Dokumen tersebut merupakan ringkasan bab 1 tentang pengertian manajemen. Ia menjelaskan definisi manajemen menurut para ahli, sejarah perkembangan ilmu manajemen, dan unsur-unsur penting dalam manajemen seperti perencanaan, pengorganisasian, pengontrolan, dan pengkoordinasian.
Resume pengantar manajemen bab i dan bab ii (Referensi Hani T. Handoko)
1. TUGAS RESUME PENGANTAR
MANAJEMEN
BAB I PENGERTIAN MANAJEMEN
BAB II MANAJEMEN DAN MANAJER
DOSEN : DJAUHAR EDI, SE. M.Si
DISUSUN OLEH :
NAMA : MIFTAHUDDIN
NIM : 2013002009
PRODI : S1 EKONOMI ISLAM
STIE MUHAMMADIYAH
PEKALONGAN
2. Bab I
1. PENGERTIAN MANAJEMEN
Manajemen berasal dari bahasa Perancis kuno ménagement, yang memiliki arti "seni
melaksanakan dan mengatur." Manajemen belum memiliki definisi yang mapan dan
diterima secara universal. Mary Parker Follet, misalnya, mendefinisikan manajemen
sebagai seni menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Definisi ini berarti bahwa
seorang manajer bertugas mengatur dan mengarahkan orang lain untuk mencapai
tujuan organisasi. Ricky W. Griffin mendefinisikan manajemen sebagai sebuah
proses perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber
daya untuk mencapai sasaran secara efektif dan efesien. Efektif berarti bahwa tujuan
dapat dicapai sesuai dengan perencanaan, sementara efisien berarti bahwa tugas yang
ada dilaksanakan secara benar, terorganisir, dan sesuai dengan jadwal.
1.1. Latar Belakang kebutuhan Manajemen
Sejarah Perkembangan Ilmu Manajemen
Banyak kesulitan yang terjadi dalam melacak sejarah manajemen, namun diketahui
bahwa ilmu manajemen telah ada sejak ribuan tahun yang lalu. Hal ini dibuktikan
dengan adanya piramida di Mesir. Piramida tersebut dibangun oleh lebih dari 100.000
orang selama 20 tahun. Piramida Giza tak akan berhasil dibangun jika tidak ada
seseorang tanpa memedulikan apa sebutan untuk manajer ketika itu yang
merencanakan apa yang harus dilakukan, mengorganisir manusia serta bahan
bakunya, memimpin dan mengarahkan para pekerja, dan menegakkan pengendalian
tertentu guna menjamin bahwa segala sesuatunya dikerjakan sesuai rencana.
Pembangunan piramida ini tak mungkin terlaksana tanpa adanya seseorang yang
merencanakan, mengorganisasikan dan menggerakan para pekerja, dan mengontrol
pembangunannya.
Praktik-praktik manajemen lainnya dapat disaksikan selama tahun 1400-an di kota
Venesia, Italia, yang ketika itu menjadi pusat perekonomian dan perdagangan.
Penduduk Venesia mengembangkan bentuk awal perusahaan bisnis dan melakukan
banyak kegiatan yang lazim terjadi di organisasi moderen saat ini. Sebagai contoh, di
gudang senjata Venesia, kapal perang diluncurkan sepanjang kanal; pada tiap-tiap
perhentian, bahan baku dan tali layar ditambahkan ke kapal tersebut. Hal ini mirip
dengan model lini perakitan yang dikembangkan oleh Henry Ford untuk merakit
3. mobil-mobilnya. Selain lini perakitan, orang Venesia memiliki sistem penyimpanan
dan pergudangan untuk memantau isinya, manajemen sumber daya manusia untuk
mengelola angkatan kerja, dan sistem akuntansi untuk melacak pendapatan dan biaya.
Daniel Wren membagi evolusi pemikiran manajemen dalam empat fase, yaitu :
a. Pemikiran Awal Manajemen
Sebelum abad ke-20, terjadi dua peristiwa penting dalam ilmu manajemen. Peristiwa
pertama terjadi pada tahun 1776, ketika Adam Smith menerbitkan sebuah doktrin
ekonomi klasik, The Wealth of Nation. Dalam bukunya itu, ia mengemukakan
keunggulan ekonomis yang akan diperoleh organisasi dari pembagian kerja (division
of labor), yaitu perincian pekerjaan ke dalam tugas-tugas yang spesifik dan berulang.
