebagai berikut: Ranah afektif tidak dapat diukur seperti halnya ranah kognitif, karena dalam ranah afektif kemampuan yang diukur adalah: Menerima (memperhatikan), Merespon, Menghargai, Mengorganisasi, dan Karakteristik suatu nilai. Skala yang digunakan untuk mengukur ranah afektif seseorang terhadap kegiatan suatu objek diantaranya skala sikap. Hasilnya berupa kategori sikap, yakni mendukung (positif), menolak (negatif), dan netral. Sikap pada hakikatnya adalah kecenderungan berperilaku pada seseorang. Ada tiga komponen sikap, yakni kognisi, afeksi, dan konasi. Kognisi berkenaan dengan pengetahuan seseorang tentang objek yang dihadapinya. Afeksi berkenaan dengan perasaan dalam menanggapi objek tersebut, sedangkan konasi berkenaan dengan kecenderungan berbuat terhadap objek tersebut. Oleh sebab itu, sikap selalu bermakna bila dihadapkan kepada objek tertentu. Skala sikap dinyatakan dalam bentuk pernyataan untuk dinilai oleh responden, apakah pernyataan itu didukung atau ditolaknya, melalui
  • 14. rentangan nilai tertentu. Oleh sebab itu, pernyataan yang diajukan dibagi ke dalam dua kategori, yakni pernyataan positif dan pernyataan negatif. Salah satu skala sikap yang sering digunakan adalah skala Likert. Dalam skala Likert, pernyataan-pernyataan yang diajukan, baik pernyataan positif maupun negatif, dinilai oleh subjek dengan sangat setuju, setuju, tidak punya pendapat, tidak setuju, sangat tidak setuju. 2.2 Ciri-ciri Ranah Penilaian Afektif Pemikiran atau perilaku harus memiliki dua kriteria untuk diklasifikasikan sebagai ranah afektif (Andersen, 1981:4). Pertama, perilaku melibatkan perasaan dan emosi seseorang. Kedua, perilaku harus tipikal perilaku seseorang. Kriteria lain yang termasuk ranah afektif adalah intensitas, arah, dan target. Intensitas menyatakan derajat atau kekuatan dari perasaan. Beberapa perasaan lebih kuat dari yang lain, misalnya cinta lebih kuat dari senang atau suka. Sebagian orang kemungkinan memiliki perasaan yang lebih kuat dibanding yang lain. Arah perasaan berkaitan dengan orientasi positif atau negatif dari perasaan yang menunjukkan apakah perasaan itu baik atau buruk. Ada 5 tipe karakteristik afektif yang penting berdasarkan tujuannya, yaitu sikap, minat, konsep diri, nilai, dan moral. 1. Sikap Menurut Fishbein dan Ajzen (1975) sikap adalah suatu predisposisi yang dipelajari untuk merespon secara positif atau negatif terhadap suatu objek, situasi, konsep, atau orang. Sikap peserta didik terhadap objek misalnya sikap terhadap sekolah atau terhadap mata pelajaran. Sikap peserta didik ini penting untuk ditingkatkan (Popham, 1999). Sikap peserta didik terhadap mata pelajaran, misalnya bahasa Inggris, harus lebih positif setelah peserta didik mengikuti pembelajaran bahasa Inggris dibanding sebelum mengikuti pembelajaran. Perubahan ini merupakan salah satu indikator keberhasilan pendidik dalam melaksanakan proses pembelajaran. Untuk itu pendidik harus membuat rencana pembelajaran termasuk pengalaman belajar peserta didik yang membuat sikap peserta didik terhadap mata pelajaran menjadi lebih positif. 2. Minat Menurut Getzel (1966), minat adalah suatu disposisi yang terorganisir melalui pengalaman yang mendorong seseorang untuk memperoleh objek khusus, aktivitas, pemahaman, dan keterampilan untuk tujuan perhatian atau pencapaian. Sedangkan menurut kamus besar bahasa Indonesia (1990: 583), minat atau keinginan adalah kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu. Hal penting pada minat adalah intensitasnya. Secara umum minat termasuk karakteristik afektif yang memiliki intensitas tinggi. Penilaian minat dapat digunakan untuk: • mengetahui minat peserta didik sehingga mudah untuk pengarahan dalam pembelajaran, • mengetahui bakat dan minat peserta didik yang sebenarnya, • pertimbangan penjurusan dan pelayanan individual peserta didik, • menggambarkan keadaan langsung di lapangan/kelas,
