Dokumen tersebut membahas tentang profesi keguruan. Ia menjelaskan bahwa guru memiliki tugas berat untuk mengajar dan mendidik siswa, sehingga membutuhkan kompetensi profesional yang tinggi. Dokumen tersebut juga mendefinisikan ciri-ciri profesi keguruan seperti memiliki standar kerja, pendidikan tinggi, organisasi profesi, dan kode etik.
1. BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Guru adalah salah satu unsur manusia dalam proses pendidikan. Dalam proses
pendidikan di sekolah, guru memegang tugas ganda yaitu sebagai pengajar dan
pendidik. Sebagai pengajar guru bertugas menuangkan sejumlah bahan pelajaran ke
dalam otak anak didik, sedangkan sebagai pendidik guru bertugas membimbing dan
membina anak didik agar menjadi manusia susila yang cakap, aktif, kreatif, dan
mandiri. Oleh sebab itu, tugas yang berat dari seorang guru ini pada dasarnya hanya
dapat dilaksanakan oleh guru yang memiliki kompetensi profesional yang tinggi. Untuk
itu profesionalisme para guru hendaknya lebih ditingkatkan lagi, dari masalah inilah
maka kami mengangkat tema ini sebagai bahan makalah kami.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa, Mengapa, dan Bagaiamana Pekerjaan Profesi ?
1.2.2 Bagaimanakah Pengertian dan Ciri-ciri Profesi Keguruan ?
1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui tentang Pekerjaan Profesi
1.3.2 Mengetahui yang dimaksud dengan Profesi Keguruan beserta ciri-cirinya
1
2. BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Apa, Mengapa, dan Bagaiamana Pekerjaan Profesi
Profesi adalah suatu jabatan atau pekerjaan yang menuntut keahlian (expertise)
dari para anggotanya. Artinya, tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang yang tidak
terlatih dan tidak disiapkan secara khusus untuk melakukan pekerjaan itu. Keahlian
diperoleh melaluia apa yang disebut profesionalisasi, yang dilakukan baik sebelum
seseorang menjalani profesi itu maupun setelah menjalani suatu profesi (inservice
training). Ada beberapa istilah lain yang dikembangkan yang bersumber dari istilah
“profesi” yaitu istilah professional, profesionalisme, profesionalitas, dan
profesionaloisasi secara tepat, berikut ini akan diberikan pengkelasan singkat mengeni
pengertian istilah-istilah tersebut.
“Profesional” mempunyai makna yang mengacu kepada sebutan tentang orang
yang menyandang suatu profesi dan sebutan tentang penampilan seseorang dalam
mewujudkan unjuk kerja sesuai dengn profesinya. Penyandangan dan penampilan
“professional” ini telah mendapat pengakuan, baik segara formal maupun informal.
Pengakuan secara formal diberikan oleh suatu badan atau lembaga yang mempunyai
kewenangan untuk itu, yaitu pemerintah dan atau organisasi profesi. Sedang secara
informal pengakuan itu diberikan oleh masyarakat luas dan para pengguna jasa suatu
profesi.
“Profesionalisme” adalah sebutan yang mengacu kepada sikap mental dalam
bentuk komitmen dari para anggota suatu profesi untuk senantiasa mewujudkan dan
meningkatkan kualitas profesionalnya.
“Profesionalitas” adalah sutu sebutan terhadap kualitas sikap para anggota suatu
profesi terhadap profesinya serta derajat pengetahuan dan keahlian yang mereka miliki
untuk dapat melakukan tugas-tugasnya. Dengan demikian, sebutan profesionalitas lebih
menggambarkan suatu “keadaan” derajat keprofesian seseorang dilihat dari sikap,
pengetahuan, dan keahlian yang diperlukan untuk melaksanakan tugasnya.
2
3. “Profesionalisasi” pada dasarnya adalah serangkaian proses pengembangan
profesional, baik dilakukan melalui pendidikan/latihan. Profesionalisasi adalah sutu
proses menuju kepada perwujudan dan peningkatan profesi dalam mencapai suatu
kriteria yang sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Oleh karena itu
profesionalisasi merupakan proses sepanjang hayat dan tidak pernah berakhir, selama
seseorang telah menyatakan dirinya sebagai warga suatu profesi.
Dari definisi yang telah dikemukakan, dapat diangkat beberapa kriteria untuk
menentukan ciri-ciri suatu profesi, yaitu sebagai berikut :
1. Memiliki standar kerja yang baku atau dengan kata lain memiliki aturan yang
jelas tentang hal yang dikerjakan.