Dengan menggunakan industri pabrik peniti sebagai contoh, Smith mengatakan
bahwa dengan sepuluh orang masing-masing melakukan pekerjaan khusus
perusahaan peniti dapat menghasilkan kurang lebih 48.000 peniti dalam sehari. Akan
tetapi, jika setiap orang bekerja sendiri menyelesaikan tiap-tiap bagian pekerjaan,
sudah sangat hebat bila mereka mampu menghasilkan sepuluh peniti sehari. Smith
menyimpulkan bahwa pembagian kerja dapat meningkatkan produktivitas dengan (1)
meningkatnya keterampilan dan kecekatan tiap-tiap pekerja, (2) menghemat waktu
yang terbuang dalam pergantian tugas, dan (3) menciptakan mesin dan penemuan lain
yang dapat menghemat tenaga kerja.
Peristiwa penting kedua yang memengaruhi perkembangan ilmu manajemen adalah
Revolusi Industri di Inggris. Revolusi Industri menandai dimulainya penggunaan
mesin, menggantikan tenaga manusia, yang berakibat pada pindahnya kegiatan
produksi dari rumah-rumah menuju tempat khusus yang disebut "pabrik."
Perpindahan ini mengakibatkan manajer-manajer ketika itu membutuhkan teori yang
dapat membantu mereka meramalkan permintaan, memastikan cukupnya persediaan
bahan baku, memberikan tugas kepada bawahan, mengarahkan kegiatan sehari-hari,
dan lain-lain, sehingga ilmu manajamen mulai dikembangkan oleh para ahli.
4. b. Era Manajemen Ilmiah
Era ini ditandai dengan berkembangan perkembangan ilmu manajemen dari kalangan
insinyur seperti Henry Towne, Frederick Winslow Taylor, Frederick A. Halsey, dan
Harrington Emerson. Manajemen ilmiah dipopulerkan oleh Frederick Winslow
Taylor dalam bukunya, Principles of Scientific Management, pada tahun 1911. Taylor
mendeskripsikan manajemen ilmiah sebagai "penggunaan metode ilmiah untuk
menentukan cara terbaik dalam menyelesaikan suatu pekerjaan." Beberapa penulis
seperti Stephen Robbins menganggap tahun terbitnya buku ini sebagai tahun lahirya
teori manajemen moderen.
Perkembangan manajemen ilmiah juga didorong oleh munculnya pemikiran baru dari
Henry Gantt dan keluarga Gilberth. Henry Gantt. yang pernah bekerja bersama
Taylor di Midvale Steel Compan, menggagas ide bahwa seharusnya seorang mandor
mampu memberi pendidikan kepada karyawannya untuk bersifat rajin (industrious )
dan kooperatif. Ia juga mendesain sebuah grafik untuk membantu manajemen yang
disebut sebagai Gantt chart yang digunakan untuk merancang dan mengontrol
pekerjaan. Sementara itu, pasangan suami-istri Frank dan Lillian Gilbreth berhasil
menciptakan micromotion, sebuah alat yang dapat mencatat setiap gerakan yang
dilakukan oleh pekerja dan lamanya waktu yang dihabiskan untuk melakukan setiap
gerakan tersebut. Alat ini digunakan untuk menciptakan sistem produksi yang lebih
efesien.
5. Era ini juga ditandai dengan hadirnya teori administratif, yaitu teori mengenai apa
yang seharusnya dilakukan oleh para manajer dan bagaimana cara membentuk
praktik manajemen yang baik. Pada awal abad ke-20, seorang industriawan Perancis
bernama Henri Fayol mengajukan gagasan lima fungsi utama manajemen:
merancang, mengorganisasi, memerintah, mengoordinasi, dan mengendalikan.
Gagasan Fayol itu kemudian mulai digunakan sebagai kerangka kerja buku ajar ilmu
manajemen pada pertengahan tahun 1950, dan terus berlangsung hingga sekarang.