  • 15. 3. Konsep Diri Menurut Smith, konsep diri adalah evaluasi yang dilakukan individu terhadap kemampuan dan kelemahan yang dimiliki. Target, arah, dan intensitas konsep diri pada dasarnya seperti ranah afektif yang lain. Target konsep diri biasanya orang tetapi bisa juga institusi seperti sekolah. Arah konsep diri bisa positif atau negatif, dan intensitasnya bisa dinyatakan dalam suatu daerah kontinum, yaitu mulai dari rendah sampai tinggi. Penilaian konsep diri dapat dilakukan dengan penilaian diri. Kelebihan dari penilaian diri adalah sebagai berikut: • Pendidik mampu mengenal kelebihan dan kekurangan peserta didik. • Peserta didik mampu merefleksikan kompetensi yang sudah dicapai. • Pernyataan yang dibuat sesuai dengan keinginan penanya. o Memberikan motivasi diri dalam hal penilaian kegiatan peserta didik. o Peserta didik lebih aktif dan berpartisipasi dalam proses pembelajaran. o Dapat digunakan untuk acuan menyusun bahan ajar dan mengetahui standar input peserta didik. o Peserta didik dapat mengukur kemampuan untuk mengikuti pembelajaran. o Peserta didik dapat mengetahui ketuntasan belajarnya. o Melatih kejujuran dan kemandirian peserta didik. o Peserta didik mengetahui bagian yang harus diperbaiki. o Peserta didik memahami kemampuan dirinya. o Pendidik memperoleh masukan objektif tentang daya serap peserta didik. o Mempermudah pendidik untuk melaksanakan remedial, hasilnya dapat untuk instropeksi pembelajaran yang dilakukan. o Peserta didik belajar terbuka dengan orang lain. o Peserta didik mampu menilai dirinya. o Peserta didik dapat mencari materi sendiri. o Peserta didik dapat berkomunikasi dengan temannya. 4. Nilai Nilai menurut Rokeach (1968) merupakan suatu keyakinan tentang perbuatan, tindakan, atau perilaku yang dianggap baik dan yang dianggap buruk. Selanjutnya dijelaskan bahwa sikap mengacu pada suatu organisasi sejumlah keyakinan sekitar objek spesifik atau situasi, sedangkan nilai mengacu pada keyakinan. Definisi lain tentang nilai disampaikan oleh Tyler (1973:7), yaitu nilai adalah suatu objek, aktivitas, atau ide yang dinyatakan oleh individu dalam mengarahkan minat, sikap, dan kepuasan. Selanjutnya dijelaskan bahwa manusia belajar menilai suatu objek, aktivitas, dan ide sehingga objek ini menjadi pengatur penting minat, sikap, dan kepuasan. Oleh karenanya satuan pendidikan harus membantu peserta didik menemukan dan menguatkan nilai yang bermakna dan signifikan bagi peserta didik untuk memperoleh kebahagiaan personal dan memberi konstribusi positif terhadap masyarakat. 5. Moral Piaget dan Kohlberg banyak membahas tentang per-kembangan moral