2. Anggota profesinya memperoleh pendidikan tinggi yang memberikan dasar
pengetahuan yang bertanggung jawab
3. Memiliki lembaga pendidikan khusus yang menghasilkan tenaga profesi yang
dibutuhkan.
4. Memiliki organisasi profesi yang memperjuangkan hak – hak anggotanya, serta
bertanggung jawab untuk meningkatkan profesi yang bersangkutan.
5. Adanya pengakuan yang layak dari masyarakat
6. Adanya sistem imbalan yang memadai sehingga anggota profesi dapat hidup
dari profesinya.
7. Memiliki kode etik yang mengatur setiap anggota profesi
Sekarang ini, masyarakat menginginkan semua pelayanan yang diberikannya
adalah yang terbaik. Tuntutan – tuntutan masyarakat inilah yang membuat setiap profesi
untuk dapat memberikan pelayanan yang terbaik. Setiap anggota profesi baik secara
sendiri – sendiri atau dengan cara bersama melalui wadah organisasi profesi dapat
belajar. Belajar yang dimaksud, yaitu belajar untuk mendalami pekerjaan yang sedang
disandangnya dan belajar dari masyarakat apa yang menjadi kebutuhan mereka saat ini
dan saat yang akan datang. Telah dikemukakan pula diawal bahwa profesionalisasi
adalah usaha untuk mengembangkan profesi melalui pendidikan prajabatan dan
pendidikan dalam jabatan, sehingga pelayanan kepada pemakai (klien) akan semakin
meningkat.
3
4. 2.2 Pengertian dan Ciri-ciri Profesi Keguruan
Pada dasarnya guru belum sepenuhnya dapat dikategorikan sebagai suatu profesi
yang utuh, dan bahkan banyak orang berpendapat bahwa guru hanya jabatan
semiprofesional atau profesi yang baru muncul karena belum semua ciri – ciri di atas
yang dapat dipenuhi. Guru seharusnya dilihat sebagai profesi yang baru muncul, dan
karena itu mempunyai status yang lebih tinggi dari jabatan semiprofesional bahkan
mendekati jabatan profesi penuh. Profesi kependidikan khususnya profesi keguruan
mempunyai tugas utama yaitu melayani masyarakat dalam dunia pendidikan. Sejalan
dengan alasan tersebut jelas kiranya bahwa profesionalisasi dalam bidang keguruan
mengandung arti peningkatan segala daya dan usaha dalam rangka pencapaian secara
optimal layanan yang akan diberikan kepada masyarakat.
Dalam pendidikan diperlukan adanya profesionalisasi. Sanusi et. al. (1991:23)
mengajukan enam asumsi yang melandasi perlunya profesionalisasi dalam pendidikan,
yakni sebagai berikut :
1. Subjek pendidikan adalah manusia yang memiliki kemauan, pengetahuan,
emosi, dan perasaan dan dapat dikembangkan sesuai dengan potensinya;
sementara itu pendidikan dilandasi oleh nilai – nilai kemanusiaaan yang
menghargai martabat manusia.
2. Pendidikan dilakukan secara internasional, yaknin secara sadar bertujuan, maka
pendidikan menjadi normatif yang didikat oleh norma – norma dan nilai – nilai
yang baik secara universal, nasional, maupun lokal, yang merupakan acuan para
pendidik, peserta didik dan pengelola pendidikan.
3. Teori – teori pendidikan merupakan jawaban kerangka hipotesis dalam
menjawab permasalahan pendidikan.
4. Pendidikan bertolak dari asumsi pokok tentang manusia, yakni manusia
mempunyai potensi yang baik untuk berkembang. Oleh sebab itu, pendidikan itu
adalah usaha untuk mengembangkan potensi unggul tersebut.
5. Inti pendidikan terjadi dalam prosesnya, yakni situasi dimana terjadi dialog
antara peserta didik dengan pendidik yang memungkinkan peserta didik tumbuh
kearah yang dikehendaki oleh pendidik agar selaras dengan nilai – nilai yang
dijunjung tinggi masyarakat.
4
5. 6. Seiring terjadinya dilema antara tujuan utama pendidikannya, yaitu menjadikan
manusia sebagai manusia yang baik (dimensi intrinsik) dengan misi instrumental
yakni yang merupakan alat untuk perubahan atau mencapai sesuatu.
Dalam keseluruhan perangkat tenaga penggerak di sektor pendidikan,
nampaknya tenaga pelaksana umumnya, dan guru pada khususnya merupakan salah satu
mata rantai yang cukup lemah. Di banyak tempat, kita masih menemukan guru berada
didalam situasi yang kurang menguntungkan untuk melaksanakan tugas yang
dibebankan kepadanya. Hal ini akan bertambah lebih berat dan kompleks, bilamana
dihadapkan lagi dengan kemajuan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tetapi
dengan dukungan fasilitas yang minim dan dengan iklim kerja yang tidak
menyenangkan. Selain itu beban guru ditambah lagi dengan berbagai tugas non-
mengajar yang banyak menyita waktu dan tenaga para guru.