Selain itu, Henry Fayol juga mengagas 14 prinsip manajemen yang merupakan dasar-
dasar dan nilai yang menjadi inti dari keberhasilan sebuah manajemen.
Sumbangan penting lainnya datang dari ahli sosilogi Jerman Max Weber. Weber
menggambarkan suatu tipe ideal organisasi yang disebut sebagai birokrasi bentuk
organisasi yang dicirikan oleh pembagian kerja, hierarki yang didefinisikan dengan
jelas, peraturan dan ketetapan yang rinci, dan sejumlah hubungan yang impersonal.
Namun, Weber menyadari bahwa bentuk "birokrasi yang ideal" itu tidak ada dalam
realita. Dia menggambarkan tipe organisasi tersebut dengan maksud menjadikannya
sebagai landasan untuk berteori tentang bagaimana pekerjaan dapat dilakukan dalam
kelompok besar. Teorinya tersebut menjadi contoh desain struktural bagi banyak
organisasi besar sekarang ini.
Perkembangan selanjutnya terjadi pada tahun 1940-an ketika Patrick Blackett
melahirkan ilmu riset operasi, yang merupakan kombinasi dari teori statistika dengan
teori mikroekonomi. Riset operasi, sering dikenal dengan "manajemen sains",
mencoba pendekatan sains untuk menyelesaikan masalah dalam manajemen,
khususnya di bidang logistik dan operasi. Pada tahun 1946, Peter F. Drucker sering
disebut sebagai Bapak Ilmu Manajemen menerbitkan salah satu buku paling awal
tentang manajemen terapan: "Konsep Korporasi" (Concept of the Corporation). Buku
ini muncul atas ide Alfred Sloan (chairman dari General Motors) yang menugaskan
penelitian tentang organisasi.
c. Era Manusia Sosial
Era manusia sosial ditandai dengan lahirnya mahzab perilaku (behavioral school)
dalam pemikiran manajemen di akhir era manajemen sains. Mahzab perilaku tidak
mendapatkan pengakuan luas sampai tahun 1930-an. Katalis utama dari kelahiran
mahzab perilaku adalah serangkaian studi penelitian yang dikenal sebagai eksperimen
Hawthrone.
6. Eksperimen Hawthrone dilakukan pada tahun 1920-an hingga 1930-an di Pabrik
Hawthrone milik Western Electric Company Works di Cicero, Illenois. Kajian ini
awalnya bertujuan mempelajari pengaruh berbagai macam tingkat penerangan lampu
terhadap produktivitas kerja. Hasil kajian mengindikasikan bahwa ternyata insentif
seperti jabatan, lama jam kerja, periode istirahat, maupun upah lebih sedikit
pengaruhnya terhadap output pekerja dibandingkan dengan tekanan kelompok,
penerimaan kelompok, serta rasa aman yang menyertainya. Peneliti menyimpulkan
bahwa norma-norma sosial atau standar kelompok merupakan penentu utama perilaku
kerja individu.
Kontribusi lainnya datang dari Mary Parker Follet. Follett (1868–1933) yang
mendapatkan pendidikan di bidang filosofi dan ilmu politik menjadi terkenal setelah
menerbitkan buku berjudul Creative Experience pada tahun 1924. Follet mengajukan
suatu filosifi bisnis yang mengutamakan integrasi sebagai cara untuk mengurangi
konflik tanpa kompromi atau dominasi. Follet juga percaya bahwa tugas seorang
pemimpin adalah untuk menentukan tujuan organisasi dan mengintegrasikannya
dengan tujuan individu dan tujuan kelompok. Dengan kata lain, ia berpikir bahwa
organisasi harus didasarkan pada etika kelompok daripada individualisme. Dengan
demikian, manajer dan karyawan seharusnya memandang diri mereka sebagai mitra,
bukan lawan.
Pada tahun 1938, Chester Barnard (1886–1961) menulis buku berjudul The Functions
of the Executive yang menggambarkan sebuah teori organisasi dalam rangka untuk
merangsang orang lain memeriksa sifat sistem koperasi. Melihat perbedaan antara
motif pribadi dan organisasi, Barnard menjelaskan dikotonomi "efektif-efisien".