  • 16. anak. Namun Kohlberg mengabaikan masalah hubungan antara judgement moral dan tindakan moral. Ia hanya mempelajari prinsip moral seseorang melalui penafsiran respon verbal terhadap dilema hipotetikal atau dugaan, bukan pada bagaimana sesungguhnya seseorang bertindak. Moral berkaitan dengan perasaan salah atau benar terhadap kebahagiaan orang lain atau perasaan terhadap tindakan yang dilakukan diri sendiri. Jadi moral berkaitan dengan prinsip, nilai, dan keyakinan seseorang. Ranah afektif lain yang penting adalah: • Kejujuran: peserta didik harus belajar menghargai kejujuran dalam berinteraksi dengan orang lain. • Integritas: peserta didik harus mengikatkan diri pada kode nilai, misalnya moral dan artistik. • Adil: peserta didik harus berpendapat bahwa semua orang mendapat perlakuan yang sama dalam memperoleh pendidikan. • Kebebasan: peserta didik harus yakin bahwa negara yang demokratis memberi kebebasan yang bertanggung jawab secara maksimal kepada semua orang. 2.3 Contoh Pengukuran Ranah Penilaian Afektif Kompetensi siswa dalam ranah afektif yang perlu dinilai utamanya menyangkut sikap dan minat siswa dalam belajar. Secara teknis penilaian ranah afektif dilakukan melalui dua hal yaitu: a) laporan diri oleh siswa yang biasanya dilakukan dengan pengisian angket anonim, b) pengamatan sistematis oleh guru terhadap afektif siswa dan perlu lembar pengamatan. Ranah afektif tidak dapat diukur seperti halnya ranah kognitif, karena dalam ranah afektif kemampuan yang diukur adalah: 1. Menerima (memperhatikan), meliputi kepekaan terhadap kondisi, gejala, kesadaran, kerelaan, mengarahkan perhatian 2. Merespon, meliputi merespon secara diam-diam, bersedia merespon, merasa puas dalam merespon, mematuhi peraturan 3. Menghargai, meliputi menerima suatu nilai, mengutamakan suatu nilai, komitmen terhadap nilai 4. Mengorganisasi, meliputi mengkonseptualisasikan nilai, memahami hubungan abstrak, mengorganisasi sistem suatu nilai. 3.1 Pengertian Ranah Penilaian Psikomotor Ranah psikomotor merupakan ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill) tau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Ranah psikomotor adalah ranah yang berhubungan dengan aktivitas fisik, misalnya lari, melompat, melukis, menari, memukul, dan sebagainya. Hasil belajar ranah psikomotor dikemukakan oleh Simpson (1956) yang menyatakan bahwa hasil belajar psikomotor ini tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak individu. Hasil belajar psikomotor ini sebenarnya merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif (memahami sesuatu) dan dan hasil belajar afektif (yang baru
  • 17. tampak dalam bentuk kecenderungan-kecenderungan berperilaku). Hasi belajar kognitif dan hasil belajar afektif akan menjadi hasil belajar psikomotor apabila peserta didik telah menunjukkan perilaku atau perbuatan tertentu sesuai dengan makna yang terkandung dalam ranah kognitif dan ranah afektif. 3.2 Ciri-ciri Ranah Penilaian Psikomotor Ranah psikomotor berhubungan dengan hasil belajar yang pencapaiannya melalui keterampilan manipulasi yang melibatkan otot dan kekuatan fisik. Ranah psikomotor adalah ranah yang berhubungan aktivitas fisik, misalnya; menulis, memukul, melompat dan lain sebagainya. 3.3 Contoh Pengukuran Ranah Penilaian Psikomotor Beberapa ahli yang menjelaskan cara menilai hasil belajar psikomotor. Ryan (1980) menjelaskan bahwa hasil belajar keterampilan dapat diukur melalui a. pengamatan langsung dan penilaian tingkah laku peserta didik selama proses pembelajaran praktik berlangsung, b. sesudah mengikuti pembelajaran, yaitu dengan jalan memberikan tes kepada peserta didik untuk mengukur pengetahuan, keterampilan, dan sikap, c. beberapa waktu sesudah pembelajaran selesai dan kelak dalam lingkungan kerjanya. Sementara itu Leighbody (1968) berpendapat bahwa penilaian hasil