Berikut konten ke 6 tugas literasi TIK kami. Setalah minggu lalu kami membahas tentang Birrul Walidain (Berbakti Kepada Orang Tua) sekarang kami membahas tentang Tawazun. Semoga bermanfaat :)
1. Tawazun
Tawazun berarti keseimbangan, yang dimaksud seimbang disini adalah
seimbang antara kebutuhan dunia dan akhirat.
Dalam surat Al-Mulk ayat 3, Allah berfirman yang artinya “Yang telah
menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan
Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-
ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang?”
Dapat kita pahami bahwa Allah telah menciptakan semua yang ada di alam
semesta ini dalam keadaan seimbang, tidak terkecuali manusia. Nah tugas kita adalah
menyeimbangkan aspek yang telah diberikan oleh Allah yaitu aspek jasmani, akal,
dan ruhani.
Rosulullah SAW bersabda “Sesungguhnya mukmin yang kuat itu lebih disukai
Allah daripada mukmin yang lemah” (HR.Muslim) hal itu menjadi dasar bahwa
jasad/jasmani kita membutuhkan makan agar seimbang. Makanan yang kita konsumsi
haruslah makanan yang halal dan baik. Makanan yang halal bukan hanya halal dari
segi bahannya namun juga halal dari segi bagaimana cara kita memperoleh makanan
tersebut. Contohnya, tempe goreng dari segi bahannya merupakan makanan yang
halal, namun apabila kita mendapatkan tempe goreng tersebut dengan cara mencuri,
maka makanan tersebut (tempe goreng) berubah hukumnya menjadi haram untuk kita
konsumsi. Contoh lainnya juga bisa berupa ayam, ayam halal hukumnya untuk
dimakan, namun apabila kita menyembelih ayam tersebut tidak sesuai dengan syariat
islam, hukumnya bisa menjadi haram untuk dimakan.
Selain jasmani, akal kita juga membutuhkan makan agar bisa seimbang.
Makanan untuk akal adalah berupa ilmu. Bahkan banyak sekali dalil yang
menyebutkan bahwa menuntut ilmu itu wajib hukumnya bagi seorang muslim. Ilmu
yang wajib dituntut bukan hanya ilmu duniawi atau ilmu agama saja, namun kita
wajib menuntut kedua ilmu tersebut, agar tercapai keseimbangan antara kebutuhan
dunia dan akhirat. Hal yang membedakan antara manusia dan hewan adalah terletak
pada akalnya. Karena dalam surat Al-Imran ayat 110 disebutkan bahwa umat islam
merupakan umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, karena ia menyeru pada yang
ma’ruf (kebaikan) dan mencegah pada yang munkar (keburukan) serta ia beriman
kepada Allah. Selain itu dengan akal yang telah diberikan, umat manusia bisa
2. memanfaatkan kekayaan alam yang telah diberikan oleh Allah untuk memenuhi
kebutuhannya dan malaksanakan tugasnya sebagai khalifah di muka bumi ini.
Hati/Ruhani kita juga perlu diseimbangkan, salah satu caranya adalah dengan
berdzikir kepada Allah. Dalam Q.S Ar-Ra’d ayat 28 yang artinya “Ingatlah, hanya
dengan mengingat Allah lah hati menjadi tentram.” Bahkan saat kita berdzikir kepada
Allah atau sedang menghadiri majelis ilmu syeitan tidak berani mendekat. Saat
kebutuhan tersebut tidak dipenuhi makan hati ini akan terasa kosong atau bahkan
mati, sehingga tidak sanggup mengemban amanah besar yang dilimpahkan
kepadanya. Nabi Muhammad SAW bersabda : “Ketahuilah sesungguhnya di dalam
tubuh manusia terdapat segumpal darah, apabila dia baik maka baiklah seluruh
tubuhnya, dan apabila dia rusak, maka rusaklah seluruh tubuhnya. Ketahuilah bahwa
segumpal darah itu ialah hati.” Dari situ kita mengetahui bahwa seluruh penyakit
datangnya dari hati kita. Apabila hati kita rusak dipenuhi dengan sesuatu yang buruk-
buruk seperti rasa iri, dengki, dan lain sebagainya maka jasmani kita juga akan rusak.
Sehingga apabila kita sedang sakit, kita perlu untuk bermuhasabah diri, siapa tau hati
kita memang sedang sakit (dipenuhi oleh penyakit hati).
Dalam suatu riwayat, Rasullulah SAW pernah menasehati seorang sahabat
bernama Abdullah bin Amr. Tatkala beliau mengetahui sahabatnya tersebut terus
menerus berpuasa, sholat malam, dan membaca Al-Qur’an. Sehinga ia melalaikan hak
dirinya, hak istri dan anaknya, dan hak-hak orang lain yang mengunjunginya. Maka
Rasullulah SAW memerintahkan kepada sahabat tersebut agar mengambil jalan
tengah dalam masalah ini, serasa beliau bersabda: “Sesungguhnya dalam jasadmu
mempunyai ha katas dirimu, yaitu untuk beristirahat. Demikian juga matamu
mempunyai ha katas dirinya untuk tidur. Demikian pula istrimu juga mempunyai ha
katas dirimu, untuk bercengkrama dan lain sebagainya. Demikian pula terhadap tamu-
tamumu, mereka mempunyai ha katas dirimu”.
Semoga kita menjadi ummatan watasha yaitu umat yang seimbang antara
hablum minallah dan hablum minan naas. Aamiin.