Menurut Barnard, efektivitas berkaitan dengan pencapaian tujuan, dan efisiensi
adalah sejauh mana motif-motif individu dapat terpuaskan. Dia memandang
organisasi formal sebagai sistem terpadu yang menjadikan kerjasama, tujuan
bersama, dan komunikasi sebagai elemen universal, sementara itu pada organisasi
informal, komunikasi, kekompakan, dan pemeliharaan perasaan harga diri lebih
diutamakan. Barnard juga mengembangkan teori "penerimaan otoritas" yang
didasarkan pada gagasan bahwa atasan hanya memiliki kewenangan jika bawahan
menerima otoritasnya.
7. d. Era Moderen
Era moderen ditandai dengan hadirnya konsep manajemen kualitas total (total quality
management TQM) di abad ke-20 yang diperkenalkan oleh beberapa guru
manajemen, yang paling terkenal di antaranya W. Edwards Deming (1900–1993) and
Joseph Juran (lahir 1904).
Deming, orang Amerika, dianggap sebagai Bapak Kontrol Kualitas di Jepang.
Deming berpendapat bahwa kebanyakan permasalahan dalam kualitas bukan berasal
dari kesalahan pekerja, melainkan sistemnya. Ia menekankan pentingnya
meningatkan kualitas dengan mengajukan teori lima langkah reaksi berantai. Ia
berpendapat bila kualitas dapat ditingkatkan, (1) biaya akan berkurang karena
berkurangnya biaya perbaikan, sedikitnya kesalahan, minimnya penundaan, dan
pemanfaatan yang lebih baik atas waktu dan material; (2) produktivitas meningkat;
(3) pangsa pasar meningkat karena peningkatan kualitas dan penurunan harga; (4)
profitabilitas perusahaan peningkat sehingga dapat bertahan dalam bisnis; (5) jumlah
pekerjaan meningkat. Deming mengembangkan 14 poin rencana untuk meringkas
pengajarannya tentang peningkatan kualitas.
Kontribusi kedua datang dari Joseph Juran. Ia menyatakan bahwa 80 persen cacat
disebabkan karena faktor-faktor yang sebenarnya dapat dikontrol oleh manajemen.
Dari teorinya, ia mengembangkan trilogi manajemen yang memasukkan perencanaan,
kontrol, dan peningkatan kualitas. Juran mengusulkan manajemen untuk memilih satu
area yang mengalami kontrol kualitas yang buruk. Area tersebut kemudian dianalisis,
kemudian dibuat solusi dan diimplementasikan.
1.2. Definisi Manajemen
Secara Etimologis, Manajemen berasal dari bahasa Perancis kuno, yaitu menegement
yang berarti seni melaksanakan dan mengatur.
Secara umum manajemen juga dipandang sebagai sebuah disiplin ilmu yang
mengajarkan tentang proses untuk memperoleh tujuan organisasi melalui upaya
bersama dengan sejumlah orang atau sumber milik organisasi.
8. Menurut Para Ahli :
Menurut G.R. Terry
Manajemen adalah suatu proses atau kerangka kerja, yang melibatkan bimbingan atau
pengarahan suatu kelompok orang-orang kearah tujuan-tujuan organisasional atau
maksudmaksud yang nyata.
Menurut Hilman
Manajemen adalah fungsi untuk mencapai sesuatu melalui kegiatan orang lain dan
mengawasi usaha-usaha individu untuk mencapai tujuan yang sama.
Menurut Ricky W. Griffin
Manajemen sebagai sebuah proses perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian,
dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran (goals) secara efektif dan
efesien. Efektif berarti bahwa tujuan dapat dicapai sesuai dengan perencanaan,
sementara efisien berarti bahwa tugas yang ada dilaksanakan secara benar,
terorganisir, dan sesuai dengan jadwal.
Menurut Drs. Oey Liang Lee
Manajemen adalah seni dan ilmu perencanaan pengorganisasian, penyusunan,
pengarahan dan pengawasan daripada sumberdaya manusia untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan.