belajar psikomotor mencakup: • kemampuan menggunakan alat dan sikap kerja, • kemampuan menganalisis suatu pekerjaan dan menyusun urut-urutan pengerjaan, • kecepatan mengerjakan tugas, • kemampuan membaca gambar dan atau simbol, • keserasian bentuk dengan yang diharapkan dan atau ukuran yang telah ditentukan. Dari penjelasan di atas dapat dirangkum bahwa dalam penilaian hasil belajar psikomotor atau keterampilan harus mencakup persiapan, proses, dan produk. Penilaian dapat dilakukan pada saat proses berlangsung yaitu pada waktu peserta didik melakukan praktik, atau sesudah proses berlangsung dengan cara mengetes peserta didik. Penilaian psikomotorik dapat dilakukan dengan menggunakan observasi atau pengamatan. Observasi sebagai alat penilaian banyak digunakan untuk mengukur tingkah laku individu ataupun proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan. Dengan kata lain, observasi dapat mengukur atau menilai hasil dan proses belajar atau psikomotorik. Misalnya tingkah laku peserta didik ketika praktik, kegiatan diskusi peserta didik, partisipasi peserta didik dalam simulasi, dan penggunaan alins ketika belajar. Observasi dilakukan pada saat proses kegiatan itu berlangsung. Pengamat terlebih dahulu harus menetapkan kisi-kisi tingkah laku apa yang hendak diobservasinya, lalu dibuat pedoman agar memudahkan dalam pengisian observasi. Pengisian hasil observasi dalam pedoman yang dibuat
  • 18. sebenarnya bisa diisi secara bebas dalam bentuk uraian mengenai tingkah laku yang tampak untuk diobservasi, bisa pula dalam bentuk memberi tanda cek (√) pada kolom jawaban hasil observasi Contoh Tabel Penilaian Afektif No Jenis/Aspek Sikap Standar Pencapaian Strategi Penilaian Deskripsi Skor 1 Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa Melaksanakan kegiatan keagaman sesuai agama yang dipeluknya Observasi aktivitas keagamaan siswa Verifikasi jurnal kegiatan Rutin, tidak ada yang tertinggal 5 Rutin, tidak melaksanakan 20 % 4 Rutin, tidak melaksanakan 40 % 3 Rutin, tidak melaksanakan 60 % 2 Rutin, tidak melaksanakan 80 % 1 2 Berakhlak mulia Berlaku hormat pada masyarakat di ingkungannya Observasi aktivitas siswa dalam bermasya- rakat di sekolahSelalu 5 Sering 4 kadang-kadang 3 Jarang 2 sangat jarang 1 3 Mandiri Melaksanakan pekerjaan/tugas-tugas siswa tanpa harus di suruh/ditunggui Observasi aktivitas siswa dalam melaksa- nakan tugas Verifikasi rekaman penyerahan tugas-tugas siswa. Selalu 5 Sering 4 kadang-kadang 3 Jarang 2 sangat jarang 1 4 Menjadi warga negara yang demokratis Mampu menghargai pendapat orang lain Observasi aktivitas siswa dalam berdiskusi, bermasyarakat di sekolah Selalu 5 Sering 4 kadang-kadang 3 Jarang 2 sangat jarang 1
  • 19. No Jenis/Aspek Sikap Standar Pencapaian Strategi Penilaian Deskripsi Skor 5 Bertanggung jawab Tidak menyontek dalam ulangan Menyelesaikan tugas sesuai dan tepat waktu Observasi aktivitas siswa dalam ulangan Selalu 5 Sering 4 kadang-kadang 3 Jarang 2 sangat jarang 1 6 Sikap percaya diri Mampu tampil secara wajar dalam kegiatan dengan massa Observasi aktivitas siswa dalam berdiskusi, kegiatan massa di sekolah/ber- masyarakat Selalu 5 Sering 4 kadang-kadang 3 Jarang 2 sangat jarang 1 7 Berpartisipasi dalam penegakan aturan-aturan sosial Melaksanakan pekerjaan/tugas-tugas tanpa harus di suruh/ditunggui Observasi ketaatan siswa dalam mengikuti peraturan tata tertib sekolahSelalu 5 Sering 4 kadang-kadang 3 Jarang 2 sangat jarang 1 8 Kedisiplinan masuk sekolah Kehadiran di sekolah / presensi siswa Verifikasi presensi siswa Selalu 5 Absensi 10 % 4 Absensi 10 % s.d 15 % 3 Absensi 15 % s.d 20 % 2 Absensi lebih dari 20 % 1 No Jenis/Aspek Sikap Standar Pencapaian Strategi PenilaianDeskripsi Skor 9 Menjaga kebersihan lingkungan Membuang sampah pada tempatnya, tidak mengotori lingkungan Observasi perilaku siswa dalam kehidupan di sekolahSelalu 5 Sering 4 Kadang-kadang 3 Jarang 2 Jarang sekali 1