Pendidikan yang baik, sebagaimana yang diharapkan oleh masyarakat modern
dewasa ini dan sifatnya yang selalu menantang, mengharuskan adanya pendidik yang
baik. Hal ini berarti bahwa di masyarakat diperlukan pemimpin yang baik, di rumah
diperlukan orang tua yang baik, dan di sekolah diperlukan guru yang baik. Akan tetapi
dengan ketiadaan pegangan tentang persyaratan pendidikan profesional maka hal ini
menyebabkan timbulnya bermacam – macam tafsiran orang tentang arti guru yang baik,
tegasnya guru yang profesional. Berbagai masalah diatas seperti tuntutan akan
perkembangan ilmu, sikap masyarakat terhadap guru, fasilitas yang kurang memadai,
dsb, namun ada hal yang memerlukan perhatian khusus, yaitu disiplin.
Berdasarkan uraian diatas maka dapat dikemukakan bahwa dalam mencari
jawaban tentang apa dan siapa itu guru yang baik memerlukan suatu tinjauan yang luas
serta melingkupi berbagai segi. Sesudah itu barulah disimpulkan profil guru yang
bagaimana yang dikehendaki. Jawabannya adalah guru yang profesional yang memiliki
kemampuan profesional, personal dan sosial.
Guru yang professional harus memiliki kompetensi berikut ini.
1. Kompetensi professional, artinya ia memiliki pengetahuan yang luas serta dalam
dari subjek matter yang akan diajarkan serta serta penguasaan metodologis
dalam arti memiliki pengetahuan konsep teoritik, mampu memilih metode yang
5
6. tepat serta mampu menggunakan berbagai metode dalam proses belajar
mengajar. Guru pun harus memiliki pengetahuan luas tentang landasan
kependidikan dan pemahaman terhadap murid.
2. Kompetensi personal, artinya memiliki sikap kepribadian yang mantap sehingga
mampu menjadi sumber identifikasi bagi subjek.
3. Kompetensi social, artinya ia menunjukkan kemampuan berkomunikasi social,
baik dengan murid-muridnya maupun dengan sesame teman guru, dengan
kepala sekolah bahkan dengan masyarakat luas.
4. Kemampuan untuk memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya yang berarti
mengutamakan nilai kemanusiaan daripada nilai benda material. Apabila
seorang guru telah memiliki kompetensi tersebut di atas, maka guru tersebut
telah memiliki hak profesional, karena ia telah dengan nyata memenuhi syarat-
syarat berikut ini.
a. Mendapat pengakuan dan perlakuan hukum terhadap batas wewenang
keguruan yang menjadi tanggung jawabnya.
b. Memiliki kebebasan untuk mengambil langkah-langkah interaksi edukatif
dalam batas tanggung jawabnya dan ikut serta dalam prose pengembangan
pendidikan setempat.
c. Menikmati kepemimpinan teknis dan dukungan pengelolaan yang efektif
dan efisien dalam rangka menjalankan tugas sehari-hari
d. Menerima perlindungan dan penghargaan yang wajar terhadap usaha-usaha
dan prestasi yang inovatif dalam bidang pengabdiannya.
e. Menghayati kebebasan mengembangkan kompetensi profesionalnyasecara
individual maupun secara institusional.
Guru bertugas membangun manusianya. Hal ini tetntu memerlukan persyaratan
tertentu untuk dapat melaksanakan tugas tersebut yaitu guru sebagai suatu profesi,
sebagai perpaduan antara panggilan, ilmu, teknologi, dan seni, yang bertumpu pada
landasan pengabdian dan sikap kepribadian yang mulia.
Pada hakikatnya tugas guru tidak hanya diperlukan sebagai suatu tugas yang
professional, tetapi adalah wajar bilamana melihatnya sebagai suatu profesi yang utama,
6
7. karena mengajar, antara lain berarti berrati turut menyiapkan subjek didik kearah
berbagai profesi. Dikaitkan dengan angkatan kerja maka implikasinya ialah guru
merupakan tenaga yang turut menyiapkan tegan pembangunan lainnya.
Setelah mengkaji uraian diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa diatas
pundak guru terdapat beban yang menantang, karena memang tugas guru adalah
sedemikian berat dan akan semakin berat dengan majunya masyarakat serta
berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi maka sudah sewajarnya apabila
apabila kepada setiap guru diberikan jaminan supaya ia menghayati haknya sebagai
seorang petugas professional.