Menurut William H. Newman
Manajemen adalah fungsi yang berhubungan dengan memperoleh hasil tertentu
melalui orang lain.
Menurut Renville Siagian
Manajemen adalah suatu bidang usaha yang bergarak dalam bidang jasa pelayanan
dan dikelola oleh para tenaga ahli terlatih serta berpengalaman.
9. Menurut Prof. Eiji Ogawa
Manajemen adalah Perencanaan, Pengimplementasian dan Pengendalian kegiatan-
kegiatan termasuk sistem pembuatan barang yang dilakukan oleh organisasi usaha
dengan terlebih dahulu telah menetapkan sasaran-sasaran untuk kerja yang dapat
disempurnakan sesuai dengan kondisi lingkungan yang berubah.
Menurut Federick Winslow Taylor
Manajemen adalah Suatu percobaan yang sungguh-sungguh untuk menghadapi setiap
persoalan yang timbul dalam pimpinan perusahaan (dan organisasi lain)atau setiap
sistem kerjasama manusia dengan sikap dan jiwa seorang sarjana dan dengan
menggunakan alat-alat perumusan.
Menurut Henry Fayol
Manajemen mengandung gagasan lima fungsi utama yaitu, merancang,
mengorganisasi, memerintah, mengoordinasi, dan mengendalikan.
Lyndak F. Urwick
Manajemen adalah Forecasting (meramalkan), Planning Orga-nizing (perencanaan
Pengorganisiran), Commanding (memerintahklan), Coordinating (pengkoordinasian)
dan Controlling (pengontrolan).
1.3. Manajemen Sebagai Seni dan Ilmu
Manajemen merupakan suatu ilmu dan seni, mengapa disebut demikian, sebab antara
keduanya tidak bisa dipisahkan. Manajemen sebagai suatu ilmu pengetahuan, karena
telah dipelajari sejak lama, dan telah diorganisasikan menjadi suatu teori. Hal ini
dikarenakan didalamnya menjelaskan tentang gejala-gejala manajemen, gejala-gejala
ini lalu diteliti dengan menggunakan metode ilmiah yang dirumuskan dalam bentuk
prinsip-prinsip yang diujudkan dalam bentuk suatu teori. Sedang manajemen sebagai
suatu seni, disini memandang bahwa di dalam mencapai suatu tujuan diperlukan
kkerja sama dengan orang lain, nah bagaimana cara memerintahkan pada orang lain
agar mau bekerja sama. Pada hakekatnya kegiatan manusia pada umumnya adalah
managing ( mengatur ) untuk mengatur disini diperlukan suatu seni, bagaimana orang
lain memerlukan pekerjaan untuk mencapai tujuan bersama.
10. 1.4. Manajemen Sebagai Profesi
Dizaman modern ini semua jenis kegiatan selalu harus dimanajemeni, dalam arti
aturan yang jelas. Pada saat ini boleh di katakan bahwa bidang manajemen sudah
merupakan suatu profesi bagi ahlinya. Mengapa demikian, karena dalam kegiatan
apapun pekerjaan harus dikerjakan secara efisien dan efektif, sehingga di peroleh
masukan atau input yang besar. Edgar H schein dalam bukunya yang berjudul
"organization socialization and the profession of management" menguraikan
karakteristik atau kiteria sesuatu bisa dijadikan suatu profesi yaitu :
Para professional membuat keputusan atas dasar prinsip-prinsip umum yang
berlaku dalam situasi dan lingkungan. Hal ini banyak ditunjang dengan
banyaknya pendidikan-pendidikan yang tujuannya mendidik siswanya
menjadi seorang professional. Misalnya akademi pendidikan profesi
manajemen, kursus-kursus dan program-program latihan dan lain sebagainya.
Para Professional memperoleh status dengan cara mencapai suatu standar
prestasi kerja tertentu, ini tidak didasarkan pada keturunan, favoritas, suku
bangsa, agama, dan kriteria-kriteria lainnya.
Para professional harus ditentukan oleh suatu kode etik yang kuat.