  • 20. 10 Menjaga kesehatan dan keamanan diri, Menggunakan alat keselamatan kerja dalam kegiatan pembelajaran praktik Observasi terhadap kebiasaan siswa menggunakan keselamatan kerja dalam kegiatan praktik. Selalu 5 Sering 4 kadang-kadang 3 Jarang 2 sangat jarang 1 11 Memahami hak dan kewajiban diri dan orang lain dalam pergaulan di masyarakat Menghargai hak orang lain, memenuhi kewajiban, bersikap tegas dalam kebenaran Observasi perilaku siswa dalam kehidupan bermasyarakat (penegakan aturan) Selalu 5 Sering 4 Kadang-kadang 3 Jarang 2 Jarang sekali 1 12 Berempati terhadap orang lain Perduli terhadap masyarakat sekolah Observasi perilaku siswa dalam keperdulian terhadap sesame Selalu 5 Sering 4 Kadang-kadang 3 Jarang 2 Jarang sekali 1
  • 21. artikel ini akan membahas mengenai kata kerja operasional kognitif, afektif dan psikomotor. Sebelumnya kita bahas dulu pengertiannya a. Kecakapan Koqnitif Upaya pengembangan fungsi koqnitif akan berdampak positif bukan hanya terhadap koqnitif sendiri, melainkan terhadap afektif dan psikomotor. Ada dua macam kecakapan koqnitif siswa yang perlu dikembangkan secara khusu oleh guru yaitu:  Strategi belajar memahami isi materi pelajaran  Strategi menyakini arti penting isi materi pelajaran dan aplikasinya serta menyerap pesan-pesan moral yang terkandung didalam materi tersebut. Strategi adalah prosedur mental yang berbentuk tatanan tahapan yang memerlukan upaya yang bersifat koqnitif dan selalu dipengaruhi oleh pilihan koqnitif atau kebiasaan belajar. Pilihan tersebut yaitu menghafal prinsip yang ada dalam materi dana mengaplikasikan prinsip-prinsip tersebut. Ada dua prefensi koqnitif  Dorongan dari luar (motif ekstrinsik) yang mengakibatkan siswa menggarap belajar hanya sebagai alat pencegah ketidakstabilan atau ketidaknaikkan. Aspirasi yang dimilikinya bukan ingin menguasai materi secara mendalam tetapi hanya sekedar lulus atau naik kelas semata  Dorongan dari dalam (motif Intrinsik), dalam arti siswa tertarik dan membutuhkan materi-materi yang disajikan gurunya. Guru dituntut untuk mengembangkan dengan kecakapan koqnitif siswa dalam memecahkan masalah dengan pengetahuan yang dimilikinya dan keyakinan terhadap pesan moral yang terkandung dan menyatu dalam pengetahuan. b. Kecakapan Afektif Kebersihan pengembangan koqnitif tidak hanya membuahkan kecakapan koqnitif akan tetapi membuahkan kecakapan afektif. Pemahaman yang mendalam terhadap arti penting materi serta preferensi. Koqnitif mementingkan aplikasi prinsip atau meningkatkan kecakapan afektif para siswa. Peningkatan-peningkatan afektif ini antara lain, berupa kesadaran beragama yang mantap c. Kecakapan psikomotor Keberhasilan pengembangan koqnitif berdampak positif pada perkembangan psikomotor. Kecakapan psikomotor adalah segala amal jasmaniah yang konkrit dan mudah diamati baik kuantitasnya maupun kualitasnya. Kecakapan psikomotor