CIRI-CIRI PROFESIONAL KEGURUAN
Ciri-ciri profesionalisasi jabatan guru akan mulai nampak, seperti yang
dikemukakan oleh Robert W. Richey sebagai berikut.
1. Para guru akan bekerja hanya semata-mata memberikan pelayanan kemanusiaan
daripada usaha untuk kepentingan pribadi.
2. Para guru secara hokum dituntut untuk memenuhi berbagai persyaratan untuk
mendapatkan lisensi mengajar serta persyaratan yang ketat untuk menjadi
anggota organisasi guru.
3. Para guru dituntut memiliki pemahaman serta keterampilan yang tinggi dalam
hal bahan pengajar, metode, anak didik, dan landasan kependidikan.
4. Para guru dalam organisasi profesional, memiliki publikasi professional yang
dapat melayani para guru, sehingga tidak ketinggalan, bahkan selalu mengikuti
perkembangan yang terjadi.
5. Para guru, diusahakan untuk selalu mengikuti kursus-kursus, workshop, seminar,
konversi serta terlibat secara luas dalam berbagai kegiatan in service.
6. Para guru diakui sepenuhnya sebagai suatu karier hidup (a life career).
7. Para guru memiliki nilai dan etika yang berfungsi secar nasional maupun secar
lokal.
Khusus untuk jabatan guru ini sebenarnya juga sudah ada yang mencoba
menyusun ciri-cirinya. Misalnya National Education Assosiation (NEA) (1948)
menyarankan ciri-ciri sebagai berikut.
7
8. 1. Jabatan yang melibatkan kegiatan intelektual
Jelas sekali bahwa jabatan guru memenuhi kriteria ini, karena mengajar
melibatkan upaya-upaya yang sifatnya sangat didominasi kegiatan intelektual.
2. Jabatan yang menggeluti batang tubuh ilmu yang khusus
Semua jabatan mempunyai monopoli pengetahuan yang memisahkan
anggota mereka dari orang awam yang memungkinkan mereka mengadaka
pengawasan tentang jabatannya.
3. Jabatan yang memerlukan persiapan latihan yang lama
Lagi-lagi terdapat perselisihan pendapat mengenai hal ini. Yang
membedakan jabatan profesinal dengan nonprofesional antara lain adalah dalam
penyelesaian pendidikan melalui kurikulum yaitu ada yang diatur universitas/
institute atau melaui pengalaman praktek dan pemagangan atau pamagangan dan
kuliah.
4. Jabatan yang membutuhkan latihan dalam jabatan yang berkesinambungan.
Jabatan guru cenderung menunjukkan bukti yang kuat sebagai jabatan
professional, sebab hamper tiap tahun guru melakukan berbagai kegiatan latihan
professioanal, baik yang mendapatkan penghargaan kredit maupun tanpa kredit.
5. Jabatan yang menjaanjikan karier hidup dan keanggotaan yang permanen
6. Jabatan yang menetunkan bakunya sendiri
Dikarenakan jabatan guru menyangkut hajat hidup orang banyak, maka
pembakuan jabatan guruini sering tidak diciptakan oleh anggita profesi sendiri
terutama di Negara kita.
7. Jabatan yang mementingkan layanan diatas keuntungan pribadi
Jabatan mengajar adalah jabatan yang mempunyai nilai social yang tinggi,
tidak perlu diragukan lagi. Guru yang baik akan sangat berperan dalam dalam
mempengaruhi kehidupan yang lebih baik dari warga Negara masa depan.
8
9. 8. Jabatan yang mempunyai organisasi professional yang kuat dan terjalin rapat.
Semua profesi yang dikenal mempunyai organisasi professional yang kuat
untuk dapat mewadahi tujuan bersama dan melindungi anggotanya.
KODE ETIK GURU
Setiap profesi memiliki kode etik profesi. Menurut UU No.8/1974 tentang
Pokok-Pokok Kepegawaian, kode etik pegawai negeri sipil adalah pedoman sikap
tingkah laku, dan perbuatan di dalam dan di luar dinas. Kode Etik Guru Indonesia
menurut PGRI (1973) adalah landasan moral dan pedoman tingkah laku guru warga
PGRI dalam melaksanakan panggilan pengabdiannya bekerja sebagai guru.