Jadi profesi adalah suatu pekerjaan yang menuntut persyaratan tertentu. Demikian
halnya dengan manajemen sebagai profesi dituntut persyaratan tertentu seperti yang
telah disebutkan di atas.
11. Bab II
2. MANAJEMEN DAN MANAJER
Secara umum “manajer” berarti setiap orang yang mempunyai tanggung jawab
atas bawahan dan sumber daya-sumber daya organisasi lainnya. Manajer dapat
diklasifikasi dengan dua cara : menurut tingkatan mereka dalam organisasi (rendah,
menengah dan tinggi). Dan kegiatan-kegiatan organisasi untuk mana mereka
bertanggung jawab (manajer umum dan fungsional).
2.1. Tingkatan-Tingkatan Manajemen
Manejemen lini pertama (first-line management), dikenal pula dengan
istilah manajemen operasional, merupakan manajemen tingkatan paling
rendah yang bertugas memimpin dan mengawasi karyawan non-manajerial
yang terlibat dalam proses produksi. Mereka sering disebut penyelia
(supervisor), manajer shift, manajer area, manajer kantor, manajer
departemen, atau mandor (foreman).
Manajemen tingkat menengah (middle management), mencakup semua
manajemen yang berada di antara manajer lini pertama dan manajemen
puncak dan bertugas sebagai penghubung antara keduanya. Jabatan yang
termasuk manajer menengah di antaranya kepala bagian, pemimpin proyek,
manajer pabrik, atau manajer divisi.
Manajemen puncak (top management), dikenal pula dengan
istilah executive officer. Bertugas merencanakan kegiatan dan strategi
perusahaan secara umum dan mengarahkan jalannya perusahaan. Contoh top
manajemen adalah CEO (Chief Executive Officer), CIO (Chief Information
Officer), dan CFO (Chief Financial Officer).
2.2. Fungsi-Fungsi Yang Dilaksanakan Manajer
Manajemen dapat berarti ; “pencapaian tujuan melalui pelaksanaan fungsi-
fungsi tertentu”. Salah satu klasifikasi paling awal dari fungsi-fungsi
manajerial dibuat oleh “Henri Fayol”, dalam bukunya “General and
Industrial Management”, yang menyatakan bahwa “fungsi-fungsi utama
dalam proses manajemen adalah ; perencanaan (planning), pengorganisasian
12. (organizing), pengkordinasian (coordinating), pemberian perintah
(directing) dan pengawasan (controlling)”.
1. Perencanaan (planning), adalah :
a) pemilihan atau penetapan tujuan-tujuan organisasi.
b) penentuan strategi, kebijaksanaan, proyek, program, prosedur,
metoda, system, anggaran, dan standar yang dibutuhkan untuk mencapai
tujuan.
Rencana-rencana dibutuhkan untuk memberikan kepada organisasi tujuan
tujuannya dan menetapkan prosedur terbaik untuk pencapaian tujuan-tujuan itu.
Disamping itu, rencana memungkinkan ;
(1) Organisasi bisa memperoleh dan mengikat sumberdaya-sumberdaya
yang diperlukan untuk mencapai tujuan-tujuan.
(2) Para anggota organisasi untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan yang
konsisten dengan berbagai tujuan dan prosedur terpilih.
(3) Kemajuan dapat dimonitor dan diukur, sehingga tindakan korektif dapat
diambil bila tingkat kemajuan tidak memuaskan.
Semua fungsi lainnya tergantung pada fungsi ini, dimana fungsi lain tidak
akan berhasil tanpa perencanaan dan pembuatan keputusan yang tepat, cermat
dan kontinu. Sebaliknya perencanaan yang baik sangat tergantung pelaksanaan
efektif fungsi-fungsi lain.
2. Pengorganisasian (organizing), adalah :
1. Penentuan sumber daya-sumber daya dan kegiatan-kegiatan yang dibutuhkan
untuk mencapai tujuan organisasi.
2. Perancangan dan pengembangan suatu organisasi atau kelompok kerja yang
akan dapat membawa hal-hal tersebut ke arah tujuan.
3. Penugasan tanggung jawab tertentu dan kemudian.
4. Pendelegasian wewenang yang diperlukan kepada individu-individu untuk
melaksanakan tugas-tugasnya.