  • 22. merupakan manifestasi wawasan pengetahuan dan kesadaran serta sikap mentalnya Ketiga aspek atau ranah kejiwaan itu erat sekali dan bahkan tidak mungkin dapat dilepaskan dari kegiatan atau proses evaluasi hasil belajar. Benjamin S. Bloom dan kawan-kawannya itu berpendapat bahwa pengelompokkan tujuan pendidikan itu harus senantiasa mengacu kepada tiga jenis domain (daerah binaan atau ranah) yang melekat pada diri peserta didik, yaitu: a) Ranah proses berfikir (cognitive domain) b) Ranah nilai atau sikap (affective domain) c) Ranah keterampilan (psychomotor domain) CONTOH DAFTAR KATA KERJA RANAH KOGNITIF (Cl – C6) Pengetahua n (Cl) Pemahaman (C2) Penerapan (C3) Analisis (C4) Sintesis (C5) Penilaian (C6) Mengutip Memperkira kan Menugaskan Menganalisi s Mengabstraksi Membandin gkan Menyebutka n Menjelaskan Mengurutka n Mengaudit Mengatur Menyimpulk an Menjelaska n Mengkatego rikan Menentukan Memecahka n Menganimasi Menilai Menggamba r Mencirikan Menerapkan Menegaskan Mengumpulka n Mengarahka n Membilang Merinci Menyesuaik an Mendeteksi Mengkategori kan Mengkritik Mengidentif lkasi Mengasosias ikan Mengkalkula si Mendiagnos is Mengkode Menimbang Mendaftar Membandin gkan Memodifika si Menyeleksi Mengkombina sikan Memutuska n Menunjukka n Menghitung Mengklasifi kasi Memerinci Menyusun Memisahkan Memberi label Mengkontra sikan Menghitung Menominasi kan Mengarang Memprediks i Memberi indek Mengubah Membangun Mendiagram kan Membangun Memperjela s Memasangk an Mempertaha nkan Mengurutka n Mengkorela sikan Menanggulan gi Menugaskan Menamai Menguraika n Membiasaka n Merasionalk an Menghubungk an Menafsirkan Menandai Menjalin Mencegah Menguji Menciptakan Mempertaha
  • 23. nkan Membaca Membedaka n Menentukan Mencerahka n Mengkreasika n Memerinci Menyadap Mendiskusik an Menggamba rkan Menjelajah Mengoreksi Mengukur Menghafal Menggali Menggunaka n Membagank an Merancang Merangkum Menim Mencontohk an Menilai Menyimpulk an Merencanakan Membuktika n Mencatat Menerangka n Melatih Menemukan Mendikte Memvalidas i Mengulang Mengemuka kan Menggali Menelaah Meningkatkan Mengetes Mereproduk si Mempolaka n Mengemuka kan Memaksima lkan Memperjelas Mendukung Meninjau Memperluas Mengadapta si Memerintah kan Memfasilitasi Memilih Memilih Menyimpulk an Menyelidiki Mengedit Membentuk Memproyek sikan Menyatakan Meramalkan Mengoperasi kan Mengaitkan Merumuskan Mempelajar i Merangkum Mempersoal kan Memilih Menggenerali sasi Mentabulasi Menjabarka n Mengkonsep kan Mengukur Menggabungk an Memberi kode Melaksanaka n Melatih Memadukan Menelusuri Meramalkan Mentransfer Membatasi Menulis Memproduk si Mereparasi Memproses Mengaitkan Menampilkan Mensuimula sikan Menyiapkan Memecahka n Memproduksi Mel.akukan Merangkum Mentabulasi Merekonstruk si Menyusun Memproses meramalkan
  • 24. Dalam ranah kognitif itu terdapat enam aspek atau jenjang proses berfikir, mulai dari jenjang terendah sampai dengan jenjang yang paling tinggi. Keenam jenjang atau aspek yang dimaksud adalah:  Pengetahuan/hafalan/ingatan (knowledge) Adalah kemampuan seseorang untuk mengingat-ingat kembali (recall) atau mengenali kembali tentang nama, istilah, ide, rumus-rumus, dan sebagainya, tanpa mengharapkan kemampuan untuk menggunkannya. Pengetahuan atau ingatan adalah merupakan proses berfikir yang paling rendah. Salah satu contoh hasil belajar kognitif pada jenjang pengetahuan adalah dapat menghafal surat al-’Ashar, menerjemahkan dan menuliskannya secara baik dan benar, sebagai salah satu materi pelajaran kedisiplinan yang diberikan oleh guru Pendidikan Agama Islam di sekolah.  