Tujuan kode etik profesi adalah untuk kepentingan anggota dan organisasi
profesi itu sendiri, yaitu untuk:
1. Menjunjung tinggi martabat profesi;
2. Menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggotanya;
3. Meningkatkan pengabdian para anggota profesi;
4. Meningkatkan mutu profesi;
5. Meningkatkan mutu organisasi profesi
Kode etik ditetapkan oleh anggota profesi. Kode etik guru ditetapkan oleh
anggota profesi guru yang bergabung dalam wadah PGRI. Kode etik ini dijadikan
pedoman bertindak bagi seluruh anggota organisasi atau profesi tersebut.
Kode etik guru Indonesia ditetapkan dalam Kongres PGRI pada tahun 1973 pada
Kongres ke XIII di Jakarta. Kemudian disempurnakan pada Kongres ke XVI tahun 1989
di Jakarta. Adapun rumusan kode etik guru sebagai berikut.
KODE ETIK GURU INDONESIA
Guru Indonesia mmenyadari bahwa pendidikan adalah bidang pengabdian
terhadap Tuhan Yang Maha Es. Bangsa dan Negara serta kemanusiaan pada umumnya
9
10. Guru Indonesia yang berjiwa pancasila dan setia pada Undang-Undang Dasar 1945,
turut bertanggung jawab atas terwujudnya cita-cita Proklamasi Kemerdekaan 17
Agustus 1945. Oleh sebab itu, guru Indonesia untuk menunaikan karyanya dengan
memedomi dasar-dasar sebagai berikut.
1. Guru berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk manusia Indonesia
seutuhnya yang berjiwa pancasila.
2. Guru memiliki dan melaksanakn kejujuran professional.
3. Guru berusaha memperoleh informasi tentang peserta didik sebagai bahan untuk
melakukan bimbingan dan pembinaan.
4. Guru menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya yang menunjang berhasilnya
proses belajar mengajar.
5. Guru memilahar hubungan baik dengan orang tua murid dan masyarakat
sekitarnya untuk membina peran serta dan rasa tanggung jawab bersama terhadap
pendidikan.
6. Guru secara pribadi dan bersama-sam mengembangkan dan meningkatkan mutu
dan martabat profesinya.
7. Guru memelihara hubungan seprofesi, semangat kekeluargaan, dan
kesetiakawanan social.
8. Guru secara bersama-sam memelihara dan meningkatkan mutu organisasi PGRI
sebagai sarana perjuangan dan pengabdian.
9. Guru melaksanakan segala kebijaksanaan pemerintah dalam bidang pendidikan.
10
11. BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Profesi adalah suatu jabatan atau pekerjaan yang menuntut keahlian (expertise)
dari para anggotanya. Artinya, tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang yang tidak
terlatih dan tidak disiapkan secara khusus untuk melakukan pekerjaan itu. ciri-ciri suatu
profesi, yaitu sebagai berikut :
1. Memiliki standar kerja yang baku
2. Anggota profesinya memperoleh pendidikan tinggi
3. Memiliki lembaga pendidikan
4. Memiliki organisasi profesi
5. Adanya pengakuan yang layak dari masyarakat
6. Adanya sistem imbalan yang memadai
7. Memiliki kode etik yang mengatur setiap anggota profesi
Tuntutan masyarakat yang membuat setiap profesi untuk dapat memberikan
pelayanan yang terbaik. profesionalisasi adalah usaha untuk mengembangakan profesi
melalui pendidikan prajabatan dan pendidikan dalam jabatan, sehingga pelayanan
kepada pemakai (klien) akan semakin meningkat.
Profesi kependidikan khususnya profesi keguruan mempunyai tugas utama yaitu
melayani masyarakat dalam dunia pendidikan. Sejalan dengan alasan tersebut jelas
kiranya bahwa profesionalisasi dalam bidang keguruan mengandung arti peningkatan
segala daya dan usaha dalam rangka pencapaian secara optimal layanan yang akan
diberikan kepada masyarakat.
Ciri-ciri profesionalisasi jabatan guru adalah sebagai berikut :
1. Jabatan yang melibatkan kegiatan intelektual
2. Jabatan yang menggeluti batang tubuh ilmu yang khusus
3. Jabatan yang memerlukan persiapan latiha yang lama
11
12. 4. Jabatan yang membutuhkan latihan dalam jabatan yang berkesinambungan.
5. Jabatan yang menjaanjikan karier hidup dan keanggotaan yang permanen
6. Jabatan yang menetunkan bakunya sendiri
7. Jabatan yang mementingkan layanan diatas keuntungan pribadi
8. Jabatan yang mempunyai organisasi professional yang kuat dan terjalin rapat
3.2 Saran
Dalam penyusunan ini masih terdapat kesalahan. Semoga kesalahan yang ada
dapat dijadikan pelajaran agar dalam menyusun makalah yang selanjutnya lebih baik.
12