13. Organisasi perlu dirancang dan dikembangkan, agar dapat melaksanakan
berbagai program secara sukses, dalam rangka mencapai tujuan dan rencana yang
telah ditetapkan. Manajer perlu mempunyai kemampuan untuk
mengembangkan dan kemudian memimpin tipe organisasi yang sesuai dengan
tujuan, rencana dan program yang telah ditetapkan.
3. Penyusunan Personalia (staffing), adalah :
penarikan (recruitmen), latihan dan pengembangan, serta penempatan dan
pemberian orientasi para karyawan dalam lingkungan kerja yang menguntungkan
dan produktif. Dalam pelaksanaan fungsi ini manajemen menentukan persyaratan-
persyaratan mental, fisik, dan emosional untuk posisi jabatan yang ada melalui
analisa jabatan, deskripsi jabatan dan kemudian menarik karyawan yang diperlukan
dengan karakteristik personalia tertentu, antara lain; keahlian, pendidikan, umur,
latihan dan pengalaman. Fungsi ini mencakup kegiatan-kegiatan seperti pembuatan
system penggajian untuk pelaksanaan kerja yang efektif, penilaian karyawan untuk
promosi, latihan dan pengembangan karyawan.
4. Pengarahan (leading), adalah :
membuat atau mendapatkan para karyawan melakukan apa yang diinginkan, dan
harus mereka lakukan. Fungsi ini melibatkan kualitas, gaya, dan kekuasaan
pemimpin serta kegiatan-kegiatan kepemimpinan seperti, komunikasi, motivasi, dan
disiplin. Fungsi leading, sering disebut; directing, motivating, actuating, dan lain
sebagainya. Kegiatan pengarahan langsung menyangkut orang-orang dalam
organisasi.
5. Pengawasan (controlling), adalah :
penemuan dan penerapan cara dan peralatan untuk menjamin bahwa rencana telah
dilaksanakan sesuai dengan yang telah ditetapkan. Pengawasan positif adalah;
mencoba untuk mengetahui apakah tujuan organisasi dicapai dengan efisien dan
efektif, sedangkan pengawasan negatif adalah; mencoba untuk menjamin bahwa
kegiatan yang tidak diinginkan atau dibutuhkan tidak terjadi atau terulang kembali.
Fungsi pengawasan pada dasarnya mencakup unsur-unsur ;
1. penetapan standar pelaksanaan
2. penentuan ukuran-ukuran pelaksanaan
14. 3. pengukuran pelaksanaan nyata dan membandingkannya dengan standar yang
ditetapkan
4. pengambilan tindakan koreksi yang diperlukan bila pelaksanaan menyimpang
dari standar.
Semua fungsi-fungsi manajemen harus dilaksanakan oleh manajer kapan saja dan
dimana saja kelompok-kelompok diorganisasi, walaupun ada perbedaan tekanan
untuk tipe organisasi, jabatan fungsional, dan tingkatan manajemen yang berbeda.
2.3. Kegiatan-Kegiatan Yang Dilakukan Manajer
Manajer melaksanakan fungsi-fungsi organisasi yaitu ; membuat rencana,
mengorganisasikan, mengarahkan, dan mengawasi kegiatan-kegiatan
organisasi, yang dilakukan, dalam bentuk kegiatan-kegiatan yang saling
tergantung, saling berinteraksi dan saling berhubungan, dari penetapan tujuan
sampai pengawasan.
Manajer adalah perencana, pengorganisasi, pemimpin atau pengarah dan
pengawas. Dalam kenyataannya, setiap manajer mengambil peranan yang
lebih luas untuk menggerakkan organisasi menuju sasaran-sasaran yang telah
ditetapkan.
Tugas-tugas penting yang dilaksanakan oleh manajer adalah ;
1) Manajer bekerja dengan dan melalui orang lain. Mencakup bawahan, atasan,
manajer-manajer lainnya dalam organisasi dan individu-individu dari luar
organisasi ; pelanggan (konsumen), pemasok(supplier), serikat karyawan,
pejabat dan karyawan-karyawan kantor pemerintahan dan sebagainya.