Pemahaman (comprehension) Adalah kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat. Dengan kata lain, memahami adalah mengetahui tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai segi. Seseorang peserta didik dikatakan memahami sesuatu apabila ia dapat memberikan penjelasan atau memberi uraian yang lebih rinci tentang hal itu dengan menggunakan kata- katanya sendiri. Pemahaman merupakan jenjang kemampuan berfikir yang setingkat lebih tinggi dari ingatan atau hafalan. Salah satu contoh hasil belajar ranah kognitif pada jenjang pemahaman ini misalnya: Peserta didik atas pertanyaan Guru Pendidikan Agama Islam dapat menguraikan tentang makna kedisiplinan yang terkandung dalam surat al-’Ashar secara lancar dan jelas.  Penerapan (application) Adalah kesanggupan seseorang untuk menerapkan atau menggunakan ide-ide umum, tata cara ataupun metode-metode, prinsip-prinsip, rumus-rumus, teori-teori dan sebagainya, dalam situasi yang baru dan kongkret. Penerapan ini adalah merupakan proses berfikir setingkat lebih tinggi ketimbang pemahaman. Salah satu contoh hasil belajar kognitif jenjang penerapan misalnya: Peserta didik mampu memikirkan tentang penerapan konsep kedisiplinan yang diajarkan Islam dalam kehidupan sehari-hari baik dilingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat.  Analisis (analysis)
  • 25. Adalah kemampuan seseorang untuk merinci atau menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian yang lebih kecil dan mampu memahami hubungan di antara bagian-bagian atau faktor-faktor yang satu dengan faktor- faktor lainnya. Jenjang analisis adalah setingkat lebih tinggi ketimbang jenjang aplikasi. Contoh: Peserta didik dapat merenung dan memikirkan dengan baik tentang wujud nyata dari kedisiplinan seorang siswa dirumah, disekolah, dan dalam kehidupan sehari-hari di tengah-tengah masyarakat, sebagai bagian dari ajaran Islam.  Sintesis (syntesis) Adalah kemampuan berfikir yang merupakan kebalikan dari proses berfikir analisis. Sisntesis merupakan suatu proses yang memadukan bagian-bagian atau unsur-unsur secara logis, sehingga menjelma menjadi suatu pola yang yang berstruktur atau bebrbentuk pola baru. Jenjang sintesis kedudukannya setingkat lebih tinggi daripada jenjang analisis. Salah satu jasil belajar kognitif dari jenjang sintesis ini adalah: peserta didik dapat menulis karangan tentang pentingnya kedisiplinan sebagiamana telah diajarkan oleh islam.  Penilaian/penghargaan/evaluasi (evaluation) Adalah merupakan jenjang berpikir paling tinggi dalam ranah kognitif dalam taksonomi Bloom. Penilian/evaluasi disini merupakan kemampuan seseorang untuk membuat pertimbangan terhadap suatu kondisi, nilai atau ide, misalkan jika seseorang dihadapkan pada beberapa pilihan maka ia akan mampu memilih satu pilihan yang terbaik sesuai dengan patokan-patokan atau kriteria yang ada. CONTOH DAFTAR KATA KERJA OPERASIONAL UNTUK RANAH AFEKTIF (A1-A5) Menerima (Al) Menanggapi (A2) Menilai (A3) Mengelola (A4) Menghayati (A5) Memilih Menjawab Mengasumsik an Menganut Mengubah prilaku Mempertanyak an Mem bantu Meyakini Mengubah Berakhlak mulia Mengikuti Mengajukan Melengkapi Menata Mempengaru hi Memberi Mengkompromik an Meyakinkan Mengklasifikasik an Mendengarka n Menganut Menyenangi Memperjelas Mengkombinasik an Mengkualifik asi Mematuhi Menyambut Memprakarsai Mempertahankan Melayani
