2. Mengapa ketika akses Pendidikan telah terbuka hingga ke daerah terpencil,
tidak membuat masyarakat kita mampu mengelola sumber daya alam dengan
baik?
Mengapa perilaku dan karakter masyarakat bangsa kita telah jauh dari nilai-
nilai keindonesiaan yang penuh dengan keramahan, kerendahan hati, bahkan
saling bergotong royong dalam membantu sesame ketika Pendidikan belum maju
seperti sekarang ini?
Mengapa banyak demonstrasi, tawuran pelajar terjadi dimana-mana dan bahkan
produk Pendidikan kita melahirkan manusia yang tidak lagi merasa malu?
3. Nilai ketuhanan yang mendorong seseorang takut melakukan kesalahan yang
bertentangan dengan ajaran agama.
Nilai identitas yang mendorong jati diri sebagai suatu bangsa yang bermartabat.
Nilai intelektual yang mendorong individu menjadi seseorang yang memiliki
kecerdasan dan kebijaksanaan.
Nilai etika yang mendorong kehidupan penuh dengan kesopanan.
Nilai Susila yang mendorong individu taat dan patuh pada tradisi dan aturan
yang berlaku di masyarakat.
Nilai social yang mendorong individu tidak mau hidup serakah, tetapi ingin
Bersama-sama dalam melakukan kebaikan dengan saling menghargai dan kasih
saying antar sesama.
4. Fakta empiris yang tak terbantahkan membuktikan bahwa berlapisnyabenang
kejahatan yang merajut jarring kesemrawutan, justru terangkai dari “segelintir”
manusia yang tidak berkhidmat pada kebenaran ilmu pengetahuan dan
teknologi.
5.
6. Charles Darwin menyatakan bahwa perwujudan manusia modern adalah
penjelmaan perlahan dari kera yang berjalan tegak, yang disebut oleh Daniel
Goleman dengan hilangnya amigdala.
Amigdala ketika didalam otak manusia terdapat sebuah jaringan syaraf terkecil
yang merupakan sensor segala rasa, seperti senang, sedih, marah, kasih saying,
dan sebagainya, yang jika terganggu apalagi hilang amigdala tersebut, matilah
rasa itu.
Begitu banyak orang yang merasa pintasr, namun tidak pintar merasa; merasa
benar, namun tidak benar merasa; dan merasa waras, namun tidak waras
merasa.
7. Pada tahun 90-an Indonesia diprediksi akan siap menjadi macan ekonomi baru di
Asia, yang ternyata harus berkeping di karang moneter pada tahun 1997.
Gorbachef dengan Glassnot Perestroikanya harus ikhlas menerima kenyataan
runtuhnya Uni Soviet.
Pendorong utama dari perubahan ini adalah perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
8. Perubahan cara pandang manusia terhadap manusia
Cara pandang terhadap Pendidikan
Perubahan peran guru dan dosen
Perubahan pola hubungan antar mereka
Banyak orang tua, guru, dosen tidak siap menghadapi perubahan tersebut, ketika
sebagian berpacu dengan perubahan, sebagian lain justru cenderung menjadi penonton
saja, dengan resiko ditinggalkan oleh perubahan itu.
9. Pendidikan tidak lagi dilihat sebagai upaya menyiapkan anak untuk memasuki masa
depan, tetapi sebagai suatu proses agar seseorang bias “hidup” kapanpun,
dimanapun, dan dalam situasi apapun.
Tujuan terpenting dari Pendidikan adalah mengembangkan kemampuan yang
memungkinkan sesorang dapat belajar.
Kompetensi manusia unggul:
1. Berfikir kreatif-produktif
2. Pengambilan keputusan
3. Pemecahan masalah
4. Belajar bagaimana belajar
5. Kolaborasi
6. Kecerdasan emosional (pengendalian diri)
10. Data rencana strategis depdiknas tahun 2005-2009 indeks pembangunan
manusia Indonesia mengalami penurunan sejak tahun 1995,
peringkat 104 pada tahun 1995,
peringkat 109 pada tahun 2000,
peringkat 110 pada tahun 2002,
peringkat 112 pada tahun 2003,
sedikit membaik pada tahun 2004 di peringkat 111,
dan peringkat 110 pada tahun 2005
11. Hasil studi Political dan Economical Risk Consultancy (PERC) mendudukan
Indonesia diurutan 12 dari 12 negara Asia. Dalam hal ini, seperti Malaysia,
Singapura, Brunei, Thailand, Filipina lagi-lagi berada diatas kita.
International Institute for Management Development (IIMD) tentang daya saing
ekonomi sejumlah negara, dari 49 negara ternyata Indonesia berada di posisi 49.
lagi-lagi kalah oleh Malaysia, Singapura, Thailand dan Filipina.
12. Keberhasilan Pendidikan hanya diukur oleh keunggulan ranah kognitif
Evaluasi Pendidikan mengesampingkan pola piker konvergen
Proses Pendidikan berubah menjadi proses pengajaran
Kemampuan menguasai pengetahuan tidak disertai dengan pembinaan kegemaran belajar
Titel dan gelar menjadi target pendidikan
Manajemen Pendidikan menekankan tanggung jawab penyelenggaraan Pendidikan kepada pemerintah
Hubungan produsen dan konsumen antara guru dan murid
13. Landasan Pendidikan pada dasarnya merupakan paparan kritis akan kaidah-
kaidah dan kenyataan dasar Pendidikan. Merupakan dasar bagi upaya
penemuan kebijakan dan praktik Pendidikan yang tepat guna dan bernilai.
Pemahaman akan landasan Pendidikan akan membantu para calon/pendidik
professional untuk memikirkan persoalan dari tugas dan fungsinya secara lebih
jelas. Misalnya, bagaimana mengelola potensi kemampuan partisipan Pendidikan
untuk menciptakan situasi belajar yang optimal dengan kurikulum yang
berkesesuaian dengan murid, bagaimana bekerja sama dengan orang tua,
pengelola dan lain-lain.