2) Manajer memadukan dan menyeimbangkan tujuan-tujuan yang saling
bertentangan dan menetapkan prioritas-prioritas. Karena berbagai sumberdaya
yang dibutuhkan dalam rangka pencapaian tujuan selalu terbatas, manajer
harus menjaga keseimbangan diantara berbagai tujuan dan kebutuhan
organisasi.
15. 3) Manajer bertanggung jawab dan mempertanggungjawabkan. Para manajer
ditugaskan untuk mengelola pekerjaan-pekerjaan tertentu secara sukses, dan
biasanya dievaluasi, selanjutnya manajer juga bertanggung jawab atas
kesuksesan atau kegagalan kegiatan-kegiatan para bawahan.
4) Manajer harus berfikir secara analitis dan konseptual. Manajer harus mampu
memandang keseluruhan tugas dan mengaitkan suatu tugas dengan tugas-
tugas lain.
5) Manajer adalah seorang mediator. Organisasi terdiri dari orang-orang dan
kadang-kadang mereka saling bertentangan, untuk itu dituntut peranan
manajer sebagai mediator (penengah)
6) Manajer adalah seorang politisi. Manajer harus mengembangkan hubungan-
hubungan baik untuk mendapatkan dukungan atas kegiatan-kegiatan, usulan-
usulan dan keputusan-keputusannya. Setiap manajer efektif, memainkan
“politik” dengan mengembangkan jaringan kerjasama timbal balik dengan
para manajer lain dalam organisasi.
7) Manajer adalah seorang diplomat. Manajer harus berperan sebagai wakil
(representatif) resmi kelompok kerjanya pada pertemuan-pertemuan
organisasional, dan mewakili organisasi dalam berurusan dengan kontraktor,
langganan, pejabat pemerintah, atau personalia organisasi lain.
8) Manajer mengambil keputusan-keputusan sulit. Organisasi selalu menghadapi
banyak masalah, misalnya kesulitan finansial, masalah personalia dan
sebagainya, untuk itu manajer diharapkan dapat menemukan pemecahan
berbagai masalah sulit dan mengambil keputusan yang akurat.
16. 2.4. Penggunaan Waktu Manajer
Manajer memiliki jumlah waktu yang terbatas untuk dihabiskan mengelola
berbagai sumber daya yang mereka miliki. Oleh karena itu, mereka
menggunakan manajemen waktu (time management), yang mengacu pada
cara bagaiman manajer mengalokasikan waktu mereka ketika mengelola
berbagai pekerjaan. Meskipu tidak ada rumusan tunggal yang sempurna untuk
menggunakan waktu secara efisien, berikut adalah panduan-panduan yang
sebaiknya diikuti:
a) Menyusun prioritas dengan tepat.
b) Menjadwalkan interval waktu yang panjang untuk pekerjaan-pekerjaan
penting.
c) Meminimalisasi gangguan.
d) Membuat tujuan-tujuan jangka pendek
e) Mendelegasikan sebagian pekerjaan kepada karyawan.
2.5. Keterampilan Manajer
Ketrampilan-ketrampilan manajerial yang dibutuhkan untuk menjadi manajer
yang efektif, berdasarkan pendapat Robert Katz dalam bukunya, Skills of an
Effective Administrator, adalah :
1) Ketrampilan konseptual (conceptual skills). Kemampuan mental untuk
mengkoordinasikan dan mengintegrasikan seluruh kepentingan dan kegiatan
organisasi.
2) Ketrampilan kemanusiaan (human skills). Kemampuan untuk bekerja
dengan memahami dan memotivasi orang lain, baik secara individu atau
kelompok.
3) Ketrampilan administratif (administratif skills). Ketrampilan yang berkaitan
dengan perencanaan, pengorganisasian, penyusunan kepegawaian dan
pengawasan.
4) Ketrampilan teknik (technical skills). Kemampuan untuk menggunakan
peralatan-peralatan, prosedor-prosedur, atau teknik-teknik dari suatu bidang
tertentu, seperti; akuntansi, produksi, penjualan, permesinan dan sebagainya.