  • 26. Meminati Mendukung Mengimani Membangun Menunjukkan Mendukung Mengundang Membentuk pendapat Membuktikan Menyetujui Menggabungk an Memadukan memecahkan Menampilkan Memperjelas Mengelola Melaporkan Mengusulkan Menegosiasi Memilih Menekankan Merembuk Mengatakan Menyumbang Memilah Menolak Menurut Krathwol (1964) klasifikasi tujuan domain afektif terbagi lima kategori : a. Penerimaan (recerving) Mengacu kepada kemampuan memperhatikan dan memberikan respon terhadap sitimulasi yang tepat. Penerimaan merupakan tingkat hasil belajar terendah dalam domain afektif. b. Pemberian respon atau partisipasi (responding) Satu tingkat di atas penerimaan. Dalam hal ini siswa menjadi terlibat secara afektif, menjadi peserta dan tertarik. c. Penilaian atau penentuan sikap (valung) Mengacu kepada nilai atau pentingnya kita menterikatkan diri pada objek atau kejadian tertentu dengan reaksi-reaksi seperti menerima, menolak atau tidak menghiraukan. Tujuan-tujuan tersebut dapat diklasifikasikan menjadi “sikap dan opresiasi”. d. Organisasi (organization) Mengacu kepada penyatuan nilai, sikap-sikap yang berbeda yang membuat lebih konsisten dapat menimbulkan konflik-konflik internal dan membentuk suatu sistem nilai internal, mencakup tingkah laku yang tercermin dalam suatu filsafat hidup. e. Karakterisasi / pembentukan pola hidup (characterization by a value or value complex) Mengacu kepada karakter dan daya hidup sesorang. Nilai-nilai sangat berkembang nilai teratur sehingga tingkah laku menjadi lebih konsisten dan lebih mudah
  • 27. diperkirakan. Tujuan dalam kategori ini ada hubungannya dengan keteraturan pribadi, sosial dan emosi jiwa CONTOH KATA KERJA OPERASIONAL UNTUK RANAH PSIKOMOTOR (P1-P4) PENIRUAN (PI) MANIPULASI (P2) KETETAPAN (P3) ARTIKULASI (P4) Mengaktifkan Mengoreksi Mengalihkan Mengalihkan Menyesuaikan Mendemonstrasikan Menggantikan Mempertajam Menggabungkan Merancang Memutar Membentuk Melamar Memilah Mengirim Memadankan Mengatur Melatih Memindahkan Menggunakan Mengumpulkan Memperbaiki Mendorong Memulai Menimbang Mengidentifikasikan Menarik Menyetir Memperkecil Mengisi Memproduksi Menjelaskan Membangun Menempatkan Mencampur Menempel Mengubah Membuat Mengoperasikan Menskestsa Membersihkan Memanipulasi Mengemas Mendengarkan Memposisikan Mereparasi Membungkus Menimbang Mengkonstruksi Mencampur Menurut Davc (1970) klasifikasi tujuan domain psikomotor terbagi lima kategori yaitu : a. Peniruan terjadi ketika siswa mengamati suatu gerakan. Mulai memberi respons serupa dengan yang diamati. Mengurangi koordinasi dan kontrol otot-otot saraf. Peniruan ini pada umumnya dalam bentuk global dan tidak sempurna. b. Manipulasi Menekankan perkembangan kemampuan mengikuti pengarahan, penampilan, gerakan-gerakan pilihan yang menetapkan suatu penampilan melalui latihan. Pada tingkat ini siswa menampilkan sesuatu menurut petunjuk-petunjuk tidak hanya meniru tingkah laku saja. c. Ketetapan memerlukan kecermatan, proporsi dan kepastian yang lebih tinggi dalam penampilan. Respon-respon lebih terkoreksi dan kesalahan-kesalahan dibatasi sampai pada tingkat minimum. d. Artikulasi
  • 28. Menekankan koordinasi suatu rangkaian gerakan dengan membuat urutan yang tepat dan mencapai yang diharapkan atau konsistensi internal di natara gerakan- gerakan yang berbeda. e. Pengalamiahan Menurut tingkah laku yang ditampilkan dengan paling sedikit mengeluarkan energi fisik maupun psikis. Gerakannya dilakukan secara rutin. Pengalamiahan merupakan tingkat kemampuan tertinggi dalam domain psikomotorik